Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
STUDI GERAKAN TANAH DESA GONGGANG DAN SEKITARNYA KECAMATAN PONCOL, KABUPATEN MAGETAN, PROVINSI JAWA TIMUR
William Don Boris Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN “Veteran” Yogyakarta
ABSTRACT Gonggang Village is located in District Poncol, Magetan, East Java 0 Province. Geographically the study area in a position 111 11’58.18” – 0 0 0 111 15’14.12” East Longitude and 07 41’55.51” – 07 44’5.67” S, or UTM coordinates are in 528000mE-522000mE and 9145000mN-9149000mN. Study area can be divided into four geomorphological units, namely unit Volcano foot of Lawu Volcanic Mountain (V6), Volcano foot of Jobolarangan Volcanic Mountain (V6), Volcano slopes of Jobolarangan Volcanic Mountain (V3), Lava Hills (V9). Types of flow pattern contained in the research area is parallel and dentritik with stadia geomorphic is young. Stratigraphy of the study area is prepared by the rocks unit from old to young is Tuff Jobolarangan, Jobolarangan Volcanic breccia, Jobolarangan Andesite Lava and Breccia Laharik Lahar Lawu. There are five types of soil movement in the area that is yaitu Debris Slide, Rotational Slide, Soil Slide, Rock Fall and Debris Fall . Factors-factors that affect slope stability in areas of research include the physical and mechanical properties of soil, lithology, slope morphology, vegetation, rainfall. How to overcome the instability of slopes in the study area can be done by changing the geometry of the slope, drainage ang seepage control, retaining wall construction and method dissemination to the public about the dangers of soil movement and the management. ABSTRAK Desa Gonggang terletak di Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Secara geografis daerah penelitian berada pada posisi 0 0 0 0 111 11’58.18”BT – 111 15’14.12”BT dan 07 41’55.51”LS – 07 44’5.67”LS, atau secara UTM berada pada koordinat 522000mE-528000mE dan 9145000mN9149000mN. Daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu satuan Kaki Gunung Api G.Lawu (V6), Kaki Gunung Api G.Jobolarangan (V6), Lereng Gunung Api G.Jobolarangan (V3),Perbukitan Lava (V9). Jenis pola aliran yang terdapat pada daerah penelitian adalah pararel dan dentritik dengan Stadia geomorfik yaitu stadia muda. Stratigrafi daerah telitian disusun oleh satuan batuan dari tua ke muda yaitu satuan batuan tuf Jobolarangan, satuan batuan breksi vulkanik Jobolarangan, satuan lava andesit Jobolarangan dan satuan breksi laharik Lahar Lawu. Terdapat lima macam jenis gerakan tanah pada daerah telitian yaitu Debris Slide, Rotational Slide, Soil Slide, Rock Fall dan Debris Fall . Faktor – faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng di daerah penelitian antara lain sifat fisik dan mekanik tanah, litologi, kemiringan lereng dan morfologi, vegetasi, curah hujan.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Cara penanggulangan ketidakstabilan lereng di daerah penelitian dapat dilakukan dengan cara merubah geometri lereng, mengendalikan drainase dan rembesan, Pembangunan tembok penahan serta metode sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya gerakan tanah serta penanggulangannya.
PENDAHULUAN Gerakan tanah atau sering disebut tanah longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering melanda daerah perbukitan dan pegunungan khususnya pada daerah Desa Gonggang dan sekitarnya Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan. Bertambahnya jumlah dan luas gerakan tanah yang terjadi di daerah Desa Gonggang dan sekitarnya, pada umumnya bertambah dari tahun-ke tahun, khususnya jika pada musim penghujan tiba. Lokasi penelitian terletak secara administratif di Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur, tepatnya di dua Kecamatan yaitu Poncol dan Plaosan. 0 0 Secara geografis terletak pada koordinat 111 11’58,18”BT - 111 15’14,12”BT 0 0 dan 07 41’55,51”LS - 07 44’5,67”LS atau secara UTM berada pada koordinat 522000mE - 528000mE dan 9145000mN - 9149000mN. Lokasi penelitian terdapat pada Peta Topografi Lembar Poncol (1508-132).
GEOLOGI REGIONAL FISIOGRAFI REGIONAL Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografi daerah Magetan termasuk dalam Lajur Depresi Jawa dan Zona Randublatung dan Zona Gunungapi Kuarter yang meliputi G.Lawu. (Gambar 1).
Gambar 1. Peta Tatanan Fisiografi Regional ( Van Bemmelen, 1949).
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
STRATIGRAFI REGIONAL Stratigrafi wilayah Kabupaten Magetan berdasarkan peta geologi lembar Ponorogo yang disusun oleh Sampurno dan Samodra (1997) terdiri atas beberapa formasi yaitu :
Gambar 2. Stratigrafi Kabupaten Magetan oleh Sampurno dan Samodra (1997)
KONDISI GEOLOGI DAERAH TELITIAN Daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu: satuan Kaki Gunung Api G.Lawu (V6), Kaki Gunung Api G.Jobolarangan (V6), Lereng Gunung Api G.Jobolarangan (V3),Perbukitan Lava (V9). Jenis pola aliran yang terdapat pada daerah penelitian, diklasifikasikan kedalam pola pengaliran pararel dan dentritik. Stadia geomorfik pada daerah telitian adalah stadia muda.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Setelah melakukan pengamatan sebaran singkapan batuan dilapangan, dan studi literatur maka peneliti dapat membagi daerah telitian menjadi 4 satuan batuan (Gambar 1), berdasarkan urutan dari tua ke muda adalah : 1. Satuan tuf Jobolarangan 2. Satuan breksi vulkanik Jobolarangan 3. Satuan lava andesit Jobolarangan 4. Satuan breksi laharik Lahar Lawu
Gambar 3. Kolom Stratigrafi Daerah Telitian Oleh Penulis 1). Satuan batuan tuf Jobolarangan Dicirikan dengan litologi penyusun terdiri atas tuf, tuf lapilli dan breksi batuapung. Penyebarannya terdapat di bagian Timur dari daerah penelitian yaitu daerah Poncol, Alastuwo, Taling dan Desa Janggan. Satuan batuan ini menempati 2 22.7% dari luasan daerah telitian atau sekitar 5.49 km , tersusun oleh litologi dari tuf, tuf lapili dan breksi batuapung. (Gambar 4 dan 5)
Inset Foto
Gambar 4. Singkapan batuan tuf lapilli di Desa Alastuwo (LP38), arah kamera menghadap barat.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Inset Foto
Gambar 5. Singkapan batuan tuf di Desa Taling (LP 8), arah kamera menghadap selatan. 2). Satuan breksi vulkanik Jobolarangan 2 Satuan batuan ini menempati 56.25% atau 13.5 km dari luasan daerah telitian, tersusun oleh breksi gunungapi: abu-abu kehitaman, masif, bongkah-krakal (<32mm), menyudut, terpilah baik, tertutup, komp. Mineral: fragmen: andesit, matrik: material vulkanik berukuran pasir, semen: silika. Penyebarannya terdapat daerah Gonggang.Genilangit,Plumpung (Gambar 6).
Inset Foto
Gambar 6. Singkapan breksi vulkanik Jobolarangan di Desa Genilangit (LP 34) arah kamera menghadap timur. 3). Satuan lava andesit Jobolarangan 2 Satuan batuan ini menempati 18.75% atau 4.5 km dari luasan daerah telitian, tersusun oleh Batuan beku andesit dengan warna hitam; Struktur masif; Tekstur: hypokristalin, fanerik sedang-halus; subhedral, in-equigranular porfiritik. Komposisi Mineral: plagioklas, hornblende, massa gelas, piroksen, kuarsa, massa gelas. (gambar 7)
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Inset Foto
Gambar 7. Singkapan lava andesit Jobolarangan di lereng G Kukusan (LP 81) arah kamera menghadap utara. 4). Satuan breksi laharik Lahar Lawu 2 Satuan batuan ini menempati 2.1% atau 0.52 km dari luasan daerah telitian, tersusun oleh breksi laharik: abu-abu kehitaman, masif, kerikil-bongkah, menyudut, terpilah buruk, terbuka, fragmen: andesit, matrik: tuf,semen: silika. Dengan fragmen berukuran kerikil-bongkah yang mengambang pada matriks berukuran tuf. Membentuk perbukitan rendah atau mengisi dataran di lereng bawah gunungapi. (Gambar 8).
Inset Foto
Gambar 8. Singkapan breksi laharik Lahar Lawu tersingkap pada pinggir kali (LP 6) arah kamera menghadap timur.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
KONDISI GEOLOGI TEKNIK DAERAH TELITIAN Sampel batuan ataupun tanah yang diambil di lapangan kemudian diuji di laboratorium mekanika tanah atau batuan sehingga di dapatkan sifat fisik dan mekanik batuan atau tanah. Pengujian contoh tanah sebanyak 8 sampel. Uji laboratorium yang dibutuhkan untuk mengetahui sifat–sifat fisik tanah adalah untuk mengetahui indeks properties dari tanah, antara lain : Kadar air (Water content), Berat jenis (Specific gravity), Berat isi tanah, dan Berat volume kering. Uji laboratorium yang dibutuhkan untuk mengetahui sifat – sifat mekanik atau keteknikan tanah antara lain : Uji geser langsung (Direct shear test). Data permeabilitas diperoleh dari pengukuran secara langsung di lapangan dengan menggunakan metode tes air tanpa tekanan. Pengukuran dilakukan di 10 tempat longsor untuk mengetahui nilai permeabilitas dari masing–masing litologi yang berpotensi longsor Pada analisis gerakan tanah berdasarkan sifat fisik dan mekanik tanah menjelaskan mengenai pembahasan yang telah didapatkan pada waktu penelitian yang kemudian di analisis, baik data primer maupun data sekunder, yang akan digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh geometri lereng dengan sifat fisik dan mekanik dari material penyusunnya. Analisis dengan menggunakan software slope w digunakan sebagai sebagai acuan/bahan pertimbangan dalam analisis gerakan tanah pada daerah Gonggang dan sekitarnya. Dari hasil pengamatan di lapangan dan di studio didapatkan lima macam jenis gerakan tanah yaitu Debris Slide, Rotational Slide, Soil Slide, Rock Fall dan Debris Fall. Tabel 1. Hasil Pengujian Laboratorium untuk conto tanah dan Nilai Permeabilitas Analisa Uji Geser Langsung ( Direct Shear Test )
Sifat Keteknikan Dasar No. Sampel
Lokasi Litologi
Wdb 01
LP 08
Wdb 02
LP 30
Wdb 03
LP 55
Wdb 04
LP 36
Wdb 05
LP 70
Wdb 06
LP 60
Wdb 07
LP 24
Wdb 08
LP 56
Soil lapukan tuf Soil lapukan tuf Soil lapukan tuf Soil lapukan breksi Soil lapukan andesit Soil lapukan tuf Soil lapukan tuf Soil lapukan
K Permeabilitas (cm/detik)
Kadar Air (%)
Berat Isi Tanah gr/cm3
Berat Jenis
C kg/cm2
θ (°)
S kg/cm2
65,04
1,493
2,51
0,3
30
0,468
0.03524
74,60
1,783
2,53
0,2
32
0.381
0.02183
38,64
1,738
2,65
0,2
23
0.628
0.00388
35,55
1,915
2,65
0,2
28
0,737
0.00727
36,18
1,824
2,71
0,2
31
0,806
0.00669
37,11
1,703
2,57
0,2
35
0,907
0.00975
68,36
1,671
2,63
0,4
35
1,107
0.03821
73,89
1,671
2,52
0,3
32
0,931
0.00611
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
tuf
CONTOH ANALISIS GERAKAN TANAH - Jenis Gerakan Tanah Debris Slide pada Lereng LP 60 Jenis gerakan masa tanah pada lokasi pengamatan 60 (Wdb 06) termasuk ke dalam jenis gerakan Debris Slide dengan dimensi lereng sebagai berikut Tinggi lereng = 18 m 0 Slope = 67 lebar lereng = 26 m Berdasarkan uji laboratorium sifat fisik dan mekanik tanah dari sample undisturb didapatkan hasil sebagai berikut: Material longsor: soil lapukan tuf 2 Cohesi = 0.2 kg/cm 0 σ (Sudut geser dalam) = 35 3 berat isi tanah ( γ ) = 1.703 gr/cm
a
b
Gambar 8. Hasil analisis faktor keamanan lereng pada daerah Gonggang (a) Jenis gerakan tanah Debris Slide yang diambil pada daerah 0 Gonggang pada LP 60, arah kamera N 070 E, (b) Analisis faktor keamanan lereng menggunakan software Slope W Berdasarkan analisis faktor keamanan lereng pada kondisi kering didapatkan nilai FS sebesar 1.109 dan termasuk dalam kelas kritis dengan kemungkinan longsor pernah terjadi. Analisis faktor keamanan lereng menggunakan software Slope W dengan metode Bishop. Program ini mengolah data dengan memasukan data dimensi lereng (2D), kohesi, sudut geser dalam dan berat isi tanah (unit weight). Setelah input data maka komputer akan memproses sehingga akan keluar nilai dari faktor keamanannya. Berdasarkan analisis nilai faktor keamanan pada kondisi kering, lereng labil terdapat pada lokasi Wdb 02,Wdb 03, Wdb 04, Wdb 07 sedangkan untuk lereng kritis pada lokasi Wdb 01, Wdb 05, Wdb 06, Wdb 08.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Tabel 2. Nilai Faktor Keamanan Lereng pada daerah telitian. Kondisi LP Wdb 01 Wdb 02 Wdb 03 Wdb 04 Wdb 05 Wdb 06 Wdb 07 Wdb 08
Nilai FS 1.127 1.019 1.0037 0.991 1.012 1.109 0.083 1.105
Kering Klas Kemungkinan Longsor Kritis Pernah terjadi Labil Pernah terjadi Labil Biasa terjadi Labil Biasa terjadi Labil Biasa terjadi Kritis Pernah terjadi Labil Biasa terjadi Kritis Pernah terjadi
Curah Hujan Keadaan iklim, topografi wilayah, dan perputaran atau pertemuan arus angin dapat mempengaruhi curah hujan, Salah satu data sekunder yang digunakan dalam menganalisa atau mengintrepetasikan akan terjadinya longsoran adalah peran curah hujan (Gambar 12), sehingga banyaknya curah hujan menjadi beragam menurut letak dan waktunya. Pada daerah telitian ratarata curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari. Dari data yang peneliti dapatkan di BAPPEDA Magetan didapatkan dari data sebagai berikut :
Curah hujan (mm)
Data Curah Hujan Kab Magetan 2003-2007 600 500 400 300 200 100 0
JAN FEB
MA NO APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT DES R V
2003 322 246 294 329 239 39
97
0
8
37
2004 320 284 297 123 79
89
0
4
10 268 355
2005 219 299 259 185 15 143 110
1
10
98 109 352
2006 348 243 178 221 220 19
0
0
5
45
0
98 358
50 349
Gambar 9. Grafik Curah Hujan Kabupaten Magetan Tahun 2003-2007. PENANGGULANGAN GERAKAN TANAH DENGAN METODE GEOTEKNIK Penanggulangan bencana dapat didefinisikan sebagai suatu cara yang bertujuan untuk mengurangi dampak negatif suatu peristiwa alam terhadap lingkungan dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan. Hal ini dapat
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
dilakukan dengan cara mempelajari karakteristik peristiwa alam dan penyebabnya, mengurangi komunitas masyarakat di daerah rawan bencana dan mengubah lingkungan tempat terjadinya suatu bencana. Mitigasi bahaya gerakan tanah atau longsor adalah segala usaha untuk mencegah, menanggulangi, atau mengurangi resiko kerugian akibat peristiwa longsor atau gerakan tanah. Untuk mitigasi bahaya gerakan tanah di daerah telitian dapat dilakukan dengan beberapa metode, yaitu: 1. Metode Keteknikan Adalah suatu cara yang dilaksanakan untuk meningkatkan faktor keamanan (FK) pada suatu lereng dan tanah timbunan. Menurut Highway Research Board (1958 dalam Departemen Pekerjaan Umum 1986), dalam penanganan longsoran ada tiga tipe pendekatan yang bisa diterapkan untuk menaikan faktor keamanan, yaitu : 1. Menaikan gaya-gaya penahan (resisting forces) 2. Mengurangi gaya-gaya pendorong (driving forces) 3. Menghindari atau menghilangkan longsoran Berdasarkan pengamatan di lapangan dan identifikasi jenis longsoran maupun penyebab gerakan tanah, maka tindakan pencegahan dan penanggulangan longsoran yang merusak pemukiman dan perkebuanan yang berada di daerah Gonggang dan sekitarnya, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan yang paling sesuai adalah sebagai berikut : 1.1 Merubah Geometri Lereng - Pelandaian Kemiringan Lereng Membuat kemiringan lereng lebih landai merupakan perbaikan lereng yang relatif murah, tetapi jika timbunan terletak pada lereng alam yang curam, hal ini sulit dilakukan. Biasanya dilakukan pada lereng badan jalan yang berupa longsoran rotasional. Perbaikan kestabilan lereng dilakukan untuk membuat lereng lebih landai, bila perbaikan lereng yang dilakukan dengan kemiringan lereng yang sama dengan kemiringan sebelumnya, maka longsoran masih akan terjadi lagi. Tindakan yang harus dilakukan dalam pelandaian lereng adalah lereng yang baru harus menutupi areal longsor dan harus lebih landai dari lereng sebelumnya (Gambar 9).
Gambar 10. Melandaikan kemiringan lereng dengan merubah geometri lereng.Foto diambil dipinggir jalan Gonggang-Dagung, arah kamera menghadap timur.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
1.2. Mengendalikan Drainase dan Rembesan Drainase permukaan dan rembesan bawah tanah pada timbunan maupun galian untuk jalan raya sering menjadi pemicu terjadinya longsoran. Pengontrolan rembesan permukaan maupun bawah permukaan, sangat penting dalam mencegah keruntuhan lereng. Metode drainase sebaiknya menjadi pertimbangan awal untuk penanganan longsoran lereng. (Gambar 10).
Gambar 11. Metode drainase yang dilakukan di desa Janggan untuk menanggulangi longsor 1.3. Tembok Penahan (Retaining Wall) Tembok penahan adalah bangunan struktural yang umumnya dibuat untuk menahan lereng alami maupun timbunan yang cukup tinggi, baik di daerah tinggian maupun daerah dataran rendah yang mempunyai perbedaan tinggi muka air normal dan muka air banjir cukup besar. Jadi tembok penahan diperlukan untuk menahan kelongsoran pada lokasi lereng maupun talud yang mempunyai perbedaan ketinggian.Tembok penahan terdiri dari beberapa tipe bentuk yang ditinjau dari konstruksinya yaitu, tipe pasangan batu dan tipe beton bertulang. (Gambar 11)
Gambar 12. Pemasangan tembok penahan pada tebing pada jalan Poncol Wonomulyo, kamera menghadap barat.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
2. Metode Sosialisasi Salah satu penyebab terjadinya gerakan tanah di daerah telitian yaitu dikarenakan pembebanan oleh bangunan-bangunan yang ada di sekitar dan drainase yang tidak teratur di daerah yang mengalami gerakan tanah, sehingga perlu dilakukan pendekatan (sosialisasi) kepada masyarakat sekitar untuk tidak membangun suatu bangunan seperti yang beban massanya melebihi daya dukung yang diizinkan pada lereng tersebut, mengatur drainase dan mengurangi komunitas di daerah rawan bencana gerakan tanah juga dapat mengurangi kerugian yang diakibatkan oleh bencana tersebut. Penanaman lereng dengan tanaman berakar tunggang dan memilih pohon yang berukuran kecil sehingga dapat menguatkan lereng dan ikatan antar partikel tanah tanpa menambah beban, misalnya kayu putih (eucalyptus), mahoni (swietania macropyla), rengas, jati, sonokembang, sonokeling. Apabila gerakan tanah mengakibatkan kerusakan tanah yang tidak dapat dikembalikan, maka berupaya alih tempat.
KESIMPULAN
Daerah penelitian dapat dibagi menjadi empat satuan geomorfologi, yaitu: Perbukitan Lava ( V9 ), satuan Lereng Gunung Api G.Jobolarangan ( V3 ), satuan Perbukitan Kaki Gunung Api G.Jobolarangan ( V6 ), serta satuan Perbukitan Kaki Gunung Api G.Lawu ( V6 ). Daerah telitian tersusun oleh beberapa satuan batuan dari tua ke muda adalah: Satuan batuan tuf Jobolarangan, satuan breksi vulkanik Jobolarangan, satuan lava andesit Jobolarangan dan satuan breksi laharik Lahar Lawu. Dari hasil pengamatan di lapangan dan di studio didapatkan lima macam jenis gerakan tanah yaitu Debris Slide, Rotational Slide, Soil Slide, Rock Fall dan Debris Fall. Dari hasil analisis faktor kestabilan lereng menggunakan slope w sebagai acuan untuk penentuan nilai FK yang digunakan. Gerakan tanah Debris Slide pada LP 08 (FK = 1.127), LP 60 (FK = 1.109), Gerakan tanah Soil Slide pada LP 30 (FK = 1.019), Gerakan tanah Rotational Slide pada LP 55 (FK =1.0037), LP 36 (FK = 0.991), LP 70 (FK = 1,012), LP 24 (FK = 0.083), LP 56 (FK = 1.105) . Faktor keamanan dengan kriteria kritis (FK 1,07-1,25) berada pada gerakan tanah pada LP 08, LP 60, dan LP 56. Faktor keamanan dengan kriteria labil (FK < 1,07) berada pada gerakan tanah LP 30, LP 55, LP 36, LP 70 dan LP 24. Untuk memperbaiki kemantapan lereng dapat dilakukan dengan macammacam metode perbaikan lereng dengan cara merubah geometri lereng, serta mengendalikan drainase dan rembesan. Pembangunan tembok penahan serta metode sosialisasi kepada masyarakat tentang bahaya gerakan tanah serta penanggulangannya dan melakukan penghijauan / reboisasi.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
DAFTAR PUSTAKA Bappeda Kabupaten Magetan, 2008, Pemetaan Kawasan Rawan Bencana Kabupaten Magetan, Pemerintah Kabupaten Magetan, hal 2-3. Boris W.D, 2009, Studi Gerakan Tanah Berdasarkan Kondisi Geologi Teknik Pada daerah Gonggang dan Sekitarnya Kecamatan Poncol Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur, Jurusan Teknik Geologi, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran Yogyakarta, Sripsi (tidak dipublikasikan) Bowles J.E, 1991, Sifat – Sifat Fisis dan Geoteknis Tanah (Mekanika Tanah), Edisi Kedua, Erlangga, Jakarta. Krahn, J, 2004, Stability Modelling with Slope/W an Engineering Methodology, Geo_Slope/W, International Ltd., Alberta, Canada Sampurno dan H.Samodra, 1997, Peta Geologi Lembar Ponorogo Skala 1:100000, Bakorsurtanal. Varnes .D.J, 1978 , Slope Movement Types and Process Landslide Analyses and Control, ed by R. Schuster , Acad Of Science, Washington. DC.
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011
Gambar 13. Peta Geologi Daerah Gonggang
Gambar 14. Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Gonggang
Jurnal Ilmiah MTG, Vol. 4, No.2, Juli 2011