Studi Kasus Tentang .... (Diana Kartika Sari) 570
STUDI KASUS TENTANG HARGA DIRI REMAJA BERTATO DI KEBUMEN CASE STUDY ABOUT SELF-ESTEEM ADOLESCENT’S TATTOO IN KEBUMEN Oleh: Diana Kartika Sari, Bimbingan dan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana harga diri remaja yang bertato. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah RF (19 tahun), KT (22 tahun) dan JL (20 tahun). Metode dalam pengumpulan data yaitu observasi dan wawancara. Uji keabsahan data menggunakan teknik trianggulasi sumber dan metode. Analisis data menggunakan teknik model interaktif Miles dan Huberman (1992). Hasil penelitian menunjukkan berdasarkan ciri-ciri harga diri KT lebih tinggi dibandingkan JL dan RF, sedangkan RF memiliki harga diri terendah. Aspek keberartian pada RF kurang dihargai lingkungan dan kesulitan menjalin hubungan interpersonal dibandingkan KT dan JL. Aspek kekuatan pada RF tidak asertif dan mudah dikontrol orang lain, KT memiliki kepercayaan diri berlebihan sementara JL kurang berambisi. Aspek kebajikan RF menunjukkan ketaatan terhadap agama dibandingkan KT dan JL. RF dan JL mentaati peraturan dan norma. Aspek kemampuan menunjukkan ketiganya mempunyai bakat bermusik serta orientasi karir yang sama.
. Kata kunci: harga diri, remaja bertato Abstract This research attempts to describe how self- esteem the adolescent who tattoos. This research using a qualitative approach with the kind of research case study. The subject of the research is RF, KT and JL. Methods in data collection are observation and interview. Analysis of data used technique interactive model Miles and Huberman. The result of the research which based on the characteristic showed that self-esteem KT higher than JL and RF while RF having self-esteem lowest. The significance aspect subject RF is less valud from environment and difficulty when relationships with interpersonal than KT and JL. The power aspect RF isn’t assertive and easily controlled others person,KT have confidence excessive while JL lacks ambition.Virtue aspects subject RF showed observance of religion than KT and JL. RF and JL obey rules and norms. The competence aspect showed that the three subject have music talented and same careers orientation. Keywords: self-esteem, tattoo’s adolescent
penampilan.
PENDAHULUAN Remaja mempunyai cara yang berbeda
berpenampilan
Perkembangan banyak
dalam
gaya
dipengaruhi
oleh
dan
kemajuan teknologi dimana banyak remaja
memperoleh pengakuan dari orang lain serta
mengadopsi gaya yang dianutnya lewat media
lingkungannya. Beberapa hal lain yang remaja
cetak dan elektronika, baik itu internet, televisi
coba lakukan untuk menunjukkan jati dirinya
dan majalah. Davidoff (Edi Purwanta, 2005:30)
yaitu dengan menunjukkan kemampuan atau
menyatakan bahwa perilaku meniru (modeling)
potensi dirinya sesuai bidang yang dikuasai,
sangat
remaja juga menunjukkannya jati diri lewat gaya
berpenampilan para remaja. Remaja berupaya
hidup atau mode. Gaya hidup atau mode
menyerupai dengan tokoh idolanya dan ketika
mencakup banyak hal salah satunya adalah gaya
mengidolakan
dalam
menunjukkan
identitas
diri
besar
pengaruhnya
tokoh-tokoh
terhadap
terkenal
trend
remaja
571 E- Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 Tahun ke-5 2016
mewujudkan dirinya seperti gambaran atau style
itu sendiri memberi kontribusi pada citra diri atau
tokoh idola tersebut. Perilaku modeling yang
harga diri seorang remaja.
dilakukan seorang individu dengan cara meniru
(2003:173) menyatakan bahwa harga diri dapat
tokoh idola khususnya gaya berpenampilan dapat
diartikan seperti sikap terhadap diri sendiri atau
tergambar dari bagaimana individu mengikuti
evaluasi yang dibuat oleh setiap individu dalam
gaya berpakaian, gaya rambut, dan aksesoris.
rentang dimensi positif atau negatif. Rentang
Robert A. Baron
Salah satu jenis aksesoris yang tergolong
pengukuran harga diri didasarkan pada tinggi atau
unik dan menarik perhatian karena tergolong
rendah harga diri yang dimiliki seseorang. Namun
ekstrim adalah tato. Menurut Amy Krakov (Hatib
harga diri tinggi tidak selalu mencerminkan
Abdul Kadir Olong, 2006:84) tato adalah
seseorang lebih baik atau pun sebaliknya. Dapat
kegiatan pewarnaan pada tubuh secara permanen
dikatakan bahwa tidak semua remaja yang bertato
dengan teknik meresapkan pewarna dengan benda
memiliki harga diri yang rendah dan remaja yang
tajam ke dalam jaringan kulit. Motivasi bertato
tidak bertato memiliki harga diri yang tinggi atau
remaja beragam seperti ikut-ikutan teman atau
sebaliknya.
tuntutan kelompok, meniru idola, mengikuti
menyatakan bahwa seseorang yang menyukai
trend,
dirinya
dan
sebagai
wujud
apresiasi
seni.
Baron
sendiri
dan
berarti
Byrne
(2003:174)
individu
tersebut
Keberadaan tato hingga saat ini masih dipandang
mempunyai harga diri yang tinggi. Dengan kata
sebelah mata dan memunculkan stigma buruk
lain seorang remaja bertato yang menyukai
terhadap
penggunanya.
dirinya sendiri dan merasa bahwa tato adalah
mengenai
tato
belum
Anggapan juga
negatif
terpatahkan
di
sebuah selera estetika yang dapat membuat
masyarakat karena banyak kasus kriminalitas
dirinya menjadi lebih berharga, bahkan timbul
yang terjadi dan melibatkan orang yang bertato.
kepercayaan diri yang tinggi dari dalam dirinya
Dilihat dari sudut pandang agama Islam
dengan kata lain remaja tersebut mempunyai
tato itu sendiri haram hukumnya. Tidak hanya
harga diri yang tinggi. Namun apabila seorang
dilihat dari sudut pandang agama, bahaya tato
remaja memutuskan bertato karena motif yang
sangat fatal apabila dilihat dari segi kesehatan.
berbeda
Dampak jangka panjang tato berkaitan dengan
mengikuti fashion ataupun mengatasnamakan
karir masa depan remaja yaitu kesulitan mencari
solidaritas kelompok dan timbul penyesalan
kerja.
dalam dirinya maka dapat diartikan remaja
seperti
karena
mengikuti
teman,
Dampak-dampak dan situasi semacam
tersebut memiliki harga diri yang rendah. Harga
tersebut di atas jelas akan mempengaruhi perilaku
diri yang rendah pada remaja tersebut dapat
dan pembentukan karakter pada remaja karena
mengakibatkan ketidaknyamanan pada dirinya
lingkungan
sumber
sehingga timbul ketidakpercayaan diri. Walaupun
pembentuk harga diri seseorang. Pada dasarnya
begitu harga diri yang tinggi tidak selalu dapat
tato adalah salah satu wujud estetika dari seni
diartikan positif karena harga diri tinggi yang
yang diwujudkan dalam penampilan. Penampilan
berlebihan akan membuat individu kehilangan
merupakan
salah
satu
Studi Kasus Tentang .... (Diana Kartika Sari) 572
pengendalian diri. Dari penjajagan di lapangan
kepada seluruh konseli baik konseli yang tidak
peneliti menjumpai tiga remaja bertato yang
bertato maupun konseli yang bertato.
bertempat tinggal di Kebumen di antaranya RF, KT dan JL.
Subjek RF berumur 19 tahun
Konselor diharapkan dapat memberikan layanan
yang
sesuai
dengan
permasalahan
sedangkan umur KT dan JL lebih tua yakni 22
konseli. Upaya preventif sebaiknya dilakukan
tahun dan 21 tahun. Subjek RF adalah pelajar
lebih dini untuk mencegah konseli yang belum
SMA yang baru saja lulus dari salah satu SMA
bertato agar lebih mengetahui tentang dampak-
swasta di Kebumen dan sedang mempersiapkan
dampak yang ditimbulkan tato melalui pemberian
masuk perguruan tinggi. Sementara KT remaja
informasi. Sementara upaya kuratif diberikan
putus sekolah yang sekarang membuka usaha dan
kepada konseli yang sudah bertato agar tidak
JL yang juga berwirausaha setelah lulus SMA.
menambah
Subjek KT menato tubuhnya ketika lulus dari
permasalahan yang dihadapinya. Berdasarkan
SMP sementara RF dan JL diketahui awal
fenomena di atas peneliti ingin menggali lebih
menggunakan tato ketika berada di bangku
jauh bagaimana harga diri pada RF, KT dan JL
sekolah.
sebagai remaja bertato.
jumlah
tato
dan
terselesaikan
Larangan bertato bagi siswa sendiri tertera di peraturan dan tata tertib sekolah.
METODE PENELITIAN
Namun pada kenyataannya pihak sekolah kurang
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan
tegas
dalam
penegakan
kebijakan
karena
peraturan yang telah dipatenkan tersebut dapat dilanggar dengan mudah. Fenomena ini harus
kualitatif dengan metode penelitian studi kasus.
menjadi pertimbangan bagi pihak sekolah dalam
Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan april
rangka penegakan dan pengawasan tata tertib
hingga juni 2016. Tempat penelitian dilakukan di
sekolah yang telah ada. Dari masalah tersebut
tempat kerja subjek, tempat makan dan studio
keterlibatan
musik.
bimbingan
semua dan
guru
konseling
khususnya yang
guru
seharusnya
berperan penuh dengan menempuh layanan yang
Target/Subjek Penelitian
tepat terhadap siswa yang bertato. Selain itu sikap
Subjek dalam penelitian ini adalah 3
respek guru bimbingan dan konseling diuji dalam
remaja bertato di Kebumen yakni RF, KT dan JL.
menghadapi siswa yang bertato. Begitu pula berlaku bagi konselor di luar sekolah yang menjumpai konseli bertato. Hal ini terjadi karena
Prosedur Penelitian
ini
menggunakan
metode
penelitian studi kasus.
pandangan negatif yang secara tidak langsung melekat pada siswa tersebut dapat memberi kesan yang berbeda dan negatif sehingga konselor dituntut untuk bersikap sama dan tidak pilih kasih
Data, Intrumen, dan Teknik Pengumpulan Data Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri dengan dibantu pedoman
573 E- Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 Tahun ke-5 2016
observasi
dan
wawancara
sebagai
teknik
pengumpulan data di lapangan.
minder dan kehilangan kepercayaan diri. Krisis rendah dirinya ditambah rasa tidak puas dengan tubuh karena tato yang dimiliki membuat RF
Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan
model
interaktif
Miles
dan
Huberman tahun 1922 yang dilakukan dengan tiga langkah yakni reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
dilaksanakan di
Kota
Kebumen, tepatnya di tempat kerja subjek dan tempat-tempat subjek melakukan aktivitasnya yakni distro dan kedai kopi, di tempat makan, kafe, dan di studio musik.
Subjek
dalam
penelitian ini adalah RF, KT, dan JL. Dengan
dinyatakan
hasil bahwa
triangulasi RF
maka
kurang
dapat
mendapat
penghargaan dari temannya, kurang asertif, tertutup, tidak dapat mengontrol orang lain, mematuhi norma, taat beragama dan berbakat dalam bermusik. KT dihargai temannya, mudah bergaul dan percaya diri, menutupi tindak kriminalnya, dan berbakat dalam bermusik. Sementara JL mendapat perhatian dari temannya, mampu mengontrol orang lain, tidak pernah berbuat kriminal dan berbakat dalam musik serta
Berdasarkan penelitian yang dilakukan terkait aspek-aspek harga diri di atas maka dapat diambil paparan sebagai berikut: Subjek RF mengalami masalah dengan interaksi sosialnya. Karakter RF yang tidak asertif membuat RF korban
bermusik. Subjek KT mendapat banyak perhatian dari orang sekitanya. KT sangat bangga dengan
nol. Mendapat banyak penghargaan membuat ia makin percaya diri. Disisi lain subjek KT banyak disukai oleh temannya, hal tersebut didukung kebiasaanya yang suka berhura-hura. Ketika omset usaha distronya menurun KT merasa terancam dan terdorong untuk mengedarkan sabu untuk
menolong
perekonomiannya
yang
ibadah dan mempunyai kemampuan dalam band. Subjek JL adalah pribadi yang pendiam. Sikapnya yang suka menolong membuatnya banyak disukai teman dan dipercaya orang. Walaupun begitu JL merasa kurang memiliki ambisi dalam melakukan sesuatu. JL pernah mengalami bullying ketika masih kecil karena agama yang dianutnya. JL mencoba mengobati rasa sakitnya di masa lalu dengan mulai mempelajari dan memahami apa yang diajarkan agama-agama lain meskipun JL kurang taat beribadah. JL memiliki kemampuan yang tinggi dalam musik. Karir berwirausahanya
pekerja keras.
menjadi
temannya. RF juga memiliki kemampuan dalam
menurun. KT kurang taat dalam menjalankan
empat key informan. Dari
termasuk remaja yang religious diantara teman-
usaha distro dan kedai kopinya yang ia rintis dari
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini
merasa didiskriminasi. Menurut key informan RF
bullying
teman-temannya.
Masalah tersebut mengakibatkan RF semakin
mengalami jatuh bangun namun JL masih ingin mencoba hal-hal baru. Melihat kecenderungan aspek-aspek harga diri ketiga subjek maka peneliti melakukan pengkategorian tentang harga diri yang mengacu pada ciri-ciri harga diri menurut Branden (Ghufron
dan
Rini,
2014:43-44)
yang
Studi Kasus Tentang .... (Diana Kartika Sari) 574
mengemukakan ciri-ciri orang yang memiliki
diri dari subjek. Terdapat beberapa dimensi harga
harga diri tinggi di antaranya mampu menghadapi
diri
kesengsaraan dan kemalangan hidup, tabah dan
keberartian
ulet, mampu bangkit dari kekalahan, kegagalan
kebajikan individu dan kemampuan individu
dan keputusasaan, mempunyai ambisi yang besar,
menurut
Coopersmith
individu,
(1967)
kekuatan
yaitu
individu,
1. Keberartian Individu
kreatif dalam pekerjaan dan mempunyai trik
Menurut Ghufron dan Rini (2014:44-45)
dalam menyelesaikan pekerjaan, serta dapat
harga diri terbentuk dari hasil interaksi individu
membina hubungan interpersonal yang baik dan
dengan lingkungan dengan didasari sejumlah
mampu menghadapi kenyataan. Frey dan Carlock
penghargaan, penerimaan, dan pengertian orang
(Ghufron
juga
lain terhadap dirinya. Dari data yang didapat
menambahkan bahwa individu dengan harga diri
menunjukkan bahwa ketiga subjek menjalin
yang tinggi mempunyai ciri-ciri di antaranya
hubungan
mampu menghargai dirinya sendiri, cenderung
temannya yang ditandai adanya penerimaan,
tidak menjadi perfect, mengenali keterbatasannya
perhatian dan penghargaan yang diterima subjek.
dan selalu mengembangkan diri. Sebaliknya,
Ada beberapa teman KT yang tidak suka
individu yang memiliki harga diri rendah
kepadanya karena sifat yang dimiliki. Sementara
mempunyai ciri-ciri yang cenderung menolak
subjek
dirinya dan cenderung tidak puas akan dirinya.
perhatian padanya. Berbeda dengan KT dan JL,
Dari beberapa teori mengenai ciri-ciri harga diri
RF merasa teman-teman menerimanya namun ia
di atas dapat disimpulkan bahwa subjek RF
kerapkali dibully dan dimanfaatkan oleh teman-
memiliki
teman.
dan
Rini,
karakteristik
2014:43-44)
religius
dan
kreatif.
JL
interpersonal
merasa
yang
baik
teman-temannya
dengan
sangat
Sementara subjek KT memiliki karakteristik di
Coopersmith (Ghufron dan Rini, 2014:41)
antaranya optimis, percaya diri, ambisius, kreatif,
mengatakan bahwa anak dengan pola asuh
humble, periang, menerima diri, dan leadership.
otoriter dan permisifakan akan mengakibatkan
Subjek JL memiliki karaktersitik yang kurang
anak
berambisi, kreatif, humble, menerima diri dan
sebaliknya apabila anak dididik dengan pola asuh
puas dengan dirinya. Melihat pengkategorian
authoritarian akan membuat anak mempunyai
tersebut dapat diinterpretasikan bahwa subjek KT
harga diri yang tinggi. Pada kenyataanya pola
memiliki ciri-ciri harga diri yang lebih tinggi
asuh yang diterima ketiga subjek berbeda. Subjek
dibandingkan subjek RF dan JL. Subjek JL
RF diasuh oleh orangtuanya dengan pola asuh
memiliki harga diri yang lebih rendah dari KT
caving
namun lebih tinggi dibandingkan subjek RF.
dimanjakan oleh orangtuanya walaupun pernah
Sementara subjek RF memiliki harga diri yang
mengalami tekanan RF kurang mandiri dan
paling rendah dibandingkan KT dan JL.
kesulitan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, dimensi
Sementara KT dan JL diasuh dengan pola yang
atau aspek menjadi faktor dominan dalam harga
authoritarian dimana dimana KT dan JL harus
mempunyai
(kasih
harga
sayang)
beradaptasi
diri
dengan
dengan
yang
RF
orang
rendah
selalu
lain.
575 E- Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 Tahun ke-5 2016
patuh
dan
selalu
dikontrol
penuh
oleh
2. Kekuatan Individu
orangtuanya. Dapat diartikan bahwa pola asuh
Davidoff
(Edi
Purwanta,
2005:30)
bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi
menyatakan bahwa perilaku meniru (modeling)
tinggi rendahnya harga diri remaja.
sangat
besar
pengaruhnya
terhadap
trend
Baron dan Byrne (2003:177) menyatakan
berpenampilan para remaja. Sesuai dengan subjek
bahwa individu yang merasa puas dengan
RF dan KT yang bertato karena faktor dari luar
tubuhnya cenderung menekankan pentingnya
yang mempengaruhi yakni ikut-ikutan teman dan
tubuh yang dimiliki sementara individu yang
modelling yang dilakukan KT terhadap idolanya.
tidak senang dengan tubuhnya akan mencari
Sementara subjek JL dipengaruhi faktor dari
sumber
dalam karena ingin terlihat keren.
harga
diri
lain
dan
mengabaikan
ketidakpuasan atas penampilannya. Meskipun RF dan
JL
sama-sama
memilih
untuk
menyatakan individu dapat menciptakan perasaan
dihadapan
orang
positif dan meningkatkan harga diri ketika
tertentu namun keduanya berbeda. JL menutupi
individu membandingkan diri sendiri dengan
tatonya hanya karena ia menjaga kesan yang
orang lain dan tidak menemukan karakter atau
ditimbulkan orang dan ia tidak sepenuhnya
perilaku orang lain yang lebih baik dibandingkan
menyembunyikan tato dihadapan semua orang.
dirinya pada orang lain. Berdasarkan pendapat di
Selain itu JL tidak mencemaskan diskriminasi
atas ketiga subjek mampu membandingkan
yang dimunculkan dari pandangan orang lain.
dirinya dengan orang lain yang dianggapnya lebih
Berbeda
sering
baik darinya atau kurang dari dirinya maupun
disetiap
sosok yang ideal baginya. Dalam hasil penelitian
kesempatan bahkan ia harus sembunyi-sembunyi
menunjukkan subjek RF merasa lebih kurang
menutup tatonya dilingkungan rumah.
pintar
dibandingkan
lain RF selalu merasa didiskriminasi oleh orang-
dengan
RF,
orang yang menatap dengan tatapan yang sinis
mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan
baginya. Ia merasa tidak berharga dan seolah
seorang individu subjek KT dan JL menilai
diklasifikasikan
dirinya lebih baik dibandingkan teman-teman.
menyembunyikan
dengan
menyembunyikan
kelompok
yang
lebih
Crocker (Baron dan Byrne, 2003:175)
tatonya
JL,
RF
tato
lebih
hampir
semena-mena terbuang
Di sisi
ke dan
dalam kesulitan
menyatakan
ada RF mencari
mengevaluasi
lain atas
walaupun
Berbeda keduanya
Sedikies (Baron dan Byrne, 2003:173)
berinteraksi dengan orang lain. Sesuai teori yang sumber harga
teman-teman.
motif
seorang
dirinya
individu
diantaranya
dalam untuk
ketiadkpuasan dengan tubuhnya. Jauh berbeda
memperoleh pengetahuan yang akurat tentang
dengan keduanya, KT sangat puas dan nyaman
dirinya, mendapat informasi positif tentang
dengan tatonya. KT lebih senang memamerkan
dirinya dan mengkonfirmasi sesuatu yang sudah
tatonya kepada orang-orang sekitarnya maupun
diketahui
tentang
dirinya
sendiri.
Dalam
orang baru. Tato tidak membuat KT terganggu
penelitian
yang
dilakukan
ketiga
subjek
untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.
menunjukan karakteristik yang berbeda yang
Studi Kasus Tentang .... (Diana Kartika Sari) 576
diperoleh dari evaluasi subjek terhadap gambaran
dengan RF dan JL, KT berteman dengan segala
karakter dirinya sendiri seperti RF yang mengaku
umur, ia tidak menjaga jarak dengan siapapun
dirinya adalah pribadi yang pendiam dan tidak
termasuk orangtua.
enakan sehingga ia kerapkali dimanfaatkan oleh teman-teman.
dalam
bahwa sebagian orang akan merasa harga dirinya
mengutarakan keinginannya kepada orang lain.
tinggi ketika merasa pandai dan menarik namun
Subjek RF sendiri menilai dirinya sebagai orang
sebagian orang yang lain merasa harga dirinya
yang tertutup, rendah diri namun RF menilai
tinggi
dirinya sebagai orang yang jujur. Berbeda dengan
bersusila. Teori tersebut sesuai dengan subjek RF
RF, KT memandang dirinya mempunyai karakter
dan JL yang menunjukan ketaatan terhadap
yang
ini
peraturan.
Hal
ditunjukkan oleh kepiawaian KT dalam mengatur
keduanya
sebagai
dan memerintah karyawan dalam bekerja. Selaras
Dibuktikan dengan tidak adanya catatan kriminal
dengan ketegasaanya KT selalu menyampaikan
yang pernah dilakukan oleh RF dan JL. Subjek
pikirannya tanpa menimbang respon teman atau
RF tidak segan-segan mengingatkan teman ketika
lawan bicaranya. Berbeda dengan RF dan KT,
berperilaku tidak bernorma. Walaupun tidak sama
subjek JL menyadari bahwa dirinya mempunyai
dengan RF, Subjek JL yang mengakui pernah
watak yang pendiam ketika bersama orang baru
mengalami kenakalan remaja baginya hal tersebut
namun sangat setiakawan dan perhatian kepada
masih
teman-temannnya, sementara JL merasa kurang
seringkali dipercaya rekannya yang berprofesi
berambisi dalam mencapai sesuatu.
sebagai polisi untuk dimintai atau mencarikan
3. Kebajikan Individu
informasi
supel,
RF
juga
percaya
sungkan
David G. Myers (2012: 65) menyatakan
diri,
tegas.
Hal
ketika
berada
merasa
menjadi
orang
yang
tersebut
menggambarkan
individu
yang
dibatas
mengenai
bersusila.
kewajaran.
pencarian
JL
juga
seseorang.
Sarlito dan Eko (2009:57) harga diri
Bertolakbelakang dengan kedua subjek, subjek
positif dapat mengatasi kecemasan, kesepian dan
KT yang mengaku bahwa dirinya tidak pernah
penolakan sosial seorang individu yang dijadikan
berbuat nakal dan menekankan bahwa dirinya
sebagai alat ukur sosial (sociometer) untuk
tidak pernah berbuat kriminal pada akhirnya
melihat sejauh mana individu diterima dan
terjerat kasus peredaran sabu yang diduga
menyatu dengan lingkungannya. Dalam hal ini
dilakukan KT karena motif ekonomi Disisi lain
subjek RF dan JL menunjukkan kesamaan sikap
subjek KT banyak disukai oleh temannya, hal
acuh dalam interaksi dengan lingkungan. Kedua
tersebut
subjek tersebut sama-sama saling menjaga jarak
berhura-hura.
dengan orangtua dengan tujuan menjaga nama
menghimpit karena kemerosotan omset usaha
baik keluarga. Berbeda dengan kedua subjek, KT
distronya membuat KT merasa terancam. Oleh
sangat
karena itu KT terdorong untuk mengedarkan sabu
aktif
Kepeduliaan
dalam terhadap
kegiatan
masyarakat.
lingkungan
juga
berpengaruh dalam interaksinya yang luas. Lain
untuk
didukung
kebiasaanya
Keadaan
menolong
yang
ekonomi
perekonomiannya
suka yang
yang
menurun. Hal ini dilakukan demi menjaga harga
577 E- Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 Tahun ke-5 2016
dirinya sebagai seorang yang sukses dan disukai
4. Kemampuan Individu
banyak orang. Dari paparan di atas sesuai dengan
David G. Myers (2012:65) menyatakan
pendapat Sarlito dan Eko (2009:59) yang
bahwa persepsi diri yang spesifik berpengaruh
menyatakan bahwa individu dengan harga diri
terhadap harga diri individu. Ketika seorang
tinggi
atau
individu merasa pandai dalam suatu bidang, maka
kekuatannya terhadap orang lain serta motivasi
individu tersebut cenderung memiliki prestasi
untuk
yang baik dalam bidang tersebut. Seperti halnya
mencerminkan
superioritas
terus
kesuperioritasannya.
mempertahankan Pada
situasi
yang
ketiga subjek baik RF, KT dan JL mempunyai
mengancam superioritas individu, maka muncul
kegemaran dan bakat yang sama dibidang musik.
tingkah laku agresif yang bertujuan untuk
Selain itu ketiganya menunjukan prestasi dalam
mempertahankannya.
bidang musik lewat perlombaan dan festival. RF
David G. Myers (2012:65) berpendapat
hanya menjadikan band sebagai hobi namun RF
bahwa faktor yang mempengaruhi harga diri
bertekad mendalami musik dengan berkuliah di
sebagian orang adalah prestasi sekolah dan daya
jurusan musik. Berbeda dengan RF, KT dan JL
tarik fisik sedangkan faktor yang mempengaruhi
menjadikan musik sebagai hobi sekaligus ladang
sebagian orang yang lain adalah perasaan dicintai
uang sebagai pekerjaan sambilan. Tato sebagai
oleh Tuhan dan ketaatan pada norma moral.
penunjang penampilan subjek RF, KT dan JL di
Subjek RF dan KT yang sama-sama menganut
atas panggung nyatanya tidak sama pengaruhnya.
agama Islam mengaku ibadah solatnya belum
RF justru merasa risih karena orang lain dianggap
sempurna
memperhatian
karena
terkadang
keduanya
tatonya
selain
musik
yang
melewatkan waktu solat. Respon subjek RF dan
dimainkan subjek sehingga ia sulit berkonsentrasi
KT
yang
ketika ngeband. Lain halnya pada subjek KT,
berbeda,
karena penampilan adalah hal penting baginya
ditunjukkan dengan subjek RF merasa takut akan
tato sangat menunjang karirnya dalam bermusik
berdosa dan ibadahnya tidak diterima sementara
terkait ketertarikan orang lain terhadap dirinya.
dimata teman-teman RF termasuk pribadi yang
Pada subjek JL yang pada awalnya merasa tato
religius. Subjek KT yakin hanya Alloh yang
membuat
menentukan diterima tidaknya ibadah yang ia
kelamaan subjek merasa biasa saja dan tidak ada
lakukan dan apapun yang terjadi selama ini.
pengaruhnya antara bermusik dan bertato.
ketika
diharamkan
mengetahui dalam
hukum
agamanya
tato ini
penampilannya
agama Kristen Katolik mengaku bahwa ia jarang
menyebutkan
ke gereja karena menurutnya berdoa bisa
mendorong individu dengan harga diri rendah
dilakukan
tato
dilarang
Subjek
diri
pada
kegagalan
juga
untuk
agama
yang
individu, tetapi bagi individu dengan harga diri
dianutnya namun JL tidak bergeming menanggapi
tinggi akan menfokuskan dirinya pada kekuatan
hal tersebut.
yang dimiliki. Pada subjek RF, sebelum bertato
di
menfokuskan
pengalaman
178)
JL
mengetahui
saja.
(2004:
lama
Baron
bahwa
Byrne
keren
Tidak jauh berbeda subjek JL yang menganut
dimana
dan
lebih
kelemahan
Studi Kasus Tentang .... (Diana Kartika Sari) 578
RF memiliki cita-cita untuk menjadi PNS seperti
kemampuan
orangtuanya. Namun ia harus terpaksa mengubur
mempunyai bakat dalam bermusik serta memiliki
cita-citanya karena instansi pemerintah tidak
orientasi karir yang sama.
menerima karyawan yang bertato. Pada subjek KT ia terpaksa menutup usahanya karena kasus
menunjukan
ketiga
subjek
Saran 1.
Bagi Remaja Bertato
narkoba yang menjeratnya. Pada subjek JL, pekerjaannya masih dilakoni seperti biasa dan JL
RF
perlu
lebih
menjalin
hubungan
sedang fokus pada usaha clothing line yang baru
interpersonal dengan orang lain, serta perlu
dirintisnya.
lebih asertif dalam berperilaku. KT perlu lebih mengendalikan dirinya dan berperilaku
SIMPULAN DAN SARAN
sesuai norma JL perlu lebih berambisi dalam
Simpulan
mencapai keinginan.
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil
2.
Konselor
pembahasan dapat ditarik kesimpulan bahwa
Konselor
harga diri subjek RF, KT dan JL berbeda. Dilihat
memberikan upaya kuratif terhadap remaja
dari ciri-ciri harga diri dapat dinyatakan bahwa
yang
harga diri KT lebih tinggi dibandingkan JL dan
memberikan upaya preventif kepada remaja
RF, sedangkan RF memiliki harga diri yang lebih
yang tidak bertato.
rendah dibandingkan KT dan JL. Pada aspek
3.
diharapkan
bertato
dalam
lebih
mampu
pelayanan,
serta
Peneliti Selanjutnya
keberartian, RF kurang mendapat penghargaan dari lingkungan dan kurang dapat menjalin hubungan interpersonal yang baik sementara KT dan JL mendapat perhatian dan penghargaan dari orang sekitarnya serta dapat menjalin hubungan interpersonal.
Aspek
kekuatan,
RF
mudah
dikontrol orang lain sementara KT dan JL dapat mengontrol diri sendiri dan orang lain. RF mempunyai karakter yang tidak asertif, KT mempunyai kepercayaan diri yang berlebihan sementara subjek JL menunjukkan kurangnya ambisi. Aspek kebajikan ,KT lebih pandai berbaur dengan lingkungan daripada RF dan JL. RF menunjukkan ketaatan yang lebih terhadap agama
dibandingkan
KT
dan
JL
dalam
menjalankan ibadah. RF dan JL menunjukkan ketaatan
pada
norma
dan
aturan.
Aspek
Peneliti selanjutnya disarankan untuk dapat meneliti
faktor-faktor
lain
yang
mempengaruhi harga diri remaja bertato yang belum
diungkap
dalam
penelitian
ini
sehingga dapat diperoleh hasil yang lebih spesifik dan lengkap. DAFTAR PUSTAKA Agoes Dariyo (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor Selatan : Ghalia Indonesia Andi
Mappiare (1982). Psikologi Surabaya: Usaha Nasional
Remaja.
Baron, Robert A dan Donn Byrne (2003). Psikologi Sosial. Jakarta : Erlangga Coopersmith, S (1967). The Antecedents of SelfEsteem. San Francisco: W.H. Freeman and Company.
579 E- Journal Bimbingan dan Konseling Edisi 12 Tahun ke-5 2016
Myers, David G. (2012). Psikologi Sosial. Jakarta : Salemba Humanika. Edi Hatib
Purwanta (2005). Modifikasi Perilaku. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Abdul Kadir Olong (2006). Yogyakarta : Lkis Pelangi Aksara
Tato.
Miles, Matthew B. dan A. Michael Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). M. Nur Ghufron dan Rini Risnawita S (2014). Teori-Teori Psikologi. Yogyakarta : ArRuzz Media Sarlito Wirawan Sarwono dan Eko A. Meinarno. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba Humanika