STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN : KEBUTUHAN : KELEBIHAN CAIRAN PADA NY. S KELEBIHAN VOLUME CAIRANVOLUME PADA NY. S DENGAN CHRONIC : CHRONIC KIDNEY DESEASE DIRUANG MELATI I KIDNEY DESEASE (CKD) (CKD) DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
PEBRI IRAWAN NIM : P.09091
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKATA 2012 ŝ
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Pebri Irawan
NIM
: P.09091
Program Studi
: DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN
KEPERAWATAN
PEMENUHAN
KEBUTUHAN
GANGGUAN CAIRAN
:
KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA NY.S DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA. Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku. Surakarta, 26 April 2012
PEBRI IRAWAN NIM. P.09091 ŝŝ
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Pebri Irawan
NIM
: P.09091
Program studi
: DIII Keperawatan
Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN : ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN : : KELEBIHAN KELEBIHANVOLUME VOLUME KEBUTUHAN CAIRAN CAIRAN NY.S DENGAN DENGANCHRONIC CHRONIC KIDNEY CAIRAN PADA NY.S KIDNEY DESEASE RUANG MELATI I RSUDI Dr.RSUD MOEWARDI DESEASE DIDI RUANG MELATI Dr. SURAKARTA. MOEWARDI SURAKARTA.
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di
: Surakarta
Hari/Tanggal
: Selasa, 1 Mei 2012
DEWAN PENGUJI Penguji I : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns NIK. 201187065
(…………………)
Penguji II : Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050
(…………………)
m
Penguji III : Nurma Rahmawati, S.Kep.,Ns NIK. 201186076
(…………………)
Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050 ŝŝŝ
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN : KELEBIHAN VOLUME CAIRAN PADA NY.S DENGAN CHRONIC KIDNEY DESEASE (CKD) DI RUANG MELATI I RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Setiyawan, S.Kep.,Ns, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta ini . 2. Erlina Widyastuti, S.Kep.,Ns, selaku Sekretaris Ketua Progran Studi DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta serta selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 3. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. ŝǀ
4. Kedua orang tuaku, Badri dan Endang Purwaningsih yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 5. Kedua adikku, Azis Nugroho dan Fidya Tri Anisa yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 6. S. Ayu Hapsari, yang selalu memberikan semangat dan inspirasi untuk menyelesaikan Karya Tulis Ini. 7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 26 April 2012
PEBRI IRAWAN NIM. P.09091
ǀ
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………….....
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN. …………………………...
ii
HALAMAN PENGESAHAN……………………………………..…….
iii
KATA PENGANTAR………………………………………………..
iv
DAFTAR ISI………………………………………………………….
vi
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………….
vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang………………………………………………..
1
B. Tujuan Penulisan……………………………………………...
3
C. Manfaat Penulisan…………………………………………….
4
BAB II LAPORAN KASUS A. Identitas Klien………………………………………………...
6
B. Pengkajian…………………………………………………….
6
C. Perumusan Masalah Keperawatan……………………………. 11 D. Perencanaan ………………………………………………….
11
E. Implementasi …………….…………………………………...
12
F. Evaluasi …………….………………………………………...
15
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan…………………………………………………… 17 1. Pengkajian............................................................................. 18 ǀŝ
2. Perumusan masalah keperawatan.........................................
22
3. Intervensi..............................................................................
23
4. Implementasi........................................................................
24
5. Evaluasi................................................................................
27
B. Simpulan………………………………………………............
30
C. Saran…………………………………………………………..
32
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ǀŝŝ
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 2. Lembar Konsultasi Lampiran 3. Surat Keterangan Pengambilan Data Lampiran 4. Log Book Lampiran 5. Lembar Pendelegasian Lampiran 6. Asuhan Keperawatan
ǀŝŝŝ
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan cairan dan elektrolit dalam jumlah dan proporsi yang tepat di berbagai jaringan tubuh agar dapat mempertahankan kesehatan dan kehidupannya. Hal tersebut dapat dicapai dengan serangkaian manuver fisika-kimia yang kompleks. Air menempati proporsi yang besar dalam tubuh. Seseorang dengan berat badan 70 kg bisa memiliki sekitar 50 liter air dalam tubuhnya. Air menyusun 75% berat badan bayi, 70% berat badan pria dewasa, dan 55% tubuh pria usia lanjut. Karena wanita memiliki simpanan lemak yang relative banyak (relative bebas air), kandungan air dalam tubuh wanita 10% lebih sedikit dibandingkan pria. Air tersimpan dalam dua kompartemen utama dalam tubuh yaitu, cairan intra seluler dan cairan ekstra seluler (Wahit, 2007). Organ pengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang utama adalah ginjal. Kira-kira 180 liter plasma difiltrasi setiap hari oleh ginjal. Dari volume ini, kira-kira 1500 ml urine dieksresikan setiap hari. Setiap jam haluaran urine mempunyai rentang rata-rata 40-80 ml untuk orang dewasa dan 0,5 mL/kg/jam untuk anak-anak. Volume, komposisi, dan konsentrasi urine sangat bervariasi dan akan tergantung pada penambahan dan kehilangan cairan. Nilai urine (volume dan konsentrasi) selalu dievaluasi dalam hubungannya dalam kebutuhan tubuh untuk menyimpan dan mengeluarkan
1
2
cairan. Pasien dehidrasi yang memerlukan penghematan cairan, sebagai contoh, akan diharapkan untuk mengeksresikan urine lebih sedikit daripada pasien dengan dehidrasi adekuat (Mimo, 2002). Penyakit
ginjal
kronis
(CKD)
merupakan
masalah
kesehatan
masyarakat di seluruh dunia. Di Amerika Serikat (AS) tahun 2010, ditemukan meningkatnya insiden dan prevalensi Chronic Kidney Desease (CKD). Prevalensi dari penyakit ginjal kronik secara umum didefinisikan sebagai penyakit yang bertahan lama, kerusakan fungsi ginjal yang insensible, dan memiliki angka kejadian lebih tinggi dibandingkan penyakit 2 ginjal stadium akhir atau terminal. Sekarang ditemukan > 300.000 pasien menderita penyakit ginjal kronik di negara Amerika Serikat. Di negara negara berkembang lainnya, insiden ini diperkirakan sekitar 40 - 60 kasus perjuta penduduk per tahunnya. Selain itu mahalnya tindakan hemodialisis masih merupakan masalah besar dan diluar jangkauan sistem kesehatan. Survei Perhimpunan Nefrologi Indonesia menunjukkan, 12,5 persen dari populasi mengalami penurunan fungsi ginjal. Secara kasar itu berarti lebih dari 25 juta penduduk. Di seluruh dunia tahun 2005 ada 1,1 juta orang menjalani dialisis kronik. Tahun 2010, diproyeksikan lebih dari 2 juta orang. Penyakit Chronic Kidney Desease (CRF/GGK/CKD) adalah kehilangan fungsi ginjal yang progesif, insensible yang berkembang selama berbulanbulan sampai tahunan. Adapun potensial gangguan cairan dan elektrolit yang disebabkan gagal ginjal seperti hipervolemia, hipovolemia, hiponatremia, hiperkalemia,
hipokalemia,
hiperfosfstemia,
hipokalsemia,
dan
3
hipermagnesemia. Pada akhirnya akan sampai pada penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/PGTA), dimana pada saat tersebut terapi penggantian ginjal (dialysis atau transplantasi) dibutuhkan untuk mempertahankan kehidupan (Wahit, 2007). Berdasarkan observasi penulis pada tanggal 3 April 2012 diperoleh data bahwa pasien dengan CKD 12 orang dari 48 pasien. Kasus ini menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan elektrolit pada tubuh. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat karya tulis ilmiah tentang “Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Cairan pada : Kelebihan Volume Cairan Ny.S dengan Chronic Kidney Desease (CKD) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada Ny.S dengan Cronic Kidney Desease (CKD) di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny.S dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.S dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan. c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny.S dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan.
4
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny.S dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.S dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan. f. Penulis mampu menganalisa kondisi gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan yang terjadi pada Ny.
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi penulis Sebagai sarana dan alat dalam memperoleh pengetahuan dan pengalaman khususnya dibidang keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD). 2. Bagi instansi pendidikan Sebagai bahan masukan dalam kegiatan proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD) dapat digunakan acuan bagi praktek mahasiswa keperawatan 3. Rumah Sakit Sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek
pelayanan
keperawatan
khususnya
gangguan
pemenuhan
kebutuhan cairan pada pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
5
4. Bagi profesi keperawatan Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan informasi dibidang keperawatan tentang asuhan keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan pada pasien dengan Chronic Kidney Desease (CKD).
6
BAB II LAPORAN KASUS
A.
Identitas Pasien Pengkajian dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 08.00 WIB, pada kasus ini dilakukan dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa, pengamatan, observasi langsung, pemeriksaan fisik dari kepala sampai kaki, menelaah catatan medis, dan catatan perawat. Pasien masuk pada tanggal 14 Maret 2012. Pengkajian tersebut didapat hasil identitas pasien, bahwa pasien bernama Ny.S, umur 39 tahun, beragama Islam, alamat Batu 3/5 Karang Tengah, Sragen, pendidikan SMP, pekerjaan ibu rumah tangga, nomor register 010xxxx, dirawat di ruang Melati I RSUD Dr. Moewardi Surakarta, sudah 21 hari sejak dokter mendiagnosa bahwa Ny.S menderita penyakit Chronic Kidney Desease (CKD. Yang bertanggung jawab kepada pasien adalah Tn.H, umur 41 tahun, pendidikan SMP, pekerjaan buruh, hubungan dengan pasien adalah seorang suami pasien.
B.
Pengkajian Hasil dari pengkajian tentang riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan oleh pasien adalah kedua kakinya bengkak. Riwayat penyakit sekarang pasien datang dengan keluhan sesak napas yang dirasakan terus menerus dan tidak dipengaruhi oleh cuaca maupun debu. Kemudian oleh keluarganya, pasien langsung dibawa ke RSUD dr.
6
7
Moewardi Surakarta. Di IGD pada tanggal 14 Maret 2012 pasien mendapatkan terapi O2 2 liter per menit, injeksi furosemide 40 mg, injeksi cefotaxime 2gr, dan infus D5% 16 tetes per menit. Tekanan darah Ny.S 200/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, suhu 37°C, dan pernafasan 28 kali per menit. Riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit hipertensi, diabetes mellitus. Tetapi pernah memiliki riwayat penyakit gagal ginjal semenjak 1 tahun yang lalu. Pasien juga mengatakan tidak memiliki riwayat alergi. Riwayat keluarga, pasien mengatakan anak pertama dari 2 bersaudara menikah dengan Tn.H telah mempunyai 2 anak, anak pertama laki-laki dan anak kedua perempuan. Pasien mengatakan didalam keluarganya ada yang memiliki riwayat penyakit stroke yaitu ibu dari suaminya. Selain itu dikeluarga pasien tidak ada yang mengalami penyakit keturunan seperti asma, diabetes mellitus, serta penyakit menular seperti TB paru dan HIV AIDS. Riwayat
kesehatan
lingkungan,
pasien
mengatakan
bahwa
lingkungan disekitar tempat tinggalnya bersih, bebas dari polusi, ada pembuangan sampah tersendiri, dirumahnya terdapat ventilasi. Hasil pengkajian menurut Gordon, pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit pasien mengatakan bahwa pasien makan 3 kali per hari dengan menu nasi, sayur, lauk pauk habis 1 porsi dan minum air putih ± 2500 cc per hari kadang juga minum teh. Sedangkan selama sakit pasien
8
mengatakan tidak nafsu makan, mual, makan hanya habis ½ porsi sesuai diit yang telah diberikan oleh rumah sakit yaitu diit ginjal rendah garam tinggi protein tinggi karbohidrat (RGTPTK) dan minum habis ± 600 cc per hari, berat badan 48 kg. Pola eliminasi, sebelum sakit pasien mengatakan buang air kecil 6 kali per hari ± 600 cc berwarna kuning jernih, bau khas amoniak. Buang air besar 1 kali per hari dengan konsistensi lembek warna kuning dan bau khas. Sedangkan selama sakit pasien mengatakan buang air kecil per hari ± 500 cc berwarna kuning jernih. Pasien mengatakan sudah 2 hari ini belum buang air besar. Hasil pengkajian input dan output selama 24 jam dilakukan pada hari selasa tanggal 3 April 2012 didapatkan input berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1000 cc, sehingga didapatkan hasil input
1850 cc.
Output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss 720 cc, dan didapatkan hasil output 995 cc, maka didapatkan perhitungan balance cairan +855 cc. Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah, sianosis. Kesadaran composmentis dengan nilai glasglow coma scale (GCS) 15, eye 4, verbal 5, motoric 6, tanda-tanda vital tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, teratur dan kuat. Pernafasan 26 kali per menit, teratur dan nafas dangkal, suhu 36,5°C. Bentuk kepala mesochepal, kulit kepala tidak ada lesi, kebersihan cukup. Rambut berombak, hitam, tidak ada ketombe, kebersihan rambut cukup. Pada
9
pemeriksaan mata didapatkan palpebra bengkak, konjungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, ada reflek terhadap cahaya, simetris kanan dan kiri. Pada pemeriksaan hidung didapatkan terdapat sedikit sekret, terpasang terapi O2 2 liter per menit, mengeluarkan darah (mimisan), reflek membau normal, simetris kanan kiri, kebersihan kurang. Pada pemeriksaan mulut didapatkan bibir tidak pecah-pecah, tidak ada stomatitis, lidah kurang bersih, kebersihan mulut kurang, gigi berwarna sedikit kekuningan, tidak ada karies gigi, tidak menggunakan gigi palsu, kebersihan kurang. Telinga simetris kanan kiri, terdapat sedikit serumen, reflek pendengaran baik, tidak menggunakan alat bantu pendengaran, kebersihan cukup. Pemeriksaan leher didapatkan tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak kaku kuduk. Pada pemeriksaan dada didapatkan saat dilakukan inspeksi diperoleh pengembangan paru tidak maksimal, terpasang selang double lumen. Saat dilakukan palpasi didapatkan vokal fremitus kanan kiri sama. Saat dilakukan perkusi didapatkan sonor, saat dilakukan auskultasi didapatkan suara lapang paru vesikuler. Pada pemeriksaan jantung didapatkan inspeksi didapatkan ictus cordis tidak tampak, saat dilakukan palpasi didapatkan ictus cordis teraba di intercosta 5 sinistra, saat dilakukan perkusi didapatkan pekak, saat dilakukan auskultasi didapatkan
bunyi
jantung I bunyi jantung II murni. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan inspeksi cembung, asites, saat dilakukan auskultasi didapatkan bising usus 8 kali per menit, saat dilakukan perkusi didapatkan pekak, saat dilakukan
10
palpasi hepar teraba, lien tidak teraba serta diperoleh distensi abdomen. Pada pemeriksaan ekstremitas atas didapatkan sebelah kiri kekuatan otot penuh, terpasang arteri vena shunt, sebelah kanan kekuatan otot penuh, terpasang infuse D5% 16 tetes per menit, integritas kulit kurang baik, capillary refill lebih dari 2 detik. Ekstremitas bawah didapatkan sebelah kiri kekuatan otot penuh, sebelah kanan kekuatan otot penuh, kedua ekstremitas bawah terdapat oedema, pitting oedema derajad 2, integritas kulit kurang baik, capillary refill lebih dari 2 detik. Kulit tidak kemerahan, integritas kulit kurang baik, gatal-gatal, mengkilat. Pemeriksaan data penunjang foto rontgen thorax yang dilakukan tanggal 14 Maret 2012 didapatkan hasil kardiomegali dan oedema pulmo dan data laboraturium yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2012, yaitu hemoglobin 7,2 g/dl; hematokrit 24%; leukosit 6,8x103/ul; trombosit 148x103/ul; eritrosit 2,50x106/ul; kreatinin 11,1 mg/dl; ureum 248 mg/dl, natrium 132 mmol/l; kalium 3,9 mmol/l; klorida 101 mmol/l. Selama diruang melati I pasien mendapatkan terapi injeksi ceftriaxone 2 gram tiap 24 jam, injeksi furosemid 80mg/6jam, infus D5% 16 tetes per menit, terapi oksigen 2 liter per menit. Pasien mendapatkan obat oral seperti klonidin 2x0,1mg, asam folat 3x1 tablet, vit. B plex 3x1 tablet, dan paracetamol 3x1 tablet.
11
C.
Perumusan Masalah Keperawatan Dari data pengkajian dan observasi diatas, penulis melakukan analisa data kemudian merumus diagnosa keperawatan, yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan, kemudian penulis menyusun
intervensi keperawatan,
implementasi keperawatan, dan melakukan laporan evaluasi tindakan. Diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan, ditandai dengan data subjektif pasien mengatakan kedua kakinya bengkak sedangkan data objektif ditandai dengan nafas dangkal, palpebra tampak oedema, pitting oedema derajad 2, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 26 kali per menit, suhu 36,5°C, hemoglobin menurun (7,2g/dl), hematokrit menurun (24%), kreatinin 11,1 mg/dl (meningkat), ureum 248 mg/dl (meningkat) balance cairan +855 cc..
D.
Perencanaan Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada oedema keseimbangan antara input dan output, hemoglobin dalam batas normal (1215,6 g/dl) hematokrit dalam batas normal (33-45%), kreatinin dalam batas normal (0,6-1,1 mg/dl), ureum dalam batas normal (<50 mg/dl).
12
Intervensi atau rencana keperawatan yang akan dilakukan adalah kaji tanda-tanda vital dengan rasional untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien, kaji status cairan dengan menimbang berat badan dengan rasional untuk mengetahui perkembangan status cairan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran dengan rasional untuk mengetahui keseimbangan antara input dan output, jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan dengan rasional pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan keluarga dalam pembatasan cairan, dan kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik dan siapkan hemodialisa dengan rasional untuk menyeimbangkan cairan tubuh.
E.
Implementasi Tindakan keperawatan pada hari pertama yang dilakukan pada tanggal 3 April 2012 jam 08.00 WIB yaitu mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan didapatkan respon pasien pada data subjektif pasien mengatakan bersedia diukur berat badannya, data objektif berat badan 48 kg, kemudian menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan didapatkan respon pasien pada data subjektif pasien mengatakan paham dan mau membatasi asupan cairan, data objektif pasien tampak mengerti dibuktikan dengan menjelaskan kembali tentang materi yang disampaikan perawat. Kemudian pada jam 08.30 WIB memberikan terapi diuretik dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia di injeksi, data objektif injeksi furosemide 40mg telah masuk melalui
13
intravena, pasien tidak alergi terhadap terapi yang diberikan. Pada jam 12.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia diperiksa, data objektif tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5°C. Kemudian pada jam 14.00 WIB mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan buang air kecilnya sedikit serta kedua kakinya bengkak, pitting oedema derajad 2, data objektif didapatkan input berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1000 cc, dan output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss 720 cc, Input 1850 cc, output 995 cc, balance cairan +855 cc. Tindakan keperawatan pada hari kedua yang dilakukan pada tanggal 4 April 2012 jam 08.00 WIB yaitu mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan didapatkan respon pasien pada data subjektif pasien mengatakan bersedia diukur berat badannya, data objektif berat badan 48 kg. Kemudian pada jam 08.30 WIB memberikan terapi diuretik dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia di injeksi, data objektif injeksi furosemide 40mg telah masuk melalui intravena, pasien tidak alergi terhadap terapi yang diberikan. Pada jam 12.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia diperiksa, data objektif tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 36,5°C. Kemudian pada jam 14.00 WIB mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan
14
pengeluaran dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan buang air kecilnya sedikit serta kedua kakinya masih bengkak, pitting oedema derajad 2,data objektif makan 300 cc, minum 500 cc, infus 1000 cc, buang air besar 100 cc, buang air kecil 450 cc, insensible water loss 720 cc, Input 1800 cc, output 1270 cc, balance cairan +530 cc. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada hari ketiga tanggal 5 April 2012 jam 08.00 WIB yaitu mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan didapatkan respon pasien pada data subjektif pasien mengatakan bersedia diukur berat badannya, data objektif berat badan 48,1 kg. Kemudian pada jam 08.30 WIB memberikan terapi diuretik dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia di injeksi, data objektif injeksi furosemide 40mg telah masuk melalui intravena, pasien tidak alergi terhadap terapi yang diberikan. Pada jam 12.00 WIB mengukur tanda-tanda vital dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan bersedia diperiksa, data objektif tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 36,5°C. Kemudian pada jam 14.00 WIB mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran dengan respon pasien data subjektif pasien mengatakan buang air kecilnya sedikit serta kedua kakinya masih bengkak, pitting oedema derajad 2,data objektif makan 250 cc, minum 550 cc, infus 1100 cc, buang air besar 150 cc, buang air kecil 550 cc, insensible water loss 720 cc, Input 1950 cc, output 1370 cc, balance cairan +580 cc.
15
F.
Evaluasi Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis kemudian dilakukan evaluasi pada hari Selasa tanggal 3 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan metode SOAP yaitu pasien mengatakan kedua kakinya bengkak ditandai dengan tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 48 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1000 cc, dan output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss 720 cc, Input 1850 cc, output 995 cc, balance cairan +855 cc. Hal ini menyatakan masalah keperawatan belum teratasi, maka intervensi dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 40mg). Evaluasi pada hari kedua, Rabu tanggal 4 April 2012 jam 14.00 WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih bengkak ditandai dengan tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 48 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input cairan melalui makan 300 cc, minum 500 cc, infus 1000 cc, output melalui buang air besar 100 cc, buang air kecil 450 cc, insensible water loss 720 cc, Input 1800 cc, output 1270 cc, balance cairan +530 cc. Hal ini menyatakan pada hari kedua masalah keperawatan belum teratasi, maka intervensi tetap
16
dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 40mg) dan siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit. Evaluasi pada hari ketiga, Kamis tanggal 5 April 2012 jam 14.00 WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih bengkak ditandai dengan tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 48,1 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, pemasukan cairan melalui makan 250 cc, minum 550 cc, infus 1100 cc, buang air besar 150 cc, buang air kecil 550 cc, insensible water loss 720 cc, Input 1950 cc, output 1370 cc, balance cairan +580 cc. Hal ini menyatakan pada hari ketiga masalah keperawatan belum juga teratasi, maka intervensi tetap dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 40mg) dan siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit.
17
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan pada Ny.S dengan Chronic Kidney Desease (CKD) di ruang Melati I RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Ginjal adalah sepasang organ retroperitoneal yang integral dengan homeostatis
tubuh
dalam
mempertahankan
keseimbangan,
termasuk
keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal menyekresi hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan darah, serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa metabolisme dan menyesuaikan ekskresi dan pelarut. Ginjal mengatur volume cairan tubuh, asiditas, dan elektrolit sehingga mempertahankan komposisi cairan yang normal (Mari B, 2009). Chronic Kidney Desease (CKD) atau penyakit ginjal tahap akhir (ESRD/PGTA) adalah penyimpangan progresif, fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik
dan
cairan
serta
elektrolit
mengalami
kegagalan
yang
mengakibatkan uremia. Kondisi ini disebabkan oleh glomerulonefritis kronis, pielonefritis, hipertensi tak terkontrol, lesi herediter seperti pada penyakit polikistik, kelainan vaskular, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal
17
18
sekunder akibat sistemik (diabetes), infeksi, obat-obatan atau preparat toksit. Preparat lingkungan atau okupasi yang telah menunjukan mempunyai dampak dalam Chronic Kidney Desease (CKD) termasuk timah, cadmium, merkuri, dan kromium. Pada akhirnya dialisis dan transplantasi ginjal diperlukan untuk menyelamatkan hidup. (Bruner and Suddart, 2000)
1. Pengkajian Pengkajian dilakukan secara komprehensif pada Ny.S dengan Chronic Kidney Desease (CKD) pada tanggal 3 April 2012 dengan metode autoanamnesa dan alloanamnesa. Data yang diperoleh penulis pada pengkajian riwayat keperawatan, keluhan utama yang dirasakan pasien adalah kedua kakinya bengkak. Bengkak pada kedua kaki pasien disebabkan akibat kegagagalan ginjal untuk mengekskresikan cairan sehingga cairan tetap menumpuk di semua rongga yang ada di tubuh manusia. Riwayat penyakit sekarang, pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang dirasakan terus menerus. Penumpukan cairan pada rongga paru yang mengakibatkan sesak nafas akibat ekspansi paru tidak maksimal, penumpukan cairan pada jaringan palpebra akan mengakibatkan palpebra oedema, penumpukan cairan pada rongga abdomen (peritoneum) maka akan memunculkan manifestasi klinis abdomen terlihat cembung, asites serta palpasi abdomen diperoleh distensi abdomen. Cairan memiliki gaya gravitasi sehingga organ tubuh bagian bawah menampung cairan lebih banyak. (Corwin, 2005)
19
Hasil pengkajian tentang pola nutrisi dan metabolisme didapatkan selama sakit pasien mengalami anoreksia, mual, dan muntah diakibatkan oleh penumpukan limbah dalam darah atau yang disebut dengan uremia terjadi karena fungsi ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan metabolik, dan cairan serta elektrolit (Bruner and Suddart, 2000). Diit yang dianjurkan rumah sakit adalah rendah garam tinggi protein tinggi karbohidrat (RGTPTK). Fungsi dari rendah garam adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Sandjaja, 2009). Fungsi tinggi protein adalah mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh (Sunita, 2004). Fungsi tinggi karbohidrat adalah memberikan perlindungan terhadap kenaikan berat badan (Michael J.G, 2009). Hasil pengkajian pola eliminasi selama sakit pasien mengatakan buang air kecil per hari ± 300 cc. Nilai urin normal adalah 1200-1500 cc per 24 jam (Carol VA, 2005). Pasien mengalami oliguria disebabkan oleh kegagalan ginjal untuk melakukan fungsi ekskresi yaitu gangguan pengeluaran cairan sehingga cairan akan menyebar ke semua rongga dan jaringan yang ada di dalam tubuh (Doengoes, 2000). Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien lemah, sianosis. Kesadaran composmentis dengan nilai glasglow coma scale (GCS) 15, eye 4, verbal 5, motoric 6, tanda-tanda vital tekanan darah 180/100 mmHg,
nadi 100 kali per menit, teratur dan kuat.
20
Pernafasan 26 kali per menit, teratur dan nafas dangkal, suhu 36,5°C. Pada pasien Chronic Kidney Desease (CKD) selalu mengalami tekanan darah tinggi disebabkan oleh kelebihan cairan (hipervolemia) dan peningkatan produksi suatu zat yaitu renin (fungsi renin adalah mengatur tekanan darah), renin akan memacu produksi angiotensin kemudian aldosteron (hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal) sehingga pada akhirnya terjadi peningkatan tekanan darah (Mari B, 2009). Pengkajian input dan output pada hari selasa tanggal 3 April 2012 didapatkan input berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1000 cc, dan output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss 720 cc, Input 1850 cc, output 995 cc, balance cairan +855 cc. Didapatkan balance cairan diatas batas normal, sedangkan rentang normal balance cairan adalah +/-100, pasien tersebut mengalami gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan (Andry, 2008). Pemeriksaan data penunjang foto rontgen thorax yang dilakukan tanggal 14 Maret 2012 didapatkan hasil kardiomegali dan oedema pulmo dan data laboratorium yang dilakukan pada tanggal 31 Maret 2012, yaitu hemoglobin 7,2 g/dl (menurun); hematokrit 24% (menurun); kreatinin 11,1 mg/dl (meningkat); ureum 248 mg/dl (meningkat). Hemoglobin dan hematokrit meningkat disebabkan oleh kegagalan ginjal untuk melakukan fungsinya, salah satu fungsi ginjal adalah terutama menghasilkan eritropoetin sedangkan fungsi eritropoetin adalah penghasil eritrosit. Hal
21
ini mengakibatkan anemia sehingga kadar hemoglobin dan hematokrit dalam darah menurun. Ureum adalah molekul kecil yang mudah mendifusi kedalam cairan ekstra sel yang merupakan hasil akhir metabolisme protein berasal dari asam amino yang telah dipindah aminonya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30 gram per hari. Kadar ureum darah normal adalah 20 mg/dl sampai 40 mg/dl setiap 100 cc darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum. Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi di otot. Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang mengalami Chronic Kidney Desease (CKD). Kadar kreatinin pada seseorang maksimal 1,6 mg/dl. (David R, 2005).
Seseorang yang mengalami Chronic Kidney
Desease (CKD) maka terjadi penurunan glomerolus atau GFR (glomerular filtration rate). Fungsi glomerolus sebagai saringan pembuang zat-zat sisa seperti ureum dan kreatinin kemudian dilanjutkan oleh tubulus yang merupakan saluran pembuangan bermuara pada piala ginjal. Tubulus berfungsi untuk menyerap air dan elektrolit atau melepaskan sesuai dengan kebutuhan. Glomerolus dan tubulus merupakan satu kesatuan yang dinamakan nefron. Nefron merupakan unit terkecil ginjal, tetapi organ yang paling penting yang menyusun ginjal. Sesorang yang mengalami penurunan fungsi glomerolus dan tubulus mengakibatkan kerusakan pada nefron sehingga mengakibatkan kadar ureum dan kreatinin meningkat
22
karena penumpukan cairan yang tidak dapat diekskresikan (Andry H, 2008).
2. Perumusan Masalah Keperawatan Perumusan masalah keperawatan yang diambil oleh penulis adalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan yang ditunjukan dengan data yang menunjang yaitu data subjektif pasien mengatakan kedua kakinya bengkak sedangkan data objektif ditandai dengan pasien tampak gelisah, nafas dangkal, palpebra tampak oedema, pitting oedema derajad 2, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 26 kali per menit, Suhu 36,5°C, hemoglobin menurun (7,2g/dl), hematokrit menurun (24%), balance cairan +855 cc yang telah disesuaikan dengan diagnosa keperawatan NANDA. Pada kasus yang dialami Ny.S terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan cairan khususnya adalah kelebihan volume cairan, sedangkan kelebihan volume cairan adalah peningkatan retensi cairan isotonik. (Budi S, 2005) Penulis memprioritaskan diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan dengan alasan mengacu pada pengertian Chronic Kidney Desease (CKD) sendiri yaitu kehilangan fungsi ginjal yang progesif, insensible yang berkembang selama berbulan-bulan sampai tahunan (Wahit, 2007).
23
3. Intervensi Intervensi yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan dengan kebutuhan dan respon pasien, sehingga rencana tindakan dapat dilaksanakan dengan spesifik (jelas), measurable (dapat diukur), acceptance, rasional dan timing. Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria hasil yaitu pada diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan mempunyai tujuan yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada oedema keseimbangan antara input dan output, hemoglobin dalam batas normal (1215,6 g/dl) hematokrit dalam batas normal (33-45%), kreatinin dalam batas normal (0,6-1,1 mg/dl), ureum dalam batas normal (<50 mg/dl). Intervensi yang dibuat sesuai dengan teori pada buku Rencana Asuhan Keperawatan yang dikarang oleh Doengoes mengacu pada gangguan kebutuhan cairan khususnya kelebihan volume cairan adalah kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan, dan kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik. Sedangkan intervensi yang dibuat sesuai kasus yang mengacu pada kebutuhan dasar pasien adalah kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan, kolaborasi dengan dokter
24
pemberian terapi diuretik, dan pantau kebutuhan oksigen. Intervensi untuk gangguan kebutuhan cairan khususnya kelebihan volume cairan khususnya pantau
kebutuhan
oksigen tidak ada
dalam
teori tetapi penulis
menambahkan intervensi tersebut karena kebutuhan oksigen juga berperan penting dalam keseimbangan cairan dan elektrolit. Kandungan oksigen dalam darah berkurang diakibatkan oleh anemia, sedangkan fungsi oksigen salah satunya adalah sebagai regulator cairan tubuh. Terapi oksigen dibutuhkan untuk menyeimbangkan kadar O2 dan CO2 dalam darah (Andry H, 2008). Di dalam buku Rencana Asuhan Keperawatan yang dikarang oleh Doengoes tahun 2000, terdapat kriteria hasil untuk diagnosa gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan antara lain elektrokardiografi (EKG) dalam keadaan normal (sinus rhytm), nilai analisa gas darah khususnya pH normal (7,35-7,45). Namun dalam kasus ini penulis tidak mencantumkan kriteria hasil elektrokardiografi (EKG) dalam keadaan normal, nilai analisa gas darah khususnya pH normal dikarenakan keterbatasan penulis dalam mengobservasi hasil pemeriksaan penunjang tersebut.
4. Implementasi Penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai rencana yang telah disusun sebelumnya. Tindakan keperawatan tersebut adalah mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan, untuk mengetahui
25
perkembangan status cairan yang dialami oleh pasien. Mengkaji/mencatat penggunaan
cairan terutama
pemasukan dan pengeluaran,
untuk
mengetahui keseimbangan antara input dan output. Didapatkan hasil implementasi pada Ny.S hari pertama dan kedua berat badan 48 kg, tetapi meningkat pada hari ketiga yaitu 48,1 kg.
Penting dalam pengkajian
jantung dan fungsi ginjal dan keefektifan terapi diuretik, keseimbangan cairan positif berlanjut (pemasukan lebih besar dari pengeluaran) dan berat badan meningkat menunjukan makin buruknya gagal ginjal (Doengoes, 2000). Pemasukan cairan salah satunya adalah pemberian infus D5% sekaligus sebagai terapi. Infus D5% termasuk cairan kristaloid berfungsi untuk rehidrasi, penambah kalori secara parenteral. Mekanisme kerja cairan kristaloid yaitu menembus kapiler dari kompartemen intravaskuler ke
kompartemen
intertisial,
kemudian
didistribusikan
kesemua
kompartemen ekstravaskuler. Hanya 25% dari jumlah pemberian awal yang tetap berada di intravaskuler, sehingga penggunaannya membutuhkan volume 3-4 kali dari volume plasma yang hilang. Bersifat isotonik, maka efektif dalam mengisi sejumlah cairan kedalam pembuluh darah dengan segera dan efektif untuk pasien yang membutuhkan cairan segera. (Brenner M, 2005). Menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan, cairan dalam tubuh perlu diperhatikan agar tidak terjadi penumpukan. Jumlah cairan yang dikonsumsi setara dengan urin yang dikeluarkan ditambah 500 cc. Perlu diingat bahwa makanan berkuah tetap dihitung
26
sebagai cairan. Makan makanan yang mengandung sodium yang tinggi dapat menyebabkan haus, sebaiknya makanan yang dikonsumsi sedikit mengandung sodium atau garam (Tuti KA, 2003). Mengkolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik. Pemberian terapi furosemide dapat digunakan untuk mengurangi oedema dan hipertensi ringan sampai sedang. (Doengoes, 2000). Injeksi furosemide adalah golongan diuretik yang berfungsi untuk mengurangi oedema dan hipertensi ringan sampai sedang. Furosemide merupakan diuretik kuat (loop/high-ceiling) bekerja pada ansa henle dengan menghambat transport klorida terhadap natrium kedalam sirkulasi (menghambat reabsorbsi natrium pasif). Garam natrium dan air akan keluar bersama dengan kalium, kalsium dan magnesium. (Joyce L, 2002). Memantau kebutuhan oksigen, terapi oksigen berfungsi untuk memenuhi kebutuhan oksigen di seluruh bagian tubuh. Pasien mengalami nafas dalam dan dangkal menunjukan terjadinya asidosis atau pH darah menurun (asam). Terjadi peningkatan kadar PCO2 dalam darah sedangkan kadar O2 menurun dalam darah. Pasien akan bernafas dengan cepat yang berguna untuk kompensasi untuk mengeluarkan CO2 dalam darah. Terapi oksigen dibutuhkan untuk menyeimbangkan kadar O2 dan CO2 dalam darah. (Andry H, 2008). Memberikan terapi injeksi dan oral antara lain, injeksi ceftriaxone adalah antibiotik yang berfungsi untuk mencegah infeksi yang disebabkan oleh bakteri pathogen pada saluran nafas, telinga hidung tenggorokan,
27
sepsis, meningitis, tulang, sendi dan jaringan lunak, intra abdomen, genital, profilaksis, peripertif, dan infeksi pada pasien dengan gangguan kekebalan tubuh. Pasien mendapatkan obat oral seperti klonidin termasuk obat anti hipertensi dengan indikasi semua bentuk hipertensi kecuali bentuk peokromositomatik berfungsi untuk menurunkan tekanan vesikuler sistematik dan pengeluaran renin untuk menurunkan kerja miokardial dan membantu mencegah gagal jantung kongestif dan infark miokard, asam folat termasuk antianemia dengan indikasi anemia megaloblastik dan makrostik akibat difiensi asam folat berfungsi untuk memperbaiki gejala anemia sehubungan dengan kekurangan nutrisi atau karena dialisis, dan paracetamol termasuk obat antipiretik dan analgesik berfungsi untuk meringankan rasa sakit kepala, sakit gigi serta menurunkan demam. (ISO, 2010)
5. Evaluasi Tindakan keperawatan yang dilakukan selama tiga hari sudah dilakukan
secara
komprehensif
dengan
acuan
Rencana
Asuhan
Keperawatan (Doengoes, 2000) serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan data hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan pada Ny.S belum teratasi. Evaluasi pertama pada hari Selasa tanggal 3 April 2012 jam 14.00 WIB, dengan metode SOAP yaitu pasien mengatakan kedua kakinya
28
bengkak ditandai dengan tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 48 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input berasal dari makan 250 cc, minum 600 cc, infus 1000 cc, dan output berasal dari buang air besar (tidak buang air besar), buang air kecil 500 cc, insensible water loss 720 cc, Input 1850 cc, output 995 cc, balance cairan +855 cc. Hal ini menyatakan masalah keperawatan belum teratasi karena didapatkan data subjektif dan objektif
belum mencapai kriteria hasil yang telah
didapatkan, hal ini disebabkan oleh kegagalan ginjal melakukan fungsi ekskresi sehingga cairan tidak bisa di eksresikan (Doengoes, 2000). Maka intervensi dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 40mg). Evaluasi pada hari kedua, Rabu tanggal 4 April 2012 jam 14.00 WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih bengkak ditandai dengan tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 48 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, input cairan melalui makan 300 cc, minum 500 cc, infus 1000 cc, output melalui buang air besar 100 cc, buang air kecil 450 cc, insensible water loss 720 cc, Input 1800 cc, output 1270 cc, balance cairan +530 cc. Hal ini menyatakan pada hari kedua masalah keperawatan belum teratasi karena didapatkan data subjektif dan objektif
belum mencapai kriteria hasil yang telah
29
didapatkan, hal ini disebabkan oleh kegagalan ginjal melakukan fungsi ekskresi sehingga cairan tidak bisa di eksresikan (Doengoes, 2000). Maka intervensi tetap dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 40mg) dan siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit. Evaluasi pada hari ketiga, Kamis tanggal 5 April 2012 jam 14.00 WIB yaitu pasien mengatakan pasien mengatakan kedua kakinya masih bengkak ditandai dengan tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 90 kali per menit, pernafasan 18 kali per menit, suhu 36,5°C, berat badan 48,1 kg, kedua kaki tampak bengkak, pitting oedema derajad 2, pemasukan cairan melalui makan 250 cc, minum 550 cc, infus 1100 cc, buang air besar 150 cc, buang air kecil 550 cc, insensible water loss 720 cc, Input 1950 cc, output 1370 cc, balance cairan +580 cc. Hal ini menyatakan pada hari ketiga masalah keperawatan belum juga teratasi karena didapatkan data subjektif dan objektif
belum mencapai kriteria hasil yang telah
didapatkan, hal ini disebabkan oleh kegagalan ginjal melakukan fungsi ekskresi sehingga cairan tidak bisa di eksresikan (Doengoes, 2000).Maka intervensi tetap dilanjutkan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan pengeluaran, lanjutkan pemberian terapi diuretik (furosemide 40mg) dan
30
siapkan pasien untuk hemodialisa yang telah dijadwalkan secara rutin oleh rumah sakit.
B. Simpulan Simpulan yang didapatkan pada asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan pada Ny.S dengan Chronic Kidney Disease (CKD) sebagai berikut : 1. Pengkajian didapatkan hasil kedua kakinya bengkak, pasien tampak gelisah, nafas dangkal, palpebra tampak oedema, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 26 kali per menit, Suhu 36,5°C, hemoglobin (7,2g/dl), hematokrit (24%), Pola nutrisi dan metabolisme, selama sakit pasien mengatakan tidak nafsu makan, mual, makan hanya habis ½ porsi sesuai diit yang telah diberikan oleh rumah sakit yaitu diit ginjal rendah garam tinggi protein tinggi karbohidrat (RGTPTK) dan minum habis ± 600 cc per hari. Pola eliminasi, selama sakit pasien mengatakan buang air kecil per hari ± 500 cc berwarna kuning jernih. Pasien mengatakan sudah 2 hari ini belum buang air besar. balance cairan +855cc. 2. Perumusan masalah yang didapatkan adalah sebagai berikut data subjektif pasien mengatakan kedua kakinya bengkak sedangkan data objektif ditandai dengan pasien tampak gelisah, nafas dangkal, palpebra tampak oedema, pitting oedema derajad 2,tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 26 kali per menit, Suhu 36,5°C, hemoglobin
31
menurun (7,2g/dl), hematokrit menurun (24%), kreatinin 11,1 mg/dl (meningkat), ureum 248 mg/dl (meningkat) balance cairan +855 cc.. Dari perumusan data di atas maka dapat disimpulkan diagnosa keperawatan yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme pengaturan. 3. Tujuan dilakukan intervensi keperawatan adalah
setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada oedema kesimbangan antara input dan output, hemoglobin dalam batas normal (12-15,6 g/dl) hematokrit dalam batas normal (33-45%), kreatinin dalam batas normal (0,6-1,1 mg/dl), ureum dalam batas normal (<50 mg/dl), serta pengembangan paru maksimal. Intervensi keperawatan yaitu kaji status cairan dengan menimbang berat badan, kaji/catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan, jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan, dan kolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik. 4. Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis pada tanggal 3 sampai 5 April 2012 adalah mengkaji status cairan dengan menimbang berat badan, mengkaji/mencatat penggunaan cairan terutama pemasukan dan, menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan, dan mengkolaborasi dengan dokter pemberian terapi diuretik dan memantau terapi oksigen. 5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan selama tiga hari pada tanggal 3 sampai 5 april 2012 sudah dilakukan secara komprehensif dengan acuan
32
Rencana Asuhan Keperawatan (Doengoes, 2000) serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya didapatkan hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil belum tercapai, maka gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan pada Ny.S belum teratasi. 6. Tanda dan gejala pada pasien Chronic Kidney Disease (CKD) yang sesuai dengan teori, tidak semuanya muncul pada pasien pengelolaan penulis tetapi pada dasarnya tanda dan gejala yang muncul sama dengan pasien yang ada di klinik. Tanda dan gejala yang muncul pada Ny.S adalah bengkak pada kedua kaki, nafas dangkal, palpebra tampak oedema, tekanan darah 180/100 mmHg, hemoglobin menurun (7,2g/dl), hematokrit menurun (24%). Dalam menegakkan diagnosa medis secara pasti dapat dilakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan laboratorium dan rontgen. Walaupun tanda dan gejala pasien pengelolaan penulis tidak muncul semua sesuai didalam teori, diagnosa medis Chronic Kidney Disease (CKD) pada Ny.S dapat dipastikan karena tanda dan gejala yang ada pada Ny.S sesuai dengan konsep teori dan didukung dengan pemeriksaan laboratorium dan rontgen dimana hasilnya terdapat kardiomegali dan oedema pulmo.
C. Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD), penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya dibidang kesehatan antara lain :
33
1. Bagi institusi pelayanan kesehatan (Rumah Sakit) Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan maupun klien serta rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan pasien Chronic Kidney Disease (CKD) khususnya. 2. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta memberikan pelayanan profesional dan komprehensif pada klien agar lebih maksimal, khususnya pada klien dengan Chronic Kidney Disease (CKD). 3. Bagi institusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dan professional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Alam Syamsyi dan Iwan Hadibroto, (2007), Gagal Ginjal Vitaheart, Penerbit Gramedia Pusataka Utama, Jakarta, Hal 22.
Bapadeto Mari, (2009), Klien Gangguan Ginjal, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal 124.
Brooker Chris, (2009), Ensiklopedia Keperawatan, Penerjemah dr. Andry Hartono, dr. Brahm, dkk, Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta, Hal 141.
Brunner and Suddart, (2002), Keperawatan Medikal Bedah, Penerjemah Yasmin Asih S,kp, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal 171.
Doengoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hartono Andry, (2008), Rawat Ginjal, Cegah Cuci Darah, Penerbit Kanisius, Yogjakarta, Hal 34.
Hoan Tjay Tan dan Kirana Rahardja, (2007), Obat-Obat Penting, Penerbit Elex Media Kompetindo, Jakarta, Hal 519.
ISO, (2010), ISO Informasi Spesialis Obat Indonesia, Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta.
J Corwin Elizabeth, (2009), Buku Saku Pathofisiologi, Penerjemah Nike Budhi Subekti, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
J Gibney, Michael, dkk, (2009), Gizi Kesehatan Masyarakat, Penerjemah dr. Andry Hartono, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Kornia Arihadi Tuti, (2003), Menu Sehat Untuk Kesehatan Ginjal, Penerbit Gramedia, Jakarta.
L Kee Joyce dan Evely R Haves, (2002), Faramakologi, Penerjemah dr. Peter Anugrah, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal 478.
M Wilkinson Judith, (2007), Buku Saku Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Penerjemah Widyawati, S.Kp, M.Kes, Syahirul Alimi, S.Kp, Elsi Dwihapsari, S.Kp, dan Intan sari nurjanah S.Kp, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Santoso Budi, (2005), Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006, Penerjemah Budi Santosa, Penerbit Prima Medika, Jakarta.
Rubenstein David, David Wajne dan John Bradly, (2005), Kedokteran Klinis, Edisi Enam, Penerjemah Penerbit Erlangga, Penerbit Erlangga, Jakarta, Hal 229.
Sandjaja, Atmanita, dkk, (2009), Kamus Gizi Pelengkap Kesehatan Keluarga, Penerbit Buku Kompas, Jakarta, Hal 50.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran UNISRI, (2009), Kumpulan Kuliah Farmakologis, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal 157.
Sunita, (2004), Penuntun Diet Edisi Baru, Penerbit Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.