ISSN 0216 - 3128
Mulya Juarsa, dkk.
/95
STUDI AWAL PENDINGINAN PADA BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI MENGGUNAKAN BAGIAN UJI QUEEN-II Mulya Juarsa, Puradwi
tw.
Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir - BATAN
ABSTRAK STUDI AWAL PADA PENDINGINAN BATANG PEMANAS BERTEMPERATUR TINGGI MENGG UNAKAN BAGIAN UJI QUEEN-II. Pengamatan untuk memahami pendinginan pada peristiwa pasca LOCA merupakan langkah awal untuk menganalisis perpindahan panas pendidihan. Rewetting yang timbul pada pendinginan batang pemanas bertemperatur tinggi merupakan fenomena yang juga timbul pada proses penggenangan kembali teras reaktor setelah LOCA, dimana temperatur pembungkus bahan bakar masih bertemperatur tinggi. Bagian uji QUEEN-II telah dikonstruksi dan diuji untuk penelitian perpindahan panas pendidihan transien pada eksperimen pendinginan pasca LOCA. Pengujian dilakukan dengan memanaskan batang pemanas hingga mencapai temperatur hampir 90{f'C, kemudian didinginkan baik secara radiasi maupun didinginkan dengan air bertemperatur 85°C. Fenomena rewetting yang terjadi pada proses pendinginan dengan air diindikasikan dengan timbulnya rejim didih film yang memperlambat laju aliran pendinginan. Kecepatan rata-rata rewetting yang diperoleh adalah 9,68 mmldetik pada laju aliran air 15,76 mmldetik. Kata kunci: temperatur, rewetting, pendinginan.
ABSTRACT PRELIMINARY STUDY ON HIGH TEMPERATURE HEATED ROD COOLING USING QUEEN-II TEST SECTION. An Observation to understand cooling process in Post-LOCA event is a preliminary step to analyze boiling heat transfer. Rewetting which appears during cooling on high temperature heated rod is a phenomenon which also appears in rejlooding process on reactor core after LOCA, where cladding fuel temperature is still high. The QUEEN-II test section was constructed and tested for research on transient boiling heat transfer on cooling experiment during Post-LOCA. Testing has been done by heated-up the rod until 90ffC, and then cooling down by radiation and also by water with temperature of 8SOC. Rewetting phenomena which occurs on cooling process by water is indicated by film boiling regime which slows down the water jlow rate. Rewetting average velocity is 9.68 mmlsfor water jlow rate of 15.67 mmls. Key Words: temperature, rewetting. cooling.
PENDAHULUAN
shutdown, sehingga sistem pendingin teras darurat (emergency core cooling sistem. ECCS) akan bekerja secara otomatIsP);--Proses (Ian terjadi kebocoran hingga terendamnya kelongsong bahan bakar merupakan peristiwa Post-LOCA (pasca LOCA) yang terdiri dari tahapan pengosongan (b/owdown), pengisian kembali (refi/I) dan penggenangan kembali (ref/aDding). Peristiwa melelehnya teras jika ref/aDding gagal mendinginkan teras termasuk kategori kecelakaan parah yang dapat dianggap bagian akhir Post-LOCA. Pad a reaktor air tekan (Pressurized Water Reactor, PWR), proses pendinginan bahan bakar di dalam teras dilakukan dengan menggenangi teras dari bagian bawahnya (bottom ref/aDding) dengan mengoperasikan pompa ECCS. Fenomena yang
Dalam Pembangkit Listrik Tenaga pengoperasian Nuklir (PL TN) dimungkinkan terjadinya kecelakan berdasarkan prediksi yang ditentukan selama rancangan desainnya. Salah satunya adalah kecelakaan kehilangan air pendingin (Loss-OfCoo/ant Accident, LOCA) yang merupakan jenis peristiwa kecelakaan yang dipostulasikan dan menjadi dasar desain (Desain Basic Accident, DBA) pada sistem keselamatan PL TN. Saat terjadinya LOCA, di mana teras kekurangan air akibat bocornya salah satu dan atau kedua pipa pendingin primer pada reaktornya akan mengakibatkan naiknya temperatur permukaan kelongsong bahan bakar yang diakibatkan oleh panas peluruhan yang masih tinggi, meskipun reaktor telah mengalami Prosiding Pustek Akselerator
PPI - PDIPTN 2007 dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta,
10 Juli
2007
ISSN 0216 - 3128
196
muncul selama periode pendinginan salah satunya adalah terlihatnya fluktuasi temperatur cladding pada bahan bakar yang timbul mulai awal penggenangan hingga tenggelamnya seluruh bahan bakar oleh air, dimana temperatur maksimal cladding akan mencapai 930 °C[2], seperti yang diperlihatkan pada Gambar I berdasarkan kelayakan analisisnya. Pemahaman Post-LDCA seperti disebut di atas telah dilakukan sejak tahun 2003 hingga tahun 2005 oleh penulis melalui penelitian tentang fenomena rewetting selama quenching13•4] untuk menghitung kecepatan rewetting dengan menggunakan bagian uji QUEEN-I[4J• Meskipun capaian temperatur maksimal pada batang pemamanas hanya 600°C. Hasil penelitian menggunakan bagian uji QUEEN-I menunjukkan dan membuktikan adanya pembagian rejim pendidihan selama pendinginan berlangsung. Sedangkan, eksperimen menggunakan bagian uji QUEEN-II (alat eksperimen baru) pada tahun 2006 dengan kondisi temperatur batang pemanas mencapai hampir 900°C memiliki keadaan yang cukup berbeda. Sehingga, pernjelasan terkait hasil pengamatan pada fenomena rewetting yang timbul menjadi bahan diskusi yang menarik.
Mulya Juarsa, dkk.
pemanas. Pada bagian di mana terjadi kontak antara air dan permukaan kelongsong disebut sebagai batas basah (quenching front) atau rewetting, titik ini membatasi daerah kering dan daerah basah. Dengan kata lain "rewetting" dapat pula diartikan bahwa permukaan kelongsong untuk pertama kalinya terbasahi kembali setelah sebelumnya kering akibat LOCA. Sedangkan istilah, quenching dapat berarti lebih umum, yaitu terjadinya pendinginan secara cepat oleh tluida pada dinding yang awalnya bertemperatur tinggi, dan lebih sering disebut peristiwa penenggelaman mendadak benda panas dalam suatu media pendingin. Pendingin yang dimaksud adalah penurunan panas pada batang pemanas oleh media pendingin dengan beda temperatur yang lebih rendah. Pendinginan disertai proses pendidihan apabila temperatur batang pemanas memiliki temperatur di atas temperatur saturasi air. Proses pendinginan terjadi dengan mekanisme perpindahan panas pendidihan yang dimulai dari rejim didih film kemudian rejim didih transisi di mana temperatur minimum didih film (minimum film boiling) tercapai, kemudian pendidihan berakhir pada rejim didih inti sesaat setelah harga maksimum dari tluks kalor tercapai. Proses reflooding dideskripsikan pada Gambar 2 yang menunjukkan aliran dan rejim perpindahan panas yang diamati termasuk fenomena rewetting. Arah aliran pada Gambar 2 adalah menuju ke atas secara konveksi paksa. Rejim pendidihan dari bagian bawah tersusun sebagai berikut: didih inti, didih transisi dan didih film. Tq = Tmfb, merupakan temperatur batas basah atau temperatur didih film minimum yang memisahkan rejim didih transisi dan rejim didih film.
~·4akt\J't[delil1
Gambar 1. Perubahan temperatur kelongsong bahan bakar pasca LOCA.121
TEORI Selama quenching pacta temperatur permukaan suatu batang pemanas yang bertemperatur tinggi (di atas temperatur saturasi air pendinginnya), batang pemanas tidak akan serta merta dapat ditenggelamkan dan dibasahi oleh air pendingin, dikarenakan ketika air akan menyentuh permukaan batang pemanas, penguapan terjadi sehingga permukaannya tetap kering. Selanjutnya, peristiwa kontaknya air dengan permukaan terjadi secara berulang, sembari batang pemanas mengalami penurunan temperatur dan pada saat tertentu air akhirnya dapat membasahi permukaan batang
Gambar 2. Proses rejlooding dari
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
bawah.151
ISSN 0216 - 3128
Mulya Juarsa, dkk.
Berbeda dengan pendidihan kolam (pool boiling) rejim perpindahan panas pada pendidihan aliran (flow boiling) ditentukan oleh berbagai variabel: laju alir massa, jenis fluida, geometri sistem, fluks panas dan distribusi aliran[6].Beberapa studi eksperimental terkait rewetting yang timbul pad a penggenangan dari bawah (bottom ref/ooding) diperlihatkan pada Tabel I.
KONSTRUKSI
II
BAGIAN UJI QUEEN-
atau material lain dan dengan pencapaian temperatur awal yang tinggi (800°C-900°C), juga titik-titik pengukuran temperatur (termokopel) diperbanyak menjadi 8 titik yang dipasang secara vertikal sepanjang batang pemanas, mengingat untuk bagian uji QUEEN-I hanya 2 titik pengukuran saja. Hal ini akan lebih menajamkan analisis pada perhitungan kecepatan rewetting yang akan menjadi parameter acuan pada analisis perpindahan panas pendidihannya. Konstruksi bagian uji QUEEN-II disajikan pada Gambar 3a dan diagram untai ui BETA termodifikasi diperlihatkan pada Gambar 3b.
Pada bagian ui QUEEN-II, selain rongga silindemya diharuskan tidak terisi oleh pemanas Geomelri Tempera1ur peman as -O,g awal batang 0,006 1,2 50 700 0.5 Annulus Tubebundle IntErval 160 350 - 600 2$-100 300 $00 400 450 5 25 -5 95 33 ---170 700 650 600 550 Peneliti Bumea et 1 $00 al. Rod Tabel I. 1,5 -6,0 0,56 rewetting 0,1 0,045 0,036 1,2 1,45 4,0 -0,55 -6,1 --2,1 -0,94 3,6studi 0,5 3,5 -3,6 1,2 Duffey Port1ouse (1973) Piggot Lee Ne1i et &etChen al. & Duffey Porthouse (197$) (1975) (1975) Bankoff et a -(1991) I.(19$2) (19$5) Tuzla al. panas kecepatan Beberapa eksperimental (mmldetik) (0 C) bagian aliran air Qpm) IntEr\r'8llaju
no
/97
terkait rewetting yang timbul pada pengge-
nangan dari bawah (bottom rejlooding)17I. Panjang
Gambar 3a. Bagian uji QUEEN-II dan susunan 8 titik termokopel.
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
198
ISSN 0216 - 3128
Mulya Juarsa, dkk.
GAMBAR. nlAGRAMAllR
a UEEN-II
liNT AI II II RETA. TS rJUEFN.II Rev-01 KONCENSER
t ~
!rain (MIEt)
t
Gambar 3b. Diagram Alir Untai Uji BETA (modifikasi 1).
METODE PENELITIAN Penelitan awal untuk memahami karakteristik temperatur transien selama pendingan pada batang pemanas bertemperatur tinggi (T=850°C) dilakukan dalam beberapa tahap. Tahapan tersebut dilakukan agar setiap tahapan penelitian dapat memberikan gambaran yang jelas tentang perpindahan panas radiasi dan konveksi. Tahapan metode penelitiannya, adalah : I. Melakukan karakterisasi pemanasan batang pemanas hingga mencapai temperatur tinggi (850°C), berdasarkan data tegangan, daya dan temperatur batang pemanas. 2. Melakukan pengamatan proses pendingan batang pemanas bertemperatur tinggi (850°C) tanpa air (pendinginan radiasi mum i). Pendinginan radiasi yang diamati berdasarkan dua kasus, yaitu keadaan pertama tanpa tabung kuarsa dan keadan kedua dengan tabung kuarsa. Catatan, eksperimen yang akan dilakukan untuk kasus pendinginan dengan tabung kuarsa. 3. Melakukan pengamatan proses pendingan batang pemanas bertemperatur tinggi (850°C) dengan menggunakan air bertemperatur lebih dari 85°C pada laju aliran tertentu. Pengamatan dititik beratkan pada kemampuan mekanik dan termal dari bagian uji QUEEN-II dan mengamati Prosiding Pustek Akselerator
fenomana rewetting yang pendinginan dengan air.
selama
HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Pemanasan Radiasi (Keadaan Tunak) Pada tahap pertama dilakukan dengan menaikkan tegangan tahap demi setahap, hingga tegangan maksimalnya. Uji pemanasan secara radiasi ini dilakukan tanpa menggunakan tabung gelas kuarsa, sehingga panas yang muncul dari open coil heater pada daya maksimalnya langsung memanaskan batang pemanas. Dari Gambar 4, diperlihatkan proses pemanasan batang pemanas hingga mencapai temperatur tertinggi (pembacaan termokopel sebesar 850°C). Gambar 5a dan 5b secara berturut-turut menjelaskan karakterisasi pemanasan pad a parameter terukur seperti daya versus tegangan dan temperatur versus posisi TC. Pemanasan (Gambar 6a) dilakukan dengan menaikkan daya tegangan slide regulator voltage, setiap 5 menit sebesar 20 volt. Kurva pada Gambar 5a menunjukkan interpolasi polynomial orde-2, dengan membandingkan hitungan teoritis: P(V) = ~ R
PPI - PDIPTN 2007 dan Proses Bahan - BATAN
Yogyakarta,
timbul
10 Juli 2007
(I)
/99
ISSN 0216 - 3128
Mulya Juarsa, dkk.
Aliran panas secara alamiah akan mengalir dari arah bawah ke atas, dan ini dibuktikan (melalui pengamatan visualisasi) adanya poJa panas pada bagian atas keramik. Kurva pada Gambar 5b menunjukkan perbedaan temperatur dari arah bawah ke atas, terlihat bahwa temperatur di bawah lebih dingin dari tujuh pembacaan temperatur lainnya. Pada posisi 200 mm hingga 600 mm, pembacaan temperatur menunjukkan besar temperatur yang hampir sarna (rentang 800 °C-900 0C). Pada bagian atas, pembacaan temperatur mengindikasikan adanya drop temperatur. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh posisi termokopel yang dekat dengan keluaran aliran udara panas. Keadaan yang menarik dari Gambar 5b adalah distribusi panas membentuk poJa sinusoidal dan akan diperjelas pada bahasan selanjutnya.
dimana daya, P(V) dan tegangan, Vadalah variabel. Sedangkan resistansi kawat, R merupakan nilai konstan. Kurva hasil perhitungan dan pengukuran menunjukkan hampir tidak adanya perbedaan. Oalam hal ini, pengukuran tegangan dan arus menggunakan alat multitester digital adalah sebagai berikut: Vmax
= 220 Volt
Irna.r
= 51 Ampere
Hasil pengujian menunjukkan daya pada tegangan maksimal 220 Volt antara perhitungan dan pengukuran adalah Pllkllr = 10,43 kW dan Philllnl( = 10,76 kW. Gambar 5b, memperlihatkan posisi termokopel versus temperatur yang memperjelas kondisi pemanasan di dalam pemanas semi-silinder kerarnik.
Pendinginan Radias!
Saat pemanasan
Keedaan heater bagian dalam
Gambar 4. Kondisi pemanasan pada bagian uji QUEEN-II.
Kurva. Daya vs Tegangan KUlva Karakterisasi
Kurva. Posisi TC vs Temperatur
Pemanasan
K""a DtSfnhuSl
TrrnP"OII,r
.I~-
pada
po."."V"rflkal
i)-· Terroerau
TC
~<>·T~-"r=;~---·
"" ; '"'~:.::'
-I'"
o o
50
100
150
200
250
.100 +----+ o 100
Tcgangan Rcgulalor, V I\'olt)
h~
200
300
400
500
pemanasan.
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BATAN Yogyakarta, 10 Juli 2007
700
l"("q
(b)
(a) Gambar 5. Kurva karakteristik
eco
TC Tcmpcratur.
]
a
200
ISSN 0216 - 3128
Basil Pendinginan Radiasi (Tanpa Air) Gambar menunjukkan secara radiasi melalui tabung
tercapai adalah 876°C. Kurva yang diperlihatkan pada Gambar 7 mengulas kembali kurva pada Gambar 5b, dimana distribusi temperatur searah posisi vertikal termokopel menunjukkan bentuk sinusoidal. Bentuk sinusoidal dimungkinkan tercapai karena adanya aliran konveksi udara yang masuk melalui bagian bawah semi-silinder keramik heater dan keluar pada bagian atasnya (Iihat Gambar 8).
6a dan 6b secara berturut-turut temperatur transien pendinginan tanpa melalui tabung kuarsa dan kuarsa.
Pada Gambar 6a, selang waktu 0 detik hingga 1200 detik temperatur tertinggi turun sebesar 700°C. Sedangkan pada Gambar 6b, pada selang yang sarna, temperatur tertinggi turun hanya 650°C. Kedua gambar tersebut (Gambar 6) menjelaskan pengaruh tabung kuarsa yang telah menahan laju aliran panas, meskipun hanya sedikit. Pada interval temperatur 200°C hingga 1000 °C, kapasitas panas tabung kuarsa cenderung meningkat[8J• Namun, kenaikan ini dianggap linier dan dengan gradien temperatur yang tidak tajam kenaikannya. Meskipun timbul perbedaan besamya penurunan temperatur pada kedua kasus di atas, perbedaan tersebut dapat dianggap tidak akan mempengaruhi laju aliran pendinginan saat menggunakan air. Perbedaan tersebut tidak akan berpengaruh begitu air mulai mengalir dari arah bawah yang secara bertahap menggenangi batang pemanas.
Basil pendinginan
Proses ini merupakan sifat alamiah yang telah dikenal secara umum, bahwa udara akan akan bergerak ke arah daerah panas. Pada Gambar 7, jelas terlihat adanya perbedaan temperatur di bagian bawah (TC8), bagian tengah (TC2- TC7) dan bagian atas (TCI). Bagian bawah temperatur TC paling rendah, ini diakibatkan TC8 berada pada daerah semburan aliran udara yang berasal dari udara lingkungan bertemperatur rendah dan fluks kalor yang kurang rapat dibandingkan pada bagian tengah. Bagian tengah memperjelas adanya kerapatan fluks kalor yang tinggi (memuncak pada TC3 dan TC4) selama proses pemanasan yang terkumpul pada bagian tengah, namun dorongan aliran konveksi udara membentuk kurva sinusoidal yang lonjong ke arah atas. Bagian atas, temperatur jauh lebih rendah dari bagian tengah, namun masih lebih tinggi dibandingkan dari bagian bawah.
dengan temperatur air 85
°C
Oistribusi temperatur sinusoidal yang terbentuk dapat dikatakan cukup mewakili keadaan fluks kalor pada reaktor nuklir.
Pendinginan secara bottom reflooding dengan air bertemperatur 85°C dilakukan sesaat setelah temperatur awal batang pemanas dicapai. Oalam penelitian awal ini, temperatur tertinggi yang
Kurva.
0
700 1000 1m 400 :ro :ro fro
600
~S
0
TC No.3 No2 (\) 0..400 TC No.2 TCNo.4 No.3 I-< fro,........, TC No.5 TC TCNo.4 No.6 1m 1OOO1:ro14OO16OO11m~ ~ ::s 10001:ro14OO16OO1~= TCNo.1 No.5 Ulm TID1fX' T ~rulia;i IUmr>a TCNo.? Ibrlr¢rt:m TC No.8 lenpetaurl1Ul1'lien I~ Pen:in14nm TdJungKumia ra:&r,; 1-<~6OO
Mulya Juarsa, dkk.
~\\i1ktu, t [d::ti k] (b) E:a1gan tabung kuarsa
Kuva 0U:ro 0 (\)300 100 f-< t-.. 1000 700 •........•
~~j
Gambar 6. Kurva pendinginan radiasi tanpa air untuk
Prosiding Pustek Akselerator
To
= 850°C.
PPI - PDIPTN 2007 dan Proses Bahan - BAT AN
Yogyakarta,
10 Juli 2007
II
ISSN 0216 - 3128
Mulya Juarsa, dkk.
g0E 'ti) Q)
,.......,
201
500 400 800
200 100 S 0.. a600 'ti) "6 300 a p..., t-< Q) "'-1
700 -100
(jjL=700mm;
T,=474"C
~60omm'
(jj
Kurva. Dislribusi Temperalur TC Rod
'"
I
. ,
Temperatur Awal TC. T
L=400mm;
T=789"C
(jj
L=500 mm' T =873"C
pada posisi verlikal -e-
"
(jj
T,=876"C
o
/
L=300mm'
T=848"C
. '" L=200 mm; T, =798 C
(jj
/
(jj
(jj/ L=O
mm;
100
T
"=26SoC (jj
200
300
____________
400
500
600
L=IOO
700
Temperatur A waI TC, To Gambar 7. Kurva distribusi temperatur
mm''
800
T I =708"C
900
1000
rq
awal batang pemanas pada posisis vertikaI.
Gambar 8. Pola airan udara selama pemanasan.
Presiding PPI - PDlPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BAT AN Yogyakarta, 10 Juli 2007
202
ISSN 0216 - 3128
Mulya Juarsa, dkk.
Proses pendinginan bottom ref/ooding
1000 900
Kurva. T-vs-t Parameter:
800
T.•. =85'C Tmd =875'C
700 600
--TC
NO.1
--
NO.2 NO.3 No.4 NO.5
--
500
mmmm
TC TC TC TC
--TC --TC
400
-.---
NO.6 NO.7
TC NO.8
300 200 100 o o
... 20 40
60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 Waktu,
t [detik]
Gambar 9. Kurva pendinginan pada
Selama proses pendinginan dengan air, femonena pendidihan yang muneul sangat menarik. Gambar 9 menjelaskan kurva pola penurunan temperatur seeara transien, jika diperhatikan pada salah satu garis (misal TC4), nampak adanya beberapa sloop penurunan temperatur. Sloop tersebut diawali oleh radiasi dari detik ke-6 hingga detik ke-56. Kemudian sloop rewetting, dari detik ke-56 sampai detik ke-64, sloop ini dikatakan sebagai area rejim didih film, kemudian disusul pada sloop ketiga, area didih transisi dan didih inti, dari detik ke-64 hingga detik ke-160. Keadaan ini sangat berbeda dengan riset terdahulu dengan menggunakan bagian uji QUEEN-l pada temperatur awal 600°C. Terbentuknya rejim didih film, didih transisi dan didih inti jelas terlihat selama eksperimen berlangsung. Kurva pada Gambar 9 menunjukkan temperatur transien selama proses pendinginan bottom reflooding pada temperatur awal batang pemanas 876°C. Rewetting terjadi secara berturutturut dari arah bawah ke atas dan terjadi pada temperatur yang berbeda sepanjang arah vertikal batang pemanas. Rewetting pada TC8, terjadi pada detik ke-38 dan pada temperatur 250°C. Pada TC I, rewetting terjadi pada temperatur 385°C di detik ke100. Keeepatan rata-rata rewetting dapat dihitung berdasarkan waktu ketika rewetting terjadi pada TC8 dan TC1, diperoleh nilai keeepatan rata-rata
Tair
= 85°C.
rewetting adalah 9,68 mm/detik. Jika dibandingkan dengan laju aliran air pada operasi dingin (tanpa pemanasan batang pemanas), yaitu 15,67 mm/detik, dengan keeepatan aliran selama proses pendinginan, maka terjadi hambatan akibat timbulnya didih film. Temperatur MFB terjadi pada selang temperatur 250°C - 700 DC.
KESIMPULAN Telah diperoleh hasil studi awal proses pendinginan batang pemanas bertemperatur tinggi (876°C) pada bagian uji QUEEN-II yang telah desain pada tahun 2004 dan dikonstruksi pada tahun 2005. Selama tahun 2006, fokus kegiatan adalah memahami karakteristik temperatur transien selama pendinginan. Adapun kesimpulan hasil penelitian awal ini adalah : -
Tereapainya temperatur pemanasan hingga hampir meneapai 900°C (realistik, 876°C).
-
Pemahaman penurunan temperatur transien seeara radiasi (tanpa air pendingin) untuk temperatur awal 850°C, baik yang melalui tabung kuarsa maupun tanpa· tabung kuarsa. Hasil ini membuktikan bahwa desain dan konstruksi QUEEN-II mampu beroperasi sesuai dengan yang direneanakan.
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan - BAT AN Yogyakarta, 10 Juri 2007
ISSN 0216 - 3128
Mulya Juarsa, dkk.
Pemahaman penurunan temperatur transien selama pendinginan dengan air bertemperatur 85 °C pada temperatur awal 876 0c. Konstruksi tabung kuarsa terbukti mampu mengalami proses pendinginan yang ekstrim.
rewetting adalah 9,68 Kecepatan rata-rata mmldetik pada laju aliran air 15,67 mmldetik (1,562 Ipm). Meskipun memiliki geometri yang berbeda, penelitian No.1, No.2 dan No.1 0 (Tabel I.) hasilnya mendekati hasil pengamatan pada eksperimen ini.
Presentasi I1miah Teknologi Nuklir VI, Serpong 2001. 4.
Rejim pendidihan yang teramati adalah didih film, didih transisi dan didih inti.
5.
MUL Y A JUARSA dkk, Studi Eksperimental Rejim Pendidihan Selama Proses Quenching pada Bundel Pemanas "QUEEN", Prosiding
J.1., A Study On The Rewetting Temperature, Nuclear Engineering and Design,
CARBAJO,
Vol, 84 page 21 - 52, 1984.
rejim
N.E. TODREAS and M.S. KAZIMI, Nue/ear Sistem I: Thermal Hydraulic Fundamentals, Hemisphere
Dengan diperolehnya data dan validasi kemampuan bagian uji QUEEN-II pada eksperimen awal ini, maka penelitian dengan variasi laju aliran dan variasi temperatur awal batang pemanas dapat dilakukan pada tahun-tahun berikutnya.
Keselamatan
Seminar ke-IX Teknologi dan Keselamatan PL TN serta Fasilitas Nuklir, Jakarta, 2003.
6. -
203
7.
Publishing,
ed., 1990.
AX. SAXENA et al., Experimental Studies on Rewetting of Hot Vertical Annular Channel, Nuclear Engineering 283 - 303, 2001.
8.
1st
and Design, V 01. 208, page
http://www.quartz.comlGE city Chart.htm
Quartz-Heat
Capa-
UCAP AN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih yang tak terhingga, disampaikan kepada Dr. Ir. Anhar Riza Antariksawan yang telah membimbing penulis selama melakukan desain hingga pengujian bagian uji QUEEN-II. Kepada rekan-rekan sub bidang termohidrolika BOFa PTRKN saya mengucapkan beribu terimakasih atas bantuan dan dukungannya.
TANYAJAWAB TumpaI
P.
- Apa kelebihan uji Queen-II untuk batang pemanas temperatur tinggi?
pendingin
MuIya Juarsa DAFT AR PUST AKA et aI., A Scenario on The Three Mile Island Unit 2 Accident, Nuclear Technology, Vol. 87, No.1, 1989.
1.
1M.
BROUGHTON
2.
AGENCY
OF NATURAL
RESOURCES
AND
"Hopes to Make Safe More Secured" How the Saftty of NPP is Secured in Policy Terms, Serial Publication of ENERGY,
MITI-JAPAN,
NPP Safety Demonstration Japan, 200 I. 3.
/Analysis,
Tokyo-
Eksperimental Rejlooding Pada Untai Uji BETA: Karakterisasi dan Eksperimen Awal, Prosiding KHAIRUL
- Kelebihan Queen-ll (dibanding Queen - I) mampu untuk eksperimen pada T = 900 "e, geometri batang pemanas tube yang tidak berisi komponen lain, sehingga sesllai dengall allalisis PO pada si/inder.
HANDONO
dkk.,
Anung Pujiyanto - Pada suhu berapa mendidih
pada proses ini.
Mulya Juarsa
- Pada proses pelldillgillall temperatllr melldidih pada temperatur sekitar 99 "e.
Prosiding PPI - PDIPTN 2007 Pustek Akselerator dan Proses Bahan· Yogyakarta, 10 Juli 2007
BATAN
air