STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI
AKUT PADA
NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA DI RUANG MAWAR 2 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
DWI CAHYONO NIM. P. 09072 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN NYERI
AKUT PADA
NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA DI RUANG MAWAR 2 RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
DWI CAHYONO NIM. P. 09072 PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Dwi Cahyono
NIM
: P. 09072
Program Studi
: D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT
PADA NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 25 April 2012 Yang Membuat Pernyataan
DWI CAHYONO NIM. P. 09072
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Dwi Cahyono
NIM
: P. 09072
Program Studi : D III Keperawatan Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : 26 April 2012
Pembimbing : Joko Kismanto, S. Kep, Ns NIK. 200670020
(…………………….)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat, dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NN. A DENGAN RABDOMIOSARKOMA FEMUR DEXTRA“ Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagi pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Setiyawan, S. Kep, Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah menjadi motivator dan pemimpin yang senantiasa memberikan teladan serta bimbingan kepada semua mahasiswa STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina Windyastuti, S. Kep, Ns, selaku penguji dan Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan menimba ilmu dan selalu memberikan fasilitas untuk menunjang pengajaran di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Joko Kismanto, S. Kep, Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaannya studi kasus ini.
4. Fakhrudin Nasrul Sani, S. Kep, Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman
dalam
bimbingan
serta
memfasilitasi
demi
kesempurnaannya studi kasus ini. 5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sebar dan wawasanya serta ilmu yang bermanfaat. 6. Kedua orangtuaku, Bp. Sularjo Thrisno Mulyono dan Ibu Sunarti yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 7. Sahabat terbaik saya yang telah memberikan motivasi dan selalu berjuang bersama dalam satu tekad, satu tujuan dan selalu memberikan motivasi dan semangat, serta selalu memberikan saya informasi yang handal dan akurat dalam segala hal. 8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan, Amin. Surakarta, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ....................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................... iv
KATA PENGANTAR ................................................................................. v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vii
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................ix
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................... 1 B. Tujuan penulisan ............................................................ 5 C. Manfaat penulisan .......................................................... 6
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ...................................................................... 8 B. Perumusan Masalah Keperawatan ..................................12 C. Perencanaan Keperawatan ..............................................13
D. Implementasi Keperawatan..............................................14 E. Evaluasi Keperawatan......................................................19
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan.......................................................................22 B. Simpulan dan Saran...........................................................31
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR LAMPIRAN
1. Daftar Riwayat Hidup. 2. Surat Pengantar Pra Penelitian RSUD Dr. Moewardi. 3. Log Book (3 hari 3 lembar). 4. Format Pendelegasian. 5. Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data. 6. Lembar Konsultasi.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit yang dianggap tidak berbahaya tetapi abila tidak segera ditangani akan berakibat fatal seperti halnya daging tumbuh pada bagian otot yang sering disebut uci-uci. Uci-uci merupakan kata dalam Bahasa Jawa yang artinya adalah benjolan pada bagian tubuh tertentu terutama pada bagian anggota gerak, yang lebih sering adalah pada bagian tubuh yang dilewati aliran getah bening, seperti : leher, ketiak dan lipat paha. Gejala tersebut terkadang dikesampingkan dan dianggap tidak penting, tetapi tidak sedikit bahwa penyakit yang terutama adalah tumor pada awal mulanya ditandai dengan munculnya uci-uci. Salah satu tanda dan gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini adalah dengan munculnya nyeri yang spesifik dan adanya massa yang abnormal. Uci-uci merupakan salah satu golongan tumor yang apabila dibiarkan akan terjadi mutagenesis yang menimbulkan kanker dan keganasan pada jaringan lunak (Journal of Indian Association of Pediatric Surgeons, 2012). Prevalensi tumor/kanker menurut diagnosis tenaga kesehatan (RISKESDAS) 2007 di Provinsi Jawa Tengah sebesar 0,8%, Prevalensi tertinggi di Kabupaten Magelang (1,6%), Cilacap (1,5%), Kebumen (1,3%), Banyumas, Wonogiri, Surakarta, Tegal Kota (masing-masing 1,2%). Menurut Dokter Spesialis Bedah RS Panti Waluyo, uci-uci
ϭ
termasuk dalam salah satu golongan tumor, tanda dan gejala yang paling sering ditemui adalah dengan munculnya massa yang mendesak jaringan kulit yang tampak dari luar seperti bengkak yang disertai dengan nyeri maupun tanpa nyeri, dan apabila bermutasi dan tidak segera ditangani secara dini maka akan berubah menjadi kanker ganas yang biasa disebut Rabdomiosarkoma (Kanker yang menyerang jaringan otot lurik) (Joglosemar Edisi 4/10/2011) Rabdomiosarkoma (RMS) adalah suatu penyakit keganasan pada jaringan lunak yang menyerang otot seran lintang. Merupakan 10% -15% dari sarcoma jaringan lunak dan 5% - 8% dari semua kasus keganasan pada anak. Sejak Januari 1988 – Desember 1992 di bagian Anak RSUD Dr. Sutomo/FK Unair Surabaya ditemukan 2 kasus Rabdomiosarkoma dari 28 kasus tumor abdomen. Sedangkan di Sub bagian Hematologi/Onkologi BIKA FK USU / SRPM Medan sejak Januari 1987- Desember 1993 didapatkan 4 kasus Rabdomiosarkoma dari 11 kasus sarcoma tulang dan jaringan lunak. Rabdomiosarkoma dapat terjadi pada semua usia, dengan insiden terbanyak pada usia 2 - 6 tahun dan 15 - 19 tahun. Laki - laki dan perempuan dengan perbandingan 1 : 1,1 & 1,5 : 1. Lokasi umumnyan terdapat pada kepala dan leher (3 -65%) menyusul anggota gerak (24%), sistem urogenital (18 %), badan (8%), retropertoneal (7%) dan tempat lain(2-3%) (Michael Walta, World Journal of Medical Sciences, 2008). Pada anak usia dibawah 10 tahun, RMS paling banyak dijumpai pada kepala,leher dan sistem urogenital (B .Lubis, Delyuzar, 2011). Tumor
ganas masenkim bukan berasal dari tulang, parenkim atau visceral. Mempunyai kemampuan infiltrasi cepat ke jaringan sekitar dan sering rekuren setelah tindakan bedah dilakukan. Jarang ditemukan, 1% dari semua tumor ganas. Semua umur, terutama 20-40 tahun. Indonesia, salah satu dari 10 kanker terbanyak. Urutan ke-6 dari semua tumor ganas pada anak (terutama rabdomiosarkoma di leher-kepala). Lokasi : Ekstrimitas inferior 40%, Ekstrimitas superior 15%, Tubuh, kepala-leher 35%, Lainlain : retroperitoneal 10% (Artikel Bedah, 2011). Rhabdomyosarcoma adalah sebuah tumor yang tumbuh pada jaringan lunak, biasanya menyerang anak-anak (Joel Adams, 2007 : 264). Penyebab dari penyakit ini masih belum diketahui. Beberapa penelitian menyebutkan kemungkinan karena faktor genetik, radiasi, danan kimia, rokok dan virus. Secara histopatologis rabdomiosarkoma dibagi atas 3 bentuk menurut Horn dan Enterline, yaitu: Embrional, alveolar dan pleomorfik, tipe alveolar RMS adalah paling banyak dijumpai pada badan, anggota gerak dan perineum (Smeltzer, 2005 : 321-323). Tumor ini jarang memberikan keluhan bila ukurannya kecil, dan merupakan tumor “lunak” tanpa rasa sakit (Cullen ,1769). Penderita mengeluh bila tumor telah membesar dan memberikan tanda-tanda penekanan jaringan sekitar tumor seperti neuralgia, paralisis, iskemia, sedangkan penekanan pada sistem digestif akan mengakibatkan gejala obstruksi (Reksoprodjo S, 2005 : 402-405).
Kanker ini dapat menyerang otot dimana saja, biasanya pada anak di daerah kepala, leher, kandung kemih, prostat (kelenjar kelamin pria), dan vagina. Gejala yang ditimbulkan tergantung letaknya. Pada rongga mata, dapat menyebabkan mata menonjol keluar dan benjolan di mata. Di telinga menyebabkan nyeri atau keluarnya darah dari lubang telinga. Di tenggorokan menyebabkan sumbatan jalan napas, radang sinus (ronggarongga di sekitar hidung), keluar darah dari hidung (mimisan) atau sulit menelan. Di saluran kemih menyebabkan gangguan berkemih. Apabila menyerang otot anggota gerak, akan menimbulkan pembengkakan dan perasaan tidak nyaman seperti nyeri (Timothy P. C : 2011) Nyeri adalah keluhan yang paling utama pada kasus tumor dan keganasan, nyeri menunjukkan adanya ekspansi tumor yang cepat dan penekanan jaringan sekitarnya (Arif Muttaqin, 2008 : 424). Nyeri adalah perasaan yang tidak nyaman yang sangat subyektif dan hanya orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasi perasaan tersebut (Long, 1996). Secara umum, nyeri dapat dipersepsikan sebagai perasaan tidak nyaman, baik ringan maupun berat (Priharjo, 1992). Penyebab nyeri yang dapat dijadikan diagnosis adalah nyeri akut dan nyeri kronis, tetapi yang dominan pada nyeri akut umumnya mempunyai batasan karakteristik sebagai faktor pencetus penyebab nyeri salah satunya adalah efek dari proses penyakit (NANDA, 2003). Dari berbagai jenis nyeri yang paling sering ditemukan pada pasien dengan uci-uci adalah nyeri jenis
nyeri perifer superfisial yaitu nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit dan mukosa (Mubarak, 2007 : 204-209). Berdasarkan berbagai data dan informasi di atas maka penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang Rabdomiosarkoma dan penatalaksanaannya, termasuk menangani Rabdomiosarkoma berdasarkan manifestasi klinis yang dilihat secara mendasar melalui konsep kebutuhan dasar manusia. Dengan adanya berbagai data dan pertimbangan maka penulis melakukan Laporan Studi Kasus Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Nn. A Dengan Rabdomiosarkoma
Femur Dextra Di RSUD
Dr. Moewardi Surakarta.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan Studi Kasus tentang Nyeri Akut Pada Nn. A dengan Rabdomiosarkoma Femur Dextra di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan Khusus a) Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma. b) Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma. c) Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada pasien Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma.
d) Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma. e) Penulis mampu melakukan evaluasi pada pasien Nn. A dengan nyeri rabdomiosarkoma. f) Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada pasien Nn. A dengan rabdomiosarkoma.
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Untuk memperoleh dan memperluas wawasan serta pengetahuan tentang Penyakit Rabdomiosarkoma beserta penatalaksanaan secara medis dan konsep keperawatannya, sehingga dapat dijadikan sumber ilmu dan wawasan oleh penulis. 2. Bagi Profesi Keperawatan a.
Bagi Institusi Sebagai bahan acuan dalam kegiatan proses belajar dan bahan pustaka tentang asuhan keperawatan nyeri pada rabdomiosarkoma.
c.
Bagi Rumah sakit Sebagai bahan masukan yang diperlukan dalam pelaksanaan praktik pelayanan keperawatan khususnya keperawatan nyeri pada rabdomiosarkoma.
BAB II LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang laporan studi kasus Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Nn. A dengan diagnosa medis Rabdomiosarkoma Femur Dextra, dilaksanakan pada tanggal 3 April 2012. Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. A. Identitas Pasien. Dari pengkajian tanggal 3 April 2012 jam 07.30 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan metode Auto dan Allo Anamnese, pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan fisik menelaah catatan medis, dan catatan perawat, dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas pasien, bahwa pasien bernama Nn. A, umur 21 tahun, agama Islam, alamat Mundu, Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar, Pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta, nomor register 01118503, dirawat di Bangsal Mawar II kamar 5B RS Dr. Moewardi, sudah sejak tanggal 19 Maret 2012 pasien menjalani perawatan dengan diagnosa oleh dokter Spesialis Bedah Onkologi sebagai Rabdomiosarkoma Femur Dextra. Yang bertanggung jawab kepada pasien adalah Tn. B, umur 34 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan wiraswasta, yang beralamat di Welar, Pandeyan, Ngemplak, Boyolali, dan hubungan dengan pasien adalah kakak.
ϳ
B. Pengkajian. Ketika dilakukan pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan oleh pasien adalah nyeri seperti terbakar pada bagian paha kanan merambat hingga pinggang dan punggung nyerinya semakin berat saat bergerak/mobilisasi dan tidak hilang dengan istirahat. Riwayat penyakit sekarang Nn. A nyeri dirasakan sejak ±3 minggu yang lalu, Nn. A mempunyai benjolan massa pada paha kanan sebelah atas sejak ±2 bulan yang lalu nyeri dirasakan semakin berat, rasa seperti terbakar dengan skala nyeri 7 yang akhirnya pada tanggal 16 Maret 2012 pasien dibawa oleh keluarga untuk periksa ke RS Brayat Minulyo Surakarta, Setelah dilakukan perawatan dan pemeriksaan selama beberapa hari pasien akhirnya dirujuk ke RS Dr. Moewardi Surakarta guna pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut. Selama dirawat di RS Dr. Moewardi Surakarta pasien telah menjalani
berbagai macam
komperenhensif
dan
pemeriksaan
didiagnosa
oleh
dan dokter
penanganan pasien
secara
menderita
Rabdomiosarkoma yang penanganannnya harus dilakukan tindakan pembedahan. Sebelum dilakukan tindakan pembedahan pasien mengalami terapi transfusi untuk penanganan Hb yang mengalami penurunan dari angka normal sekitar 9,8 g/dL yaitu pada tanggal 29 Maret 2012, selama perawatan di bangsal pasien mendapatkan pemantauan dan terapi simtomatik (sesuai gejala yang dirasakan pasien). Pada saat pengkajian kondisi pasien lemah dengan kondisi gelisah karena menahan nyeri dengan
pemeriksaan tanda-tanda vital didapatakan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 86 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu badan 37º C, pasien dalam mobilisasi untuk ke kamar mandi selalu memerlukan bantuan orang lain dan sewaktu melakukan ambulasi di tempat tidur pasien meringis menahan nyeri. Mendapatkan terapi infus KaEN 3B 20 tetes per menit, Ceftriaxone 3X 1 gram, Dulcolac Supp (analgetik) 1X 1 (25 mg). Pengkajian riwayat penyakit dahulu pasien mengatakan belum pernah menderita penyakit dengan keluhan yang sama, pasien tidak mempunyai riwayat pemakaian /penggunaan obat-obatan kosmetik yang mengandung merkuri, pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan, minuman, maupun kondisi lingkungan/cuaca. Pasien mengatakan pernah menderita penyakit demam, tetapi dapat sembuh dengan periksa ke dokter dan berobat jalan. Untuk riwayat penyakit keluarga, pasien mengatakan dalam keluarganya tidak terdapat anggota keluarga yang mempunyai penyakit keturunan seperti kanker, hipertensi, dan diabetes melitus. Pasien mengatakan kakaknya pernah menjalani operasi pembedahan akibat amandel. Pada pengkajian riwayat kesehatan lingkungan, pasien saat ini tinggal dan diasuh oleh buliknya di daerah Mundu, Selokaton, daerahnya termasuk
dalam
lingkungan
perumahan
yang jauh
dari
tempat
pembuangan sampah akhir, pabrik yang memproduksi limbah industri, maupun saluran pembuangan. Pasien mengatakan lingkungan sekitarnya
bersih dan selalu dilakukan kerja bakti, dan dalam lingkungannya tidak banyak terdapat vektor (lalat/nyamuk). Pada pengkajian fungsi kesehatan menurut Gordon, pada pola nutrisi dan metabolik pasien mengatakan selama sakit pasien makan dengan porsi menu seperti biasanya hanya saja dalam mengkonsumsi makanan dengan porsi sedikit-sedikit, karena terhalang nyeri yang terkadang mengurangi rasa nafsu makan. Pada pola istirahat dan tidur, pasien mengatakan mengalami gangguan yaitu kualitas tidur yang kurang nyenyak dan jam tidur yang kurang karena terganggu akibat nyeri yang dideritannya,
yang
sebelumnya
sewaktu
sehat
pasien
mampu
mengoptimalkan waktu tidur dan kualitas tidur yang baik. Pengkajian yang terjadi kesenjangan adalah pola kognitif dan perseptual, sebelum sakit pasien mengatakan dapat bekomunikasi dengan lancar, mampu berorientasi penuh pada lingkungan, mengidentifikasi keadaan, orang, dan situasi dengan kesadaran penuh dan dapat mempersepsikan tingkat kenyamanan. Selama sakit pasien mengatakan nyeri pada daerah yang mengalami pembesaran massa, yaitu paha kanan merambat hingga pinggang dan punggung, dengan rasa seperti terbakar, skala nyeri 7, nyeri dirasakan setiap saat, bertambah berat saat bergerak/mobilisasi dan tidak hilang dengan istirahat. Sedangkan untuk pola aktivitas dan latihan pasien mengatakan masih dapat melakukan kegiatan seperti berpindah, mobilisasi di tempat tidur, dan ADL secara
mandiri meskipun terkadang dibantu oleh keluarga karena intoleran terhadap nyeri yang dideritanya. Pengkajian pemeriksaan fisik keadaan umum pasien adalah sedang dengan kesan sedikit lemah, kesadaran komposmentis, untuk pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 86 kali per menit, pernapasan 20 kali per menit, suhu 37ºC. Hasil dari semua pemeriksaan fisik dari kepala hingga kaki umumnya tidak ditemukan adanya abnormalitas, dengan hasil bentuk kepala mesosepal keadaan rambut bersih, tidak mengeluh terjadi penurunan lapang pandang maupun pendengaran. Pada pemeriksaan fisik dada pada bagian jantung dan paruparu tidak mengalami permasalahan, tetapi pada pemeriksaan abdomen ditemukan hasil : Perut datar terkesan sedikit kembung, pada bagian ekstermitas bawak/kaki kanan hingga pinggang terdapat massa tumor sejumlah 3 buah yang sedikit menonjol dengan diameter ±2cm dan sewaktu ditekan terdapat rangsangan nyeri yang dipersepsikan pasien, sementara hasil pengkajian fisik abdomen tidak ditemukan kelainan organ intra abdomen. Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh pasien adalah radiologi dan pemeriksaan darah rutin. Data penunjang dari pemeriksaan radiologi tanggal 24 Maret 2012, yaitu pemeriksaan Multi Slice CT-Scan pada Abdomen Atas/Abdomen Bawah/Pelvis didapatkan hasil pemeriksaan yang menyatakan tidak terdapat kelainan pada organ intra abdomen, tidak ditemukan pertumbuhan abnormal pada jaringan tulang dan pembuluh
darah, tetapi pada gambaran otot terdapat kesan : Multiple Abses mengarah Cold Abses pada daerah paha, pinggang hingga punggung, yang dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi pertumbuhan abnormal pada jaringan otot rangka/serat lintang/otot lurik pada daerah paha kanan, pinggang hingga punggung. Pada pemeriksaan darah rutin tanggal 31 Maret 2012 didapatkan hasil yang menunjukkan semua parameter pemeriksaan darah dalam ambang batas normal. Dari hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan yang utama sesuai dengan prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi, dan evaluasi tindakan.
C. Perumusan Masalah. Diagnosa keperawatan yang utama adalah nyeri akut berhubungan dengan proses penyakit (onkogen/massa tumor yang menekan rangsang saraf nyeri), ditandai dengan pasien mempersepsikan nyeri, melakukan tindakan distraksi dan relaksasi untuk membuat nyeri tidak dirasakan semakin berat, dan mengeluh jika nyeri yang dirasakan semakin berat. Dari data pasien dikaji tentang karakteristik nyeri ditemukan Provocate (pencetus) adalah proses penyakit, Q (quality) rasa seperti terbakar, R (regio) adalah pada daerah yang mengalami pengembangan massa/pada paha kanan hingga punggung, S (skala) nyeri dirasakan sedang yaitu 7, T (time) nyeri dirasakan setiap saat dan bertambah jika untuk bergerak. Faktor yang berhubungan ditarik kesimpulan dari
pemeriksaan fisik, terdapat massa pada bagian lumbal pinggang dan paha kanan, tidak terdapat kelainan patologis pada organ intra abdomen, dan data penunjang yang menunjukkan adanya tumor yang menekan saraf sehingga dipersepsikan sebagai nyeri.
D. Perencanaan. Tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, diharapkan nyeri pada Nn. A berkurang, dengan kriteria hasil yaitu melaporkan penurunan nyeri menjadi skala 3-4, ekspresi wajah rilex dan ceria, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, mampu melakukan aktivitas yang toleran terhadap nyeri. Intervensi keperawatan yang dilakukan penulis untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan adalah mengkaji keluhan utama, tanda-tanda vital, dan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan posisi nyaman (head up 30º) dan rileks untuk meminimalkan perasaan nyeri yang diderita oleh pasien, memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi, kolaborasi dengan medis untuk tindakan lanjut dalam rangka mengurangi/menghilangkan perasaan nyeri pasien, yaitu : melaporkan kondisi terakhir untuk persiapan pembedahan yaitu pengangkatan tumor dengan reseksi radikal serta memberikan terapi farmakologis untuk menghilangkan perasaan nyeri dengan medika
mentosa, mengkolaborasikan dengan pasien dan keluarga untuk persiapan prosedur pembedahan.
E. Implementasi. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 08.00 WIB, yaitu mengkaji keluhan utama, didapatkan respon pasien secara subyektif, pasien mengatakan nyeri seperti terbakar pada daerah tubuh yang terdapat massa tumor yaitu bagian paha kanan merambat ke pinggang hingga punggung dengan skala nyeri 7 bertambah berat saat aktivitas dan tidak hilang untuk istirahat, dan mengidentifikasi karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), Q (kualitas) pasien mengatakan nyeri seperti terbakar, R (daerah) pada daerah tubuh yang terdapat massa tumor yaitu bagian paha kanan merambat ke pinggang hingga punggung, S (skala) skala nyeri 7, T (waktu) dirasakan setiap saat, bertambah berat saat aktivitas dan tidak hilang untuk istirahat, respon secara obyektifnya, pasien tampak meringis menahan nyeri, tampak gelisah dan tidak rileks, dari data obyektif memonitor tanda-tanda vital didapatkan data, pemeriksaan tandatanda vital, tekanan darah : 110/80 mmHg, nadi : 82 kali per menit, pernafasan : 20 kali per menit, suhu : 37 ºC. Pada jam 08.30 WIB, memberikan posisi nyaman untuk klien dengan tidur kepala sedikit ditinggikan (diganjal bantal) dan memodifikasi lingkungan yang panas dan pengap dengan membuka jendela dan menghidupkan kipas angin, didapatkan respon pasien adalah pasien
mengatakan nyeri masih dirasakan tetapi sedikit nyaman dengan posisi tidur dengan kepala sedikit di tinggikan serta kondisi lingkungan yang sejuk. Jam 09.00 WIB, memberikan motivasi kepada pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi untuk mengurangi perasaan nyeri, pasien mengatakan sudah pernah diajarkan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi yang dipraktikan oleh perawat sebelumnya. Jam 10.00 WIB, berkolaborasi dengan medis dalam pelaporan kondisi terakhir pasien untuk persiapan pembedahan sebagai prosedur pengangkatan massa tumor, dari hasil koordinasi dan pelaporan maka pasien akan menjalani pembedahan di ruangan IBS maka tindakan yang dilakukan adalah manajemen sebelum pembedahan sesuai protokol, yaitu memberikan motivasi pada pasien dan keluarga untuk menandatangani inform cocent, melakukan skin test untuk uji alergi antibiotik profilaksis, mengganti baju pasien dengan baju operasi. Prosedur pembedahan pasien dilakukan oleh Spesialis Bedah Onkologi dan residen bedah dari jam 11.10 – 13.00 WIB. Pada jam 13.00 WIB, melakukan observasi sesuai protokol selesai pembedahan, yaitu memonitor tanda-tanda vital dengan hasil tekanan darah 100/80 mmHg, pernafasan 22 kali per menit, nadi 90 kali per menit, suhu 36,8 ºC, mengawasi respon pasien dengan reaksi anestesi dengan hasil subyektif, pasien mengatakan merasa kedinginan dan kaki tidak dapat digerakkan. Tindakan keperawatan selanjutnya adalah pendelegasian kepada perawat
jaga sore untuk pemantauan koreksi prosedur operasi dan penanganan gejala yang timbul secara simtomatis. Tindakan keperawatan pada hari kedua, tanggal 4 April 2012, jam 08.00 WIB, mengobservasi keadaan pasien, mengkaji nyeri (P,Q,R,S,T), memonitor tanda-tanda vital, dan mengoreksi kondisi setelah operasi, didapatkan hasil yaitu, secara subyektif pasien mengatakan nyeri masih dirasakan tetapi tidak seberat hari sebelumnya skala nyeri 5-6, nyaman dengan posisi tidur terlentang sudah dapat tidur dengan nyenyak dan pulas, nafsu makan mulai kembali, sudah dapat BAB dan BAK, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil, tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 37 ºC, dan dari koreksi prosedur bedah didapatkan hasil, drainase masih produktif dengan jumlah ±100 CC warna merah tua, kondisi balutan kering dan bersih. Jam 09.00 WIB, memberikan terapi sesuai dengan advis dari dokter, yaitu injeksi Ceftriaxone 1 gram, Ketorolac 2 gram, Metronidazole 500 ml, Metamizol 50 mg dengan respon pasien menunjukkan tidak ada reaksi abnormal dan tidak anafilaksis. Jam 09.30 WIB, menyarankan pasien untuk melakukan ambulasi di tempat tidur denagn miring ke kanan dan ke kiri, di dapatkan respon, pasien mengatakan merasa pegal dan dapat diatasi dengan tidur posisi miring. Jam 10.00 WIB, menganjurkan pasien untuk menghabiskan menu diet dari rumah sakit dan memotivasi pasien untuk istirahat, pasien
mengatakan menghabiskan semua porsi diet RS tanpa rasa mual dan muntah. Jam 12.00 WIB, melakukan kolaborasi pemeriksaan PA dan kultur pus untuk menentukan terapi yang tepat dalam mengatasi penyakit pasien, pemeriksaan PA dan kultur pus diambil dan dianalisa oleh residen bedah berkolaborasi dengan instalasi laboratorium histopatologi dan mikrobiologi,
Pendelagasian
kepada
perawat
sore
adalah
untuk
melanjutkan terapi lanjutan diantaranya, injeksi Ceftriaxone 1 gram pada pukul 18.00 WIB, Ketorolak 2 gram pada pukul 20.00 WIB. Pada pendelegasian juga disertakan untuk pelaporan hasil kultur pus dan PA yang akan digunakan untuk menentukan jenis antibiotik yang sesuai, pemantauan terhadap produksifitas drain tetap harus dilakukan. Tindakan keperawatan pada hari ketiga tanggal 5 April 2012, yaitu jam 08.00 WIB, mengobservasi keadaan umum, tanda-tanda vital, kondisi balutan luka, dan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), mendapatkan hasil subyektif, pasien mengatakan nyeri yang dirasakan intensitasnya semakin berkurang dan terkadang hilang, dapat tidur dengan nyenyak, mampu melakuakn aktivitas ADL secara mandiri, mampu melakukan mobilisasi di tempat tidur, kodisi balutan kering dan bersih, produksi drain masih tetapi sudah tidak sebanyak hari sebelumnya ± 200 cc jumlah total, pasien tampak sedikit rileks dan kondisi segar, dari pemeriksaan tandatanda vital tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, pernafasan 19 kali per menit, suhu 36,5 ºC. Jam 08.30 WIB, memberikan terapi injeksi sesuai program yaitu, Ceftriaxone 1 garam, Metronidazol
500 ml, dengan respon pasien tanpa reaksi abnormal. Jam 09.00 WIB, melaporkan keadaan drain dan balutan operasi untuk dilakukan medikasi, hasil koordinasi adalah medikasi dan pencabutan drainase dilakukan oleh residen bedah dan koas. Jam 10.00 WIB, memotivasi pasien untuk mobilasasi secara bertahap, pasien mengatakan sudah mampu duduk dan pergi ke kamar mandi. Jam 11.30 WIB, memotivasi pasien untuk menghabiskan
diet
siang
RS
dan
istirahat
untuk
mempercepat
penyembuhan, pasien mengatakan porsi diet RS dihabiskan semua dan dapat istirahat dengan rileks/nyaman. Jam 12.30 WIB, melakukan kolaborasi dan koordinasi dengan medis tentang hasil pemeriksaan PA dan kultur pus untuk dilakukan terapi selanjutnya, hasilnya dari pemeriksaan kultur pus dan PA ditemukan adanya resisten bakteri dengan Sefalosporin yang digunakan untuk menentukan jenis antibiotik yang paling tepat dan dari hasil diskusi diputuskan tetap harus dilakukan protokol kemoterapi. Pada pendelegasian kepada perawat primer yang bertanggung jawab dalam pengelolaan pasien dilaporkan bahwa untuk pengelolaan diagnosa nyeri masalah belum teratasi, dan pengelolaan ditambah untuk pengelolaan yang bertujuan mencegah resiko infeksi seperti medikasi, pengawasan tanda-tanda infeksi, dan kolaborasi antibiotik. Pendelegasian juga difokuskan pada kolaborasi pelaksanaan kemoterapi yang rencananya akan dijadwalkan oleh dokter spesialis bedah onkologi, untuk pelaksanaan terapi nantinya dilaksanakan
dan merupakan tanggung jawab penuh perawat, sehingga tindakan yang akan dilakukan adalah pengelolaan persiapan kemoterapi.
F. Evaluasi. Evaluasi dari tindakan keperawatan pada hari pertama tanggal 3 April 2012 jam 14.10 WIB, adalah pasien pasien mengatakan merasa kedinginan, anggota gerak bagian bawah tidak dapat digerakkan, dan tidak mengatakan nyeri, hasil pemeriksaan tanda-tanda vital tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 22 kali per menit, suhu 36,8 ºC, pasien menggunakan selimut dean keringatnya di keringkan dengan handuk oleh keluarga. Assessment dari data keperawatan diatas adalah masalah belum teratasi, karena belum dapat mengkaji nyeri sebab pasien masih dalam pengaruh reaksi anestesi paska pembedahan. Perencanaan lanjutanya adalah melanjutkan intervensi yaitu, mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), kolaborasi dalam pemantauan keadaan pasca bedah dan manajemen nyeri secara farmakologis, ditambahkan untuk tindakan kolaborasi pengawasan koreksi pasca bedah dengan pemeriksaan PA dan kultur pus. Evaluasi hari kedua tanggal 4 April 2012, jam 14.13 WIB adalah pasien mengatakan nyeri yang dirasakan lebih ringan dari hari sebelumnya, sudah dapat mentoleransi nyeri dengan kegiatan mobilisasi, sudah BAB dan BAK tanpa ada gangguan, nafsu makan sudah membaik, dan nyeri pada bagian yang dibedah terasa nyaman. Pemeriksaan tanda-
tanda vital tekanan darah 100/80 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5 ºC. Kondisi balutan luka operasi kering dan bersih, warna kulit sekitar luka normal (tidak ada tanda-tanda infeksi), produksi drain masih produktif ±100 cc, dengan warna merah tua. Berdasarkan hasil pemeriksaan PA dan kultur pus ditarik kesimpulan bahwa untuk kondisi pasien paling tepat adalah menggunakan antibiotok golongan sefalosporin. Assassemen dari data di atas adalah masalah keperawatan belum teratasi. Perencanaan selanjutnya yaitu dengan melanjutkan
intervensi,
mengkaji
karakteristik
nyeri
(P,Q,R,S,T),
pemberian antibiotik sesuai dari advis dokter, monitor drain dan keadaan luka operasi, menganjurkan pasien untuk mobilisasi bertahap, dan kolaborasi pemberian analgetik dihentikan karena kondisi nyeri sudah mengalami perbaikan. Evaluasi hari ketiga tanggal 5 April 2012 jam 14.00 WIB, mendapatkan hasil, pasien mengatakan merasa lebih nyaman dan rileks meski nyeri terkadang muncul dengan skala yang lebih ringan dari skala saat pengkajian, yaitu skala 4, sudah mampu melakukan mobilisasi secara mandiri, dapat istirahat, nafsu makan baik tanpa rasa mual/muntah. Pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan hasil tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 87 kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, suhu 36,8 ºC, observasi dapat dilihat balutan operasi dalam keadaan bersih dan baik, drain masih produktif tetapi tidak sebanyak kemarin total yang tertampung ±200 cc, medikasi dan aff drain dilakukan oleh residen bedah. Dari data di
atas dapat ditetapkan Assessment masalah keperawatan belum teratasi, dilanjutkan dengan
intervensi yaitu mengkaji karakteristik nyeri
(P,Q,R,S,T), memberikan antibiotik sesuai advis dokter, memonitor tandatanda infeksi pada luka operasi, dan menganjurkan pasien untuk mobilisasi bertahap. Sesuai protokol pembedahan onkologi maka pasien harus melalui tahap kemoterapi, maka intervensi ditambahkan kolaborasi dan koordinasi dengan medis dalam pengawasan dan persiapan kemoterapi.
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3 -5 April 2012 di ruang Mawar 2 RS Dr. Moewardi Surakarta. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikan aspek kehidupan proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan tindakan keperawatan, dan evaluasi keperawatan. Penyusunan Asuhan Keperawatan berdasarkan kaidah dokumentasi keperawatan (Nursalam, 2000). Pengkajian pada Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Nn. A dengan Rabdomiosarkoma Femur Dextra, pengkajian dilakukan dengan metode auto dan allo anamnese sesuai dengan kaidah peraturan pengkajian keperawatan, mencakup biodata, riwayat kesehatan, pengkajian pola kesehatan, pengkajian fisik, dan didukung dengan hasil pemeriksaan penunjang (World Journal of Medical Sciences, 2008). Pada pemeriksaan fisik terutama saat dilakukan pengkajian keluhan utama adalah perasaan nyeri seperti terbakar. Nyeri kanker dan tumor (Cancer and tumor pain / CTP) secara tradisional dideskripsikan sebagai hasil dari somatik, visceral atau neuropatik. Nyeri somatik diyakini berasal dari stimulasi nosiseptor perifer oleh invasi tumor secara langsung atau ϮϮ
melalui penekanan (misalnya terjadinya metastasis pada tulang). Nyeri
viseral diperkirakan sebagai hasil dari iskemia, inflamasi, atau stimulasi mekanis langsung yang diakibatkan invasi tumor; stimulasi nosiseptor viseral dikaitkan dengan nyeri klasik yang menjalar disertai mual dan diaforesis. Nyeri neuropatik dihasilkan oleh kompresi dan stimulasi langsung tumor pada serabut saraf, dengan nyeri yang dirasakan sering dideskripsikan berupa rasa terbakar atau perih (Walta, 2012). Pada bagian tubuh yang terdapat massa/tumor yaitu pada bagian paha kanan, pinggang dan merambat hingga punggung sesuai dengan karakteristik nyeri umumnya keluhan utama pada kasus tumor dan keganasan adalah nyeri pada daerah yang mengalami masalah (Arif Mutaqin, 2008). Nyeri dipersepsikan oleh setiap individu secara bebeda-beda seperti tertusuk-tusuk, tertindih benda berat, tersayat, terbakar, dll (Sjaifoeltlan, Noer, 2003:475). Nyeri merupakan keluhan utama pada tumor ganas. Adanya nyeri menunjukkan ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya, perdarahan, atau degenerasi. Riwayat penyakit terdapat pembengkakan yang timbul secara perlahan-lahan dan dalam waktu yang lama (Arif Mutaqin, 2008 : 425). Riwayat penyakit dahulu tidak ditemukan adanya riwayat penyakit dengan keluhan dan gejala yang sama,serta tidak ditemukan data paparan radiasi maupun pengguanaan zat karsinogenik, penyebab dari penyakit ini masih belum diketahui. Beberapa penelitian menyebutkan kemungkinan karena faktor genetik, radiasi, bahan kimia, rokok dan virus (Smeltzer, 2005 : 321-323). Pada riwayat penyakit keluarga ditemukan adanya
riwayat penyakit keluarga yang mengalami prosedur pembedahan akibat amandel yaitu pada kakak kandung pasien, hal ini menjadi diagnosa penegak yang mendukung teori bahwa sarkoma jaringan lunak (Soft Tissue Sarcoma) dari banyak kasus akibat faktor genetik (Robbins, 2007:198). Pada riwayat kesehatan lingkungan tidak ditemukan riwayat paparan radiasi yang mendukung penegakkan diagnosa. Pada intepretasi pemeriksaan penunjang yang mendukung tegaknya diagnosa adalah pada pemeriksaan radiologi CT-Scan abdomen karena keluhan utama terletak pada bagian pinggang dan paha dengan menggunakan pancaran sempit sinar-X untuk memindai susunan lapisan jaringan untuk memberikan panadangan potongan melintang, utuk deteksi bagian abdomen, pelvis, skeletal (Smeltzer, 2005 : 327), dengan hasil ditemukanya multiple abses yang mengarah ke cold abses (terdapat massa/tumor) yang dapat memperkuat penegakkan diagnosa. Dari pemeriksaan darah sesuai riwayat penyakit yaitu kadar hemoglobin pada pasien cenderung mengalami anemia, akibat peningkatan neovaskularisasi dan peningkatan kebutuhan darah untuk pembentukan jaringan baru (Arif Mutaqin, 2008 : 427). Diagnosa keperawatan yang diangkat penulis adalah nyeri yang berhubungan dengan proses penyakit (onkogen/massa yang tumbuh dengan mendesak jaringan sekitarnya/saraf yang merangsang nyeri). Pengertian
dari
nyeri
adalah
pengalaman
sensori
yang
tidak
menyenangkan dan meningkat akibat adanya kerusakan jaringan yang actual atau potensial, digambarkan dalam istilah seperti kerusakan
(International Association for the Study of Pain), awitan tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diramalkan durasinya kurang dari enam bulan (NICNOC, 2006). Oleh penulis diagnosa tersebut diangkat sebagai diagnosa utama karena merupakan faktor yang utama yang membuat pasien mengalami berbagai macam gangguan dalam melakukan aktivitas, istirahat, pola makan, dan melakukan kegiatan mobilisasi, sehingga nyeri merupakan tersangka utama yang membuat pasien mengalami gangguan tidak dapat melakukan aktivitas sesuai dengan keadaan normal. Hal ini dibuktikan dengan adanya keluhan utama yang mengungkapkan secara verbal tentang nyeri (Wilkinson, 2006 : 345-346). Perencanaan dan tujuan dari tindakan keperawatan menggunakan kaidah sesuai dengan sistematika SMART, yaitu Spesifik (Jelas), Measureable (dapat di ukur), Acepptance, Rasional, dan Timming, yang dilakukan oleh penulis adalah nyeri berkurang, dengan kriteria hasil melaporkan penurunan nyeri menjadi skala 3-4, ekspresi wajah rilex dan ceria, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, mampu melakukan aktivitas yang mentolelir terhadap nyeri. Perencanaan keperawatannya sesuai dengan manajemen penatalaksanaan nyeri, yaitu mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan dan mengajarkan pengendalian perasaan nyeri secara non farmakologis, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik dan tindakan terapi lanjutan untuk penanggulangan nyeri (Wilkinson, 2006 : 341-345).
Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis adalah dengan merujuk pada prosedur manajemen penanganan nyeri sesuai taksonomi NANDA yaitu dengan mengkaji karakteristik nyeri mulai dari P (Provoking Incident) hal yang menjadi faktor presipitasi nyeri adalah ekspansi tumor yang cepat dan penekanan ke jaringan sekitarnya, Q (Quality of Pain) nyeri yang dirasakan seperti panas dan terbakar, tetapi sesuai dengan subyektif dari klien, R (Region) daerah yang mengalami nyeri tetapi dapat menjalar/menyebar, S (Severite/Scale of Pain) nyeri yang dirasakan klien secara subyektif antara 6-9 pada skala 1-10, T (Time) kapan nyeri dirasakan, apakah saat aktivitas dan hilang saat istirahat atau terus-menerus (Arif Mutaqin, 2008 : 425). Memberikan posisi nyaman (head up 30º) dakn rileks untuk meminimalkan perasaan nyeri yang diderita oleh pasien, memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan teknik distraksi, dilakukan agar pasien lebih rileks dan nyaman sehingga pasien dapat mentoleransi perasaan nyeri yang dirasakan. Melaporkan kondisi terakhir untuk persiapan pembedahan : pengangkatan tumor dengan reseksi radikal serta memberikan terapi farmakologis untuk menghilangkan perasaan nyeri dengan medika mentosa, Mengkolaborasikan dengan pasien dan keluarga (inform concent) untuk persiapan prosedur pembedahan, Terapi yang tepat sesuai indikasi dan kondisi pada pasien adalah dengan pengangkatan tumor secara reseksi radikal dengan kombinasi kemoterapi (Jerkin, 2011 ; 46:621-629).
Tindakan keperawatan pada hari kedua adalah untuk mencapai tujuan keperawatan yang sesuai dengankriteria hasil yang diharapkan oleh penulis, meliputi tindakan penanganan manajemen nyeri yang sesuai dengan pengelolaan nyeri dengan tindakan keperawatan mulai dari mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan lingkungan nyaman dan rileks, menganjurkan klien untuk menghabiskan porsi diet dari RS agar asupan nutrisi adekuat yang digunakan untuk pembentukan sel tubuh sebagai zat pembangun dan mengganti sel yang rusak paska pembedahan (Berger, 2001 : 1067). Memotivasi untuk melakukan teknik relaksasi/distraksi, dan menghilangkan nyeri secara farmakologi dengan pemberian analgetik, dan ditambah tindakan keperawatan kolaboratif yang telah diasarankan oleh dokter yaitu pemantauan prosedur pasca operasi dengan mengobservasi keadaan pasien, keadaan balutan luka dan produksi drain untuk menilai dan mengoreksi keadaan dan penanganan pasca dilakukan tindakan pembedahan dengan anestesi, yaitu dengan pemantauan tanda-tanda vital, respon klien, dan pemantauan aktivitas traktus gastrointestinal (Lubis Bidasari , 2012). Pada
pengelolaan
nyeri
pasien
masih
ditunjang
dengan
menggunakan farmakologi, karena protokol bedah yang mengharuskan memberikan terapi analgesik non narkotik sebagai terapi paska pembedahan Terapi injeksi yang disarankan oleh dokter adalah injeksi antibiotik Ceftriaxone 1 gram dengan IV yang merupakan Antibiotik
glolongan Sefalosporin profilaksis, dan Ketorolac 2 gram sebagai Analgetik pasca pembedahan, Metronidazole 500 mg merupakan cairan untuk terapi pencegahan infeksi dan anti inflamasi pasca pembedahan (Rachadian,
2010).
Tidakan
kolaboratif
lainnya
adalah
dengan
pemeriksaan PA dan kultur pus untuk menentukan terapi yang tepat dalam mengatasi penyakit pasien, pemeriksaan PA dan kultur pus diambil dan dianalisa oleh residen bedah berkolaborasi dengan instalasi laboratorium histopatologi dan mikrobiologi untuk selanjutnya diidentifikasi guna menetukan terapi antibiotik yang sesuai (K. Iyer, 2007). Tindakan keperawatan hari ketiga adalah dengan pelaksanaan manajemen nyeri, tetapi terdapat penghentian tindakan yaitu mengurangi nyeri dengan farmakologi, karena menurut advis dokter rentang nyeri sudah dapat ditoleransi oleh klien dan terdapat kesan penurunan intensitas nyeri, sehingga penanganan nyeri secara farmakologis dihentikan untuk mengembalikan kembali fisiologis fungsi saraf reseptor nyeri agar tidak terjadi ketergantungan (Tymothy, 2009), tetap melakukan motivasi kepada pasien untuk menghabiskan porsi diet RS, dan perawatan luka operasi serta pelepasan drain, yang merupakan tugas dan tanggung jawab perawat. Evaluasi tindakan keperawatan didasarkan pada respon klien yang dinilai secara S,O,A,P. Pada hari pertama tanggal 3 April 2012 jam 14.10 WIB, yang dilakukan penulis adalah monitoring dan koreksi paska pembedahan karena masih dalam pengaruh anestesi sehingga pengawasan harus secara komperenhensif seperti tanda-tanda vital, keadaan umum,
kesadaran, dan respon tubuh pasien seperti kedinginan berkeringat dan menggigil (Tymothy, 2009). Assessment ditarik kesimpulan bahwa untuk penilaian diagnosa yang diangkat yaitu nyeri tidak dapat dikaji dan dilakukan tindakan, karena masih dalam pengaruh anestesi, sehingga tujuan dari tindakan belum berhasil. Perencanaan yang paling tepat adalah dengan melanjutkan intervensi pengelolaan dan manjemen nyeri diatambah anjuran dari dokter yaitu manajemen koreksi serta penanganan simtomatis paska pembedahan seperti pengawasan tanda-tanda vital secara terus-menerus, pemantauan status eliminasi (BAB dan BAK), dan mencegah kemungkinan terjadinya infeksi, yaitu dengan memonitor luka/balutan dan produksifitas drain yang digunakan untuk koreksi sekaligus terapi paska pembedahan. Pada hari kedua tanggal 4 April 2012 jam 14.10 WIB, ditemukan adanya perkembangan dari terapi yang dilakukan, yaitu penurunan intensitas nyeri yang secara verbal disampaikan oleh pasien, tetapi nyeri terkadang masih dirasakan dengan skala yang relatif lebih ringan dari saat dilakukan pengkajian (skala 5-6) pada daerah paha kanan merambat ke pinggang hingga punggung, mobilisasi pasien menunjukkan respon positif dan tanda-tanda vital dalam batas normal, sehingga untuk prosedur kolaborasi penanganan nyeri secara farmakologis dihentikan, pada evaluasi koreksi dari terapi pembedahan tidak ditemukan adanya tandatanda abnormal seperti infeksi (keadaan kulit sekitar insisi normal, tanda-
tanda vital dalam ambang normal) dan terapi drain masih produktif dan warna yang normal (merah tua). Dari analisa yang didapatkan dapat ditarik kesimpulan Assessment pada hari kedua adalah masalah belum teratasi, sehingga perencanaan tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan adalah melanjutkan intervensi. Pasian masih terdapat keluhan nyeri meskipun intensitas dan skala lebih rendah dari hari sebelumnya, maka intervensi penatalaksanaan nyeri masih tetap dilakukan, mulai dari mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan tindakan keperawatan untuk meningkatkan kenyamanan pasien, menganjurkan pasien untuk ambulasi di tempat tidur, dan motivasi kepada pasien untuk tetap melakukan teknik relaksasi dan distraksi. Tindakan kolaboratif yang dilakukan adalah koordinasi dengan bagian laboratorium klinik dan patologi guna pemeriksaan PA dan kultur pus yang akan digunakan sebagai penunjang dalam menentukan jenis antibiotik yang paling tepat sesuai kondisi yang dialami pasien. Evaluasi tindakan hari ketiga, pada tanggal 5 April 2012, respon pasien yang semakin toleran terhadap nyeri dengan mengatakan sudah merasa lebih nyaman dan rileks skla nyeri 4 pada daerah tumbuhnya kanker (paha kanan, pinggang, dan punggung), pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal, monitor status nutrisi baik, ambulasi serta mobilisasi pasien dalam respon positif (tanpa mengalami gangguan dan keluhan), dan kondisi balutan kering dan bersih tidak tampak adanya
tanda-tanda infeksi serta drain sudah tidak seproduktif hari sebelumnya, tindakan kolaboratif pemberian antibiotik sesuai indikasi belum dapat dilakukan karena masih diperiksa oleh instalasi laboratorium. Kesimpulan
yang
didapatkan
adalah
Assessment
masalah
keperawatan belum teratasi, rencana tindakan keperawatan selanjutnya adalah manajemen nyeri dengan mengkaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), memberikan keperawatan yang meningkatkan kenyamanan pasien, memotivasi untuk ambulasi, dan kolaborasi pemberian antibiotik jika sudah diketahui jenis antibiotik yang sesuai. Pada evaluasi hari ke tiga dokter spesialis bedah onkologi melalui residen bedah melakukan koordinasi dengan tim keperawatan untuk persiapan kemoterapi, sesuai dengan protokol bedah onkologi selesai tindakan reseksi radikal harus dilakukan tindakan kemoterapi (Darwis, 2003), sehingga tindakan keperawatan kolaborasi ditambah dengan motivasi pasien untuk persiapan dilakukan tindakan kemoterapi. B. Simpulan dan Saran 1. Kesimpulan Setelah penulis melakukan Pengkajian, Analisa Data, Penentuan Diagnosa, Perencanaan, Implementasi, dan Evaluasi tentang Asuhan Keperawatan Nyeri Akut Pada Nn. A dengan Rabdomiosarkoma Femur Dextra di RS Dr. Moewardi Surakarta secara metode studi kasus, disesuaikan dengan tujuan khusus penulisan, maka dapat ditarik kesimpulan
a.
Pengkajian pada Nn. A dengan rabdomiosarkoma femur dextra adalah nyeri yang diakibatkan proses penyakit yang terdapat pada jaringan lunak pada daerah paha kanan, merambat ke pinggang hingga punggung. Karakteristik nyeri yang khas yaitu seperti rasa terbakar, dan ditunjang dengan pemeriksaan fisik serta data penunjang dari pemeriksaan CT-Scan.
b.
Perumusan masalah diagnosa keperawatan pada Nn. A dengan rabdomiosarkoma femur dextra adalah nyeri berhubungan dengan proses penyakit.
c.
Perencanaan
asuhan
keperawatan
pada
Nn.
A
dengan
rabdomiosarkoma femur dextra adalah dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 X 24 jam, diharapkan nyeri pada Nn. A berkurang, dengan kriteria hasil yaitu melaporkan penurunan nyeri menjadi skala 3-4, ekspresi wajah rilex
dan ceria, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas
normal, mampu melakukan aktivitas yang toleran terhadap nyeri. Intervensinya adalah mengakaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), menciptakan lingkungan nyaman dan tenang untuk membuat pasien dapat beristirahat, memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi untuk meringankan nyeri yang dirasakan, kolaborasi dengan medis untuk melakukan terapi yang tepat dalam menangani penyakit pasien (pembedahan & kemoterapi).
d.
Implementasi keperawatan yang dilakukan pada Nn. A dengan rabdomiosarkoma femur dextra adalah mengakaji karakteristik nyeri (P,Q,R,S,T), menciptakan lingkungan nyaman dan tenang untuk membuat pasien dapat beristirahat (head up 30°), memotivasi pasien untuk melakukan teknik relaksasi nafas dalam dan distraksi untuk meringankan nyeri yang dirasakan, kolaborasi dengan medis untuk melakukan terapi yang tepat dalam menangani penyakit pasien sesuai dengan perencanaan tindakan asuhan keperawatan, tindakan keperawatan dilakukan modifikasi sesuai kondisi pasien tanpa meninggalkan prinsip dan konsep keperawatan.
e.
Evaluasi keperawatan pada Nn. A dengan rabdomiosarkoma femur dextra adalah menunjukan perbaikan dan peningkatan kesehatan pasien, meskipun kriteria hasil belum tercapai.
f.
Analisa
asuhan
rabdomiosarkoma mendapatkan
hasil
keperawatan femur
dextra
pengurangan
pada adalah rasa
Nn.
A
dengan
berhasil nyeri
serta
karena telah
melaksanankan semua prosedur medis dan keperawatan dalam menangani rabdomiosarkoma. 2. Saran a. Penulis Bagi penulis mampu meningkatkan tingkat asuhan keperawatan yang
lebih
berkualitas,
memberikan
tingkat
pelayanan
keperawatan yang memperhatikan isu dan etika yang sedang berkembang dengan memodifikasi tindakan keperawatan tanpa meninggalkan konsep dan etika keperawatan. b. Rumah Sakit Bagi institusi pelayanan kesehatan, diharapkan Rumah Sakit khususnya RSUD Dr. Moewardi Surakarta dapat memberikan pelayanan dan mempertahankan hubungan kerja sama yang baik antara
tim
kesehatan
dan
klien
yang
ditujukan
untuk
meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien rabdomiosarkoma pada khususnya diharapkan di rumah sakit mampu memberikan pelayanan optimal yang dapat mendukung kesembuhan pasien. c. Profesi Keperawatan Dapat digunakan sebagai referensi dan pengetahuan yang selanjutnya mampu dikembangkan untuk memberikan pelayanan pada pasien kanker yang lebih berkualitas dengan mengikuti perkembangan
ilmu
pengetahuan
dan
meninggalkan kaidah dan konsep keperawatan.
teknologi
tanpa
DAFTAR PUSTAKA Anonim. Rabdomiosarkoma Retroperitoneal. http://www.usu.com, diakses tanggal 6 April 2012
B. Lubis, Delyuzar Bag Patologi Anatomi Fak. Kedokteran U.S.U. Medan, dari Venkateswaran K. Iyer. Role of Fine Needle Aspiration Cytology in the Management of Pediatric Renal Tumors. Journal of Indian Association of Pediatric Surgeons. http://www.jiaps.com/article.asp?issn=09719261;year=2007;volume=132;issue=3Diakses 6 April 2012
Couturier. J. Soft tissue tumors: Rhabdomyosarcoma. Atlas Genet Cytogenet Oncol Haematol. March 1998
Crist WM. (2004), Sarkoma Jaringan Lunak. Dalam: Nelson WE(eds). Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-15. EGC, Jakarta, hal 1786-1789
Darwis I, dkk. (2003), Protokol Penatalaksanaan Sarkoma Jaringan Lunak. Protokol Peraboi.Onkologi/AskepKanker_NursingBegin.com.htm http://cancerhelp.cancerresearchuk.org, Diakses 12 April 2012
Dr. Cuneyt Ulutin, Department of Radiation Oncology, A Cohort Study of Adult Rhabdomyosarcoma: A Single Institution Experience. World Journal of Medical Sciences 3 (2): 54-59, 2008 ISSN 1817-3055 www.fkunmul.co.cc Diakses 12 April 2012
Ferguson MO. Pathology: Rhabdomyosarcoma. http://www.emedicine.com. Diakses tanggal 12 april 2012
Jerkin, D; Sonley M. Soft-Tissue Sarcomas in the Young. Medical Treatment Advances in Perpective. Cancer. A Jour of Am cancer Society. 2011 ; 46:621-629 Posted on 8 February 2011 by ArtikelBedah, dari www.ilmubedah.com͕diakses 6 April 2012
Joel Adams. (2007), Dictionary Of Nursing. Second Editions, A&C Black, London, hal 264
Joglosemar, edisi: 4/10/2011, Tajuk Isu dan tokoh minggu http://joglosemar.co.id//tajuk-utama// Diakses 6 April 2012
ini,
Khadijeh Arjmandi Rafsanjani, Parvaneh Vossough, Ali Bashardoust, Mohammad Faranoush. Survival rate of children with rhabdomyosarcoma and prognostic factors. World J Pediatr, Vol 3 No 1 . February 15, 2007 . www.wjpch.com͕ Diakses tanggal 6 April 2012
Michael Walta Dan Stepen H. Thomas. Refarat Nyeri Kanker dan Tumor.World
Journal of Medical Sciences 3 (2): 54-59, 2008 - ISSN 1817-3055 SKYDRUGZ: Refarat Nyeri Kanker dan Tumor http://skydrugz.blogspot.com/2012/03/refarat-nyeri-kanker-dantumor.html#ixzz1rk8LIAw1͕Diakses tanggal 12 april 2012
Mubarak, Wahit. (2007), Buku ajar kebutuhan dasar manusia : teori dan aplikasi dalam praktik. EGC, Jakarta
Muttaqin, Arif. (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal. EGC, Jakarta
Pusat Komunikasi Publik Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI, Jika Tidak Dikendalikan 26 Juta Orang Di Dunia Menderita Kanker,
[email protected],
[email protected],kontak@ puskom.depkes.go.id. Diakses 6 April 2012
Rachadian, Dani (2010). Informasi Spesialite Obat ISO Indonesia. PT ISFI: Jakarta
Rahmawati, Zahara Nur. Evaluasi Penggunaan Antiemetik Dalam Penatalaksanaan Mual Muntah Karena Kemoterapi Pada Pasien Kanker Payudara Di Rsud Dr Moewardi Surakarta Tahun 2008. Date: 2012-02-18 . http://repository.ums.ac.id/handle/2011/13242 http://etd.eprints.ums.ac.id/7742/, Diakses tanggal 12 april 2012
Reksoprodjo S et al. (2007), Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. edisi 5. Binarupa Aksara : Jakarta, hal 402-405
Robbins,( 2007 ), Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Vol. 1. EGC : Jakarta : 198
Smeltzer, Suzane C, (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth / editor, Suzane C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa Agung Waluyo [et. al] ; editor bahasa Indonesia, Monica Ester, Ellen Pangabean, Edisi 8, EGC : Jakarta
Timothy PC. Rhabdomyosarcoma. http://www.emedicine.com, diakses 6 April 2012
Underwood, J.C.E (2004) Patologi Umum dan Sistematik. Vol 2 / J.C.E Underwood ; editor edisi bahasa Indonesia, Sarjadi, Edisi 5, EGC : Jakarta
Virgiawan D.Kanker Otot Lurik.[Online].2007 Oct 18 th .[cited 2008 November1 th]:[10 screens]. Available from:URL: http://www.medline.com, diakses 12 April 2012)
Willkinson, Judith (2006). Bukusaku Diagnosis Keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Edisi 7. EGC : Jakarta
Wilmore DW, Cheung LY, Harken AH, Holcroft JW, Meakins JL, Soper NJ, (2002). ACS surgery: principles and practice. New York: WebMD
Wong CH, Khin LW, Heng KS, Tan KC, Low CO. The LRINEC (Laboratory risk indicator for necrotizing fasciitis) score: a tool for distinguishing necrotizing fasciitis from other soft tissue infections. Crit Care Med 2004; 32:1535–41 www.fkunmul.co.cc, Diakses 12 April 2012