KONSEP DIRI REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN (STUDI KASUS)
Nama NPM Jurusan
: Maria Fatimah Assahhra : 10599139 : Psikologi
Pembimbing
: Ira Puspitawati S. Psi, M. Psi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengatahui gambaran konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan Yos Sudarso. Dengan melihat gambaran konsep diri remaja yang tinggal di panti asuhan diharapkan mereka dapat memahaminya untuk memasuki masa dewasa dan menjadi anggota masyarakat. Penelitian ini meneliti tentang konsep diri yaitu gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Hurlock 1993), berfokus pada komponen konsep diri yang dikemukakan oleh Hurlock (dalam Ritandiyono dan Retnaningsih 1996) yaitu komponen perceptual adalah image seseorang mengenai penampilan fisiknya dan kesan yang ditampilkan pada orang lain, komponen konseptual adalah konsepsi seseorang mengenai karakteristik khusus yang dimilikinya baik kemampuan dan ketidakmampuannya, latarbelakang serta masa depannya dan komponen sikap yaitu perasaan seseorang tentang dirinya, sikap terhadap statusnya dan prospeknya di masa depan. Dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode studi kasus dengan metode wawancara dan observasi, dengan jumlah subjek satu orang remaja yang tinggal di panti asuhan yang berusia 17 tahun. Hasil secara umum memperlihatkan bahwa remaja yang tinggal di panti asuhan memiliki konsep diri yang cenderung positif dimana konsep diri dipengaruhi oleh peranan faktor sosial dan pengalaman yang dialaminya. Kata kunci : konsep diri, remaja, panti asuhan
selanjutnya, karena itu dalam hal ini
PENDAHULUAN Tahun-tahun pertama dalam
dituntut adanya lingkungan yang
kehidupan seorang anak merupakan
menunjang, tapi kenyataan yang
dasar
dapat dilihat sekeliling kita banyak
untuk
perkembangan
diri
anak-anak yang terlantar dengan
dengan yang diharapkan sebagai
berbagai sebab misalnya orang tua
bagian dari generasi penerus cita-cita
yang meninggal sehingga anak tidak
bangsa dan sebagai insan yang akan
terawat dengan baik atau orang tua
turut
yang
pembangunan nasional.
memang
menelantarkan
anaknya.
serta
aktif
dalam
bidang
Anak-anak yang dalam panti
Dengan banyak anak yang
asuhan adalah anak yang usianya
memiliki
maka
berkisar antara 0 sampai 21 tahun
pemerintah mendirikan suatu tempat
yang diusia tersebut melewati masa
yang sekiranya dapat memenuhi
yang salah satunya adalah masa
kebutuhan jasmani, rohani dan sosial
remaja (Departemen Sosial Republik
agar mereka dapat tumbuh dan
Indonesia 1989). Menurut Gunarsa
berkembang layaknya anak yang
(1983) masa remaja merupakan masa
diasuh dalm keluarga yaitu panti
peralihan dari masa kanak-kanak ke
asuhan.
masa dewasa. Anak remaja berjuang
tidak
keluarga,
Menurut Departemen Sosial
untuk mendapatkan otonomi atas
Republik Indonesia (1989), panti
dirinya
asuhan adalah suatu lembaga usaha
mendapatkan identitas dirinya. Siapa
kesejahteraan
yang
saya dan bagaimana sifat saya
mempunyai tanggungjawab untuk
merupakan pertanyaan yang sering
memberikan pelayanan kesejahteraan
menjadi
sosial kepada anak terlantar serta
Dengan kata lain remaja berusaha
melaksanakan
penyantunan
membentuk konsep dirinya sesuai
pengentasan
anak
terlantar,
memberikan
pelayanan
pengganti
Monks
dkk
dalam
bahwa
memasuki
atau
sosial
perwalian
anak
dan
dan
berusaha
masalah
pada
untuk
remaja.
dengan keadaannya. (1999)
menjelaskan usia
remaja,
memenuhi kebutuhan fisik, mental
masalah konsep diri menjadi masalah
dan sosial pada anak asuh sehingga
yang cukup serius. Pada umumnya
memperoleh kesempatan yang luas,
remaja mengalami krisis psikososial
tepat
yaitu
dan
memadai
bagi
perkembangan kepribadiannya sesuai
antara
menemukan
dan
kebingungan atas identitas dirinya.
Secara umum dapat dikatakan bahwa
mempengaruhi konsep diri remaja
sikap remaja saat ini masih dalam
yang tinggal dipanti asuhan.
tahap mencari jati diri. Lingkungan
dimana
dibesarkan,
dididik,
bimbingan
serta
anak
diberikan
TINJAUAN PUSTAKA
pengalaman-
Pengertian Konsep Diri
pengalaman yang di alami oleh
Konsep diri menurut Hurlock
seorang anak, semua itu akan turut
(1993)
berperan dalam perkembangan diri
dimiliki seseorang tentang dirinya.
anak,
Brook
termasuk
perkembangan
adalah
gambaran
(dalam
yang
Rahmat
1996)
konsep dirinya. Lingkungan yang
mengatakan
baik
dapat
merupakan persepsi mengenai diri
membuat segala kemampuan yang
sendiri, baik yang bersifat fisik,
ada
sosial
dan
pendidik
dalam
diri
akan
anak
untuk
bahwa
maupun
konsep
psikologis
yang
berkembang karena anak diberikan
diperoleh
kesempatan
untuk
individu dalam interaksinya dengan
mengaktualisasikan
segala
orang lain. Taylor (dalam Rahmat
dimilikinya.
1996) mendefinisikan konsep diri
kemampuan
yang
melalui
diri
Lingkungan dimana anak dibesarkan,
sebagai
dibimbing, dan dididik tidak lain
dipikirkan dan dirasakan tentang diri
berawal dari lingkungan dimana ia
sendiri,
tinggal.
serangkaian keyakinan dan sikap
Dari
penjelasan
tersebut
segala
pengalaman
sesuatu
yang
yang
mencangkup
tentang diri individu sendiri. Menurut Rini (2002) konsep
diatas, maka peneliti tertarik untuk tentang
diri dapat didefinisikan secara umum
konsep diri remaja yang tinggal di
sebagai keyakinan, pandangan atau
panti asuhan. Untuk itulah, maka
penilaian seseorang terhadap dirinya.
peneliti
mencoba
Menurut Rini (2002) konsep diri
menggambarkan bagaimana konsep
terbentuk melalui proses belajar
diri remaja yang tinggal dipanti
sejak masa pertumbuhan seseorang
asuhan dan faktor-faktor apa yang
dari
meneliti
permasalahan
ingin
kecil
hingga
dewasa.
Lingkungan, pengalaman dan pola
lingkungan
asuh orang tua turut memberikan
pengalamannya.
pengaruh yang signifikan terhadap
Komponen Konsep Diri
konsep diri yang terbentuk.
Hurlock (dalam Ritandiyono dan
Felker (1974) menjelaskan
sekitarnya
Retnaningsih
1996)
serta
mengatakan
bahwa konsep diri adalah sejumlah
bahwa konsep diri memiliki tiga
persepi
komponen utama yaitu :
yang
dimiliki
seseorang
mengenai dirinya. Konsep diri dapat
a. Komponen perceptual
merupakan perasaan-perasaan, sikap
b. Komponen konseptual
dan nilai-nilai yang berlaku terhadap
c. Komponen sikap
dirinya sendiri. Dari pengamatan
Faktor-faktor
individu terhadap dirinya ada suatu
Mempengaruhi Konsep Diri
penilaian terhadap dirinya sendiri,
Mead
kemudian dari penelitian itu muncul
Retnaningsih
sikap dan perasaan terhadap diri
bahwa
sendiri termasuk kepribadian, sikap,
produk sosial, yang dibentuk melalui
perasaan dan penilaian terhadap
proses internalisasi dan organisasi
tingkah laku dan kemampuannya.
pengalaman-pengalaman psikologis.
Konsep diri juga
Pengalaman-pengalaman psikologis
memandang
mengenai cara
kepribadian
yang
(dalam
Ritandiyono 1996)
konsep
dan
menyebutkan
diri
merupakan
sendiri
ini merupakan eksplorasi terhadap
karena dengan konsep diri inilah
lingkungan fisik dan refleksi dari
seseorang
apakah
dirinya yang diterima dari orang-
dirinya cantik, pintar dan sebagainya.
orang penting disekitarnya. Oleh
dapat
Berdasarkan
menilai
pengertian
karena
itu
banyak
faktor
diatas dapat disimpulkan bahwa
mempengaruhi
konsep diri merupakan gambaran
seseorang, diantaranya yaitu :
seseorang tentang diri sendiri, baik
a. Peran Orang Tua
yang bersifat fisik, sosial maupun
b. Peranan Faktor Sosial
psikologis serta pengharapannya di
c. Belajar
masa
yang
akan
datang,
yang
terbentuk dari interaksinya dengan
konsep
yang diri
1).
Dimensi Konsep Diri Menurut
Caulhoun
(dalam
Yakin akan kemampuannya
untuk mengatasi suatu masalah
Ritandiyono dan Retnaningsih 1996)
2). Merasa setara dengan orang lain
konsep diri memiliki tiga dimensi,
3). Menerima pujian dengan tanpa
yaitu :
rasa malu
pengetahuan
tentang
diri
sendiri, harapan terhadap diri sendiri
4). Menyadari bahwa setiap orang
dan evaluasi diri.
memiliki
Konsep Diri Negatif dan Konsep
keinginan dan perilaku yang
Diri Positif
tidak seluruhnya disetujui oleh
Brook
dan
Emmert
(dalam
Ritandiyono dan Retnaningsih 1996)
berbagai
perasaan,
masyarakat 5). Mampu memperbaiki diri, karena
menyebutkan ciri-ciri orang yang
ia
memiliki konsep diri negatif, antara
aspek-aspak keperibadian yang
lain :
tidak disenanginya dan berusaha
1). Peka terhadap kritik
untuk merubahnya.
2).
Responsive
meskipun
terhadap Ia
pujian,
pura-pura
sanggup
mengungkapkan
Uraian diatas menunjukkan bahwa
konsep
diri
mempunyai
menghindarinya
peranan penting dalam menentukan
3). Hiperkritik terhadap orang lain
dan mengarahkan seluruh prilaku.
4). Merasa orang
tidak
disenangi
oleh
Hal
lain,
sehingga
sulit
kenyataan bahwa setiap individu
kehangatan
dan
selalu
menciptakan
keakraban dengan orang lain
ini
ditunjukkan
berusaha
dengan
memperoleh
keseimbangan dalam dirinya, selalu
5). Pesimis terhadap kompetisi
dihadapkan
pada
Berlawanan dengan ciri-ciri orang
pengalaman hidup, dan dipengaruhi
yang memiliki konsep diri negatif
oleh
yang dikemukakan oleh Brook dan
prestasi.
Emmert (dalam Ritandiyono dan
Tempat Tinggal
kebutuhan
pengalaman-
untuk
mencapai
Retnaningsih 1996) maka ciri-ciri
Menurut Ali (1995) tempat
orang yang meiliki konsep diri
tinggal adalah tempat orang diam
positif antara lain ;
(tinggal) yang biasa berbentuk rumah
atau bidang, tempat tinggal dapat
bertanggungjawab atas dirinya dan
berupa bangunan, seperti rumah,
terhadap
panti, asrama.
hari. Panti asuhan sebagai pengganti
Panti Asuhan
orang tua, sehubungan dengan orang
Menurut Departemen Sosial
masyarakat
tua anak tidak dapat berfungsi
Republik Indonesia (1989), panti
sebagaimana
asuhan adalah suatu lembaga usaha
mendidik
kesejahteraan
(Sandrianny 2002).
sosial
yang
mempunyai tanggungjawab untuk
dikemudian
mestinya
dan
dalam
mengasuh
anak
Tujuan Panti Asuhan
memberikan pelayanan kesejahteraan
Tujuan panti asuhan menurut
sosial kepada anak terlantar serta
Departemen
melaksanakan
penyantunan
Indonesia (1989) ialah memberikan
pengentasan
anak
terlantar,
memberikan
pelayanan
pengganti
atau
perwalian
anak
dan
dalam
pelayanan
Sosial
Republik
berdasarkan
profesi
pekerja sosial kepada anak terlantar dengan
cara
membantu
memenuhi kebutuhan fisik, mental
membimbing
dan sosial pada anak asuh sehingga
perkembangan pribadi yang wajar
memperoleh kesempatan yang luas,
serta kemampuan ketrampilan kerja,
tepat
bagi
sehingga mereka menjadi anggota
perkembangan kepribadiannya sesuai
masyarakat yang dapat hidup layak
dengan yang diharapkan sebagai
dan
bagian dari generasi penerus cita-cita
terhadap
bangsa dan sebagai insan yang akan
masyarakat.
turut
Sasaran Garapan Panti Asuhan
dan
serta
memadai
aktif
dalam
bidang
Sasaran
pembangunan nasional. Panti lembaga
asuhan
untuk
penuh
yaitu
suatu
meliputi :
mengasuh
anak,
1).
mereka
dan kearah
tanggungjawab
dirinya,
garapan
baik
keluarga
panti
dan
asuhan
Anak yatim, piatu, yatim-piatu,
menjaga dan memberikan bimbingan
terlantar usia 0-21 tahun
dari pimpinan kapada anak dengan
2). Anak terlantar adalah anak yang
tujuan agar mereka menjadi manusia
karena suatu sebab anak yang
yang
orang tuanya
cakap
dan
berguna
serta
melalaikan
kewajiban, sehingga kebutuhan
psikososial
anak
terpenuhi
fungsi seseorang dalam lingkungan
dengan wajar baik secara rohani,
sosialnya, yakni dengan melepaskan
jasmani maupun sosial, antara
diri dari ketergantungan pada orang
lain keluarga retak sehingga ada
tua, pembentukan rencana hidup dan
relasi sosial yang harmonis
pembentukan
tidak
dapat
3). Anak yang tidak mampu adalah
berhubungan
sistem
dengan
nilai-nilai
(Gunarsa dan Gunarsa1983).
anak yang karena suatu sebab tidak dapat terpenuhi
kebutuhan-
kebutuhannya,
baik
secara
METODELOGI PENELITIAN Pendekatan Penelitian
rohani, jasmani maupun sosial
Dalam
penelitian
ini,
dengan wajar antara lain salah
pendekatan yang digunakan adalah
satu orang tua dan atau keduanya
metode kualitatif pendekatan studi
sakit
kasus. Menurut Moleong (2004)
kronis,
terpidana
dan
meninggal sehingga anak tidak
studi
ada yang merawat
berusaha memahami isu –isu yang rumit
Pengertian Remaja Masa
remaja
merupakan
kasus
atau
memperluas
adalah
objek
studi
yang
untuk
dapat
pengalaman
atau
masa peralihan dari masa kanak-
menambah kekuatan terhadap apa
kanak menuju masa dewasa yakni
yang telah dikenal melalui hasil
antara usia 12 sampai dengan 21
penelitian yang lalu. Lebih lanjut
tahun. Masa remaja disebut juga
dikatakan
masa pubertas yang meliputi masa
menekan pada rincian analisis atau
peralihan dari masa anak sampai
kontekstual tentang sejumlah kecil
tercapainya kematangan fisik, yakni
kejadian atau kondisi dan hubungan-
usia 12 sampai 15 tahun. Pada masa
hubungan yang ada padanya.
ini
Subjek Penelitian
terlihat
perubahan-perubahan
jasmani berkaitan dengan proses
bahwa
studi
kasus
Pada penelitian ini ditentukan
kematangan jenis kelamin, terlihat
sejumlah karakteristik bagi subjek
pula
penelitian, antara lain :
adanya
perkembangan
Subjek penelitian yang akan dipakai
Keabsahan dan Keajegan
tidak ada ketentuan jenis kelamin,
Penelitian
baik pria maupun wanita adalah
Yin (2002) mengajukan empat
remaja berusia 12 sampai 21 tahun
kriteria keabsahan dan keajegan yang
yang tinggal dipanti asuhan di
diperlukan dalam suatu penelitian
Jakarta Selatan. Dalam penelitian ini
kualitatif, empat hal tersebut adalah :
diambil satu orang subjek remaja
1. Keabsahan Konstruk (Construct
yang tinggal di panti asuhan.
Validity) Keabsahan
Teknik Pengumpulan Data 1.
Metode
batasan
adalah
berkaitan dengan suatu kepastian
yang
bahwa yang terukur benar-benar
diarahkan untuk mencapai tujuan
merupakan variabel yang ingin
tertentu (Poerwandari 2001).
diukur.
percakapan
2.
Wawancara
bentuk
tanya
Metode
jawab
Observasi
Dalam
penelitian ini metode observasi yang
2.
Keabsahan
Internal
(Internal
Validity)
digunakan untuk memperoleh data
Keabsahan
tentang hal-hal yang karena berbagai
konsep
sebab tidak diungkapkan oleh subjek
seberapa jauh kesimpulan hasil
penelitian
penelitian
secara
wawancara. memungkinkan
terbuka
dalam
Observasi
juga
peneliti
untuk
merefleksi dan bersikap introspeksi terhadap
penelitian
yang
internal
yang
merupakan
mengacu
pada
menggambarkan
keadaan sesungguhnya. 3. Keabsahan Eksternal (External Validity) Keabsahan
eksternal
mengacu
dilakukannya.
pada sebarapa jauh hasil penelitian
Alat Bantu Pengumpulan Data
dapat
Alat bantu yang digunakan dalam proses pengumpulan data
di
generalisasikan
pada
kasus lain. 4. Keajegan (Reliability)
terdiri dari pedoman wawancara,
Peneliti
memperhitungkan
pedoman observasi, alat perekam dan
perubahan-perubahan
alat tulis.
mungkin
terjadi
fenomena
yang
yang menyangkut
diteliti
juga
perubahan dalam desain sebagai
observasi terhadap prilaku subjek
hasil dari pemahaman yang lebih
juga setting tempat tinggal subjek.
mendalam tentang setting yang
Hasil Observasi
diteliti (Poerwandari 2001).
1. Setting Sebelum
melakukan
penelitian, peneliti
meminta
ijin
HASIL DAN ANALISIS
kepada pihak panti asuhan Yos
Hasil Wawancara dan Observasi
Sudarso
untuk
Pelaksanan observasi
penelitian
di
mengadakan
yayasan
tersebut,
Wawancara dilakukan dipanti
setelah mendapatkan persetujuan dari
asuhan Yos Sudarso Jl. Lapangan
pihak panti asuhan, peneliti membuat
Tembak Marinir Cilandak Jakarta
surat keterangan ijin melakukan
Selatan.
penelitian
Wawancara
pertama
yang
diperoleh
dilakukan pada hari Selasa tanggal
Universitas Gunadarma.
21 Juni 2005 pada pukul 14.55-16.45
Sebelum
dari
melakukan
WIB. Wawancara kedua dilakukan di
wawancara
sekolah subjek yaitu di SMKN Pasar
kesepakatan terlebih dahulu dengan
Minggu Jakarta Selatan, pada hari
subjek penelitian. Peneliti melakukan
selasa tanggal 11 Oktober 2005 pada
wawancara
pukul
12.00-13.30
peneliti
membuat
berdasarkan
pedoman
WIB,
dan
yang
dilakukan
saat
wawancara dengan subjek, peneliti
subjek melakukan kegiatan buka
melakukan pencatatan lapangan yang
bersama di sekolah pada hari Sabtu
telah disesuaikan dengan keadaan
Tanggal 15 Oktober 2005 pada pukul
yang
17.00-18.30 WIB. Observasi ini
berlangsung.
dilakukan ketika peneliti melakukan
2. Subjek
observasi
ketiga
telah
terjadi
dibuat
selama
dan
selama
wawancara
pengambilan
data
dengan
Subjek adalah seorang pelajar
mewawancarai
subjek.
Peneliti
yang berperawakan tidak terlalu
tempat
tinggi dan memiliki tubuh yang
tinggal subjek yaitu dipanti asuhan,
sedang (tidak gemuk dan tidak
selain itu penulis juga melakukan
kurus) dengan berat badan 40 dan
melakukan
observasi
di
tinggi badan 155. Berkulit kuning
memiliki kejujuran yang dibekali
langsat dengan rambut hitam, lurus,
dari pembinaan mental rohani yang
panjang dan diikat. Subjek memiliki
ada di panti asuhan. Kepercayaan
bentuk wajah lonjong/oval dengan
diri subjek terpupuk dari pembinaan
hidung
yang
mancung.
Ketika
pelatihan ketrampilan yang diberikan
berlangsung
subjek
pihak panti asuhan kepada anak
menggunakan kaos biru dan celana
asuhnya diharapkan agar anak asuh
panjang jeans berwarna biru. Secara
dapat hidup tanpa bergantung pada
keseluruhan
orang
wawancara
penampilan
subjek
lain.
Kemandirian
yang
sangat baik dan rapih.
dimiliki
3. Significant Other
kehidupan subjek sehari-hari yang
Peneliti melakukan observasi
subjek
ditanamkan
tumbuh
sejak
dini
dari
dipanti
dan wawancara pada significant
asuhan. Hal ini dapat terlihat dari
other dalam hal ini ibu asrama panti
tugas sehari-hari yang dilakukan
asuhan yang berinisial S yang mana
subjek di panti asuhan.
termasuk salah seorang yang dekat
Sikap terhadap statusnya
dengan subjek.
terlihat
Pembahasan
bermasyarakat
Subjek
memiliki
dari
cara
subjek
karena
di
hidup panti
konsep
asuhan ini dilibatkan secara langsung
diri yang positif berkaitan dengan
dalam kegiatan sosial dengan warga
komponen
yaitu
masyarakat sekitar panti asuhan, hal
penampilan fisik, subjek memiliki
ini terlihat dari diadakannya kegiatan
proporsi tubuh yang normal dan
bazaar setiap enam bulan sekali
subjek menampilkan kesan yang
dilingkungan panti asuhan.
perceptual
ramah dan supel terhadap orang lain.
Sedangkan
faktor
yang
Hal ini terlihat dari cara subjek
mempengaruhi konsep diri subjek
bersosialisasi
teman-
menjadi positif didasari oleh peranan
temannya di sekolah maupun di panti
orang tua dimana subjek merasa
asuhan.
dekat dan nyaman dengan orang tua
dengan
Berkaitan komponen
konseptual
dengan
pengganti dalam hal ini ibu panti
subjek
asuhan, peranan faktor sosial yaitu
subjek dapat bersosialisasi dengan
memahami
lingkungan sekitar baik didalam
tentang
panti asuhan maupun di sekolah dan
pengalaman yang telah dialami oleh
di masyarakat. Serta proses belajar
subjek. Subjek dapat menampung
dimana
selutuh pengalaman tentang dirinya,
subjek
belajar
pengalaman-pengalaman
dari yang
sehingga
berbagai dirinya,
hasil
kenyataan menerima
evaluasi
subjek
membuatnya berpikir lebih positif.
mengarah kearah yang lebi positif.
Hal ini sesuai dengan yang dikatakan
Hal ini ssuai dengan yang dikatakan
oleh Rini (2002) bahwa orang yang
oleh
dengan konsep diri yang positif akan
mengemukakan bahwa konsep diri
mampu
bukan
menghargai
dirinya
dan
Pudjijogyanti
merupakan
(1991)
faktor
yang
mampu melihat hal-hal yang positif
dibawa sejak lahir, melainkan faktor
yang
demi
yang dipelajari dan dibentuk dari
akan
pengalaman
dapat
keberhasilan
dilakukan dimasa
yang
datang. Subjek dapat menerima dan
individu
dalam
berhubungan dengan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA Ali, L. (1995). Kamus besar bahasa Indonesia. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Pustaka Depertemen Sosial Republik Indonesia. (1989). Petunjuk teknis pelaksanaan, penyantunan dan pengentasan anak terlantar melalui panti asuhan anak. Jakarta. Felker, S. (1974). Theoritical of self concept. USA : Mc. Graw Hill. Gunarsa dan Yulia. G. (1983). Psikologi perkembangan anak dan remaja. Jakarta: BPK Gunung Mulia. Hurlock, E. B. (1993). Perkembangan anak jilid II. Jakarta: Erlangga. Monks, F. J. Knoers, A. M..P & Haditono, S. R. (1999). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: Gajah Mada University Perss. Moleong, L. J. (2004). Metodelogi penelitian. Bandung: Penerbit Remaja Rosdakarya.
Poerwandari, E. K. (1998). Pendekatan kualitatif dalam penelitian psikologi. Jakarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Universitas Indonesia. Pudjijogyanti, C. R. (1991). Konsep diri dalam pendidikan. Jakarta: Arcan. Rahmat, J. (1996). Psikologi komunikasi (edisi revisi). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Ritandiyono dan Retnaningsih. (1996). Aktualisasi diri (seri diktat kuliah). Jakarta: Gunadarma. Rini, J. F. (2002). Konsep diri. www.e-psikologi.com Sandrianny, N. (2002). Perbedaan harga diri antara anak yang tinggal bersama keluarga dan yang tinggal di panti asuhan. Skripsi (tidak diterbitkan). Jakarta: Fakultas Psikologi Atma Jaya. Yin R. K. (2002). Studi kasus (desain dan metode). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.