STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT PAK ALUI SASTRA LISAN MASYARAKAT MELAYU SANGGAU KABUPATEN SANGGAU
ARTIKEL PENELITIAN
OLEH
SUHAIMI NIM F11109053
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2014
1
STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT PAK ALUI SASTRA LISAN MASYARAKAT MELAYU SANGGAU KABUPATEN SANGGAU ARTIKEL PENELITIAN
Suhaimi NIM F11109053
Disetujui oleh, Pembimbing Utama
Pembimbing Kedua
Dr. A. Totok Priyadi, M.Pd. NIP 196105111988101001
Henny Sanulita, M.Pd. NIP 198209222006042002
Mengetahui, Dekan FKIP Untan
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Dr. Aswandi NIP 195805131986031002
Drs. Nanang Heryana, M.Pd NIP 196107051988101001
2
STRUKTUR DAN FUNGSI CERITA RAKYAT PAK ALUI SASTRA LISAN MASYARAKAT MELAYU SANGGAU KABUPATEN SANGGAU Suhaimi, A. Totok Priyadi, Henny Sanulita Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FKIP Untan
[email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui struktur dan fungsi cerita pada cerita rakyat. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Hasil penelitian ini yaitu pertama: jenis alur dalam cerita berjudul Akal Pak Alui adalah alur maju. Alur dalam cerita berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu adalah alur campuran. Kedua: tokoh cerita berjudul Akal Pak Alui meliputi tokoh utama yaitu Pak Alui; tokoh pembantu ada sembilan. Tokoh cerita berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu meliputi tokoh utama yaitu Pak Alui; tokoh tambahan ada dua. Ketiga: latar cerita berjudul Akal Pak Alui yaitu latar tempat terbagi menjadi sebelas, latar waktu terbagi menjadi sembilan, dan latar sosial terbagi menjadi enam. Latar cerita berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu yaitu latar tempat terbagi menjadi tiga belas, latar waktu terbagi menjadi empat, dan latar sosial terbagi menjadi dua. Keempat: tema cerita berjudul Akal Pak Alui yaitu menolong sesama tanpa pamrih. Tema cerita berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu yaitu malas tak ada gunanya. Kelima: fungsi cerita berjudul Akal Pak Alui dan Pak Alui Kehilangan Perahu yaitu fungsi hiburan dan fungsi alat pendidikan anak. Kata kunci: struktur, fungsi, sastra lisan Abstract: This study aims to determine the structure and function of the folklore stories.This study used descriptive method. The results of this research are, the first is the type of groove in folklore of “Akal Pak Alui” is advanced groove. Meanwhile, the groove of story “Pak Alui Kehilangan Perahu” is mixed groove. The second is, in “Akal Pak Alui” folklore includes the main character is Pak Alui. Supporting characters is devided into nine. Meanwhile, in folklore of “Pak ALui Kehilangan Perahu” includes the main character is Mr. Alui, additional figures devided into two. The third is the background entitled “Akal Pak Alui” is devided into eleven are time setting is devided into nine, and the social background is devided into six. The background of folklore entitled “Pak Alui Kehilangan Perahu” is background place is devided into thirteen background, the background of time is devided into four background and the social background is devided into two background . the fourth is the theme of the story entitled “Akal Pak Alui” is helping others selflessly. The theme of the story entitled “Pak Alui Kehilangan Perahu” is lazy usless. The fifth is the function of stories entitled “Akal Pak Alui” and “Pak Alui Kehilangan Perahu” are as entertainment and as the education tool for children. Keywords: structure, function, oral literature
1
S
astra lisan merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat dan diwariskan secara turuntemurun secara lisan sebagai milik bersama. Sastra lisan merupakan pencerminan situasi, kondisi, dan tata krama masyarakat pendukungnya. Pak Alui merupakan satu di antara cerita rakyat yang ada dalam masyarakat Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Pemilihan cerita ini didasarkan atas beberapa pertimbangan yaitu pertama cerita ini memiliki fungsi hiburan bagi pendengar maupun pembacanya. Bila dikaitkan dalam pembelajaran di sekolah, unsur hiburan dalam materi pembelajaran dapat menarik minat peserta didik untuk mengetahui lebih jauh tentang materi. Kedua cerita Pak Alui memiliki berbagai versi. Khusus di Kabupaten Sanggau watak tokoh Pak Alui berbeda-beda. Watak Pak Alui ada yang baik dan ada juga yang tidak baik, maka pengkajian tentang cerita ini perlu dilakukan untuk memilah mana cerita Pak Alui yang berwatak baik dan mana cerita Pak Alui yang berwatak tidak baik. Ketiga, cerita ini masih hidup dalam masyarakat Melayu Sanggau. Masyarakat masih sering menuturkan cerita di saatsaat senggang dan beristirahat. Keempat, cerita Pak Alui tersebar luas di hampir seluruh wilayah Kalimantan Barat. Masyarakat sudah tidak asing lagi dengan cerita ini jika dimasukkan ke dalam materi pelajaran di sekolah. Kelima, cerita ini akan menambah dokumentasi para ilmuan yang ingin mendokumentasikan ceritacerita rakyat khususnya sastra lisan sehingga sangat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca. Berdasarkan pemaparan di atas penulis mengangkat judul penelitian Struktur dan Fungsi Cerita Rakyat Pak Alui Sastra Lisan Masyarakat Melayu Sanggau Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau dengan menfokuskan penelitian pada struktur dan fungsi cerita. Struktur cerita dibatasi lagi menjadi alur, tokoh dan penokohan, latar dan tema. Cerita Pak Alui yang akan dianalisis ada dua judul yaitu Akal Pak Alui dan Pak Alui Kehilangan Perahu. Struktur menurut Luxemburg (1984:36) adalah kaitan-kaitan tetap antara kelompok-kelompok gejala. Wellek dan Warren (1992:56) memberi batasan bahwa pengertian struktur dimasukkan ke dalam isi dan bentuk, sejauh keduanya dimaksudkan untuk mencapai tujuan estetik. Struktur karya sastra (fiksi) itu terdiri dari bentuk dan isi. Bentuk adalah cara pengarang menulis, sedangkan isi adalah gagasan yang diekspresiakan pengarang dalam tulisannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa struktur dalam cerita rakyat merupakan suatu kaitan atau hubungan unsur-unsur yang saling mengikat satu dengan yang lainnya untuk memberikan makna secara menyeluruh. Unsurunsur tersebut terdiri dari tema, alur, tokoh dan penokohan, dan latar. Analisis terhadap struktur cerita rakyat ini dilakukan untuk mengungkapkan pemikiranpemikiran serta penyebab hal itu dianggap penting oleh masyarakat pemiliknya.
2
Struktur Intrinsik Struktur intrinsik yang pertama adalah tema. Tema adalah ide yang mendasari cerita. Menurut Scharbach (dalam Aminuddin, 2002:91) istilah tema berasal dari bahasa Latin yang berarti ‘tempat meletakkan suatu perangkat. Disebut demikian karena tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya karya fiksi yang diciptakannya. Struktur intrinsik yang kedua adalah alur. Alur merupakan rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa sehingga menjalin suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita (Aminuddin, 2002:83). Semi (1993:43) mengatakan bahwa alur atau plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang disusun sebagai interrelasi fungsional yang sekaligus menandai urutan bagian-bagian dalam keseluruhan karya fiksi. Struktur intrinsik yang ketiga adalah tokoh dan penokohan. 1) Tokoh adalah pelaku-pelaku tertentu dari sebuah cerita sedangkan dalam menampilkan tokoh atau pelaku oleh pengarang disebut dengan penokohan (Aminuddin, 2002:79). Peranan tokoh dalam sebuah cerita memiliki peranan masing-masing. Seseorang yang memiliki peranan penting dan selalu muncul dalam sebuah cerita disebut sebagai tokoh utama sedangkan orang-orang yang kurang memiliki peranan penting dalam cerita disebut dengan tokoh tambahan. 2) Penokohan dan perwatakan adalah pelukisan mengenai tokoh cerita, baik keadaan lahirnya maupun batinnya yang dapat berubah, pandangan hidupnya, sikapnya, keyakinannya, adat istiadatnya, dan sebagainya. Menurut Jones dalam Nurgiyantoro (1995:165) penokohan adalah pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Menurut Sudjiman (1988:22) watak adalah kualitas nalar dan jiwa tokoh yang membedakannya dengan tokoh lain. Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh ini yang disebut penokohan. Struktur intrinsik selanjutnya adalah latar. Aminuddin (2002:67) menyatakan bahwa latar atau setting adalah peristiwa-peristiwa dalam sebuah karya fiksi baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis. Latar atau setting adalah sesuatu yang menggambarkan situasi atau keadaan dalam penceritaan. Latar atau setting tidak hanya menyaran pada tempat dan hubungan waktu saja, tetapi juga menyaran pada lingkungan sosial yang berwujud tatacara, adat istiadat dan nilai-nilai yang berlaku di tempat yang bersangkutan. Cerita Rakyat Cerita rakyat merupakan satu bagian dari sastra lisan yang didalamnya banyak tersimpan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Dari peristiwa-peristiwa tersebut akan tampak suatu kehidupan orang-orang yang ada di masa silam yang sifat dan kebijaksanaan hidup bisa diambil manfaatnya pada saat sekarang ini. Dikemukakan Bascom (dalam Danandjaja, 2002:50) secara garis besar cerita rakyat dibagi dalam tiga golongan besar yaitu mite (myth), legenda (legend), dan dongeng (folktale)
3
Fungsi Sastra Lisan Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, suatu karya sastra tentu memiliki fungsi dan kegunaan bagi masyarakat pemiliknya. Fungsi ini dinilai penting karena dapat menuntun masyarakatnya dalam menjalani kehidupan. Ada banyak fungsi sastra lisan. Berikut adalah beberapa fungsi sastra lisan bagi masyarakat yaitu 1) sebagai sistem proyeksi, sastra lisan dianggap sebagai sistem proyeksi karena melalui media sastra lisan ini terdapat suatu keinginan, harapan dan angan-angan dari suatu individu atau sekelompok orang terhadap sesuatu. Keinginan dan harapan ini dikemas secara tersirat sehingga perlu pemahaman mendalam dalam mengambil makna yang ingin disampaikan melalui sastra tersebut. Misalkan dalam cerita bawang merah dan bawang putih merupakan proyeksi terhadap angan-angan gadis miskin yang ingin menjadi istri orang kaya dan bangsawan. (Hutomo, 1991:69), 2) sebagai pengesahan kebudayaan, sastra lisan ini akan menjelaskan bahwa inilah kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Melalui cerita ini, orang lain bisa melihat kebudayaan yang menjadi ciri khas dari masyarakat pemiliknya. 3) alat pengendali sosial, sastra lisan dijadikan alat pengendali sosial dengan adanya tuntunan moral yang menjaga masyarakat dalam berperilaku. Cerita rakyat biasanya terdapat pesan yang mengingatkan pendengarnya untuk berperilaku yang baik dan menghindari perilaku yang tidak baik. 4) alat pendidikan anak, sastra lisan dijadikan sebagai alat pendidik bagi anak-anak yang saat dahulu belum ada pendidikan formal seperti saat ini. Namun, tidak menutup kemungkinan saat ini kita masih bisa memanfaatkan sastra lisan ini sebagai alat pendidikan anak karena pada umumnya anak senang dengan cerita-cerita terutama yang berbentuk dongeng. 5) sebagai pemberi suatu jalan yang dibenarkan oleh masyarakat agar dia dapat lebih superior daripada orang lain yang biasanya terdapat dalam karya sastra lisan yang berupa teka-teki. 6) sebagai pemberi suatu jalan terhadap seseorang yang diberikan oleh masyarakat agar dia dapat mencela orang lain dalam bentuk peribahasa. 7) sebagai alat untuk melepaskan diri dari hidup sehari-hari atau hiburan semata. METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, dengan bentuk penelitian kualitatif serta menggunakan pendekatan struktural dan sosiologi sastra. Sumber data dalam penelitian ini adalah cerita Pak Alui yang diperoleh dari narasumber atau pencerita yang berasal dari masyarakat Melayu Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Judul cerita Pak Alui dalam penelitian ini ada dua yaitu Akal Pak Alui dan Pak Alui Kehilangan Perahu. Data dalam penelitian ini adalah semua kutipan cerita Pak Alui yang mengandung unsur struktur intrinsik dan fungsi cerita dari kedua cerita tersebut. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan teknik wawancara dan perekaman. Sesuai dengan bentuk penelitian, alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri sebagai instrumen kunci. Saat pengumpulan data, penulis akan menggunakan alat-alat bantu seperti daftar pertanyaan sebagai panduan wawancara, alat untuk merekam,
4
dan alat tulis untuk mencatat. Langkah-langkah pengumpulan data adalah sebagai berikut. 1) Mentranskripsikan cerita Pak Alui yang berjudul Akal Pak Alui dan Pak Alui Kehilangan Perahu dari bentuk lisan (rekaman) ke bentuk tulisan. 2) Menerjemahkan data dari bahasa asli (Melayu Sanggau) ke Bahasa Indonesia. 3) Membaca secara intensif cerita Pak Alui berjudul Akal Pak Alui dan Pak Alui Kehilangan Perahu. 4) Mengidentifikasi data menurut permasalahan dalam penelitian. 5) Mengklasifikasikan unsur-unsur yang akan dibahas berdasarkan susunan peristiwa cerita Pak Alui berjudul Akal Pak Alui dan Pak Alui Kehilangan Perahu. 6) Menguji keabsahan data bersama dosen pembimbing. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan fungsi dalam cerita Pak Alui masyarakat Melayu Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau. Struktur intrinsik terdiri dari alur, tokoh dan penokohan, latar dan tema. Unsur intrinsik yaitu fungsi cerita dari cerita Pak Alui yang berjudul Akal Pak Alui dan Pak Alui Kehilangan Perahu. Alur Cerita Pak Alui Alur Cerita pada cerita Pak Alui berjudul Akal Pak Alui adalah alur maju. Alur dimulai dari tahap yang pertama yaitu tahap penyituasian. Pada tahap ini terdapat cerita Mak Bedot dan Pak Bedot akan menikahkan anak sulungnya yang bernama Jubaidah. Berikut merupakan kutipan dari tahap penyituasian dari cerita Pak Alui berjudul Akal Pak Alui. Dahulu kala, ada sepasang suami-istri tinggal di sebuah kampung. Mereka berdua tampak sangat sibuk akhir-akhir ini karena akan menikahkan anaknya. Anak mereka bernama Jubaidah. Kira-kira empat atau enam bulan yang lalu Jubaidah dipinang oleh seorang pemuda. Pemuda ini tinggal tidak seberapa jauh dari kampung mereka. Pak Bedot dan Mak bedot membutuhkan kain tabir yang akan digunakan untuk tabir kamar pengantin. Kemudian mereka pergi ke pasar untuk membeli kebutuhan tersebut. Tahap yang kedua yaitu tahap pemunculan konflik. Tahap ini terdapat pada cerita saat Mak Bedot dan Pak Bedot menemukan kain yang sama persis seperti kain yang dibeli di toko Tami. Sesuai perjanjian mereka dengan Tuan Tami, jika menemukan kain yang lebih murah dan kain tersebut sama persis maka mereka boleh meminta uang pengganti selisih harga kain tersebut sebanyak dua kali lipat, kemudian kain tersebut kembali kepada Tuan Tami. Berikut adalah kutipan di mana Mak Bedot dan Pak Bedot kembali ke toko Tuan Tami. “Kami menemukan toko Cina nun di hulu, jual kain harganya lebih murah dari yang di sini. Jadi sesuai perjanjian Tuan kalau ada yang menjual kain lebih murah dari harga milik Tuan, Tuan akan mengganti selisih harga kepada kami,” kata Mak Bedot. Tahap yang ketiga yaitu tahap peningkatan konflik. Tahap peningkatan konflik dalam cerita ini yaitu kejadian saat Mak Bedot meminta kain yang telah
5
dibelinya. Namun, Tuan Tami tidak mau memberikannya. Berikut adalah kutipan kejadian tersebut. “Oh, mana bisa, Ane cakap kain kembali dan Ane ganti uang selisih dua kali lipat, bukan begitu Ane cakap?, Nyonya ‘kan setuju dan sudah terima itu uang?,” jelas Tuan Tami. Puncak konflik atau klimaks dalam cerita ini adalah saat Mak Bedot bertengkar. Mereka sama-sama merasa benar. Mak Bedot merasa kain itu telah menjadi haknya karena telah dibeli. Sedangkan Tuan Tami merasa berhak mengambil kain tersebut karena telah membayar uang ganti selisih harga dua kali lipat. Sesuai perjanjian, kain tersebut kembali kepada Tuan Tami dan Ia membayar selisih harga dua kali lipat. Berikut adalah kutipan kejadian di mana Mak Bedot bertengkar dengan Tuan Tami. Suasana jadi kacau, Mak Bedot dan Tuan Tami bertengkar, beradu mulut. Orang-orang yang lalu-lalang di depan toko berhenti mendengar percekcokan itu. Keadaan makin memanas, lalu tukang jaga malam melapor kepada Kepala Kampung. Kepala Kampung datang ke toko Arab, lalu Mak Bedot, Pak Bedot dan Tuan Tami dibawa ke Balai Kampung Tahap yang terakhir adalah tahap penyelesaian. Pada tahap ini yang menjadi penyelesaian dari semua peristiwa yang terjadi dalam cerita yaitu Mak Bedot dan Pak Bedot memenangkan perkara kedua. Dalam perkara tersebut mereka memperoleh kain yang lebih mahal dan lebih bagus dari kain sebelumnya. Alur cerita pada cerita Pak Alui berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu adalah alur campuran. Tahap penyituasian dalam cerita Pak Alui berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu ini dimulai saat Pak Alui ingin melihat kebun miliknya di seberang sungai. Berikut adalah kutipannya. Suatu hari, Pak Alui berniat melihat tanaman-tanaman miliknya di seberang kampung. Terakhir kali Ia pergi sekitar lima Jumat yang lalu, berarti sekitar satu bulan Ia belum pergi ke sana untuk melihat tanaman yang telah ditanamnya. Tahap yang kedua yaitu tahap pemunculan konflik. Tahap pemunculan konflik terjadi saat Pak Alui mulai berangkat ke ladangnya dan membawa semua bibit tanaman. Kutipan berikut menceritakan saat Pak Alui berangkat ke ladangnya untuk menanam berbagai bibit tanaman. Pak Alui pun berangkat setelah capek diceramahi oleh Mak Alui sekian menit sekian jam. Lalu diambillah berbagai bibit tanaman, seperti kacangkacangan, perenggi, labu, batang singkong yang dipatah-patahkanya saja, kundur, dan entah apalagi yang ada dimasukkan semua dalam satu tempat. Semua bibit itu dicampurkan begitu saja tanpa dipilah-pilah. Tahap ketiga yaitu tahap peningkatan konflik. Tahap peningkatan konflik dalam cerita Pak Alui Berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu ini terjadi saat kejenuhan dari Mak Alui dan Pak Alui terhadap apa yang dimakan setiap harinya. Mak Alui menyuruh Pak Alui melihat tanaman yang telah ditanamnya di ladang tempo hari. Peningkatan konflik dalam cerita ini dapat dilihat pada kutipan berikut ini. Begitulah, kembali lagi ke cerita Pak Alui yang hendak melihat tanamantanaman yang ditanamnya di seberang. Bosan dengan paku’ rebung, paku’
6
rebung, dan lagi-lagi setiap harinya kalau tidak makan dengan lauk paku’, ya rebung. Begitu melulu setiap harinya. Jenuh juga lidah, jangankan Pak Alui, kita yang mendengarkannya saja bosan. Tahap klimaks terjadi saat Pak Alui terkejut melihat perahu miliknya sudah tidak ada lagi di jamban. Berikut adalah kutipan cerita yang menunjukkan hal tersebut. Sampai di jamban, barulah Pak Alui terkejut. “Mana perahuku?” katanya. Lihat ke laut jamban, tidak ada. Lihat ke daratan jamban, tidak ada. Di tepi pantai, tak ada. Dalam pikirannya muncul berbagai pertanyaan dan mengandai-andai. Tahap yang terakhir adalah tahap penyelesaian. Tahap penyelesaian dari cerita ini yaitu Pak Alui yang tertidur di atas jamban. Berikut kutipan cerita tersebut. Begitulah Pak Alui. Bukannya berusaha mencari perahunya, tapi sibuk memperkirakan bagaimana dan bagaimana, seandainya dan seumpamanya hingga akhirnya tertidur di atas jamban. Perahu tak didapatkan, tanaman pun tak dapat dipanen sampai membusuk di ladang karena tak ada perahu untuk pergi kesana. Itu pun kalau ada yang bisa dipanen. Tokoh dan Penokohan Cerita Pak Alui Tokoh dan penokohan dalam cerita Pak Alui berjudul Akal Pak Alui dibagi menjadi dua. Tokoh utama yaitu Pak Alui. Tokoh pembantu yaitu Mak Bedot, Pak Bedot, Tuan Tami, Jubaidah, Pemuda, Tukang Jaga Malam, Kepala Kampung Pasar, Kepala Kampung, Anak Buah Tuan Tami. Penokohan dalam cerita Pak Alui berjudul Akal Pak Alui yaitu Pak Alui yang memiliki watak yang ramah, peduli sesama, bijaksana, suka menolong, tidak pamrih (ikhlas), pandai, dan rendah hati. Mak Bedot yang memiliki watak yang selalu berinisiatif, mudah Tersanjung, dan pemarah. Pak Bedot memiliki watak yang penurut, tidak banyak bicara, dan tenang. Tuan Tami memiliki sifat yang ramah, elit, licik, dan profesional. Kepala Kampung Pasar adalah seorang yang bijaksana. Tokoh dan penokohan cerita Pak Alui berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu ada dua. Tokoh utama yaitu Pak Alui. Tokoh tambahan yaitu Mak Alui dan Alui. Penokohan Pak Alui yang memiliki watak pemalas, kurang akal, suka melamun dan berandai-andai, dan tukang tidur. Mak Alui memiliki watak yang pemarah. Latar Cerita Pak Alui Latar dalam sebuah cerita dibagi menjadi tiga yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Berikut latar dalam cerita Pak Alui Berjudul Akal Pak Alui. Latar tempat yang ada dalam cerita ini diantaranya yaitu di sebuah kampung. Berikut adalah kutipan yang menunjukkan latar tempat di sebuah kampung. Dahulu kala, ada sepasang suami-istri tinggal di sebuah kampung. Mereka berdua tampak sangat sibuk akhir-akhir ini karena akan menikahkan anaknya. Anak mereka bernama Jubaidah. Kira-kira empat atau enam bulan yang lalu Jubaidah dipinang oleh seorang pemuda. Pemuda ini tinggal tidak seberapa jauh dari kampung mereka.
7
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui latar tempat yang pertama di sebuah kampung. Kalimat pertama dari kutipan di atas menunjukkan bahwa rumah Pak Bedot dan Pak Bedot berada di sebuah kampung. Rumah pemuda yang melamar anak gadis mereka tidak jauh dari kampung tersebut. Hal ini dapat diketahui dari kalimat terakhir dari kalimat di atas. Latar waktu yang terdapat dalam cerita ini diantaranya yaitu empat atau enam bulan yang lalu. Berikut adalah kutipan yang menunjukkan hal tersebut. Dahulu kala, ada sepasang suami-istri tinggal di sebuah kampung. Mereka berdua tampak sangat sibuk akhir-akhir ini karena akan menikahkan anaknya. Anak mereka bernama Jubaidah. Kira-kira empat atau enam bulan yang lalu Jubaidah dipinang oleh seorang pemuda. Pemuda ini tinggal tidak seberapa jauh dari kampung mereka. Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Jubaidah telah dipinang oleh seorang pemuda kira-kira empat atau enam bulan yang lalu. Dapat disimpulkan bahwa cerita ini dimulai setelaah empat atau enam bulan Jubaidah dilamar permuda tersebut. Latar sosial yang terdapat dalam cerita Pak Alui berjudul Akal Pak Alui ini diantaranya adalah penyebutan nama belakang dari sapaan “Pak” atau “Mak” ditentukan oleh nama anak yang tertua. Bagi mereka yang telah menikah dan telah memiliki anak penyapaan “Pak” atau “Mak” diikuti nama panggilan anak mereka yang tertua. Untuk mengetahuinya lebih jelas, berikut adalah kutipan cerita Pak Alui berjudul Akal Pak Alui. Suami-istri ini biasa dipanggil oleh orang kampung dengan sapaan Pak Bedah sedangkan Istrinya dipanggil Mak Bedah. Bahkan orang-orang tua menyapa mereka dengan mengubahnya menjadi Pak Bedot dan Mak Bedot. Pengubahan nama ini merupakan tradisi orangtua dahulu. Penyebutan nama ayah dan ibu dengan penambahan nama anak mereka yang paling tua juga merupakan tradisi orang zaman dahulu di kampung tersebut. Latar cerita berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu yaitu, latar tempat yang terdapat dalam cerita ini diantaranya adalah di seberang kampung. Berikut kutipan cerita yang menunjukkan hal tersebut. Suatu hari, Pak Alui berniat melihat tanaman-tanaman miliknya di seberang kampung. Terakhir kali Ia pergi sekitar lima Jumat yang lalu, berarti sekitar satu bulan Ia belum pergi ke sana untuk melihat tanaman yang telah ditanamnya. Pada kalimat pertama dari kutipan di atas terdapat latar tempat yaitu di seberang kampung. Di seberang kampung ini adalah tempat yang akan dituju Pak Alui. Pak Alui akan melihat tanaman-tanamn miliknya yang telah ditanam lima minggu yang lalu. Latar waktu yang terdapat dalam cerita Pak Alui berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu yang pertama adalah suatu hari. Berikut kutipan cerita yang menunjukkan waktu suatu hari. Suatu hari, Pak Alui berniat melihat tanaman-tanaman miliknya di seberang kampung. Terakhir kali Ia pergi sekitar lima Jumat yang lalu, berarti sekitar satu bulan Ia belum pergi ke sana untuk melihat tanaman yang telah ditanamnya.
8
Kalimat pertama dari kutipan di atas terdapat latar waktu yaitu suatu hari. Pada waktu tersebut Pak Alui berniat melihat tanaman miliknya di seberang kampung. Di sana Pak Alui telah menanam berbagai jenis tanaman sekitar sebulan yang lalu. Latar sosial yang terdapat dalam cerita ini diantaranya yaitu masyarakat di kampung Pak Alui terbiasa memberi hasil-hasil tanaman kepada para tetangga mereka. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan berikut ini. “Coba daripada tidur terus, pergi ke seberang sana, ke ladang, tanam apa saja yang bisa ditanam supaya ada yang bisa dipanen untuk lauk. Sebagian bisa dijual ke pasar, dapatlah duit. Sebagian lagi kasi tetangga, biar ada sesuatu untuk membalas pemberian mereka untuk kita. Tiap harinya hanya mengandalkan pemberian tentangga saja, malu Pak malu,” kata Mak Alui. Begitu dan masih banyak lagi omelan Mak Alui yang tak kalah dahsyatnya. Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa sehari-harinya keluarga Pak Alui sering mendapat pemberian hasil panen dari tetangganya. Hal ini dapat disimpulkan berdasarkan perkataan Mak Alui bahwa mereka harus membalas pemberian tetangga dari sebagian hasil panen mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat setempat memiliki kebiasaan berbagi hasil panen kepada para tetangga. Tema Cerita Pak Alui Tema dalam cerita Pak Alui berjudul Akal Pak Alui menolong sesama tanpa pamrih. Tema ini dapat ditunjukkan oleh tokoh utamanya yaitu Pak Alui menolong orang yang mendapat sebuah masalah. Pak Alui memberi solusi dari masalah tersebut dengan sebuah cara yang dinamakan hukum tekelip yaitu apa yang diucapkan itulah yang harus terjadi. Berikut adalah kutipan di mana Pak Alui memberikan cara untuk membalas kecurangan seorang pemilik toko kain. Pak Alui terdiam sejenak. “Kita coba cara tekelip tetapi sekedar kita tidak dirugikan oleh tabiat Tami itu,” kata Pak Alui. “Saya menolong kalian, hanya jangan sampai kalian dirugikan saja, tidak ada maksud untuk memperdaya orang lain,” sambung Pak Alui. “Aku harus berbisik, sebab persoalan ini sangat rahasia, sampai-sampai rumput yang di sisi kaki pun tak boleh mendengar,” kata Pak Alui. Tema yang terdapat dalam cerita Pak Alui berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu adalah malas tak ada gunanya. Tema ini dapat disimpulkan berdasarkan cerita yang mengisahkan tentang seseorang yang memiliki sifat yang malas, kurang akal, sehingga tidak bisa menyelesaikan suatu permasalahan. Berikut adalah kutipan cerita yang mengisahkan kemalasan Pak Alui untuk mencari perahunya yang hilang. Begitulah Pak Alui. Bukannya berusaha mencari perahunya, tapi sibuk memperkirakan bagaimana dan bagaimana, seandainya dan seumpamanya hingga akhirnya tertidur di atas jamban. Perahu tak didapatkan, tanaman pun tak dapat dipanen sampai membusuk di ladang karena tak ada perahu untuk spergi kesana. Itu pun kalau ada yang bisa dipanen. (kalimat 93 – 96) Berdasarkan kutipan di atas dapat membuktikan kemalasan Pak Alui. Pak Alui tidak berusaha mencari perahu miliknya. Dia sibuk dengan khayalannya,
9
berandai-andai kemana perahunya tersebut berada. Karena kemalasannya tersebut perahu tak ditemukan, tanaman tak bisa dipanen dan akhirnya Pak Alui hanya tertidur di atas jamban. Fungsi Cerita Pak Alui Cerita Pak Alui juga memiliki fungsi hiburan. Fungsi hiburan ini dapat terlihat dari tingkah-laku tokohnya yaitu Pak Alui dan tingkah tokoh pembantu lainnya. Kegelian muncul saat mengetahui bahwa Pak Alui membawa berbagai macam bibit yang kemudian dicampur menjadi satu. Hal ini terdapat pada kalimat ketiga dari kutipan di atas. Pada umumnya orang-orang yang akan bercocok tanam tentu akan memilah-milah bibit berdasarkan jenisnya. Semua bibit itu dicampurkan begitu saja tanpa dipilah-pilah. Setiap apa saja yang ditemukannya di jalan selama perjalanan ke ladang seberang yang dianggapnya bibit-bibit tanaman pun terangkut pula. Harap maklum, pemikiran Pak alui memang agak kurang. Bukan agak kurang lagi, tapi sangat-sangat kurang, bodohlah pokoknya. Rumput-rumputan pun terangkut semua. Ada ilalang ambil ilalang, ada kemibit ambil kemibit, ada paku’ rosam ambil paku’ rosam. Kelucuan yang dapat menghibur pendengar dari cerita Pak Alui juga terdapat pada saat Pak Alui kehilangan perahu miliknya. Berbagai pertanyaan muncul dibenaknya. Berikut adalah kutipan saat Pak Alui mengetahui perahunya hilang dalam cerita Pak Alui berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu. Sampai di jamban, barulah Pak Alui terkejut. “Mana perahuku?” katanya. Lihat ke laut jamban, tidak ada. Lihat ke daratan jamban, tidak ada. Di tepi pantai, tak ada. Dalam pikirannya muncul berbagai pertanyaan dan mengandai-andai. Cerita ini juga memiliki fungsi alat pendidikan anak. Sikap dan sifat Pak Alui dalam cerita yang satu ini patut ditiru. Seperti yang terdapat pada analisis tokoh sebelumnya, tokoh Pak Alui ini memiliki sifat dan sikap yang baik di antaranya adalah ramah, peduli sesama, bijaksana, suka menolong, tidak pamrih (ikhlas) dan rendah hati. Sikap ramah Pak Alui yang patut ditiru tercantum dalam kutipan cerita berikut ini. Pagi itu, Pak Alui menebas rumput di halaman rumahnya. Halaman depan rumah Pak Alui merupakan jalan tempat orang berlalu-lalang dari hilir ke hulu. Saat Pak Alui sedang menebas rumput, lewatlah Mak Bedot dan Pak Bedot. Pak Alui pun menegur mereka. (kalimat 105 – 108) Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa Pak Alui adalah seseorang yang ramah kepada orang lain. Sikap ini patut ditiru oleh kita. Orang yang ramah terhadap orang lain tentu akan disenangi. Sikap seperti ini merupakan ciri khas bangsa Indonesia, untuk itu perlu dipertahankan dari generasi ke generasi.
10
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa, pertama jenis alur dalam cerita berjudul Akal Pak Alui adalah alur maju. Alur dalam cerita berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu adalah alur campuran. Kedua, tokoh cerita berjudul Akal Pak Alui meliputi tokoh utama yaitu Pak Alui; tokoh pembantu ada sembilan. Tokoh cerita berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu meliputi tokoh utama yaitu Pak Alui; tokoh tambahan ada dua. Ketiga, latar cerita berjudul Akal Pak Alui yaitu latar tempat terbagi menjadi sebelas, latar waktu terbagi menjadi sembilan, dan latar sosial terbagi menjadi enam. Latar cerita berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu yaitu latar tempat terbagi menjadi tiga belas, latar waktu terbagi menjadi empat, dan latar sosial terbagi menjadi dua. Keempat, tema cerita berjudul Akal Pak Alui yaitu menolong sesama tanpa pamrih. Tema cerita berjudul Pak Alui Kehilangan Perahu yaitu malas tak ada gunanya. Kelima, fungsi cerita berjudul Akal Pak Alui dan Pak Alui Kehilangan Perahu yaitu fungsi hiburan dan fungsi alat pendidikan anak. Saran Berdasarkan simpulan yang dikemukakan di atas, maka saran-saran yang dapat dikemukakan dalam penelitian struktur dan fungsi cerita rakyat Pak Alui adalah sebagai berikut. (1) Cerita rakyat Pak Alui ini sangat baik dibaca oleh berbagai kalangan karena terdapat fungsi hiburan dan fungsi pendidikan bagi anak di dalamnya. (2) Cerita rakyat Pak Alui ini sangat baik dijadikan bahan bacaan sastra bagi peserta didik khususnya dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan oleh guru Bahasa dan Sastra Indonesia dalam mengajarkan materi apresiasi sastra karena terdapat dalam KTSP yaitu SK 15. Memahami sastra Melayu Klasik dengan KD 15.1 Mengidentifikasi karakteristik dan unsur intrinsik sastra Melayu Klasik pada siswa SMA/MA kelas X semester genap. (3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi peneliti berikutnya untuk melakukan penelitian mengenai analisis unsur intrinsik maupun dari aspek lain dalam cerita rakyat Pak Alui untuk melengkapi penelitian ini. DAFTAR RUJUKAN Aminuddin. 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Damono, Sapardi Joko. 2009. Sosiologi Sastra: Pengantar Ringkas. Ciputat: Editum. Danandjaja, James. 2002. Folklor Indonesia, Ilmu Gosip, Dongeng dan Lain-lain. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.
11
Effendy, Chairil. 2006. Sastra sebagai Wadah Integrasi Budaya. Pontianak: STAIN Pontianak Press. Esten, Mursal. 1990. Kesusastraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa. Hutomo, Suripan Sadi. 1991. Mutiara yang Terlupakan. Jawa Timur: HISKI. Luxemburg, Jan Van, Meikel Basl, Willem G Westeijn. 1984. Pengantar Ilmu Sastra (terj. Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia. Nurgiyantoro, Burhan. 2000. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta.: Gajah Mada University Press. Teeuw, A. 2003. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Raya. Semi, Atar. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Angkasa. Wellek, Rene dan Austin Warren. 1992. Teori Kesusastraan. (Terj. Melani Budianta) Jakarta: Gramedia.
12