Aplikasi Isotop don Radiasi. J 996
STUDI AIR TANAB DI DATARAN ALUVIAL TANGERANG DENGAN PENDEKATAN GEOBIDROLOGI DAN ISOTOP LINGKUNGAN Simon Manurong, Nita Suhartini, daD Ali Arman Lubis Pusat Aplikasi Isotop dan RAdiasi, BAT AN
ABSTRAK STUDI AIR TANAH DI DATARAN ALUVIAL TANGERANG DENGAN PENDEKATAN GEOHIDROLOGI DAN ISOTOP LlNGKUNGAN. Penelitian dengan pendekatan geohidrologi dan isotop alam telah dilakukan untuk air tanah di dataran aluvial Tangerang. Dibedakan empat zona akifer, yaitu zona akifer bebas (0-24) m, zona akifer semi tertekan (30-48) m, zona akifer tertekan (60-126) m, dan zona akifer tertekan dalam (> 132 m). Berdasarkan persaman regresi DUL = 1,23 CI + 876,6 diperoleh barns duga air tanah tawar, payau, dan asin. Analisis unsur isotop stabil oksigen-18 dan deuterium menunjukkan adanya air meteorik yang telah lama tersekap pada endapan lempung dan hal ini diperkuat oleh analisis tritium yang memperlihatkan umur relatif air tanah. Keasinan air tanah disimpulkan sebagai hasil campuran peyusupan air laut dan air tanah asin tersekap yang lepas dari lensa-Iensa endapan marin.
ABSTRACT GROUNDWATER STUDY IN ALLUVIAL PLAIN OF TANGERANG BY USING GEOHYDROLOGY ENVIRONMENTAL
APPROACHES.
Investigation
using geohydrology
and environmental
approaches
AND
have been conduct-
ed to the groundwater in alluvial plain of Tangerang. Four aquifer zones could be distinguished, i.e unconfined aquifer zone (0-24) m, semi-confined aquifer zone (30-48) m, shallow confined aquifer zone (60-126) m, and deep confined aquifer zone (>132 m). Using regression equation DUL = 1.23 CI + 876.6, it could be defined the estimation boundary ofuesh groundwater, brackish water and salt water. Analysis of stable isotopes of oxygen-I 8 and deuterium represented the presence of ancient confined meteoric water ill clay deposit. This result is accordance with the tritium analysis indicating the relative age of groundwater. The salty groundwater is considered as result of mixing process of sea water intrusion and connate salty groundwater originating uom marine clay lenses.
PENDAHULUAN Pertambahan penduduk yang cepat daD diikuti pula dengan perkembangan industri yang pesat di daerah Tangerang, telah membawa konsekuensi terhadap peningkatan permintaan air tanah secara drastis. Hal ini akan menimbulkan masalah jika langkah-Iangkah yang tepat untuk manajemen sumber daya air tanah tidak diambil secara tepat. Untuk memecahkan masalah yang mungkin terjadi, maka diperlukan suatu pendekatan pemecahan masalah yang didukung oleh data yang baik daD lengkap. Air tanah di daerah Tangerang sebagian besar berada di endapan aluvial pantai (Gambar I). Kualitas air tanah di daerah pantai dapat dipengarohi oleh proses penyusupan air laut, sehingga gangguan keseimbangan hidrologi daerah pantai sangat sensitif terhadap proses penyusupan air asin dari laut. Eksploitasi air tanah secara berlebihan, selain dapat mengakibatkan percepatan penyusupan dapat juga menimbulkan kerosakan lingkungan beropa anjlokan bawah permukaan, seperti diduga telah terjadi di beberapa tempat di Jakarta. Untuk lebih mengetahui potensi karakteristik air tanah di dataran aluvial Tangerang, telah dilakukan penelitian terhadap air tanah yang diambil daTisejumlah sumur penduduk daD sumur industri di daerah penelitian
(Gambar I). Sejumlah 101 sumur pengamatan dengan berbagai kedalaman dievaluasi secara hidrogeologi untuk membedakan berbagai zona akifer. Pengukuran daya hantar listrik (DHL) dan analisis isotop alam, baik yang stabil, yaitu oksigen-18 dan deuterium, maupun yang radioaktif (tritium) dilakukan untuk mendapatkan data yang lebih lengkap. Hasil penelitian dapat mengungkapkan bebeTapakarakteristik air tanah, antara lain pengelompokan air tanah alas beberapa zona akuifer, umur relatif, daD proses penyusupan yang diduga telah terjadi di daerah pantai. Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi para perencana daD pengguna air tanah, agar konservasi air tanah dan pemanfaatan yang terkendali menjadi komitmen semua pihak. BAHAN DAN METODE Data penelitian meliputi data primer daD data sekunder. Data primer diperoleh dari basil pengukuran beberapa sumur dan wawancara dengan pemilik sumur, sedangkan daya hantar listrik (DHL) air tanah, semuanya diperoleh dengan pengukuran langsung di la pangalloAnalisis isotop stabil oksigen-18 daD deuterium serta isotop alam radioaktif (tritium) dilakukan terhadap sampel air
Aplikasi [salOp dan Radiasi. J 996
tanah yang diperoleh daTisumur-sumur pengamatan. Penetitian ini juga memanfaatkan data sekunder yang telah tersedia berupa antara lain peta geologi, hidrologi, litologi surnur bor, topografi, dan klimatologi. Surnur pengamatan meliputi surnur gali, surnur pompa tangan, sumur boT dalam, dan surnur artesis. Pengambilan sampel air diupayakan daTi surnur yang tegak lurus ke arab pantai, agar didapatkan variasi litologi yang lebih lengkap dan berguna untuk interpretasi pola pemyebaran akuifer di daerah penelitian. Data kedalaman sumur dianalisis secara statistik, kemudian dibuatkan histogram kedalaman versus frekuensi (Gambar 2). Selanjutnya, dengan menggunakan kertas probabilitas normal. data yang telah dihitung probabilitas kumulatifnya diplotkan. Hasil olottin~ adalah zona-zona akuifer (Gambar 3). Analisis isotop stabil daD radioaktif dilakukan untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang karakteristik air tanah. Oksigen-18 versus deuterium diplot. Pola penyebaran isotop stabil sampel air tanah dibandingkan terhadap air hujan Jakarta, air hujan secara global dan airlaut yang diperoleh dari lokasi sebelah utara Tangerang. Berdasarkan olottin~ data tersebut diperlihatkan berbagai kemungkinan interaksi daD interrelasi berbagai jenis air. Analisis tritium untuk mengetahui umur relatif air dilakukan dengan terlebih dahulu didestilasi dan dielektrolisis. Tujuan destilasi adalah untuk mengendapkan garam-garam terlarut dalam air, sedangkan elektrolisis bertujuan untuk memperkaya kandungan tritium dengan faktor pengaya :!: 30 kali. Sampel sebanyak 2 liter diperlukan untuk analisis tritium daD sebanyak masing-masing :!: 20 ml untuk oksigen-18 daD deuterium. Intrepretasi akhir dilakukan dengan evaluasi seluruh data geohidrologi daD isotop lingkungan. BASIL DAN PEMBAHASAN Daerah penelitian adalah sebagian daTi daerah Kabupaten Tangerang yang memanjang mengikuti garis pantai (Gambar 4). Daerah ini merupakan dataran aluvial yang terdiri dari lempung dan barn pasir berumur Kwater Muda. seeara morfologi termasuk unit morfologi dataran pantai utara. Distribusi air tanah dalam suatu sistem geohidrologi dikontrol oleh lapisan batuan dan struktumya. Daerah penelitian yang terdiri daTi batuan sedimen merupakan daerah yang potensial sebagai zona akifer. Hasil diskripsi terhadap data sumur boTmenunjukkan daerah ini tersusun dari berrnacam-macam material geologi yang belurn mengalami pengerasan atau materiallepas (unconsolidated material) yang umumnya tersusun daTi pasir daD kerikil. Lapisan sedimen yang tersusun daTi pasir daD kerikil ini diselang-selingi oleh lapisan lain yang berfungsi sebagai pembatas (lapisan impermeabel). Kedudukan daD urutan lapisan seperti ini. kemungkinan terbentuknya lapisan batuan tersebut sebagai penyimpan air (akifer). Berdasarkan data litologi yang didapat daTibasil diskripsi inti bar (core). dapat dibedakan 4 zona akuifer di daerah penelitian, yaitu: I. Akifer bebas (unconfined aquifer), yaitu akuifer yang lapisan bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air, se130
dang bagian atasnya dibatasi oleh muka air tanah (~undwater table). Akuifer ini mempunyai kedalaman (0-24) m. Jumlah sumur terbanyak terdapat di daerah penelitian yang mempunyai kedalaman tersebut (72 surnur) dengan keeenderungan semakin kedalam maka frekuensi sumurnya makin keeil (Gambar 2). II. Akifer semi tertekan (semi-confined aquifer) mempunyai kedalaman (30-48) m merupakan jumlah sumur yang paling sedikit (3 surnur), tetapi sepenuhnyajenuh air. Bagian atas dibatasi oleh lapisan semi-Iolos air (semi pervious) daDbagian bawah oleh lapisan kedap air (imoermeable laver). 111.Akifer tertekan dangkal (shallow-confined aquifer) dibatasi oleh lapisan kedap air pada bagian atas dan bagian bawah, mempunyai kedalaman (60-126) m. Air dalam lapisan ini mempunyai tekanan lebih tinggi daTitekanan atmosfer, sehingga sumur yang dibuat mencapai lapisan ini akan memancarkan air yang dapat melebihi pizometris. Sumur ini disebutjuga sumur artesis, berjumlah 14 buah. IV. Akifer tertekan dalam (deeo-confined aquifer) mempunyai kedalaman > 132 m (12 sumur) mempunyai inti boT seperti akifer III, U:tapi dengan kedalaman yang lebih besar. Keempat akifer di atas direprentasikan dalam gambar yang memperlihatkan kedalaman versus probabilitas kumulatif (Gambar 3). Terlihat bahwa akifer III mempunyai ketebalan yang lebih besar daTiakifer I daD II. Boleh jadi, akifer IV lebih tebal, namun data yang mencapai dasar cekungan air ini tidak didapat daTi sumur boT dalam, sehingga potenSiDramasih sulit dipastikan perbandingannya dengan akifer lainnya. Berdasarkan pengamatan geologi di lapangan, diketahui bahwa daerah penelitian hingga kedalaman kurang daTi20 m, tersusun dari endapan permukaan berupa endapan sungai, rawa, dataran banjir, laut dangkal, dan endapan pantai sekarang. Endapan ini terdiri dari lempung, pasir. kerikil. korsi, daD bongkahan. Endapan ini telah diamati di Desa Ketapang daD Karangserang, Kecamatan Mauk. Gambaran kondisi keruangan sistem akifer di daerah penelitian dapat diketahui dengan menggunakan peta penampang melintang yang dibuat tegak IUTUS terhadap garis pantai. Penampang ini memperlihatkan penyebaTao air tanah payau dan air tawar yang tidak teratur. Pengukuran DHL sangat bervariasi dari 929 umbos/em hingga 6000 umbos/em dengan kecenderungan harga Dill.. makin menurun ke arab selatan yang berarti semakin tawar. Pengukuran DHL yang berbeda secara mencolok terdapat pada dua lokasi yang berdekatan, yaitu di desa Mauk 6000 umbos/em, sementara di desa Tegalkuning hanya 983 umbos/em. Fenomena ini menunjukkan kondisi lingkungan pengendapan yang berselang-seling antara kondisi marin daD daratan. Pada gambar penampang melintang (Gambar 4) utara-selatan terlihatjenis air payau daD air tawar yang penyebarannya semakin tawar ke arab selatan. Pola penyebaran ini dievaluasi berdasarkan data analisis kimia sepanjang DHL dari sumur-sumur pengamatan penampang utara-selatan. DHL rag tinggi pada
Aplika.vi
sumur nomor 28, yaitu 6000 umhos/cm hanya bersifat sangat lokal, sehingga belum dapat ditafsirkan sebagai basil intrusi air laut. Hasil pengukuran DHL pada semua sumur pengamatan menunjukkan penyebaran air tawar, air payau daD air asin yang tidak teratur, baik secara horizontal maupun vertikal. Namun, terdapat kecenderungan umum babwa DHL air tawar semakin menurun ke arab selatan, yang berarti makin tawar. DHL yang sangat tinggi terdapat pada sumur 9 di desa Kronjo, yaitu 21000 umhos/cm clandigolongkan pada air tanah subtipe NaCl. Somber dari proses keasinan air tanab ini menunjukkan adanya percampuran air asin yang tersekap clan air laut. Air asin yang tersekap terlepas daTilapisan lempung yang mengandungnya daD kemudian bercampur dengan air asin yang berasal daTi laut. Analisis isotop stabil oksigen-18 daD deuterium serta tritium sejumlah sampel air tanah telah dilakukan (Gambar 5 daD 6). Air tanah daTi zona akifer tertekan/ dalam menunjukkan adanya air meteorik yamg telab lama tertekan sejak zaman Kwarter Muda (palaeowater), sedangkan oksigen-18 daD deuterium air tanah bebas/dangkal telab mengalami proses pertukaran dengan HP dari lempungo Satu-satunya air tanah yang berada pada garis percampuran air hujan-air laut adalab sampel no.9. Sampel ini memperlihatkan kandungan isotop oksigen-18 daDdeuterium, masing-masing -2,99 permill daD -20,0 permill. Harga ini jelas menunjukkan kisaran air laut-air hujan. Kandungan tritium yang menunjukkan umur 21 tahun berarti babwa proses percampuran itu relatifbaru. Isotop stabil air tanah daTisumur-sumur lain membentuk pengelompokan yang kurang teratur, namum masih memperlihatkan hubungan dengan tipe akuifernya. Air tanah dengan kisaran isotop stabil antara -5,5 permill clan -7,0 permill, daD antara -40 permill daD -47,5 permill masing-masing untuk oksigen-18 daD deuterium merupakan kelompok air tanab dalam (sumur-sumur 29, 30, 37, 39, 40, daD 56) dengan kedalaman rata-rata diatas 100 m. Air tanah dengan kisaran isotop antara -4,3 permill daD -5,3 permill, daD antara -40,0 permill daD -42,5 permill, masingmasing untuk oksigen-18 daD deuterium merupakan kelompok air tanah dangkal dengan rata~rata kedalaman kurang dari 20 m (sumur-sumur 38, 41, 47, 53,62, 67, 81, dan 96). Pada Gambar 6 diperlihatkan hubungan antara kandungan oksigen-18 daD kandungan khlorida air tanah
I.votop don Radia.vi,
1996
sejumlah sampel. Isotop oksigen-18 berada pada kisaran antara -3,5 permill daD -6.5 permill daD tidak terlihat adanya sampel air tanah yang terletak pada garis percampuran air hujan-air laut, kecuali sumur 18 daD umumnya sampel air tanah tersebut berada pada bidang pertukaran, mineralisasi, serta pelarutan garam-garam evaporit. KESIMPULAN Melalui penelitian ini dapat disimpulkan babwa : 1. Penyebaran air fallah, payau daD asin di daerah Tangerang tidak -merata, karena adanya endapan yang berselang-seling antara endapan yang berasal dari darntan clan laut. 2. Keasinan atau kepayauan air tanah di daerab Tangerang bukan hanya berasal daTiintrusi air laut, tetapijuga bersomber dari air tanah tersekap yang tersedot dari lensa-Iensa endapan lempung marin. 3. Gejala intrusi air laut pada air tanah di daerah penelitian ini sifatnya lokal. Air tanah tersebut makin ke selatan semakin tawar. 4. Proses percampuran air laut daD air tawar di daerah Tangerang ini relatif masih muda (21 taboo). DAFTAR PUSTAKA 1. FRITZ, P., and FONfES, JCh., Handbook of Environmental Isotope Geochemistry, Vol. I, Elsevier Scientific, Amsterdam (1980). 2. GET, JR., and GONFIANTINI, R., Stable Isotope Hydrology (Technical Report Series No. 210), IAEA, Vienna (1982). 3. IAEA, Guidebook on Nuclear Techniques in hydrology (Technical Report Series No.9), IAEA, Vienna (1968). 4. SYAFALNI, Identifikasi penyusupan air laut di Jakarta dengan metode isotop alam, PAIR-BATAN, Jakarta (1988).
,'>,
AplikasiIsotop
don Radiasi, /996
PE TA HIDRO GEOLOGI KABUPA TEr~ TANGERANG lo.\',o'r
U lo.o.s'r
LA U 1
~
JAWA
0
,'s
SWr
!
f
I
"T'f
- ~' ~:_h
\.. j
-
CMe
-1-~ -
,..
/ "
",'
....
,"
.L..J.MD.Y.
~
I
'..\
NCal .... ... \ \"
--.,
IS.'
'-'.f
."
!
.
F1COT
j
I
'-('-""'~. '"
i
r
....
-. -. -' - .~.
-'-,-,-'-'-'
,
(,EGEltOA
-.-, 5i"blll
I.ltolorti
Um\lr Gcolo/{i
UC:cp
Endnpnn dllt"..n delt.., le"[>IInll, df'" po,;! r
K\I!lrter
HCof
Endopon kipos nluvi..l
Kuarler
CHov
VlIlknnik tua, Tllff. nr"t.....i
Plo-Plel..lo"in
CHt"
Sed imen : bn tuan p""ir, lemplln/{, tllff
Ter"i..r
Unit Hor[0101l1
HI)d.. 6'atarnn ularo
paIlta!
Tua
I1lII1gkalan pegunungan lengnh
--
--
Akuif"r den!!on olirnn O1clelui ruong enlnr butir
~
Akuifer
dengan
penyebnren
Akuifer UJillllill
produkt if sed!\1lg, dengan
Akuifer airtenah
den/{1JJ1produktivitas
~
-
(porous) langka Akuifcr : Belas : ealas
Gambar
132
proouktif
produktif
kecil
kecil
selempal
jenis akuifer litologi Somber : Peta
lues
ponyeberen
luBS
clan deernh
berarti
Il1drolo
1. Petahidrologidaerah penelitian
1909
1
~stogr&D1
:Frekue:n.s1.
Xeda.1a.n:1a.:a.
S"\Un.U%"
012 ..,. 21. 36L,8
-
E ~ ~ '@ "d (1)
~ '@ ~ ~ (1) ~
oS
~ §'
!::.
0
In
20
30
40
Frekuensi
50
60
~ .g 1}. '"
::t> Q
!!:, Q J:!.
Gambar 2. Histogram frekuensi kedalaman sumur pengamatan
.... '0 '0. 0\
-
i [ ::;. <:) .g f} :s ~ '" s, '" ~. ...... ~
~ ~
12
zona 2~
L III .;.J III E
ZlV/ RZD7Z
I
OZ Z/L77JL7./Z Z Z
H
zona «
aklfer
II
~/Z~127dZZZd~
80
Ct: ::J !: ::J
aklfer
72
UI
..
Z c:t I:
u
<:I: ..J c:t Q lJ.J :L
108
zona
aklfer
III
120
b!!/;7//d! E? T/iby/j7/@ZZ;;:'
In
1'-' 1~8 16&
zona
aklfer
IV
,~ ~.OI o.o~ 0.10.2 O.IS 1
2
5
10
20 .:0
~
PROBABILITAS
50
80 70
80
KUMULATIF
10
u
eX)
Gambar 3. Kurva probabilitas kumulatif kedalaman sumur
88
SS
IB.a BI.8
n.n
~-.-,n
PETA
GEO
,
:........
LO GI
6"LS
u
5'
- v !uOU?1TEH
Y'- v ~ v
v
v v
v
v
- 'I
10
.=.' v
v
i:J',oJ' v
- v
V
LECI:;NOA
v
'if
IS'
W ~
~v,v .v ,v. v. V ,V _V
-" - " -
,,_V_V GJ
20'
J ~
v' ,..' ..
Ehdapan
Pan tal
,J:
. v ""-"""
'/ v-... ""
~m1
, v~.,
v". -'1'V V
v
v
V
v
v v
v
Endapan Kipas' Vu Than !l.lda ~ff
Bantam Atas
~'(-~.I E~,vl
Formasl
B
Formasi
Genteng
<)
Daerah
peneli "'Clan
z
t--'
..
I-'
.
. ...
!
Garnbar4, Peta geologi daerah penelitian
SUMBER.
. v " ';~ v " "i l :.. ,. -- ~". v" . v . v. .; v v ; ... 'L. N '-y "" :,.:' c,.. '. v . v
i §' ~. ::;. " .g §" ~ '" 9",' -~ ..... '0 '0 0,
Aplikasi Isotop don Radiasi, 1996
GRI\FII<
HtJAlJN(;I\N
IINTIIRII
OKSIGEN-18
DAN DEUTERIUM
,0
. s.
).
//
.10
~d'.~ 'i_q,
::/:
. IS
""e.o<:'
//
1-e.
:[
/'
//
v'
;-1. '0-
, ///
/""
cf><:'/
//,,"8~/
2 .1S I IX : w
::; ~ . 30'"
. 3S' . ~O
/ ,/
/
..
."
.D'
/
/
.,.
LEGENDA .. : A;, Lovl lon1"on~ " : Ai, Hujon Siondo,
.0 . /: /
.~
." ... .",:)'.;0 ~
,
/
." .0' ..'
.""
- ~s-I
/'::
--,
r .1
r---'--, .~
.S
.3 60KSIGEN-18('I,,)
/
l'Iomo,
Su",u,
Jo~o,\o
P",1m~tn"
Go';, p~ C""'rv'o" on' 0'. Ai,'onoh don IIi, lout : Go';. Ai, M.ltnri~ ('Iobol bD. 8 6"0- 10,1 ---, T -\ 0
_._-
--.--.-----
Gambar 5. Grafik hubungan antara oksigen-18 daD deuterium
GRAFIK
HUBUNGAN
ANT AR 1\
KM!DUNGAN 10,000
5.000
0
180 DAN ION cr
DAN .1. AIR LAUT
ION KLORIDA (""JIll IS.DOO
20.~OO
J.
-\
/' /" /"'" /'/./
-2
/'.
//// ./ / /
~-)
/""
~
. ' ;z;-t. ~ 0
// ///
61
W
12
//./
89<
~
.,
,2 J8 ,,~
18
/'/'
" -
~
.' /'
l EGENOI\
//"
A : Air
-6~~" "
(!)
.\~
: Air
lou" 10019..0019 "\Ojo" ston~ur
---- -,2S
so KANOUHGAH
7S
100
AI R l AUT ('1.1
Gambar 6. Grafik hubungan antara oksigen-18 terhadap ion CI daD %-air laut
136
Jokorl"
., : Homor SlImur r'n10molon /~ (iori, P"com~uron onloro / Airloooh don Air tnul
-7
--.
:
'
Aplikasi Isotop don Radiosi, 1996
DISKUSI
WAHLAN
Bagaiman cara menanggulangi penyusupan air asin, tanpa menghambat pembangunan?
Namun, komposisi isotop beberapa sumur dalam (> 132m) memberikan indikasi daerah recharge berasal daTi arab selatan. AMIRFAUZI
SIMON MANURUNG Penanggulangan penyusupan air asin menyangkut dua aspek yang saling berkaitan, yaitu aspek teknis daD aspek legal. Aspek teknis, misalnya secara ideal adalah membuat barier yang mencegah kemungkinan aliran air laut ke arab daratan (lanward), tetapi membangun konstruksi seperti ini hampir tidak mungkin. Oleh karena itu, maka langkah yang paling praktis adalah menerapkan asas legalitas secara konsisten daD konsekuen, misalnya pengamanan terhadap peraturan-peraturan yang berlaku tentang penggunaan sumber daya air, antara lain mencegab eksploitasi air tanah secara berlebihan daD memberikan sanksi terhadap pelanggar peraturan. ZAINAL ABIDIN Bagaimana perkiraan daerah recharge ground water Tangerang menurut pandangan isotop alam? SIMON MANURUNG Daerah penelitian hanya meliputi sebagian kecil daerah Kabupaten Tangerang. Untuk daerah penelitian air tanah yang terdapat di sana, sebagian besar air tanah berasal daTiair hujan yang mengalami infiltrasi secara cepat pada daerah penelitian yang relatif belum terkonsolidasi.
1. Bagaimana pengamatan dilapangan secara fisikal (misal adanya penyedotan air tanah besar-besaran) yang mendukung konklusi adanya intrusi air laut? 2. Bagaimana tritium dapat dijadikan sebagai salah satu parameter untuk konklusi tersebut di alas kalau dihubungkan dengan tritium air laut? SIMON MANURUNG 1. Angka yang pasti mengenai jumlah air tanah yang dieksploitasi tidak tercatat secara baik, namun diduga kuat bahwa jumlah air yang dieksploitasi jauh lebih banyak daTiyang tercatat secara resmi. Dugaan ini didasarkan pada kenyataan bahwa permukaan air tanah (ground water table) cenderung menurun di beberapa lokasi. Kekosongan pada akifer akan tetjadi akibat eksploitasi berlebihan tersebut yang pada akhimya menimbulkan ketidak seimbangan. Daerah yang kosong akan cendrung diisi oleh air laut atau air daTi akifer yang lebih tinggi akan turun ke akifer yang lebih dalam. Variasi komposisi isotop alam baik yang stabil maupun yang radioaktif (tritium) pada sumur-sumur memperkuat ke arab dugaan tersebut. 2. Namun, karena jumlah sampel air yang diukur masih terbatas, maka konklusi terhadap intrusi air laut masih memerlukan, penelitian yang lebih lanjut, termasuk pengukuran kandungan tritium air laut yang belum dilakukan.