STUDI AWAL SPEKEL CITRA AKUSTOOPTIK PADA MEDIA AKRILIK Oleh Chory Ainurriva Dosen Pembimbing Prof. Dr.rer.nat.AgusRubiyanto, M.Eng.Sc1 Drs.GatutYudoyono, M.T2
Abstrak Sebuah akrilik digunakan sebagai medium akustooptik untuk menghasilkan citra spekel dengan sumber sinar laser He-Ne. Enam eksperimen telah dilakukan untuk menghasilkan pola spekel yang baik (rata) yaitu, menggunakan lensa objektif, menggunakan pembagi berkas, tanpa menggunakan lensa objektif, menggunakan cermin, posisi piezoelektrik tegak lurus dengan akrilik yang ditangkap pantulan dan transmisi dari sinar laser. Transduser pizeoelektrik jenis tweeter digunakan sebagai sumber gelombang akustik yang dimodulasi dengan function generator pada daerah kerja µH sampai dengan MHz. Berdasarkan hasil eksperimen didapatkan pada skala 1Hz, 2Hz, 3Hz, 4Hz, 5Hz, 6Hz, 7Hz, 8Hz, 9Hz, dan 10Hz merupakan skala terbaik hasil kesamaan frekuensi modulasi generator dengan hasil getaran piezoelektrik yang ditangkap oleh webcam. Set up alat tanpa menggunakan lensa objektif paling cocok untuk mengamati pola spekel hasil hamburan dan set up untuk menangkap hasil pantulan dari akrilik yang tegak lurus dengan piezoelektrik paling cocok untuk mengamati efek akustooptik. Kata kunci : Pola Spekel dan Distribusi Intensitas I.
PENDAHULUAN Akustooptik merupakan interaksi dari gelombang optik dengan akustik dalam medium. Tahun 1932 Debye dan Sears di U.S dan Lucas di Perancis bereksperimen yang menghasilkan suatu fenomena tentang interaksi cahaya dengan gelombang bunyi yaitu terjadinya penghamburan gelombang cahaya oleh gelombang bunyi. Suatu peralatan akustooptik tersusun atas tiga komponen utama yaitu tranduser piezoelektrik, medium akustooptik, dan cahaya laser. Pola hamburan yang di hasilkan oleh berkas laser pada suatu medium berbentuk citra bintik (speckel imaging) (Kempe, dkk, 1997). Pada tahun 1960-an speckle pattern adalah nama yang diberikan untuk pola intensitas hasil dari penyebaran objek yang diterangi dengan seberkas cahaya yang memiliki tingkat koherenitas tinggi. Terdapat fakta bahwa penelitian tentang speckle pattern (pola spekel) dilakukan setelah ditemukan laser gas untuk pertama kalinya. Sejak itu, beberapa penelitian dilakukan untuk menjelaskan tentang efek
yang terjadi ketika cahaya dari laser dipantulkan atau diteruskan dari permukaan kasar yang tidak bergerak. Rigden dan Gordon, serta Oliver telah melakukan penelitian dan memotretnya, kesimpulan dari penelitian tersebut yaitu area yang terkena sinar laser nampak seperti mempunyai sifat seperti butiran, tidak seperti cahaya biasa. Dari uraian mengenai penelitianpenelitian yang telah dilakukan tersebut terlihat bahwa penelitian tentang pengembangan speckle pattern (pola spekel) sangat penting untuk dilakukan. Dalam hal ini akan dilakukan penembakan sampel oleh laser dan hasil hamburannya akan ditangkap oleh web cam. Dengan tujuan dilakukan penentuan frekuensi kesamaan antara frekuensi generator dengan pola getaran piezoelektrik dalam bentuk distribusi intensitas berdasarkan satuan waktu, dan menentukan eksperimen yang baik untuk pola hamburan akibat permukaan kasar serta untuk memperoleh efek akustoopik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjawab
perumusan masalah sehingga diketahui frekuensi yang baik untuk pembacaan detektor web cam, dan eksperimen yang baik untuk pole hamburan serta efek akustooptik. II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Akustooptik Akusto-optik adalah efek strain (regangan) mekanik yang dihasilkan di dalam bahan oleh perambatan gelombang akustik, yang menyebabkan perubahan indeks bias di dalam bahan. Tekanan dalam gelombang bunyi menyebabkan suatu gangguan dalam indeks bias dari material.
sehingga tampak permukaannya seperti tertutupi struktur butiran halus. Struktur ini terdiri dari bentuk pola gelap terang yang variabel dan didistribusikan secara acak (seperti pada Gambar 2.2) (Rabal, 2009).
Gambar 2.2 Foto diagram spekel (Rabal, 2009)
Jika cahaya dengan koherensi rendah (terdiri dari banyak panjang gelombang) digunakan maka pola spekel tidak akan teramati, karena pola spekel dihasilkan oleh tiap panjang gelombang memiliki dimensi berbeda. Gambar 2.1 Variasi spasial indeks bias dari rambatan gelombang bunyi (Yariv, 1984)
Pada Gambar 2.1 diperlihatkan variasi sinusoidal atau variasi spasial indeks bias dari perambatan gelombang bunyi yang mempunyai suatu perioda kisi sama dengan panjang gelombang bunyi di material, dan bergerak sepanjang arah gelombang bunyi 2.2 Speckle Pattern (Pola Spekel) Spekel merupakan pola intensitas yang acak yang dihasilkan oleh interferensi cahaya terhambur dari permukaan yang disinari berkas cahaya koheren. Tingkat koherensi yang tinggi, menyebabkan berkas laser yang telah mengenai titik pada sebuah objek akan terinterferensi dengan cahaya yang terhambur pada bagian titik-titik yang lain dari permukaan objek tersebut. Ketika sebuah permukaan optik yang kasar diterangi oleh cahaya yang memiliki tingkat koheren yang tinggi contohnya cahaya dari laser. Hamburan cahaya yang dihasilkan berupa distribusi intensitas tertentu,
2.3 Sifat Statistik dari Pola Spekel Pola gelap terang dari spekel terjadi karena frekuensi yang berbeda. Deskripsi tentang statistik distribusi intensitas yang dihasilkan oleh spekel, diasumsikan bahwa medan yang koheren dengan panjang gelombang λ menerangi permukaan suatu bahan yang berarti panjang gelombang yang dipilih memiliki ukuran yang lebih kecil dari bahan yang digunakan. Kekasaran suatu bahan akan menyebabkan distribusi intensitas dan faseyang acak. Hal ini berhubungan dengan nilai mean. Bidang cahaya dalam suatu ruang pada titik tertentu P (x,y,z) dalam pola spekel haruslah merupakan jumlah dari total hamburan N, yang mewakili distribusi dari semua titik pada permukaan yang terhambur. Jika diberi pencahayaan dari cahaya monokromatik maka cahaya terhambur terhadap bidang P yang dihasilkan oleh setiap elemen permukaan dijabarkan (Rabal,2009).
( ) | |
〈 〉
| | (
〈 〉
)
〈 〉
〈 〉
〈 〉 (
)
Persamaan (2.9) menunjukkan bahwa standar deviasi dari spekel sama dengan nilai rata-rata intensitas. Berdasarkan tingkat modulasi spekel hal biasa dikatakan sebagai kontras yang didefinisikan sebagai, 〈 〉
Kontras merupakan gabungan dari pola spekel yang menjadi kesatuan.
Gambar 2.4 Penyebaran cahaya pantul dari sumber cahaya koheren pada permukaan kasar (Rabal,2009)
Dari penjumlahan amplitudo kompleks, akan dihasilkan probabilitas dari fungsi densitas pada titik P yang diberikan, (
( )
()
[
(
( )
)
(
()
)
]
(
)
Dengan nilai circular Gausian, ∑
〈 〉
Dari perumusan (2.3) akan didapatkan nilai intensitas I dan fase ɸ dari nilai resultan medan yang terbentuk. Maka didapatkan probabilitas dari intensitas p(I) dan probabilitas fase P(ɸ) masing-masing ( )
〈 〉 ( )
〈 〉
……………….……………(3.0)
(
)
(
)
2.4 Scattering Scattering ialah proses fisik umum di mana beberapa bentuk radiasi,contohnya cahaya, bunyi, atau partikel bergerak, dipaksa untuk menyimpang dari rute lurusnya oleh satu atau lebih nonkeseragaman lokalpada medium yang mereka lewati. Mie Scattering Apabila butir-butir partikelnya lebih besar maka akan terjadi pola interferensi minimal dan maksimal dari intensitas cahaya terhambur untuk berbagai sudut hambur. Hamburan oleh partikel yang jarijarinya R melebihi ¼ panjang gelombang λ cahaya terhambur dinamakan hamburan mie. Hamburan mie merupakan hamburan elastis dimana hamburan ini menghasilkan pancaran gelombang elektromagnetik ke berbagai arah daro permukaan butir debu. Frekuensi cahaya terhambur sama dengan cahaya datang, sebab frekuensi osilasi dipol yang diakibatkan mengikuti frekuensi cahaya osilasi medan listrik dari gelombang elektromagnetik cahaya datang.
〈 〉 merupakan nilai rata-rata dari intensitas dalam diagram spekel, distribusi intensitas mengikuti hukum eksponensial negatif dimana fase terdistribusi secara merata dalam interval (-π,π). Sehingga standar deviasi dapat dijabarkan
Gambar 2.5 Contoh hamburan Mie ( Rabal, 2009)
III. METODOLOGI Penelitian kali ini dilakukan di Laboratorium Optik dan Optoelektronika Jurusan Fisika FMIPA ITS Surabaya. Untuk pengambilan dan pengamatan diperlukan sumber cahaya koheren laser He-Ne, medium akustooptik, tranduser piezoelektrik dan webcam. Pengambilan citra spekel akustooptik dilakukan dengan enam eksperimen untuk mencari perbedaan pola spekel yang dihasilkan serta penentuan eksperimen yang paling baik untuk mendapatkan pola spekel yang rata serta untuk menghasilkan efek akustooptik. Enam rangkaian eksperimen disusun sedemikian sehingga mendapatkan pola spekel hasil hamburan sinar laser oleh akrilik antara lain: menggunakan lensa onjektif, menggunakan pembagi berkas, tanpa menggunakan lensa objektif, menggunakan cermin, posisi akrilik tegak lurus dengan piezoelektrik hasil hamburan transmisi dan pantulan yang ditangkap detector dengan frekuensi modulasi dari generator 1Hz hingga 10Hz. Susunan rangkaiannya seperti gambar :
Eksperimen kali ini menggunakan pembagi berkas yang berfungsi sebagai pembagi berkas. Sinar laser yang mengenai pembagi berkas sebagian berkas diteruskan dan sebagian lagi di pantulkan. Berkas dari hamburan akrilik yang terpantul kembali melalui pembagi berkas ditangkap oleh detektor webcam.
Function Generator
Akrilik
Laser
Piezoelektrik Lensa Objektif Webcam
PC
Gambar 3.1 Eksperimen citra spekel akustooptik menggunakan lensa objektif Laser ditembakkan mengenai akrilik, interaksi antara akrilik dan piezoelektrik yang termodulasi menghasilkan getaran dan hamburan yang tertangkap oleh webcam. Haasilnya tampak di PC dan merekamnya.
Eksperimen menggunakan tanpa lensa objektif, sinar laser langsung mengenai akrilik, saat sinar laser mengenai permukaan akrilik terjadi hamburan dan hamburan tersebut terdeteksi oleh detektor yakni webcam.
Eksperimen cermin yang akan menuju akrilik. akrilik dideteksi webcam.
kali ini menggunakan merefleksikan sinar laser Berkas dari hamburan dengan menggunakan
Eksperimen kali ini piezoelektrik dalam posisi horizontal, akrilik pertama posisinya sejajar dengan piezoelektrik dan ditindih oleh akrilik kedua dengan posisi tegak lurus dengan piezoelektrik dan akrilik. Laser yang mengenai akrilik mengalami transmisi dan refleksi. Dilakukan pengambilan gambar hamburan pada posisi hamburan terefleksi.
Pada rangkaian eksperimen citra spekel akustooptik dengan akrilik yang tegak lurus dengan piezoelektrik. Eksperimen kali ini piezoelektrik dalam posisi horizontal, akrilik pertama posisinya sejajar dengan piezoelektrik dan ditindih oleh akrilik kedua dengan posisi tegak lurus dengan piezoelektrik dan akrilik. Laser yang mengenai akrilik mengalami transmisi dan refleksi. Dilakukan pengambilan gambar hamburan pada posisi hamburan transmisi.
IV ANALISA DATA PEMBAHASAN Setelah melakukan ke enam eksperimen tersebut didapatkan data berupa pola spekel dalam bentuk video. Analisa dengan menggunakan scanloop didapatkan informasi berupa frekuensi berupa intensitas berdasarkan waktu, amplitudo yang berupa nilai dari intensitasnya, serta fase pergeseran yang berupa perbedaan antara intensitas yang satu dengan intensitas yang lainnya. Analisa menggunakan imageJ didapatkan pola distribusi intensitas dalam bentuk 3D yang menyatakan pola acak dari spekel dan menyatakan kekasaan dari permukaan. Didapatkan juga histogram. Histogram menggambarkan penyebaran nilai intensitas dalam satu pixel dari suatu citra (gambar). Nilai intensitas (kontras) suatu gambar bernilai 0255, nilai 0 menyatakan nilai palin gelap (hitam) dan 255 menyatakan nilai paling terang (putih). Bila digambarkan pada koordinat kartesian sumbu X (absis) menunjukkan tingkat warna dan sumbu Y (ordinat) menunjukkan frekuensi kemunculan. Standart deviasi menyatakan bahwa simpangan intensitas pada keseluruhan gambar. Semakin besar nilai standar deviasi makan dikatakan bahwa semakin ragam intensitas yang di terbentuk dalam gambar. Mean pada histogram menyatakan nilai rata-rata intensitas keseluruhan gambar. Pada histogram terdapat puncak yang menyatakan puncak tertinggi merupakan nilai intensitas yang paling banyak intensitas terbentuk pada keseluruhan pixel. Setelah melakukan analisa data menggunakan scanloop dan imageJ didapatkan pola spekel yang rata terdapat pada eksperimen ketiga tanpa menggunakan lensa objektif. Untuk mendapatkan pola spekel yang rata, sudut antara hamburan dan detektor di perkecil sehingga menghasilkan pola spekel yang rata.
Gambar 4.1 Pola spekel yang terbentuk yang sudah di convert dari video ke gambar dan diambil frame ke 157 pada 5.03 detik dengan format .tif.
Gambar 4.1 merupakan hasil tampilan spekel pada eksperimen ketiga dengan frekuensi 1Hz. Hasil yang ditampilkan merupakan frame terakhir dari jumlah 157 frame selama 5.03 detik dengan format .tif. Tampilan spekel yang terbentuk ternyata rata untuk keseluruhan permukaan. Hasil eksperimen ketiga inilah yang paling bagus dari pada eksperimen pertama dan kedua karena tidak terjadi frinji dan pola spekel rata pada keseluruhan permukaan.
Gambar 4.2 Pola 3D dari distribusi intensitas
Gambar 4.2 merupakan pola 3D distribusi intensitas hasil eksperimen ketiga untuk frekuensi 1Hz dan dianalisa pada frame 157. Pola 3D yang terbentuk menggambarkan bentuk dari spekel berupa intensitas yang acak serta menggambarkan kekasaran dari permukaan. Hasil 3D eksperimen ketiga terlihat nilai intensitas yang terbentuk lebih kecil dari pada eksperimen kedua. terlihat juga dari ukuran pola spekel yang terbentuk (pola gelap terang) lebih kecil dibandingkan dengan eksperimen pertama dan kedua. Perbedaan ukuran spekel dikarenakan dari jarak dan sudut webcam terhadap hamburan.
Gambar 4.2 Histogram dari distribusi intensitas spekel dengan nilai standar deviasi sebesar 47.415
Histogram menggambarkan penyebaran nilai intensitas dalam satu pixel dari suatu citra (gambar). Nilai intensitas (kontras) suatu gambar bernilai 0255, nilai 0 menyatakan nilai palin gelap (hitam) dan 255 menyatakan nilai paling terang (putih). Pada Gambar 4.2 pola histogram yang terbentuk memiliki ragam intensitas sebesar 47.415, yang berarti pada eksperimen ketiga memiliki ragam intensitas yang lebih kecil dari pada eksperimen kedua. Nilai intensitas minimum yang terdapat pada keseluruhan gambar sebesar 35 (pola gelap) dan nilai intensitas maksimum sebesar 255 (pola terang). Puncak pada histogram menyatakan pada nilai tersebut yang paling banyak terbentuk pada keseluruhan gambar.
Gambar 4.4 Pola intensitas yang ditampilkan dalam grafik intensitas yang mendakan frekuensi awal. Nilai intensitas maksimum 1.20E+02 dan nilai intensitas minimumnya 66.3
Data ini hasil eksperimen ketiga, frekuensi 1Hz dianalisa untuk titik 74,128 sebanyak 157 frame. Hasil pembacaan
berupa pola intensitas untuk gambar berukuran 320x240 piksel Bentuk gelombang yang terjadi pada gambar 4.12 merupakan pola getaran yang dihasilkan oleh piezoelektrik. Puncak tertinggi menyatakan nilai intensitas maksimal dan lembah merupakan nilai intensitas minimal yang terbentuk pada titik 74,128 selama 151 frame. Periode pada gambar menyatakan frekuensi yang terbentuk berdasarakan intensitas dalam fungsi waktu. Penentuan periode diambil dari puncak ke puncak, pada gambar lingkaran merah pertama hingga lingkaran merah kedua menyatakan satu periode yang terjadi pada frame ke 77 hingga frame ke 110 selama selang waktu 1.13 detik.Bentuk gelombang yang terjadi merupakan hasil smoothing dari software, dilakukan smoothing untuk menghilangkan noise akibat getaran dari piezoelektrik sehingga mendapatkan gelombang sinusoidal yang baik, secara visual terlihat puncak dan lembah yang jelas. Untuk eksperimen kelima piezoelektrik dalam posisi horizontal, akrilik pertama posisinya sejajar dengan piezoelektrik dan ditindih oleh akrilik kedua dengan posisi tegak lurus dengan piezoelektrik dan akrilik. Laser yang mengenai akrilik mengalami transmisi dan refleksi. Dilakukan pengambilan gambar hamburan pada posisi hamburan terefleksi. Merupakan eksperimen yang paling baik untuk mendapatkan efek akustooptik.
Gambar 4.5 Pola spekel yang terbentuk yang sudah di convert dari video ke gambar dan diambil frame ke 94 pada 3.13 detik dengan format .tif.
Gambar 4.5 merupakan hasil tampilan spekel pada eksperimen keempat dengan frekuensi 1Hz. Hasil yang ditampilkan merupakan frame terakhir dari jumlah 94 frame selama 3.13 detik dengan format .tif. Tampilan spekel rata untuk keseluruhan permukaan tetapi terlihat dari segi pencitraan lebih terang dibandingkan keempat percobaan sebelumnya. Percobaan kelima kali ini dilakukan untuk mengetahui efek dari akustooptik.
Gambar 4.6 Pola 3D dari distribusi intensitas
Gambar 4.6 merupakan pola 3D distribusi intensitas hasil eksperimen kelima untuk frekuensi 1Hz dan dianalisa pada frame 94. Pola 3D yang terbentuk menggambarkan bentuk dari spekel berupa intensitas yang acak serta menggambarkan kekasaran dari permukaan. Hasil 3D eksperimen kelima terlihat nilai intensitas yang terbentuk tinggi, secara visual juga terlihat hasil eksperimen kelima memiliki tingkat warna yang sangat terang dari percobaan sebelumnya. Tampilan pola 3D dari percobaan kelima ini terlihat puncak tertinggi memiliki nilai putih yang menandakan nilai intensitas maksimum dan intensitas minimum berupa lembah yang ditandai dengan nilai gelap.
Gambar 4.7 Histogram dari distribusi intensitas spekel dengan nilai standar deviasi sebesar 71.837
Histogram menggambarkan penyebaran nilai intensitas dalam satu pixel dari suatu citra (gambar). Nilai intensitas (kontras) suatu gambar bernilai 0255, nilai 0 menyatakan nilai palin gelap (hitam) dan 255 menyatakan nilai paling terang (putih). Pada Gambar 4.7 pola histogram yang terbentuk memiliki ragam intensitas sebesar 71.837, yang berarti pada eksperimen kelima memiliki ragam intensitas yang lebih banyak sehingga dapat dikatakan eksperimen kelima merupakan eksperimen yang memiliki intensitas acak yang sangat besar. Nilai intensitas minimum yang terdapat pada keseluruhan gambar sebesar 0 (pola gelap) dan nilai intensitas maksimum sebesar 255 (pola terang). Puncak pada histogram menyatakan pada nilai tersebut yang paling banyak terbentuk pada keseluruhan gambar.
Gambar 4.8 Pola intensitas yang ditampilkan dalam grafik intensitas yang mendakan frekuensi awal. Nilai intensitas maksimum 1.98E+02 dan minimumnya 76.5
Data ini frekuensi 1Hz sebanyak 94 berupa pola
hasil eksperimen kelima, dianalisa untuk titik 86,249 frame. Hasil pembacaan intensitas untuk gambar
berukuran 320x240 piksel Bentuk gelombang yang terjadi pada gambar 4.8 merupakan pola getaran yang dihasilkan oleh piezoelektrik. Puncak tertinggi menyatakan nilai intensitas maksimal dan lembah merupakan nilai intensitas minimal yang. Periode pada gambar menyatakan frekuensi yang terbentuk berdasarakan intensitas dalam fungsi waktu. Penentuan periode diambil dari puncak ke puncak, pada gambar lingkaran merah pertama hingga lingkaran merah kedua menyatakan satu periode yang terjadi pada frame ke 7 hingga frame ke 37 selama selang waktu 1.03 detik. Bentuk gelombang yang terjadi merupakan grafik sinusoidal tanpa smoothing dari software. Gelombang sinusoidal yang terbentuk menandakan pada eksperimen kali ini merupakan eksperimen yang baik untuk mendapatkan efek akustooptik. V KESIMPULAN Dari beberapa analisa eksperimen yang telah dilakukan dapat disimpulkan : Webcam mampu menangkap hasil getaran piezoelektrik pada rentang frekuensi Hz dan untuk percobaan kali ini didapatkan pada frekuensi 1 Hz, 2Hz, 3 Hz, 4Hz, 5Hz, 6Hz, 7Hz, 8Hz, 9Hz dan 10 Hz. Eksperimen yang menunjukkan kesamaan frekuensi awal dari generator dengan frekuensi hamburan akibar getaran piezoelektrik adalah eksperimen saat laser mengenai langsung akrilik. Set up eksperimen laser mengenai langsung akrilik paling cocok untuk mengamati pola spekel dari permukaan kasar. Set up eksperimen hasil hamburan akrilik yang tegak lurus dengan piezoelektrik paling cocok untuk mengamati efek akustooptik
DAFTAR PUSTAKA Abbott John G., Thrustone F. L., (1979), Accoutic Speckle: Theory and Experimental Analysis, Departement of Biomedical Enginering Duke University Durham, North Carolina. Anonim_1. (2011), Speckle Patern. http://en.wikipedia.org/wiki/Speck le_pattern. Tanggal akses: 02 Februari 2011. Anonim_2. (2011), Dunia dan Warnawarninya. http://langitbiru89.multiply.com/j ournal/item/30/DUNIA_DAN_W ARNA-WARNINYA. Tanggal akses: 06 Juni 2011. Anonim_3. (2011), Blue Sky. http://hyperphysics.phyastr.gsu.edu/hbase/atmos/blusky.h tml. Tanggal akses : 16 Juni 2011. Anonim_4. (2011), Penginderaan Jauh. http://yandiyulio.wordpress.com/2 009/04/07/penginderaan-jauh-dansistem-informasi-geografi/. Tanggal akses : 20 Maret 2011. Anonim_5. (2011), Mie Theory. http://en.wikipedia.org/wiki/Mie_t heory. Tanggal akses : 20 Juni 2011. Asmerom, Birhanu, (2007), Modeling Intraction of Radiation with Aerosol Using Mie Scattering Formulaton and Retrieval of Aerosol Size Parameter, Thesis for the degree og master of Science in Physics, Addis Ababa, Ethiopia. Cabello, C.I., G. Bertolini, S. Amaya, R. Arizaga, and M. Trivi, (2007), Hydroabsorption Analysis by Speckle Techniques, in Proceedings of Tecnolaser 2007, Darias, J., Ed., Electronic Edition. Chu, B., (1991), Laser Light Scattering: Basic Principles and Practice, 2nd ed., Academic Press, Boston. Dainty, J. C., (1984), Laser Speckle and Related Phenomena, 2nd ed.,
Dainty, J. C., Ed., Springer Verlag, New York. Ennos A. E., (1974), Speckle Phenomena and Their Application, Loughborough University of Technology, UK. Giancoli, C Douglas., (2001), Fisika Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. Hallyday, D., and Resnick, R., 1993, Fundamentals of Physics, John Willey and Sons, Inc., New York, USA. Harmadi, (2005), Analisis Efek AkustoOptik untuk Penentuan Pola Radiasi Akustik dari Suatu Modulator dan Deflektor AkustoOptik dengan Menggunakan Laser He-Ne, Thesis PPS ITS, Surabaya. Harmadi, Gatut Youdoyono, Mitrayana, Agus Rubiyanto, M. Zainuddin, Suhariningsih, (2010), Pola Spekel Akusto-Optik untuk Mendeteksi Getaran Akustik Pada Objek yang Bergetar, Prosiding Seminar Nasional Sains III IPB, Bogor. J. Rabal, Hector, and Braga Jr., Roberto A., (2009), Dynamic Laser Speckle and Application, CRS Press, New York. Kempe, M., Larionov, D. Zaslavsky, and A.Z. Genack, (1997), Acousto-optic Tomography Multiply Scattered Light, J. Opt. Soc. Am., Vol. 14, No. 5. Saha, Swapan K., (2007), Diffraction Limited Imagung With Large and Moderat Telescope, Indian Institute of Astrophysicsc Bangalore-India, World Scientific, Singapore. Sirohi R. S., (1984), Speckle Shear Interferometry, Journal International Optic and Laser Technology. Yariv, A., Yeh, P., (1984), Optical Waves in Crystals. Propagation and Control of Laser Radiation, Jhon Wiley & Sons,inc., New York. Yudhoyono, Gatut.et all.,(2001), Optoelektronika, Jurusan Fisika-
Institut Sepuluh November Surabaya, Surabaya.