01
21
AUG
AUG
A SOLO EXHIBITION BY
Salian Art
2015
BEAT SCAPE
Rifandy Priatna beat
noun a main accent or rhythmic unit in music or poetry.
-scape
combining form suffix:
-scape
denoting a specified type of scene.
Sejak lahir manusia telah dianugerahi oleh kemampuan yang tidak dimiliki oleh mahluk lainnya di dunia, yaitu akal atau kemampuan berpikir untuk memahami segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya. Akal memungkinkan manusia memiliki kemampuan untuk menciptakan solusi atas segala persoalan yang muncul. Kemampuan yang mengantarkan peradaban manusia seperti yang kita kenal saat ini. Akal bekerja dengan menyerap berbagai informasi, ilmu, pengetahuan untuk kemudian diakumulasikan menjadi sebuah data dalam bentuk memori yang tersimpan pikiran sadar manusia untuk sewaktu-waktu dipergunakan kembali bila diperlukan. Pikiran sadar kemudian berfungsi untuk memerintah dan mengendalikan pikiran bawah sadar. Apabila pikiran sadar manusia terdiri dari berbagai data
Curator
yang didasarkan pada perhitungan analisa serta logika maka pikiran bawah
Rifandy Priatna
sadar manusia berfungsi sebagai pusat data dari berbagai kebiasaan, rasa,
Essay Contributor
emosi, intuisi, cita rasa dari seorang manusia yang direkam tanpa disadari
Riksa Aviaty Ing Landjanun
oleh manusia tersebut. Pikiran sadar memungkinkan manusia untuk
Photographs
Rifandy Priatna
Graphic Design
Ranny Bocil
mencapai akurasi dan tingkat ketepatan yang tinggi dalam menyelesaikan persoalan. Sedangkan pikiran bawah sadar manusia menuntun manusia untuk memiliki kemampuan intuisi hingga refleks dan spontanitas dalam
SALIAN 2015 All artworks are copyright of the artist unless otherwise state. All information is correct at the time of publication. All right reserved. Apart from any fair dealing for purpose of private study, research, criticsm, or review, no part of this publication may be any means, electronic, mechanical, photocopying,
Jl. Sersan Bajuri no.86. KM 3,8 Bandung
[email protected] +62 22 8888 0277
pengambilan keputusan. Hal tersebut dimungkinkan karena pikiran bawah sadar akan selalu memperbaharui seluruh koleksi datanya tanpa disadari. Pada kehidupan sehari-hari pikiran sadar akan menentukan respon kita akan berbagai hal dengan menggunakan perhitungan yang terukur, sehingga kita dapat mengetahui landasan dari setiap perbuatan.
recording, or otherwise, without orior consent from the Publisher.
3
+
BEAT SCAPE
Warna, garis, bentuk dan komposisi visual dari berbagai bentuk media
dengan landasan yang terkadang tidak kita sadari atau ketahui. Dorongan
karya street art selalu beririsan dan mendampingi perkembangan ritme dan
bertindak yang didasari oleh pikiran bawah sadar lebih dikenal dengan istilah
lirik yang terdapat dalam musik hip-hop ataupun funk. Hal tersebut terwujud
intuisi. Intuisi memiliki peranan besar dalam perkembangan peradaban
melalui serangkaian karya pada pameran tunggalnya kali ini. Layaknya
manusia, banyak penemuan besar dan penciptaan mahakarya diawali oleh
seorang musisi yang memiliki kemampuan untuk melihat suara untuk
intuisi dari penemu dan penciptanya karena intuisi adalah kemampuan
kemudian menyusunnya kedalam sebuah gubahan harmoni dari nada dan
untuk menyerap pengetahuan tanpa gangguan ataupun kebutuhan akan
ritme. Melalui bentuk yang mengalun, pola yang bertentangan serta warna
“fungsi irasional”, berlawanan langsung dengan sensasi dan sedikit
yang berani hadir sebuah visual yang terbentuk seakan pembuatnya mampu
berlawanan dengan “fungsi rasional” seperti berpikir dan merasakan. Jung
mendengar bunyi dari setiap bentuk, warna dan garis untuk kemudian
mendefinisikan intuisi sebagai “persepsi melalui alam bawah sadar”. Intuisi
digubah menjadi komposisi yang harmonis dalam versinya sendiri.
BEAT SCAPE
Sedangkan pikiran bawah sadar akan bekerja tanpa kita sadari dan ketahui
menggunakan sensasi-persepsi sebagai titik awal, untuk memunculkan ide, 1
gambaran dan kemungkinan akan jalan keluar dalam situasi yang buntu,
Atas dasar pemikiran tersebut pameran tunggal perdana Adi Dharma
melalui proses yang sebagian besar bekerja di alam bawah sadar .
mengusung “Beatscape” sebagai tajuk pameran. Penggunaan tajuk tersebut dimaksudkan untuk menggambarkan serangkaian karya yang
+
Penjelasan mengenai pikiran bawah sadar dan intuisi diatas dimaksudkan
merupakan hasil eksperimentasi visual dengan musik hip-hop serta funk
sebagai pengantar untuk memudahkan pembacaan terhadap karya dan
yang terelaborasi dengan baik melalui intuisi yang dimilikinya. Melalui
pemikiran dari Adi Dharma atau yang lebih dikenal dengan nama Stereoflow.
instalasi, objek dan lukisan Adi mencoba untuk menerjemahkan ingatan,
Adi Dharma adalah seorang seniman yang banyak bekerja dengan
pengalaman, mimpi serta visi akan skena spesifik yang telah ia selami
menggunakan intuisi sebagai dorongan utamanya. Karena itulah Adi secara
selama ini musik hip-hop, funk dan street art.
konsisten berkarya dengan cat semprot, cat akrilik, xerografi dan wheatpaste dengan tembok kota dan kanvas sebagai media utama berkaryanya. Mimpi, imajinasi dan identitas adalah tema yang sering kali terdapat pada karyakarya Adi dengan balutan visual yang membawa ingatan akan langgam kubisme era seni rupa modern dari barat dengan warna-warna terang, dan pola yang berulang pada keseluruhan bidangnya. Ciri dan karakter visual yang memberikan penekanan dorongan dari wilayah intuitif dari pembuatnya. Selain aktif berkarya di skena street art di Indonesia Adi juga merupakan seorang pembuat musik hip-hop dan penggemar musik funk yang pada proses kreasinya juga menekankan pada aspek intuitif dari para pembuatnya. Hal tersebut menjadi menarik karena street art dan musik hip-hop memiliki kesamaan proses kreasi. Sejarah perkembangan dan penyebaran street art dan musik hip-hop selalu beriringan dan tidak dapat dilepaskan antara satu dengan yang lainnya. 1. Carl Jung. 1921. Psychological Types.
4
5
+
B EAT SC APE
BEAT SCAPE
BEAT SCAPE
+
Superfly 100 x 100 cm Acrylic, Spray Paint on Canvas
9
BEAT SCAPE
BEAT SCAPE
+
+
Under A Groove
It’s The Joint
100 x 100 cm
100 x 100 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
Acrylic, Spray Paint on Canvas
10
11
BEAT SCAPE
BEAT SCAPE
+
+
Future Shock
Seeing Sounds
100 x 100 cm
100 x 100 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
Acrylic, Spray Paint on Canvas
12
13
BEAT SCAPE
BEAT SCAPE
+
+
Snap
Soul Power
100 x 100 cm
100 x 100 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
Acrylic, Spray Paint on Canvas
14
15
BEAT SCAPE
B EAT SC APE
+
Blame It On The Boogie 100 x 100 cm Acrylic, Spray Paint on Canvas
16
17
BEA TS CAPE
BEAT SCAPE
BEAT SCAPE
Beatscape #1
Beatscape #2
250 x 150 cm
250 x 150 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
Acrylic, Spray Paint on Canvas
20
21
BEAT SCAPE
BEAT SCAPE
+
Beatscape #3
Beatscape #4
250 x 150 cm
250 x 150 cm
Acrylic, Spray Paint on Canvas
Acrylic, Spray Paint on Canvas
22
23
BEAT SCAPE
Tommy Feel Good Spray paint on reclaimed wood wood work by Ramdhan Muhammad ‘Classic’
25
BEAT SCAPE
BEAT SCAPE
Son of a Beat Spray paint on reclaimed wood
wood work by Ramdhan Muhammad ‘Classic’
26
27
PERJALANAN
Orang-orang tersebut adalah Darbotz, Randy, Booi (RangerBastards), Godo (VektorJunkie), Grompol (mantan Art Director di Wadezig!) dan Ing (Creative Director/Co-founder dari Wadezig!). Kelak, mailing list ini bertransformasi menjadi sebuah situs bernama tembokbomber.com.
Ketukan Demi Ketukan Stereoflow.
Bukan, tembokbomber.com mungkin bukan tonggak sejarah berkembangnya seni jalanan lokal. Pun tidak membidani lahirnya street arts & urban arts di Indonesia.
PANJANG Ing Landjanun
Agak sulit membicarakan tentang sejarah perkembangan graffiti modern di Indonesia –khususnya Bandung– tanpa menyebut nama Tag Team. Sebelum semuanya, tersebutlah Shakeyacan dan Spydee, duo rapper dan beatmaker yang pada akhir 90-an menghantam skena hip-hop Bandung dengan ketukan-ketukan konstannya.
+
api di situs ini, para seniman jalanan yang tadinya sudah berkeliaran secara individu mencoreti tembok-tembok seluruh penjuru negeri, akhirnya dapat saling bertemu. Artis-artis baru mulai dikenal. Idola baru lahir. Bombers, writers, graffiti artists, urban artists, dan berbagai label lainnya mulai muncul. Senior dan pemula berkumpul. Crews yang kelak menjadi legenda, satu persatu terbentuk. Salah satunya di Bandung. Sekelompok graffiti artists dari berbagai kalangan, keahlian, gaya, dan jam terbang bergabung melebur menjadi satu. Bukan crew, mereka menyebutnya. Family. Flagrant Acts of Bombing. FAB Family.
Merekalah Tag Team. Sebelum semuanya, mereka sudah menggoyang panggungpanggung hip-hop bawah tanah, lalu setelahnya berkeliaran di jalanan membuat graffiti bergaya liar di tembok-tembok Bandung. Rap dan graffiti. Dua dari empat elemen hip-hop, mereka kerjakan dalam masa yang bersamaan. Lalu tembokbomber.com lahir, bertahun-tahun kemudian. Situs komunitas street art terbesar di Indonesia ini bermula dari sebuah thread diskusi berjudul STREET ART di sebuah forum desain grafis lokal bernama Godote Forum. Thread tersebut dimulai oleh Darbotz, yang kini dikenal sebagai salah satu street artist ternama. Thread yang membahas segala sesuatu tentang street art ini sangat ramai dan digemari. Mulai dari posting foto-foto graffiti, membahas teknik stensil, atau sekedar berkomentar.
Dan tentunya, ketika berbicara tentang graffiti di Bandung, Tag Team ada di dalamnya. Dan di dalam Tag Team ada Adi Dharma a.k.a Spydee a.k.a Stereoflow. Dalam masa perkembangan seni jalanan lokal tersebut, Stereoflow sudah dan terus bereksplorasi. Keberadaannya dalam anggota keluarga FAB hanyalah satu di antara sederetan panjang momen-momen di mana eksplorasinya menjadi semakin dalam. “Garis-garis tegasnya yang selama ini menjadi konstruksi khas graffiti bergaya liarnya, berevolusi menjadi semakin liar. Dengan tetap mempertahankan ciri garis lurus yang selalu menjadi konstruksi dasar karya-karyanya, Stereoflow mulai merambah dimensi baru yang lebih dari sekedar menuliskan nama dengan desain huruf yang sulit terbaca.” Bermodalkan elemen paling mendasar dalam gambar –garis lurus– Stereoflow seperti menantang dirinya sendiri untuk bisa tetap seliar mungkin dengan elemen yang sesederhana mungkin. Liar dalam bentuk dan warna. Mengalir bebas. Dinamis namun tetap harmonis. Seperti
Pada tahun 2003, atas dasar ketertarikan yang sama terhadap street art, Aram (Wormo – Toter/FAB Family) berinisiatif mengajak beberapa member Godote Forum yang sering meramaikan thread Street Art tersebut untuk membuat sebuah mailing list, khusus untuk membahas lebih mendalam tentang street art. 28
berirama naik turun. Cepat. Lambat. Namun tetap terjaga di dalam ketukan konstan yang terukur. Seakan sapuan kuas dan semprotan cat itu merupakan terjemahan visual dari ketukan-ketukan hip hop ditingkahi harmonisasi alunan funk yang sejak lama sudah dibuatnya dalam musik-musiknya.
29
+
BEAT SCAPE
Atau malah sebaliknya. Mungkin menurutnya musik-musik itu adalah kanvas yang bisa didengar. Entah. Yang pasti, menikmati karya-karya Stereoflow adalah menikmati perjalanan panjang menyusuri titik demi titik, ketukan demi ketukan, ritme demi ritme, yang secara bergantian memberikan rangsang dengar dan rangsang lihat yang bersatu padu secara harmonis dalam rasa. Perjalanan panjang yang selalu menjanjikan pengalaman baru yang menyenangkan.
+
30
31
B EAT SC APE
BEAT SCAPE
Surround Sound Mix Media wood work by Ramdhan Muhammad ‘Classic’
34
BEAT SCAPE
Mister Boogie Room Spray paint on reclaimed wood wood work by Ramdhan Muhammad ‘Classic’
36
37
ADI DHARMA
a.k.a Stereoflow
“Graffiti dan seni rupa bukan lagi tentang tentang ruang, masa-masa itu kayanya udah lewat” katanya sambil menghisap rokoknya. Kemudian kami mulai bertukar pikiran tentang apakah masih relevan untuk mempertanyakan intensi seorang street artist ketika berpameran di galeri. “Street artist yang masuk galeri itu harus bisa lebih mengeksplorasi gagasan dan apa
Riksa Afiaty
yang sebenarnya mereka lakukan, ngapain pameran di galeri kalau sama dengan apa yang mereka lakukan di jalan. Ya buat apa? pengennya ada sesuatu yang ditawarkan lebih, kaya Tutu dia punya pencapaian yang ga mungkin dilakukan di
+
Saya mendatangi sebuah garasi yang disulap menjadi studio. Di studio itulah Adi, selama sebulan mendekam untuk menyelesaikan karyanya untuk pameran Beatscape.
jalan, misalnya. lebih ngulik lagi”
“Adi Dharma, seniman” adalah kelakar yang dia ucapkan untuk membuka sesi ngobrol sore itu. Tulisan ini awalnya dibuat menjadi semacam wawancara yang mengulik sisi lain Adi saat berkarya. Apakah nantinya ini akan menggambarkan Adi Dharma seutuhnya, rasanya saya tidak bisa menjaminnya. Obrolan kami diiringi oleh playlist dari James Brown, the Founding Father of Funk and the God Father of Soul, yang kemungkinan besar saat itu, Adi sedang mendalami sebuah jiwa dari genre musik tersebut. Entahlah, sampai tulisan ini dibuat saya pun belum membaca isi kuratorialnya, jadi saya hanya bisa menebak makna Beatscape ‘seadanya’ walaupun Adi yang pernah berpameran terakhir dengan saya di LIRspace Jogja dan sejauh saya mengenal Adi, karyanya hampir tidak pernah jauh dari musik, baginya musik adalah pemicu terbesarnya sekaligus inspirasinya dalam berkarya. Dulu ia pernah bekerja sebagai penulis skenario untuk sebuah program di televisi swasta, walau pendapatannya jauh lebih menyenangkan, tapi ketertarikan untuk menekuni seni selalu memanggilnya.
ramadhan, walau diakuinya dia agak menutup diri dan bahkan kadang mesti menolak
“lu excited ga?” pertanyaan itu saya ajukan ketika melihat sebuah foto yang diunggah di instagram @stereoflow tidak dalam hitungan detik pernyataan “Karena ini Bandung, jadi ada perasaan gimana gitu” langsung tertera di layar telepon seluler saya. Saya mengetahui bahwa dia adalah seseorang yang tumbuh dan berkegiatan di Bandung. Walau pernah berpameran di luar kota, baginya publik Bandung tetap bisa membuatnya ‘salah tingkah’ atau mungkin karena lebih tepatnya ini adalah kali pertamanya dia berpameran tunggal di Bandung, dan menjadi sorotan adalah hal yang bisa membuatnya berpikir bagaimana untuk menarik perhatian publik untuk merespon karyanya. Tantangan lain yang lebih besar, adalah bagaimana dia yang dengan kultur graffiti harus merespon sebuah ruang yang kosong. 40
Proses berkeseniannya untuk pameran ini ia lakukan dengan intens selama beberapa ajakan buka puasa bersama. Ini ia lakukan untuk semata-mata menjaga moodnya, dan memang diakuinya bekerja dengan tenggat waktu dan lini waktu yag cukup ketat membutnya harus lebih konsentrasi untuk mengeksekusi konsepnya dan hanya berkutat pada diri sendiri.
+
“Lebih egois” komentarnya. Ada yang karakter mencolok yang hilang ketika saya menyapu pandangan di antara tumpukan kanvasnya, figur Anna & Tommy yang biasanya lekat dengan image stereoflow sebagai perupa. Yang menghilang kemungkinan besar ada perubahan praktek artistik dari waktu ke waktu. “Saya mulai menjelajahi pattern ketika mendekorasi annatommy, ternyata ekplorasi ini lebih menarik, annatommy sudah cukup membosankan” ujarnya. Eksplorasi tanpa sosok ini juga ia andaikan seperti musik instrumental, yang tidak menyajikan lirik. Tegasnya, ia ingin membebaskan pemirsanya untuk bernarasi seliar mungkin, sama seperti jika ada lirik berarti si pembuat ingin menyampaikan sebuah cerita. Baginya pattern lebih menceritakan nuansa (instrumental) dan sosok kadang membatasi sebuah imajinasi penonton.
41
Saya membaca, Adi adalah pribadi yang selalu mempertimbangkan sebuah ruang
“Saat ini masih menyenangkan, mungkin (masalahnya) masih banyak yang saya
dimanapun karyanya ditempatkan, entah ia sadar atau tidak. Tentang bagaimana
ngga ngerti di seni rupa, ini saatnya saya belajar lebih dalam lagi untuk bisa paham”
ia menempatkan karya di jalan, galeri, atau ketika ia sedang mengerjakan mural pesanan. Maklum, bagi saya yang sudah mengenal lama prakteknya, perpindahan
Itu kalimat penutup diskusi yang masih terngiang, saat saya dengan iseng
ruang ini bisa menjadi proses artistik yang dinamis, dan jujur sangat sulit
menanyakan apa yang dia tidak sukai dari seni rupa. Semoga tulisan ini masih bisa
menanggalkan imagenya sebagai seorang street artist, ditambah di benak saya dia
ikut naik cetak.
juga seorang musisi --walau tidak terlalu rajin mengunggah lagunya di soundclud, kedua citraan itu tidak bisa dilepaskan begitu saja.
Riksa Afiaty Pejaten, 2015
Pada praktek artistiknya, harus diakui ia juga cerdik membaca sekitar dan menempatkan diri dan melihat audiensnya. Di jalanan, tak bisa dipungkiri dia salah satu yang terbaik yang bisa membaca objek, bangunan konkrit dan bagaimana merelasikan dengan cerita di sekitarnya. Adi mengakui kekurangan menggarap karya di galeri adalah karena dia tidak biasa melihat ruangan yang terbuka dan (seharusnya) bisa diisi oleh apa saja, baginya kini fokusnya adalah untuk menggali kemampuannya, menatang batasan, mencari sebuah asal muasal dari apa yang
+
dibuat. Baginya hal-hal seperti ini sangat berat waktu pertama kali dilakukan,
+
namun lambat laun ia mengakui mulai memahami konsepnya siapa dirinya di ruang manapun, dan tidak menerima sesuatu dengan taken for granted. 2:04 pagi dengan latar belakang musik Ashford & Simpson, yang melantunkan Solid, batas kesadaran saya sudah menipis. tapi masih ada yang harus saya tuliskan dari diskusi saya dengan Adi. Tentang teks, sebagaimana saya mengenalnya dia jarang memasukan unsur tagging atau membubuhkan tandatangan di karyanya yang terpampang di jalan, ciri khas ini masih terbawa sampai ke media kanvas, dia secara pribadi kurang menyukai unsur teks yang dirasa akan menggagalkan sebuah visual. Begitu juga dengan sebuah nama di graffiti, besar kemungkinan itulah terciptalah annatommy yang menjadi karakternya yang sering wara-wari di jalanan sebagai pengganti tagging.
42
43
BEAT SCAPE
BEAT SCAPE
12 April 1982
+
+
s t e r e o f l o w @ ya h o o .co .id
www.stereoflow.blogspot.com
44
JAKARTA
Shifthing Space | Ruang Rupa
YOGYAKARTA
Assembly Lines | Lir Space
JAKARTA
4th ICAD : Ayatana | Grand Kemang Hotel
JAKARTA
New Icon : Pop in Asia | Galeri Salihara
JAKARTA
Manifesto Keseharian | Galeri Nasional Indonesia
JAKARTA
ARTE 2014 : Indonesia Art Festival | JCC
BANGKOK
Graffiti Asia | The Space
JAKARTA
Rey Sin Una Corona | Gardu House
HONGKONG
Hats Off | Tsim Sha Tsui
LOS ANGELES
Abztract x Rouge Status | Rogue Status
MELBOURNE
Sweet Street Festival | 1000 Pound Bend
BANDUNG
Family Matters | Galeri Kita
BANDUNG
Mereka Tidak Sendiri | Barli Museum
45
BEAT SCAPE
SUPPORTED BY
+
46