Studi Biaya Tenaga Kerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN): Kontribusi Pegawai dan Eksekutif Terhadap Kinerja Perusahaan Oleh: Wiratmoko Prasidhanto
Abstrak Penelitian ini ditujukan untuk memberikan bukti empiris mengenai kontribusi pegawai dan eksekutif terhadap kinerja perusahaan. Hipotesis dari penelitian ini adalah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan BUMN berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan. Hipotesis tersebut diuji dengan melibatkan sampel 60 BUMN dengan periode pengamatan Tahun 2006-2010. Pengujian dilakukan terhadap tiga model dan empat hipotesis alternatif. Variabel bebas dalam model tersebut adalah kompensasi pegawai dan kompensasi eksekutif. Variabel terikat yang digunakan untuk masing-masing model adalah pendapatan, laba operasi, dan laba bersih perusahaan. Adapun hasil regresi data panel menggunakan metode common effect, fixed effect, dan random effect memberikan hasil yang konsisten dalam arah maupun besaran koefisien variabel bebas. Pada tingkat keyakinan 95% (α=5%), ditemukan bukti adanya pengaruh positif kompensasi eksekutif terhadap pendapatan maupun laba perusahaan. Pada tingkat yang sama, kompensasi pegawai non eksekutif juga memberikan pengaruh positif terhadap laba perusahaan. Penelitian ini tidak menemukan adanya pengaruh positif kompensasi pegawai non eksekutif terhadap pendapatan perusahaan. Kata kunci: biaya tenaga kerja, BUMN, pendapatan, laba operasi, laba bersih, kompensasi eksekutif, kompensasi pegawai.
I.
Pendahuluan Dalam praktik umum, perusahaan milik Negara merupakan suatu entitas yang mandiri dan beroperasi di jalur komersial tetapi kepemilikannya berada sepenuhnya atau sebagian di tangan Negara (Garner (1970) dalam Ramamurti, 1987). Hal ini tidak berbeda dengan konteks Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia, Undangundang (UU) menyatakan bahwa BUMN adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Negara Indonesia melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan (UU nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN, pasal 1). Perusahaan milik Negara, seperti di China, Malaysia, Brazil, dan India, terbukti ikut berperan besar dalam ekonomi nasional suatu bangsa. Di Indonesia sendiri peran BUMN semakin hari semakin dominan dalam ekonomi nasional. Keterlibatan BUMN dalam Ketahanan Nasional, khususnya dalam bidang ekonomi sangat besar pengaruhnya, dimana BUMN menjadi pemain utama dalam mendukung ketahanan
pangan, ketahanan energi, kesehatan dan industri pertahanan (Kementerian BUMN, 2011)1. Dengan perkembangan ini, sangat penting bagi Pemerintah untuk memastikan bahwa BUMN dapat beroperasi seefisien mungkin sehingga dapat meningkatkan kinerjanya dan pada akhirnya memperbesar kontribusi BUMN dalam ekonomi nasional. Untuk menilai kinerja dan operasi BUMN, tujuan dari pembentukan BUMN harus selalu menjadi salah satu faktor yang dipertimbangkan. Sementara optimalisasi laba dalam rangka meningkatkan kesejahteraan pemegang saham diyakini secara luas sebagai tujuan perusahaan yang seharusnya, Laba hanya menjadi salah satu dari tujuan pembentukan suatu perusahaan milik Negara. Akademisi berpendapat bahwa perusahaan milik Negara selain mengejar laba diharapkan dapat menyediakan lapangan pekerjaan, membantu mendukung pertumbuhan daerah tertinggal dan meratakan pembangunan, melaksanakan operasi yang kurang menguntungkan, membangun kapabilitas teknologi nasional,
menstabilkan
harga,
atau
bahkan
memperoleh
mata
uang
asing
(Anastassopoulos (1981), Grassini (1981), Ramamurti (1987)). BUMN sendiri didirikan untuk melaksanakan tujuan tertentu yang secara garis besar terdiri atas tujuan terkait dengan korporasi serta tujuan terkait dengan pelayanan publik 2, mengejar keuntungan secara eksplisit dinyatakan hanya menjadi salah satu dari lima tujuan pendiriaan BUMN dan tujuan terkait dengan pelayanan publik serta peningkatan ekonomi nasional lebih dominan. Namun demikian, masih banyak kritik terkait dengan kinerja perusahaan milik Negara di seluruh dunia dan BUMN di Indonesia sendiri. Banyak argumen yang menyatakan bahwa kinerja perusahaan milik Negara inferior dibandingkan kinerja perusahaan swasta (Dewenter dan Malatesta, 2001). Argumen ini didasarkan oleh beberapa rasionalisasi seperti beban politis yang terlalu besar sehingga BUMN harus mempekerjakan karyawan yang tidak sesuai dengan kebutuhannya baik dalam kuantitas
1
Disampaikan oleh Menteri BUMN dalam acara “Managing the Nation” yang disiarkan di Metro TV tanggal 15 Juli 2011. 2 Maksud dan tujuan pendirian BUMN berdasarkan Undang-undang BUMN, UU nomor 19 tahun 2003 pasal 2, meliputi (1) untuk memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya; (2) mengejar keuntungan; (3) menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang banyak; (4) menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan oleh sektor swasta dan koperasi; serta (5) turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
dan kualitas (Boycko et.al, 1996), mempekerjakan personil yang lebih mempunyai koneksi politis dibanding personil yang mempunyai mempunyai kualifikasi (Krueger, 1990). Di samping itu, lebih umum lagi terkait dengan tujuan pembentukan BUMN sendiri dimana BUMN cenderung lebih mementingkan tujuan terkait pelayanan publik dan melepaskan kemungkinan untuk memperoleh laba (Dewenter dan Malatesta, 2001) juga diyakini menjadi sebab tertinggalnya kinerja BUMN apabila dibanding perusahaan swasta. Walaupun begitu, anggapan bahwa BUMN masih kurang efisien dibanding dengan perusahaan swasta pada umumnya juga tidak inklusif. Ha-Joon Chang (2007) menyatakan bahwa BUMN bisa menjadi perusahaan yang efisien dan berkinerja baik, lebih lanjut dinyatakan bahwa inferioritas BUMN dapat terjadi karena dua alasan yaitu masalah keagenan dan masalah “free rider”. Namun demikian, kedua akar masalah tersebut juga sering terjadi pada perusahaan swasta dan karena itu tidak menjadikan BUMN menjadi inferior dibanding perusahaan swasta. Terkait dengan fakta tersebut, perlu dilakukan suatu pengujian empiris terhadap kinerja BUMN. Apabila BUMN berjalan dengan baik dan efisien, maka dapat diharapkan, beban biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk pegawainya akan berkontribusi positif pada kinerja perusahaan. Biaya tenaga kerja dalam penelitian ini akan dilihat dari besarnya kompensasi atau remunerasi yang diterima oleh karyawan maupun eksekutif perusahaan. Kompensasi tersebut dapat berupa gaji, tunjangan, bonus, maupun kenikmatan lain yang diberikan perusahaan. Menyinggung mengenai remunerasi yang diterima eksekutif BUMN, Kementerian BUMN telah mengatur pemberian remunerasi eksekutif tersebut dalam bentuk Peraturan Menteri Negara BUMN. Peraturan tersebut telah beberapa kali mengalami perubahan, dan yang terakhir dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-07/MBU/2010 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas BUMN. Dalam peraturan tersebut remunerasi eksekutif BUMN telah diatur jenis, komposisi, besaran serta faktor yang dipertimbangkan dalam penentuan besaran gaji dan tantiem/insentif kinerja. Secara garis besar, remunerasi eksekutif BUMN terbagi menjadi gaji atau honorarium yang merupakan komponen tetap serta tantiem atau insentif kinerja yang diterima berdasarkan variabel tertentu.
Determinan dari komponen tetap tersebut meliputi ukuran perusahaan, sektor industri, dan kompleksitas usaha termasuk persaingan bisnis. Sedangkan determinan dari komponen variabel remunerasi adalah kinerja perusahaan yang dinilai berdasarkan key performance indicator dan tingkat kesehatan perusahaan. Pemberian tingkat remunerasi eksekutif dimaksud harus mempertimbangkan kemampuan keuangan perusahaan (PER07/MBU/2010 pasal 2 dan 5). Sedangkan besaran kompensasi untuk pegawai BUMN ditentukan oleh Direksi BUMN bersangkutan. Untuk BUMN yang telah memiliki Serikat Pekerja (SP) yang aktif sebagai perwakilan pegawai, maka besaran kompensasi yang diterima merupakan hasil negosiasi antara manajemen BUMN dengan SP. Hasil negosiasi tersebut dituangkan di dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB). Apabila biaya tenaga kerja diukur berdasarkan kompensasi yang diterima oleh eksekutif dan pegawai BUMN, maka kinerja perusahaan dalam penelitian ini akan dilihat dari dua hal. Pertama, efektivitas atau produktivitas dalam memanfaatkan sumber daya perusahaan yang diukur melalui pendapatan tahun berjalan. Kedua, efisiensi pemanfaatan sumber daya perusahaan yang diukur melalui laba tahun berjalan. Di Indonesia sendiri, penelitian yang dilakukan untuk menelusuri hubungan antara kompensasi dengan kinerja karyawan penelitian telah banyak dilakukan. Siwi (2007), Damayanthi dan Wahyudin (2007), dan Retnaningsih (2007), menemukan adanya hubungan dan pengaruh yang positif antara kompensasi (bersama dengan faktor lainnya) dengan kinerja karyawan. Penelitian di atas seluruhnya menggunakan kuesioner sebagai alat ukur baik variabel kompensasi maupun kinerja karyawan. Tinggi rendahnya kompensasi atau adil tidaknya kompensasi yang diterima karyawan diukur berdasarkan persepsi responden. Begitu halnya dengan kinerja karyawan, diukur berdasarkan persepsi responden. Melihat perbedaan alat ukur dan ruang lingkup penelitian, penelitian ini diharapkan bukan hanya memberikan bukti empiris mengenai kinerja BUMN. Di sisi lain, penelitian ini juga diharapkan dapat mengisi kesenjangan dari penelitian mengenai hubungan kompensasi karyawan dengan kinerja perusahaan.
II.
Tinjauan Pustaka dan Pengembangan Hipotesis Penelitian mengenai pengaruh kompensasi yang diterima karyawan terhadap produktivitas telah banyak dilakukan di Indonesia. Siwi (2007) dalam penelitiannya mengemukakan bahwa kompensasi bersama-sama dengan motivasi kerja memiliki pengaruh positif terhadap produktivitas karyawan. Hal ini berarti semakin tinggi kompensasi yang diberikan, maka produktivitas akan semakin meningkat. Senada dengan penelitian tersebut, Damayanthi dan Wahyudin (2005) menyampaikan bahwa kompensasi, bersama-sama dengan tingkat pendidikan dan senioritas berpengaruh positif terhadap produktivitas pegawai. Retnaningsih (2007) merangkum hasil penelitian Babakus (1996) dan Gilder (2004) yang menyatakan bahwa keadilan kompensasi dengan variabel intervening komitmen organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Penelitian Retnaningsih (2007) sendiri menyimpulkan bahwa keadilan kompensasi mampu meningkatkan komitmen organisasi yang berdampak pada peningkatan kinerja karyawan. Mengacu pada penelitian-penelitian tersebut, hipotesis penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Ha : Kompensasi yang diterima oleh eksekutif BUMN berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan. Hb : Kompensasi yang diterima oleh pegawai BUMN berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan. Hc : Kompensasi yang diterima oleh eksekutif BUMN berpengaruh positif terhadap laba perusahaan. Hd : Kompensasi yang diterima oleh pegawai BUMN berpengaruh positif terhadap laba perusahaan.
III.
Metode penelitian dan Data 1. Populasi dan Sampel Populasi dari penelitian ini adalah seluruh BUMN. Sedangkan sampel dari penelitian ini adalah BUMN Tahun 2006-2010. BUMN yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah BUMN yang menyerahkan data biaya tenaga kerja. Data tersebut disampaikan oleh BUMN dalam bentuk tabel maupun rekapitulasi potongan pajak
penghasilan pasal 21. Berdasarkan kriteria pemilihan sampel tersebut, diperoleh sampel BUMN sebanyak 60 perusahaan. Jumlah BUMN
: 141 perusahaan
Tidak menyampaikan data
: 81 perusahaan
Jumlah BUMN sampel
: 60 perusahaan
2. Metode Pengumpulan Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data biaya tenaga kerja, pendapatan dan laba perusahaan. Data biaya tenaga kerja diperoleh langsung dari perusahaan, sedangkan data pendapatan dan laba perusahaan diperoleh dari Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara (LKPN) yang merupakan lampiran dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP). Ikhtisar LKPN sendiri diperoleh dari Kementerian BUMN. Untuk perusahaan dengan status laporan di ikhtisar LKPN masih belum diaudit, maka data keuangan diperoleh dari laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit. Data biaya tenaga kerja yang disampaikan oleh manajemen di-validasi terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam perhitungan. Adapun validasi dilakukan dengan membandingkan total biaya pegawai dalam laporan keuangan terhadap data yang disampaikan. Kriteria yang digunakan adalah jumlah tertinggi dari nilai dalam laporan atau data yang disampaikan. Memperhatikan persamaan data sebagai berikut: Total Biaya Pegawai = Biaya Eksekutif + Biaya Pegawai Non Eksekutif maka urut-urutan validasi biaya pegawai adalah : a. Mencari nilai tertinggi untuk biaya eksekutif b. Mencari nilai tertinggi untuk total biaya pegawai c. Menentukan nilai biaya pegawai non eksekutif
3. Model Penelitian Untuk menguji hipotesis, penelitian ini menggunakan tiga model dengan prediktor utama kompensasi pegawai dan kompensasi eksekutif. Ketiga model tersebut adalah sebagai berikut : REVENUEit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + β3 RATA_AKTit + error
(1)
OPINCit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error
(2)
NIit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error
(3)
dimana: REVENUEit OPINCit NIit EXCit EMPit RATA_AKTit error α β1, β2, β3
: Pendapatan perusahaan i pada tahun t : Laba operasional perusahaan i pada tahun t : Laba bersih perusahaan i pada tahun t : Biaya pegawai eksekutif perusahaan i tahun t : Biaya pegawai non eksekutif perusahaan i pada tahun t : Rata-rata aktiva perusahaan i pada akhir tahun t dan t-1 : simpangan penelitian : Konstanta : Koefisien variabel bebas
4. Variabel Penelitian Variabel Terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pendapatan, laba operasi, dan laba bersih. Data pendapatan diperoleh dari ikhtisar LKPN atau laporan keuangan perusahaan. Penelitian ini tidak menggunakan angka laba kotor karena penelitian ini melibatkan perusahaan non manufaktur, yang laba kotornya tidak tepat digunakan di dalam penelitian ini. Angka laba operasional dan laba bersih, diambil langsung dari ikhtisar LKPN laporan laba rugi Perusahaan. Variabel Bebas Variabel bebas dalam penelitian ini adalah kompensasi eksekutif dan kompensasi pegawai non eksekutif . Keduanya diukur dengan data survei biaya tenaga kerja BUMN yang telah divalidasi dengan laporan biaya pegawai pada laporan laba rugi. Variabel Pengendali Variabel pengendali data yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata aktiva. Variabel pengendali digunakan pada model 1, dimana pendapatan menjadi variabel terikat. Hubungan antara aktiva dengan pendapatan perusahaan juga telah dibuktikan oleh Prasidhanto (2011). Variabel rata-rata aktiva diukur dengan : RATA_AKTit = (AKTIVAit + AKTIVAit-1) / 2
dimana AKTIVAit merupakan nilai total aktiva yang dimiliki perusahaan i pada tahun t dan AKTIVAit-1 merupakan nilai total aktiva yang dimiliki perusahaan i pada tahun t-1. Nilai AKTIVAit dan AKTIVAit-1 diambil dari ikhtisar LKPN atau neraca perusahaan.
5. Metode Pengolahan Data Dilihat dari waktu pengambilan data, sifat data dalam penelitian ini adalah data panel. Artinya data cross section BUMN dikelompokkan berdasarkan tahun selama periode 2006-2010. Untuk itu, pengolahan data untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan progress data panel. Adapun metode yang dilakukan adalah common effect, fixed effect, maupun random effect. Pengujian nilai t digunakan untuk menguji pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya. IV.
Analisa Hasil dan Pembahasan 1. Analisa Hasil Tabel 1. Hasil Regresi Data Panel Model 1 REVENUEit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + β3 RATA_AKTit + error Keterangan const
Koefisien (Prob t) Common Effect Fixed Effect Random Effect 2.08E+12
2.07E+12
2.08E+12
(0.0004)*
(0.0004)*
(0.0004)*
133.1373
134.1743
133.1373
(0.0000)*
(0.0000)*
(0.0000)*
-19.7063
-19.8729
-19.7063
(0.0000)*
(0.0000)*
(0.0000)*
0.3786
0.3802
0.3786
(0.0000)*
(0.0000)*
(0.0000)*
R square
0.8287
0.8308
0.8287
Adj R Square
0.8267
0.8261
0.8267
Durbin-Watson stat
1.9496
1.9810
1.9496
412.8873
176.8092
412.8873
(0.000)*
(0.000)*
(0.000)*
EXCOMPit EMPCOMPit RATA_AKTit
F-statistic Prob(F-statistic)
Sumber: data diolah penulis menggunakan Eviews. * signifikan pada α = 0,05.
Dari tabel 1 diatas dapat dilihat bahasa variabel bebas EXCit dan Variabel pengendali RATA_AKTit berpengaruh positif terhadap variabel terikat REVENUE it. Disisi lain Variabel Bebas EMPit berpengaruh negatif terhadap variabel terikat REVENUEit. Pengujian hipotesis dilakukan dengan nilai α = 0,05. Koefisien variabel EXCit adalah positif atau searah dengan hipotesis alternatif H a. Nilai probabilitas t<0,05 dengan demokian H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya kompensasi eksekutif berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan. Koefisien variabel EMPit adalah negatif. Ini berarti berlawanan arah dengan hipotesis Hb. Dengan probabilitas t<0,05, maka data menunjukkan bahwa kompensasi pegawai non eksekutif berpengaruh negatif terhadap pendapatan perusahaan. Dengan demikian Hb ditolak dan kompensasi pegawai non eksekutif tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan. Untuk menguji hipotesis ketiga dan keempat, penelitian ini menggunakan model 2 dan model 3. Model-model ini menunjukkan pengaruh kompensasi eksekutif dan kompensasi pegawai non eksekutif terhadap laba perusahaan, yaitu laba operasi dan laba bersih. Hasil pengujian regresi data panel model 2 dan 3 dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut. Tabel 2. Hasil Regresi Data Panel Model 2 OPINCit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error Keterangan const
Koefisien (Prob t) Common Effect Fixed Effect Random Effect 6.64E+10
6.68E+10
6.64E+10
(0.4607)
(0.4603)
(0.4626)
20.5876
20.5535
20.5876
(0.0000)*
(0.0000)*
(0.0000)*
1.5186
1.5196
1.5186
(0.0000)*
(0.0000)*
(0.0000)*
R square
0.8439
0.8449
0.8439
Adj R Square
0.8427
0.8413
0.8427
Durbin-Watson stat
1.6500
1.6609
1.6500
708.1321
234.2373
708.1321
(0.000)*
(0.000)*
(0.000)*
EXCit EMPit
F-statistic Prob(F-statistic)
Sumber: data diolah penulis menggunakan Eviews. * signifikan pada α = 0,05.
Hasil regresi data panel pada model 2, sebagaimana ditunjukkan oleh tabel 2 di atas. Kedua variabel bebas EXCit dan EMPit memiliki koefisien yang positif. Artinya kedua variabel bebas tersebut diduga berpengaruh positif terhadap variabel terikat OPINCit. Nilai probabilitas t untuk variabel EXCit < 0,05. Dengan demikian pengaruh kompensasi eksekutif terhadap laba operasi perusahaan adalah positif dan signifikan. Di samping itu, nilai probabilitas t untuk variabel EMPit < 0,05 sehingga pengaruh kompensasi pegawai non eksekutif juga positif dan signifikan terhadap laba operasi perusahaan. Kedua hasil regresi data panel pada model 2 di atas mendukung hipotesis alternatif Hc dan Hd. Namun demikian, kesimpulan penolakan H0 atas hipotesis alternatif di atas masih bergantung pada konsistensi hasil regresi data panel untuk model 3 di bawah. Tabel 3. Hasil Regresi Data Panel Model 3 NIit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error Keterangan const
Koefisien (Prob t) Fixed Effect Random Effect
Common Effect -1.29E+10
-1.34E+10
-1.32E+10
(0.8796)
(0.8744)
(0.9090)
8.6820
8.5759
8.6310
(0.0000)*
(0.0000)*
(0.0000)*
1.0851
1.0936
1.0892
(0.0000)*
(0.0000)*
(0.0000)*
R square
0.6308
0.6405
0.6332
Adj R Square
0.6280
0.6321
0.6304
Durbin-Watson stat
1.2828
1.3176
1.2993
223.8317
76.60605
226.1876
(0.000)*
(0.000)*
(0.000)*
EXCit EMPit
F-statistic Prob(F-statistic)
Sumber: data diolah penulis menggunakan Eviews. * signifikan pada α = 0,05.
Tabel 3 di atas menunjukkan koefisien variabel bebas EXCit dan EMPit memiliki nilai positif. Sehingga diduga variabel EXCit maupun EMPit memberikan pengaruh positif terhadap variabel terikat NIit. Arah dari pengaruh positif tersebut sesuai dengan hipotesis ketiga dan keempat. Probabilitas t untuk variabel EXCit < 0,05. Dengan demikian variabel EXCit secara signifikan berpengaruh positif terhadap variabel NI it. Di sisi lain,
probabilitas t untuk variabel EMPit < 0,05. Maka variabel EMPit juga secara signifikan berpengaruh positif terhadap variabel NIit. Melihat hasil pengujian nilai t pada hasil regresi data panel model 2 dan 3 di atas, keduanya secara konsisten mendukung hipotesis ketiga dan keempat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa H0 pada hipotesis ketiga ditolak, dan hipotesis alternatif Hc diterima. Hal ini berarti, kompensasi eksekutif berpengaruh positif terhadap laba perusahaan. Begitu juga halnya dengan hipotesis keempat. H0 pada hipotesis ketiga ditolak, dan hipotesis alternatif Hd diterima. Hal ini berarti, kompensasi pegawai non eksekutif berpengaruh positif terhadap laba perusahaan. 2. Pembahasan Dari analisa hasil regresi pada model 1,2, dan 3, dapat disimpulkan bahwa data mendukung seluruh hipotesis pada penelitian ini, kecuali untuk hipotesis kedua. Hasil tersebut menyatakan bahwa kompensasi yang diberikan kepada eksekutif BUMN secara konsisten berpengaruh terhadap pendapatan maupun laba perusahaan. Sedangkan kompensasi yang diberikan kepada pegawai non eksekutif BUMN tidak berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan, tetapi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap laba perusahaan. Pengaruh positif dan signifikan dari kompensasi eksekutif terhadap pendapatan maupun laba perusahaan, setidaknya mengindikasikan bahwa peraturan mengenai pemberian remunerasi kepada eksekutif (terakhir dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-07/MBU/2010) telah tepat sasaran. Pemberian remunerasi kepada eksekutif BUMN selama ini diarahkan untuk mengatasi masalah agency cost melalui: a. keseimbangan reward & punishment; b. penghargaan yang seimbang (equal pay for equal work); c. kesetaraan penghasilan profesional pengurus BUMN dengan badan usaha lain di bidang/industri yang sama; d. penggunaan perhitungan yang baku sehingga dapat memberikan rasa keadilan dan motivasi yang tinggi dalam pencapaian kinerja perusahaan; dan e. penciptaan sistem penghasilan yang memenuhi prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, kewajaran dan dapat dipertanggungjawabkan guna menghindari penyimpangan dalam pengurusan dan pengawasan perusahaan.
Selain itu, remunerasi eksekutif di BUMN juga diarahkan untuk menjaring talenta terbaik dan peningkatan kinerja serta kontribusi BUMN kepada pemangku kepentingan. Terbuktinya hipotesis pertama (Ha) dan hipotesis ketiga (Hc) dalam penelitian ini menunjukkan bahwa para eksekutif BUMN telah berusaha menyusun strategi untuk mengoptimalkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan pendapatan. Selain itu para eksekutif juga mengimplementasikan strategi untuk melakukan efisiensi terhadap sumber daya yang dimiliki perusahaan. Hal ini terbukti dari pengaruh positif yang signifikan terhadap pencapaian laba perusahaan, yang diukur melalui laba operasi dan laba bersih. Satu hal yang harus dicatat untuk penelitian di masa depan, bahwa laba akuntansi yang dipergunakan di dalam penelitian ini menggunakan basis akrual. Adapun total akrual terdiri dari akrual non diskresioner dan akrual diskresioner. Prasidhanto (2009) menemukan bahwa dalam laporan keuangan BUMN Tahun 2007 juga terdapat akrual diskresioner. Nilai akrual diskresioner BUMN tersebut tidak berbeda secara signifikan dengan nilai akrual diskresioner yang dilaporkan oleh perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode yang sama. Penelitian di masa depan, dengan melibatkan akrual non diskresioner atau laba perusahaan setelah dikurangi akrual diskresioner, akan mengkonfirmasi kesimpulan mengenai masalah agency cost dalam penelitian ini. Apabila hipotesis penelitian mengenai kompensasi eksekutif didukung oleh data dalam penelitian ini, tidak demikian halnya dengan kompensasi pegawai non eksekutif. Data dalam penelitian ini hanya mendukung hipotesis keempat yaitu pengaruh positif kompensasi non eksekutif terhadap laba perusahaan. Sedangkan hipotesis kedua mengenai pengaruh positif kompensasi pegawai non eksekutif terhadap pendapatan perusahaan tidak didukung. Terhadap hasil pengujian hipotesis kedua dan keempat tersebut, ada baiknya untuk berhati-hati dalam mengambil kesimpulan. Kehati-hatian dibutuhkan untuk tidak segera mendukung argumen Dewenter dan Malesteta (2001), Boycko (1996), dan Krueger (1990). Argumen tersebut pada intinya menunjukkan adanya perekrutan pegawai yang tidak sesuai dengan kebutuhan dan kualifikasi pekerjaan. Perekrutan pegawai tersebut dilakukan karena adanya tekanan politis yang besar.
Kembali kepada pendapat Ha-Joon Chang (2007) yang mengelompokan permasalahan di BUMN menjadi dua, yaitu masalah keagenan dan “free rider”. Masalah keagenan yang terjadi pada tingkatan eksekutif, telah teratasi sesuai bagian sebelumnya dari penelitian ini. Bagian sebelumnya juga membebaskan masalah “free rider” pada tingkatan eksekutif. Masalah yang masih tersisa adalah “free rider” pada tingkatan pegawai non eksekutif. Merujuk pada pengaruh positif kompensasi pegawai non eksekutif terhadap laba perusahaan, muncul satu indikasi bahwa permasalahan “free rider” tidak terjadi pada level pegawai non eksekutif. Namun, karena hipotesis penelitian kedua ditolak, maka perlu mendalami hubungan antara pegawai non eksekutif dengan pendapatan BUMN. Pendapatan perusahaan merupakan fungsi dari jumlah dan harga barang atau jasa yang diterima oleh konsumen. Persamaan tersebut secara sederhana dapat dinotasikan sebagai berikut: Total Pendapatan = Kuantitas Penjualan x Harga Jual Komponen harga jual pada notasi di atas, merupakan bagian dari strategi yang dirumuskan oleh tingkat eksekutif. Bahkan terkadang, harga jual produk BUMN diatur sedemikian rupa oleh Pemerintah sehingga fokus diarahkan pada faktor terkendali yang mempengaruhi kuantitas penjualan. Selain sumber daya yang langsung menangani penjualan dan pemasaran, kuantitas penjualan juga dipengaruhi oleh ketersediaan produk untuk dijual. Menyediakan produk untuk dijual akan melibatkan mata rantai yang cukup panjang dan beragam. Keragaman tersebut tergantung pada sektor dimana BUMN tersebut beroperasi. Sebagai contoh, pada BUMN manufaktur, proses tersebut dimulai sejak pemesanan, penerimaan dan inspeksi bahan mentah sampai dengan proses produksi selesai dijalankan. Pada BUMN perkebunan, sedikit mirip dengan proses pada BUMN manufaktur. Hanya saja proses diawali dari menghitung kebutuhan bahan baku, serta penyiapan lahan dan bibit. Contoh lain adalah BUMN perdagangan, proses dimulai sejak pemesanan, penerimaan, dan inspeksi persediaan yang akan dijual sampai dengan persiapan proses penawaran barang yang akan dijual. Sedangkan pada BUMN infrastruktur, proses tersebut bahkan dimulai pada saat persiapan pembebasan lahan sampai dengan proses pembangunan infrastruktur selesai. Sedikit berbeda pada BUMN
yang bergerak di bidang jasa konsultasi atau sertifikasi, proses tersebut justru dimulai pada saat pemesanan diterima, dan selesai pada saat pekerjaan yang diminta oleh konsumen telah siap untuk diserahkan. Pada BUMN sektor transportasi, proses tersebut dimulai dari penentuan jumlah konsumen yang akan dilayani, penentuan spesifikasi alat angkut, sampai dengan penentuan rute yang akan dilayani. Begitu juga dengan sektorsektor BUMN lainnya. Benang merah dari keragaman tersebut bahwa untuk memenuhi target pendapatan perusahaan, terdapat berbagai fungsi yang harus dijalankan oleh pegawai di perusahaan tersebut. Fungsi tersebut ada yang berhubungan langsung dengan perolehan pendapatan perusahaan, ada yang bersinggungan (seperti fungsi produksi), maupun yang berhubungan tetapi tidak langsung (fungsi backoffice atau administrasi). Meskipun seluruh aktivitas tersebut mengarah pada perolehan pendapatan, tetapi target kinerja pada fungsi selain penjualan dan pemasaran umumnya tidak berasosiasi kepada pendapatan. Sebagai contoh, target kinerja pada fungsi produksi pada umumnya adalah kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan. Salah satu target kinerja pada fungsi keuangan (secara kualitatif) pada umumnya adalah penyajian laporan keuangan yang terbebas dari salah saji material dan tepat waktu. Fakta bahwa pegawai non eksekutif terbagi dalam kelompok berdasarkan fungsi dan tidak seluruhnya berhubungan langsung dengan pendapatan perusahaan, akan disimpan untuk pengambilan kesimpulan lebih lanjut. Kembali pada jumlah kompensasi pegawai non eksekutif. Besaran jumlah kompensasi tersebut merupakan fungsi dari jumlah pegawai dan besaran kompensasi tiap pegawai. Keduanya merupakan kewenangan dari manajemen perusahaan. Setiap perusahaan akan memiliki strategi dan kebijakan yang berbeda dalam penetapan kompensasi bagi pegawainya. Namun demikian, kebijakan yang dikeluarkan harus mentaati Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam memberikan kompensasi kepada
pegawai
non eksekutif,
manajemen BUMN
mempertimbangkan kinerja perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terlihat pada tabel pertumbuhan kompensasi beserta pembandingnya sebagai berikut.
Tabel 4. Perbandingan Rerata Pertumbuhan Kompensasi Eksekutif, Kompensasi Pegawai, Pendapatan, serta Laba Per Saham Laba Kompensasi Tahun Pendapatan Per Pegawai Eksekutif Saham 2005 -- 2006 0,13 0,14 0,09 0,97 2006 -- 2007 13,85 0,13 0,12 -0,29 2007 -- 2008 0,43 0,13 0,18 0,30 2008 -- 2009 0,10 0,37 0,54 0,92 2009 -- 2010 0,11 0,06 0,06 0,45 Rerata tahunan 2,97 0,17 0,20 0,47
Tabel 4 di atas menunjukkan bahwa secara rerata, kenaikan kompensasi yang diterima pegawai non eksekutif naik 17 persen pertahun selama periode Tahun 2005 – 2010. Kenaikan tersebut lebih kecil dibandingkan kenaikan rerata kompensasi eksekutif (20 persen pertahun), pendapatan (297 persen pertahun), dan laba perlembar saham (47 persen pertahun) selama periode dimaksud. Tidak tersedianya data akurat mengenai jumlah pegawai selama periode pengamatan tersebut, menyebabkan kesulitan dalam menganalisa pertumbuhan biaya di atas. Apakah pertumbuhan tersebut diakibatkan oleh pertumbuhan jumlah pegawai atau pertumbuhan rerata besaran kompensasi perpegawai. Pertumbuhan besaran kompensasi perpegawai juga perlu diperbandingkan dengan tingkat inflasi dan pertumbuhan perusahaan. Hal-hal tersebut dapat menjadi perhatian dalam penelitian selanjutnya. Dalam pelaksanaan survei biaya tenaga kerja, ditemukan adanya biaya tenaga kerja yang diperuntukkan bagi pensiunan perusahaan. Biaya tersebut utamanya digunakan untuk jaminan kesehatan pegawai yang telah memasuki masa pensiun. Kembali kepada fakta di atas, pegawai non eksekutif terbagi ke dalam kelompok fungsi, memiliki pertumbuhan kompensasi rerata tahunan yang lebih rendah dibandingkan pertumbuhan rerata tahunan pendapatan dan laba perlembar saham, serta memiliki pengaruh positif terhadap laba perusahaan. Garis besar yang dapat diambil dari fakta tersebut adalah pegawai non eksekutif BUMN telah bekerja efisien dalam menggunakan sumber daya yang tersedia. Efisiensi tersebut pada akhirnya memberikan pengaruh positif terhadap pencapaian laba perusahaan, meskipun tidak berkontribusi positif kepada pendapatan perusahaan. Tidak ditemukannya kontribusi
positif kompensasi pegawai terhadap pendapatan perusahaan, diduga kuat karena rasio kelompok pegawai yang menjalankan fungsi penjualan dan pemasaran serta fungsi lain yang bersinggungan lebih kecil daripada kelompok pegawai yang tidak berhubungan langsung dengan fungsi penjualan, pemasaran, dan produksi tersebut. Dugaan ini diperkuat dengan adanya biaya pegawai yang manfaatnya diperuntukan bagi kelompok pegawai yang telah memasuki masa pensiun. Dengan demikian, kesimpulan lain berdasarkan data-data di atas adalah, memperkecil namun tidak menutup kemungkinan adanya “free rider”3, sebagai mana disampaikan oleh Ha-Joon Chang (2007), pada tingkat pegawai non eksekutif.
V.
Kesimpulan 1. Dengan menggunakan regresi data panel terhadap 60 sampel BUMN, hasil pengujian hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Hipotesis pertama, yaitu kompensasi yang diterima oleh eksekutif BUMN berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan diterima pada α=0,05. b. Hipotesis kedua, yaitu kompensasi yang diterima oleh pegawai non eksekutif BUMN berpengaruh positif terhadap pendapatan perusahaan ditolak pada α=0,05. c. Hipotesis ketiga, yaitu kompensasi yang diterima oleh eksekutif BUMN berpengaruh positif terhadap laba perusahaan diterima pada α=0,05. d. Hipotesis keempat, yaitu kompensasi yang diterima oleh pegawai non eksekutif BUMN berpengaruh positif terhadap laba perusahaan diterima pada α=0,05. 2. Hasil pengujian pada hipotesis pertama dan ketiga, yang membuktikan adanya pengaruh positif kompensasi yang diterima oleh eksekutif BUMN terhadap pendapatan dan laba perusahaan, mengindikasikan bahwa pemberian remunerasi kepada eksekutif telah tepat sasaran dalam mengatasi masalah agency cost, penjaringan talenta terbaik, dan peningkatan kontribusi kepada pemangku kepentingan. 3. Hasil pengujian pada hipotesis kedua dan
keempat, yang membuktikan bahwa
kompensasi pegawai berpengaruh positif terhadap laba, tetapi tidak berpengaruh
3
Pegawai BUMN yang telah memasuki masa pensiun, dan masih memperoleh manfaat dari biaya tenaga kerja BUMN tidak dikategorikan sebagai “free rider”.
positif terhadap pendapatan perusahaan, mengindikasikan bahwa bahwa pegawai non eksekutif di BUMN telah bekerja efisien dalam menggunakan sumber daya yang tersedia. Namun demikian, meskipun telah memperkecil namun tidak menutup kemungkinan adanya “free rider” pada tingkat pegawai non eksekutif. VI.
Saran 1. Bagi penelitian yang akan datang, Penelitian ini melibatkan 60 BUMN sebagai sampel. Untuk mengukur keterlibatan pegawai dan eksekutif, digunakan kompensasi yang jumlahnya ditentukan berdasarkan survei atau laporan keuangan perusahaan. Penelitian lebih lanjut dengan tema serupa dapat memperluas sampel penelitian, menggunakan ukuran yang berbeda untuk keterlibatan pegawai dan eksekutif, melibatkan nilai akrual non diskresioner sebagai ukuran laba, serta melengkapi data jumlah tenaga kerja di BUMN. Hal tersebut akan memperkaya dan melengkapi kesenjangan penelitian yang telah ada. 2. Bagi pemegang saham BUMN, Sistem remunerasi untuk eksekutif ditetapkan terakhir kali dengan Peraturan Menteri Negara BUMN Nomor: PER-07/MBU/2010 tentang Pedoman Penetapan Penghasilan Direksi, Dewan Komisaris, dan Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa sistem remunerasi tersebut dapat mengatasi masalah agency cost. Namun demikian, mengingat konsep mengenai remunerasi terus berkembang, seyogianya pemegang saham jika diperlukan juga melakukan penyesuaian terhadap sistem remunerasi yang telah berlaku. 3. Bagi manajemen BUMN, Data dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kompensasi yang diberikan kepada pegawai berpengaruh positif terhadap laba perusahaan, tetapi tidak untuk pendapatan perusahaan. Indikasi yang muncul dari fenomena ini adalah , bahwa pegawai non eksekutif di BUMN telah bekerja efisien dalam menggunakan sumber daya yang tersedia. Namun demikian, meskipun telah memperkecil namun tidak menutup kemungkinan adanya “free rider” pada tingkat pegawai non eksekutif. Untuk itu, dalam proses departementalisasi (dan pembentukan struktur organisasi), serta proses
staffing (dan seleksi serta rekruitmen) senantiasa merujuk pada strategi jangka panjang perusahaan. Pemberian remunerasi seyogianya mengacu pada analisa beban kerja, dan pencapaian target unit/individu. Hal tersebut untuk menjaga kepuasan dan motivasi pegawai BUMN. Melengkapi hal tersebut, konsep remunerasi less for less and more for more sebaiknya tetap mempertahankan adanya batas bawah (bogey) dan batas atas (cap).
REFERENSI Anastassopoulos, Jean Pierce C. 1981. The Government.Vernon and Aharoni 7, pp 99-116.
French
Experience:
Conflicts
With
Boycko, Maxim, Shleifer, Andrei, and Vishny, Robert, W. 1996. A Theory of Privatization. The Economic Journal 106, pp 309-319. Chang, Ha-Joon. 2007. Bad Samaritans: Rich nations, poor policies and the threat to the developing world. London: Random House. Damayanthi, Diniah., Wahyuddin. 2005. Pengaruh Kompensasi, Pendidikan, dan Senioritas Terhadap Produktivitas Kerja di Lingkungan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surakarta. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta. DeWenter, Kathryn L., and Paul H. Malatesta. 2001. State-Owned and Privately Owned Firms: An Empirical Analysis of Profitability, Leverage, and Labor Intensity. American Economic Review, 91(1): pp 320–334. Gujarati, Damodar N., Porter, Dawn C. Alih Bahasa: Carlos Mangunsong. 2010. Dasar-Dasar Ekonometrika Edisi 5.Jakarta: Salemba Empat. Grassini, F. 1981. The Italian Enterprises: The Political Constraint. Vernon dan Aharoni 5, pp 70-84. Ikatan Akuntan Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta: Salemba Empat. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2009. Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara Tahun 2008. Jakarta: Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2010. Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara Tahun 2009. Jakarta: Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 2011. Ikhtisar Laporan Keuangan Perusahaan Negara Tahun 2010. Jakarta: Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygant dan Terry D. Warfield. 2007. Intermediate Accounting Twelfth Edition.New Jersey: John Wiley & Sons, Inc. Krueger, A. O., 1990. Government Failures in Development. Journal of Economic Perspectives 4, pp 9-23. Nandakumar Ankarath, T.P. Gosh, Kalpesh J. Mehta, Yass A. Alkafaji. Alih bahasa: Priyo Darmawan.2012. Memahami IFRS Standar Pelaporan Keuangan Internasional. Jakarta: PT Indeks. NN. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 tentang Ketenagakerjaan. NN. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 tentang Badan Usaha Milik Negara. Prasidhanto, RM Wiratmoko.2009. Analisis Pengaruh Struktur Kepemilikan terhadap Manajemen Laba: Studi Empiris pada Badan Usaha Milik Negara dan Perusahaan yang Tercatat pada Bursa Efek Indonesia Tahun 2007. Skripsi tidak dipublikasikan. Depok: Fakultas Ekonomi Indonesia. Prasidhanto, Wiratmoko.2011. Faktor Yang Memengaruhi Remunerasi Eksekutif Perusahaan : Studi Empiris Perusahaan Terbuka Yang Terdaftar Pada Bursa Efek Indonesia Tahun
2010. Jurnal Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Jakarta : Kementerian Badan Usaha Milik Negara. Prihatiningtyas, Lailly. 2011. Kontribusi Pendapatan Pada Badan Usaha Milik Negara: Where The Money Flows. Paper tidak dipublikasikan. Disampaikan pada rapat Bidang Riset dan Penyajian Informasi Kementerian BUMN di Jakarta tanggal 4 November 2011. Ramamurti, Ravi. 1987. Performance Evaluation of State-Owned Enterprises in Theory and Practice. Management Science, Vol. 33, No. 7 (Jul., 1987), pp. 876-893. Retnaningsih, Sudarwanti. 2007. Analisis Pengaruh Keadilan Kompensasi, Peran Kepemimpinan, Dan Kepuasan Kerja Terhadap Komitmen Organisasi Dalam Meningkatkan Kinerja Karyawan (Studi Kasus: Pada Sentral Pengolahan Pos Semarang). Tesis. Semarang: Universitas Diponegoro. Siwi, Tri Peni. 2007. Pengaruh Kompensasi Dan Motivasi Kerja Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Bagian Operasional PT. Jakarta International Container Terminal. Skripsi tidak dipublikasikan. Semarang: Universitas Diponegoro. Vidyatmoko, D., B. Sanim, H. Siregar, dan M. Said Didu. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Remunerasi Eksekutif dan Hubungannya dengan Kinerja Perusahaan: Kasus BUMN Perkebunan. Paper tidak terpublikasikan, 2010.
Lampiran 1. Daftar BUMN Sampel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
PERUM DAMRI Perum Jamkrindo Perum Jasa Tirta I Perum JASA TIRTA II Perum PNRI Perum PPD PT Adhi Karya Tbk PT Asabri (Persero) PT Asuransi Jasa Rahardja (Persero) PT Asuransi Kesehatan Indonesia (Persero) PT Bank BNI Tbk PT BANK BTN Tbk PT Bank Mandiri Tbk PT Batan Teknologi (Persero) PT Bhanda Ghara Reksa (Persero) PT Bio Farma (Persero) PT Biro Klasifikasi Indonesia (Persero) PT Brantas Abipraya (Persero) PT DAHANA (Persero) PT Dirgantara Indonesia (Persero) PT Dok dan Perkapalan Surabaya (Persero) PT Dok Kodja Bahari(Persero) PT Garuda Indonesia Tbk PT Hotel Indonesia Natour (Persero) PT IGLAS (Persero) PT Inhutani II (Persero) PT Inhutani IV (Persero) PT Inhutani V (Persero) PT Inti (Persero) PT Industri Sandang Nusantara (Persero) PT Kawasan Berikat Nusantara (Persero) PT Kereta Api Indonesia (Persero) PT Kertas Kraft Aceh (Persero) PT LEN Industri (Persero) PT Nindya Karya (Persero) PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) PT Pengusahaan Daerah Industri Pulau Batam (Persero) PT Perikanan Nusantara (Persero) PT Perkebunan Nusantara X (Persero) PT Permodalan Nasional Madani (Persero) Perum Perusahaan Film Nasional PT PLN (Persero) PT RUKINDO (Persero) PT Sang Hyang Seri (Persero) PT Semen Baturaja (Persero) PT Surveyor Indonesia (Persero) PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, Ratu Boko (Persero) PT Telkom Indonesia Tbk PT Varuna Tirta Prakasya (Persero) PT Wijaya Karya Tbk PT Yodya Karya (Persero) PT. PP Berdikari (Persero) PT Perkebunan Nusantara II (Persero)
55 56 57 58 59 60
PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) PT Perkebunan Nusantara IX (Persero) PT Perkebunan Nusantara V (Persero) PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) PT Perkebunan Nusantara XIV (Persero)
Lampiran 2. Hasil Regresi Data Panel Model 1 REVENUEit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + β3 RATA_AKTit + error Metode Common Effect Dependent Variable: REVENUE? Method: Pooled Least Squares Sample (adjusted): 2 60 Included observations: 52 after adjustments Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 260 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EXC? EMP? RATA_AKT?
2.08E+12 133.1373 -19.70626 0.378567
5.82E+11 7.356571 1.120720 0.012094
3.572189 18.09774 -17.58357 31.30259
0.0004 0.0000 0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.828724 0.826717 8.88E+12 2.02E+28 -8118.845 412.8873 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
6.22E+12 2.13E+13 62.48343 62.53821 62.50545 1.949637
Metode Fixed Effect Dependent Variable: REVENUE? Method: Pooled Least Squares Sample (adjusted): 2 60 Included observations: 52 after adjustments Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 260 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EXC? EMP? RATA_AKT? Fixed Effects (Cross) 06--C 07--C 08--C 09--C 10--C
2.07E+12 134.1743 -19.87290 0.380214
5.83E+11 7.397204 1.126846 0.012156
3.561141 18.13852 -17.63586 31.27795
0.0004 0.0000 0.0000 0.0000
-1.43E+11 1.33E+12 8.78E+11 -7.93E+11 -1.28E+12 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression
0.830834 0.826135 8.90E+12
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion
6.22E+12 2.13E+13 62.50180
Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
2.00E+28 -8117.233 176.8092 0.000000
Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
62.61135 62.54584 1.981026
Metode Random Effect Dependent Variable: REVENUE? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Sample (adjusted): 2 60 Included observations: 52 after adjustments Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 260 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EXC? EMP? RATA_AKT? Random Effects (Cross) 06--C 07--C 08--C 09--C 10--C
2.08E+12 133.1373 -19.70626 0.378567
5.83E+11 7.368900 1.122599 0.012114
3.566212 18.06747 -17.55415 31.25022
0.0004 0.0000 0.0000 0.0000
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
0.000000 8.90E+12
Rho 0.0000 1.0000
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.828724 0.826717 8.88E+12 412.8873 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
6.22E+12 2.13E+13 2.02E+28 1.949637
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.828724 2.02E+28
Mean dependent var Durbin-Watson stat
6.22E+12 1.949637
Lampiran 3. Hasil Regresi Data Panel Model 2 OPINCit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error Metode Common Effect Dependent Variable: OPINC? Method: Pooled Least Squares Sample: 1 60 Included observations: 53 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 265 Variable C EXC? EMP? R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
6.64E+10 20.58756 1.518572
8.99E+10 1.067822 0.122824
0.738856 19.27996 12.36379
0.4607 0.0000 0.0000
0.843886 0.842695 1.39E+12 5.09E+26 -7784.610 708.1321 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
8.91E+11 3.51E+12 58.77441 58.81494 58.79070 1.650006
Metode Fixed Effect Dependent Variable: OPINC? Method: Pooled Least Squares Sample: 1 60 Included observations: 53 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 265 Variable C EXC? EMP? Fixed Effects (Cross) 06--C 07--C 08--C 09--C 10--C
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
6.68E+10 20.55354 1.519570
9.03E+10 1.074544 0.123494
0.739382 19.12769 12.30477
0.4603 0.0000 0.0000
-1.41E+11 3.33E+10 -1.18E+11 8.47E+10 1.42E+11 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic
0.844898 0.841291 1.40E+12 5.05E+26 -7783.748 234.2373
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
8.91E+11 3.51E+12 58.79810 58.89266 58.83609 1.660857
Prob(F-statistic)
0.000000
Metode Random Effect Dependent Variable: OPINC? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Sample: 1 60 Included observations: 53 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 265 Swamy and Arora estimator of component variances Variable C EXC? EMP? Random Effects (Cross) 06--C 07--C 08--C 09--C 10--C
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
6.64E+10 20.58756 1.518572
9.03E+10 1.072574 0.123371
0.735582 19.19453 12.30901
0.4626 0.0000 0.0000
0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 0.000000 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
0.000000 1.40E+12
Rho 0.0000 1.0000
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.843886 0.842695 1.39E+12 708.1321 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
8.91E+11 3.51E+12 5.09E+26 1.650006
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.843886 5.09E+26
Mean dependent var Durbin-Watson stat
8.91E+11 1.650006
Lampiran 4. Hasil Regresi Data Panel Model 3 NIit = α + β1 EXCit + β2 EMPit + error Metode Common Effect Dependent Variable: NI? Method: Pooled Least Squares Sample: 1 60 Included observations: 53 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 265 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EXC? EMP?
-1.29E+10 8.681961 1.085100
8.53E+10 1.013215 0.116543
-0.151627 8.568727 9.310720
0.8796 0.0000 0.0000
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.630811 0.627993 1.32E+12 4.58E+26 -7770.699 223.8317 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
4.64E+11 2.17E+12 58.66943 58.70995 58.68571 1.282834
Metode Fixed Effect Dependent Variable: NI? Method: Pooled Least Squares Sample: 1 60 Included observations: 53 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 265 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EXC? EMP? Fixed Effects (Cross) 06--C 07--C 08--C 09--C 10--C
-1.34E+10 8.575880 1.093626
8.48E+10 1.009421 0.116010
-0.158279 8.495844 9.427001
0.8744 0.0000 0.0000
-7.29E+10 -1.15E+11 -2.99E+11 2.31E+11 2.56E+11 Effects Specification
Cross-section fixed (dummy variables) R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic
0.640486 0.632126 1.31E+12 4.46E+26 -7767.180 76.60605
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
4.64E+11 2.17E+12 58.67306 58.76762 58.71105 1.317615
Prob(F-statistic)
0.000000
Metode Random Effect Dependent Variable: NI? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Sample: 1 60 Included observations: 53 Cross-sections included: 5 Total pool (balanced) observations: 265 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C EXC? EMP? Random Effects (Cross) 06--C 07--C 08--C 09--C 10--C
-1.32E+10 8.630974 1.089199
1.15E+11 1.008460 0.115950
-0.114397 8.558565 9.393714
0.9090 0.0000 0.0000
-3.51E+10 -5.52E+10 -1.44E+11 1.11E+11 1.23E+11 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
1.74E+11 1.31E+12
Rho 0.0172 0.9828
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.633246 0.630446 1.31E+12 226.1876 0.000000
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
3.34E+11 2.16E+12 4.52E+26 1.299315
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.630807 4.58E+26
Mean dependent var Durbin-Watson stat
4.64E+11 1.282918