GEOLOGI DAN GERAKAN TANAH DAERAH LARANGAN DAN SEKITARNYA KECAMATAN LARANGAN DAN KETANGGUNGAN, KABUPATEN BREBES, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh Puspa Erita dan Bambang Sunarwan
Abstrak Secara administratif daerah pemetaan mencakup daerah Larangan dan sekitarnya kecamatan Larangan dan Ketanggungan Kabupaten Brebes, Propinsi Jawa Tengah. Dengan luas ± 70𝑘𝑚 2 . Secara geomorfologi memberikan kenampakkan bentang alam dalam 2 (dua) satuan geomorfologi, yaitu : Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan dan Satuan Geomorfologi Dataran Dataran Alluvial. Sementara pola aliran sungai yang dijumpai dan berkembang adalah pola aliran sungai subrektangular dengan jentera geomorfik dewasa. Tatanan batuan penyusun sejarah pengendapan daerah kajian dari tua ke muda di bagi menjadi 3 satuan batuan yakni ; Satuan Batuan Batulempung Sisipan Batupasir Formasi Pemali, Satuan Batuan Batupasir Selang-Seling Batulempung Sisipan Batupasir Konglomeratan Formasi Halang dan Endapan Alluvial. Satuan Batulempung Sisipan Batupasir Formasi Pemali (N6-N8), diendapkan pada lingkungan laut dangkal dan mempunyai hubungan startigrafi tidak selaras dengan Satuan Batupasir Selang-Seling Batulempung Sisipan Batupasir Konglomerat Formasi Halang (N14-N18) yang diendapkan pada laut dalam. Pada kala Resen, satuan alluvial sungai menutupi satuan – satuan yang lebih tua yang tersingkap di daerah penelitian. Di beberapa tempat hadir beberapa struktur kekar, lipatan dan patahan; struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin dengan arah relatif Timur – Barat, sedang struktur patahan berupa sesar naik Cisadaptinggal, sesar mendatar Kali Babakan dan sesar mendatar Kali Rambatan. Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitan terjadi pada Pliosen - Plistosen, atau pada kejadian orogensa Plio-Plistosen dengan gaya utama berarah Utara – Selatan yang yaitu N 15 0 E. Debris Slide (DS), Debrise Fall (DF) dan Earth Flow (EF), merupakan jenis gerakan tanah yang berkembang di daerah penelitian dan terkonsentrasi dalam 3 kelompok daerah potensi gerakan, yakni potensi gerakan tanah tinggi, sedang/menengah, dan rendah. Secara umum daerah penelitian termasuk kedalam daerah berpotensi gerakan tanah sedang/menengah.
Kata – kata kunci : subrektangula, orogenesa, stratigrafi, Pliosen, Plio Peistosen, Resen, sliding, Debirsise , fall , earth flow.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
|1
1.
UMUM
memanjang ke arah barat laut–tenggara. Perbukitan yang paling tinggi di
Daerah Larangan dan Sekitarnya Kecamatan Larangan dan Ketanggungan, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah merupakan perbukitan yang terletak pada Zona Antiklinorium Bogor Serayu Utara - Kendeng. Berdasarkan sejarah sedimentasi dan posisi tektonik,cukup menarik, unbtuk dilakukan penelitian mengenai geologi serta melakukan analisis potensi gerakan tanah untuk tujuan mempersiapkan informasi daerahdaerah yang berpotensi gerakan tanah.
daerah penelitian yaitu Kiara Lawang dengan ketinggian 253 mdpl yang terdapat pada bagian utara daerah penelitian.
Daerah penelitian dapat dicapai menggunakan kendaraan roda empat dari Bogor menuju Brebes ditempuh selama ± 10 jam. Kondisi jalan relatif cukup baik untuk ruas jalan propinsi, akan tetapi rusak cukup parah untuk ruas jalan kabupaten dan ruas jalan kecamatan.
1.
2.
KONDISI GEOLOGI
2.1
Geomorfologi
Secara umum morfologi daerah penelitian terdiri dari dataran, perbukitan dan lembah, disusun oleh batuan sedimen yang berumur tersier. Perbukitan dan lembah tersebut umumnya
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
Berdasarkan pada konsep yang dikemukakan W.M Davis (1954) dalam Thornbury W.D, (1969) yang meliputi aspek struktur, proses dan tahapan, maka geomorfologi daerah penelitian dikelompokkan menjadi 2 (dua) Satuan Geomorfologi yaitu:
Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan.
Genesa satuan geomorfologi ini dibentuk oleh batuan sedimen yang terlipat dan terpatahkan yang dicirikan oleh bentuk perbukitan bergelombang landai memanjang dari baratlaut tenggara. Satuan ini menempati ± 94,8 % luas daerah penelitian (gambar 2.1). Bentuk morfometri dari satuan ini memperlihatkan relief landai sampai bergelombang lemah dengan ketingian 50 -253 m dan stadia geomorfik dalam stadia dewasa.
Foto 1. Foto Bukit Antiklin pada Satuan Geomorfologi Lipat Patahan. Foto diambil di daerah Karangbokong ke arah Tenggara.(Penulis, 2013).
|2
2.
Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial Sungai.
Faktor pengontrol yang berperan pada satuan ini adalah litologi. Terdiri dari material lepas yang berukuran lempung sampai bongkah, yang merupakan hasil dari proses pelapukan dan erosi batuan asal di hulu sungai yang kemudian tertransportasikan dengan media air sungai dan terendapkan di daerah sekitar sungai. Menempati 5,2 % luas daerah penelitian, terdapat di sekitar hilir sungai Rambatan, dan hilir sungai Cibuntiris yang terdapat di bagian utara daerah penelitian, berada pada ketinggian 5 – 50 mdpl. Satuan ini memiliki relief landai dengan kemiringan 3o - 7o.
Foto 2. Foto Sungai pada satuan Geomorfologi Dataran Alluvial. Foto diambil di Kali Rambatan ke Arah Utara.
2.2
Pada umumnya satuan batuan ini memiliki kondisi singkapan lapuk dan memperlihatkan perlapisan kurang baik. Pengukuran jurus dan kemiringan lapisan dilakukan pada sisipan batupasir, disamping pada fisik batuan yang dijumpai. Satuan Batuan ini disusun oleh batulempung tebal berwarna abu – abu. Di beberapa tempat dijumpai sisipan batupasir, halus – sedang, berwarna coklat kekuningan. Secara megaskopis batulempung mempunyai ciri warna abu–abu, bersifat karbonatan, mengandung fosil dari kelompok Globigerina dan Globorotalia. Sedangkan batupasir mempunyai ciri warna coklat kekuningan, ukuran butir pasir halus–sedang,bentuk butir menyudut tanggung– membulat tanggung, pemilahan baik, kemas tertutup, dan bersifat karbonatan. Berdasarkan analisis petrografi maka nama batuannya yaitu Arkosik Arenite (Gilbert, 1982). Arah jurus lapisan batuannya umumnya Barat – Timur atau sekitar N 98°E dengan kemiringa (dip) berkisar antara 14°–32°. Berdasarkan rekonstruksi penampang geologi, ketebalan dari satuan ini diperkirakan adalah > 275 meter. Umur satuan batuan ini diperkirakan pada kala Miosen Awal atau pada N6 – N8. Atau pada kisaran lingkungan pengendapan pada Neritik Tengah – Neritik Luar ( 30 – 180 m.dpl).
Stratigrafi
Stratigrafi Daerah Penelitian terdiri atas 3 (tiga) satuan batuan, di mulai dari tua ke muda yaitu sebagai berikut : 1) Satuan Batulempung Batupasir Formasi Pemali.
Sisipan
Satuan Batulempung Sisipan Batupasir tersingkap di bagian utara daerah penelitian dan meliputi ± 19,7 % dari daerah penelitian. Satuan batuan ini tersingkap di bagian utara daerah penelitian, terutama disepanjang Kali Poncol, Kali Lebakhaur, Kali Bogol, dan di bagian hilir kali Rambatan.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
Foto 3.Singkapan batulempung, berwarna hijau keabu – abuan. Foto diambil dari lokasi pengamatan LP. 92 di Kali Poncol.
|3
konglomeratan merupakan sisipan dari batupasir selang-seling batulempung. Terdiri dari masa dasar batupasir, warna abu–abu kecoklatan, besar butir pasir sedang–kerakal, membulat tanggung–menyudut tanggung, pemilahan buruk, kemas terbuka, bersifat karbonatan. Fragmennya terdiri dari batugamping, batupasir, batulempung, dengan ukuran 2–30 cm.
Foto 4. Singkapan batulempung sisipan batupasir. Foto diambil dari lokasi pengamatan LP. 46 dengan kedudukan N 245°/ 23° di Kali Sekardosa. 2) Satuan Batupasir Selang - seling Batulempung Sisipan Batupasir Konglomerat Formasi Halang. Satuan batuan ini tersingkap di bagian selatan dan meliputi ± 75,1% dari daerah penelitian. Secara umum, kondisi singkapan segar dan perlapisan yang mudah diukur. Struktur sedimen yang dijumpai berupa pararel laminasi, convolute,gradded bedding dan reverse gradded bedding. Satuan Batupasir ini terdiri dari perselingan antara batupasir selang – seling batulempung dengan sisipan batupasir konglomerat. Di bagian bawah didominasi oleh batulempung, semakin ke atas batupasir semakin menebal. Dengan ketebalan berkisar 50 s/d 150 cm sedangkan lapisan batupasir berkisar anatra 2 cm – 50 cm. Pada bagian atas dijumpai sisipan batupasir konglomerat dengan ketebalan semakin ke atas semakin tipis. Secara megaskopis batupasir mempunyai ciri-ciri warna abu –abu kecoklatan, ukuran butir pasir halus – kasar , bentuk butir menyudut tanggung – membulat tanggung , pemilahan sedang, kemas tertutup, dan bersifat karbonatan. ketebalan 10 s/d 50 cm. Dan dijumpai struktur pararel laminasi,dan convolute. Batulempung, dengan ciri – ciri singkapan segar, berwarna abu–abu, bersifat karbonatan, ketebalan 10 s/d 50cm. Adapun batupasir Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
Berdasarkan analisis petrografi nama batuannya adalah : Lithik Wacke(Gilbert, 1953).. Jurus dan kemiringan lapisan batuannya umumnya N110°E dengan besar kemiringan berkisar antara 15° – 80°. Ketebalan yang diperoleh berdasarkan pengukuran penampang geologi yaitu > 1125 meter. Umur satuan batuan ini diperkirakan pada kala Miosen Akhir yaitu pada N14 – N18. Adapun kisaran lingkungan pengendapan dengan mekanisme turbidit pada suatu sistem lingkungan Kipas Laut dalam.
Foto 5. Singkapan batupasir selang – seling batulempung sisipan batupasir konglomeratan pada LP.28 Foto diambil di Kali Rambatan ke arah timur.
3) Satuan Endapan Alluvial. Penyebaran satuan ini kurang lebih ± 5,2 % dari seluruh luas daerah penelitian, menyebar sekitar hilir Sungai Rambatan, dan hilir Sungai Cibuntiris dibagian Utara daerah penelitian. Satuan alluvial ini menempati Satuan Geomorfologi Dataran Aluvial. Ketebalan dari satuan ini dari 0,5 meter hingga 10 meter di daerah penelitian, merupakan hasil dari rombakan batuan sebelumnya. Endapan ini di |4
daerah penelitian merupakan material lepas berukuran lempung, pasir, kerikil, kerakal, berangkal sampai bongkah, dengan bentuk membulat tanggung sampai membulat, dan komposisinya terdiri dari batuan beku dan batupasir. Endapan alluvial sungai ini menutupi satuan batuan yang ada dibawahnya berupa bidang erosi.
Shear joint atau compression joint yaitu kekar yang terbentuk akibat gaya tekanan. Tension joint, yaitu kekar yang terbentuk akibat gaya tarikan.
2)
Struktur perlipatan,
Yang dijumpai berupa antiklin, ditandai oleh kemiringan lapisan sebagai bidang sayap dengan arah berlawanan dan Sinklin yang ditandai oleh kemiringan lapisan sebagai bidang sayap dengan arah yang searah. 2.1 Foto 6. Singkapan aluvial sungai di lokasi pengamatan Sungai Ci Buntiris
2.3 Struktur Geologi Berdasarkan hasil pengamatan lapangan di daerah penelitian dijumpai struktur geologi berupa kekar, perlipatan dan sesar.
1)
Struktur Kekar.
Di daerah penelitian diketahui sangat berkembang dan dapat di bedakan menjadi
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
Sinklin Sekardosa Dua
Sinklin ini berkembang pada sebelah utara daerah penelitian dengan arah barat-timur. Besar kemiringan pada sayap bagian utara berkisar 140 – 280, dengan jurus N115°E - N130°E. Sedangkan sayap bagian selatan mempunyai kemiringan berkisar 230 – 290 dengan jurus N 240° E – N 265°E. Pada rekontruksi penampang peta geologi sinklin ini terlihat tidak simetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang maka sinklin ini diklasifikasikan sebagai sinklin asimetri.
Foto 7. Pemanfaatan Endapan Alluvial dijadikan sebagai bahan galian C oleh masyarakat setempat. Ketebalan aluvial ini mencapai 0,5 – 10 m. Foto diambil di daerah Kali Rambatan.
Sinklin.
Sinklin Sembung Dua
Sinklin ini berkembang pada bagian tengah daerah penelitian dengan arah sumbu, barat timur. Besar kemiringan pada sayap bagian utara berkisar 140 – 330, dengan jurus N75°E N105°E. Sedangkan sayap bagian selatan mempunyai kemiringan berkisar 230 – 560 dengan jurus N 245° E – N 295°E. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang maka sinklin ini diklasifikasikan sebagai sinklin asimetri.
Sinklin Pamulihan
Sinklin ini berkembang pada bagian selatan daerah penelitian dengan arah barat -timur. Besar kemiringan pada sayap bagian utara berkisar 270 – 350, dengan jurus N75°E N105°E. Sedang sayap bagian selatan |5
mempunyai kemiringan berkisar 460 – 560 dengan jurus N 258° E – N 310°E . Pada rekontruksi penampang peta geologi sinklin ini terlihat tidak simetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang maka sinklin ini diklasifikasikan sebagai sinklin asimetri. Dia beberapa tempat dipotong oleh sesar mendatar. 2.2. Antiklin
Besar kemiringan pada sayap bagian utara berkisar 460 – 520, dengan jurus N100°E – N118°E. Sedangkan sayap bagian selatan mempunyai kemiringan berkisar 320 – 420 dengan jurus N 285° E – N 324°E . Pada rekontruksi penampang peta geologi sinklin ini terlihat tidak simetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang maka sinklin ini diklasifikasikan sebagai sinklin asimetri.
3. Patahan atau Sesar
Antiklin Sekardosa Tiga
Antiklin ini berkembang pada bagian utara daerah penelitian dengan arah barat -timur. Besar kemiringan pada sayap bagian utara berkisar 230 – 290, dengan jurus N240°E – N246°E. Sedangkan sayap bagian selatan mempunyai kemiringan berkisar 280 – 650 dengan jurus N 85° E – N 142°E . Pada penampang peta geologi sinklin ini terlihat tidak simetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang maka sinklin ini diklasifikasikan sebagai sinklin asimetri.
Patahan atau sesar merupakan struktur rekahan yang telah mengalami pergeseran. Sifat pergeserannya dapat bermacam – macam mulai dari mendatar, miring (oblique), naik maupun turun.
1) 2) 3)
Sesar Naik Cisadaptinggal. Sesar Mendatar Kali Babakan. Sesar Mendatar Kali Rambatan.
Sesar Naik Cisadaptinggal
Antiklin Dukuh Tengah
Antiklin Dukuh Tengah berkembang pada bagian tengah daerah penelitian dengan arah barat -timur. Besar kemiringan pada sayap bagian utara berkisar 140 – 330, dengan jurus N60°E – N105°E. Sedangkan sayap bagian selatan mempunyai kemiringan berkisar 280 – 650 dengan jurus N 250° E – N 297°E . Pada rekontruksi penampang peta geologi sinklin ini terlihat tidak simetri. Berdasarkan besar kemiringan pada kedua sayap dan penampang maka sinklin ini diklasifikasikan sebagai sinklin asimetri. Pada beberapa tempat dipotong oleh sesar mendatar.
Adapun jenis sesar – sesar yang berkembang di daerah penelitian antara lain :
Sesar naik Cisadaptinggal ini berkembang di sekitar Desa Cisadaptinggal, Angkrong dan Dukuh tengah, diperkirakan memanjang sejauh 2,5 km. Arah sesar ini memanjang dengan arah barat – timur. Sesar ini melibatkan Satuan Batupasir Selang-Seling Batulempung Sisipan Batupasir Konglomerat Formasi Halang . Adapun beberapa indikasi atau struktur penyerta, antara lain :
Antiklin Cikeusal Lor
Antiklin ini berkembang pada daerah penelitian dengan arah diperkirakan ±8,4 km. Satuan dilalui oleh struktur lipatan ini
bagian tengah barat -timur. batuan yang adalah Satuan
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
Perlapisan tegak pada batupasir selang – seling batulempung yang dijempai di LP 7 dan Lp 84, 85 pada Kali Babakan. Drag fold pada batupasir selang – seling batulempung pada DF.1 Sungai Ci Buntiris dengan kedudukan N120oE/67o. Gores – garis yang ditemukan pada singkapan Batupasir di Desa Angkrong Lp 82 dengan hasil pengukuran N 352 0 E / 550 ,Pitch 840, 270, N 870 E.
|6
Foto 8. Lapisan tegak pada LP 7, Kali Babakan dengan kedudukan N140ºE/60º
Foto 9. Drag fold Buntiris N 120° E / 67º.pada DF.1 Sungai Ci Buntiris,
Sesar Mendatar Kali Babakan Sesar mendatar Kali Babakan ini berkembang dibagian barat di daerah penelitian diperkirakan memanjang sejauh ± 6,5 km. Arah sesar ini memanjang dengan arah baratlaut – tenggara.. Adapun beberapa indikasi atau struktur penyerta, antara lain :
Pembelokan sungai secara tiba – tiba pada Kali Babakan Lokasi PS.01. Breksiasi pada Kali Babakan Lp 86. Gores – garis yang ditemukan pada singkapan Batupasir di Daerah Desa Dukuh Tengah Lp 92 dengan hasil pengukuran N 860 E / 630 ,Pitch 70, plunge 120, N 1700 E. Kelurusan sungai pada Kali Babakan.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
Foto 10. Cermin sesar pada batupasir dengan kedudukan N 2870 E / 800 ,Pitch 70, plunge 120,N 1700E. Foto diambil pada LP 92, Desa Pamulihan.
Foto 11. Breksiasi pada Kali Babakan Lp86 Dengan arah umum N 159º E
Dari indikasi – indikasi tersebut dan pola – polas struktur yang mendukung serta analisa peta geologi dan topografi maka dapat disimpulkan bahwa sesar mendatar Kali Babakan dengan arah Baratlaut – Tenggara ini dinamakan
sesar mendatar menganan. Sesar Mendatar Kali Rambatan Sesar mendatar Kali Rambatan ini berkembang dibagian tengah daerah penelitian. Arah sesar ini memanjang dengan arah baratlaut – tenggara. Adapun beberapa indikasi atau struktur penyerta, antara lain :
Pembelokan sungai secara tiba – tiba pada Kali Rambatan. Kelurusan sungai pada Kali Rambatan. Gores – garis yang ditemukan pada singkapan Batupasir di Desa Pamulihan Lp 20 dengan hasil pengukuran N 86 0 E / 630 ,Pitch 140, plunge 90, N 3400 E. |7
Dari indikasi – indikasi tersebut dan pola – pola struktur yang mendukung serta analisa peta geologi dan topografi maka dapat disimpulkan bahwa sesar mendatar Kali Rambatan dengan arah Baratlaut – Tenggara ini dinamakan sesar mendatar menganan.
Adalah jenis gerakan tanah yang bergerak rotasi dengan gerakan yang cepat, jenis materialnya yaitu berupa bahan rombakan yang berbutir kasar berukuran pasir sampai bongkah, t erjadi disekitar tebing – tebing sungai dan tebing – tebing perbukitan. Faktor – faktor penyebab utamanya adalah sudut lereng dan struktur geologi , sedangkan faktor pendukung lainnya berupa jenis batuan dan kandungan air.
Foto 12. Cermin sesar pada batupasir dengan kedudukan N 860 E / 820 ,Pitch 140, plunge 90, N 3400 E.
3.
POTENSI GERAKAN TANAH
Gerakan tanah adalah perpindahan masa tanah atau batuan akibat gaya gravitasi, yang sering disebut sebagai longsoran dari masa tanah atau batuan.
Jenis gerakan tanah ini berkembang ± 35 % dari semua gerakan tanah yang teramati. Terjadi di sekitar tebing – tebing sungai seperti di Sungai Cikeusal dan Kali Rambatan. Umumnya mempunyai lebar (10 - 45 m) dan tinggi (5 – 35 m). Terdapat 3 Lokasi gerakan tanah jenis Debris Fall yang menyebar pada bagian tengah daerah penelitian. Lokasi pengamatan DF 1 sampai DF 3 terdapat pada Kali Rambatan.
Faktor – Faktor Penyebab Gerakan Tanah 1)
2) 3) 4)
Kondisi geologi yang meliputi : a) Jenis tanah dan batuan, terutama adanya lapisan yang lulus air menumpang di atas lapisan yang tidak lulus air. b) Perubahan kemiringan lereng. c) Arah dan kemiringan bidang perlapisan, kekar, patahan dan ketidak selarasan yang mengarah keluar lereng. d) Tingkat pelapukan batuan. Sistem keairan. Tata guna lahan. Aktifitas manusia.
Berdasarkan pengamatan di lapangan dan mengacu pada klasifikasi HighWay Research Board Landslide Committe (HWRBLC), di daerah penelitian berkembang gerakan tanah berupa : 1)
Debrise Fall (DF)
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
Foto 13. Gerakan tanah jenis” Debrise Fall “ Pada Kali Rambatan DF 1
2)
Debrise Slide
Adalah jenis gerakan tanah yang bergerak planar berupa longsoran yang membawa material rombakan. Faktor – faktor penyebab gerakan tanah jenis ini kandungan air, pelapukan, sudut lereng, jenis batuan dan struktur geologi. Faktor utama pemicu gerakan tanah jenis ini adalah sudut lereng, tingkat kandungan air dan pelapukan. Jenis gerakan tanah ini berkembang ± 17,6 % dari semua gerakan tanah yang teramati. Umumnya |8
mempunyai lebar (10 - 50 m) dan tinggi (10 – 35 m). Terdapat 7 Lokasi gerakan tanah jenis Debris Slide. Lokasi pengamatan DS 1 dan DS 2 terdapat pada sungai Cisalak, DS 3 dan DS 6 terletak pada sungai Cikuyak, DS 4 terdapat pada Sungai Ciseureuh dan DS 5 terdapat pada Sungai Cieureuh dan DS 7 terdapat pada Kiara Lawang.
Foto 15. Gerakan tanah jenis “Earth Flow” tersingkap di lokasi EF 1, Kali Bogol.
3.1 Analisis Gerakan Tanah
Foto 14. Luncuran berupa material rombakan pada tepi sungai, tersingkap di lokasi DS5, Sungai Ciseureuh.
2.
Earth Flow (EF)
Adalah jenis gerakan tanah yang melibatkan bahan – bahan yang lepas dimana materialnya terdiri dari tanah yang jenuh air yang bergerak mengikuti lereng yang lebih landai akibat gaya gravitasi. Gaya ini terjadi akibat perbedaan inklinasi lereng, air serta material berupa tanah dan hasil rombakan yang memiliki tingkat peresapan air yang tinggi serta batuan impermeable sebagai dasar pergerakannya. Jenis gerakan tanah ini berkembang ± 24 % dari semua gerakan tanah yang teramati. Umumnya mempunyai lebar (10 - 25 m) dan tinggi (5 – 35 m). Terdapat 4 Lokasi gerakan tanah jenis EF 1 dan EF 2 terletak pada Kali Babakan, sedangkan EF 3 terletak pada Sungai Bogol dan EF 4 terletak pada Kali Rambatan.
Berdasarkan data – data di atas, selanjutnya di lokasi EF 1, Kali Bogol. Lebar daerah penelitian di evaluasi kondisi geologinya untuk menentukan nilai kemampuan dari setiap kelas informasi. Kemudian untuk menentukan nilai kemampuan ini diberikan urutan potensi dari masing – masing kelas informasi sehingga dapat memberikan informasi tentang daerah yang berpotensi terhadap bahaya dari gerakan tanah. Urutan Potensi 5 4 3 2 1
Keterangan Potensi Sangat Besar Potensi Besar Potensi Sedang Potensi Kecil Tidak ada / tidak berpotensi
Urutan Kemampuan 1 2 3 4 5
Keterangan Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat rendah
Analisa Sudut Lereng Pada peta sudut lereng daerah penelitian terbagi menjadi beberapa daerah dengan kelas sudut lereng sebagai berikut :
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
|9
1)
2)
3)
4)
Sudut lereng 0 – 7 % meliputi daerah Campur, Limbangan, Pasir Panjang, Sekardosa Satu, Sekardosa Dua, Kampir Satu, Kampir Dua, Desa Karangbale dan Desa Larangan. Sudut lereng 7 – 15 % meliputin daerah Sekardosa Tiga, Desa Buara, Desa Pamuliah, Desa Cikeusal Lor, Karangbokong, Sindang Jaya, Kamal Satu, Jati Satu, Jati Dua, Bentar Sari dan Ci Cadas. Sudut lereng 15 – 30 % meliputin daerah Pasir Pamimpiran , Dukuh Tengah, Kamal Tiga dan Geger Kemuning. Sudut lereng 30 – 70 % meliputi Gunung Kiara Lawang.
Penyebaran jenis – jenis gerakan tanah terdapat di semua satuan geomorfologi kecuali dataran alluvial dan secara umum berada di sekitar jalur sungai, tebing terjal, tebing jalan raya dan pematang sawah Analisa Satuan Batuan Daerah penelitian terdiri dari 3 satuan batuan yaitu Satuan Batulempung Sisipan Batupasir, Satuan Batupasir Selang-seling Batulempung Sisipan Batupasir Konglomerat dan Satuan Endapan Alluvial. Batuan – batuan yang terdapat di daerah penelitian terdiri dari batuan sedimen dengan kekompakan rendah sampai tinggi. Batuan dengan kekompakan rendah sampi sedang merupakan material – material yang mudah bergerak dan berpotensi terjadinya gerakan tanah. Tetapi batuan dengan kekompakan tinggi juga masih berpotensi bergerak karena terdapatnya kekar – kekar di dalam batuan tersebut walaupun dalam presentase yang kecil. Analisa Kerapatan Sungai Kerapatan sungai mempunyai peran yang cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gerakan tanah. Hal ini dapat di amati di lapangan , dimana sebagian besar gerakan tanah terjadi di tebing – tebing sungai.
Semakin besar nilai kerapatan sungai, semakin besar pula kecenderungan untuk terjadinya erosi, begitupun sebaliknya. Besarnya kerapatan sungai dihitung berdasarkan perbandingan jumlah panjang sungai utama dan anak-anak sungai (dalam Km), terhadap luas wilayah aliran (Km2). Dari hasil analisis kerapatan sungai, di daerah penelitian menunjukkan adaa 2 macam kerapatan sungai yang berbeda-beda. Yang pertama, kerapatan sungai dengan jenis densitas halus (< 0,5 km/km2) penyebarannya hanya di bagian Timurlaut dan mencakup sekitar ± 8 % dari luas wilayah penelitian. Sungai yang terdapat di dalamnya adalah Kali Lebakhaur dan bagian hilir Kali Rambatan, dengan jenis litologi berupa batulempung sisipan batupasir. Yang ke dua, kerapatan sungai dengan jenis densitas sedang ( 0,5 – 5 km/km2) , memiliki karakteristik berupa : limpasan sedang, batuan atau tanah agak permeabel, penyebarannya sangat luas, ± 92 % dari luas wilayah penelitian, mencakup hampir seluruh sungai-sungai yang ada, dengan bentuk topografi dari datar hingga sangat terjal. Jenis litologinyapun mencakup seluruh jenis litologi yang ada di wilayah penelitian. Analisa Tutupan lahan Tutupan lahan daerah penelitian berupa perkebunan, ladang, pemukiman dan sawah. Daerah -daerah dengan tutupan lahan berupa perkebunan akan relatif stabil jika dibandingkan denga persawahan, ladang dan pemukiman. Analisa Struktur Pada beebrapa tempat, struktur geologi berpengaruh langsung padamgerakan tanah yang terjadi di daerah penelitian. Hal ini karena zona – zona struktur geologi merupakan daerah lemah, batuannya mengalami proses penghancuran sehingga terurai dan mudah bergerak.
.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 10
Tabel 1. Nilai Potensi Dari Seluruh Kelas Informasi Potensi Gerakan Tanah Informasi
Kelas Informasi
Urutan Kemampuan
Nilai Potensi
Sudut Lereng (%)
0 -7 %
1
4
Rendah
7 - 15 %
2
1
Sangat Tinggi
15 - 30 %
3
2
Tinggi
30 - 70 %
4
3
Sedang
Batulempung sisipan batupasir
3
2
Tinggi
Batupasir selang-seling batulempung sisipan konglomerat
2
1
Sangat Tinggi
Endapan Alluvial
1
3
Sedang
< 0,5 km/km2
1
3
Sedang
0,5 – 3 km/km2
2
2
Tinggi
> 3 km/km2
3
1
Sangat Tinggi
Sawah
4
1
Sangat Tinggi
Pemukiman
2
4
Rendah
Ladang
3
3
Sedang
Perkebunan
2
2
Tinggi
Sinklin Sekardosa Dua
3
5
Tinggi
Antiklin Sekardosa Tiga
3
5
Rendah
Sinklin Sembung Dua
3
5
Rendah
Antiklin Dukuh Tengah
3
5
Rendah
Sinklin Pamulihan
3
4
sedang
Antiklin Cikeusal Lor
3
4
Sedang
Sesar mendatar Kali Babakan
4
1
Sangat Tinggi
Sesar Mendatar kali Rambatan
4
2
Tinggi
Sesar Naik Cisadaptinggal
4
3
Sedang
Satuan Batuan
Kerapatan Sungai
Tutupan Lahan
Struktur
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 11
Keterangan : Urutan Kemampuan 1 2 3 4 5
Potensi Gerakan Tanah Tinggi Tinggi Sedang Rendah Rendah
Tabel 2. Tabel Potensi Gerakan Tanah Dari seluruh Kelas Informasi
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 12
3.2. Identtifikasi Masalah
4. KESIMPULAN DAN DISKUSI
Faktor penyebab gerakan tanah di daerah penelitian di pengaruhi oleh sudut lereng, kerapatan sungai, kemiringan lereng, tutupan lahan, jenis batuan, struktur geologi , dan aktifitas manusia.
Berdasarkan seluruh data kelas informasi di atas, maka daerah penelitian dapat dibagi menjadi 3 daerah potensi gerakan tanah, yaitu : 1) 2) 3) 4)
Daerah potensi gerakan tanah tinggi Daerah potensi gerakan tanah sedang Daerah potensi gerakan tanah rendah
Penanggulangan Gerakan Tanah Penanggulangan dan pencegahan bahaya gerakan tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara, maka penulis memberikan beberapa saran untuk penanggulangan dan memperkecil kerugian akibat gerakan tanah ini, diantaranya adalah : 1)
2) 3)
4)
5)
Pada wilayah perbukitan dilakukan pembuatan terasering untuk lereng yang cukup terjal atau dengan menerapkan struktur dan pondasi bangunan yang dapat menahan terjadinya gerakan tanah. Pengairan yang sesuai di daerah – daerah gerakan tanah. Pengaturan penggunaan lahan yang memiliki sudut lereng terjal dan penanaman tanaman keras atau tanaman perdu yang akarnya dapat mengikat tanah. Pencegahan perembesan air kedalam tanah dengan cara penghijauan kembali hutan – hutan yang gundul dengan jenis tanaman yang sesuai. Pengaturan pemukiman dan pembangunan infrastruktur lainnya (jalan, bendungan) di daerah – daerah yang stabil dan menghindari daerah – daerah jalur gerakan tanah, dataran sepanjang aliran sungai dan daerah dengan sudut lereng tinggi.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
Geomorfologi daerah penelitian dipengaruhi oleh aspek struktur , proses, dan tahapan. Satuan Geomorfologi daerah penelitian dibagi menjadi 2 satuan yaitu Satuan Perbukitan Lipat Patahan dan Satuan Dataran Alluvial. Satuan Geomorfologi Perbukitan Lipat Patahan berupa bukit-bukit yang terbentuk akibat perlipatan dan patahan, Faktor pengontrol satuan geomorfologi ini diantaranya yaitu faktor litologi, faktor struktur dan faktor erosi. Sedangkan pada Satuan Geomorfologi Dataran Alluvial tidak dipengaruhi oleh faktor struktur, tetapi dipengaruhi oleh faktor litologi. Pada daerah penelitian hanya terdapat satu pola aliran sungai yaitu pola aliran subrektangular. Pola aliran ini dikendalikan oleh pola kekar dan sesar dan membentuk sudut – sudut tegak lurus. Pola aliran rektangular dijumpai pada daerah yang wilayahnya terpatahkan. Stadium erosi sungai daerah yaitu stadium erosi dewasa dan gentera geomorfiknya masuk ke dalam gentera geomorfik dewasa. Satuan batuan daerah penelitian di bagi menjadi 3 satuan batuan darti tua ke muda yaitu Satuan Batuan Batulempung Sisipan Batupasir Formasi Pemali, Satuan Batuan Batupasir Selang-Seling Batulempung Sisipan Batupasir Konglomerat Formasi Halang dan Endapan Alluvial. Satuan Batulempung Sisipan Batupasir Formasi Pemali (N6-N8), diendapkan pada lingkungan laut dangkal dan mempunyai hubungan startigrafi tidak selaras dengan Satuan Batupasir Selang-Seling Batulempung Sisipan Batupasir Konglomerat Formasi Halang yang diendapkan pada laut dalam (N14-N18). Adapun bentuk ketidakselarasannya yaitu bisa diperkirakan ketidakselarasan bersudut karena dilihat dari kemiringan lereng Formasi Pemali 14º – 31º dengan kemiringan lereng Formasi Halang antara 22º – 34º.
| 13
Mekanisme pembentukan sesar pada daerah penelitian diawali adanya gaya dari arah Utara–Selatan, sehingga terbentuk perlipatan dengan arah relatif Timur - Barat, gaya tersebut terus bekerja sampai melampaui batas elastisitas batuan sehingga terjadilah pensesaran membentuk sesar naik kemudian gaya terus bekerja sehingga membentuk sesar mendatar dengan arah relatif Baratlaut – Tenggara.
6)
Kastowo, 1975, Peta Geolgi Lembar Majenang, Jawa, Skala 1:100.000, Direktorat Geologi, Bandung.
7)
Mark, P, 1957, Stratigraphic Lexicon of Indonesia, Geological Research and Development Center, Bandung. Noor, Djauhari, 2005, Geologi Lingkungan, Graha Ilmu, Jakarta.
8)
9)
Thornbury, William D., Principles of Geomorphology, Second Edition, John Willey and Sons Inc., New York, London, Sydney, Toronto, 594.
10)
Walker, R.G., James, N.P, 1992, Facies Models Respons to Sea Level Change, Geological Association of Canada, Kanada
PUSTAKA 1)
Bemmelen, R.W. Van, 1949, The Geology of Indonesia, The Hague Martinus Nijhoff, Vol.1A, Netherlands.
2)
Barber,A.J, dan Wiryosujono, ,1979, The Geologi and Tectonics Of Eastern Indonesia, New York.
3)
Blow, W. H. and Postuma J. A. 1969. “Range Chart, Late Miosen to Recent Planktonic Foraminifera Biostratigra phy”, Proceeding of The First.
PENULIS
4)
Chrystady, H, 2006, Penanganan Tanah Longsor dan Erosi,Gadjah Mada University Press.
5)
Hamilton Warren,1979, Tectonics of the Indonesian Regiuon , Washington.
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
[1]
Puspa Erita, ST., Alumni (2013) Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
[2]
Bambang Sunarwan, Ir., MT., Staf Pengajar di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik, Universitas Pakuan.
| 14
Lampiran 9.Peta Potensi Gerakan Tanah ( Penulis, 2013)
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 15
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 16
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 17
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 18
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 19
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 20
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 21
Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Unpak
| 22