Herry Widyastono, Muatan Pendidikan Holistik dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
MUATAN PENDIDIKAN HOLISTIK DALAM KURIKULUM PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH (HOLISTIC EDUCATION IN THE CURRICULUM OF THE BASIC AND SECONDARY EDUCATION) Herry Widyastono Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdikbud e-mail:
[email protected] Diterima tanggal: 29/10/2012, Dikembalikan untuk revisi: 3/11/2012, Disetujui tanggal: 3/12/2012 Abstrak: Pendidikan holistik merupakan pendidikan yang mengembangkan seluruh potensi siswa secara harmonis, meliputi potensi intelektual, emosional, phisik, sosial, estetika, dan spiritual. Kajian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang ada tidaknya muatan pendidikan holistik dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Selain itu juga memberikan gambaran tentang implementasi pendidikan holistik dalam pembelajaran di pendidikan dasar dan menengah. Permasalahan dirumuskan sebagai berikut: 1) Apakah kurikulum pendidikan dasar dan menengah sudah memuat pendidikan holistik? 2) Bila sudah, bagaimana implementasi pendidikan holistik dalam pembelajaran? Kajian menyimpulkan bahwa: 1) Dokumen kurikulum pendidikan dasar dan menengah pada hakikatnya sudah memuat pendidikan holistik, karena prinsip, acuan, dan prosedur pengembangan kurikulum sejalan dengan pengertian, tujuan, dan prinsip pendidikan holistik; 2) Pendidikan holistik belum diimplementasikan secara komprehensif dalam pembelajaran. Dalam rangka mengimplementasikan pendidikan holistik dalam pembelajaran, direkomendasikan agar guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak hanya mengembangkan ranah pengetahuan, melainkan juga ranah keterampilan dan sikap, melalui pendekatan belajar siswa aktif. Kata kunci: pendidikan holistik, kurikulum, pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
Abstract: Holistic education is the education which develops all students potentials in harmony comprises intellectual, emotional, physical, social, esthetic, and spiritual potentials. This article is aimed at describing on whether or not there is the degree of holistic approach in education, particularly for the basic and secondary education. In addition, this describes its implementation at the schools within the basic and secondary education. The problems are formulated as follows 1) whether the basic and secondary education has already been regarded as holistic education?, 2) if yes, how its implementation at the schools concerned. This concludes that: 1) the basic and secondary curriculums have, in principle, been as holistic ones because its principles, reference, and procedure to develop the curriculum are in line with the definition, objective, and the principles which support to it. 2) The holistic education is not yet implemented comprehensively at the schools. In terms of its implementation it is, therefore, advisable that all teachers, while teaching in the classroom, should give the students to have ample opportunities to develop not only their cognitive domain, but their psychomotor and affective ones through active learning. Keywords: holistic education, curriculum, cognitive, psychomotor, and affective.
467
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
Pendahuluan
Jabodetabek, Medan, Bandung, Surabaya, dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
Makasar, masih berkisar 47,54% remaja yang
merupakan negara yang sangat unik. Dari segi
melakukan hubungan seks sebelum menikah.
sosial budaya, merupakan negara multisosial-
Selanjutnya, hasil penelitian di Yogyakarta
kultural. Hal ini terlihat dari banyaknya suku
tahun 2010 (BKKBN, 2010), dari 1.160 mahasiswa,
bangsa, etnik, adat istiadat, agama, bahasa, dan
sekitar 37 % mengalami kehamil an sebelum
budaya. Secara geografis, NKRI juga tergolong
menikah. Selain itu, data tentang penyalahgunaan
sebagai negara kepulauan paling luas di dunia,
narkoba menunjukkan bahwa dari 3,2 juta jiwa
dengan jumlah tidak kurang 17.000 pulau besar
yang ketagihan narkoba, 78% adalah remaja.
dan kecil, dan jumlah penduduk sekitar 240 juta
Meskipun demikian, masih ada pelajar yang
jiwa, terdiri atas 300 suku yang menggunakan
patut dibanggakan, yang mengharumkan nama
hampir 200 bahasa (daerah) yang berbeda. Selain
bangsa Indonesia, seperti mereka yang telah
itu, juga penganut agama yang plural, seperti:
menjuarai olimpiade sains, baik di tingkat nasional
Islam, Katholik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha,
maupun internasional. Bahkan, pelajar Indonesia
Khonghucu,
ali ran
menjadi juara umum dalam International Con-
kepercayaan lainnya (Wahab, dalam Musfah (Ed.),
ference of Young Scientists (ICYS) atau Konferensi
2012)).
Internasional Ilmuwan Muda se-Dunia yang diikuti
sert a
be rbag ai m acam
Keragaman ini merupakan aset yang potensial menimbulkan berbagai macam persoalan, seperti: pr emanisme , ta wura n a ntar sisw a - anta rma hasi swa
-
Korupsi, kolusi, dan nepotisme meski gencar diberantas dengan dibentuknya Komite Pembe-
kemiskinan, kekerasan, separatisme, perusakan
rantasan Korupsi (KPK) tetapi juga masih saja
lingkungan, korupsi, kolusi dan nepotisme, serta
ter jadi di sega la l apisan, baik di lemb aga
aneka tindakan amoral lainnya.
eksekutif, lembaga legislatif, maupun lembaga
antarsiswa ,
konfli k
tanggal 12–17 April 2010 (Judiani, 2010).
politi k,
Ta wura n
antarw arga ,
ratusan pelajar SMA dari 19 negara di Bali pada
a ntar maha sisw a,
yudikatif. Bahkan akhir-akhir ini kita dikagetkan
antarwarga belum lama menjadi berita yang
dengan berita adanya kong-kalingkong antara
mengagetkan kita semua. Antara siswa SMAN X
oknum p ejab at d i ke ment eria n da n ok num
dan SMAN Y yang letaknya berdampingan di
anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Jakarta Selatan telah mengakibatkan terbunuh-
Andaikan semua elemen bangsa ini masih
nya salah seorang siswa di antaranya. Demikian
menjadikan kejujuran sebagai spirit dan etika
pula, tawuran anta rma hasi swa calon guru
dal am m enja lank an t ugas dan per anannya
sekampus di Makassar yang telah mengakibatkan
masing-masing, niscaya tidak perlu dibentuk
terbunuhnya dua orang calon guru di antara
berbagai lembaga pengawasan yang berlapis-
mereka. Seolah-olah nyawa manusia sudah tidak
lapis, seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK),
ada nilainya. Demikian pula tawuran antarwarga
Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
sering sekali kita lihat di berbagai media massa.
(BPKP), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),
Selain itu, tindakan amoral semakin merisaukan
Bad an Penga wasa n Da erah (Ba wasd a), dan
kita semua. Dalam situs Badan Kependudukan
lembaga lainnya (Munip, 2009).
dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2008) ter ungk ap
hasil
sur vei
tahun
20 08
Terdapat banyak faktor yang menyebabkan
y ang
terjadinya gejala-gejala di atas, dan terdapat
mengejutkan, sehingga rasanya sulit dipercaya.
banyak faktor pula yang dapat menekan atau
Sebanyak
mem inim alisirny a, satu di a ntar anya yai tu
63% persen remaja di Indonesia usia
SM P da n SM A sudah mela kuka n hubung an
penyelenggaraan pendidikan holistik.
sesksual di luar nikah, 21% di antaranya melaku-
Sehubungan dengan hal-hal di atas, maka
kan aborsi. Persentase remaja yang melakukan
permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai
hubung an seksual p ranikah ini mengala mi
berikut: 1) apakah kurikulum pendidikan dasar dan
peningkatan jika dibandingkan dengan tahun-
menengah sudah memuat pendidikan holistik?;
tahun sebelumnya. Berdasar data penelitian pada
2) bila sudah, bagaimana implementasi pen-
ta hun 2005 -200 6 di kot a-kota b esar mul ai
didikan holistik dalam pembelajaran?
468
Herry Widyastono, Muatan Pendidikan Holistik dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
Tujuan penulisan artikel ini untuk memberikan ga mbar an
t enta ng
a da
t idak nya
sebagai makhluk sempurna (reverence), yang
muat an
kemudian diberi sebutan 3R yang merupakan
pendidikan holistik dalam kurikulum pendidikan
akronim dari Relationship, Responsibility, dan
dasar dan menengah. Selain itu juga memberikan
Reverence; bukan 3R yang dikenal dengan writing,
gambaran t entang implementasi pendidikan
reading, dan arithmetic (membaca, menulis,
holistik dalam pembelajaran di pendidikan dasar
berhitung).
dan menengah.
Miller, dkk., (2005) merumuskan bahwa pendidi kan holi stik ada lah pend idik an y ang
Kajian Literatur dan Pembahasan
mengembangkan seluruh potensi siswa secara
Pendidikan Holistik
harmonis (t erpadu dan seimbang) , meliputi
Pendidikan holistik merupakan filsafat pendidikan
potensi int elektual (int ellectua l), emosional
yang berangkat dari pemikiran bahwa pada
(emotional), phisik (physical), sosial (sosial),
dasarnya seorang individu dapat menemukan
estetika (aesthetic), dan spiritual. Masing-masing
identitias, makna, dan tujuan hidup melalui
potensi hendaknya dikembangkan secara harmo-
hubungannya dengan masyarakat, lingkungan
nis. Jangan sampai terjadi kemampuan intelek-
alam, dan nilai-nilai spiritual.
tualnya berkembang jauh melebihi sikap dan
Pendidikan holistik sebetulnya bukan hal yang
keterampilannya. Manusia yang mampu mengem-
baru. Beberapa tokoh perintis pendidikan holistik,
bangkan seluruh potensinya merupakan manusia
di antaranya (Martin, 2002): Jean Rousseau, Ralph
yang holistik, yaitu manusia pembelajar sejati
Waldo Emerson, Henry Thoreau, Bronson Alcott,
yang selalu menyadari bahwa dirinya merupakan
Johann Pestalozzi, Friedrich Froebel, dan Francisco
bagian dari sebuah sistem kehidupan yang luas,
Ferrer.
sehingga selalu ingin memberikan kontribusi positif
Pendukungnya yaitu: Rudolf Steiner, Maria
Montessori, Francis Parker, John Dewey, John
dan terbaik kepada lingkungannya.
Caldwell Holt, George Dennison Kieran Egan,
Tujuan pendidikan holistik adalah membantu
Howard Gardner, Jiddu Krishnamurti, Carl Jung,
mengembangkan potensi individu dalam suasana
Abraham Maslow, Carl Rogers, Paul Goodman,
pembelajaran yang lebih menyenangkan dan
Ivan Illich, dan Paulo Freire. Pemikiran dan
menggairahkan, demokratis, dan humanis melalui
gagasan inti dari para perintis pendidikan holistik
pe ngal aman
sempat tenggelam sampai dengan terjadinya
lingkungannya. Melalui pendidikan holistik, siswa
loncatan paradigm kultural pada tahun 1960-an.
diharapkan dapat menjadi dirinya sendiri (learning
Memasuki tahun 1970-an mulai ada gerakan untuk
to be), dalam arti dapat memperoleh kebebasan
menggal i
k alangan
psikologis, mengambil keputusan yang baik, dan
penganut aliran holistik. Kemajuan yang signifikan
belajar melalui cara yang sesuai dengan dirinya.
ke mbal i
ga gasa n
da ri
dal am
b erintera ksi
deng an
terjadi ketika dilaksanakan konferensi pertama
Prinsip pendidikan holistik, yaitu: 1) berpusat
pendidikan holistik yang diselenggarakan oleh
pada Tuhan yang menciptakan dan menjaga
Universitas California pada bulan Juli 1979,
kehidupan; 2) pendidikan untuk transformasi; 3)
dengan menghadirkan The Mandala Society dan The
berkaitan dengan pengembangan individu secara
National Center for the Exploration of Human
ut uh d i da lam masy ara kat; 4) meng harg ai
Potential.
keunikan dan kreativitas individu dan masyarakat
Ena m ta hun kemudian, pa ra p enga nut
yang didasarkan pada kesalinghubungannya; 5)
pendidikan holistik mulai memperkenalkan tentang
memungkinan partisipasi aktif di masyarakat; 6)
dasar pendidikan holistik, yaitu interaksi atau
memperkukuh spiritualitas sebagai inti hidup dan
hubungan antara individu dengan lingkungannya
sekaligus pusat pendidikan; 7) mengajukan
(relation), tanggung jawab untuk menciptrakan
se buah pra ksis mengeta hui, mengaja r, d an
dan menj aga hubunga n yang harm onis dan
belajar; 8) berhubungan dan berinteraksi dengan
sinergis dengan alam semesta (responsibility),
pendekatan dan perspektif yang berbeda-beda
upaya menjaga keseimbangan dengan tetap
(Schreiner et. al., 2010).
mengedepankan aspek normatif dan sarat nilai
Selanjutnya, Miller, dkk. (2005) mengemu-
yang merupakan suatu kehormatan bagi manusia
ka kan prinsip peny elenggar aan pend idik an
469
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
holistik, yaitu: 1) keterhubungan (connectedness);
yang telah berpengalaman dan menyenangkan.
2) keterbukaan (inclusion); dan (3) keseimbangan
Sekolah hendaknya menjadi tempat siswa dan
(balance). Keterhubungan, dimaksudkan bahwa
guru bekerja guna mencapai tujuan yang saling
pe ndid ikan hendaknya sela lu d ihub ungk an
menguntungkan. Komunikasi yang terbuka dan
dengan ling kung an f isik , li ngkungan ala m,
jujur sangat penting, perbedaan individu dihargai
lingkungan sosi al, dan ling kung an b uday a.
dan kerja sama (kooperatif) lebih utama dari pada
Keterbukaan, dimaksudkan bahwa pendidikan
persaingan (kompetitif).
hendaknya m enja ngka u se mua anak tanpa kecuali. Semua anak pada hakikatnya berhak
Kurikulum
memperoleh pendidikan. Keseimbangan, dimak-
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
sudkan bahwa pendidikan hendaknya mampu
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
mengembangkan ranah pengetahuan, sikap, dan
pembelajaran agar siswa secara aktif mengem-
ket eram pila n
Terma suk
bangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
intele ktua l,
spiritual keagamaan, pengendalian diri, ke-
sei mbang
se cara
da lam
sei mbang.
kema mpua n
emosional, phisik, sosial, estetika, dan spiritual.
pri badi an, kece rdasan, akhl ak m ulia , se rta
Pendidikan holistik dapat dilihat dalam tiga
keterampilan yang diperlukan dirinya, masya-
kesatuan dimensi yang utuh dan tidak boleh
rakat, bangsa, dan Negara. Untuk mewujudkan
dipisahkan, karena antara yang satu dengan
hal tersebut perlu disusun kurikulum. Dalam
lainnya saling berkaitan. Ketiga dimensi tersebut
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
yaitu: 1) dimensi isi; 2) dimensi insentif; dan 3)
Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003)
dimensi interaksi (Illeris, 2007). Dimensi isi
dijelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat
be rkai tan deng an p enge tahuan, sika p, d an
rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi,
keterampilan. Pendidikan hendaknya mampu
dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
me mber ikan pengeta huan, si kap, sek alig us
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
keterampilan sesuai dengan apa yang dibutuhkan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikian
siswa dan masyarakat. Dimensi insentif berkaitan
tertentu. Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa
dengan motivasi, emosi, dan kemauan. Pendidikan
kurikulum pend idik an dasa r da n me neng ah
hendaknya memperhatikan kondisi psikhologis
dikembangkan sesuai dengan relevansinya oleh
siswa. Dimensi interaksi berkaitan dengan aksi,
setiap kelompok atau satuan pendidikan dan
komunikasi, dan kerja sama. Proses pendidikan
komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi
akan efektif apabila terjadi aksi, komunikasi, dan
dan supervisi di nas pendid ikan atau kantor
kerjasama antara pendidik dan siswa.
Dep arte men Agam a Ka bupa ten/ Kota unt uk
Untuk mengimplementasikan pendidikan
pendidikan dasar dan Propinsi untuk pendidikan
holistik, karakteristik pendidik holistik antara lain
menengah, berdasarkan Standar Kompetensi
(Rinke, dalam Miller, at.al., 2005) yaitu: 1) Pendidik
Lulusan dan Standar Isi dan berpedoman pada
holistik mengembangkan keragaman strategi
Panduan
Penyusunan KTSP.
pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa;
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2) Pendidik holistik mem bantu siswa untuk
20 05 t enta ng Stand ar N asional Pend idik an
mengembangkan potensinya; 3) Pendidik holistik
(Depdiknas, 2005) dinyatakan bahwa kurikulum
menyusun lingkungan pembelajaran yang dapat
operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan
mengembangkan seluruh potensi siswa; dan
di masing-masing satuan pendidikan disebut
4)
Pendidik holistik mengimplmentasikan strategi
de ngan
penilaian yang beragam.
Pendidikan (KTSP). KTSP terdiri atas tujuan
ist ilah
Kur ikulum
Ting kat
Satuan
Dalam pendidikan holistik, peran dan otoritas
pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur
guru untuk memimpin dan mengontrol kegiatan
dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan,
pembelajaran hanya sedikit dan guru lebih banyak
kalender pendidikan, dan silabus, serta rencana
berperan sebagai sahabat, mentor, dan fasilitator.
pelaksanaan pembelajaran (RPP). Penyusunan
Forbes and Robin (2004) mengibaratkan peran
tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan,
guru seperti seorang teman dalam perjalanan
struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan
470
Herry Widyastono, Muatan Pendidikan Holistik dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
pendidikan, serta kalender pendidikan yang
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
ber tang gung
sat uan
neg ara ya ng de mokrat is ser ta be rtangg ung
pendidikan; sedangkan silabus dan RPP yang
jaw ab,
yait u
ke pala
jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan
menyusun para guru, yang dapat dilakukan secara
ter sebut pe ngem bang an k ompe tensi si swa
berkelompok atau secara perseorangan.
disesuaikan dengan potensi, perkembangan,
Penyusunan KTSP mengacu pada tujuan
kebutuhan, dan kepentingan siswa serta tuntutan
pendidikan nasional dan tujuan masing-masing
lingkungan. Memiliki posisi sentral berarti kegiatan
jenjang pendidikan. Mengacu pada Undang-
pembelajaran berpusat pada siswa.
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pe ndid ikan
Nasiona l,
Pendi dika n
Na sional
Beragam dan terpadu. Kurikulum dikembangkan
dengan
memp erha tika n
ke raga man
bertujuan untuk berkembangnya potensi siswa
karakteristik siswa, kondisi daerah, jenjang dan
aga r me njad i ma nusi a ya ng b erim an d an
jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta
jender. Kurikulum meliputi substansi komponen
bertanggung jawab. Selanjutnya, pendidikan
muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
da sar bert ujua n me mba ngun landasa n ba gi
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun
berkembangnya potensi siswa agar menjadi
dalam keterkaitan dan kesinambungan yang
manusia yang: 1) beriman dan bertakwa kepada
bermakna dan tepat antarsubstansi.
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, dan
Tanggap ter hada p pe rkem bang an i lmu
berkepribadian luhur; 2) berilmu, cakap, kritis,
pengetahuan, teknologi dan seni. Kurikulum
kreatif, dan inovatif; 3) sehat, mandiri, dan
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu
per caya dir i; d an 4 ) tolera n, p eka sosi al,
peng etahuan, teknologi d an seni yang ber-
demokratis, dan bertanggung jawab. Adapun
kembang secara dinamis. Oleh karena itu, se-
pendidikan menengah bertujuan membentuk
mangat dan isi kurikulum memberikan pengalaman
siswa m enja di insan yang : 1) beri man dan
belajar siswa untuk mengikuti dan memanfaatkan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
mulia, dan berkepribadian luhur; 2) berilmu, cakap,
seni.
kritis, kreatif, dan inovatif; 3) sehat, mandiri, dan
Re leva n de ngan keb utuhan kehi dupa n.
per caya dir i; d an 4 ) tolera n, p eka sosi al,
Pengembang an kurikulum dilakukan dengan
demokratis, dan bertanggung jawab (Depdiknas,
melibatkan pemangku kepentingan ( stakeholders)
2003).
untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-
kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya
prinsip sebagai berikut: 1) Berpusat pada potensi,
kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan
dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan
si swa dan ling kung annya; 2) Berag am d an
keterampilan pribadi, keterampilan berpikir,
terpadu; 3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu
keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan
pengetahuan, teknologi dan seni; 4) Relevan
keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
dengan kebutuhan kehidupan; 5) Menyeluruh dan
Menyeluruh dan berkesinambungan. Sub-
berkesinambungan; 6) Belajar sepanjang hayat;
stansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
kepentingan daerah (BSNP, 2006).
pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
Be rpusat p ada pote nsi, per kemb anga n, kebutuhan, dan kepentingan siswa dan ling-
berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
kungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan
Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarah-
prinsip bahwa siswa memiliki posisi sentral untuk
kan pada proses pengembangan, pembudayaan,
mengembangkan kompetensinya agar menjadi
dan pemberdayaan siswa agar mampu dan mau
manusia yang beriman dan bertakwa kepada
bel ajar y ang be rlangsung sepanja ng hay at.
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
471
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan
ter isti k li ngkungan. Ma sing -masing daer ah
informal dengan memperhatikan kondisi dan
memerlukan pendidikan sesuai dengan karak-
tuntutan lingkungan yang selalu berkembang
teristik daerah dan pengalaman hidup sehari-hari.
serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
Ol eh k arena it u, k uri kulum ha rus memuat
Seimbang antara kepentingan nasional dan
keragaman tersebut untuk menghasilkan lulusan
kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan
yang relevan dengan kebutuhan pengembangan
dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
daerah.
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan
Tuntutan pembangunan daerah dan nasional.
be rmasyara kat, ber bang sa, dan bernegar a.
Dalam era otonomi dan desentralisasi untuk
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah
mew ujud kan pend idik an y ang otonom d an
harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan
demokratis perlu memperhatikan keragaman dan
dengan mott o Bhinek a Tungga l Ik a da lam
mendorong partisipasi masyarakat dengan tetap
kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
mengedepankan wawasan nasional. Untuk itu,
(NKRI).
keduanya harus ditampung secara berimbang dan
Selanjutnya, dijelaskan pula bahwa acuan
saling mengisi.
operasional penyususnan KTSP sebagai berikut:
Tuntutan dunia kerja. Kegiatan pembelajaran
1) Peningkatan iman dan takwa serta akhlak
harus dapat mendukung tumbuh kembangnya
mulia; 2)
Peningkatan potensi, kecerdasan, dan
pribadi siswa yang berjiwa kewirausahaan dan
minat sesuai dengan tingkat perkembangan dan
mempunyai kecakapan hidup. Oleh sebab itu,
kemampuan siswa; 3)
Keragaman potensi dan
kurikulum perlu memuat kecakapan hidup untuk
karakteristik daerah dan lingkungan; 4) Tuntutan
membekali siswa memasuki dunia kerja. Hal ini
pembangunan daerah dan nasional; 5) Tuntutan
sangat penting terutama bagi satuan pendidikan
dunia kerja; 6) Perkembangan ilmu pengetahuan,
kejuruan dan siswa yang tidak melanjutkan ke
teknologi, dan seni; 7) Agama; 8) Dinamika
jenjang yang lebih tinggi.
perkembangan global; 9) nilai-nilai kebangsaan; 10)
Persatuan nasional dan
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi,
Kondisi sosial budaya
dan seni. Pendidikan perlu mengantisipasi dampak
masyarakat setempat; 11) Kesetaraan jender;
global yang membawa masyaraka t berbasis
dan 12) Karakteristik satuan pendidikan (BSNP,
pengetahuan di mana Ipteks sangat berperan
2006).
sebagai penggerak utama perubahan. Pendidikan
Peningkatan iman dan takwa serta akhlak
harus terus menerus melakukan adaptasi dan
mulia. Keimanan dan ketakwaan serta akhlak
penyesuaian perkembangan Ipteks, sehingga
mulia menjadi dasar pembentukan kepribadian
tetap relevan dan kontekstual dengan perubahan.
siswa secara utuh. Kurikulum disusun agar sejauh
Oleh karena itu, kurikulum harus dikembangkan
mungkin semua mata pelajaran dapat menunjang
secara berkala dan berkesinambungan sejalan
peningkatan iman dan takwa serta akhlak mulia.
dengan perk emba ngan Ilm u pe nget ahua n,
Peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat
teknologi, dan seni.
sesuai deng an t ingk at p erke mbangan dan
Agama. Kurikulum harus dikembangkan untuk
kemampuan siswa. Pendidikan merupakan proses
mendukung peningkatan iman dan taqwa serta
sistematik untuk meningkatkan martabat manusia
akhlak mulia dengan tetap memelihara toleransi
secara holistik yang memungkinkan potensi diri
dan kerukunan umat beragama. Oleh karena itu,
(sikap, pengetahuan, psikomotor) berkembang
muatan kurikulum semua mata pelajaran harus
secara optimal. Sejalan dengan itu, kurikulum
ikut mendukung peningkatan iman, taqwa, dan
disusun dengan memperhatikan potensi, tingkat
akhlak mulia.
perkembangan, minat, kecerdasan intelektual,
Dinamika perkembangan global. Pendidikan
emosional dan sosial, spritual, dan kinestetik
ha rus mencipta kan kema ndir ian, bai k pa da
siswa.
individu maupun bangsa, yang sangat penting
Keragaman potensi dan karakteristik daerah
dalam dinamika perkembangan global di mana
da n li ngkungan. Da erah mem ilik i potensi,
pasar bebas sangat berpengaruh pada semua
kebutuhan, tantangan, dan keragaman karak-
aspek kehi dupa n se mua bangsa. Per gaul an
472
Herry Widyastono, Muatan Pendidikan Holistik dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
antarbangsa yang semakin dekat memerlukan
Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses
individu yang mandiri dan mampu bersaing serta
pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan
me mpunyai kema mpua n untuk hidup be r-
secara intera ktif, inspiratif, menyenangkan,
dampingan dengan suku dan bangsa lain.
menantang, memotivasi siswa untuk berpar-
Persatuan nasional dan nilai-nilai kebang-
tisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
saan. Pendidikan diarahkan untuk membangun
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
karakter dan wawasan kebangsaan siswa yang
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta
menjadi landasan penting bagi upaya memelihara
psikologis siswa. Kegiatan inti menggunakan
persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka
metode yang disesuaikan dengan karakteristik
NKRI. Kurikulum harus dapat mendorong ber-
siswa dan mata pelajaran, yang dapat meliputi
kembangnya wawasan dan sikap kebangsaan
proses: 1) eksplorasi, 2) elaborasi, dan 3) kon-
serta persatuan nasional untuk memperkuat
firmasi, dengan menggunakan pendekatan belajar
keutuhan bangsa dalam wilayah NKRI. Muatan
siswa a ktif, gur u se baga i fa silit ator. Da lam
kek hasa n
kegiatan eksplorasi, guru: a) melibatkan siswa
da erah
har us
d ilak ukan
secara
proporsional.
mencari informasi yang luas dan dalam tentang
Kondisi sosial budaya masyarakat setempat,
topik/tema materi yang akan dipelajari dengan
bahwa kurikulum harus dikembangkan dengan
menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan
mem perhatik an k arak teri stik sosial buda ya
belajar dari aneka sumber; b) menggunakan
masyarakat setempat dan menunjang pelestarian
ber agam pendeka tan pemb elaj aran, me dia
keragaman budaya. Penghayatan dan apresiasi
pembelajaran, dan sumber belajar lain; c) mem-
pada budaya setempat harus terlebih dahulu
fasilitasi terjadinya interaksi antarsiswa serta
ditumbuhkan sebelum mempelajari budaya dari
antara sisw a dengan guru, lingk ungan, dan
daerah dan bangsa lain. Sedangkan kesetaraan
sumber belajar lainnya; d) melibatkan siswa
jender, bahwa kurikulum harus diarahkan kepada
secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran;
terciptanya pendidikan yang berkeadilan dan
dan e) memfasilitasi siswa melakukan percobaan
mendukung upaya kesetaraan jender. Selan-
di laboratorium, studio, atau lapangan. Dalam
jutnya, karakteristik satuan pendidikan, bahwa
kegiatan elaborasi, guru: a) membiasakan siswa
kurikulum harus dikembangkan sesuai dengan visi,
membaca dan menulis yang beragam melalui
mi si, tujuan, kond isi, da n ci ri k has satuan
tugas-tugas tertentuyang bermakna; b) mem-
pendidikan.
fasilitasi siswa melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru
Pelaksanaan Pembelajaran
baik secara lisan maupun tertulis; c) memberi
Pelaksanaan pembelajaran merupakan imple-
ke semp atan
mentasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran
menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa
mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan
ra sa t akut ; d) mem fasi lita si siswa dal am
Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; e) mem-
Pr oses unt uk Satua n Pe ndid ikan Dasar d an
fasilitasi siswa berkompetisi secara sehat untuk
Menengah (Depdiknas, 2007), yang langkah-
meningkatkan prestasi belajar; f) memfasilitasi
langkahnya meliputi: 1) kegiatan pendahuluan,
siswa membuat laporan eksplorasi yang dilakukan
2) kegiatan inti, dan 3) kegiatan penutup.
baik lisan maupun tertulis, secara individual
unt uk
b erpi kir,
mengana lisi s,
Dalam kegiatan pendahuluan, guru: a) me-
maupun kelompok; g) memfasilitasi siswa untuk
nyiapkan siswa secara psikis dan fisik untuk
me nyaj ikan hasil k erja ind ivid ual maup un
mengikuti proses pembelajaran; b) mengajukan
kelompok; h) memfasilitasi siswa melakukan
per tany aan- pert anya an
meng aitk an
pameran, turnamen, festival, serta produk yang
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang
y ang
dihasilkan; i) memfasilitasi siswa melakukan
akan dipelajari; c) menjelaskan tujuan pem-
kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan
belajaran atau kompetensi dasar yang akan
ra sa p erca ya
dicapai; dan d) menyampaikan cakupan materi dan
konfirmasi, guru: a) memberikan umpan balik
penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
d iri
sisw a.
D alam
ke giat an
473
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan
memiliki informasi baru tentang pengetahuan,
siswa; b) memberikan konfirmasi terhadap hasil
da pat bela jar mula i da ri: 1) m enge tahui;
eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai
2) memahami; 3) menerapkan; 4) menganalisis;
sumber; c) memfasilitasi siswa melakukan refleksi
5) mensintesis; dan 6) mengevaluasi. Untuk
untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah
memiliki keterampilan, dapat belajar melalui:
dilakukan; d) memfasilitasi siswa untuk mem-
1) mengamati; 2) menanya; 3) mencoba; 4) meng-
per oleh pengala man yang ber makna da lam
olah; 5) menyajikan; 6) menalar; dan 7) mencipta.
mencapai kompetensi dasar: (1) berfungsi sebagai
Untuk memiliki sikap, dapat belajar melalui:
narasumber dan fasilitator dalam menjawab
1) menerima; 2) menanggapi; 3) menghargai;
pertanyaan siswa yang menghadapi kesulitan,
4) menghayati; dan 5) mengamalkan (Bloom,
dengan menggunakan bahasa yang baku dan
1956). Selanjutnya, setelah siswa memperoleh
benar; (2) membantu menyelesaikan masalah;
inform asi baru, ba ik b erup a pe nget ahua n,
(3) memberi acuan agar siswa dapat melakukan
keterampilan, maupun sikap, yang kemungkinan
pe ngecekan hasil e kspl orasi; ( 4) m embe ri
berbeda antara siswa yang satu dengan yang
informasi untuk bereksplorasi lebih jauh; dan
lain, atau berbeda antara kelompok yang satu
(5) memberikan motivasi kepada siswa yang
dengan yang lain, kemudian perlu penegasan
kurang atau belum berpartisipasi aktif.
(konfirmasi) yang difasilitasi oleh guru. c) Kegiatan
Dalam kegiatan penutup, guru: a) bersama-
penutup, berupa evaluasi formatif untuk mengukur
sama dengan siswa dan/atau sendiri membuat
daya serap siswa. Yang sudah tuntas dapat
rangkuman/simpulan pelajaran; b) melakukan
dilanjutkan dengan mempelajari kompetensi
penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan
berikutnya, sedangkan yang belum tuntas perlu
yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan
dilakukan remedial teaching terlebih dulu sebelum
terprogram; c) memberikan umpan balik terhadap
melanjutkan kompetensi berikutnya.
proses dan hasil pembelajaran; d) merencanakan
Namun, dalam pelaksanaannya di satuan
kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran
pendidikan sering menyimpang. Guru cenderung
remedi, program pengayaan, layanan konseling
hanya m enge mbangkan ranah p enge tahuan
dan/atau memberikan tugas baik tugas individual
semata-mata dengan cara memberi tahu siswa,
maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar
bukan
siswa; dan e) menyampaikan rencana pem-
mengembangkan ranah sikap dan keterampilan.
belajaran pada pertemuan berikutnya.
Hal ini terbukti karena para guru ketika ditanya
sisw a
ya ng
m enca ri
t ahu;
bel um
Berdasar uraian tentang pengertian, tujuan,
gradasi ranah pengetahuan, pada umumnya
dan prinsip pendidikan holistik serta berbagai
mam pu m enja wab, yak ni: 1) p enge tahuan,
ketentuan mengenai penyusunan kurikulum serta
2) pem aham an, 3) p ener apan, 4) ana lisi s,
pelaksanaan pembelajaran di atas, maka dapat
5) sintesis, dan 6) evaluasi, yang dapat diartikan
disim pulkan bahwa: 1) Dokumen kuri kulum
ba hwa
pendidikan dasar dan menengah pada hakikatnya
implementasikannya dalam pembelajaran. Tetapi,
sud ah
d an
ketika ditanya t entang gra dasi ranah kete-
2) Impl ementasi pendidi kan holi stik dal am
rampilan dan sikap, tidak satupun guru mampu
pe mbel ajar an d apat dil akuk an d enga n ca ra
me njel aska nnya . Da pat disimpulkan bahwa
menggunakan pendekatan belajar siswa aktif,
pendidikan holistik belum diimplementasikan
yang
b erup a:
se cara kom prehensi f d alam pem bela jara n.
a) Kegiatan pendahuluan, yang tujuannya agar
Pem bela jara n ba ru m enge mbangkan ranah
siswa siap secara fisik dan mental untuk mencari
pengetahuan, belum mengembangkan ranah
inform asi baru, bi sa b erup a pe nget ahua n,
keterampilan dan ranah sikap siswa.
m emua t
pe ndid ikan
la ngka h-la ngka hnya
hol isti k;
dap at
pada umumnya
guru t elah
meng-
keterampilan, maupun sikap; b) Kegiatan inti,
Padahal pengembangan ranah keterampilan
berupa siswa melakukan eksplorasi dan elaborasi.
dan sikap tidak kalah pentingnya dibanding ranah
Siswa
buk an
pengetahuan. Pengembangan ranah pengeta-
diberitahu oleh guru tetapi mencari tahu dari
huan siswa diharapkan menjadi pribadi yang
berbagai sumber belajar yang relevan. Untuk
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
474
m empe role h
inform asi
baru
Herry Widyastono, Muatan Pendidikan Holistik dalam Kurikulum Pendidikan Dasar dan Menengah
budaya yang berwawasan kemanusiaan, ke-
Saran
bangsaan, kenegaraan, dan peradaban. Sedang-
Be rdasar simpulan di atas, da lam rang ka
kan pengembangan ranah keterampilan siswa
implementasi pendidikan holistik, disarankan agar
diharapkan menjadi pribadi yang berkemampuan
guru dalam melaksanakan pembelajaran tidak
pikir dan tindak yang efekif dan kreatif dalam
hanya m enge mbangkan ranah p enge tahuan
rana h abstr ak dan konkre t. Demi kian p ula,
semata-mata, melainkan juga mengembangkan
pengembangan ranah sikap siswa diharapkan
ranah keterampilan dan sikap, melalui pendekatan
menjadi pribadi yang beriman, berakhlak mulia,
bel ajar siswa a ktif. La ngka h-la ngka h pe m-
pe rcay a di ri, dan bert angung j awab dal am
belajaran siswa aktif
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
pendahuluan, yang tujuannya agar siswa siap
sosial , al am sekit ar, ser ta d unia dan pera-
secara fisik dan mental untuk mencari informasi
dabannya (Kemdikbud, 2012).
baru, bisa berupa sikap, keterampilan, maupun
Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan seluruh potensi
dapat berupa: a) Kegiatan
pengetahuan; b) Kegiatan inti, berupa siswa
siswa secara harmonis
melakukan eksplorasi, elaborasi, dilanjutkan
(t erpa du d an seimb ang) , me liputi p otensi
konfirmasi. Siswa memperoleh informasi baru
intelektual, emosional, phisik, sosial, estetika, dan
bukan diberitahu oleh guru tetapi mencari tahu
spiritual, menjadi perilaku nyata dalam kehidupan
dari berbagai sumber belajar yang relevan.
sehari-hari. Masing-masing potensi hendaknya
Pengemb anga n
dikembangkan secara harmonis. Jangan sampai
dibiasakan belajar mulai dari: 1) mengetahui,
terjadi kemampuan intelektualnya berkembang
2) memahami, 3) menerapkan, 4) menganalisis,
jauh melebihi kemampuan aspek lainnya. Manusia
5) mensinte sis, 6) meng eval uasi , se hing ga
yang mampu mengembangkan seluruh poten-
menjadi pribadi yang menguasai ilmu pegetahuan,
sinya merupakan manusia yang holistik, yaitu
te knol ogi, seni, b uda ya y ang berw awasan
manusia pembelajar sejati yang selalu menyadari
kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan
bahwa dirinya adalah bagian dari sebuah sistem
peradaban. Pengembangan ranah keterampilan,
kehidupa n yang lua s, sehingga sela lu ingin
siswa dibiasakan belajar mulai dari: 1) mengamati,
memberikan kontribusi positif dan terbaik kepada
2) menanya, 3) mencoba, 4) mengolah, 5) menyaji,
lingkungannya.
6) menalar, dan 7) mencipta sehinga menjadi
ra nah
peng etahuan,
siswa
pribadi yang berkemampuan pikir dan tindak yang Simpulan dan Saran
efekif dan kreatif da lam ranah abstrak dan
Simpulan
konkret. Peng embangan ranah sika p, si swa
Berdasar pembahasan di atas, dapat disimpulkan
dibiasakan belajar mulai dari: 1) menerima,
bahwa: 1) Dokumen kurikulum pendidikan dasar
2) menanggapi, 3) menghargai, 4) menghayati,
dan menengah pada hakikatnya sudah memuat
dan 5) mengamalkan sehinga menjadi pribadi
pendidikan holistik, karena prinsip, acuan, dan
yang beriman, berakhlak mulkia, percaya diri, dan
pr osed ur p enge mbangan kur ikul um sejal an
bertangung jawab dalam berinteraksi secara
de ngan
p rinsip
efektif dengan lingkungan sosial, alam sekitar,
pe nger tian,
pendidikan holistik;
t ujua n,
d an
2) Pendidikan holistik belum
serta dunia dan peradabannya; c) Kegiatan
diimplementasikan secara komprehensif dalam
Penutup, berupa evaluasi formatif untuk mengukur
pembelajaran. Pembelajaran pada umumnya baru
daya serap siswa. Yang sudah tuntas dapat
mengembangkan ranah pengetahuan, belum
dilanjutkan dengan mempelajari kompetensi
mengembangkan ranah keterampilan dan ranah
berikutnya, sedangkan yang belum tuntas perlu
sikap siswa.
dilakukan remedial teaching terlebih dulu sebelum melanjutkan kompetensi berikutnya.
475
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 18, Nomor 4, Desember 2012
Pustaka Acuan Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2008. 63 Persen Remaja Berhubungan Seks di Luar Nikah. http://dunia.pelajar-islam.or.id/dunia.pii/arsip/63-persenremaja-berhubungan-seks-di-luar-nikah. Diunduh 30 Januari 2011. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2010. 51 Persen Remaja Jabodetabek Tidak Perawan. Hileud.com. Minggu 28 November 2010. Diunduh 30 Januari 2011. Bloom, Benyamin S. 1956. Taxonomy of Educational Objectives: The Classification of Educational Goals, Handbook I Cognitive Domain. New York: Longman Inc. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2012. Bahan Uji Publik Kurikulum 2013. Jakarta. Forbes, Schott H., and Robin Ann Martin. 2004. What Holistik Education Claims About Itself: An Analysis of Holistik Schools’ Literature: Paper presented at the American Education Research Association Annual Conference. San Diego, California, April 2004. Illeris, Knud. 2007. How We Learn: Learning and Non-Learning in School and Beyond. London and New York: Routledge. Judiani, Sri. 2010. Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar melalui Penguatan Pelaksanaan Kurikulum. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 16 Edisi Khusus III, Oktober 2010. Martin, Robin Ann. 2002. Alternatives in Education: An Exploration of Learner-Centered, Progrssive, and Holistik Education. Paper Presented at the Annual Meeting of the American Educational Research Association. New Orleans: L.A. April 1-5. Miller, John P., Selia Karsten, Diana Denton, Deborah Orr, Isabella Colalillo Kates. 2005. Holistik Learning and Spirituality in Education: Breaking New Ground. New York: State University of New York Press. Munip, Abdul. 2009, Reinventing Nilai-nilai Islam Mengenai Peranan Guru dalam Pendidikan Karakter. http://www.scribd.com/doc/12991475/ Guru Dalam Pendidikan Karakter. Diunduh 30/1/2011. Musfah, Jejen (Ed.).
2012. “Pendidikan Islam Holistik Berbasis Nilai dalam Perspektif Sirah Nabi”.
Pendidikan Holistik Pendekatan Lintas Perspektif. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group. Schreiner, Peter., J. Hare., Robert V. Kail. 2010. Holistik Education Resource Book: Learning and Teaching in an Ecumenical Context. New York: Waxmann Munster.
476