Artikel
Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012 =
Pengertian Ekolabeling dan Penerapannya pada Industri Rotan Oleh : D. Martono Ekolabel adalah salah satu alat yang dikembangkan berdasarkan metoda pendekatan pasar dengan maksud untuk mempromosikan perlindungan lingkungan dan kelestarian produk. Kegiatan ini dimotivasi adanya dorongan peningkatan kualitas produk dalam pengembangan melalui program ekolabel pada tingkat lokal di daerah sumber penghasil produk. Setiap kegiatan yang berkenaan dengan ekolabeling untuk suatu negara yang menerapkannya dapat mencerminkan kepedulian negara tersebut terhadap perlindungan kelestarian lingkungan pada negara tersebut atau jika suatu perusahaan yang memproduksi produk barang (goods). Sehingga untuk setiap produk yang dihasilkannya memberikan jaminan bagi konsumen yang menggunakan atau membelinya tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan baik di daerah atau negara penghasil produk maupun tempat pengguna produk, yang didasari nilai ilmiah yang akurat dapat dipertanggung jawabkan. Uraian dalam tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi mengenai pengertian dan konsep dasar serta perkembangan penerapan ekolabel di Indonesia sebagai upaya sosialisasi penyebaran informasi bagi masyarakat pengguna/ produsen dan peranannya dalam perdagangan global. Pengertian Ekolabel merupakan salah satu sarana penyampaian informasi yang akurat, ”variabel” dan tidak menyesatkan kepada konsumen mengenai aspek lingkungan dari suatu produk (barang atau jasa), komponen atau kemasannya. Pemberian informasi tersebut pada umumnya bertujuan untuk mendorong permintaan dan penawaran produk ramah lingkungan di pasar yang juga mendorong perbaikan lingkungan secara berkelanjutan. Ekolabel dapat berupa simbol, label atau pernyataan yang diterapkan pada produk atau kemasan produk, atau pada informasi produk, buletin teknis, iklan, publikasi, pemasaran, media internet. Selain itu, informasi yang disampaikan dapat pula lebih lengkap dan mengandung informasi kuantitatif untuk aspek lingkungan tertentu yang terkait dengan produk tersebut. 20
Pada dasarnya, ekolabel dapat dibuat oleh produsen, importir, distributor, pengusaha ”retail” atau pihak manapun yang mungkin memperoleh manfaat dari hal tersebut. Konsep Dasar Ekolabel Ekolabel menurut artikulasi kata berasal dari kata eco yang berarti lingkungan hidup dan kata label yang berarti tanda. Produk ekolabel adalah produk yang diberi tanda yang membedakan dengan produk lain karena terkandung informasi berkenaan memperhatikan masalah lingkungan hidup. Produk ekolabel sebetulnya membantu bagi konsumen untuk memilih produk tersebut ramah lingkungan, yang juga berperan sebagai alat bagi produsen untuk menginformasikan kepada konsumen bahwa produk yang diproduksinya memililiki sifat ramah lingkungan baik bahan bakunya ataupun proses produksinya. Ekolabel merupakan salah satu tipe pelabelan yang didasarkan atas performance suatu produk atau jasa dan keterkaitannya dengan lingkungan, yang secara khusus label ini memberikan informasi kepada konsumen tentang kualitas produk yang membedakan dengan produk sejenis tanpa ber ekolabel dan menjamin ramah lingkungan. Pada
Forpro
= Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012
Tempat penimbunan rotan
produk yang berlabel ekolabel tentu harus memenuhi persyaratan dan telah lolos uji, baik oleh produsennya maupun oleh pihak lain yang bersifat independen yang berhak menilai kualitas produk baik bahan bakunya maupun cara dalam memprosesnya. Sehingga nilai biaya produksinya lebih mahal dari produk sejenis yang tanpa berlabel ekolabel, namun hal ini menjamin bagi konsumen pemakai atau pengguna dan masyarakat sekitar produsennya karena dalam proses memperhatikan masalah lingkungan. Tujuan dan Manfaat Ekolabel Ekolabel mempunyai dua tujuan yaitu bagi konsumen dan bagi produsen. Bagi konsumen bertujuan selain memberikan informasi kepada konsumen dalam memilih sesuatu produk yang bersifat ramah lingkungan dengan produk sejenis tidak memperhatikan pengaruhnya terhadap lingkungan yang ditandai tidak berlabel. Bagi produsen bertujuan suatu penghargaan atau pengakuan dalam upaya dan usahanya memproduksi sesuatu produk yang bersifat ramah lingkungan dan memperhatikan kelestarian lingkungan. Mengingat kerusakan lingkungan dalam pemulihannya memerlukan biaya yang justru besar meski tidak secara langsung akibatnya dalam waktu singkat terlihat, dan memang pada awalnya biaya produksi lebih kecil tapi dampak yang ditimbulkan dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat maupun lingkungan. Ekolabel dapat dimanfaatkan untuk mendorong konsumen agar memilih produk yang memberikan dampak lingkungan yang lebih kecil dibandingkan produk lain sejenis. Penerapan ekolabel oleh para pengusaha dapat mendorong industri yang positif bagi inovasi untuk mengembangkan wawasan lingkungan. Selain itu, ekolabel dapat memberikan citra yang positif bagi ”brand” produk maupun Forpro
perusahaan yang memproduksi dan mengedarkan di pasar, yang sekaligus juga menjadi peningkatan daya saing dalam keunggulan komparatif dengan produk sejenis lainnya. Bagi konsumen manfaat dalam penerapan ekolabel adalah diperolehnya informasi sebagai pengetahuan mengenai dampak terhadap lingkungan, dari produk yang dibeli atau digunakan dari sejak bahan baku hingga prosesnya, serta ketepatan dalam memilih produk yang berkualitas menjaga lingkungan. Karena penerapan inilah konsumen dapat memperoleh peran dalam memberikan masukan dalam memilih kategori produk dan kategori apa yang dapat dipakai untuk menentukan kriteria ekolabel. Penerapan ekolabel bagi konsumen akan meningkatkan kepedulian konsumen akan kesadaran memelihara lingkungan. Sehingga dalam memilih suatu produk tidak hanya dilihat dari murahnya harga tetapi kualitas yang mendasari kepedulian lingkungan dari suatu produk yang dipakai atau dibeli. Tolok ukur keberhasilan penerapan ekolabel dapat dilihat dari indikator perbaikan kualitas lingkungan yang berkaitan dengan sumber bahan produk, selama produksi, serta peredaran pemasaran produk tetap menjaga lingkungan sehingga layak mendapat keterangan berekolabel. Dalam hal ini peran pelaku usaha dalam penerapan produknya berekolabel akan menjadi salah satu indikator keberhasilan penerapan ekolabeling. Asal Mula Program Ekolabel Kegiatan ekolabeling terlihat sejak munculnya kepedulian wawasan global terhadap lingkungan oleh pihak pemerintah, kalangan dunia usaha dan
Ekosistem alami
21
Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012 =
masyarakat konsumen. Kepedulian terhadap kualitas lingkungan ini terlihat sangat nyata di negara-negara yang telah maju, dan ditandai pada produk yang dihasilkannya. Kesempatan ini sering ditangkap sebagai peluang dalam memasarkan produknya, dengan disertai informasi yang diterjemahkan dalam label yang menyertai produknya untuk menarik konsumen dalam persaingan pasar. Sebagai contoh produknya disertai keterangan seperti ” recycable ” atau bersifat ” eco friendly ” atau ” recycle content ” dengan demikian akan bersaing di pasar. Namun penandaan keterangan tersebut pada akhirnya harus membuktikan kebenaran yang dapat dipercaya. Untuk menyatakan keterangan tersebut s e r i n g p i h a k p ro d u s e n m e n u n j u k p i h a k independen sebagai penilai, apakah benar penyer taaan tanda tersebut tidak hanya berkepentingan menarik konsumen tetapi melindungi konsumen maupun lingkungan. Penyertaan label yang menunjuk kepedulian terhadap lingkungan bagi masyarakat yang peduli memang akan memilih produk tersebut. Tetapi bagi masyarakat yang tidak tahu pentingnya kualitas lingkungan justru menjadi kebingungan karena banyaknya keterangan dalam produk yang akan dibelinya. Seperti halnya pada produk makanan yang beredar di Indonesia juga mengaitkan dengan nilai religius agar masyarakat meyakini kebenaran label yang menyertai produk makanan atau minuman. Demikian juga pada produk berekolabel yang memperhatikan masalah lingkungan. Kondisi isu ini justru dapat memunculkan suatu kelembagaan yang dapat memberikan peluang jasa bagi masyarakat yaitu lembaga yang bersifat independen tetapi mempunyai kredibilitas tahu persis dalam menilai terhadap lingkungan. Contoh seperti ini pihak perguruan tinggi yang memang dapat menilai terhadap perubahan kondisi lingkungan setelah penerapan ekolabel, dapat diminta jasa dalam menilai keadaan tersebut. Penilaian ini tentu menyangkut waktu, biaya serta introduksi peralatan analisis yang cukup besar pengaruhnya terhadap biaya produksi. Namun demikian, jika dibandingkan dengan sesuatu produk yang dalam proses produksinya merusak lingkungan serta pengurasan sumber bahan baku yang menimbulkan kerusakan lingkungan, tentu biaya produksi dengan penerapan ekolabel masih lebih kecil jika dibandingkan biaya untuk memulihkan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan apabila tanpa mendasari kelestarian lingkungan. 22
Ekosistem manusia yang asri
Program penerapan ekolabel yang berhasil di dunia yaitu di Jerman dikenal sebagai ”Blue Angel” yang dimulai 1977, program ini dikenal sebagai program ekolabel tipe 1. Karena keberhasilannya yang dalam perjalanan waktu dikembangkan dan mengilhami negara-negara lain untuk meniru dan menerapkan program sejenis. Di dunia internasional saat ini telah banyak dikembangkan sistem pelabelan yang dilakukan oleh pihak ketiga. Sistem pelabelan ini biasanya merupakan turunan yang berkembang lebih terfokus serta berkaitan salah satu faktor dalam lingkungan yang lebih dikenal sebagai ”hybrid” ekolabel. Misalnya industri kehutanan, atau industri kimia, bahkan sering dikaitkan dengan salah satu isu misal kualitas udara, konservasi energi atau bentuk lain misal dalam daur ulang produk yang ramah lingkungan. Sebetulnya pengembangan ekolabel tipe 1 yang semula memperhatikan dari lebih satu aspek penampilan lingkungan menyeluruh, pengembangannya hanya pada satu atau dua aspek yang isunya sedang diperbincangkan di masyarakat. Sebagai contoh di Indonesia bahan nyamuk bakar dan pemberantasan nyamuk dengan semprotan aerosol yang ramah lingkungan bahkan dengan elektrik, sebetulnya sebagai penerapan ekolabel yang terfokus masalah kualitas udara. Pengembangan ekolabel harus tetap memperhatikan prinsip dalam ekolabel yaitu : Produk yang diberi ekolabel selayaknya adalah produk yang dalam daur hidupnya mulai pemilihan dan pengadaan bahan baku, proses produksi, pendistribusian, penggunaan dan pembuangan setelah penggunaan memberi dampak lingkungan relatif lebih kecil dibandingkan produk lain yang sejenis. Ekolabel akan memberikan informasi kepada konsumen mengenai dampak lingkungan
Forpro
= Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012
yang ada dalam suatu produk tertentu yang membedakannya dengan produk lain yang sejenis. Sehingga jika tipe ekolabel yang akan dikembangkan haruslah tetap mengacu pada prinsip dengan urutan penetapan sistem penilaian dalam pelabelan. Penilaian oleh pihak yang berkompeten dan kredibel yang bersifat independen dan telah diakui pihak internasional. Pendeklarasian untuk rencana pelabelan haruslah dilakukan sebelum proses produksi agar pihakpihak yang berkepentingan dapat menilai kemungkinan terjadinya dampak yang akan ditimbulkan. Sehingga kegiatan ini dapat dijadikan suatu kegiatan yang lengkap menyeluruh dalam analisis dampak lingkungan (AMDAL) Tipe dan Stakeholder dalam Ekolabel Dalam pasaran global di dunia dikenal beberapa tipe pelabelan yang terkait dengan lingkungan dan cara mendeklarasikannya dapat dikelompokkan menjadi tiga tipe ekolabel. Pengertian tipe ekolabel didasarkan standar prinsip, praktek pelaksanaan dan sifat-sifat khusus yang terkait dan sifatnya sukarela yaitu mengikuti standar organisasi internasional (ISO = International Organization of Standardization) pembagian itu yakni : Tipe 1 : voluntar y, multiple criteria based practitioner programs- ecolabel. Tipe 2 : self declaration environmental claims Tipe 3 : quantified product information label (environmental declaration) - label informasi, kartu pelaporan. EkolabelTipe 1. Jenis ekolabel yang banyak digunakan di dunia sampai saat ini adalah ekolabel tipe 1 yang dilaksanakan oleh pihak ketiga yang independen. Kriteria pemberian ekolabel pada umumnya bersifat multi-kriteria, berdasarkan pertimbangan pada dampak lingkungan yang terjadi sepanjang daur hidup produk. Setelah melalui proses evaluasi oleh badan pelaksana ekolabel tipe 1, maka pemohon diberi lisensi untuk mencantumkan logo ekolabel tertentu pada produk atau kemasan produknya. Keikut sertaan para pelaku usaha dalam penerapan ekolabel tipe 1 bersifat sukarela. Secara umum, ekolabel tipe 1 terdiri dari beberapa tahap sebagai berikut : - Pemilihan kategori produk dan jasa - Pengembangan dan penetapan kriteria ekolabel - Penyiapan mekanisme dan sarana sertifikasi, termasuk pengujian,verifikasi dan evaluasi serta pemberian lisensi penggunaan logo ekolabel. Forpro
EkolabelTipe 2 Ekolabel tipe 2 merupakan pernyataan atau klaim lingkungan yang dibuat sendiri oleh produsen/pelaku usaha yang bersangkutan. Ekolabel tipe 2 dapat berupa simbol, label atau pernyataan yang dicantumkan pada produk atau kemasan produk atau pada informasi produk, buletin teknis, iklan, publikasi, pemasaran, media internet, dan berbagai media cetak. Misal pernyataan ”recycble” ”recycled material” atau CFC free serta yang terlalu muluk ”low energy and reducecable intake”. Namun pernyataan label pada ekolabel tipe 2 keabsahan yang dapat dipertanggung jawabkan sangat tergantung pada metodologi dalam evaluasi yang jelas dan transparan, mengandung nilai substansi ilmiah, terdokumentasi jelas dan obyektif. Dalam verifikasi harus memadai dan terbuka serta pelaporan yang terus menerus. EkolabelTipe 3 Ekolabel tipe 3 berbasis pada multi kriteria seperti pada tipe 1, namun informasi rinci mengenai pencapaian pada masing-masing item kriteria disajikan secara kuantitatif dalam label. Evaluasi pencapaian pada masing-masing item kriteria tersebut didasarkan pada suatu studi/kajian daur hidup produk. Dengan penyajian informasi tersebut, konsumen diharapkan dapat membandingkan kinerja lingkungan oleh berbagai produk berdasar-kan informasi pada label yang selanjutnya dapat memilih sendiri berdasarkan item kriteria yang dianggap penting dan berperan bagi konsumen sendiri. Mengacu pada GATT (General Agreement on Tariff and Trade), ekolabel didasarkan pada non diskriminasi dan atas dasar sukarela. Dasar sukarela menekankan bahwa sistem sertifikasi bekerja atas dasar insentif pasar. Produsen ikut serta ketika melihat ada insentif pasar atau kesempatan untuk mengembangkan pasaran baru atau mereka tidak melakukan ancaman boikot ketika tidak mendapatkan insentif pasar. Pemilihan kategori produk memasukkan seluruh produk-produk sejenis menerapkan standar-standar yang sama guna menghindari diskriminasi perdagangan, hal ini mengacu pada pasal 7 Kesepakatan Technical Barriers toTrade (TBT) pada GATT. Perbandingan tipe-tipe pelabelan dan deklarasi produk aman lingkungan:
23
Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012 = Criteria Areas/Metrics:
Life Cycle Consideration :
Type I multiple
Type I yes
Type II single
Type II no
Type III multiple
Type III yes
Selectivity :
Third Party Verification/Certification :
Type I yes
Type I yes
Type II no
Type II preferred
Type III no
Type III yes
Stakeholder pada Ekolabel : Keterlibatan berbagai pihak dalam pengembangan inisiasi ekolabel merupakan faktor yang sangat penting bagi keberhasilan program serta dampak dari program tersebut. Walaupun tidak ada program ekolabel yang sama pada setiap negara, tetapi secara umum, para stakeholder yang berperan dalam pengembangan ekolabel dapat dikelompokkan sebagai berikut : Pemerintah Banyak program ekolabel diinisiasi dan didanai oleh pemerintah dalam bentuk memberikan masukan yang langsung ataupun tidak langsung bagi pengembangan program, pengelolaan dan wilayah keluaran. Pemerintah ini (dalam berbagai tingkat) dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap lambat tidaknya inisiasi program ekolabel di negara masing-masing Otoritas pengelola program (misal : Program Managers) Suatu lembaga independen biasanya melihat dan mengarahkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan program ekolabel (misal dari aspek teknis, pemasaran, serta administrasi) Tingkat keterlibatan lembaga ini bervariasi mulai dari fungsinya dari koordinator dan penghubung berbagai lembaga terkait sampai menjalankan tugas sehari-hari. Asosiasi Industri, komersial, retailer, serta perusahaan Kesadaran, ketertarikan dan keikut sertaan langsung dari sektor industri dan komersial merupakan hal yang pentig bagi keberhasilan program ekolabel. Penyusunan kriteria untuk
Sebaran anakan rotan
24
sertifikasi dan lisensi harus bagus,kredibel dan dapat diterapkan di lapangan. Keterlibatan dari pihak industri dan retailer merupakan kunci utama dalam menentukan keberhasilan ekolabel. Demikian juga, panduan dari sektor industri dan komersial serta dukungan dari kedua sektor ini sangat diharapkan. Perlu diketahui bahwa pihak industri merupakan wakil dari produser serta penyedia jasa dan juga sebagai pemakai dari program ekolabel. Konsumer Permintaan dari konsumer baik dalam bentuk rumah tangga, institusi maupun korporasi sangat berpengaruh terhadap pemasaran program ekolabel ini. Keinginan dan kebutuhan konsumen harus dikenali, dideteksi dan direfleksikan dalam berbagai program aksi serta keluaran dari program ekolabel. Ekolabel di Indonesia Indonesia sebagai anggota PBB tentu harus taat pada kesepakatan (comeetment) terhadap aturan yang berlaku diantaranya pada konveksi PBB yaitu Convection on International Trade in Endangered Species (CITES) yang membatasi pemanfaatan dan melindungi spesies-spesies mahluk hidup yang dianggap mendekati kepunahan atau dikhawatirkan akan punah jika tidak dilindungi. Selain itu,karena Indonesia telah meratifikasi dan menjadi anggota pada International Tropical Timber Organization (ITTO) yang dalam salah satu kesepakatan memberlakukan pengelolaan hutan secara lestari ( Sustainable Forest Management/ SFM). Pelaksanaan dalam SFM adalah memberlakukan pengena-an ekolabel pada produk-produk yang berbahan baku berbasis dari hasil hutan, harus mengikuti aturan ekolabel. Artinya hasil hutan yang dipungut harus berasal dari areal hutan yang dikelola secara lestari berdasar kaidah yang telah ditetapkan dalam kriteria dan indikator tertentu dan dinilai oleh pihak independen. Perkembangan ekolabel di Indonesia yang meskipun didukung pemerintah melalui Kepmenhut No: 252/KptsII/1993 tanggal 29 April 1993 tentang Kriteria dan Indikator Pengelolaan Hutan Secara Lestari yang harus dilakukan oleh HPH, namun karena sifatnya masih bersifat Voluntary (sukarela) kemajuannya sangat lamban hingga tahun 2001 baru 6 % anggota ASMINDO yang bersertifikat ekolabel, demikian juga HPH malahan lebih sedikit. Hal tersebut sangat berkait erat dengan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan serta pengetahuan para manager terhadap pentingnya perlindungan lingkungan. Forpro
= Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012
Penerapan ekolabel pada industri rotan Rotan sebagai salah satu hasil hutan bukan kayu, yang merupakan unggulan serta diharapkan pemasukan devisa andalan dari produk-produk yang dibuat dari rotan, tentu agar dapat bersaing di pasar global pemerintah sangat mendorong penerapan ekolabel pada produk rotan. Mengingat produk rotan berasal dari areal hutan tentunya juga terkait dengan penerapan ekolabel. Artinya asal usul rotan harus dari areal yang dikelola secara lestari. Pada hal hampir 90 % rotan berasal dari hutan alam dan hanya sebagian kecil dari rotan tanaman terutama yang berdiameter kecil seperti sega taman dan irit yang telah lama ditanam petani di Kalimantan Tengah dan Selatan serta sebagian Kalimantan Timur. Namun karena pemberlakuan ekolabel tidak semua negara memberlakukan barang impor yang masuk harus berekolabel hingga saat ini belum terasa pentingnya menerapkan ekolabel pada komoditi rotan, tetapi hal ini tentu tidak akan berlangsung lama, dalam waktu singkat tentu banyak negara akan memberlakukan penerapan ekolabel bagi produk yang masuk ke negaranya. Peluang danTantangan Penerapan Ekolabel Penerapan ekolabel produk industri rotan saat ini oleh beberapa pengusaha sebagai suatu hambatan dalam pengembangan usaha, pemikiran ini masih terlalu sempit hanya mendasarkan adanya tambahan biaya produksi, namun jika direnungkan dan menetapkan jangka panjang dalam pengembangan usahanya tentu kondisi ini sebagai peluang dalam daya saing dari produk sejenisnya. Untuk menyiasati selama dalam penerapan ekolabel sebagai persiapan produk yang dihasilkannya dipasarkan di negara yang tidak atau belum menerapkan ketentuan ekolabel begi barang impor. Selain itu, pangsa pasar dalam negeri yang sebetulnya masih cukup besar peluang pemasaran haruslah ditempuh guna masih memperoleh pilihan konsumen bagi produknya. Sementara untuk mempersiapk an dalam penerapan ekolabel industri rotan yang biasa memproduksi mebel biasanya dilakukan kombinasi dengan bahan yang memang tidak dikenakan syarat ekolabel misal dengan kombinasi kayu yang berasal dari perkebunan atau produk pertanian lain.Bahan baku alternatif ini memang sering berbeda sifatnya dengan bahan dari hutan alam misal kayu sifat kayu ramin dengan kayu sengon Forpro
atau kayu kamper dengan kayu suren baik nilai tekstur dan cara pengerjaan serta estetika penampilan namun jika diolah secara baik akan bermutu juga. Tantangan dalam menyikapi untuk menerapkan ekolabel tidaklah ringan, yaitu mulai dari mendapatkan bahan baku yang berasal dari areal hutan tanaman atau hutan yang dikelola secara lestari, proses pengerjaan produksi mengikuti standar ISO yang berlaku ( ISO 9001-ISO 9004 juga ISO 14000) serta amdal yang berlaku,proses pengemasan serta pendistribusiannya. Tantangan ini tentu tidak secara drastis ditangani diatasi tetapi secara bertahap. Misal mendorong pedagang pengumpul rotan agar mensosialisasikan dan menyuluhkan agar pemungut rotan menanam di arel kebunnya atau nenanam rotan alam yang kondisi potensinya menurun seperti rotan manau (Calamus manan ). Menggunakan bahan penolong yang ramah lingkungan serta menjaga proses produksi yang ramah lingkungan, serta mutu produk yang dihasilkannya benar tetap terjaga. Permasalahan lain yaitu jika penerapan ekolabel tentu ada introduksi proses dan penggunaan peralatan yang lebih baik, kontinyuitas pengadaan bahan baku yang sering tidak lancar karena kurang kesiapan di lapangan. Hal ini dapat diatasi secara bertahap jika ada jalinan kerja yang baik dari setiap tahap pelaku kegiatan usaha. Dalam hal proses produksi untuk industri mebel rotan saat ini telah mulai banyak menggunakan bahan finishingnya yang ramah lingkungan misal dengan water solvent base demikian juga dalam proses pengolahan dengan bahan nabati serta kondisi lingkungan kerja kualitas udara yang tetap dijaga. Keadaan ini menggambarkan mulainya kepedulian terhadap lingkungan agar produk yang dihasilkannya mampu menembus pasar global yang banyak menerapkan ekolabel. Kesimpulan Dari uraian yang telah dipaparkan tersebut di atas dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu: 1. Ekolabel merupakan kekangan dalam proses berproduksi sesuatu produk agar terhindar dari kerusakan lingkungan hidup yang telah disepakati baik secara regional maupun internasional. 2. Penerapan ekolabel berguna bagi konsumen maupun produsen ser ta negara yang menerapkannya karena lingkungan hidup tetap terjaga. 25
Vol. 1, No. 1, Edisi Juli 2012 =
3. Sosialisasi ekolabel perlu dilakukan kepada masyarakat yang terkait langsung dalam kegiatan produksi, penyebaran informasi dapat dilakukan pada berbagai bentuk sarana media komunikasi. 4. Untuk menunjang pengembangan ekolabel peran pemerintah sangat diperlukan baik berupa pengenaan prasyarat dalam perizinan maupun aktif penyuluhan dan kegiatan nyata perbaikan kondisi lingkungan hidup. DAFTAR PUSTAKA Machfudh. 2006. Ekolabel : Pengertian,konsep dan perkembangannya. Mak alah Diklat Sosialisasi Ekolabel pada Industri Kecil dan Menengah bidang Perkayuan. Pusdiklat
26
Perindustrian Departemen Perindustrian. 18-22 September 2006 Jakarta.Tidak terbit. Martono, D. 2004. Ekolabel : Peluang dan tantangan bagi industri pengolahan kayu. Makalah Sosialisasi Peningkatan Mutu dan Produksi Industri Pengolahan Kayu pada IKM. Ditjen IKAH Deperindag. 16 Oktober 2004 Jambi. Tidak terbit Martono, D. 2006. Peluang dan tantangan dalam pererapan ekolabeling pada industri pengolahan kayu. Pusdiklat Perindustrian Departemen Perindustrian. 18- 22 September 2006 Jakarta.Tidak terbit Martono, D. 2006. Kajian SKSHH dari HPH yang bersertifikat. Info Teknis ”Ranting ”Manuskrip BelumTerbit.
Forpro