Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
ANALISIS PERILAKU INVESTOR INDIVIDU KOTA PALEMBANG DALAM PEMBELIAN DAN PENJUALAN SAHAM BIASA (Studi Investor Kota Palembang) Yuliani Isnurhadi Dosen Jurusan Manajemen Universitas Sriwijaya
[email protected];
[email protected]
ABSTRACT
The behavior of individual investors in buying and selling common stock in emerging market is a strategic decision because it is link to return in the future. The aims of this research to give evidence about evidence survey from individual behaviour investor in Palembang, South Sumatera. The kind of this research is quantitative descriptive with unit of analysis are 19 individual investor with snowball sampling. The result of this study that macro information and fundamental of emiten required consideration in buying and selling decision for common stock. Overconfidence individual as a character respondent to buying and selling. Character as personality from individual investor is a successfull to investment in financial asset.
Keywords: Individual Investor, Investor Behavior, Emerging Market, Quantitative Descriptive I. PENDAHULUAN Keputusan menjual dan membeli saham suatu financial asset merupakan keputusan yang sangat strategis bagi investor karena terkait dengan peluang return yang akan diperoleh. Keputusan investasi pada financial asset yang dilakukan investor dalam konteks ini adalah investor individu merupakan sesuatu yang menarik untuk dikaji. Teori investasi yang diuraikan (Jones, 1998) adalah penyertaan modal untuk jangka panjang. Tetapi perilaku investor kadang terjadi overtrading, dimana perilaku investor yang melakukan trading saham dengan frekuensi tinggi, melakukan pembelian dan penjualan saham berkali-kali. Jelas sekali bahwa perilaku investor pada emerging market kontradiktif terhadap teori investasi yang ada. Penelitian Barberis & Thaler (2001) menunjukkan bahwa investor melakukan transaksi di pasar modal dengan turnover yang tinggi, dalam setahun investor melakukan pembelian dan penjualan saham hampir 80% dari portofolio yang dimiliki. Talar (2004) menemukan bahwa faktor-faktor dominan yang memengaruhi keputusan dalam transaksi saham harian adalah faktor teknikal, faktor investor asing, faktor likuiditas saham, serta faktor rumors. Penelitian Ady (2004) menemukan bahwa investor dalam berinvestasi lebih memperhatikan varian return saat ini daripada menahan saham untuk mendapatkan dividen di tahun depan dan kebanyakan investor melakukan pembelian saham bukan untuk jangka panjang, tetapi cenderung jangka pendek untuk mendapat capital gain. Penelitian Durand & Sanghani (2008) menguji hubungan antara kepribadian dan keputusan investasi dan kinerja portofolio. Sampel penelitian adalah 18 investor individu yang memegang portofolio ekuitas Australia untuk thaun keuangan yang berakhir tanggal 30 Juni 2005. Hasil temuan penelitian ini meliputi: (1) Individu yang lebih ekstraverted, memiliki preferensi yang lebih besar untuk inovasi dan kurang maskulin mencapai kinerja portofolio yang superior, (2) Individu yang memiliki emosi negatif yang lebih tinggi, kecenderungan mengambil risiko yang lebih tinggi, dan lebih terbuka terhadap pengalaman memilih risiko portofolio yang lebih tinggi, (3) Emosi negatif yang lebih tinggi dan kecenderungan mengambil risiko yang lebih tinggi juga berhubungan dengan peningkatan perilaku perdagangan, sementara investor yang lebih ekstraverted ditemukan memiliki kecenderungan yang lebih rendah terhadap perilaku perdagangan dan (4) Peran dari gender psikologis lebih baik daripada gender biologis dalam menganalisis investor. Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
211
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Penelitian Maulina (2011) bahwa investor di BEI lebih berorientasi pada investasi jangka pendek dengan mengharapkan capital gain dibandingkan dividen. Secara rata-rata investor menahan kepemilikan saham biasa selama dua tahun, investor melakuan investasi lebih bersifar irrasional, analisis yang dilakukan semakin teknikal dan kurang memperhatikan faktor fundamental. Mittal & Vyas (2009) meneliti bagaimana pendapatan dari investor individu mempengaruhi keputusan investasi dan kecenderungan bias perilaku. Data yang digunakan adalah data primer berjumlah 428 investor, instrumen penelitian adalah kuesioner yang disebar di Kota Indore, India. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa investor India rentan terhadap bias perilaku selama proses pengambilan keputusan. Temuan lainnya membuktikan bahwa penghasilan berpengaruh signifikan terhadap overconfidence, kecenderungan untuk overreact dan penghindaran terhadap kerugiaa/penyesalan, tetapi penghasilan tidak signifikan terhadap self-attribution bias, framing effect dan kecenderungan untuk menggunakan harga pembelian sebagai titik acuan (anchoring effect). Chandra (2009) meneliti investor di India dengan keputusan berdasarkan kompetensi yang dirasakan dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Temuan penelitian ini bahwa investor yang memiliki pendapatan tinggi akan lebih percaya diri mengenai kemampuan dalam investasi di pasar modal. Tingkat pendidikan dan pendapatan investor individu cenderung memiliki dampak signifikan pada kompetensi diikuti oleh faktor usia, investasi dan gender. Chandra & Sharma (2010) melakukan penelitian untuk mengidentifikasi bias psikologis utama yang mempengaruhi perilaku investor individu. Sumber data adalah data primer menggunakan kuesionar terstruktur di mana calon investor diminta untuk mengemukakan reaksi terhadap beberapa situasi tertentu. Hasil temuan penelitian ini bahwa tidak ditemukan pengaruh overconfidence bias, terdapat over/under opportunism, cenderung sangat sensitif terhadap rumor dan private information, terdapat pengaruh conservation bias dan sangat terpengaruh representativeness bias. Tjandrasa (2014) meneliti pengaruh behavioral finance pada kasus rencana redenominasi rupiah. Hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa anchoring bias, conservation bias dan overconfidence bias tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat persetujuan untuk rencana redenominasi rupiah. Individual bias tidak tergantung pada gender. Iwasawa & Uchiyama (2014) meneliti tentang pengaruh anomali beta yang terjadi di pasar modal Jepang terhadap keputusan investasi bagi investor behavior. Jenis penelitian ekperimental dengan waktu penelitian yaitu bulan Januari 1985 sampai Juni 2013 di Tokyo Stock Exchange (TSEI). Hasil temuan bahwa tidak ditemukan pengaruh anomali beta terhadap keputusan investor individu artinya anomali beta bagi investor individu di Jepang tidak menjadi faktor untuk melakukan tindakan ekstrim dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti survei tentang pertimbangan investor individu di Kota Palembang dalam membuat keputusan membeli dan menjual saham, memperoleh bukti tentang jenis karakter investor individu dalam investasi di pasar modal Indonesia yang masih dalam kategori emerging market. II. STUDI PUSTAKA 2.1. Teori Keuangan Perilaku (Behavioral Finance) Behaviour finance merupakan studi investigatif yang berusaha menerangkan inefisiensi pasar dengan menggunakan teori-teori psikologi. Mengamati bahwa oranga sering melakukan kesalahan dan asumsi tak logis ketika berhubungan dengan masalah keuangan. Kemunculan behaviour finance diawali ketika Shiller, seorang professor dari Universitas Yale memunculkan kertas kerja yang berjudul “Irrational Exuberance” . Shiller memperingatkan investor bahwa harga saham, berdasarkan berbagai pengukuran historik akan meningkat terlalu tinggi, dan publik akan sangat kecewa dengan kinerja saham di masa depan. Hal ini membuktikan dengan munculnya penggelembungan harga saham tidak lama setelah peringatan dari Shiller. Behaviour finance masih menjadi paradigma baru dalam penelitian bidang keuangan, yang memberikan suplemen untuk teori keuangan standar dengan memperkenalkan aspekaspek perilaku pada pengambilan keputusan. Berbeda dengan pendekatan Markowitz dan Sharpe, keuangan perilaku menyetujui cara individu menggunakan informasi. Perilaku keuangan mencoba mencari dan memprediksi implikasi pasar finansial sistematik pada proses keputusan psikologi. Topik behaviour finance terdiri dari: (1) Behaviour Finance Macro (BFMA) mendeteksi dan mendeskripsikan anomaly dalam hipotesis pasar efisien yang dijelaskan dalam model perilaku. (2) Behaviour Finance Micro (BFMI) yang menguji perilaku atu bias dari investor individu yang membedakan mereka dari individu yang rasional seperti dalam teori ekonomi klasik. BFMI akan mempersoalkan dapatkah cognitive dan emotional error mempengaruhi Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
212
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
keputusan keuangan investor. BFMI menggunakan psychographic model karena klasifikasi berkaitan dengan strategi individu dan toleransi risiko. Tema-tema utama dalam behaviour finance seperti diuraikan dalam Ricciardi & Simmon (2000) terdiri dari empat tema yaitu 1) keyakinan yang berlebihan (overconfidence theory), 2) teori ketidakberaturan kognitif keuangan (financial cognitive dissonance theory), 3) teori penyesalan (regret theory) dan 4) teori prospek (prospect theory). Kajian ini fokus pada BFMI, studi tentang perilaku investor individu, dalam rangka mengidentifikasi bias psikologis dan melakukan investigasi perilaku terhadap keputusan alokasi asset sehingga dapat menekan bias pada proses investasi. 2.2. Tipe-tipe Investor Tipe investor dapat dibedakan menjadi tiga macam (Wira, 2011), yaitu: (1) investor konservatif, tipe investor yang cenderung menghindari risiko, bermain pada instrumen investasi ama dan berisiko rendah, (2) investor moderat, yaitu investor yang memiliki tingkat toleransi terhadap risiko lebih tinggi dengan hasil sepadan, (3) investor agresif, yaitu investor yang tingkat toleransi risiko tinggi, dengan prinsip high risk high return bahkan pada skala ekstrim dapat menjadi spekulan. Tipe-tipe trader terdiri dari enam tipe yaitu: scalper, day trader, swing trader, position trader dan investor. Perbedaan dari tipe trader terlihat pada Tabel 1: Tabel 1. Tipe-tipe Trader
Tipe Trader
Scalper
Gaya Trading
Agresif
Day trader Agresif
Jumlah Trading Time Frame
Banyak
Banyak
Sangat pendek (menitjam) Tick-M5
Pendek (menitjam)
Swing trader Cukup Agresif Cukup Banyak Panjang (hariminggu)
M15-H1
H4-D1
Chart
Position trader Pasif
Investor
Sedikit
Sedikit
Lebih panjang (minggubulan) D1-W1
Sangat panjang (bulantahun) W1-Month1
pasif
Sumber: Wira (2011) Lucey (2005) melakukan penelitian survey tentang pengaruh perasaan investor pada harga ekuitas dan juga mengembangkan teori dasar yang digunakan untuk memahami munculnya temuan pada area ini (perasaan). Penelitian ini mengkaji dampak dari faktor-faktor lingkungan seperti cuaca, bioritme tubuh, faktor sosial dan image yang memengaruhi suasana hati investor sehingga berdampak pada pengambilan keputusan investasi. Hasil temuan penelitian ini bahwa: (1) Investor berinvestasi dengan cara yang sesuai dengan perasaan mereka, (2) Perasaan berefek pada harga ekuitas, (3) Cuaca, siklus biologi tubuh, gangguan pola tidur, fase lunar, kegiatan sosial dan image berpengaruh terhadap mood sehingga memengaruhi pengambilan keputusan. Selanjutnya temuan penelitian Worhington (2006) menguji tentang hubungan cuaca terhadap mood dan feeling bagi investor di pasar modal Australia selama periode 1958-2005. Sebelas elemen cuaca dimasukkan yaitu presipitasi, evaporasi, kelembaban relatif, temperatur maksimum dan minimum, temperatur rata-rata harian, jam matahari bersinar, kecepatan dan arah angin maksimum, rata kecepatan angin harian) terhadap return pasar riil dan nominal, menggunakan analisis korelasi non parametric dan outoregresif moving average model. Hasil temuan penelitian ini adalah faktor cuaca tidak berpengaruh terhadap return pasar. Maulina (2011) mengkaji informasi asimetri dan periode menahan kepemilikan saham biasa di BEI dengan metode path analysis ditemukan bahwa rata-rata investor menahan saham biasa selama dua tahun dan secara umum investor lebih berorientasi pada investasi jangka pendek dengan mengharapkan capital gain daripada dividen. Penelitian tentang variabel fundamental dalam memprediksi stock return dilakukan oleh Yanti (2012) pada objek pengamatan saham-saham syariah di Bursa Efek Indonesia. Menggunakan analisis path ditemukan bahwa strategi investasi para investor di saham-saham syariah adalah mengutamakan informasi fundamental Price Earning Ratio (PER) dan stock return. Penelitian kualitatif dilakukan oleh Ady (2012) terhadap investor di Surabaya dengan mendeskripsikan, menganalisis dan memahami persepsi, motif, sikap dan perilaku investor dalam melakukan Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
213
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
investasi saham. Hasil temuan penelitian ini bahwa perilaku investor dalam pengambilan keputusan pembelian dan penjualan saham ditentukan oleh persepsi dan sikap investor terhadap makna investasi. Ditinjau dari tipe investor ditemukan bahwa investor di Surabaya tergolong pada day trader, swing trader dan position trader. III. METODE PENELITIAN
3.1. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian ini adalah kuantitatif (positivist) dan didukung dengan hasil wawancara mendalam (indepth interview). Jenis penelitian ini menggunakan metode survei 3.2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada investor kota Palembang Sumatera Selatan. Adapun lokasi penelitian yaitu di perusahaan efek yang terdapat di Kota Palembang. Jumlah perusahaan efek saat ini adalah sembilan perusahaan tetapi ada satu perusahaan yang statusnya tidak aktif. Perusahaan efek yang dipilih adalah anggota bursa dan memiliki izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Adapun nama perusahaan efek tersebut adalah BNI Securities, Daewoo Securities Indonesia, Mandiri Sekuritas, Panin Sekuritas Tbk, RHB OSK Securities Indonesia, Sinarmas Sekuritas, Trimegah Securities Tbk dan Valbury Asia Securities. 3.3. Teknik Pengumpulan data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer penelitian ini diambil melalui wawancara dengan jenis pertanyaan yang bersifat terbuka sedangkan data sekunder adalah data yang ditelusuri melalui literatur kepustakaan, www.idx.co.id, Badan Pusat Statistik. 3.4. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh investor di kota Palembang Sumatera Selatan. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik snowball dan secara purposive. Teknik snowball digunakan untuk mengambil sampel berdasarkan informasi dari sampel pertama yang berhasil ditemui. Teknik purposive digunakan dalam penelitian ini dibatasi dengan kriteria: (1) investor tersebut sampai saat ini aktif melakukan transaksi saham biasa di pasar modal, (2) telah berkecimpung di pasar modal sebagai investor minimal dua tahun, (3) investor bukan dan tidak terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan strategis pemerintah atau sebagai aparatur pemerintah. Unit analisis penelitian ini adalah individu sebagai investor. Penelitian ini akan selesai jika informasi yang didapatkan dari responden sudah jenuh/sama sehingga tidak ada informasi baru yang bisa diperoleh (data saturation). 3.5. Metode Analisis Data Metode analisis data dimulai dari verifikasi dalam pengisian kuesioner dengan sifat pertanyaan adalah terbuka dilanjutkan dengan coding dan tabulating. Metode statistik deskriptif digunakan dengan menghitung frekuensi dari masing-masing jawaban responden. Software yang digunakan dalam metode analisis data yaitu MS Excel dan SPSS versi 20. IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Makna Investasi Investasi dimaknai sebagai menempatkan uang atau dana dengan harapan untuk memperoleh tambahan atau keuntungan atas uang atau dana tersebut. Terdapat dua kategori investasi yaitu real asset dan financial asset. Real asset adalah investasi yang dilakukan pada aktiva berwujud seperti emas, perak, gedung, kendaraan, mesin dan sebagainya sedangkan financial asset adalah investasi yang dilakukan pada surat Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
214
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
berharga. Penelitian ini fokus pada financial asset yaitu investor kota Palembang yang berinvestasi pada saham biasa (common stock). Beberapa makna investasi dalam penelitian ini berdasarkan arti investasi, alasan melakukan investasi, sumber informasi, tempat melakukan transaksi, motivasi dalam berivestasi, frekuensi transaksi, portofolio saham dari total investasi. Tabel 2 (Lampiran) menunjukkan hasil interview beberapa jawaban responden tentang makna investasi di pasar modal. Merujuk pada Tabel 2 tampak bahwa pengertian investasi berdasarkan hasil interview adalah untuk mengelola dan mengembangkan dana dengan tujuan memperoleh penghasilan di masa yang akan datang sedangkan alasan investasi beberapa responden memberikan jawaban karena tidak puas jika investasi di bank baik dalam bentuk deposito, giro ataupun tabungan. Alasan investasi lainnya cukup beragam mulai dari menambah penghasilan dan ada pula yang coba-coba. Sumber informasi untuk investasi berasal dari internet, sosialisasi dari bank, teman dan dari pendidikan formal yang pernah ditempuh sedangkan tempat transaksi responden lebih memilih trading sendiri baik dengan menggunakan handphone maupun laptop. Motivasi melakukan investasi responden cenderung sebagai orientasi masa yang akan datang sehingga frekuensi transaksi ada yang menjadi trader dan ada pula yang sifatnya jangka menengah. Proporsi portofolio investasi responden antara 10%-80% adalah pembelian saham dibandingkan dengan investasi lainnya seperti emas, properti dan sebagainya. Merujuk pada temuan pada Tabel 2 secara keseluruhan investor Kota Palembang memang mengerti makna investasi, tujuan dan motivasi investasi khususnya di surat berharga dalam bentuk saham dimana hasil temuan ini memberikan kontribusi pada teori prospek (prospect theory) artinya investor di Kota Palembang melakukan evaluasi terhadap beberapa keputusan terkait dengan pembelian dan penjualan saham. 4.2. Pengambilan Keputusan Pembelian Saham Keputusan pembelian saham diperlukan langkah strategis karena terkait dengan perolehan return di masa yang akan datang. Oleh sebab itu, diperlukan beberapa faktor sebelum keputusan membeli saham. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan antara lain: cara membeli saham, kapan sebaiknya waktu membeli, proses pemilihan saham, teknik analisis yang digunakan, faktor internal dan eksternal yang dipertimbangkan serta faktor psikologis dari investor. Berdasarkan hasil interview diperoleh rekapitulasi faktor-faktor tersebut yang tersaji dalam Tabel 3 (Lampiran). Tabel 3 tampak bahwa investor individu di Kota Palembang mengenai cara membeli saham yang dilakukan pertama adalah membuat check list saham-saham yang akan dibeli sebanyak 32,6%. Selain itu investor individu juga melihat trend harga saham perusahaan sebanyak 32,6%. Tujuan dari membuat check list dan melihat trend harga saham agar pemilihan saham yang akan dibeli tidak mengalami kerugian atau tidak sampai salah beli karena terkait dengan investasi yang akan dilakukan. Waktu yang tepat untuk membeli saham dilakukan oleh investor individu adalah saat harga saham turun (36,8%), selain itu ada juga yang melakukan analisis terlebih dahulu (26,3%). Sebanyak 78,9% investor individu Kota Palembang dalam pembelian saham melakukan analisis data terlebih dahulu dan sisanya melihat situasi, trend, grafik dan jenis perusahaan yang memang diminati. Alat analisa yang digunakan dalam keputusan pembelian saham sebanyak 36,8% adalah teknikal sedangkan secara fundamental sebanyak 6 responden (31,6%). Tampak pada tabel tersebut ada responden yang menggunakan feeling dalam proses pembelian saham dan juga ada satu responden yang hanya menduga tanpa melakukaan analisis terlebih dahulu. Selanjutnya faktor ekternal menurut hasil wawancara responden menjawab kondisi politik (63,2%) akan berpengaruh dalam keputusan pembelian saham, selain itu kondisi ekonomi dalam dan luar negeri juga Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
215
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
mempengaruhi dalam keputusan pembelian saham. untuk faktor internal menurut responden adalah kondisi/kinerja perusahaan (63,2%) akan mempengaruhi proses pembelian saham. sisanya akan melihat profit, harga saham dan pertumbuhan perusahaan yang akan dibeli. Secara keseluruhan responden dalam penelitian ini dalam proses pembelian saham bervariatif mulai dari cara memilih saham sampai faktor internal, eksternal dan faktor psikologis. Landasan beberapa faktor tersebut menggali investor individu untuk berinvestasi di pasar modal. Pasar modal merupakan wadah investasi yang lebih mempertimbangkan faktor fundamental dibanding lainnya (Ady, 2013). Tetapi hasil temuan penelitian membantah hasil penelitian tersebut dimana terbukti bahwa investor individu di Kota Palembang sebanyak 36,8% menggunakan analisis teknikal sebagai dasar investasi di pasar modal. Merujuk pada teori keuangan perilaku (behavior finance) bahwa terdapat empat tema utama yang terkait dengan teori ini yaitu teori keyakinan berlebihan, teori ketidakberaturan kognifit keuangan, teori penyesalan dan teori prospek. Temuan lapangan penelitian ini mengindikasikan bahwa investor individu Kota Palembang kecenderungan menganut teori keyakinan berlebihan dan teori prospek. Teori keyakinan berlebihan tampak pada beberapa investor yaitu MF, RS, YE, TMZ dan WY dalam pembelian saham memiliki tingkat overconfidence dimana sebenarnya topik ini sudah menjadi salah satu topik menarik yang mendapat perhatian luas di bidang keuangan dan psikologi. Bahkan sebagai manusia, tidak dapat disangkal bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk terlalu yakin atas kemampuan dan prediksi untuk berhasil. Berpijak pada teori prospek yang diajukan oleh Kahneman & Tversky (1979) dalam Gumanti (2009) menjelaskan bahwa manusia berperilaku dalam konteks yang sistematis sehingga ide teori ini berpendepat bahwa manusia tidak selalu berperilaku secara rasional. Teori prospek mempertimbangkan preferensi sebagai suatu fungsi timbangan-timbangan keputusan dalam berasumsi bahwa timbangan tersebut tidak selalu tepat dengan probabilitas. Secara spesifik, teori prospek berpendapat bahwa timbangan-timbangan cenderung lebih tinggi daripada probabilitas yang rendah dan lebih rendah daripada probabilitas yang moderat atau tinggi. 4.3. Pengambilan Keputusan Penjualan Saham Keputusan penjualan saham memerlukan beberapa pertimbangan bagi seorang investor. Penelitian ini melihat pada beberapa sisi dari investor individu dalam hal pengambilan keputusan menjual saham. Faktor tersebut dilihat dari cara memutuskan untuk menjual, kapan waktu tepat menjual saham, bagaimana proses penjualan saham yang dilakukan, alat analisa yang digunakan, faktor eksternal, internal dan faktor psikologis. Hasil interview tentang keputusan menjual saham tampak pada Tabel 4 (Lampiran). Tabel 4 tampak bahwa beberapa variabel dalam memutuskan untuk melakukan penjualan saham diawali dengan cara jual. Sebanyak 42,1% atau 8 orang responden menyatakan bahwa pertimbangan untuk melakukan penjualan saham manakala sudah sesuai target. Beberapa responden memberikan target 10-20% dalam penjualan saham. Selanjutnya responden saat akan melakukan penjualan jugas sesuai dengan target. Proses penjualan sebanyak 52,6% responden melakukan online trading, sebanyak 15,8% melalui pialang dan sisanya melalui manajer investasi dan perusahaan sekuritas. Alat analisa adalah teknikal (73,7%) dan fundamental 10,5% dan beberapa responden membaca berita tentang saham sebelum melakukan penjualan. Faktor internal dan eksternal juga menjadi pertimbangan bagi investor Kota Palembang dalam penjualan saham. Faktor internal yang dilihat responden adalah perusahaan dilikuidiasi, faktor ini menjadi penting karena terkait dengan rasio likuiditas perusahaan tentang kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban jangka Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
216
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
pendek. Indikator untuk melihat ini yang paling sering menggunakan current ratio yaitu perbandingan antara aktiva lancar dan hutang lancar. Selain itu adalah kinerja perusahaan jika turun akan mengkhawatirkan harga saham yang kemungkinan akan turun. Faktor eksternal yang menjadi dominan adalah kondisi politik (31,6%). Faktor psikologis investor dalam penjualan saham adalah overconfidence (26,3%) dan faktor lainnya seperti hanya ikutan, rumor ataupun mood. Hal menarik dari temuan penelitian ini adalah overconfidence. Keyakinan berlebihan (overconfidence) sudah menjadi salah satu topik yang mendapat perhatian luas di bidang manajemen keuangan. Para investor tidak dapat disangkal jika memiliki kecenderungan untuk overconfidence atas kemampuan dan prediksi berhasil. Para investor memiliki kemampuan baik karena dapat belajar dari pengalaman masa lalu yang pernah terjadi. Belajar dari kesalahan masa lalu di bidang keuangan dikenal dengan financial congnitive dissonance. Kegagalan untuk belajar dari kesalahan masa lalu diyakini justru menambah dilema overconfidence. Beberapa penelitian terdahulu tentang topik overconfidence dengan menggunakan data primer memang masih relatif kurang. Penelitian Chandra (2009) pada investor di India menyimpulkan bahwa beberapa faktor dalam keputusan investasi yaitu bagi investor yang memiliki pendapatan tinggi akan lebih percaya diri mengenai kemampuan dalam perdagangan di pasar modal. Faktor lain yaitu tingkat pendidikan, usia, gender memiliki pengaruh signifikan pada overconfidence. Selanjutnya Chandra & Sharma (2010) meneliti tentang bias psikologis utama yang mempengaruhi perilaku investor. Menggunakan kuesioner terstruktur dengan lokasi penelitian di wilayah Geografi Delhi dan National Capital Region (NCR) ditemukan hasil penelitian bahwa tidak ditemukan pengaruh overconfidence bias, tetapi ditemukan pengaruh over/under opportunism, cenderung sangat sensitif terhadap rumor dan private information. Perkembangan behavioral finance menjadi kajian menarik setelah mendapat pengakuan internasional dimana Daniel Kahneman dan Vernon Smith memperoleh Nobel Ekonomi Tahun 202 atas dedikasinya selama bertahun-tahun yang mengembangkan kajian ini sebagai perpaduan serasi atara ilmu psikologi dengan ilmua keuangan yang banyak mengandalkan perhitungan matematika dan statistika. Kajian behavioral finance mulai dilakukan pada fenomena psikologis manusia di pasar keuangan dan investor individu (Pompian, 2006) dan hasil temuan ini bahwa behavioral finance terbagi dua yakni bersifat makro dan mikro. Behavioral finance macro yang menjadi persoalan adalah apakah pasar efisien atau pasar dipengaruhi oleh dampak behavioral finance sedangkan yang bersifat mkiro yang menjadi persoalan adalah apakah investor bertindak rasional atau dapatkah cognitive dan emotional error yang mempengaruhi keputusan. Behavioral finance micro dapat menggunakan psychographic model karena klasifikasi psychographic sangat relevan berkaitan dengan strategi individu dan toleransi risiko. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Beberapa kesimpulan dari pengumpulan data dalam laporan kemajuan ini adalah: 1. Makna investasi sangat luas dan beragam bagi investor Kota Palembang yang meliputi tujuan, target return, target waktu dan target kerugian. 2. Keputusan membeli dan menjual saham bagi investor Kota Palembang merupakan implementasi dari persepsi dan sikap terhadap makna investasi. Perbedaan ini yang menciptakan alasan dan motif perilaku yang menentukan time horizon dalam berinvestasi. 3. Kecenderungan investor kota Palembang dalam membuat keputusan yang overconfidence akan mengarah pada cognitive dan emotional error karena pengambilan keputusan yang salah berdampak sangat merugikan.
5.2. Saran Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
217
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Berdasarkan kesimpulan dari pengumpulan data ini maka beberapa saran yang dapat dikemukakan adalah: 1. Penting bagi investor untuk menetapkan trading plan sebelum terjun dalam pasar modal. 2. Sebaiknya menghindari sistem day trader jika mental psikologis hanya untuk jangka pendek karena tingkat emosi day trader tidak sebanding dengan return yang diperoleh.
5.3. Keterbatasan Penelitian 1. Perkembangan behavioral finance saat ini secara bertahap menuju ke arah behavioral finance micro yaitu bagaimana perilaku individual dari pelaku keuangan (investor, trader, manajer keuangan dan manajer investasi). 2. Jumlah responden yang sedikit dalam penelitian ini dikarenakan sulitnya bertemu dan membuat janji terutama responden yang berdomisili di luar Kota Palembang. 3. Penelitian survey dengan menggunakan instrumen yang sudah standar dan dilakukan di beberapa negara perlu juga dikaji ulang terkait dengan investor di Indonesia umumnya dan di beberapa kota lainnya khususnya terutama kota-kota yang aktif investornya melakukan trading. 4. Perbedaan pasar modal di Indonesia dan negara lainnya akan memiliki kandungan informasi yang tidak sama mengingat Pasar Modal Indonesia masih kategori emerging market.
VI. DAFTAR PUSTAKA Ady, S.U. 2004. Analisis Variabel-variabel yang Berpengaruh Terhadap Spread Harga Saham pada Industri Manufaktur di Bursa Efek Jakarta. Majalah Ekonomi dan Bisnis FE Universitas Dr. Soetomo. 4 (2): 36-57. ______. 2012. Pengambilan Keputusan Investasi Saham di Bursa Efek Indonesia (Studi Fenomenologi pada Perilaku Investor di Surabaya). Ringkasan Disertasi. Universitas Brawijaya Malang. Barberis, N & Thaler, R. 2001. A Survey of Behavioral Finance, Working Paper, University of Chicago. Barber, B.M & Odean, T. 2001. Boys Will Be Boys: Gender, Overconfidence, and Commont Stock Investment. The Quartely Journal of Economic. 116 (1): 261-292. Chandra, A. 2009. Individual Investor’s Trading Behavior and the Competence Effect. The IUP Journal of Behavioral Finance. VI(1). Chandra, A & Sharma, D. 2010. Investment Management by Individual Investor: A Behavioral Approach. The IUP Journal of Behavioral Finance.VII(1). Durand, R.B & Sanghani, J. 2008. An Intimate Portrait of the Individual Investor. Journal of Behavioral Finance. 9 (44): 193-208. Gumanti, T.A. 2009. Behavior Finance: Suatu Telaah. Usahawan. 1: 5-15. Iwasawa, S & Uchiyama, T. 2014. The Beta Anomaly in the Japanese Equity Market and Investor Behavior. International Review of Finance. 14(1): 53-73. Jones, C.P. 1998. Investment, Analysis and Management, Sixth Edition. John Wiley & Son, Inc. USA. Lucey, B. M. 2005. The Role of Feeling in Investor Decision-Making. Journal of Economic Surveys. 19 (2): 212-237. Maulina, V. 2011. Informasi Asimetri dan Periode Menahan Kepemilikan Saham Biasa di Bursa Efek Indonesia. Ringkasan Disertasi. Universitas Brawijaya Malang. Mittal, M & Vyas, R.K. 2009. Does Irrationality in Investment Decisions Vary with Income? The IUP Journal of Behavioral Finance. VI(1). Pompian, M. M. 2006. Behavioral Finance and Wealth Management. How to Build Optimal Portfolios That Account for Investor Biases. First Edition. New Jersey: John Wiley & Sons. Inc. Talar, C. 2004. Analisis Faktor-faktor Dominan Pengambilan Keputusan Jual-Beli Saham Harian pada Beberapa Sekuitas di Bandung dengan Menggunakan Pendekatan Analisis Faktor. http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-s2-1999-crhristian1746. Diakses 28 April 2014. Tandelilin, E. 2010. Portofolio dan Investasi. Teori dan Aplikasi. Cetakan 1. Kanisius. Tjandrasa, B.B. 2014. Decision Making from the Perspective of Behavioral Finance. Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha. Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
218
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Wira, D. 2011. Jurus Cuan Investasi Saham, Strategi dan Tips untuk Mendapatkan Keuntungan di Pasar Saham. Edisi Kedua, Cetakan Kedua, Penerbit Exceed. Worhington, A. C. 2006. Whether the Weather. A Comprehensive Assessment of Climate Effect in the Australian Stock Market. Working Paper. 1-15. Yanti, M. Determinan Price Earning Ratio dan Stock Return (Studi pada Saham-saham Syariah di Bursa Efek Indonesia). Ringkasan Disertasi. Universitas Brawijaya.
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
219
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
LAMPIRAN Tabel 2. Hasil Interview tentang Makna Investasi
No
Arti Investasi
Alasan Investasi
01
Innisi al Nama LW
Simpanan dimasa yang akan datang
02
MF
Mengelola uang agar menjadi lebih baik
03
FS
Mengembangkan dana
Tidak puas dari keuntungan bank Tidak puas dari keuntungan bank Mengembangk an dana
04
KA
Mengembangkan dana
05
RW
Mengelola uang agar menjadi lebih baik
06
RS
Mengamankan dana
07
YE
Suatu sikap/posisi
Sumber Tempat Informa Transaksi si Keluarg Trading sendiri a
Motivasi Transaksi
Frekuensi
Portfolio Saham
Orientasi masa yang akan datang
Investor berpengalaman (<3 bulan)
30%
Teman
Diserahkan ke manajer investasi
Orientasi masa yang akan datang
Investor berencana (> 3 bulan)
50%
Internet
Trading sendiri
Orientasi masa yang akan datang (passive income Orientasi masa yang akan datang
Investor berencana (> 3 bulan) Tergantung pasar
20%
Orientasi masa kini
Investor berpengalaman (<3 bulan)
>50%
Perlu penghasilan tambahan Ingin mendapatkan keuntungan
Situs Trading sendiri IDX.co.i d Internet Trading sendiri dan koran
Anggapan saham adalah dunia masa depan Menjaga dan
Saudar a
Trading sendiri
Orientasi masa kini
Investor berpengalaman (<3 bulan)
20%
Perban
Trading sendiri
Orientasi masa
Investor
-
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
220
25%
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
yang diambil dengan mengharapkan keuntungan baik materil maupun non materil Pembelian sejumlah aset yang bertujuan untuk mendapatkan retur dimasa yang akan datang
menjamin persiapan masa depan
kan
Perlu penghasilan tambahan
Perban kan dan internet
yang akan datang
berpengalaman (<3 bulan)
Trading sendiri dan Diserahkan ke manajer investasi
Passive income
Rata-rata 5 kali dalam sebulan
10%
08
AEP
09
JJ
Mengembangkan dana
Return tinggi
Televisi
Trading sendiri
Orientasi masa kini
Investor berpengalaman (<3 bulan)
-
10
FH
Tambahan modal dimasa yad
Coba-coba
Teman
Trading sendiri
Masa depan
10%
11
HR
Menambah penghasilan
Perban kan
Trading sendiri
Menambah penghasilan
12
IA
Mengembangkan dana
Melipat Gandakan dana Menambah penghasilan
Tidak rutin kalo lagi sibuk tidak buka internet 1 bulan sekali
Memba ca dari internet
Trading Sendiri
Orientasi masa yang akan datang
Setiap hari
>10%
13
JN
Menanamkan sejumlah modal untuk meraih keuntungan dan sbg edukasi utk anak yang juga kuliah di fakultas ekonomi
Untuk aktualisasi ilmu
teman
Transaksi mandiri via internet
Untuk masa depan
Waktu luang
20%
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
221
50%
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
14
MK
Harta yang dipakai untuk pemanfaatan
Mencari nilai tambah
media dan teman Dari kuliah
Transaksi mandiri
Setiap hari
80%
Dari kuliah
Ketika ada tambahan dana untuk transaksi Untuk masa depan
15
RS
Mengembangkan ase untuk masa depan
Mudah dipantau
Hampir setiap hari
40%
16
TMZ
Mengembangkan dana
Mendapatkan Return
Teman
Trading sendiri
Mencari Untung
Tergantung Pasar 30-40%
17
WY
Pengembangan Uang
Sebagai hiburan dan mencari profit
Informa si dari bank
Melakukan sendiri di TriMegah Sekuritas
>50%
Mencari keuntungan
Dari kuliah
Transaksi mandiri dari internet
Mengembangkan Setiap hari uang tanpa khawatir kehilangan/penipua n Masa depan Setiap hari (trader)
18
LBS
Sesuatu yang berhubungan dengan keuntungan yang diraih di masa depan Mencari keuntungan
19
IM
Mencari tambahan uang
Dari anak yang kuliah di ekono mi akunta nsi unsri
Melalui broker
Mencari capital gain (orientasi masa kini)
25%
Sumber: Data Primer, 2015
Call for Papers Seminar Nasional dan Hasil-Hasil Penelitian
ISBN 979-587-563-9199
222
Dulu sering, sekarang sudah jarang karena tidak banyak waktu luang
100%.
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Tabel 3. Hasil Frekuensi tentang Keputusan Pembelian Saham
Variabel
Frekuensi (Orang)
1. Check List 2. Data 3. Industri 4. Trend 5. Teman Jumlah 2. Waktu Beli 1. Pengalaman 2. Harga Turun 3. Analisis Dulu 4. Moment 5. Teman Jumlah 3. Proses 1. Analisis Data Memilih 2. Lihat Situasi 3. Trend 4. Perusahaan yang Diminati 5. Grafik Jumlah 4. Alat Analisa 1. Teknikal 2. Fundamental 3. Terka 4. Kombinasi 5. Feeling Jumlah 4. Faktor 1. Politik Eksternal 2. Ekonomi 3.Kebijakan Pemerintah 4. Suku Bunga Jumlah 6. Faktor 1. Kinerja Perush Internal 2. Profit 3. Harga Saham 4. Growth Perus Jumlah 7.Faktor 1. Kognitif Psikologis 2. Kognatif 3. Afektif 4. Mood 5. Integral Jumlah
6 4 2 6 1 19 3 7 5 2 2 19 15 1 1
1. Cara Beli
Sumber: Data Primer, 2015
Persentase (%) 31,6 21,1 10,5 31,6 5,3 100,0 15,8 36,8 26,3 10,5 10,5 100,0 78,9 5,3 5,3
1 1 19 7 6 1 4 1 19 12 4 2
5,3 5,3 100,0 36,8 31,6 5,3 21,1 5,3 100,0 63,2 21,1 10,5
1 19 12 2 3 2 19 4 1 3 9 2 19
5,3 100,0 63,2 10,5 15,8 10,5 100,0 21,1 5,3 15,8 47,4 10,5 100,0
Proceeding Sriwijaya Economic and Business Conference 2015
Tabel 4. Hasil Frekuensi tentang Keputusan Penjualan Saham
Variabel
Frekuensi (Orang)
1. Target 2. Pengalaman 3. Butuh Dana 4. Harga Saham 5. Lainnya Jumlah 2. Waktu Jual 1. Jual Sesering 2. Butuh Dana 3. Target 4. Ikutan Investor lain 5. Lainnya Jumlah 3. Proses Jual 1. Online Trading 2. Manajer Investasi 3. Perush Sekuritas 4. Broker 5. Lainnya Jumlah 4. Alat Analisa 1. Teknikal 2. Fundamental 3. Berita Saham 4. Kombinasi T &F 5. Lainnya Jumlah 5. Faktor 1. Ekonomi Eksternal 2. Politik 3. Makro 4. Tidak Pengaruh 5. Lainnya Jumlah 6. Faktor 1. Perush Dilikuid Internal 2. Kinerja Turun 3. Harga Saham 4. Butuh Dana 5. Lainnya Jumlah 7.Faktor 1. Rumor Psikologis 2. Overconfidence 3. Rasional 4. Feeling/Mood 5. Lainnya Jumlah
8 1 2 5 3 19 2 2 6 1
1. Cara Jual
Sumber: Data Primer, 2015
Persentase (%) 42,1 5,3 10,5 26,3 15,8 100,0 10,5 10,5 31,6 5,3
8 19 10 2 2 3 2
42,1 100,0 52,6 10,5 10,5 15,8 10,5
19 14 2 1 1 1 19 5 6 3 4 1 19 14 1 1 1 2 19 1 5 2 6 5 19
100,0 73,7 10,5 5,3 5,3 5,3 100,0 26,3 31,6 15,8 21,1 5,3 100,0 73,7 5,3 5,3 5,3 10,5 100,0 5,3 26,3 10,5 31,6 26,3 100,0