Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 1, Maret 2014
STUDI JAJAK PENDAPAT KEBIJAKAN PENDIDIKAN MENENGAH UNIVERSAL*) THE POLLING STUDY OF UNIVERSAL SECONDARY EDUCATION POLICY Subijanto Pusat Penelitian Kebijakan Balitbang Kemdikbud Gedung E Lantai 19, Jalan Jenderal Sudirman,Senayan-Jakarta Pusat e-mail:
[email protected] Naskah diterima tanggal: 27/01/2014; Dikembalikan untuk revisi tanggal: 30/01/2014; Disetujui tanggal: 05/02/2014 Abstrak: Studi jajak pendapat (polling) tentang kebijakan pendidikan menengah universal (PMU) bertujuan untuk memperoleh tanggapan masyarakat terkait dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikan program PMU. Studi dilakukan melalui jajak pendapat (polling) dengan membagikan kuesioner kepada responden. Pemilihan responden ditentukan dengan teknik purposive sampling. Hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa secara umum sebagian besar masyarakat setuju terhadap kebijakan penyelenggaraan PMU dan bersedia membantu penyelenggaraan sosialisasi kebijakan PMU. Kebijakan ini dinilai dapat: a) menanggulangi kesulitan akses bagi setiap anak usia sekolah menengah karena faktor ekonomi, geografi, dan teknologi; b) meningkatkan kesiapan kerja bagi lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK) dan dapat meningkatkan target angka partisipasi kasar (APK) di tingkat nasional/ provinsi/ kabupaten/kota secara bertahap; c) meningkatkan daya saing bangsa, mutu, dan daya tampung peserta didik; d) meningkatkan proporsi jumlah SMA:SMK sesuai potensi dan kebutuhan daerah; e) meningkatkan dukungan anggaran baik Pemerintah Pusat, pemerintah daerah dan masyarakat termasuk DUDI; f) meningkatkan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta fasilitas sarana prasarana sangat diperlukan, sehingga dukungan terhadap model pembelajaran yang relevan dengan kebutuhan siswa dan kebutuhan lapangan kerja dapat terpenuhi. Kata kunci: jajak pendapat, kebijakan, pendidikan menengah universal Abstract: The aims of polling study for universal secondary education is to gather responses from the society concerning on the implementation of universal secondary education policy by the Ministry of Education and Culture (MoEC). The method used in this study is polling and data collection using questionare. Respondents are chosen by using the purposive sampling technique. The result of the study shows that generally most of the stakeholders fully support the universal secondary education policy. This policy is viewed to be able: a) to overcome problems of inaccessible education by each secondary school age children due to economic, gheographic, and technology problems; b) to improve the vocational secondary education graduate readiness to work and to improve the national, regional, and local gross participation rate (APK); c) to improve the nation competitiveness, quality, and students capacity; d) to improve the composition of general secondary school and vocational school in relation with the local needs; e) to increase fully needed financial support from central government, provincial government, and district/ municipality government, societies including enterpreneurships and industries; and f) to improve the quality of teachers and administrators, educational facilities which are fully needed. Thus, the teaching model which are relevant to the studen’s needs and match the needs of industries and enterprices would be met. Keywords: polling study, policy, universal secondary education
*)
Artikel ini merupakan pengembangan dari hasil studi polling yang dilakukan oleh Sekretariat Balitbang, Kemdikbud Tahun 2011
14
Subijanto, Studi Jajak Pendapat Kebijakan Pendidikan Menengah Universal
Pendahuluan
tumbuhan ekonomi dan daya saing bangsa,
Pada tahun ajara n 2013/ 2014 K emente rian
peningkatan kehidupan sosial, politik, serta
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) meng-
kesejahteraan masyarakat (Setditjen Dikmen,
implementasikan kebijakan pendidikan menengah
2013).
universal (PMU). Tepatnya pada tanggal 25 Juni
Pemerintah dalam menetapkan ketuntasan
2013, program tersebut telah di-launching oleh
Wa jib Bela jar 9 Ta hun menggunakan dasar
Mendikbud. Program PMU dimaksudkan agar
pencapa ian angk a pa rtisipasi ka sar (APK ).
semua peserta didik mendapatkan akses layanan
Keberhasilan program tersebut diindikasikan
pendidika n samp ai lul us pendidika n ting kat
dengan telah dicapainya angka partisipasi kasar
menengah, yang mencakup pendidikan umum dan
(APK) nasional sebesar 97% (Arifah, 2013). Hal
kejuruan. Hal ini didukung oleh keberhasilan
ter sebut se suai dengan kete tapa n ka tegori
program wajib belajar (Wajar) Dikdas 9 tahun
tahapan pencapaian ketuntasan Wajib Belajar 9
pada tahun 2011. Sekalipun demikian, program
Tahun, yaitu: a) tuntas pratama, bila APK mencapai
Wajar Dikdas 9 tahun perlu dilanjutkan agar
80% s.d. 84%; 2) tuntas madya, bila APK mencapai
seluruh anak usia pendidikan dasar di Indonesia
85% s.d. 89%; 3) tuntas utama, bila APK mencapai
dapat menyelesaikan pendidikannya sampai SMP
90% s.d. 94%; dan 4) tuntas paripurna, bila APK
atau yang sederajat (Simorangkir, 2013). Dengan
mencapai minimal 95% (Simorangkir, 2013).
adanya program PMU, maka pada tahun 2020
Atas keberhasilan program Wajar Dikdas 9
diharapkan akan tercapai angka partisipasi kasar
tahun, Kem dikbud merasa perlu untuk me-
(APK) 97% di mana masyarakat yang berusia 15-
ningkat kan kual itas pendidi kan bagi War ga
18 tahun, minimal lulus SMA/MA/SMK/MAK, atau
Negara Indonesia (WNI) dari 9 tahun menjadi 12
sederajat (Ditjen. Pendidikan Menengah, 2012).
tahun. Secara logis, keberhasilan program Wajar
Penggunaan istilah Pendidikan Menengah
Dikdas 9 tahun akan berdampak pada: 1) ke-
Universal (PMU) oleh Kemdikbud, dikarenakan
wajiban anak usia 16-18 tahun untuk mengikuti
istilah Wajib Belajar 12 tahun belum memiliki dasar
pendidikan lanjutan setelah lulus SMP/MTs; 2)
hukum yang kuat. Sampai saat ini, Undang-Undang
biaya penyelenggaraan program PMU ditanggung
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
Pemerintah; dan 3) anak usia 16-18 yang tidak
Sistem Pendidikan Nasional tidak mengamanat-
mengikutinya dikenakan sanksi.
kan perlunya Wajib Belajar 12 Tahun. Esensi
Pertimbangan Pemerintah tidak memberla-
penyelenggaraan PMU pada hakikatnya sama
kuk an PMU sebag ai program waj ib b elaj ar
dengan wajib belajar, namun PMU tidak mene-
se baga imana me stinya d ikar enak an k ondi si
rapkan sanksi dan pemaksaaan bagi anak usia
masyara kat Indonesi a ma sih bany ak y ang
16-18 tahun. Untuk mendukung penyelenggaraan
mengalami berbagai kendala, seperti kendala
PMU tersebut, Pemerintah Pusat melalui Undang-
geografis, sarana, sosial ekonomi, kultur dan
Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004
budaya. Dengan demikian, dalam pelaksanaan
Tentang Perimbangan Keuangan antara Peme-
program tersebut tidak diberlakukan adanya
rintah Pusa t da n Pe meri ntah Dae rah, tel ah
hukuman atau sanksi bagi ana k yang t idak
menetapkan Dana Alokasi Khusus (DAK) sebagai
mengikuti program tersebut. Bagi Kemdikbud,
salah satu sumber penerimaan daerah dalam
program PMU merupakan “himbauan”, namun
pelaksanaan desentralisasi pendidikan. Peme-
“sangat disarankan” (sunnah muakadah) bagi
ri ntah Pusat d an p emer inta h da erah dap at
lulusa n SM P/MTs at au yang sede raja t ag ar
menggunakan penyediaan DAK, antara lain untuk
melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan
meningkatkan pelayanan pendidikan menengah
menengah (SMA/MA/SMK/MAK). Kendati sebagai
yang merata, terjangkau, dan berkualitas. Perlu
himbauan, beberapa daerah kabupaten/kota
adanya penyamaan persepsi, pola pikir, dan
telah mengimplementasikan program wajib belajar
tindakan agar pelaksanaan DAK bidang pendidikan
12 tahun, sejalan dengan kebijakan PMU yang
menengah dapat berjalan sesuai dengan tuju-
merupakan implementasi kebijakan otonomi
annya, yai tu untuk meningk atka n kualit as
desentralisasi pendidikan di daerah.
penduduk Indonesia dalam mendukung per-
15
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 1, Maret 2014
Dasar kebijakan Kemdikbud menyelengga-
pendidikan dasar; 2) Pendidikan menengah terdiri
rakan program PMU dilatarbelakangi dengan
atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
pertimbangan: 1) pemberian kesempatan seluas-
menengah kejuruan; 3) Pendidikan menengah
luasnya kepada seluruh Warga Negara Indonesia
ber bent uk sekol ah m enengah atas (SM A),
(WNI) untuk mengikuti pendidikan menengah
mad rasa h al iyah (MA), sekol ah m enengah
yang bermutu; 2) Pemerintah memfasilitasi untuk
kejuruan (SMK), dan madrasah aliyah kejuruan
menampung penduduk usia sekolah menengah;
(MAK), atau bentuk lain yang sederajat (Depdiknas,
3)
2003).
pemb iaya an
d itanggung
be rsam a
ol eh
Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat;
Pendidikan menengah umum diselengga-
dan 4) pemberian sanksi relatif longgar bagi usia
rakan dalam bentuk sekolah menengah atas (SMA)
sekolah menengah yang tidak mengikuti (Ditjen.
atau madrasah aliyah (MA). Pendidikan menengah
Pendidikan Menengah, 2012).
kejuruan diselenggarakan dalam bentuk sekolah
Mengacu
pad a
ur aian
ter sebut,
m aka
menengah kejuruan (SMK) atau madrasah aliyah
permasalahan dirumuskan sebagai berikut: 1)
kejuruan (MAK). Masing-masing jenis pendidikan
Bagaimana tanggapan para pemangku kepen-
tersebut memiliki fungsi umum dan khusus. Fungsi
ting an (stake hol ders) p end idi kan ter had ap
pendidikan menengah umum sebagaimana diatur
penyelenggaraan program PMU tahun ajaran
dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
201 3/2014 ? dan 2) Ke ndala apa saja y ang
Nomor 17 Tahun 2010, Pasal 76 ayat (1), di-
diprediksikan dapat menghambat penyeleng-
nyatakan bahwa pendidikan menengah umum
garaan program PMU?
berfungsi untuk: a) meningkatkan, menghayati
Atas dasar rumusan masalah, penelitian ini
dan mengamalkan nilai-nilai keilmuan, akhlak
bertujuan untuk: 1) memperoleh tanggapan atau
mulia, dan kepribadian luhur; b) meningkatkan,
pendapat para pemangku kepentingan (stake-
menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai inte-
holders) terhadap kebijakan PMU yang diim-
lektual dan cinta tanah air; c) mempelajari ilmu
plementasikan pada tahun ajaran 2013/2014; dan
pengetahuan dan teknologi; d) meningkatkan,
2) mengidentifikasi kendala yang dapat meng-
kepekaan, dan kemampuan mengapresiasi, serta
hambat dalam penyelenggaraan program PMU.
mengekspresikan keindahan, kehalusan, dan harmoni; e) menyalurkan bakat dan kemam-
Kajian Literatur
puannya di bidang olahraga, baik untuk ke-
Pendidikan Menengah Me ngacu
pa da
U ndang-U ndang
sehatan dan kebugaran jasmani; dan f ) meRe publ ik
ningkatkan kesiapan fisik dan mental untuk
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan
Pendidikan Nasional, Pasal 11 ayat (1) dinyatakan
yang lebih tinggi dan/atau hidup mandiri di
bahwa Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
masyarakat.
memberikan layanan dan kemudahan, serta
Selanjutnya, dalam Pasal 76 ayat (2), pen-
menjamin terselenggaranya pendidikan yang
didikan menengah kejuruan berfungsi untuk: a)
ber mutu bag i se tiap war ga negar a ta npa
meningkatkan, menghayati, dan mengamalkan
diskriminasi. Selanjutnya, Pasal 17 ayat (1)
nilai-nilai keilmuan, akhlak mulia, dan kepribadian
pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan
luhur; b) meningkatkan, menghayati dan meng-
yang melandasi jenjang pendidikan menengah,
amalkan nilai-nilai intelektual, dan cinta tanah air;
sedangkan dalam ayat (2) dinyatakan bahwa
c) membekali peserta didik dengan kemampuan
pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD)
ilmu pengetahuan dan teknologi, serta kecakapan
dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain
kejuruan para profesi sesuai dengan kebutuhan
yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama
masyarakat; d) meningkatkan kepekaan dan
(SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau
kem ampuan m enga presiasi ser ta m enge ks-
bentuk lain yang sederajat. Kemudian, Pasal 18
presikan keindahan, kehalusan, dan harmoni; e)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
menyalurkan bakat dan kemampuan di bidang
Tahun 2003 Tentang Sisdiknas disebutkan bahwa:
olahraga, baik untuk kesehatan dan kebugaran
1) Pendidikan menengah merupakan lanjutan
jasmani, dan f) meningkatkan kesiapan fisik dan
16
Subijanto, Studi Jajak Pendapat Kebijakan Pendidikan Menengah Universal
mental untuk hidup mandiri di masyarakat dan/
bagi setiap warga negara Indonesia. Dengan
atau melanjutkan pendidikan ke jenjang pendi-
demikian, sasaran penyelenggaraan PMU yaitu:
dikan tinggi.
1) setiap warga negara Indonesia usia 16 tahun
Adapun tujuan pendidikan menengah se-
sampai dengan 18 tahun yang ingin melanjutkan
bagaimana diamanatkan pada Pasal 77 dimaksud-
ke jenj ang pend idik an m enengah, dan 2)
kan untuk membentuk peserta didik menjadi insan
mempercepat pencapaian Angka Partisipasi Kasar
yang: a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan
(APK) pendidikan menengah menjadi 97% pada
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan berkepri-
tahun 2020.
badian luhur; b) berilmu, cakap, kritis, kreatif, dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan me-
inovatif; c) sehat, mandiri, dan percaya diri; dan
nyatakan bahwa pelaksanaan program PMU saat
d) toleran, peka sosial, demokratis, dan ber-
ini merupakan rintisan wajib belajar 12 tahun. Hal
tanggung jawab (Depdiknas, 2010).
ini dikarenakan sampai saat ini, Wajib Belajar 12
Atas dasar fungsi dan tujuan penyeleng-
tahun tidak diamanatkan dalam Undang-Undang
garaan pendidikan menengah umum dan me-
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang
ne ngah kej urua n da pat disimpulkan bahwa
Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana wajib
keluaran pendidikan menengah umum (SMA)
belajar pendidikan dasar 9 tahun. Berkenaan
diarahkan untuk melanjutkan pendidikan ke
dengan hal itu, Pemerintah akan menyiapkan
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (pendidikan
rancangan untuk amandemen Undang-Undang
akademik). Adapun keluaran pendidikan me-
Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) untuk
nengah kejuruan (SMK) lebih ditekankan pada
melandasi perubahan wajib belajar 9 tahun
kesiapan untuk memasuki dunia kerja tertentu
menjadi wajib belajar 12 tahun (Wulandari, 2013).
sesuai dengan bidang kejuruannya.
Penyelenggarakan PMU pada hakikatnya
Selain untuk memasuki dunia kerja, keluaran
merupakan pendidikan untuk semua (education for
SMK juga dapat melanjutkan pendidikannya ke
all) dan merupakan penyediaan layanan pendi-
jenjang pendidikan yang lebih tinggi (pendidikan
di kan mene ngah yang m erat a, t erja ngka u,
vokasi). Lulusan pendidikan menengah diha-
bermutu, dan berkepastian untuk memperoleh
rapkan pula menjadi insan yang beriman kepada
layanan pendidikan menengah di seluruh wilayah
Tuhan Yang Maha Esa, berk epri badi an d an
Negara Kesatuan Republik Indonesia (BPKLN,
bermartabat, tangguh dalam pemikiran, teguh
2012).
dalam pendirian dan bertanggung jawab, serta
Di samping itu, pendidikan tersebut juga
memiliki kompetensi (akademik atau kejuruan)
merupakan program “preparatif dan antisipatif”
sesuai dengan tuntutan masyarakat atau dunia
untuk menyambut “bonus emas demografi” di
usaha dan dunia industri. Lebih khusus, penye-
masa mendatang. Bonus demografi atau demo-
lenggar aan prog ram PMU diar ahka n untuk
graphic dividend dimaknai sebagai keuntungan
meningkatkan kualitas penduduk Indonesia untuk
ekonomis yang disebabkan oleh menurunnya rasio
mendukung pertumbuhan ekonomi dan daya saing
ketergantungan sebagai hasil proses proporsi
bangsa, kehidupan sosial politik serta kesejah-
umur penduduk muda dan meningkatkan proporsi
teraan masyarakat.
penduduk usia kerja (Adioetomo, 2005). Lebih lanjut, Adioetomo berpendapat bahwa
Pendidikan Menengah Universal (PMU)
perubahan struktur usia penduduk akibat transisi
Yang dimaksud dengan Pendidikan Menengah
demografi jangka panjang berdampak pada: 1)
Universal yang selanjutnya disebut PMU adalah
peningkatan jumlah tenaga kerja yang apabila
program pendidikan yang memberikan layanan
mendapatkan kesempatan kerja yang produktif
seluas-luasnya kepada seluruh warga negara
akan meningkatkan total output; 2) penumpukan
Republik Indonesia untuk mengikuti pendidikan
kekayaan yang lebih besar, apabila ada tabungan
menengah yang bermutu (Permendikbud. No. 80/
masyarakat yang diinvestasikan secara produktif;
2013). Program ini bertujuan untuk memberikan
dan 3) tersedianya human capital yang jumlahnya
layanan, perluasan, dan pemerataan kesempatan
lebih besar (dibandingkan waktu sebelumnya),
memperoleh pendidikan menengah yang bermutu
sehingga manakala ada kebijakan investasi yang
17
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 1, Maret 2014
khusus diarahkan untuk meningkatkan kapasitas
Kedua, program wajib belajar 9 tahun oleh
SDM, maka Indonesia memiliki peluang untuk
Pemerintah telah dinyatakan berhasil. Sebagai
me ncip taka n pe luang te naga ker ja t ingk at
indikator keberhasilan pendidikan, pada tahun
menengah yang tangguh dan berkualitas untuk
2011 ditunjukkan dengan pencapaian angka
mngelola sumber daya alamnya.
partisipasi kasar (APK) SD dan yang sederajat
Hal ini sejalan dengan penegasan Mendikbud
sebesar 115,33%, APK SMP dan yang sederajat
bahwa penyelenggaraan PMU dimaksudkan untuk
sebesar 98,20%, sedangkan APK SM mencapai
memberi kesempatan kepada WNI usia produktif.
70,53%. Data tersebut mengindikasikan bahwa
Diperkirakan pada tahun 2010 sampai dengan
masih banyak lulusan SMP/MTs dan yang se-
tahun 2035, Indonesia akan memperoleh bonus
derajat tidak dapat melanjutkan ke pendidikan
demografi. Hal ini berarti bahwa, sepanjang
menengah (SMA) dan yang sederajat, sebanyak
re ntang ta hun tersebut ter dapa t se juml ah
1.181.844 orang peserta didik (BPS, 2011).
peserta didik usia potensial dan produktif. Pada
Ketiga, pada tahun 2010 tenaga kerja Indo-
periode bonus demografi ini Pemerintah akan
nesia masih didominasi oleh lulusan SD atau tidak
melakukan investasi besar-besaran dalam bidang
tamat SD sebanyak 50,4%; lulusan SMP/MTs
pengembangan sumber daya manusia (SDM)
sebanyak 19,1%; lulusan SMA/MA 14,7% dan 8,2%
sebagai upaya menyiapkan generasi 2045, yaitu
lulusan SMK; lulusan DI, DII, dan DIII mencapai
100 tahun Indonesia merdeka (http://www.
2,8%; dan 4,8% lulusan D4/S1. Lebih lanjut, me-
kemdikbud.go.id).
nurut data proyeksi BPS (dalam Dir.P2MU, 2011),
Kebijakan Pemerintah tersebut merupakan
pada tahun 2025 dengan kebijakan PMU, maka
upaya nyata dalam meningkatkan kualitas SDM
angkatan kerja Indonesia akan didominasi oleh
me lalui ke semp atan ak ses dan peme rata an
lulusan pendidikan menengah atau yang sede-
pendidikan bagi masyarakat. Hal ini sekaligus
rajat sebanyak 40,6%; lulusan SD atau yang se-
sebagai usaha untuk mencapai pendidikan yang
derajat sebesar 20%, lulusan SMP atau yang se-
bermutu, beradab, dan memanusiakan manusia.
derajat sebesar 115,0%; lulusan DI, DII, dan DIII
Dengan meng acu pada pri nsip pendidi kan
sebesar 9% dan lulusan DIV/S1 mencapai 10%.
sepanjang hayat (lifelong education), maka dalam
Keempat, untuk menjawab tantangan per-
pelaksanaan program PMU memperhatikan empat
saingan global yang menuntut semakin pen-
pilar pendidikan, yaitu: 1) learning to know (belajar
tingnya peningkatan kualitas SDM Indonesia
untuk mengetahui); 2) learning to do (belajar
sek urang-kurangnya b erpe ndidi kan mini mal
dengan berbuat), 3) learning to be (belajar menjadi
pendidikan menengah. Data UNDP tahun 2013
seseorang); dan 4) learning to live together with
(Jurnas.Com, 2013). Posisi Indeks Pembangunan
to live others (belajar hidup bersama).
Manusia (IPM) Indonesia berada di peringkat 121
Mengacu pada Grand Design PMU (Dir. P2MU,
dari 185 negara. Namun, rata-rata IPM Indonesia
2011) beberapa alasan mengapa Kemendikbud
masih di bawah rata-rata negara kawasan Asia
menyelenggarakan pendidikan menengah uni-
Timur dan Pasifik yang terdiri atas 15 negara,
ver sal seba gai beri kut. Per tama , Indone sia
yakni 0,683, juga masih di bawah rata-rata IPM
memiliki peluang besar untuk menjadi negara yang
dunia sebesar 0,694, di bawah Vietnam.
memiliki prospek perkembangan perekonomian.
Kelima, diperkirakan program PMU memiliki
Sa lah satu buk ti d ita ndai dengan adanya
korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi,
kekayaan sumber daya alam (SDA) dan jumlah
daya saing, kesehatan, dan pendapatan. Hal ini
penduduknya sebagai modal dasar bagi pening-
didukung oleh hasil penelitian di Amerika yang
katan produktivitas ekonomi. Diperkirakan pada
dilakukan oleh Harvard Dale Jorgenson dkk.
tahun 2010-2030, Indonesia memiliki jumlah
(1987) dalam Dir. P2MU, 2011, dinyatakan bahwa
penduduk usia produktif (working age) semakin
dalam rentang waktu 1948-1979 menunjukkan
besar (bonus demografi), sehingga berimplikasi
adanya pertumbuhan ekonomi yang disebabkan
terhadap kesempatan dan potensi peningkatan
oleh pembentukan modal (capital formation)
produktivitas semakin tinggi.
sebesar 46,31% yang disebabkan adanya pertumbuhan tenaga kerja dan modal manusia, serta
18
Subijanto, Studi Jajak Pendapat Kebijakan Pendidikan Menengah Universal
24 % di seba bkan ole h k emaj uan teknolog i.
Meskipun de miki an, opti mali sasi upa ya
Se lanj utny a, R omer (1 991) mod al m anusia
Kem endi kbud mem beri pel ayanan t erha dap
mer ujuk pad a pe rsedi aan peng etahuan dan
pr ogra m PM U ti dak aka n te rwuj ud a pabi la
keterampilan berproduksi seseorang. Pendidikan
penyelenggaraan program PMU belum dapat
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan
mewujudkan pemenuhan delapan aspek standar
modal manusianya. Semakin tinggi pendidikan
sebagaimana ditetapkan dalam PP Nomor 19
seseorang, diharapkan persediaan modal manu-
Tahun 2005 tantang Standar Nasional Pendidikan
sianya semakin tinggi (Romer, 1991 dalam Dir.
(SNP) dan kurang didukung oleh partisipasi
P2MU, 2011).
seluruh komponen yang bertanggung jawab
Agar penyelenggaraan program PMU sukses,
dalam pendidikan (Depdiknas, 2005).
maka diperlukan beberapa dukungan dari Peme-
Salah satu persoalan pada penyelenggaraan
rintah dan pemenuhan persyaratan, antara lain:
PMU, yaitu tentang pembiayaan. Berdasarkan
1) memiliki sistem penyaluran tenaga kerja usia
peraturan perundang-undangan bahwa pada
produktif yang dikelola secara nasional dalam satu
hakikatnya “tanggung jawab pendidikan meru-
pintu k erja sam a ya ng k ondusif dan sali ng
pakan tanggung jawab bersama antara Peme-
menguntungkan antara Kemendikbud, Kemnaker,
rintah, orang tua, da n masyarakat”. Analog
dan DUD I (t erja di m utua l si mbiosis anta ra
dengan prinsip tersebut, maka tanggung jawab
produsen dan konsumen); 2) mampu menjamin
pembiayaan penyelenggaraan program PMU tidak
se tiap lul usan SMP/MTs te rtam pung dal am
hanya menjadi tanggung jawab Pemerintah,
pendidikan menengah (PMU); 3) mampu mening-
melainkan menjadi tanggung jawab bersama
katkan daya serap tenaga kerja tingkat pen-
antara Pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha/
didikan menengah secara nasional dan merata;
dunia industri (DUDI). Dalam konteks tersebut,
4) mampu meningkatkan kompetensi lulusan pada
perlu dibangun kerja sama yang kuat dan sinergis,
setiap jenis dan jenjang pendidikan serta penga-
sehing ga tercipt a suasana yang saling ber-
kuan sertifikasi kejuruan secara nasional bagi
manfaat (mutual simbiosis) antara Pemerintah dan
calon tenaga kerja (skill passport); dan 5) mampu
masyarakat, termasuk dengan dunia usaha dan
menciptakan penyelenggaraan program PMU
dunia industri (DUDI). Oleh karena itu, penulis
secara efektif dan efisien dalam hal manajerial
berpendapat bahwa Kemendikbud perlu menyu-
serta kualitas lulusan.
sun pa ndua n te ntang b antuan opera sional
Ke depan, implementasi program PMU di-
pr ogra m PM U, k hususny a pe ran orang tua,
harapkan berdampak pada perubahan struktur
masyarakat, dan dunia usaha dan dunia industri.
tenaga kerja Indonesia di masa mendatang.
Pemberian bantuan dana dari perusahaan yang
Struktur kualifikasi pendidikan ketenagakerjaan
dapat dilakukan dalam bentuk CSR (corporate social
akan bergeser secara signifikan, yaitu dari lulusan
responsibility). Diharapkan dalam hal pembiayaan
pendidikan dasar ke pendidikan menengah. Hal
program PMU, Pemerintah dan pemerintah daerah
ini berarti bahwa, struktur tenaga kerja yang saat
dapat konsisten dalam melaksanakannya. Jangan
ini berpendidikan SD/MI; SMP/MTs atau sederajat,
sampai terjadi seperti pembiayaan wajib belajar
bergeser ke sekurang-kurangnya berpendidikan
9 tahun sebagaimana diamanatkan pada Pasal
menengah (SMA/MA/SMK/MAK) atau yang sede-
34 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia
rajat. Dengan kata lain, pencanangan program
Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
PMU yang diimplementasikan mulai tahun ajaran
Nasional, yaitu “Pemerintah dan Pemerintah
2012/2013 merupakan sebuah program yang
Daerah menjamin terselenggaranya wajib belajar
ditujukan untuk perluasan akses masyarakat
minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa
terhadap pendidikan menengah dan akselerasi
memungut biaya. Secara faktual, Pemerintah dan
pencapaian APK pendidikan menengah. Apabila
pe meri ntah dae rah bel um k onsi sten dal am
Kemendikbud tidak menyelenggarakan program
melaksanakan ketentuan sebagaimana diama-
PMU, diperkirakan target pencapaian APK pen-
natkan dalam Pasal 8 Undang-Undang Sisdiknas.
didikan menengah sebesar 97,0% secara nasional baru akan tercapai pada tahun 2040.
Untuk menga rah pada releva nsi lul usan program PMU, maka prinsip-prinsip penyeleng-
19
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 1, Maret 2014
garaan program PMU harus berorientasi pada: 1)
tersebut. Dalam mengimplementasikan program
mutu lulusan dan ketersediaan daya tampung; 2)
tersebut, perlu persiapan yang matang, ter-
perimbangan SMA dibanding SMK sesuai potensi
program, dan berkesinambungan. Berkaitan
dan keb utuhan d aera h ma sing -masing; 3)
dengan hal tersebut, Pemerintah telah meren-
pemerataan distribusi layanan pendidikan mene-
canakan langkah-langkah persiapan pengimple-
ngah untuk menjangkau yang tidak terjangkau;
mentasian program ini terkait dengan sumber
4) peningkatan kebekerjaan (employability) lulusan
daya; masukan (input) jumlah lulusan dari SMP/
(khususnya SMK); dan 5) pencapaian target APK
MTs, kebutuhan dan ketersediaan sumber daya
di tingkat nasional, provinsi, dan kabupaten/kota
(sarana, prasarana, dan tenaga pendidik serta
dapat terwujud secara bertahap (SindoNews.
tenaga kependidikan) yang memadai.
Com, 2013).
Beberapa negara berkembang telah meng-
Lebih lanjut, Mendikbud menegaskan bahwa
implementassikan PMU, misalnya Uganda, yang
luaran (output) keberhasilan program PMU akan
telah menerapkannya sejak tahun 2007. Di
memiliki “daya dorong” yang kuat untuk mening-
negara tersebut, program PMU merupakan tindak
katlan kualitas SDM. Program PMU memerankan
lanjut dari program pendidikan dasar universal
“fungsi penghubung” dalam peningkatan kuali-
dengan tanpa memungut biaya, kebijakan PMU
fikasi SDM dan memiliki relevansi erat, serta
tersebut terbukti memperluas akses pendidikan
menjadi salah satu “penghela” dalam upaya
menengah bagi masyarakat Uganda. Pada tahun
nasional untuk peningkatan Indeks Pembangunan
2000 dalam forum pendidikan dunia di Dakar-
Manusia (IPM) dan Indeks Daya Saing Global (CGI)
Senegal, masyarakat internasional menyatakan
Indonesia. Mendikbud juga menegaskan bahwa
bahwa masih banyak negara yang belum men-
secara nasional program PMU harus menjadi
capai tujuan pendidikan untuk semua (education
“perhatian” dan “hajat” bersama, termasuk dalam
for all) seperti yang ditetapkan pada konferensi
mengimplementasikan program dan keberha-
tersebut. Forum tersebut sepakat untuk mem-
silannya, menjadi tanggungjawab bersama pula,
perpanjang kerangka aksi Dakar melalui komitmen
serta bukan semata-mata menjadi domain instansi
mewujudkan pendidikan untuk semua pada tahun
ya ng m emil iki tuga s da n fungsi pem bina an
2015. Kerangka Aksi Dakar (2000) menetapkan
pendidikan menengah.
tujuan pendidikan yang relevan dan memiliki
Selanjutnya, Muhammad (2012) menam-
implikasi untuk pendidikan menengah, terutama
bahkan bahwa penyelenggaraan PMU memiliki
butir 3 yaitu memastikan kebutuhan belajar
manfaat yang cukup signifikan terhadap keber-
remaja dan orang dewasa terpenuhi melalui akses
hasilan program wajib belajar 9 tahun. Oleh
ya ng a dil terhadap pe mbel ajar an p rogr am
karena adanya wajib belajar, maka dampak
keterampilan hidup (life-skill).
program tersebut memiliki korelasi positif dengan pertumbuhan ekonomi, kesehatan, pendapatan,
Jajak pendapat (polling)
dan daya saing bangsa. Lebih lanjut, pelaksanaan
Kata polling akhir-akhir ini sering kali ditemukan
program PMU akan mendukung pencapaian target
atau didengar melalui berbagai media massa,
Masterplan Percepatan Pengembangan Pemba-
seperti surat kabar, majalah, radio, televisi, dan
ngunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) dan sekaligus
media lainnya. Bahkan dengan semakin berkem-
menjawab tantangan persaingan global yang
bangnya teknologi informasi dan komunnikasi,
membutuhkan sumber daya manusia (SDM)
polling dapat dilakukan melalui internet. Polling
minimal berpendidikan menengah (Arifah, 2013
merupakan metode yang bisa jadi lebih simpel
dalam KOMPAS.com).
daripada metode survei atau jenis penelitian
Memperhatikan disparitas dalam pencapaian
lai nnya . Pe nggunaan pol ling bia sany a er at
APK pendidikan menengah, pada tataran antar-
kaitannya dengan kondisi politik di suatu negara,
berbagai provinsi/kabupaten/kota dan disparitas
terutama sebagai bahan informasi untuk mene-
sumber daya antarprovinsi/kabupaten/kota untuk
tapkan keputusan secara cepat dan tepat. Selain
pencapaian sasaran APK, maka pencanangan
itu, polling juga erat kaitannya dengan urusan
program PMU tidak dapat mengabaikan kondisi
sistem pemerintahan yang demokratis. Pendapat
20
Subijanto, Studi Jajak Pendapat Kebijakan Pendidikan Menengah Universal
masyarakat (public opinion) merupakan sumber
untuk menarik kesimpulan keseluruhan populasi
legitimasi untuk pengambilan keputusan yang
karena hasilnya tidak mewakili seluruh populasi,
dianggap cukup dapat dipertanggungjawabkan
tetapi hanya menggambarkan keinginan res-
secara demokrasi (Mattew Mendelsohn and Jason
ponden yang mempunyai ketertarikan yang kuat
Brent, tanpa tahun dalam Sekretariat Balitbang,
yang secara sukarela berkenan berpartisipasi
2011).
untuk menjawab pertanyaan/pernyataan. Oleh
Eriyanto (1999) berpendapat bahwa polling
karena itu, hasil scientific polling dan unscientific
merupakan suatu penelitian (survei) yang di-
polling seringkali berbeda. Hal ini sangat wajar
gunakan untuk menanyakan pendapat masya-
mengingat perbedaan yang sangat mendasar
rakat mengenai suatu isu atau masalah tertentu.
pada metode penarikan sampel kedua jenis polling
Secara metodologi polling dimaknai sebagai suatu
tersebut.
teknik untuk menyelidiki apa yang sedang di-
Menurut Mendelsohn dan Brent (2004) ada
pikirkan orang terhadap isu/masalah yang sedang
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
atau akan terjadi. Dengan demikian, polling
penyelenggaraan polling, antara lain: 1) Penye-
merupakan metode untuk mengetahui pendapat
lenggara polling harus mempunyai profesionalitas
masyarakat pada umumnya (public opinion).
dan mempunyai kredibilitas, penyelenggaraan
Pendapat umum tersebut terkait dengan apa yang
polling tidak boleh didasari oleh suatu kepentingan
dipikirkan masyarakat dan sebagai pandangan
tertentu (harus netral), sehingga hasil polling
dan/atau perasaan yang sedang berkembang di
dapat dipertanggungjawabkan dan bersifat ilmiah
kalangan masyarakat tentang isu/masalah yang
ser ta l ebih obje ktif; 2) Dala m menentukan
menarik perhatian publik.
populasi dan sampel, peserta polling harus benar-
Dalam menghimpun pendapat masyarakat
benar orang yang berhak untuk mengikuti polling,
mengenai suatu masalah atau isu, pengambilan
karena akan sangat berpengaruh terhadap hasil
sampel dilakukan secara acak, sehingga me-
polling. Agar hasil polling representatif, perlu
mungkinkan setiap unsur dari populasi memiliki
dilakukan kontrol yang ketat pada saat proses
peluang yang sama untuk dipilih sebagai anggota
pelaksanaan polling dan mengusahakan hanya
sampel atau responden. Teknik pengambilan
peserta yang berhak saja yang dapat mengikuti
sampel yang pada umumnya digunakan dalam
polling; 3) Metode penarikan sampel, bagaimana
polling yaitu random sampling yang merupakan
cara mengambil sampel dan dari berapa banyak
teknik penentuan sampel dilakukan secara acak
sampel yang harus diambil sangat menentukan
dan setiap anggota populasi berpeluang untuk
keakuratan hasil dari polling. Peserta polling harus
dipilih (Sekretariat Balitbang Kemdikbud, 2011).
merepresentasikan dari populasi. Oleh karena itu,
Pada umumnya polling dibedakan menjadi dua
pengambilan sampel haruslah secara acak, yaitu
jenis, yaitu scientific polling dan unscientific polling
setiap komponen populasi memiliki peluang yang
(Anonim, 2004 dalam Sekretariat Balitbang, 2011).
sama untuk dipilih. Jumlah peserta polling juga
Lebih lanjut, Scientific polling merupakan polling
harus mencukupi dengan error sekecil mungkin;
yang menggunakan metode pengambilan sampel
4) Sampling error dan non-sampling error. Sampling
yang berpeluang sama, sehingga sampling error-
err or me rupa kan ting kat kesa laha n da lam
nya dapat ditentukan dan margin error dari nilai
melakukan pendugaan untuk mengambil kesim-
dugaannya dapat dihitung serta hasilnya dapat
pulan terhadap keseluruhan populasi. Adapun
ditarik sebagai suatu kesimpulan yang dapat
non-sampling error timbul akibat terjadi kesalahan
digeneralisasikan untuk keseluruhan populasi.
pada saat pelaksanaan polling, seperti susunan
Adapun unscientific polling atau pseudo polls yaitu
pertanyaan/pernyataan yang kurang tepat, terjadi
pengambilan sampel yang tidak berpeluang sama,
kesalahan program Komputer, atau pada saat
dimana responden berpartisipasi secara aktif
pengentrian data, dan juga dapat terjadi karena
dengan memberikan jawaban kepada penye-
human error oleh interviewer pada saat pengam-
lenggara polling, seperti pengiriman melalui pesan
bilan dan pengolahan data; 5) Waktu pelaksanaan
singkat, e-mail, telepon, surat, dan lainnya. Hasil
polling, hasil polling akan sangat dipengaruhi oleh
polling unscientific polling tidak dapat digunakan
waktu pada saat polling dilaksanakan.
21
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 1, Maret 2014
Opi ni y ang terb entuk da ri hasil polli ng
pelaksanaan program PMU. FGD melibatkan
biasanya merupakan isu/masalah yang sedang
pemangku kepentingan strategis yaitu dinas
hangat dan populer di masyarakat pada waktu
pendidi kan prop insi /kab upat en/k ota, pak ar
itu. Opini ini mudah berubah seiring berjalannya
pendidikan, dan pemangku pendidikan lainnya.
waktu, karena terjadi perubahan kondisi dan
FGD dilibatkan beberapa orang dan dipandu oleh
informasi yang cepat berubah. Dengan demikian,
seorang moderator. Untuk mengarahkan FGD
polling sebaiknya dilaksanakan secara berkala
dibuat beberapa variabel kunci yang menjadi fokus
agar perkembangan opini masyarakat mengenai
dari pertanyaan dan mempunyai tujuan tertentu.
suatu isu atau masalah dap at d iikuti d an
Pe nent uan vari abel kunci d idasarka n pa da
dianalisis; serta 6) Laporan polling, bahwa harus
pr iori tas perm asal aha n ya ng m embutuhk an
menginformasikan semua jawaban dari peserta
jawaban lebih mendalam dan sesuai dengan
polling. Selain itu, perlu dikemukakan juga kendala-
tujuan kegiatan. Pertanyaan yang dapat menjadi
kendala yang dihadapi pada saat pelaksanaan
bahan diskusi yang diperkirakan peserta FGD
polling tersebut. Polling yang baik akan meng-
mengetahuinya.
hasilkan hasil sesuai dengan kondisi sebenarnya di masyarakat pada saat tertentu.
Populasi dan Sampel
Pernyataan yang diwujudkan dalam kuesi-
Populasi dalam penelitian ini mencakup seluruh
oner yang diajukan kepada responden dapat
provinsi di Indonesia. Teknik sampling yang
mempengaruhi hasil polling. Suatu isu/perma-
digunakan, yaitu proportioned stratified random
salahan yang ditanyakan menggunakan pernya-
sampling. Penggunaan teknik tersebut dengan
taan berbeda akan memberi hasil yang berbeda.
pertimbangan bahwa populasi memiliki anggota/
Oleh karena itu, pertanyaan/pernyataan
polling
unsur yang tidak homogen dan berstrata secara
perlu divalidasi oleh ahli sebelum diimplemen-
proporsional (Sugiyono, 2008). Responden pene-
tasikan atau diujicoba sebelum pengambilan
litian terdiri atas: guru, kepala sekolah, komite
dat a. Valid asi/ ujicoba inst rume n di lakukan
sekolah, kepala dinas pendidikan kabupaten/kota,
terhadap isi, struktur kalimat, dan format jawaban
dewan pendidikan kabupaten/kota, kepala dinas
yang ditulis dalam instrumen tersebut melalui
pendidikan provinsi, dewan pendidikan provinsi,
pertimbangan ahli (expert judgement). Validasi
dosen, pemerhati pendidikan, dan tokoh masya-
struktur kalimat pertanyaan meliputi: 1) per-
rakat sebanyak 740 responden di 20 lokasi di
tanyaan/pernyataan tidak mengandung makna
Indonesia.
yang bia s; 2) pert anyaa n/per nyata an ti dak mengandung makna yang ganda atau menim-
Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data
bul kan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
pena fsir an y ang berb eda;
dan
3)
pertanyaan/pernyataan mudah dipahami.
menggunakan kuesioner dalam bentuk pengukuran sikap. Untuk mempermudah pelaksanaan
Metode Penelitian
penelitian, dalam penelitian kuantitatif perlu
Dalam pelaksanaan polling ini digunakan metode
disusun instrumen untuk pengumpulan data.
survei, di mana setiap responden diberi kuesioner
Salah satu instrumen yang digunakan untuk
unt uk
te rhad ap
mengukur tanggapan terhadap sebuah perta-
sejumlah pernyataan di 20 provinsi di seluruh
nyaan/pernyataan atau masalah dapat diukur
Indonesia. Selain itu, secara terpisah dilakukan
dengan menggunakan skala Likert.
m embe rika n
pe ndap atny a
diskusi terfokus (Focus Group Discussion). FGD
Dengan Skala Likert, responden menentukan
merupakan metode pengumpulan informasi untuk
tingkat persetujuan terhadap satu pertanyaan/
membahas permasalahan tertentu secara lebih
pernyataan dengan memilih salah satu dari pilihan
mendalam yang melibatkan segenap pemangku
yang tersedia. Pilihan yang digunakan dalam
kepentingan strategis yang dilakukan dalam
polling ini dalam bentuk opsi jawaban: 1) Tidak
bentuk diskusi kelompok dalam rangka mem-
Setuju; 2) Kurang Setuju; 3) Setuju; dan 4) Sangat
peroleh informasi terkait dengan prediksi kendala
Setuju. Skala Likert dilakukan terhadap tanggapan
22
Subijanto, Studi Jajak Pendapat Kebijakan Pendidikan Menengah Universal
“positif” atau “negatif” terhadap suatu perta-
PMU dan perlunya memerlukan pendidik dan
ny aan/ pernyata an
tenaga kependidikan yang bermutu dan ber-
( Sek reta riat
Bal itba ng
Kemdikbud, 2011).
karakter; 14) Keberhasilan penyelenggaraan PMU
Hasil pengumpulan data dengan menggu-
dan perlunya model pembelajaran yang relevan
nakan polling terhadap kebijakan Kemdikbud
de ngan
dalam mengimpl ementasika n program PMU,
lapangan kerja; dan 15) Pembiayaan PMU dan
dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Data
tanggung jawab bersama oleh Pemerintah Pusat,
kuantitatif dianalisis menggunakan tabel distribusi
pemerintah daerah, dan masyarakat.
frekuensi, persentase, diagram lingkaran dan diagram batang.
keb utuhan
siswa
dan
keb utuhan
Hasil olahan data polling terhadap tanggapan para pemangku kep enting an (st akeholde rs) pendidikan sebagai berikut.
Secara rinci setiap
Waktu Pelaksanaan dan Tempat Penelitian
butir pernyataan diungkapkan sebagai berikut.
Studi polling ini dilaksanakan pada bulan Agustus
1.
Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
sampai dengan bulan September 2011 di 20
garaan PMU
provinsi, yang melibatkan responden dari unsur
Hasil polling terhadap pernyataan tersebut
para pemangku kep enting an (st akeholde rs)
menunjukkan hampir semua 97,95% res-
pendidikan.
ponden meny ataka n se tuju. Per nyat aan tersebut mengindikasikan hampir seluruh
Hasil Studi dan Pembahasan
masyarakat menunnjukkan persetujuannya
Pernyataan yang disusun dalam jajak pendapat
terhadap pe rnyataan rencana kebij akan
tentang program PMU terdiri atas 15 pernyataan,
Kemendikbud tentang rencana penyeleng-
yaitu terkait dengan: 1) Dukungan penyeleng-
garaan program PMU tahun ajaran 2012/
garaan program PMU; 2) Kesediaan pemangku
2013.
ke pent inga n
me mbantu
p enye leng gara an
2.
Kesedia an m emba ntu peny elenggar aan
sosialisasi program PMU; 3) Penyelenggaraan PMU
sosialisasi kebijakan PMU
dalam menanggulangi pendidikan yang sulit
Hasil polling terhadap pernyataan terhadap
di akse s
d an
pernyataan tersebut menunjukkan hampir
teknologis; 4) Pe nyelenggaraan PMU d alam
sel uruh 9 8,30% responden m enyata kan
meningkatkan kesiapan kerja bagi lulusan SMK;
setuju. Pernyataan tersebut mengindikasikan
5) Penyelenggaraan PMU dalam meningkatkan
hampir seluruh masyarakat setuju terhadap
target Angka Partisipasi Kasar (APK) di tingkat
kebijakan perlunya Kemendikbud menyeleng-
na sional,
seca ra
garakan sosialisasi program PMU ke seluruh
bertahap; 6) Penyelenggaraan program PMU
wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
se cara
ekonom is,
geog rafi s,
prov insi /kab upat en/k ota
dalam meningkatkan daya saing bangsa; 7)
3.
Penyelenggaraan PMU dapat menanggulangi
Pelaksanaan program PMU terkait dengan mutu
pendidikan yang sulit diakses secara ekonomi,
peserta didik di setiap kelas; 8) Pelaksanaan
geografi, dan teknologi.
program PMU terkait daya tampung peserta didik
Hasil polling terhadap pernyataan penye-
di setiap kelas; 9) Kebijakan penyelenggaran
lenggaraan PMU dapat menanggulangi pen-
program PMU perlu mempertimbangkan
proporsi
didikan yang sulit diakses secara ekonomi,
jumlah SMA:SMK sesuai potensi dan kebutuhan
geografi, dan teknologi menunjukkan 96,20%
daerah; 10) Percepatan PMU perlu didukung
me nyat akan set uju dengan pernyata an
anggaran bantuan operasional sekolah (BOS)
tersebut. Hal ini mengindikasikan bahwa
sekolah menengah; 11) Kebijakan penyeleng-
sebagian besar responden menyetujui PMU
garaan program PMU terkait penyediaan dana
memberikan kemudahan akses pendidikan di
bantuan siswa miskin; 12) Keberhasilan pe-
seluruh wilayah geografi Indonesia.
nyelenggaraan PMU memerlukan peningkatan
4.
Penyelenggaraan PMU dapat meningkatkan
sarana prasarana (laboratarium, rehabilitasi
kesiapan kerja bagi lulusan SMK.
gedung, unit kelas baru (UKB), dan unit sekolah
Hasil polling terhadap pernyataan tersebut
baru (USB); 13) Keberhasilan penyelenggaraan
menunjukkan 9 3,40% responden setuju
23
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 1, Maret 2014
5.
dengan pernyataan “Dukungan terhadap
me nyat akan set uju dengan pernyata an
kebijakan penyelenggaraan PMU”. Berdasar-
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
kan pada lokasi polling, pada umumnya
garaan PMU”. Apabila didasarkan pada lokasi
masyarakat setiap kabupaten/kota memper-
polling, menunjukkan pada umumnya masya-
lihatkan persetujuannya terhadap pernya-
rakat setiap kabupaten/kota memperlihatkan
taan tersebut.
per setujuannya
Penyelenggaraan PMU dapat meningkatkan
tersebut.
7.
10. Percepatan PMU per lu didukung de ngan
nasional, provinsi/kabupaten/kota secara
anggaran bantuan operasional sekolah (BOS)
bertahap.
sekolah menengah
Hasil polling menunjukkan bahwa 97,30%
Hasil polling menunjukkan bahwa 96,80%
me nyat akan set uju dengan pernyata an
me nyat akan set uju dengan pernyata an
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
garaan PMU”. Berdasarkan pada lokasi polling,
garaan PMU”. Apabila didasarkan pada lokasi
menunjukkan bahwa umumnya masyarakat
polling, menunjukkan pada umumnya masya-
se tiap kab upat en/k ota memp erli hatk an
rakat setiap kabupaten/kota memperlihatkan
per setujuannya
per setujuannya
terhadap
per nyat aan
11. Ke bija kan peny elengga raan PMU per lu menyediakan dana bantuan siswa miskin
poll ing
95,4 0%
Hasil polling menunjukkan bahwa 96,80%
me nyat akan set uju dengan pernyata an
me nyat akan set uju dengan pernyata an
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
garaan PMU”. Berdasarkan pada lokasi polling,
garaan PMU”. Apabila didasarkan pada lokasi
menunjukkan umumnya masyarakat setiap
polling, menunjukkan umumnya masyarakat
kabupaten/kota memperlihatkan persetu-
set iap kabupate n/k ota memp erli hatk an
juannya terhadap pernyataan tersebut.
per setujuannya
m enunjuk kan
bahwa
Pelaksanaan PMU perlu mempertimbangkan
terhadap
per nyat aan
tersebut. 12. Keberhasilan penyelenggaraan PMU memer-
Hasil polling menunjukkan bahwa 95,20%
luk an
me nyat akan set uju dengan pernyata an
(laboratarium, rehabilitas gedung, Unit Kelas
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
Baru (UKB), dan Unit Sekolah baru (USB).
garaan PMU”. Berdasarkan pada lokasi polling,
Hasil polling menunjukkan bahwa 96,50%
pada umumnya masyarakat setiap kabu-
me nyat akan set uju dengan pernyata an
paten/kota memperlihatkan persetujuannya
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
terhadap pernyataan tersebut
garaan PMU”. Apabila ditinjau pada lokasi
Pelaksanaan PMU perlu mempertimbangkan
polling, menunjukkan bahwa pada umumnya
daya tampung
masyarakat setiap kabupaten/kota mem-
peserta didik di setiap kelas.
me nyat akan set uju dengan pernyata an
24
per nyat aan
meni ngkatka n daya saing ba ngsa. H asil
Hasil polling menunjukkan bahwa 96,20%
9.
terhadap
tersebut.
Ke bija kan peny elengga raan PMU dap at
mutu peserta didik di setiap kelas.
8.
per nyat aan
target Angka Partisipasi Kasar (APK) di tingkat
tersebut. 6.
terhadap
p eningkat an
pe rlihatka n
sarana
pe rset ujuanny a
pr asar ana
te rhad ap
pernyataan tersebut.
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
13. Keberhasilan penyelenggaraan PMU memer-
garaan PMU”. Berdasarkan pada lokasi polling,
lukan pendidik dan tenaga kependidikan yang
menunjukkan umumnya masyarakat setiap
bermutu dan berkarakter.
kabupaten/kota memperlihatkan persetu-
Hasil polling menunjukkan bahwa 97,80%
juannya terhadap pernyataan tersebut.
me nyat akan set uju dengan pernyata an
Keb ijak an
pe rlu
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
mempertimbangkan proporsi jumlah SMA:
p enye leng gara n
PM U
garaan PMU”. Apabila didasarkan pada lokasi
SMK sesuai potensi dan kebutuhan daerah.
poll ing,
Hasil polling menunjukkan bahwa 96,00%
masyarakat setiap kabupaten/kota memper-
menunjukkan
pad a
umumnya
Subijanto, Studi Jajak Pendapat Kebijakan Pendidikan Menengah Universal
lihatkan persetujuannya terhadap pernya-
perbatasan (3T) sesuai dengan peran Pusat dan
taan tersebut.
masing-masing pemerintah daerah.
14. Keberhasilan penyelenggaraan PMU memer-
Dengan kata lain, hal yang mendesak dan
lukan model pembelajaran yang relevan
perlu mendapat perhatian dalam penanganan
kebutuhan siswa dan kebutuhan lapangan
secara tuntas, antara lain meliputi: ketersediaan
kerja.
dan distribusi guru, mutu dan relevansi, dan
Hasil polling menunjukkan bahwa 97,50%
sarana prasarana yang memadai serta manajerial
me nyat akan set uju dengan pernyata an
penyelenggara program PMU. Seperti halnya di
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
beberapa negara berkembang, ketersediaan guru
garaan PMU”. Apabila didasarkan pada lokasi
menjadi masalah utama karena sebagian besar
polling, menunjukkan pada umumnya masya-
belum memenuhi standar profesi. Masalah lainnya
rakat setiap kabupaten/kota memperlihatkan
seperti faktor kualitas pelayanan dan isu-isu guru,
per setujuannya
dan kebutuhan pelatihan dan jenis pengetahuan/
terhadap
per nyat aan
tersebut.
keterampilan yang diperlukan.
15. Pembiayaan PMU ditanggung bersama oleh
UNESCO m emb erik an respon ter had ap
Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, dan
masalah p enyel enggar aan PMU di beber apa
masyarakat.
Negara berkembang, yaitu dengan menginisiasi
Hasil polling menunjukkan bahwa 94,20%
pendidikan pelatihan guru yang dikelola oleh
me nyat akan set uju dengan pernyata an
pendidikan tinggi. Selanjutnya, kualitas dan
“Dukungan terhadap kebijakan penyeleng-
relevansi pendidikan di mana jenis pendidikan
garaan PMU”.Apabila didasarkan pada lokasi
me mili ki k eter kait an
polling, menunjukkan pada umumnya masya-
kebutuhan ekonomi, sosial, dan kemasyarakatan
rakat setiap kabupaten/kota memperlihatkan
secara individu dan m asyar akat. Kurikulum
per setujuannya
pendidi kan mene ngah har us m ence rminkan
terhadap
per nyat aan
tersebut.
deng an p enga lama n,
hubungan dinamis antara kualitas pendidikan dan ekonomi kreatif/produktif (Jurnas.Com, 2013).
Prediksi Kendala dalam Implementasi
Respon UNESCO sejalan dengan kebijakan
Penyelenggaraan Program PMU
Kemdikbud bahwa untuk penjaminan kualitas
Berdasarkan hasil diskusi secara terfokus (focus
pendidik dan tenaga kependidikan ditangung
group discussion) dapat diidentifikasikan beberapa
jawabi oleh Badan Pengembangan Sumber Daya
komponen yang diprediksikan akan menjadi
Manusia
kendala dan harus diselesaikan dalam pelak-
Penjaminan Mutu Pendidikan (BPSDM-PKPMP)
sanaan
program PMU, antara lain meliputi: 1)
yang berkaitan dengan pendidik dan tenaga
kebutuhan penyelenggaraan program PMU secara
kependidikan pendidikan dasar dan pendidikan
nasional dan pendistribusiannya; 2) penyediaan
me neng ah, dan untuk p endi dik dan tena ga
tempat pembelajaran, seperti pembangunan unit
kependidikan pada perguruan tinggi ditaanggung
gedung baru (UGB) dan rung kelas baru (RKB)
jawabi oleh Direktorat Pendidik dan Tenaga
yang me mada i; 3 ) pe menuhan sara na d an
Kep endi dika n (D ir.PTK) Dire ktorat J ende ral
prasarana pembelajaran; 4) pemenuhan pendidik
Pendidikan Tinggi.
Pendidi kan
dan
Kebudaya an
d an
dan tenaga kependidikan dan pendistribusiannya; 5) kete rsed iaan div ersi kasi kur ikul um; 6)
Pembahasan
pengembangan sistem penjaminan mutu yang
Implementasi program PMU ternyata direspon
tepat guna; 7) pengembangan sistem evaluasi
positif oleh masyarakat di berbgai kabupaten/
yang sesuai dengan potensi peserta didik; 8)
kota, ditemukan kecenderungan bahwa hampir
pembiayaan operasional secara nasional; 9)
semua responden memberikan respon positif
siste m monitoring dan evaluasi yang d apat
terhadap ke lima belas pernyataan tentang PMU.
memberikan umpan balik yang tepat guna; dan
Besar kemungkinan hal tersebut dikarenakan
10) pembangunan infra struktur pendidikan di
butir-butir pernyataan yang disusun mengarah-
wilayah tertinggal, terpencil, dan terdepan/
kan masyarakat pada pernyataan yang positif.
25
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 1, Maret 2014
Pernyataan yang demikian, tidak memberi ke-
St anda r Pe ngel olaa n, Standar Pemb iaya an
sempatan kepada responden untuk memberikan
Pendidikan, dan Standar Penilaian Pendidikan.
pernyataan yang cenderung negatif terhadap pe nyel engg aran
program
PMU .
Pe ndap at
Oleh karena itu, perlu secara terus-menerus bert ahap d an ber kesinam bngan melakukan
responden tersebut cenderung terbatas pada
penataan secara menyeluruh terhadap penye-
opsi-opsi pernyataan yang tersedia. Sekalipun
lenggar aan prog ram PMU. Upa ya t erse but
demikian, arah opsi yang disediakan dinilai telah
dim aksudkan aga r proses pend idik an d an
cukup proporsional terkait aspek-aspek yang
keluarannya dapat memperbaharui diri dalam
diperlukan dalam sebuah rencana pelaksanaan
menghadapi berbagai perubahan yang sedang
program PMU. Walaupun pernyataan tersebut
dan akan terjadi.
telah divalidasi dan diujicobakan secara terbatas,
Keberhasilan program Wajar Dikdas 9 Tahun
namun jawaban/pernyataan responden umumnya
dan implementasi program PMU sementara ini
tidak bervariasi sebagaimana yang diharapkan.
masih ada yang meragukan, Retno Listyarti
Hasil akhir menggambarkan sebuah opini publik
misalnya, mempertanyakan kepada Kemendikbud,
yang dianggap representatif dari sampel. Namun,
bahwa menurutnya, program rintisan PMU saat
dalam realita pelaksanaan program PMU bisa jadi
ini belum layak untuk dimulai pada tahun ajaran
keadaan yang sebenarnya tidak selalu tepat atau
2012/2013. Kemdikbud dinilai masih menyisakan
sama dengan pernyataan. Hal ini disebabkan
‘p eker jaan rum ah’ terk ait deng an p rogr am
banyak aspek yang saling mempengaruhi, lebih-
sebelumnya tentang program wajar 9 tahun yang
lebih jika setiap aspek yang diperlukan untuk
masih belum tuntas. Lebih lanjut, dinyatakan
mendukung sebuah kebijakan tersebut dilakukan
bahwa program PMU hanya mengurangi angka
secara pa rsial. Hal t ersebut suda h menj adi
melek huruf dan angka partisipasi kasar (APK),
kelaziman di mana selalu terjadi gap antara apa
tetapi secara kualitas, pendidikan wajar 9 tahun
yang direncanakan dan apa yang terlaksana (das
masih jauh bila dikatakan berkualitas. Pendidikan
sein vs das solen). Hal ini semestinya sejalan
dasar di Indonesia masih terbengkalai meskipun
de ngan rencana Kem dikb ud b ahwa dal am
Pemerintah telah mengklaim bahwa program
implementasi program PMU dilaksanakan secara
wajar 9 tahun telah tuntas secara kuantitatif
terencana, bertahap, dan berkesinambungan
dengan ditunjukkannya Angka Partisipasi Kasar
serta dilakukan monitoring dan evaluasi sebagai
(APK) mencapai 97 persen.
bahan masukan untuk perbaikan pelaksanaan
Dalam hal pendanaan, tantangan PMU antara
program PMU. Bahkan, dalam mengantisipasi
lain terkait dengan perbaikan jumlah subsidi
ber baga i
seda ng
rintisan bantuan operasional sekolah (BOS) dan
berupaya antara lain akan segera menyiapkan
ke kura ngan,
Ke mdik bud
bantuan khusus murid (BKM) yang diharapkan
rancangan amandemen terhadap UUSPN sebagai
akan terus meningkat sampai batas yang di-
landasan hukum atas perubahan kebijakan wajib
anggap wajar untuk kebutuhan biaya pendidikan
belajar 9 tahun menjadi “wajib belajar’ 12 tahun.
setara SMA/MA/SMK/MAK. Selain itu, konsekuensi
Pengimple-mentasian program PMU merupakan
dari penyelenggaan program PMU berarti harus
penyesuaian pend idikan ter hadap tunt utan-
ada pe nyed iaan da na k husus, pena mbahan
tuntutan yang terus berkembang dalam rangka
tenaga pendidik dan tenaga kependidikan serta
meningkatkan kecerdasan kehidupan bangsa
sarana dan prasarana SMA/MA/SMK/MAK
Indonesia. Dalam kerangka ini pada pelaksa-
bentuk ruang kelas baru (UKB) lengkap dengan
naannya harus mengacu pada kriteria minimal
tenaga pendidiknya.
tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah
dalam
Direktur Jenderal Pendidikan Menengah,
hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Ham id
Kriteria minimal tersebut mengacu pada Standar
memang masih ada kesulitan untuk mewujudkan
Nasional Pendidikan (SNP) yang terdiri atas;
pendidikan wajib belajar 12 tahun, khususnya
Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar
dal am hal k eter bata san angg aran. Di sada ri
Proses, Standar Pendidikan dan Tenaga Ke-
bahwa mutu pendidikan yang berkualitas harus
pendid ikan, Standar Sarana dan Prasa rana,
didukung dengan pembiayaan yang mencukupi.
26
Muhamma d
mengemukaka n
b ahwa
Subijanto, Studi Jajak Pendapat Kebijakan Pendidikan Menengah Universal
Namun demikian, ditegaskan bahwa keterbatasan
Ang gara n pe rlu dise diak an seper ti sekol ah
anggaran tersebut jangan sampai menjadi beban
menengah, perlu ditingkatkan dana bantuan siswa
masyarakat (Sindonews.Com., 2013). Oleh karena
miskin. Peningkatan tenaga pendidik dan tenaga
itu, pembiayaan penyelenggaraan program PMU
kependidikan (khususnya SMK) penyelenggara
harus ditanggung bersama secara sinergi antara
program PMU serta fasilitas sarana prasarana
Pemerintah, orang tua, dan masyarakat, termasuk
juga sangat diperlukan, sehingga dukungan
DUDI.
terhadap m odel pembelajaran ya ng relevan
Apapun yang telah menjadi tekat Kemdikbud untuk menyelenggararakan program PMU harus
de ngan
keb utuhan
siswa
dan
keb utuhan
lapangan kerja dapat terpenuhi.
didukung oleh seluruh komponnen para pemangku
Ked ua, prog ram PMU merupaka n up aya
kepentingan (stakeholders) sesuai dengan peran
Pemerintah untuk meningkatkan kualitas Sumber
dan fungsi masing-masing. Keseriusan Kemdikbud
Daya Manusia (SDM) Indonesia yang unggul dan
dal am m elak sana kan tuga s da n ta nggung
mampu bersaing dalam era globalisasi. Ketiga,
jawabnya perlu diberikan dukungan yang kuat dan
Pemerintah Pusat, pemerintah provinsi/kabu-
apresiasi yang pantas dalam rangka mencer-
paten/kota dan masyarakat serta dunia usaha/
daskan kehidupan bangsa Indonesia. Masyarakat
dunia industri (DUDI) secara bersama-sama perlu
diberi peluang memberi saran/masukan yang
ber pera n
konstruktif sekaligus sebagai fungsi “kontrol”
penyelenggaraan program PMU sesuai dengan
masyarakat terhadap program kerja Kemdikbud,
fungsinya masing-masing. Keempat, keberadaan
sepanjang memberikan solusi untuk pemecahan
program PMU memiliki keterkaitan dengan: a)
masalah bersama. Masyarakat, sudah seharusnya
pemanfaatan bonus demografi Indonesia sebagai
me ning katk an
modal SDM; b) kesinambungan dan konsekuensi
k eped ulia n
da n
me numb uh
se rta
dan
kembangkan rasa memiliki (sense of belonging)
logis keberhasilan Wajar
terhadap pendidikan
pe ncap aian
mencerd aska n
dalam kerangka turut serta
ke hidupan
bang sa
m elal ui
pendidikan yang bermutu.
tar get
berk ontr ibusi
da lam
pendidikan 9 tahun; c)
MP3EI
da n
me njaw ab
tantangan persaingan global yang membutuhkan SDM berpendidikan menengah; d) kontribusi positi f
te rhad ap
k ehid upan
ber sosi al
d an
Simpulan dan Saran
berpolitik; dan e) usia lulusan SMP/MTs dan yang
Simpulan
sederajat masih belum layak bekerja, sehingga
Mengacu pada hasil studi dan pembahasan, dapat
jika tidak sekolah akan memiliki dampak sosial
disimpulkan sebagai berikut. Pertama, hasil polling
yang kurang baik. Kelima, PMU memiliki prinsip-
menunjukkan, bahwa secara umum sebagian
prinsip sebagai berikut: a) mutu yang terjamin
besar masyarakat setuju terhadap kebijakan
(tidak berkurang daya tampungnya); b) per-
penyelenggaraan PMU dan bersedia membantu
im bang an j umla h SM A:SMA, sesuai p otensi
sosialisasi kebijakan PMU. Kebijakan ini dipandang
da erah; c) pem erat aan dist ribusi l ayanan
dapat me nanggulangi p endidikan yang sulit
pendidikan menengah untuk menjangkau yang
diakses secara ekonomi, geografi, dan teknologi
tidak terjangkau; d) meningkatkan kebekerjaan
ol eh setia p anak usia sek olah menenga h.
(employable) lulusan khususnya SMK; dan 5)
Kebijakan ini dapat juga meningkatkan kesiapan
pencapaian target APK tingkat nasional, provinsi,
kerja bagi lulusan SMK dan dapat meningkatkan
kabupaten/kota secara bertahap (70,53% ke 97%
target Angka Partisipasi Kasar (APK) di tingkat
pada tahun 2020. Keenam, dasar penyeleng-
nasional/provinsi/kabupaten/kota secara ber-
garaan PMU, yaitu pendidikan untuk semua
tahap. Masy arak at m enil ai b ahwa dengan
(education for all) yang pada hakikatnya meru-
kebijakan ini bisa memperhatikan aspek daya
pakan penyelenggaraan pendidikan menengah
saing bangsa, mutu, dan daya tampung peserta
yang merata, terjangkau, bermutu, dan ber-
didik. Menurut para pemangku kepe ntingan
ke past ian memp erol eh laya nan pend idik an
pendidikan bahwa dukungan anggaran, baik
menengah di seluruh wilayah NKRI. Ketujuh, PMU
Pemerintah Pusat, pemerintah daerah maupun
bukan merupakan wajib belajar (tidak mene-
masyarakat, termasuk DUDI mutlak diperlukan.
rapkan sanksi), namun merupakan himbauan yang
27
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 20, Nomor 1, Maret 2014
sangat disarankan dengan pertimbangan karena
3) pe rencanaan dan penye diaan pend anaan
kondisi masyarakat Indonesia masih banyak yang
khusus PMU melalui perencanaan terpadu pada
mengalami berbagai kendala (geografis, sarana,
setiap dinas pendidikan provinsi/kabupaten/kota
sosial ekonomi, kultur dan budaya).
sesuai dengan kebutuhan masing-masing dan pembagian pendanaan yang ditetapkan secara
Saran
proporsional antara Pemerintah Pusat, peme-
Program penyele ngga raan PMU tid ak a kan
rintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota dan
berhasil jika tidak dilakukan kerja sama antar-
masyarakat; 4) peningkatan proporsi jumlah
ber baga i pi hak y ang berk epent inga n da lam
SMA:SMK
pendidikan. Dengan kerjasama semua pihak,
benar-benar mempertimbangkan potensi dan
setiap unsur pemangku kepentingan (stake-
kebutuhan daerah masing-masing; 5) Pemerintah
holders) memiliki tanggungjawab masing-masing
pe rlu memb erik an a presiasi ber upa hadi ah
sesuai dengan peran secara proporsional. Hal ini
(reward) kepada pemerintah daerah yang dinilai
didukung oleh peraturan perundang-undangan
berhasil melaksanakan program PMU; 6) Balitbang
bahwa pendidikan merupakan tanggung jawab
bekerjasama dengan BSNP perlu menyiapkan
bersa ma antara Pemerintah, orang tua dan
kurikulum yang berdiversivikasi dan SOP UN bagi
masyarakat.
SMA/SMK yang telah menyelenggarakan pem-
di setiap provinsi/kabupaten/kota agar
Keberhasilan dalam pelaksanaan program
belajaran dengan program PMU; 7) Sekalipun
PMU perlu didukung dengan: 1) pemenuhan kebu-
penyelenggaraan program PMU saat ini bukan
tuhan guru, terutama guru SMK dengan cara alih
wajib belajar, namun para pemangku kepentingan
fungsi guru yang ada dan guru kejuruan dan
pe ndid ikan diharap kan deng an sanga t ag ar
pemberian tugas “pengampuan” mata pelajaran
mendukung sepenuhnya dalam berbagai aspek
yang se rump un m aupun mul tysubject ;
kebutuhan
2)
penyelenggaraan program tersebut,
pemberdayaan P4TK untuk mengurangi keku-
sehingg a pr ogra m te rseb ut b erha sil sesuai
rangan guru SMK Rumpun Teknologi dan Pertanian
dengan rencana Pemerintah.
serta sistem distribusi guru, khususnya guru SMK;
Pustaka Acuan Adioetomo, Setyo Sri Moertiningsih. 2005. Bonus Geografi: Menjelaskan Hubungan Antara Pertumbuhan Penduduk dengan Pertumbuhan Ekonomi. Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam BIdang Ekonomi Kependudukan pada fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta, 30 April 2005 Badan Pusat Statistik. 2011. Pencapaian Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Menengah, Jakarta. Biro Perencanaan dan Kerjasama Luar Negeri. 2012. Bahan Masukan Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2013, Setjen Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2010, Tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Jakarta. Direktorat Jenderal Pendidikan Menengah. 2012. Grand Design Pendidikan Menengah Universal, Jakarta.
28
Subijanto, Studi Jajak Pendapat Kebijakan Pendidikan Menengah Universal
Eriyanto, 1999. Metodologi Polling: Memberdayakan Suara Rakyat, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Jurnas.com. 2013. IPM Indonesia Naik Peringkat. 19 Maret 2013 http://www.jurnas.com/news/ 85371/IPM-Indonesia-Naik-Peringkat-2013/1/Sosial-Budaya/Humaniora diakses
tanggal 31
Juni 2013. Mendelsohn, M. dan Brent, J. 2004. Understanding Polling Methodology dalam www.isuma.net/ v02n03/ mendelsohn/mendlesohn_e.pdf. diakses 17 Maret 2011. Muhammad, Hamid. 2013. PMU, Upaya Menampung Semua Penduduk Usia Sekolah. Kompas.Com. 14 Oktober 2013. http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/14/0930079/ PMU.Upaya.Menampung.Semua.Penduduk.Usia.Sekolah, diakses tanggal 3 November 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 80 Tahun 2013 Tentang Pendidikan Menengah Umum. Sekretariat Balitbang Kemdikbud, 2011. Desain Studi Polling, Badan Penelitian dan Pengembangan, Jakarta. Simorangkir, Sonti. Permasalahan Mutu dalam Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.
19 Pebruari,
2013. http://sontiesraoctavia.blogspot.com/2013/02/permasalahan-mutu-dalam-wajibbelajar.html, diakses tanggal 25 September 2013. Sindonews.com. 2013. Pendidikan Menengah Universal Untuk Menggapai Indonesia Emas. SindoNews.Com, 11 Desember 2013 http://nasional.sindonews.com/read/2013/12/11/94/ 815789/pendidikan-universal-untuk-menggapai-indonesia-emas, diakses stanggal 24 Desember 2013 Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung: CV Alfabeta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Wulandari, Susi. 2013. Wajib Belajar 12 Tahun. Haluankepri.com, 7 Pebruari, 2013. http:// www.haluankepri.com/opini-/41790-wajib-belajar-12-tahun.html,
diakses tanggal 25 Januari
2014.
29