National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
STUDI EKSPLORASI FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUK PERILAKU INVESTOR DALAM TRANSAKSI SAHAM (STUDI PERILAKU KEUANGAN) Oleh : Rr. Iramani & Dhyka Bagus Program Pascasarjana Stie Perbanas Surabaya
[email protected];
[email protected]
Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengeksplor factor-faktor yang membentuk perilaku investor dalam melakukan transaksi saham di Surabaya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-random sampling dengan menggunakan metode Multistage Sampling, yang dilakukan secara bertahap. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis Faktor. Dengan menggunakan Analisis Faktor dalam penelitian ini ditemukan terdapat enam faktor pembentuk perilaku investor yang meliputi : faktor keamanan dan kenyamanan, faktor bias pemikiran, faktor keberanian dalam menghadapi risiko, faktor kepercayaan diri, faktor interaksi sosial dan emosi serta faktor bias penilaian. Kata Kunci : faktor keamanan dan kenyamanan, faktor bias pemikiran, faktor keberanian dalam menghadapi risiko, faktor kepercayaan diri, faktor interaksi sosial dan emosi serta faktor bias penilaian.
A. PENDAHULUAN Dewasa ini, penelitian perilaku dalam organisasi dan manajemen utamanya manajemen pemasaran maupun manajemen sumber daya manusia telah banyak dilakukan dan dikembangkan diberbagai negara. Namun penelitian perilaku dalam bidang keuangan belumlah banyak dilakukan. Hal ini dapat diketahui dari masih sangat terbatasnya referensi penelitian perilaku dalam bidang manajemen keuangan dan investasi, terutama di Indonesia. Dengan melihat kondisi ini maka studi perilaku dalam bidang keuangan sangat perlu dilakukan, karena dengan penelitian tersebut dapat diketahui bagaimana perilaku pemodal dalam menginvestasikan dananya.
Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
Para investor di pasar modal sering menunjukkan perilaku irasional dengan melakukan tindakan berdasarkan judgement yang jauh menyimpang dari asumsi rasionalitas. Kent Daniel (1998) mengungkapkan bahwa psikologi mempengaruhi perilaku investor dan harga saham. Lebih jauh lagi, Daniel menjelaskan bahwa pendekatan psikologi berkaitan dengan feeling, tempramen dan motivasi. Pendekatan tersebut mengungkapkan bahwa investor sebagai pelaku pasar memiliki feeling, tempramen dan motivasi yang tiap saat dapat berubah. Ritter (2003) juga menemukan bukti bahwa investor di Jepang, Taiwan dan Amerika Serikat telah kehilangan uang dalam jumlah yang cukup besar dalam trading karena perilaku mereka yang irasional padahal pada periode itu (1987-1988 dan 1999) saham pada bursa di negara tersebut mengalami overvalue. Penelitian lain dilakukan oleh Patricia Fraser (2003) yang mengungkapkan bahwa investor memiliki ekspektasi yang bias yang menjauh dari asumsi rasionalitas. Barberis dan Thaler (2003) juga menemukan bukti bahwa investor di Amerika Serikat dalam melakukan trading di bursa saham dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologi.Pendekatan analisis tradisional yang dibekali dengan ekspektasi rasional kurang dapat menjelaskan keadaan bursa saham. Anomali pasar kenyataannya masih sering terjadi. Pendekatan tersebut baik, tetapi tidak akan berlaku pada setiap keadaan atau setiap kondisi pasar. Pasar modal Indonesia yang masih relatif muda, yang dikategorikan emerging market (pasar berkembang) beranggotakan banyak pelaku pasar yang masih ’belajar’ sehingga akan ditemukan banyak sekali fakta yang membuktikan ketidakrasionalan investor. Pasar modal mungkin saja memberikan reaksi cepat terhadap informasi, tetapi tidak tertutup kemungkinan ada unsur subyektivitas, emosi dan faktor psikologis lain yang justru lebih dominan mempengaruhi reaksi itu. Jatuhnya harga saham di pasar, misalnya, sering terjadi karena histeria masa yang berlebihan, yang tidak dapat dijelaskan dengan logika (Marwan Asri dalam pengukuhan Guru Besar FE UGM). Fendi Susanto, analis saham BNI Securities mengemukakan bahwa dalam melakukan aktivitas transaksi jual beli saham, investor domestik cenderung digerakkan oleh rumor daripada fundamental dan teknikal (Kompas, 14 September 2004). Sedangkan di sisi yang lain, menurut Direktur Utama Trimegah Sekuritas menilai investor domestik sudah jauh lebih rasional dalam melakukan trading di pasar modal. Beberapa pihak juga menyimpulkan bahwa investor yang bermain di saham di Bursa Efek Jakarta sudah semakin dewasa dan semakin rasional, setidaknya Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
hal tersebut dapat dilihat ketika menghadapi aksi teror peledakan bom di Kedubes Australia tanggal 9 September 2004 dan beberapa teror bom di tempat lain. Para investor hanya panik sesaat namun perlahan kembali membaik (Kompas, 14 September 2004). Adanya ketidak konsistenan dari hasil studi yang sudah dilakukan serta adanya perbedaan pendapat dari analis saham dan beberapa pihak lain yang berkaitan di Bursa Efek Indonesia, maka peneliti akan melakukan pengkajian kembali terhadap faktor-faktor psikologi yang dapat membentuk perilaku investor dalam melakukan trading di bursa saham khususnya bagi investor yang berlokasi di Surabaya B. KAJIAN PUSTAKA Ritter (2003), memberikan pengenalan singkat mengenai behavioral finance (perilaku keuangan). Peneliti mengemukakan bahwa behavioral finance terdiri dari dua bagian besar yakni psikologi kognitif dan batasan melakukan arbitrasi. Penelitian yang dilakukan pada bursa di Jepang, Taiwan dan Amerika Serikat selama periode waktu 1987-1999 memberikan hasil bahwa semua investor individual maupun institusional yang melakukan transaksi di bursa Jepang (tahun 1987-1988), di bursa Taiwan (awal tahun 1989) dan di bursa TMT Amerika Serikat (awal tahun 1999) kehilangan uang dalam jumlah sangat besar atas transaksi yang dilakukan walaupun saham pada bursa di tiga negara tersebut overvalue. Hal ini disebabkan adanya misvaluation yang dilakukan secara besar-besaran oleh investor karena rendahnya frekuensi transaksi di bursa. Fraser (2003), menguji rasionalitas investor dan efisiensi pasar dan untuk menyediakan fakta mengenai mekanisme yang memiliki evaluasi karakteristik ekspektasi yang terbaik. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data survey ekspektasi investor di Dow Jones Industrial Average (DJIA) dan Indeks Saham Nikkei. Peneliti melakukan penelitian pada bursa Amerika Serikat dan Jepang selama periode waktu 1989-1999. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekspektasi investor baik di Amerika Serikat maupun di Jepang selama periode 1989-1999 adalah bias (investor memiliki prediksi yang salah / forecast errors) dan investor merupakan prediktor yang tidak efisien. Penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa ekspektasi investor secara alamiah adalah bias sehingga analis harus berhati – hati dalam menggunakan alat analisa keuangan dan juga adanya perubahan kerangka berfikir empiris mengenai asumsi rasionalitas dan ekspektasi investor. Barberis dan Thaler (2003), melakukan survey perilaku keuangan. Peneliti melakukan penelitian pada pasar modal di Amerika Serikat dan memberikan hasil bahwa terjadi anomali Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
dalam asset pricing yang dilakukan oleh investor dan adanya batasan dalam melakukan arbitrasi. Penelitian ini juga memberikan hasil empiris mengenai perilaku keuangan yang terjadi pada investor di bursa Amerika Serikat. Studi yang dilakukan Barber and Odean (2001) memberikan bukti empiris bahwa pria lebih berani menanggung risiko dalam melakukan investasi dibanding wanita. Hal ini disebabkan oleh faktor psikologis dimana pria lebih percaya diri dibanding wanita (Lundeberg, Fox and Puncochar: 1994). Dalam teori psikologis mengatakan bahwa seseorang akan selalu didorong oleh kebutuhan-kebutuhan dasarnya, yang mana terbentuk dari pengaruh lingkungan dimana seseorang berada atau bertempat tinggal. Faktor-faktor psikologi dapat membentuk perilaku keuangan (behavioral finance) investor dalam melakukan transaksi jual beli saham di bursa. Ritter (2003 : 430) mengemukakan bahwa ” Behavioral finance has two building blocks : cognitive psychology and the limits to arbitrage “. Psikologi kognitif menyangkut bagaimana cara orang berfikir. Dalam beberapa literatur psikologi dijelaskan bahwa orang sering membuat systematic error dalam cara berfikir mereka misalnya mereka overconfidence. Terkadang pilihan terhadap bagaimana cara berfikir mereka menimbulkan distorsi. Sedangkan, the limits to arbitrage (batasan dalam melakukan arbitrasi) menyangkut peramalan atau predikisi kondisi yang memungkinkan untuk dilakukannya arbitrasi. Premis dari behavioral finance adalah bahwa teori keuangan konvensional mengabaikan bagaimana sebenarnya manusia mengambil keputusan dan bahwa setiap orang membuat keputusan yang berbeda (Barberis dan Thaler, 2003). Behavioral finance menggunakan model dimana sebagian agen tidak sepenuhnya rasional baik dikarenakan preferensi mereka ataupun kepercayaan yang salah. Dalam behavioral finance, pendekatan teori investasi tidak lagi dipandang sebagai teori yang kurang fleksibel, melainkan teori yang mengikutkan aspek psikologi yang mempengaruhi seorang investor dalam membuat keputusan. Whitney Tilson (2005) mengemukakan bahwa behavioral finance menjelaskan bagaimana dan mengapa emosi dan kognitif error mempengaruhi investor dan menciptakan anomali saham di pasar modal. Pemodal yang rasional tentu mengharapkan return tertentu dengan tingkat risiko yang lebih kecil atau mengharapkan return yang tinggi dangan risiko tertentu. Investasi mana yang dipilih dan besarnya dana yang diinvestasikan pemodal sangat dipengaruhi oleh prilaku pemodal, yakni sikap pemodal terhadap risiko yang akan dihadapi, apakah pemodal menyukai risiko (risk seeker), menghindari risiko (risk averter), atau mengabaikan risiko (risk indifference). Selain itu, Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
karakteristik demografis pemodal juga ditenggarai akan mempengaruhi pemodal dalam berinvestasi. Studi yang dilakukan Barber and Odean (2001) memberikan bukti empiris bahwa pria lebih berani menanggung risiko dalam melakukan investasi dibanding wanita. Hal ini disebabkan oleh faktor psikologis dimana pria lebih percaya diri dibanding wanita (Lundeberg, Fox and Puncochar: 1994). Berdasarkan kajian teori mapun empiris yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Faktor-faktor psikologis dapat menjelaskan perilaku investor dalam melakukan transaksi perdagangan saham C. METODE PENELITIAN C.1. Operasionalisasi dan pengukuran variabel Operasionalisasi variabel yang diamati dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut : 1. Overconfidence, adalah perasaan percaya yang berlebihan. Overconfidence menyebabkan orang overestimate terhadap pengetahuan yang dimiliki, underestimate terhadap risiko dan melebih–lebihkan kemampuan mereka dalam hal melakukan kontrol atas apa yang terjadi (Nofsinger, 2005 : 10). 2. Data Mining, data masa lalu (historical data) yang digunakan investor untuk menemukan pola dalam rangka memprediksi masa depan. 3. Herd-Like Behavior, perilaku investor untk melakukan aksi jual beli saham di bursa dengan motif untuk meramaikan bursa. Investor ingin menjadi bagian dari ” keramaian ” yang ada di bursa (social proof) ( Tilson, 2005) 4. Status Quo, perilaku investor untuk merasa nyaman jika berada pada style yang dimilikinya dan tidak mau keluar dari zona nyaman mereka (Roth, 2007) 5. Social Interaction, adalah interaksi antara satu investor dengan investor lainnya atau investor dengan broker atau dengan pihak lain yang berkaitan dengan transaksi di bursa yang dapat mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan transaksi (Nofsinger, 2005 : 75) 6. Emotion, adalah perasaan seseorang pada saat tertentu bisa good mood atau bad mood yang merupakan bagian penting dalam proses pengambilan keputusan terutama untuk keputusankeputusan yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi (Nofsinger, 2005 : 86) 7. Mental Accounting, perilaku investor menggunakan mental accounting dalam mengambil keputusan jual beli atas saham yang diperdagangkan dengan menimbang cost dan benefit dari semua aksi atau tindakan yang mereka lakukan (Nofsinger, 2005 : 45) Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
8. Vividness Bias, perilaku investor yang overestimate terhadap kejadian-kejadian tertentu yang teringat dan terekam dalam memori atau pengalaman yang mereka dimiliki serta mengabaikan data yang penting dan lebih fokus pada data-data yang kurang penting (Tilson, 2005) 9. Anchoring, perilaku investor dalam melakukan perdagangan terkunci pada harga, baik harga di masa lalu maupun harga pada saat ini (Roth, 2007). Harga menjadi satu-satunya pertimbangan dalam melakukan aksi jual ataupun beli walaupun informasi tentang harga tidak relevan dalam pengambilan keputusan 10. Representativeness, adalah penilaian berdasarkan stereotypes yakni dua hal yang memiliki kualitas yang sama pasti sama (Nofsinger, 2005 : 64). Misalnya, good company pasti good stock 11. Familiarity, adalah penilaian berdasarkan karena sesuatu yang sudah dikenal (familiar) (Nofsinger, 2005 : 64) 12. Pride and Regret, Pride (kebanggaan) adalah perasaan gembira karena keputusan yang dibuat berjalan dengan baik (benar). Sedangkan, Regret (penyesalan) adalah perasaan sedih karena keputusan yang telah dibuat tidak berjalan dengan baik (Nofsinger, 2005 : 22) 13. Considering the Past, adalah penggunaan hasil masa lalu sebagai faktor/dasar untuk evaluasi dalam pengambilan keputusan saat ini (Nofsinger, 2005 : 33). 14. Fear and Greed, merupakan naluri manusia dimana seseorang akan lari/menghindar dari sesuatu yang membahayakan mereka dan menghampiri sesuatu yang mereka inginkan. (Roth, 2007) 15. Self Control, perilaku investor untuk menerima keuntungan lebih awal dan mengabaikan halhal yang tidak menyenangkan (tidak mendatangkan keuntungan) Nofsinger (2005 : 97) 16. Loss Aversion, dalam melakukan transaksi jual beli saham di bursa, investor akan memperoleh gain (keuntungan) atau loss (kerugian). Investor akan lebih merasa terluka jika mengalami loss daripada mendapatkan gain dalam jumlah yang sama (Roth, 2007). Perasaan sedih atau terluka karena mengalami loss
bisa sampai dua kali lebih besar daripada
mendapatkan gain dalam jumlah yang sama (Tilson, 2005) Pengukuran variabel dalam penelitian ini dilakukan dengan pembuatan skala (scala). Skala yang digunakan adalah skala numerikal (numerical scale). Responden memberi jawaban pada setiap pernyataan pada range 1 untuk jawaban ‘sangat tidak setuju‘ sampai dengan 5 untuk jawaban ‘sangat setuju‘. Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
C.2. Teknik Pengambilan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah investor saham yang melakukan transaksi saham dan berlokasi di Surabaya. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonrandom sampling dengan menggunakan metode Multistage Sampling, yang dilakukan secara bertahap. C.3. Data dan Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber pada data primer yang diperoleh dengan menggunakan kuesioner maupun wawancara terstruktur dengan responden C.4. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Uji validitas dilakukan dengan cara melakukan korelasi antara skor variabel dengan skor total. Dalam penelitian ini valid tidaknya butir (item) dilihat dari taraf signifikansinya. Hanya butir yang valid yang digunakan untuk penelitian. Uji reliabilitas dilakukan dengan melihat koefisien alpha atau Cronbach’s alpha. Koefisien alpha bervariasi dari nol sampai satu, suatu item pengukuran dikatakan reliabel jika memilik nilai koefisien alpha >0,6 (Hair et al, 2006:9). Hasil uji reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menunjukkan nilai koefisien alpha sebesar 0,869>0,6. Dengan demikian instrumen untuk mengukur perilaku investor dalam transaksi jual beli saham dapat dinyatakan reliabel. C. 5. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif, digunakan untuk menggambarkan hasil penelitian di lapangan. Terutama yang berkaitan dengan responden penelitian dan variabel penelitian. 2. Analisis Faktor, merupakan teknik statistik multivariat yang digunakan untuk mereduksi variabel menjadi faktor. Dalam penelitian ini, analisis faktor digunakan untuk mengetahui variabel yang menjadi faktor psikologi yang dapat membentuk perilaku investor dalam pengambilan keputusan jual beli saham. Sebelum dilakukan analisis akan dilakukan uji asumsi dengan menggunakan Kaiser-Mayer-Olkin dan Barrlett’s of Sphericity.
D. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN D.1. Deskripsi Responden Penelitian Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
Sampai dengan waktu yang ditentukan banyaknya kuesioner yang terkumpul dan dapat dilakukan analisis berjumlah 65. Dari jumlah responden tersebut terdiri dari 62% investor pria dan 38% investor wanita. Berdasarkan usianya, 8% berusia kurang dari25 tahun, 64% berusia 25-40 tahun dan 28% berusia lebih dari 40 tahun. Selanjutnya, berdasarkan pendidikan terakhir responden terbanyak berpendidikan S1 yakni sebesar 73%, sedangkan SMA sebesar 15%, Diploma 9% dan hanya 3% yang berpendidikan S2/S3. Akhirnya, jika ditinjau dari pekerjaan, terbanyak responden Swasta yakni sebesar 71%, PNS hanya 5% dan sisanya 24% bekerja pada BUMN atau profesional dan lainnya.
D.2. Analisis dan Pembahasan Hasil akhir analisis faktor yang dilakukan melalui dua tahapan setelah mengeluarkan variabel ambigu yang mengelompok dalam faktor disajikan pada tabel 1 dan faktor pembentuk perilaku investor disajikan pada tabel 2 (lampiran). Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat 6 (enam) faktor psikologi yang membentuk perilkau investor dalam melakukan transaski jualbeli saham. Keenam faktor tersebut mampu menjelaskan perilaku investor sebesar 65,358 persen. Hal ini menunjukkan bahwa variasi total yang dapat dijelaskan dari keseluruhan faktor yang terbentuk adalah sebesar 65,358 persen yang terdiri dari faktor pertama 13,723 persen, faktor kedua 12,150 persen, faktor ketiga 11,826 persen, faktor keempat 10,594 persen, faktor kelima 8,942 persen dan faktor keenam 8,123 persen. Adapun faktor psikologi yang membentuk perilaku unvestor meliputi : 1. Faktor pertama selanjutnya diberi nama sebagai Faktor Kenyamanan dan Keamanan, merupakan faktor yang paling mendasar dalam membentuk perilaku investor dalam transaksi jual beli saham yang memiliki nilai eigen 3,427 dan variance sebesar 13,723 persen. Faktor pertama terdiri dari 4 komponen pembentuk faktor yakni status quo (X6 & X7) , mental accounting (X11) dan heard-like behavior (X5). Faktor ini selanjutnya diberi nama sebagai Faktor kenyamanan dan keamanan berhubungan dengan perasaan aman dan nyaman yang dirasakan oleh investor dalam melakukan transaksi jual beli saham. Perasaan nyaman tersebut dirasakan investor ketika dalam melakukan transaksi jual beli saham investor memiliki gaya atau style tersendiri dan menggunakannya tanpa mau merubahnya sehingga akan merasa nyaman dengan gaya yang dimilikinya. Investor tidak mau keluar dari zona nyamannya (Roth, 2007). Investor enggan untuk mengalami perubahanan karena merasa Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
nyaman dengan style yang dimiliki dan digunakannya. Disamping itu, perasaan nyaman dirasakan oleh investor ketika investor melakukan transaksi jual beli saham di bursa dengan alasan menjadi bagian dari ”keramaian” bursa (Tilson, 2005). Sedangkan, perasaan aman dirasakan oleh investor ketika dalam setiap akan melakukan aksi jual atau beli saham investor selalu mempertimbangkan cost dan benefit dari keputusan yang diambil (Nofsinger, 2005:86). Hal ini dilakukan dalam rangka supaya investor merasa aman. Dalam artian investor lebih save dalam melakukan transaksi sehingga bisa meminimalkan risiko karena adanya pertimbangan cost dan benefit yang akan diperoleh dengan keputusan yang diambil misalnya risiko terjadinya loss dalam jumlah yang besar. 2. Faktor kedua, selanjutnya diberi nama sebagai Faktor Bias Pemikiran, memiliki nilai eigen sebesar 2,677 dan nilai variance sebesar 12,150 persen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kedua dapat menjelaskan perilaku investor dalam transaksi jual beli saham 12,150 persen. Faktor kedua terdiri dari 4 komponen pembentuk faktor yakni vividness bias (X12), loss aversion (X20), anchoring (X13) serta data mining (X4). Faktor bias pemikiran berkaitan dengan kesalahan atau bias berpikir yang dilakukan oleh investor dalam melakukan transaksi jual beli saham. Investor sering overestimate terhadap kejadian-kejadian tertentu yang teringat di memori pikiran mereka sehingga lebih fokus pada data yang penting dan mengabaikan data yang kurang penting (Tilson,2005). Hal ini menunjukkan terjadi salah pemikiran yang dilakukan oleh investor dengan hanya menganggap data yang penting saja yang berharga dalam mengambil keputusan jual beli saham, sedangkan data yang kurang penting diabaikan. Padahal perdagangan di bursa bersifat randomness atau acak sehingga semua kemungkinan bisa saja terjadi. Artinya, sangat dimungkinkan data kurang penting yang diabaikan oleh investor menjadi sangat berguna pada saat-saat tertentu. Bias pemikiran lain yang dilakukan oleh investor adalah menjadikan harga sebagai pertimbangan satusatunya dalam mengambil keputusan jual beli saham (Roth, 2007). Dalam peradgangan saham di bursa, pengambilan keputusan jual atau beli saham tidak hanya didasarkan pada harga semata. Masih terdapat hal-hal lain yang harus dipertimbangkan misalnya faktor fundamental perusahaan (saham), berita yang berkembang di pasar dan yang lainnya. Namun, investor sering mendasarkan keputusan jual belinya hanya pada harga saham. Sehingga, investor harus siap untuk menanggung risiko yang dihadapi akibat kesalahan berpikir yang telah dibuatnya sendiri. Faktor bias pemikiran juga menggambarkan bahwa Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
investor akan lebih merasa terluka jika mengalami loss daripada mendapatkan gain dalam jumlah yang sama (Tilson, 2005). Perasaan sedih atau terluka yang dialami oleh investor karena mengalami loss bisa sampai dua kali lebih besar daripada mendapatkan gain. Padahal, besarnya loss dan gain yang dihasilkan sama. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kesalahan pemikiran yang dilakukan investor. Bias pemikiran yang terakhir adalah investor dapat memprediksi kejadian yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan menemukan pola di luar randomness (Roth, 2007). Seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa perdangangan saham di bursa bersifat randomness. Namun, yang terjadi adalah investor berfikir bahwa mereka dapat menemukan suatu pola dalam perdagangan di luar randomness dengan membaca dan meneliti historical data. Pola tersebut dapat mereka gunakan untuk memprediksi kejadian di masa yang akan datang. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi bias pemikiran yang dilakukan oleh investor. 3. Faktor ketiga selanjutnya diberi nama sebagai Faktor Keberanian Menghadapi Risiko, memiliki nilai eigen sebesar 2,011 dan variance sebesar 11,826 persen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor ketiga dapat menjelaskan perilaku investor sebesar 11,826 persen. Faktor ketiga terdiri dari 3 komponen pembentuk faktor yakni considering the past (X16), fear and grees (X17 dan X18). Faktor keberanian menghadapi risiko berkaitan dengan keberanian investor dalam menghadapi risiko yang ditemui dalam melakukan transaksi jual beli saham di bursa. Investor akan berani mengambil risiko yang lebih besar setelah sebelumnya mendapatkan keuntungan, sebaliknya investor akan mengambil risiko yang lebih kecil (tidak berani mengambil risiko) setelah sebelumnya mendapatkan kerugian (Nofsinger, 2005:33). Hal ini menunjukkan bahwa keberanian investor dalam menanggung risiko yang akan terjadi timbul ketika sebelumnya investor mendapatkan gain atas transaksi jual beli saham yang dilakukannya. Namun, ketika sebelumnya investor menderita loss maka keberanian untuk mengambil risiko akan hilang. Faktor keberanian menghadapi risiko lainnya adalah investor sering melakukan aksi jual saat bull market dan melakukan aksi beli saat down market. Hal ini menunjukkan bahwa investor takut untuk menghadapi risiko yang akan dihadapi yakni akan menanggung kerugian yang besar jika investor melakukan aksi beli saat bull market dan melakukan aksi jual saat down market.
Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
4. Faktor keempat, selanjutnya diberi nama sebagai Faktor Kepercayaan Diri, memiliki nilai eigen sebesar 1,918 serta variance sebesar 10,594 persen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor keempat merupakan faktor yang membentuk perilaku investor dalam transaksi jual beli dan dapat menjelaskan perilaku sebesar 10,594 persen. Faktor keempat terdiri dari 3 komponen pembentuk faktor yakni overconfidence (X3,X1,X2). Faktor kepercayaan diri berkaitan dengan rasa percaya diri yang berlebihan yang ditunjukkan oleh investor dalam transaksi jual beli saham di bursa. Rasa percaya diri yang berlebihan menyebabkan investor overestimate terhadap pengetahuan yang dimiliki, underestimate terhadap risiko dan melebih-lebihkan kemampuan mereka dalam hal melakukan kontrol atas apa yang terjadi (Nofsinger, 2005 : 10). Investor dapat menjadi overconfidence terhadap kemampuan, pengetahuan dan kemungkinan di masa yang akan datang (Ritter, 2003). Rasa percaya diri yang berlebihan dapat menyebabkan investor melakukan trading yang berlebihan yang berakibat pada rendahnya return portfolio yang didapat. Overconfidence juga dapat menyebabkan investor menanggung risiko yang lebih besar. 5. Faktor kelima, selanjutnya diberi nama sebagai Faktor Interaksi Sosial dan Emosi. Faktor ini memiliki nilai eigen sebesar 1,254 dan variance sebesar 8,942 persen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor kelima merupakan faktor yang membentuk perilaku investor dan dapat menjelaskan perilaku sebesar 8,942 persen. Faktor kelima terdiri dari 3 komponen pembentuk faktor yakni social interaction (X8 dan X9) dan emotion (X10). Faktor interaksi sosial dan emosi berkaitan dengan interaksi investor dengan broker dan investor lainnya dalam perdagangan saham di bursa dan berkaitan pula dengan emosional investor dalam melakukan transaksi jual beli saham di bursa. Faktor interaksi sosial antara lain investor melakukan interaksi antara investor dengan broker dan antara satu investor dengan investor lainnya yang berkaitan dengan transaksi di bursa. Interaksi sosial dengan pelaku bursa dapat mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan transaksi (Nofsinger, 2005 : 75). Investor mungkin saja bisa terpengaruh untuk beli atau jual saham atau bahkan mengikuti apa yang dilakukan oleh investor lain (aksi bebek/mengekor) (Roth, 2007). Faktor emosi berkaitan dengan adanya emosi baik good mood maupun bad mood yang mempengaruhi keputusan investor dalam melakukan transaksi jual beli saham di bursa. Emosi merupakan bagian yang penting dalam proses pengambilan keputusan terutama untuk keputusankeputusan yang memiliki tingkat ketidakpastian yang tinggi (Nofsinger, 2005 : 86). Pada saat Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
good mood investor dapat mengambil keputusan dengan baik dan benar, sebaliknya pada saat bad mood investor tidak dapat mengambil keputusan dengan baik dan benar. 6. Faktor keenam, selanjutnya diberi nama sebagai Faktor bias penilaian, memiliki nilai eigen sebesar 1,132 serta nilai variance sebesar 8,123 persen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor keenam merupakan faktor yang membentuk perilaku investor dan mamupu menjelaskan perilaku sebesar 8,123 persen. Faktor keenam terdiri dari 2 komponen pembentuk faktor yakni familiarity (X15) dan Representativeness (X14) Faktor bias penilaian berkaitan dengan bias penilaian yang dilakukan oleh investor terhadap saham yang diperdagangkan di bursa. Investor menilai saham berdasarkan familiarity yakni menilai saham berdasarkan karena sesuatu yang sudah dikenal atau familiar (Nofsinger, 2005 : 64). Disamping itu, investor juga menilai saham berdasarkan stereotypes yakni menilai dua hal yang memiliki kualitas sama pasti sama (Nofsinger, 2005 : 64). Misalnya, good company pasti good stock (perusahaan yang bagus pasti memiliki saham yang bagus pula, demikian pula sebaliknya)
E. SIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN E. 1. Simpulan 1. Terdapat enam faktor yang membentuk perilaku investor dalam melakukan transaksi saham, meliputi: a. Faktor Kenyamanan dan Keamanan yang terdiri dari variabel StatusQuo, Herd-Like Behavior dan Mental Accounting dengan variance sebesar 13,723 persen. b. Faktor Bias Pemikiran yang terdiri dari variabel Vividness Bias, Anchoring, Loss Aversion dan Data Mining dengan variance sebesar 12,150 persen. c. Faktor Keberanian Menghadapi Risiko yang terdiri dari variabel Considering the Past dan Fear and Greed dengan variance sebesar 11,826 persen. d. Faktor Kepercayaan Diri yang terdiri dari variabel Overconfidence dengan variance sebesar 10,594 persen. e. Faktor Interaksi Sosial dan Emosi yang terdiri dari variabel Social Interaction dan Emotion dengan variance sebesar 8,942 persen. f. Faktor Bias Penilaian yang terdiri dari variabel Familiarity dan Representativeness dengan variance sebesar 8,123 persen Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
2.
Berdasarkan uji beda yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan faktor pembentuk perilaku antara perilaku investor pria dan wanita dalam melakukan transaksi saham.
E.2. Keterbatasan dan Saran 1.
Penelitian ini hanya mengamati faktor-faktor psikologi yang membentuk perilaku investor dalam transaksi jual beli saham di bursa. Penelitian mendatang disarankan untuk mengamati faktor-faktor lain selain faktor psikologi sebagai pembentuk perilaku investor, misalnya faktor demografi investor
2.
Faktor-faktor psikologi yang diamati dalam penelitian ini hanya diukur dari persepsi investor sebagai responden sehingga dimungkinkan muncul unsur subyektivitas disebabkan investor menilai dirinya sendiri. Penelitian mendatang disarankan untuk mengamati faktorfaktor psikologi investor tidak hanya dari persepsi investor saja, namun juga dari persepsi broker maupun pihak lain yang berkaitan dengan bursa (selain investor saham) sebagai responden. Dengan demikian unsur obyektifitas dapat ditingkatkan
3.
Penelitian ini hanya melakukan eksplorasi atas faktor-faktor psikologi yang membentuk perilaku investor dalam transaksi jual beli saham. Penelitian mendatang tidak hanya melakukan eksplorasi terhadap faktor-faktor psikologi yang membentuk perilaku investor namun juga dilakukan penelitian yang bersifat eksplanatif untuk memisahkan faktor-faktor psikologi apa saja yang dapat membedakan investor saham menjadi investor yang rasional dan irrasional.
Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
DAFTAR RUJUKAN Barber, Brad dan Terrance Odean. 2001. Boys Will Be Boys: Gender, Overconfidence and Common Stock Investment. Quarterly Journal of Economics: 261-292 Barberis, Nicholas dan Thaler, Richard. 2003. Handbook of the Economics of Finance : A Survey of Behavioral Finance.University of Chicago . Cooper, Donald R dan Emory, C William. 1995. Business Research Methods .Fifth Edition .New York .Richard D Irwin Inc. Daniel, Kahenman. 1998. noitcaeR revO dna rednU tekraM ytiruceS dna ygolohcysP rotsevnI “ “. Journal of Asset Finance Vol 53 ,pp 1839-1886. Fraser, Patricia. 2003. “ How do US and Japanese investors process information, and how do they form their expectation of the future ? Evidence from quantitative survey based data “. Journal of Asset Management Vol 5, pp 77-90. Hair, Joseph F., Rilph F. Anderson, Ronald L. Tahtam dan William C. Black. 2006. Multivariate Data Analysis. Sixth Edition. New Jersey. Prentice-Hall Inc. I Gede Raka Tantra, “ Investasi Saham untuk Mengembangkan Modal “. Republika Online. 30 April 2007 (http://www.republika.co.id/koran, diakses 5 Mei 2007) Jogiyanto. 1992. Teori Portfolio dan Analisis Investasi. Edisi Kedua. Yogyakarta. BPFE. Lease, Ronald C., Wilbur Lewellen, and Gary G. Schlarbaum. 1974. The Individual Investor: Attributes and Attitudes. The Journal of Finance: 413-433. Lewellen, Wilbur, Ronald C Lease and Gary G. Schlarbaum. 1977. Pattern of Investment Strategy and Behavior among Individual Investors. The Journal of Business: 296-332. Nofsinger, John R.2005. Psychology of Investing. Second Edition. New Jersey. Prentice-Hall Inc. Ritter, Jay R. 2003. “ Behavioral Finance “. Pasific-Basin Finance Journal Vol 11, pp 429-437. Roth, Allan S. 2007. Behavioral Finance. Article Wealth Logic, LLC (http://DareToBeDull.com, diakses 13 Juni 2006). Sekaran, Uma. 2003. Research Methods For Bussines. Fourth Edition. New York. John Willey & Sons Inc. Soehandjono, “ Tipe Investor Seperti Apakah Anda ? “. Danareksa Online. 5 April 2007 (http://www.danareksa.com, diakses 5 Mei 2007) Sugeng Wahyudi, “ Perilaku Pasar dan Bias Pasar “. Suara Merdeka. 5 September 2005. hal 9. Sunariyah.1997. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Yogyakarta. Penerbit UPP AMP YKPN. Tilson, Whitney. 2005. Applying Behavioral Finance to Value Investing. Artikel T2 Partners LLC (http://www.T2 PartenrsLLC.com, diakses 27 April 2007). ” Ketika Investor Semakin Rasional ”, Kompas. 14 September 2004. hal 19. ” Perlu Pengamatan Psikologi Investor ”, Kompas. 8 Desember 2003. hal 15.
Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......
National Conference on Management Research 2008 8Makassar, 27 November 2008
ISBN: 979-442-242-
Lampiran Tabel 1 Hasil Analisis Faktor Component
Initial Eigenvalues
Rotation Sums of Squared Loadings
% of Cumulative Total Variance % Total 1 3,427 18,036 18,036 2,607 2 2,677 14,089 32,125 2,309 3 2,011 10,584 42,709 2,247 4 1,918 10,093 52,802 2,013 5 1,254 6,601 59,402 1,699 6 1,132 5,955 65,358 1,543 Sumber : data primer, diolah
% of Variance 13,723 12,150 11,826 10,594 8,942 8,123
Cumulative % 13,723 25,873 37,699 48,293 57,235 65,358
Tabel 2 Faktor Pembentuk Perilaku
1 X7 ,813 X11 ,765 X5 ,743 X6 ,593 X12 ,237 X20 ,161 X13 ,052 X4 -,232 X16 -,002 X17 ,031 X18 -,171 X3 -,020 X1 -,091 X2 ,074 X8 ,098 X9 ,263 X10 ,330 X15 -,013 X14 ,298 Sumber : data primer, diolah
2 ,008 ,147 ,280 -,144 ,736 ,686 ,665 ,626 -,001 -,052 ,096 ,084 ,058 ,457 ,088 -,177 ,104 ,052 ,240
Component 3 4 -,093 -,053 -,040 ,038 ,116 -,162 -,191 ,402 ,083 ,025 ,189 ,099 -,301 -,008 ,006 ,303 ,059 ,813 ,063 ,758 ,005 ,685 ,164 ,809 -,045 ,706 ,064 ,578 ,288 ,210 -,036 ,310 ,138 ,287 ,346 ,007 -,306 ,039
5 ,056 -,118 ,197 ,093 -,091 -,133 ,087 ,026 -,194 ,104 ,329 -,094 ,352 ,247 ,717 ,606 -,572 ,177 -,092
6 ,162 ,168 -,054 -,375 ,215 ,159 ,001 -,380 -,006 ,112 ,011 -,131 ,097 ,181 ,074 ,142 ,352 ,726 ,617
Studi Eksplorasi Faktor-Faktor Pembentuk Perilaku Investor......