1 616.9 Ind p Pedmn Pelksnn Kewspdn Universl di Pelynn Kesehtn Ind p jlddim-j... Deprtemen Kesehtn Republik Indnesi nl Pemberntsn Penyklt Menulr dn Pe...
Departemen Kesehatan Republik Indonesia nl Pemberantasan Penyaklt Menular dan Penyehatan Ungkungan CatakanW
2010
I
It It
i\·U I ' . •
DE*,:
:.
K. r. K.J.:.::>W:iA r A r<. .
.
T ;,
It
616.9 Ind p
It It It It It
• •
• • • • • • • • • • • • • • • • • • •e e
. 1
I
e..
•
J'
Pedoman Pelaksanaan
anan Kesehatan
K e w a s p a d a a n U n i v e r s a l
.............................
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Dif-eirtorat lenderal Pemberantasan Penyaklt Menular dan P.enyehatan Ungkungan Cetakan III
Pelay
2010
• • • • • • •
• •
•
Katalog Dalam Terbltan. Departemen
616.9 Ind
I D
Kesehatan RI
• • • • • • • • •
L i n g k u n g a n P e d o m a n p e la ks a n a a n ke w a sp a d a a n u n iv e rs a l d i p e la ya n a n k e s e h a ta n .
-- Jakarta : Departemen
p 1. Judul
•
Kesehatan, 2005
1. CROSS INfECTION
2. INfeCTION
CONTROL
• • • •
• •
D
• • •• • • • • • • • •• • •
•• • • •• • •
• • • • • •
Kata Pengantar Prosedur
untuk
menanggulangi
penularan penyakit di rumah sakit (Hospital Acquired infections = HAl) yang dikenal sebagai Kewaspadaan Universal (Universal Precautions) telah banyak dikaji ulang akhir-akhir ini. mengingat bahwa telah berjangkit banyak penyakit yang ditularkan lewat darah (blood bom diseases) seperti misalnya AIDS, hepatitis-B. hepatitis-C. Demikian pula halnya telah berkembang berbagai alat medis baru dan perkernbangan rnasalah tanggung jawab petugas kesehatan ierhadap mfeksi yang terjadi disarana kesehatan. Penyusunan modul pelatihan Kewaspadaan Universal rnerupakan bagian dari upaya melaksanakan pendidikan pelatihan serta diseminasi infcrrnasi mengenai pengcndalian infeksi untuk tenaga kesehatan, institu si mau pun masyarakat. Upaya tersebut merupakan tugas pokok Rumah Sakit Penyakii !nfeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso di .Jakarta, sebagai pusat rujukan nasional dalam Penatalaksanaan penderita penyakit menuJar dan infeksi lamnya. Untuk maksud tersebut Rumah Sakit penyakit lnfeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso telah mengadopsi dan berupaya menerapkan pelaksanaan Kewaspadaan Universal sebagai bagian penting dan upaya pelayanan kesehatan. Berbagai bagian terlibat dalam penerapan Kewaspadaan Universal, antara lain bagian pelatihan yang telah merencanakan pelatihan para petugas kesehatan agar mereka dapat menerapkan Kewaspadaan Universal dalam pelaksanaan tugasnya, disamping itu pemantauan terhadap keterarnpilan dan kepatuhan para petugas perlu dilaksanakan terus .uenerus serta penyediaan sarana penunjang berupa penyediaan bah an dan alat kesehatan perlu diperhatikan. Sebagai langkah pertarna dalam penerapan Kewaspadaan universal adaJah penyediaan perangkat lunaknya yang berupa buku pedoman yang memadai. Untuk itu Rumah Sakit Penyakit infeksi Prof. Dr. Sulianti Saroso Lelah menugaskan Tim Penyusun untuk menyusun buku pecloman tersebut. Tim terse but telah berhasil menyusun Buku Pedoman yang antara lain berisi kurikulum dan penjelasan dalam bentuk yang pari puma, dengan menekankan segi praktek sehari-hari. Dalarn membantu pelaksanaan tugas pokok para dokter dan paramedis, Buku Pedoman tersebut telah disusun sedemikian rupa sehingga mudah dipelajari dan dimengerti. Semoga buku ini bermanfaat dalarn upaya pengendalian khususnya infeksi yang terjadi di Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta,
infeksi
Oescmber 2001 Editor
t
Direktur
Sambutan Jenderal Pemberantasan Penyakit Dan Penyehatan Lingkungan
Menular
Penyakit infeksi dan penyakil menular masih merupakan masaJah kesehatan di Indonesia. Infeksi terjadi karena adanya interaksi antara mikroorganisme dcngan tubuh yang rentan. Pada umumnya di Indonesia pasien yang datang ke rumah sakit sudah dalam keadaan lemah atau parah. Oleh karena itu seringkali diperlukan tindakan 'invasive' dan tindakan medis ini dapat memudahkan masuknya Mikroorganisme penyebab infeksi ke dalam tubuh pasien. Keadaan ini akan semakin memperparah penyakit yang diderita dan bahkan dapat menyebabkan kernatian. lnfeksi silang (infeksi Nosokomial) dapat terjadi melalui penularan dan pasien kepada petugas, dari pasien ke pasien yang lain, dari pasien kepada pengunjung atau keluarga maupun perugas kepada pasien, melalui kontak langsung ataupun melalui peralatan atau bahan yang sudah terkontaminasi dengan darah ataupun cairan tubuh lainnya. Selain menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortaJitas, Infeksi Nosokomial juga menyebabkan kerugian lain balk bagi pihak pasien maupun pihak rumah sakit. Pengendalian infeksi nosokomial rnendapat perhatian khusus di sarana kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada pasien melalui usaha yang disebut Kewaspadaan Universal (Universal Precaution), Apalagi dengan mcrebaknya epidemi HIV I AIDS dan hepatitis B, usaha pengendalian infeksi nosokomial semakin penting. Upaya pencegahan ini melibatkan semua unsur, mulai dari unsur pimpinan sampai kepada staf. Peran pimpinan yang diharapkan adalah menyiapkan sistern, sarana dan prasarana penunjang lainnya di sarana kesehatan. Sedangkan peran staf adalah sebagai pelaksana langsung daJam upaya pencegahan terjadinya infeksi silang terse but harus memenuhi prosedur tetap yang telah ditentukan. . Keberhasilan pengendalian infeksi nosokomial sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan perilaku perugas kesehatan. Sehingga perlu dilakukan penekanan dalam upaya pencegahan penularan untuk merubah perilaku petugas dalam memberikan pelayanan. Salah satu strategi yang sudah terbukti bermanfaat dalam merubah perilaku petugas adalah dengan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan melalui pelatihan petugas. Sehingga perlu adanya penyediaan sarana penunjang untuk rneningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas seperti buku pedoman (S.oP) pelaksanaan kewaspadaan universal di sarru:a kesehatan serta birnbingan dan monitoring.
•• •
•
• • • • • • •
F Achmadi 130520334
II
• •
•
• • • • • • • • It
• • • • • • • • • • • • •
Daftar lsi KATA PENGANTAR
1
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN I'ENYEIIA TAN LINGKU 'GAN ,
n
DAFTAR lSI OAFTAR TABEL
III
UAFTAR GAMBAR
VI
DAFTAR PROSEDUR
VII
DAFTAR KONTRIBUTOR
•
VIII
DArrAH ISTILAH DAN SINGKATAN 1. PENDAHULUAN
IX I
1.1.
SEJARAH PERKEMBANGAN KEWASPADAAN UNIVf.R$AL ...............................•...
I
1.2.
ALASAN DA$AR PENERAPAN KEWA$PADIIAN UNIVERSAL
3
1.3. IA.
KEBIJAKAN DEPARTEMEN KESt;HATAN
RI
5
KEII'ASPADAAN UNIVERSAL SEBAGAI BMiiAN DARI UPAYA PENc.;I;ND.~UAN INFEKSI
(PIN) DI SARANA KESEHATAN
Peron Pimpinan do/am Pengendalian lrfeks! Peron Tenaga Kesehatan do/am Pengendalian lnfeksi Peron Pasien dan Keluarganya dalam Pengendalian lnfeksi
2. 3.
5 6 6 6
TUJUAN DAN SASARAN BUKU I'EDOMAN
8
KEWASPADAAN UNIVERSAL
9
3.1.
9
3.2.
3.3.
cuel TANGAN Indikasi Cuci Tongan Sarana Cuci Tongan
10
ALIIT PELINDUNG
17
Jcnis-Jenis Alat Pelindung lndikasi Pemakaian A/at Pellndung
17 17
PENGELOLAAN
10
ALA'!' KGSUI-IATAN
3.5.
28
29
Dekontaminasi Pencucian Alol Disinfeksi dan Sterilisast l'envimpanan Alat Kesehaian 3.4.
• • • • •
V
_
34
36 57
p~'1G~!.o!.AANl..lMBAH
59
Pen/italian Penanganan Penompungan Semen/ora Pembuangan I Pemusnahan
61 61 61 62
KECP.I,IIKAAK KERJ!\
64
III
Penataloksanoan 3.6.
"
64
,., ,
terhadap Penularan Melalui Udara terhadap Penularan Melalui Percikan terhadap Penularan Melalui Kontak
,71
7J 72
73 KEWASl'ADAAN UNIVERSAL DENGAN SARANA TERBATAS 76 4.1. PENGIlNfJALiAN KONTA!( PERNAPASAN, LANGSUNG, dAN T A!( LANGSUNG 76 4.2.
S.
,
KEWASPADAAN KIIUSUS
Kewaspadaan Kewaspadaan Kewaspadaan
4.
Pajanan
PlliliAN
PENGATURAN DAN TATA RUANG 5.1. SISTEMVENTILASI Ruang Rawat lntensi] Ruang
5.2.
78 78
,
(leu = intensive
78
care unit)
lsolast ..,.,
Bagian Onkologi R
77
KEWASPADAAN SEBELUM DIAGNOSIS PASTI
" ,
,
78 ,
,
79
• •
Operasi , ,.. , ,. , , 79 LALUUNT AS MANUSIA " ,", "
80
6.
Tempat-tempat yang Tidak Boleh Dikunjungi Tamu
82
KEW ASPADAAN UNIVERSAL Dl UNIT TERTENTU 6.1. BEDAB DAN ANESTESI
83 83
Persiapan Lingkungan Komar Bedah Pembagion Daerah Sekitar Komar Operas!
84
Pembagian Daerah Dalam Kamar Bedah Persiapan Petugas , "
" ,
89
,.. ,
Persiapan Alat Kesehatan Persiapan Pasien 6.2.
6.4.
U
",
,
85 85 89
,
,
,
,",
90
•
KAMAR BERSALIN
,
92
•
RUANO RAWA')' PERlNATOL OGI ,
97
•
Unit Hemodialisis
,
100
,.,
Pasien dengan Daya Tahan Tubuh Menurun
6.6.
Alai Kesehatan dan Pengelolaannya 6.7.
l 03
UNIT PELA Y ANAN GIGI
:
UNIT PELAY ANAN LABORATORIUM
Manajemen Keamanan Kerja Laboratorium. " Pengelolaan dan Pengiriman Spesimen ." "
"
"
103 104 ".108 I
"" "
"
11 115
6.5. 6.3.
RUANG RAWAT INTENSIF , , " UNIT I'ELAYANAN PENYAKIT DAI.AM
PEL" YANAN STERILISASI DAN DISlNFEKSI
,
94 1
, "
6.8. 6.9. 6.10.
UNIT
6.11.
PEMlJLASARAAN JENAZAN "
6.12.
AMBULANS GAII'AT DARURAT, PEMADAM KEBAKARAN, POLISI OAN
UNIT ['EtAY ANAN BINATU ." UNIT PEl.A YANAN GIZI "
""
"
RUJUKAN
"
119
"
" "
"
"
"
""
123
"
125 127
130
SARANA UMUM
7.
,
,
132 IV
• • •• •• •• •• •• ••
•
•
t
t Daftar Gambar Gambar 1: R Gambar 2: R C
Gambar 3:
Cambar 4: Gambar 5: Gambar 6: Gambar 7: Garnbar
8'
Gambar 9: Gambar 10: Gambar I I:
• •
n g a n H i g i e n i s 1 4 Alat Pelindung 17 Bagan Alur Pemilihan .Jems Sarung Tangan 21 Cara Memakai Sarung Tangan Steril 22
•
Cara Melepas Sarong Tangan 23 Memakai Gaun Bedah Untuk Diri Sendiri 27 Memakaikan Gaun Bcdah Pada Orang Lain 27 Bagan Alur Pengelolaan Alat Kesehatan 28
Carnbar
12: Cara Menutup (recapping) Jarum dengan Satu Tangan
Garnbar 13: lnsinerator
tipe Malaysia
58 63
Gambar 14: Cara Menimbun Sampah Medis
64
Gambar 15: Skema Dasar Pembagian Daerah Sekitar Operasi.
Prosedur 12: Disinfeksi Tingkat Tinggi Dengan Merebus
45
Prosedur 13: OTT Dengan Bahan Kimia
46
Prosedur 14: OTT Dengan Uap
47
Prosedur 15: Sterilisasi Fisik dengan Uap Panas Bertekanan
49
Prosedur 16: Sterilisasi Fisik dengan Uap Panas Kering
50
Prosedur 17: Sterihsasi Fisrk dengan Cairan
51
Prosedur 18: Stenlisasi Kimia Glutaraldehid
53
Prosedur 19: Tatalaksana Pajanan
65
Prosedur 20: Prosedur Kerja di Unit Pelayanan Gizi
126
Prosedur 21:
Persia pan Untuk Pemindahan dan Penanganan Jenazah
128
Prosedur 22:
Pemulasaraan Jenazab di Karnar Jenazah
129
VIJ
\
• • HlV
leu IUD
II n H
d
K e M
K3 MRSA
NICU OPIM P2MPL PCR
HB·14 Pencucian
PEP
PINI DALIN PMS PPP RNA
RO Stcrilisasi
TBe Teknik asepsis
I
aseptic
UP UV Virus Marburg
•
e r h a d a p
b H e
P
m e t i s i l i n Neonatal lntensive Unit
Care
Other Posentially Infectious Material Bahan
lain yang memiliki
potensl menularkan infcksi seperti semen, cairan vagina Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan P ol y m er as e C ha in R ea cti on :
M et od e P e m er ik sa a n M ik ro
a h , c a i r a n t u b u h d a n b e n d a a s i n g l a i n n y a s e p e r t i d e b u , k o t o r a n y a n g
P o
P P P R i
R S d a T u
S d a m U n
U T e•
x
meningkatkan penularan penyaklt kepada dJrI mereka.
Cuct
'paslen yan,l! dllayanl
iangan yang tidak benar
• •
2. Penl'(gunaan sarung tangan yang tldak tepat 3.
Penulupan
kernbali jarum sunUk secara udak arnan
4. Pembuangan peralatan tajam secara udak aman 5. Teknlk dekontaminast dan stertllsast peralatan lidak tepat
6. Praktek kebersthan
ruangan yang belum mernadat
Hal tersebut dapat sala rnemngkatkan risiko petugas kesehatan tertular karena iertusuk jarurn atau terpajan darah/catran lubuh yang tertnfekst, Sernenta ra pasten dapat tertular melalui peralatan yang terkonlaminasi atau rnenenrna damh .uau produk darah yang rnengandung virus.
CAiran tubuh spt darah, cairan vaQlna 5e,ret etau caltan manl
(petugas kesehaUsn yang
pfjAMl)
renlClI't)
t..
Tusukan )aMn, luK.a dl kullt, luka t~rk'ISI perclkan ke permukaan mu);osa
Gambar 2 ; Rantai Penularan
1.3 Kebijakan
Departemen
HIV
Kesehatan
I Hepatitis
B
I C
RI
Kewaspadaan Universal rnerupakan salah satu upaya pengendalian infeksi dJ rumah sakit yang oleh Departemen Kesehalan telah dikembangkan sejak tahun 1980·an melalui Program di Sub.Direktorat Isolasi di bawah Drr e ktor ar Epidemiologi dan lmunisasi Ditjen P3M saat itu. Dalam perkernbangannya program pengendalian Infeksi 'Nosokomial dikendalikan oleh Sub-Direktorat Surveilans di bawab Direktorat yang sama. Mulai tahun 2001 Depkes telah memasukkan Pengendalian Infeksi Nosokomial sebagai salah 5a(U tolok ukur akreditasi rurnah sakit (tolok ukur 12) di mana termasuk di d alarnnya adalah penerapan Kewaspadaan Universal. Dengan maraknya epidemi HIV/ AIDSdi Indonesia yang programnya dikelola oleh Sub Direktorat AIDS dan PMS. maka kegiatan kewaspadaan universal dipandang sangat strategik untuk mengendalikan infeksi HIV/ AIDS di saran a pelayanan kesehatan, sebab kecuali memberikan perlindungan kepada pasien lain di sarana pelayanan kesehatan terhadap bahaya infeksi HN/ AlDSjuga akan melindungi petugas kesehatan sehingga tidak perlu khawatir dalam mernberlkan pelayanan kepada semua pasien termasuk pasien yang diketahui menderita HIV/AIDS. Hal ini akan meningkatkan pelayanan pasien infeksi HIV/ AIDS di sarana pelayanan kesehatan dan diharapkan berdampak positif pada upaya penanggulangan infeksi-Hlv / AIDS di Indonesia.
1.4 Kewaspadaan Universal Sebagai Bagian dari Upaya Pengendalian lnfeksi di Sarana Kesehatan Penerapan Kewaspadaan Universal merupakan bagian pengendalian infeksi yang tidak terlepas dari peran rhaslng-rnaslng pihak yang terlibat didalamnya
5
yaitu
pimpinan
terrnasuk
staf
administrasi,
staf
pelaksana
pelayanan
termasuk star penunjangnya dan juga para pengguna pelayanan yaitu pasien dan pengunjung sarana kesehatan tersebut, Program ini hanya dapat berjaJan bila masmg-rnasing pihak menyadari dan memahami peran dan kedudukan masmg-rnasing.
Peran Pimpinan
dalam Pengendallan
Infeksi
Untuk dapat bekerja secara rnaksimal, tenaga kesehatan harus selalu mendapat perlindungan dari risiko tertular penyakit. Pimpinan berkewajiban menyusun kebijakan mengenai kewaspadaan universal, memantau dan memastikan bahwa kewaspadaan universal dapat dilaksanakan tenaga kesehatan dengan baik. Pimpinan bertanggung jawab atas penganggaran dan ketersediaan sarana untuk menunjang kelancaran pelaksanaan kewaspadaan universal di unit yang dipimpinnya.
Peran
Tenaga
Kesehatan
dalam
Pengendalian
Infeksi
Tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan· dan keselamatan dirinya dan orang lain serta bertanggung jawab sebagai pelaksana kebijakan yang ditetapkan pimpinan. Tenaga kesehatan juga bertanggung jawab dalam menggunakan sarana yang disediakan dengan balk dan benar serta memelihara saran a agar selalu siap pakal dan dapat dipakai selama mungkin. Seeara rinci kewajiban dan tanggungjawab
tersebut meliputi
Bercanggung jawa b melaksanakan dan menjaga keselamatan kerja di hngkungannya, wajib mematuhi instruksi yang diberikan dalam rangka ke se ha tan dan ke serarnatan kerja, dan membantu mempertahankan lingkungan bersih dan aman. 2. Mengctahui kebijakan dan menerapkan prosedur kerja, infeksi, dan mematuhinya dalam pekerjaan sehari-hari.
peneegahan
3. Tenaga kesehatan yang menderita penyakit yang dapat meningkatkan risiko penularan infeksi baik dari dirinya ke pada pasien atau sebaliknya sebaiknya tidal< merawat pasien secara langsung. 4. Sebagai eontoh misalnya, pasien penyakit kulit yang basah seperti ekaim, bemanah, harus menutupi kelainan kulit tersebut dengan plester kedap air, bila tidal<memungkinkan maka tenaga tersebut sebaiknya tidal<merawat pasien. 5.. Bagi tenaga kesehatan untuk memberitahu pelaksanaan pekerjaan pasien, misalnya tenaga eksirn
yang mengidap HIV mempunyai kewajiban moral atasannya tentang status serologi bila dalam status serologi tersebut dapat menjadi risiko pada kesehatan dengan status HIV positif dan menderita
basah.
Pe ran Paalen
dan Keluarganya
dalam
PengendaUan
Infe11lsi
Se tiap orang berhak ata s privasi dan seksligus berkewjiban menjaga keselamatan orang lain. Dengan demlkian bila seorang pasien yang mengetahui dengan pasti rnenderita penyakit yang dapat menular pada orang lain.
6
•• •
t
• It It It It
• It It It
.. •• • • • • • • • • • • • •• • • • •
mora) untuk memberitahukannya. Terutama bila terjadi kecelakaan kerja pada petugas misalnya luka tusuk atau terkena alat tajarn lain bekas pasien, maka pasien seperti diatas sebaiknya memberi informasi atau izin untuk pemeriksaan darah guna membantu tindak lanjut bagi tenaga kesehatan yang mengalami kecelakaan tersebut. Dalam hal ini petugas kesehatan wajib memberikan penyuluhan yang jelas tentang penerapan kewaspadaan universal tanpa berlebihan dan tidak menyinggung perasaan pasien agar dapat membangkitkan rasa tanggung jawab pasien mengenai risiko yang sedang mereka hadapi. Dengan demikian pasien akan dengan suka rela membuka diri, memberi informasi serta memberikan izin pemeriksaan yang diperlukan, lebih-Iebih pada persia pan tindakan yang berisiko. Ikatan kekerabatan di Indonesia dikenal sangat kuat. Bila salah satu anggotanya ada yang dirawat, anggota keluarga yang lain akan membantu dengan cara menunggu di rumah sakit ataupun dengan cara menjenguknya secara teratur atau setiap saat. Para penunggu atau pengunjung terse but potensial untuk menjadi sarana penyebaran infeksi, Dengan demikian peran keluarga dalam pengendalian infeksi tersebut menjadi penting pula. Keluarga perlu dilibatkan dalam setiap upaya penyembuhan ataupun upaya 'Iain yang terkait dengan perawatan pasien. Banyak informasi yang dapat digali dari keluarga dalam upaya memberikan pelayanan ataupun upaya pencegahan infeksi pada umumnya. Anggota keluarga pasien berhak untuk tidak mendapatkan penularan infeksi selarna mcreka menjalankan fungsi sosialnya, baik sebagai penunggu ataupun sebagai pengunjung. Oleh karena itu mereka berhak pula untuk mendapatkan informasi secukupnya agar dapat melindungi diri mereka dari infeksi tanpa mengabaikan hak pasien untuk tetap terjaga kerahasiaannya.
7
•
2. Tujuan dan Saaaran Buku Pedoman Buku pedoman Penerapan Kewaspadaan Universal dirnaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga kesehatan dan untuk membantu para petugaa kesehatan dalam mengurangi risiko infeksi pada diri sendiri, paslen dan masyarakat. Secara khusus maka Buku pedoman ini bertujuan untuk: I. Menjadi pen un fun bagi tcnaga kesehatan bingga mampu memberikan pelayanan kesebatan dimana resiko teIjadinya infeksi dapat ditekan. 2. Menjadi aeuan bagi para penentu di sarana kesehatan. 3. Menjadi aeuan dikalangan infeksi dalam pekeIjaannya.
kebijakan dalam pereneanaan
iogistik
non-media yang mempunyai risiko terpajan .
4. Menjadi bahan acuan tenaga keschatan dalam memberikan penyuluhan kcpada paeierr/kliennya tcntang tlndakan peneegaban infeksi. Buku Pedoman berisl pctunjuk speaifik yang dapat diimplcmcntasikan di berbagai sarana kesehatan dl Indonesia dan juga dapat digunakan oleh kalangan laln yang membutuhkannya aepertl keluarga paalen, petugas kepolialan, petugas pengurus jcn8.2ah dan masyarakat eerta kalangan non-media lain yang berisiko terpajan.
3. Kewaspadaan Universal Seperti dikemukakan di atas bahwa Kewaspadaan Universal merupakan bagian dan upaya pengendalian infeksi di sarana pelayanan kesehatan. Upaya lain yang merupakan komponen pengendalian infeksi di sarana pelayanan adalah Survei.lans, penanggulangan KLB, pengembangan kebijakan dan prosedur kerja serta pendidikan dan pelatihan yang berkesinambungan dalam hal pencegahan infeksi, yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Penerapan Kewaspadaan Universal didasarkan dan cairan tubuh san gal potensial menularkan dan pasien maupun petugas kesehatan.
pada keyakinan bahwa darah penyakit, baik yang berasal
Prosedur Kewaspadaan Universal 101 juga dapat dianggap sebagai pendukung program K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) bagi petugas kesehatan. Prinsip utama Prosedur Kewaspadaan Universal pelayanan kesehatan adalah menjaga higie ne sanitasi individu , higienc sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tersebut dijabarkan rnenjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu: 1. Cuci tangan 2.
guna
rnencegah
Silang,
Pemakaian alat pelindung di antaranya pcrnakaian sarung tangan rnencegah kontak dengan darah serta cairan infeksius yang lain,
3. Pengelolaan alat keschatan 4.
infcksi
Pengelolaan jarum
5. Pengelolaan limbah
guna
bekas pakai,
dan alat tajam dan sanitasi
untuk
mencegah
perlukaan,
ruangan
3.1 Cud Tanpn Mikroorganisme pada kulit manusla dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok. yaitu nora .. siden dan nora tr an sien , Flora risiden adalah mikroorgarusrne yang seeara konsisten dapat diisolasi dari tangan manusia, ridak mudah dihilangkan dengan gesekan mekanis, yang telah beradaptasi pada kehidupan tangan manusia. Flora transien yang juga disebut nora transien atau nora kontamina.si, jenisnya tergantung dari lingkungan tempat bekerja. Mikroorganisme ini dengan mudah dapat dihilaogkan dari permukaan dengan gesekan mekanis dan pencucian dengan sabun atau deterjen. Oleh karena itu cuci tangan adalah cara pencegahan infeksi yang sangat penting. Cuci tangan harus selalu dilakukan dengan benar sebelum dan sesudah melakukan tindakan perawatan walaupun memakai sarung tangan atau ala! pelindung lain untuk menghilangkan/mengurangi mikroorganisme yang ada di tangan sehingga penyebaran penyakit dapat dikurangi dan Iingkungan terjaga dari infeksi. Taogan harus dicuci sebelum dan sesudah memakai sarong Iangan.
9
Cuci tangan
tidak dapat
Tiga cara cuci tangan I.
oleh pemakaian
yang dilaksanakan
sesuai
sarung
dengan
Cuci tangan higienik atau rutin: mengurangi kotoran tangan dengan menggunakan sabun atau deterjen
2. Cuci tangan menggunakan 3.
digantikan
aseptik : sebelum antiseptik
tindakan
aseptik
Cuci tangan bedah (surgical handscrub) : sebelum bedah cara aseptik dengan antiseptik dan sikat steril.
Prosedur
Cuci Tangan
Indikaai
Cuci
dapat
dilihat
pada halaman
tangan.
kebutuhan,
yaitu :
dan nora yang ada di pada
pasien
melakukan
16 Prosedur
dengan tindakan
1
Tengen
Cuci tangan harus dilakukan pada saar yang diperkirakan mungkin akan terjadl perpindahan kuman melalui tangan, yaitu sebelum melakukan suatu tindakan yang seharusnya dilakukan secara bersih dan setelah melakukan tindakan yang kemungkinan terjadi pencemaran, seperti:
1. Sebelum
melakukan tlndakan, misalnya: mernulai pekerjaan (baru tiba di kantor); saat akan merneriksa (kontak langsung dengan pasien); saat akan memakai sarung tangan steril at au sarung tangan yang telah didesinfeksi tingkat tinggi (OTT) untuk melakukan suatu tindakan; saat akan memakai peraJatan yang telah di-DTT; saat akan me1akukan injeksi; saat hendak pulang ke rumah;
2. Setelah melakukan tlndakan yang kemungkinan terjadi pencernaran, misalnya: setelah memeriksa pasien; setelah memegang alat-atat bekas pakai dan bahan-bahan lain yang berisiko terkontaminasi; setelah menyentuh selaput mukosa. darah atau cairan tubuh lainnya; setelah membuka sarong tangan (cuci tangan sesudah membuka sarong tangan perlu di lakukan karena ada kemungkinan sarung tangan berlubang atau robek}; setelah dari toilet/kamar kecil; setelah bersin atau batuk. Sarana
Cuel
Tangan
1. Air mongalir Sarana utama untuk cuci tangan adalah air mengalir dengan saluran pembuangan atau bak penampung yang memadai. Dengan guyuran air mengalir terse but maka mikroorganisme yang terlepas karena gesekan mekanis atau kimiawi saat cuci tangan akan terhalau dan tidak menempellagi di permukaan kulit, Air mengalir tersebut dapat berupa kran atau dengan cara mengguyur dengan gayung. namun earn mengguyur dengan gayung memiliki risiko cukup besar untuk terjadinya pencemaran, baik melalui gagang gayung ataupun percikan air bekas cucian kembali ke bak penampung air bersih. Air kran bukan berarti harus dar! PAM. namun dapat diupayakan secara sederhana dengan tangki berkran di ruang pelayananj'perawatan kesehatan agar mudah dijangkau oleh para petugas kesehatan yang memerlukannya.
10
• • • •
•• • • • •
I
MIL1K
PR:?I'USTAKAANj
DBP: KI:;.'>uHA T AM
•
• • • • • • • • •• • • • • •• •• • •
•
• • •
Gambar 3 : Contoh Sarana Cuel Tangan Selain air mengallr ada. 2 [ents bahan peneuel tangan yaltu: sabun atau deterjen dan antlseptik
tw:utan
yang d1butubkan
2. Sabun dan DeterJen Bahan tersebut Udak membunuh mtkroorgaruame tetapt menghambat dan mengurangt Jumlah mlkroorgantsme dengan Jalan mengumngl tegangan pennukaan sehingga mfkrocrgarusme terlepas darl permukaan kullt dan mudah terbawa oleh alr. Jumlhll mtkroorgarusme semakin berkurang dengan men1ngkatnya fre.kuensl cuct tangan, namun dtlaln plhak dengan sertngnya menggunakan sabun atau detetjen maka laplsan lemak kul.It akan b1Iang dan membuat kuIlt menJadi kertng dan peeah-peeah. HUangnya laplsan lemak akan member! peluang untuk tumbuhnya kembaU mtkroorgamsme. 3. larutan Antlseptlk Larutan anttsepuk atau d1sebut Juga anttmikroba topikal. dlpakal pada kuUt atau janngan htdup Ialnnya untu'k mcnghambat aktivttas atau membunuh mtkroorgarusme pada kuUt.Antlseptlk mcmUtldbahan klmia yang memungk1nkan untuk dtgunakan pada kullt dan seJaput mukosa. Antlseptik memtllld keragaman . dalam hal efektlVltas. aktrvttas, akibat dan rasa pada Irulit seteJah dJpakal sesuai dengan keragaman jenls antlsepttk tersebut dan reaksl kuJlt mastng-masing IndJvidu. KuHt manusta
tldak dapat dtstertlkan. TuJuan yang tngtn dicapat adalah mikroorgan1sme pads kullt secara makslmal terutama kuman transfen. Krlterla memillh anUsepttk adalah sbb:
penurunan jumlah
I. Memllikl efek yang luas, menghambat atau merusak mtkroorgantsme secara luas (gram posltlf dan gram negatlf. virus IIpofllik. basUus dan tuberkulosts, fungi. endospora). 2.
EfektlJltas
3. Kecepatan aktlfltas awal 4. Efek
restdu,
pertumbuhan
aksl
yang
lama
setelah
J1
pemakaJan untuk
rneredam
5. Tidak mengakibatkan iritasi kulit 6. Tidak menyebabkan alergi 7. Efektif sekali pakai, tidak perlu diulang-ulang 8. Dapat diterima secara visual maupun estetik Pada Tabel 1 di halaman berikut ini tertera bermacam jenis antiseptik yang sering dipakai
•• • •
• • • • • • • • •
• •
12
• • • • • • •
• •• • •• •
~ ~ Z
IX
f
~0
c:
~
m .s:
il
""
ii" Ec
~
• •
~~ a.~
'" ~
c
"
x
li
x0
~
a
.3
..
.. 0
c
m
F
j
e
~
~
.E...
~t
.10
~~
c
'6
.cD " ~§ ~
s:S M ~~
O.c
:<:
~:x
'"
I2"
,hi
~
'"
~
x
''';
§
'" '!3
~
eo
s:
~~
-!!1
,';l
!;
~~
a" " ~.8
~2'
.c 1!1 : >:
~
~I
~
@
c
.,><
~
t'
~
'" .,
u
I II
a
."t,
I..
..
:<:1l
<> c:
c
>c
:<:
•
x
l::
~
><
• •
"E
j as
.. '
'"
~ ti
il
...
j
s:
e
.. . .
~
X
-c
'" ,I
f
~ E"
j
- ..
~
c.
E
J
i 2'
.. v
e
c .
.z
E
'"
..
v
.!3
s<>
..
~
'$
(")
..
e.
~
•
.~ - '"
~
.. ..
+ +
u
<0
• •
• • •• • • •
~
.t:
.ill.
i
~
II>
.5.
e
:S-
,Q
'ii :E (:.
~
VI
~
~'
+ +
....
+
I!l
.... .. + .. .. +
'If:
...! '!' 0
0
+ +
'# 0 -e-
..+
+
. . .. +
+
+
+
+
+
+
+
+
+
#.
+ if.
+ ~ N
'"
..
'"
II
<>
&
+
!J
;.;
a
z0,
:
'6. ~. ~
i
.. -
><
•
j
s: >
Il
~ 'is ~ ~
'0
•
+
<>
t!
• • •
..
"
~
§
+
<;:
iij2
's" c,
:I:
~ e:
j
~
x
"1!'
<;:
- I +
§
i «;
f~ l ~
x s:
. s
~
~ a.
-E :,: ~ ~~ v:r
~
~
~
~
o
e-
Prolledur 1 : Cud Tancan H1Cfent./Rutln
• • • • • • • • • •• • • • • • • • •
I
a
Sarana cud tangan dlSiapkan dl setlap ruang penderlta dan tempat lain misalnya ruang bedah, koridor.
•
Air bersih yang mengallr (dan kran, cere! atau Stlmber lain)
o
Sawn sebalknya dalam bentuk sabun calr
a
Lap kertas atau kain yang leering
o
Kuku dijaga selalu pendek
a
Basahi tangan setlnggl pertengahan lengan bawah dengan air mengalir
•
Taruh sawn dl baglan telapak tangan yang telah basah. Buat busa 5eOJkupnya tanpa percikan
•
Gerakan cud tangan terdin dari gosolcan kedua telapak tangan, gosokan telapak tangan kanan diatas punggung tangan kin dan sebaliknya, gosok kedua telapak tangan dengan jali saling mengait, gosok kedua Ibu jari dengan cara menggenggam dan memutar, gosok pergelangan tangan Proses berlangsung selama 10·15 detik Bilas kemball dengan air sarTJpai berSih.
a
•
Keringkan tangan dengan handuk atau kertas yang berSih atau tisu atau handuk katun sekali
•
pakai •
Matikan kran dengan kerta.s atau tisu.
•
Pada cud tangan aseptjk/bedato dlikuti larangan menyentIJh permukaan yang lldak steril.
i·
_--
~I~
..?
1
~
~ ~
2
3
5
4
•
'-
~
~ 6
~ 7
8
#-' M 9
12
11
Gambar 4 : Prolledur Cuel Tanaan Higlenl.
14
r
10
•
•• •••
• • • • • • • • • • • • • • • •
•• •
• • • • • • • • • •
Proaedur
2 : Cue! T"DITaD Aaeptik
Cuci tangan aseptik biasanya dilakukan saat akan melakukan tindakan aseptik pada pasien atau saat akan kontak dengan penderita pada keadaan tertentu misalnya penderita dengan imunitas rendah, Persiapan dan prosedur pada cuci tangan aseptik sama dengan persiapan dan prosedur pada cuci tangan higienis hanya saja bahan deterjen atau sabun diganti dengan anitseptik dan setelah mencuci tangan tidak boleh menyentuh bahan yang tidak steril.
!(Uku dlJaga se!alu pendek dan bersihkan dengan alat berupa batang kayu kedl yang lunak
o
Lepaskan semua peltliasan tangsn
•
Nyalalcan kran
•
Basahl ta"9"" dan Iengan ~
o
Taruh sabun antisEptik di bagian telapak tangon yang telah basah. Suat busa secukupya tanpa pertikan.
o
Sikat baglan bawah kuku dengan Sikat lembut
•
Boat gerakan mcncuci tangan seperti CIJci tangon blasa dengan waklu leblh lama. GOSOk tangan dan !eng"n
o
saw per saw secara bergantian dengan
gerakan mellngkar.
Sikat tembut hanya digcnakan unt\lIt memberShkan brena depot rneIukainya.
•
dengan air
IJnt1j( met
kuku saja buIcan untuk menyikat IaJIlt yang lain oIeh
IggOSOIt bAit depot
df900akan
setcaII
pakaI
Ptoses cud tangan bedah betIangi50ng se!arna 3 Ilingga S menlt dengan pnnSip sependeI< rnungkin cuklJp memadai untuk mengurangl Jumlah bakter1 Y.:O\lITlef1!mpel
•
spans 5Ief1I
taIli
ell ta"9""
Sclarna cucI tangan jaga agar letak tangan lebih Hnggl dan slku agar air mengallr daM arah tangan ke wastafel
•
Jangan sentuh wastafel, kran atau gaun peUnclung
•
KeringI
•
GosoI< dengan all«lllol 70% atau c:ampuran
al1
keMngkan kembaD •
Kenakan gaun pelindung dan sarung rangan steriJ Calalan : kenakan sarung tangan setelah tangan be!uI·betul kering, jangan kenatan sarung langan saat tangan maslh basah.
15
•
Proaedur 4 : Alternatif Cuei TaIlCaJ1 Hillenl. Hanya
mengganti
tangan
bedah.
cuci tangan
•
cuci tangan
higieniaj'rutin,
Dikerjakan hanya
secara
tidak dapat menggantikan cuci
bila tidak memungkinkan
standar, misalnya tidak ada air mengalir.
GosoIdah sedllclt cairan pada kedua tang"" secata merata
16
untuk
rnelakukan
• • • • • • •
• • • • • • • •
•
.. ~
•
•
•
•
• • • • • • • • • •
•!
• • • • • • • •
•
akan rnenangani pasien yang lain. Hindari kontak pada benda-benda lain selain yang berhubungan dengan tindakan yang sedang dilakukan, misalnya membuka pintu selagi masih memakai sarung tangan, dsb. Beberapa jenis sarung tangan dapat dicuci dan didisinfeksi atau disterilkan sebelum digunakan kembali, namun sarung tangan yang diproses kembali dengan OIT atau disterilkan sebaiknya tidak dipakai ulang sampai lebih dan 3 kali. Pemrosesan berulang akan memperbesar terjadinya lubang pada sarung tangan. Oleh karena itu setiap kali pencucian dilakukan pemilahan terhadap sarung tangan yang bocor atau sarung tangan yang telah diproses untuk yang ke tiga kalinya, untuk dibuang karena tidak lagi layak pakai. Tidak dianjurkan menggunakan sarung tangan rangkap bila tidak benarbenar diperlukan karena tidak meningkatkan perlindungan, bahkan akan meningkatkan risiko kecelakaan karena menurunkan kepekaan (raba). Sarung tangan rumah tangga dapat dicuci dan digunakan berkali-kali untuk membersihkan peralatan, pencucian linen, membersihkan ceceran darah atau cairan tubuh lain, namun tidak dipakai untuk perawatan lainyang menyentuh kulit pasien secara langsung. Prosedur pernakaian dan halaman 24 dan halaman 25
pelepasan sarung tangan dapat
dilihat pada
Kadang-kadang perlu dipakai sarung tangan ganda pada keadaan khusus, seperti pada: . 1. Tindakan yang memakan waktu lama (lebih dan 60 menit) dan atau melakukan tindakan operasi di area sempit dengan kemungkinan besar robekan sarung tangan oleh alat tajam seperti jarum, gunting atau penjepit. 2. Tindakan ',yang berhubungan dengan jumlah darah atau cairan tubuh yang banyak seperti operasi cecar, persalinan dll,
20
•
• •
• •• • • • • • • • • • • •o • • •
Proaedur 5 : Pemakala'nSa~1 .. ~II
Tangan Sterll
.,; . .
• • • •
• ,
.. <
,
.
~ ~
.
•
.JeflIs san.ng tangan
•
Ku1cu dijaga agor seIalu peOdek
sesual
!eM
dndalcan
•
teoas dndn don pernlasan lain
•
0lC:I tangon sesu
.. ai_d.
•
•
-
•
" • •
0.JCi tangon
Siapkan area yang rukup luas, beIsih dan kerlng untuk membuka paket sarung tangan. Pema~kan tempat menaruhnya (steril atau minimal OTT).
•
Buka pembung1ws sarong tangan, minta bantuan peW,;i!S lair. untuk membulca pembungkus san.ng Iangao), let.akkan sarong tango. dengan baglon te!apak tangon menghadap k. alas (1).
" Ambit salah satu sarung tangon dengan memegang pada slsl sebelah oaiam llpatannya, yoltu baglan yang akan bersentuhan dengan kulit tangan saat dipakal (2).
•
Posisikan sarung tangan setInggt pinggang dan menggantung ke 1MtaI,
sehInWa baglao
lubang jaII.jaII
Iang ....nya teruka. MaSJJkkantang an Ooga saruno tangan supaya tetap tldax menyentuh pennukallll (3).
•
Ambfl sarung tangan ke dlJa dengan cera menyellpkan Jart-Ja~ t.angan yong sudah memakal sarung tangan xe baglan Ilpatan, yalw bagion yang tidax akan bersentuMn dengan twllt tangan saat dipakai (~).
•
Pasang sarung tangon yang
kedua
dengan car. memasukkan ja~.jaI1 tangan yang belum memakal
sarung tangan, xemudlon luruskan llpatan, dan atur posIsl sarung tangan sehlngga terasa pas dan coak di tangon (5).
GaJnbar 7 : Can Memakai SaruDI Tang ... SterU
22
•
•
• • • •
Prosedur 6 : MeJepaa Sarong Tangan
,
'
...I....n
• • •
•
• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •
• • •
Larutan K1or1n0.5% cIalam wadah yang culwp be..ar 5arana CUd tangan Kantung
penampung
Nmbah meds
Pranlfur
•
Masuklcan 53""'9 tangan yang masih dipakal ke dalam larutan kIorin, 9OSOklcanuntuk mengangkat bercak darah atau calran ttlbuh lainnya yang menempel (1).
•
Pegang salah satu sarung tangan pada lipatan lalu tarlk ke arah ujung jari-jan tangan sehlngga baglan dalam dan sanung pertama menjadi slslluar (2).
" •
lang.n dibllka sampallerlepas sama sel
Ian9an yang ke dua.