STUDENT ART EXHIBITION
Anastasia Turnip | Arief Rizky Ramadhan & Joshua Eka Putra Carla Monica Pridjadi | Evan Wijaya | Ganjar Satrio Laeticia Viorentine | Ray Paulus Timorason Ritter Willy Putra | Utari Kennedy | Yunani
STUDENT ART EXHIBITION
Anastasia Turnip | Arief Rizky Ramadhan & Joshua Eka Putra Carla Monica Pridjadi | Evan Wijaya | Ganjar Satrio Laeticia Viorentine | Ray Paulus Timorason Ritter Willy Putra | Utari Kennedy | Yunani Curator: Hilmi Fabeta
Opening & Student-Artist Talk Sunday, 27 March 2016 | 3 - 5pm Exhibition 27 March - 16 April 2016 Art Talk #4 “Methods and Practices in Art Research” Speaker: Reza Asung Afisina Saturday, 2 April 2016 | 1 - 3pm
Panelist
Dr. Karna Mustaqim, M.A (UPH), Marda Yuantika, M.Hum (Erudio Art School) Darfi Rizkavirwan, S.Sn, M.Ds (UMN), Evelyn Huang, S.Sn, M.Hum, M.Sn (IDS) Vinna Waty Sutanto, S.Sos, M.I Kom, C.HI (Digicom Dept, SU), Yasser Rizky, S.Sn (Binus), Jeong-ok Jeon, M.F.A (Technopreneurship Dept, SU)
STUDENTARTIST
“
Di tengah anggapan bahwa desain grafis kini serba digital dan instan, saya berusaha kembali ke dasar mengulik metode desain konvensional - salah satunya dengan kerja tangan (craftsmanship)
‘Indonesia Archipelago’ merupakan manifestasi sinergi konsep dan inovasi eksekusi dalam penciptaan karya desain grafis. Karya ini berusaha mengilustrasikan bentangan kepulauan nusantara dengan ragam kekayaan alam, suku, dan budayanya yang saling terhubung dan berinteraksi secara harmonis melalui perkembangan teknologi komunikasi. Ritter Willy Putra (Universitas Multimedia Nusantara)
Indonesia Archipelago 70 x 40 cm 3d Papercraft & Print on Paper 2015 In the midst of popular assumption that graphic design is now all instant and digital, I made an attempt to return to conventional design methods, one of them being craftsmanship or handicraft. “Indonesia Archipelago” is a papercraft effort, utilizing paper as the main medium and supported by digital techniques to produce a wholesome design work of art. Illustrate the breadth of the Indonesian Archipelago, with its numerous natural wealth, cultural tribes, and heritage that are interconnected and in constant harmonious dialogues, thanks to the development of communication technology.
“
Karya ini membahas suatu fenomena dimana seseorang berubah karakter menjadi ‘fake’. Seseorang memilih suatu citra yang serupa dengan orang lain, agar ia bisa diterima atau bergabung dalam suatu lingkup. Tea cup dan perjamuan adalah sebuah keniscayaan fenomena tersebut. Anastasia Turnip (Binus University)
Tea Party 30 x 40 cm (9 pcs) Acrylic on Plywood & Porcelain Tea Set 2015 This work looks at a phenomenon when a person changes to be “fake.” By this, it means that she chooses to adapt a persona that is similar to others in order to be accepted or included in a particular social circle. An example would be the scenario of a high tea session, where a “fake” individual hides his/her true self, Tea cup and banquet is a necessity of the phenomenon.
“
Karya saya merepresentasikan suatu kondisi yang menyoroti konsep berpikir di era modern ini, dimana manusia tidak lagi mengikuti narasi dominan untuk mencapai sosok ideal jasmaninya.
Figur-figur di dalam karya meminjam aspek berbagai figur di dalam lukisan bersejarah yang memberi sebuah ruang imajiner alternatif. Evan Wijaya (Universitas Pelita Harapan)
Fat Paintings 30 x 30 cm (6 pcs) Print on Canvas 2015 My artwork represents a condition that highlight a way of thinking in today’s world where humans no longer follow the dominant narrative of their ideal physical appearance. The round figures in the painting evoke characters in historical paintings that give an alternative imaginary space.
“ Ide model pesawat ini menggunakan
pekerjaan ekskavasi dan huruf ‘W’. karena berkaitan dengan kata ‘Wealth’ dan bentuk hurufnya yang bisa dipasangi capit.
Banyak film atau game 3D yang membuat orang segala usia kagum karena mereka seperti melihat sesuatu yang tidak nyata menjadi nyata. Dan itu juga salah satu yang membuat kita bisa melihat dunia ini tidak hanya dari satu sisi.
Carla Monica Pridjadi (Indonesia Design School)
W-Excavation 3D Animation on Single-Channel Video & Print on Acrylic Variable Dimension 2016 The idea of this artwork came from an excavation machine and the letter ‘W’. I like the letter ‘W’, especially when it is used for the word “Wealth” and because of its form like a claw. People of all ages are amazed by 3D movies or 3D games because they like to see something unreal become real. As a result, we can see our world from many different sides.
“
Dalam eksperimen ini material memiliki arti baru setelah diolah dengan elemen tipografi. Medium tipografi dipilih untuk menjalankan eksperimen secara bebas tanpa batasan konten dan konteks. Ganjar Satrio (Binus University)
kentype.psd Mix media print on paper 60 x 42 cm 2015 kayumanis.psd Mix media print on paper 60 x 42 cm 2015 This artwork combines typography and drawing. In this experiment, materials possess new meaning after being intermingles with typographic elements. The said medium is chosen in order to execute the experiment without set content or context.
“ Karya ini membicarakan mengenai penghapusan orang-orang yang meninggalkan kenangan yang membekas Laeticia Viorentine (Erudio Art School)
Distorted Series 21 x 29,7 cm (6 pcs) watercolour on paper 2016 This artwork represents erase of those who are left behind in our memory.
“
Bagaimana jika kontes kecantikan berdasarkan estetika para pelukis modern? Siapakah yang akan menjadi favoritmu? Kecantikan itu relatif, sama seperti estetika; tidak ada indikator untuk menentukan bahwa satu unggul daripada yang lain. Keberagaman dan keunikan membuat sebuah kecantikan dalam karya yang berkesan dan tak lekang oleh waktu.
Pada karya ini, saya menerjemahkan keberagaman estetika visual yang diadaptasi dari pelukis zaman modern melalui digital vector yang menyederhanakan “kode” dari estetika seni modern yang eksploratif. Utari Kennedy (Universitas Multimedia Nusantara)
Modern Painter Beauty Pageant (Miss Kandinsky, Miss Miró, Miss Picasso) 30 x 30 cm (3 pcs) Print on canvas 2015 What if a beauty pageant is based on modern painters’ aesthetics? Who will be your favorite? Beauty is relative, as are aesthetics; there are no indicators to determine which one is better than the other. However, it is diversity and unique qualities which make visual aesthetics in an artwork to be memorable and timeless. In this artwork, I am interpreting the diversity of aesthetics adapted from modernist painters through a digital vector that simplifies the “code” of modern art’s explorative style.
“
Bagi saya setiap objek memiliki sebuah keindahan artistik dalam bentuknya. Kita hanya perlu mencarinya dengan sudut pandang yang berbeda.
Sendok 30 x 30 x 40 cm Plastic 2016 For me, every object has their
Ray Paulus Timorason individual artistic value. You only have to look for it from other points (Surya University) of view.
“
Semua orang mempunyai satu titik, dimana kau merasa lelah, kecewa, dan ingin menyerah.
Tapi ingat alasan kenapa kau memulai, dan mimpi-mimpi yang kau peluk erat… dan mulailah kembali. Yunani (Universitas Pelita Harapan)
Kata itu Kuat 30 x 30 cm (6 pcs) Print on Canvas 2016 Everyone has a breaking point when you feel tired, disappointed, and giving up. But always remember the reasons why you began, the dreams you hold so dear… and begin again.
“
Manusia merupakan makhluk yang insecure. Selama ini, ketika gembok dikunci maka keamanan seutuhnya diserahkan kepada gembok itu; manusia tidak memiliki kuasa setelah mereka meninggalkan gembok tersebut.
SLOCK 9 x 5 x 8 cm ABS 3D Print & Cellphone Interactive 2015
Humans are, by and large, insecure beings. For this reason, people lock their front doors, secure the fences with padlocks, and so on. During this time, when the padlock is in place, the perceived security is left entirely to the padlock. People have no actual power after they leave the padlock. People Arief Rizky Ramadhan & Joshua Eka want control over their safety, Putra having it always within reach (Surya University) whenever possible. This fact becomes the building blocks of the SLOCK smart padlock - it enables users to access locks through their smartphones and record all of its activities.
Inilah yang menjadi dasar pengembangan gembok pintar SLOCK - sebuah gembok yang memungkinkan penggunanya untuk mengakses gembok melalui smartphone dan mencatat seluruh aktivitas yang terjadi pada gembok.
CURATORIAL
Proses kesenian melibatkan banyak aspek yang membuatnya menjadi menarik. Satu hal yang tak terpisahkan adalah aspek pendidikan. Pendidikan seni menempatkan dirinya ke dalam posisi yang fundamental. Para pelajar yang belajar pendidikan seni diharapkan mampu memberikan warna bagi konstelasi dunia seni nantinya. SPEKTRUM adalah sebuah upaya untuk memfasilitasi para pelajar dalam berpameran dan menunjukan pemikiran artistiknya; program ini juga menjadi upaya pemetaan pola pendidikan seni, khususnya yang terlepas dari kutub-kutub seni di Indonesia. Karena setiap sekolah atau institusi sesungguhnya memiliki metode dan fokus yang berbeda dalam mengembangkan pendidikan seni, perbedaan ini yang bisa menjadi menarik.
The process of art making involves many aspects that make the field intriguing. One indispensable element is that of education. Art education positions itself as a cornerstone for the practice of art. Students are viewed as beacons of hope to add color to the artistic field in the future.
SPEKTRUM is an effort to facilitate students in learning the process of showcasing their work and materializing their artistic conceptualizaARCOLABS berjejaring dengan tujuh tion; this program also acts as a dosen/guru dari enam institusi; mereka guide to artistic education practices, especially those outside adalah Dr. Karna Mustaqim (UPH), Darfi of art-concentrated regions in Rizkavirwan, S.Sn, M.Ds (UMN), Yasser Rizky, S.Sn (Binus), Evelyn Huang, S.Sn., Indonesia. Every school or institution is unique in their teaching M.Hum., M.Sn (IDS), Vinna Waty Sutanto, methodology and focus within the S.Sos, M.I Kom, C.HI (Digicomm Surya art field. It is this inconsistency University), Jeong-ok Jeon, MFA that creates for interesting and (Technopreneurship Surya University), diverse variety.
Marda Yuantika Haningarjati, M.Hum (Erudio School of Art). Kami menyebut mereka Panelist. Mereka yang memberikan rekomendasi siswa untuk berpameran di SPEKTRUM, kemudian diseleksi kurator. Dari proses itu terpilihlah 11 studentartist. Terminologi student-artist ini terinspirasi dari jurnal publikasi Teaching Artist and Future Education terbitan NORC University of Chicago. Adalah mereka para pelajar yang sedang belajar
ARCOLABS collaborates with seven educators from six institutions for the materialization of SPEKTRUM. They are Dr. Karna Mustaqim (UPH), Darfi Rizkavirwan, S.Sn, M.Ds (UMN), Yasser Rizky, S.Sn (Binus), Evelyn Huang, S.Sn., M.Hum., M.Sn (IDS), Vinna Waty Sutanto, S.Sos, M.I Kom, C.HI (Digicomm Surya University), Jeong-Ok Jeon, MFA (Technopreneurship Surya UniverMarda Yuantika sity), and
dan mengintegrasikan bentuk dan pemikiran seni mereka, perspektif, dan keterampilan dalam berbagai form. Karya Arief Rizky Ramadhan & Joshua Eka Putra mencoba memberikan konteks pada barang keseharian, Menurut teori piramida kebutuhan Maslow, kebutuhan atas rasa aman dan perlindungan merupakan kebutuhan yang akan dipenuhi oleh manusia setelah kebutuhan fisiologis mereka terpenuhi. Arief & Jo melakukan riset dalam mengembangkan gembok dalam konteks kekiniaan, terhubung dengan smartphone. Tea Party adalah sebuah keresahan dan identifikasi kultur yang Anastasia Turnip amati dalam keseharian. Kultur minum teh yang sesungguhnya tidak terlalu populer di negeri ini dan hanya menjadi trend di kalangan tertentu, diamatinya dengan jenaka. Yunani menerapkan seni sekuensial secara formatif dan sebagaimana pula segi performatif berkaryanya melalui ingatan-ingatan yang dilaluinya. Laeticia Viorentine, student-artist berumur 16 tahun yang masih bersekolah di Erudio Art School, tidak bicara tentang cinta, ia bicara tentang menariknya interaksi di sekelilingnya. Dan pada gadis muda seumuran dirinya, hal ini
Haningarjati, M.Hum (Erudio School of Art). The aforementioned are referred to as panelists; they are the individuals responsible for recommending students to exhibit at SPEKTRUM, before being further re-selected by the show’s curator. The recommendation and selection process sees 11 student artists fitting of the exhibition concept. The terminology “student artist” originates from a journal publication, “Teaching Artist and Future Education” by NORC at the University of Chicago. By definition, student artists are learners in the process of shaping and refining their points of view, perspectives, as well as artistic skills in various forms. The work of Arief Rizky Ramadhan and Joshua Eka Putra attempts to provide context to everyday objects. According to the Maslow pyramid theory of necessities, the need to feel secure, alongside physical protection, is a necessity that can be fulfilled only after their physiological needs are met. Arief and Joshua carried out research in updating the padlock into today’s context, connecting it to the smartphone. The Tea Party, or High Tea, is a hotbed for issues of identity and its construction, as observed by Anastasia Turnip in her day-to-day life. The culture of drinking tea as an event has never been popular in the country; however it has become a trend in certain pockets of the society. Anastasia utilizes this observation to shape her humorous, yet critical, artwork.
dia tuangkan dengan baik. Bagaimana ia mencoba menghapus mata sebagai awalan dari sebuah ingatan. Carla Monica Prijadi dengan karya animasi 3 dimensinya memberikan keniscayaan bahwa era saat ini kita berhadapan langsung dengan media baru seperti karyanya. Bahwa proses panjang penciptaan karya 3 dimensi adalah proses yang rumit, sehingga display sketsa drawing pada papan akriliknya menjadi esensial. Karya Utari Kennedy juga menyadarkan kita sedang barada di era baru, bagaimana teknik vektor dan digital ada disekeliling kita. Yang menarik, Utari tetap melakukan riset bagaimana ia menterjemahkan kesan dari Kadinsky, Miro, dan Picasso. Ritter Willy Putra menjungkirbalikan desain pada pakemnya, yang saat ini serba instan, sebuah proses panjang saat ia mulai membuat karya kertas peta Indonesia, detail pohon, kapal, orang-orang, lalu masuk ke dalam proses fotografi dan olah digital. Karya Ganjar Satrio bukan sekedar digital print on paper, karya kentype.psd dan kayumanis.psd adalah sebuah proses desain tipografi dan fotografi. Ia menyusun dalam skala kecil bagian huruf-huruf itu hingga secara sadar membentuk imaji baru. Ray Paulus Timorason mahasiswa Digital Communication Surya University
Yunani work established sequential art through a formative method, as was the case for the act of creating by memory. Laeticia Viorentine, a 16-year old student artist at Erudio Art School, does not observe notions of love, a common theme in Ancient Greek Art. Rather, Laeticia speaks of the varying interactions taking place in her immediate surroundings. For a teenage girl, she expresses her interests eloquently; her memories are not visual, but rather aural. Carla Monica Prijadi displays the necessity to come to terms with new media in this day and age, as seen through her three-dimensional animation work. A three dimensional work demands a lengthy and complex process, and thus her sketches on display becomes an essential part of her artistic practice. Utari Kennedy’s artwork also brings to attention the new era in which we live – that vectors and digital platforms are all around us. Interestingly enough, Utari still carries out research to interpret the styles of Kandinsky, Miro, and Picasso. Ritter Willy Putra turns the field of design upside down at its heart. Making a statement regarding the instant culture, Ritter takes the slow, manual process to create a map of Indonesia out of paper. He details trees, ships, and people, before converting his creation to digital photography and manipulation.
mencoba bermain dengan makna dan tanda. Bentuk burung adalah konfigurasi sendok. Karya ini tidak berkomunikasi dengan audiens tapi karya ini membuat audiens memaknai materiil dan immateril sehingga audiens berkomunikasi dengan pengetahuannya. Fat Paintings karya Evan Wijaya memberikan kita keyakinan bahwa Evan mempunyai referensi yang baik dalam dunia seni. Bagaimana Ia meminjam imej pelukis dan kesan pada karya mereka, hingga kemudian Evan memberikan bentuk yang sama sekali baru pada karyanya, memberi kita ruang imajinasi, sekaligus refleksi. Maka dalam pameran ini kita bisa melihat dan merasakan bagaimana varian medium, cara pandang, dan tentunya antusiasme para studentartist hadir di tengah-tengah kita. Jejak-jejak proses pendidikan yang mereka alami juga menjadi menarik. Saya sesungguhnya sangat percaya peran guru atau pendidik dan sistem besar pendidikan menjadi faktor penting, begitupun dengan pameran SPEKTRUM ini, tidak mungkin terlaksana tanpa diskusi dengan para panelist. Maka, kami mendoakan sebaik-baiknya bagi para studentartist semoga terus tumbuh berkembang mewarnai konstelasi seni dan desain di Indonesia. Hilmi Fabeta (Kurator SPEKTRUM)
Ganjar Satrio’s artwork is not merely a digital print on paper; “kentype.psd” and “kayumanis.psd” are the fruits of the merging of typographic design with photography; Ganjar arranges parts of letters in small scale until they form new images. Ray Paulus Timorason, a student at Digital Communication Surya University, experiments with symbols and meaning. His work, seen in the shape of a bird, is configured by utilizing a spoon. Rather than communicating directly with the audience, this artwork brings to attention the material and the immaterial. Thus, the audience is made to communicate with their existing knowledge. Fat Paintings, created by Evan Wijaya, provides us with affirmation that the student artist is well versed in his artistic knowledge and exposure. Evan assumes the position of painters and the essence of their creations, which he then takes and gives a new shape. By doing this, the artist allows the viewers to imagine, and to reflect. Through this exhibition, we are witnesses to the presence of various artistic media, unique viewpoints, and the enthusiasm of the participating student-artists. I sincerely believe in the role of educators and the education system as an important factor; the SPEKTRUM exhibition would not be possible without the discussion with the panelists. From here, we hope our student artists continue to mature in their respective practices to further diversify the art and design field in Indonesia.
Direktur Jeong-ok Jeon STUDENT ART EXHIBITION
SPEKTRUM adalah program pameran seni berkala yang diperuntukkan bagi para pelajar seni dari berbagai sekolah melalui sistem kurasi dan rekomendasi para edukator. Program ini diadakan oleh ARCOLABS dan tahun ini dilaksanakan pada ruang yang diberi nama SPACE Gallery + Workshop. SPEKTRUM is an annual student art exhibition through a process of recommendation from panelist and curation. It is organized by ARCOLABS, and this year held in SPACE Gallery + Workshop.
Kurator SPEKTRUM Hilmi Fabeta Asisten Program Febriana Pratiwi Publikasi Evelyn Huang Penterjemah Carla Wanatirta Dokumentasi Stevanus Chandra Gregorius Wisnu Saputra Satrio Cahyo Buwono Display Iyus Yusuf Sidik Produksi ARCOLABS 2016 SPACE Gallery & Workshop Jalan Terogong Raya No. 36J Cilandak Barat, Jakarta Selatan 12430 (Depan Jakarta International School)