STUDI BEBERAPA SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA ROTAN JELAYAN (Calamus ornatus Blume) DARI INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN PT RUDINA
Oleh: JUNIS HENDRIK DOSEN NIM. 100 500 054
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
STUDI BEBERAPA SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA ROTAN JELAYAN (Calamus ornatus Blume) DARI INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN PT RUDINA
Oleh: JUNIS HENDRIK DOSEN NIM. 100 500 054
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
STUDI BEBERAPA SIFAT FISIKA DAN MEKANIKA ROTAN JELAYAN (Calamus ornatus Blume) DARI INDUSTRI PENGOLAHAN ROTAN PT RUDINA
Oleh: JUNIS HENDRIK DOSEN NIM. 100 500 054
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul laporan PKL Nama
: Studi Sifat Beberapa Fisika dan Mekanika Rotan Jelayan (Calamus ornatus Blume) Dari Industri Pengolahan Rotan PT Rudina : Junis hendrik dosen
Nim
: 100 500 058
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Pembimbing,
Heriad Daud Salusu, S. Hut, MP NIP.19700830 199703 1 001
Penguji I,
Ir. Syafi’i. MP Ir. Yusdiansyah. MP NIP. 19660704 199203 1 005 NIP.19680610 199512 1 001
Menyetujui, Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan,
Ir. Syafi’i. MP NIP. 19680610 199512 1 001
Lulus ujian pada tanggal:
Penguji II,
Mengesahkan, Ketua Jurusan Teknologi Pertanian
Heriad Daud Salusu, S. Hut, MP NIP. 19700830 199703 1 001
ABSTRAK
JUNIS HENDRIK DOSEN. Studi Sifat Fisika dan Mekanika Rotan Jelayan (Calamus ornatus Blume) Dari industri Pengolahan rotan PT Rudina (di bawah bimbingan HERIAD DAUD SALUSU). Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui nilai sifat fisika dan mekanika rotan jelayan setelah dari proses penggorengan di industri rotan rakyat. Penelitian ini dilakukan selama 1 bulan dari bulan Juni – Juli 2013. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Sifat-sifat kayu dan Analisis Produk Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Rotan yang digunakan adalah rotan hasil penggorengan dengan diameter ± 5 cm dan panjang 4 m, pengujian yang dilakukan meliputi uji kadar air, berat jenis, keteguhan lentur (MoE), keteguhan patah (MoR), keteguhan tekan sejajar serat, , dengan 10 kali ulangan tiap pengujian. Hasil penelitian menunjukan bahwa rotan jelayan (Calamus ornatus Blume) mempunyai nilai kadar air sebesar 10.102 % dan berat jenis 0.47 , keteguhan lentur 10.758,99 (kg/ cm2) dan keteguhan patah 208.15 (kg/ cm2), keteguhan tekan sejajar arah serat 165.38 (kg/ cm3 ). Kata Kunci : Rotan Jelayan, Fisika, Mekanika.
RIWAYAT HIDUP
Junis Hendrik Dosen lahir pada tanggal 27 Juni 1991 di Kampung Bengkiraq, Kab. Kutai Barat, Kalimantan Timur. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Yakobus Mitek dan Susana Sungak. Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar Negeri No. 004 Muara Bomboy pada tahun 1998, lulus pada tahun 2004.
Kemudian
melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 07 Sendawar, Damai Kota dan lulus pada tahun 2007, Pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Sari Mentanang Damai Kota dan memperoleh ijazah tahun 2010. Pendidikan tinggi di mulai pada tahun 2010 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Teknologi Pertanian. Tahun 2012 menikah dengan seorang wanita bernama Yulia Dau Liten
dan dikaruniai seorang anak perempuan bernama Ghea Eriska
Anastasya Long. Tanggal 5 Maret 2013 sampai dengan 5 Mei 2013 mengikuti Praktik Kerja Lapang di PT Kemakmuran Berkah Timber yang berada di Kecamatan Long Pahangai Kab. Kutai Barat.
KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Karya Ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan
di Laboratorium Fisika dan Mekanika kayu (Lab. Sifat Fisik
Kayu dan Analisis Produk) Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, dari bulan Juni – Juli 2013, sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya. Maka dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Hariad Daud Salusu S.Hut MP, selaku Dosen Pembimbing Karya Ilmiah dan sebagai Ketua Jurusan Teknologi Pertanian yang banyak memmbantu penulis dalam menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini. 2. Ibu Eva Nurmarini, S. Hut, MP selaku Kepala Laboratorium Sifatsifat Kayu dan Analisis Produk. 3. Bapak Ir. Yusdiansyah, MP selaku Dosen Penguji I 4. Bapak Ir. Syafii, MP selaku Dosen Penguji II dan sebagai Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan. 5. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staf teknisi Program Studi Teknologi Hasil Hutan. 7. Rekan-rekan yang telah banyak membantu dalam penyusunan Karya Ilmiah yang tidak bisa disebutkan satu persatu. 8. Kedua orang tua serta keluarga yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun material. Penulis menyadari ini masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan dalam penulisan ini, sehingga penulis sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk kesempurnaan Karya Ilmiah ini dan semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin Junis Hendrik Dosen
Kampus Sei Keledang, 2013
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR ..............................................................................
i
DAFTAR ISI.............................................................................................
ii
DAFTAR TABEL .....................................................................................
iii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
iv
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
v
I.
PENDAHULUAN ..........................................................................
1
II.
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................
4
A. B. C. D. E. F.
Tinjauan Umum Tentang Rotan............................................ Sifat Fisika dan Mekanika ...................................................... Karakteristik Roatan Jelayan (Calamus ornatus Blume) .. Pengolahan Rotan .................................................................. Standart Nasional Indonesia ................................................. Pemanfaatan Rotan ................................................................
4 5 10 11 15 18
METODE PENELITIAN ...............................................................
19
A. B. C. D.
Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................ Alat dan Bahan Penelitian .................................................... Prosedur Penelitian ............................................................... Pengujian Sifat Fisik dan Mekanika ...................................
19 19 20 20
HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................
24
A. Hasil .......................................................................................... B. Pembahasan ............................................................................
24 25
KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................
29
A. Kesimpulan .............................................................................. B. Saran.........................................................................................
29 29
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
30
LAMPIRAN ..............................................................................................
32
III.
IV.
V.
DAFTAR TABEL
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1. Pengelompokan Organisme PerusakRotan..........................................
9
2. Jenis, Sifat dan Kegunaan Rotan (SNI 01-7208-2006) .......................
15
3. Nilai Rata-rata Sifat Fisika dan Mekanika Rotan Jelayan...................
24
4. Nilai rata-rata sifat fisika rotan jelayan ...............................................
24
5. Nilai rata-rata sifat mekanika rotan jelayan.........................................
24
Lampiran 6. Kadar Air Rotan Jelayan Setelah Penggorengan.................................
33
7. Kerapatan Rotan Jelayan .....................................................................
34
8. Keteguhan Patah .................................................................................
35
9. Keteguhan Lentur ................................................................................
36
10. Keteguhan Tekan Sejajar Serat ...........................................................
37
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Lampiran
Halaman
1.
Contoh uji kadar air ............................................................................
38
2.
Penimbangan contoh uji kadar air dan berat jenis ..............................
38
3.
Contoh kadar air dimasukan kedalam oven selama 48 jam dengan suhu ± 130o c.............................................................
39
4. Pengukuran volume berat jenis ..........................................................
39
5. Pengujian keteguhan patah (MoR), dan keteguhan lentur (MoE).....
40
6. Pengujian keteguhan tekan Sejajar serat ............................................
40
7. Desikator ............................................................................................
41
8. Oven ...................................................................................................
41
9. Timbangan elektrik ............................................................................
42
10. Universal Testing Machine (UTM) ....................................................
42
1
BAB I PENDAHULUAN
Dalam dunia botani, tumbuhan rotan termasuk dalam famili palmae. Famili atau suku Palmae ini adalah salah satu kelompok tumbuhan berbunga dari sekitar ratusan famili tumbuhan berbunga lainnya yang ada di muka bumi. Nama yang sering digunakan untuk famili ini ialah suku pinang-pinangan, Palmae, atau Arecaceae. Tumbuhan rotan ini sebagian besar merambat, batangnya memiliki ruas yang jelas seperti halnya bambu, namun bedanya pada rotan ruas dalamnya berisi jaringan pembuluh sedangkan pada bambu ruas dalamnya kosong. Bentuk, ukuran, kualitas batang serta ruas rotan bervariasi tergantung jenisnya. Diameter batang yang terkecil hanya 3 mm (Calamus ciliaris Bl. sensu Ridley), sedangkan yang terbesar dapat mencapai 10 cm (Plectocomia elongata Bl.). Daun tumbuhan rotan mulai dari pelepah, tangkai, tulang daun, dan sulur umumnya berduri. Sebagian besar tumbuhan rotan juga memiliki cemeti yang berduri. Terutama melalui duri-duri di cemeti, sulur, dan tulang inilah tumbuhan rotan ini merambat pada batang atau cabang pohon kayu lainnya. Tumbuhan rotan mudah dibedakan dari tumbuhan lainnya, selain karena ciri-ciri yang dijelaskan di atas, ciri lain yang sangat signifikan ialah permukaan buahnya selalu bersisik mirip dengan buah tumbuhan sagu. Tumbuhan sagu ini juga masih termasuk dalam famili palmae dan sangat berkerabat dekat dengan tumbuhan rotan. Rotan merupakan hasil hutan yang memiliki nilai ekonomi kedua setelah kayu. Dalam perdagangan internasional, Indonesia merupakan penghasil rotan terbesar dengan memasok sekitar 80% konsumsi dunia. Selain itu, Indonesia adalah pusat pertumbuhan rotan dunia karena 8 dari 13 genera dan hampir 40 %
2
jenis rotan yang tumbuh di muka bumi terdapat di Indonesia. Rotan adalah salah satu hasil hutan non kayu yang penting dan telah dimanfaatkan sejak lama oleh masyarakat baik untuk kebutuhan lokal khususnya mereka yang tingal di sekitar hutan, maupun untuk diperdagangkan secara luas bahkan untuk ekspor dalam berbagai bentuk produk olahan. di Samarinda sekarang terdapat dua industri pengolahan rotan yang masih beroperasi yaitu industri rotan Rudina Moulding di jalan Jakarta Kec.Loa Bakung salah satunya, rotan yang terdapat di industri tersebut diantaranya rotan manau, semambu, sega, jelayan, dan pulut merah dimana rotan-rotan tersebut didapat dari daerah Tanah Hulu dan juga daerah Sangatta. Sedangkan yang menjual produk barang jadi dari rotan terdapat lima toko yaitu di Citra Niaga, Jalan Tarmidzi, Jalan Selamet Riyadi, Jalan Antasari, dan Karang Asam. Di Kalimantan Timur, jenis-jenis rotan terpenting adalah Manau, Semambu, Jahab, Kobo, Kotok, Pulut Merah, Pulut Putih, Sega dan Selutup. Disamping itu banyak terdapat jenis lainnya yang juga penting tetapi belum sempat diinventarisir yang tersebar merata di seluruh wilayah Kalimantan Timur Haury dan Saragih, (1996) Secara tradisional masyarakat telah banyak memanfaatkan rotan untuk kebutuhan sehari-hari, misalnya untuk pembuatan perabot rumah tangga yang sederhana seperti keranjang, tangkai sapu, tikar, keperluan tali-temali dan kebutuhan-kebutuhan yang lain. Menurut Dransfield dan Manokaran, (1996), karena kekuatan, kelenturan dan keragamannya, batang polos rotan dimanfaatkan secara komersial untuk meubel dan anyaman rotan. Umumnya diameter rotan bervariasi antara 3 – 60 (70) mm atau lebih, tergantung pada spesiesnya. Sekitar 20 % jenis digunakan
3
secara komersial baik dalam bentuk utuh atau bundar, terutama untuk kerangka meubel maupun dalam bentuk belahan, kulit dan terasnya mempunyai nilai ekonomi yang cukup penting karena telah menjadi komoditas perdagangan internasional. Tujuan dari penilitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dan mekanik rotan jelayan meliputi kadar air dan berat jenis, keteguhan lentur (MoE), dan keteguhan patah (MoR), dan keteguhan tekan sejajar serat. Hasil yang diharapkan dapat memberikan informasi tentang hasil pengujian sifat fisik dan mekanik terhadap rotan Jelayan (Calamus ornatus Blume.), kepada masyarakat dan pihak pengelola rotan.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Rotan
Rotan berasal dari bahasa melayu yang berarti nama dari sekumpulan jenis
tanaman
famili
Palmae
yang
tumbuh
memanjat
yang
disebut
"Lepidocaryodidae". Lepidocaryodidae berasal dari bahasa Yunani yang berarti mencakup ukuran buah. Kata rotan dalam bahasa Melayu diturunkan dari kata "raut" yang berarti mengupas (menguliti), menghaluskan, Menon (1979)
Rotan adalah tumbuhan yang merambat di pohon-pohon penopang dengan bantuan duri-duri pengait yang terdapat pada ujung tungkai daun. Rambatan ini tidak saja pada pohon penompangnya akan tetapi juga pada pohon sekitarnya. Yodudibroto (1980) dalam Sinaga (1986).
Di Indonesia terdapat delapan marga rotan yang terdiri atas kurang lebih 306 jenis, hanya 51 jenis yang sudah dimanfaatkan. Hal ini berarti pemanfaatan jenis rotan masih rendah dan terbatas pada jenis-jenis yang sudah diketahui manfaatnya dan laku di pasaran. Diperkirakan lebih dari 516 jenis rotan terdapat di Asia Tenggara, yang berasal dari 8 genera, yaitu untuk genus Calamus 333 jenis, Daemonorops 122 jenis, Khorthalsia 30 jenis, Plectocomia 10 jenis, Plectocomiopsis 10 jenis, Calopspatha 2 jenis, Bejaudia 1 jenis dan Ceratolobus 6 jenis Dransfield (1974). Dari 8 genera tersebut dua genera rotan yang bernilai ekonomi tinggi adalah Calamus dan Daemonorops.
5
B. Sifat Fisika dan Mekanika
Sifat fisika merupakan sifat materi yang dapat dilihat secara langsung dengan indra. Sifat fisika antara lain wujud zat, warna, bau, titik leleh, titik didih, massa jenis, kekerasan, kelarutan, kekeruhan, dan kekentalan.
Sifat mekanik adalah salah satu sifat penting, karena sifat mekanik menyatakan kemampuan suatu bahan (termasuk juga komponen yang terbuat dari bahan tersebut) untuk menerima beban/gaya/energi tanpa menimbulkan kerusakan
pada
bahan/komponen
tersebut.
Sifat-sifat
mekanik
bahan
merefleksikan hubungan antara pembebanan yang diterima suatu bahan dengan reaksi yang diberikan atau deformasi yang akan terjadi.
Sifat fisika dan Mekanika adalah indicator yang penting untuk kekuatan dan bahkan mutu rotan. Sifat-sifat ini berbeda untuk tiap jenis rotan sehingga ia menjadi karakter suatu jenis rotan. Secara mendasar nilai sifat fisika dan Mekanika rotan ditentukan oleh susunan dan orientasi sel penyusun dan komposisi kimia rotan sifat Fisika dan Mekanika rotan
1. Sifat Fisika Sifat fisis dan mekanis adalah indikator yang penting untuk menentukan perilaku penampakkan, kekuatan dan bahkan mutu rotan. Sifat – sifat ini berbeda untuk tiap jenis rotan sehingga ia menjadi karakter suatu jenis rotan. Secara mendasar nilai sifat fisis mekanis rotan ditentukan oleh susunan dan orientasi sel penyusunan dan komposisi kimia rotan. Sifat fisis mekanis rotan diuraikan sebagai beriut.
6
a. Kadar air
Dalam penggunaan rotan sebagai bahan baku industri, sangat penting untuk mengetahui, bagaimana air berada dan bergerak di dalam bahan rotan. Hal ini karena hampir semua sifat rotan dan produk rotan dipengaruhi oleh keberadaan air dalam rotan. Pada saat rotan ditebas di hutan, kandungan airnya sangat tinggi bahkan dapat melebihi berat zat rotannya. Apabila sesorang tersesat di dalam hutan dan kehausan, tebaslah sebatang rotan, airnya akan mengucur dari batang yang ditebas. Para pemungut dan petugas survei seringkali memanfaatkan air ini di hutan sebagai penawar dahaga. Ketika rotan dalam keadaan segar, yaitu rotan yang baru ditebas, air dalam bentuk cairan berada dalam rongga sel, dinding sel dan ruang antar sel rotan. Beberapa waktu setelah rotan ditebas jumlah air yang ada dalam rotan akan terus berkurang sampai air hanya terdapat dalam dinding sel dan uap air–jenuh dalam rongga sel serta ruang antar sel. Keadaan ini disebut sebagai titik jenuh serat (TJS). Setalah melewati titik jenuh serat, jumlah air akan terus berkurang sampai tercapai keseimbangan dengan kelembaban udara di sekelilingnya. Di Indonesia kandungan air tersebut berkisar 14 – 20% dari berat rotan kering (tanpa air), tergantung pada kondisi lingkungan di mana rotan tersebut berada. Banyaknya air dalam sepotong rotan dibandingkan dengan berat rotan keringnya dan dinyatakan dalam persen disebut sebagai kadar air. Untuk menghitung kadar air ini secara teliti harus dilakukan di laboratorium, menggunakan timbangan dan oven Dalam praktek sehari–hari dikenal istilah rotan segar, rotan basah, rotan kering
7
udara atau rotan dengan kadar air 8 – 12% dan sebagainya. Rotan segar adalah rotan yang baru dipanen dengan kadar air melebihi 100%. Biasanya, terdapat pada rotan yang baru ditebas. Rotan basah adalah rotan dengan kadar air di atas titik jenuh serat, biasanya dibawah 100% dan di atas rotan kering udara. Nilai kadar air rotan pada saat titik jenuh serat belum diketahui secara pasti. Nilai ini diduga sekitar 30%. Rotan kering udara atau disebut juga rotan kering adalah rotan dengan kadar air 14 – 20% dan merupakan kadar air keseimbangan dengan kelembaban udara atau keadaan cuaca di sekitar tempat rotan tersebut berada. Kadar air rotan kering udara dapat pula diukur dengan cepat, menggunakan alat moisture meter yang banyak dijual dengan berbagai merek. Alat ini pada hakekatnya mengukur secara elektris hubungan antara kandungan air dalam bahan dengan besarnya tegangan listrik. Oleh karena itu, terdapat sedikit perbedaan antara nilai pengukuran kadar air moisture meter dengan nilai pengukuran laboratoris. Rachman. (2008)
b. Berat Jenis Berat jenis (specific gravity) adalah salah satu sifat fisik yang paling penting karena akan sangat mempengaruhi sifat kekuatan, kembang susut, sifat menyerap bahan kimia dan finishing serta sifat–sifat lain dalam pengolahan dan penggunaan. Rotan berat, sedang atau ringan berkaitan dengan berat jenis yang tinggi, sedang atau rendah. Rotan dengan berat jenis yang terlalu tinggi atau terlalu rendah tidak disenangi karena terlalu kaku/ jeras atau terlalu lemah/ lunak. Rotan manau dan tohiti sangat disukai dalam pemakaian karena BJ-nya 0,48 – 0,55
8
(sedang). Berat jenis rotan dipengaruhi pula oleh sebaran ikatan pembuluh (KIP). Semakin tinggi sebaran KIP semakin tinggi BJ rotan, tetapi sebaran yang terlalu tinggi dan terlalu rendah biasanya kurang disukai Di lapangan sering dipakai istilah kerapatan rotan yang pada hakekatnya sama dengan BJ.
2. Mekanika a. Keteguhan Lentur Static
Keteguhan lentur Static adalah ukuran kemampuan rotan menahan beban lentur yang mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk. Perubahan dapat berupa pelengkungan (bending), perpanjangan (tensile) atau torsi (beban putar). Tingkat perubahan bisa sampai batas elastis dan sampai maksimum. Batas elastis diartikan apabila perubahan bentuk yang terjadi akibat pembebanan akan kembali ke bentuk semula jika beban dilepaskan. Sedangkan, batas maksimum adalah bila perubahan bentuk akibat pembebanan tidak kembali ke bentuk semula jika beban dilepaskan. Grafik hubungan pembebanan dan perubahan bentuk (stressstrain) dalam uji lengkung (bending) pada kayu berbeda dengan rotan. Setelah mencapai batas lengkungan (deflection) maksimum, kayu akan mengalami patah Sedangkan, pada rotan tidak mengalami patah melainkan pertambahan lengkungan tidak lagi menyebabkan kenaikan beban Titik maksimum, pada beberapa jenis rotan dicapai pada lengkungan sekitar 25 mm.
9
b. Keteguhan Tekan Sejajar Serat Keteguhan Tekan (Compression stregth) Keteguhan tekan suatu jenis rotan adalah kekuatan rotan untuk menahan muatan jika rotan itu dipergunakan untuk tujuan tertentu. Dalam hal ini dibadakan dua macam tekan, yaitu tekan tegak lurus arah serat dan yekan sejajar arah serat. Keteguhan tekan tegak lurus serat menentukan ketahanan rotan terhadap beban. Ketegukan ini mempunyai hubungan juga dengan kekerasan rotan dan keteguhan geser. Keteguhan tekan tegak lurus arah serat pada semua rotan lebih kecil dibandingkan keteguhan sejajar arah serat.
3. Keawetan dan keterawetan Keawetan rotan adalah daya tahan sesuatu jenis rotan terhadap berbagai faktor perusak rotan, tetapi biasanya yang dimaksud ialah daya tahan terhadap faktor perusak biologis yang disebabkan oleh organisme perusak rotan yaitu jamur dan serangga. Dalam hal ini perlu diperhatikan terhadap organisme mana keawetan itu dimaksudkan, karena sesuatu jenis rotan yang tahan terhadap serangan jamur misalnya belum tentu akan tahan juga terhadap serangga atau organisme perusak lainnya. Keawetan rotan juga dipengaruhi pula faktor lain seperti kandungan selulosa, lignin, pati dan kimia lainnya.
Keterawetan rotan adalah mudah atau tidaknya jenis rotan tersebut ditembus oleh organime perusak jika diawetkan dengan proses tertentu sehingga rotan yang sudah diawetkan dengan suatu bahan kimia (pengawet)
10
tahan terhadap serangan organisme perusak sehingga rotan tersebut awet. Jenis organisme tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Pengelompokan Organisme Perusak Rotan
Organisme
Macam perusak
Kondisi rotan
Pewarna
Basah
perusak Jamur
Lapuk, rengas
Kering yang kebasahan
K u m b a n g penggerek Serangga
basah (pinhole,
Basah
ambrosiabeetle)
Ascomycetes , Ceratocytis, Diplodia Basidiomycetes (Schizophylum communeFr., Dacryopinax spathularia Schw., Pycnoporus sanguineus (fr) Karts) Scolitydae, Platypodidae (Xyloborus, Platypus dan Diapus) Bostrychidae, Lyctidae, Cerambicidae,
K u m b a n g penggerek kering (powder post
Jenis organisme
Kering
Anobiidae (Dinodrus minutus Farb., Heterobostrychus aequalis Wat., Lyctus
beetle)
sp., Mintea sp.) Rayap tanah, Termitidae, Rayap
Lembab
Rhinotermitidae (Coptotermes sp., Macrotermes sp., Microtermes sp.)
Kering
Rayap kayu kering (Cryptotermes cynocephalus Light.)
Sumber : Jasmin dan Martono (1999), Jasmin dan Sumami (1999)
C. Karakteristik Rotan Jelayan (Calamus ornatus Blume) Alam
: Tumbuhan
Divis
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Order
: Areciddae
Famili
: Arecaceae
11
Genus
: Calamus
Spesies
: C.ornatus
Binomial
: Calamus ornatus Blume
Tergolong dalam kelompok rotan-rotanan. Berumpun dan memanjat, ditemukan pada setiap dusun, populasinya sedikit. Contoh tumbuhan ini diambil di sebelah Barat Dusun Pangkalan Pakit Desa Tanggerang, merupakan tumbuhan non budidaya, tumbuhan endemik daerah setempat, dimanfaatkan untuk dikonsumsi sendiri, umbut dari sulur yang muda dapat diolah menjadi sayur (dimasak tumis) sedang buahnya yang tua (masak) dapat dikonsumsi langsung setelah diambil dari rumpunnya, tumbuh di areal hutan tua, kebun karet dan perkampungan (tembawang). Tumbuhan ini berkembangbiak dengan bijinya. Akar: Bentuk perakaran tumbuhan ini tergolong akar serabut. Batang: Panjang sulur tumbuhan ini berkisar 10 -30 meter. Bentuk batang bulat dan beruas - ruas, permukaan batang licin (jika pelepah daun telah terlepas). Daun: Tergolong daun majemuk menjari, tepi helaian daun rata, permukaan helaian daun bagian atas berduri, ujung daun runcing seperti jarum, permukaan helaian daun bagian atas dan bawah berwarna hijau. Bunga: - Buah: Muda buah berwarna hitam setelah masak kulit buah menjadi berwarna merah, permukaan buah bersisi, bakal buah beruas Anonim (2013)
D. Pengolahan Rotan
Pengolahan rotan adalah pengerjaan lanjutan dari rotan bulat (rotan asalan) menjadi barang setengah jadi dan barang jadi atau siap dipakai atau dijual. Pengolahan dalam industri yaitu proses pemisahan rotan bulat menjadi
12
bagian-bagian rotan seperti kulit dan hati, masing-masing bagian tersebut diolah lagi sesuai tujuan dan pemanfaatannya. Pengolahan rotan terdiri pengolahan rotan berdiameter kecil (< 18 mm) dan rotan berdiamerter besar (> 18 mm).
Rotan
yang
berdiameter
kecil
seperti
rotan
seel
(Daemonorop
melanochaetes Becc.), yang telah dipanen dan dibersihkan daun dan duri serta anggota batang dan dilakukan penggosokan dengan mengunakan serbuk gergaji atau sabut kelapa. Kemudian dipotong-potong sesuai standarnya. Rotan tersebut lalu dibawa ke tempat penumpukan rotan, dan kemudian dijemur sampai kering dan juga dilakukan pengasapan. Pengasapan pada dasarnya adalah proses oksidasi belerang (gas SO2) agar warna kulit rotan kuning merata dan tahan terhadap serangan jamur. Proses pengolahan sampai tahap ini disebut rotan WS (Washed and Sulphurized). Kemudian rotan tersebut terus di jemur.
1. Penggorengan
Tujuan penggorengan adalah untuk menurunkan kadar air agar cepat kering dan juga untuk mencegah terjadinya serangan jamur. Cara penggorengannya adalah potongan-potongan rotan tersebut diikat menjadi suatu bundelan, kemudian dimasukkan ke dalam wadah yang sudah disiapkan campuran solar dengan minyak dengan komposisi yang telah ditentukan dan suhu yang dikehendaki serata lama waktu yang sudah diterapkan.
13
Campuran minyak penggoreng yang paling baik adalah terdiri atas solar dan minyak kelapa. Hubungan antara taraf waktu penggorengan dengan warna kulit,
dan
terhadap
keteguhan
geser
masing-masing
menunjukkan
hubungan nyata. Baik warna kulit rotan maupun keteguhan geser cenderung menurun dengan hubungan linear yang negatif. Beberapa penelitian dilakukan umumnya menggunakan minyak penggoreng dengan komposisi minyak solar dengan minyak kelapa (9:1), juga akan menghasilkan rotan dengan warna cerah Rachman (2008).
Penggorengan bertujuan agar lapisan lilin dan silika pada permukaan kulit rotan lebih mudah dihilangkan, sehingga pengeringan dapat berjalan lebih cepat. Keuntungan lain adalah terhindarnya serangan jamur atau serangga dan rotan menjadi lebih ulet dan tidak rapuh Rachman (2008).
2. Penggosokan dan Pencucian
Setelah rotan digoreng, ditiriskan beberapa menit, kemudian digosok dengan kain perca (sabut kelapa) atau karung goni yang dicampur dengan serbuk gergaji, agar sisa kotoran terutama getah yang masih menempel pada kulit rotan dapat dilepaskan, sehingga kulit rotan menjadi bersih dan akan dihasilkan warna rotan yang bewarna cerah dan mengkilap Setelah digoreng rotan dicuci dengan air bersih sambil digosok dengan sabut kelapa untuk membersihkan kotoran yang melekat pada batang Rachman (2008).
14
3. Pengeringan
Setelah rotan dicuci dan bersihkan dari kerak dan buku rotan maka dikeringkan dengan cara dijemur dibawah terik sinar matahari selama waktu yang dibututhan atau sampai air keluar dari rotan tersebut
4. Pemutihan
Pemutihan rotan bertujuan menghilangkan silika, mengurangi kromofort (gugus penyebab warna) oksidasi terhadap struktur aromatik dari lignin dan karbohidrat (dalam kalium hipoklorit). Pemutihan perlu dilakukan, dan harus diperhatikan bahan yang dipakai, karena pemakaian bahan dan cara yang salah mengakibatkan rotan rusak (mudah patah). Bahan pemutih yang digunakan adalah perhydrol, air kaca, NaOh dan asap belerang (Jasni, 1992).
5. Pengasapan
Pengasapan bertujuan untuk memutihkan warna kulit rotan, atau agar menjadi kuning merata dan mengkilap dng proses bleaching menggunakan asap belerang (gas SO 2). Pengasapan dilakukan pada rotan kering yang masih berkulit (alami) Pengasapan pada dasarnya adalah proses oksidasi rotan dengan belerang (gas SO2) agar warna kulit rotan menjadi lebih putih. Pengasapan dilakukan dalam rumah asap yang berbentuk kubah terbuat dari tembok dan balok kayu. Rotan disusun secara horizontal berlapis dan diberi ganjalan agar semua bagian kena asap. Di dalam kubah dapat disusun 4000 batang rotan secara horizontal berlapis-lapis. Setiap lapisan diberi bantalan kayu agar asap bergerak bebas di antara lapisan rotan. Selanjutnya
15
belerang dibakar di atas suatu wadah dan dimasukkan ke dalam rumah asap. Waktu pengasapan sekitar 12 jam dan menghabiskan sekitar 7,5 kg belerang atau 1,8 gr/batang rotan Rachman (2008).
6. Pengupasan dan Pemolisan
Pengupasan dan Pemolisan umumnya dilakukan pada rotan besar keadaan kering, gunanya adalah untuk menghilangkan kulit rotan tersebut, sehingga diameter dan warna menjadi lebih seragam dan merata.
7. Pengawetan
Pengawetan rotan adalah proses perlakuan kimia atau fisik terhadap rotan yang bertujuan meningkatkan masa pakai rotan. Bahan kimia untuk mengawetkan rotan disebut bahan pengawet. Selain berfungsi untuk mencegah atau memperkecil kerusakan rotan akibat oganisme perusak, juga memperpanjang umur pakai rotan.
Bahan pengawet yang digunakan harus bersifat racun terhadap organisme perusak baik pada rotan basah maupun rotan kering, permanen dalam rotan, aman dalam pengangkutan dan penggunaan, tidak bersifat korosif, tersedia dalam jumlah banyak dan murah.
bahan pengawet campuran garam yang mengandung bahan aktif boron (boraks, asam borat, timbor dan genapol X-80 (Isotridekanol polyglylether) sebagai bahan anti jamur biru (blue stain)
16
E. Standart Nasional Indonesia Untuk Pengujian Rotan Tabel 2. Jenis, Sifat dan Kegunaan Rotan (SNI 01-7208-2006) Sifat No
Jenis rotan Alomanu (Calamus symphysipus Mart.)
Anatomis
Kimia
Ikatan pembuluh 26,0 %
P sel serabut 1270 µm
Pori 18,93 % P sel serabut 1186 µm
Warna biru muda Mengkilap
Holoselulosa 73,34 %
D 10-19 mm KA 13,87 % BJ 0,50
a- selulosa 42,35 %
T dinding sel serabut 4,41 µm
lignin 24,03 %
KIP 3,3 buah /mm 2
pati 20,85 %
D ikatan pembuluh 346,6 µm
Holoselulosa 73,78 %
Berumpun
Batang (Calamus zolingerii Becc.)
Pembutan perabot
MoR 830,81 2 kg/cm
T dinding sel serabut 3,50 µm
Balubuk (Calamus burchianus Becc.)
Kegunaan
MoE 46.000 2 kg/cm
Sklerenkim 35 % Parenkim 38 %
Soliter
FisisMekanis BJ 0,55
MoE 14,590 2 kg/cm
Pembuatan tangkai sapu, alat parut kelapa tradisional
Warna putih
D metaxylem 206,3 µm Berumpun D protoxylem 33,6 µm D phloem 39,3 µm
a- selulosa 41,09 %
D 25 – 40 mm BJ 0,41 MoE 15.000 2 kg/cm
lignin 24,21 %
MoR 280 2 kg/cm
pati 20,61 %
Warna abu-abu
Mengkilap D 25 – 40 mm
P sel serabut 1413,3 µm T dinding sel serabut 4,7 µm
Pembuatan kerangka mebel
17
Batang merah (Daemonorops robusta Warb.)
KIP 4,7 buah/mm D ikatan pembuluh 316,3 µm
2
KA % BJ 0,42
D metaxylem 198,0 µm
MoE 33,740 2 kg/cm
D protoxylem 33 µm
MoR 647 2 kg/cm
Pembuatan kerangka mebel berkualitas sedang
Berumpun
D phloem 34,9 µm
Warna hijau P sel serabut 1180 µm
Bobol (Calamus symphysipus Becc.)
Kusam
T dinding sel serabut 3,1 µm Ikatan pembuluh 26,0 %
D + 23 mm BJ 0,55 MoE 46.000 2 kg/cm
Sklerenkim 35 % Parenkim 38 %
MoR 830,81 2 kg/cm
Soliter P sel serabut 1270 µm
Warna abu-abu
Keputihan
T dinding sel serabut 3,50 µm Boga (Calamus koordersianus Becc.)
Selulosa 56,62 % Lignin 21,79 %
Silika 2,25 %
Berumpun
Bulu rusa (Daemonorops beguinii Burr.)
Ikatan pembuluh 23,0 %
Selulosa 50,86 %
Sklerenkim 41 %
Lignin 22,39 %
Parenkim 35 %
D 10 – 19 mm BJ 0,45 MoE 40.000 2 kg/cm
Pembuatan kerangka keranjang
MoR 166 2 kg/cm D 12 – 25 mm BJ 0,39 MoR 369 2 kg/cm Wana biru muda
P sel serabut 1180 µm
Kusam
T dinding sel
D 7 – 18 mm
Pembuatan kerangka mebel
18
Jermasin (Calamus leiocaulis Becc.)
serabut 5,36 µm Ikatan pembuluh 38,0 %
Selulosa 17,0 %
Sklerenkim 40 %
Warna kecoklatan
Pembuatan perabot
D 4 – 8 mm
Parenkim 20 % Berumpun P sel serabut 1090 µm T dinding sel serabut 3,54 µm
Karokok (Calamus viminalis Willd.)
BJ 0,47
D metaxylem 396,67 µm
MoE 15.420 2 kg/cm
D protoxylem 21,67 µm Berumpun
MoR 453,12 2 kg/cm
D phloem 20,83 µm P sel serabut 1760 µm
Warna kuning D + 25 mm
T dinding sel serabut 3,46 µm 0
Laurosura (Calamus didymocarpus Warb. Ex. Becc.)
Selulosa 48,23 % Lignin 34 % Silika 8 %
1
Soliter Manau (Calamus manan Miquel.)
Soliter
D ikatan pembuluh 404,8 µm
Holoselulosa 71,45 %
D metaxylem 228,2 µm
a- selulosa 39,05 %
D protoxylem 37,5 µm
Lignin 22,22 %
D phloem 40,2 µm
Pati 18,50 %
BJ 0,43
Dijual ke pasar
MoE 34.000 2 kg/cm MoR 229 2 kg/cm D + 30 mm KA 13,77 % BJ 0,55
P sel serabut 1586,7 µm
Pembuatan tangkai sapu
MoE 19.800 2 kg/cm MoR 734 2 kg/cm Warna kekuningan mengkilap
Pembuatan kerangka mebel
19
T dinding sel serabut 5,4 µm KIP 3,1 buah/mm
2
Manan tikus (Calamus tumidus Furtado.)
2
BJ 0,67
D ikatan pembuluh 316,7 µm
Pembuatan mebel
Keteguhan tarik sejajar serat bagian luar 538 2 kg/cm
D metaxylem 194,1 µm D protoxylem 32,2 µm
Soliter D phloem 33,5 µm
Keteguhan tarik sejajar serat bagian dalam 631 2 kg/cm
P sel serabut 1233,3 µm
3
Samole (Calamus pedicellatus Becc.)
T dinding sel serabut 3,50 µm Ikatan pembuluh 29,0 %
Selulosa 57,90 %
sklerenkim 44 %
Lignin 34,27 %
parenkim 26 % Soliter
BJ 0,54 MoE 54.000 2 kg/cm
Pembuatan perabot atau barang kerajinan
MoR 353 2 kg/cm
P sel serabut 1110 µm
D + 10 mm
T dinding sel serabut 2,31 µm KIP 2,6 buah/mm 4
Sega (Calamus caesius Blume.)
Berumpun
2
a- selulosa 17,45 %
BJ 0,58 Keteguhan tarik sejajar serat bagian luar 612 2 kg/cm Keteguhan tarik sejajar serat bagian dalam 565,5 2 kg/cm Warna
Pembuatan keranjang, tikar, dan tali temali
20
keemasan mengkilap D 7 – 12 mm
5
Semambu (calamus scipionum Loure.)
P sel serabut 1475,8 µm
Holoselulosa 70.07 %
T dinding sel serabut 3,75 µm
a- selulosa 37,36 %
KA 13,54 % BJ 0,44 MoE 20.500 kg/cm2
Lignin 22,19 %
Berumpun Pati 21,35 %
6
Seuti (Calamus ornatus BL.)
D ikatan pembuluh 815,28 µm
Holos elulosa 72,69 %
D metaxylem 362,8 µm
a- selulosa 39,14 %
D protoxylem 57,64 µm
Lignin 13,35 %
MoR 611,0 kg/cm2 D 25 – 35 mm KA 13,76 % BJ 0,51
Berumpun
Pati 21,82 %
Pembuatan perabot berkualitas sedang, tongkat, tangkai payung, dll
MoE 17.090 2 kg/cm MoR 441,96 2 kg/cm
Pembuatan mebel, tangkai payung, tangkai kapak, tangkai parang, dan lantai
D phloem 44,2 µm
Warna putih
P sel serabut 1298 µm
mengkilap
T dinding sel serabut 3,91 µm 7
Tohiti (Calamus inops Becc.)
Ikatan pembuluh 31,0 %
Holoselulosa 74,42 %
sklerenkim 34 %
a- selulosa 43,28 %
D 12 – 30 mm KA 12,55 % BJ 0,56
Soliter
parenkim 34 %
MoE 54.000 2 kg/cm
Lignin 21,34 %
P sel serabut 1210 µm
Pati 18,57 %
T dinding sel serabut 5,7 µm KIP 5,7 buah/mm
MoR 456 2 kg/cm Warna kuning kebiruan
2
mengkilap D 12 – 25 mm
Pembuatan kursi dan meja
21
8
Tretes (Calamus heteroideus BI.)
Berumpun
P sel serabut 1172 µm
Holoselulosa 72,99 %
T dinding sel serabut 4,9 µm
selulosa 41,72 %
KIP 3,4 buah/mm
2
Lignin 21,99 %
BJ 0,41
Pembuatan perabot
MoE 36.270 2 kg/cm MoR 442 2 kg/cm Warna coklat mengkilap
9
Wuluh (Calamus adspersus BI.)
Ikatan pembuluh 33,0 %
selulosa 55,13 %
sklerenkim 23 %
Lignin 35,39 %
parenkim 28 % Berumpun P sel serabut 1190 µm
D 6 – 10 mm BJ 0,69
Bahan baku mebel
MoE 34.280 2 kg/cm MoR 764 2 kg/cm D 25 – 30 mm
T dinding sel serabut 3,19 µm CATATAN : 1 kg/cm2 = 0,1 Mpa Soliter
= berbatang tunggal, tidak mempunyai tunas akar pada pangkalnya
F. Pemanfaatan Rotan
Karena
kekuatan dan kelenturan dan keseragamannya, batang polos
rotan dimanfaatkan secara komersial untuk maubel dan anyaman rotan. Umumnya diameter rotan bervariasi antara 3-70 mm atau lebih, tergantung pada spesiesnya, diperkirakan 20% dari spesies rotan digunakan secara komersial baik dalam bentuk utuh atau bundar terutama untuk kerangka meubel, maupun dalam bentuk kulit dan terasnya untuk tikar dan keranjang.
22
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu danTempat Penelitian dilaksanakan selama dua bulan yakni dari tanggal 1 Juni sampai 30 July 2013, di Laboratorium Sifat-sifat Kayu dan Analisis Produk Jurusan Teknologi Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Ada pun tahapan kegiatan yang dilakukan meliputi penyiapan alat dan bahan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengujian, pengolahan data dan pelaporan hasil penelitian. B. 1.
Alat dan Bahan
Alat a. Alat tulis Menulis b. Desikator c. Gergaji kayu d. Gelas Ukur e. Kalkulator f. MikroKaliper g. Oven pengeringan h. Universal Testing Machine (UTM) i. Timbangan Elektrik j. Spatula k. Geget/Penjepit l. Cawan perselin m. Hot Plat
23
2.
Bahan a. Rotan Jelayan (Calamus ornatus Blume) yang diperoleh dari industri pengolahan rotan rakyat di PT. Rudina Samarinda. Rotan tersebut telah mengalamai pengolahan dalam bentuk rotan asalan yaitu rotan yang telah melalui proses penggorengan dan pengeringan. b. Aquades Bertujuan untuk pengukuran volume c. Parafin digunakan untuk menutupi pori-pori rotan sebelum dilakukan pengujian untuk berat jenis C. Prosedur Penelitian
Rotan Jelayan (Calamus ornatus Blume) sebagai bahan baku dalam penelitian ini diperoleh dari industri rotan rakyat PT Rudina Moulding di Samarinda dengan ukuran panjang sekitar 4 meter, diameter 3-4 cm sebanyak 2 batang. Selanjutnya rotan dipotong dengan ukuran panjang 5 cm sebanyak10 sampel untuk masing-masing parameter pengujian sifat fisika yang meliputi ujik adar air dan berat jenis, ukuran panjang 5 cm masing-masing 10 sampel untuk pengujian keteguhan tekan sejajar serat, dan sampel ukuran 30 cm untuk pengujian keteguhan lentur dan keteguhan patah masing-masing10 sampel. D. Pengujian Sifat Fisika dan Mekanika 1.
Sifat Fisika a. Kadar air Pengujian kadar air rotan jelayan dilakukan dengan menimbang masing-masing contoh uji dengan ukuran panjang 5 cm untuk mendapatkan berat awal, kemudian dimasukkan kedalam oven dengan
24
suhu ± 103
o
C , selama 2 x 48 jam atau contoh uji tersebut sudah
mencapai kering tanur, kemudian contoh uji dikeluarkan dari oven lalu dimasukan ke disikator terlebih dahulu selama ± 15 menit lalu ditimbang kembali untuk mendapatkan berat kering tanur. Kadar air dihitung dengan rumus :
Ka =
Ba Bkt • 100% Bkt
Keterangan : K
= Kadar air (%)
Ba
= Berat awal / kering udara (gr)
Bkt = Berat kering tanur (gr) b.
Berat Jenis Berat Jenis ditentukan dengan cara menimbang rotan yang sudah dikering udarakan serta mengukur diameter dan panjang rotan untuk menentukan volume. Selanjutnya kerapatan dihitung dengan menggunakan rumus:
BJ =
M V
Kr .a
Keteranga : BJ M V Kr.a
= Berat jenis = Berat rotan (gr) = Volume rotan (cm3) = kerapatan air (1 gr/cm3)
25
2.
Sifat Mekanika a. Keteguhan Lentur (MoE) pengujian lentur rotan mengacu kepada pedoman pengujian sifat fisik-mekanik kayu LPHH (Lembaga Penelitian Hasil Hutan 1974) dengan modifikasi yang disesuaikan dengan contoh bahan yang digunakan, yaitu rotan. Ukuran contoh uji yang dibuat panjang 30 cm sedangkan lebar dan tebal disesuaikan dengan diameter rotan. Jarak sanggah 25 cm beban defleksi dilakukan sampai maksimum. Dengan rumus:
MoE ?
0.424 ? Pe ? l 3 d 4 ? Fe
Keterangan : MoE Pe L Fe D
= Modulus elastisitas (keteguhan lentur) = beban elastis (kg) = jarak sanggah (25 cm) = lengkungan (cm) = Diameter rotan
b. Keteguhan Patah (MoR) pengujian keteguhan patah rotan mengacu kepada pedoman pengujian sifat fisik-mekanik kayu LPHH (Lembaga Penelitian Hasil Hutan 1974) dengan modifikasi yang disesuaikan dengan contoh bahan yang digunakan, yaitu rotan. Ukuran contoh uji yang dibuat panjang 30 cm sedangkan lebar dan tebal disesuaikan dengan diameter rotan. Jarak sanggah 25 cm beban defleksi dilakukan sampai maksimum. Dengan rumus sebagai berikut:
26
MoR ?
4 ? Pm ? l ? ?d
3
Keterangan : MoR Pm L D
= Keteguhan patah (kg/cm2) = Beban maksimum (kg) = Jarak sanggah(cm) = Diameter rotan (cm)
c. Keteguhan Tekan Sejajar Serat Pengujian keteguhan tekan sejajar serat menggunakan contoh uji dengan ukuran 5 cm, kemudian diletakan secara vertikel diatas meja pengujian mesin Unversal Testing Mechine, selanjutnya dilakukan pembebanan hingga mencapai beban maksimum. Untuk menentukan nilai keteguhan tekan sejajar arah serat, beban yang bekerja secara maksimum pada contoh uji dibagi dengan luas penampang melintang contoh uji dengan Rumus :
T? ?
F A
Keterangan: TII F A
= KeteguhanTekan Sejajar Arah Serat = Beban Maksimum (kg) = Luas Penampang Melintang contoh Uji (cm3) E.
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata dari setiap parameter hasil pengujian untuk selanjutnya dilakukan pembandingan dengan kualitas rotan yang lain hasil penelitian terdahulu.
27
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh hasil sifat fisika dan mekanika rotan jelayan (Calamus ornatus Blume) yang meliputi dari kadar air, kerapatan, keteguhan patah (MoR), keteguhan elastisity (MoE), keteguhan tekan sejajar serat yang dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini:
Tabel 3.Nilai Rata-rata Sifat Fisika dan Mekanika Rotan Jelayan
No
Parameter pengujian
Nilai Rata-rata
Kadar air setelah penggorengan
10,102(%)
Berat jenis Keteguhan Elastisity (MoE)
0,47 10,758.99 (kg/ cm2)
Keteguhan Patah (MoR)
208,15 (kg/ cm2)
Keteguhan tekan sejajar serat
165, 38 (kg/ cm2)
Dan hasil sebagaimana ditabulasikan dibawah ini merupakan hasil perhitungan rata-rata dari 10 ulangan tiap-tiap parameter yang diuji.
Tabel 4. Nilai rata-rata sifat fisika rotan jelayan:
No
Parameter Pengujian Kadar air setelah penggorengan Berat jenis
Nilai Rata-rata 10,102(%) 0,47
28
Tabel 5. Nilai rata-rata sifat mekanika rotan jelayan:
No
Parameter Pengujian Keteguhan Elastisity (MoE)
Nilai Rata-rata 10,758.99 (kg/ cm2)
Keteguhan Patah (MoR)
208,15 (kg/ cm2)
Keteguhan tekan sejajar serat
165, 38 (kg/ cm2)
B. Pembahasan 1.
Kadar Air
Dari hasil penelitian didapat bahwa kadar air rotan setelah penggorengan pada rotan jelayan (Calamus ornatus Blume) nilai rataratanya adalah 10.102 %, sedangkan untuk nilai tertinggi dari kadar air adalah sebesar 10.538 % dan nilai paling rendah adalah sebesar 9.189 %.
Data diatas menunjuka bahwa nilai kadar air jelayan jika dibandingkan dengan rotan komersil lainnya memiliki nilai yang sedang dan itu berarti bahwa suatu jenis rotan sangat dipengaruhi tempat dan waktu penyimpanan jika waktu penyimpanan ± 1 bulan maka jika dibandingkan rotan yang disimpan selama ± 1 minggu maka kadar air rotan tersebut akan memiliki nilai yang sangat berbeda. Jika untuk mendapat nilai rata-rata rotan menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 2006) beberapa jenis rotan dengan Calamus manan Miq, Calam us scipionum Loure, Calamus inops Becc, 13.77 %, 13.54 %, 12.55%, sebaiknya rotan yang akan diuji langsung ambil setelah dilakukan penggorengan dikarnakan kadar air masih banyak
29
terkandung dalam rotan. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa rotan jelayan setelah melalui proses penggorengan belum mencapai kadar air yang sesuai dengan standar pada industri rotan dimana kadar air yang diinginkan adalah 10 % (Anonim, 1994). Dan berdasakan standart SNI, rotan semambu hasil penggorengan ini nilai kadar airnya masih jauh dari standart yang diinginkan yaitu sebesar 13.54 %. 2.
Berat Jenis
Dari hasil penelitian didapat bahwa kerapatan pada rotan Jelayan (Calamus ornatus Blume) mempunyai nilai rata-rata sebesar 0,47, dan nilai tertinggi dari kerapatan adalah sebesar 0.53 dan nilai terendah adalah sebesar 0.36. Rotan berat, sedang atau ringan berkaitan dengan berat jenis yang tinggi, sedang atau rendah. Rotan dengan berat jenis yang terlalu tinggi atau terlalu rendah tidak disenangi karena terlalu kaku/ keras atau terlalu lemah/ lunak. Rotan manau dan tohiti sangat disukai dalam pemakaian karena BJ-nya 0.48 – 0.55 (sedang), itu berarti rotan jelayan memiliki berat jenis hampir sama dengan rotan manau dan tohiti, Menurut Subekti (1995) yang meneliti juga pada tiga jenis rotan yang berbeda yaitu Calamus tumindus, Calamus zollingeri dan Deamonorops robutus diperoleh berat jenis berkisar antara 0.3 – 0.4. Ini menunjukan bahwa semakin tinggi berat jenis suatu jenis rotan maka semakin tinggi pula terjadinya pengembangan dimensi pada rotan tersebut.
30
3.
Keteguhan Patah (MoR)
Dari hasil penelitian didapat bahwa keteguhan patah (MoR) pada rotan jelayan (Calamus ornatus Blume) mempunyai nilai rata-rata sebesar 208.15 (kg/ cm2) dan nilai tertinggi pada rotan jelayan sebesar 241.67 kg/cm2 dan nilai terendah adalah sebesar 161.00 kg/cm2.
Nilai yang didapatkan dari hasil penelitian rotan jelayan ini setelah melalui proses penggorengan lebih kecil, jika dilakukan perbandingan dengan penelitian sebelumnya yaitu Rachman (2008) dimana rotan yang berbeda yaitu Calamus manan Miq dengan nilai rata-rata MoR sebesar 579 kg/cm2, memiliki nilai rata-rata rendah jika dibandingkan dengan rotan manau. 4.
Keteguhan Elastisitas (MoE) Dari hasil pengujian yang dilakukan pada rotan jelayan (Calamus ornatus Blume) diperoleh nilai rata-rata sebesar 10.758. (kg/ cm 2) adapun nilai tertinggi dari rotan jelayan adalah sebesar 13.505 kg/cm2 dan nilai terendah adalah sebesar 7.318 kg/cm2, dari penelitian ini menunjukan bahwa nilai rata-rata rotan jelayan ini rendah jika dibandingkan dengan rotan Manau dengan nilai rata-rata 29.382 Rachman (2008) dengan perlakuan yang sama tetapi dengan rotan yang berbeda.
5.
Keteguhan Tekan Sejajar Serat
Dari hasil pengujian keteguhan tekan sejajar serat pada rotan jelayan (Calamus ornatus Blume) yang sudah melalui proses penggorengan dan
31
nilai rata-rata adalah sebesar 165.38 kg/cm2 dan nilai tertinggi adalah sebesar 194.75 kg/cm2 dan nilai terendah adalah sebesar 145.69 kg/cm2.
Dari peneilitian yang dilakukan Rachman (2008) nilai rata-rata rotan (Calamus manan Miq) adalah sebesar 282 kg/cm2, menujukan rotan jelayan lebih rendah jika dibandingkan rotan manau dengen proses yang sama tetapi dengan rotan yang berbeda. maka rotan semambu hasil penggorengan industri ini lebih rendah, dan untuk nilai keteguhan tekan sejajar serat berdasarkan SNI belum ada standart yang mengacu berapa besarnya. Dari data yang diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi kerapatan pada rotan semakin tinggi pula keteguhan takan sejajar seratnya, dan pada rotan semambu setelah melalui proses penggorengan nilai keteguhan tekan sejajar seratnya cukup tinggi sehingga termasuk dalam kategori sedang sampai dengan tinggi. hal ini sangat penting jika dihubungkan
dengan
pemanfaatan
rotan
nantinya,
karena
dengan
mengetahui nilai keteguhan tekan sejajar serat rotan akan lebih tepat dalam memanfaatkan dalam penggunaannya, khususnya jika dihubungkan dengan bahan baku sebagainya.
untuk perabot rumah tangga seperti meja, kursi dan lain
32
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian Sifat Fisika dan Mekanika Rotan Jelayan (Calamus ornatus Blume) Setelah proses penggorengan adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil penelitian yang dilakukan pada rotan jelayan yaitu kadar air, kerapatan, MoR, MoE dan keteguhan tekan sejajar serat memilik nilai rata-rata yang rendah dibandingkan rotan manau yang memiliki, kadar air 10.120 %, berat jenis 0.47 gr/cm3, MoR 208.15 gr/cm2, MoE 10.758,99 gr/cm 2, keteguhan tekan sejajar serat 165 gr/cm2, 2. Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rotan jelayan hasil penggorengan di industri PT Rudina menunjukan nilai rata-rata cukup baik, Seperti halnya rotan komersil lainnya.
B. Saran
Penlitian ini hanya dilakukan pengujian Sifat Fisika dan Mekanika yang meliputi kadar air, berat jenis, keteguhan patah (MoR), keteguhan Lentur (MoE), keteguhan tekan sejajar serat, Maka untuk penelitian yang selanjutnya penulis menyarankan untuk pengujian sifat kimia
33
DAFTAR PUSTAKA
Dransfield, J. 1974. A Short Guide to Rattan. Biotrop, Bogor.
___ , J. 1979. A Manual of the Rattans. Biotrop Bogor.
_________ , J. dan N. Manokaran, 1996. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 6; Rotan. Gadjah Mada University Press bekerjasama dengan Prosea Indonesia. Hartono.1998. Prospek industri rotan dan saran yang diperlukan. Makalh pada workshop tentang deregulasi rotan.Asmindo. Jakarta. Haury, D. dan B. Saragih, 1996. Pengolahan dan Pemasaran Rotan. GTZ SFMP Document No. 6b (1996). Samarinda. Haygreen, J.G. dan J.L. Bowyer, 1982. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu, Suatu Pengantar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Indrawati, L. 1992. Struktur Anatomi Beberapa Jenis Rotan. Skripsi S1. Jurusan Teknologi Hasil Hutan. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Tidak diterbitkan. Januminro, 2000. Rotan Indonesia. Potensi, Budidaya, Pemungutan, Pengolahan, Standar Mutu dan Prospek Pengusahaan. Kanisius. Jakarta. Kalawa, N. Daniel., M.D. Wiharta, M. Attang S.S., 1998. Mengenal Berbagai Jenis Rotan di Indonesia. Departemen Kehutanan Pusat Penyuluhan Kehutanan. Jakarta. Menon, K.K. 1979. Rattan. A State of The Art Review a Paper For Presentation at The Workshop On The Cultivation and Processing of Rattan in Asia To be-Held in Singapore, Juni 1979 Pandit, I.K.N., 1992. Mikroteknik Jaringan Berkayu. Fakultas Pascasarjana IPB, Bogor.
34
Pandit, I.K.N., O. Rachman, & L. Indrawati.1993. Sifat Anatomi Beberapa Jenis Rotan. Pusat Litbang Hasil Hutan. Badan Litbang Kehutanan, Bogor. Rachman, Osly., 2008. Pengaruh kondisi Penggorengan Terhadap Kualitas Rotan. Jurnal Penelitian Hasil Hutan Vol. 1 No. 4 (1984) pp. 14-19, Lembaga Penelitian Hasil Hutan, Bogor. Scharai-Rad, M., A. Sulistyo Budi, R. Sastrawijaya, E. Sastradimadja, 1985. Wood Testing. Jurusan Hasil Hutan Fakultas Kehutanan UNMUL. Samarinda. Sinaga. 1986. Sifat-sifat Fisik dan Komposisi Jenis-jenis Rotan di beberapa Kelompok Hutan Alam Tropika di Kalimantan Timur. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Sudjaswati, E., 2002. Keanekaragaman dan Karakteristik Jenis-jenis Rotan Pada Hutan Primer di PT. Inhutani I Labanan Berau. Tesis pada Program Pascasarjana Ilmu Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda. Subekti, D.E. 1995. Pengaruh Anatomi Terhadap Sifat Fisik dan Mekanika Beberap Jenis Rotan, Jurusan Kehutanan IPB, Bogor. Tellu, 2006. Kladistik Beberapa jenis Rotan Calamus. Asal Sulawesi Tengah Berdasarkan Karakter Fisik dan Mekanika Batang. Vol.7 : 225 – 229 Biodiversitas. UniversitasTadulako Palu.
33
Sifat Fisika Tabel 6. Kadar Air Rotan Jelayan ( Calamus ornatus Blume) No Ba (gr) Bkt (gr) 1 19,1452 17,534 2 19,1585 17,4393 3 11,7789 10,656 4 15,8019 14,3585 5 19,0061 17,2723 6 13,5128 12,2455 7 18,8528 17,1258 8 13,326 12,0795 9 13,5952 12,3283 10 13,009 11,7925 Total Rata-rata kadar air setelah penggorengan Rumus : Ka ?
Ba ? Bkt ? 100 Bkt
Keterangan: Ka = kadar air (%) Ba = Berat awal rotan (gr) Bkt = berat kering tanur
KA (%) 9,189 9,858 10,538 10,053 10,038 10,349 10,084 10,319 10,276 10,316 101,020 10,102
36
Tabel 9. Keteguhan lentur (MoE) No D1 (cm) D2 (cm) D(cm) L (cm) 3,17 1 3,23 3,11 25 3,32 2 3,41 3,24 25 3 3,57 3,65 3,61 25 4 3,68 3,85 3,76 25 5 3,87 3,89 3,88 25 6 3,61 3,76 3,68 25 7 3,67 3,67 3,67 25 8 3,78 3,83 3,8 25 9 3,56 3,68 3,52 25 3,77 10 3,86 3,68 25 Total Rata-rata MoE Rumus :
keterangan : Pe L D Fe
Fe 0,4 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
0 .424 ? Pe ? L3 MoE ? D 4 ? Fe = beban elastis (kg) = jarak sanggah (cm) = diameter rotan (cm) = lengkungan (cm
Pe 80 100 100 150 100 125 125 150 125 125
MoE 13.140,81 10.922,12 7.813,22 9.958,62 7.318,84 11.305,45 11.429,17 11.932,35 13.505,43 10.263,93 107.589,94 10.758,99
36
Tabel 6. Keteguhan lentur (MoE) No D1 (cm) D2 (cm) 1 3,23 3,11 2 3,41 3,24 3 3,57 3,65 4 3,68 3,85 5 3,87 3,89 6 3,61 3,76 7 3,67 3,67 8 3,78 3,83 9 3,56 3,68 10 3,86 3,68
D(cm) L (cm) 3,17 25 3,32 25 3,61 25 3,76 25 3,88 25 3,68 25 3,67 25 3,8 25 3,52 25 3,77 25 Total Rata-rata MoE
Rumus :
MoE ?
Dimana :
Pe L D Fe
Fe (cm) 0,4 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
0.424 ? Pe ? L2 D 4 ? Fe
= beban elastis (kg) = jarak sanggah (cm) = diameter rotan (cm) = lengkungan (cm
0,42
0,42
Pe (kg) 80 100 100 150 100 125 125 150 125 125
34
Tabel 7. Berat Jenis Rotan Jelayan (Calamus ornatus Blume) No M (gr) V ( Cm3) BJ 1 16,6555 35 0,48 2 15,2476 30 0,51 3 18,0102 40 0,45 4 16,0261 45 0,36 5 13,4851 26 0,52 6 17,9577 35 0,51 7 17,0373 37 0,46 8 19,3009 44 0,44 9 13,4938 35 0,39 10 12,1824 23 0,53 Total 4,64 Rata-rata Kerapatan 0,47 Rumus :
BJ
=
M V
Kr
keterangan : M = berat rotan V = volume rotan Bj = berat jenis Kr. A = kerapatan air
.a
35
Tabel 7. Pengujian Keteguhan Tegak Lurus Serat No D1
D2
D3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2,54 2,68 3,15 3,05 3,05 2,93 3,09 2,61 2,98 2,76
2,56 2,61 3,24 2,97 3,04 3,14 2,97 2,61 2,97 2,81
TII =
P A
2,61 2,72 3,22 2,96 3,17 3,11 2,98 2,61 3,05 2,77
Rumus
TII P A
D4
D
2,67 2,59 2,72 2,68 3,15 3,19 3,08 3,01 3,01 3,06 2,94 3,03 3,01 3,01 2,52 2,58 3,17 3,04 2,71 2,76 Total Rata-rata
A ( cm²)
F(kg)
? //(kg/cm²
5,26 5,63 7,98 7,11 7,35 7,2 7,11 5,22 7,25 5,97
650 530 560 535 540 550 540 560 580 680
123,574 94,1385 70,1754 75,2461 73,4694 76,3889 75,9494 107,28 80 113,903 890,124 89,0124
tegak lurus serat Beban Luas Penampang Contoh Uji A ( = 0,785 x D²)
35
Sifat Mekanika Tabel 8. Keteguhan patah (MoR) No D1 (cm) D2 (cm) D (cm) L (cm) 1 3,23 3,11 3,17 25 2 3,41 3,24 3,32 25 3 3,57 3,65 3,61 25 4 3,68 3,85 3,76 25 5 3,87 3,89 3,88 25 6 3,61 3,76 3,68 25 7 3,67 3,67 3,67 25 8 3,78 3,83 3,8 25 9 3,56 3,68 3,52 25 10 3,86 3,68 3,77 25 Total Rata-rata MoR
Rumus :
MoR ?
Pm (kg) 199 185 357 370 243 344 332 405 327 367
4 ? Pm ? L ? ? D3
keteranganPm : = beban maksimum L = jarak sanggah D = diameter rotan
MoR 198,95 161,00 241,67 221,67 132,49 219,83 213,90 235,06 238,78 218,13 2.081,47 208,15
36
Tabel 9. Keteguhan lentur (MoE) No D1 (cm) D2 (cm) D(cm) L (cm) 3,17 1 3,23 3,11 25 3,32 2 3,41 3,24 25 3 3,57 3,65 3,61 25 4 3,68 3,85 3,76 25 5 3,87 3,89 3,88 25 6 3,61 3,76 3,68 25 7 3,67 3,67 3,67 25 8 3,78 3,83 3,8 25 9 3,56 3,68 3,52 25 3,77 10 3,86 3,68 25 Total Rata-rata MoE Rumus :
keterangan : Pe L D Fe
Fe 0,4 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
0 .424 ? Pe ? L3 MoE ? D 4 ? Fe = beban elastis (kg) = jarak sanggah (cm) = diameter rotan (cm) = lengkungan (cm
Pe 80 100 100 150 100 125 125 150 125 125
MoE 13.140,81 10.922,12 7.813,22 9.958,62 7.318,84 11.305,45 11.429,17 11.932,35 13.505,43 10.263,93 107.589,94 10.758,99
36
Tabel 6. Keteguhan lentur (MoE) No D1 (cm) D2 (cm) 1 3,23 3,11 2 3,41 3,24 3 3,57 3,65 4 3,68 3,85 5 3,87 3,89 6 3,61 3,76 7 3,67 3,67 8 3,78 3,83 9 3,56 3,68 10 3,86 3,68
D(cm) L (cm) 3,17 25 3,32 25 3,61 25 3,76 25 3,88 25 3,68 25 3,67 25 3,8 25 3,52 25 3,77 25 Total Rata-rata MoE
Rumus :
MoE ?
Dimana :
Pe L D Fe
Fe (cm) 0,4 0,5 0,5 0,5 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4 0,4
0.424 ? Pe ? L2 D 4 ? Fe
= beban elastis (kg) = jarak sanggah (cm) = diameter rotan (cm) = lengkungan (cm
0,42
0,42
Pe (kg) 80 100 100 150 100 125 125 150 125 125
37
Tabel 10. Pengujian tekan sejajar arah serat D4 D(rata-rata A ( cm²)
F(kg)
? //(kg/cm²
2,63 2,75 5,94 3,03 3,03 7,21 3,06 3,05 7,30 3,09 3,05 7,30 3,18 3,18 7,94 2,64 2,68 5,64 3,08 3,08 7,45 3,24 3,23 8,19 3,08 3,06 7,35 2,96 2,9 6,60 Total Rata-rata keteguhan tekan sejajar serat
1100 1050 1175 1110 1185 1110 1100 1595 1170 1070
185,29 145,69 160,90 152,00 149,28 196,87 147,71 194,75 159,17 162,08 1653,76 165,38
No
D1
D2
D3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2,82 3,02 3,04 3,04 3,19 2,75 3,07 3,22 3,05 2,87
2,71 3,03 3,05 3,06 3,17 2,63 3,09 3,24 3,07 2,94
2,83 3,04 3,07 3,02 3,19 2,72 3,11 3,23 3,04 2,85
TII =
F A
Rumus
TII P A
Sejajar Arah Serat Beban Luas Penampang Contoh Uji A ( = 0,785 x D²)
37
Tabel 10. Pengujian tekan sejajar arah serat D4 D(rata-rata A ( cm²)
F(kg)
? //(kg/cm²
2,63 2,75 5,94 3,03 3,03 7,21 3,06 3,05 7,30 3,09 3,05 7,30 3,18 3,18 7,94 2,64 2,68 5,64 3,08 3,08 7,45 3,24 3,23 8,19 3,08 3,06 7,35 2,96 2,9 6,60 Total Rata-rata keteguhan tekan sejajar serat
1100 1050 1175 1110 1185 1110 1100 1595 1170 1070
185,29 145,69 160,90 152,00 149,28 196,87 147,71 194,75 159,17 162,08 1653,76 165,38
No
D1
D2
D3
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
2,82 3,02 3,04 3,04 3,19 2,75 3,07 3,22 3,05 2,87
2,71 3,03 3,05 3,06 3,17 2,63 3,09 3,24 3,07 2,94
2,83 3,04 3,07 3,02 3,19 2,72 3,11 3,23 3,04 2,85
TII =
F A
Rumus
TII P A
Sejajar Arah Serat Beban Luas Penampang Contoh Uji A ( = 0,785 x D²)
38
Gambar 11. Contoh Uji Kadar Air
Gambar 12. Penimbangan Contoh uji kadar air dan Berat jenis
39
Gambar 13. Contoh Kadar Air di Masukan Kedalam Oven selama 48 jam dengan Suhu ± 130 0c
Gambar 14. Pengukuran Volume Berat Jenis
40
Gambar 15. Pengujian Keteguhan Patah (MoR), dan Pengujian Lentur (MoE)
Gambar 16. Pengujian Keteguhan Tekan Sejajar Serat
41
Gambar 17. Desikator
Gambar 18. Oven
42
Gambar 19. Timbangan Elektrik
Gambar 20. Universal Testing Machine (UTM)