STUDI EMISI KARBONDIOKSIDA (CO2) DAN METANA (CH4) DARI KEGIATAN REDUKSI SAMPAH DIWILAYAH SURABAYA BAGIAN SELATAN STUDY OF CARBON DIOXIDE (CO2) AND METHANE (CH4) EMISSION FROM SOLID WASTE REDUCTION IN SOUTHERN SURABAYA Chrismalia Hapsari1, Susi Agustina Wilujeng2 Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Sepuluh November, Kampus ITS- Sukolilo,Surabaya, 60111 Email :
[email protected],
[email protected]
Abstrak Sampah adalah salah satu sektor dari aktivitas manusia yang berkonstribusi dalam pemanasan global. Sampah yang tertimbun akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas-gas yang menyebar di udara. Gas yang paling banyak dihasilkan dari proses degradasi sampah organik yaitu gas metana (CH 4) dan karbon dioksida (CO2). Metodologi pada penelitian ini dengan menyebarkan kuisioner kepada 100 responden, pengukuran dan pengambilan timbulan dan komposisi sampah. Selanjutnya dilakukan pengolahan data menggunakan program minitab dan SPSS untuk mengetahui faktor perilaku masyarakat yang mempengaruhi dalam kegiatan reduksi sampah. Untuk mengetahui emisi yang dihasilkan dari sampah dan kegiatan reduksi sampah menggunakan IPCC dan US-EPA. Emisi karbondioksida (CO2) dan metana (CH4) dari sampah di Surabaya bagian selatan tanpa upaya reduksi sampah adalah 207.888,26 MTCO 2E/tahun dan 1.447.349,41 MTCO2E CH4/tahun. Kegiatan reduksi sampah menyimpan emisi karbondioksida sebanyak 19.892,99 MTCO2E/tahun (9,56%). Emisi metana yang dihasilkan dari komposting sampah adalah 8,12 MTCO 2E CH4/tahun atau 0,00056% metana yang terlepas diudara. Faktor kepemilikan fasilitas penunjang untuk melakukan pengelolaan sampah adalah faktor yang paling dominan mempengaruhi masyarakat untuk melakukan reduksi sampah. Kata kunci : Emisi, karbondioksida, metana, reduksi, sampah Abstract Solid waste is one of the result sector from human activities that contributed to global warming. Solid waste accumulated within a time period will decompose and produce gases that spread in the air, most gas produced from organic waste degradation process is methane (CH4) and carbon dioxide (CO2). Methodology from this study distributed questionnaires to 100 respondents. Measured and retrieved solid waste compositions then performed using Minitab and SPSS to determine the factors that influence people’s behavior in waste reduction activities. And to find out the emissions produced from the waste in South Surabaya and the emission of waste reduction activities are processed using the IPCC and U.S-EPA. Emissions of carbon dioxide (CO2) and methane (CH4) from the solid waste in the southern part of Surabaya without waste reduction effort 207,888.26 MTCO2E/year and 1,447,349.41 MTCO2E CH4/year. From the waste reduction efforts, can reduce emissions of carbon dioxide 19.892,99 MTCO2E/year (9,56%). Whereas, emissions of methane from composting was 8,12 MTCO2E CH4/year (0,00056%) released into the air. Ownership factors supporting facilities for waste management is the most dominant factor influencing the community to make waste reduction. Keywords: carbon dioxide, emission, methane, reductions, waste
PENDAHULUAN Pemanasan global didefinisikan sebagai kenaikan temperature atmosfer dari permukaan bumi yang meliputi daratan dan lautan. Bumi dikelilingi oleh lapisan udara yang bernama atmosfer yang mempunyai fungsi yang salah salah satunya untuk melindungi bumi dari pengaruh buruk sinar matahari yaitu sinar ultraviolet. Matahari memancarkan radiasinya ke bumi menembus lapisan atmosfer bumi. Radiasi tersebut akan dipantulkan ke angkasa, namun sebagian gelombang tersebut diserap oleh gas-gas rumah kaca yaitu CO2, CH4, N2O, HFCs, dan SF4 yang berada di atmosfer. Sebagai akibatnya gelombang tersebut terperangkap didalam atmosfer bumi, peristiwa ini terjadi berulang-ulang sehingga menyebabkan suhu ratarata dipermukaan bumi meningkat. Sampah adalah salah satu sektor hasil dari aktivitas manusia yang berkonstribusi dalam pemanasan global. Sampah menyumbang gas rumah kaca dalam bentuk gas metana (CH4) dan gas karbondioksida (CO2). Sampah yang tertimbun dalam jangka waktu tertentu akan mengalami dekomposisi dan menghasilkan gas-gas yang menyebar diudara, Gas-gas yang dihasilkan dari proses degradasi sampah organik diantaranya yang paling banyak dihasilkan yaitu gas metanaa (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Gas metana yang dilepaskan ke udara begitu saja memiliki emisi gas rumah kaca sebesar 21 kali lebih buruk dari CO2. (Winayanti, 2009) Surabaya sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia mengalami permasalahan dalam sektor persampahan. Penanganan persampahan Kota Surabaya menjadi tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Terdapat pembagian pengelolaan sistem persampahan di Surabaya, di mana untuk pengumpulan sampah dari rumah tangga atau dari sumbernya sampai TPS dikelola oleh masyarakat. Pengangkutan dari TPS menuju TPA menjadi tanggung jawab pemerintah dalam hal ini Dinas Kebersihan Kota Surabaya. Sampah dari rumah biasanya ditampung menggunakan bak sampah, kemudian dikumpulkan dengan sarana gerobak untuk dibuang ke TPS yang telah ditentukan. (Anonim,2007). Pemerintah kota Surabaya bekerja sama dengan pihak swasta dan media cetak setempat mengadakan suatu program yang bernama Surabaya Green and Clean. Program ini dapat diikuti oleh seluruh masyarakat di Surabaya. Tujuan awal dari program ini adalah mewujudkan pengolahan sampah berbasis masyarakat, dimana masyarakat turut berpartisipasi dalam upaya untuk menciptakan lingkungan hidup yang bersih. Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui emisi gas karbondioksida dan gas metana dari timbulan sampah Kota Surabaya dan dari kegiatan reduksi sampah di wilayah Surabaya bagian selatan dan juga untuk mengetahui faktor perilaku yang paling mempengaruhi masyarakat untuk melakukan kegiatan reduksi sampah di wilyaha Surabaya bagian selatan.
METODOLOGI PENELITIAN Dalam mencapai tujuan dari penelitian ini, maka dilakukan pembuatan kerangka penelitian yang terdiri atas: perumusan ide studi, studi pustaka yang terkait, pengumpulan data primer dan data sekunder, penganalisaan data dan pembahasan sehingga dapat ditarik kesimpulan dari penelitian ini. Pengumpulan data primer didapatkan dari data hasil penelitian langsung yang dilakukan peneliti, dimana penelitian dilakukan di Surabaya timur dan selatan. Data primer diperoleh dari data hasil kuisioner kepada 100 responden dan melakukan pengambilan dan pengukuran komposisi sampah di wilayah studi. Dalam menentukan wilayah studi pada penelitian ini, dilakukan pemilihan secara random dimana dilakukan pengundian untuk memilih 1 kecamatan dari setiap wilayah, selanjutnya dari setiap kecamatan dilakukan
pengundian kembali untuk menentukan 1 kelurahan yang menjadi pemenang Surabaya Green and Clean (SGC) 2010 dan 1 kelurahan yang tidak mengikuti SGC 2010. Kuisioner pada penelitian ini berisi mengenai pendapat masyarakat terhadap kegiatan reduksi sampah pada SGC 2010, penyebab yang membuat masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan reduksi sampah. Kuisioner ini berupa kuisioner pilihan ganda, dimana didalam kuisioner tersebut telah disediakan jawaban sehingga responden bisa langsung memilih jawaban. Pembagian kuisioner menggunakan metode random sampling sehingga semua responden dianggap memiliki kesetaraan potensi dan kesetaraan tingkat. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan data-data yang berkaitan dan berhubungan dengan penelitian. Data-data tersebut mengenai Data Pemenang Surabaya Green and Clean 2010 yang berasal dari Keputusan Walikota Surabaya nomor 188.45/565/436.1.2/2010, data mengenai timbulan dan komposisi sampah Kota Surabaya, dan data mengenai monografi kependudukan Kota Surabaya. Dalam penelitian ini, pengolahan data menggunakan metode perhitungan IPCC dan US-EPA untuk menghitung emisi karbondioksida dan metana yang dihasilkan dari timbulan sampah dan dari kegiatan reduksi sampah, dengan rumus perhitungan sebagai berikut : Sampah yang di timbun di TPA berdasarkan IPCC 2006: Emisi CH4
= (MSWT x MSWF x MCF x DOC x DOCF x F x
Emisi CO2
1 F 44 = Emisimetha na OX F 16
16 R ) x (1-OX) 12
(1) (2)
Keterangan : MSWT = timbulan sampah kota (Gg/yr) MSWF = fraksi timbulan sampah kota yang ditimbun di TPA MCF = Faktor koreksi metan (fraksi) DOC = Degradasi organik karbon (fraksi) (Kg C/Kg sampah) DOCF = Fraksi dari DOC F = Fraksi dari CH4 di TPA (0,5 berdasarkan IPCC) R = Recovery CH4 (Gg/yr) OX = Faktor oksidasi (0,1 berdasarkan IPCC) 44 = MR dari CO2 (kg/kg-mol) 16 = MR dari CH4 (kg/kg-mol) Sampah yang direduksi, berdasarkan US-EPA : Kompos Emisi Metana = Berat sampah yang dikomposkan x Faktor emisi metana
(3)
Emisi Karbon (MTCE) = Berat sampah yang dikomposkan(ton) x %komposisi sampah yang dikomposkan x Faktor emisi karbon sampah yang dikomposkan (4) Emisi Karbondioksida (MTCO2E)
=
44 x Emisi Karbon (MTCE) 12
(5)
Penggunaan ulang sampah plastik Emisi Karbon (MTCE) = Berat sampah plastik yang digunakan ulang (ton) x %komposisi sampah plastik x Faktor emisi karbon sampah plastik (6) Emisi Karbondioksida (MTCO2E)
=
44 x Emisi Karbon (MTCE) 12
(7)
Uji statistik dengan menggunakan program minitab 16 dan SPSS untuk menganalisis faktor-faktor perilaku yang mempengaruhi masyarakat untuk melakukan kegiatan pengelolaan sampah. Analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode cross tabulation dan regresi linier. Metode cross tabulation ini berfungsi untuk mencari hubungan antara dua variable yang diduga memiliki hubungan atau ketergantungan. Dalam penelitian ini nilai α yang digunakan adalah 10%.Dalam mengetahui apakah terdapat hubungan antara 2 variabel tersebut maka nilai Pvalue lebih kecil dari nilai α, apabila nilai Pvaluelebih besar dari nilai α maka tidak terdapat hubungan antara 2 variabel tersebut. Metode regresi logistik terdiri dari regresi logistik univariate dan regresi logistik multivariate. Pemodelan dengan regresi logistik ini diawali dengan menguji secara parsial (regresi logistik univariate) dimana masing-masing faktor perilaku masyarakat akan dimasukkan ke dalam model, selanjutnya dari hasil uji pasrsial tersebut akan dihasilkan nilai Pvalue dari masing-masing variable. Dengan menggunakan nilai α = 10%, maka hasil pemodelan tersebut, nilai P value harus lebih kecil nilai α, apabila nilai Pvalue lebih besar dari nilai α maka variable tersebut tidak signifikan. Variabel yang bernilai signifikan selanjutnya dimodelkan secara serentak untuk mendapatkan persamaan logistik multivariate. Pemodelan secara serentak dilakukan dengan metode backward. Metode backward ini memasukkan semua variabel terlebih dahulu untuk selanjutnya dikeluarkan satu demi satu sehingga didapat model terbaik dari persamaan regresi logistik biner.
HASIL DAN PEMBAHASAN Surabaya merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia hal ini terlihat dari perkembangan jumlah penduduknya dan kegiatan sosial ekonominya. Masalah sampah timbul dengan adanya peningkatan timbulan sampah setiap tahunnya, namun permasalahan yang muncul tidak diimbangi dengan dukungan sarana dan prasarana penunjang yang memenuhi persyaratan teknis, sehingga banyak sampah yang tidak terangkut. Besarnya jumlah sampah yang ditimbun di TPA Benowo tidak sebanding dengan luas lahan yang disediakan. sehingga sisa sampah yang tidak dapat dikelola menimbulkan masalah baru seperti contohnya sampah yang tidak dapat terkelola tersebut dibuang ke sungai sehingga menjadi salah satu faktor penyebab banjir di Kota Surabaya. Program SGC (Surabaya Green and Clean) 2010 ini merupakan suatu upaya untuk menciptakan lingkungan hidup yang bersih sehingga masyarakat dapat hidup sehat di tengah lingkungan yang sejuk dan asri. Program ini dimulai pada tahun 2005 dimana program ini merupakan bentuk strategi sosialisasi, edukasi, dan apresiasi kepada masyarakat demi peningkatan kualitas lingkungan. Kondisi lingkungan di wilayah pemenang SGC 2010, baik di wilayah Surabaya timur dan selatan lingkungannya tertata rapi,di setiap depan rumah sudah terdapat tempat sampah, selain itu di setiap rumah terdapat tanaman sehingga lebih terlihat asri. Sistem pengelolaan sampah di wilayah pemenang SGC 2010, dimulai dari kegiatan pemilahan sampah yang dilakukan oleh warga. Sampah yang telah dipilah tersebut, kemudian dibedakan jenisnya. Untuk sampah organik seperti sampah sayuran, sampah kebun, dan sampah sisa makanan diubah menjadi kompos sedangkan untuk sampah kering seperti plastik dan kertas digunakan ulang atau dijual/diberikan kepengepul/pemulung. Kondisi lingkungan di wilayah yang tidak mengikuti SGC 2010, baik di wilayah Surabaya timur dan selatan lingkungan terlihat kotor, banyak sampah berceceran di jalan. Kesadaran warga mengenai kegiatan pengelolaan sampah sangat kurang. Frekuensi petugas sampah datang kewilayah ini adalah setiap 2-3 kali seminggu, untuk menggumpulkan sampah. Setiap hari, sampah yang di hasilkan oleh warga di wilayah ini langsung dibuang ke TPS tanpa adanya pemilahan terlebih dahulu.
Berdasarkan hasil survey kuisioner, mayoritas responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 60% dan sisanya adalah laki-laki. Dengan mayoritas responden berusia 41-60 tahun sebanyak 45%. Mayoritas tingkat pendidikan responden adalah tingkat menengah sebanyak 60% dengan cara pengelolaan sampah yang masyarakat di wilayah pemenang SGC 2010 ketahui adalah pengomposan sampah sebanyak 38%. Responden di wilayah yang tidak mengikuti SGC 2010, pengetahuan mengenai cara pengelolaan sampah yang diketahui adalah pengumpulan sampah di bak sampah sebanyak 55%. Hal ini dikarenakan pada wilayah pemenang SGC 2010 kegiatan pengomposan sampah merupakan kegiatan rutin yang mereka lakukan, selain itu masyarakat di wilayah ini juga melakukan pemilahan sampah sebelum sampah tersebut dibuang ke bak sampah. . Pada wilayah yang mengikuti SGC 2010, sebanyak 69% masyarakat menjawab tersedianya fasilitas penunjang untuk melakukan pengelolaan sampah di lingkungan mereka, sehingga dengan tersedianya fasilitas penunjang untuk melakukan pengelolaan sampah, maka masyarakat di wilayah pemenang SGC 2010 mayoritas responden sebanyak 34% responden meluangkan waktu setiap seminggu sekali untuk melakukan pengelolaan sampah. Sedangkan untuk wilayah yang tidak mengikuti SGC 2010, sebanyak 74% responden menjawab bahwa di lingkungan mereka tidak tersedia fasilitas penunjang untuk melakukan pengelolaan sampah, sehingga sebanyak 79% responden tidak meluangkan waktunya untuk melakukan pengelolaan sampah. Di wilayah pemenang SGC 2010 mayoritas responden sebanyak 55% motivasi untuk melakukan pengelolaan sampah berasal dari himbauan dari perangkat pemerintahan dimana himbauan dari perangkat pemerintahan seperti RT,RW dan tokoh lingkungan memiliki peran yang sangat penting sebagai motivator bagi masyarakatnya. Pada wilayah yang tidak mengikuti SGC 2010, dimana masyarakatnya sebanyak 55% hanya mengetahui kegiatan membuang sampah, mayoritas responden sebanyak 52% motivasinya berdasarkan keinginan pribadi. Selain itu, motivasi masyarakat untuk melakukan pengelolaan sampah di wilayah pemenang SGC 2010 adalah sebanyak 52% responden termotivasi melakukan pengelolaan sampah karena memperoleh pendapatan tambahan, dimana pada wilayah pemenang SGC 2010 dari kegiatan pengelolaan sampah seperti komposting dan menjual ulang sampah plastik menghasilkan pendapatan tambahan untuk masyarakat sekitar. Dalam melakukan kegiatan pengomposan sampah, mayoritas sebanyak 61% kegiatan pengomposan sampah dilakukan oleh ibu, hal ini disebabkan karena bahan-bahan untuk mengompos sampah berasal dari sisa dapur dan sisa makanan. Jenis penggunaan ulang sampah plastik di wilayah pemenang SGC 2010, mayoritas sebanyak 49% responden menjual/memberikan kepada pemulung sampah plastik yang di hasilkan sedangkan di wilayah yang tidak mengikuti SGC 2010, mayoritas masyarakatnya sebanyak 58% membuang sampah plastik yang di hasilkan. Berdasarkan data dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya 2010, diketahui bahwa timbulan sampah di Kota Surabaya adalah 0,44 Kg/org.hari dimana pada tahun 2010 jumlah sampah yang masuk ke TPA Benowo adalah sebanyak ± 1.241,8 ton/hari. Dalam penelitian ini, dilakukan pengambilan dan pengukuran timbulan dan komposisi sampah. Pengambilan dan pengukuran timbulan dan komposisi sampah dilakukan di wilayah yang mengikuti program SGC 2010 dan di wilayah yang tidak mengikuti program SGC 2010. Tabel 1 Timbulan Sampah Di wilayah yang tidak mengikuti program Di wilayah pemenang program SGC SGC 0,42 Kg/org.hari 0,48 Kg/org.hari Sumber : Hasil Sampling
Jenis sampah Organik (sampah sisa makanan dan sisa dapur) Kayu Plastik Besi Kaca Kertas Sampah campuran (lain-lain) Total Sumber : Hasil Sampling
Tabel 2 Komposisi Sampah Komposisi (%) Wilayah Pemenang Wilayah Tidak SGC 2010 Mengikuti SGC 2010 65,50 0 9,00 0,10 0 3,14 25,84 100
78 3,80 9,00 0,50 0,90 4,40 3,40 100
Berdasarkan timbulan dan komposisi sampah yang telah diketahui, selanjutnya dilakukan perhitungan emisi karbondioksida dan metana dengan menggunakan persamaan (1) dan (2) untuk sampah yang di buang d TPA Benowo, dimana diketahui jumlah penduduk total Kota Surabaya adalah 3.539.662 jiwa dengan timbulan sampah 0,44 Kg/org.hari. Didapatkan nilai dari emisi metana (CH4) dan emisi karbondioksida (CO2) dari sampah yang ditimbun di TPA Benowo adalah 3.431.144 MT CO2E CH4/tahun dan 492.873 MT CO2E/tahun. Dalam perhitungan ini, mengasumsikan bahwa semua gas terlepas diudara, sehingga perhitungan ini tidak termasuk mengenai proses-proses yang terjadi selama proses penimbunan sampah. Dengan menggunakan persamaan (1) dan (2), dilakukan perhitungan untuk emisi karbondioksida dan metana untuk sampah yang ditimbun di TPA Benowo dari wilayah Surabaya bagian selatan, dimana diketahui jumlah penduduk di wilayah Surabaya bagian selatan adalah 1.493.100 jiwa dengan timbulan sampah 0,44 Kg/org.hari. Didapatkan nilai dari emisi metana (CH4) dan emisi karbondioksida (CO2) dari sampah yang ditimbun di TPA Benowo adalah 1.447.343,41 MTCO2ECH4/tahun dan 207.888,26 MTCO2E/tahun. Berdasarkan hasil survey kuisioner kepada 100 responden, diketahui jumlah orang yang melakukan dan yang tidak melakukan kegiatan reduksi sampah, dimana distribusi pembagian prosentasenya dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2 Prosentase(%) Upaya Reduksi Sampah Di Wilayah Surabaya Timur dan Selatan Wilayah yang tidak Wilayah Pemenang mengikuti Wilayah Upaya Prosentase Prosentase Jumlah (%) Jumlah (%) a.Pengomposan 23 48,9% 0 0 Surabaya b.Penggunaan ulang 34 72,3% 8 66,7% Timur c.Tidak melakukan 11 23,4% 4 33,3% a.Pengomposan 19 95% 3 14,29% Surabaya b.Penggunaan ulang 20 100% 6 28,57% Timur c.Tidak melakukan 0 0 14 66,67% Sumber : Hasil analisis
Menghitung emisi karbondioksida dan metana yang dihasilkan dari kegiatan reduksi sampah dengan menggunakan persamaan (3), (4), (5), (6) dan (7), dimana hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut : Tabel 3 Perbandingan Emisi Karbondioksida (MTCO2E/tahun) dan Metana (MTCO2E CH4/tahun)Di Wilayah Surabaya Bagian Selatan Emisi Wilayah
Jenis Upaya
Populasi
CO2
Emisi per orang CH4
CO2
CH4
0,09
0,11985
0,1
0,11983
0,08
0,11985
0,1
0,11983
Pemenang SGC 2010 a.Pengomposan
109.275
-2011,62
2,09
b.Penggunaan ulang
161.567
-2071,17
-
68.265
7459,36
8180,44
291.732
31.877,76
34.959,30
c.Tidak mereduksi d. Seluruh sampah tidak direduksi Surabaya Timur
Tidak mengikuti SGC 2010 a.Pengomposan
0
0
0
b.Penggunaan ulang
212.787
-5167,04
-
c.Tidak mereduksi
159.271
17.403,41
19.086,02
d. Seluruh sampah tidak direduksi
478.292
52.263,29
57.315,46
Pemenang SGC 2010 a.Pengomposan
287.403
-5290,73
5,51
b.Penggunaan ulang
302.529
-3878,19
-
0
0
0
302.529
33.057,55
36.253,15
c.Tidak mereduksi d. Seluruh sampah tidak direduksi Surabaya Selatan
Tidak mengikuti SGC 2010 a.Pengomposan
20.03
-501,82
0,52
40.046
-972,42
-
c.Tidak mereduksi
280.379
30.637,21
33.598,83
d. Seluruh sampah tidak direduksi
420.547
45.953,46
50.395,67
Sampah Kota Surabaya di TPA Benowo
3.539.662
492.873
3.431.144
0,14
0,97
Sampah dari Surabaya Bagian Selatan di TPA
1.493.100
207.888,26
1.447.343
0,14
0,97
b.Penggunaan ulang
Sumber : Hasil perhitungan Dari Tabel 3, dapat dilihat emisi karbondioksida dari kegiatan pengomposan sampah dan penggunaan ulang sampah plastik menghasilkan nilai negatif, dimana tanda negatif tersebut menunjukan bahwa emisi tersimpan atau tidak terlepas ke udara. Dan untuk emisi yang bernilai positif, menunjukkan bahwa emisi terlebut terlepas bebas ke udara. Tabel 3 menjelaskan mengenai emisi karbondioksida dan metana yang dihasilkan di Surabaya bagian selatan , dimana untuk emisi karbindioksida per orang. tahun (MTCO2E/orang.tahun) yang dihasilkan di wilayah pemenang SGC 2010 lebih kecil dibandingkan dengan di daerah yang tidak mengikuti program SGC 2010, hal ini dikarenakan di wilayah pemenang SGC dilakukan kegiatan reduksi sampah, dimana dari kegiatan reduksi sampah terdapat emisi karbondioksida yang tersimpan atau tidak terlepas diudara. Emisi metana per orang.tahun (MTCO2E CH4/orang.tahun) yang dihasilkan baik di wilayah pemenang SGC 2010 dan yang tidak mengikuti SGC 2010 menghasilkan emisi yang sama, hal ini disebabkan karena jumlah metana yang dihasilkan dari kegiatan reduksi sampah menghasilkan metana yang sangat kecil, sehingga tidak bernilai signifikan terhadap emisi
metana yang dihasilkan oleh per orang.tahun. Hasil dari analisis di atas, dimana emisi karbondioksida yang dihasilkan di wilayah pemenang SGC 2010 lebih kecil dibandingkan di wilayah yang tidak mengikuti SGC 2010, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan adanya program SGC 2010 dapat mereduksi emisi yang dihasilkan dari sektor persampahan di Kota Surabaya. Distribusi emisi karbondioksida dan metana yang dihasilkan di wilayah Surabaya bagian selatan dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. Tidak Melakukan Reduksi Sampah
55.499,98
Seluruh Sampah Yang Tidak Direduksi Sampah di TPADari Surabaya Bagian Selatan
163.152,06
207.888,26
Penggunaan Ulang Sampah Plastik
12.088,82
Komposting
7804,17
Gambar 1 Emisi Karbondioksida (MTCO2E/tahun) Di Wilayah Surabaya Bagian Selatan Pada Gambar 1 dari kegiatan reduksi sampah di wilayah Surabaya bagian selatan dapat menyimpan emisi karbondioksida sebanyak 12.088,82 MTCO2E/tahun (5,81%) dari kegiatan penggunaan ulang sampah plastik dan 7804,17 MTCO2E/tahun (3,75%) dari kegiatan komposting sampah. Emisi karbondioksida yang dihasilkan dari masyarakat yang tidak melakukan reduksi sampah adalah 55.499,98 MTCO2E/tahun (26,69%) terlepas ke udara. Apabila seluruh sampah di wilayah tersebut tidak dilakukan kegiatan komposting dan penggunaan ulang sampah plastik maka emisi di wilayah tersebut adalah 163.152,06 MTCO2E/tahun, atau dapat diartikan sebanyak 78,4% emisi karbondioksida dapat terlepas diudara di wilayah Surabaya bagian selatan Tidak Melakukan Reduksi Sampah
60.865,29
Seluruh Sampah Yang Tidak Direduksi Sampah di TPADari Surabaya Bagian Selatan Penggunaan Ulang Sampah Plastik Komposting
178.923,58
1.447.343
0
8,12
Gambar 2 Emisi Metana (MTCO2E CH4/tahun) Di Wilayah Surabaya Bagian Selatan Pada Gambar 2. emisi metana yang dihasilkan dari kegiatan penggunaan ulang sampah plastik adalah 0, hal ini disebabkan karena pada kegiatan tersebut tidak menghasilkan emisi metana. Namun, pada kegiatan komposting sampah di wilayah Surabaya selatan emisi metana yang terlepas keudara dari kegiatan tersebut hanya 8,12 MTCO2E CH4/tahun atau emisi metana yang terlepas diudara dari kegiatan komposting sampah sebanyak 0,00056% . Emisi metana yang dihasilkan dari masyarakat yang tidak melakukan reduksi sampah adalah 60.865,29 MTCO2E/tahun (4,2%) terlepas ke udara. Apabila di wilayah tersebut tidak
ada upaya reduksi sampah seperti komposting, maka emisi metana yang dihasilkan adalah 178.923,58 MTCO2E CH4/tahun atau sebanyak 12,36% emisi metana terlepas ke udara dari sampah di wilayah Surabaya bagian selatan. Tabel 4. Prosentase Emisi Karbondioksida (MTCO2E/tahun) dan Metana (MTCO2E CH4/tahun) Terhadap emisi di Terhadap emisi dari wilayah Surabaya sampah seluruh Upaya Emisi bagian selatan Surabaya d TPA CO2 CH4 CO2 CH4 CO2 CH4 Kegiatan reduksi sampah -19.892,99 8,12 -9,50% 0,00056% -4,04% 0,00024% Tidak melakukan reduksi sampah 55.499,58 60.865,29 26,69% 4,2% 11,25% 1,77% Sampah tidak direduksi 163.152,06 178.923,58 78,4% 12,36% 33,1% 5,2% Sumber : Hasil Perhitungan
Pada Tabel 4. dapat diketahui prosentase emisi yang dihasilkan dari setiap kegiatan pada sektor persampahan di Kota Surabaya khususnya di Surabaya bagian selatan. Dengan adanya program SGC emisi yang dihasilkan dari kegiatan reduksi sampah dapat mereduksi emisi yang dihasilkan dari sektor persampah di Kota Surabaya. Selain dengan terus menjalankan program SGC ini, Pemerintah sebaiknya memanfaatkan gas metana yang dihasilkan dari timbunan sampah di TPA Benowo dengan cara: 1. Membuat pipas aliran gas yang di hasilkan dari timbulan sampah di setiap cell. 2. Membuat alat penangkap gas metana. 3. Mengalirkan gas metana melalui pipa yang aman untuk di distribusikan kerumah tangga sehingga dapat dimanfaatkan 4. Gas metana dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi baru seperti menjadi energi untuk pembangkit listrik, sehingga gas metana dari sampah tidak terlepas ke udara. Dalam penelitian ini, analisa statistik digunakan untuk mengetahui : a. Hubungan antara pola konsumsi dengan jumlah sampah yang dihasilkan b.Hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah sampah yang di hasilkan c. Faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam melakukan reduksi sampah Dimana analisa statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode cross tabulation dan regresi linier. Dalam penelitian ini nilai α yang digunakan adalah 10%. Pada metode cross tabulation, nilai P-value dari pengolahan data bernilai lebih kecil dari nilai α. Dari hasil pengolahan data, hubungan antara pola konsumsi dengan jumlah sampah didapatkan nilai p-value chi-square bernilai 0,573 atau lebih dari alpha 10%. Maka dapat disimpulkan dugaan bahwa antara pola pemenuhan kebutuhan dengan jumlah sampah yang di hasilkan adalah tidak berhubungan. Sedangkan dari hasil pengolahan data untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah sampah yang dihasilkan, didapatkan nilai Pvalue dari hasil olahan minitab 16 menunjukan nilai 0,133. Hal ini menunjukan nilai Pvalue lebih besar dari nilai α yang berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendapatan dengan jumlah sampah yang di hasilkan. Dimana, pada penelitian ini tingkat pendapatan seseorang tidak mempengaruhi jumlah sampah yang di hasilkannya. Metode regresi linier digunakan untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam melakukan reduksi sampah, dimana digunakan α = 10%,, nilai Pvalue hasil
dari pemodelan tersebut harus lebih kecil nilai α, apabila nilai Pvalue lebih besar dari nilai α maka variable tersebut tidak signifikan. Tabel 5 Hasil Terbaik Dari Pemodelan
Variabel
Koefisien
Odds ratio
Faktor kepemilikan fasilitas penunjang
2,586
13,28
Konstanta
-0,123
0,885
Sumber : Hasil analisis Hasil dari pemodelan, menunjukan bahwa model terbaik persamaan regresi logistik biner adalah variabel faktor kepemilikan fasiltas penunjang. Dimana interpretasi dari hasil pemodelan diatas adalah koefisien bertanda positif mengindikasikan bahwa responden yang memiliki fasilitas pengelolaan sampah berpeluang lebih besar untuk melakukan pengelolaan sampah dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki fasilitas pengelolaan sampah. Responden yang memiliki fasilitas pengelolaan sampah cenderung melakukan pengelolaan sampah 13,28 kali lebih besar dibandingkan dengan responden yang tidak memiliki fasilitas pengelolaan sampah.
KESIMPULAN Melalui hasil dari hasil dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini adalah emisi metana (CH4) dan emisi karbondioksida (CO2) dari sampah yang dihasilkan oleh penduduk Kota Surabaya masuk ke TPA Benowo pada tahun 2010 adalah 3.431.144 MTCO2E CH4/tahun dan 492.873 MTCO2E/tahun. Untuk emisi karbondioksida (CO2) dan emisi metana (CH4) dari sampah di Surabaya bagian selatan tanpa upaya reduksi sampah adalah dan 207.888,26 MTCO2E/tahun dan 1.447.349,41 MTCO2E CH4/tahun. Dari kegiatan reduksi sampah mereduksi emisi karbondioksida sebanyak 12.088,82 MTCO2E/tahun (5,81%) dari kegiatan penggunaan ulang sampah plastik dan 7804,17 MTCO2E/tahun (3,75%) dari kegiatan komposting sampah. Sedangkan emisi metana yang dihasilkan dari komposting sampah adalah 8,12 MTCO2E CH4/tahun atau 0,00056% metana yang terlepas diudara. Faktor perilaku yang paling dominan yang mempengaruhi masyarakat untuk melakukan kegiatan reduksi sampah adalah faktor kepemilikan fasilitas penunjang untuk melakukan pengelolaan sampah.
SARAN Hasil dari penelitian yang telah dilakukan, disarankan beberapa hal yang dapat dilakukan pada penelitian lebih lanjut : 1. Sebaiknya dilakukan penelitian yang sama di wilayah Pemenang SGC 2011. 2. Sebaiknya program SGC ini dilanjutkan oleh Pemerintah Kota Surabaya sehingga emisi karbondioksida dan metana yang dihasilkan dari sektor persampahan dapat terus direduksi. 3. Sebaiknya pemerintah Kota Surabaya membagikan bibit-bibit tanaman yang efektif menyerap emisi seperti tanaman trembesi, akasia, flamboyan, dan kenanga. 4. TPA Benowo sebaiknya memanfaatkan gas metana yang di hasilkan dari sampah, dimana gas metana tersebut dapat dijadikan sumber energi baru dengan mengoperasikan pipa gas metana dan bekerja sama dengan pihak-pihak terkait yang dapat memanfaat gas metana tersebut.
Daftar Pustaka Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. 2009. Kecamatan Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Kota Surabaya. Surabaya. Cochran WG, Snedecor GW. 1967. Statistical Methods 6th ed, Ames. Iowa State University Press Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. 2007. Penyebaran Depo dan Landasan di Kota Surabaya. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Surabaya. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya(1). 2010. Daftar Peserta Surabaya Green and Clean 2010. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Surabaya. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya(2). 2010. Komposisi Sampah di LPA Benowo. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya. Surabaya. Intergovernmental Panel On Climate Change (IPCC).2006. WASTE –IPCC Good Practice Guidance and Uncertanty Management in National Greenhouse Gas Inventories. Research Triangle Institute International (RTI International). 2010. Greenhouse Gas Emissions Estimation Methodologies for Biogenic Emissions from Selected Sources Categories : Solid Waste Disposal, Wastewater Treatment, Ethanol Fermentation. Research Triangel Park United State Environmental Protection Agency (US-EPA).2002. WasteWise Update. United States Environmental Protection Agency. Washington. United State Environmental Protection Agency (US-EPA).2010. Methane and Nitrous Oxide Emissions From Natural Sources. United States Environmental Protection Agency. Washington. Winayanti, I. 2009. Studi Produksi Gas Metan(CH4) dan Karbondioksida (CO2) dari Timbunan Sampah. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Lingkungan FTSP-ITS. Surabaya.