Studi Evaluasi Jaringan Irigasi Air Tanah di Desa Panggungsari Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Muhammad Arifudin Nugraha1, Rini Wahyu Sayekti2, Riyanto Haribowo2 1) Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Pengairan Universitas Brawijaya 2) Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Teknik Pengairan Universitas Brawijaya-Malang, Jawa Timur, Indonesia Jln.MT.Haryono 167 Malang 65145 Indonesia e-mail:
[email protected] ABSTRAK Desa Panggungsari merupakan salah satu desa di Kabupaten Trenggalek. Peningkatan permintaan air yang berkecukupan dengan kualitas yang memadai saat ini semakin meningkat. Luas sawah pada SDTG 568 yang mengalami gagal panen sebesar 10 %. Studi ini bertujuan untuk mendapatkan jaringan distibusi air irigasi yang mampu melayani kebutuhan air tanaman yang merata untuk daerah oncoran SDTG 568. Kondisi Eksisting yang kurang efektif akan dievaluasi dengan 2 alternatif, yaitu dengan pola tatatanam yang berbeda. Pada kondisi eksisting sistem pembagian air belum berjalan sehingga kurang efektif sistem pembagian air akan dibuat menjadi pembagian rotasi 5 blok pada semua alternatif. Kebutuhan irigasi NFR sebesar 1,670 lt/det. Keuntungan hasil produksi pada kondisi eksisting sebesar Rp 4.625.963.000,00, pada alternatif 1 menghasilkan keuntungan sebesar Rp 4.833.570.000,00 dan alternatif 2 menghasilkan keuntungan sebesar Rp 4.822.650.000,00. Dengan demikian diambil pola tatatanam alternatif 1 yaitu padi – jagung – jagung. Kondisi fisik bangunan mulai ada perubahan. Harus ada perawatan yang rutin untuk mengontrol semua bangunan, sehingga saat pengoprasian tidak mengalami hambatan. Kata kunci: kekeringan,air, jaringan distribusi, hasil produksi, kondisi fisik ABSTRACT Panggungsari Village is one of the villages in Trenggalek Regency. Increased demand for adequate water with adequate quality is now increasing. Wetland area on SDTG 568 which suffered crop failure of 10%. This study aims to obtain a network of irrigation water distribution capable of serving the needs of evenly distributed water for SDTG 568 oncoran region. Existing conditions that are less effective will be evaluated by 2 alternatives, ie with different planting system patterns. Under existing conditions the water distribution system has not run so the less effective the water distribution system will be made into 5 blocks of rotation on all alternatives. NFR irrigation requirement of 1,670 lt / sec. The profit of the production in the existing condition amounted to Rp 4.625.963.000,00, on alternative 1 to generate a profit of Rp 4.833.570.000,00 and alternative 2 to generate profits of Rp 4.822.650.000,00. Thus taken the pattern of an alternative planting system ie rice - corn - corn. The physical condition of the building began to change. There should be a routine maintenance to control all the buildings, so when the operation does not experience obstacles. Keywords: drought, water,distribution network, result of production, physical condition
1.
PENDAHULUAN Pengelolaan irigasi air tanah dengan sumber dari sumur pompa adalah cara dan teknik penggunaan. Hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan produksi pangan yang dihasilkan oleh sawah disaat musim penghujan dan musim kemarau, atau daerah yang masih mengandalkan sumber air tadah hujan walaupun jumlah ketersediaan air tanah sangat banyak. Peningkatan permintaan air yang berkecukupan dengan kualitas yang memadai saat ini semakin meningkat, dilain pihak semakin terkendala oleh ancaman pencemaran dan perusakan lingkungan Area sawah di Desa Panggungsari adalah sawah tadah hujan. Adanya curah hujan yang tidak menentu maka petani hanya dapat memakai 3 kali pola tata tanam yaitu padi, padi dan palawija, palawija tetapi pada saat padi kedua air sudah mulai habis. Palawija yang ditanam merupakan palawija yang tidak memerlukan banyak air yaitu kacang tanah atau jagung. Hal ini mengakibatkan banyaknya kerugian yang diderita oleh para petani. Sejak tahun 2013 sudah dibangun sumur bor oleh P2AT Jawa Timur. Masyarakat pengguna sumur bor hanya mematok sumur bor mengeluarkan debit yang besar, tetapi tidak dihitung bahwa debitnya mencukupi daerah oncoran yang direncanakan. Debit maksimal yang dikeluarkan oleh sumur bor sebesar 30,57 lt/det. Adapun tujuan dari studi ini adalah 1. Mengevaluasi debit optimum sumur bor SDTG 568. 2. Mengevaluasi kebutuhan air irigasi eksisting untuk daerah oncoran 3. Mengevaluasi sistem pembagian air 4. Mengevaluasi keuntungan yang didapatkan pada sawah yang dialiri sumur bor 5. Mengevaluasi kondisi fisik jaringan irigasi air tanah sumur bor 6. Mengetahui hasil evaluasi jaringan irigasi air tanah untuk daerah oncoran Manfaat dari studi ini adalah membantu dan memberi masukan kepada petani atau pemilik sawah tentang irigasi
sumur pompa, memberi masukan untuk meningkatkan air irigasi pertanian, mengoptimalkan hasil pertanian tiap petak sawah, memberikan informasi terkait tata cara pembagian air. memperbaiki sistem jaringan irigasi air tanah. 2. METODOLOGI 2.1. Analisa Debit Optimum Sumur 1. Data pemompaan dievaluasi dengan metode uji sumur muka air bertahap (step drawdown test) untuk mendapatkan persamaan garis Sw = BQ + CQ2. 2. Gambar persamaan garis tersebut pada kertas grafik, dengan memasukkan nilai Q sebagai absis (x) dan nilai Sw sebagai ordinat (y). 3. Hitung kapasitas maksimum sumur atau debit maksimum (Qmaks) dengan persamaan Huisman sebagai berikut: √ Qmaks =2π x rw x D x ( ) (2-2) dimana: Qmaks =debit maksimum (m3/det) rw =jari-jari konstruksi sumur (m) D =tebal akuifer (m) K =koefisien kelulusan air (m/det) 4. Hubungkan titik kapasitas maksimum (Qmaks) dengan penurunan muka air (Swmaks) sehingga berupa garis lurus yang berpotongan dengan gambaran persamaan (2-2). Dari titik potong di atas didapat harga kapasitas optimum (Qopt) dan penurunan muka air optimum (Swopt)..
2.2. Evapotraspirasi Potensial ET0 berdasarkan rumus Penman yang telah disederhanakan adalah sebagai berikut (Suhardjono, 1994)
Y = ax + b Swmaks
Sw (m)
Swopt
Qopt Qmaks Q (m3/dt)
Gambar 1 Evaluasi Uji Surut Bertahap Metode Grafis Sichard Tabel 1 Harga K (Koefisien Kelulusan Air) Dari Berbagai Batuan (Moris dan Johnson 1976) Macam Batuan
K (m/hari) 450 270 150 45 12
Kerikil Kerikil menengah Kerikil kasar Pasir kasar Pasir menengah Pasir halus Batu pasir menengah Batu pasir halus Silt Lempung Batu gamping Dolomit
2,5 3,1 0,2 0,08 0,0002 0,94 0,001
Sumber: (Bisri, 1991:119)
Tabel 2 Harga K (Koefisien Kelulusan Air) Dari Berbagai Batuan
Tabel 3 Klasifikasi Sumur Berdasarkan Faktor Development(Fd) Menurut Bierschenk Faktor Development (Fd) (Hari/m3)
Kelas
< 0,1 0,1 - 0,5 0,5 - 1,0 > 1,0
Sangat Baik Baik Sedang Jelek
Sumber: (Bisri, 1991:111)
ET0 = c x ET0* ETO* = W (0,75 Rs – Rn1) + ( 1 – W). f(n). (ea – ed) Dengan : W = faktor yang berhubungan dengan suhu dan elevasi Rs = radiasi gelombang pendek, dalam satuan evaporasi ekivalen (mm/hr) Rs = (0,25 + 0,54 n/N) Ra Ra = radiasi gelomban pendek yang memenuhi batas luar atmosfir (mm/hari) Rn1 = radiasi bersih gelombang panjang (mm/hari) Rn1 = f(t). f(ed).f(n/N) f(t) = fungsi suhu f(t) = .Ta 4 f(ed) = fungsi tekanan uap f(ed) = 0,34 – (0,44.ed 0,5) f(n/N) = fungsi kecerahan f(n/N) = 0,1 + (0,9 n/N) f(U) = fungsi kecepatan angin pada ketinggian 2 meter (m/det) f(U) = 0,27 ( 1 + 0,864 U) (ea–ed)= perbedaan tekanan uap jenuh dengan tekanan uap yang sebenarnya ed = ea . Rh a = tekanan uap sebenarnya yang besarnya berhubungan dengan t Rh = kelembaban udara relatif (%) Setelah harga ET0* didapat maka besar harga evapotranspirasi potensial (ET0) dapat dibilang dengan rumus berikut (Suhardjono, 1994) : ET0 = c x ET0* Dengan : c = angka koreksi Penman yang besarnyamempertimbangkan perbedaan cuaca.
Tabel 4 Besar Nilai Angot (Ra) Untuk Daerah Indonesia Antara 50 LU Sampai 100 LS dalam mm/hr
2.3. Penyiapan Lahan Untuk menghitung kebutuhan air selama masa penyiapan lahan, digunakan metode yang dikembangkan oleh Van de Goor dan Zijlstra. Metode tersebut didasarkan pada laju air konstan dalam lt/dt selama periode penyiapan lahan dan menghasilkan rumus sebagai berikut (Anonim, 1986:160): IR =
Mx
M =
Eo + P
K
Mx
=
-
Tabel 5 Angka Koreksi Bulan
Angka Koreksi (c) BlaneyCriddle
Radiasi
0.80 0.80 Januari 0.80 0.80 Februari 0.75 0.75 Maret 0.75 0.75 April 0.70 0.70 Mei 0.70 0.70 Juni 0.75 0.75 Juli 0.75 0.75 Agustus 0.80 0.80 September 0.80 0.80 Oktober 0.83 0.83 November 0.83 0.83 Desember Sumber: (Suhardjono, 1994:55)
Penman 1.10 1.10 1.00 0.90 0.90 0.90 0.90 1.00 1.10 1.10 1.10 1.10
Tabel 6 Hubungan Suhui (t) dengan nilai ea, W dan f(t)
dimana: IR
= kebutuhan air irigasi selama penyiapan lahan (mm/hr) M = kebutuhan air pengganti kehilangan akibat evaporasi dan perkolasidi sawah yang telah dijenuhkan (mm/hr) Eo = evaporasi air terbuka (diambil 1,1 x ETo) (mm/hr) P = perkolasi (mm/hr) T = jangka waktu penyiapan lahan (hari) S = kebutuhan air untuk penjenuhan (mm) Tabel 7 Kebutuhan Air Irigasi Untuk Penyiapan Lahan
2.4. Curah Hujan Efektif Nilai curah hujan efektif untuk masingmasing tanaman adalah sebagai berikut (Anonim, 1986:10): 1. Untuk tanaman padi, curah hujan efektif ditentukan sebesar 70% dari curah hujan 15 harian yang terlampaui 80% dari waktu dalam periode tersebut. Dirumuskan sebagai berikut: Re = 0,7 x R80 2. Untuk tanaman palawija, curah hujan efektif adalah 50% dari curah hujan bulanan. Dirumuskan sebagai berikut: Re = R50 dimana: Re = curah hujan efektif (mm) R80 = curah hujan rancangan dengan probabilitas 80% (mm) R50 = curah hujan rancangan dengan probabilitas 50% (mm)
NFR CT
= Kebutuhan air bersih = Kebutuhan air untuk tanaman (mm/hari) = curah hujan efektif (mm/hari)
Reff
Tahapan pengerjaan studi ini dapat dilihat pada diagram alir berikut:
(2-26)
(2-27)
2.5. Kebutuhan Air Irigasi Kebutuhan air irigasi pada tanah pertanian untuk satu unit luasan dinyatakan dalam rumus sebagai berikut : NFR = Cu + Pd + P + PLA – Re Dengan : NFR = Kebutuhan air bersih tanaman (mm) Cu = Penggunaan konsumtif tanaman (mm) P =Kehilangan akibat perkolasi (mm/ hari) Pd =Kebutuhan air untuk pengolahan tanah (mm) PLA=Kebutuhan air untuk pergantian lapisan air (mm) Re = curah hujan efektif (mm)
Dengan : IRpadi =Kebutuhan air irigasi untuk tanaman padi IRpalawija =Kebutuhan air irigasi untuk tanaman palawija A = Luas lahan (ha)
Gambar 2 Diagram Alir Penyelesaian Skripsi 3. Hasil dan Pembahasan 3.1. Pengujian Akuifer Tabel 8 Data Pumping Test Tahap Uji
Q (lt/det)
Q (m3/det)
Sw (m)
I
14,05
0,01405
1,56
II
23,79
0,02379
2,65
III
30,57
0,03057
3,72
Ketebalan akuifer (D) = 32 m Jari-jari sumur (rw) = 6 inch =15,24 cm =0,1524 m
Debit pemompaan
= 30,57 lt/dt = 2641,248m3/hari
Gambar 4 Grafik Hubungan Q dan Sw/Q
Gambar 3 Jenis aliran Dari hasil plotting dip rol h nilai ΔS = 0,66 m, dengan debit pemompaan (Q) = 30,57 lt/det = 2641,248 m3/hari, maka diperoleh :
Dari di atas dapat diketahui nilai koefisien aquifer loss (B) adalah 123,7,9 det/m2. Sedangkan untuk mencari nilai koefisien well loss (C) adalah 3195. Sehingga faktor development (Fd) adalah sebagai berikut: Fd =
x 100
=
Diketahui D = 32 m, sehingga besarnya koefisien kelulusan adalah :
= 0,000265 m/det
x 100 2 , = 2582,862 det/m3 = 0,029894 hari/m3 Berdasarkan hasil faktor development (Fd) sumur SDTG – 568 merupakan sumur dengan kondisi yang sangat baik 3.3. Debit Optimum Sumur Tabel 10 Nilai Sw
Dari analisa di atas dapat terlihat bahwa macam batuan dari akuifer tersebut adalah pasiran dengan sifat kelulusan air yang rendah 3.2. Pengujian Sumur B (dt/m2)
C (dt /m5)
123,7
3195
2
BQ (mete r) 1,738
CQ2 (meter)
Sw (meter)
0,631
2,369
2,943
1,808
4,751
3,782
2,986
6,767
Tabel 9 Perhitungan Q/Sw dan Sw/Q
Gambar 5 Grafik Q Optimum dan Sw Optimum
Dari grafik di atas didapatkan debit optimum (Qoptimum) sumur SDTG – 568 adalah 0,020 m3/det dan penurunan muka air optimum (Swoptimum) adalah 3,0 m. debit sumur didapat Q = 20 lt/det.
Untuk kondisi eksisting sumur SDTG – 568 untuk mengairi lahan pertanian seluas 54,6 ha,sementara di lapangan luas layanan irigasi pada bulan April didapat luas layanan 53,723 ha
3.4. Kebutuhan Air Irigasi Tabel 11 Kebutuhan Air Irigasi NFR
Pada alternatif 1 sumur SDTG – 568 direncanakan untuk mengairi lahan pertanian seluas 54,6 ha,sementara dari hasil perhitungan luas layanan irigasi pada bulan April didapat luas layanan 68,1429 ha
Bulan
Periode
Kebutuhan Air Irigasi Eksisting (lt/dt/ha)
Kebutuhan Air Irigasi Alt 1 (lt/dt/ha)
Kebutuhan Air Irigasi Alt 2 (lt/dt/ha)
I
1,670
1,670
1,670
November
II
1,162
1,162
1,684
III
0,881
0,881
0,881
Desember
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
I
0,762
0,762
0,762
II
0,711
0,711
0,711
III
0,596
0,596
0,596
I
0,375
0,375
0,375
II
0,635
0,635
0,635
III
0,221
0,221
0,221
I
0,672
0,662
0,138
II
0,697
0,668
0,000
III
1,121
1,072
0,000
I
0,757
0,811
0,000
II
0,610
0,573
0,000
III
0,353
0,290
0,000
I
0,279
0,220
0,000
II
0,295
0,308
0,000
III
0,520
0,433
0,214
I
0,547
0,484
0,210
II
0,315
0,305
0,000
III
0,279
0,309
0,000
I
0,229
0,225
0,000
II
0,198
0,158
0,073
III
0,003
0,019
0,000
I
0,020
0,020
0,020
II
0,000
0,000
0,000
III
0,099
0,099
0,099
I
0,351
0,351
0,351
II
0,436
0,436
0,436
III September
Oktober
0,470
0,470
Pada alternatif sumur SDTG – 568 direncanakan untuk mengairi lahan pertanian seluas 54,6 ha,sementara dari hasil perhitungan luas layanan irigasi pada bulan April tidak adalah 0 atau tidak membutuhkan air Tabel 12 Pembagian Air Irigasi Bulan
November
Desember
Januari
Februari
Maret
0,470
I
0,575
0,575
0,575
II
0,515
0,515
0,515
III
0,470
0,470
0,470
I
0,731
0,731
0,731
II
1,049
1,049
0,501
III
1,635
1,635
1,635
April
Mei
Juni
Kebutuhan Air Irigasi Alt 1 (lt/dt/ha)
Kebutuhan Air Irigasi Alt 2 (lt/dt/ha)
Periode
Kebutuhan Air Irigasi Eksisting (lt/dt/ha)
I
Rotasi
Rotasi
Rotasi
II
Rotasi
Rotasi
Rotasi
III
Rotasi
Rotasi
Rotasi
I
Rotasi
Rotasi
Rotasi
II
Rotasi
Rotasi
Rotasi
III
Rotasi
Rotasi
Rotasi
I
Rotasi
Rotasi
Rotasi
II
Rotasi
Rotasi
Rotasi
III
Menerus
Menerus
Menerus
I
Rotasi
Rotasi
Menerus
II
Rotasi
Rotasi
Menerus
III
Rotasi
Rotasi
Menerus
I
Rotasi
Rotasi
Menerus
II
Rotasi
Rotasi
Menerus
III
Rotasi
Rotasi
Menerus
I
Rotasi
Menerus
Menerus
II
Rotasi
Rotasi
Menerus
III
Rotasi
Rotasi
menerus
I
Rotasi
Rotasi
menerus
II
Rotasi
Rotasi
menerus
III
Rotasi
Rotasi
menerus
I
Menerus
Menerus
Menerus
II
Menerus
Menerus
Menerus
III
Menerus
Menerus
Menerus
Bulan
Juli
Agustus
September
Oktober
Periode
Kebutuhan Air Irigasi Eksisting (lt/dt/ha)
Kebutuhan Air Irigasi Alt 1 (lt/dt/ha)
Kebutuhan Air Irigasi Alt 2 (lt/dt/ha)
I
Menerus
Menerus
Menerus
II
Menerus
Rotasi
Rotasi
III
Menerus
Menerus
Menerus
I
Rotasi
Rotasi
Rotasi
II
Rotasi
Rotasi
Rotasi
III
Rotasi
Rotasi
Rotasi
I
Rotasi
Rotasi
Rotasi
II
Rotasi
Rotasi
Rotasi
III
Rotasi
Rotasi
Rotasi
I
Rotasi
Rotasi
Rotasi
II
Rotasi
Rotasi
Rotasi
III
Rotasi
Rotasi
Rotasi
Tabel 13 Rekapitulasi Pembagian Air No Pola Keterangan Pemberian Air 1
2
Eksisting
Rotasi
Air
acak
merata
Perhitungan Rotasi Alt 1
No.
Musim Tanam
1
I
(Rp) 1.867.320.000
(Rp) 285.250.000
Keuntungan Bersih Produksi (Rp) 1.582.070.000
2
II
1.893.360.000
285.250.000
1.418.774.000
3
III
1.911.000.000
285.250.000
1.625.750.000
5.671.680.000
855.750.000
4.625.963.000
Dengan
Total
jam
Keuntungan Produksi
Biaya Produksi
Tabel 16 Hasil produksi alternatif 1 No.
Musim Tanam
periode 10 pembagian
1
I
hari
2
II
Perhitungan Rotasi Alt 2
3 Obat-obatan - Luas tanaman 54,6 Ha - Hasil Produksi padi 9 Ton/ha - Hasil Produksi jagung 7 Ton/ha - Harga jual padi per Ton per tahun 2016= Rp 3.800.000 - Harga jual jagung per Ton per tahun 2016= Rp 5.000.000 Tabel 15 Hasil Produksi Eksisting
periode 10 pembagian hari
3
tidak
3.5. Keuntungan Hasil Produksi Eksisting Tabel 14 Biaya produksi Padi Palawija No. Keterangan Total Total (Rp) (Rp) 1 Benih / bibit 7 juta 7 juta 2 Pupuk
Dengan
jam
3
Untuk Kondisi Eksisting pembagian air dengan rotasi masih tidak cukup untuk mengairi sawah seluas 54,6 Ha karena belum ada sistem pembagian air sehingga air tidak merata. Untuk alternatif 1 dan 2 dibuat sistem rotasi dengan pembagian 5 blok. Pada alternatif 2 memakai pola tatatanam padi – padi 25 % dan palawija 75 % - Palawija, banyak menggunakan rotasi untuk tiap periodenya, sedangkan alternatif 3 yang menggunakan pola tatatanam padi – palawija – palawija memakai lebih sedikit sistem rotasi. Sehingga bisa dipilih alternatif 3.
III Total
(Rp) 285.250.000
Keuntungan Bersih Produksi (Rp) 1.582.070.000
1.911.000.000
285.250.000
1.625.750.000
1.911.000.000
285.250.000
1.625.750.000
5.689.320.000
855.750.000
4.833.570.000
Keuntungan Produksi (Rp) 1.867.320.000
Biaya Produksi
Tabel 17 Hasil produksi alternatif 2 No.
Musim Tanam
1
I
2
II
3
III Total
(Rp) 285.250.000
Keuntungan Bersih Produksi (Rp) 1.582.070.000
1.900.080.000
285.250.000
1.614.830.000
1.911.000.000
285.250.000
1.625.750.000
5.678.400.000
855.750.000
4.822.650.000
Keuntungan Produksi (Rp) 1.867.320.000
Biaya Produksi
Tabel 18 Rekapitulasi Hasil produksi Total Produksi Total (Ton) Padi
keuntungan bersih
Jagung
Eksisting
76,65 87,15
4.625.963.000
Alternatif 1
68,25 95,55
4.833.570.000
Alternatif 2
54,6
4.822.650.000
109,2
Dari perhitungan keuntungan bersih produksi Eksisting sebesar Rp 4.625.963.000 dikarenakan pada kondisi eksisting sawah mengalami kekeringan dan mengalami gagal panen sebesar 10 %. Sedangkan keuntungan pada pola tatatanam alternatif 1 sebesar 4.833.570.000 dan keuntungan pada pola tatatanam alternatif 2 sebesar 4.822.650.000. Dengan demikian bisa diambil pola tatatanam alternatif 2 yaitu padi – jagung – Jagung 3.6. Kondisi Fisik Jaringan Irigasi Air Tanah Tabel 19 Pembagian Air Irigasi No
1
Nama
Kondisi
Bagian
Bangunan
Skema
Kurang baik
Jaringan
Keterangan
Perlu sistem yang baik
Irigasi 2
Inlet
Baik
-
3
Outlet
Baik
-
4
Air Valve
Kurang baik
Perlu adanya perawatan
5
Thompson
Kurang baik
Perlu adanya perawatan
Dengan berjalannya waktu kondisi fisik bangunan mulai ada perubahan, kurangnya perawatan membuat sebagian bangunan kurang baik. Harus ada perawatn yang rutin untuk mengontrol semua bangunan pengairan yang ada di daerah oncoran sumur SDTG 568.
4.
KESIMPULAN Dari analisa dan perhitungan yang sudah dilakukan pada bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan atas pertanyaan, sebagai berikut : 1. Besar debit optimum Sumur SDTG – 568 di Desa Panggungsari, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek adalah 0,020 m3/det. Debit tersebut didapat dari hasil perhitungan pengujian sumur dan selanjutnya debit optimum sumur digunakan pada analisa selanjutnya. 2. Perhitungan nilai kebutuhan air irigasi di sawah (NFR) pada studi ini menggunakan pola tata tanam dengan metode water balance.dari hasil perhitungan kedua alternatif tersebut didapat nilai kebutuhan air irigasiyaitu sebesar 1,670 lt/det/ha. Dan selanjutnya dihitung pola pemberian airnya. 3. Pola pemberian air dengan debit optimum sumur sebesar 0,020 m3/det tidak mampu melayani luas 54,6 ha secara menerus maka akan dievaluasi pola tatatanamnya dan system pemberian airnya 4. Dengan luas layanan sumur 54,6 ha dan debit optimum 0,020 m3/det, sistem pemberian air yang sesuai didasarkan padahasil analisa kebutuhan airdan air yang tersedia pada kedua alternatif adalah sistem pemberian air rotasi atau giliran. 5. Dengan kondisi pola tata tanam eksisting, alternative 1, dan alternative 2 dianalisa kebutuhan air irigasi dan sistem pemberian airnya, makapola tanam tersebut didapatkan keuntungan pada hasil produksi. Dengan keuntungan hasil produksi per tahun : Eksisting = Rp4.625.963.000, Alternatif 1 = Rp 4.833.570.000, Alternatif 2 = Rp4.822.650.000,Sehingga dari keuntungan hasil produksi didapatkan hasil keuntungan yang maksimal kepada para petani menggunakan pola tatatanam
6.
alternative 1 dan kebutuhan air irigasinya dapat terpenuhi melalui sistem pemberian air rotasi 5 blok. Kondisi fisik bangunan irigasi sebagian kurang baik tetapi masih bisa berfungsi secara normal sehingga diperlukan adanya perawatan yang rutin agar kondisi tetap baik.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1986. KriteriaPerencanaan Irigasi Bagian Jaringan Irigasi (KP01). Bandung : Galang Persada. Anonim. 2010. Teori Dasar Irigasi. http://www.google.co.id/jeisenpailala h.Wordpress.com/2010/12/20/teoridasar-irigasi diakses pada 19 Oktober 2015 Anonim. www.trenggalekkab.go.id diakses pada 19 Oktober 2015 Anonim. 2004. Undang Undang Republik Indonesia No. 7 Tahun 2004 Anonim. 2006. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun 2006 Emmawan H, D. Santoso, H. Sumarni, dan H. Istanto. 2009. Kriteria Pengembangan dan Pengelolaan Irigasi Air Tanah. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air Direktorat Irigasi Fakultas Teknik Universitas Brawijaya, 2008. Panduan Penulisan Skripsi. Malang : Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Pabundu, M. 1990. Pengelolaan Irigasi Sumur Pompa. Jakarta : Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Priantoro, D. 1991. Hidraulika Saluran Tertutup. Malang : Fakultas Teknik Universitas Brawijaya. Sosrodarsono, dan S. K. Takeda. 1980. Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta : Pradnya Pramitha. Triadmodjo, B. 1993. Jakarta
Hidraulika II.