STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI APENDEKTOMI ATAS INDIKASI APPENDISITIS DI RUANG KANTIL RSUD KARANGANYAR
DISUSUN OLEH :
NANIK KURNIAWATI NIM. P.09034
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI APENDEKTOMI ATAS INDIKASI APPENDISITIS DI RUANG KANTIL RSUD KARANGANYAR
Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
NANIK KURNIAWATI NIM. P.09034
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Nanik Kurniawati
NIM
: P. 09034
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI APENDEKTOMI
ATAS
INDIKASI
APPENDISITIS DI RUANG KANTIL RSUD KARANGANYAR Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 9 Mei 2012 Yang membuat Pernyataan
Nanik Kurniawati NIM. P. 09034
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh: Nama
: Nanik Kurniawati
NIM
: P. 09034
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI APENDEKTOMI ATAS INDIKASI APPENDISITIS DI RUANG KANTIL RSUD KARANGANYAR
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan
: Surakarta
Hari / Tanggal
: Kamis / 26 April 2012
Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep., Ns NIK. 200670020
iii
(…………………….)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh: Nama
: Nanik Kurniawati
NIM
: P. 09034
Program Studi
: Diploma III Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI APENDEKTOMI ATAS INDIKASI APPENDISITIS DI RUANG KANTIL RSUD KARANGANYAR
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta Ditetapkan
: Surakarta
Hari / Tanggal
: Rabu / 9 Mei 2012
DEWAN PENGUJI Penguji I
: Joko Kismanto, S.Kep., Ns NIK. 200670020
(…………………….)
Penguji II
: Erlina Windyastuti, S.Kep,. Ns NIK. 201187065
(…………………….)
Penguji III
: Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep,. Ns NIK. 201185071
(…………………….)
Mengetahui, Ketua Program Studi DIII keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep., Ns. NIK. 201084050
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. S DENGAN POST OPERASI APENDEKTOMI ATAS INDIKASI APPENDISITIS DI RUANG KANTIL RSUD KARANGANYAR”. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat: 1.
Bapak Setiyawan, S. Kep., Ns, selaku Ketua Program Studi DIII keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2.
Ibu Erlina Windyastuti, S. Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII keperawatan dan sekaligus sebagai penguji yang telah memberikan motivasi dan semangat dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3.
Joko Kismanto, S. Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
v
4.
Fakhrudin Nasrul Sani, S. Kep., Ns, selaku penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
5.
Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
6.
Kedua orang tuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan.
7.
Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta,
April 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ....................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .....................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN ..........................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN...........................................................
iv
KATA PENGANTAR ..................................................................
v
DAFTAR ISI ................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................
ix
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang..............................................
1
B. Tujuan Penulisan ..........................................
4
C. Manfaat Penulisan.........................................
5
LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ..............................................
6
B. Pengkajian.....................................................
7
C. Perumusan Masalah Keperawatan................
11
D. Perencanaan Keperawatan............................
11
E. Implementasi Keperawatan...........................
12
F. Evaluasi Keperawatan...................................
14
vii
BAB III
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan................................................
17
B. Simpulan....................................................
24
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data Lampiran 2 Format Pendelegasian Pasien Lampiran 3 Log Book Lampiran 4 Asuhan Keperawatan Lampiran 5 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 6 Daftar Riwayat Hidup
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Apendisitis merupakan infeksi bakteri pada umbai cacing. Sumbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus. Disamping hyperplasia jaringan limfe, tumor apendiks dan cacing askaris dapat menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang diduga dapat menimbulkan apendisitis ialah erosi mukosa apendiks akibat parasit E. histolytica. Penelitian epidemologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya apendisitis. Konstipasi akan menaikkan tekanan intrasekal, yang berakibat timbulnya sumbatan fungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semuanya ini akan mempermudah timbulnya apendisitis akut (Sjamsuhidajat, 2002). Apendisitis merupakan penyebab utama dari penyakit abdomen akut yang setidaknya dialami oleh 10 % dari populasi. Penyakit ini memerlukan upaya penanganan yang tepat dan serius. Dampak yang ditimbulkan dari penyakit tersebut dapat membawa bebagai komplikasi penyakit yang serius seperti perforasi, peritonitis, tromboflebitis dan abses subfrenikus. Penyakit apendisitis adalah kedaruratan bedah yang paling sering ditemukan dan dapat terjadi pada usia berapapun. Insidennya 120/100.000 pertahun (walaupun jumlahnya dapat kurang). Pasien bedah apendisitis yang terbanyak adalah rentang usia 17 tahun – 64 tahun yaitu sebesar 82,18 % dengan kejadian yang
1
2
paling banyak adalah apendisitis akut tanpa penyulit (simple appendicitis) 54,46 %. Rasio insiden apendisitis antara laki-laki dan perempuan 1:1 (Sjamsuhidajat, 2005). Apendisitis merupakan penyebab paling umum inflamasi akut pada kuadran bawah kanan dari rongga abdomen dan merupakan penyebab paling umum untuk bedah abdomen darurat (Brunner dan Suddart, 2002). Bila diagnosa apendisitis telah ditegakkan, maka indikasi pembedahan dilakukan. Apendektomi merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan untuk memotong jaringan apendiks yang mengalami peradangan. Pembedahan ini dilakukan sesegera mungkin untuk menurunkan resiko perforasi. Tindakan pembedahan atau operasi merupakan ancaman potensial atau aktual terhadap integritas seseorang baik biopsikososial dan spiritual yang dapat menimbulkan respon
berupa
nyeri.
Pasien
post
apendektomi
akan
mengalami
ketidaknyamanan seperti nyeri. Nyeri pada pasien post operasi harus segera ditangani agar kenyamanan pasien terpenuhi (Muttaqin, 2009). Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri adalah alasan utama seseoarang untuk mencari batuan perawatan kesehatan. Nyeri sangat mengganggu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit manapun (Brunner dan Suddart, 2002). Ketidaknyamanan nyeri bagaimanapun keadaannya harus diatasi, karena kenyamanan
merupakan
kebutuhan
dasar
manusia.
Seseorang
yang
mengalami nyeri akan berdampak pada aktivitas sehari-hari dan istirahatnya
3
(Potter dan Perry, 2006). Nyeri yang tidak ditangani secara adekuat, selain menimbulkan ketidaknyamanan juga dapat mempengaruhi system pulmonary, kardiovaskuler, gastrointestinal, endokrin, imunologik dan stress serta dapat menyebabkan depresi dan ketidakmampuan. Ketidakmampuan ini mulai dari membatasi keikutsertaan dalam aktivitas sampai tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan pribadi, seperti makan (Smeltzer dan Bare, 2002). Secara umum nyeri dibedakan menjadi dua, yaitu nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut merupakan nyeri yang berlangsung dari beberapa detik hingga enam bulan. Nyeri akut biasanya awitannya tiba – tiba dan umumnya berkaitan dengan cidera fisik spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cidera telah terjadi. Kerusakan yang tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistemik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadinya penyembuhan. Nyeri akut pada umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya terjadi kurang dari satu bulan. Nyeri kronis sering didefinisikan sebagai nyeri yang berlangsung selama enam bulan atau lebih, meskipun enam bulan merupakan suatu periode yang dapat berubah untuk membedakan antara nyeri akut dan nyeri kronis (Brunner dan Suddart, 2002). Nyeri paska operasi dapat disebabkan oleh luka operasi, tatapi kemungkinan penyebab lain harus diperhatikan. Sebaiknya pencegahan nyeri sebelum operasi direncanakan agar penderita tidak tergganggu oleh nyeri setelah pembedahan. Cara pencegahan tergantung pada penyebab dan letak nyeri serta keadaan penderitanya (Sjamsuhidajat, 2002).
4
Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “Asuhan Keperawatan Nyeri Akut pada Ny. S dengan Post Operasi Apendektomi
atas
Indikasi
Appendisitis
di
Ruang
Kantil
RSUD
Karanganyar”.
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan kasus nyeri pada Ny. S dengan post operasi apendektomi di ruang Kantil RSUD Karanganyar 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan nyeri post operasi apendektomi b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. S Ny. S dengan nyeri post operasi apendektomi c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. S dengan nyeri post operasi apendektomi d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. S dengan nyeri post operasi apendektomi e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. S dengan nyeri post operasi apendektomi f. Penulis mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. S dengan nyeri post operasi apendektomi
5
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Menambah wawasan dan sebagai sarana untuk menerapkan ilmu dalam bidang keperawatan tetang kebutuhan dasar manusia dengan nyeri akut. 2. Bagi Institusi Pendidikan Hasil laporan diharapkan dapat menambah literatur perpustakaan dalam bidang kebutuhan dasar manusia dengan nyeri akut. 3. Bagi Rumah Sakit RSUD Karanganyar dapat memanfaatkan hasil laporan dalam bidang kebutuhan dasar manusia dengan nyeri akut pada post operasi apendektomi dan untuk mendukung evaluasi yang diperlukan dalam pelaksanaan praktek pelayanan keperawatan khususnya dalam bidang kebutuhan dasar manusia dengan nyeri akut post operasi apendektomi.
BAB II LAPORAN KASUS
Bab ini menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan nyeri akut pada Ny. S dengan post operasi appendektomi yang dilaksanakan pada tanggal 5 April 2012 sampai 7 April 2012. Asuhan keperawatan ini dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan atau rumusan masalah keperawatan, intervensi keperawatan, implemntasi dan evaluasi keperawatan.
A. Identitas Klien Pengkajian pada tanggal 5 April 2012 jam 10.00 WIB, didapat hasil identitas klien, bahwa klien bernama Ny.S, umur 25 tahun, agama Islam, pendidikan terakhir SMP, bekerja sebagai ibu rumah tangga, alamat Tulakan RT 02/03 Kwangsan, Jumapolo, klien dibawa keluarganya ke IGD RSUD Karanganyar pada tanggal 2 April 2012 dengan keluhan nyeri pada perut bagian kanan bawah, pingggang pegal-pegal, dan dokter mendiagnosa bahwa Ny. S menderita penyakit Appendisitis, kemudian Ny. S dibawa ke Bangsal Kantil untuk dilakukan perawatan lebih lanjut. Penanggung jawab Ny. S adalah Tn. S, umur 27 tahun alamat Jumapolo dan hubungan dengan klien sebagai suami.
6
7
B. Pengkajian 1. Riwayat Kesehatan Pengkajian tanggal 5 April 2012 jam 10.00 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat. Data pengkajian tersebut didapatkan hasil, keluhan utama yang dirasakan klien saat dikaji adalah klien merasakan nyeri pada luka post operasi appendektomi. Riwayat kesehatan sekarang, klien mengatakan sebelum masuk rumah sakit ± 5 hari yang lalu klien mengeluh nyeri pada perut bagian kanan bawah, pinggang terasa pegalpegal, demam, kemudian klien dibawa keluarganya ke IGD RSUD Karanganyar, dokter mendiagnosa klien menderita apendisitis dan dilakukan operasi apendektomi pada tanggal 4 April 2012, kemudian klien dirawat di Bangsal Kantil dan diberikan terapi infus RL 20 tetes per menit (mengembalikan keseimbangan elektrolit), Metronidazol 500 mg/8 jam (pencegahan infeksi anaerob paska operasi), Glocef 1 gr/12 jam (profilaksis infeksi paska operasi), Ranitidin 50 mg/12 jam (pengobatan jangka pendek tukak lambung), Gentamicin 80 mg/12 jam (infeksi kulit dan jaringan lunak), Ketorolak 30 mg/8 jam (obat analgesik), saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri pada luka post operasi appendektomi seperti ditusuk-tusuk, klien tampak meringis menahan sakit sambil memegangi perutnya.
8
Pengkajian riwayat kesehatan dahulu didapatkan hasil bahwa klien tidak mempunyai riwayat penyakit apapun. Dalam riwayat kesehatan keluarga, keluarga tidak mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan klien dan tidak ada riwayat penyakit yang lain seperti asma, jantung, Diabetes Mellitus dan lain-lain.
2. Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional Hasil pengkajian pola kesehatan fungsional menurut Gordon, didapatkan hasil, pada pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan, klien mengatakan bahwa sebelum sakit ia selalu menjaga kesehatan dan jika ia atau keluarganya sakit segera pergi ke dokter untuk berobat, sedangkan selama sakit ia selalu berusaha untuk cepat sembuh dengan mematuhi perintah dokter. Pola aktivitas dan latihan, sebelum sakit klien mengatakan dapat melakukan aktivitas sehari-hari sebagai ibu rumah tangga, seperti membersihkan rumah, mencuci baju, memasak dan pekerjaan rumah tangga lainnya secara mandiri. Sedangkan selama sakit klien tidak dapat melakukan aktivitas secara mandiri tetapi memerlukan bantuan keluarga. Pola istirahat tidur, klien mengatakan sebelum sakit tidak mengalami
gangguan
kesadaran,
gangguan
pendengaran
ataupun
gangguan penglihatan. Selama sakit klien mengatakan tidak ada gangguan kesadaran, gangguan pendengaran ataupun gangguan penglihatan, pada luka post operasi appendektomi terasa nyeri, nyeri akibat post operasi
9
appendektomi, nyeri terasa seperti ditusuk jarum dengan skala nyeri 6, nyeri terasa saat badan digerakkan miring kanan atau miring kiri.
3. Pemeriksaan Fisik Dalam pengkajian khususnya pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan umum klien tampak lemah, kesadaran compos mentis. Didapatkan data pengukuran tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 74 kali per menit, pernapasan 16 kali per menit, suhu 36,20 C. Bentuk kepala mesocepal, rambut berwarna hitam, kulit kepala bersih, rambut kuat. Mata simetris kanan-kiri, kojungtiva anemis, sklera tidak ikterik, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung simetris, tidak ada polip, tidak ada penumpukan sekret. Mulut tidak ada stomatitis, mukosa bibir kering, tidak ada caries pada gigi. Telinga simetris kanan-kiri, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada penumpukan serumen, pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Ekstremitas atas tampak terpasang infus RL 20 tpm pada tangan kanan, pada ekstremitas bawah tidak ada kelainan atau gangguan. Pemeriksaan fisik paru didapatkan hasil inspeksi dada simetris, tidak menggunakan otot bantu pernapasan, palpasi vocal fremitus sama antara kanan dan kiri, perkusi sonor, auskultasi vesikuler disemua lapang paru. Pemeriksaan fisik jantung didapatkan hasil inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba di IC 5, perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung I, II murni tidak ada bising.
10
Hasil pemeriksaan abdomen, inspeksi bentuk datar, terdapat bekas luka kurang lebih 6 cm di perut bagian kanan bawah kuadran 2, luka tampak belum kering, tidak ada pus, auskultasi bising usus 8 kali per menit. Penulis tidak melakukan palpasi dan perkusi karena pasien baru selesai dioperasi tanggal 4 April 2012. Pada genetalia tidak ada kelainan, terpasang kateter. Pemeriksaan kulit, turgor kulit elastis, warna kulit sawo matang.
4. Pemeriksaan Penunjang Hasil pemeriksaan penunjang, hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan pada tanggal 3 April 2012 yaitu WBC 9,7 x 102 η/1 nilai normal 4,5 – 11,0 x 102 η/1, RBC 5,0 x 102 η/1 nilai normal untuk lakilaki 4,5 – 5,5 106 η/1 dan untuk perempuan 4 -5 106 η/1, MCV 29,5 FL nilai normal 37,0 – 51,0 FL, MCH 26,7 Pg nilai normal 20 – 31 Pg, MCHC 33,6 g/dl nilai normal 30 – 35 g/dl, Limphosyt 37,9% nilai normal 22 – 40 %, monosit 5,8% nilai normal 4 – 8 %, HGB 11,7 g/dl nilai normal untuk laki-laki 14 – 18 g/dl dan untuk perempuan 12 – 16 g/dl, HCT 40,9% nilai normal untuk laki-laki 40 – 54 % dan untuk perempuan 38 – 47 %. Hasil dari pemeriksaan USG adalah MC. Burney. Gambaran lesi densitas hypoechoik dengan nyeri tekan lepas kurang jelas, tidak tampak tanda infiltrat (proses radang di apendiks).
11
C. Daftar Perumusan Masalah Data hasil pengkajian dan observasi diatas, penulis melakukan analisa data kemudian memutuskan prioritas diagnosa keperawatan sesuai dengan kegawatan yang dialami klien atau yang harus segera mendapatkan penanganan karena apabila tidak segera ditangani akan menimbulkan masalah yang lain. Prioritas diagnosa keperawatan yang penulis angkat yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi appendektomi). Karena saat dilakukan pengkajian data subyektif yang didapatkan adalah klien mengatakan nyeri pada luka post operasi appendiktomi, nyeri terasa seperti ditusuk jarum, nyeri terasa di perut bagian kanan bahwa tepatnya pada luka post operasi appendektomi, skala nyeri 6, nyeri terasa saat tubuh digerakkan (miring kanan, miring kiri), data obyektif klien tampak meringis menahan sakit, tangan klien tampak memegangi perutnya, hasil pengukuran tekanan darah 100/60 mmHg, nadi 74 kali per menit, pernapasan 16 kali per menit, suhu 36,20 C.
D. Perencanaan Prioritas masalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi appendektomi) pada Ny. S penulis akan membahas rencana keperawatan dengan tujuan, setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang atau hilang dengan kriteria hasil skala nyeri 0-1, ekspresi wajah klien tampak rileks. Intervensi atau rencana tindakan yang akan dilakukan yaitu observasi karakteristik nyeri (penyebab nyeri, kualitas nyeri, tempat/bagian
12
yang dirasakan nyeri, skala nyeri, waktu terjadinya nyeri), rasionalnya untuk membantu mengevaluasi derajat ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik, ajarkan tehnik relaksasi seperti nafas dalam dan tehnik distraksi seperti membaca buku atau membayangkan hal-hal yang indah-indah, rasionalnya untuk menurunkan stimulus interna, berikan posisi yang nyaman (supinasi, semifowler), rasionalnya untuk mengurangi tegangan pada insisi dan membantu mengurangi nyeri, kaji tanda-tanda vial (tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu), rasionalnya untuk memantau perkembangan pasien, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik, rasionalnya untuk mengurangi atau mengatasi nyeri.
E. Implementasi Tindakan yang dilakukan pada hari Kamis, 5 april 2012 yaitu jam 10.10 WIB mengkaji karakteristik nyeri, respon subyektif klien mengatakan merasa nyeri pada luka post operasi, Provoked = nyeri akibat post operasi appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti ditusuk-tusuk, Region = nyeri terasa pada perut bagian kanan bawah, Scale = skala nyeri 6, Time = nyeri terasa saat tubuh digerakkan, respon obyektif ekspresi wajah klien tampak meringis menahan sakit. Pada jam 10.20 WIB memberikan posisi yang nyaman (berbaring/supinasi), respon subyektif klien mengatakan bahwa ia lebih nyaman pada posisi berbaring, respon obyektif klien tampak nyaman dengan posisinya. Jam 11.15 WIB mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan menganjurkan untuk mengulanginya saat nyeri kambuh, respon subyektif klien mengatakan mengerti dengan apa yang diajarkan, respon obyektif klien
13
bisa mempraktekkan tehnik relaksasi nafas dalam seperti yang diajarkan. Jam 11.30 WIB melakukan pengukuran tanda-tanda vital, respon subyektif klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran tanda-tanda vital, respon obyektif tekanan darah = 100/60 mmHg, nadi = 74 kali per menit, pernapasan = 16 kali per menit, suhu = 36,20 C. jam 13.00 WIB memberikan terapi injeksi analgesik (Ketorolak 30 mg/8 jam), respon subyektif klien mengatakan bersedia untuk diinjeksi, respon obyektif obat masuk 30 mg melalui IV tanpa adanya alergi. Tindakan yang dilakukan pada hari Jum’at, 6 April 2012 yaitu jam 08.00 WIB melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital, respon subyektif klien mengatakan bersedia untuk dilakukan pengukuran tanda-tanda vital, respon obyektif tekanan darah = 100/70 mmHg, nadi = 72 per menit, pernapasan = 18 kali per menit, suhu = 36,7 0C. jam 08.10 WIB mengkaji karakteristik nyeri, respon subyektif klien mengatakan nyeri masih terasa pada luka post operasi, Provoked = nyeri akibat post operasi appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti diremas-remas, Region = nyeri terasa pada perut bagian kanan bawah, Scale = skala nyeri 5, Time = nyeri terasa saat bergerak miring kanan atau miring kiri, respon obyektif ekspresi wajah klien tampak meringis menahan sakit. Jam 09.20 WIB memberikan posisi yang nyaman, respon subyektif klien mengatakan lebih nyaman pada posisi berbaring, respon obyektif klien tampak nyaman dengan berbaring. Jam 10.10 WIB memberikan terapi analgesik (Ketorolak 30 mg/8 jam), respon subyektif klien
14
mengatakan bersedia diinjeksi, respon obyektif obat masuk 30 mg melalui IV tanpa adanya alergi. Tindakan yang dilakukan pada hari Sabtu, 7 April 2012 jam 08.00 WIB melakukan pengukuran tanda-tanda vital, respon subyektif klien mengatakan mau dilakukan pengukuran tanda-tanda vital, respon obyektif tekanan darah = 100/70 mmHg, nadi = 72 kali, pernapasan = 16 kali per menit, suhu 36,8 0C. Jam 09.30 WIB mengkaji karakteristik nyeri, respon subyektif klien mengatakan bahwa nyeri sudah berkurang, Provoked = nyeri akibat luka post operasi appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti digigit semut, Region = nyeri terasa pada perut bagain kanan bawah, Scale = skala nyeri 3, Time = nyeri terasa saat akan mengubah posisi dari posisi berbaring ke posisi duduk, respon obyektif klien tampak menahan sakit saat nyeri mulai terasa. Jam 09.45 WIB memberikan posisi yang nyaman (berbaring), respon subyektif klien mengatakan masih nyaman dengan posisi berbaring, respon obyektif klien tampak nyaman. Jam 10.10 WIB memberikan terapi injeksi analgesik (Ketorolak 30 mg/8 jam), respon obyektif obat masuk 30 mg melalui IV tanpa adanya alergi.
F. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Kamis, 5 April 2012 jam 13.20 WIB, dengan menggunakan metode SOAP yang hasilnya adalah, Subyektif : klien mengatakan luka post operasi masih terasa nyeri, Provoked = nyeri terasa akibat luka post operasi appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti ditusuk
15
jarum, Region = nyeri terasa di perut bagian kanan bawah, Scale = skala nyeri 6, Time = terasa saat badan digerakan miring kanan, miring kiri, obyektif : ekspresi wajah meringis menahan sakit, tekanan darah = 100/60 mmHg, nadi = 74 kali per menit, pernapasan = 16 kali per menit, suhu = 36,2 0C, Assessment : masalah belum teratasi, Planning : intervensi dilanjutkan antara lain observasi karakteristik nyeri (PQRST), observasi tanda-tanda vital, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, berikan posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik. Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Jum’at, 6 April 2012 jam 11.30 WIB dengan metode SOAP yang hasilnya adalah, subyektif : klien mengatakan nyeri masih terasa pada luka post operasi, Provoked = nyeri akibat luka post operasi appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti diremasremas, Region = nyeri terasa pada perut bagian kanan bawah, Scale = skala nyeri 5, Time = nyeri terasa saat badan digerakkan miring kanan atau miring kiri, obyektif : ekspresi wajah meringis menahan sakit, tekanan darah = 100/70 mmHg, nadi 72 kali per menit, pernapasan : 18 kali per menit, suhu : 36,70 C, Assessment : masalah belum teratasi, Planning : intervensi dilanjutkan antara lain kaji tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri (PQRST), berikan posisi yang nyaman, anjurkan melakukan tehnik relaksasi nafas dalam saat nyeri kambuh, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik. Hasil evaluasi yang dilakukan pada hari Sabtu, 7 April 2012 jam 11.00 WIB dengan metode SOAP yang hasilnya adalah, subyektif : klien
16
mengatakan nyeri masih terasa pada luka post operasi, Provoked = nyeri akibat luka post operasi appendektomi, Quality = nyeri terasa seperti digigit semut, Region = pada perut bagian kanan bawah, Scale = skala nyeri 3, Time = nyeri terasa saat akan mengubah posisi dari posisi berbaring ke posisi duduk, obyektif : ekspresi wajah klien tampak meringis saat merasa nyeri, tekanan darah = 100/70 mmHg, nadi 72 per menit, pernapasan 16 kali per menit, suhu 36,80 C, Assessment : masalah teratasi sebagian, Planning : interventi dilanjutkan antara lain kaji tanda-tanda vital, kaji karakteristik nyeri (PQRST), anjurkan melakukan tehnik nafas dalam saat nyeri kambuh, berikan posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
BAB III PEMBAHASAN
A. Pembahasan Bab ini penulis akan membahas kesenjangan antara teori dan proses keperawatan pada asuhan keperawatan nyeri akut pada Ny. S dengan post operasi apendektomi yang dilaksanakan pada tangal 5 April sampai 7 April 2012 di Ruang Kantil RSUD Karanganyar. Prinsip pembahasan ini dengan memperhatikan aspek tahapan proses keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi atau rencana keperawatan, implementasi sampai evaluasi keperawatan. 1. Pengkajian Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama dari proses keperawatan, yaitu untuk mengumpulkan data tentang klien, dengan menggunakan metode wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik (Perry dan Potter, 2005). Pengkajian pada Ny. S yang dilakukan pada tanggal 5 April sampai 7 April 2012, ham 10.00 WIB, untuk keluhan utama yang dirasakan klien mengatakan bahwa luka post operasi terasa nyeri. Hal ini sesuai dengan teori bahwa nyeri pasca operasi mungkin sekali disebabkan oleh luka operasi (Sjamsuhidajat, 2005). Teori lain juga menyebutka bahwa penyebab nyeri umumnya mudah dikenali sebagai akibat adanya cidera, penyakit atau pembedahan terhadap salah satu atau beberapa organ
17
18
(Tamsuri, 2007). Penulis telah mencantumkan keluhan Ny. S tersebut dalam pendokumentasian. Hasil pengkajian kognitif-perseptual klien mengatakan tidak mengalami
gangguan
kesadaran,
gangguan
pendengaran
ataupun
gangguan penglihatan, pada luka post operasi appendektomi terasa nyeri, nyeri akibat post operasi appendektomi, nyeri terasa seperti ditusuk jarum dengan skala nyeri 6, nyeri terasa saat badan digerakkan miring kanan atau miring kiri. Hal ini sudah sesuai karena pada pasien post operasi akan mengalami nyeri akibat pembedahan. Pengkajian nyeri dilakukan dengan menggunakan metode PQRST untuk mempermudah perawat dalam melakukan pengkajian nyeri, meliputi provoked yaitu penyebab nyeri yang dirasakan klien, quality yaitu seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien, apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk, region yaitu lokasi nyeri yang dirasakan klien, scale yaitu seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien, misalnya skala nyeri 0 tidak ada nyeri, skala nyeri 1 - 3 yaitu nyeri ringan, skala nyeri 4 6 yaitu nyeri sedang, skala nyeri 7 - 10 yaitu nyeri berat, time kapan nyeri dirasakan oleh klien, apakah ada waktu – waktu tertentu yang menambah raa nyeri (Muttaqin, 2009). Gejala pada appendisitis adalah nyeri samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium disekitar umbilicus. Keluhan ini disertai mual kadang ada muntah. Umumnya nafsu makan menurun. Dalam beberapa jam nyeri akan berpindah ke kanan bawah
19
ketitik Mc Burney (Sjamsuhidajat, 2002). Mekanisme nyeri terjadi apabila terdapat adanya rangsangan mekanikal, termal atau kimiawi yang melewati ambang rangsang tertentu. Rangsangan ini terdeteksi oleh reseptor nyeri (nosiseptor) yang merupakan ujung-ujung saraf bebas. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama, misalnya appendisitis. Suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada waktu lain. Sebagai contoh, nyeri paska operasi sering terasa lebih parah pada malam hari (Smeltzer, 2002). Hasil pemeriksaan fisik abdomen saat dilakukan inspeksi hasilnya adalah bentuk perut datar, terdapat bekas luka di perut bagian kanan bawah kemudian saat di auskultasi hasilnya adalah bising usus 8 kali per menit. Penulis tidak melakukan palpasi dan perkusi karena pasien merupakan post operasi hari pertama dan sat di observasi saja klien tampak meringis menahan sakit apa lagi jika dilakukan palpasi ataupun perkusi malah akan menambah nyeri pada klien.
2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan merupakan pernyataan yang menguraikan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan yang perawat mempunyai ijin dan berkompeten untuk mengatasinya (Perry dan Potter, 2005). Diagnosa keperawatan yang penulis angkat adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post operasi apendektomi).
20
Pengertian dari diagnosa nyeri akut adalah pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul dari kerusakan jaringan secara aktual atau potensial atau menunjukkan adanya kerusakan, serangan mendadak atau perlahan dari intensitas ringan sampai berat yang dapat diantisipasi atau diprediksi durasi nyeri kurang dari 6 bulan (Nanda, 2005). Diagnosa ini ditegakkan berdasarkan data yang ditemukan pada saat pengkajian yaitu klien mengatakan nyeri pada perut bagian kanan bawah tepatnya pada luka post operasi appendektomi, nyeri terasa seperti ditusuk jarum dengan skala nyeri 6, nyeri terasa saat badan digerakkan miring kanan miring kiri, ekspresi wajah klien tampak meringis menahan sakit dan tangan klien tampak memegangi perutnya. Penulis memprioritaskan diagnosa keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri karena nyeri merupakan suatu ketidaknyamanan yang harus diatasi, karena kenyamanan merupakan kebutuhan dasar manusia. Jika nyeri tidak ditangani dapat menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan pribadi (Smeltzer dan Bare, 2002). Apabila masalah nyeri yang klien alami dapat teratasi, maka kemungkinan masalah lain akan teratasi sehingga kenyamanan klien dapat terpenuhi.
3. Intervensi Perencanaan atau intervensi keperawatan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang terpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut (Perry dan Potter, 2005).
21
Penulis menyusun rencana tindakan dalam diagnosa keperawatan nyeri akut berdasarkan NIC (Nursing Intervention Classification) dengan menggunakan
metode
ONEC
(Observasi,
Nursing
intervention,
Education, Collaboration). Pertama kaji tanda vital meliputi pengukuran suhu tubuh, pernapasan, nadi dan tekanan darah. Pemeriksaan tanda vital ini rasionalnya untuk membantu perkembangan pasien. Kedua kaji karakteristik nyeri meliputi Provoked, Quality of pain, Region, Scale, rasionalnya
Time,
untuk
membantu
mengevaluasi
derajat
ketidaknyamanan dan keefektifan analgesik. Ketiga diajarkan teknik relaksasi dan ditraksi, rasionalnya untuk menurunkan stimulasi internal. Keempat berikan posisi yang nyaman, rasionalnya untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri. Kelima berikan pendidikan kesehatan rasionalnya untuk menambah pengetahuan klien. Keenam kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian
analgetik,
rasionalnya
untuk
mengurangi
atau
menghilangkan nyeri. Rencana tindakan tersebut disusun dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang sampai hilang, dengan kriteria hasil nyeri berkurang ( 0-1), ekspresi wajah klien tampak rileks. Tujuan dan kriteria hasil ini disusun berdasarkan NOC (Nursing Outcomes Classification) dengan menggunakan metode SMART (specific, meausrable, achievable, realistic, time).
22
4. Implementasi Implementasi adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan dilakukan dan diselesaikan (Perry dan Potter, 2005). Pelaksanaan tindakan yang telah direncanakan semuanya telah penulis lakukan. Penulis tidak mengalami hambatan dalam melaksanakan rencana
keperawatan
yang
telah
disusun.
Pelaksanaan
tindakan
keperawatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 April sampai 7 April 2012, antara lain, mengkaji tanda vital, meliputi mengukur suhu tubuh klien menggunakan termometer, mengkaji pernapasan (irama, frekuensi, kedalaman), menghitung nadi, mengukur tekanan darah. Pemeriksaan tanda vital merupakan suatu cara unuk mendeteksi adanya perubahan system tubuh (Aziz dan Musrifatul, 2005). Mengkaji karakteristik nyeri. Pengkajian nyeri ini menggunakan metode PQRST, meliputi provoked yaitu penyebab nyeri yang dirasakan klien, quality yaitu seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan klien, apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk, region yaitu lokasi nyeri yang dirasakan klien, scale yaitu seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien, time misalnya skala nyeri 0 tidak ada nyeri, skala nyeri 1 - 3 yaitu nyeri ringan, skala nyeri 4 - 6 yaitu nyeri sedang, skala nyeri 7 - 10 yaitu nyeri berat, time kapan nyeri dirasakan oleh klien (Muttaqin, 2009).
23
Memberikan posisi yang nyaman. Posisi yang diberikan pada klien post operasi apendektomi adalah posisi semi fowler, karena posisi semi flowler ini dapt mengurangi tegangan pada insisi dan organ abdomen yang membantu mengurangi nyeri (Muttaqin, 2011), namun pada kasus ini klien mengatakan bahwa ia lebih nyaman pada posisi berbaring. Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam. Tehnik relaksasi nafas dalam ini dilakukan dengan cara tarik nafas melalui hidung kemudian tahan sampai hitungan ketiga lalu keluarkan atau hembuskan nafas perlahan-lahan melalui mulut (Perry dan Potter, 2006). Tehnik relaksasi ini efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi (Tamsuri, 2007). Setelah mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam, penulis juga menyarankan kepada klien untuk mengulanginya saat nyeri kambuh. Berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik. Analgesik yang diberikan adalah ketorolak 30 mg/8 jam. Ketorolak merupakan salah satu obat analgesik yang diberikan kepada klien yang mengalami nyeri, seperti pada klien post apendektomi ini. Pengukuran suhu yang sesuai prosedur adalah tidak hanya membawa termometer saja, tetapi harus memakai sarung tangan atau hand scone sebagai ptoteksi diri namun penulis tidak menggunakan sarung tangan saat pengukuran suhu. Selain itu dalam melakukan injeksi juga seharusnya memakai sarung tangan dan membawa perlak pengalas saat melakukakan injeksi
(Suparni,
menggunakannya.
2008).
Namun
dalam
hal
ini
penulis
tidak
24
5. Evaluasi Evaluasi merupakan proses keperawatan dalam pengukuran respon klien terhadap keperawatan dan kemajuan klien ke arah pencapaian tujuan (Perry dan Potter, 2005). Evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada 5 April sampai 7 April 2012 dengan menggunakan metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning) hasilnya adalah klien masih merasakan nyeri pada luka post operasi apendektomi dengan skala nyeri 3, nyeri terasa saat badan digerakkan, keluhan ini masih dirasakan pada hari ketiga , sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa masalah klien telah teratasi sebagian dengan demikian intervensi perlu dilanjutkan untuk mengatasi masalah nyeri yang dialami klien, yaitu kaji karakteristik nyeri (PQRST), kaji tanda-tanda vital, ajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan dianjurkan melakukan tehnik relaksasi saat nyeri kambuh, berikan posisi yang nyaman, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik.
B. Simpulan dan Saran 1. Simpulan a. Hasil pengkajian pada Ny. S dengan nyeri akut akibat post operasi appendektomi adalah klien mengeluh nyeri pada luka post operasi dengan skala nyeri 6, nyeri terasa seperti ditusuk jarum dan terasa saat badan digerakkan, misal miring kanan atau miring kiri. b. Diagnosa keperawatan yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (post apendektomi) didukung dengan keluhan
25
nyeri yang dirasakan pada Ny. S seperti ditusuk jarum, skala nyeri 6, nyeri terasa pada perut bagian kanan bawah, nyeri terasa saat badan digerakkan miring kiri ataupun miring kanan. c. Rencana Asuhan Keperawatan yang dilakukan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang sampai hilang, dengan kriteria hasil skala nyeri (0-1), ekspresi wajah klien tampak rileks, antara lain observasi tanda vital (suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah), observasi karakteristik nyeri (PQRST), berikan posisi yang nyaman, ajarkan tehnik relaksasi dan distraksi, berikan pendidikan kesehatan, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik. d. Implementasi yang telah dilakukan pada Ny. S pada tanggal 5 April sampai 7 April 2012 adalah mengkaji tanda vital, mengkaji karakteristik nyeri, memberikan posisi yang nyaman (supinasi), berkolaborasi dengan dokter dalam pemberian analgesik (Ketorolak). e. Evaluasi dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada Ny. S pada tanggal 5 April sampai 7 April 2012 adalah masalah telah teratasi sebagian dibuktikan dengan klien masih merasakan nyeri pada luka post operasi seperti digigit semut dengan skala nyeri terasa saat mengubah posisi dari badan posisi berbaring ke posisi duduk. f. Hasil analisa nyeri pada Ny. S adalah pada luka post operasi apendektomi terasa nyeri seperti ditusuk jarum dengan skala nyeri 6
26
yaitu nyeri sedang dan terasa saat badan digerakkan miring kanan ataupun miring kiri.
2. Saran a. Bagi Rumah Sakit. Diharapkan rumah sakit khususnya RSUD Karanganyar dapat memberikan pelayanan kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama yang baik antara tim kesehatan maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang optimal. b. Bagi Tenaga Kesehatan Khusunya perawat, diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal. Perawat diharapkan dapat memberikan pelayanan secara profesional dan komprehensif. c. Bagi Institusi Pendidikan Dapat meningkatkan mutu pendidikan yang lebih berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional, terampil dan bermutu yang mampu memberikan asuhan keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.