STRESS COPING STRATEGY ON STUDENTS WHO GOT MARRIED WITHOUT DATING (CASE STUDY) Syarif Hidayat, M. Fakhrurrozi, M.Psi, Psi Undergraduate Program, Faculty of Psychology, 2007 Gunadarma University http://www.gunadarma.ac.id key words: coping stress strategy, students, marry ABSTRACT : This study aimed to investigate the reason to get married without going out on a student, the process of marriage without courtship of students was conducted, a model of stress experienced by students and the kind of stress coping strategies used by students who get married without dating. In this study, the approach used is a case study approach. This research subject is a student who married without dating and marriage has undergone more than one year. Characteristics of the subjects in this study were female gender, aged 22 years 7 months, and was educated S1. Data gathering technique used in research is interview and observation. The results of this study indicate that the student is married without dating. The subjects experienced stress in the first three months of marriage when the adaptation process with their partner. Subject did a stress coping as a way ProblemFocused Coping, Emotion-Focused Coping and Religious Coping.
Strategi Coping Stress Pada Mahasiswa yang Menikah Tanpa Pacaran Syarif Hidayat Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan menikah tanpa pacaran pada seorang mahasiswa, proses pernikahan tanpa pacaran mahasiswa tersebut dilakukan, model stres yang dialami oleh mahasiswa tersebut dan jenis strategi coping stres yang digunakan oleh mahasiswa yang menikah tanpa pacaran. Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan penelitian studi kasus. Subjek penelitian ini adalah seorang mahasiswa yang menikah tanpa pacaran dan telah menjalani pernikahan lebih dari satu tahun. Karakteristik subjek dalam penelitian ini adalah jenis kelamin wanita, berusia 22 tahun 7 bulan, dan menempuh pendidikan S1. Tehnik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitianini adalah wawancara dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut menikah tanpa pacaran. Subjek mengalami stress pada tiga bulan pertama usia pernikahan ketika proses adaptasi dengan pasangannya. Stress lain muncul ketika terjadi masalah ekonomi dan kesulitan hidup. Subjek melakukan coping stress dengan cara Problem-Focused Coping, Emotion-Focused Coping dan Religious Coping
Latar Belakang Masalah
mengikuti organisasi kemahasiswaan —
Mahasiswa adalah sekelompok
intra ataupun ekstra kampus – berbisnis
anak muda yang sibuk dengan berbagai
dan lain sebagainya. Aktivitas mereka
aktivitas baik didalam maupun diluar
meliputi masalah politik, sosial, moral,
kampus. Di kampus mereka bukan hanya
kebudayaan, ekonomi, hukum, ilmu
sibuk kuliah tetapi berbagai kegiatan
pengetahuan dan teknologi, agama dan
tidak luput dari aktivitasnya, seperti
segala permasalahan yang ada ditengah
kehidupan bernegara dan bermasyarakat (Somawiharja, 1998)
Dari hasil polling juga diketahui, sekitar 200 remaja putri yang melakukan
Pada umumnya hal yang sangat
seks bebas, 50% atau 100 orang remaja
fenomenal yang terjadi dalam dunia
hamil. Ironisnya 90 dari 100 remaja
mahasiswa adalah hubungan kedekatan
yang hamil itu melakukan aborsi. Meski
para mahasiswa dengan teman-teman
hasil itu belum mewakili remaja di
lawan jenis mereka atau yang lebih
kabupaten Bandung, namun yang harus
dikenal dengan istilah pacaran (Shodiq,
dicermati, fenomena seks bebas ini
2004). Menurut Shodiq (2004) pacaran
sangat memprihatinkan. Temuan lain
adalah bercinta kasih dengan lawan jenis
sebuah survey yang dilakukan LDFEUI
yang bersifat tetap. Sedangkan menurut
& NFPCB tahun 1999 (dalam Jalu &
Bird dan Mejuville (1994) pacaran
Yepa, 2004) terhadap 8.804 remaja putra
adalah hubungan seorang laki-laki dan
dan putrid usia 15-24 tahun di 20
perempuan yang menjalin hubungan
kabupaten di empat provinsi (Jawa
kebersamaan sebagai proses pemilihan
Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan
menuju pernikahan.
Lampung) menemukan 46.2% remaja
Banyak alasan dan argumentasi
masih menganggap perempuan tidak
yang diungkapkan kenapa mahasiswa
akan
lebih
pacaran
melakukan hubungan seks. Kesalahan
sebelum menikah, diantaranya mampu
persepsi ini lebih banyak diyakini remaja
menimbulkan
putra (49.7%) dibandingkan remaja putri
memilih
melakukan
motivasi
belajar
dan
beraktivitas, menghindari kesepian dan
hamil
hanya
denga
sekali
(42.3%).
kebosanan, dapat lebih mengenal secara
Ditengah kondisi yang ada di
dekat sebelum menikah, lebih mudah
atas, ada sebagian dari mahasiswa lebih
beradaptasi
memilih
bahkan
ada
yang
menikah
dan
membangun
berpendapat sebagai ajang coba-coba.
keluarga walaupun mereka masih harus
Hal
menyelesaikan
ini
bukanlah
sesuatu
yang
kuliahnya.
Mereka
mengherankan bila akhirnya aktivitas
memilih cara ini tentunya bukan tanpa
pacaran
alasan dan pertimbangan.
mereka
mengarah
hubungan layaknya suami dan istri.
pada
Menurut Jalu (2004) di Indonesia pernikahan
dini
15-20%
dilakukan
pasangan baru. Biasanya pernikahan dini
Jika telah mengenal pasangan masing-
dilakukan pada pasangan muda usia
masing
yang rata-rata umurnya antara 18, 19 dan
melaksanakan pernikahan dapat lebih
20 tahun. Secara nasional, pernikahan
mudah
dini dengan usia pengantin dibawah 16
mengarungi kehidupan rumah tangga
tahun sebanyak 26.9%.
dapat langgeng dan bahagia.
Saat mahasiswa
ini
tidak
yang
sedikit
telah
dari
menikah
diharapkan
beradaptasi
apabila
sehingga
dalam
Sementara disisi lain tidak sedikit ditemukan
pada
mahasiswa
yang
meskipun mereka masih menjalani masa
menikah
kuliahnya. Pernikahan merupakan suatu
bahwa sebagian dari mereka menikah
hal
yang
kehidupan
sebuah
fenomena
sangat
penting
dalam
tanpa proses pacaran. Menikah melalui
manusia
karena
dengan
proses pacaran merupakan hal yang
pernikahan yang sah, pergaulan antara laki-laki
tersebut
dan
perempuan
lumrah dan wajar.
menjadi
Pernikahan bukanlah aktivitas
terhormat, sesuai dengan kedudukan
sederhana melainkan konsep jangka
manusia
panjang
sebagai
makhluk
termulia
yang
harus
dipersiapkan
seperti yang tercantum dalam undang-
seseorang untuk mengatur dan menata
undang No 1 tahun 1974 tentang
kehidupan keluarga. Banyak ujian dan
pernikahan bab 1 pasal 1 menyebutkan
tantangan akan dialami seseorang setelah
bahwa pernikahan adalah ikatan lahir
menikah. Masalah akan datang secara
batin antara seorang laki-laki dengan
cepat ataupun lambat dan tentunya
seorang perempuan sebagai suami-istri
masalah tersebut akan menimbulkan
dengan tujuan membentuk keluarga
konflik atau perselesihan antara suami-
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal
istri. Konflik dan perselisihan tersebut
berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa
tidak mustahil akan menimbulkan stres
(Subhan, 2004).
hingga perceraian.
Saat ini pada umumnya pasangan
Lazarus (dalam Sarafino, 1998)
yang akan melaksanakan pernikahan
mendefiniskan stres sebagai adanya
melakukan
Melalui
suatu hubungan antara individu dan
individu
lingkungannya dimana individu tersebut
berharap dapat mengenal pasangannya.
menilai adanya suatu tuntutan yang tidak
proses
ini
proses
pacaran.
masing-masing
dapat dipenuhinya dan hal tersebut dapat mengancam kesejahteraan dirinya.
Selain dua kategori coping stress diatas, seorang ahli lain yang benama
Lazarus dan Launier (dalam
Pargamen mengemukakan satu bentuk
Dimatteo & Martin, 2002) membagi
coping stress yang dinamakan religious
coping stress dalam dua kategori besar
coping.
yaitu
religious coping adalah suatu pencarian
Problem-focused
coping
dan
Menurut
(Pargamen,
1997)
Emotion-focused coping. a) Problem-
makna
focused
terpusat
dihubungkan dengan sesuatu yang suci
masalah) upaya untuk mengatasi stres
dan waktu-waktu yang penuh tekanan
langsung pada sumber stres, baik dengan
atau
cara mengubah masalah yang dihadapi,
menggambarkan bagaimana relijiusitas
mempertahankan tingkah laku ataupun
merupakan
dengan mengubah kondisi lingkungan.
makna dan dihubungkan dengan proses
Strategi coping terpusat masalah ini
coping. Lebih lanjut dikatakan bahwa
muncul apabila individu merasa bahwa
religious
sesuatu yang konstruktif bisa dilakukan
kompleksitas dari interaksi religious dan
untuk mengatasi stres. Coping terpusat
coping.
masalah
Tujuan Penelitian
coping
(coping
juga
melibatkan
upaya
pencarian sebanyak mungkin informasi
dalam
stres.
cara-cara
Religious
suatu
yang
coping
proses
coping
juga
pencarian
menunjukkan
Penelitian ini bertujuan untuk
yang dapat membantu mengatasi msalah
mengetahui
yang
pacaran pada seorang mahasiswa, proses
dihadapi.
b)
Emotion-focused
alasan
menikah
tanpa
coping (coping terpusat emosi). Jenis
pernikahan tanpa pacaran
coping ini bertujuan untuk meredakan
tersebut dilakukan, model stres yang
atau mengatur tekanan emosi negatif
dialami oleh mahasiswa tersebut dan
yang ditimbulkan oleh situasi. Bentuk
jenis
tingkah laku dari jenis coping ini
digunakan
misalnya
berupaya
menikah tanpa pacaran.
dukungan
sosial
untuk atau
mencari tambahan
strategi
coping
oleh
mahasiswa
stress
yang
mahasiswa
yang
Metode Peneltian
informasi. Sementara bentuk kognitifnya
Dalam penelitian ini, pendekatan
adalah berupaya mengatasi emosi yang
yang
timbul pada tingkat kognitif .
penelitian
digunakan studi
adalah kasus.
pendekatan Menurut
Moleong (2000) studi kasus adalah studi
2. Observasi Banister (dalam Poerwandari,
yang berusaha memahami isu-isu yang rumit atau objek dan dapat memperluas
2001)
pengalaman atau menambah kekuatan
observasi
terhadap apa yang dikenal melalui hasil
memperhatikan
penelitian yang lalu. Studi kasus ialah
mencatat fenomena yang muncul, dan
suatu
mempertimbangkan hubungan antar
penelitian
mendalam
yang
mengemukakan adalah
bahwa kegiatan
secara
dilakukan untuk memberikan gambaran
aspek
mengenai suatu kasus yang mempunyai
Observasi selalu menjadi bagian dalam
karakteristik tertentu.
penelitian
Subjek Penelitian
berlangsung
Subjek penelitian ini mahasiswa
seorang tanpa
pacaran.
adalah
dalam
fenomena
akurat,
tersebut.
psikologis,
dapat
dalam
konteks
laboratorium maupun konteks alamiah.
yang
menikah
Hasil Penelitian
Berjenis
kelamin
Pernikahan Tanpa Pacaran
wanita, berusia 22 tahun 7 bulan dan
Alasan subjek menikah karena
menempuh S1.
ingin
Metode Pengumpulan Data
Muhammad SAW, dimana pernikahan
1. Wawancara
yang
mengikuti
diajarkan
sunnah
oleh
Rosulullah
Rosulullah
Banister (dalam Poerwandari,
Muhammad SAW adalah pernikahan
2001) menyatakan bahwa wawancara
yang berlandaskan nilai-nilai ketuhanan
adalah percakapan dan tanya jawab
agar terwujudnya keluarga yang bahagia.
yang diarahkan untuk mencapai tujuan
Hal
tertentu.
Undang-Undang
Wawancara
kualitatif
tersebut
berkesesuaian
dengan
Pernikahan
No.
pernikahan
adalah
dilakukan bila peneliti bermaksud untuk
1/1974
memperoleh
tentang
ikatan lahir batin antara seorang laki-
makna-makna subyektif yang dipahami
laki dan seorang perempuan sebagai
individu berkenaan dengan topik yang
suami istri dengan tujuan membentuk
diteliti,
keluarga (rumah tangga) yang bahagia
pengetahuan
dan
eksplorasi
bermaksud
terhadap
isu
melakukan tersebut,
suatu hal yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain.
dan
bahwa
kekal
berdasarkan
Ketuhanan
Yang Maha Esa (Subhan, 2004).
Subjek
menyiapkan
mental
kabar dari teman-temen relawan yang
dengan cara memperbanyak ibadah yaitu
lain bahwa subjek sedang ditaksir oleh
dengan
seseorang. Tapi subjek masih ragu.
membaca
Al-Quran,
shalat
tahajud dan banyak berzikir. Disamping
Disana
itu subjek juga menyiapkan wawasan
menyatakan
mengenai
cara
mewnikahi subjek. Proses pernikahan
membaca buku-buku pernikahan dan
subjek di bantu oleh murobbi subjek.
berdiskusi dengan orang tua, kakak
Pada bulan Oktober 2005 subjek dilamar
subjek, murobbi (Guru Pembimbing)
oleh calon suaminya dan pada bulan
dan teman-teman halaqohnya. Selain
Januari 2006 subjek menikah.
berdiskusi dengan orang-orang diatas,
Model Stres
pernikahan
dengan
laki-laki
teman
kampusnya
keinginannya
untuk
subjek juga mencari informasi tentang
Menurut Cox (dalam Prabowo,
calon suaminya dengan cara bertanya
1998), Response-based model mengacu
kepada calon mertuanya
pada sekelompok gangguan kejiwaan
mengenai
karakter, sifat, kebiasaan dan hobby nya
dan respon-respon psikis yang timbul
prisip bahwa
pada situasi sulit. Pusat perhatian dari
tidak ada pacaran dalam Islam dan itu ia
model ini adalah bagaimana stressor
pegang kuat-kuat. Subjek kenal calon
yang berasal dari peristiwa lingkungan
suami waktu OSPEK di kampus. Setelah
yang berbeda-beda dapat menghasilkan
OSPEK subjek tidak ada interaksi lagi.,
respon stres yang sama. Respon subjek
subjek di fakultas Da’wah. Sedangkan
terhadap stres adalah subjek merasa
laki-laki tadi di fakultas Tarbiyah Subjek
bingung kikuk,
telah melupakan kejadian itu.
karena
Subjek memiliki
Subjek pertama kali berbicara
rasanya takut salah.
sebelumnya
tidak
pernah
pacaran kemudian langsung menikah. Menurut Cox (dalam Prabowo,
dengan laki-laki teman kampusnya di Aceh ketika salah menghubungi HP
1998),
(Hand Phone) kakaknya. Niatnya waktu
memusatkan perhatian pada sifat-sifat
itu
dan
subjek
ingin
menghubungi HP
Stimulus-based
stimulus
stres.
model
Dalam hal ini
kakaknya yang sedang sakit di Jakarta.
stimulus yang menyebabkan subjek stres
Subjek bertemu di Lambaro. Disana
adalah apabila suami tidak langsung
laki-laki teman kampusnya mendengar
membantu subjek..
suami. Ketika suami memaafkan dan
Strategi Coping Stress Subjek
melakukan
religius
mengerti kejadian yang menimpa subjek
coping adalah dengan cara istighfar
maka secara psikologis subjek merasa
(mohon ampun kepada Allah SWT),
didukung dan dimengerti. Problem-
berdo’a, introspeksi diri dan melakukan
Focused Coping yang dilakukan subjek
sholat tahajut. Disamping itu subjek juga
adalah dengan
terus berusaha dan memaknai setiap
bantuan/dukungan,
kejadian yang menimpanya. Subjek
dalam hal ini subjek sering bercerita
bersama suami biasanya melakukan
kepada
introspeksi bila mengalami masalah-
dialaminya agar ia mendapat bantuan
masalah dalam hidup. Subjek melakukan
baik
Emotion-Focused Coping dengan cara
sering berdiskusi dengan suami dalam
mencari dukungan moral, simpati, atau
banyak hal. Baik masalah keluarga
pengertian, berupa meminta bantuan
ataupun
suami bila ia mengalami masalah atau
menyangkut diri subjek.
suami.
berupa
stres. Subjek meminta maaf kepada Kata Kunci : Stress, Coping, Menikah tanpa Pacaran
mencari saran/nasehat, atau
Tentang
informasi,
apa
saran/masukan.
masalah-masalah
yang
Subjek
lain yang