Studi Analisis tentang Dukungan Sistem Informasi Pasca Terjadinya Gempa dan Gelombang Tsunami di NAD dan Sumut Patah Herwanto, S.T. Dosen Luar Biasa STMIK Sumedang
Dody Herdiana, S.T., M.Kom. DPK STMIK Sumedang
Abstrak Dukungan sebuah sistem informasi bagi suatu organisasi ataupun bagi masyarakat sudah sangat diperlukan, terutama bagi masyarakat yang membutuhkan informasi yang cepat, tepat dan akurat. Sebuah sistem informasi harus dapat meng-informasikan suatu keadaan dimana suatu informasi itu dibutuhkan. Oleh karena itu dalam perencanaan Sebuah sistem informasi harus diperhitungkan kemampuan daya dukung sebuah sistem informasi terhadap siapa dan kapan informasi itu dibutuhkan. Dukungan Sistem informasi pasca terjadinya gempa dan gelombang tsunami seperti di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara sudah sangat diperlukan untuk Memperlancar Penanganan Proses Identifikasi Kerugian Jiwa, Materi dan saranaprasarana, sistem informasi tersebut diharapkan dapat menjawab dengan cepat, tepat dan akurat tentang berbagai kerugian yang diakibatkan oleh suatu bencana. Dukungan sistem informasi tersebut sangat diperlukan agar para korban bencana dapat mengetahui dengan cepat tentang jumlah kerugian yang diakibatkannya, dukungan sistem tersebut itu juga dapat menjadi suatu pertimbangan pengambilan putusan guna mengambil langkahlangkah rehabilitasi pasca terjadinya gempa. Dalan sistem ini juga diperlukan dukungan sebuah sistem yang bergeoreferensi seperti sistem informasi geografis (SIG). Agar sistem informasi tersebut dapat diterima secara cepat, tepat dan akurat, sistem yang dirancang harus terstruktur dengan pengambilan data yang sesuai dan yang terpenting adalah terintegrasi, artinya sebuah sistem dapat diitegrasikan secara on-line ke berbagai kota dengan koordinasi dari pusat data, dan informasi tersebut harus dapat diakses oleh seluruh belahan dunia dengan teknologi Internet. Kata Kunci : Sistem, Informasi, Tsunami, Gempa, SIG, Bencana [1] .
Pendahuluan Bencana dapat datang kapan saja dan dimana saja di berbagai wilayah kesatuan Indonesia, datangnya suatu bencana tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu walaupun banyak studi tentang itu. Analisis terhadap suatu bencana dapat saja diprediksi dari analisis gejala alam, tetapi keakuratannya tidak dapat diterima seratus persen. Banyak kerusakan dan kerugian yang ditimbulkan oleh bencana baik kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana, belum lagi kerusakan mental yang diakibatkan dari bencana tersebut. Untuk mengurangi beban bagi masyarakat yang ditimpa bencana dan untuk mempercepat penanganan proses identifikasi kerugian yang diakibatkan oleh bencana tersebut, maka diperlukan suatu sarana sistem informasi yang tepat dan akurat agar masyarakat dapat memperoleh informasi yang diinginkannya, serta mempercepat proses pengambilan putusan dan bagaimana cara penanggulangannya. Kebutuhan akan Sistem Informasi untuk mengidentifikasi kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana sudah sangat dibutuhkan, mengingat Indonesia sangat rentan akan bencana. Bukan hanya yang terjadi sekarang ini yaitu di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara, tapi Indonesia memang merupakan negara terkaya dalam kegempaan, disamping itu sebagai Benua Maritim Indonesia(BMI) yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari lautan dan merupakan tepi benua aktif(active continental margin) maka tsunami selalu mengancam wilayah pesisir baik bagian luar maupun dalam BMI,.begitu juga dengan bencana demi bencana sangat sering terjadi di daerah-daerah lainnya seperti longsor ,banjir dan lainnya. Oleh karenanya untuk mempercepat diperolehnya informasi tentang Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
1
indentifikasi kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana dibutuhkan sistem yang dapat menginfomasikan keadaan yang demikian, terutama proses pengidentifikasian kerugian jiwa dengan cepat agar masyarakat dapat mengidentifikasikan sanak keluarga yang selamat atau yang sudah tiada. Studi kasus yang telah dilakukan pada saat terjadinya gempa bumi dan fenomena tsunami di Biak menunjukkan bahwa pengkajian dapat dilakukan secara cepat dengan bantuan mengakses bervariasi data dari sumber internet, hal seperti itu juga dapat dilakukan dengan sistem formasi untuk mengidentifikasi kerugian yang diakibatkan bencana. Sistem Informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana pasca bencana adalah sistem yang terintegrasi, agar informasi yang diperoleh dapat dilihat di seluruh indonesia bahkan dunia dengan teknologi Internet. Untuk mewujudkan sistem tersebut dibutuhkan data yang lengkap mengenai jumlah penduduk disuatu daerah, data pemukiman seperti jumlah rumah, data sarana-prasarana dan data kawasan yang ada didaerah tersebut. Dari data yang tersebut nantinya akan dicocokkan dengan data setelah terjadinya bencana, bahkan dapat dibuat sistem informasi geografis yang memperlihatkan informasi sebelum dan sesudah terjadi bencana dengan melakukan overlay, yang nantinya dapat diprediksi dengan tepat dan cepat jumlah kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana didaerah yang terjadi bencana tersebut. [2] .
Pemikiran Sistem Informasi identifikasi Kerugian Bencana Gempa & Tsunami
Pengantar Pada tanggal 26 Desember 2004 jam Delapan, gempa yang berkekuatan 9,5 scala richter yang disertai badai Tsunami yang berpusat di samudera Hindia telah meluluh lantakkan propinsi ujung barat indonesia (Nangroe Aceh Darussalam) dan Sumateta utara bahkan sampai ke belahan dunia lainnya, sepeti Srilangka, India , Thailand, malaysia, dan lainnya yang daerahnya berdekatan dengan pesisir dan radiusnya berdekatan dengan pusat gempa. Akibat dari gempa dan Tsunami tersebut, Puluhan bahkan ratusan ribu jiwa melayang dalam sekejap, bukan hanya itu kerugian materi, sarana-prasarana juga ikut hilang dalam bencana tersebut. Banyak saudara kita kehilangan sanak saudara, tempat tinggal dan sarana dan prasarana didaerah tersebut tidak berfungsi lagi. Pasca Bencana di daerah Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera utara telah menyisakan kepedihan, mayat-mayat bergelimpangan, rumah-rumah hancur, saranaprasarana tidak berfungsi. Orang orang yang masih hidup sibuk mencari sanak saudara yang masih tertinggal. Daerah yang ditimpa bencana tersebut seperti kota mati, tanpa penerangan, komunikasi terputus dan sangat sulit memprediksi berapa kerugian yang diakibatkannya. Diprediksi untuk memulihkan keadaan pasca bencana perlu waktu bertahun tahun. Untuk mengidentifikasi kerugian, baik kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana sangat sulit memprediksinya karena keterbatasan sarana dan tidak tersedianya suatu sistem yang memadai. Berikut diperlihatkan gambar yang diambil melalui citra satelit, gambar tersebut memperlihatkan pusat gempa dan kemudian disertai terbentuknya gelombang tsunami, gambar tersebut juga memperlihatkan daerah-daerah yang ditimpa bencana di Nangroe Aceh Darussalam dengan citra tiga dimensi yang memperlihatkan letak dan ketinggian tanahnya.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
2
Sumber : Digital Globe Publised by LAPAN 2004
Informasi yang didapat pasca bencana tentang berapa jumlah kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana masih simpang siur karena tidak adanya suatu sistem yang dapat mengakomodir kebutuhan informasi tersebut, dan ini berdampak pada lambatnya penanganan yang harus dilakukan pasca bencana di Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Dari sekian banyak bencana yang terjadi di tanah air, sudah saatnya kita harus memikirkan suatu sistem yang dapat menginformasikan keadaan dan prediksi kerugian suatu daerah pasca terjadinya bencana secara cepat, tepat dan akurat. Alternatif sistem yang dirancang adalah sistem yang bergeo-referensi seperti Sistem Informasi Geografis. Dasar Pemikiran Kebutuhan akan Sistem Informasi sudah sangat diperlukan, bahkan disegala bidang dan disetiap denyut nadi kehidupan, kebutuhan akan informasi sangat dirasa penting karena menyangkut suatu organisasi bahkan masyarakat luas sesuai kebutuhan dari informasi yang diperlukannya. Ditinjau dari maknanya Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerimanya.1 Telah diketahui bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen di dalam pengambilan putusan. Pertanyaannya adalah darimana informasi tersebut bisa didapatkan ?. Informasi dapat diperoleh dari Sistem Informasi (information systems) atau disebut juga dengan processing systems atau information processing systems atau information-generating systems Sistem Informasi didefinisikan oleh Robert A. Leitch dan K. Roscoe Davis sebagai berikut: Sistem Informasi adalah suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar dengan laporan-laporan yang diperlukan2. Nilai dari informasi (value of information) ditentukan dari dua hal, yaitu manfaat dan 1 2
Menurut Yogiyanto HM,Analisis dan Disain Sistem Informasi.(yogyakarta Andi yogyakarta,1989) hal 8. Robert A. Leitch/K. Roscoe Davis. Accounting Information Systems. (New Jersey Prentice-Hall, 1983), hal 6.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
3
biaya mendapatkannya. Suatu informasi dikatakan bernilai bila manfaatnya lebih efektif dibandingkan biaya mendapatkannya. Pengukuran nilai informasi biasanya dihubungkan dengan analisis cost effectiveness atau cost benefit. Kualitas dari suatu informasi (quality of information) tergantung dari tiga hal, yaitu informasi harus akurat (accurate), tepat pada waktunya (timeliness) dan relevan (relevance). jadi suatu sistem informasi terutama identifikasi kerugian pasca bencana menjadi prioritas utama agar beban masyarakat yang ditimpa bencana dapat dikurangi. Untuk memperoleh sistem informasi yang berkualitas, tergantung dari data yang didapat. Data diolah melalui suatu model untuk menghasilkan informasi. oleh karenanya data yang diambil harus lengkap dan terstruktur agar informasi yang dihasilkan juga dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya. Jadi sistem informasi Identifikasi Kerugian jiwa, Materi dan sarana-prasarana nantinya harus berkualitas dengan mengadopsi aturan dan ketentuan perencanaan sebuah sistem informasi, agar sistem tersebut dapat berdaya guna dan tepat sasaran. Analisis dan Perancanan Sistem Informasi identifikasi Kerugian pasca Bencana yang akan dikembangkan harus ditetapkan lebih dahulu spesifikasi dan ketentuan-ketentuan teknis lainnya. Hal ini akan sangat menentukan keberhasilan pengembangan sistem selain juga akan sekaligus menjadikan perencanaan dan implementasi sistem dapat berlangsung dengan sistematis dan terarah. Untuk mewujudkan Sistem tersebut yang sesuai dengan kebutuhan, maka diperlukan beberapa langkah sebagai berikut : a) Survei pengidentifikasi kebutuhan sistem, yang mencakup : Data yang terlibat baik data atribut maupun data spasial Laporan/Informasi yang harus dihasilkan Aliran data dan laporan Prosedur komunikasi antar daerah dan pusat Dan beberapa aspek penting lainnya. b) Disain sistem, yang mencakup ; Database Data masukan Laporan/Informasi keluaran sistem Prosedur pemrosesan data Prosedur komunikasi Dan lain-lain. c) Pembuatan program Aplikasi, yang mencakup modul-modul : Informasi Kependudukan per wilayah Informasi kepemilikan Rumah / lahan Informasi mengenai sarana dan prasarana d) Instalasi Sistem, yang mencakup : Hardware Software aplikasi Internet e) Training penggunaan sistem, yang meliputi : Training untuk User (operator Admin)
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
4
Contoh informasi yang dihasilkan diperkirakan berbentuk analisis citra satelit dan data tekstual yang dapat menginformasikan keadaan yang sebenarnya dengan cepat.
Khususnya untuk sistem yang akan dikembangkan yaitu Sistem informasi Identifikasi Pasca Bencana,harus diperhatikan yang menyangkut Data dan Informasi dalam perancangan sistem seperti Cara perolehan informasi, Basis Data, Konfigurasi Sistem, Sistem Jaringan Informasi, Estimasi Kebutuhan SDM, Sistem Organisasi, Estimasi biaya yang diperlukan, Estimasi waktu pembangunan. a. Cara Perolehan Data dan Informasi Informasi yang dihasilkan berhubungan erat dengan data yang diperoleh, Kebutuhan data untuk sistem tersebut dapat diperoleh dari biro statistik yaitu untuk data kependudukan, Data Kepemilikan tanah dan bangunan, dapat diperoleh dari BPN ataupun Dinas Perpajakan, sedangkan data sarana dan prasarana dapat diperoleh dari Dinas yang menangani masalah sarana dan prasarana. Sedangkan data-data lainnya seperti citra satelit dapat diperoleh dari Bakosurtanal dan lembaga lainnya yang dapat menyediakan data tersebut. b. Basis Data Basis data (database) merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan digunakan perangkat lunak untuk memanipulasinya. Data perlu disimpan di dalam basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut. Data di dalam basis data perlu diorganisasikan sedemikian rupa, supaya informasi yang dihasilkan berkualitas. Organisasi basis data yang baik juga berguna untuk efisiensi kapasitas penyimpanannya. Basis data diakses atau dimanipulasi dengan menggunakan perangkat lunak paket yang disebut dengan DBMS (Database Management Systems) Database yang dipergunakan untuk sistem informasi identifikasi pasca bencana ini lebih mengarah pada pengolahan data spasial yang berbentuk citra satelit yang diolah dengan data tekstual untuk mementukan lokasi terjadinya bencana, dan langsung dapat ditentukan berapa jumlah kerugian jiwa , materi dan sarana-prasarana didaerah tersebut pasca bencana.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
5
Pengolahan data berbasiskan Sistem Informasi Geografis mempunyai data dasar yaitu data spasial dan tekstual seperti yang terlihat pada gambar berikut. Spatial Information
Data Capture
Graphical Application
Peta Topografi
Data Capture
DDE Connection
Non - Graphical Application
Non - Spatial Infomation
Layout Sarana Satelit Modul Komunikasi
Spatial Database
NonDatabase spatial
Pada dasarnya sistem informasi geografis mengacu pada suatu sistem referensi spatial ( geo-reference ), yang dipakai untuk proses analisis dan manipulasi berbagai macam informasi. Data Geografi adalah data unit / area yang tersebar secara geografis yang terbagi menjadi dua bagian. Data Spasial : - data lokasi - posisi - bentuk Data Tekstual - data deskripsi teknis - historis - administratif tentang unit / area Basis data yang diperlukan untuk Perancangan Sistem Informasi tersebut meliputi : Data Spasial : - Data Citra Satelit pertahun - Data Peta Kawasan - Data Infrastruktur - Data Land Use - Data Kemiringan - Data Utilitas Data Tekstual : - Data Kependudukan (jumlah pertumbuhan penduduk tiap daerah, Jumlah Kelahiran, Jumlah laki-laki, jumlah wanita dll) - Data Kepemilikan kendaraan (jumlah kendaraan yang dimiliki, jenis kendaraan , dll) - Data Kepemilikan Rumah dan lahan - Data Infratruktur(sarana-prasarana didaerah tersebut)
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
6
Konfigurasi Sistem Secara global rancangan sistem dapat dilihat pada gambar berikut :
Rancangan sistem diatas hanya memperlihatkan tahapan-tahapan proses pengembangan sistem dan bagaimana data diproses untuk menghasilkan sebuah informasi. Sisten Informasi Pasca Bencana tersebut diharapkan mampu : a. Menginformasikan Junlah Kerugian Jiwa yang diakibatkan bencana. Informasi tersebut bisa didapat dari hasil pengolahan data kependudukan didaerah tersebut dengan mengurangi jumlah yang hidup dengan jumlah keseluruhan penduduk pada wilayah tersebut. b. Menginformasikan Jumlah Kerugian Materi pasca Bencana. Informasi tersebut bisa didapat dari data kepemilikan rumah, kendaraan dan lain sebagainya, Pengolahan dapat dilakukan dengan men-data jumlah rumah, kendaraan dan lainnya yang rusak dengan data yang ada dalam database. Jumlah kerusakan rumah juga dapat di cari dengan menggunakan citra satelit. c. Menginformasikan Jumlah Kerugian Sarana dan prasarana pasca Bencana. Informasi tersebut bisa didapat dari pengolahan data citra satelit dengan melakukan overlay dari data yang ada dalam database. d. Berisikan kumpulan data/informasi yang bereferensi geografis. Kumpulan data tersebut umumnya terdiri dari beraneka macam data, seperti misalnya data topografi, data keadaan tanah (soil data), data penggunaan tanah (land-use), data kemiringan tanah, data jaringan utilitas, dlsb. e. Terdapat hubungan antara satu data dengan data lainnya baik secara numeris maupun logis, yang sangat diperlukan untuk pengolahan data atau analisis untuk keperluan tertentu. f. Data yang disimpan harus mempunyai struktur data tertentu Adanya kemampuan untuk melaksanakan fungsi-fungsi pengumpulan data, penyimpanan data, pengambilan data (retrieval), analisis data dan penyajian data.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
7
Disamping kemanpuan yang diharapkan dari sistem, yang tidak kalah penting dari adalah tersebut kontrol dari sistem tersebut yang diwujudkan secara spesifik dalam suatu aplikasi Sistem Informasi. Wilayah yang dicakupnya meliputi : Kontrol masukan, digunakan untuk menjamin keakurasian data, kelengkapan masukan, dan validasi terhadap masukan. Kontrol pemrosesan, kesalahan dalam pemrosesan bisa saja terjadi sekalipun program dibuat dengan hati-hati agar bebas dari kesalahan. Oleh karena itu, pemeriksaan terhadap kebenaran hasil pemrosesan kadang-kadang perlu dilakukan sehingga apabila terjadi hal-hal yang tidak sesuai bisa langsung diketahui. Kontrol keluaran. Dilakukan secara manual untuk memastikan bahwa hasil pemrosesan memang sesuai dengan yang diharapkan. Kontrol Basis Data, merupakan kontrol terhadap basis data antara lain dilakukan dengan cara menerapkan kebijakan backup dan recovery, penanganan transaksi melalui mekanisme rollback dan commit serta Otorisasi akses. Kontrol Telekomunikasi. Telekomunikasi merupakan komponen yang paling lemah dalam Sistem Informasi. Penyadapan informasi dapat dilakukan melalui sarana ini dengan cara menyergap gelombang radio dalam sistem tanpa kabel (wireless) atau dengan cara menyadap jalur fisik dalam jaringan. Untuk mengantisipasi keadaan seperti ini, kontrol terhadap telekomunikasi dapat dilakukan dengan cara mengenkripsi informasi sehingga penyadap tidak dapat membaca informasi yang sesungguhnya. Sistem Jaringan Informasi Sistem Jaringan Informasi yang dirancang adalah: setiap daerah/Propinsi mempunyai Sistem Pengelolaan data tersendiri yang dapat menginformasikan jumlah jiwa dan keadaan daerahnya sendiri, dan apabila ada sebagian di daerah tersebut terjadi bencana maka dengan cepat pusat data dipropinsi tersebut dapat menginformasikan jumlah kerugian baik jiwa,materi dan sarana dan prasarana.
Sumber : www.angelfire.com
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
8
Selain dari sitem pengelolaan data di tiap propinsi, harus diBackUp juja dengan pengelolaan data diPusat, agar bila terjadi kehilangan data atau terjadi bencana dipropinsi tersebut Pusat data dapat menginformasikan Jumlah kerugian yang ada di Propinsi tersebut.
internet
Propinsi
internet
Pengelola Pusat
Propinsi
Propinsi
[3] .
Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan a. Bencana dapat datang kapan saja dan dimana saja di berbagai wilayah kesatuan Indonesia, datangnya suatu bencana tidak dapat diperkirakan terlebih dahulu walaupun banyak studi tentang itu. Analisis terhadap suatu bencana dapat saja diprediksi dari analisis gejala alam, tetapi keakuratannya tidak dapat diterima seratus persen. b. Kebutuhan akan Sistem Informasi untuk mengidentifikasi kerugian jiwa, materi dan sarana-prasarana sudah sangat dibutuhkan, mengingat Indonesia sangat rentan akan bencana c. Indonesia memang merupakan negara terkaya dalam kegempaan, disamping itu sebagai Benua Maritim Indonesia(BMI) yang dua pertiga wilayahnya terdiri dari lautan dan merupakan tepi benua aktif(active continental margin) maka tsunami selalu mengancam wilayah pesisir baik bagian luar maupun dalam BMI. d. Untuk memperoleh sistem informasi yang berkualitas, tergantung dari data yang didapat. Data diolah melalui suatu model untuk menghasilkan informasi. oleh karenanya data yang diambil harus lengkap dan terstruktur agar informasi yang dihasilkan juga dapat bermanfaat bagi yang memerlukannya Saran a. Sudah saatnya kita harus memikirkan suatu sistem yang dapat menginformasikan keadaan dan prediksi kerugian suatu daerah pasca terjadinya bencana secara cepat, tepat dan akurat. Alternatif sistem yang dirancang adalah sistem yang bergeo-referensi seperti Sistem Informasi Geografis. b. Dalam membangun/merancang Sistem informasi Identifikasi Kerugian jiwa, Materi dan sarana-prasarana harus berkualitas dengan mengadopsi aturan dan ketentuan perencanaan sebuah sistem informasi, agar sistem tersebut dapat berdaya guna dan tepat sasaran
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
9
DAFTAR ACUAN Hardi Prasetyo,1997, Proseding SIG dan Penginderaan Jauh, Bandung Yogiyanto HM.1989.Analisis dan disain sistem informasi,Andi yogyakarta,Yogyakarta Mariana Kristiyanti, 2004, Mengamankan sistem Informasi, Universitas Aki Semarang Robert A. Leitch/ K.1983. Roscoe Davis. Accounting Information Systems, Englewood Cliffs,Prentice-Hall, New Jersey. Viv Djanat P,2001, Jurnal : metode SIG dalam perencanaan regional lanskap kawasan wisata pesisir, IPB www.angelfire.com , diakses tanggal 3 Januari 2005 www.lapans.com, diakses tanggal 3 Januari 2005
Riwayat Penulis Patah Herwanto, S.T., lahir di Rancaekek, 27 Oktober 1975. Lulus S1 tahun 2002. Dosen PNS dpk Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten pada Program Studi Teknik Informatika, STMIK IM dan Dosen Luar Biasa STMIK Sumedang. Dody Herdiana, S.T., lahir di Sumedang, 17 Juni 1979. Lulus S1 tahun 2003. Dosen PNS DPK Kopertis Wilayah IV Jawa Barat dan Banten pada STMIK Sumedang.
Jurnal Infoman’s > Jurnal Ilmu-ilmu Manajemen dan Informatika STMIK Sumedang
10