STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN POST OPERASI FRAKTUR PHALANX DISTAL DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA
DISUSUN OLEH :
DUWI SUSANTI NIM. P.09014
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012
STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN POST OPERASI FRAKTUR PHALANX DISTAL DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH :
DUWI SUSANTI NIM. P.09014
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2012 i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
: Duwi Susanti
Nim
: P. 09014
Proram Studi
: DIII Keperawatan
Judul Karya Tulis Ilmiah : ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN POST OPERASI FRAKTUR PHALANX DISTAL DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, … April 2012
DUWI SUSANTI NIM P.09014
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Duwi Susanti
NIM
: P. 09014
Program Studi : DIII Keperawatan Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN POST OPERASI FRAKTUR PHALANX DISTAL DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di
: Surakarta
Hari/Tanggal
: Jum’at, 27 April 2012
Pembimbing : Joko Kismanto, S.Kep.,Ns NIK. 200670020
iii
(.....................................)
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh : Nama
: Duwi Susanti
NIM
: P. 09014
Program Studi : DIII Keperawatan Judul
: ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN POST OPERASI FRAKTUR PHALANX DISTAL DI RUANG CEMPAKA RS PANTI WALUYO SURAKARTA
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keparawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di
: Surakarta
Hari/Tanggal
: Selasa, 1 Mei 2012 DEWAN PENGUJI
Penguji 1
: Joko Kismanto, S.Kep.,Ns
(.....................................)
NIK. 200670020 Penguji II
: Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns
(.....................................)
NIK. 201187065 Penguji III
: Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep.,Ns (.....................................) NIK. 201185071 Mengetahui, Ketua Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN NYERI AKUT PADA NY. D DENGAN POST OPERASI FRAKTUR PHALANX
DISTAL DI
RUANG
CEMPAKA RS
PANTI WALUYO
SURAKARTA.” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat : 1. Setiyawan, S.Kep.,Ns selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan Kusuma Husada yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 2. Erlina windyastuti, S.Kep.,Ns selaku Sekretaris Ketua Program Studi DIII Keperawatan sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 3. Joko Kismanto, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukanmasukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
v
4. Fakhrudin N Sani, S.Kep.,Ns, selaku dosen penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini. 5. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 6. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 7. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual. Semoga laporan Studi Kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, April 2012
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN .....................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................
iv
KATA PENGANTAR .............................................................................
v
DAFTAR ISI ...........................................................................................
vii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...................................................
1
B. Tujuan Penulisan ..............................................................
4
C. Manfaat Penulisan ............................................................
5
LAPORAN KASUS A. Identitas Klien ..................................................................
6
B. Pengkajian ........................................................................
7
C. Daftar Perumusan Masalah ...............................................
10
D. Perencanaan Keperawatan ................................................
10
E. Implementasi Keperawatan ...............................................
11
F. Evaluasi Keperawatan.......................................................
12
PEMBAHASAN DAN SIMPULAN A. Pembahasan ......................................................................
14
B. Simpulan dan Saran ..........................................................
21
vii
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama
: Duwi Susanti
Tempat/ tanggal lahir : Boyolali, 19 Juni 1991 Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat Rumah
: Klebengan RT 01 RW 04, Jeron, Nogosari, Boyolali
Riwayat Pendidikan : TK Pertiwi Jeron SDN Jeron SMPN 1 Nogosari SMA Warga Surakarta Prodi DIII Keperawatan Stikes Kusuma Husada Surakarta Riwayat Pekerjaan
: Belum pernah bekerja
Riwayat Organisasai : Publikasi
:-
ix
LAMPIRAN
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2006), kemajuan kehidupan masyarakat sekarang ini telah mengalami perubahan dalam berbagai bidang, misalnya dalam berbagai bidang ilmu dan teknologi yang secara langsung banyak memberikan perubahan terhadap pola hidup masyarakat. Perubahan teknologi yang lebih terlihat pada saat ini adalah teknologi dibidang transportasi, perusahaan-perusahaan bermotor saling berlomba-lomba memberikan karya terbaiknya. Meningkatkan teknologi dibidang transportasi akan dapat meningkatkan intensitas kecelakaan. Trauma yang sering terjadi dalam sebuah kecelakaan adalah fraktur (patah tulang). Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan baik yang bersifat total maupun sebagian. Fraktur dikenal dengan istilah patah tulang. Biasanya disebabkan trauma atau tenaga fisik (Muttaqin, 2008). Fraktur phalanx distal adalah fraktur yang terjadi pada ujung jari karena trauma yang terjadi pada sendi interphalanx (Robert, 2003). Salah satu penyebab fraktur karena adanya tekanan atau hantaman yang sangat keras dan diterima secara langsung oleh tulang. Prinsip menangani fraktur meliputi reduksi yaitu memperbaiki posisi frakmen yang terdiri dari reduksi tertutup (tanpa operasi) dan reduksi terbuka (dengan operasi), mempertahankan reduksi yaitu tindakan untuk mencegah pergeseran dengan traksi terus menerus, pembebatan dengan gips,
ϭ
Ϯ
fiksasi internal dan eksternal, memulihkan fungsi yang bertujuan mengurangi oedem, mempertahankan gerakan sendi. Pada fraktur phalanx distal dalam penangananya menggunakan Open Reduction Internal Fixation (ORIF). ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan teknik pembedahan yang mencakup didalamnya pemasangan pen, sekrup untuk memobilisasi selama penyembuhan akan menimbulkan problematik salah satunya adalah nyeri (Barbara, 2006). Fraktur lebih sering terjadi pada laki-laki dari pada perempuan dengan umur dibawah 45 tahun dan sering berhubungan dengan olah raga, pekerjaan atau kecelakaan. Sedangkan usia lanjut (usila) prevalensi cenderung lebih banyak lagi terjadi pada wanita berhubungan dengan adanya osteoporosis yang terkait dengan perubahan hormon (Smeltzer, 2002). Suatu penelitian yang dilakukan Armis di Indonesia pada tahun 2006 dari 1690 kasus kecelakaan yang mengalami fraktur phalanx 249 kasus atau 14,7% (Robert, 2003). Menurut IASP (International Association The Study of Pain), nyeri adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan, baik aktual maupun potensial, atau yang digambarkan dalam bentuk kerusakan tersebut (Prinzon, 2007). Klasifikasi nyeri ada dua, yaitu akut dan nyeri kronis. Nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal sedemikian rupa (International Association for Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi
ϯ
atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan, sedangkan nyeri kronis adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal sedemikian rupa (International Association for Study of Pain); awitan yang tibatiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat, terjadi secara konstan atau berulang tanpa akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung lebih dari enam bulan (Nanda, 2009-2011: 410-411). Menurut Smeltzer, S.C bare B.G (2002), tingkat nyeri dimulai dari 0-10 adalah sebagai berikut: angka 0: tidak nyeri, 1-3: nyeri ringan: secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, 4-6: nyeri sedang: secara obyektif klien mendesis,
menyeringai,
dapat
menunjukkan
lokasi
nyeri,
dapat
mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik, 7-9: nyeri berat: secara obyektif klien tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi, 10: nyeri sangat berat: pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi. Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk membuat laporan Asuhan Keperawatan nyeri akut pada post operasi fraktur phalanx distal.
ϰ
B. Tujuan Penulisan Terdiri dari 2 (dua) hal yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. 1. Tujuan Umum: Melaporkan kasus nyeri pada Ny. D dengan post operasi Fraktur Phalanx Distal di RS Panti Waluyo Surakarta. 2. Tujuan Khusus a.
Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. D dengan nyeri post operasi Fraktur Phalanx Distal.
b.
Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny. D dengan nyeri post operasi Fraktur Phalanx Distal.
c.
Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Ny. D dengan nyeri post operasi Fraktur Phalanx Distal.
d.
Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny. D dengan nyeri post operasi Fraktur Phalanx Distal.
e.
Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. D dengan nyeri post operasi Fraktur Phalanx Distal.
f.
Pasien mampu menganalisa kondisi nyeri yang terjadi pada Ny. D dengan nyeri post operasi Fraktur Phalanx Distal.
ϱ
C. Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat menjadi pengalaman belajar dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis khususnya dalam bidang penelitian. 2. Bagi Institusi a. Bagi Rumah Sakit Sebagai
bahan
masukan
dalam
meningkatkan
pemberian
pelayanan kesehatan berkaitan dengan pasien post operasi fraktur phalanx distal. b. Bagi pendidikan Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan ilmu bagi institusi keperawatan khususnya keperawatan medikal bedah dalam penanganan kasus post operasi fraktur phalanx distal.
BAB II LAPORAN KASUS
Dalam bab ini menjelaskan tentang Asuhan Keperawatan yang dilakukan pada Ny. D dengan post operasi Fraktur Phalanx Distal, dilaksanakan pada tanggal 3-4 April 2012. Asuhan keperawatan ini di mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.
A. Identitas Klien Dari pengkajian pada tanggal 3-4 April 2012 jam 09.30 WIB, pada kasus ini diperoleh dengan cara auto anamnesa dan allo anamnesa, mengadakan pengamatan atau observasi langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat dari data pengkajian tersebut didapat hasil identitas klien, bahwa Ny. D, umur 31 tahun, agama katholik, pendidikan D1 pariwisata, pekerjaan karyawan swasta, alamat Jl. KH Samanhudi no.121 RT 04 RW 12 Mutihan, Laweyan, Surakarta, tanggal masuk 2 April 2012, dr. T, rawat diruang Cempaka, dokter mendiagnosa bahwa Ny. D menderita Fraktur Phalanx Distal yang bertanggung jawab Tn. A, umur 41 tahun, pendidikan S1 Hukum, pekerjaan wiraswasta, alamat Jl.
ϲ
ϳ
KH Samanhudi no.121 RT 04 RW 12 Mutihan, Laweyan, Surakarta, hubungan dengan klien sebagai Suami.
B. Pengkajian Ketika dilakukan pengkajian, keluhan utama klien mengeluh nyeri, pada riwayat kesehatan sekarang sebelum masuk Rumah Sakit, pada hari minggu 1 April 2012 klien mengalami kecelakaan yaitu jatuh naik motor ditempat dekat rumahnya. Satu jam kemudian klien dibawa ke UGD RS Panti Waluyo untuk dijahit dan di Rontgen, karena dokter bedah libur (hari minggu), dokter jaga menganjurkan klien untuk kontrol ke dokter bedah pada hari senin, 2 April 2012. Kemudian klien diberi surat rujuk untuk kontrol ke dokter bedah. Senin, 2 April 2012 sekitar jam 17.00 WIB klien datang ke RS Panti Waluyo untuk kontrol ke dokter bedah, dari hasil pemeriksaan Rontgen dokter menganjurkan klien untuk operasi. Klien dan keluarga menyetujuinya, operasi dilaksanakan jam 22.40 WIB selesai jam 23.20 WIB. Kemudian klien dirawat diruang Cempaka. Saat dikaji tanggal 3 April 2012 klien mengeluh nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut, skala nyeri 5, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi wajah meringis, gelisah, tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, Suhu: 36,20C, ekstremitas kiri atas terpasang infus RL 20 tetes per menit. Dalam pengkajian adapun riwayat kesehatan dahulu, bahwa klien mengatakan pernah dirawat di Rumah Sakit yaitu pada tahun 2010 klien dirawat dan operasi sesar.
ϴ
Klien mengatakan tidak mempunyai alergi makanan dan obat. Pada riwayat kesehatan keluarga, dalam keluarga klien tidak mempunyai penyakit Diabetes Militus, Jantung, Asma dan Hipertensi. Pada riwayat kesehatan lingkungan, sekitar rumah klien bersih dan terdapat ventilasi rumah cukup. Pengkajian pola fungsional kesehatan menurut Gordon, Pola aktivitas latihan ditemukan data: sebelum sakit klien mengatakan dapat melakukan aktifitas secara mandiri. Selama sakit klien mengatakan aktivitas dibantu dengan keluarga, untuk makan dan minum, mobilitas ditempat tidur klien dapat melakukannya secara mandiri. Pola istirahat tidur, sebelum sakit klien mengatakan tidur kurang lebih 7-8 jam sehari, dari jam 21.00-05.00 WIB dengan nyenyak. Selama sakit klien mengatakan tidak bisa tidur dengan nyenyak karena nyeri yang dirasakan, tidur kurang lebih 4 jam sehari. Pola kognitif perseptual, sebelum sakit klien mengatakan penglihatan, pendengaran, dan bicara jelas. Selama sakit penglihatan, pendengaran, dan bicara masih jelas, tidak ada gangguan. Klien mengatakan nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut, skala nyeri 5, timbul saat kaki digerakkan. Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan umum klien tampak baik, kesadaran compos mentis, penilaian Glasgow Coma Skale (GCS) adalah E4V5M6. Dengan ketentuan mata membuka spontan, verbal berorientasi atau dapat berkomunikasi dengan baik, motorik dengan perintah. Pemeriksaan tanda vital
ϵ
didapatkan hasil pengukuran tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, suhu: 36,2oC. Bentuk kepala mesocepal, rambut berwarna hitam lurus, kulit kepala bersih. Mata simetris kanan kiri, konjungtiva tidak anemis, sklera putih, pupil isokor. Hidung simetris kanan kiri, tidak ada sekret, tidak ada polip. Mulut mukosa bibir lembab, tidak ada gigi berlubang, tidak sariawan. Telinga simetris kanan kiri, tidak ada serumen. Leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid. Pemeriksaan dada (paru-paru), inspeksi : dada simetris, palpasi vocal fremitus sama kanan dan kiri, perkusi sonor auskultasi vesikuler. Dada (jantung) : inspeksi ictus cordis tidak tampak, palpasi ictus cordis teraba, perkusi pekak, auskultasi bunyi jantung I, II murni tidak ada bising. Pemeriksaan abdomen: inspeksi bentuk datar, terdapat luka bekas operasi sesar, auskultasi bising usus 4 kali per menit, perkusi thympani, palpasi tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hati dan lien. Pada genetalia tidak ada kelainan, tidak terpasang kateter. Pada kulit turgor kulit baik, warna kulit sawo matang. Ekstremitas kiri atas terpasang infus RL 20 tetes per menit. Ekstremitas kanan bawah (ibu jari) terdapat luka bekas operasi dan diperban. Hasil pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan laboraturium didapatkan pada tanggal 2 April 2012 yaitu hemoglobin 12,7 g/dl, hematrokit 36,6 %, eritrosit 4,42 Juta/mm3, lekosit 5,100/mm3, trombosit 218,000 U/L, basofil 0,4%, eosinofil 3,5%, neutrofil 44,7%, limfosit 42,7%, monosit 8,7%, MCV 83 fL, MCH 29 pg,
ϭϬ
MCHC 35%, golongan darah A/ Rh (+), masa pendarahan BT 02’50” menit, masa pembekuan CT 07’05” menit, HbsAg kualitatif negatif, glukosa darah sewaktu 130 mg/dl. Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 1 April 2012, jenis pemeriksaan: pedis, hasil pemeriksaan: gambaran fraktur komplit os phalanx distal digiti 1 pedis dekstra, tidak tampak dislokasi sendi regio pedis. Hasil pemeriksaan Rontgen tanggal 3 April 2012, jenis pemeriksaan: pedis, hasil pemeriksaan: foto pedis kanan tampak post ORIF fraktur phalanx 2 jari 1. Program terapi yang didapatkan klien, yaitu Oxtercid 2x750 mg, Ketrobat 2x30 mg
C. Daftar Perumusan Masalah Diagnosa keperawatan utama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur), ditandai dengan respon subyektif klien: klien mengatakan nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut, skala nyeri 5, nyeri timbul saat digerakkan, respon obyektif: ekspresi wajah meringis, gelisah, tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, suhu: 36,20C.
D. Perencanaan Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil: ekspresi wajah rileks, tenang, skala nyeri 1, Tanda vital dalam batas normal (tekanan
ϭϭ
darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 kali per menit, pernafasan: 16-24 kali per menit, suhu: 36-370C). Intervensi atau rencana yang akan dilakukan yaitu pantau karakteristik nyeri PQRST (Provoking incident, Quality of Pain, Region, Severity of Pain, Time), dengan rasional untuk mengidentifikasi skala nyeri dan ketidaknyamanan; monitor tanda vital,
dengan
rasional
memberikan
gambaran
lengkap
mengenai
sistem
kardiovaskuler; berikan posisi yang nyaman, dengan rasional untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri; ajarkan teknik relaksasi atau distraksi, dengan rasional melepaskan tegangan emosional dan otot; kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik, dengan rasional untuk mengurangi nyeri.
E. Implementasi Tindakan yang dilakukan tanggal 3 April 2012 pada jam 08.00 WIB memberikan terapi injeksi analgetik (Ketrobat 30 mg), respon subyektif: klien mengatakan bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk dan tidak terjadi alergi. Pada jam 09.45 WIB memantau karakteristik nyeri PQRST (Provoking incident, Quality of Pain, Region, Severity of Pain, Time), respon subyektif: klien mengatakan nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut, skala nyeri 5, nyeri timbul saat digerakkan, respon obyektif: ekspresi wajah meringis, gelisah. Pada jam 09.50 WIB mengajarkan teknik relaksasi (nafas dalam), respon subyektif: klien mengatakan mau diajarkan teknik nafas dalam, respon obyektif: klien tampak belajar teknik relaksasi. Pada jam 09.55 WIB memonitor tanda
ϭϮ
vital, respon subyektif: klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran tekanan darah, respon obyektif: tekanan darah: 110/70mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, suhu: 36,20C. Pada tanggal 4 April 2012 pada jam 08.00 WIB memberikan terapi injeksi analgetik (Ketrobat 30 mg), respon subyektif: klien bersedia disuntik, respon obyektif: injeksi masuk dan tidak terjadi alergi. Pada jam 11.00 WIB memantau karakteristik nyeri PQRST (Provoking incident, Quality of Pain, Region, Severity of Pain, Time), respon subyektif: klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut, nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, skala nyeri 3, timbul saat digerakkan, respon obyektif: klien tampak agak rileks, tenang. Pada jam 11.05 WIB memonitor tanda vital, respon subyektif: klien mengatakan bersedia dilakukan pengukuran tekanan darah, respon obyektif: tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan: 20 kali per menit, suhu: 36,50C. Pada jam 11.15 WIB memberikan posisi yang nyaman, respon subyektif: klien mengatakan nyaman dengan posisi terlentang, respon obyektif: posisi klien supine.
F. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada hari Selasa, 3 April 2012 jam 13.30 WIB, dengan menggunakan metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning), yang hasilnya: klien mengatakan nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut,
ϭϯ
skala nyeri 5, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi wajah meringis, gelisah, tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, suhu: 36,20C, masalah belum teratasi, intervensi dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter (ketrobat 30 mg). Hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal 4 April 2012 jam 13.00 WIB klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut, nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, skala nyeri 3, timbul saat digerakkan, tenang, ekspresi wajah agak rileks, tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan: 20 kali per menit, suhu: 36,50C, masalah teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan: pantau karakteristik nyeri, anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter (ketrobat 30 mg).
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. PEMBAHASAN Pada bab ini penulis akan membahas tentang kesenjangan teori dan tindakan proses asuhan keperawatan yang dilakukan pada tanggal 3-4 April 2012 di ruang Cempaka RS Panti Waluyo Surakarta, yang meliputi: pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi. Pengkajian
merupakan
tahap
awal
dan
landasan
dalam
proses
keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalah-masalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang tepat (Muttaqin, 2008). Dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode wawancara, pengamatan (observasi), pemeriksaan fisik dan dokumentasi pelayanan kesehatan. Selama pengkajian, penulis mendapatkan data subyektif dan obyektif. Data subyektif adalah persepsi klien tentang masalah kesehatan yang dialaminya. Data obyektif adalah pengamatan atau pengukuran yang dibuat oleh penulis (Potter dan Perry, 2005: 147). Dalam asuhan keperawatan pada Ny. D yang dilakukan pada tanggal 3-4 April 2012 pukul 09.30 WIB. Pada pengkajian didapatkan klien mengeluh nyeri. Hal itu sesuai dengan teori yang ada, bahwa pada kasus fraktur phalanx ϭϰ
ϭϱ
penangananya menggunakan Open Reduction Internal Fixation (ORIF). ORIF adalah suatu tindakan untuk melihat fraktur langsung dengan teknik pembedahan yang mencakup didalamnya pemasangan pen, sekrup untuk memobilisasi selama penyembuhan akan menimbulkan problematik salah satunya adalah nyeri (Barbara, 2006). Pada pola kognitif perseptual dicantumkan sebelum sakit klien mengatakan penglihatan, pendengaran, dan bicara jelas. Selama sakit penglihatan, pendengaran, dan bicara masih jelas, tidak ada gangguan. Klien mengatakan nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan senutsenut, skala nyeri 5, timbul saat kaki digerakkan, tetapi penulis belum mencantumkan tentang gangguan penciuman dan peraba, hal itu dikarenakan tidak terkaji oleh penulis. Pada kasus fraktur, daya rabanya berkurang terutama pada bagian distal fraktur dan timbul rasa nyeri akibat fraktur, sedangkan pada indra yang lain dan kognitifnya tidak mengalami gangguan (Muttaqin, 2008). Pada pola aktivitas latihan, penulis mencantumkan sebelum sakit klien mengatakan dapat melakukan aktifitas secara mandiri. Selama sakit klien mengatakan aktivitas dibantu dengan keluarga, untuk makan dan minum, mobilitas ditempat tidur klien dapat melakukannya secara mandiri. Hal itu disebabkan karena adanya nyeri dan gerak yang terbatas, semua bentuk aktivitas klien dapat berkurang dan klien butuh bantuan dari orang lain (Muttaqin, 2008). Hasil pemeriksaan fisik bagian ekstremitas, penulis hanya menuliskan ekstremitas kanan bawah (ibu jari) terdapat luka bekas operasi dan diperban. Penulis tidak menuliskan secara rinci bagaimana kondisi luka, panjang jahitan.
ϭϲ
Hal ini dikarenakan klien post operasi hari pertama dan belum dilakukan perawatan luka. Pada pemeriksaan fisik dada (jantung), saat dipalpasi penulis hanya menuliskan ictus cordis teraba, yang seharusnya ictus cordis teraba di SIC V. Hal itu merupakan kekurangan penulis dalam pendokumentasian. Pemeriksaan penunjang Foto Rontgen dilakukan sebelum dan setelah operasi. Sebelum operasi dilakukan untuk mengetahui lokasi fraktur dan garis fraktur secara langsung serta mengetahui tempat dan tipe fraktur. Setelah operasi dilakukan untuk mengetahui ketepatan tindakan yang telah dilakukan (Barbara, 2006). Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon aktual atau potensial klien terhadap masalah kesehatan. Respon aktual dan potensial klien didapatkan dari data dasar pengkajian dan catatan medis klien, yang kesemuanya dikumpulkan selama pengkajian. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan intervensi untuk mencapai hasil yang diharapkan (Potter dan Perry, 2005: 165-166). Diagnosa keperawatan utama yang diangkat penulis yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur). Pengertian nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan (Nanda, 2009-2011: 410).
ϭϳ
Penulis mengangkat diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur), karena saat dilakukan pengkajian didapatkan data subyektif: klien mengatakan nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut, skala nyeri 5, nyeri timbul saat digerakkan, data obyektif: ekspresi wajah meringis, gelisah, dan harus segera ditangani untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan klien yang merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Penulis mengangkat diagnosa nyeri karena merupakan diagnosa prioritas dan aktual, hal ini didasarkan pada teori hirarki Maslow. Menurut Maslow kenyamanan merupakan kebutuhan dasar yang memerlukan penanganan dengan segera agar tidak mengganggu kebutuhan yang lainnya (Perry & Potter, 2005). Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi (Wilkinson, 2006). Dalam teori intervensi dituliskan sesuai dengan rencana dan kriteria hasil berdasarkan NIC (Nursing Intervension Clasification) dan NOC (Nursing Outcome Clasification). Intervensi keperawatan disesuaikan dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat diselesaikan dengan Spesifik (jelas atau khusus), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat diterima), Rasional dan Time (ada kriteria waktu). Selanjutnya akan diuraikan rencana keperawatan dari diagnosa yang ditegakkan (Nursalam, 2008). Tujuan yang dibuat penulis adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil:
ϭϴ
ekspresi wajah rileks, tenang, skala nyeri 1, Tanda vital dalam batas normal (tekanan darah: 120/80 mmHg, nadi: 60-100 kali per menit, pernafasan: 16-24 kali per menit, suhu: 36-370C). Dengan ditegakkan diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (post operasi fraktur), penulis merencanakan tindakan untuk mengatasi nyeri yang dirasakan pasien yaitu: pantau karakteristik nyeri PQRST (Provoking incident, Quality of Pain, Region, Severity of Pain, Time), dengan rasional untuk mengidentifikasi skala nyeri dan ketidaknyamanan; monitor tanda vital, dengan rasional memberikan gambaran lengkap mengenai sistem kardiovaskuler; berikan posisi yang nyaman, dengan rasional untuk meningkatkan kenyamanan dan mengurangi rasa nyeri; ajarkan teknik relaksasi atau distraksi, dengan rasional melepaskan tegangan emosional dan otot; kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik, dengan rasional untuk mengurangi nyeri. Implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, yaitu kategori dari perilaku keperawatan dimana tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diperkirakan dari asuhan keperawatan yang dilakukan dan diselesaikan. Dalam teori, implementasi dari rencana asuhan keperawatan mengikuti komponen perencanaan dari proses keperawatan (Potter dan Perry, 2005: 203). Dalam melakukan tindakan keperawatan selama dua hari penulis tidak mempunyai hambatan, semua rencana yang telah ditetapkan dapat dilaksanakan. Pada tindakan keperawatan diagnosa nyeri akut, tindakan yang dilakukan pada tanggal 3-4 April 2012 yaitu memantau karakteristik nyeri untuk mengidentifikasi
ϭϵ
nyeri dan ketidaknyamanan. Pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri menggunakan metode PQRST (Provoking incident, Quality of Pain, Region, Severity of Pain, Time). Provoking incident yaitu apakah ada peristiwa yang menjadi faktor penyebab nyeri. Quality of Pain yaitu seperti apa nyeri yang dirasakan atau digambarkan pasien, misalnya: apakah nyeri bersifat tumpul, seperti terbakar, berdenyut, tajam atau menusuk. Region yaitu dimana lokasi nyeri yang harus ditunjukkan dengan tepat oleh pasien. Severity of Pain yaitu seberapa jauh nyeri yang dirasakan pasien, pengkajian nyeri dengan menggunakan skala nyeri deskriptif. Misalnya: tidak nyeri= 0, nyeri ringan= 1-3, nyeri sedang= 4-6, nyeri berat= 7-9, nyeri tak tertahankan= 10. Kemudian perawat membantu pasien untuk memilih secara subyektif tingkat skala nyeri yang dirasakan pasien. Time yaitu berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah ada waktu-waktu tertentu yang menambah rasa nyeri (Arif Muttaqin dan Kumala Sari, 2009: 73). Memonitor tanda vital untuk memberikan gambaran lengkap mengenai kardiovaskuler. Memonitor tanda vital yaitu suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh dan digunakan untuk memantau perkembangan pasien. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan tekanan darah (Hidayat, 2005). Memberikan posisi yang nyaman untuk klien. Posisi yang nyaman diberikan kepada klien untuk meningkatkan rasa nyaman dan mengurangi nyeri. Posisi nyaman untuk klien yaitu posisi terlentang atau supine (Brunner & Suddart, 2002).
ϮϬ
Mengajarkan teknik relaksasi untuk melepaskan tegangan emosional dan otot. Teknik relaksasi memberikan kontrol diri kepada individu ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri (Potter, 2006). Menurut Brunner & Suddarth (2002), teknik relaksasi sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi lambat, berirama. Pasien dapat memejamkan matanya dan bernafas dengan perlahan dan nyaman. Irama yang konstan dapat dipertahankan dalam menghitung dalam hati dan lambat bersama setiap inhalasi “hirup, dua, tiga” dan ekshalasi “hembuskan, dua, tiga”. Memberikan terapi injeksi analgetik ketrobat 30 mg untuk mengurangi nyeri. Menurut Muttaqin (2005), Analgetik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri berkurang. Evaluasi adalah proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan (Potter dan Perry, 2005: 216). Penulis mengevaluasi apakah perilaku atau respon klien mencerminkan suatu kemajuan atau kemunduran dalam diagnosa keperawatan. Pada evaluasi, penulis sudah sesuai teori yang ada yaitu sesuai SOAP (Subyektif, Obyektif, Assesment, Planning). Pada diagnosa nyeri akut, Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada hari Selasa, 3 April 2012 masalah keperawatan belum teratasi karena nyeri belum berkurang, didukung dengan data klien mengatakan nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut, skala nyeri 5, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi wajah
Ϯϭ
meringis, gelisah, tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, suhu: 36,20C, untuk menindaklanjuti hal tersebut, telah diambil keputusan untuk melanjutkan intervensi yaitu, pantau karakteristik nyeri, anjurkan teknik relaksasi, lanjutkan terapi dokter (Ketrobat 30 mg). Hasil evaluasi dilakukan pada hari Rabu, 4 April 2012 masalah keperawatan teratasi sebagian, didukung dengan data klien mengatakan nyeri berkurang, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut, nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, skala nyeri 3, timbul saat digerakkan, tenang, ekspresi wajah agak rileks, tekanan darah: 110/80 mmHg, nadi: 80 kali per menit, pernafasan: 20 kali per menit, suhu: 36,50C, untuk menindaklanjuti hal tersebut, telah diambil keputusan untuk melanjutkan intervensi yaitu pantau karakteristik nyeri, anjurkan untuk melakukan teknik relaksasi jika nyeri timbul, lanjutkan terapi dokter (Ketrobat 30 mg).
B. SIMPULAN DAN SARAN 1. Simpulan Berdasarkan data diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut: a. Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan, untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian dalam menangani masalahmasalah klien sehingga dapat menentukan tindakan keperawatan yang tepat. Saat dilakukan pengkajian klien mengeluh nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, nyeri dirasakan karena post operasi, nyeri dirasakan senut-
ϮϮ
senut, skala nyeri 5, nyeri timbul saat digerakkan, ekspresi wajah meringis, gelisah, tekanan darah: 110/70 mmHg, Nadi: 84 kali per menit, pernafasan: 22 kali per menit, Suhu: 36,20C, ekstremitas kiri atas terpasang infus RL 20 tetes per menit. b. Masalah keperawatan yang muncul yaitu nyeri akut berhubungan agen cedera fisik (post operasi fraktur). Pengertian nyeri akut adalah pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (International Association for Study of Pain); awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari enam bulan. c. Intervensi atau rencana keperawatan untuk mengatasi nyeri yaitu pantau karakteristik nyeri PQRST (Provoking incident, Quality of Pain, Region, Severity of Pain, Time), monitor tanda vital, beri posisi nyaman, ajarkan teknik relaksasi atau distraksi, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik. d. Tindakan yang dilakukan yaitu memantau karakteristik nyeri PQRST (Provoking incident, Quality of Pain, Region, Severity of Pain, Time), memonitor tanda vital, memberikan posisi nyaman, mengajarkan teknik relaksasi, memberikan terapi injeksi analgatik ketrobat 30 mg.
Ϯϯ
e. Evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan menggunakan metode SOAP (Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning), pada diagnosa nyeri teratasi sebagian, karena klien masih merasakan nyeri, dengan skala nyeri 3. f. Analisa kondisi nyeri akut pada Ny. D dengan post operasi fraktur phalanx distal yaitu klien masih merasakan nyeri pada ibu jari kaki sebelah kanan, nyeri karena post operasi, nyeri dirasakan senut-senut, skala nyeri 3, timbul saat kaki digerakkan.
2. Saran Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberi saran yang diharapkan bermanfaat antara lain: a. Bagi Rumah Sakit Diharapkan dapat memberikan pelayanan kepada pasien seoptimal mungkin dan meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit. b. Bagi Institusi Pendidikan Diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam pemakaian sarana dan
prasarana
yang
merupakan
fasilitas
bagi
mahasiswa
untuk
mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilannya dalam melalui praktek klinik dan pembuatan laporan. c. Bagi Penulis Diharapkan penulis dapat menggunakan atau memanfaatkan waktu seefektif mungkin, sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, (2009-2011), Nanda Internasional; Diagnosa keperawatan: Definisi dan Klasifikasi, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Ardinata Dedy, (2007), Multidimensional Nyeri. http://ruf.nov-2007-2pdf Diakses tanggal 9 April 2012. Bruner & Suddart, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Vol 1, Edisi 8, Penerbit Buku Kedokteran, ECG, Jakarta. Gruendemann Barbara J., Billie Fernsebner, (2006), Buku Ajar Keperawatan Perioperatif, Vol 2, Penerbit Buku Kedokteran EGC, hal 288-300. Hidayat A. Aziz Alimul, Musrifatul Uliyah, (2005), Buku Saku Praktikum; Kebutuhan Dasar Manusia, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. L. Robert, (2003), Evaluasi dan Manajemen Fraktur Phalanx Distal. www.aafp.org/afp Diakses tanggal 11 April 2012. Muttaqin Arif, (2008), Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal, Jakarta, EGC, hal 69-97. Muttaqin Arif, Kumala Sari, (2009), Asuhan Keperawatan Perioperatif; Konsep, Proses dan Aplikasi, Penerbit Salemba Medika, Jakarta, hal 73. Nursalam, (2008), Proses dan Dokumentasi keperawatan, Edisi 2, Penerbit Salemba Medika, Jakarta. Potter & Perry (2005), Buku Ajar Fundamental Keperawatn Konsep, Proses dan Praktik, Vol 1, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta. Potter Patricia A, (2006), Buku ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik, vol 2, Edisi 4, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta, hal 1502. Moeliono, Marina A, (2008), Phisical Modalities in the Management of Pain, http://www.google.co.id/uploads/pain_management.pdf Diakses tanggal 13 April 2012. Prinzon Rizaldy, (2007), breaktrough in management of acute pain, vol 2, no 4, yogyakarta. http://ppublication_uploud071203937713001196646105oktnov2007new.pdf Diakses tanggal 12 April 2012.
Wilkinson. M Judith, (2006), Buku Saku; Diagnosa Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.