STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN CA BULI TRANSURETHRAL BULI DI RUANG MAWAR 3 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
DI SUSUN OLEH :
MIMIN MUJIANA NIM. P. 09086
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN CA BULI POST TRANSURETHRAL BULI DI RUANG MAWAR 3 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
MIMIN MUJIANA NIM. P. 09086
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Mimin Mujiana
NIM
: P. 09086
Program Studi
: DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN CA BULI POST TRANSURETHRAL BULI
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta,26 April 2012 Yang Membuat Pernyataan
Mimin Mujiana NIM. P. 09086
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Mimin Mujiana
NIM
: P. 09086
Program Studi : DIII Keperawatan Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN CA BULI POST TRANSURETHRAL BULI Di RUANG MAWAR 3 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di
: Surakarta
Hari/Tanggal
: Sabtu, 28 April 2012
(……………………….)
Pembimbing : Joko Kismanto, S. Kep, Ns NIK. 200670020
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA TN. P DENGAN CA BULI POST TRANSURETHRAL BULI Di RUANG MAWAR 3 RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. “ Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Setiyawan, S. Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan bimbingan selama proses pembelajaran dan semangat dalam berjuang di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Joko Kismanto, S. Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaannya studi kasus ini.
v
4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sebar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat. 5. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku dosen penguji yang telah memberi petunjuk, pengarahan dan koreksi masukan-masukan demi sempurnanya studi kasus ini. 6. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns, sebagai dosen penguji yang telah dengan cermat memberi segala petunjuk, pengajaran, bimbingan dan koreksi-koreksi yang baik demi kesempurnaan studi kasus ini. 7. RSUD Dr. Moewardi Surakarta dan perawat ruang khususnya ruang mawar yang telah berkenan memberikan lahan dalam pengambilan studi kasus atas kebersamaan dan bantuan secara langsung maupun tidak langsung dan membimbing dalam melaksanakan asuhan keperawatan. 8. Penderita dan keluarganya, atas kerelaannya memberikan kesempatan kepada saya untuk memeriksa, mengobati dan merawat selama studi kasus. 9. Kedua orangtuaku, bapak Joko Muryanto dan ibu Tumini yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 10. Keluargaku tersayang yang telah memberikan motivasi dan selalu membantu dalam perjalanan pendidikan. 11. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
vi
12. W. Nugroho dan Ristian cendana yang telah membantu dan mendukung dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini serta memberikan semangat dalam berbagai perihal. 13. Teman-teman Geng Bodrex yang senantiasa menemani dan memberikan dukungan serta semangat baik moril maupun spiritual. 14. Tim T.P.G yang selalu memberi semangat dan dukungan setiap saat baik suka maupun duka.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin.
Surakarta, 26 April 2012
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL .....................................................................................
i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIARISME ...................................................
ii
HALAMAN PERSETUJUAN.......................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................
v
DAFTAR ISI ..................................................................................................
viii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
x
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................
5
C. Manfaat Penulisan ..................................................................
6
BAB II LAPORAN KASUS A. Pengkajian ..............................................................................
8
B. Perumusan Masalah Keperawatan..........................................
12
C. Perencanaan Keperawatan......................................................
13
D. Implementasi Keperawatan ....................................................
14
E. Evaluasi Keperawatan ............................................................
17
viii
BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan ............................................................................
20
B. Simpulan Dan Saran ...............................................................
33
1. Simpulan .......................................................................
33
2. Saran .............................................................................
36
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
: Log Book
Lampiran 2
: Format Pendelegasian Pasien
Lampiran 3
: Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 4
: Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 5
: Asuhan keperawatan
ix
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pada jaman yang modern sekarang ini semakin banyak orang yang terdorong untuk meningkatkan pola hidup kesehariannya. Di Indonesia sendiri yang tergolong sebagai negara berkembang terus menggalakkan pembangunan di segala bidang, secara langsung maupun tidak turut membawa dampak bagi masyarakat
dalam
hal
perkembangan
tingkat
perekonomian.
Demi
mewujudkan tujuan tersebut masyarakat menggunakan waktunya untuk giat bekerja, berdisiplin waktu dan berkompetisi tanpa mempedulikan kesehatan yang dimiliki. Akibat dari hal tersebut dapat menyebabkan kecelakaan– kecelakaan yang mungkin dapat menimbulkan trauma berat pada jaringan otak, tulang dan jaringan bahkan organ-organ vital dalam tubuh manusia yang lainnya seperti penyakit kanker kandung kemih, karena ada beberapa faktor risiko yang membuat seseorang lebih mungkin mengembangkan kanker kandung kemih, misalnya tempat kerja berbahan kimia industri tertentu seiring dengan perkembangan jaman yang telah dikaitkan dengan kanker kandung kemih. Bahan kimia yang disebut amina aromatik, seperti benzidin dan betanaphthylamine, yang kadang-kadang digunakan dalam industri pewarna, dapat menyebabkan kanker kandung kemih (Bruner & Suddarth, 2002 : 1472). Faktor berikutnya yaitu merokok, merokok adalah faktor risiko terpenting untuk kanker kandung kemih. Sekitar setengah dari kematian 1
2
disebabkan karena merokok, akibatnya menjadikan kanker kandung kemih dan hampir sepertiga dari kematian akibat kanker kandung kemih pada perempuan. Ketika perokok menghirup, beberapa karsinogen (bahan kimia penyebab kanker) dalam tembakau asap diserap dari paru-paru dan masuk ke dalam darah. Dari darah, mereka disaring oleh ginjal dan terkonsentrasi dalam urine. Zat kimia dalam urine dapat merusak sel yang melapisi bagian dalam kandung kemih, yang meningkatkan kemungkinan kanker berkembang (Bruner & Suddarth, 2002 : 1472). Kanker kandung kemih adalah kanker yang terbentuk di jaringan kandung kemih (organ yang menyimpan air seni). Kanker kandung kemih kebanyakan karsinoma sel transisional (kanker yang dimulai di sel yang biasanya membentuk lapisan dalam kandung kemih). Jenis lainnya termasuk karsinoma sel skuamosa (kanker yang dimulai di tipis sel datar) dan adenocarcinoma (kanker yang dimulai di sel yang membuat dan melepaskan lendir dan cairan lainnya). Sel-sel yang membentuk karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma berkembang di lapisan dalam kandung kemih sebagai akibat iritasi kronis dan peradangan (American Cancer Society, 2011). Kanker kandung kemih lebih sering ditemukan pada pasien-pasien yang berusia di atas 50 tahun dan lebih banyak mengenai laki-laki daripada wanita (3:1). Statistik menunjukkan bahwa tumor ini menyebabkan hampir 1 dari 25 kasus kanker yang terdiagnosis di Amerika Serikat. Ada dua bentuk kanker kandung kemih, yaitu : bentuk superfisial (yang cenderung kambuhan) dan bentuk invasif. Sekitar 30% hingga 90% dari semua kanker kandung
3
kemih merupakan sel transisional (yang berarti bahwa tulang tersebut berasal dari sel-sel transisional kandung kemih), sementara tipe lainnya tumor tersebut adalah sel skuamosa dan adenokarsinoma (American Cancer Society, 2011). Prevalensi pada tahun 2009 dari WHO untuk negara Indonesia tentang kanker kandung kemih angka kematiannya 3,7% dan yang baru terjadi 25%. The American Cancer Society yang paling baru perkiraan untuk kanker kandung kemih di Amerika untuk 2012 : sekitar 73.510 kasus baru kanker kandung kemih didiagnosis (sekitar 55.600 pada pria dan 17.910 pada wanita). Sekitar 14.880 kematian akibat kanker kandung kemih (sekitar 10.510 pada pria dan 4.370 pada wanita) (American Cancer Society, 2011). Tingkat kanker yang baru terjadi dan kematian akibat kanker telah cukup stabil selama 20 masa lalu tahun. Lebih dari 500.000 orang di Amerika Serikat adalah yang selamat dari kanker ini. Kanker kandung kemih terjadi terutama pada orang tua. Sekitar 9 dari 10 orang dengan kanker ini adalah di atas usia 55, yang umur rata-ratanya saat didiagnosis adalah 73 tahun. Pria sekitar 3 kali lebih mungkin untuk mendapatkan kanker kandung kemih selama hidup mereka dari perempuan (American Cancer Society, 2011). Menurut NANDA (2003) penyebab nyeri yang dapat dijadikan diagnosis adalah nyeri akut dan nyeri kronis, tetapi yang dominan pada nyeri akut umumnya mempunyai batasan karakteristik sebagai faktor pencetus penyebab nyeri salah satunya adalah efek dari proses penyakit. Nyeri akut biasanya berlangsung tidak lebih dari enam bulan dengan awitan gejalanya mendadak dan biasanya penyebab serta lokasi nyeri sudah diketahui yang
4
ditandai dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan yang keduanya meningkatkan persepsi nyeri. Nyeri kronis yaitu nyeri yang berlangsung lebih dari enam bulan yang sumber nyerinya bisa diketahui atau tidak, nyeri cenderung hilang timbul dan biasanya tidak dapat disembuhkan (Wahit Iqbal Mubarak, 2003). Nyeri juga dapat berarti sebagai perasaan tidak nyaman, menderita, atau nyeri, disebabkan oleh rangsangan pada ujung-ujung saraf tertentu (W. A. Newman Dorlan, 2011). Pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial, dan apapun yang menyakitkan tubuh yang dikatakan individu yang mengalaminya yang ada kapanpun individu mengatakannya (Bruner & Suddarth, 2002 : 212). Tumor kandung kemih ini biasanya muncul dari basis vesika urinaria dan meliputi orifisium uretra serta kolumna vesika urinaria (leher kandung kemih). Hematuria berat dan tanpa nyeri adalah gejala kanker kandung kemih yang paling sering ditemukan. Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi yang lazim terdapat dan menyebabkan gejala berkemih yang sering urgensi dan disuria. Namun demikian, setiap perubahan pada urinasi atau perubahan urin dapat menunjukkan adanya kanker kandung kemih. Nyeri di daerah panggul atau punggung dapat terjadi pada metastasis kanker tersebut (Bruner & Suddarth, 2002 : 1472). Pada sebagian kecil pasien dapat dijumpai keluhan iritasi kandung kemih seperti frekuensi, urgensi, dan disuria. Keluhan obstruksi juga dapat ditemukan bila tumor menyumbat muara uretra interna leher kandung kemih,
5
keluhan yang menunjukkan penyakit telah lanjut misalnya nyeri tulang terjadi bila metastasis ke tulang atau sakit pinggang bila metastasis retroperitoneal atau obstruksi ureter juga dapat ditemukan (Arif Mansjoer, 2002). Berdasarkan uraian tersebut diatas penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan kasus dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. P Dengan Ca Buli Post Transurethral Buli Di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.
B. TUJUAN PENULISAN 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus Nyeri Akut pada Tn. P dengan Ca Buli Transurethral Buli di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan nyeri kanker kandung kemih. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan nyeri kanker kandung kemih. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan nyeri kanker kandung kemih. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan nyeri kanker kandung kemih. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien dengan nyeri kanker kandung kemih.
6
f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada pasien dengan kanker kandung kemih.
C. MANFAAT PENULISAN 1. Bagi Penulis Untuk memperoleh dan memperluas wawasan serta pengetahuan tentang penyakit kanker kandung kemih beserta penatalaksanaan secara medis dan konsep keperawatannya, sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan wawasan oleh penulis. 2. Bagi Profesi Keperawatan Manfaat penulisan ini dimaksudkan memberikan kontribusi laporan kasus bagi pengembangan praktik keperawatan dan pemecahan masalah khususnya dalam bidang atau profesi keperawatan.
7
BAB II LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Tn. P dengan Ca Buli atau Ca Bladder (Kanker kandung kemih), dilaksanakan pada tanggal 3-5 April 2012 di ruang mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Asuhan Keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
A. Identitas Klien Dari pengkajian tanggal 3 April 2012 jam 11.00 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan metode Auto dan Allo Anamnesa, pengamatan atau observasi, pemeriksaan fisik menelaah catatan medis, dan catatan perawat, dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas pasien, bahwa pasien bernama Tn. P, umur 72 tahun, agama Islam, alamat banyu urip 3/3, banjarsari, kradenan, grobogan, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta, nomor register 01021740, dirawat di Bangsal Mawar III kamar 9A RSUD Dr. Moewardi, sudah sejak tanggal 23 Maret 2012 pasien menjalani perawatan dengan diagnosa Ca Buli, yang bertanggung jawab kepada klien adalah Ny. N, umur 41 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan sebagai ibu rumah tangga, yang beralamat di banyu urip 3/3, banjarsari, kradenan, grobogan, dan hubungan dengan pasien adalah anak dari Tn. P.
ϳ
8
B. Pengkajian 1. Riwayat Keperawatan Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan oleh Tn. P adalah nyeri saat buang air kecil. Nyeri dirasakan di perut bagian bawah yang terletak di kandung kemih. Riwayat penyakit sekarang Tn. P nyeri dirasakan kurang lebih sejak 6 bulan yang lalu saat buang air kecil yang bercampur darah. Tn. P merasakan nyeri tersebut semakin berat sekitar 3 bulan terakhir ini, nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam dengan skala nyeri 7 yang akhirnya pada tanggal 24 Januari 2012 Tn. P dibawa oleh keluarga untuk periksa ke RSUD Dr. R. Soedjati Grobogan. Setelah dilakukan perawatan dan pemeriksaan selama 2 minggu Tn. P akhirnya dirujuk ke RSUD Dr. Moewardi Surakarta tanggal 23 Maret 2012 pukul 23.40 WIB guna pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Selama dirawat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta klien telah menjalani berbagai macam
pemeriksaan dan penanganan secara
komperehensif dan didiagnosa oleh dokter menderita Ca Buli yang penanganannnya
harus dilakukan tindakan pembedahan. Sebelum
dilakukan tindakan pembedahan Tn. P mengalami terapi transfusi untuk penanganan hemoglobin yang turun sekitar 8,5 gram/dl yaitu pada tanggal 26 Maret 2012. Pada saat pengkajian kondisi Tn. P lemah dengan kondisi gelisah karena menahan nyeri dengan pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah 110/80 mmHg, nadi : 100 kali per menit, pernafasan : 20
9
kali per menit, suhu badan : 36,5º C dan terapi cairan parenteral KaEN 3B 20 tetes per menit. Pengkajian riwayat penyakit dahulu, Tn. P dan keluarga mengatakan bahwa sering bolak-balik mondok di rumah sakit karena penyakit ca buli, Tn. P tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun kondisi lingkungan atau cuaca. Tn. P mengatakan pernah menderita penyakit demam dan flu berat, tetapi dapat sembuh dengan periksa ke dokter dan berobat jalan. Untuk riwayat penyakit keluarga, Tn. P mengatakan dalam keluarganya tidak terdapat anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes melitus dan tidak ada yang mengidap penyakit yang sama dengan Tn. P. Dalam silsilah keluarga Tn. P adalah anak ke 5 dari 6 bersaudara dengan umur 72 tahun dan menjadi seorang duda dan bapak yang mempunyai 5 anak dan saat ini tinggal dengan salah satu anaknya. Pada
pengkajian
riwayat
kesehatan
lingkungan,
Tn.
P
mengatakan daerahnya termasuk dalam lingkungan yang masih pedesaan yang jauh dari tempat pembuangan sampah akhir, pabrik yang memproduksi limbah industri, maupun saluran pembuangan. Tn. P mengatakan lingkungan sekitarnya bersih dan selalu dilakukan kerja bakti.
10
2. Pola Kesehatan Fungsional Pada pengkajian kesehatan fungsional menurut Gordon, pada pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit Tn. P mengatakan dapat melakukan aktivitas secara mandiri seperti makan, minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, dan ambulasi atau ROM. Tetapi selama sakit aktivitas Tn. P dengan cara menggunakan alat bantu dan dibantu orang lain. Pada pola istirahat dan tidur, Tn. P mengatakan mengalami gangguan yaitu kualitas tidur yang kurang nyenyak dan jam tidur yang kurang yaitu 5 jam pada malam hari dan 2 jam pada siang hari, karena terganggu akibat nyeri yang dideritanya, yang sebelumnya sewaktu sehat Tn. P mampu mengoptimalkan waktu tidur dan kualitas tidur yang baik. Pada pola kognitif dan perseptual, sebelum sakit Tn. P mengatakan dapat berkomunikasi dengan lancar, mampu berorientasi penuh pada lingkungan, mengidentifikasi keadaan, orang, dan situasi dengan kesadaran penuh dan dapat mempersepsikan tingkat kenyamanan. Selama sakit Tn. P mengatakan nyeri saat buang air kecil, dengan rasa seperti tertusuk-tusuk benda tajam skala nyeri 7.
3. Pemeriksaan Fisik Pada pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum Tn. P adalah sedang dengan kesan sedikit lemah, kesadaran composmentis dengan nilai Glasgow Coma Scale (GCS)
15, eye 4, verbal 5, motoric 6, untuk
11
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 100 kali per menit, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,5º C. Dari pemeriksaan fisik abdomen dapat terlihat perut datar terdapat luka bekas operasi kurang lebih 15 cm, saat ditekan terdapat rangsangan nyeri dengan skala 7 pada perut bagian bawah disekitar kuadran 3 dan 4.
4. Data Penunjang dan Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium sebelum pelaksanaan operasi yang dilakukan pada tanggal 26 maret 2012 adalah Hemoglobin 8,5 g/dl, Hematokrit 26%, Leukosit 8,9 ribu/ul, Trombosit 49 ribu/ul, Eritrosit 3,02 juta/ul. Dan pemeriksaan setelah tindakan operasi tanggal 01 april 2012 didapatkan hasil sebagai berikut Hemoglobin 10,5 g/dl, Hematokrit 32%, Leukosit 9,0 ribu/ul, Trombosit 242 ribu/ul, Eritrosit 4,48 juta/ul. Pemeriksaan radiologi untuk CT-Scan abdomen didapatkan hasil yaitu tidak terlihat batu radioopaque sepanjang tractus urinarius, spondilosis lumbalis (perubahan pada sendi tulang belakang dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti perubahan pada tulang dan jaringan lunak atau dapat berarti pertumbuhan berlebihan atau osteofit, yang terutama terletak di aspek anterior, lateral, dan kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis), osteoporatik. Pada laporan operasi, dilaksanakan pada tanggal 29 Maret 2012 oleh dr. S dengan diagnosa hematuri suspek ca buli post transurethral
12
buli, jaringan yang dieksisi adalah transurethral buli pada operasi regular khusus dengan posisi pasien litotomi. Hasil sitoskopinya terlihat massa dari anterolateral sinistra, divertikel dan eralekulasi tidak ada, prostat sedikit bising. Dilakukan transurethral buli dengan kerokan kurang lebih 59 sisa tumor sudah tidak ada dan operasi selesai. Intruksi pasca operasi dan anestesi, Tn. P diposisikan head up 30° (untuk merelaksasikan dan memperkuat perfusi dengan elevasi), oksigen 3 liter per menit melalui nasal kanul, awasi tanda-tanda vital (tekanan darah, pernafasan, nadi, suhu) tiap 15 menit, apabila tekanan darah turun dibawah 90/60 mmHg berikan kristaloid 200 cc atau efedrin 10 gram, apabila muntah berikan ondancentron 4 miligram, dan apabila kesakitan berikan ketorolac 30 miligram, infuse 2000 cc per 24 jam RL atau NaCl.
5. Terapi Medis Pada tanggal 29 Maret 2012 Tn. P mendapatkan terapi tirah baring total, cairan parenteral Ringer Laktat 20 tetes per menit, Vitamin K 2 kali 10 miligram, Antrain 2 kali per 1 gram, Ranitidine 2 kali 1 gram, ceftriaxone 2 kali 1 gram.
C. Perumusan Masalah Keperawatan Berdasarkan pengkajian diatas didapatkan masalah keperawatan yang terjadi pada Tn. P yaitu nyeri akut, dengan data subyektif : Tn. P
13
mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam yang terjadi saat buang air kecil, Tn. P terlihat meringis kesakitan menahan nyeri. Sehingga penulis dapat merumuskan diagnosa keperawatan yang meliputi : nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
D. Perencanaan Rencana keperawatan yang dilakukan penulis untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan klien dapat mengontrol nyeri yang dirasakan dan masalah nyeri akut dapat berkurang dengan kriteria hasil skala nyeri dalam batas normal (0), Tn. P tidak meringis kesakitan, Tn. P tidak memegangi daerah sekitar perut bawah, tanda-tanda vital dalam batas normal yaitu nadi rentang 80–100 kali per menit, tekanan darah 120/80 mmHg, pernafasan dan suhu normal, dengan rencana keperawatan, kaji dan identifikasi karakteristik nyeri (PQRST) untuk mengetahui respon klien terhadap terapi yang diberikan, kaji keluhan utama, monitor tanda-tanda vital karena merupakan indikator penting terhadap adanya peningkatan intensitas nyeri, berikan lingkungan yang nyaman agar klien dapat beristirahat, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi untuk mengurangi nyeri, kolaborasi pemberian analgesik sesuai dengan advice dokter dibutuhkan untuk menghilangkan spasme atau nyeri otot atau untuk menghilangkan
ansietas
dan
meningkatkan
istirahat.
Tindakan
keperawatannya adalah mengkaji keluhan utama, tanda-tanda vital, dan mengkaji karakteristik nyeri (PQRST), memberikan posisi nyaman (head up
14
30º) dan rileks atau santai untuk meminimalkan perasaan nyeri yang diderita oleh Tn. P, memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi dan teknik distraksi, kolaborasi dengan tim medis untuk tindakan lanjut dalam rangka mengurangi atau menghilangkan perasaan nyeri Tn. P, yaitu memberikan terapi farmakologis untuk menghilangkan perasaan nyeri.
E. Implementasi Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 10.00 WIB, yaitu : mengkaji keluhan utama, jam 10.05 WIB memonitor tanda-tanda vital, dan jam 10.10 WIB mengidentifikasi karakteristik nyeri (PQRST) didapatkan respon pasien : pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam saat buang air kecil dengan skala nyeri 6, pasien mengatakan nyeri masih dirasakan tetapi tidak seberat saat sebelum dilakukan operasi, melaporkan kondisi drainase masih produktif dengan jumlah kurang lebih 70 CC warna merah tua dan balutan kering juga bersih untuk dilakukan medikasi, posisi tidur terlentang memberikan kenyamanan dan sudah dapat tidur dengan nyenyak, nafsu makan mulai kembali, sudah dapat buang air besar dan buang air kecil dengan ekspresi meringis menahan nyeri, gelisah dan tidak rileks. Pada jam 10.10 WIB, memberikan posisi nyaman untuk klien dan memodifikasi lingkungan yang panas dengan membuka jendela dan menghidupkan kipas angin, didapatkan respon pasien adalah pasien mengatakan nyeri masih dirasakan tetapi sedikit nyaman dengan kondisi lingkungan yang sejuk. Jam 10.25 WIB, memberikan motivasi kepada pasien
15
untuk melakukan teknik relaksasi dan teknik distraksi untuk mengurangi perasaan nyeri, pasien mengatakan sudah pernah diajarkan teknik relaksasi dan teknik distraksi yang dipraktikan oleh perawat sebelumnya. Jam 11.00 WIB, kolaborasi dengan tim medis yaitu : memberikan terapi farmakologis untuk mengurangi atau menghilangkan perasaan nyeri dengan injeksi antrain 1 gram, ranitidine 1 gram, ceftriaxone 1 gram, dan vitamin K 10 miligram, obat masuk dan tidak ada reaksi abnormal, alergi dan anafilaksis. Pada jam 13.00 WIB, melakukan observasi untuk memonitor tanda-tanda vital dengan hasil : tekanan darah : 110/80 mmHg, pernafasan : 20 kali per menit, nadi : 100 kali per menit, suhu : 36,5º C, pasien sudah terlihat nyaman dengan keadaannya. Tindakan keperawatan pada hari kedua tanggal 4 April 2012 jam 10.20 WIB, mengobservasi keadaan pasien dan mengobservasi nyeri (PQRST), jam 10.25 WIB memonitor tanda-tanda vital, pasien mengatakan nyeri masih dirasakan tetapi tidak seberat saat sebelum dilakukan operasi, skala nyeri 5, kondisi balutan kering dan bersih, melaporkan balutan operasi untuk dilakukan medikasi dan kondisi drainase yang sudah kurang produktif karena masih sama dengan hari sebelumnya yaitu kurang lebih 70 CC warna merah tua, nyaman dengan posisi tidur terlentang dan sudah dapat tidur dengan nyenyak, nafsu makan mulai kembali, sudah dapat buang air besar dan buang air kecil dengan ekspresi meringis menahan nyeri, gelisah dan tidak rileks, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil, tekanan darah : 100/80 mmHg, nadi : 90 kali per menit, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,5º C. Jam 10.30, memberikan terapi sesuai dengan advice dari dokter, yaitu injeksi
16
ceftriaxone 1 gram, antrain 1 gram, ranitidine 1 gram, vitamin K 10 miligram dengan respon pasien menunjukkan obat masuk tidak ada reaksi abnormal, alergi dan anafilaksis. Jam 10.45 WIB, menyarankan pasien untuk melakukan aktivitas latihan mandiri di tempat tidur dengan miring ke kanan dan ke kiri, di dapatkan respon, pasien mengatakan merasa pegal dan terlihat berusaha. Jam 11.55, menganjurkan pasien untuk menghabiskan menu diet dari rumah sakit dan memotivasi pasien untuk istirahat, pasien mengatakan menghabiskan setengah porsi diet rumah sakit. Tindakan keperawatan pada tanggal 5 April 2012, yaitu jam 10.00 WIB, mengobservasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, jam 10.15 WIB mengobservasi kondisi balutan luka dan karakteristik nyeri (PQRST), mendapatkan hasil pasien mengatakan nyeri yang dirasakan intensitasnya semakin berkurang, dengan skala nyeri 4, dapat tidur dengan nyenyak, mencoba melakukan aktivitas latihan secara mandiri, berusaha melakukan mobilisasi di tempat tidur, kondisi balutan kering dan bersih, melaporkan kondisi drainase yang sudah tidak produktif karena sudah berkurang dari sebelumnya dengan jumlah kurang lebih 50 CC warna merah, koordinasi untuk medikasi, pasien terlihat sedikit rileks dan kondisi segar, dari pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 100 kali per menit, pernafasan : 20 kali per menit, Suhu : 36,5º C. Jam 10.30 WIB, memberikan terapi injeksi sesuai program yaitu, ceftriaxone 1 gram, antrain 1 gram, ranitidine 1 gram, vitamin K 10 miligram, dengan respon pasien obatnya masuk tanpa reaksi abnormal dan alergi. Jam 10.40 WIB, memotivasi
17
pasien untuk mobilasasi secara bertahab, pasien mengatakan sudah mampu miring ke kanan dan ke kiri. Jam 11.50 WIB, memotivasi pasien untuk menghabiskan
diet
rumah
sakit
dan
istirahat
untuk
mempercepat
penyembuhan, pasien mengatakan habis setengah porsi dan dapat istirahat dengan rileks atau nyaman.
F. Evaluasi Penulis melakukan evaluasi dengan metode evaluasi proses dan evaluasi hasil. Evaluasi proses dilaksanakan berdasarkan respon pasien dan keberhasilan tindakan dilakukan pada saat dan setelah dilakukan tindakan keperawatan. Hasil dari evaluasi respon telah diuraikan pada sub bab sebelumnya (implementasi). Evaluasi hasil dilakukan sesuai dengan tujuan dari masing-masing intervensi pada diagnosa keperawatan yang muncul. Evaluasi hari pertama dilaksanakan pada tanggal 3 April 2012 jam 13.00 WIB dengan evaluasi diagnosa keperawatan nyeri akut. Subyektif : pasien mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam saat buang air kecil. Obyektif : pasien terlihat meringis kesakitan, skala nyeri 6, pasien memegangi perut bawah, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit dan suhu 36,5 ºC. Kondisi balutan luka operasi kering dan bersih, warna kulit sekitar luka normal (tidak ada tanda-tanda infeksi), produksi drain masih produktif kurang lebih 70 cc, dengan warna merah tua. Analisa terhadap masalah nyeri akut belum teratasi. Perencanaan dilanjutkan yaitu kaji
18
karakteristik nyeri (PQRST), berikan lingkungan yang nyaman dan tenang, ajarkan teknik relaksasi dan distraksi, kolaborasi pemberian analgesik sesuai dengan advice dokter, monitor drain dan keadaan luka operasi, anjurkan pasien untuk mobilisasi bertahab dan sering. Evaluasi hari kedua tanggal 4 April 2012 jam 13.00 adalah pasien mengatakan nyeri yang dirasakan lebih ringan dari hari sebelumnya, buang air besar dan buang air kecil sudah mulai berkurang dari sebelumnya walaupun masih terasa nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam. Respon pasien mengatakan nyeri masih dirasakan tetapi tidak seberat saat sebelum dilakukan operasi, skala nyeri 5, nyaman dengan posisi tidur terlentang dan sudah dapat tidur dengan nyenyak, nafsu makan mulai kembali, sudah dapat buang air besar dan buang air kecil dengan ekspresi meringis menahan nyeri, gelisah dan tidak rileks, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil, tekanan darah : 100/80 mmHg, nadi : 90 kali per menit, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,5º. Kondisi balutan luka operasi kering dan bersih, warna kulit sekitar luka normal (tidak ada tanda-tanda infeksi), produksi drain kurang lebih 70 cc dengan warna merah tua, sudah kurang produktif karena sama dengan hari sebelumnya. Analisa dari uraian di atas adalah masalah keperawatan belum teratasi. Perencanaan selanjutnya yaitu dengan melanjutkan kaji karakteristik nyeri (PQRST), monitor drain dan keadaan luka operasi, anjurkan pasien untuk mobilisasi bertahab, dan kolaborasi pemberian analgetik sesuai dengan advice dokter.
19
Evaluasi hari ketiga tanggal 5 April 2012 jam 14.00 mendapatkan hasil, pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan rileks meski nyeri masih muncul dengan skala yang lebih ringan, respon pasien mengatakan pasien mengatakan nyeri yang dirasakan intensitasnya semakin berkurang, dengan skala nyeri 4, dapat tidur dengan nyenyak, mencoba melakukan aktivitas latihan secara mandiri, berusaha melakukan mobilisasi di tempat tidur, kondisi balutan kering dan bersih, koordinasi untuk medikasi, pasien terlihat rileks dan kondisi segar, dari pemeriksaan tanda-tanda vital yaitu tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 100 kali per menit, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,5º C. Pengamatan kondisi balutan luka operasi kering dan bersih, warna kulit sekitar luka normal (tidak ada tanda-tanda infeksi), produksi drain kurang lebih 50 cc dengan warna merah tua, sudah tidak produktif karena sudah berkurang dari hari sebelumnya. Kolaborasi pemberian analgesik sesuai dengan advice dokter. Dari data di atas dapat ditetapkan analisa yaitu masalah keperawatan belum teratasi, dilanjutkan dengan perencanaan : kaji karakteristik nyeri (PQRST), monitor tanda-tanda infeksi pada luka operasi, rencana pelepasan drainase dan anjurkan pasien untuk mobilisasi bertahab. Sesuai protokol pembedahan onkologi maka pasien harus melalui tahap kemoterapi, maka perencanaan ditambahkan kolaborasi dan koordinasi dengan medis dalam pengawasan dan persiapan kemoterapi.
20
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang tentunya bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan, menurut Teori Hierarki Maslow yang kemudian dikembangkan oleh Richard A. Khalish terdapat lima kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi, yakni kebutuhan fisiologis; kebutuhan rasa aman dan keselamatan; kebutuhan mencintai, dicintai dan dimiliki; kebutuhan akan harga diri, serta kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan fisiologi merupakan kebutuhan yang paling dasar, salah satu yang termasuk di dalamnya adalah kebutuhan untuk mengindari dari rasa nyeri (Anonim, 2011). Pada bab ini penulis akan membahas kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara teori dengan praktik pada Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3-5 April 2012 di ruang Mawar 3 RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Disamping itu penulis akan membahas tentang faktor pendukung dan
yang
meliputi
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
intervensi,
implementasi, dan evaluasi. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan.
20
21
Penyusunan
Asuhan
Keperawatan
berdasarkan
kaidah
dokumentasi
keperawatan (Nursalam, 2000). Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995). Dari diagnosis klinis yamg sudah jelas, tindakan yang paling tepat dan merupakan satu-satunya pilihan yang baik untuk kanker kandung kemih adalah transurethral buli (pembedahan untuk mengangkat sel kanker yang dialakukan melalui uretra). Pada transurethral tanpa komplikasi biasanya tidak perlu diberikan antibiotik, tetapi jika hal tersebut diperlukan tidak menjadi masalah yang besar. Penundaan tindak bedah sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Pada penderita yang didiagnosisnya tidak jelas sebaiknya dilakukan observasi dulu. Pemeriksaan laboratorium dan CT-Scan abdomen bisa dilakukan bila dalam observasi masih terdapat keraguan (Sjamsuhidayat, 2005). Pengkajian pada Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Tn. P dengan Ca Buli Post Transurethral Buli, pengkajian dilakukan dengan metode auto dan allo anamnese sesuai dengan kaidah peraturan pengkajian keperawatan, mulai dari biodata, keluhan utama, riwayat penyakit, pola fungsional, pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang dan terapi yang diberikan (World Journal of Medical Sciences, 2008).
22
Pada pemeriksaan fisik terutama saat dilakukan pengkajian keluhan utama adalah perasaan nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam. Nyeri kanker dan tumor (Cancer and tumor pain / CTP) secara tradisional dideskripsikan sebagai hasil dari somatik, visceral atau neuropatik. Nyeri somatik diyakini berasal dari stimulasi nosiseptor perifer oleh invasi tumor secara langsung atau melalui penekanan (misalnya terjadinya metastasis pada tulang). Nyeri viseral diperkirakan sebagai hasil dari iskemia, inflamasi, atau stimulasi mekanis langsung yang diakibatkan invasi tumor; stimulasi nosiseptor viseral dikaitkan dengan nyeri klasik yang menjalar disertai mual dan diaforesis. Nyeri neuropatik dihasilkan oleh kompresi dan stimulasi langsung tumor pada serabut saraf, dengan nyeri yang dirasakan sering dideskripsikan berupa rasa sakit yang tidak biasa atau tidak nyaman (Michael Walta, 2012). Bagian tubuh yang terdapat massa atau tumor yaitu pada perut bagian bawah tepatnya di kandung kemih yang dirasakan nyeri saat buang air kecil dengan karakteristik nyeri dengan keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan adalah nyeri pada daerah yang mengalami masalah atau di tempat penyebab nyeri (Arif Mutaqin, 2008). Nyeri merupakan keluhan utama pada tumor ganas. Adanya nyeri menunjukkan ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya, perdarahan, atau degenerasi. Riwayat penyakit terdapat pembengkakan yang timbul secara perlahan-lahan dan dalam waktu yang lama (Arif Mutaqin, 2008 : 425). Riwayat penyakit dahulu tidak ditemukan adanya riwayat penyakit dengan keluhan dan gejala yang sama, serta tidak ditemukan data paparan
23
radiasi maupun pengguanaan zat karsinogenik, penyebab dari penyakit ini masih belum diketahui. Beberapa penelitian menyebutkan kemungkinan karena faktor genetik, radiasi, bahan kimia, rokok dan virus (Wan Desen, 2008 : 476). Hasil pengkajian tentang pola aktivitas dan latihan selama sakit aktivitas pasien dengan cara menggunakan alat bantu dan dibantu orang lain. Hal tersebut dikarenakan terjadi interaksi antara stimulus nyeri dan sensasi lain dan stimulasi serabut yang mengirim sensasi tidak nyeri memblok atau menurunkan transmisi impuls nyeri melalui sirkuit gerbang penghambat yang sel-sel inhibitori dalam kornu dorsalis medulla spinalis mengandung enkefalin yang menghambat transmisi nyeri (Brunner & Suddarth, 2002). Pada pola istirahat dan tidur, klien mengatakan mengalami gangguan yaitu kualitas tidur yang kurang nyenyak dan jam tidur yang kurang karena terganggu akibat nyeri yang dideritanya. Hal tersebut disebabkan karena nyeri pada abdomen bawah sekitar kuadran 3 dan 4 yang meningkat saat buang air kecil (Doengoes, 2000). Pada pola kognitif dan perseptual, selama sakit klien mengatakan nyeri saat buang air kecil, dengan rasa seperti tertusuk-tusuk benda tajam skala nyeri 7-8. Disebabkan karena ujung saraf bebas dalam kulit yang berespons hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial merusak, kemudian stimulasi tersebut sifatnya bias mekanik, termal, dan kimia. Sendi, otot skelet, fasia, tendon, dan jaringan juga mempunyai potensi untuk mentransmit stimuli yang menyebabkan nyeri (Brunner & Suddarth, 2002).
24
Pada pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum Tn. P adalah sedang dengan kesan sedikit lemah, kesadaran composmentis dengan nilai glasglow coma scale (GCS) 15, eye 4, verbal 5, motoric 6, untuk pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil : tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 100 kali per menit, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 36,5º C. Pada pasien setelah tindakan pembedahan terkadang demam ringan dengan suhu sekitar 37,5-38,5º C, bila suhu lebih tinggi, mungkin sudah terjadi perforasi (Sjamsuhidayat, 2005 : 641). Dari pemeriksaan fisik abdomen dapat terlihat perut datar terdapat luka bekas operasi kurang lebih 15 cm, saat perut ditekan terdapat rangsangan nyeri pada perut bagian bawah disekitar kuadran 3 dan 4. Pada intepretasi pemeriksaan penunjang yang mendukung tegaknya diagnosa adalah pada pemeriksaan radiologi CT-Scan abdomen karena keluhan utama terletak pada perut bagian bawah dengan menggunakan pancaran sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan jaringan untuk memberikan panadangan potongan melintang, untuk deteksi bagian abdomen, pelvis (Brunner & Suddarth, 2005), dengan didapatkan hasil yaitu tidak terlihat batu radioopaque sepanjang tractus urinarius, spondilosis lumbalis, osteoporatik, dikarenakan pemeriksaan tersebut dilakukan setelah tindakan pembedahan, sehingga massa atau tumor yang terdapat di kandung kemih sudah tidak terlihat. Dari pemeriksaan darah sesuai riwayat penyakit yaitu kadar hemoglobin pada pasien cenderung mengalami anemia, akibat peningkatan neovaskularisasi dan peningkatan kebutuhan darah untuk pembentukan jaringan baru (Arif Mutaqin, 2008 : 427).
25
Diagnosa keperawatan yang diangkat penulis adalah Nyeri yang berhubungan dengan diskontinuitas jaringan. Pengertian dari nyeri adalah pengalaman sensori yang tidak menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan (International Association for the Study of Pain), awitan tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diramalkan durasinya kurang dari enam bulan (NICNOC, 2006). Oleh penulis diagnosa tersebut diangkat sebagai diagnosa utama karena merupakan faktor yang utama yang membuat pasien mengalami berbagai macam gangguan dalam melakukan aktivitas, istirahat, pola makan, dan melakukan kegiatan mobilisasi, sehingga nyeri merupakan tersangka utama yang membuat pasien mengalami gangguan tidak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan keadaan normal. Hal ini dibuktikan dengan adanya keluhan utama yang mengungkapkan secara verbal tentang nyeri (Wilkinson, 2006 : 345-346). Nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan yang timbul dari kerusakan jaringan aktual maupun potensial, yang dirsakan dalam jangka waktu saat kerusakan terjadi (IASP cit Potter & Perry, 2005). Nyeri dibagi menjadi 2 bentuk, nyeri akut dan nyeri kronis. Nyeri akut ialah nyeri yang timbul secara tiba-tiba atau perlahan dengan intensitas ringan sampai berat, waktu berakhirnya dapat diantisipasi atau diperkirakan, dan durasi kurang dari 6 bulan. Nyeri kronis ialah nyeri yang timbul secara tiba-tiba dengan intensitas ringan sampai berat, dapat bersifat
26
menetp atau intermiten, waktu berakhirnya tidak dapat diperkirakan, dan durasi lebih dari 6 bulan (Newfield et al, 2007). Batasan karateristik di dalam nyeri akut antara lain adanya ungkapan secara verbal atau isyarat, bukti-bukti objektif, posisi menghindari nyeri, perilaku melindungi, wajah topeng, gangguan tidur (mata telihat kuyu, garakan tidak teratur atau tidak menentu, dan menyeringai), berfokus pada diri sendiri, fokus menyempit (misalnya, perubahan pada persepsi waktu, perubahan proses pikir, penggunaan interaks dengan orang lain atau lingkungan), perilaku distraksi, respon-respon autonomik (misalnya, tekanan darah, diaforesis, pernafasan atau perubahan nadi), perubahan autonomik dari tonus otot (dapat dalam rentang tidak berenergi sampai kaku), perilaku ekspresif (misalnya, kegelisahan, merintih, menangis, kewaspadaan berlebih, peka terhadap rangsang,dan menarik nafas panjang), dan perubahan nafsu makan dan makan (Wilkinson, 2007). Semua batasan karakteristik tersebut tidak selalu muncul pada tiap kasus nyeri karena masing-masing orang memiliki respon yang berbeda terhadap nyeri. Pengalaman nyeri seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni arti nyeri bagi individu, persepsi nyeri individu, toleransi terhadap nyeri, dan reaksi individu terhadap nyeri (Potter & Perry, 2005). Pengkajian terhadap nyeri yang akurat diperlukan untuk upaya pentalaksanaan nyeri yang efektif. Pengkajian nyeri terdiri dari 2 komponen, yakni riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien dan observasi respons perilaku dan fisiologis. Komponen pengkajian nyeri biasa disingkat dengan
27
PQRST, yaitu provocate (faktor yang menimbulkan nyeri), quality (kualitas nyeri : tumpul, tajam), region (lokasi atau daerah penjalaran), severity (ketajaman atau intensitas), dan time (waktu serangan, lamanya, kekerapan dan sebab) (Wahit Iqbal Mubarak, 2007). Pengukuran intensitas atau nyeri ada beberapa macam cara. Salah satunya ialah skala nyeri Hayward yang menggunakan skala longitudinal yang terdiri dari angka 0 sampai 10. Angka 0 menggambarkan tidak adanya nyeri, 1 - 3 menggambarkan nyeri ringan, 4 - 6 menggambarkan nyeri sedang, 7 - 9 menggambarkan
nyeri
berat
yang
masih
bisa
terkontrol
dan
10
menggambarkan nyeri yang sangat berat serta tidak bisa dikontrol (Wahit Iqbal Mubarak, 2007). Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (Jelas), Measureable (dapat di ukur), Acepptance, Rasional, dan Timming, yang dilakukan oleh penulis adalah nyeri berkurang, dengan kriteria hasil : Melaporkan penurunan nyeri menjadi normal skala 0, ekspresi wajah rilex dan tenang, pemeriksaan Tanda-tanda Vital dalam batas normal, mampu melakukan aktivitas yang tidak menambah nyeri. Perencanaan keperawatannya sesuai dengan manajemen penatalaksanaan nyeri, yaitu : Mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), Memberikan dan mengajarkan pengendalian perasaan nyeri secara non farmakologis yaitu teknik relaksasi dan distraksi, karena teknik relaksasi dapat menimbulkan relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketegangan otot yang menunjang nyeri dan disertai juga
28
dapat menurunkan nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak (Brunner & Suddarth, 2002), dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik dan tindakan terapi lanjutan untuk penanggulangan nyeri (Wilkinson, 2006 : 341-345). Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis adalah dengan merujuk pada prosedur manajemen penanganan nyeri sesuai taksonomi NANDA yaitu dengan mengkaji karakteristik nyeri mulai dari P (Provoking Incident) : Hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah saat buang air kecil, Q (Quality of Pain) : Nyeri yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk benda tajam, tetapi sesuai dengan subyektif dari klien, R (Region) : Daerah yang mengalami nyeri di perut bagian bawah tepatnya pada kandung kemih, S (Severite/Scale of Pain) : Nyeri yang dirasakan klien secara subyektif antara 1-3 pada skala 0-4, T (Time) : Kapan nyeri dirasakan, apakah saat aktivitas (saat buang air kecil) dan hilang saat istirahat atau terus-menerus (Arif Mutaqin, 2008 : 425). Memberikan posisi nyaman (head up 30º) dan rileks untuk meminimalkan perasaan nyeri yang diderita oleh pasien, memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi, dilakukan agar pasien lebih rileks dan nyaman sehingga pasien dapat mentoleransi perasaan nyeri yang dirasakan. Mengobservasi keadaan balutan luka dan produksi drain untuk menilai dan mengoreksi keadaan dan penanganan pasca dilakukan tindakan pembedahan. Memberikan terapi
29
farmakologis untuk menghilangkan perasaan nyeri dengan medika mentosa (Jerkin, 2011 ; 46:621-629). Tindakan keperawatan pada hari kedua adalah untuk mencapai tujuan keperawatan yang sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan oleh penulis, meliputi tindakan penanganan manajemen nyeri yang sesuai dengan pengelolaan nyeri dengan tindakan keperawatan mulai dari mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan lingkungan nyaman dan rileks, menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi diet dari RS agar asupan nutrisi adekuat yang digunakan untuk pembentukan sel tubuh sebagai zat pembangun dan mengganti sel yang rusak paska pembedahan (Berger, 2001 : 1067),
memotivasi
untuk
melakukan
teknik
relaksasi/distraksi,
dan
menghilangkan nyeri secara farmakologi dengan pemberian analgetik, mengobservasi keadaan balutan luka dan produksi drain untuk menilai dan mengoreksi keadaan dan penanganan pasca dilakukan tindakan pembedahan, yaitu dengan pemantauan tanda-tanda vital, respon klien, dan pemantauan aktivitas traktus gastrointestinal (Wong CH, 2012). Pada pengelolaan nyeri pasien masih ditunjang dengan menggunakan farmakologi, karena protokol bedah yang mengharuskan memberikan terapi analgesik non narkotik sebagai terapi paska pembedahan. Terapi injeksi yang disarankan oleh dokter adalah injeksi antibiotik Ceftriaxone 2 kali per 1 gram dengan IV yang merupakan Antibiotik golongan Sefalosporin profilaksis, dan Antrain 2 kali per 1 gram sebagai Analgetik pasca pembedahan, Ranitidine 2 kali per 1 gram, Vitamin K 2 kali 10 miligram (Rachadian, 2010).
30
Tindakan keperawatan hari ketiga adalah dengan pelaksanaan manajemen nyeri, dengan pengelolaan nyeri dengan tindakan keperawatan mulai dari mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan lingkungan nyaman dan rileks, menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi diet dari RS agar asupan nutrisi adekuat yang digunakan untuk pembentukan sel tubuh sebagai zat pembangun dan mengganti sel yang rusak paska pembedahan (Berger, 2001 : 1067), memotivasi untuk melakukan teknik relaksasi/distraksi, dan menghilangkan nyeri secara farmakologi dengan pemberian analgetik, mengobservasi keadaan balutan luka dan produksi drain supaya rentang nyeri dapat ditoleransi oleh klien dan terdapat kesan penurunan intensitas nyeri, tetap melakukan motivasi kepada pasien untuk menghabiskan porsi diet RS, pemantauan tanda-tanda vital, respon klien, dan pemantauan aktivitas traktus gastrointestinal (Wong CH, 2012), dan perawatan luka operasi, yang merupakan tugas dan tanggung jawab perawat, tetapi karena tuntutan profesi serta keperluan pembelajaran dan medikasi dilakukan oleh residen bedah onkologi. Evaluasi tindakan keperawatan didasarkan pada respon klien yang dinilai secara S,O,A,P. Pada hari pertama tanggal 3 April 2012 jam 13.00 WIB, yang dilakukan penulis adalah monitoring tanda-tanda vital, keadaan umum, kesadaran, dan respon pasien masih terlihat meringis menahan kesakitan karena nyeri yang dirasakan. Asassement ditarik kesimpulan bahwa untuk penilaian diagnosa yang diangkat yaitu nyeri dapat dikaji dan dilakukan tindakan, sehingga tujuan dari tindakan sudah berhasil. Perencanaan yang
31
paling tepat adalah dengan melanjutkan intervensi pengelolaan dan manajemen nyeri ditambah anjuran dari dokter yaitu manajemen koreksi serta penanganan simtomatis paska pembedahan seperti pengawasan tanda-tanda vital secara terus-menerus, pemantauan status eliminasi (BAB dan BAK), dan mencegah kemungkinan terjadinya infeksi, yaitu dengan memonitor luka/balutan dan produktifitas drain dengan warna yang normal (merah tua) yang digunakan untuk koreksi sekaligus terapi paska pembedahan. Pada hari kedua tanggal 4 April 2012 jam 13.00 WIB, ditemukan adanya perkembangan dari terapi yang dilakukan, yaitu penurunan intensitas nyeri yang secara verbal disampaikan oleh pasien, tetapi nyeri terkadang masih dirasakan dengan skala yang relatif lebih ringan (skala 5) pada perut bagian bawah saat buang air kecil, mobilisasi pasien menunjukkan respon positif dan tanda-tanda vital dalam batas normal, pada evaluasi koreksi dari terapi pembedahan tidak ditemukan adanya tanda-tanda abnormal seperti infeksi (keadaan kulit sekitar insisi normal, tanda-tanda vital dalam ambang normal). dan serta drain sudah tidak seproduktif hari sebelumnya (merah tua). Dari analisa yang didapatkan dapat ditarik kesimpulan Asassement pada hari kedua adalah masalah belum teratasi, sehingga perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan adalah melanjutkan intervensi. Mengingat masih terdapat keluhan nyeri meskipun intensitas dan skala lebih rendah dari hari sebelumnya, maka intervensi penatalaksanaan nyeri masih tetap dilakukan, mulai dari mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T),
memberikan
tindakan
keperawatan
untuk
meningkatkan
32
kenyamanan pasien, menganjurkan pasien untuk ambulasi di tempat tidur, dan motivasi kepada pasien untuk tetap melakukan teknik relaksasi dan distraksi. Evaluasi tindakan hari ketiga, pada tanggal 5 April 2012, jam 14.00 respon pasien yang semakin toleran terhadap nyeri dengan mengatakan sudah merasa lebih nyaman dan rileks skala nyeri 4 pada daerah perut bagian bawah saat buang air kecil, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, monitor status nutrisi baik, ambulasi serta mobilisasi pasien dalam respon positif (tanpa mengalami gangguan dan keluhan), dan kondisi balutan kering dan bersih tidak tampak adanya tanda-tanda infeksi serta drain sudah tidak seproduktif hari sebelumnya. Kesimpulan yang didapatkan adalah Asassement masalah keperawatan belum teratasi, rencana
tindakan keperawatan
selanjutnya adalah manajemen nyeri dengan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan keperawatan yang meningkatkan kenyamanan pasien,
memotivasi untuk ambulasi, dan kolaborasi pemberian antibiotik jika sudah diketahui jenis antibiotik yang sesuai. Pada evaluasi hari ke tiga dokter spesialis bedah onkologi melalui residen bedah melakukan koordinasi dengan tim keperawatan untuk persiapan kemoterapi, sesuai dengan protokol bedah onkologi selesai tindakan reseksi radikal harus dilakukan tindakan kemoterapi (Darwis, 2003), sehingga tindakan keperawatan kolaborasi ditambah dengan motivasi pasien untuk persiapan dilakukan tindakan kemoterapi dan rencana pelepasan drainase.
33
B. SIMPULAN DAN SARAN 1) Kesimpulan Setelah penulis melakukan Pengkajian, Analisa Data, Penentuan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi tentang Asuhan Keperawatan Pemenuhan Gangguan Rasa Nyaman : Nyeri Pada Tn. P Dengan Ca Buli post Transurethral Buli di RSUD Dr. Moewardi Surakarta secara metode studi kasus, maka dapat ditarik kesimpulan a. Pengkajian pada Tn. P dengan Kanker kandung kemih adalah nyeri yang diakibatkan dari nyeri saat buang air kecil. Nyeri dirasakan di perut bagian bawah yang terletak di kandung kemih. Riwayat penyakit sekarang Tn. P nyeri dirasakan kurang lebih sejak 6 bulan yang lalu saat buang air kecil yang bercampur darah. Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk benda tajam dengan skala nyeri 7. Dari hasil observasi tanda-tanda vital didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit dan suhu 36,5º C. Dan didukung juga dari hasil CT Scan dan laboraorium. b. Perumusan masalah diagnosa keperawatan pada Tn. P dengan Ca Buli adalah nyeri berhubungan dengan agen cedera biologis. dengan data subyektif : Tn. P mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk benda tajam yang terjadi saat buang air kecil, Tn. P terlihat meringis kesakitan menahan nyeri. Sehingga penulis dapat merumuskan diagnose keperawatan yang meliputi : nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
34
c. Perencanaan asuhan keperawatan pada Tn. P dengan Ca Buli adalah mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), menciptakan lingkungan nyaman dan tenang untuk membuat pasien dapat beristirahat, memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi dan distraksi untuk meringankan nyeri yang dirasakan, kolaborasi dengan medis untuk melakukan terapi yang tepat dalam menangani penyakit pasien (kemoterapi). d. Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Tn. P dengan Ca Buli adalah sesuai dengan perencanaan tindakan asuhan keperawatan, tindakan keperawatan dilakukan modifikasi sesuai kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep keperawatan yaitu dengan mengobservasi karakteristik nyeri, memberikan lingkungan yang nyaman, menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi diet dari RS, memotivasi
untuk
melakukan
teknik
relaksasi
dan
distraksi,
mengobservasi keadaan luka dan produksi drain, memantau tandatanda vital dan respon klien, serta memberikan terapi analgesic sebagai terapi paska pembedahan sesuai advice dokter. e. Evaluasi keperawatan pada Tn. P dengan Ca Buli adalah menunjukan perbaikan dan peningkatan kesehatan pasien, meskipun kriteria hasil belum tercapai. Karena pasien masih mengeluh nyeri, maka nyeri akut pada Tn. P belum teratasi, dan rencana keperawatan dilanjutkan sesuai program advice dokter.
35
f.
Analisa asuhan keperawatan pada Tn. P dengan Ca Buli berhasil karena
mengalami
peningkatan
yang
menuju
perbaikan
dari
penyakitnya. Batasan karakteristik nyeri akut secara subyektif pasien mengungkapkan secara verbal atau melaporkan dengan isyarat, secara obyektif seperti gerakan menghindari nyeri, posisi menghindari nyeri, perubahan autonik dari tonus otot (dapat dalam rentang tidak berenergi sampai kaku), respon-respon autonomik (misalnya, diaphoresis, tekanan darah, pernapasan, atau perubahan nadi, dilatasi pupil), perubahan nafsu makan dan makan, perilaku distraksi (misalnya, mondar-mandir, mencari orang dan/atau aktivitas lain, aktivitas berulang), perilaku ekspresif (misalnya, kegelisahan, merintih, menangis, kewaspadaan berlebih, peka terhadap rangsang, dan menarik napas panjang), wajah topeng (nyeri), perilaku menjaga atau melindungi, focus menyempit (misalnya, perubahan pada persepsi waktu, perubahan proses piker, pengurangan interaksi dengan orang lain atau lingkungan), bukti yang dapat diamati (nyeri), berfokus pada diri sendiri, gangguan tidur (mata terlihat kuyu, gerakan tidak teratur atau tidak menentu, dan menyeringai) (Wilkinson, 2007). Nyeri akut yang dirasakan Tn. P disebabkan karena ca buli tersebut yang diakibatkan dari nyeri saat buang air kecil.
36
2) Saran a. Penulis Bagi penulis mampu meningkatkan tingkat asuhan keperawatan yang lebih berkualitas, memberikan tingkat pelayanan keperawatan yang memperhatikan isu dan etika yang sedang berkembang dengan memodifikasi tindakan keperawatan tanpa meninggalkan konsep dan etika keperawatan. b. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien serta rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien kanker khususnya. c. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta memberikan pelayanan profesional dan komprehensif pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada pasien dengan kanker. d. Bagi institusi pendidikan Dapat
meningkatkan mutu pelayanan pendidikan
berkualitas
yang lebih
dan professional sehingga dapat tercipta perawat
profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan
37
asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2011. Tingkat Kebutuhan Dasar Manusia. (online). (http://makalahpendidikan.com/2011/tingkatan-kebutuhan-dasar-manusia/,.Diakses tanggal 19 April 2012). B. Lubis, Delyuzar Bag Patologi Anatomi Fak. Kedokteran U.S.U. Medan, dari Venkateswaran K. Iyer. Role of Fine Needle Aspiration Cytology in the Management of Pediatric Renal Tumors. Journal of Indian Association of Pediatric Surgeons. http://www.jiaps.com/article.asp?issn=09719261;year=2007;volume=132;issue=3͕Diakses 6 April 2012. C. Pearce, Evelyn, (2009), Anatomy & Physiology for Nurse Edisi 32, PT Gramedia, Jakarta, hal 250. Darwis I, dkk. 2003. Protokol Penatalaksanaan Sarkoma Jaringan Lunak. Protokol Peraboi. Onkologi/AskepKanker_NursingBegin.com. html ͗ http://cancerhelp.cancerresearchuk.org, Diakses 12 April 2012. Doengoes, E.Marilyn, Marry F.M., & Alice CM. Geissler, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Penerjemah I Made Kariasa, S.Kp, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Dorlan, W. A. Newman, (2011), Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi : 28, EGC : Jakarta, hal 803. Ikatan Apoteker Indonesia, (2010), Informasi Spesialite Obat (ISO) Indonesia, PT. ISFI Penerbitan, Jakarta. Jackie Crisp, Taylor C, (2003), Potter and Perry’s Fundamental of Nursing, Mosby-Elsevier, Australia, hal 7. Jerkin, D; Sonley M. Soft-Tissue Sarcomas in the Young. Medical Treatment Advances in Perpective. Cancer. A Jour of Am cancer Society. 2011 ; 46:621-629 Posted on 8 February 2011 by ArtikelBedah, dari www.ilmubedah.com, diakses 6 April 2012.
Lynch CF, Davila JA, Platz CE. 2011. Cancer of the urinary bladder. American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2011. http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003085pdf.pdf, Diakses 8 April 2012.
Mansjoer, Arif (2002), Kapita Selekta Kedokteran Edisi : 3, Media Aesculapius, Jakarta, hal 342. Marilyn Sawyers Sommers, Susan A. Johnson, & Theresa A. Beery, DISEASE AND DISORDER; A Nursing Therpeutical Manual, 3rd Ed, F.A Davis Company, Philadelphia, hal 650-655. Michael Walta Dan Stepen H. Thomas. Refarat Nyeri Kanker dan Tumor.World Journal of Medical Sciences 3 (2): 54-59, 2008 - ISSN 1817-3055 SKYDRUGZ: Refarat Nyeri Kanker dan Tumor http://skydrugz.blogspot.com/2012/03/refarat-nyeri-kanker-dantumor.html#ixzz1rk8LIAw1, Diakses tanggal 12 april 2012. Mubaraq, Wahid I, (2007), Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi dalam Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 204-209. Muttaqin Arif, (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal, EGC, Jakarta, hal 424. NANDA, (2005-2006), Panduan Diagnosa Keperawatan, Penerjemah Budi Santosa, Penerbit Prima Medika. NANDA Internasional, (2010), Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-2010, Penerjemah Made Sumarwati, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Potter, Patricia A. & Anne G. Perry, (2005), Fundamental of Nursing : Concepts, Process, and Practice, Penerjemah Renata Komalasari, S.Kp, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta. Rachadian, Dani, (2010), Informasi Spesialite Obat ISO Indonesia. PT ISFI, Jakarta. Reksoprodjo S et al. (2007), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. edisi 5. Binarupa Aksara : Jakarta, hal 402-405. R. Sjamsuhidayat, Wim de Jong, (2005), Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 2. Penerbit Buku kedokteran EGC, Jakarta. Suzzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare, (2002), Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Nursing, Vol. 2, 8th Ed, Penerjemah Esty Wahyuningsih, S.Kep., Ns., Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Wan Desen, (2008), Buku Saku Bedah Onkologi Edisi 3, EGC, Jakarta, hal 334.
World Health Organization. The global burden of disease: 2004 update. Geneva, WHO, 2008. Available at www.who.int/evidence/bod, Diakses 6 April 2012. Wilkinson, Judith M, (2006), Buku Saku Diagnosa keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Widyawati, S.Kep, dkk, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 303 – 308. Wilkinson, Judith M, (2007), Nursing Diagnosis Handbook with NIC Interventions and NOC Outcomes, 7th Ed, Penerjemah Widyawati, S.Kep., M. Kes., dkk, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta. Wong CH, Khin LW, Heng KS, Tan KC, Low CO. The LRINEC (Laboratory risk indicator for necrotizing fasciitis) score: a tool for distinguishing necrotizing fasciitis from other soft tissue infections. Crit Care Med 2004; 32:1535–41 www.fkunmul.co.cc, Diakses 12 April 2012.
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Mimin Mujiana
Tempat/Tanggal Lahir
: Sukoharjo, 5 Januari 1991
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Sendang RT 03 RW 03, Kagokan, Gatak, Sukoharjo.
Riwayat Pendidikan
:
1. TK Dharma Wanita Kagokan
Lulus Tahun : 1997
2. SD Negeri Kagokan 1 Gatak Sukoharjo
Lulus Tahun : 2003
3. SMP Negeri 1 Kartasura
Lulus Tahun : 2006
4. SMA Batik 2 Surakarta
Lulus Tahun : 2009
Riwayat Pekerjaan
:-
Riwayat Organisasi
:
1. PMR SMP Negeri 1 Krtasura 2. Bendahara OSIS SMA Batik 2 Surakarta 3. Wakil Ketua PMR SMA Batik 2 Surakarta 4. Sekretaris BANTARA Pramuka SMA Batik 2 Surakarta 5. Wakil Ketua ROHIS SMA Batik 2 Surakarta 6. PMR PMI Cabang Kota Surakarta 7. Bendahara IKM AKPER / AKBID Kusuma Husada Surakarta 8. Ketua Prodi DIII Keperawatan BEM STIKes Kusuma Husada Surakarta 9. KSR PMI Cabang Kota SURAKARTA Publikasi
:-
