STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
RINI ANJARSARI NIM. P.09096
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
RINI ANJARSARI NIM. P.09096
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Rini Anjarsari
Nim
: P. 09096
Proram Studi
: D III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO SURAKARTA Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, April 2012
RINI ANJARSARI NIM P.09096
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Rini Anjarsari
NIM
: P. 09096
Program Studi : D III Keperawatan Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN
POST
OPERASI
GANGLION
POPLITEA
DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di
: Surakarta
Hari/Tanggal
: Jum’at/ 27 April 2012
Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep.,Ns NIK. 200670020
(.....................................)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Rini Anjarsari
NIM
: P. 09096
Program Studi : D III Keperawatan Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN
POST
OPERASI
GANGLION
POPLITEA
DEXTRA DI RUANG DAHLIA RS PANTI WALUYO SURAKARTA
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan di
: Surakarta
Hari/Tanggal
: Rabu/ 02 Mei 2012 DEWAN PENGUJI
Penguji I : Joko Kismanto, S.Kep.,Ns NIK. 200670020
(.....................................)
Penguji II : Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns NIK. 201187065
(.....................................)
Penguji III : Fakhrudin Nasrul S, S.Kep.,Ns NIK. 201185071
(.....................................)
Mengetahui, Ketua Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi kasus dengan judul “ ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI GANGLION POPLITEA
DEXTRA
DI
RUANG
DAHLIA
RS
PANTI
WALUYO
SURAKARTA.“ Penyusunan studi kasus ini merupakan tugas akhir sebagai syarat dalam menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan di STIKes Kusuma Husada Surakarta. Selama menyusun studi kasus ini, penulis banyak menemui kesulitan dan hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak, akhirnya semua bisa berjalan lancar dan laporan studi ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktunya. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1.
Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi D III Keperawatan Kusuma Husada yang selalu memberikan dorongan dan semangat di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi D III Keperawatan sekaligus sebagai penguji yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3.
Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi kesempurnaanya studi kasus ini.
4.
Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5.
Semua dosen Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Dalam laporan ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan studi kasus ini masih banyak kekurangan dan kelemahannya. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis harapkan untuk memperbaiki laporan studi
kasus ini. Harapan dari penulis adalah laporan studi kasus ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca semuanya.
Surakarta, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN .....................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................
iv
KATA PENGANTAR .............................................................................
v
DAFTAR ISI ...........................................................................................
viii
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang .................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ..............................................................
4
C. Manfaat Penulisan ............................................................
5
LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ..................................................................
7
B. Pengkajian ........................................................................
8
C. Perumusan Masalah Keperawatan .....................................
12
D. Perencanaan Keperawatan ................................................
12
E. Implementasi Keperawatan ...............................................
13
F. Evaluasi Keperawatan.......................................................
14
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan ......................................................................
16
B. Simpulan dan Saran ..........................................................
22
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagian besar masyarakat memiliki anggapan yang kurang tepat bahwa semua nyeri sendi diakibatkan oleh penyakit reumatik atau asam urat. Anggapan yang salah akan menyebabkan salah diagnosis dan salah pengobatan. Oleh sebab itu, tidak mengherankan apabila cukup banyak nyeri sendi yang tidak sembuh meskipun telah memperoleh pengobatan dari dokter, karena didasarkan pada diagnosis dan pengobatan yang salah. Pendapat bahwa nyeri sendi berarti penyakit reumatik dan asam urat mulai di tinggalkan. Ada banyak penyakit lain yang dapat menyebabkan nyeri, salah satunya adalah kista ganglion (Sadiman. M. Ridwan, 2009). Kista ganglion atau biasa disebut ganglion merupakan kista yang terbentuk dari kapsul suatu sendi atau sarung suatu tendon. Kista ini berisi cairan kental jernih yang mirip dengan jelly yang kaya protein. Ganglion merupakan tumor jaringan lunak yang paling sering didapatkan pada tangan. Ganglion biasanya melekat pada sarung tendon pada tangan atau pergelangan tangan atau melekat pada suatu sendi, namun ada juga yang tidak memiliki hubungan dengan struktur apapun. Ganglion ini juga dapat ditemukan di kaki. Ukurannya bervariasi, dapat bertambah besar atau mengecil sesuai dengan perkembangannya. Selain itu kadang dapat mengalami inflamasi jika
teriritasi. Konsistensi dapat lunak hingga keras seperti batu akibat tekanan tinggi cairan yang mengisi ganglion sehingga kadang didiagnosis sebagai tonjolan tulang (Sadiman. M. Ridwan, 2009). Ahli bedah tangan yang berpengalaman juga dapat mengenali ganglion. Nyeri terjadi dengan gerakan pergelangan tangan yang ekstrim. Sebagian pasien mengeluhkan benjolan di bawah kulit yang sebagian besar terletak pada bagian belakang pergelangan tangan, atau pada sendi terdekat ke ujung jari. Ganglion merupakan benjolan yang tidak bergejala namun kadang di temukan nyeri serta riwayat penggunaan lengan yang berlebihan. Jika ganglion menimbulkan gejala dan ketidaknyamanan ataupun masalah mekanis, terdapat dua pilihan penatalaksanaan yaitu aspirasi (mengeluarkan isi cairan di dalam ganglion dengan menggunkan jarum) dan pengangkatan ganglion secara bedah. Aspirasi melibatkan pemasukan jarum kedalam ganglion dan mengeluarkan isinya setelah mematirasakan daerah sekitar ganglion dengan anestesi lokal. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa menggunakan substansi lain seperti hialuronidase bersama dengan steroid setelah aspirasi meningkatkan angka kesembuhan dari 57% (aspirasi dan steroid) menjadi 89% dengan substansi tambahan. Jika kista tersebut rusak, akan menimbulkan nyeri, masalah mekanis dan komplikasi saraf (hilangnya fungsi motorik dan sensorik akibat tekanan ganglion pada saraf) atau timbul kembali setelah aspirasi, maka eksisi bedah dianjurkan. Eksisi ganglion ini biasanya merupakan prosedur minor, tetapi dapat menjadi rumit tergantung pada lokasi
ganglion dan yang kemudian dapat menimbulkan nyeri. Data survei pasca operasi di Indonesia , menunjukan nyeri terus menerus dialami 16,6% pasien. Derajat nyeri berat dirasakan 16,67% pasien, nyeri sedang 41,7% dan sisanya nyeri ringan (Sadiman. M. Ridwan, 2009). Nyeri itu sendiri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif. (Muttaqin. A, 2009 : 71). Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Sadiman. M. Ridwan, 2009). Skala intensitas nyeri berdasarkan angka adalah dimulai dari angka 010, pembagian tingkatan nyeri yaitu, angka 0 : tidak nyeri, angka 1-3 : nyeri ringan, secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, angka 4-6 : nyeri sedang, secara objektif klien mendesis, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskrepsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik, angka 7-9 : nyeri berat, secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukan lokasi nyeri , tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi, angka 10 : nyeri sangat berat, pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi (Brunner & Suddarth, 2002 : 218). Nyeri dibagi menjadi dua yaitu nyeri akut, nyeri yang terjadi segera setelah cedera akut, penyakit, atau intervensi bedah dan memiliki awitan yang
cepat, dengan intensitas bervariasi dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah memberi peringatan akan adanya cedera atau penyakit yang akan datang. Nyeri akut secara serius mengancam proses penyembuhan klien, untuk itu harus menjadi prioritas perawatan. Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi, dan biasanya berlangsung lebih dari enam bulan (Brunner & Suddarth, 2002 : 213). Klien yang mengalami nyeri kronik akan mengalami periode remisi, yaitu gejala hilang sebagian atau keseluruhan dan periode eksaserbasi, yaitu keparahan meningkat. Nyeri ini biasanya tidak memberikan respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab utama ketidakmampuan fisik dan psikologis. (Potter. Patricia A, 2006 : 1510) Berdasarkan data di atas, penulis tertarik untuk melakukan studi kasus tentang ganglion, serta cara penatalaksanaannya. Dengan adanya berbagai data, maka penulis melaporkan studi kasus “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Ny. S dengan Post Operasi Ganglion Poplitea Dextra di Ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.”
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus nyeri pada Ny. S dengan post operasi ganglion di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta.
2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan nyeri post operasi ganglion. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S dengan nyeri post operasi ganglion. c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan nyeri post operasi ganglion. d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan nyeri post operasi ganglion. e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan nyeri post operasi ganglion. f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. S dengan post operasi ganglion.
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Asuhan Keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan klien dengan nyeri akut post operasi ganglion.
2. Bagi instansi a. Pendidikan Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar tentang masalah keperawatan mengenai klien dengan nyeri akut post operasi ganglion. b. Rumah sakit Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan
dalam
pelaksanaan
praktik
pelayanan
keperawatan
khususnya pada klien dengan nyeri akut post operasi ganglion. 3. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan informasi dibidang Keperawatan tentang asuhan keperawatan nyeri akut pada klien post operasi ganglion.
BAB II LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Ny. S. dengan diagnosa medis Ganglion Poplitea Dextra. Asuhan Keperawatan dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
A. Identitas Klien Pengkajian pada tanggal 3 April 2012 jam 08.00 WIB, pada pengkajian ini menggunakan metode Auto Anamnesa dan Allo Anamnesa, pengamatan, menelaah catatan medis, dan catatan perawat. Metode Auto Anamnesa yaitu metode wawancana dengan klien langsung, sedangkan Allo Anamnesa yaitu wawancara dengan keluarga atau orang terdekat. Dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas pasien, pasien bernama Ny. S, alamat : Trosobo Rt 02 Rw 01, Sambi, Boyolali, umur 58 tahun, pekerjaan : petani, tingkat pendidikan : SMP, dirawat di bangsal Dahlia Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, pasien dirawat mulai tanggal 2 April 2012 dengan diagnosa medis Ganglion Poplitea Dextra. Yang bertanggung jawab pada Ny. S adalah Tn. K, yang merupakan kakak dari Ny. S.
B. Pengkajian Pengkajian mengenai
riwayat keperawatan yaitu meliputi keluhan
utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga, dan riwayat kesehatan lingkungan. Penjelasannya sebagai berikut : Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah pasien mengatakan nyeri pada luka operasi yaitu pada lipat kaki belakang lutut kanan. Riwayat penyakit sekarang Ny. S mengatakan ± 3 bulan yang lalu dibagian lutut kanan terasa cekot-cekot dan kemeng. Pasien juga tidak mengetahui penyebabnya, kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke Rumah Sakit Simo untuk melakukan terapi, sudah dilakukan ± 6 kali terapi, tetapi tidak ada perubahan yang dirasakan pasien. Kemudian pihak keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta, dan pada tanggal 2 April 2012 pukul 19.00 WIB pasien menjalani operasi pengambilan ganglion pada lipat kaki belakang lutut kanan. Saat pengkajian didapatkan data, pasien merasakan nyeri pada luka operasi yaitu dilipat kaki belakang lutut kanan, dengan skala nyeri 6. Pada pengkajian riwayat penyakit dahulu, pasien mengatakan ± 10 tahun yang lalu pasien pernah melakukan operasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta dengan kasus yang sama, yaitu di lipat kaki belakang lutut sebelah kiri. Riwayat kesehatan keluarga, Ny. S mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang mempunyai sakit yang sama seperti yang sedang dideritanya. Pada pengkajian riwayat kesehatan lingkungan, pasien mengatakan keadaan lingkungan sekitar rumah bersih dan tidak ada pembuangan limbah industri,
pasien juga mempunyai hubungan baik dengan keluarga maupun masyarakat sekitar. Pada pengkajian pola kesehatan fungsional meliputi pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, pola nutrisi dan metabolisme, pola eliminasi, pola aktivitas dan latihan, pola istirahat tidur, pola kognitif perseptual, pola persepsi konsep diri, pola hubungan peran, pola seksualitas dan reproduksi, pola mekanisme koping, pola nilai dan keyakinan. Dari kesebelas pola diatas, yang mengalami gangguan yaitu pada pola kognitif perseptual, pola aktivitas dan latihan. Pola kognitif perseptual, sebelum sakit Ny. S mengatakan tidak ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman, selama sakit Ny. S mengatakan tidak ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman, pasien merasakan nyeri pada luka operasi yaitu di lipat kaki belakang lutut kanan, nyeri seperti ditekan-tekan, skala nyeri 6, nyeri terasa bila kakinya digerakkan. Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit pasien mengatakan dalam kesehariannya bekerja sebagai seorang petani, dan melakukan semua aktivitasnya sendiri, selama sakit pasien mengatakan aktivitasnya dibantu keluarga (toileting, berpakaian, mobilisasi di tempat tidur). Pada pengkajian pemeriksaan fisik, keadaan umum pasien adalah lemah, kesadaran composmentis. Untuk pemeriksaan tanda-tanda vital diperoleh hasil, tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 84 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit dan suhu 36,7oC. Pada pemeriksaan kepala didapatkan hasil bentuk
kepala mesocepal, kulit kepala sedikit kotor, rambut hitam dengan sedikit uban, kekuatan rambut baik. Pemeriksaan mata, hasilnya konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, mata simetris antara kanan dan kiri. Pemeriksaan hidung, hasilnya penciuman baik, tidak ada polip, sedikit sekret. Pemeriksaan mulut, hasilnya mukosa bibir lembab, tidak ada stomatitis. Pemeriksaan telinga, hasilnya pendengaran baik, sedikit serumen, simetris antara telinga kanan dan kiri. Pemeriksaan leher, hasilnya tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Pemeriksaan paru-paru, inspeksi : simetris antara kanan dan kiri, bentuk dada datar, palpasi : vocal vremitus sama antara kanan dan kiri, perkusi : bunyi sonor, auskultasi : suara nafas vesikuler. Pemeriksaan jantung, inspeksi : ictus cordis tidak nampak, palpasi : ictus cordis teraba di ICS ke 5 mid clavikula, perkusi : bunyi pekak, auskultasi : bunyi jantung 1 – bunyi jantung 2 reguler. Pemeriksaan abdomen, inspeksi : perut datar, tidak ada bekas luka, auskultasi : peristaltik usus 4 kali per menit, perkusi : bunyi hipertimpani, palpasi : tidak ada pembesaran hati dan limpa, tidak ada nyeri tekan. Pemeriksaan genetalia : pasien tidak terpasang DC. Pemeriksaan ekstermitas atas : akral hangat, capillary refile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk tulang, kekuatan otot 5, tangan kiri terpasang infus, ekstermitas bawah : akral hangat, capillary refile kurang dari 2 detik, kekuatan otot kaki kiri 5, kekuatan otot kaki kanan 4, kaki kiri bebas untuk digerakan, kaki kanan tepatnya dilipat kaki belakang lutut terasa nyeri bila digerakan, nyeri seperti ditekan-tekan, skala nyeri 6.
Pemeriksaan penunjang yang dijalani oleh pasien pada tanggal 2 April 2012 adalah pemeriksaan Thorax PA, hasilnya : Thorax foto dalam batas normal, pemeriksaan elektrokardiograf ( EKG), hasilnya : sinus rhythm atau normal, pemeriksaan laboratorium, hasilnya hemoglobin : 13,4 g/dl (nilai normal 12,1-17,6 g/dl), hematokrit : 38,8 % (nilai normal 35-45 %), eritrosit : 5,03 juta/mm3 (nilai normal 4,5-5,9 juta/mm3), leukosit : 8,500 /mm3 (nilai normal 4,400-11,300 /mm3), trombosit 381ribu U/L (nilai normal 150ribu450ribu U/L), basofil : 0,2 % (nilai normal 0-2%), eosinofil 6,5 % (nilai normal 0-4%), neutrofil 59,8 % (nilai normal 55-80 %), limfosit 26,1 % (nilai normal 22-44 %), monosit 7,4 % (nilai normal 0-7 %), golongan darah B dengan RH+. Program terapi yang diperoleh pasien pada tanggal 3 April 2012 adalah injeksi analgesik yaitu injeksi antrain 1 gram tiap 8 jam fungsinya untuk meredakan nyeri pasca operasi dan nyeri kolik, injeksi ferzobat 1 gram tiap 8 jam fungsinya untuk mengatasi infeksi kulit, jaringan lunak, profilaksis infeksi pasca operasi ortopedik dan ginekologi, injeksi kalnex 250 miligram tiap 8 jam fungsinya untuk mencegah perdarahan abnormal setelah operasi, dan obat oral yaitu ceptik 200 miligram tiap 8 jam fungsinya untuk infeksi saluran kemih tanpa komplikasi, otitis media, faringitis bronkitis akut dan kronis dengan eksaserbasi akut, dan mefinter 500 miligram tiap 8 jam fungsinya untuk meredakan nyeri otot, nyeri sendi, nyeri post operasi dan nyeri traumatik. Dari hasil pengkajian dan observasi di atas, penulis melakukan analisa data kemudian merumuskan diagnosa keperawatan yang utama sesuai dengan
prioritas, menyusun intervensi keperawatan, melakukan implementasi, dan evaluasi tindakan.
C. Rumusan Masalah Diagnosa keperawatan yang utama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post op ganglion), data subjektif : pasien mengatakan luka operasi terasa nyeri yaitu pada lipat kaki belakang lutut kanan, data objektif : lipat kaki belakang lutut kanan ada luka operasi yang tertutup kasa, pasien meringis kesakitan, skala nyeri 6.
D. Intervensi Keperawatan Tujuan dari tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam, diharapkan nyeri pada Ny. S dapat berkurang ataupun hilang dengan kriteria hasil : nyeri hilang, pasien rilex, skala nyeri menjadi 1-2, pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80-100 kali per menit, pernafasan 16-24 kali per menit, suhu 36,70C-37,50C). Intervensi keperawatan yang akan dilakukan penulis untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan adalah yang pertama kaji karakteristik nyeri (PQRST) meliputi P (Provocative), Q (Quality), R (Region), S (Skala), T (Timing), yang rasionalnya informasi dari pasien membantu mengevaluasi nyeri dan peredaan nyeri serta mengidentifikasi jenis nyeri, kedua ajarkan teknik nafas dalam rasionalnya melonggarkan ketegangan emosional dan otot,
ketiga beri posisi nyaman dengan rasional meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri, keempat periksa tanda-tanda vital dengan rasional hasil tanda-tanda
vital
memberikan
gambaran
lengkap
mengenai
sistem
kardiovaskuler, dan yang kelima kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik yang rasionalnya analgesik dapat meningkatkan peredaan nyeri yang optimal.
E. Implementasi Keperawatan Implementasi keperawatan pada tanggal 3 April 2012 yang dilakukan penulis yaitu pukul 08.00 WIB mengkaji karakteristik nyeri (PQRST), respon subjektif : P (Provocative) : pasien mengatakan nyeri pada luka operasi di lipat kaki belakang lutut kanan, Q (Quality) : seperti ditekan-tekan, R (Region) : lipat kaki belakang lutut kanan, S (Skala) : skala nyeri 6, T (Timing) : nyeri hilang timbul, respon objektif : pasien meringis kesakitan, lipat kaki belakang lutut kanan ada bekas operasi yang tertutup kasa. Pukul 08.20 WIB mengajarkan teknik relaksasi atau nafas dalam, respon subjektif : pasien mengatakan mau diajarkan teknik nafas dalam, respon objektif : pasien bisa melakukan teknik nafas dalam walaupun belum sempurna. Pukul 09.00 WIB melaksanakan terapi injeksi analgesik yaitu injeksi antrain 1 gram, hasilnya obat masuk melalui injeksi intravena dan tidak ada tanda-tanda alergi pada tubuh pasien. Pukul 09.30 WIB mengukur tanda-tanda vital, dengan hasil tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 84 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit dan suhu 36,7oC. Pukul 10.45 WIB memberikan posisi nyaman, respon
subjektif : pasien mengatakan sudah nyaman dengan posisi supinasi, respon objektif : pasien nyaman dengan posisi supinasi. Implementasi keperawatan pada tanggal 4 April 2012, yaitu pukul 08.00 WIB mengkaji ulang karakteristik nyeri (PQRST), respon subjektif : P (Provocative) : pasien mengatakan nyeri masih terasa di tempat yang sama, yaitu di lipat kaki belakang lutut sebelah kanan, Q (Quality) : nyeri cekit-cekit, R (Region) : lipat kaki belakang lutut kanan, S (Skala) : skala nyeri 4, T (Timing) : nyeri timbul kadang-kadang, respon objektif : pasien lebih rilex, luka bekas operasi yaitu pada lipat kaki belakang lutut kanan tertutup kasa. Pada pukul 08.15 WIB menganjurkan pasien untuk nafas dalam, respon subjektif : pasien mengatakan sudah melakukan, respon objektif : pasien sudah bisa melakukan. Pukul 09.30 WIB melaksanakan terapi injeksi analgesik , yaitu injeksi antrain 1 gram, hasilnya obat masuk melalui injeksi intravena dan tidak ada tanda-tanda alergi pada tubuh pasien. Pukul 11.00 WIB mengukur tanda-tanda vital, hasilnya : tekanan darah 140/80 mmHg, nadi 82 kali per menit, pernafasan 20 kali per menit, dan suhu 36,50C.
F. Evaluasi Keperawatan Evaluasi tindakan pada tanggal 3 April 2012 pukul 14.00 WIB yaitu subjektif : pasien mengatakan nyeri berkurang, dengan skala nyeri 4. Objektif : pasien sedikit lebih rilex. Assesment : masalah teratasi sebagian. Planning : intervensi dilanjutkan yaitu kaji ulang karakteristik nyeri (PQRST), anjurkan
untuk nafas dalam, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian terapi analgesik. Evaluasi tindakan pada tanggal 4 April 2012 pukul 12.30 WIB yaitu subjektif : nyeri berkurang dengan skala nyeri 3. Objektif : pasien rilex. Asessment : masalah teratasi sebagian. Planning : intervensi dilanjutkan yaitu anjurkan pada pasien untuk melakukan nafas dalam di rumah bila rasa nyeri nyeri muncul lagi, anjurkan pada pasien untuk selalu rutin minum obat di rumah, anjurkan pada pasien untuk datang kontrol.
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan tindakan proses keperawatan pada Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3-4 April 2012 di ruang Dahlia Rumah Sakit Panti Waluyo Surakarta. Dalam pembahasan ini menggunakan langkah kerja proses keperawatan yang terdiri
dari
tahap
pengkajian,
diagnosa
keperawatan,
perencanaan,
implementasi, dan evaluasi (Potter & Perry, 2005 : 140). Tahap pengkajian itu sendiri merupakan pengumpulan, pengaturan, validasi dan dokumentasi data atau informasi dari klien yang sistematis dan berkesinambungan (Kozier, 2011 : 355). Proses pengumpulan data ini mencakup dua langkah yaitu pengumpulan data dari sumber primer atau klien, dan sumber sekunder yaitu meliputi keluarga maupun tenaga kesehatan (Potter & Perry, 2005 : 144). Dalam pengkajian Asuhan Keperawatan pada Ny. S yang dilakukan tanggal 3-4 April 2012 pasien mengeluh nyeri, didukung dengan data subjektif pasien mengatakan luka operasi terasa nyeri yaitu pada lipat kaki belakang lutut kanan, data objektif lipat kaki belakang lutut kanan ada luka operasi yang tertutup kasa, pasien meringis kesakitan, dengan skala nyeri 6. Hal
tersebut
sesuai
dengan
teori,
bahwa
pada
kasus
ganglion
penatalaksanaannya dilakukan dengan pengangkatan ganglion secara bedah atau operasi, dan masalah yang ditimbulkan pada kasus pascabedah salah satunya adalah nyeri (Sjamsuhidajat. R, 2005 : 294). Pada pola kognitif perseptual, penulis mencantumkan sebelum sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman, selama sakit pasien mengatakan tidak ada gangguan pada penglihatan, pendengaran, pengecapan, dan penciuman. Dan penulis belum mencantumkan tentang gangguan perabaan, hal tersebut karena tidak terkaji oleh penulis. Pada pola aktivitas dan latihan, penulis mencantumkan sebelum sakit pasien mengatakan dalam melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri. Selama sakit pasien mengatakan aktivitasnya dibantu keluarga, seperti toileting, berpakaian, mobilisasi ditempat tidur. Hal tersebut disebabkan karena adanya nyeri pascabedah (Sjamsuhidajat. R, 2005 : 294). Pada pemeriksaan fisik bagian ekstremitas, penulis menuliskan ekstremitas bawah akral hangat, capillary refile kurang dari 2 detik, kekuatan otot kaki kiri 5, kakuatan otot kaki kanan 4, kaki kiri bebas untuk digerakan, kaki kanan tepatnya dilipat kaki belakang lutut terasa nyeri bila digerakan, nyeri seperti ditekan-tekan, skala nyeri 6. Penulis tidak menjelaskan kondisi lukanya, hal ini dikarenakan pasien post operasi hari pertama dan belum dilakukan tindakan perawatan luka. Setelah data didapatkan dari proses pengkajian, tahap selanjutnya adalah menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan merupakan
penilaian yang dibuat setelah pengumpulan data yang sistematis dan menyeluruh. Diagnosa keperawatan menjadi dasar bagi seleksi intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang dipertanggungjawabkan oleh perawat (Kozier, 2011 : 379). Dalam kasus ini, penulis menegakkan diagnosa utama yaitu gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan agen cedera fisik (post op ganglion poplitea dextra), (Nanda, 2011 : 410). Pengertian dari nyeri itu sendiri adalah suatu pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang bersifat subjektif (Muttaqin. A, 2009 : 71). Alasan penulis mengangkat diagnosa tersebut menjadi diagnosa aktual karena saat pengkajian yang paling dikeluhkan oleh pasien adalah nyeri pada luka operasi. Diagnosa ini didasarkan karena penulis memprioritaskan masalah yang perlu perawatan tepat, tidak mengancam kehidupan, tetapi mengancam gangguan kesehatan yang lebih berat. Karena masalah ini bila tidak segera ditangani akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari. Data yang mendukung munculnya diagnosa tersebut, yaitu data subjektif : pasien mengatakan luka operasi terasa nyeri yaitu pada lipat kaki belakang lutut kanan, nyeri terasa seperti ditekan-tekan, skala nyeri 6, nyeri terasa bila kakinya digerakkan, data subjektif : ekspresi wajah pasien meringis kesakitan. Setelah
menegakkan
diagnosa
keperawatan,
penulis
kemudian
melanjutkan ke tahap perencanaan. Perencanaan atau intervensi keperawatan itu sendiri merupakan proses keperawatan yang penuh pertimbangan dan sistematis yang mencakup pembuatan keputusan dan penyelesaian masalah,
yang perawat lakukan untuk meningkatkan hasil pada pasien. Dalam perencanaan, perawat merujuk pada data pengkajian klien dan pernyataan diagnosis sebagai petunjuk dalam merumuskan tujuan klien dan merancang intervensi keperawatan yang diperlukan untuk mencegah, mengurangi, atau menghilangkan masalah kesehatan klien (Kozier, 2011 : 398). Dalam teori intervensi atau perencanaan dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome Clasification), dan diselesaikan secara SMART yaitu Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat diterima), Rasional dan Time (ada kriteria waktu). Dalam kasus ini penulis mencantumkan tujuan dari diagnosa keperawatan diatas adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam, diharapkan nyeri pasien dapat berkurang ataupun hilang dengan kriteria hasil : nyeri hilang, ekspresi wajah pasien rilex, skala nyeri menjadi 1-2, dan pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal (tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 80-100 kali per menit, pernafasan 16-24 kali per menit, suhu 36,70C-37,50C). Intervensi yang dilakukan penulis untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan
adalah
kaji
karakteristik
nyeri
(PQRST),
meliputi
P
(Provocative) yaitu penyebab nyeri, Q (Quality) yaitu kualitas nyeri, R (Region) yaitu daerah nyeri, S (Severity skala) yaitu tingkat keparahan nyeri, dengan melihat intensitas skala nyeri, skala 0 : tidak nyeri, skala 1-3 : nyeri ringan, skala 4-6 : nyeri sedang, skala 7-9 : nyeri berat, skala 10 : nyeri sangat
berat, T (Timing) yaitu waktu terjadinya nyeri (Brunner & Suddarth, 2002), mendapat informasi dari pasien membantu mengevaluasi nyeri dan peredaan nyeri serta mengidentifikasi jenis nyeri. Kemudian ajarkan teknik nafas dalam atau relaksasi, teknik relaksasi nafas dalam menganjurkan pasien untuk menarik nafas dalam dan mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut dan punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus berkonsentasi hingga pasien merasa nyaman, tenang dan rileks (Uliyah, 2006). Kemudian beri posisi nyaman, posisi nyaman dapat meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri, selanjutnya periksa tanda-tanda vital, dengan mengetahui hasil tanda-tanda vital dapat memberikan gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler, dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik, pemberian analgesik dapat menghilangkan nyeri dengan cepat dan menurunkan nyeri yang mengalami perburukan. Analgesik diberikan untuk mengatasi nyeri, sedangkan tanda nyeri salah satunya peningkatan tekanan darah, perubahan autonomik dari tonus otot (Potter & Perry, 2005). Setelah menyusun rencana keperawatan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan tindakan keperawatan atau implementasi. Dimana pengertian dari implementasi itu sendiri adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Potter & Perry, 2005 : 203).
Dalam diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri, implementasi yang dilakukan penulis pada tanggal 3 April 2012 yaitu mengkaji karakteristik nyeri (PQRST), memonitor tanda-tanda vital, memberi posisi nyaman, memberikan terapi injeksi analgesik yaitu injeksi antrain 1gram, mengajarkan teknik nafas dalam. Kemudian pada tanggal 4 April 2012, implementasi yang dilakukan penulis adalah mengkaji ulang karakteristik nyeri (PQRST), memonitor tanda-tanda vital, memberi terapi injeksi analgesik antrain 1gram. Semua yang ditulis dalam perencanaan, dapat dilakukan dilakukan oleh penulis dan penulis tidak mengalami kesulitan. Kemudian tahap yang terakhir dalam proses keperawatan yaitu evaluasi tindakan. Dimana evaluasi keperawatan adalah aktivitas yang direncanakan, berkelanjutan, dan terarah ketika klien dan professional kesehatan menentukan kemajuan klien menuju pencapaian tujuan atau hasil dan keefektifan rencana asuhan keperawatan. Evaluasi merupakan aspek penting proses keperawatan karena kesimpulan yang ditarik dari evaluasi menentukan apakah intervensi keperawatan harus diakhiri, dilanjutkan, atau diubah (Kozier, 2011 :432). Penulis mengevaluasi apakah respon pasien mencerminkan suatu kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada evaluasi, penulis sudah sesuai teori yang ada yaitu sesuai SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, dan Planning). Sesuai teori kriteria hasil pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi), yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 2 kali 24 jam, diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil pasien rilex, skala nyeri menjadi 1-2. Dengan hasil evaluasi dari pasien, Subjektif: pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 3, objektif: pasien rileks, assessment: masalah teratasi sebagian. Tetapi kriteria hasil belum tercapai karena dalam kasus ini post operasi ganglion, dan dilahan penatalaksanaan nyeri salah satunya dengan pemberian analgesik, sedangkan analgesik hanya berfungsi beberapa jam jadi setelah analgesik tidak berfungsi maka rasa nyeri akan muncul kembali.
B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan Berdasarkan data diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut : a. Pengkajian pada kasus diatas diperoleh data subjektif, pasien mengatakan luka operasi terasa nyeri yaitu pada lipat kaki belakang lutut kanan, data objektif: lipat kaki belakang lutut kanan ada luka operasi yang tertutup kasa, pasien meringis kesakitan, skala nyeri 6. b. Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post op ganglion). c. Rencana keperawatan untuk mengatasi masalah nyeri yaitu kaji karakteristik nyeri (PQRST), ajarkan teknik nafas dalam, beri posisi nyaman, periksa tanda-tanda vital dan kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesik.
d. Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi nyeri yaitu mengkaji karakteristik nyeri (PQRST), mengajarkan teknik nafas dalam, memberi posisi nyaman, memonitor tanda-tanda vital, memberikan terapi injeksi analgesik yaitu injeksi antrain 1gram. e. Evaluasi tindakan menggunakan metode SOAP (Subjektif, Objektif, Assessment, dan Planning). Pada diagnosa diatas, nyeri teratasi sebagian, karena pasien masih merasakan nyeri, dengan skala nyeri 3. f. Analisa kondisi nyeri akut pada Ny. S dengan post operasi ganglion poplitea dextra yaitu pasien masih merasakan nyeri pada lipat kaki belakang lutut kanan, nyeri karena luka operasi, skala nyeri 3.
2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang diharapkan dapat bermanfaat : a. Bagi Penulis Diharapkan Asuhan Keperawatan akan memberikan wawasan yang luas dalam mengatasi masalah keperawatan klien. b. Bagi Instansi 1) Pendidikan Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dalam kegiatan belajar mengajar tentang masalah keperawatan klien.
2) Rumah Sakit Asuhan Keperawatan sebagai bahan masukan dan evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan klien. c. Bagi Profesi Keperawatan Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dan informasi di bidang Keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2010), Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol 45-2010, Penerbit Ikatan Apoteker Indonesia, Jakarta. Crowther. Christy L, (2004), Primary Orthopedic Care, Edisi 2, Penerbit Mosby, hal 111. Kozier, Berman, Snyder, (2011), Buku Ajar Fundamental Keperawatan ; Konsep, Proses, dan Praktik, Vol 1, Edisi 7, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 355-432. Moeliono, Marina A, (2008), Physical Modalities in the Management of Pain, http://www.google.co.id/uploads/pain_management.pdf Diakses tanggal 11 April 2012. Muttaqin, Arif & Sari, Kumala, (2009), Asuhan Keperawatan Perioperatif; Konsep, Proses, dan Aplikasi, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal 71. Nanda Internasional, 2011, Nanda International; Diagnosis Keperawatan; Definisi dan Klasifikasi 2009-2011, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin, (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik, Vol 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal140- 203. Potter, Patricia A & Perry, Anne Griffin, (2006), Buku Ajar Fundamental Keperawatan; Konsep, Proses, dan Praktik, Vol 2, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 1510. Purba, Jan S, (2009), Nyeri dan Sostem Imun ; Sejauh Mana Keterkaitannya, Suatu tinjauan biomolekuler, http://www.google.co.id/nyeri_dan_ sistem_imun.pdf Diakses tanggal 11 April 2012. Sadiman. M. Ridwan, (2009), Klien dengan kista ganglion, http://www.google.com/klien-dengan-kista-ganglion.html Diakses tanggal 11 April 2012. Sjamsuhidajat, R & Wim de jong, (2005), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 294. Sjamsuhidajat, R & Wim de jong, (2011), Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 402-403.
Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal 213. Wilkinson, M Judith, (2007), Buku Saku Diagnosis Keperawatan ; dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.