PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG
Skripsi Disusun guna memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Sosial Islam ( S.Sos.I )
Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam ( BPI )
Oleh: RIZKIYANI 081111010
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2012
NOTA PEMBIMBING
Lamp.
: 5 (lima) eksempelar
Hal.
: Persetujuan Naskah Skripsi kepada Yth. Bapak Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo semarang Di Semarang
Assalamu‟alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, mengadakan koreksi dan perbaikan sebagaimana semestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudari: Nama
: Rizkiyani
NIM
: 081111010
Fak./jurs
: Dakwah/Bimbingan Dan Penyuluhan Islam
Judul skripsi
:“PENGARUH
KONSELING
KELOMPOK
TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG.”
Dengan ini, telah saya setujui dan mohon agar segera diujikan. Demikian, atas perhatiannya diucapkan terima kasih. wassalamu,alaikum Wr. Wb. Semarang, 4 juli 2012 Pembimbing, Bidang Substansi Materi
Bidang Metodologi & Tata Tulis
Drs. H. Djasadi, M.Pd NIP.19470805 196509 1 001
Wening Wihartati S.Psi. M.Si NIP.19771102 200604 2 004
ii
SKRIPSI PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG
Disusun oleh Rizkiyani 081111010 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 26 Juni 2012 dan dinyatakan lulus memenuhi syarat Susunan Dewan Penguji
Ketua/ Penguji I
Penguji III
Drs. H. Anasom, M.Hum Nip. 19661225 199403 1 004
Hj. Mahmudah, S.Ag. M.Pd Nip.19701129 199803 2 001
Penguji II
Penguji IV
Safrodin, M.Ag Nip. 19751203 200312 1 002
Dr. H. Sholihan, M.Ag Nip.19600601 199403 1 002
Pembimbing 1
Pembimbing II
Drs. H. Djasadi, M.Pd
Wening Wihartati, S.Psi, M.Si
NIP.19470805 196509 1 001
NIP.19771102 200604 2 004
iii
MOTTO
Artinya : „‟Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaannya sendiri’’ (Q.S.Ar Ra‟du :11)
iv
PERSEMBAHAN Skripsi ini peneliti persembahkan untuk: 1. Almameterku Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang 2. Ayahanda H.Arjosono dan ibu Hj. Suparti yang telah membesarkan dengan kasih sayang serta bimbingan dan nasehat yang tiada pernah henti dan mendo‟akan kesuksesan ananda semoga jasa dan kasih sayangnya tak terlupakan sepanjang masa. 3. Kakak dan adik yang tercinta yang telah memotivasi, mengajari, dan mendoakan peneliti agar selalu lancar dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Semua kawan-kawanku yang telah membantu juga memberikan motivasi kepadaku yang tak pernah aku lupakan, semoga Allah SWT memberikan Rahmat serta Hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
v
PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan didalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan atau lembaga pendidikan lainnya. Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum atau tidak diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pusaka.
Semarang, 15 Juni 2012
RIZKIYANI NIM. 081111010
vi
ABSTRAKSI Skripsi berjudul Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dibuat oleh Rizkiyani (081111010). Kajian pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji secara empiris perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja dan untuk mengetahui dan menguji secara empiris perbedaan konsep diri kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Hipotesis yang diajukan adalah ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok dan ada perbedaan konsep diri pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperiment pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Manfaat penelitian secara teoritis dapat mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dalam dunia bimbingan dan penyuluhan Islam khususnya mengenai konseling kelompok dan konsep diri. Secara praktis bagi remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang diharapkan mempunyai konsep diri yang positif dengan melalui konseling kelompok. Bagi pengasuh Panti Asuhan dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan konsep diri remaja melalui konseling kelompok. Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan rancangan eksperimen before-After Control Group atau Control Group Pretest-Posttest Design . Subjek penelitian adalah remaja yang berusia 1321 tahun sebanyak 32 responden. Enam belas responden dijadikan kelompok eksperimen dan 16 lainnya dijadikan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa konseling kelompok dengan durasi waktu 90 menit dalam 5 sesi. Untuk kelompok kontrol diberi perlakuan berupa diskusi dengan judul “Cinta Menurut Pandangan Islam”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang yang ditunjukkan dengan hasil nilai t hitung lebih besar dari t tabel (2,798 > 2,131) pada signifikansi 5%, Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang “ diterima” Sedangkan nilai t hitung pada kelompok kontrol lebih kecil daripada t tabel (2,016 < 2,131) pada taraf signifikansi 5% itu berarti hipotesis “ada perbedaan konsep diri remaja ditolak”. Jadi pada kelompok kontrol ada perbedaan antara sebelum dan setelah diberikan ceramah tetapi tidak signifikan. Untuk hipotesis kedua bahwa ada perbedaan konsep diri antara kelompok yang diberi perlakuan konseling kelompok dan yang tidak diberi konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Ini terbukti dari Signifikansi postest eksperimen sebesar 1,541 > 0,05 sedangkan signifikansi postest kontrol sebesar 1,228 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil postest eksperimen lebih besar daripada postest kontrol. Semakin sering dan aktif dalam melakukan konseling kelompok maka semakin meningkat konsep diri remaja.
vii
KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya kepada peneliti berupa kekuatan dan kemampuan dalam penyusunan
skripsi
dengan
judul
“PENGARUH
KONSELING
KELOMPOM TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG”, sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan baik. Shalawat dan salam tetap tersanjung kepangkuan beliau nabi besar Muhammad SAW, yang telah berjuang membawa umat dari alam jahiliyah, kemusyrikan dan kegelapan hati menuju alam kebaikan, ketentraman dan kedamaian yang berlandaskan wahyu illahi. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan saran-saran dari berbagai pihak sehingga skripsi ini dapat terealisasikan dengan baik. Oleh karena itu melalui tulisan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khusus pada: 1. Bapak Muhammad Sulthon, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah merestui penulisan skripsi ini. 2. Ibu Hj. Mahmudah, S.Ag M.Pd selaku ketua jurusan BPI dan bapak Safrodin, M.Ag selaku Sekretaris jurusan BPI yang telah memberikan izin untuk penelitian ini. 3. Bapak Drs. Djasadi,M.Pd dan Ibu Wening Wihartati, M.Si, selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Para dosen dan staf karyawan di lingkungan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang yang telah memberikan ilmunya kepada peneliti.
viii
5. Ayah dan ibu yang dengan tulus dan ikhlas memberikan doa restunya dalam keberhasilan penyusunan skripsi ini dan keponakan yang selalu menemani pembuatan skripsi ini. 6. Para pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan para anak asuhnya yang telah membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini 7. Sahabatku senasib dan seperjuangan yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah memberikan masukan, motivasi dan bantuan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini. Kepada mereka semua tidak ada sesuatu yang dapat peneliti berikan sebagai imbalan, kecuali sepotong do‟a “ Jazakumullah Ahsananal Jaza’ Jazaan Katsira”. Skripsi yang sederhana ini terlahir dari usaha yang maksimal dari kemampuan yang terbatas yang ada pada diri peneliti. Maka peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi isi maupun tulisan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat konstuktif sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala kerendahan hati peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan pembaca yang budiman. Semarang, 15 Juni 2012
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i NOTA PEMBIMBING .................................................................................. ii PENGESAHAN ............................................................................................ iii MOTTO.......................................................................................................... iv PERSEMBAHAN .......................................................................................... v PERNYATAAN ............................................................................................. vi ABSTRAKSI.................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ................................................................................... viii DAFTAR ISI .................................................................................................. xi DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xii BAB I
PENDAHULUAN 1.1 .Latar Belakang Masalah .................................................... 1 1.2. Rumusan Masalah ............................................................. 6 1.3. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ....................... 6 1.4. Tinjauan Pustaka ............................................................... 7 1.5. Sistematika Penulisan Skripsi............................................ 10
BAB II
KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK 2.1. Konsep Diri ....................................................................... 13 2.1.1. Pengertian Konsep Diri ........................................... 13 2.1.2. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri ....... 16 2.1.3. Aspek-aspek Konsep Diri ........................................ 18 2.1.4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri ........................................................................... 21 2.1.5. Pentingnya Konsep Diri .......................................... 23 x
2.1.6. Jenis-jenis Konsep Diri ........................................... 24 2.1.7. Ciri-ciri Konsep Diri ............................................... 26 2.2. Konseling Kelompok ......................................................... 28 2.2.1. Pengertian Konseling Kelompok............................. 28 2.2.2. Tujuan Konseling kelompok ................................... 31 2.2.3. Komponen dalam Konseling Kelompok ................. 33 2.2.4. Asas Konseling Kelompok ...................................... 35 2.2.5. Tahapan Konseling Kelompok ................................ 37 2.2.6. Jenis Konseling Kelompok ...................................... 38 2.3. Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri Remaja ............................................................................... 41 2.4. Hipotesis ............................................................................ 43 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian ............................. 45 3.2. Definisi Konseptual dan Operasional ................................ 45 3.2.1. Definisi Konseptual............................................... 45 3.2.2. Definisi Operasional ............................................. 46 3.3. Sumber dan Jenis Data ...................................................... 48 3.4. Populasi dan Sampel.......................................................... 48 3.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................ 49 3.6. Teknik Analisis Data ......................................................... 54 3.7. Rancangan Penelitian ........................................................ 54 3.8. Prosedur Penelitian ............................................................ 56 3.9. Pelaksanaan Penelitian ...................................................... 56
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN 4.1. Data Umum
xi
4.1.1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang ............................................................. 60 4.1.2. Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang ............................................................. 63 4.1.3. Kepengurusan dan Anak asuh ............................... 64 4.1.4. Program dan pelaksanaan Kegiatan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang .................................. 67 4.1.5. Dana, Pendukung, dan Hambatan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang .................................. 71 4.2. Data Khusus 4.2.1. Konseling Kelompok di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang ............................................ 72 4.2.2. Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang ............................................ 73 BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Data ................................................................... 75 5.1.1. Deskripsi Subyek Penelitian ................................. 75 5.1.2. Deskripsi Data Penelitian ...................................... 76 5.1.3. Analisis Data ......................................................... 84 5.1.4. Hasil Pembahasan Penelitian ................................ 88
BAB VI
PENUTUP 6.1. Kesimpulan ........................................................................ 93 6.2. Limitasi ............................................................................. 94 6.3. Saran-saran ........................................................................ 94 6.4. Penutup ............................................................................. 96
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN BIODATA PENULIS xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1.
Blue print skala Konsep Diri (sebelum uji coba)
50
Tabel 3.2.
Kategori jawaban skala Konsep Diri
50
Tabel 3.3.
Ringkasan uji validitas dan reliabilitas skala Konsep Diri
52
Tabel 3.4.
Skala Konsep Diri (sesudah uji coba)
52
Tabel 3.5.
Pelaksanaan Konseling Kelompok
57
Tabel 3.6.
Pelaksanaan Kelompok Kontrol
58
Tabel 5.1.
Data subjek penelitian
75
Tabel 5.2.
Data Konsep Diri sebelum dilaksanakan perlakuan pada
Kelompok kontrol dan eksperimen
77
Tabel 5.3.
Data Kelompok eksperimen
78
Tabel 5.4.
Data Konsep Diri Kelompok kontrol
79
Tabel 5.5.
Rerata Konsep Diri Kelompok eksperimen dan Kontrol
Tabel 5.6.
80
Kriteria rata-rata Konsep Diri pada Kelompok eksperimen setelah perlakuan
Tabel 5.7.
83
Kriteria rata-rata Konsep diri pada Kelompok kontrol setelah perlakuan
83
Tabel 5.8.
Uji Normalitas Data
85
Tabel 5.9.
Rangkuman Hasil Uji Normalitas
85
Tabel 5.10
Rangkuman Hasil Uji t
86
Tabel 5.11
Rangkuman Hasil Analisis t-test
88
Tabel 5.12
Hasil Postest Eksperimen dan Post test Kontrol
88
xiii
Daftar Gambar
Gambar 1
Histogram Skor Konsep Diri tes akhir Kelompok Eksperimen ............................................... 77
Gambar 5
Histogram Skor Konsep Diri tes akhir Kelompok Kontrol ...................................................... 79
xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan senantiasa berusaha untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Hubungan antar manusia merupakan fenomena yang menjadi perwujudan dari pemenuhan kebutuhan
individu
terhadap manusia lain untuk mengembangkan dan mempertahankan hidup (Sumardjono, 1992: 43). Pandangan dan pengalaman hidup menunjukkan ditentukan
bahwa
keberhasilan
hidup
manusia
banyak
oleh kemampuannya mengelola diri dan kemampuan
mengelola hubungan dengan orang lain. Manusia sebagai makhluk individu sekaligus makhluk sosial dalam bersikap dan berperilaku tidak akan lepas dari konsep diri yang dimilikinya. Individu akan berkembang dan mengalami perubahan-perubahan baik secara fisik maupun psikis sesuai dengan konsep dirinya (Sarwono, 2006: 20). Sejak kecil individu telah dipengaruhi dan dibentuk oleh berbagai pengalaman yang dijumpai dalam hubungannya dengan individu lain, terutama orang terdekat, maupun yang dijumpai dalam peristiwa kehidupan. Sejarah hidup individu dari masa lalu membuat dirinya lebih baik atau lebih buruk dari kenyataan yang sebenarnya.
2
Cara pandang individu terhadap dirinya akan membentuk suatu konsep dirinya sendiri. Konsep tentang diri merupakan hal yang penting bagi kehidupan individu karena konsep diri menentukan bagaimana individu bertindak dalam berbagai situasi (Sobur, 2003: 510) Namun perjalanan hidup seseorang tidak selamanya berjalan dengan mulus. Beberapa anak dihadapkan pada pilihan yang sulit bahwa individu harus berpisah dari keluarga karena suatu alasan, menjadi yatim, piatu atau yatim piatu bahkan mungkin menjadi anak terlantar. Kondisi ini menyebabkan kegelisahan didalam suatu keluarga. Pada kenyataanya hilangnya salah satu anggota keluarga secara fisik tidak mungkin lagi dapat digantikan, tetapi secara psikologis dapat dilakukan dengan diciptakannya situasi kekeluargaan (Jeanette, 2005: 165). Usia remaja memiliki keinginan yang kuat untuk mulai mandiri, tidak terikat pada orang tua, tetapi dia juga masih merasa bingung dalam menghadapi dunia barunya. Erikson berpendapat bahwa isu yang paling penting dan kritis pada masa remaja adalah pencarian konsep diri (Jeanette, 2005: 168). Konsep Diri merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya
sendiri (Farozin, 2004: 17).
Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang memandang dirinya yang tercermin dari keseluruhan
3
perilakunya, artinya perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri (Muntholiah, 2002: 42). Menurut Hurlock masa remaja dikatakan sebagai bagian dari generasi penerus yang menjadi tonggak sebagai individu yang bermakna pada hari kemudian diharapkan juga memiliki pemahaman tentang diri yang benar, hal tersebut sangat diperlukan bagi setiap orang dalam menjalani kehidupannya, sehingga diperoleh suatu gambaran yang jelas tentang dirinya dan supaya remaja bisa menjalankan apa yang sudah didapatkannya (Hurlock, 1980: 213). Remaja menurut Zakiah Darajat adalah usia transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa dalam usia 13 tahun sampai 21 tahun (Darajat, 1976: 11). Remaja merupakan pribadi yang sedang berkembang menuju kematangan diri dan kedewasaan. Untuk itu remaja perlu membekali dirinya dengan pandangan yang benar tentang konsep dirinya. Remaja perlu menjaga diri secara efektif agar dapat mempengaruhi orang lain untuk memiliki konsep diri yang postif. Remaja perlu menjadi diri yang mampu menciptakan interaksi sosial yang saling terbuka, saling memperhatikan kebutuhan teman dan saling mendukung. Setiap individu mungkin sering menilai diri sendiri apa, siapa, dan bagaimana diri saya ini sering terbesit di dalam hati pertanyaan seperti itu merupakan suatu bentuk konsep diri (Wanei, 2006: 32).
4
Setiap orang pasti mempunyai konsep diri tertentu terhadap dirinya sendiri. Ada yang mempunyai konsep diri yang negatif dan ada pula yang mempunyai konsep diri positif. Konsep diri yang positif ataupun negatif dapat terbentuk oleh beberapa hal. Konsep diri positif dapat terbentuk melalui penanaman nilai-nilai agama yang kuat, kepercyaan diri, menerima diri sendiri. Untuk konsep diri negatif dapat terbentuk oleh kurangnya perhatian kasih sayang, kurangnya penanaman nilai-nilai agama, kurangnya kepercayaan diri dan tidak mampu menerima diri apa adanya. Namun satu hal yang menentukan adalah cara pandang diri kita sendiri. Semakin seseorang berpendapat negatif maka semakin sering muncul konsep-konsep negatif tentang dirinya sendiri. Sebaliknya semakin seseorang mempunyai pandangan yang positif terhadap dirinya sendiri maka semakin positif pula konsep yang ia miliki (Murdoko, 2004: 84). Berdasarkan pengamatan peneliti, remaja di Panti tersebut sebagian besar memiliki konsep diri negatif misalnya saja bersikap pesimis, meragukan kemampuannya sendiri, menganggap orang tuanya tidak mencintai dirinya, dan tidak percaya diri. Salah satu cara yang ditempuh untuk mengetahui dan memperbaiki konsep diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah dengan melakukan penelitian di Panti tersebut dan melakukan proses konseling kelompok. Konseling kelompok pada dasarnya merupakan metode dakwah dengan layanan konseling perorangan dilaksanakan dalam
5
suasana kelompok, terdapat konselor (da‟i) yang jumlahnya lebih dari seorang dan ada klien (mad‟u), klien yaitu para anggota kelompok yang jumlahnya biasaya lebih dari dua orang (Prayitno, 1999: 315). Melalui layanan konseling kelompok diharapkan para remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang mampu mengarahkan konsep dirinya dengan positif. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota lain, khusunya untuk mengarahkan memiliki konsep diri yang positif.
remaja di Panti agar
Untuk manfaat dari konseling
kelompok adalah dapat melatih remaja untuk dapat hidup secara berkelompok dan menumbuhkan kerjasama antar anggota dalam mengatasi masalah, melatih setiap anggota untuk mengemukakan pendapat
dan
menghargai
pendapat
orang lain
serta
dapat
meningkatkan kemampuan remaja untuk dapat menilai dirinya sendiri (blogspot.com/2012/05/03/kegunaanmanfaatkonselingkelompok.html pukul 14.00 WIB). Dalam penelitian ini, peneliti memfokuskan penelitiannnya pada remaja baik laki-laki maupun perempuan yang berusia 13-21 tahun yang berada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Pelaksanaan konseling kelompok di Panti Asuhan tersebut belum efektif. Padahal dalam kenyataannya remaja yang tinggal di Panti
6
senantiasa menghadapi problem kehidupan yang perlu dipecahkan. Memperhatikan permasalahan sebagaimana diungkapkan, maka judul skripsi “Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang” sangat menarik untuk ditindak lanjuti. 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah 1. Adakah perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang? 2. Adakah perbedaan Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang? 1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian Untuk mendiskripsikan, menganalisa, dan menguji secara empiris tentang perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang
7
Adapun manfaat penelitian dapat ditinjau dari 2 aspek : 1. Secara Teoritis yaitu : Penelitian
ini
diharapkan
dapat
bermanfaat
dalam
mengembangkan khazanah ilmu pengetahuan dalam
dunia
Bimbingan dan Penyuluhan Islam khususnya Konseling Kelompok dan Konsep Diri. 2. Secara praktis yaitu : a. Bagi Remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah diharapkan bisa mempunyai konsep diri yang positif bahkan semakin meningkat konsep diri positif yang dimiliki melalui konseling kelompok. b. Bagi Pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlonah dapat dijadikan rujukan dalam mengembangkan konsep diri remaja melalui konseling kelompok. 1.4. Tinjauan Pustaka Berdasarkan penelitian di perpustakaan ditemukan adanya beberapa skripsi dan buku yang judulnya hampir sama. Skripsi yang dimaksud adalah: Skripsi dengan judul “Pengaruh Konsep Diri Terhadap Perilaku Keagamaan Anak di Panti Asuhan Pamardi Putra Mandiri (PPM)
Semarang”
oleh
Halimi
(2005).
Penelitian
tersebut
menjelaskan tentang bagaimana konsep diri berpengaruh terhadap perilaku keagamaan anak di PPM Semarang. Perbedaan pada penelitian yang peneliti lakukan adalah terletak pada objek dan
8
pembahasannya. Penelitian di atas menjelaskan tentang bagaimana konsep diri mempengaruhi perilaku keagamaan pada anak di Panti PPM semarang. Berbeda dengan penelitian ini lebih menjelaskan tentang perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Penelitian oleh Dahlia (2006) dengan judul “Hubungan Konsep Diri dengan Kecemasan Menghadapi Dunia Kerja pada Mahasiswa Semester Akhir.” Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa konsep diri berpengaruh terhadap kecemasan menghadapi dunia kerja pada mahasiswa semester akhir. Terdapat perbedaan konsep diri dan kecemasan dalam
menghadapi dunia kerja pada
semester akhir ditinjau dari jenis kelamin. Berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan adalah tentang perbedaan konsep diri remaja sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok yang ada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan apakah ada perbedaan konsep diri remaja pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian oleh Widayat Mintarsih (2009) dengan judul “Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Efektivitas Komuniksai Interpersonal
Mahasiswa
Fakultas
Dakwah
IAIN
Walisongo
Semarang”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ada pengaruh
9
konseling kelompok terhadap efektivitas komunikasi interpersonal mahasiswa dakwah terbukti. Artinya jika mahasiswa diberi perlakuan konseling kelompok maka efektivitas komunikasi interpersonal akan meningkat dibandingkan mahasiswa yang diberi perlakuan diskusi dan ceramah pada kelompok kontrol. Berbeda dengan penelitian yang peneliti lakukan, perbedaannya adalah dalam obyek dan pembahasan penlitiannya, peneliti mengambil sampel anak remaja yang tinggal di Panti Asuhan. Pembahasannya tentang perbedaan konsep diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Buku Psikologi Komunikasi karangan Jalaluddin Rahmat yang diterbitkan oleh PT.Remaja Rosdakarya pada bulan oktober tahun 1998. Peneliti mengambil indikator skala konsep diri dari buku tersebut. Dalam buku tersebut dipaparkan bahwa ciri-ciri konsep diri positif itu adalah yakin akan kemampuan mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian tanpa rasa malu, dapat menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan, dan mampu memperbaiki dirinya. Ciri-ciri konsep diri positif itulah yang dijadikan indikator dalam skala konsep diri. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian ini lebih berorientasi pada konseling kelompok dan konsep diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dan untuk mengetahui Konsep Diri
10
antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Konseling kelompok diharapkan para remaja mampu menemukan konsep diri yang sebenarnya yang dimiliki, dan memperbaiki konsep yang negatif menjadi konsep diri yang positif. 1.5. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian skripsi ini terdiri dari 6 bab, yaitu: Bab
I
merupakan
bab
Pendahuluan.
Pada
bab
ini
menguraikan tentang uraian global mengenai persoalan yang akan dibahas dalam bab selanjutnya. Bab ini terdiri atas : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Tinjauan Pustaka, dan Sistematika Penulisan. Bab II adalah Kerangka Dasar Pemikiran Teoritik yang menjelaskan tentang Konsep Diri (deskripsi variabel dependen) dan Konseling Kelompok (deskripsi variabel independen). Bab kedua ini dibagi menjadi 4 sub bab. Sub bab pertama akan dijelaskan Pengertian Konsep
Diri,
Aspek-aspek
Konsep
Diri,
Pembentukan
dan
perkembangan Konsep Diri, Pentingnya Konsep Diri, Jenis-jenis Konsep Diri, Ciri-ciri Konsep Diri dan Pembagian Konsep Diri. Sub bab kedua akan dijelaskan Pengertian Konseling Kelompok, Tujuan Konseling Kelompok, Komponen dalam Konseling Kelompok , Asasasas Konseling Kelompok, Tahapan Konseling Kelompok dan Jenis
11
Konseling Kelompok. Sub bab ketiga berisi tentang Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri Remaja dan sub bab keempat membahas Hipotesis. Bab III membahas metodologi penelitian yang didalamnya memuat sub bab tentang Jenis dan Metode Penelitian, Definisi Konseptual
dan
Operasional,
Jenis
Data,
Populasi,
Teknik
Pengumpulan Data, dan Teknik Analisis Data , Rancangan Penelitian, Prosedur Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian. Bab IV memaparkan Gambaran Umum Obyek Penelitian yang terdiri dari data umum dan khusus. Data umum meliputi : Sejarah singkat Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, Tujuan didirikannya Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, Kepengurusan dan keadaan anak asuh, Program dan Pelaksanaan kegiatan di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, dan Dana pendukung dan hambatan yang ada di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang . Sedangkan Data Khusus meliputi Konseling Kelompok dan Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Bab V berisi tentang Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab kelima ini dibagi menjadi dua sub bab. Sub bab pertama yaitu Deskripsi data yang isinya deskripsi subyek data penelitian, Deskripsi data penelitian, Analisis data (uji Normalitas dan uji Hipotesis ), sedangkan sub bab kedua berisi Pembahasan hasil penelitian
12
Bab VI adalah penutup. Bab ini memuat Kesimpulan yang merupakan Hasil dari Penelitian Pengaruh Konseling Kelompok dan Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Kemudian saran-saran serta diikuti dengan uraian penutup. Setelah penutup dibagian akhir dicantumkan Daftar Pustaka, Lampiranlampiran dan Biodata peneliti.
13
BAB II KERANGKA DASAR PEMIKIRAN TEORITIK
2.1. Konsep Diri 2.1.1. Pengertian Konsep Diri Konsep Diri terdiri dari dua kata, konsep dan diri. Konsep adalah gambaran mental dari objek (Depdikbud, 1994: 520), sedangkan Diri adalah orang (Depdikbud, 1994: 236). Jadi definisi konseptual konsep diri adalah gambaran mental seseorang. Definisi operasional konsep diri adalah pandangan dan perasaan tentang diri sendiri (persepsi diri). Dalam pemikiran Burns konsep diri merupakan konseptualisasi individu mengenai pribadinya sendiri, pandangan diri dimata orang lain dan keyakinan diri terhadap hal-hal yang hendak dicapai (Burns, 1993: 87). Sartain dikutip oleh Purwanto berpendapat bahwa konsep diri sebagai pandangan, perasaan, tentang diri sendiri yang meliputi suatu penghayatan, sikap dan perasaan baik yang dirasakan maupun tidak (Purwanto, 1999: 124). Menurut Zuyina konsep diri adalah perasaan seseorang tentang dirinya sebagai pribadi yang utuh dengan karakteristik yang unik, sehingga akan mudah dikenali sebagai sosok yang mempunyai ciri khas tersendiri (Zuyina, 2010: 13). Pudjiyogyanti menjelaskan konsep diri adalah mencakup seluruh pandangan individ akan dimensi
14
fisik, karakteristik pribadinya, motivasi, kelemahan, kepandaian dan kegagalannya (Pudjiyogyanti, 1995: 2). Konsep diri yaitu melakukan pembayangan diri sendiri sebagai orang lain, yang disebutnya sebagai looking-glass self (diricermin) seolah-olah kita menaruh cermin dihadapan kita sendiri. Prosesnya dimulai dengan membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain, kita melihat sekilas diri kita seperti dalam cermin. Misalnya, kita merasa wajah kita menarik, atau tidak menarik. Proses kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita, apakah orang lain menilai kita menarik, cerdas, atau menarik. Proses ketiga, kita kemudian mengalami perasaan bangga atau kecewa atas percampuran penilaian diri kita sendiri dan penilaian orang lain. Jika penilaian kita
terhadap diri sendiri positif, maka kemudian
mengembangkan konsep diri yang positif. Namun sebaliknya, penilaian orang lain terhadap kita negatif, dan kita pun menilai diri kita negatif maka kemudian kita mengembangkan konsep diri yang negatif (Savitri Rahmadani, 2008: 77). Menurut Burns (1993) konsep diri adalah penghargaan diri, nilai diri atau penerimaan diri yang meliputi semua keyakinan dan penilaian tentang diri sendiri, hal ini akan menentukan siapa kita menurut pikiran sendiri, apa yang dapat kita lakukan menurut pikiran sendiri dan menjadi apa menurut pikiran sendiri. Konsep diri (self concept) adalah gagasan tentang diri sendiri, konsep diri terdiri dari
15
bagaimana kita melihat diri sendiri sebagai pribadi, bagaimana kita merasa tentang diri sendiri, dan bagaimana menginginkan diri sendiri menjadi manusia yang diharapkan. Konsep diri dapat digambarkan sebagai sistem operasi yang menjalankan komputer mental yang mempengaruhi kemampuan berpikir seseorang (Desmita, 2009: 164). Mulkan mengemukakan konsep diri adalah suatu pemahaman mengenai siapa dirinya dan seperti apa diri itu digambarkan oleh dirinya sendiri (Mulkan, 2002: 15). Patterson dalam Sangalang (1992:2) menggambarkan self” diri ‟‟, self concept “konsep diri ‟‟, self structure “ struktur diri‟‟ adalah persepsi mengenai hubungan “aku sebagai subjek” dan “aku sebagai objek”. Dengan kata lain berbagai aspek kehidupan bersama-sama dengan nilai-nilai yang berkaitan dengan perkembangan tersebut yang terorganisasi menjadi satu kesatuan yang kuat. William Brooks dalam Jalaludin Rahmat (2007: 99) mengemukakan konsep diri adalah pandangan dan perasaan kita tentang diri kita. Persepsi tentang diri kita ini boleh bersifat psikologis, sosial maupun fisik. Pudjiogyanti menjelaskan bahwa konsep diri mencakup seluruh pandangan individu akan dimensi fisik, karakteristik pribadinya, motivasi, kelemahan, kepandaian dan kegagalannya. Konsep diri menurut Calhoun sebagai pandangan diri anda terhadap dii anda sendiri, pengharapan anda tentang anda sendiri dan penilaian diri anda sendiri (Calhoun, 1990: 67).
16
Dari berbagai pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri merupakan keyakinan, pandangan, atau penilaian seseorang terhadap dirinya. Seseorang dikatakan mempunyai konsep diri negatif jika ia meyakini dan memandang bahwa dirinya lemah, tidak berdaya, tidak berbuat sesuatu, tidak kompeten, gagal, malang, tidak menarik, tidak disukai dan kehilangan daya tarik terhadap kehidupan dan kesempatan yang dihadapinya. Sebaliknya seseorang dengan konsep diri positif akan terlihat lebih optimis, penuh percaya diri dan selalu bersikap positif terhadap segala sesuatu, juga terhadap kegagalan yang dialaminya, konsep diri positif akan mampu menghargai dirinya dan melihat hal- hal yang positif yang dapat dilakukan demi keberhasilan dimasa yang akan datang. 2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsep Diri Konsep diri dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah keadaan jasmani atau fisik, perkembangan psikologis, peranan keluarga, dan lingkungan sosial budaya (Muntoliah, 2002: 41). Dalam pandangan Burns yang dikutip Agus Priyanto menyebutkan faktorfaktor yang mempengaruhi konsep diri adalah: a. Gambaran Diri (body image ) Gambaran diri adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan, dan potensi tubuh. Gambaran diri berhubungan dengan kepribadian. Cara pandang
17
individu terhadap dirinya mempunyai dampak yang penting bagi aspek psikologis individu tersebut. Pandangan yang realistis terhadap dii dengan menerima dan mengukur bagian tubuh sendiri dapat menimbulkan rasa aman, menghilangkan rasa cemas, dan juga dapat meningkatkan harga diri. b. Ideal Diri Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana seseorang harus berperilaku berdasarkan standar aspirasi, tujuan atau penilaian personal tertentu. Ideal diri ini mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang dipengaruhi oleh orang yang penting bagi dirinya yang memberikan keuntungan dan harapan pada masa remaja, sedangkan ideal diri ini akan dibentuk melalui proses identifikasi pada orang tua, guru, dan orang-orang dekat lainnya. c. Harga Diri Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh perilaku dapat memenuhi ideal diri. Harga diri sangat rentan terganggu pada saat remaja dan usia lanjut. Harga diri yang tinggi terkait dengan keefektifan dalam kelompok dan penerimaan oleh orang lain. Sementara itu harga diri rendah terkait dengan hubungan interpersonal yang buruk dan hal itu merupakan resiko terjadinya depresi.
18
d. Peran Peran adalah sikap dan nilai perilaku serta tujuan yang dihrapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat. Peran yang ditetapkan ialah peran dimana seseorang tidak mempunyai pilihan lain, sedangkan peran yang diterima adalah peran yang terpilih atau dipilih individu. e. Identitas Identitas merupakan kesadaran akan diri sendiri yng bersumber dari observasi dan penilaian individu serta hasil sintesis semua aspek konsep diri sebagai satu kesatuan yang utuh. Identitas diri terus berkembang sejak masa kanak-kanak bersamaan dengan perkembangan konsep diri (Priyanto, 2009: 42). 2.1.3. Aspek-Aspek Konsep Diri Konsep diri pada hakekatnya meliputi empat aspek dasar yang terdiri dari : 1) Bagaimana orang mengamati dirinya sendiri 2) Bagaimana orang berfikir tentang dirinya sendiri 3) Bagaimana orang menilai dirinya sendiri 4) Bagaimana
orang
berusaha
dengan
berbagai
cara
untuk
menyempurnakan dan mempertahankan diri (Muntholi‟ah, 2002: 29). Sementara itu Fitts dalam Nashori (2000: 31) menyatakan bahwa ada lima aspek kategori umum dalam konsep diri yaitu :
19
a. Konsep diri fisik. Konsep ini
berarti pandangan, pikiran, dan
penilaian remaja terhadap fisiknya sendiri. Individu disebut memiliki konsep diri fisik apabila ia memandang secara positif penampilannya, kondisi kesehatan, kulitnya, ketampanan atau kecantikan, serta ukuran tubuh yang ideal. Individu dipandang memiliki konsep diri negatif apabila memandang secara negatif hal-hal diatas. b. Konsep diri pribadi. Konsep ini berarti pandangan, pikiran, dan perasaan digolongkan
remaja
terhadap
memiliki
pribadinya
konsep diri pribadi
sendiri.Seseorang positif
apabila
memandang dirinya sebagai orang yang bahagia, optimis, mampu mengontrol diri, dan memiliki berbagai kemampuan. Sebaliknya dianggap memiliki konsep diri pribadi negatif apabila memandang dirinya sebagai orang yang tidak bahagia, pesimis, tidak mampu mengontrol diri, dan memiliki berbagai macam kekurangan. c. Konsep diri sosial. Konsep ini berati pandangan, pikiran, penilaian, perasaan remaja terhadap kecenderungan sosial yang ada pada dirinya sendiri. Konsep diri sosial berkaitan dengan kemampuan berhubungan dengan dunia diluar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkup interaksi sosial. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri sosial positif apabila memandang dirinya sebagai orang yang berminat pada orang lain, memahami orang lain, merasa mudah akrab dengan orang lain, merasa diperhatikan,
20
menjaga perasaan orang lain, dan aktif dalam dalam kegiatan sosial. Sebaliknya seseorang dikatakan memiliki konsep diri sosial negatif jika memandang dirinya sebagai orang yang acuh tak acuh terhadap orang lain, sulit akrab dengan orang lain, tidak memberi perhatian terhadap orang lain, dan tidak aktif dalam kegiatan sosial. d. Konsep diri moral etik. Konsep ini berarti pandangan, pikiran, perasaan, dan penilaian remaja terhadap moralitas diri sendiri. Konsep ini berkaitan dengan nilai dan prinsip yang berarti memberi arti dan arah bagi kehidupan seseorang. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri moral etik positif apabila memandang dirinya sebagai orang yang berpegang teguh pada nilai-nilai etik moral. Sebaliknya digolongkan memiliki konsep diri moral etik negatif apabila seseorang memandang dirinya sebagai orang yang menyimpang dari standar nilai moral yang seharusnya diikutinya. e. Konsep diri keluarga. Konsep ini berarti pandangan, pikiran, penilaian, dan pikiran remaja
terhadap keluarganya sendiri.
Konsep diri keluarga berkaitan dengan keberadaan diri seseorang dalam keluarga. Seseorang digolongkan memiliki konsep diri keluarga positif apabila memandang dirinya mencintai dan dicintai keluarga, bahagia bersama keluarga, bangga dengan keluarga banyak mendapat bantuan dan dorongan dari keluarga. Sebaliknya jika digolongkan memiliki konsep diri keluarga negatif jika seseorang memandang dirinya sebagai orang yang tidak nyaman
21
dalam situasi kekeluargaan, membenci keluarganya sendiri dan tidak pernah adanya dorongan dari keluarganya sendiri (Ema, 2007: 22). Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa aspek kategori umum dalam konsep diri menurut Fitts dalam Nashori adalah konsep diri fisik, konsep diri pribadi, konsep diri sosial, konsep diri moral etik, dan konsep diri keluarga. 2.1.4. Pembentukan dan Perkembangan Konsep Diri Konsep diri berperan penting dalam menentukan perilaku seseorang guna mengetahui diri kita sepenuhnya mengatasi konflik yang ada pada dirinya, dan untuk menafsirkan pengalaman yang didapatnya. Oleh karena itu konsep diri dperlukan seseorang untuk dijadikan sebagai acuan hidup (Muntholi‟ah, 2002: 33). Konsep diri seseorang bukan merupakan pembawaan sejak lahir melainkan terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari masa kecil sampai dewasa. Selain itu konsep diri dihasilkan dari proses interaksi individu dengan lingkungan secara terus menerus (Nashori, 2000: 28). Konsep diri pada masa kanak-kanak biasanya berbeda dengan konsep diri yang dimiliki ketika memasuki usia remaja. Konsep diri seorang anak bersifat tidak realistis, tetapi kemudian konsep diri yang tidak realistis itu berganti dengan konsep diri yang baru sejalan dengan penemuan tentang dirinya atau pengalaman pada usia selanjutnya.
22
Biasanya pada usia remaja terjadi kekacauan konsep diri individu. Hal ini disebabkan karena adanya perkembangan kognitif pada masa remaja. Menurut Rahmawati perkembangan kognitif remaja tidak hanya tercermin dalam sikap dan nilai terhadap orang tua maupun masyarakat. Akan tetapi terjadi juga pada dirinya sendiri dan karakteristik kepribadiannya (Rahmawati, 2000: 5). Filberg dalam Muntholi‟ah (2002: 28) menjelaskan bahwa keluarga dan teman sebaya memberikan sifat-sifat dasar sosial dalam pembentukan dan perkembangan konsep diri seseorang. Konsep diri berkembang melalui proses, pada umumnya individu mengobservasi fungsi dirinya, selanjutnya individu menerima umpan balik tentang siapa dirinya dari orang lain. Individu juga dapat melihat siapa dirinya dengan melakukan perbandingan dengan orang lain (orang tuanya, teman sebaya, dan masyarakat). Seringkali diri kita sendirilah yang menyebabkan persoalan bertambah rumit dengan berfikir yang tidak-tidak terhadap sesuatu keadaan atau terhadap diri kita sendiri. Namun dengan sikap yang dinamis , konsep diri dapat mengalami perubahan yang lebih positif (Nashori, 2000: 29). Dari hal ini, tentunya dapat disimpulkan bahwa konsep diri tidak terbentuk dan berkembang dengan sendirinya melainkan didukung oleh adanya interaksi individu dengan orang lain serta lingkungannya.
23
2.1.5. Pentingnya Konsep Diri Semenjak konsep diri mulai terbentuk, seseorang akan berperilaku sesuai dengan konsep dirinya tersebut. Apabila perilaku seseorang tidak konsisten dengan konsep dirinya, maka akan muncul perasaan tak nyaman dalam dirinya. Inilah hal yang terpenting dari konsep diri. Pandangan seseorang tentang dirinya akan menentukan tindakan yang akan diperbuatnya. Apabila seseorang memiliki konsep diri yang positif, maka akan terbentuk penghargaan yang tinggi pula terhadap diri sendiri, atau dikatakan bahwa ia memiliki self esteem yang tinggi. Penghargaan terhadap diri yang merupakan evaluasi terhadap diri sendiri akan menentukan sejauh mana seseorang yakin akan kemampuan dirinya dan keberhasilan dirinya. Jadi, apabila ia memiliki konsep diri yang positif yang ditunjukkan melalui self esteem yang tinggi. Segala perilakunya akan selalu tertuju pada keberhasilan. Ia akan berusaha dan berjuang untuk selalu mewujudkan konsep dirinya. Misalnya apabila seorang merasa bahwa ia pandai maka ia akan belajar tekun dan bekerja keras untuk membuktikan bahwa ia benar-benar pandai seperti keyakinannya. Ia juga tidak akan mudah putus asa karena mempunyai keyakinan bahwa ia pasti berhasil karena kepandaiannya. Sebaliknya apabila seseorang mempunyai gambaran yang negatif tentang dirinya maka akan muncul evaluasi negatif pula
24
tentang dirinya. Segala informasi tetang dirinya akan diabaikannya, dan informasi negatif yang sesuai dengan gambaran dirinya akan disimpannya sebagai bagian yang memperkuat keyakinan diinya. Misalnya jika seorang anak percaya bahwa dia “anak nakal” maka ia akan berperilaku sesuai keyakinan tersebut. Apabila suatu saat ia mendapat pujian karena menolong teman, maka ia akan cenderung mengabaikan pujian tersebut karena tidak sesuai dengan keyakinannya bahwa ia “anak nakal”. Pujian bahwa “ia anak baik” membuatnya merasa tidak nyaman (Sulistyorini, 2004: 18). 2.1.6. Jenis-Jenis Konsep Diri Menurut Calhoun, dalam perkembangannya konsep diri terbagi dua, yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif : 1. Konsep Diri Positif Konsep diri positif menunjukkan adanya penerimaan diri dimana individu dengan konsep diri positif mengenal dirinya dengan baik sekali. Konsep diri yang positif bersifat stabil dan bervariasi. Individu yang memiliki konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri sehingga evaluasi terhadap dirinya sendiri menjadi positif dan dapat menerima dirinya apa adanya. 2. Konsep Diri Negatif Calhoun membagi konsep diri negatif menjadi dua tipe, yaitu:
25
a. Pandangan individu tentang dirinya sendiri benar-benar tidak teratur, tidak memiliki perasaan, kestabilan dan keutuhan diri. Individu tersebut benar-benar tidak tahu siapa dirinya, kekuatan dan kelemahannya atau yang dihargai dalam kehidupannya. b. Pandangan tentang dirinya sendiri terlalu stabil dan teratur. Hal ini bisa terjadi karena individu dididik dengan cara yang sangat keras, sehingga menciptakan citra diri yang tidak mengizinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum yang dalam pikirannya merupakan cara hidup yang tepat (Renita Mulyaningtyas, 2006: 46). Menurut Renita Mulyaningtyas (2006: 46) konsep diri terdiri dari empat sudut pandang: a. Konsep diri positif dan konsep diri negatif Sudut pandang ini digunakan untuk membedakan apakah kita memandang diri sendiri baik atau buruk. b. Konsep diri fisik dan konsep diri sosial Sudut pandang ini membedakan pandangan diri kita sendiri atas pribadi kita dan pandangan masyarakat atas pribadi kita. c. Konsep diri emosional dan konsep diri akademis Dengan sudut pandang ini kita bisa membedakan pandangan diri sendiri yang dipengaruhi oleh perasaan atau faktor psikologis dan secara ilmiah bisa dibuktikan.
26
d. Konsep diri rill dan konsep diri ideal Sudut pandang ini membedakan diri kita yang nyata atau sebenarnya dan yang kita cita- citakan. Sedangkan menurut William D. Brooks (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2007: 105) bahwa individu terdapat dua konsep diri yaitu konsep diri positif dan konsep diri negatif. Untuk mempermudah penelitian dalam konsep diri ini, peneliti terfokus pada konsep diri positif dan negatif agar penelitian tidak meluas dan peneliti tidak mengalami kendala. 2.1.7. Ciri – Ciri Konsep Diri 1. Ciri Konsep Diri Positif Orang yang memiliki konsep diri positif menurut Jalaluddin Rakhmat (2005: 105) memiliki ciri – ciri sebagai berikut: 1. Yakin akan kemampuan mengatasi masalah. 2. Merasa setara dengan orang lain. 3. Menerima pujian tanpa rasa malu. 4. Peka terhadap orang lain bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. 5.Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek–aspek kepribadian yang tidak disenanginya, dan berusaha mengubahnya.
27
2. Ciri-ciri konsep diri negatif Menurut William D. Brook dan Philip Emmer (dalam Jalaluddin Rakhmat, 2005: 105) adalah sebagai berikut: a. Individu peka terhadap kritikan Orang ini sangat tidak tahan kritik yang diterimanya, dan mudah marah. b. Individu responsif sekali terhadap pujian Orang ini sering merespon segala macam perkataan yang menunjang harga dirinya menjadi pusat perhatiannya. c. Sikap hiperkritis Orang ini selalu mengeluh, mencela, atau meremehkan apapun dan siapa pun. Individu ini tidak pandai dan tidak sanggup mengungkapkan penghargaan atau pengakuan pada kelebihan orang lain. d. Cenderung merasa tidak disenangi orang lain Orang ini menganggap orang lain sebagai musuhnya, sehingga tidak dapat menjalin keakraban terhadap orang lain. e. Bersikap pesimis terhadap kompetisi Orang ini tidak ingin untuk bersaing dengan orang lain dalam berprestasi bahwa ia menganggap tidak akan berdaya melawan persaingan yang merugikan dirinya.
28
2.2. Konseling Kelompok 2.2.1. Pengertian Konseling Kelompok George dan Cristiani (1976) berpendapat bahwa konseling adalah hubungan profesional antara konselor yang terlatih dengan klien, dilakukan secara perorangan, dirancang untuk membantu klien, memahami dan memperjelas pandangannya tentang ruang lingkup kehidupan dan untuk belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri. Krumblotz dan Torensen mengatakan konseling adalah process of helping with their troubles (Krumblotz, 1976: 2). Definisi Kelompok menurut Webster yaitu kumpulan beberapa orang yang membentuk suatu unit pola, suatu kesatuan orang-orang atau benda-benda yang membentuk suatu unit yang terpisah dan mempunyai hubungan, kesamaan, atau sifat-sifat yang sama (Romlah, 2001: 21). Istilah konseling kelompok mengacu kepada penyesuaian rutin atau pengalaman perkembangan dalam lingkup kelompok. Konseling kelompok difokuskan untuk membantu klien mengatasi problem dan perkembangan keribadiannya (Gibson, 2011: 275). Konseling kelompok menurut Natawidaja bersifat pencegahan, dalam arti bahwa klien yang bersangkutan mempunyai kemampuan berfungsi secara wajar dalam masyarakat, tetapi mungkin memiliki suatu titik lemah dalam kehidupannya sehingga menganggu kelancaran berkomunikasi dengan orang lain (Natawidjaja, 1987: 14).
29
Konseling Kelompok menurut Latipun merupakan salah satu bentuk konseling dengan memanfaatkan kelompok untuk membantu, memberi umpan balik dan pengalaman belajar (Latipun, 2000: 149). Menurut Novriyeni dalam Prayitno berpendapat konseling kelompok adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya semua orang dalam konseling
saling
berinteraksi,
bebas
mengeluarkan
pendapat,
menanggapi, memberikan saran dan lain sebagainya yang bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan sendiri maupun peserta lainnya (Prayitno, 1995: 178). Konseling kelompok bersifat memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu, dalam arti bahwa konseling kelompok memberikan dorongan dan motivasi kepada individu untuk membuat perubahan-perubahan dengan memanfaatkan potensi secara maksimal sehingga dapat mewujudkan diri. Menurut Ohlsen suasana dalam konseling kelompok adalah suasana yang demokratis, yang didasari adanya rasa penerimaan, kepercayaan dan rasa aman serta memberikan kesempatan klien untuk memberikan umpan balik dan latihan berperilaku baru yang positif. Suasana tersebut memungkinkan klien untuk belajar menghadapi, mengekspresikan dan menguasai perasaan atau pemikiran klien. Dengan demikian konseling kelompok merupakan sarana belajar dan
30
berlatih serta mendapatkan suasana yang aman dan demokratis (Afiatin, 1998: 67). Dari pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan suatu pemberian bantuan dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk mengetahui konsep diri masing-masing anggota. Dengan lingkungan yang kondusif dapat memberikan kesempatan bagi para anggotanya untuk saling menerima dan memberi ide, perasaan, dukungan maupun bantuan bagi anggota lainnya. Dengan lingkungan yang seperti ini, seseorang bisa menilai seperti apa konsep diri yang dimilikinya. Adapun yang menjadi dasar konseling kelompok dalam AlQur‟an sebagai berikut : Firman Allah SWT dalam surat Ali-imran ayat 104 :
Artinya : Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung” (Q.S. Al-imran ayat 104). Rasulallah SAW bersabda yang artinya “sesungguhnya orang mukmin yang paling dicintai Allah SWT ialah orang-orang yang senantiasa teguh, taat padaNya dan memberi nasihat pula akan dirinya sendiri, menaruh perhatian seta mengamalkan ajaran selama
31
hayatnya, maka beruntung dan memperoleh kemenangan”(Ghazali, 1939: 89). Berdasarkan ayat dan terjemahan hadist di atas, maka jelaslah konseling kelompok itu perlu dilakukan terhadap orang lain juga dilakukan kepada dirinya sendiri. Tugas demikian dipandang salah satu jiwa yang beriman, disamping itu ayat diatas memberikan petunjuk bahwa konseling kelompok ditujukan untuk memperoleh suatu kebahagiaan dan ketenangan batin (Naisaburi, 1988: 96). 2.2.2. Tujuan Konseling Kelompok Konseling kelompok bukan tim olahraga. Tujuannya bukan memiliki
kelompok
pemenang
melainkan
kelompok
yang
memenuhkan, karena tujuan konseling kelompok adalah memenuhi kebutuhan dan menyediakan pengalaman nilai bagi setiap anggotanya secara individu yang menjadi bagian kelompok tersebut (Robert, 2011: 282). Prayitno membedakan tujuan konseling kelompok berdasarkan tujuan umum dan khusus. Tujuan umum konseling kelompok adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi seseorang. Sementara tujuan khususnya adalah terfokus pada pembahasan masalah pribadi peserta kegiatan konseling (Prayitno, 1995: 2). Shertzer dan Stone sebagaimana dikutip Winkel dan Hastutik menyatakan
bahwa
tujuan
dari
konseling
kelompok
adalah
mengembangkan pikiran dan perasaan klien agar mampu memahami
32
dan mengatasi problem yang dihadapi diri sendiri (Winkel, 2004: 559). Menurut Ohlsen sebagaimana dikutip Winkel dan Hastutik, tujuan konseling kelompok adalah : 1. Masing-masing klien memahami dirinya dengan baik dan menemukan dirinya sendiri. Berdasarkan pemahaman diri dia lebih rela menerima dirinya sendiri dan lebih terbuka pada aspek-aspek positif dalam kepribadiannya. 2. Para klien lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan lebih mampu
menghayati
perasaan
orang
lain.
Kepekaan
dan
penghayatan ini akan membuat mereka peka terhadap kebutuhan psikologis diri sendiri. 3. Masing-masing klien menetapkan dan menghayati makna dari kehidupan manusia sebagai kehidupan bersama, yang mengandung tuntutan menerima orang lain dan harapan akan diterima orang lain. 4. Masing-masing klien semakin menyadari bahwa hal-hal yang memprihatinkan bagi dirinya kerap juga menimbulkan rasa prihatin dalam hati orang lain (Winkel, 2004: 592). Dari berbagai pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa konseling
kelompok
memiliki
tujuan
untuk
mengembangkan
pemahaman diri sendiri maupun orang lain serta dapat menjadi sarana pemecahan masalah bagi klien dengan memanfaatkan kelompok
33
2.2.3. Komponen dalam Konseling Kelompok Komponen dalam Konseling Kelompok meliputi: 1. Pemimpin Kelompok Pemimpin kelompok adalah konselor yang berwenang menyelenggarakan praktik konseling secara profesional. 2. Anggota Konseling Para anggota konseling dapat beraktifitas langsung dan mandiri dalam bentuk mendengarkan, memahami, dan merespon kegiatan
konseling.
Setiap
anggota
dapat
menumbuhkan
kebersamaan yang diwujudkan dalam sikap antara lain pembinaan keakraban dan keterlibatan emosi, kepatuhan terhadap aturan kelompok, saling memahami, memberikan kesempatan dan bertatakrama untuk mensukseskan kegiatan kelompok. 3. Jumlah kelompok Banyak
sedikitnya
jumlah
anggota
kelompok
sangat
menentukan efektifitas konseling kelompok. Jumlah terlalu sedikit 2-3 orang akan mengurangi efektifitas konseling kelompok, demikian juga terlalu banyak akan membuat peserta kurang intensif dan berpartisipasi dalam dinamika kelompok. Karena ideal jumlahnya tidak lebih dari 10 orang. 4. Homogenitas Kelompok Perubahan yang intensif dan mendalam memerlukan sumbersumber yang variatif. Dengan demikian, layanan konseling
34
kelompok memerlukan anggota kelompok yang bervariasi. Anggota yang homogen kurang efektif, sedangkan anggota yang heterogen akan menjadi sumber yang kaya untuk pencapaian tujuan layanan. Sekali lagi hal ini tidak ada ketentuan khusus, bisa disesuaikan dengan kemampuan pemimpin konseling dalam mengelola konseling kelompok 5. Sifat Kelompok Sifat kelompok dapat tertutup dan terbuka. Terbuka jika pada suatu saat dapat menerima anggota baru, dan dikatakan tertutup jika keanggotaannnya tidak memungkinkan adanya anggota baru. Pertimbangan penggunaan terbuka dan tertutup bergantung pada keperluan.
Kelompok
tertutup
maupun
terbuka
memiliki
keuntungan dan kerugian masing-masing. Kelompok tertutup akan lebih mampu menjaga kohesivitasnya (kebersamaan) daripada kelompok terbuka. 6. Waktu Pelaksanaan Lama
waktu
penyelenggaraan
konseling
kelompok
bergantung pada kompleksitas masalah yang dihadapi kelompok. Menurut Latipun (2000: 157) konseling kelompok jangka pendek membutuhkan 8-20 kali pertemuan dengan frekuensi pertemuan antara antara satu sampai tiga kali dalam seminggu dengan durasinya 60-90 menit (Prayitno, 2004: 11).
35
Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa komponen konseling kelompok adalah pemimpin kelompok, anggota konseling, jumlah kelompok, homogenitas kelompok, sifat kelompok, dan waktu pelaksanaan. 2.2.4. Asas Konseling Kelompok Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan ataupun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para anggota yaitu: 1. Asas Kerahasiaan Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota kelompok diharapkan bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam kegiatan konseling kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain orang-orang yang mengikuti kegiatan konseling kelompok. 2. Asas Kesukarelaan Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok bersifat sukarela, tanpa paksaan. 3. Asas Keterbukaan Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali. Karena jika ketrbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat keraguraguan atau kekhawatiran.
36
4. Asas Kegiatan Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan–tujuan menimbulkan
bimbingan. suasana
Pemimpin
agar
klien
kelompok
yang
hendaknya
dibimbing
mampu
menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian masalah. 5. Asas Kenormatifan Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin mengeluarkan
pendapat
maka
anggota
yang
lain
harus
mempersilahkannya. 6. Asas Kekinian Masalah yang dibahas dalam kegiatan konseling kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak, yang mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil ( Prayitno, 2004: 28 ). Dari paparan diatas dapat dijelaskan bahwa ada 6 asas dalam konseling kelompok yaitu asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas kegiatan, asas kenormatifan dan asas kekinian.
37
2.2.5. Tahapan Konseling Kelompok 1) Tahap Pembentukkan Yaitu tahapan untuk membentuk satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika
kelompok dalam
mencapai
tujuan
bersama. Kegiatan yang dilakukan adalah mengungkapkan tujuan dari konseling kelompok, menjelaskan cara-cara dan ciri-ciri kegiatan kelompok,
memperkenalkan
dan
mengungkapkan
diri
atau
pengakraban. 2) Tahap Peralihan atau Transisi Yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah. Kegiatannya meliputi menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, meningkatkan dan keikutsertaan anggota. 3) Tahap Kegiatan Tahap ini mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Kegiatan ini meliputi setiap kelompok mengemukakan masalah pribadi yang perlu mendapatkan bantuan untuk pengentasannya. Klien menjelaskan lebih rinci masalah yang dialami. Semua anggota ikut merespon apa yang disampaikan anggota yang lain. 4) Tahap Akhir Yaitu tahap akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang telah dilakukan dan dicapai oleh kelompok serta merencanakan kegiatan lanjutan (Prayitno, 1995: 40).
38
Dapat disimpulkan bahwa ada 4 tahap dalam konseling kelompok yaitu tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, dan tahap akhir. 2.2.6. Jenis Konseling Kelompok Ada beberapa jenis kelompok yang mempunyai fungsi bantuan dalam proses kelompok yaitu: 2.2.6.1. Terapi Kelompok (Group Therapy) Istilah
terapi
kelompok
merujuk
kepada
penyediaan
pengalaman-pengalaman mendalam bagi individu yang memerlukan bantuan bagi gangguan emosi atau hambatan perkembangan yang serius. Kelompok terapi biasanya biasanya dibedakan dari kelompok konseling oleh panjangnya waktu atau kedalaman pengalaman individu yang terlibat. Partisipasi kelompok terapi sering kali terdiri atas individu dengan gangguan mental atau emosi kronis yang membutuhkan rekonstruksi kepribadian. 2.2.6.2. Kelompok –T (T-Groups) Istilah kelompok T adalah singkatan dari kelompok pelatihan yang mengacu pada kelompok yang aktivitasnya berasal dari pengaplikasian metode-metode pelatihan laboratorium. Kelompok –T mempresentasikan upaya penciptaan masyarakat miniatur dengan lingkungan khusus yang dirancang untuk pembelajaran.
39
2.2.6.3. Kelompok kepekaan atau kehalusan rasa (Sensitivity Groups) Dalam praktik aktualnya, istilah kelompok diaplikasikan terlalu sering dan terlalu luas sampai-sampai kehilangan makna aslinya. Karena dalam pengertian teknisnya, kelompok kepekaan bukan lain adalah sebentuk kelompok -T yang difokuskan ke problemproblem
pribadi,
dan kepada
pertumbuhan
pribadi
anggota-
anggotanya. Titik berat kelompok kepekaan adalah pemahaman diri, artinya fokus sentralnya bukanlah kelompok dan progresivitasnya pertumbuhan setiap anggotanya pribadi (Gibson, 2011: 275). 2.2.6.4. Kelompok pertemuan Kelompok
ini
dikenal
sebagai
kelompok
pendorong
pertumbuhan pribadi yang memberikan suatu pengalaman kelompok yang mendalam dan dirancang untuk membantu orang-orang sehat dalam mengembangkan lebih baik dirinya sendiri dan dengan orang lain. Aturan dasar kelompok pertemuan ini yaitu para anggota harus terbuka dan jujur dalam kerangka kelompok, bicara tentang perasaan dan pendapatnya (Natawidjaja, 1987 : 17). 2.2.6.5. Kelompok tugas Istilah kelompok tugas mengaju pada kelompok yang diorganisasikan untuk memenuhi kebutuhan keorganisasian atau aktifitas-aktifitas sosial. Kelompok jenis ini sangat berguna bagi organisasi yang berusaha meningkatkan fungsi mereka. Kelompok
40
tugas dibentuk untuk membantu klien menghadapi spektrum luas kebutuhan dari spiritual hingga pendidikan. 2.2.6.6. Kelompok psikoedukasi Kelompok ini menitikberatkan pengembangan ketrampilan kognitif dan perilaku di kelompok-kelompok yang distrukturkan sedemikian rupa untuk mengajarkan ketrampilan dan pengetahuan ini. Kelompok ini lebih dititikberatkan pada bimbingan daripada konseling atau terapi. Kelompok psikoedukasi cenderung durasinya jangka pendek dan terfokus pada tujuan-tujuan spesifik. 2.2.6.7. Kelompok Mini Istilah ini mengacu pada kelompok konseling yang skalanya lebih kecil ketimbang lazimnya, terdiri atas satu konselor dan masksimal 4 klien. Sejumlah keuntungan bisa diperoleh dari interaksi yang yang lebih intenssif dan langsung karena jumlah partisipan yang lebih kecil. 2.2.6.8. Kelompok Dalam dan kelompok luar Kelompok-kelompok ini bisa didasarkan pada kriteria status sosial-ekonomi, kemampuan khusus, asal-usul ras atau budaya dan lain sebagainya. Kelompok dalam dicirikan pengasosasian dengan rekan sebaya yang memiliki karakteristik penentu sama, sedangkan kelompok luar dengan mereka yang bukan berasal dari kelompok dalam. Dalam situasi konseling penting bagi konselor untuk
41
memahami cara klien melihat dirinya dan orang lain berdasarkan posisi di dalam atau di luar ( Gibson, 2011: 278). Jenis kelompok yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kelompok pertemuan. Dalam kelompok pertemuan dapat memberikan suatu pengalaman kelompok yang mendalam dan dirancang untuk membantu orang-orang sehat dalam mengembangkan lebih baik dirinya sendiri dan dengan orang lain. 2.3. Pengaruh Konseling Kelompok terhadap Konsep Diri Remaja Teori Perkembangan menyatakan bahwa konsep diri belum ada ketika lahir kemudian berkembang secara bertahap seperti mulai mengenal dan membedakan antara dirinya dengan orang lain dalam berinteraksi. Memiliki batasan diri yang awalnya terpisah dari lingkungan kemudian berkembang melalui kegiatan eksplorasi lingkungan sehingga dapat mengenali tubuhnya, mengetahui nama panggilannya, memiliki pengalaman budaya serta pengalaman dalam hubungan interpersonal (Priyanto, 2009: 41). Konsep diri mempunyai peranan penting dalam menentukan tingkah laku seseorang dalam memandang dirinya yang tercermin dari keseluruhan perilakunya, artinya perilaku individu akan selaras dengan cara individu memandang dirinya sendiri (Nashori, 2000: 17). Konseling kelompok merupakan salah satu usaha untuk mengetahui dan merubah konsep diri seseorang, dan mengarahkan konsep diri yang negatif menjadi positif. Dalam konseling kelompok
42
akan terjalin suatu hubungan kohesifitas kelompok, suasana demokratis, dan unsur teraupetik, maka akan memberikan kesempatan berlatih dan menerima umpan balik sehingga anggota dapat belajar untuk mempelajari tingkah laku baru dan bertanggung jawab atas pilihan yang telah ditentukan sendiri (Prayitno, 2004: 11). Konseling kelompok diharapkan dapat menjadikan para remaja mampu memahami dirinya sendiri serta memahami anggota lainnya. Selain itu yang lebih penting adalah bisa mengarahkan konsep diri yang lebih positif lagi. Pendekatan yang diterapkan adalah pendekatan Rasional Emotif Therapy ( RET ). Teori ini dikenalkan oleh Albert Ellis. Teori ini menekankan pada kohesifitas kelompok dan saling memahami antar anggota kelompok. Konseling kelompok mempunyai tujuan membantu anggota kelompok agar dapat mengurangi pandangan diri yang berpusat pada kerusakan diri dan bersama-sama mencapai pandangan realistis dan berpandangan toleran satu sama lain, dan berlatih bersama guna perubahan perilaku sebagai perwujudan
pemikiran
rasional
dan
emosi
pantas,
serta
menghilangkan gangguan-gangguan emosional yang merusak diri sendiri ( Winkel, 2000: 119 ). Dengan konseling kelompok dapat menumbuhkan perasaan berarti terhadap diri sendiri yang kemudian dapat berperilaku positif yang lebih baik dari sebelumnya. Selain itu Konseling Kelompok merupakan pelayanan yang membantu seseorang dalam memahami
43
dirinya sendiri dan dapat menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. Dengan konseling kelompok remaja bisa saling memberikan penilaian terhadap para anggota lainnya sehingga bisa menilai konsep diri yang dimiliki masing-masing remaja. Konseling kelompok pada dasarnya berpengaruh terhadap konsep diri seseorang, baik dalam mempertahankan keselarasan batin, mengatasi konflik yang ada pada dirinya dan untuk menafsirkan pengalaman yang didapatkan. Oleh karena itu, konsep diri diperlukan seseorang untuk dijadikan sebagai acuan dan pegangan hidup dan tuntunan kebutuhan seseorang. Namun demikian, konsep diri seseorang bukan merupakan pembawaan sejak lahir, melainkan terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari masa kecil sampai dewasa. Konsep diri juga dihasilkan dari proses interaksi individu dengan lingkungan secara terus menerus (Nashori, 2000: 28). 2.4. Hipotesis Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 1992: 67). Berdasarkan landasan teori diatas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:
44
1. Ada perbedaan Konsep Diri sebelum dan sesudah diberikan Konseling Kelompok pada Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. 2. Ada perbedaan Konsep Diri antara Kelompok eksperimen dan kelompok kontrol pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang ”.
45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Sejalan dengan tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, maka jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang menekankan analisisnya pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika (Azwar, 207: 5). Metode penelitian ini menggunakan metode eksperimen semu yaitu prosedur penelitian yang sengaja diadakan terhadap suatu gejala sosial berupa kegiatan dan tingkah laku seorang individu ataupun kelompok individu (Kartono, 1990: 267). Variabel dalam penelitian ini adalah Konseling Kelompok sebagai variabel independen dan Konsep Diri sebagai variabel dependen. 3.2. Definisi Konseptual dan Operasional Untuk memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka dari masing-masing definisi Konseptual dan Operasional dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.2.1. Definisi Konseptual Definisi konseptual ini menjelaskan tentang variabel penelitian yang meliputi variabel konseling kelompok sebagai variabel independen dan variabel konsep diri sebagai variabel dependen dengan uraian sebagai berikut :
46
a) Konsep Diri Konsep diri menurut Rogers (dalam Alex Sobur) adalah bagian
sadar
dari
ruang
fenomenal
yang
disadari
dan
disimbolisasikan, yaitu “aku” merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri ini merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan-lahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya”dan “apa sebenarnya yang harus aku perbuat”. Jadi, konsep diri adalah kesadaran batin yang tetap mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku ( Sobur, 2003: 507). b) Konseling Kelompok Konseling kelompok merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan memanfaatkan dinamika kelompok. Artinya senua orang dalam kelompok saling berinteraksi, bebas mengeluarkan pendapat, menanggapi, memberikan saran dan lain sebagainya yang bermanfaat untuk diri peserta yang bersangkutan maupun untuk peserta lainnya (Prayitno, 1995: 178). 3.2.2. Definisi Operasional Definisi operasional adalah menjelaskan tentang operasional variabel penelitian dengan indikator variabelnya. Definisi operasional adalah untuk menghindari berbagai macam penafsiran dari judul penelitian.
47
a) Konsep Diri Konsep diri yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan dan gambaran tentang diri kita sendiri yang terbentuk berdasarkan persepsi seseorang tentang sikap orang lain terhadap diri kita. Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah skala konsep diri yang peneliti buat berdasarkan ciri-ciri konsep diri positif menurut Jalaludin Rakhmat (1998 : 105). Adapun indikator dari variabel konsep diri adalah : a. Yakin akan kemampuan mengatasi permasalahan b. Merasa setara dengan orang lain c. Menerima pujian tanpa rasa malu d. Dapat menyadari, bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat. e. Mampu memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadin yang tidak disenangi dan berusaha mengubahnya. b) Konseling Kelompok Konseling kelompok adalah suatu proses pemberian bantuan dengan menggunakan pendekatan tertentu yang dilakukan melalui dinamika kelompok dan terfokus membahas permasalahan pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok.
48
3.3. Sumber dan Jenis Data Sumber Data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. a) Sumber Primer dalam penelitian ini adalah Remaja yang berusia 13-21 tahun yang tinggal di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Jenis data primer dalam penelitian ini diperoleh dari data yang didapat dari skor Skala Konsep Diri. b) Sumber Sekunder dalam penelitian ini adalah para pengasuh panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang, serta dari buku-buku dan dokumen maupun lainnya yang berkaitan dengan permasalahan yang ada. 3.4. Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi, 2006: 130), sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi, 2006: 131). Apabila subjeknya kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara10-15% atau 20-25% atau lebih (Suharsimi, 2006: 134). Berdasarkan observasi, populasi dalam penelitian ini ada 32 remaja baik laki-laki mapun perempuan yang berusia 13-21 tahun yang tinggal di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Maka 32 remaja tersebut menjadi responden penelitian ini.
49
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa metode yaitu: 3.5.1. Metode Skala Metode ini merupakan metode utama yang digunakan dalam penelitan ini. Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah Skala Konsep Diri yang peneliti buat berdasarkan ciri-ciri konsep diri positif menurut Jalaludin Rakhmat ( 2006 ). Skala konsep diri terdiri dari 50 item, 25 item favorable dan 25 item unfavorable. Adapun format yang digunakan dalam skala psikologis (instrumen penelitian) ini tediri dari 4 alternatif jawaban yaitu dengan kriteria jawaban sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Dalam mempermudah menghitung hasil yang diperoleh dari skala psikologis tersebut, maka setiap jawaban diberi skor. Adapun sistem skoring yang digunakan dalam skala psikologis ini adalah pada item pernyataan favorable untuk jawaban sangat setuju (SS) diberi skor 4, setuju (S) 3, tidak setuju (TS) 2 dan sangat tidak setuju (STS)1. Sedangkan untuk item pernyataan unfavorable penilaiannya yaitu sangat setuju (SS) diberi skor 1, setuju (S) 2, tidak setuju (TS) 3 dan sangat tidak setuju (STS) 4. Jika responden tidak mengisi angket yang disediakan, maka diberi skor 0 ( nol ), baik pada item favorable maupun item unfavorable (Soeharsono, 1998: 76). Selanjutnya
50
distribusi pemberian skor Skala Konsep Diri dan Blue Print Skala Konsep Diri dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini: Tabel 3.1 Blue Print Skala Konsep Diri ( Sebelum Uji Coba) Variabel a.
Indikator a. Yakin akan kemampuan
Favorable
Unfavorable
Jml item
3,19,21,37,42
2,20,22,34,38
10
mengatasi masalah b.
1,17,27,31,43
b. Merasa setara dengan
4,18,28,32,47
10
orang lain Konsep
c. Menerima pujian tanpa
Diri
5,15,23,35,45
7,16,24,36,48
10
6,13,29,33,46
10,12,26,40,50
10
8,25,39,41,44
9,11,14,30,49
10
25
25
50
rasa malu d. Dapat menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan e. Mampu memperbaiki dirinya
Jumlah
No.
Tabel 3.2 Kategori Jawaban Skala Konsep Diri Pernyataan favorable Pernyataan unfavorable No. Jawaban Nilai Jawaban Nilai
1.
Sangat Setuju (SS)
4
1.
Sangat Setuju (SS)
1
2.
Setuju (S)
3
2.
Setuju (S)
2
3.
Tidak Setuju (TS)
2
3.
Tidak Setuju (TS)
3
4.
Sangat
1
4.
Sangat Tidak Setuju (STS)
4
(STS)
Tidak
Setuju
51
Sebelum skala konsep diri digunakan pada penelitian yang sesungguhnya, maka dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan terhadap remaja yang berusia 13-21 tahun yang tinggal di panti asuhan Darul Hadlonah Semarang. Uji coba tersebut dimaksudkan untuk memilih item-item yang memiliki Validitas dan Reliabilitas yang baik. Pengujian validitas item dilakukan dengan menggunakan formulasi korelasi product moment dari Pearson, dan penghitungan menggunakan bantuan program SPSS 12. Pengujian reliabilitas dilakukan pada semua item yang valid pada masing-masing skala. Berdasarkan uji validitas dan reliabilitas instrumen skala konsep diri dengan menggunakan bantuan SPSS 12 dari 50 butir item terdapat 17 item yang tidak valid yaitu item nomor 1, 2, 3, 4, 6, 7, 14, 16, 17, 23, 26, 35, 36, 38, 40, 46, dan 48. Sementara 33 item dinyatakan valid dengan koefisiensi validitas lebih besar dari 0,239 dengan koefisiensi validitas bergerak lebih besar dari 0,800 sampai 0,824 dengan alpha sebesar 0,815. Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas dilakukan dengan
menggunakan
teknik
Alpha
dari
Cronbach,
dan
penghitungannya menggunakan bantuan program SPSS. Untuk mempermudah dan memperjelas pemahaman hasil uji validitas dan reliabilitas instrument konsep diri dapat dilihat tabel ringkasan sebagai berikut :
52
Instrume n
Tabel 3.3 Ringkasan Uji Validitas dan Reliabilitas Skala Konsep Diri Kriteria Hasil uji coba Validitas item dan Reliabilitas Valid 5,8,9,10,11,12,13,15,18,
Jumlah 33
19,20,21,22,24,25,27,28,2 Konsep
9,30,31,32,33,34,37,39,41,
Diri
42,43,44,45,47,49,50 Invalid
1,2,3,4,6,7,14,16,17,23,
17
26,35,36,38,40,46,48 Jumlah
Variabel c.
50
Tabel 3.4 Skala Konsep Diri ( Sesudah Uji Coba ) Indikator Favorable Unfavorable a. Yakin akan kemampuan
Jml item
2, 8, 9, 26
3, 10, 17, 18
8
4, 13, 29
6, 12, 31, 33
7
1, 11, 20
19
4
7, 14, 23, 24
21, 25
6
5, 15, 16, 27
22, 28, 30, 32
8
18
15
33
mengatasi masalah d.
b. Merasa setara dengan orang lain c. Menerima pujian tanpa
Konsep Diri
rasa malu d. Dapat menyadari bahwa setiap orang memiliki perasaan e. Mampu memperbaiki dirinya
Jumlah
53
3.5.2.Metode Observasi Metode observasi adalah metode pengumpulan data melalui
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena-fenomena yang hendak diselidiki (Hadi, 1991: 36). Langkah pertama dari observasi ini, peneliti terlebih dahulu mencari data besarnya subjek yang akan diteliti. Kedua, berkaitan dengan kondisi umum para remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi pendukung data penelitian. 3.5.3.Metode wawancara Metode wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari informan yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih dengan berhadap muka dan mendengar secara langsung informasi tersebut ( Arikunto, 2002: 132). Wawancara dilakukan dengan para pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang guna memperoleh data umum dan data khusus gambaran obyek penelitian. 3.5.4. Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah metode mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya ( Arikunto, 1999: 234). Dokumentasi ini digunakan untuk memperoleh data yang berkenaan dengan profil Panti Asuhan Drul Hadlonah Semarang.
54
3.6. Teknik Analisis Data Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk mengolah data hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan (Arikunto, 2006: 309). Teknik data yang digunakan untuk mengetahui adanya pengaruh konseling kelompok terhadap konsep diri remaja adalah menggunakan metode eksperimen dengan teknik purposive
sampling.
Data
yang
terkumpul
akan
dianalisa
menggunakan uji t untuk membandingkan post test kelompok eksperimen dan post test kelompok kontrol. Dalam test ini t-test digunakan untuk menguji signifikan perbedaan mean. Adapun rumus t-test yang digunakan adalah sebagai berikut:
Md
t
x2d N ( N 1)
Keterangan: Md
= Mean dari perbedaan pre-test (post test-pre test)
Xd
= Deviasi masing - masing subjek (d-Md) 2
∑ x d = Jumlah kuadrat deviasi N
= Subjek pada sampel
d.b
= ditentukan dengan N-1 (Arikunto, 2006 : 306).
3.7. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan rancangan eksperimen before-after control group atau control group pretest-posttest design (Kerlinger, 2000: 136). Subjek
55
penelitian terbagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan berupa konseling kelompok dengan durasi waktu 90 menit dalam 5x pertemuan dengan membahas permasalahan yang sedang dialami remaja Panti. Untuk kelompok kontrol diberi perlakuan diskusi kelompok dengan judul “Cinta menurut pandangan islam” . Kedua kelompok mendapatkan tes awal dan tes akhir dengan menggunakan Skala Konsep Diri. Adapun rancangan eksperimen dapat ditunjukan dengan gambar berikut:
R
KK Y1 -X Y2 --------------------------------KE Y1 X Y2
Keterangan: R
: Random penugasan
KK
: Kelompok kontrol yang diberi perlakuan tipuan
KE
: Kelompok eksperimen yang diberi perlakuan konseling kelompok
Y1
: Skor konsep diri sebelum perlakuan
Y2
: Skor konsep diri setelah diberi perlakuan
-X
: Perlakuan tipuan
X
: Perlakuan konseling kelompok
56
3.8.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Menentukan masalah penelitian yang akan diteliti (2) Membuat judul penelitian (3) Menyusun usulan penelitian (4) Memilih tempat dan waktu untuk melaksanakan penelitian (5) Mengurus surat izin untuk penelitian (6) Menyusun instrument penelitian (7) Melakukan uji instrumen (8) Melaksanakan penelitian (9) Mengumpulkan data yang telah diperoleh (10) Menganalisis data yang diperoleh (11) Mengolah data yang diperoleh (12) Menyusun laporan penelitian.
3.9. Pelaksanaan Penelitian Perlakuan
konseling
kelompok
terhadap
kelompok
eksperimen dilaksanakan dalam 5x pertemuan (dengan durasi waktu 90 menit setiap pertemuan) di Aula Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang tanggal 2-9 Juni 2012 pukul 18.30-20.00, sedangkan Perlakuan pada kelompok kontrol dilakukan pada tanggal 7 Juni 2012 pada pukul 18.30-20.00 WIB.
57
Tabel 3.5 Pelaksanaan Konseling Kelompok Tanggal 2-9 Juni 2012 No 1.
Kegiatan
Uraian
Waktu
a. Sholat Maghrib berjamaah dan Kegiatan sehari-hari di pembacaan Asmaul Husna.
Panti
Asuhan
Darul
Hadlonah b. Perkenalan
Peneliti
5 menit
memperkenalkan kepada
diri subjek
kelompok eksprimen
c.Penjelasan
tentang
konseling Subjek
kelompok
diberi
Konseling dan
modul 10 menit
Kelompok persiapan
Konseling Kelompok 2.
a.Pelaksanaan Konseling Kelompok
Konseling
Kelompok
( dilakukan 5x pertemuan ) dengan dilakukan di Aula dan membahas anggota Pertemuan
permasalahan secara pertama
para dibagi
2
kel.
kesepakatan. kelompok 8 orang. membahas
masalahnya IR, pertemuan kedua masalahnya SL dan SF, pertemuan
Tiap
45 menit
58
ketiga maslahnya FH, pertemuan keempat masalahnya TA dan AF,dan pertemuan
terakhir
membahas
masalahnya HM dan MD (lampiran terlampir dilampiran ). b. Istirahat dan pemberian snack
Istirahat
diselingi 10 menit
dengan permainan. 3.
Pengisian Skala Konsep Diri
Pengisian Skala
20 menit
dilakukan sebelum dan sesudah proses Konseling Kelompok
Tabel 3.6 Pelaksanaan Kelompok Kontrol (Tanggal 7 Juni 2012 ) No 1.
Kegiatan
Uraian
a. Sholat Maghrib berjamaah dan Kegiatan
Waktu
di Panti Asuhan -
pembacaan Asmaul Husna.
Darul Hadlonah Semarang
b. Perkenalan
Peneliti memperkenalkan diri kepada
subjek
kelompok 5 menit
kontrol. c.
Penjelasan
tentang
cinta Subjek diberi modul
dan
menurut pandangan Islam islam persiapan untuk kelompok 10 menit dan tanya jawab
kontrol
59
2.
a.Pelaksanaan Diskusi
Pelaksanaan untuk kelompok 45 menit kontrol dilakukan di Aula tgl 7 juni 2012 yang t terdiri dari 16 orang.
b. Istirahat dan pemberian snack
Istirahat
diselingi
dengan 10 menit
permainan
3.
Pengisian Skala Konsep Diri
Pengisian
skala
dilakukan 20 menit
sebelum dan sesudah proses diskusi selesai
60
BAB 1V GAMBARAN UMUM PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG
Dalam gambaran umum objek penelitian, peneliti membagi dua kriteria, yaitu : 4.1. Data Umum Pada data umum ini didalamnya dipaparkan mengenai kondisi umum panti asuhan Darul Hadlonah Semarang, yang meliputi: 4.1.1. Sejarah Berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang Panti Asuhan Darul Hadlonah semarang merupakan lembaga sosial dibawah naungan Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU Jawa Tengah (YKMNU) yang menampung para anak yatim piatu, yatim, piatu, tidak mampu untuk diasuh dan dibantu agar dapat bersekolah, mengaji ilmu agama, berlatih ketrampilan agar kelak menjadi anak berprestasi, mandiri dan berakhlakul karimah. Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang didirikan pada tanggal 24 September 1983. Panti ini merupakan salah satu unit kegiatan dari usaha Yayasan Kesejahteraan Muslimat Nadhalul Ulama (NU) Wilayah Kerja I Jawa Tengah. Pada awal berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlonah terletak di Penggaron berdiri di atas tanah seluas 1000 m2. Tanah tersebut merupakan wakaf dari Al-Mukarrom Bapak Masri yang diwakafkan melalui Bapak KH Muslih Mranggen
61
Demak. Kemudian diserahkan kepada Pengurus Wilayah NU Jawa Tengah dan dipercayakan kepada Muslimat NU untuk mengelolanya. Atas kemauan yang kuat untuk dapat menyantuni anak yatim piatu, yatim, piatu, terlantar dan tidak mampu, maka didirikan Panti Asuhan Darul Hadlonah yang peletakan batu pertama pada tanggal 24 Februari 1979 dimulai dengan pengumpulan dana dari para pengurus Muslimat NU Jawa Tengah serta dana bakti dari cabang muslimat NU se Jawa Tengah serta bantuan dari segenap masyarakat. Setahun kemudian jadilah gedung Panti yang kemudian diresmikan oleh Ibu Soeparjo Rustam istri Gubernur Propinsi Jawa Tengah pada tanggal 12 April 1980. Setahun setelah peresmian gedung induk pembangunan panti sempat terbengkelai karena kesulitan dana namun ada uluran tangan dari Ibu Hj. Fauziyah Hamdani ketua Muslimat NU Jawa Tengah pada waktu itu yang dengan ikhlas hati membantu dengan uang pribadi sejumlah lima juta rupiah. Setelah itu aliran dana lancar dan pembangunan Panti Asuhan baru selesai pada tahun 1983 terdiri dari gedung induk, ruang serba guna, kantor, musholla, ruang belajar, ruang tidur, ruang makan, dapur, gudang, mandi cuci kakus serta lapangan olah raga yang diresmikan oleh Ibu Hj. Elok Ismail istri Gubernur Jateng pada tanggal 24 September 1983. Pada tahun 1983 Pemerintah Kota Semarang berencana mengadakan proyek Normalisasi Kali Babon. Akibat dari proyek itu bangunan Panti Asuhan Darul Hadlonah yang terletak di Penggaron
62
terkena proyek tersebut. Ibu Hj. Fauziyah Hamdani ketua yayasan kesejahteraan muslimat NU Jawa Tengah dan Ibu Hj. Sofia Karmani Ketua Panti Asuhan Darul Hadlonah kala itu serta pengurus lain sangat prihatin atas kejadian tersebut, karena sebagian bangunan terkepras sehingga tidak layak untuk pembinaan anak asuh. Anggota jamaah pengajian Muslimat NU yang bernama Ibu Hj. Siti Syarofah berniat mewakafkan tanahnya seluas seribu meter persegi yang terletak di RT. 02 RW. 04 Kelurahan Mangkang Kulon (sekarang Wonosari Ngaliyan) Semarang. Setelah menerima wakaf melalui Ibu Hj. Fauziyah Hamdani yayasan kesejahteraan muslimat NU Jawa Jawa Tengah memiliki (membeli) tanah 1000 m2 lagi tepat disamping tanah wakaf Ibu Hj. Siti Syarofah sehingga luas tanah menjadi 2000 m2. Tanah tersebut dibangun gedung Panti Asuhan Darul Hadlonah (putri) dari dana APBD Banpres dan bantuan masyarakat. Bangunan selesai tahun 1987 terdiri dari aula, ruang tamu, sekretariat, asrama, ruang makan, dapur, gudang, kamar mandi, lapangan olah raga, ruang belajar, ruang ketrampilan dan UEP (Usaha Ekonomi Produktif) serta green house. Panti Asuhan Darul Hadlonah (putri) diresmikan pada tanggal 9 Agustus 1987 oleh Ibu Sukarjan istri wakil gubernur Jawa Tengah. Seluruh anak asuh putri dipindah ke gedung Panti Asuhan yang baru (dari Penggaron ke Mangkang atau Wonosari) sedangkan anak putra masih di Penggaron. Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU
63
Wilker I Jateng tidak henti-hentinya berkomunikasi dengan Pemkot bermusyawarah yang akhirnya membuahkan keputusan dari Pemkot Semarang mengganti tanah dari proyek normalisasi Kali Babon. Untuk memudahkan pengelolaan, pengurus panti membeli tanah seluas 1987 m2 di dekat Panti Asuhan Darul Hadlonah putri (jarak 50 m) lokasi di RT. 02 RW. 04 Wonosari Ngaliyan Semarang. Tanah untuk mempersiapkan gedung Panti Asuhan Darul Hadlonah putra yang akan dibangun oleh Pemkot Semarang sebagai ganti panti yang ada di Penggaron sekarang untuk Kantor kelurahan Penggaron. Panti Asuhan Darul Hadlonah Putra yang baru, diresmikan pada tanggal 14 April 1994 oleh Bapak Drs. H. Fatah Dahlan Kabag Kesra Pemkot Semarang. Pemkot Semarang memberikan tanah seluas 1000m2 di Pedurungan Lor. Oleh yayasan kesejahteraan muslimat NU Wilker I Jateng tanah tersebut dipinjamkan kepada Pimpinan Cabang Muslimat NU Kota Semarang akan digunakan untuk Balai Pengobatan atau Rumah Bersalin (Wawancara dengan Ibu Diah tanggal 31 Mei 2012 ). 4.1.2. Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang Departemen Sosial RI mendefinisikan Panti Asuhan sebagai suatu lembaga kesejahteraan social yang mempunyai tanggung jawab untuk memberikan pelayanan kesejahteraan social kepada anak terlantar dengan melaksanakan penyantunan dan pengganti orang tua atau wali anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan sosial
64
pada anak sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat, dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya sesuai dengan yang diharapkan sebagai bagian dari generasi penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang akan turut aktif di dalam pembangunan nasional. Tujuan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah membantu kelangsungan hidup anak-anak yang tidak dapat perhatian dan kasih sayang seutuhnya serta memberikan pelayanan baik fisik maupun psikis. Tujuan penyelenggaraan pelayanan kesejahteraan anak di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah terbentuknya manusia yang berkepribadian matang dan berdedikasi, mempunyai ketrampilan kerja yang mampu menopang hidup dan hidup keluarganya (Wawancara dengan bapak Munif tanggal 1 Juni 2012). 4.1.3. Kepengurusan dan Anak Asuh 4.1.3.1. Struktur Kepengurusan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang Susunan Organisasi yang ada di panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah sebagai berikut : Pengawas
: Pengurus Harian YKMNU Jateng
Penasehat
: Hj. Maryam Ahmad, A.Md Hj. Shofia Karmani
Tim Ahli
: Dr. H. Muchtadi, M.Si H. Ashadi Abraza
Ketua
: Dra. Hj. Faizah Idris
65
Wakil Ketua
: Hj. Umiati Humam, SE
Sekretaris
: Hj. Munadhirah Dewii Mugiarti
Bendahara
: Hj. Chotimatun Ircha
Wakil Bendahara : Hj. Istiqomah Musyafak Bidang Usaha
: Dra. Hj. Shofia Subagio Hj. I‟Anah Mabrur Hj. Mawardah Arifah, SE
Pembinaan Agama: Ust. Darmaji Diklat
: M. Munif Tamrin, S.Ag, Amd Subekhi Sholeh, S.Ag
Administrasi
: Hj. Munadhiroh
Petugas Asrama : Ridaul Magfiroh, Nabila Pembinaan Mental: Ustadz. Munif, Ust. Mustafidz Al-hafidz Pelaksana Diklat : Ustadz. Subkhi, S.Ag Penyaluran dan Bimbingan Lanjut :
Hj. Salmah Damiri, BA dan YKMNU Jateng
4.1.3.2. Keadaan Anak Asuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang 1. Penerimaan
66
Walaupun Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dibawah Yayasan Kesejahteraan Muslimat NU akan tetapi Panti Asuhan Darul Hadlonah menerima anak asuh dari keluarga NU dan luar warga NU. Syarat anak diterima di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang: a. Mendaftarkan diri dilengkapi surat keterangan dari kelurahan yang menyatakan status anak, yatim, piatu, yatim piatu, terlantar, tidak mampu, kematian orang tua (foto kopi surat kematian), lampiran foto kopi KTP orang tua dan kartu KK, usia belum mencapai 11 tahun, tidak mempunyai penyakit menular, tidak cacat fisik dan mental. b. Rekomendasi dari Pimpinan Muslimat NU setempat. Untuk memastikan kebenaran data-data tersebut di atas pengurus melakukan kunjungan ke rumah calon anak asuh. 2. Fasilitas Anak asuh dibagi dua kategori yaitu anak Panti dan anak non Panti. Anak panti (tinggal di asrama) akan mendapat fasilitas sandang, pangan, papan, biaya pendidikan (formal dan non formal), kesehatan, rekreasi, bimbingan dan kasih sayang dari para pengasuh. Adapun anak non panti (tinggal bersama keluarganya) akan mendapat fasilitas; biaya pendidikan, subsidi sandang dan pangan, serta rekreasi. Daya tampung asrama Panti Asuhan Darul Hadlonah 30 putra dan 30 putri selebihnya sebagai anak non panti. 3. Pelepasan dan penyaluran tindak lanjut.
67
Anak asuh akan dilepaskan dan diserahkan kembali kepada keluarganya setelah berumur 21 tahun, sudah menerima pendidikan formal lulus SLTA dan non formal kursus ketrampilan. Akan tetapi bagi anak asuh yang kecerdasannya pas-pasan cenderung rendah tidak mesti harus lulus SLTA biasanya hanya dibekali ketrampilan saja. Mereka yang kecerdasannya tinggi dan berminat untuk melanjutkan pendidikan lebih tinggi maka pengasuh akan mencarikan orang tua asuh atau beasiswa agar dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Masalah yang dihadapi mereka setelah keluar dari Panti adalah lapangan pekerjaan. Pengurus Panti berusaha mencarikan pekerjaan lewat lobi ke perusahaan maupun masyarakat yang membutuhkan tenaga atau jasa mereka. Tetapi biasanya lebih suka mencari sendiri. Ada yang bekerja di perusahaan, pabrik, toko, keluarga mampu, bahkan ada yang bekerja sambil kuliah (Wawancara dengan Ibu Munandiroh tanggal 2 Juni 2012). 4.1.4. Program dan Pelaksanaan Kegiatan Panti Asuhan Darul Hadlonah 4.1.4.1. Pendidikan Pendidikan merupakan program utama yang ada dalam Panti, pendidikan
yang
diberikan
adalah
SD/MI,
SMP/MTS
dan
SMA/MA/SMK. Pendidikan tersebut tidak dilaksanakan di dalam panti, karena panti belum dapat menyiapkan sarana pendidikan
68
formal, semua anak asuh mengikuti pendidikan formal sesuai dengan tingkatan masing-masing, baik disekolah negeri maupun sekolah swasta yang ada di sekitar Panti, namun juga ada yang sekolah diluar kota sesuai dengan kemampuan dan prestasi masing-masing. Dalam proses pendidikan sebagian anak ada yang berprestasi tinggi, namun ada juga yang berprestasi menengah ke bawah, hal ini bukan semata-mata kegagalan pembinaan dalam panti, namun lebih disebabkan faktor input atau latar belakang mereka yang memang kurang mendukung. Untuk membantu peningkatan prestasi anak asuh, panti melakukan beberapa langkah yang relevan, yaitu: 1) Mewajibkan semua anak asuh untuk belajar setelah mengaji 2) Mendata dan memantau perkembangan hasil belajar (raport) tiap semester 3) Melengkapi sarana belajar (buku pelajaran dan LKS) 4) Mengadakan koordinasi dengan guru dibeberapa sekolah guna memantau kedisiplinan dan ketertiban 5) Mengadakan les belajar khususnya para anak asuh kelas VI, IX dan XII 4.1.4.2. Keterampilan Guna mewujudkan tujuan menciptakan generasi muda yang cerdas, terampil, mandiri dan berakhlaq mulia, dan mampu menghadapi tantangan perkembangan zaman era globalisasi dan modernisasi, maka keterampilan merupakan hal penting yang harus
69
dimiliki oleh semua anak asuh guna membekali mereka untuk masa depannya agar menjadi anak yang siap bersaing tidak merasa canggung dan bingung setelah mereka kembali ke tempat asal masingmasing. Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang memprogramkan berbagai pendidikan ketrampilan seperti menjahit, border, budidaya tanaman hias, percetakan dan perbengkelan. Semua anak asuh diharuskan utnuk mengikuti ketrampilan yang telah disediakan sesuai dengan hobi dan masing-masing, mereka dibimbing dan diarahkan untuk dapat belajar teori dan praktek semaksimal mungkin sehingga dapat menghasilkan karya atau produk yang layak untuk dipromosikan dan dipasarkan di beberapa lembaga dan instansi. 4.1.4.3. Keagamaan a) Harian Kegiatan keagamaan setiap harinya adalah Sholat lima waktu secara berjamaah dan mengaji setelah sholat maghrib. b) Mingguan Kegiatan keagamaan mingguannya adalah dibaan pada malam senin, yasin dan tahlil pada malam jum‟at, khitobah atau pidato pada malam selasa dua minggu sekali dan diskusi keagamaan pada malam selasa (dua minggu sekali). c) Bulanan
70
Kegiatan keagamaan bulanannya adalah Pengajian selapanan senin kliwon setelah dzuhur, membaca Al-qur‟an 30 juz, membaca Asmaul husna dan membaca Manaqib Syeikh Abdul Qadir Jailani d) Tahunan Kegiatan keagamaannya adalah membaca doa awal dan akhir tahun, Peringatan Maulud Nabi Muhammad SAW, dengan membaca Barzanji, peringatan Isra Mi‟raj nabi Muhammad SAW, pembacaan Doa Nisyfu Sya‟ban pada malam tanggal 15 Sya‟ban dilaksanakan setelah shalat Maghrib, pesantren Ramadhan bagi anak Sekolah Dasar, mengaji kitab tertentu bagi SLTP dan SLTA, silahturrahmi ke para Ustadz dan pengasuh serta tetangga Panti. 4.1.4.4. Olah raga Olah raga menjadi kegiatan rutin setiap hari di Panti karena olah raga dipandang penting sebagai sarana untuk menumbuhkan bakat minat dan prestasi para anak asuh serta menjaga keseimbangan badan agar tetap sehat sehingga dapat melaksanakan berbagai aktivitas yang ada di Panti. Olah raga juga dapat menumbuhkan motivasi dan semangat baru bagi anak asuh, terutama bagi anak yang dapat meraih prestasi dan kejuaraan diberbagai even Porseni, Popda dan lain-lain. 4.1.4.5. Seni Anak asuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dibekali berbagai macam kesenian, mulai dari Tilawatil Qur‟an, Hadroh, musikalisasi puisi, dan kaligrafi. Kegiatan tersebut ada yang
71
diselenggarakan oleh Panti tapi ada juga mereka yang belajar di luar Panti. 4.1.5. Dana, Pendukung, dan hambatan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang 4.1.5.1. Dana Kehadiran Panti Asuhan Darul Hadlonah mendapat sambutan yang positif dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, masyarakat, instansi, perusahaan juga para dermawan untuk bersedekah. Sebelum krisis moneter, pemasukan yang diterima panti lebih dari cukup, akan tetapi setelah krisis moneter melanda negeri kita pemasukan yang diterima turun drastis sehingga untuk mencukupi biaya operasional pengurus cukup kuwalahan. Untuk itu akhirnya pengurus panti dan yayasan kesejahteraan muslimat NU akan mengoptimalkan UEP (Usaha Ekonomi Produktif), juga mengadakan pendekatan secara pro aktif menghubungi para donatur yang pernah menyumbang untuk diajak kerja sama lagi menyantuni anak asuh. Gambaran umum pengeluaran tiap bulan sebesar dua belas juta sedangkan pemasukan enam juta lima ratus ribu. Adapun kekurangan diambilkan dari uang kas dan diusahakan oleh para pengasuh Panti dan yayasan kesejahteraan muslimat NU. 4.1.5.2.
Pendukung Selama ini dukungan dari masyarakat, pemerintah Kota
Semarang dan Propinsi sangat membesarkan hati para pengurus.
72
Kontribusi dari Yayasan Dharmais yang hingga kini masih berlangsung. Tidak kalah penting keikhlasan dari para pengurus panti dan dukungan pengurus yayasan kesejahteraan muslimat NU Wilker I Jawa Tengah membuat lembaga sosial milik Muslimat NU ini semakin solid. 4.1.5.3.
Hambatan
1) Belum mempunyai alat transportasi yang memadai atau roda empat 2) Semakin tingginya biaya hidup dan biaya pendidikan sehingga kadang mengalami defisit. 4.2. Data Khusus 4.2.1. Konseling Kelompok di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang Selain konseling individu konseling yang pernah dilakukan di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah konseling kelompok. Konseling kelompok merupakan salah satu upaya memberikan bantuan kepada remaja dalam situasi yang membutuhkan dorongan. Konseling kelompok merupakan sarana belajar dan berlatih serta untuk mendapatkan suasana aman dan demokratis serta adanya unsur terapeutik (Afiatin, 1998: 67). Konseling kelompok di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang belum efektif karena mereka melakukan konseling kelompok terkadang satu tahun sekali saja itupun jika ada masalah penting yang akan dibahas. Pelaksanaan Konseling Kelompok di Panti Asuhan tersebut dilakukan untuk membahas masalah penting saja dan
73
metode yang diterapkan oleh konselor dalam proses konseling kelompok dengan menggunakan metode diskusi kelompok dan metode direktif yaitu konselor memberikan pengarahan kepada anggota kelompok (wawancara dengan ibu Munandiroh tanggal 31 Maret 2012). 4.2.2. Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang Pengaruh kuat teman sebaya atau sesama remaja merupakan hal penting yang tidak dapat diremehkan dalam masa remaja. Diantara para remaja terdapat jalinan yang kuat dalam ikatan perasaan, karena pada kelompok teman sebaya itu pertama kalinya remaja menerapkan prinsi-prinsip hidup bersama dan bekerja sama. Berdasarkan kenyataan tersebut dapat dimengerti jika hal-hal yang bersangkutan dengan tingkah laku, minat bahkan sikap dan pikiran remaja banyak dipengaruhi oleh teman dalam kelompok mereka disamping adanya pengaruh kuat dari keluarga mereka. Beberapa karakteristik kepribadian yang ditanamkan guna meningkatkan konsep diri pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang adalah sebagai berikut (Wawancara dengan ibu Diah pada tanggal 10 Juni 2012) : a. Kegiatan yang berkaitan dengan bakat, minat dan kemampuan seperti diberikan pelatihan menjahit atau bordir. b. Kegiatan yang menyangkut interaksi jiwa kewirausahaan pada diri remaja yaitu dengan mendirikan mini market disebelah Panti.
74
c. Kegiatan dalam bidang pembinaan kepribadian d. Kegiatan dalam bidang kesehatan jasmaniyah e. Kegiatan dalam bidang kesehatan rohaniyah. Berdasarkan pengamatan peneliti konsep diri remaja di Panti tersebut masih banyak yang tergolong negatif misalnya saja dilihat dari sifat mereka yang suka mengeluh, selalu bersikap pesimis, merasa tidak diperhatikan orang lain khususnya para pengasuh, dan banyak dari mereka menganggap orang tuanya tidak sayang dengan mereka karena tega menitipkan dirinya di Panti Asuhan.
75
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Data 5.1.1. Deskripsi Subyek Penelitian Subyek dalam penelitian ini diambil berdasarkan skor pengisian skala uji coba. Enam belas nilai responden terkecil dijadikan kelompok eksperimen. Sebaliknya nilai responden yang besar dijadikan kelompok kontrol. Tabel 5.1 Data Subjek Penelitian No
Subjek Kelompok Kontrol
Subjek Kelompok Eksperimen
1.
Dwi bagus
Sulis Eko Pujianto
2.
Vina
Heri Yulianto
3.
Dewi
Firli
4.
Abdul Aziz
Supardi
5.
Achmad Aziz
Winarto
6.
Wahyono
Anisatul
7.
Maria Ulfa
A.Nurrohman
8.
Sofyan
Siti Lukianah
9.
Siti
Hamdan Munif
10.
Ervina
Sofiana
76
11.
Ahsana
Isna
12.
Istiqomah
Mudrikah
13.
Eviy
Heny Eka
14.
Khomsatun
Tesa
15.
Siti Maghfiroh
Arsil Hamid
16.
Ika
Siti Novia
Sumber Data : Dokumentasi 5.1.2. Deskripsi Data Penelitian Sebelum dilakukan uji statistik terlebih dahulu disajikan statistik deskriptif. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui gambaran secara umum tentang konsep diri setelah diberi perlakuan berupa konseling kelompok. Tabel 5.2 Deskripsi Data Konsep Diri sebelum dilakukan perlakuan pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen. Statistics
N
Valid Missing
Kontrol Pre-Test 16
Eksperimen Pre-Test 16
0
0
75.38
85.81
Std. Error of Mean
1.695
1.918
Std. Deviation
6.781
7.670
Mean
Dari tabel tersebut di
Variance
45.983
58.829
Range
28
33
Minimum
57
73
Maximum Sum
85
106
1206
1373
77
Dari tabel tersebut jelas bahwa rata-rata konsep diri kelompok eksperimen sebesar 85.81 standar eror mean sebesar 1.918, standar deviasi 7.670, dan variance sebesar 58.829. Skor tertinggi konsep diri kelompok eksperimen sebesar 106 skor terendah sebesar 73, dengan demikian rentang skor sebesar 33. Tabel 5.3 Data Kelompok Ekspeimen (Eksperimen Pos-Test)
Valid
84
Frequency 1
Percent 6.3
Valid Percent 6.3
Cumulative Percent 6.3
85
1
6.3
6.3
12.5
87
1
6.3
6.3
18.8
89
1
6.3
6.3
25.0
90
4
25.0
25.0
50.0
91
2
12.5
12.5
62.5
94
1
6.3
6.3
68.8
95
1
6.3
6.3
75.0
96
1
6.3
6.3
81.3
97
1
6.3
6.3
87.5
100
1
6.3
6.3
93.8 100.0
109
1
6.3
6.3
Total
16
100.0
100.0
Dari data tersebut kemudian dapat divisualisasikan dalam bentuk histogram sebagai berikut :
78
Eksperimen Pos-Test
7
6
Frequency
5
4
3
2
1 Mean = 92.38 Std. Dev. = 6.163 N = 16
0 80
85
90
95
100
105
110
Eksperimen Pos-Test
Gambar 5.1 Histogram Skor Konsep Diri Tes akhir Kelompok Eksperimen.
Berbeda dengan Konsep Diri kelompok eksperimen, rata-rata konsep diri kelompok kontrol sebesar 75.38, standar eror mean 1.695, varian sebesar 45.983. Skor tertinggi konsep diri kelompok kontrol sebesar 85, skor terendah sebesar 57, dengan demikian rentang skor sebesar 28. Data Konsep Diri Kelompok Kontrol dapat didiskripsikan sebagai berikut :
79
Tabel 5.4 Data Konsep Diri Kelompok Kontrol Kontrol Pos-Test
Valid
Cumulative Percent 6.3
69 73
1
6.3
6.3
12.5
77
3
18.8
18.8
31.3
79
1
6.3
6.3
37.5
80
1
6.3
6.3
43.8
81
1
6.3
6.3
50.0
82
2
12.5
12.5
62.5
83
2
12.5
12.5
75.0
84
1
6.3
6.3
81.3
85
1
6.3
6.3
87.5
87
2
12.5
12.5
100.0
16
100.0
100.0
Total
Percent 6.3
Valid Percent 6.3
Frequency 1
Dari data tersebut dapat divisualisasikan dalam bentuk histogram sebagai berikut :
80
Kontrol Pos-Test
5
Frequency
4
3
2
1
Mean = 80.38 Std. Dev. = 4.911 N = 16
0 69
72
75
78
81
84
87
Kontrol Pos-Test
Gambar 5.2 Histogram Skor Konsep Diri Akhir Kelompok Kontrol
Sementara itu, untuk mengetahui perbedaan rata-rata konsep diri kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat tabel berikut : Tabel 5.5 Rerata Konsep Diri Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen Kelompok
Sebelum Perlakuan
Sesudah Perlakuan
Selisih Total
Eksperimen
85,81
92,38
6,57
Kontrol
75,38
80,38
5,00
81
Dari Tabel 5.5 diatas dapat diketahui bahwa rerata Konsep Diri sebelum dan setelah diberi perlakuan konseling kelompok terjadi perubahan atau meningkat. Hal ini sejalan dengan skor masing-masing individu yang menunjukkan bahwa semua subyek yang diberi perlakuan akan meningkat konsep dirinya dibandingkan dengan kelompok kontrol. Rerata kelompok kontrol sebelum diberi perlakuan diskusi sebesar 75,38 dan setelah perlakuan 85,81. Pada kelompok eksperimen juga mengalami perubahan yaitu sebelum diberi perlakuan konseling kelompok sebesar 85,81 dan setelah diberi perlakuan konseling kelompok sebesar 92,38. Untuk mengetahui kriteria rata-rata dari masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel berikut ini : Untuk mengetahui rata-rata dan kualitas konsep diri dari masing-masing kelompok, maka menggunakan langkah-langkah sebagai berikut : a. Mencari jumlah interval kelas dengan rumus: K = 1 + 3,3 log n Keterangan: K = Kelas interval I = Bilangan konstan n = Jumlah responden
82
Dengan demikian : K = 1 + 3,3 log n = 1+ 3,3 log 16 = 1 + 3.3 ( 1,20412) = 1 + 3.97 K = 4,97 4,97 dibulatkan menjadi 5. b. Mencari range 1. Range kelompok eksperimen R=H–L = 109-84 R = 25
2. Range kel. kontrol R = H-L = 87-69 R= 18.
Dari perhitungan range diatas dapat diketahui bahwa range kelompok eksperimen sebesar 25, sedangkan pada kelompok kontrol memiliki range sebesar 18. c. Menentukan nilai interval kelas 1.)I = R K = 25 = 5, Jadi interval adalah 5 5 2. )I = R= 18 = 3,6.Dibulatkan menjadi 4. Jadi interval adalah 4 K 5
83
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa interval kelas kelompok eksperimen sebesar 5 dan kelompok kontrol memiliki interval kelas sebesar 4. Setelah diketahui kelas interval, range dan interval kelas maka hasil tersbutdigunakan membuat tabel distributor skor guna mencari rata-rata konsep diri pada setiap kelompok sebagaimana tabel dibawah ini: Tabel 5.6
Kriteria rata-rata Konsep Diri pada Kelompok Eksperimen setelah perlakuan No
Mean
Interval
Frekuensi
Kriteria
1.
84-88
3
Sangat Rendah
2.
89-93
7
Rendah
94-98
4
Sedang
4.
99-103
1
Tinggi
5.
104-109
1
Sangat Tinggi
3.
92
Tabel 5.7 Kriteria rata-rata Konsep Diri pada Kelompok Kontrol setelah perlakuan diskusi ( Cinta Menurut Pandangan Islam ) No
Mean
Interval
Frekuensi
Kriteria
1.
69-72
1
Sangat Rendah
2.
73-76
1
Rendah
77-80
5
Sedang
4.
81-84
6
Tinggi
5.
85-87
3
Sangat Tinggi
3.
80
84
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa rata-rata konsep diri remaja setelah diberi perlakuan berada pada kriteria “ Rendah‟‟dengan jumlah 7 responden, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata Konsep Diri berada pada kriteria “sedang” dengan jumlah 5 responden. 5.1.3. Analisis Data Analisis Data dalam penelitian ini menggunakan uji Prasyarat dan uji Normalitas. 1. Uji Prasyarat Sesuai dengan tujuan, data tentang konsep diri dianalisis dengan menggunakan t-test. Namun sebelumnya digunakan prasyarat t-test yaitu uji normalitas. Uji Normalitas untuk mengetahui apakah penyetoran skor konsep diri masing-masing kelompok normal atau tidak. Sebaran skor dikatakan normal jika hasil uji menunjukkan p > 0,05. Uji Normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogoro Smirnov test. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut:
85
Tabel 5.8 Uji Normalitas Data One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol Pos-Test N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Eksperimen Pos-Test
16
16
Mean
80.38
92.38
Std. Deviation
4.911
6.163
.130
.213
Absolute Positive
.089
.213
Negative
-.130
-.104
Kolmogorov-Smirnov Z
.519
.853
Asymp. Sig. (2-tailed)
.951
.461
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebaran skor konsep diri pada seluruh kelompok memiliki sebaran normal, lebih jelasnya lihat tabel beikut ini : Tabel 5.9 Rangkuman Hasl Uji Normalitas Kelompok
N
Asymp.sig (p)
Kriteria
Ket
Eksperimen
16
0,461
Normal
P >0,05
Kontrol
16
0,951
Normal
P >0,05
Dari tabel ditas diketahui bahwa probabilitas (p) varian kelompok nilainya lebih besar dari signifikansi 0,05. Ini berarti semua kelompok berdistribusi normal. 2. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Pengujian hipotesis dilakukan dengan pengujian Paired Samples t-tes, yaitu dua pengukuran pada subyek yang sama
86
(desain within –subject) terhadap suatu pengaruh atau perlakuan tertentu. Ukuran sebelum dan sesudah mengalami perlakuan tertentu diukur, dengan dasar pemikiran apabila suatu perlakuan tidak memberikan perubahan, maka perbedaan rata-rata (mean) adalah nol (0) ( Trihendradi, 2004: 103). Hasil analisis dapat dilihat tabel berikut Tabel 5.10 Rangkuman Hasil Uji t-test Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2
Mean
N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Eksperimen Pre-Test
85.81
16
7.670
1.918
Eksperimen Pos-Test
92.38
16
6.163
1.541
Kontrol Pre-Test
75.38
16
6.781
1.695
Kontrol Pos-Test
80.38
16
4.911
1.228
Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
Eksperimen Pre-Test & Eksperimen Pos-Test
16
.093
.731
Pair 2
Kontrol Pre-Test & Kontrol Pos-Test
16
-.425
.101
Paired Samples Test
Mean
Paired Differences Std. 95% Confidence Std. Error Interval of the Deviation Mean Difference Lower Upper
t
df
Sig. (2tailed)
Pair 1
Eksperimen Pre-Test Eksperimen Pos-Test
-6.563
9.381
2.345
-11.561
-1.564
2.798
15
.014
Pair 2
Kontrol Pre-Test Kontrol Pos-Test
-5.000
9.920
2.480
-10.286
.286
2.016
15
.062
Dari tabel di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan
87
konseling kelompok terhadap konsep diri remaja, untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut : Tabel 5.11 Rangkuman Hasil Analisis t-test No
Kelompok
Correlation
Sig.
Mean
t
1.
Eksperimen
0,093
0,731
-0,653
2,798
2.
Kontrol
-0,425
0,101
-5,000
2,016
Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pada kelompok ekperimen ada perbedaan antara hasil tes sebelum dan setelah diberi perlakuan konseling kelompok sebesar 0,093 pada signifikansi 0,731> 0,05. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan hasil tes sebelum dan sesudah perlakuan diskusi karena signifikansi 0,101 < 0,05. Pada kelompok eksperimen hasil t hitung lebih besar dari t tabel ( 2,798 > 2,13 ) pada signifikansi 5%, itu berarti hipotesis yang berbunyi ada perbedaan antara konseling kelompok terhadap konsep diri remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dapat diterima. Sedangkan nilai t hitung pada kelompok kontrol lebih kecil daripada t tabel ( 2,016 < 2,131) pada taraf signifikansi 5% itu berarti hipotesis ada perbedaan konsep diri remaja “ditolak”. Jadi pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan antara tes sebelum dan setelah diberikan ceramah.
88
Tabel 5.12 Hasil Postest Eksperimen dan post test kontrol Paired Samples Statistics
Eksperimen Pos-Test
N 16
Std. Deviation 6.163
Std. Error Mean .014
Sig. (2-tailed)
Mean 92.38
Kontrol Pos-Test
80.38
16
4.911
.062
1.228
Berdasarkan
tabel
diatas
bahwa
postest
1.541
eksperimen
mempunyai mean sebesar 92,38, standar deviasi 6,163, Nilai tertinggi, standar eror mean sebesar 0,014, sedangkan pada postest kontrol meannya sebesar 80,38, standar deviasi sebesar 4,911,dan standar eror mean sebesar 0,062. Signifikansi postest eksperimen sebesar 1,541> 0,05 sedangkan signifikansi postest kontrol sebesar 1,228>0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil postest eksperimen lebih besar daripada postest kontrol. 5.1.4. Pembahasan Hasil Penelitian Berdasarkan hasil analisis data diatas diperoleh suatu kesimpulan. Hipotesis yang pertama adalah bahwa ada perbedaan konsep diri pada remaja sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok. Pada kelompok ekperimen ada perbedaan yang signifikan antara hasil tes sebelum sebesar 85,81 dan setelah diberi perlakuan konseling kelompok sebesar 92,38 pada signifikansi 0,731> 0,05. Sedangkan pada kelompok kontrol ada perbedaan hasil tes sebelum sebesar 75,38 dan sesudah perlakuan diskusi sebesar 80,38 tetapi tidak
89
signifikan dilihat dari signifikansi 0,101 < 0,05. Pada kelompok eksperimen hasil t hitung lebih besar dari t tabel ( 2,798 > 2,13 ) pada signifikansi 5%, itu berarti hipotesis yang berbunyi ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberi perlakuan konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dapat diterima. Sedangkan nilai t hitung pada kelompok kontrol lebih kecil daripada t tabel ( 2,016 < 2,131) pada taraf signifikansi 5% itu berarti hipotesis ada perbedaan konsep diri remaja “ditolak karena tidak signifikan”. Jadi pada kelompok kontrol ada perbedaan antara tes sebelum dan setelah diberikan ceramah namun tidak signifikan. Untuk hipotesis yang kedua adalah ada perbedaan konsep diri remaja
antara
kelompok
yang
diberi
konseling
kelompok
(eksperimen) dan yang tidak diberi konseling kelompok (kontrol). Kelompok yang diberikan perlakuan konseling kelompok ada perbedaan yaitu konsep diri lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang diberikan diskusi yang berjudul cinta menurut pandangan islam. Ini terbukti dari Signifikansi postest eksperimen sebesar 1,541 > 0,05 sedangkan signifikansi postest kontrol sebesar 1,228 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil postest eksperimen lebih besar daripada postest kontrol. Semakin sering dan aktif dalam melakukan konseling kelompok maka semakin meningkat konsep diri remaja.
90
Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya konseling kelompok mampu mengurangi konsep diri negatif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konsep diri pada diri remaja sebelum dengan sesudah mendapatkan konseling kelompok adalah berbeda dan mengalami peningkatan yang signifikan. Untuk kelompok yang diberi perlakuan konseling kelompok maka konsep dirinya akan lebih baik daripada kelompok yang hanya diberi ceramah saja. Adanya perbedaan konsep diri pada remaja sejalan dengan pendapat Nashori (2000) bahwa Konseling kelompok pada dasarnya berpengaruh
terhadap
konsep
diri
seseorang,
baik
dalam
mempertahankan keselarasan batin, mengatasi konflik yang ada pada dirinya dan untuk menafsirkan pengalaman yang didapatkan. Oleh karena itu, konsep diri diperlukan seseorang untuk dijadikan sebagai acuan dan pegangan hidup dan tuntunan kebutuhan seseorang. Namun demikian, konsep diri seseorang bukan merupakan pembawaan sejak lahir, melainkan terbentuk melalui proses belajar sejak masa pertumbuhan seseorang dari masa kecil sampai dewasa. Konsep diri juga dihasilkan dari proses interaksi individu dengan lingkungan secara terus menerus ( Nashori, 2000 : 28). Keberhasilan pelaksanaan konseling kelompok di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang berjalan lancar dilihat dari keefektifan anggota dalam mengikuti proses konseling kelompok. Dengan adanya konseling kelompok dapat membantu individu dalam
91
mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat. Seperti diungkapkan oleh Natawidjaja (1987), bahwa layanan konseling kelompok merupakan salah satu upaya untuk memberikan bantuan pada remaja dalam situasi yang membutuhkan dorongan atau memecahkan masalah. Konseling kelompok merupakan sarana belajar dan berlatih serta untuk mendapatkan suasana yang aman dan demokratis. Demikian juga diungkapkan oleh Ainurrahim Faqih (2001: 37), individu yang mampu mengetahui, memahami, mengerti dan mengenali dirinya sendiri akan dengan mudah mengembangkan potensi yang dimilikinya. Sebagai mahkluk beragama, sosial, individu, dan berbudaya akan lebih mudah mencegah timbulnya masalah dan menjaga berbagai kemungkinan timbulnya masalah. Konsep diri seseorang baik negatif maupun positif dapat diturunkan dengan pembentukan lingkungan yang kondusif dengan pengembangan kepribadian dan sikap-sikap yang lebih baik, sehingga remaja yang memiliki konsep diri negatif akan mengerti akan pentingnya memahami, menerima dan mengenali diri sendiri dan lingkungan sosialnya dalam pencapaian konsep diri positif sehingga akan terbentuk jati diri remaja yang sebenarnya dan memiliki kepribadian yang sehat sesuai dengan perkembangannya. Hasil tersebut sejalan dengan pendapat Sobur (2003: 121) yang menyatakan
92
bahwa manusia berkembang berdasar stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Konseling kelompok mempunyai peran penting dalam upaya menumbuh kembangkan dan meningkatkan konsep diri remaja. Peranannya adalah sebagai berikut : a) Membantu inividu mengetahui, memahami, mengenal dan melihat dirinya sendiri sesuai hakikatnya atau fitrahnya sehingga individu tersebut dapat mengembangkan potensi dan fitrah yang dimilikinya secara optimal. b) Menerima keadaan dirinya sebagaimana adanya, baik kelebihan maupun kelemahannya sehingga individu tidak merasa minder dalam bergaul, dan kepercayaan pada dirinya akan membuat ia dapat mengembangkan kelebihan yang dimilikinya. c) Dengan berbekal konsep diri yang positif, maka individu mampu memahami keadaan atau situasi dan kondisi yang dihadapinya saat ini sehingga seseorang akan mudah merasakan kesulitan yang dialaminya dan bisa membantu faktor-faktor penyebab terjadinya permasalahan tersebut sehingga jika suatu saat mereka mengalami permasalahan lagi dapat mengatasinya sendiri.
93
BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan hipotesis pertama bahwa ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang yang ditunjukkan dengan hasil nilai t hitung lebih besar dari t tabel ( 2,798 > 2,131 ) pada signifikansi 5%, Dengan demikian hipotesis yang berbunyi “ada perbedaan konsep diri sebelum dan sesudah diberikan konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang “ diterima” Sedangkan nilai t hitung pada kelompok kontrol lebih kecil daripada t tabel ( 2,016 < 2,131) pada taraf signifikansi 5% itu berarti hipotesis “ada perbedaan konsep diri remaja ditolak karena tidak signifikan”. Jadi pada kelompok kontrol ada perbedaan antara tes sebelum dan setelah diberikan ceramah akan tetapi tidak signifikan. Dan untuk hipotesis kedua bahwa ada perbedaan konsep diri antara kelompok yang diberi perlakuan konseling kelompok dan yang tidak diberi konseling kelompok pada remaja di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Ini terbukti dari Signifikansi postest eksperimen sebesar 1,541 > 0,05 sedangkan signifikansi postest kontrol sebesar 1,228 > 0,05. Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil postest eksperimen
94
lebih besar daripada postest kontrol. Semakin sering dan aktif dalam melakukan konseling kelompok maka semakin meningkat konsep diri remaja. 6.2. Limitasi Peneliti menyadari bahwa dalam suatu penelitian pasti banyak terjadi kendala dan hambatan. Faktor yang menjadi kendala dan hambatan dalam penelitian ini adalah faktor penerjemahan hasil penelitian. Peneliti mengakui bahwa dalam penelitian ini masih terdapat kelemahan-kelemahan yang disadari oleh penulis khususnya, dalam penerjemahan hasil penelitian berupa angka-angka ke dalam bentuk penjabaran secara deskriptif. Namun demikian penulis berusaha semaksimal mungkin untuk bisa menjadikan hasil analisis yang berupa angka-angka keistimewaan pada bidang metodologi, yakni pengolahan analisis data dengan menggunakan program SPSS 12.0. 6.3. Saran Setelah
peneliti
menyimpulkan
data-data
yang
telah
diperoleh, selanjutnya peneliti akan memberikan beberapa sarat yang menurut hemat peneliti sangat diperlu diberikan dalam rangka untuk meningkatkan peran konseling kelompok terhadap konsep diri di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang. Adapun saran-saran yang peneliti ajukan adalah :
95
6.3.1. Bagi Pengasuh Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang Penulis berharap bahwa dengan penelitian ini bisa dijadikan masukan dalam melaksanakan konseling kelompok terhadap anak asuh khususnya remajanya. Apalagi di Panti tersebut konseling kelompok belum efektif. Dengan konseling kelompok ini para pengasuh akan dapat mengetahui masalah-masalah para remaja panti, yang diakibatkan para remaja menunjukkan sifat suka mengeluh, pesimis, dan merasa tidak diperhatikan. Semuanya itu merupakan ciriciri konsep diri negatif. Dengan melakukan konseling kelompok diharapkan para remaja mampu menghilangkan sifat-sifat tersebut dan berubah lebih baik lagi. Dengan adanya penelitian yang peneliti lakukan, pihak panti asuhan Darul Hadlonah mampu mengoptimalkan layanan konseling kelompok. 6.3.2. Bagi Remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang Penulis menganggap penting penelitian ini, karena remaja dengan mengetahui dan memahami dirinya sendiri, mereka mampu menghasilkan nilai positif dalam pengembangan potensi dan fitrah yang dimilikinya sehingga nantinya dapat hidup di dunia dan akhirat dapat dicapai secara optimal. Selain itu diharapkan para remaja mampu merahasiakan permasalahan yang ada dalam proses konseling kelompok kemarin.
96
6.3.3. Bagi Mahasiswa Dakwah Mahasiswa Dakwah jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, maka dari itu ia harus dapat mengembangkan skill dan kemampuan keilmuan yang dimilikinya terutama dalam bidang bimbingan dan konseling islam karena hal tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat luas baik anakanak, remaja maupun dewasa. 6.3.4.Bagi Peneliti selanjutnya Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik konseling kelompok dan konsep diri dapat mempertimbangkan variabel-variabel yang lain misalnya tentang penyesuaian diri, kepercayaan diri atau pemahaman diri. 6.4. Penutup Puji syukur Alhamdulilah dengan limpahan Rahmat dan Hidayah Allah SWT kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyeleaikan skripsi ini. Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan dan pembahasan skripsi ini masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, penulisan, penyajian sistematika, pembahasan maupun analisisnya. Oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para pembaca, karena skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan.
97
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan ridhoNya kepada kita semua dan memberikan manfaat bagi pembaca dan diri peneliti, selain itu juga mampu memberikan khasanah ilmu pengetahuan yang positif bagi keilmuan BPI. Amin ya robbal „alamin.
DAFTAR PUSTAKA Afiatind dan Martaniah. 1998. Peningkatan Kepercayaan Diri melalui Konseling Kelompok. Psikologika. Jakarta: UGM. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktek .jakarta: Rineka Cipta. Azwar, Saefuddin. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Jakarta: Rineka Cipta.
Bukhori dalam kitab al-Iman, Bab Halawatil Iman 1/14. Muslim dalam kitab al-Iman, bab Bayan Khisholi Man Ittashofa Bihinna Wajada Halawatal Imaan 1/48. Burns. 1993. Konsep Diri (Teori, Pengukuran, Perkembangan dan Perilaku). Jakarta: Arcan. Calhoun dkk. 1990. Psikologi tentang penyesuaian dan hubungan kemanusiaan. Edisi ketiga. Hill Publishing Comphany. New York. Darajat, Zakiyah. 1976. Pembinaan Remaja. Jakarta : Bulan Bintang. Depag. 1989..Alquran dan terjemahannya. Semarang: Toha Putra. Departemen pendidikan dan kebudayaan. 1994. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Dewa, Ketut. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta. Eddy, Wibowo Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press. Ema Widianti.2007. Hubungan Konsep Diri dengan Penyesuaian Diri Remaja ( Analisis Bimbingan dan Konseling Islam ). Semarang: IAIN Walisongo Semarang. Erikson, Erik. 1963. Chilhood and society. Nortoon, New York.
Faqih, Ainur Rahim. 2001. Bimbingan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press. Farazin,Muhammad dan Kartika Nur Fathiyah. 2004. Pemahaman Tingkah Laku. Jakarta : Rineka Cipta. Gazda, George. 1984. Group Counseling A development Approach.third edition. Toronto: Allyn and Bacon. George dan Cristian. 1976. Counseling . Jakarta: Rineka Cipta. Geraldine K Wanei. 2006. Konsep diri positif, Menentukan Prestasi Anak. Kanisus Yogyakarta. Ghazali. 1939. ihya'ulumudin,juz1. Mesir: Mustafa Al-Habib. Hadi, Sutrisno. 1991. Metodologi Research jilid II. Yogyakarta: Andi Offset. Hellen. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Quantum Teaching. Hurlock, Elizabeth. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga. Kartono,
Kartini. 1990. Rosdakarya.
Metodologi
Penlitian
Sosial.
Bandung:
Kartono, Kartini. 2000. Interpersonal Mahasiswa dalam psikologika. Yogyakarta.: Erlangga. Kerlinger. 2000. Foundation of behavioral research.fort worth.Harcourt College Publisher. Krumblotz dan Thoressen. 1995. Thoressen Caunseling Methods. United State Of America. Latipun. 2000. Psikologi Konseling. Malang: UMM press. Luk lukaningsih, Zuyinah. 2010. Pengembangan Kepribadian.Yogyakarta: Nuha Medika Mintarsih, Widayat. 2009. Pengaruh Konseling Kelompok Terhadap Efektivitas Komunikasi Interpersonal Mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Semarang: IAIN Walisongo Semarang. Mulkan. 2002. Psikologi suatu pengantar . Jakarta:UII Press.
Mulyanintyas, Renita. 2006. Bimbingan dan Konseling. Ciputat: Quantum Teaching. Muntholi'ah, 2002. Konsep diri positif menunjang prestasi PAI, Gunung Jati dan Yayasan Al-Qur'an, Semarang. Murad Lesmana, Jeanette.2005. Dasar-dasar Konseling.Jakarta:UII. Murdoko. 2004. Konsep Diri Positif. Yogyakarta:Rosdakarya. Naisaburi. 1998. Pengantar Konseling. Malang: UMM Press. Nashori. 2000. Hubungan antara Kematangan Beragama dengan Kompetensi, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Natawidjaja, Rochman. 1987. Pendekatan-Pendektan dalam Penyuluhan Kelompok. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Prayitno. 1999. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Prayitno. 2004. Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Padang: Universitas Negeri Padang. Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan profil ). Jakarta: Gahalia Indonesia. Priyanto, Agus. 2009. Komunikasi dan Konseling : Aplikasi dalam sarana Pelayanan Kesehatan untuk Perawat dan Bidan. Jakarta : Salemba Medika. Pudjiogyanti, Clara. 1988. Konsep Diri dalam Pendidikan.Jakarta: Arcan. Purwanto.M.Ngalim. 1996. Psikologi Pendidikan.Bandung: Rosdakarya. Rahmat, Jalaludin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Rahmawati.2005. Perkembangan Remaja. Jakarta: Pustaka Pelajar. Ramadhani, Savitri. 2008. The Art Of Positif Communicating. Yogyakarta: Bookmarks. Robert,
Gibson dan Marianne. 2011. Konseling.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bimbingan
dan
Romlah, Tatiek. 2001. Teori dan Praktek Bimbingan dan Kelompok. Surabaya: Universitas Negeri Malang. Sangalang. 1992. Self Concept. New york: Pustaka Group. Santoso, Singgih.2001. Buku latihan SPSS statistik pada materi. Jakarta: Elek Media. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Sevilia,
1993. Pengantar Metodologi Penelitian,terj Tuwu.Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Alimuddin
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah. Bandung: Pustaka Setia. Soemardjono. 1992. Liku-liku Relasi Antarpribadi dan Permasalahannya dalam kelompok Kepribadian Siapakah Saya. Jakarta: CV Rajawali. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta. Suharsono, Irawan. 1998. Metode Penelitian Sosial: Suatu Penelitian Bidang Kesejahteraan Sosial dan ilmu Sosiak lainnya.Bandung: Remaja Rosdakarya. Sulistyorini. 2004. Konsep Diri Positif menentukan prestasi anak. Jakarta: Kanisius. Tri Hendradi, Cornelius.2004. Langkah Mudah Memecahkan Kasus statistik: Deskripstif, Parametrik dan non Parametrik dengan SPSS 12. Yogyakarta: Andi Off Sett. Wawancara dengan bapak Munif tanggal 1 Juni 2012 Wawancara dengan Ibu Diah tanggal 31 Mei 2012 Wawancara dengan Ibu Munandiroh tanggal 2 Juni 2012. WS Winkel dan Hstutik. 2004. Bimbingan Konseling di Institut Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi. Blogspot.com/2012/05/03/kegunaanmanfaatkonselingkelompok.html. Handry,dan Heyes.1989. Pengantar Psikologi. Jakarta: Erlangga.
http://bawana.wordpress.com/2008/04/19/faktor-faktor-yang mempengaruhi-konsep-diri/25/04/2012/pukul 12.30. http://misscounseling.blogspot.com/2011/09/kerangka-konseptualbimbingan.html [accessed at 21/03/2012/pukul 09.00. http://www.masbow.com/2009/07/konsepdiri.html/25/04/2012/pukul 17.00. http://rifafreedom.wordpress.com/2008/09/22/cinta-menurut-pandanganIslam/26/04/2012/pukul 17.00.
DAFTAR LAMPIRAN
Lampian 1
Model Kelompok Kontrol
Lampiran 2
Modul Kelompok Eksperimen
Lampiran 3
Instrumen Agket Penelitian ( Uji Coba dan setelah uji coba)
Lampiran 4
Data Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Konsep Diri
Lampiran 5
Data Hasil Angket Penelitian
Lampiran 6
Olah Data SPSS 12
Lampiran 7
Piagam KKN
Lampiran 8
Piagam OPAK
Lampiran 9
Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 10
Daftar Responden Penelitian
Lampiran 11
Daftar Pedoman Wawancara
Lampiran 12
Laporan Hasil Konseling Kelompok
Lampiran 13
Biodata Peneliti
Daftar Pedoman Wawancara Kepada Pengurus Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang 1. Bagaimana sejarah berdirinya Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang ini ? 2. Apa tujuan didirikan Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang? 3. Berapa jumlah anak asuh yang ada dalam Panti Asuhan? 4. Sudah adakah layanan Konseling Kelompok di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang 5. Bagaimana struktur organisasinya ? 6. Bagaimana Konsep Diri para remaja di Panti Asuhan ini ? 7. Program apa saja yang ada di Panti Asuhan ini ? 8. Biasanya dana diperoleh dari mana ?
DATA PRETEST KEL. EKSPERIMEN Responden Sulis Eko Pujianto Heri Yulianto Firli Novandri Supardi Winarto Anisatul A.nurrohman Siti Lukianah HamdanMunif Siti Novia Sofiana Isna Mudrikah Heny eka Tessa Arsil Hamid
1 4 2 4 1 3 4 4 2 2 2 2 2 1 1 4 2
2 2 2 3 4 3 3 2 4 3 2 3 2 2 1 3 3
3 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 2 3 1 2 2 4
4 2 4 2 4 2 2 2 3 3 3 2 3 4 3 2 3
5 4 2 1 2 2 3 4 3 1 1 3 2 2 4 2 2
6 4 3 2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 4 3 3
7 3 2 3 4 4 3 4 2 2 3 2 2 3 2 2 2
8 2 3 4 3 4 1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3
9 2 2 3 4 2 3 2 3 2 2 4 4 4 2 1 2
10 1 1 2 4 3 3 2 2 1 2 3 2 1 3 2 3
11 1 3 2 4 2 2 3 2 1 4 4 2 2 2 3 1
12 2 2 1 4 3 2 1 4 2 2 3 2 1 3 2 3
13 2 4 2 2 4 3 2 4 3 2 2 3 3 4 3 4
14 3 2 3 2 4 3 2 3 3 2 2 2 1 3 2 3
15 2 3 2 4 3 4 3 2 3 4 4 1 2 3 3 2
16 3 2 1 2 2 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 1
17 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2
18 4 2 3 3 4 1 2 4 2 2 4 2 2 3 4 3
19 3 2 1 4 4 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2
20 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4
21 2 3 3 4 2 4 1 2 2 2 2 3 3 2 3 2
22 3 4 4 3 4 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2
23 4 3 4 4 1 2 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3
24 4 3 3 2 2 1 3 2 3 3 2 3 1 2 2 3
25 4 2 2 4 4 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2
26 3 3 1 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 2 2 2
27 3 3 2 4 1 4 3 3 2 2 3 3 2 1 4 3
28 2 4 2 4 3 2 2 3 2 3 2 4 2 1 4 2
29 3 2 1 4 3 1 1 4 2 2 3 3 1 3 4 2
30 2 3 3 4 3 3 4 1 2 3 3 4 2 4 4 3
31 32 4 2 4 3 4 4 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 4 4 2 2 2 4 3 4 3 2 4 2 3 2 3 3 Total =
33 2 1 2 3 4 1 2 1 2 3 1 1 2 3 3 2
Jumlah 90 85 79 106 96 82 85 89 79 80 87 86 73 82 90 84 1373
DATA POSTEST KEL. KONTROL Responden Dwi Bagus Vina Dewi Abdul Aziz Achmad S Wahyono Maria Ulfa Sofyan Siti Nur Ervina Ahsana Istiqomah Eviy Khomsatun Siti Maghfiroh Ika
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
3 4 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 4 2 2
3 1 1 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 2 4
2 4 1 3 1 1 3 3 2 4 4 2 2 3 3 1
1 3 2 2 2 4 3 4 2 3 1 1 2 1 4 2
2 2 1 2 4 3 3 4 2 3 3 4 1 3 3 1
2 1 2 4 1 4 2 4 2 4 2 3 2 3 2 2
3 2 1 2 3 3 1 2 3 4 3 2 2 2 3 3
4 3 2 3 3 3 1 3 2 3 1 1 3 3 2 1
2 2 3 2 2 3 2 1 2 2 3 2 3 2 1 2
1 1 3 2 1 2 3 4 3 1 2 3 2 3 2 2
2 2 3 4 3 1 4 3 4 2 2 4 2 3 3 2
2 2 3 3 1 2 2 2 4 3 2 3 3 3 2 4
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
4 1 3 2 2 4 3 4 3 4 3 2 2 2 1 1
3 2 4 2 3 1 3 3 2 3 3 2 1 3 2 2
3 2 3 1 4 2 4 2 2 2 4 1 2 1 3 2
2 1 4 3 2 2 3 2 1 2 4 2 3 3 2 2
2 2 3 4 3 1 3 1 2 3 4 3 2 3 1 2
3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 1
2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3
1 4 1 1 1 3 2 4 4 3 1 3 2 3 2 2
2 3 2 2 3 4 1 4 4 3 2 1 1 2 1 1
2 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 1 2 3 2 1
4 2 4 4 2 2 3 2 2 4 4 2 1 2 3 2
3 4 1 3 2 2 4 1 3 2 3 4 4 2 4 2
3 3 2 2 3 1 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3
4 2 3 1 4 3 2 3 2 4 2 2 2 3 3 2
3 1 4 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 1 2 4
28
29
30
31
32
33
3 2 3 4 2 4 3 2 1 2 4 1 3 3 2 3
4 3 4 4 1 3 3 2 2 2 2 1 4 3 4 2
1 3 2 3 2 2 4 1 4 1 2 1 3 2 2 2
2 2 1 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 4 3 1
3 2 2 4 2 3 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 4 1 1 3 2 2 2 4 3 3 2 2 1 2 3 Jumlah =
Jumlah 83 79 82 81 77 80 87 87 82 84 83 73 77 85 77 69 1286
DATA HASIL ANGKET PENELITIAN PRETEST DAN POSTEST DATA PRETEST KEL. KONTROL Responden Dwi Bagus Vina Dewi Abdul Aziz Achmad S Wahyono Maria Ulfa Sofyan Siti Nur Ervina Ahsana Istiqomah Eviy Khomsatun Siti Maghfiroh Ika
33
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
2 2 2 2 2 3 2 2 4 2 3 3 1 2 2 3
4 1 3 1 2 4 2 1 2 3 2 4 3 1 3 3
3 3 4 1 3 2 3 1 3 2 4 2 2 2 4 2
2 1 2 2 3 1 1 2 1 1 3 1 2 2 3 4
2 3 4 2 1 3 2 3 2 4 2 3 1 1 2 2
3 4 2 1 1 2 1 3 4 3 1 2 2 3 3 3
1 3 3 1 2 1 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2
2 2 2 3 3 3 2 2 3 1 3 1 2 2 1 1
2 1 1 3 4 2 1 1 1 1 4 2 3 3 2 2
3 2 2 2 3 3 2 3 1 2 4 3 2 2 3 3
1 3 1 2 2 2 3 2 2 3 3 2 1 1 2 4
3 4 3 1 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 3 2
2 4 2 1 1 2 2 2 4 1 4 3 1 3 4 1
3 3 2 4 4 1 1 3 3 2 3 4 2 2 3 2
2 2 1 3 3 3 1 2 1 4 1 3 3 1 4 1
4 3 3 4 2 2 2 1 2 3 2 2 4 2 3 2
2 2 2 3 1 1 1 3 3 2 3 1 2 2 4 1
1 1 1 2 2 3 2 1 1 1 2 3 3 3 1 2
1 2 3 1 1 4 3 4 2 2 2 2 1 4 3 3
2 3 1 2 2 3 2 4 4 3 3 1 2 3 2 2
3 3 1 3 4 2 1 2 3 2 1 2 4 3 3 1
2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 3 3 4 2 4
1 4 2 4 4 1 2 2 2 1 3 2 2 3 1 3
2 3 2 3 2 1 2 3 4 4 4 1 1 4 2 2
1 2 3 3 2 3 1 2 2 2 2 4 2 3 3 1
3 1 2 4 3 4 2 1 4 2 1 2 4 2 4 2
2 2 4 2 4 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3
4 1 3 3 2 2 2 2 1 2 4 1 1 2 3 2
2 2 4 1 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 2 4
3 3 3 4 1 1 2 1 4 3 3 3 2 1 1 2
1 4 1 2 3 3 1 1 3 2 1 2 4 2 2 1
2 1 2 3 1 2 2 1 4 2 4 4 1 2 2 1 1 2 2 4 2 4 2 4 2 2 1 3 3 3 3 2 Jumlah =
9 2 2 3 4 2 3 2 3 2 2 4 4 4 2 1 2
10 1 1 2 4 3 3 2 2 1 2 3 2 1 3 2 3
11 1 3 2 4 2 2 3 2 1 4 4 2 2 2 3 1
12 2 2 1 4 3 2 1 4 2 2 3 2 1 3 2 3
13 2 4 2 2 4 3 2 4 3 2 2 3 3 4 3 4
14 3 2 3 2 4 3 2 3 3 2 2 2 1 3 2 3
15 2 3 2 4 3 4 3 2 3 4 4 1 2 3 3 2
16 3 2 1 2 2 3 4 4 3 3 3 2 2 2 2 1
17 2 1 2 3 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2
18 4 2 3 3 4 1 2 4 2 2 4 2 2 3 4 3
19 3 2 1 4 4 2 2 3 2 3 3 3 3 2 3 2
20 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 4
21 2 3 3 4 2 4 1 2 2 2 2 3 3 2 3 2
22 3 4 4 3 4 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2
23 4 3 4 4 1 2 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3
24 4 3 3 2 2 1 3 2 3 3 2 3 1 2 2 3
25 4 2 2 4 4 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2
26 3 3 1 3 3 3 2 2 2 3 3 3 4 2 2 2
27 3 3 2 4 1 4 3 3 2 2 3 3 2 1 4 3
28 2 4 2 4 3 2 2 3 2 3 2 4 2 1 4 2
29 3 2 1 4 3 1 1 4 2 2 3 3 1 3 4 2
30 2 3 3 4 3 3 4 1 2 3 3 4 2 4 4 3
Jumlah 72 81 74 74 79 78 57 67 79 73 85 77 73 77 85 75 1206
DATA PRETEST KEL. EKSPERIMEN Responden Sulis Eko Pujianto Heri Yulianto Firli Novandri Supardi Winarto Anisatul A.nurrohman Siti Lukianah HamdanMunif Siti Novia Sofiana Isna Mudrikah Heny eka Tessa Arsil Hamid
1 4 2 4 1 3 4 4 2 2 2 2 2 1 1 4 2
2 2 2 3 4 3 3 2 4 3 2 3 2 2 1 3 3
3 3 3 1 3 2 2 3 3 3 3 2 3 1 2 2 4
4 2 4 2 4 2 2 2 3 3 3 2 3 4 3 2 3
5 4 2 1 2 2 3 4 3 1 1 3 2 2 4 2 2
6 4 3 2 2 3 2 3 3 2 1 2 3 2 4 3 3
7 3 2 3 4 4 3 4 2 2 3 2 2 3 2 2 2
8 2 3 4 3 4 1 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3
31 32 4 2 4 3 4 4 2 3 4 3 2 3 2 3 2 3 4 4 2 2 2 4 3 4 3 2 4 2 3 2 3 3 Total =
33 2 1 2 3 4 1 2 1 2 3 1 1 2 3 3 2
Jumlah 90 85 79 106 96 82 85 89 79 80 87 86 73 82 90 84 1373
DATA POSTEST KEL. KONTROL Responden Dwi Bagus Vina Dewi Abdul Aziz Achmad S Wahyono Maria Ulfa Sofyan Siti Nur Ervina Ahsana Istiqomah Eviy Khomsatun Siti Maghfiroh Ika
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
3 4 3 1 1 2 2 2 1 2 2 2 3 4 2 2
3 1 1 3 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 2 4
2 4 1 3 1 1 3 3 2 4 4 2 2 3 3 1
1 3 2 2 2 4 3 4 2 3 1 1 2 1 4 2
2 2 1 2 4 3 3 4 2 3 3 4 1 3 3 1
2 1 2 4 1 4 2 4 2 4 2 3 2 3 2 2
3 2 1 2 3 3 1 2 3 4 3 2 2 2 3 3
4 3 2 3 3 3 1 3 2 3 1 1 3 3 2 1
2 2 3 2 2 3 2 1 2 2 3 2 3 2 1 2
1 1 3 2 1 2 3 4 3 1 2 3 2 3 2 2
2 2 3 4 3 1 4 3 4 2 2 4 2 3 3 2
2 2 3 3 1 2 2 2 4 3 2 3 3 3 2 4
4 1 3 2 2 4 3 4 3 4 3 2 2 2 1 1
3 2 4 2 3 1 3 3 2 3 3 2 1 3 2 2
3 2 3 1 4 2 4 2 2 2 4 1 2 1 3 2
2 1 4 3 2 2 3 2 1 2 4 2 3 3 2 2
2 2 3 4 3 1 3 1 2 3 4 3 2 3 1 2
3 3 3 3 2 2 2 2 2 2 3 4 2 2 2 1
2 3 2 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 3 3
1 4 1 1 1 3 2 4 4 3 1 3 2 3 2 2
2 3 2 2 3 4 1 4 4 3 2 1 1 2 1 1
2 3 3 3 3 3 2 3 2 1 2 1 2 3 2 1
4 2 4 4 2 2 3 2 2 4 4 2 1 2 3 2
3 4 1 3 2 2 4 1 3 2 3 4 4 2 4 2
3 3 2 2 3 1 3 2 3 2 1 3 3 3 3 3
4 2 3 1 4 3 2 3 2 4 2 2 2 3 3 2
3 1 4 2 3 2 3 3 2 3 3 2 2 1 2 4
3 2 3 4 2 4 3 2 1 2 4 1 3 3 2 3
4 3 4 4 1 3 3 2 2 2 2 1 4 3 4 2
1 3 2 3 2 2 4 1 4 1 2 1 3 2 2 2
2 2 1 2 3 1 2 2 3 2 1 2 2 4 3 1
3 2 2 4 2 3 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 2 4 1 1 3 2 2 2 4 3 3 2 2 1 2 3 Jumlah =
33
31
32
Jumlah 83 79 82 81 77 80 87 87 82 84 83 73 77 85 77 69 1286
DATA POSTEST KEL.EKSPERIMEN Responden
Sulis Eko Pujianto Heri Yulianto Firli Novandri Supardi Winarto Anisatul A.nurrohman Siti Lukianah HamdanMunif Siti Novia Sofiana Isna Mudrikah Heny eka Tessa Arsil Hamid
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
4 3 4 4 2 2 2 2 2 4 3 4 2 2 3 4
4 3 3 2 4 4 2 3 2 2 4 3 3 1 3 3
3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 2 2 4 3 2 3
4 2 2 3 3 3 4 2 3 2 3 2 3 4 2 2
2 2 3 3 4 4 3 3 2 2 4 2 2 3 4 3
2 3 2 2 3 2 1 2 3 2 4 3 3 3 4 2
4 4 3 4 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 4 3
3 4 1 4 4 4 3 3 3 3 3 4 3 4 4 1
4 2 3 4 3 2 2 4 4 4 2 1 2 3 4 3
4 3 3 3 2 1 2 3 2 4 3 2 3 4 3 2
4 2 2 2 3 3 4 4 2 4 2 3 1 3 3 4
4 3 3 1 4 2 2 3 2 1 3 2 3 2 3 3
2 4 3 2 3 3 2 2 3 1 4 3 4 3 2 2
2 4 3 2 3 4 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3
4 3 4 4 2 3 4 4 4 4 3 3 2 3 3 2
2 2 3 4 2 3 3 3 2 2 2 2 1 4 2 3
3 2 4 3 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 2 2
3 4 3 2 4 2 2 4 2 2 3 4 3 3 2 2
4 4 4 2 3 2 3 3 3 4 2 3 2 4 2 2
3 3 4 2 2 4 2 2 3 2 2 2 4 3 3 3
4 2 4 1 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2
3 4 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2 2 1 2 4
4 1 2 4 3 3 2 3 2 3 2 3 3 2 3 4
2 2 3 3 2 4 3 1 3 1 2 2 3 3 2 4
4 4 4 3 2 3 3 2 2 4 4 3 2 4 3 4
3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 4
4 3 4 3 3 2 2 3 3 2 1 4 3 3 1 4
4 3 2 2 3 2 3 2 4 1 4 4 2 2 1 4
4 3 4 1 4 4 2 3 3 4 3 4 2 3 2 4
4 3 3 4 1 2 3 3 4 3 4 4 3 2 4 4
2 2 3 3 4 2 3 1 2 2 3 4 2 3 4 3 3 2 4 1 3 3 4 1 3 4 4 2 2 3 2 3 Total =
33 4 3 2 4 3 3 4 4 3 3 2 3 1 4 4 2
Jumlah 109 96 100 90 90 94 85 90 89 87 91 91 84 95 90 97 1478
DATA RESPONDEN PENELITIAN NO
NAMA
UMUR
ASAL SEKOLAH
1
Sulis Eko Pujianto
18
SMA BINA NUSANTARA
2
Heri Yulianto
14
SMP HASANUDDIN 05
3
Dwi bagus waluyo
14
SMP HASANUDDIN 05
4
Vina Chalawatuz Zahro
15
MA NU NURUL HUDA
5
Firli Novandri
14
SMP HASANUDDIN 05
6
Supardi
17
MA HASANAH
7
Winarto
18
SMA BINA NUSANTARA
8
Annisaul latifah
15
SMP HASANUDDIN 05
9
Dewi Mustiko
15
SMP HASANUDDIN 05
10
A.Nurrohman
14
SMP HASANUDDIN 05
11
Siti Lukianah
14
SMP HASANUDDIN 05
12
Abdul Aziz
19
KURSUS
13
Ahmad Saefuddin
14
SMP HASANUDIN 05
14
Hamdan Munib
16
MA NU NURUL HUDA
15
Wahyono
14
SMP HASANUDDIN 05
16
Maria ulfa
18
MA NU NURUL HUDA
17
S. Novia AS
13
MA NU NURUL HUDA
18
Sofyan Alfian
15
SMP HASANUDDIN 05
19
Siti Nur indah Sari
13
SMP HASANUDDIN 05
20
Sofiana
14
SMP HASANUDDIN 05
21
Ervina wati
13
SMP HASANUDDIN 05
22
Isna Rokihimah
13
SMP HASANUDDIN 05
USWATUN
23
Ahsana Fajrotun Adha
18
MA NU NURUL HUDA
24
Mudrikah Zain
14
SMP HASANUDDIN 05
25
Istiqomah
18
MA NU NURUL HUDA
26
Eviy Alfianti
18
MA NU NURUL HUDA
27
Khomsatun
16
MA NU NURUL HUDA
28
Heny Eka H
16
MA NU NURUL HUDA
29
Tesa Agustina
13
SMP HASANUDDIN 05
30
Siti Maghfiroh
13
SMP HASANUDDIN 05
31
Ika Novia Widiastuti
13
SMP HASANUDDIN 05
32
Arsil Hamid
16
SMP HASANUDDIN 05
1
res 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1 2 3 2 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 2 3 2 2 3 4 4 3 2 2 4
2 2 2 2 1 3 2 2 3 1 2 3 3 4 3 2 4 2 2 4 3 3 4 3 4 4 3 4 2 2 4 2 3
3 3 2 3 3 3 1 3 3 1 3 2 3 3 3 1 4 4 2 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 2 3 2
4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 1 3 2 4 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 2
5 2 3 3 2 2 2 2 2 4 2 1 2 2 3 3 3 1 2 1 3 2 2 2 1 2 2 2 1 3 2 3 3
6 4 2 3 3 4 1 4 3 1 3 3 3 4 3 3 4 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 1
7 3 3 4 2 2 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 2
8 3 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 2 4 3 4 3 3 4 4 3
9 3 3 3 2 3 4 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 1 4 2 3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 4 1
HASIL 10 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3
ANGKET PENELITIAN UJI COBA 11 12 13 14 15 16 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 4 2 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 4 1 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 2 4 2 3 2 3 2 2 2 4 4 3 3 4 2 4 4 4 3 4 2 3 3 3 2 3 3 4 4 4 2 3 3 4 4 4 3 4 2 2 1 3 4 3 3 4 3 4 3 4 2 2 3 3 1 4 2 3 4 3 2 3 2 2 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 2 3 4 3 3 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 2 3 4 4 1 4 1 2 2 3 2 3 2 3 1 3 2 4 2
17 3 2 2 2 2 1 3 2 1 2 3 3 1 2 1 4 4 3 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 2 2 3 2
18 2 2 4 2 3 4 2 3 4 3 2 2 2 3 4 4 1 2 4 2 3 3 4 2 3 4 3 2 3 3 2 2
19 3 2 4 3 2 3 3 2 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 2 3 3
20 3 3 2 2 3 1 3 1 2 3 1 3 2 3 3 4 2 3 3 2 2 3 3 1 3 3 4 2 3 4 2 2
21 2 3 3 2 2 1 2 2 1 3 2 3 3 3 3 4 2 2 2 2 2 4 2 1 2 3 3 2 3 3 4 1
22 3 2 4 3 3 2 3 2 4 3 2 4 4 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3
23 2 2 3 3 2 1 2 3 2 2 2 3 2 3 3 2 3 2 3 1 3 2 2 2 2 2 1 2 3 2 3 3
24 2 2 3 4 3 1 2 3 3 2 2 2 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3
25 2 4 3 4 3 4 2 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 4 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
26 2 4 4 4 3 4 2 4 1 1 2 4 1 2 1 4 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 3 3 2 3
27 3 3 3 2 2 4 3 2 2 3 3 3 2 3 2 4 2 1 4 2 3 2 4 2 3 3 3 2 3 4 4 3
28 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3
29 4 3 3 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 4 4 4
30 3 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 4 2 3 4 4 3
31 3 3 4 4 3 4 4 3 1 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 4 4 2
32 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
33 3 3 3 3 2 2 3 2 4 2 2 3 4 3 1 4 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3
34 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 2 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3
35 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 4 3 3 2 3 2 2 2 3 3 4 4 3
36 2 3 3 2 2 3 2 3 1 3 3 2 2 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 3 3 2 3 2 2 3 1 2
37 2 3 3 3 2 1 2 2 4 3 2 2 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2 4
38 3 3 3 2 3 1 3 3 1 2 2 3 2 3 4 3 2 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 2 3 1 3
39 2 2 4 3 3 4 2 2 1 3 3 3 3 3 4 4 4 2 2 3 3 3 3 2 4 3 3 2 4 3 4 1
40 2 3 2 3 3 4 2 4 2 4 2 4 3 2 2 4 3 4 4 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4
41 3 3 3 4 3 4 3 3 1 2 3 2 3 3 4 4 2 4 4 4 3 2 4 1 4 4 4 3 3 3 4 3
42 2 3 3 3 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 1 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4
43 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3
44 3 2 3 4 3 2 3 2 4 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 2 3 2 3 1 4 3 4 2 4 3 2 3
45 1 2 2 3 2 1 1 2 3 2 1 2 2 3 4 4 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 2 3 2 2 4
46 4 3 4 3 3 4 4 3 4 3 2 3 4 3 1 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3
47 3 4 4 3 3 3 3 3 4 2 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 4 4 4 3 3 4 2 3
48 2 3 3 2 2 1 2 3 1 2 2 3 3 2 4 2 1 4 1 2 3 3 2 2 2 2 2 1 2 4 2 2
49 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 3 2 4 4 4 4 2 4 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 Total =
50 Jumlah 2 142 2 140 3 160 2 154 2 134 4 140 2 137 2 139 4 149 2 142 2 118 2 151 3 155 2 144 3 151 4 178 3 136 3 147 4 146 3 145 2 149 3 137 3 154 3 130 3 153 3 154 3 158 2 133 3 144 3 157 4 147 2 133 4657
Laporan Pelaksanaan Konseling Kelompok di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang Pertemuan ke-1 sampai ke-5 Bentuk Layanan
: Konseling Kelompok
Sasaran
: Remaja Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang yang berusia 13-21 thn yang memiliki Konsep Diri Rendah
Tanggal pelaksanaan
: Tanggal 2-9 Juni 2012
Waktu
: 90 menit/pertemuan ( 19.00-20.30 WIB )
Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota lain, khusunya untuk mengarahkan remaja di Panti agar memiliki konsep diri yang positif.
Sedangkan
manfaat dari konseling kelompok adalah dapat melatih remaja untuk dapat hidup secara berkelompok dan menumbuhkan kerjasama antar anggota dalam mengatasi masalah, melatih setiap anggota untuk mengemukakan pendapat dan menghargai pendapat orang lain serta dapat meningkatkan kemampuan
remaja
untuk
dapat
menilai
dirinya
sendiri
dan
anggotalainnya. Dalam pelaksanaan konseling kelompok di Panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang peneliti membagi dalam 2 kelompok eksperimen ,tiap kelompok terdiri 8 anggota yang dipilih secara berhitung.
1
Pelaksanaan konseling kelompok peneliti juga memberikan permainan guna mengakrabkan antar masing-masing anggota kelompok yaitu permainan berhitung dari angka 1 sampai 3 kemudian angka keempat diganti dengan kata dot sampai kelipatannya. Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno (1995: 40) ada empat tahapan, yaitu: Tahap I Pembentukan Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap memasukkan diri ke dalam kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang konseling kelompok sehingga masing-masing anggota akan tahu apa arti dari bimbingan kelompok dan mengapa konseling kelompok harus dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses pelaksanaannya,
mereka
akan
mengerti
bagaimana
cara
menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan yang terjadi pada mereka. Tahap II Peralihan
Tahap kedua merupakan “jembatan” antara tahap pertama dan ketiga. Ada kalanya jembatan ditempuh dengan amat mudah dan lancar, artinya para anggota kelompok dapat segera memasuki kegiatan tahap ketiga dengan penuh kemauan dan kesukarelaan. Ada kalanya juga jembatan itu ditempuh dengan susah payah, artinya para anggota kelompok enggan memasuki tahap kegiatan keompok yang sebenarnya, yaitu tahap ketiga. Dalam keadaan seperti ini pemimpin kelompok, dengan gaya kepemimpinannya yang khas, membawa para anggota meniti jembatan itu dengan selamat. Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1) Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya; 2) menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) membahas suasana yang terjadi; 4) meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota; 5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama. Tahap III Kegiatan Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok, maka aspekaspek yang menjadi isi dan pengiringnya cukup banyak, dan masingmasing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari pemimpin kelompok. ada beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini, yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan
terbuka, aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan dan penguatan serta penuh empati. Tahap ini ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan, yaitu masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah atau topik bahasan, menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih dahulu, anggota membahas masing-masing topik secara mendalam dan tuntas. Tahap 1V Tahap akhir Pada tahap pengakhiran konseling kelompok, pokok perhatian utama bukanlah pada berapa kali kelompok itu harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu. Kegiatan kelompok sebelumnya dan hasil-hasil yang dicapai seyogyanya mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan sehingga tujuan bersama tercapai secara penuh. Dalam hal ini ada kelompok yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan berhenti melakukan kegiatan, dan kemudian bertemu kembali untuk melakukan kegiatan. Ada beberapa hal yang dilakukan pada tahap ini adalah Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera diakhiri, pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan
dan
hasil-hasil
kegiatan,
membahas
kegiatan
lanjutan,
mengemukakan pesan dan harapan. Masalah-Masalah yang muncul dalam Konseling Kelompok yaitu : 1.
Masalah IR
Selama ini IR merasakan tidak nyaman tinggal di panti karena perlakuan senior yang lebih lama tinggal di panti. Menurutnya teman ( senior ) merasa memiliki kekuasaan di panti. Anehnya senior tersebut selalu membedakan dirinya dengan teman yang lainnya dan sering dikambing hitamkan. Terkadang IR lebih memilih diam daripada bercerita dengan teman yang lainnya. Bantuan penyelesaian masalah IR dari anggota kelompok sebagai berikut : a. Sikap terbuka adalah penting dengan siapapun, karena setiap manusia memiliki hak untuk berpendapat dan tentunya memiliki hak dan kewajiban yang sama diantara anak panti, tidak ada senior dan junior. Semuanya adalah keluarga. b. Berbicara secara intens dengan senior tersebut, sebenarnya kesalahan IR terhadapnya itu apa sampai senior tersebut membedakan perlakuan dengan teman yang lain. c. Semua anggota panti berusaha memberikan motivasi kepada IR agar lebih nyaman tinggal di Panti. 2.
Masalah SL SL mempunyai masalah tentang kedua orang tuanya yang
berpisah dari SL duduk di sekolah dasar. SL menginginkan kedua orang tuanya bersatu lagi. Masalahnya jika SL diberi uang ibu nya bapak nya marah, sebaliknya jika SL diberi uang bapaknya ibu nya juga marah. Sl
merasa bingung dengan sikap orang tuanya. Bantuan penyelesaian masalah SL dari anggota kelompok sebagai berikut: a. Berusaha mempersatukan bapak dan ibu dalam satu ruangan sehingga bisa saling mengutarakan pendapat apa yang di onginkan SL. b. SL jika diberi uang ibu tidak perlu bercerita dengan bapak, sebaliknya jika diberi uang bapak tidak perlu cerita kepada ibu agar tidak menambah permasalahan antar bapak dan ibu nya. 3.
Masalah SF SF merasa malu atau sungkan untuk menagih uang yang dipinjam
teman sekolahnya. Padahal temannya sudah berjanji membayar hutang nya tepat waktu. Namun sudah sebulan lebih dari tanggal kesepakatan belum membayar juga. Padahal SF sangat butuh uang itu untuk membeli buku. Di sekolah teman tersebut biasa saja seperti tidak ada tanggungan hutang dengan SF. Bantuan penyelesaian konseling kelompok dari anggota yaitu : a. Mencari waktu yang tepat untuk mengungkapkan maksud kepada temannya tersebut jika memang sudah ada rejeki segera membayar hutangnya. b. SF harus menghilangkan rasa sungkan atau malunya tersebut c. Jangan membuka aib teman. Maksudnya ketika menagih hutang sebisa mungkin dalam keadaan berdua saja. Jadi tidak ada teman lain yang tahu.
4.
Masalah FH FH dan RH adalah sahabatan sejak mereka tinggal di panti. Selama
ini mereka tidak ada maslah, tetapi dengan kedatangan cowok hubungan persahabatan antara FH dan RH renggang. RH diisuka cowok A, tetapi RH tidak ada respon. Ternyata FH diam-diam menyukai cowok A tersebut. Karena kesalah pahaman tersebut FH dan RH renggang. Bantuan penyelesaian konseling kelompok dari anggota yaitu : a. RH memberikan pengertian kepada FH bahwa RH tidak ada rasa sedikitpun terhadap cowok A. b. Sebisa mungkin persahabatan dijaga atau dipertahankan jangan sampai rusak hanya masalah cowok. 5.
Masalah TA Masalah TA adalah sering dialami semua siswa. TA merasa selalu
malas belajar setiap harinya. Dia terkadang merasa santai ketika ada tugas sekolah, bahkan dia hanya mencontek temannya disekolah dan berangkat lebih awal dari biasanya. Solusi dari anggota lain adalah : a. Seharusnya TA sadar bahwa belajar adalah tugas utamanya sebagai siswa. b. Jangan menjadikan belajar adalah sesuatu yang membosankan.Apalagi ada tugas dari sekolah sebisa mungkin cepat diselesaikan jika ada waktu luang.
6.
Masalah AF Af merasa tidak percaya diri terhadap dirinya sendiri. Dia merasa
dirinya lemah dan memiliki banyak keterbatasan sehingga merasa malu jika berkumpul dengan orang lain. Alternatif solusi dari anggota konseling kelompok yang lain adalah a. AF harus lebih bersyukur kepada Allah bahwa masih banyak yang kurang beruntung dibandingkan dirinya. b. Harus percaya diri bahwa manusia tidak ada yang sempurna dan memulai pemahaman kembali bahwa Allah hambanya dengan segala keterbatasan dan kelebihan masing-masing. 7.
Masalah HM HM adalah orang yang sulit berempati terhadap temannya yang
kaya dan lebih pandai. Setiap ada teman yang curhat HM selalu bingung memberikan solusi. Bantuan solusi dari anggota lain adalah : a. Semua makhluk dihadapanNya sama kecuali ketakwaannya. Jadi kaya atau lebih pintar itu sebenarnya jangan dijadikan alasan untuk berteman. b. Berempati tidak harus dengan nasehat atau banyak bicara namun bisa saja dengan ekspresi wajah yang mengisyaratkan kita memperhatikan lawan bicara kita. c. HM berusaha berempati sesuai kemampuannya. Karena setiap orang mempunyai keinginan untuk ditanggapi dan dingertiin.
8.
Masalah MD MD mempunyai permasalahan yang saya rasa terkadang dialami
para penghuni panti asuhan juga. MD terkadang menyesal berada di panti dan harus jauh dari keluarganya.Meskipun tiap bulannya orang tuanya menjenguknya tetapi MD merasa orang tuanya tidak sayang terhadap dirinya. Alternatif solusi dari anggota KK adalah a. MD harus lebih bersyukur kepada Allah masih diberikan tempat yang layak, dan masih diberikan orang tua yang masih memperhatikannya. b. positif thinking, mungkin orang tuanya menitipkan MD di panti agar MD bisa sekolah dan ada yang mengurus. Dan yakin saja suatu saat MD akan dijemput kedua orang tuanya. Untuk kelompok Kontrol dilakukan tgl 7 Juni 2012 pukul 19.00-20.30 WIB Perlakuan yang diberikan kepada kelompok kontrol berupa diskusi dengan judul Cinta Menurut Pandangan Islam. Respon para remaja sangat antusias melakukan diskudi kelompok tersebut. Setelah diskusi selesai peneliti menanyakan kepada para remaja diskusi dan mereka menjawab sangat senang dengan diadakannya diskusi tersebut dan bisa bermanfaat bagi mereka.
MATERI UNTUK KELOMPOK KONTROL
“Cinta Menurut Pandangan Islam” Inilah Cinta Yang sebenar-benarnya, Cinta yang didasarkan atas keimanan dan ketaqwaan manusia, Cinta seorang hamba kepada Sang Maha Pencipta, Cinta tanda syukur dan tiada kuasa selain kuasaNya, Cintakan Allah adalah cinta yang tidak pernah luntur dan abadi. Cinta selainnya adalah Cinta yang luntur dan berakhir. Janganlah mencintai akan sesuatu terlalu berlebih lebihan sehingga mengurangi cintamu kepada Allah. Mencintailah kamu kepadanya dengan makna Kecintaanmu kepada Allah Yang Maha Pencipta dapat diartikan memandang segala sesuatu karena Allah SWT semata sehingga apabila kamu mencintai seseorang, cintailah dia dengan sebenar-benarnya karena Allah. Cinta adalah persaan jiwa, getaran hati, pancaran naluri. Terpautnya hati orang yang mencintai pada pihak yang dicintainya, dengan semangat yang menggelora dan wajah yang selalu menampilkan keceriaan. Cinta dalam pengertian seperti ini merupakan persaaan mendasar dalam diri manusia, yang tidak bisa terlepas dan merupakan sesuatu yang essensial. Dalam banyak hal, cinta muncul untuk mengontrol keinginan ke arah yang lebih baik dan positif. Hal ini dapat terjadi jika orang yang mencintai menjadikan cintanya sebagai sarana untuk meraih hasil yang baik dan mulia guna meraih kehidupan sebagaimana kehidupan
orang-orang pilihan dan suci serta orang-orang yang bertaqwa dan selalu berbuat baik. Berbicara mengenai cinta, tentunya tidak akan lepas dari perbincangan kita cinta monyet yang menghiasai dunia anak mudai sekarang ini. Malah, tidak keterlaluan untuk dinyatakan, itulah pespektif masyarakat terhadap cinta. Sedangkan cinta beginilah yang sering mendorong pelakunya ke arah melakukan maksiat kepada Allah SWT. Cinta sebenarnya adalah fitrah manusia sebagai makhluk allah yang diciptakan untuk bersujud, bersyukur dan mengagungkan asma Allah, bahwa tiada tuhan yang patut disembah melainkan Allah SWT, atas karunia dan hidayahNya pulalah kita bisa hidup seperti sekarang ini, bagaimana udara yang kita hirup untuk bernapas secara otomatis keluar dan masuk, bagaimana mata kita bisa melihat keindahan dan alam dunia, pemberianNya tidak bias dikukur dengan ukuran manusia, yang kesemuanya itu adalah bukti tanda tanda kekuasanNya sehingga sepatutnyalah manusia bersyukur dengan melaksanakan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Mengungkapan rasa cinta dengan memandang segala sesuatu karena Allah SWT sehingga manusia tidak berlaku sombong dan jumawa atas harta, pangkat, kedudukannya dan tidak lupa atas ni’matNya. Kesenian cinta yang didasari runtutan fitrah tanpa dicabul oleh hawa syahwat merupakan logo kedamaian, keamanan dan ketenangan. Namun cinta seringkali diperalatkan untuk melangsai keghairahan nafsu dan
kebejatan iblis laknatullah. Demi kemakmuran manusia sejagat, kita mesti menangani fenomena cinta dengan nilai fikrah yang suci dan iman yang komited kepada Allah. Permasalahan cinta antara yang dihadapi secara serius oleh umat Islam hari ini. Pertentangan antara cinta hakiki dan cinta palsu menyebabkan umat Islam menghadapi dilema perasaan yang kronik. Krisis cinta palsu telah memapah umat Islam ke medan perpecahan yang memusnahkan etika spritual-membunuh solidaritas dan menodai moral etika.
Individu mukmin sewajarnya peka terhadap kehadiran cinta di dalam jiwa. Cinta yang berlogikkan nafsu dan syahwat semata-mata hanyalah cinta palsu yang penuh jijik dan dihina. Menyadari hakikat ini, Faisal mencoba untuk mengurai makna dan bercerita soal cinta secara ringkas menurut pandangan Islam. Apalagi dalam lapisan masyarakat remaja khususnya tertipu dengan propaganda 14 Februari yang kononnya ialah hari Kekasih. Maka sibuklah dunia berbicara soal cinta yang lebih menjurus kepada cinta zina yang bertemakan mainan perasaan yang sama sekali terseleweng dari kehendak Islam. Semoga Allah SWT memberikan ganjaran terhadap usaha yang kecil ini dalam membersihkan jiwa pemudapemuda dari doktrin barat yang hanya akan menyesatkan fikiran
Apakah Kedudukan Cinta Di Dalam Islam? Adakah Islam memusuhi cinta? Adakah sebegini kejam sebuah agama yang disifatkan menepati fitrah? Sebenarnya tidak. Islam
memandang tinggi persoalan cinta yang tentunya merupakan perasaan dan fitrah yang menjiwai naluri setiap manusia. Namun, cinta di dalam Islam perlulah melalui berbagai peringkat keutamaannya yang tersendiri : 1. Cinta kepada Allah Islam meletakkan cinta yang tertinggi dalam kehiudupan manusia ialah cinta kepada Allah. Ketinggian nilai taqarrub Al-Abid kepada Khaliq dapat dikesan melalui cinta murni mereka kepada Pencipta. Tanpa cinta kepada Allah perlakuan hamba tidak memberi pulangan yang bererti sedangkan apa yang menjadi tunjang kepada Islam ialah mengenali dan dan menyintai Allah. Sinaran cinta itu jua akan mendorong hamba bertindak ikhlas di mihrab pengabdian diri kepada Allah serta menghasilkan cahaya iman yang mantap. Pedoman Hakikat Cinta Allah ta’ala telah memberikan sebuah pedoman untuk mengetahui hakikat pengakuan cinta seseorang, (yaitu) bahwa yang menjadi ukuran dan bukti cinta seseorang kepada Allah ta’ala adalah sejauh mana dia dalam ber ittiba’ (mengikuti petunjuk) Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Allah berfirman:
”Katakanlah: ’Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai dan mengampuni dosa-dosa kalian’. Allah Maha Pengampun dan Penyayang” (QS. Ali-’Imron: 31)
Memiliki cinta Allah seharusnya menjadi kebanggaan individu mukmin lantaran keagungan nilai dan ketulusanNya.Namun menjadi suatu kesukaran untuk meraih cinta Allah tanpa pengabdian yang menjurus tepat kepada-Nya. Cinta Allah umpama satu anugerah yang tertinggi dan tidak mungkin dapat memilikinya kecuali didahulukan dengan pengorbanan yang mahal. Cinta Allah adalah syarat yang utama untuk meletakkan diri didalam barisan pejuang Allah SWT. 2. Cinta Kepada Rasulullah SAW dan Para Anbiya’ Apabila manusia berada di dalam kegelapan yang begitu kelam, maka diutuskan pembawa obor yang begitu terang untuk disuluhkan kepada manusia ke arah jalan kebenaran. Sayang, pembawa obor tersebut terpaksa begelumang dengan lumpur yang begitu tebal dan menahan cacian yang tidak sedikit untuk melaksanakan tugas yang begitu mulia. Pembawa obor tersebut ialah Rasulullah SAW. Maka adalah menjadi satu kewajipan kepada kepada setiap yang mengaku dirinya sebagai muslim memberikan cintanya kepada Rasulullah dan para ambiya’. Kerana kecintaan inilah, para sahabat sanggup bergadai nyawa menjadikan tubuh masing-masing sebagai perisai demi mempertahankan Rasulullah SAW. Ittiba’ kepada Rasulullah merupakan bukti cinta hamba kepada Allah ta’ala. Dan Allah ta’ala memberikan janji kepada hamba-Nya berupa balasan cinta-Nya ketika memenuhi syarat cinta. Karena yang paling penting dan paling agung bukanlah pengakuan hamba bahwa ia mencintaiNya, namun yang paling penting dan agung adalah ketika ia dicintai dan
dibalas cintanya oleh yang dicintainya. Dalam satu hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim menyebut : Diriwayatkan daripada Anas r.a katanya: Nabi s.a.w bersabda: Tiga perkara, jika terdapat di dalam diri seseorang maka dengan perkara itulah dia akan memperolehi kemanisan iman: Seseorang yang mencintai Allah dan RasulNya lebih daripada selain keduanya, mencintai seorang hanya kerana Allah, tidak suka kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya dari kekafiran itu, sebagaimana dia juga tidak suka dicampakkan ke dalam Neraka. (Bukhari : no. 15, Muslim : no. 60, Tirmizi : no. 2548 Nasaie : no. 4901) Namun, dalam suasana kita sekarang yang begitu jauh dengan Rasulullah SAW dari segi masa, adakah tidak berpeluang lagi untuk kita memberikan cinta kepada Rasulullah SAW? Sekalipun Rasulullah SAW telah meninggalkan kita jauh di belakang, sesungguhnya cinta terhadap baginda boleh dbuktikan melalui kepatuhan serta kecintaan terhadap sunnahnya. Oleh yang demikian, orang yang memandang hina malah mengejek-ngejek sunnah Rasulullah SAW tentunya tidak boleh dianggap sebagai orang yang mengintai Rasulullah SAW. 3. Cinta Sesama Mukmin
Cinta dan sayang memang adalah hal yang manusiawi pada manusia. Allah menganugerahi perasaan cinta pada setiap insan. Bahkan Allah juga menurunkan aturan berkaitan dengan cinta. Dalam banyak
hadist Rasulullah SAW, Rasul menjelaskan tentang adanya perasaan dan rasa sayang seorang muslim pada saudaranya (muslim yang lain). Berikut adalah bagimana cara seorang muslimah mencintai saudari seimannya فيفؤق بينهما إال بذنب يحدثه أحدهما،ما تىاد اثنان في اهلل عز وجل أو في اإلسالم. “Tidaklah dua orang saling mengasihi karena Allah atau karena Islam, lalu keduanya berpisah, melainkan pasti disebabkan oleh dosa yang dilakukan diantaramereka. Oleh karena itu, apabila salah seorang hamba mulai merasakan kelainan sikap dari saudaranya, maka hendaklah ia mengoreksi dirinya terlebih dahulu, barangkali ia telah melakukan dosa. Jika betul, maka hendaklah ia segera bertaubat agar cinta saudaranya kembali bersemi padanya.”
Hikmah dari Cinta:
1. Cinta adalah proses ujian yg keras dan pahit dalam kehidupan manusia. Apakah cinta itu dalam perjalanannya akan menghantarkannya kepada jalan yang mulia atau menghempaskannya kepada jalan yang hina.
2. Jika tidak ada cinta maka di dunia ini tidak akan ada inovasi, pembangunan dan peradaban.
3. Keberadaan cinta merupakan faktor dominan dalam melestarikan eksistensi manusia dan interaksinya dengan sesama manusia.
Ketika cinta diarahkan kepada kebaikan, maka cinta dapat membawa
keutuhan,
perdamaian,
kebaikan
pada
kehidupan
bermasyarakat. Cinta yang ditumbuhkan oleh faktor keimanan, maka akan menghasilkan berbagai hal yang mengagumkan. Dapat mengubah sejarah, menegakkan puncak kejayaan dan kemuliaan dunia. Sebagai contoh adalah kehidupan generasi muslim pada masa dahulu.
MODUL KONSELING KELOMPOK A. Pengertian Konseling kelompok Layanan konseling kelompok merupakan jenis layanan konseling yang mengikuti sejumlah peserta dalam bentuk kelompok dengan adanya seorang konselor sebagai pemimpin kelompok. Layanan ini mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan pribadi atau pemecahan masalah individu yang menjadi peserta dalam kegiatan kelompok. Dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok. B. Tujuan konseling kelompok Tujuan umumnya adalah berkembangnya kemampuan sosialisasi anggota kelompok, khususnya anggota kelompok bisa lebih menilai diri. Tujuan secara khusus adalah terfokusnya pada pembahasan masalah pribadi salah satu anggota secara bergantian. Melalui layanan kelompok yang intensif dalam upaya pemecahan masalah tersebut para anggota memperoleh dua tujuan sekaligus yakni : 1.
Berkembangnya perasaan, pikiran, perasaan, konsep diri, wawasan, dan
sikap
bersosialisasi.
terarah
pada
tingkah
laku
khususnya
dalam
2.
Terpecahnya
masalah
individu
yang
bersangkutan
dan
diperolehnya imbasan pemecahan masalah tersebut bagi anggota kelompok yang lain. C. Tahapan dalam konseling kelompok a.
Tahap pembentukkan Yaitu tahapan untuk membentuk satu kelompok yang siap
mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Kegiatan yang dilakukan adalah mengungkapkan tujuan dari konseling kelompok, menjelaskan cara-cara dan ciri-ciri kegiatan kelompok, memperkenalkan dan mengungkapkan diri atau pengakraban. b.
Tahap peralihan atau transisi Yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan kelompok ke kegiatan
berikutnya yang lebih terarah. Kegiatannya meliputi menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya, meningkatkan dan keikutsertaan anggota. c.
Tahap kegiatan Tahap ini mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok.
Kegiatan ini meliputi setiap kelompok mengemukakan masalah pribadi yang
perlu
mendapatkan
bantuan
untuk
pengentasannya.
Klien
menjelaskan lebih rinci masalah yang dialami. Semua anggota ikut merespon apa yang disampaikan anggota yang lain.
d.
Tahap Akhir Yaitu tahap akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang telah
dilakukan dan dicapai oleh kelompok serta merencanakan kegiatan lanjutan. Tahap pengakhiran secara keseluruhan merupakan akhr dari serangkaian pertemuan kelompok. Pembubaran kelompok dilakukan setelah tujuan kelompok tercapai. e.
Evaluasi kegiatan Penilaian konseling kelompok dapat dilakukan secara tertulis
dimana para anggota diminta mengungkapkan perasaannya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal, baik yang telah dilakukan selama kegiatan kelompok maupun keterlibatan untuk kegatan selanjutnya. D.
Asas konseling kelompok Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan ataupun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para anggota yaitu: 1. Asas kerahasiaan Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota kelompok diharapkan bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam kegiatan konseling kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain orang-orang yang mengikuti kegiatan konseling kelompok.
2. Asas kesukarelaan Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok bersifat sukarela, tanpa paksaan. 3. Asas keterbukaan Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali. Karena jika ketrbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat keraguraguan atau kekhawatiran. 4. Asas kegiatan Hasil layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan– tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian masalah. 5. Asas kenormatifan Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya terlebih dahulu. 6. Asas kekinian Masalah yang dibahas dalam kegiatan konseling kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak, yang mengganggu keefektifan
kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil. E.
Kelebihan dan kelemahan konseling kelompok Kelebihan 1.
Memberikan kesempatan interaksi interpersonal, dan memberikan kesempatan untuk menemukan cara-cara baru dan memuaskan untuk berhubungan dengan orang lain. Dalam konseling ini setiap orang bisa berinteraksi dengan banyak orang.
2.
Peserta konseling kelompok sebagai anggota kelompok belajar menerima masukan dari orang lain dan memberi dukungan sosial kepada orang lain.
3.
Peserta konseling kelompok akan memperkuat diri dan berani menilai diri.
4.
Merasakan adanya persamaan dengan orang lain dalam kelompok. Karena dikumpulkan bersama dengan masalah yang sama, maka klien tahu dan merasa adanya persamaan dengan orang lain dalam kelompok.
5.
Peserta akan merasa bahwa dirinya bukan satu-satunya orang yang menderita. Karena dalam konseling ini, setiap orang bercerita tentang masalahnya, maka para peserta akan merasa bahwa bukan hanya dirinya yang sedang mengalami masalah tersebut. Ada orang lain yang sedang mengalami masalah tersebut juga.
Kelemahan 1.
Hanya bisa digunkan untuk remaja keatas (11 tahun ke atas). Menurut teori Piaget, konseling ini hanya bisa untuk orang remaja yang sudah bisa mengerti akan permasalahannya, bisa berbagi dengan orang lain, serta bisa berpikir logis.
2.
Konseling ini hanya bisa untuk membahas permasalahan dengan topik yang sama. Karena hanya untuk membahas pada masalah yang sama, maka sebelum melakukan konseling ini perlu diadakan seleksi untuk mencari siapa saja yang sedang mengalami masalah yang sama. Konseling ini tidak bisa untuk membahas berbagai macam masalah, karena nanti akan sulit dalam proses konselingnya.
3.
Jumlah peserta terbatas. Jumlah peserta dalam konseling kelompok hanya 6-8 orang. Apabila peserta lebih dari 8 orang, konseling ini tidak akan berjalan secara fokus terhadap peserta.
4.
Peserta konseling berada pada fase perkembangan psikologis yang sama. Hal ini dilakukan agar pada proses konseling bisa saling mengerti keadaannya, tidak sulit untuk membahas masalah yang sedang dibicarakan. Permasalahan yang dibahas: Pertama-tama semua anggota konseling kelompok satu persatu mengutarakan masalah yang dialami. Setelah semuanya
sudah mengutarakan, pilih salah satu permasalahan yang memang urgen dibahas atau diselesaikan secara kesepakatan anggota. .
Skala Konsep Diri Pre Test dan Post Test Identitas Diri 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jenis kelamin : PETUNJUK Peneliti bermaksud meminta bantuan kepada Anda dengan mengisi penyataan mengenai konsep diri. Bacalah setiap penyataan dengan cermat, kemudian Anda dipersilahkan untuk memilih satu tanggapan untuk setiap nomor yang dianggap paling sesuai dengan keadaan diri Anda sendiri dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan yaitu: SS
: Bila Anda sangat setuju dengan pernyataan
S
: Bila Anda setuju dengan penyataan
TS
: Bila Anda tidak setuju degan pernyataan
STS
: Bila Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan Karena skala ini bukan merupakan suatu tes, sehingga tidak ada tanggapan
yang salah, asalkan tanggapan tersebut cocok atau sesuai dengan diri Anda yang sebenarnya. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas Anda dan jawaban Anda. Oleh karena itu kesungguhan dan kejujuran Anda sangat diharakan demi kualitas hasil penelitian ini, untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih.
SELAMAT MENGERJAKAN. 1.
Saya sering menerima pujian dari pengasuh panti tanpa rasa malu sedikitpun
SS
S
TS
STS
2.
Jika saya merencanakan sesuatu, saya yakin dapat melaksanakannya
SS
S
TS
STS
3.
Saya adalah orang yang mudah putus asa walaupun dihadapkan masalah kecil Saya adalah orang yang mampu bersaing dalam mengikuti pertandingan sesuai dengan kemampuan saya Saya adalah orang yang selalu optimis jika diberikan kesempatan
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
6.
Saya merasa tidak pantas jika berteman dengan orang kaya
SS
S
TS
STS
7.
Saya adalah orang yang selalu menghargai jerih payah orang lain
SS
S
TS
STS
Saya adalah orang yang mempunyai rasa percaya diri tinggi 9. Saya adalah orang yang mampu melaksanakan tugas yang diberikan pengasuh panti asuhan dengan baik 10. Saya selalu menolak membantu menyelesaikan permasalahan teman saya
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
11. Saya adalah orang yang selalu bersyukur atas kelebihan yang diberikan Allah
SS
S
TS
STS
12. Saya selalu menjauh jika didekati orang yang miskin 13. Dalam berteman saya tidak membedabedakan status ekonomi
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
14. Saya selalu menghargai jika ada teman yang sedang mengajak bicara
SS
S
TS
STS
15. Saya adalah orang yang bisa memberikan keputusan yang baik saat menyelesaikan masalah 16. Saya adalah orang yang senang mengikuti pelatihan pengembangan diri
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
4.
5.
8.
17. Saya adalah orang yang berani mengambil resiko dalam mengembangkan diri saya
SS
S
TS
STS
18. Saya berpendapat bahwa saya bukan orang yang tegar dalam menghadapi setiap masalah 19. Saya kurang percaya diri jika ada orang yang memberikan ucapan selamat atas keberhasilan saya 20. Saya adalah orang yang sering mendapatkan pujian dari pengasuh panti asuhan
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
21. Ketika ada teman yang bercerita sedih saya malah tertawa
SS
S
TS
STS
22. Saya lebih senang dengan kondisi yang sekarang tanpa adanya perubahan yang lebih baik 23. Saya tidak pernah memotong pembicaraan orang lain
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
24. Saya adalah orang yang tidak mampu memahami gejolak emosi orang lain
SS
S
TS
STS
25. Saya adalah orang yang tidak bisa menerima jika orang yang saya benci mencapai kesuksesan 26. Setiap saya diberi tugas oleh orang lain selalu memberikan hasil yang memuaskan 27. Saya adalah orang yang senang melakukan introspeksi diri dengan harapan bisa mengembangkan diri lebih baik lagi 28. Saya adalah orang yang malas mengerjakan tugas sekolah
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
29. Saya bisa bekerjasama dengan orang lain dalam kegiatan sosial
SS
S
TS
STS
30. Saya selalu menolak mengikuti pelatihan apapun di sekolah
SS
S
TS
STS
31. Saya lebih suka berteman dengan orang kaya daripada orang yang kurang mampu
SS
S
TS
STS
32. Menurut saya kritikan orang lain untuk menjadi baik itu tidak penting 33. Dengan kondisi kulit yang hitam, saya malu jika berkumpul dengan teman-teman
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
Skala Konsep Diri (Uji Coba) Identitas Diri 1. Nama
:
2. Usia
:
3. Jenis kelamin : PETUNJUK Peneliti bermaksud meminta bantuan kepada Anda dengan mengisi penyataan mengenai konsep diri. Bacalah setiap penyataan dengan cermat, kemudian Anda dipersilahkan untuk memilih satu tanggapan untuk setiap nomor yang dianggap paling sesuai dengan keadaan diri Anda sendiri dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan yang disediakan yaitu: SS
: Bila Anda sangat setuju dengan pernyataan
S
: Bila Anda setuju dengan penyataan
TS
: Bila Anda tidak setuju degan pernyataan
STS
: Bila Anda sangat tidak setuju dengan pernyataan Karena skala ini bukan merupakan suatu tes, sehingga tidak ada tanggapan
yang salah, asalkan tanggapan tersebut cocok atau sesuai dengan diri Anda yang sebenarnya. Peneliti menjamin kerahasiaan identitas Anda dan jawaban Anda. Oleh karena itu kesungguhan dan kejujuran Anda sangat diharakan demi kualitas hasil penelitian ini, untuk itu peneliti menyampaikan terima kasih.
SELAMAT MENGERJAKAN. 1.
Saya selalu merasa dengan siapapun
nyaman berteman
SS
S
TS
STS
2.
Saya adalah orang yang pesimis bisa meraih cita-cita yang saya inginkan Saya adalah orang yang mampu mengatasi kecemasan diri saya ketika berbicara di depan orang banyak Saya adalah orang yang suka memilih-milih teman dalam bergaul
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
5.
Saya sering menerima pujian dari pengasuh panti tanpa rasa malu sedikitpun
SS
S
TS
STS
6.
Saya selalu berusaha memahami perasaan orang lain
SS
S
TS
STS
7.
Saya akan membenci orang yang memuji kelebihan diri saya
SS
S
TS
STS
Saya adalah orang yang senang melakukan introspeksi diri dengan harapan bisa mengembangkan diri lebih baik lagi 9. Saya lebih senang dengan kondisi yang sekarang tanpa adanya perubahan yang lebih baik 10. Ketika ada teman yang bercerita sedih saya malah tertawa
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
11. Saya adalah orang yang malas mengerjakan tugas sekolah
SS
S
TS
STS
12. Saya adalah orang yang tidak bisa menerima jika orang yang saya benci mencapai kesuksesan 13. Saya adalah orang yang selalu menghargai jerih payah orang lain
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
14. Saya akan marah jika ada orang yang mengkritik saya di depan orang lain
SS
S
TS
STS
15. Saya adalah orang yang selalu bersyukur atas kelebihan yang diberikan Allah
SS
S
TS
STS
16. Saya merasa malu jika ada orang yang memuji saya
SS
S
TS
STS
3.
4.
8.
17. Saya merasa minder apabila bergaul dengan teman yang lebih pintar
SS
S
TS
STS
18. Saya merasa tidak pantas jika berteman dengan orang kaya
SS
S
TS
STS
19. Jika saya merencanakan sesuatu, saya yakin dapat melaksanakannya
SS
S
TS
STS
20. Saya berpendapat bahwa saya bukan orang yang tegar dalam menghadapi setiap masalah 21. Saya adalah orang yang mempunyai rasa percaya diri tinggi
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
22. Saya adalah orang yang mudah putus asa walaupun dihadapkan masalah kecil
SS
S
TS
STS
23. Ketika saya mendapat pujian orang lain saya merasa tidak malu tetapi ada kepuasan tersendiri 24. Saya kurang percaya diri jika ada orang yang memberikan ucapan selamat atas keberhasilan saya 25. Saya adalah orang yang senang mengikuti pelatihan pengembangan diri
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
26. Saya merasa bahagia jika teman saya sedang berkabung
SS
S
TS
STS
27. Saya adalah orang yang mampu bersaing dalam mengikuti pertandingan sesuai dengan kemampuan saya 28. Saya selalu menjauh jika didekati orang yang miskin
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
29. Saya selalu menghargai jika ada teman yang sedang mengajak bicara
SS
S
TS
STS
30. Menurut saya kritikan orang lain untuk menjadi baik itu tidak penting
SS
S
TS
STS
31. Dalam berteman saya tidak membedabedakan status ekonomi
SS
S
TS
STS
32. Saya lebih suka berteman dengan orang kaya daripada orang yang kurang mampu 33. Saya tidak pernah memotong pembicaraan orang lain
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
34. Saya selalu menolak membantu menyelesaikan permasalahan teman saya
SS
S
TS
STS
35. Saya selalu menjaga tingkah laku agar teman-teman suka berteman dengan saya
SS
S
TS
STS
36. Saya merasa malu jika ada teman yang memuji ketekunan saya
SS
S
TS
STS
37. Saya adalah orang yang mampu melaksanakan tugas yang diberikan pengasuh panti asuhan dengan baik 38. Saya merasa takut jika ada ujian dadakan di sekolah
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
39. Saya adalah orang yang berani mengambil resiko dalam mengembangkan diri saya
SS
S
TS
STS
40. Saya acuh tak acuh jika ada teman yang bercerita tentang musibah yang dialaminya
SS
S
TS
STS
41. Saya adalah orang yang selalu optimis jika diberikan kesempatan
SS
S
TS
STS
42. Setiap saya diberi tugas oleh orang lain selalu memberikan hasil yang memuaskan
SS
S
TS
STS
43. Saya bisa bekerjasama dengan orang lain dalam kegiatan sosial
SS
S
TS
STS
44. Saya adalah orang yang bisa memberikan keputusan yang baik saat menyelesaikan masalah 45. Saya adalah orang yang sering mendapatkan pujian dari pengasuh panti asuhan
SS
S
TS
STS
SS
S
TS
STS
46. Saya tidak akan marah jika ada teman yang tidak setuju dengan pendapat saya
SS
S
TS
STS
47. Dengan kondisi kulit yang hitam, saya malu jika berkumpul dengan teman-teman
SS
S
TS
STS
48. Saya adalah orang yang tidak pantas dipuji
SS
S
TS
STS
49. Saya selalu menolak mengikuti pelatihan apapun di sekolah
SS
S
TS
STS
50. Saya adalah orang yang tidak mampu memahami gejolak emosi orang lain
SS
S
TS
STS
Skor Konsep Diri setiap Remaja pada Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen sebelum dan sesudah diberi perlakuan
No Subyek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kel.Kontrol T.Awal 72 81 74 74 79 78 57 67 79 73 85 77 73 77 85 75
No subyek T. Akhir 83 79 82 81 77 80 87 87 82 84 83 73 77 85 77 69
17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kel.Ekspe rimen T.Awal 90 85 79 106 96 82 85 89 79 80 87 86 73 82 90 84
T.Akhir 109 96 100 90 90 94 85 90 89 87 91 91 84 95 90 97
Analisis Data Pre-Test
Frequencies Statistics
N
Kontrol Pre-Test 16
Valid Missing
Eksperimen Pre-Test 16
0
0
Mean
75.38
85.81
Std. Error of Mean
1.695
1.918
Std. Deviation
6.781
7.670
Variance
45.983
58.829
Range
28
33
Minimum
57
73
Maximum Sum
85
106
1206
1373
Frequency Table Kontrol Pre-Test
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
57
1
6.3
6.3
6.3
67
1
6.3
6.3
12.5
72
1
6.3
6.3
18.8
73
2
12.5
12.5
31.3
74
2
12.5
12.5
43.8
75
1
6.3
6.3
50.0
77
2
12.5
12.5
62.5
78
1
6.3
6.3
68.8
79
2
12.5
12.5
81.3
81
1
6.3
6.3
87.5
85
2
12.5
12.5
100.0
16
100.0
100.0
Total
Eksperimen Pre-Test
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
73
1
6.3
6.3
6.3
79
2
12.5
12.5
18.8
80
1
6.3
6.3
25.0
82
2
12.5
12.5
37.5
84
1
6.3
6.3
43.8
85
2
12.5
12.5
56.3
86
1
6.3
6.3
62.5
87
1
6.3
6.3
68.8
89
1
6.3
6.3
75.0
90
2
12.5
12.5
87.5
96
1
6.3
6.3
93.8
106
1
6.3
6.3
100.0
Total
16
100.0
100.0
Histogram
Kontrol Pre-Test
6
5
Frequency
4
3
2
1 Mean = 75.38 Std. Dev. = 6.781 N = 16
0 55
60
65
70
75
Kontrol Pre-Test
80
85
Eksperimen Pre-Test
5
Frequency
4
3
2
1
Mean = 85.81 Std. Dev. = 7.67 N = 16
0 70
80
90
100
110
Eksperimen Pre-Test
Normalitas Tests Descriptive Statistics N
Mean
Std. Deviation
Minimum
Maximum
Kontrol Pre-Test
16
75.38
6.781
57
85
Eksperimen Pre-Test
16
85.81
7.670
73
106
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol Pre-Test N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Eksperimen Pre-Test
16
16
Mean
75.38
85.81
Std. Deviation
6.781
7.670
.184
.168
Absolute Positive
.109
.168
Negative
-.184
-.125
Kolmogorov-Smirnov Z
.737
.670
Asymp. Sig. (2-tailed)
.648
.760
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Analisis Data Pos-Test
Frequencies Statistics Kontrol Pos-Test N
Valid
Eksperimen Pos-Test
16
Missing
16
0
0
Mean
80.38
92.38
Std. Error of Mean
1.228
1.541
Std. Deviation
4.911
6.163
Variance
24.117
37.983
Range
18
25
Minimum
69
84
Maximum
87
109
1286
1478
Sum
Frequency Table Kontrol Pos-Test
Valid
Cumulative Percent 6.3
69 73
1
6.3
6.3
12.5
77
3
18.8
18.8
31.3
79
1
6.3
6.3
37.5
80
1
6.3
6.3
43.8
81
1
6.3
6.3
50.0
82
2
12.5
12.5
62.5
83
2
12.5
12.5
75.0
84
1
6.3
6.3
81.3
85
1
6.3
6.3
87.5 100.0
87 Total
Percent 6.3
Valid Percent 6.3
Frequency 1
2
12.5
12.5
16
100.0
100.0
Eksperimen Pos-Test
Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
84
1
6.3
6.3
6.3
85
1
6.3
6.3
12.5
87
1
6.3
6.3
18.8
89
1
6.3
6.3
25.0
90
4
25.0
25.0
50.0
91
2
12.5
12.5
62.5
94
1
6.3
6.3
68.8
95
1
6.3
6.3
75.0
96
1
6.3
6.3
81.3
97
1
6.3
6.3
87.5
100
1
6.3
6.3
93.8
109
1
6.3
6.3
100.0
Total
16
100.0
100.0
Histogram
Kontrol Pos-Test
5
Frequency
4
3
2
1
Mean = 80.38 Std. Dev. = 4.911 N = 16
0 69
72
75
78
81
Kontrol Pos-Test
84
87
Eksperimen Pos-Test
7
6
Frequency
5
4
3
2
1 Mean = 92.38 Std. Dev. = 6.163 N = 16
0 80
85
90
95
100
105
110
Eksperimen Pos-Test
Normalitas Tests Descriptive Statistics
Kontrol Pos-Test
N 16
Mean 80.38
Std. Deviation 4.911
Minimum 69
Maximum 87
Eksperimen Pos-Test
16
92.37
6.163
84
109
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Kontrol Pos-Test 16
Eksperimen Pos-Test 16
Mean
80.38
92.38
Std. Deviation
4.911
6.163
.130
.213
N Normal Parameters(a,b) Most Extreme Differences
Absolute Positive
.089
.213
Negative
-.130
-.104
Kolmogorov-Smirnov Z
.519
.853
Asymp. Sig. (2-tailed)
.951
.461
a Test distribution is Normal. b Calculated from data.
Deskripsi Data T-Test Kelompok Pretest One-Sample Statistics
N Pretest Eksperimen
16
Mean 85.81
Pretest Kontrol
16
75.38
Std. Deviation 7.670
Std. Error Mean 1.918
6.781
1.695
One-Sample Test Test Value = 0
Pretest Eksperimen Pretest Kontrol
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
95% Confidence Interval of the Difference
t
df
Lower
Upper
44.752
15
.000
85.813
81.73
89.90
44.462
15
.000
75.375
71.76
78.99
Kelompok Postest One-Sample Statistics
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
Postest Eksperimen
16
92.38
6.163
1.541
Postest Kontrol
16
80.38
4.911
1.228
One-Sample Test
Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Difference
Postest Eksperimen Postest Kontrol
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
t
df
Lower
59.954
15
.000
92.375
89.09
95.66
65.467
15
.000
80.375
77.76
82.99
T-Test Paired Samples Statistics
Pair 1 Pair 2
Eksperimen Pre-Test
Mean 85.81
N 16
Std. Deviation 7.670
Std. Error Mean 1.918
Eksperimen Pos-Test
92.38
16
6.163
1.541
Kontrol Pre-Test
75.38
16
6.781
1.695
Kontrol Pos-Test
80.38
16
4.911
1.228
Upper
Paired Samples Correlations N
Correlation
Sig.
Pair 1
Eksperimen Pre-Test & Eksperimen Pos-Test
16
.093
.731
Pair 2
Kontrol Pre-Test & Kontrol Pos-Test
16
-.425
.101
Paired Samples Test
Mean
Paired Differences Std. 95% Confidence Std. Error Interval of the Deviation Mean Difference Lower Upper
t
df
Sig. (2-tailed)
Pair 1
Eksperimen Pre-Test Eksperimen Pos-Test
-6.563
9.381
2.345
-11.561
-1.564
-2.798
15
.014
Pair 2
Kontrol Pre-Test Kontrol Pos-Test
-5.000
9.920
2.480
-10.286
.286
-2.016
15
.062
SURAT KETERANGAN Nomor: 30/ DH-MMH/V/2012 Pengasuh panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang menerangkan dengan sesungguhnya, bahwa: 1. Nama
: Rizkiyani
2. Nim
: 081111010
3. Fakultas
: Dakwah
4. Jurusan
: Bimbingan Penyuluhan Islam
Benar-benar telah melakukan penelitian di panti Asuhan Darul Hadlonah Semarang dalam rangka penulisan skripsi yang berjudul: “PENGARUH KONSELING KELOMPOK TERHADAP KONSEP DIRI REMAJA DI PANTI ASUHAN DARUL HADLONAH SEMARANG”. Surat keterangan ini di buat dan diberikan kepada yang bersangkutan untuk digunakan sebagaimana mestinya. Kemudian pihak-pihak yang berkepentingan harap menjadikan maklum adanya.
Semarang, 10 Juni 2012
Kepala Pengasuh
Ibu Diah Sri Mulyati
Reliability Case Processing Summary N Cases
Valid a
Excluded Total
% 32
100.0
0
.0
32
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items .815
50
Item Statistics Mean
Std. Deviation
N
VAR00001
3.0938
.77707
32
VAR00002
2.7500
.91581
32
VAR00003
2.5625
.75935
32
VAR00004
3.3125
.73780
32
VAR00005
2.1875
.73780
32
VAR00006
2.9062
.81752
32
VAR00007
3.0312
.69488
32
VAR00008
3.3125
.53506
32
VAR00009
3.1250
.87067
32
VAR00010
3.6875
.47093
32
VAR00011
3.1562
.62782
32
VAR00012
3.2188
.87009
32
VAR00013
3.2188
.42001
32
VAR00014
2.7812
.83219
32
VAR00015
3.5000
.62217
32
VAR00016
2.2188
.60824
32
VAR00017
2.3750
.83280
32
VAR00018
2.7812
.87009
32
VAR00019
2.9688
.59484
32
VAR00020
2.5312
.84183
32
VAR00021
2.4062
.83702
32
1
VAR00022
3.1562
.67725
32
VAR00023
2.2812
.63421
32
VAR00024
2.6250
.60907
32
VAR00025
3.1250
.60907
32
VAR00026
3.0625
1.13415
32
VAR00027
2.7812
.79248
32
VAR00028
3.8438
.36890
32
VAR00029
3.5000
.50800
32
VAR00030
3.6250
.55358
32
VAR00031
3.4688
.71772
32
VAR00032
3.8438
.36890
32
VAR00033
2.7812
.65915
32
VAR00034
3.4062
.55992
32
VAR00035
3.1250
.65991
32
VAR00036
2.3125
.64446
32
VAR00037
2.7500
.71842
32
VAR00038
2.5000
.71842
32
VAR00039
2.8750
.87067
32
VAR00040
3.2500
.80322
32
VAR00041
3.1250
.87067
32
VAR00042
2.6875
.59229
32
VAR00043
3.1875
.39656
32
VAR00044
2.8438
.76662
32
VAR00045
2.0625
.87759
32
VAR00046
3.1250
.70711
32
VAR00047
3.4375
.66901
32
VAR00048
2.2500
.84242
32
VAR00049
3.3750
.60907
32
VAR00050
2.7500
.71842
32
2
Item-Total Statistics Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Corrected ItemItem Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Deleted
VAR00001
145.1875
129.512
-.155
.824
VAR00002
145.5312
123.096
.169
.816
VAR00003
145.7188
123.370
.203
.814
VAR00004
144.9688
124.741
.126
.816
VAR00005
146.0938
121.636
.319
.811
VAR00006
145.3750
123.532
.174
.815
VAR00007
145.2500
124.968
.124
.816
VAR00008
144.9688
120.612
.551
.807
VAR00009
145.1562
121.362
.274
.812
VAR00010
144.5938
122.636
.433
.810
VAR00011
145.1250
122.758
.303
.811
VAR00012
145.0625
115.028
.621
.800
VAR00013
145.0625
123.802
.363
.811
VAR00014
145.5000
126.645
.002
.820
VAR00015
144.7812
120.047
.509
.807
VAR00016
146.0625
129.093
-.151
.821
VAR00017
145.9062
128.281
-.085
.823
VAR00018
145.5000
118.452
.431
.807
VAR00019
145.3125
121.964
.385
.810
VAR00020
145.7500
117.290
.514
.804
VAR00021
145.8750
118.952
.423
.807
VAR00022
145.1250
119.726
.485
.807
VAR00023
146.0000
127.935
-.067
.820
VAR00024
145.6562
123.588
.252
.813
VAR00025
145.1562
123.555
.254
.812
VAR00026
145.2188
123.209
.114
.819
VAR00027
145.5000
122.258
.256
.812
VAR00028
144.4375
123.996
.394
.811
VAR00029
144.7812
122.628
.399
.810
VAR00030
144.6562
121.072
.492
.808
VAR00031
144.8125
122.802
.255
.812
VAR00032
144.4375
124.964
.275
.813
3
VAR00033
145.5000
120.774
.425
.808
VAR00034
144.8750
122.887
.336
.811
VAR00035
145.1562
125.297
.111
.816
VAR00036
145.9688
130.676
-.253
.824
VAR00037
145.5312
122.386
.281
.812
VAR00038
145.7812
123.918
.184
.814
VAR00039
145.4062
120.701
.309
.811
VAR00040
145.0312
122.934
.213
.814
VAR00041
145.1562
120.201
.336
.810
VAR00042
145.5938
122.636
.334
.811
VAR00043
145.0938
123.249
.450
.810
VAR00044
145.4375
118.190
.516
.805
VAR00045
146.2188
121.467
.265
.812
VAR00046
145.1562
124.330
.161
.815
VAR00047
144.8438
119.426
.513
.806
VAR00048
146.0312
123.128
.189
.815
VAR00049
144.9062
122.926
.302
.811
VAR00050
145.5312
120.709
.389
.809
4
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama
: Rizkiyani
Nim
: 081111010
Tempat/tgl lahir
: Batang, 12 Agustus 1988
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
: Jalan Labuhan 1 no.166 pekalongan utara
Program Studi
: S.1
Fakultas
: Dakwah
Jurusan
: Bimbingan Penyuluhan Islam
Pendidikan 1. SDN Degayu 02 Pekalongan, lulus tahun 2000/2001 2. SMP AL-Irsyad Pekalongan, lulus tahun 2003/2004 3. MAN 02 Pekalongan, lulus tahun 2006/2007 4. IAIN Walisongo Semarang, lulus tahun 2012