STUDI FENOMENA TENTANG HARGA DIRI DAN IDEAL DIRI PADA REMAJA TUNANETRA DI PANTI ASUHAN YAYASAN TUNANETRA ISLAM YOGYAKARTA Endang Nurul Syafitri INTI SARI Latar belakang : Remaja yang mengalami tunanetra sejak lahir dapat mempengaruhi penilaian terhadap diri sendiri dan harapan yang ingin dicapai. Berdasarkan hasil studi pendahuluan didapatkan bahwa pada empat remaja tunanetra memiliki perasaan kurang percaya diri, penolakan oleh orang tua dan orang di sekitarnya, serta belum berani memiliki cita-cita Tujuan : Untukmengeksplorasi proses pembentukan harga diri dan ideal diri dan mengeksplorasi faktor yang mempengaruhi pembentukan harga diri serta ideal diri pada remaja tunanetra Metode penelitian : Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Yayasan Tunanetra Islam Yogyakarta dengan metode penelitian kualitatif pendekatan studi fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (indepth interview),serta menggunakan jenis wawancara tidak berstruktur. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Hasil : Respon penolakan dari lingkungan maupun keluarga terhadap remaja tunanetra menyebabkan perasaan terpukul, mudah marah, destruktif pada orang lain serta mengurung diri yang merupakan wujud dari perilaku harga diri dan ideal diri yang rendah. Prestasi dalam akademik, dukungan dari keluarga serta keyakinan terhadap diri sendiri dapat menurunkan harga diri dan ideal diri rendah pada remaja tunanetra. Faktor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri remaja tunanetra yaitu menetapkan ideal diri sebatas kemampuannya dan hasrat untuk berhasil. Kesimpulan : Remaja tunanetra memiliki persepsi yang salah tentang harga diri dan ideal diri. Pembentukan harga diri dan ideal diri dipengaruhi oleh penilaian stresor, mekanisme koping dan sumber koping sedangkan faktor yang mempengaruhi adalah presipitasi dan presdisposisi Kata kunci : Harga diri, Ideal diri, Remaja, Tunanetra
13
A STUDY OF BLIND TEENAGERS SELF ESTEEM AND SELF IDEAL PHENOMENON IN ORPHANAGE OF ISLAM BLIND CHARITABLE FOUNDATION YOGYAKARTA Endang Nurul Syafitri ABSTRACT Background: Teenagers who had already blind since they were born is able to influence the judgment towards themselves and their achivied expectation. According to preliminary result study, it was found that four blind teenagers were having less self esteem, rejection by their parents and people around them, and not dare to have future ideas. Purpose: This research is purposed to explore blind teenagers self esteem and self ideal forming process as well as to explore factors that influnce the process. Research Method: This research was carried out in Orphanage of Islam Blind Charitable Foundation Yogyakarta with qualitative research method and phenomenology study approach. Data collection was carried out by using indepth interview technique, and was using instructure type of interview. This research was using purposive sampling technique. Result: The respond of rejection from the environment or family towards blind teenagers were causing hurt feeling, easy to be angry, destructive towards others and isolate themselves as the form of low self esteem and self ideal behaviour. Educational achievement, family support and the confidence towards themselves can drop teenagers blind low self esteem and self ideal. The blind teenagers influence of self esteem and self ideal factors was to determine self ideal based on their capability and their desire to be successed. Conclusion: Blind teenagers were having wrong perception about self esteem and self ideal. The forming of self esteem and self ideal were influenced by stressor judgment, coping mechanism and coping resources. Meanwhile, factors that influece self esteem and self ideal were precipitation and predisposition. Keywords: self esteem, self idel, teenagers, blind
40-45 juta orang mengalami gangguan
A. Pendahuluan Tunanetra
merupakan
penglihatan
di
seluruh
dunia.
individu yang indera penglihatannya
Diperkirakan pada tahun 2020, jumlah
tidak
saluran
penduduk dunia yang mengalami
penerima informasi dalam kegiatan
kebutaan akan mengalami kenaikan
sehari-hari. Tunanetra dibagi menjadi
dua kali lipat, yaitu 80-90 juta orang1.
berfungsi,
sebagai
dua jenis yaitu buta total dengan
Seseorang
yang
mengalami
kondisi tidak dapat melihat sama sekali
tunanetra sejak lahir tidak dapat
dan low vision dengan kondisi masih
melihat dunia luar secara utuh dan
bisa
terbatas.
lengkap. Apabila tunanetra tersebut
Berdasarkan data WHO tahun 2011
tidak ditangani akan berdampak pada
menunjukkan bahwa terdapat sekitar
berbagai aspek kehidupan. Aspek
melihat
meskipun
14
kehidupan
tersebut
dipengaruhi
memiliki
beberapa tahapan perkembangan yang terjadi
pada
perkembangan
remaja
yang
negatif
tentang dirinya.
remaja.3Tahap
masa
penilaian
Komponen konsep diri selanjutnya
dibedakan
yang
mempengaruhi
konsep
diri
menjadi lima yaitu perkembangan
adalah ideal diri. 4Ideal diri adalah
fisik, emosi, kognitif, kepribadian, dan
persepsi individu tentang bagaimana ia
perkembangan psikososial.Pada tahap
bertingkah laku berdasarkan standar
perkembangan psikologi remaja hal
pribadi. Ideal diri membantu remaja
pertama
adalah
menemukan serta mewujudkan cita-
pembentukan konsep diri. Tidak jarang
cita atau pengharapan diri berdasarkan
pada masa itu, remaja seringkali
norma-norma sosial di masyarakat
mengalami masalah yang berkaitan
tempat individu tersebut melahirkan
dengan konsep diri.
penyesuaian diri. Pandangan remaja
4
yang
dimulai
Komponen konsep diri yang perlu
tunanetra terhadap ideal diri masih
diperhatikan adalah harga diri. Harga
belum sepenuhnya terwujud. Terbukti
diri merupakan penilaian individu
remaja tunanetra masih berfikir cita-
terhadap hasil yang telah dicapai.
cita yang diinginkan tidak dapat
Harga diri sangat mengancam remaja
tercapai, mengingat kondisi
pada masa pubertas, karena pada saat
terbatas.
ini harga diri mengalami perubahan
Hasil
studi
pendahuluan
dilakukan
yang harus dibuat menyangkut dirinya
remaja tunanetra di Panti Asuhan
sendiri.Remaja
Yayasan Tunanetra Islam Yogyakarta
mengalami
menunjukkan
dapat
tunanetra sejak lahir, sedangkan satu
negatif
pada
orang
orang
gangguan pada perkembangan fisik berdampak
tiga
empat
yang
yang disebabkan banyak keputusan
yang
terhadap
yang
menjadi
perkembangan psikososialnya. 5Sejak
orang mengalami
kecil remaja tunanetra diduga akan
berumur 7 bulan akibat kejang. Salah
tumbuh menjadi pribadi yang memiliki
satu
keberhargaan diri rendah. Hal ini
penglihatan
disebabkan kondisinya yang tidak
vision).Semua merasa minder dengan
dapat melihat membuat tunanetra
keadaan
merasa ditolak, tidak dihargai dan
penyampaian yang berbeda-beda. Dua
merasa tidak dicintai oleh lingkungan
remaja lain mengatakan sudah terbiasa
sekitarnya akibatnya, tunanetra dapat
dengan keadaan yang terbatas pada 15
orang
tunanetra
menderita jarak
yang
gangguan
jauh
terbatas
sejak
(low
dengan
indera penglihatannya. Menangggapi
wawancara
ejekan-ejekan
Wawancara
dengan
tanggapan
tidak
berstruktur.
dilakukan
2
kali
positif namun disisi lain mereka tetap
pertemuan pada ketiga informan. Hasil
merasa minder dan tidak percaya diri.
wawancara dari informan ditemukan 9
Ketiga remaja tunanetra memiliki
temayaitu
harapan dan cita-cita. Tetapi mereka
presipitasi, penilaian stressor, sumber
sadar
koping dan mekanisme koping.Setelah
cita-cita
yang
diharapkan
terbentuk
predisposisi,
sekedar angan-angan terkait kondisi
5
yang terbatas. Remaja yang satu belum
melakukan pembahasan dari tema-
mempunyai pandangan tentang cita-
tema yang terbentuk dan dirumuskan
cita. Pada akhirnya ia akan menjadi
dalam subtema kecil yaitupenilaian
tukang pijat saja. Mereka berharap
stressor afektif, penilaian stressor
dapat melihat seperti orang lain dan
fisiologi,
bisa
cita-citanya.
sosial.Sedangkan mekanisme koping
Berdasarkan latar belakang, peneliti
meliputi: mekanisme koping adaptif
tertarik untuk mempelajari bagaimana
dan
harga diri dan ideal diri pada remaja
meliputi
tunanetra di Panti Asuhan Yayasan
dukungan sosial dan keyakinan positif.
Tunanetra Islam Yogyakarta.
faktor presdiposisi biologi, psikologi
mewujudkan
tema
faktor
peneliti
mulai
perilaku
maladaptif. :
dan
sumber
kemampuan
koping personal,
dan sosial budaya. Faktor presipitasi, meliputi : faktor presipitasi sifat, terdiri
B. Metode Penelitian
dari faktor psikologi dan sosial7.
Penelitian ini menggunakan tehnik kualitatif
fenomenologiuntuk
C. Hasil dan Pembahasan
menganalisis poses pembentukan dan faktor-faktor
yang
1.
mempengaruhi
Karakteristik Informan Tiga
orang
informan
yang
harga diri dan ideal diri pada remaja
berpartisipasi dalam penelitian ini
tunanetra.
sampel
adalah remaja tunanetra yang tinggal di
menggunakanteknik
Panti Asuhan Yayasan Tunanetra
penelitan purposive
Pengambilan ini
sampling.
Purposive
Islam Yogyakarta. Ketiga informan ini
Sampling adalah tehnik pengambilan
menjalani
sampel
dengan
selanjutnya di sebut sebagai informan
pertimbangan tertentu6.Pengumpulan
1, informan 2, dan informan 3.
data dilakukan dengan wawancara
Informan 1 usia 20 dan informan 2
mendalam (indepth interview) serta
berusia 21 tahun, kedua informan
sumber
data
16
indepth
interviewyang
berjenis kelamin perempuan. Informan
ini. Sehingga individu yang seperti ini
3 berusia 18 tahun berjenis kelamin
cenderung menilai negatif dirinya,
laki-laki.
menjadi tidak percaya diri ketika
2.
mengerjakan sesuatu dan akhirnya
Pembahasan Berdasarkan
indepth
interview
hasil
masing-masing informan di peroleh
remaja
didapatpun
tidak
memuaskan.
hal-hal sebagai berikut : a. Persepsi
yang
b. Persepsi tunanetra
remaja
tunanetra
tentang ideal diri Informan 1: “... ideal diri itu apa ya
tentang harga diri Informan 1: “..harga diri itu penilaian
mbak?..”
terhadap diri saya sendiri..ya kita kan
Informan 2: “ ideal diri? Ideal og,
dalam pergaulan sehari-hari kan pasti
maksutnya?..”
ada yang salah dan benarnya. lha kita
Informan 3: “ ideal diri itu apa e
harus bisa...menilai oh itu salah oh
mbak?
yang ini benar begitu..” Informan
“..harga
2:
Berdasarkan diri
anu
peneliti
hasil
berasumsi
penelitian,
bahwa
ketiga
mempertahankan harga dirinya dari
informan tidak mengetahui persepsi
segala yang merusak diri. Ya seperti
dari ideal diri.8Hal ini disebabkanoleh
merusak nama baik diri...menjaga dari
proses tidak diterimanya rangsang
hal-hal yang membahayakan kita..
yang kemudian tidak bisa disadari dan
misalnya harga diri direndahkan..ya
dimengerti.
boleh si.. bila manusia itu memang
berkembang pada masa kanak-kanak
bener-bener
dan dipengaruhi oleh orang yang
memiliki
kemampuan
yang diatas yang direndahkan..” Informan
“...harga
3:
Selain itu ideal diri
penting bagi dirinya. Orang yang diri
penting bagi informan sendiri tidak
adalah..pokoknya suatu yang harus
tahu mengenai ideal diri.
dijaga..”
c. Faktor predisposisi
Berdasarkan peneliti
9
hasil
mencoba
penelitian,
1) Faktor predisposisi biologi saya
Informan
bahwa persepsi dapat mempengaruhi
tunanetra,
harga diri. Dengan adanya penilaian
adalah..sebelum
harga diri yang salah, hal tersebut
mengkonsumsi pil kontrasepsi. Eh
dapat
tanpa
mempengaruhi
individu
khususnya informan dalam penelitan
1:
“..ternyata
mengasumsikan
disadari
penyebabnya itukan
ada
ibu
janin
saya
4
bulan...setelah diperiksa syaraf mata 17
ini telah rusak..ketika usia 9 tahun saya
merasakan..terang dapat melihat. Tapi
menemukan sekolah tunanetra..disana
saya
saya senang sekali..”
hitam..”
Informan 2: “..aku lahir trus kata ibuk
Informan 2: “di SD ada kunjugan dari
umur 7 bulan ..kena..kayak step gitu
rumah sakit mata lha disitu trus dilihat
lho
“kok
kejang
panas
tinggi..
terus
merasa
anak
gelap
ini
se
anu
olah-olah
agak
susah
akhirnya..kena syaraf matanya jadi
mengalami penglihatan?” trus saya
goyang..katanya dokter mengalami
agak gimana gitu…”
tunanetra..setelah itu dapat bantuan
Informan 3: “..sering merasakan
disuruh operasi mata..hasilnya seperti
biasanya kalo di TK kan kadang udah
ini ya agak melihat jarak jauh tapi
ada yang di ajarin baca nulis trus
cumak kalo tulisan ya tetep kecil-
nggambar ...di SD di kasih tugas kayak
kecil..kadang agak susah..”
gitu kan langsung “oh ini pernah kan
Informan 3: “aku katarak mbak tapi
dulu di tk” .... Lha itu merasa “aduh lha
sejak lahir..setelah itu pas umur 5 tahun
aku pie ki?...Kok apa ya temen-
di operasi di RS Yap.ya lumayan
temenku udah pada bisa tapi aku nggak
lah...paling ngga bisa buat jalan, liat
bisa
uang, baca tulisan..tapi terbatas..”
TK...kadang orang tua kadang nggak
Berdasarkan
hasil
penelitian,
karna
dulunya
di
nyadari kalo anaknya tuh..memiliki
peneliti mencoba berasumsi bahwa
suatu
faktor
nyalahke(menyalahkan)
presdisposisi
nggak
dapat
kekurangan
gitu
to
jelek.
Yo
misalkan
perlahan-lahan menimbulkan harga
harusnya..tahu to kalo anaknya tuh
diri rendah. Namun hal tersebut
mengalami kekurangan trus dulunya
tersebut dapat dicegah dengan dengan
tuh nggak di masukin ke tk kayak gitu.
adanya dukungan dari keluarga dan
“
orang disekitar informan seperti pada
Berdasarkan hasil penelitian ke tiga
data yang menunjukkan bahwa bahwa
informan dapat diasumsikan oleh
informan
peneliti
dan
informan
3
mendapatkan dukungan dari keluarga.
bahwa
nilai
asal
menyebabkan ketiga informan secara
2
apa
....tapi
ketiga
informan
memiliki harga diri yang rendah karena menilai dirinya negatif seperti berbeda
2) Faktor predisposisi psikologi Informan 1: “waktu itu saya umur 6
dengan yang lain, serta
tahun….saya merasakan di sekeliling
belum terbentuk.
saya itu beda sendiri .. yang lain
ideal diri
3) Faktor predisposisi sosial budaya 18
Informan 1: “..ketika tahun 2002
dengan...serius.
boming dengan bom bunuh diri…saya
kesalahpahaman..”
bingung apakah Islam penuh dengan
2) Faktor sosial
kekerasan? ..lalu saya murtad..pindah
Informan 2: “..sering di ejek sama
agama lain..”
temen-temen awas tapi ya sudah
Informan 2: “ dulunya sih pengen
biasalah...di asrama..ada..barang ilang
menjadi..tentara kan tapi ndak bisa..
terutama itu uangku juga ilang uange
kan mbahku dulu tu tentara...jadi ya
temen-temen
cucunya tentara..”
kehilangan uang hampis 1 jutalah..aku
Akhirnya
juga
terjadi
ilang..aku
Pernyataan informan menunjukkan
dimarahain ibuku..aku cuma mau
bahwa informan 1 memilih untuk
nyelengin hasil hari raya..wes tak
pindah agama dikarenakan kurangnya
biarin ra tak ikhlasno..”
informasi
Informan 3: “..temen-temen sering
yang
diterima
dari
lingkungan. Hal ini merupakan wujud dari
ideal
4
diri.
Standart
ngejek...ngga
dapat
bisa
melihat..di..SD..biasa
di
berhubungan dengan tipe orang yang
yaudah
diinginkan/disukai
sejumlah
kayak gitu..aku pernah ya mbak nyari
inspirasi, tujuan dan nilai yang ingin
desgripku (kotak pensil) isinya ya
diraih. Sedangkan informan 2 ingin
macam-macam alat tulis kayak gitu...di
menjadi
karena
ambil sama temenku. Lha pas akunya
ketunanetraan informan 2 memilih
nyari.....di tasku tu ada tapi bukan
cita-cita sesuai kemampuan. Hal ini
punyaku tapi punya temenku yang lain,
menunjukkan
bahwa
2
malah di kiranya aku yang ngambil
menetapkan
ideal
sebatas
punya temenku..Trus pas waktu pulang
atau
tentara,
kemampuannya,
namun
infroman diri
yang
merupakan
sekolah
nggapapa..sering
ejek...tapi
itu
pernah
dikerjain
barengkan
salah satu faktor yang mempengaruhi
berempat... temenku tu pura-pura jatuh
ideal diri.
ternyata tuh ngambil batu di masukin dalam tasku sampek ya banyak lah
d. Faktor presipitasi Faktor presipitasi sifat
batunya
1) Faktor presipitasi psikologi
tasnya..tetangga-tetanggaku juga suka
Informan 1: “..karena belum bisa
lihatin..nanti tu dirasani(digosipin)..Yo
membedakan orang yang bercanda
meskipun aku...dengar secara langsung
dengan serius. Ketika temen-temen
...cuman sedikit-sedikit tapi .....mosok
sedang bercanda saya menganggapi
sih segitunya banget.. 19
tu
sampek
berat
.....kalok awalnya tu orang tua sedih
marah dan merasa hidup ini nggak
mbak..Trus susah nrimanya gitu lho
berguna...
mbak kan..to mas ku juga sama kayak
seandainya
aku..”
dengan muka umum gitu rasanya
..Kenapa kok orang tua ku seperti ini..
nervous…”
“.Kadang pas apek (baik) yo apek
Informan 2: “…kadang itu apa ya
(baik) nekno (kalau) pas...meskipun
mbak anu ya kadang-kadang sih
....nggak menyakitin secara fisik atau
mudah emosian…ya namanya digituin
mukul ... Apa ya mbak kayak sikapnya
hatinya itu ya kayak sakit nuh…”
itu
Informan 3:
kayak
gimana
gitu
lho..kalo
Malu
aja
..sedang
gitu
kalo
berhadapan
“…aku biasanya ini
ngomong sama aku seringnya ini
mbak ngurung diri di kamar, paling
...nadanya tuh seringnya tinggi trus
nangis kayak gitu… aku kadang sok
sering..suka membanding-bandingkan
sedih. Bisa ngga sih aku tuh apa bisa
sama orang lain...”
nggak
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
membahagiakan kedua orang tua..”
mencoba bersasumsi bahwa faktor presipitasi
psikologi
dan
sih
aku
Berdasarkan
tu
besok
hasil
bisa
penelitian,
sosial
peneliti mencoba berasumsi bahwa
mempengaruhi harga diri ke dua
kedua informan memiliki harga diri
informan. Hal ini disebabkan oleh
rendah. 7Perilaku yang berhubungan
lingkungan sekitar informan terutama
dengan harga diri rendah salah satunya
keluarga yang memberikan respon
ada pada kedua informan yaitu mudah
negatif kepada ke dua informan terkait
tersinggung, pengurungan diri dan
dengan tunanetra yang dialami. Selain
marah yang berlebih.
itu keluarga belum optimal dalam
2) Penilaian stressor perilaku
mempersiapkan informan berhadapan
Informan 1: “.., menangis sampai-
dengan lingkungan baru sehingga
sampai membalikan meja ruang tamu,
secara perlahan dapat menyebabkan
mengobrak-abrik seluruh isi lemari
harga diri rendah.
tapi
dikembalikan
seperti
semula
lagi...” e. Penilaian stressor
Pernyataan
dari
informan
1) Penilaian stressor afektif
menunjukkan
bahwa
informan
Informan 1: “..saya sangat terpukul
menunjukkan
perilaku
destruktif
dan rasanya tidak menerima kenyataan
seperti
ini. Sehingga saya mudah tersinggung,
9
20
Perilaku
mnegobrak-abrik informan
lemari.
merupakan
perilaku yang berhubungan dengan
lho mbak…Ya Alhamdulillah ketrima
harga diri rendah. Sehingga peneliti
mbak…”
berasumsi,
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
informan
tersebut
mencoba mengasumsikan bahwa sumber
mengalami harga diri rendah.
koping khususnya dalam kemampuan
3) Penilaian stressor sosial Informan 3: “…Iya itu biasanya aku
personal ke tiga informan merupakan
cuma di kamar..mengurung diri..”
faktor yang dapat mempengaruhi ideal diri. 9Faktor yang mempengaruhi harga
Informan 2: “…dulu misalnya ada
diri adalah hasrat untuk berhasil. dan dapat
yang ngejek ya langsung tak kejar
menyebabkan terjadinya
langsung tak pukulin gitu…”
harga diri.
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti
2) Dukungan sosial
mencoba berasumsi bahwa stressor
Informan 1: “…saya menemukan
sosial yang ditunjukkan oleh kedua
sekolah khusus tunanetra namanya
informan adalah dengan mengurung
binanetra yang ada di temanggung.
diri, menghindar dari masalah dan destruktif.
7
Perilaku
peningkatan
Disana saya senang sekali dapat
tersebut
bertemu dengan teman-teman yang
merupakan perilaku yang berhubungan
senasib seperti saya…”
dengan harga diri. terhadap orang lain,
Informan 2: “…bagaimanapun orang
sehingga kedua informan tersebut
tua terus bekerja keras untuk bisa
mengalami harga diri rendah.
menyekolahkanku sampe di SMA gini
f. Sumber koping
..ibu bilang “ya yang sabar le trus
1) Kemampuan personal
.....nanti kan semuanya itu ada yang
Informan 1: “..saya dapat membaca
mengatur nanti kehidupan sapa tahu
buku sampai tuntas trus dapat menulis
kamu seperti ini nanti besarnya bisa
novel, karya ilmiah dan lainnya..”
jadi..presiden”,..bisa jadi guru bisa jadi
Informan 2: “…kalau saya belajar
pejabat..”
bahasa inggris ya cepet nyantol trus
Informan
kalo dimusik ya bisa mainin drum…”
BK
trus
apa
ini
“…budheku
tuh...orangnya tuh baik mbak kalo
Informan 3: “…Kan aku di panggil sama
3:
misalnya...
dapat
cocokan
rekomendasi dari sekolah nek bisa
dilapori dulu...Misalkan
pertamanya
mendaftar kuliah lewat jalur undangan
bilangkayak
apa-apa...di ibuk
ku
gini.sama
budheku “dina tuh pengen sekolah
....lewat jalur undangan berprestasi itu
pengen nglanjutin sekolah...gini-gini” 21
kayak
gitu
kan.
pie(gimana)?”
“
kayak
lha
trus
gitu
kan
Berdasarkan bahwa
peneliti
informan
berasumsi
menyadari
pernah
budheku. “yo aku ki karang yo” apa ya
melakukan kesalahan dan berusaha untuk
istilahnya tuh “engko ki ndak adoh,
belajar dari hal yang salah sehingga
ndak aku adoh seng nili’i pie trus
menjadi keyakinan yang positif untuk
biaya(nanti kalau jauh,
membentuk harga diri dan ideal diri sesuai
akujauh
dengan norma yang berlaku.
njenguknya gimana trus biaya)” ..Trus
g. Mekanisme koping
ya budheku ngasih nasehat kayak gitu
Informan 1: “…menangis
to mbak. Trus nanti tu budheku tu
sampai membalikan meja ruang tamu,
tanya sama aku “ apa bener kamu pengen
sekolah
mengobrak-abrik seluruh isi lemari
lagi?”....dicocokan
tapi
dulu..Selalu menerima nek misalkan
seperti
semula
Informan 2: “…kadang kalo aku
selalu ada lah...”
emosi itu ya kadang ya tak anu coba tak
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengasumsikan
dikembalikan
lagi...”
aku curhat sama budheku selalu cek
mencoba
sampai-
lawan dengan kesabaran yo lama-
bahwa
kelamaan akhirnya bisa. Meskipun
dukungan sosial dari lingkungan keluarga
sulit ya akhirnya bisa ya melawan
dan orang yang penting bagi informan dapat meningkatkan harga diri dan ideal
emosi…dulu misalnya ada yang ngejek
diri.4Dalam meningkatkan harga diri,
ya langsung tak kejar langsung tak
informan di beri kesempatan untuk sukses
pukulin gitu…”.
oleh budhe dan kakaknya.
Informan
3:
“…dulu
kalo
aku
menghadapi masalah itu apa-apa sering
3) Keyakinan positif Informan 1: “…saya selalu giat
nangis..lama-lama bisa,,paling ngga tu
belajar, tidak lupa berdoa, harus
bisa ngerim lah nangis, emosi kayak
berikhtiar untuk mendapatkan sesuatu
gitu..”
bekerja diiringi dengan doa mbak”.
Berdasarkan
hasil
penelitian,
Informan 2: “…katanya ..anak cacat
peneliti mencoba mengansumsikan
itu kadang sama Allah swt itu bisa
bahwa
diampuni segala dosa-dosanya…”
informan
Informan 3: “…aku berusaha aku
disebabkan karena sumber koping
harus ini aku harus bisa aku harus bisa
berbeda-beda pula.
nunjukin kayak gitu. Kalo aku harus
D. Kesimpulan
nunjukin kalo aku bisa gitu…” 22
mekanisme
koping
berbeda-beda.
setiap
Hal
ini
Berdasar hasil penelitian dan uraian
a. Bagi Panti Asuhan Yayasan
pembahasan alasan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi
Tunanetra Islam Diharapkan pihak panti asuhan dapat
pembentukan
aktualisasi diri pada mahasiswa yang
mengembangkan
mengkonsumsi minuman keras dapat
memberikan bimbingan dan motivasi,
disimpulkan bahwa :
agar
Sehingga remaja tunanetra menjadi
ideal diri pada remaja tunanetra melalui
pribadi yang maju dan berkembang.
penilaian stressor, meliputi: penilaian
b. Bagi
afektif, penilaian stressor perilaku
meningkatkan
yang positif pada remaja tunanetra.
proses pembentukan harga diri dan
fisiologi,
membantu
untuk
pembentukan harga diri dan ideal diri
1. Ketiga informan menunjukan bahwa
stressor
program
Program
Studi
Keperawatan UNRIYO
dan
sosial.
mekanisme
koping
Disarankan pada program studi
meliputi: mekanisme koping adaptif
keperawatan UNRIYO khususnya
dan
keperawatan jiwa agar membahas
Sedangkan
maladaptif.
meliputi
:
sumber
kemampuan
koping personal,
mengenai karakteristik tunanetra.
dukungan sosial dan keyakinan positif. 2. Ketiga
informan
salah
c. Bagi Peneliti Selanjutnya
dalam
Disarankan bagi penelitian selanjutnya
mempersepsikan harga diri dengan
untuk meneliti komponen konsep diri
penilaian pribadi tentang mana yang
yang
salah dan benar sehingga tidak merusak
performa
nama baik sekaligus menjaga diri.
pribadi terhadap anak tunanetra serta
Sementera mengenai ideal diri, ketiga
lebih menggali faktor-faktor yang
informan tidak mengerti dan tidak
berhubungan.
mampu mempersepsikan tentang ideal 1.
3. Faktor yang mempengaruhi harga diri
maupun
diri,
identitas
Somantri S. (2006). Psikologi Anak
Aditama.
meliputi faktor predisposisi yang terdiri 2.
presdiposisi
peran
citra
Luar Biasa. Bandung: PT. Refika
dan ideal diri pada ketiga informan
faktor
seperti
Daftar Pustaka
diri.
dari
berbeda
biologi,
Yusuf Syamsu L.N.2012. Psikologi
psikologi dan sosial budaya. Faktor
Perkembangan Anak dan Remaja.
presipitasi, meliputi : faktor presipitasi
Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. 3.
sifat yang terdiri dari faktor psikologi dan sosial.
Suliswati dkk. 2005. Konsep Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
4.
E. Saran
Widyasri Shandy Isadora. 2004 . Hubungan
23
antara
Persepsi
terhadap Dukungan Sosial dengan Harga
diri
pada
Tunanetra.
http//www.ukrida.ac.id. diakses 30 Oktober 2013 5.
Sugioyono.
2013.
Penelitian
Kualitatif.
Memahami Bandung:
Alfabeta 6.
SStuart W. Gail. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.
7.
Aini, F. 2012. BAB II Tinjauan Pustaka Konsep Koping. http://repository.usu.ac.id/bitstream /123456789/4/Chapter%20II.pdf. Diakses 5 Aguatus 2014.
8.
Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan . Jakarta : EGC
24