STRATEGY BASED STUDENT’S CHOICE DENGAN PREFERENSI SENSORI: VISUAL, AUDITORI DAN KINESTETIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADIS
oleh DIHLIZ ZUNA’IM NIM. M1.11.004
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan Untuk gelar Magister Pendidikan Islam
PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2013
STRATEGY BASED STUDENT’S CHOICE DENGAN PREFERENSI SENSORI: VISUAL, AUDITORI DAN KINESTETIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADIS
oleh DIHLIZ ZUNA’IM NIM. M1.11.004 Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan Islam
Salatiga,
September 2013
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag. NIP 19680613 199403 1 004
Pembimbing II
Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. NIP 19720521 200501 1 003
ii
PROGRAM PASCASARJANA SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA PROGRAM STUDI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
LEMBAR PERSETUJUAN TESIS
Nama
: Dihliz Zuna’im
NIM
: M1.11.004
Program Studi : Pendidikan Agama Islam Konsentrasi
: Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Tanggal Ujian : 1 Oktober 2013 Judul Tesis
: Strategy Based Student’s Choice Dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik Untuk Meningkatkan motivasi dan Prestasi Belajar Pada Mata Pelajaran al-Qur’an Hadis.
Panitia Munaqosah Tesis 1. Ketua Penguji
: Dr. H. Sa’adi, M. Ag.
_______________
2. Sekretaris
: Munajat, Ph.D.
_______________
3. Penguji I
: Dr. Imam Sutomo, M. Ag.
_______________
4. Penguji II
: Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag.
_______________
5. Penguji III
: Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, M. Ag. _______________
iii
PERNYATAAN KEASLIAN “Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis ini merupakan hasil karya sendiri dan sepanjang pengetahuan dan keyakinan saya tidak mencantumkan tanpa pengakuan bahan-bahan yang telah diplubikasikan sebelumnya atau ditulis oleh orang lain, atau sebagian bahan yang pernah diajukan untuk gelar atau ijasah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga atau perguruan tinggi lainnya”
Salatiga,
September 2013
Yang membuat pernyataan
Dihliz Zuna’im
iv
Abstrak Kemampuan siswa untuk memahami dan menyerap pelajaran pasti berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk bisa memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Pembelajaran al-Qur’an Hadis di Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga selama ini masih menggunakan metode pembelajaran yang kurang inovatif, dan tidak mengakomodir gaya belajar siswa, sehingga proses pembelajaran kurang efektif. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti, menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa masih rendah yaitu sebesar 57,81% dan prestasi belajar siswa juga masih rendah, yaitu ketuntasan belajar klasikal baru mencapai 46,87%. Salah satu faktor penyebabnya adalah faktor penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat dan tidak mempertimbangkan gaya belajar siswa. Penelitian ini menerapkan metode pembelajaran Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dalam pembelajaran karena diperkirakan akan mampu mengatasi permasalahan pembelajaran, sekaligus dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas menggunakan 3 siklus dengan 6 kali pertemuan. Subjek penelitian adalah kelas VII H Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga, semester genap yang berjumlah 32 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai bulan Mei 2013. Setelah dilakukan tindakan penelitian sebanyak 3 silkus, diperoleh data bahwa pembelajaran dengan menggunakan Strategy Based Student’s Choice berdasarkan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik, dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis. Temuan dalam penelitian menyebutkan bahwa motivasi belajar siswa siklus I sebesar 87,5%, siklus II sebesar 84,06 dan siklus III sebesar 80, 31% jika dirata-ratakan motivasi belajar siswa sebesar 83, 96%, dengan kriteria penilaian sangat baik. Siswa visual motivasi belajar pada siklus I sebesar 78,75%, siklus II sebesar 97,5% dan siklus III sebesar 97,5%. Siswa auditori siklus I sebesar 81%, siklus II sebesar 98% dan siklus III sebesar 80%. Siswa kinestetik siklus I sebesar 97,14%, siklus II sebesar 79,28% dan siklus III sebesar 70,71%. Prestasi belajar siswa pada siklus I mencapai 93,75%, siklus II 90,63% dan siklus III 87,5%. Jika dirata-ratakan maka ketuntasan belajarnya mencapai 90,62% dengan indikator keberhasilan di atas standar. Prestasi siswa visual pada siklus I mencapai 87,5%, siklus II mencapai 87,5% dan siklus III mencapai 100%. Siswa Auditori, siklus I mencapai 90%, siklus II mencapai 100% dan siklus III mencapai 90%. Siswa kinestetik, silkus I mencapai100%, siklus II mencapai 85,71% dan siklus III mencapai 78,57%. Kata Kunci: Strategy Based Student’s Choice, Motivasi Belajar, Prestasi Belajar.
v
ABSTRACT Students ability in receiving and understanding lesson must be variant. Some students are fast and some are slow. Therefore, sometimes they have to use different ways to figure out similar information or lesson. The teaching and learning of al-Qur’an Hadis in State Islamic Junior High School of Salatiga (MTs Negeri Salatiga) foratimebeing still uses an uninnovative method and it doesn’t accomodate students style of learning. The impact is that the process of learning is not effective. Based on the result of early research done by the researcher, it shows that the learning motivation of student is still very low, it’s just 57,81 % and the achievement of the student is also still low. The classical achievement is still 47,87 %. One of the cause is that the use of the learning method isn’t appropriate and doesn’t consider the students learning style. This research applies the method of “Strategy Based Student’s Choice” based on the sensory preference (the approach of students’ style in learning): visual, auditori and kinesthetic in learning because it is considered to be able to solve the learning problem and can raise students motivation and achievement in learning. This kind of researh is Class Action Research that uses 3 cycles with 6 times of meeting. The subject of the research is the student of VII-H of MTs N Salatiga, second semester. It consists of 32 students, 10 boys and 22 girls. This research was done on April until May 2013. After doing three cycles research, the writer collects the data that the learning by using ”Strategy Based Student’s Choice” is based on sensory preference: visual, auditory and kinesthetic, can raise students motivation and achievement on the subject of al-Qur’an Hadis. The invention in the research says that the students motivation on the first cycle is 87,5 %, second cycle is 84,06 % and the third cycle is 80,31 %. The average is 83,96 %, the cryteria is very good. The students of motivation visual on the first cycle is 78,75 %, second cycle is 97,5 % and the third cycle is 97,5 %. The students of auditory at the first cycle is 81,1 %, second cycle is 98 % and third cycle is 80 %. The student of kinesthetic, cycle one is 97,14 %, cycle two is 79,28 % and cycle three is 70,71 %. Students achievement on the first cycle is 93,75 %, second cycle is 90,63 % and third cycle is 87,5 %. The average of the achievement is 90,62 % and the success of the indicator is above the standard. The achievement of visual students on the first cycle is 87,5 %, at the second cycle is 100 % and third cycle is 90 %. Kinesthetic students, cycle one is 100 %, cycle two is 85,71 % and cycle three is 78,57 %. Key words: Strategy Based Student’s Choice, Learning Motivation, Learning Achievement.
vi
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan anugerah, taufik, hidayah dan inayah-Nya. Sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat-sahabat, dan pengikut-pengikutnya yang senantiasa setia mengikuti dan menegakkan syariat-Nya. Alhamdulillah atas izin dan pertolongan-Nya penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan Islam pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Penelitian ini dilaksanakan berawal dari keresahan penulis sebagai pendidik yang merasa kurang puas dengan motivasi dan prestasi belajar siswa yang rendah. Setelah melakukan evaluasi diri, diperoleh kesimpulan bahwa kemungkinan faktor penyebab rendahnya motivasi dan prestasi belajar siswa adalah faktor penggunaan metode pembelajaran yang tidak sesuai dengan gaya belajar siswa. Setelah dilaksanakan penjajakan terhadap gaya belajar siswa, ditemukan fakta bahwa di kelas VII H terdapat 14 siswa dengan gaya belajar kinestetik, 10 siswa dengan gaya belajar auditori dan 8 siswa dengan gaya belajar visual. Bersama teman sejawat kemudian merncanakan untuk melaksanakan penelitian Tindakan Kelas. Setelah diadakan penelitian, diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang mengakomodir modalitas gaya belajar siswa dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Dalam pelaksanaan penelitian,
vii
walaupun ada sedikit kendala dan
hambatan namun secara umum penelitian berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana. Proses penyelesaian studi dan penulisan Tesis ini tidak terlepas dari peran dan jasa dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. H. Sa’adi,
selaku direktur Pascasarjana STAIN Salatiga, yang telah
memberikan dorongan dan juga fasilitas yang memadai dalam penulisan Tesis ini. 2. Asisten Direktur I dan II Program Pascasarjana STAIN Salatiga yang telah memberikan pengarahan dan motivasi dalam penyelesaian penulisan Tesis sejak awal masa perkuliahan. 3. Prof. Dr. H. Mansur, M. Ag. selaku pembimbing I yang dengan ikhlas telah mengarahkan dan membimbing dalam penulisan Tesis ini. 4. Dr. H. Zakiyuddin Baidhawy, selaku pembimbing II yang dengan ikhlas telah mengarahkan dan membimbing dalam penulisan Tesis ini. 5.
Bapak/Ibu Dosen Program Pascasarjana STAIN Salatiga yang telah memberikan pencerahan berupa ilmu pengetahuan.
6. Kepala Madrasah Tsanawiyah Negeri Salatiga, Dra. Hj. Zayinatun, M.Pd. beserta staf dan dewan guru yang telah membantu dan memberikan fasilitas selama penyelesaian penulisan Tesis ini. 7. Suami dan kedua anak tercinta yang telah memberikan dorongan moril dalam penyelesaian studi dan penulisan Tesis.
viii
8. Segenap teman dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan baik langsung maupun tidak langsung, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Semoga Allah SWT memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dan berlipat ganda. Amin. Demikian semoga Tesis ini dapat bermanfaat.
Salatiga,
September 2013
Penulis
DIHLIZ ZUNA’IM
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN .....................................................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................................
iv
ABSTRAK ........................................................................................................................
v
PRAKATA ....................................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ..........................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xv
DAFTAR SINGKATAN ...............................................................................................
xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................
xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
8
C. Signifikansi Penelitian ..................................................................
9
D. Kajian Pustaka ...............................................................................
11
E. Sistematika Penelitian ....................................................................
18
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Strategi Pembelajaran ....................................................................
20
1. Pengertian Strategi Pembelajaran ...........................................
20
2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran ............................................
22
3. Gaya Belajar dalam Pembelajaran ..........................................
29
x
B. Motivasi Belajar ............................................................................
32
1. Pengertian Motivasi Belajar Belajar ........................................
32
2. Komponen - komponen Motivasi Belajar ................................
35
3. Nilai Motivasi dalam pembelajaran
....................................
35
4. Jenis-Jenis Motivasi …………………………………………
37
5. Prinsip-prinsip Motivasi …………………………………….
38
6. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar ……………………………..
40
C. Prestasi Belajar ...............................................................................
42
1. Pengertian Prestasi Belajar.......................................................
42
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ................
43
3. Cara Mengukur Prestasi Belajar...............................................
51
D. Starategy Based Student’s Chois dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik ..................................................... E. Pembelajaran al- Quran Hadis
53
dengan Strategy Based
Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik ................................................................................
53
1. Mata Pelajaran al-Quran Hadis ................................................
53
2. Tujuan Mata Pelajaran al_Qur’an Hadis .................................
54
3. Fungsi Mata Pelajaran al-Qur’an Hadis .................................
55
4. Ruang Lingkup Mata Pelajaran al-Qur;an Hadis ………… ....
56
5. Pembelajaran al-Qur’an Hadis dengan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik ...........................................................
xi
57
F. Kerangka Berpikir ..........................................................................
59
G. Hipotesis Tindakan ........................................................................
61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian …………………
62
B. Subjek Penelitian .....................................................................
63
C. Variabel Penelitian .............................................................. ....
63
D. Prosedur Tindakan ..................................................................
64
E.
Indikator Kinerja .....................................................................
73
F.
Teknik Pengumpulan Data dan Analisis ……………………
74
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN ANALISIS A. Pelaksanaan Penelitian
..........................................................
79
1. Observasi Awal ……………………………………………..
79
2. Persiapan Penelitian …………………………………………
82
3. Pelaksanaan Pembelajaran dengan Strategi Based Student’s Choice …………………………………………….
84
3.1. Siklus I .............................................................................
84
3.2. Siklus II ………………………………………………. ..
94
3.3. Silkus III ……………………………………………… .. 102 B. Analisis Penelitian …………………………………………… 1. Hasil Observasi Awal ……………………………………..
110 110
2. Analisis Hasil Penelitian tentang Motivasi Siswa ………… 113 a. Siklus I ……………………………………………………. 113
xii
b. Siklus II …………………………………………………..
116
c. Siklus III ………………………………………………….. 120 3. Analisis Hasil Penelitian tentang Prestasi Belajar Siswa….. 127 a. Siklus I ………………………………………………….. 127 b. Siklus II ………………………………………………… 131 c. Siklus III ………………………………………………… 136 BAB V PENUTUP ………………………………………………………..
144
A. Kesimpulan ……………………………………………………
144
B. Saran- saran ……………………………………………………
148
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 151 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 154
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar………………………………
50
4.1 Data Observasi Awal Motivasi Belajar Siswa ..........................................
79
4.2 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa pada Observasi Awal ..............
80
4.3 Data Rangkuman Hasil Belajar Siswa Siklus I .........................................
87
4.4 Data Rangkuman Prestasi siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus I………...........................................................................................
88
4.5 Data Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I.......................................
89
4.6 Data Observasi Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus I ......................................................................................................
90
4.7 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa Siklus II..................................
96
4.8 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik
4.9
Siklus II ...................................................................................................
97
Data Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus II ..................................
98
4.10 Data Observasi Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus II...................................................................................................
99
4.11 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa Siklus III ............................... 104 4.12 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus III ................................................................................................. ...104 4.13 Data Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus III...…………………... 106
xiv
4.14 Data Observasi Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik siklus III .……………………………………………………………... 107 4.15 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Siklus I …………………. 114 4.16 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus I ....…………………………………… ………… 115 4.17 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Siklus II…………………. 116 4.18 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus II.....................…………………………………… 118 4.19 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Siklus III ……………….. 121 4.20 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus III ………………………………………………. 124 4.21 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Siklus I ..………………...
128
4.22 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Visual Siklus I…………..
129
4.23 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Auditori Siklus I ………… 130 4.24 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Kinestetik Siklus I… ……...131 4.25 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Siklus II ………………… 132 4.26 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Auditori Siklus II………… 133 4.27 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Kinestetik Siklus II………. 134 4.28 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Visual Siklus II …………. 135 4.29 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Siklus I, Siklus II dan siklus III …………………………………………………………… 137 4.30 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Visual Siklus III ……….. 139 4.31 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Kinestetik Siklus III. ……...140
xv
4.32 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Auditori Siklus III……… 141
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Kerangka Berpikir Penerapan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik……………………………………………………………. 60
xvii
DAFTAR SINGKATAN
CAR : Class Action Research KBM : Kegiatan Belajar Mengajar KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal LKS
: Lembar Kegiatan Siswa
MTs N : Madrasah Tsanawiyah Negeri PTK
: Penelitian Tindakan Kelas
RPP
: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
V-A-K: Visual-Auditori-Kinestetik
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Jadwal Pelaksanaan pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas……. ……… 154 2. Persiapan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas dengan Strategi Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan dan Kinestetik ………………………………………………………….
156
3. Daftar Nilai Ulangan Harian (Observasi Awal)…………………………
159
4. Daftar Siswa Kelas VII H ………………………………………………
160
5. Silabus Pembelajaran Siklus I……………………………………………
161
6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I…………………………….
164
7. Silabus Pembelajaran Siklus II ………………………………………….
171
8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II……………………………
174
9. Silabus Pembelajaran Siklus III…………………………………………
181
10. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ……………………………………
184
11. Lembar Kerja Siswa ……………………………………………………
190
12. Kisi-kisi Soal Tes………………………………………………………
192
13. Kunci Jawab …………………………………………………………
193
14. Soal Tes Akhir Siklus I…………………………………………………
199
15. Soal Tes Akhir Siklus II………………………………………………..
202
16. Soal Tes Akhir Siklus III ………………………………………………
206
17. Daftar Prestasi Belajar Siklus I …………………………………………
209
18. Daftar Prestasi Belajar Siklus II ………………………………………..
210
19. Daftar Prestasi Belajar Siklus III ……………………………………….
211
20. Perkembangan Prestasi Belajar Siswa dari Observasi Awal sampai Siklus III ……………………………………………………………….. 212 21. Data Observasi Motivasi Belajar (Observasi Awal)…………………… 214 22. Data Observasi Motivasi Belajar Siklus I ……………………………… 216 23. Data Observasi Motivasi Belajar Siklus II ……………………………..
218
24. Data Observasi Motivasi Belajar Siklus III ……………………………
220
xix
25. Rekapitulasi Hasil Angket Gaya Belajar ……………………………….. 222 26. Angket Gaya Belajar …………………………………………………….. 225 27. Angket Pemilihan Metode Pembelajaran ……………………………….. 228 28. Dokumen Fisik Penelitian Tindakan kelas ……………………………… 229
xx
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pembangunan bidang
pendidikan di Indonesia memiliki kerangka
hukum ( Legal framework) yang kuat sejak diundangkannya Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Undangundang tersebut dinyatakan, “Sistem Pendidikan Nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu sama lainnya untuk mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.” Oleh karena itu, seluruh jalur, jenis dan jenjang pendidikan diakomodasi dan dibina dalam suatu sistem pendidikan nasional.1 Seiring dengan perkembangan zaman, Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dianggap tidak memadai lagi dan perlu disempurnakan agar sesuai dengan amanat perubahan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, maka lahirlah undangundang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bab I pasal 1 dalam undang-undang ini menyebutkan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
1
Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan,Konsep, strategi dan Aplikasi, Jakarta: Grasindo, 2002, 2.
1
2
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2 Sekolah sebagai institusi pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mencetak dan mempersiapkan siswa untuk kelangsungan hidupnya baik masa sekarang maupun masa mendatang. Peran pendidikan dalam kehidupan suatu masyarakat atau bangsa bukan sekedar sebagai kegiatan alih pengetahuan dan ketrampilan (Transfer of knowledge and skill) saja, tetapi seharusnya juga sebagai kegiatan alih nilai dan budaya (Transfer of value and culture).3 Oleh karena itu konsep pendidikan atau strategi pendidikan bukan semata-mata usaha penyiapan manusia pandai (intelek) atau manusia terampil (pekerja), namun manusia berkepribadian dan berbudaya. Semestinya nasional harus
pendidikan
mampu mengembangkan sistem pendidikan yang dapat
menghasilkan atau memproduksi hasil didikan (output) yang memiliki kemampuan, sikap dan watak kepribadian yang memungkinkan mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam mewujudkan cita-cita bangsa, dan bukan menjadi penonton yang asing dan marginal dari masyarakat Indonesia di masa mendatang.
Karena itu setiap lembaga pendidikan dalam hal ini
madrasah/sekolah harus berupaya menyajikan dan menciptakan suatu proses
2
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI. No.20 Tahun 2003), Semarang: CV. Duta Nusindo, 2003, 2. 3 Muhammad Tholchah Hasan, Diskursus Islam dan Pendidikan, Jakarta: PT. Bina Wiraswasta Insan Indonesia, 2000, 27.
3
pembelajaran yang unggul dalam segalanya sesuai dengan perkembangan zaman.4 Sementara yang terjadi di madrasah sampai sekarang, pada umumnya guru-guru masih cenderung mengajarkan sesuatu sebagaimana sesuatu itu dulunya diajarkan kepadanya, model pengajaran dengan metode ceramah merupakan model pembelajaran yang umum digunakan. Pola pembelajaran semacam ini menjadikan siswa pasif, aktivitas dan motivasi belajar sulit ditumbuhkan dan pola belajar siswa cenderung hanya mendengarkan sehingga siswa
mudah lupa dan tidak tertarik dengan materi yang
disampaikan oleh guru, akibatnya prestasi belajar jauh dari yang diharapkan. Dalam literatur ilmu pendidikan, sekurang-kurangnya terdapat tiga metode pembelajaran yang dapat digunakan. Pertama, metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centris); kedua, metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centris); ketiga, metode pembelajaran yang memadukan antara yang berpusat pada guru (teacher centris) dan siswa (student centris).5 Metode pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centris) adalah cara pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pemberi informasi, pembina dan pengarah satu-satunya dalam proses belajar mengajar. Sebagai
4
Depag, Development of Madrasah Aliyah Project ( DMAP), Pedoman Evaluasi Kinerja Guru, Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam – Depag RI, 2002, 1. 5 Abuddin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001, 202.
4
akibat dari konsep mengajar yang demikian itu, maka seorang guru yang mengajar mencukupkan dirinya pada penguasaan bahan pelajaran sematamata, tanpa harus mengetahui nilai-niai apa saja yang dapat disentuh oleh materi pelajaran yang akan diberikan kepada para siswanya. Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centris) merupakan pengembangan metode pembelajaran yang semula guru sebagai satu-satunya pemberi informasi, menjadi sebagai orang yang bertindak sebagai director and fasilitator of learning, yakni pengarah dan pemberi fasilitas untuk terjadinya proses belajar. Metode pembelajaran yang memadukan antara yang berpusat pada guru ( teacher centris) dan siswa (student centris ) adalah suatu metode pembelajaran yang di dalamnya terjadi interaksi antara guru dan murid secara bersama-sama, yaitu interaksi yang bersifat edukatif. Oleh karena itu guru harus memiliki keterampilan dan kemampuan untuk memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan kurikulum. Hal ini didasari oleh anggapan bahwa ketepatan dalam memilih metode, strategi pembelajaran akan berpengaruh terhadap motivasi
siswa dalam
mengikuti pembelajaran. Semakin tepat metode yang digunakan guru dalam mengajar akan semakin efektif kegiatan pembelajaran.6
6
Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif Menyenagkan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009, 7.
5
Seorang guru dalam menyusun dan memilih metode pembelajaran seharusnya mengetahui terlebih dahulu kondisi awal siswa. Setiap peserta didik dalam satu kelas memiliki kemampuan yang berbeda dan cara belajar yang berbeda. Banyak upaya yang dapat dilakukan untuk mengenali dan mengkatagorikan cara belajar siswa, cara memasukkan informasi ke dalam otak, yaitu dengan menggunakan salah satu pendekatan berdasarkan preferensi sensori yaitu, visual (penglihatan), Auditori (pendengaran) dan kinestetik (sentuhan dan gerakan). Siswa yang belajar dengan menggunakan gaya belajar mereka yang dominan, saat mengerjakan tes, akan mencapai nilai yang jauh lebih tinggi dibandingkan bila mereka belajar dengan cara yang tidak sejalan dengan gaya belajar mereka.7 Seperti juga pendapat Melvin L. Silberman dalam bukunya Active Learning bahwa peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian peserta didik memiliki kemampuan cara belajar dengan visual, ada yang dengan cara auditorial, dan ada yang dengan cara kinestetik. 8 Michael Grinder pengarang Righting the Education Conveyor Belt seperti dikutip oleh Melvin L. Silberman berpendapat bahwa dari tiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan
7
Adi W. Gunawan, Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003, 139. 8 Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Pengantar: Komaruddin Hidayat) Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2002, 7.
6
kinestetik. Namun, 8 siswa sisanya sedemikian menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya, sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran sesuai dengan cara yang mereka sukai.9 Ricrard
Bandler
dan
John
Grinder
pakar
Neuro-Linguistic
Programming yang menyatakan bahwa dalam model strategi komunikasi, diketahui manusia memasukkan informasi melalui kelima indera dan juga menggunakan tiga preferensi sensori yang berdasarkan pada Visual, Auditori dan Kinestetik ( modalitas V-A-K).10 Berdasarkan pendapat Malvin L. Silberman, Michael Grinder dan Ricrard Bandler serta John Grinder di atas, penulis mencoba mengembangkan dan mengaplikasikan dalam bentuk strategi pembelajaran, yaitu Strategy Based Student’s Choice dengan
Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan
Kinistetik. Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinistetik adalah suatu pendekatan belajar dengan
strategi
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar yang mengakomodir gaya belajar siswa dan disesuaikan dengan pilihan yang dikehendaki oleh siswa.
9
Melvin L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar siswa aktif, (Terjemah: Raisul Muttaqien), Bandung: Nusamedia bekerjasama dengan Nuansa, 2009, 28. 10 Adi W. Gunawan, Genius Learning …, 139.
7
Dalam Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinistetik, guru menjadi fasilitator dengan memberikan sejumlah alternatif metode pembelajaran yang sudah disesuaikan dengan pokok bahasan dan mengakomodir gaya belajar
siswa. Kemudian siswa
diminta untuk menentukan pilihan terhadap metode pembelajaran yang ia sukai. Setelah itu siswa menuliskan di kertas. Hasil pilihan siswa di saring, dipilih 3 metode yang paling banyak dipilih siswa. Berdasarkan hasil pilihan siswa itulah guru akan menggunakan metode pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar. Di samping itu ada
alasan utama bagi
penulis mengembangkan
Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik yaitu
adanya suatu
fakta bahwa selama ini metode
pembelajaran yang sering digunakan guru dalam pembelajaran masih bercorak konvensional dan kurang inovatif, serta tidak mengakomodir gaya belajar siswa. Misalnya metode ceramah. Kelemahan metode ini menurut pengamatan peneliti sebagai pengajar adalah siswa sering menjadi jenuh, bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Pelaksanaan pembelajaran yang tidak menarik seperti ini mengakibatkan motivasi belajar siswa melemah, karena motivasi belajar melemah maka bisa dipastikan prestasi belajar akan rendah. Kondisi inilah yang terjadi di kelas VII H MTs Negeri Salatiga pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis. Dengan penerapan Strategy Based Student’s Choice dengan
Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan
8
Kinestetik diharapkan siswa dapat belajar sesuai dengan gaya belajarnya dan sesuai dengan pilihannya sendiri, sehingga mampu membangkitkan motivasi dan meningkatkan prestasi belajar mereka.
B. Rumusan Masalah Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran adalah melalui pelaksanaan kegiatan evaluasi. Bagi siswa evaluasi berfungsi untuk mengetahui seberapa besar prestasi belajar yang sudah dicapai. Hasil belajar ini berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu mengadakan diagnosis, bimbingan atau perbaikan. Prestasi belajar siswa sangat terkait dengan banyak faktor, antara lain: faktor internal, faktor eksternal dan faktor non manusia.11 Faktor internal
siswa
meliputi
motivasi,
percaya
diri,
ketekunan
dan
kedisiplinan. Faktor eksternal misalnya faktor dari guru, keluarga (orang tua) dan masyarakat. Faktor non manusia, misalnya kurikulum, sarana atau media pengajaran, materi pelajaran, dan lain-lain. Berpijak dari uraian di atas dapat diidentifikasi bahwa dengan adanya motivasi yang
11
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993, 21.
9
kuat akan menumbuhkan kebiasaan belajar yang baik sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar yang optimal. Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain faktor internal, faktor eksternal dan faktor non manusia. Karena luasnya pembahasan tentang faktor-faktor tersebut, maka peneliti membatasi hanya pada penggunaan strategi pembelajaran yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Strategi dimaksud adalah Strategy Based Student’s Choice dengan
Preferensi Sensori:
Visual, Auditori dan Kinistetik. Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran al-Qur’an hadis?. 2. Apakah Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada pada mata pelajaran al-Quran hadis?
C. Signifikansi Penelitian 1. Tujuan dalam penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui apakah Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi
Sensori:
Visual,
Auditori
dan
Kinestetik
dapat
10
meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran al-Qur’an hadis?. b. Untuk mengetahui apakah Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi
Sensori:
Visual,
Auditori
dan
Kinestetik
dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa pada pada mata pelajaran alQuran hadis? 2. Manfaat Penelitian a. Teoritis 1)
Memperkaya strategi pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis.
2) Sebagai dasar untuk melakukan penelitian selanjutnya. b. Praktis 1) Bagi siswa Untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa 2) Bagi guru Menambah wawasan keilmuan bagi guru dan membantu guru dalam
menerapkan
strategi
pembelajaran
sehingga
dapat
meningkatkan kuwalitas mengajar, meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al-Qur’an hadis di MTs Negeri Salatiga.
11
3) Bagi Madrasah Sebagai bahan rujukan dan sumbangan yang penting dalam rangka perbaikan kegiatan pembelajaran guru di kelas. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dilaksanakan dan dikembangkan dalam mata pelajaran lainnya.
D. Kajian Pustaka Istilah strategi pada mulanya digunakan dalam dunia kemiliteran. Strategi berasal dari bahasa Yunani
Strategos yang berarti Jendral/ panglima.
Sehingga strategi diartikan sebagai ilmu kejendralan / kepanglimaan. Menurut insiklopedia Pendidikan, strategi adalah the art of bringing forces to the battle field in favourable position. Startegi adalah suatu seni, yaitu seni membawa pasukan ke dalam medan tempur dalam posisi yang paling menguntungkan. Adapun strategi yang diterapkan dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kegiatan belajar adalah suatu seni dan ilmu untuk membawakan pengajaran di kelas sedemikian rupa sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien .12 Sejauh penelusuran peneliti, belum ada penelitian yang menfokuskan secara khusus pada ”Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik untuk meningkatkan motivasi dan
12
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Grasindo, cet.ke-I, 2002, 1.
12
prestasi belajar pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis ”, namun penelitian lain yang berhubungan dengan penelitian ini dan sudah dilakukan : 1. Makalah PTK dengan judul ”Peningkatan Motivasi Siswa Kelas II a SMPN 2 Amuntai Utara Pada Pembelajaran Biologi Semester Genap Tahun 2005/2006 Melalui Stategy Based Student’s Request”. Diterbitkan di internet, tanggal 1 Mei 2008, yang di tulis oleh Rita Murtafi’ah (Guru Biologi SMPN 2 Amuntai Utara).13 Makalah Penelitian Tindakan kelas yang dilakukan oleh Rita Murtafi’ah yaitu untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran biologi dalam materi sistem syaraf dan sistem indra. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa pembelajaran biologi materi sistem syaraf dan sistem indera, dengan pembelajaran strategy based student’s request dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Persamaan dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu samasama
penelitian
tindakan
kelas
untuk
mengatasi
masalah
dalam
pembelajaran di kelas, yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan keinginan siswa.
Adapun perbedaannya yaitu penelitian yang
dilakukan Rita Murtafi’ah (Guru Biologi SMPN 2 Amuntai Utara) dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah dalam hal kajiannya. Penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan oleh Rita Murtafi’ah untuk 13
http://Suhadinet.wordpress.com/2008/05/01, diunduh pada tanggal 5/12/2012.
13
mengatasi permasalahan rendahnya
motivasi belajar siswa dengan
menggunakan Strategy Based Student’s Request. Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan motivasi siswa yang tergambar dari aktivitas / respon dan hasil belajar siswa dalam PBM. Penggunaan Strategy Based Student’s Request dalam PTK Rita Murtafi’ah siswa diminta untuk menuliskan metode pembelajaran sesuai ”request” (permintaan) siswa . Dalam strategi ini pada tahab persiapan , guru mengajak siswa memikirkan strategi pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran sistem syaraf dan sistem indra yang akan dipelajari dengan menggunakan sejumlah alternatif strategi belajar yang guru ketahui kepada siswa. Kemudian meminta siswa menuliskan di atas kertas ”request” mereka akan strategi yang mereka pilih kemudian menyaring beberapa ”request” dan
kemudian memilih
tiga
strategi pembelajaran sesuai dengan permintaan siswa yang ditulis di kertas yang terbanyak dipilih siswa. Dan dalam memberikan alternatif strategi pembelajaran tidak terlebih dahulu disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Menurut pendapat peneliti cara seperti ini kurang tepat jika diterapkan untuk siswa tingkat SMP dengan alasan sebagai berikut : a. Siswa tingkat SMP/MTs belum sepenuhnya mengetahui dan faham tentang macam-macam metode pembelajaran. b.
Dalam menentukan penggunaan metode pembelajaran terlebih dahulu harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
14
Dalam hal ini yang paling berkompeten adalah guru karena dalam penentuan
metode
pembelajaran
ada
hal-hal
yang
harus
dipertimbangankan guru yaitu : 1) Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. 2) Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran. 3) Pertimbangan dari sudut peserta didik yaitu motode pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat kematangan peserta didik dan harus disesuaikan dengan gaya belajar peserta didik. 4) Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis, misalnya metode pembelajaran harus memiliki nilai efektivitas atau efesiensi.14 2. Hasil Penelitian Tesis yang disusun oleh Ni’amtul Aliyah Strategi Based Student’s Request untuk Meningkatkan aktivitas dan prestasi Belajar pada Mata Pelajaran Akidah Akhlak Kelas X di MA ”Syaroful Millah” Pedurungan Semarang. Penelitian ini ditulis dengan menggunakan metode kualitatif yaitu untuk mengukur peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak dengan strategy Based Student’s Request. Penelitian ini penekanannya pada pemecahan masalah dalam pembelajaran
14
Aqidah
Akhlak
yang
menyebutkan
bahwa
sistem
Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010, 133-134.
15
pembelajaran Aqidah Akhlak pada umumnya, sampai saat ini masih didominasi oleh ceramah sehingga tidak mengakomodir gaya belajar siswa, padahal siswa dalam satu kelas memiliki bermacam-macam cara belajar. Sebagian siswa memiliki kemampuan cara belajar dengan visual, auditori dan ada yang dengan cara kinestetik. Hasil penelitianya menyebutkan bahwa dengan menggunakan Strategy Based Student’s Request dapat meningkatkan Aktivitas Belajar dan Prestasi Belajar. Persamaan dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu sama-sama menggunakan strategi pembelajaran dalam penelitian tindakan kelas dan sama-sama
mengkaji
keberhasilan
prestasi
belajar
menggunakan metode pembelajaran yang mengakomodir
siswa
dengan
gaya belajar
siswa. Adapun perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ni’matul Aliyah dengan penelitian yang akan dilakukan penulis adalah dalam hal kajiannya. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Ni’matul Aliayah untuk mengatasi permasalahan rendahnya aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Aqidah Akhlak. Sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah untuk mengatasi permasalahan rendahnya motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al- Qur’an hadis. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam proses
pembelajaran Aqidah Akhlak oleh Ni’matul Aliyah
menggunakan metode permintaan siswa),
Request (metode pembelajaran berdasarkan
sedangkan penulis menggunakan metode
Choice
16
(metode pembelajaran berdasarkan pilihan siswa). Dalam strategi pembelajaran ini guru terlebih dahulu memberi alternatif metode pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa, yaitu visual, auditori dan kinestetik. Dalam penelitian penulis memberikan angket gaya belajar siswa, untuk diisi oleh siswa fungsinya untuk
mendata dan
mengungkap gaya belajar yang dimiliki oleh siswa dalam satu kelas. Dan dalam analisis data penulis juga mengungkap hasil motivasi belajar dan prestasi belajar siswa berdasarkan gaya belajar masing-masing siswa dan menyajikan data tentang seberapa besar pengaruh metode pembelajaran yang digunakan pada siklus I, siklus II dan siklus III terhadap siswa yang mempunyai gaya belajar baik visual, auditori dan kinestetik. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan Ni’matul Aliyah untuk mengetahui gaya belajar siswa dalam satu kelas tidak menggunakan angket tapi cukup dengan menggunakan ” Request”
atau permintaan siswa dalam
menentukan metode pembelajaran. Berdasarkan ”Request” tersebut kemudian ditentukan gaya belajar siswa. Menurut hemat penulis, cara yang ditempuh Ni’matul Aliyah dalam menentukan gaya belajar siswa dengan cara tersebut kurang valid, sebab yang paling mengetahui tentang metode pembelajaran yang akan digunakan adalah guru. Karena guru dalam mengajar terlebih dahulu membuat RPP dan dalam merancang dan menentukan penggunaan metode pembelajaran terlebih dahulu harus disesuaikan dengan materi pembelajaran yang akan disampaikan agar
17
tujuan pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan efisien, di samping itu metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tingkat kematangan peserta didik dan harus terlebih dahulu disesuaikan dengan gaya belajar peserta didik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, pemulis belum melihat adanya penelitian dan pengkajian yang terfokus pada penerapan
Strategy Based Student’s Choice dengan
Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis. Strategy Based Student’s Choice dengan
Preferensi Sensori:
Visual, Auditori dan Kinestetik penulis adopsi dan kembangkan dari pendapat : (1)
Melvin L. Silberman yang menyatakan bahwa setiap
peserta didik dalam satu kelas memiliki kemampuan yang berbeda dan gaya belajar yang berbeda, peserta didik memiliki bermacam cara belajar. Sebagian peserta didik memiliki kemampuan cara belajar dengan visual, ada yang dengan cara auditorial, dan ada yang dengan cara kinestetik. (2) Michael Grinder Menyatakan bahwa dari tiap 30 siswa, 22 diantaranya rata-rata dapat belajar secara efektif selama gurunya menghadirkan kegiatan belajar yang berkombinasi antara visual, auditori dan kinestetik. Namun, 8 siswa sisanya sedemikian menyukai salah satu bentuk pengajaran dibanding dua lainnya, sehingga mereka mesti berupaya keras untuk memahami pelajaran sesuai dengan cara yang mereka sukai, (3)
18
Ricrard Bandler dan John Grinder pakar Neuro-Linguistic Programming yang menyatakan bahwa
dalam model strategi komunikasi, diketahui
manusia memasukkan informasi melalui kelima indera dan juga menggunakan tiga preferensi sensori yang berdasarkan pada Visual, Auditori dan Kinestetik ( modalitas V-A-K). Berdasarkan pendapat
Malvin L. Silberman, Michael Grinder,
Richard Bandler dan John Grinder
di atas,
penulis mencoba
mengembangkan dan mengaplikasikan dalam bentuk strategi pembelajaran, yaitu Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, auditori dan kinestetetik. Strategi ini penulis kembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa.
E. Sistematika Penulisan Dari hasil penelitian, akan dituangkan dalam bentuk penulisan tesis dengan sistematika sebagai berikut: Bagian pertama adalah pendahuluan, terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi penelitian,
kajian pustaka,
dan
sistematika penulisan. Bagian kedua berisi kajian teori yang membahas tentang pembelajaran, yang
meliputi
pengertian
strategi
pembelajaran,
jenis-jenis
strategi
pembelajaran, dan gaya belajar dalam pembelajaran, kemudian dibahas tentang motivasi belajar dan prestasi belajar. Strategy Based Student’s Choice
19
dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik, yang terdiri dari pengertian, langkah-langkah pembelajaran Strategy Based Student’s Choice dengan
Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik serta
pembelajaran al-Qur’an Hadis dengan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik, akhir bab dua berisi tentang kerangka berfikir dan hipotesis tindakan. Bagian ketiga tentang metodologi penelitian membahas tentang setting dan karakteristik subjek penelitian, meliputi: waktu penelitian dan tempat penelitian. Kemudian subjek penelitian, variabel penelitian, prosedur tindakan, indikator kinerja, teknik pengumpulan dan analisis data. Bagian keempat, berisi tentang pelaksanaan penelitian dan analisis data meliputi Pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan penerapan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik pada mata pelajaran al- Qur’an Hadis kelas VII H di MTs Negeri Salatiga, pembahasan hasil penelitian dan analisis penelitian tentang perkembangan motivasi dan prestasi belajar siklus I, siklus II dan siklus III. Bagian kelima, berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
20
BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Secara umum strategi dapat diartikan sebagai suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi juga bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.1 Dick dan Carey dalam Hamruni menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu.2 Ada dua hal yang perlu dicermati dari pengertian strategi pembelajaran di atas. Pertama, strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Ini berarti penyusunan suatu strategi baru sampai pada proses penyusunan rencana kerja belum sampai pada tindakan. Kedua, strategi
1
Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, 5. Hamruni, Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan, Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009, 3. 2
20
21
disusun untuk mencapa tujuan tertentu, artinya arah dari semua keputusan penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian, penyusunan langkah-langkah pembelajaran, pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber belajar semua diarahkan dalam upaya pencapaian tujuan. Oleh sebab itu, sebelum menentukan strategi, perlu dirumuskan tujuan yang jelas yang dapat diukur keberhasilannya, sebab tujuan adalah hal penting dalam implementasi suatu strategi. Dalam memilih strategi, guru harus berpedoman pada tiga kriteria: a. Sifat dari tujuan belajar yang harus dicapai. b. Kebutuhan untuk memperkaya pengalaman belajar, seperti meningkatkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik. c. Kemampuan siswa yang tercakup dalam tugas.3 Keputusan untuk menentukan strategi mana yang harus digunakan merupakan fungsi interaksi antara ketiga variabel tesebut. Ketiga kriteria tersebut merupakan persyaratan yang harus dilaksanakan oleh guru dalam memilih srtategi pembelajaran yang bertujuan membantu siswa untuk mampu menemukan dan mengembangkan kemampuannya sehingga berhasil dalam pembelajaran. Langkah selanjutnya setelah guru menentukan strategi pembelajaran , guru hendaknya mampu merencanakan program pengajaran denagan strategi tersebut dan sekaligus mampu pula melaksanakannya dalam bentuk
pengelolaan 3
kegiatan
belajar
mengajar.
Bila
guru
Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, 1987 , 248.
berhasil
22
melaksanakannya dengan baik, akan tampak perubahan-perubahan yang berarti bagi siswa-siswanya, antara lain timbul sikap positif dalam belajarnya dan prestasi belajarnya akan meningkat. Bagi guru sendiri keberhasilan tersebut akan meningkatkan kepuasan, rasa percaya diri, dan semangat mengajar yang tinggi. Hal ini merupakan keterampilan dasar mengajar yang perlu dibina dan dikembangkan sehingga menjadi guru yang benar-benar profesional. 2. Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Secara garis besar strategi pembelajaran dikenal tiga macam, yaitu : a. Strategi pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centre strategies) b. Strategi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik c. Strategi pembelajaran yang berpusat pada materi pengajaran.4 Metode pembelajaran yang berpusat pada guru
adalah cara
pembelajaran yang menempatkan guru sebagai pemberi informasi, pembina dan pengarah satu-satunya dalam proses belajar mengajar. Sebagai akibat dari konsep mengajar yang demikian itu, maka seorang guru yang mengajar mencukupkan dirinya pada penguasaan bahan pelajaran semata-mata, tanpa harus mengetahui nilai-niai apa saja yang dapat disentuh oleh materi pelajaran yang akan diberikan kepada para siswanya. Metode pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah strategi belajar mengajar yang berpusat pada peserta didik. Tujuan mengajar adalah 4
W. Gulo, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta:PT. Grasindo, 2002, 11.
23
meningkatkan kemampuan siswa untuk memproses, menemukan, dan menggunakan informasi bagi pengembangan dirinya dalam konteks lingkungannya. Metode pembelajaran yang berpusat pada materi merupakan suatu metode pembelajaran yang bertolak dari pendapat bahwa belajar adalah usaha untuk menguasai informasi, dalam hal ini strategi belajar mengajar dipusatkan pada materi pelajaran. Dalam srtaegi belajar mengajar yang berpusat pada materi ada dua hal yang perlu diperhatikan. Pertama, kecenderungan pada domonasi kognitif dimana pendidikan afektif dan keterampilan kurang mendapat yang seimbang dalam rangka penigkatan kualitas manusia seutuhnya. Kedua, materi pelajaran yang disampaikan di dalam kelas, dan yang dimuat dalam buku teks, akan makin usang dengan pesatnya perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Strategi
pembelajaran
sifatnya
masih
konseptual
dan
untuk
mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya: (1) Card Sort (sortir kartu); (2) Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil ) ; dan (3) Talking Stick (Tongkat berbicara).
24
1) Card Sort ( sortir kartu) Pembelajaran dengan Card Sort merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untuk mengajarkan konsep, penggolongan, sifat fakta tentang suatu obyek, atau mengulang informasi. Gerakan fisik yang dilakukan siswa dapat membantu untuk memberi energi kepada kelas yang telah letih.5 Langkah-langkah Penerapan : a) Guru menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok sesuai SK/KD mapel (jumlah kartu sama dengan jumlah murid di kelas, isi kartu terdiri dari kartu induk dan kartu rincian ) b) Seluruh kartu diacak/dikocok agar campur c) Bagikan kartu kepada murid dan pastikan masing-masing memperoleh satu. d) Perintahkan setiap murid bergerak mencari kartu induknya dengan mencocokkan kepada kawan sekelasnya. e) Setelah kartu induk beserta seluruh kartu rinciannya ketemu, perintahkan masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya. f) Lakukan koreksi bersama setelah semua kelompok menempelkan hasilnya.
5
Mel.Silberman, Active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif (Pengantar Komaruddin Hidayat), Yogyakarta: Insan Madani, 2007, 157.
25
g) Mintalah salah satu penanggungjawab kelompok untuk menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian mintalah komentar dari kelompok lainnya. h) Berikan apresiasi setiap hasil kerja murid. i) Lakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut. 2) Small Group Discussion ( Diskusi Kelompok Kecil ) Teknik diskusi merupakan salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi terjadi suatu proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah. Pembelajaran small group discussion adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok individu dalam suatu interaksi tatap muka secara kooperatif untuk tujuan membagi informasi, membuat keputusan dan memecahkan masalah. Mengajar dengan teknik small group discussion mengandung pengertian : a. Kelas dibagi dalam beberapa kelompok. b. Mendorong partisipasi siswa secara individual. c. Menghidupkan kegiatan kelas. d. Mengembangkan rasa sosial diantara siswa, karena dapat membantu dalam memecahkan masalah secara bersama-sama. e. Mendorong siswa untuk saling mengungkapkan pendapat.
26
f. Mendorong adanya pendekatan secara demokrat g. Membantu mengemban kepemimpinan.6 Dari pengertian tersebut, small group discussion memiliki empat karakteristik yaitu : 1. Melibatkan sekelompok individu 2. Melibatkan peserta dalam intraksi tatap muka tidak formal 3. Melibatkan tujuan dan kerjasama 4. Serta mengikuti aturan. Tujuan penggunaan teknik diskusi : 1. Diskusi mendorong siswa untuk aktif menggunakan pengetahuan dan pengalamannya dalam memecahkan masalah tanpa bergantung pada orang lain. 2. Siswa mampu menyampaikan pendapat secara lesan sebab sebab hal ini diperlukan untuk melatih kehidupan yang demokratis 3. Diskusi memberi kemungkinan pada siswa untuk berpartisipasi dalam pembicaraan untuk memecahkan suatu masalah bersama. Langkah-langkah Penerapan : 1) Bagi kelas menjadi beberapa kelompok kecil (maksimal 5 murid) dengan menunjuk ketua dan sekretaris. 2) Berikan soal studi kasus (yang dipersiapkan guru) sesuai dengan Standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) 6
Roestiyah NK, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Bina Aksara, 1985, 5.
27
3) Instruksikan setiap kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut. 4) Pastikan setiap anggota kelompok untuk mendiskusikan jawaban soal tersebut. 5) Instruksikan setiap kelompok melalui juru bicara yang ditunjuk menyajikan hasil diskusinya dalam forum kelas. 6) Klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut (guru) Teknik diskusi merupakan salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang guru di sekolah. Di dalam diskusi terjadi suatu proses interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi dan memecahkan masalah. Pembelajaran dengan teknik
diskusi
merupakan
pembelajaran
yang
bersifat
kooperatif.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja secara kolaboratif dalam mencapai tujuan. Kolaboratif sendiri diartikan sebagai falsafah mengenai tanggung jawab pribadi dan sikap menghormati sesama. Peserta didik betanggung jawab atas belajar mereka sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaanpertanyaan yang dihadapkan pada mereka dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator. 3) Talking Stick (Tongkat Berbicara) Talking Stick adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab
28
pertanyaan dari guru setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Metode ini memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, meningkatkan motivasi, kepercayaan diri dan life skill , pendekatan ini ditujukan untuk memunculkan emosi dan sikap positif belajar dalam proses belajar mengajar yang berdampak pada peningkatan kecerdasan otak.7 Langkah-langkah : a.
Guru menyiapkan sebuah tongkat
b.
Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan
kesempatan
kepada
siswa
untuk
membaca
dan
mempelajari materi pada pegangannya/paketnya c.
Setelah selesai membaca buku dan mempelajarinya mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya
d.
Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu guru memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya, demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap pertanyaan dari guru
e.
Guru memberikan kesimpulan
f.
Evaluasi
g.
Penutup.
7
6-2013).
http//digilib-sunan-ampel ac.id/disk1/177/jiptian-anatofanid-88843-2 babii-pdf. ( 3-
29
Talking Stick merupakan perkembangan metode pembelajaran inovatif
berguna untuk meningkatkan
meningkatkan
efesiensi,
relevansi,
kualitas
yang
prestasi belajar siswa, dan
efektifitas
dalam
pembelajaran.
3. Gaya Belajar dalam Pembelajaran Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal.8 Michael Grinder, pengarang buku Righting the Education Conveyor Belt telah mengidentifikasi adanya tiga gaya belajar yaitu gaya belajar Visual, gaya belajar Auditorial dan gaya belajar Kinestetik.9 a. Gaya Belajar Visual adalah gaya belajar dengan cara melihat . Orang yang memiliki gaya belajar visual memiliki ciri-ciri antara lain : rapi dan teratur, berbicara dengan cepat, perencana dan pengatur jangka panjang yang baik, teliti, mementingkan penampilan baik dalam hal pakaian maupun presentasi, mengingat apa yang dilihat daripada yang didengar, pembaca cepat dan tekun, biasanya tidak terganggu dengan keributan, lebih
8
Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010, 94. 9 Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan, Bandung: Kaifa, 2003, 112.
30
suka membaca daripada dibacakan, mencorat-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat, lebih suka seni daripada musik.10 Pendekatan pembelajaran
yang bisa digunakan bagi
siswa yang
mempunyai gaya belajar Visual antara lain menggunakan ragam bentuk grafis untuk menyampaikan informasi dan materi pelajaran.11 Perangkat grafis itu bisa berupa film, gambar ilustrasi, coretan-coretan, slide kartu catatan, kartu gambar berseri yang bisa digunakan untuk menjelaskan suatu informasi secara berurutan. b. Gaya Belajar Auditorial Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Karakter orang yang mempunyai gaya belajar ini adalah pertama, semua informasi hanya bisa diserap melalui pendengaran. Kedua, memiliki kesulitan untuk menyerap informasi dalam bentuk tulisan langsung. Ketiga, memiliki kesulitan menulis ataupun membaca. Beberapa pendekatan pembelajaran bagi pelajar auditorial misalnya dengan wawancara atau terlibat dalam kelompok diskusi.12 Siswa yang memiliki gaya belajar auditorial lebih banyak belajar dengan mendengar dan dapat belajar lebih cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan, kesuksesan belajarnya mengandalkan melalui
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning…, 116. Hamzah B. Uno. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008, 181. 12 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru…, 182. 10 11
31
telinga (alat pendengarannya). Jadi anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat mencerna makna apa yang dikatakan guru melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Anak bergaya belajar auditori kurang mampu menerima informasi tertulis. Anak-anak yang memiliki gaya belajar auditori biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset. c. Gaya Belajar Kinestetik Gaya belajar kinistetik adalah gaya belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh. Karakter yang khas bagi orang-orang yang menyukai gaya belajar Kinestetik adalah berbicara dengan perlahan, menanggapi perhatian fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka, berdiri dekat ketika berbicara dengan orang, selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak, belajar melalui praktik, menghafal dengan cara berjalan dan melihat, menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca, banyak menggunakan isyarat tubuh, tidak dapat duduk diam untuk waktu lama, tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu, menggunakan kata-kata yang mengandung aksi, menyukai permainan yang menyibukkan dan kemungkinan tulisannya jelek.13 Untuk siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik pendekatan belajar yang bisa dikembangkan adalah dengan menggunakan alat peraga.
13
Bobbi De Porter dan Mike Hernacki, Quantum Learning …, 118.
32
Kemampuan seseorang untuk memahami dan menyerap pelajaran sudah pasti berbeda tingkatannya. Ada yang cepat, sedang dan ada pula yang sangat lambat. Oleh karena itu , mereka seringkali harus menempuh cara berbeda untuk memahami sebuah informasi atau pelajaran yang sama. Karena itulah keterampilan seorang guru dalam menggunakan metode pembelajaran sangat penting mengingat masing-masing siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda. Oleh karena itu dalam pembelajaran guru harus mampu mengenali gaya belajar siswa agar pembelajaran bisa efektif dan bermakna bagi peserta didik.
B. Motivasi Belajar 1.
Pengertian Motivasi Belajar Motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oeh subjek belajar itu dapat tercapai.14 Motivasi merupakan kekuatan yang tersembunyi yang mampu mendorong seseorang untuk bertindak dengan cara yang khas. Dalam proses belajar mengajar motivasi sungguh sangat diperlukan oleh setiap siswa untuk meraih prestasi belajar. Seorang guru yang dicintai siswa adalah yang bisa
14
Sardiman, A.M., Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2003, 75.
33
memberikan motivasi. Guru adalah motivator yang membuat siswa senantiasa bersemangat dalam meraih cita-cita. Hal-hal yang dapat dilakukan
seorang guru dalam memberikan
motivasi kepada siswa, yaitu : a. Memberikan Harapan Guru yang berhasil memotivasi siswa adalah yang bisa memberikan harapan dan memberi apresiasi yang dapat membangkitkan semangat. Penghargaan yang diberikan guru kepada siswa akan menjadi semangat baginya untuk terus maju dan memberbaiki diri. Setiap usaha siswa sekecil apapun harus dihargai.
Misalnya,
guru harus menunjukkan ekspresi
senang ketika melihat hasil tugas muridnya sambil mengatakan bahwa hasil pekerjaan siswa sangat bagus. b. Menjelaskan Tujuan Belajar Guru yang mampu membangun semangat siswa adalah yang bisa menjelaskan tujuan belajar dari materi yang akan dan sedang dipelajari. Dengan demikian, siswa memahami tujuan belajarnya sehingga terbangun kesadarannya untuk bersemangat dalam belajar, Hal ini penting untuk dilakukan karena tidak sedikit dari siswa yang kurang bersemangat dalam belajarnya karena tidak mengetahui dari tujuan belajarnya.
34
c. Membantu Kesulitan yang Terjadi Membantu kesulitan yang terjadi pada siswa adalah salah satu tugas dari guru, memberikan bantuan dalam kesulitan akademik maupun masalahmasalah lain yang dihadapi siswa. d. Hadiah dan Pujian Pemberian hadiah dan pujian kepada siswa yang telah berhasil menyelesaikan pekerjaannya dengan baik adalah penting dilakukan karena hal ini akan semakin memotivasi siswa agar kian bersemangat dalam belajar.15 Seorang guru mempunyai peran yang sangat besar dalam memberikan motivasi kepada siswa. Oleh karena itu hendaknya menaruh perhatian yang besar kepada siswa dalam memberikan hadiah dan pujian. Sebab, sifat dasar manusia merasa senag bila mendapatkan hadiah dan pujian. Inilah yang dirasakan oleh siswa bila mendapatkan hadiah dan pujian dari gurunya. Dengan demikian, jika hatinya senang, ia akan lebih bersemangat dalam belajar.
15
Akhmad Muhaimin Azzet, Menjadi Guru Favorit, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011, 44-47.
35
2. Komponen-komponen Motivasi Motivasi mempunyai dua komponen yaitu pertama, komponen dalam (inner component) yaitu
kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipuaskan dan kedua,
komponen luar (outer component) adalah tujuan yang hendak dicapai.16 Dari uraian di atas, ada tiga unsur yang saling berkaitan, yaitu : a. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. b. Motivasi ditandai dengan timbulnya perasaan (affective arousal). Mulamula merupakan ketegangan psikologis, lalu merupakan suasana emosi. Suasana emosi ini menimbulkan kelakuan yang bermotif. c. Motivasi ditandai dengan reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi
terkandung
adanya
keinginan
untuk
mengaktifkan,
menggerakkan, menyalurkan dan mengarahkan perilaku belajar sehingga motivasi berperan menumbuhkan gairah belajar, emosi, perasaan senang, dan semangat untuk belajar.
3. Nilai Motivasi dalam Pembelajaran. Secara garis besar motivasi mengandung nilai-nilai sebagai berikut : a. Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya belajar siswa.
16
Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007, 173-174.
36
b. Pengajaran yang bermotivasi pada hakikatnya adalah pengajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada pada siswa. c. Pengajaran yang bermotivasi menuntut kreativitas dan imajinasi guru untuk berusaha sungguh-sungguh mencari cara-cara yang relevan guna membangkitkan dan memelihara motivasi belajar siswa. d. Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan menggunakan motivasi dalam pengajaran erat hubungannya dengan pengaturan disiplin kelas. e. Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang intregal daripada asas-asas mengajar. Penggunaan motivasi dalam mengajar bukan saja melengkapi prosedur mengajar, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan pengajaran yang efektif.17 Motivasi mempunyai nilai
yang penting dalam belajar, karena
motivasi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Karena
siswa yang memiliki motivasi tinggi, belajarnya lebih baik
dibandingkan dengan siswa yang motivasi belajarnya rendah. Hal ini dapat dipahami, karena siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat mengganggu kegiatan belajar yang dilakukannya. Motivasi belajar juga penting diketahui oleh guru, Pengetahuan dan pemahaman tentang motivasi belajar pada siswa 17
Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009, 161-162.
37
bermanfaat bagi guru. Manfaat tersebut adalah member peluang bagi guru untuk “unjuk Kerja” rekayasa pedagogis. Tugas guru adalah membuat siswa belajar sampai berhasil. Tantangan profesionalnya justru terletak pada kemampuan mengubah siswa yang tidak berinat menjadi bersemangat belajar. 4. Jenis-jenis Motivasi Berdasarkan sumbernya motivasi di bagi menjadi dua jenis, yaitu : a. Motivasi intrinsik yaitu motivasi yang sumbernya datang dari dalam diri orang yang bersangkutan (siswa), dan. b. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang sumbernya datang dari lingkungan luar diri orang yang bersangkutan (siswa).18 Untuk proses belajar mengajar, motivasi instrinsik lebih menguntungkan karena biasanya dapat bertahan lebih lama, sedagkan motivasi ekstrinsik akan lebih mudah luntur bila tujuan sudah tercapai. Beberapa
cara
membangkitkan
motivasi
ekstrinsik
dalam
rangka
menumbuhkan motivasi instrinsik, yaitu : a) Kompetisi (persaingan), guru membuat persaingan
siswanya untuk
meningkatkan prestasi belajarnya.
18
WS. Winkel, Psikologi Pengajaran, Jakarta: Gramedia Widiasrana, 1999, 173.
38
b) Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat), membuat tujuan intruksional khusus yang akan dicapai siswa. c) Tujuan yang jelas d) Kesempatan untuk sukses yang dapat menimbulkan rasa puas, senang dan percaya diri e) Minat yang besar motif akan timbul jika individu memiliki minat yang besar.dan; f) Mengadakan penilaian atau tes.19 Pada umumnya siswa belajar dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi, bila guru memberi tahu bahwa lusa akan diadakan ulangan, barulah siswa giat belajar, agar mendapatkan nilai yang baik. Jadi, angka atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
5. Prinsip-prinsip Motivasi Kenneth H. Hover dalam Hamalik mengemukakan prinsip-prinsip motivasi sebagai berikut :20
19
Moh.Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000, 24. 20
Oemar Hamalik, Proses Belajar…, 163.
39
a. Pujian lebih efektif daripada hukuman. Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar nilainya bagi motivasi belajar siswa. b. Motivasi yang berasal dari dalam individu lebih efektif daripada motivasi yang dipaksakan dari luar. c. Terhadap jawaban (perbuatan) yang serasi (sesuai dengan keinginan) perlu dilakukan usaha pemantauan (reinforcement). d. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan siswa yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian juga siswa yang antusias akan mendorong motivasi siswa lainnya. e. Pemahaman yang jelas terhadap tujuan-tujuan akan merangsang motivasi. Apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapainya maka perbuatannya ke arah itu akan lebih besar daya dorongnya. f. Puji-pujian yang datangnya dari luar (eksternal reward) kadang-kadang diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya. g. Teknik dan proses mengajar yang bermacam-macam adalah efektif untuk memelihara minat siswa. h. Manfaat minat yang telah dimiliki siswa adalah bersifat ekonomis. i. Kecemasan yang besar akan menimbulkan kesulitan belajar
40
j. Apabila tugas tidak terlalu sukar dan apabila tidak ada maka frustasi secara cepat menuju ke demoralisasi, k. Tekanan kelompok siswa (per grup) kebanyakan lebih efektif dalam motivasi daripada tekanan/paksaan dari orang dewasa. l. Motivasi yang besar erat hubungannya dengan kreativitas siswa.21 Dalam
kegiatan
belajar
mengajar
prinsip-prinsip
motivasi
perlu
diperhatiakan oleh guru agar prestasi belajar siswa bisa optimal, makin tepat motivasi yang diberikan akan semakin berhasil pula pembelajaran itu.
6. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar Beberapa bentuk dan cara menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, yaitu: a. Memberi angka. dalam hal ini angka identik dengan simbol dari nilai kegiatan belajar. Banyak siswa belajar, yang utama justru untuk mencapai nilai/angka yang baik. b. Hadiah. Pemberian hadiah dapat memberikan motivasi atau dorongan bagi seseorang dan biasanya orang cenderung melakukan lagi agar mendapatkan hadiah. Hal ini sesuai dengan teori behavior yang menjelaskan bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh hadiah atau ganjaran dan pengenalan dari lingkungan.22
21 22
Sardiman A. M., Interaksi dan Motivasi…, 83-85. Westy Sumanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 1990, 323.
41
c. Saingan/kompetisi. Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. d. Ego-involvement. Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan mempertaruhkan harga diri, adalah sebagai salah satu bentuk motivasi yang cukup penting. e. Memberi ulangan. Siswa akan giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.Oleh karena itu memberi ulangan/tes ini juga merupakan sarana motivasi. f. Mengetahui hasil. Dengan mengetahui hasil pekerjaan, apalagi kalau terjadi kemajuan, akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. g. Pujian. Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan tugas dengan baik, perlu diberikan pujian. Pujian adalah bentuk reinforcement yang positif sekaligus merupakan motivasi yang baik. h. Hukuman. Hukuman sebagai
reinforcement yang negatif tetapi kalau
diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi. Oleh karena itu guru harus memahami prinsip-prinsip pemberian hukuman. i. Hasrat untuk belajar. Dengan adanya hasrat untuk belajar berarti pada diri siswa itu memang ada motivasi untuk belajar. j. Minat. Proses belajar akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
42
k. Tujuan yang diakui. Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, akan merupakan alat motivasi yang sangat penting. 23 Bentuk-bentuk motivasi di atas perlu diperhatikan bagi guru untuk dikembangkan dan diarahkan agar dapat melahirkan kegiatan belajar yang bermakna, sehingga hasilnya pun akan bermakna bagi kehidupan siswa.
C. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie kemudian dalam Bahasa indonesia menjadi “prestasi” yaitu yang berarti “hasil usaha”.24 Sedangkan belajar berarti berusaha supaya mendapat suatu kepandaian.25 Berikut ini pendapat beberapa ahli pendidikan terhadap pengertian prestasi belajar: a. Menurut Suryabrata “Prestasi belajar adalah nilai sebagai rumusan yang diberikan guru bidang studi mengenai kemajuan atau prestasi belajar selama masa tertentu”.26 b. Menurut Sudjana “prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai seseorang dalam melakukan proses untuk mendapatkan perubahan tingkah laku
Sardiman, A.M, Interaksi Motivasi …, 91-94. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 1991, 3. 25 W.J.S. Purwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1985, 108. 26 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1988, 32. 23
24
43
kognitif, afektif, dan psikomotorik”.27 Untuk lebih konkritnya dapat dijelaskan sebagai berikut: a) Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas pembelajaran di sekolah. b) Prestasi belajar adalah pencapaian nilai mata pelajaran tertentu berdasarkan kemampuan siswa dalam aspek pengetahuan, ingatan, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. c) Prestasi belajar adalah nilai yang dicapai oleh siswa melalui ulangan atau ujian yang diberikan oleh guru. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh siswa berdasarkan pengalaman dan latihan dalam beberapa mata pelajaran yang diwujudkan dalam nilai raport.
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Dalam proses belajar mengajar keberhasilan dan kegagalan tidak dapat dilihat dari satu faktor saja tetapi perlu memandang dari berbagai segi/faktor yang mempengaruhi. Fakor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar meliputi: faktor yang berasal dari diri individu dan dari luar diri individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:
27
Nana Sujana, Penilaian Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, 45.
44
a. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa; b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa; c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.28 Selanjutnya masing-masing faktor, baik internal maupun eksternal memiliki aspek-aspek tersendiri, yakni faktor internal siswa meliputi dua aspek, yaitu: a. Aspek Fisiologis Untuk mempertahankan kondisi kebugaran jasmani agar tetap sehat dan organ yang berfungsi dalam proses pembelajaran, maka dianjurkan anak didik/ siswa selalu memperhatikan kesehatan jasmani tersebut. Dengan pola makanan yang sehat, bergizi, olah raga dan istirahat yang cukup, maka kesehatan jasmani dan organ yang difungsikan dalam pembelajaran akan berfungsi dengan baik, mampu menyerap ilmu pengetahuan dan pelajaran lain yang diberikan guru dengan stabil dan kondusif. Mental siswa yang sehat akan memiliki reaksi positif karena didukung oleh ketersediaan dan kesiapan jasmani yang sehat.
28
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999, 131-132.
45
b. Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek ini, diantara faktor-faktor rohaniah siswa pada umumnya dipandang esensial itu adalah sebagai berikut: 1) tingkat kecerdasan/intelegensi siswa; 2) sikap siswa; 3) bakat siswa; 4) minat siswa; 5) motivasi siswa.29 1)
Intelegensi Siswa Intelegensi siswa pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat. Semakin tinggi kemampuan siswa makin besar peluang untuk meraih sukses. Diantara siswa yang mayoritas memiliki intelegensi normal, mungkin terdapat satu atau dua orang yang tergolong gifted child atau talented child, yakni anak sangat cerdas dan anak sangat berbakat (IQ 140 ke atas). Di samping itu, ada anak yang memiliki di bawah rata-rata (IQ 70 ke bawah). Ciri-ciri anak yang superior yaitu; haus akan ilmu pengetahuan, mampu secara tepat menarik suatu generalisasi, rasa ingin tahu yang tinggi, cepat dalam memahami suatu masalah dan memecahkan jalan keluar, cepat dan tepat dalam bertindak dan sebagainya.30 Dalam hal ini, seorang guru yang profesional sepantasnya menyadari bahwa keluarbiasaan intelegensi siswa, baik yang bersifat 29
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan…,132. E. Mulyasa, Menjadi Guru Profesional : Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, 127. 30
46
positif seperti superior maupun yang negatif seperti borderline, lazimnya menimbulkan kesulitan belajar yang bersangkutan. Di satu sisi, siswa yang cerdas sekali akan merasa tidak mendapatkan perhatian yang memadai dari sekolah karena pelajaran yang disajikan terlalu mudah, akibatnya ia menjadi bosan dan frustasi karena tuntutan kebutuhan keingintahuannya (curiosity) merasa dibendung secara tidak adil. Di sisi lain, siswa yang bodoh sekali merasa sangat payah mengikuti sajian pelajaran karena sukar baginya. Karenanya siswa itu sangat tertekan, dan akhirnya merasa bosan dan frustasi seperti dialami rekannya yang luar biasa positif tadi. 2) Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap (attitude) siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikan merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa tersebut. 3) Bakat Siswa Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang . Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas
47
masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan intelegensi. Itulah sebabnya anak yang berintelegensi cerdas (superior) atau cerdas luar biasa (very superior) disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat. Dengan bakat yang dimiliki siswa akan mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. 4) Minat Siswa Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh.31 Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatau hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Memahami kebutuhan siswa dan melayani kebutuhan siswa adalah salah satu upaya membangkitkan minat anak didik. Jangan dipaksakan agar siswa tunduk pada kemauan guru untuk memilih jurusan tertentu yang sebenarnya anak tidak berminat siswa cenderung malas belajar untuk mempelajari mata pelajaran yang tak disukainya. Siswa pasrah pada nasib dengan nilai apa adanya. Guru dalam hal ini seyogyanya berusaha membangkitkan minat siswa untuk menguasai pengetahuan yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara membangun sikap positif, memusatkan perhatian yang intensif dan sebagainya.
31
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Rineka Cipta, 2001, 182.
48
5) Motivasi Siswa Perhatian siswa akan besar jika dalam pembelajaran guru memberikan tugas, dengan tugas itu mengandung nilai pribadi atau minat untuk mempelajari besar. Hasilnya ialah bahwa belajar dan mengajar lebih mudah dan siswa dapat bertanggung jawab untuk melanjutkan belajar dengan bebas. Motivasi dapat dipertahankan dengan menyajikan pengalaman yang bervariasi. Sedangkan faktor eksternal siswa terdiri dua macam faktor, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non-sosial.32 a) Faktor Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti guru, staf administrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Guru yang selalu menunjukkan sikap dan perilaku simpatik dan memperlihatkan suri tauladan yang baik dan rajin khususnya dalam belajar, dapat menjadi daya dorong yang positif dalam kegiatan belajar siswa. Selain itu, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga serta teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan siswa tersebut. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa. Sifat-
32
Baharudin, Esa Nur Wahyuni, Teori Belajar dan Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008, 26.
49
sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa. b) Lingkungan Non-sosial Yang termasuk lingkungan non-sosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alatalat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. faktor-faktor non-sosial inilah yang ikut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar (study time preference), seorang ahli J. Biggers berpendapat, bahwa waktu seperti pagi atau sore hari, bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-waktu lainnya. Tetapi ada juga yang berpendapat bahwa belajar yang dilakukan sore hari mempunyai nilai yang baik pula. Dengan demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama ini sering dipercaya berpengaruh terhadap prestasi belajar, tak perlu dihiraukan. Sebab bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan kesiapan sistem memori siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa. Selain faktor-faktor internal dan eksternal siswa yang berpengaruh
dalam
belajar,
faktor
pendekatan
belajar
juga
50
berpengaruh terhadap taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa. Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai segala cara atau strategi yang digunakan siswa untuk menunjang keefektifan dan efesiensi dalam
proses
pembelajaran
materi
tertentu.
Strategi
berarti
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu. Untuk memperjelas uraian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi belajar tersebut, berikut ini disajikan dalam bentuk sebuah tabel 2.1 sebagai berikut: Tabel: 2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
Ragam Faktor dan Unsur-unsurnya
Internal siswa 1. Aspek Fisiologis
2.
Pendekatan
Eksternal siswa 1.
Lingkungan sosial
- kesehatan jasmani
- Keluarga
- Mata dan telinga
- Guru dan staf
Aspek Psikologis
- Masyarakat
-
Intelegensi
- teman
-
Sikap
-
Minat
- Rumah
-
Bakat
- Sekolah
-
Motivasi
- Peralatan
2.
1.
- Speculative - Achieving 2.
Lingkungan Non- Sosial
- Alam
Pendekatan tinggi
Pendekatan Menengah - Analitical - Deep
3.
Pendekatan rendah
51
- Reproductive Survace
3. Cara Mengukur Prestasi belajar Pengetahuan yang terdapat pada diri siswa merupakan suatu prestasi utama dan penting. Oleh karena itu, dalam merencanakan pembelajaran perlu dimasukkan cara mengukur prestasi belajar, agar guru mengetahui tingkat kemampuan siswa maka guru harus menguji hasil belajar siswa tersebut dengan menggunakan tes hasil belajar. Seorang siswa dikatakan tuntas bahan belajar apabila nilai siswa mencapai taraf penguasaan minimal yang ditetapkan bagi setiap unit bahan yang dipelajarinya. Untuk mengukur prestasi belajar siswa dapat dilakukan dengan mengadakan tes tertulis. Tes tertulis ini dibuat oleh guru untuk menilai kemajuan siswa dalam hal pencapaian materi yang dipelajari. Bentuk-bentuk tes tertulis ada dua yaitu
tes subjektif dan tes
objektif.33 a. Tes Subjektif, yang pada umumnya berbentuk esai (uraian). Ciri-ciri dari tes ini pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, dan simpulkan. Kebaikan tes subyektif adalah:
33
2002, 162.
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evalusi Pendidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
52
1) Mudah disiapkan dan disusun. 2) Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untunguntungan. 3) Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang bagus. 4) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri 5) Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu masalah yang di ujikan. Keburukan tes subjektif adalah : 1) Kadar validitas dan realibitas rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang telah betul-betul dikuasaai 2) Kurang representative dalam hal mewakili seluruh scope bahan pelajaran yang akan diteskan karena soalnya hanya beberapa saja 3) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif. b. Tes objektif . Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Kebaikan tes objektif adalah: 1) Lebih representative mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif 2) Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
53
D. Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik Strategy Based Student’s Choice adalah suatu srtategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri metode pembelajaran yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan pilihan dan keinginan siswa, strategi belajar yang disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Dengan strategi ini diharapkan siswa dapat belajar sesuai dengan keinginan dan akan menumbuhkan motivasi belajar sehingga dapat mempercepat pemahaman mereka terhadap materi pelajaran.
E. Pembelajaran al-Quran Hadis dengan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik. 1. Mata Pelajaran al-Quran Hadis Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan
bahwa
pendidikan
nasional
berfungsi
mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka
mencerdaskan
kehidupan
bangsa,
bertujuan
untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi
54
yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah pendidikan agama Pendidikan Agama Islam, yang dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia. Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah terdiri atas empat mata pelajaran yaitu al- Quran Hadis, Akidah akhlak, Fikih dan SKI. AlQuran Hadis merupakan unsur mata pelajaran Agama Islam pada madrasah yang memberikan pemahaman kepada peserta didik tentang al_Quran dan Hadis sebagai sumber ajaran agama Islam. Secara subtansial, materi mata pelajaran al-Qur'an Hadis di
MTs
merupakan kelanjutan dan
kesinambungan materi mata pelajaran al-Qur'an Hadis pada jenjang MI , terutama pada penekanan kemampuan membaca al-Qur'an dan Hadis, pemahaman surat-surat pendek,
interpretasi ayat dan hadis dalam
memperkaya hasanah intelektual serta menerapkan isi kandungan ayat/hadis yang merupakan unsur pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari. Adapun tujuan mata pelajaran al-Qur'an Hadis adalah:34 a. Meningkatkan kecintaan siswa terhadap al-Qur'an dan Hadis. b. Membekali siswa dengan dalil-dalil yang terdapat dalam al-Qur'an dan Hadis sebagai pedoman dalam menyikapi dan menghadapi kehidupan.
34
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Madrasah Tsanawiyah, Jakarta: PT. Bina Raya, 2007, 273.
55
c. Meningkatkan kekhusyukan siswa dalam beribadah terlebih salat, dengan menerapkan hukum bacaan tajwid serta isi kandungan surat/ayat dalam surat-surat pendek yang mereka baca.
2. Fungsi Mata Pelajaran al-Quran Hadis Secara fungsional pelajaran al-Quran Hadis memiliki fungsi sebagai berikut : a. Pengajaran, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan yang merupakan informasi dan pesan-pesan al-Quran Hadis tentangf berbagai disiplin ilmu pengetahuan. b. Sumber nilai, pengajaran al-Quran Hadis dapat melandasi nilai sikap, nil;ai keyakinan dan akhlak untuk terbentuknya insan yang utuh dalam rangka mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. c. Sumber Motivasi, memberikan dorongan dan semangat yang kuat dalam beramal dan lebih meyakini akan makna perbuatan yang dilakukannya. d. Pengembangan, yaitu pengembangan daya pikir dan nalar peserta didik melalui proses pendidikannya (membaca, menghafal dan meterjemahkan alQuran dan Hadis, sehingga dapat dikembangkan lebih lanjut daya nalar dan kemampuan sesuai dengan tingkat perkembangannya. e. Perbaikan, yaitu dapat memberikan kesadaran dan kecerdasan dalam memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
56
f. Pencegahan, yaitu dapat memberikan kekuatan dan kemantapan diri dalam mencegah segala hal yang datang dari berbagai sisi kehidupannya yang dapat membhayakan dan menghambat peserta didik dalam perkembangannya menuju keimanan dan ketaqwaan. g. Pembiasaan, yaitu pemahaman ilmu pengetahuan, penanaman dan pengembangan nilai-nilai al-Quran dalam konteks lingkungan fisik dan sosial.35 Fungsi-fungsi di atas dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan dikembangkan dalam bentuk kegiatan-keagiatan pembelajaran yang bersifat aplikatif sehingga terwujud keterpaduan antara satu fungsi dengan fungsi yang lain.
3. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Quran Hadis Ruang lingkup mata pelajaran al- Quran Hadis di madrasah Tsanawiyah meliputi : a.
Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid.
b.
Menerjemahkan makna yang merupakan pemahaman, interpretasi ayat dan hadis dalam memperkaya hasanah intelektual
c.
Menerapkan isi kandungan ayat/hadis yang merupakan unsure pengamalan nyata dalam kehidupan sehari-hari.
35
Kurikulum …, 274
57
4. Pembelajaran Al Quran Hadis dengan Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik. Dipilihnya Srategy Based Student’s Choice dengan preferensi sensori: Visual, auditori dan Kinestetik dalam pembelajaran al- Qur’an Hadis disesuaikan dengan karakteristik dari materi yang dipelajari seperti pokok bahasan dakwah dan problematikanya. Materi ini mengandung muatan pelajaran yang menekankan pada pemahaman dakwah yang merupakan pengamalan dari surah al- Lahab dan surah al- Nasr dalam fenomena kehidupan sehari-hari. Langkah-Langkah Pembelajaran Strategy Based Student’s Choice Dari hasil “choice” ( pilihan) siswa, disaring beberapa strategi yang telah dipilih siswa, mampu dilaksanakan, mudah dan tidak mengurangi makna pembelajaran itu sendiri. Kegiatan ini dilaksanakan selama 6 kali pertemuan (3 kali siklus) dengan setiap kali pertemuan selama 2 x 40 menit (2 jam pelajaran). Dengan rincian sebagai berikut : a.
Pada tahap persiapan, guru membagikan instrumen angket gaya belajar kepada siswa untuk diisi. Tujuannya untuk mendata dan mengidentifikasi tentang gaya belajar siswa. Identifikasi gaya belajar siswa meliputi: gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. Data ini sangat penting dan diperlukan
bagi guru untuk menentukan metode
pembelajaran apa saja yang akan dipilih dan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar.
58
b.
Setelah menentukan tiga metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran, guru meminta kepada
siswa menuliskan diatas kertas
”choice” (pilihan) mereka akan metode pembelajaran yang mereka pilih, kemudian menyaring dan memilih 3 metode pembelajaran yang terbanyak dipilih siswa. c.
Pada siklus I guru memulai pelajaran dengan metode pembelajaran yang tersaring terbanyak berdasarkan hasil pilihan siswa, kemudian melakukan observasi terhadap kegiatan siswa dan mengadakan tes untuk melihat hasil prestasi siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 27 April 2013 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2013. Pelaksanakan tindakan siklus I terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
d.
Melanjutkan materi pada pertemuan berikutnya dengan menggunakan strategi hasil pilihan siswa yang lebih sedikit ( siklus II ), kemudian melakukan observasi terhadap kegiatan siswa dan mengadakan tes untuk melihat hasil prestasi siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 11 Mei 2013 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2013. Pelaksanakan tindakan siklus
59
II terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. e.
Pada siklus III dengan menggunakan strategi yang tersaring paling sedikit dipilih siswa, kemudian melakukan observasi terhadap kegiatan siswa dan mengadakan tes untuk melihat hasil prestasi siswa pada saat mengikuti pembelajaran. Pelaksanaan tindakan pada siklus III dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 21 Mei 2013 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2013. Pelaksanakan tindakan siklus III terdiri dari empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.
F. Kerangka Berpikir Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi sensori: Visual. Auditori dan Kinestetik adalah suatu strategi pembelajaran yang dapat dijadikan alternatif untuk dikembangkan dalam pembelajaran al-Quran Hadis dalam rangka mengatasi permasalahan rendahnya motivasi dan prestasi belajar siswa. Dipilihnya Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik ada beberapa alasan dan pertimbangan, diantaranya pertimbangan gaya belajar siswa yang berbeda-beda, kemampuan anak yang beragam. Pembelajaran lebih bervariatif, sesuai dengan gaya belajar siswa. Strategi Based Student’s Choice dengan Preferensi sensori: Visual, Audtori dan Kinestetik dapat meningkatkan motivasi dan
60
prestasi belajar siswa karena Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi sensori: Visual, Audtori dan Kinestetik memberi kesempatan kepada siswa untuk menentukan sendiri keinginan mereka cara belajar al-Qur’an Hadis yang menarik hati dan sesuai dengan gaya belajar sehingga siswa lebih mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru. Uraian kerangka berpikir ini dapat dilihat dalam bentuk gambar sebagai berikut: Metode & Media kurang bervariasi
Metode Pembelajaran tidak sesuai dengan
Siswa kurang terlibat aktif dalam KBM
Prestasi belajar/hasil belajar siswa rendah
Kerjasama antar siswa kurang
Motivasi belajar siswa rendah
Strategy Based Student’s Choice
Metode & Media bervariasi, sesuai Choice
Pembelajaran menarik
Prestasi belajar/hasil belajar siswa meningkat
Siswa aktif dalam KBM
Kerjasama siswa meningkat
Motivasi belajar siswa meningkat
Gambar 2.1 Kerangka Berfikir Penerapan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik
61
G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kerangka berpikir di atas
dapat diambil suatu hipotesis
tindakan sebagai berikut: 1. Terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran alQur’an Hadis materi problematika dakwah dengan penerapan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik pada siswa kelas VII di MTs Negeri Salatiga. 2. Terjadi peningkatan prestasi belajar al-Quran Hadis dengan penerapan Strategy Based Student’s Choice dengan
Preferensi sensori: Visual, Auditori dan
Kinestetik pada siswa di MTs Negeri Salatiga.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Waktu Penelitian Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester genap tahun pelajaran 2012/2013, dengan 3 siklus atau 6 kali pertemuan . Durasi waktu setiap kali pertemuan adalah 2 x 40 menit (2 jam pelajaran).. Pelaksanaan tindakan Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 27 April 2013 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2013. Pelaksanaan siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 11 Mei 2013 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada 18 Mei 2013. Pelaksanaan siklus III dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 21 Mei 2013 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2013. Kegiatan penelitian ini dimulai dengan penyusunan proposal penelitian pada bulan januari 2013 dan direncanakan penelitian selesai pada bulan Mei 2013. 2. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di MTs Negeri Salatiga . Pertimbangan peneliti memilih MTs Negeri Salatiga sebagai tempat penelitian karena
62
63
peneliti adalah pengajar di madrasah tersebut sehingga memudahkan peneliti berinteraksi dengan pihak madrasah.
B. Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VII H MTs Negeri Salatiga sebanyak 32 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Kelas VII H merupakan kelas reguler yang prestasi akademiknya sebagian besar rendah. Hal ini bisa dilihat dari nilai SKHU ketika mendaftar di MTs N Salatiga. Dan karena menduduki urutan abjad H, berarti menduduki posisi urutan kelas yang secara akademik prestasinya rendah, karena di MTs N Salatiga dalam pembagian kelas didasarkan pada ketika mendaftar.
peringkat nilai SKHU
Latar belakang pendidikan orang tua siswa
rendah
sehingga perhatian dan dukungan orang tua terhadap pendidikan siswa kurang. Latar belakang ekonomi orang tua siswa juga rendah yaitu rata- rata sebagai buruh, orang tua kurang memperhatikan belajar siswa karena waktunya banyak tersita untuk bekerja.
C. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini ada tiga variabel yaitu variabel X, variabel Y1 dan variabel Y2. Variabel X adalah Srtategy Based Student’s Choice berdasarkan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik, sedangkan
64
variabel Y1 adalah motivasi belajar siswa dan Y2 adalah prestasi belajar siswa kelas VII H MTs Negeri Salatiga semester genap tahun pelajaran 2012/2013.
D. Prosedur Tindakan Penelitian
ini
merupakan
Penelitian
Tindakan
menerapkan Strategy Based Student’s Choice dengan
Kelas
dengan
Preferensi Sensori:
Visual, Auditori dan Kinestetik untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar kelas VII H semester genap di MTs Negeri Salatiga pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis. Kegiatan penelitian ini direncanakan sebanyak tiga siklus. Setiap siklus prosedur atau langkah-langkah yang akan dilakukan terdiri dari empat komponen pokok, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Sebelum
tindakan
siklus I dilaksanakan terlebih
dahulu dilaksakan observasi pra siklus tujuannya untuk mengetahui kondisi awal tentang seberapa besar motivasi dan prestasi belajar siswa kelas VII H dalam mengikuti pembelajaran. Setelah itu dilaksanakan persiapan Penelitian Tindakan Kelas. Dalam persiapan ini dilaksanakan serangkaian kegiatan, yaitu: 1. Guru dan kolaborator survei di kelas VII H kemudian membagikan angket gaya belajar kepada semua siswa secara langsung dan memita
siswa
mengisi angket tersebut di Madrasah dan tidak diperkenankan dibawa pulang. Hal ini dilakukan untuk menjamin keabsahan dan keakuratan data. Adapun tujuan pengisian angket adalah untuk mengungkap informasi yang
65
faktual tentang gaya belajar yang dimilki oleh siswa di kelas VII H. Gaya belajar berdasarkan modalitas sensori atau preferensi sensori, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. Data tentang gaya belajar siswa ini sangat penting dan penelitian ini, yaitu sebagai dasar pembelajaran
yang
akan
dibutuhkan dalam
untuk menetukan alternatif metode
ditawarkan kepada siswa untuk dipilih
(Choice). 2. Guru menetapkan tiga metode pembelajaran berdasarkan modalitas sensori atau preferensi sensori yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. Tiga metode pembelajaran itu adalah Card Sort (sortir kartu). Metode pembelajaran ini dipersiapkan untuk siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik, Small Group Discussion (diskusi kelompok kecil), metode pembelajaran ini dipersiapkan untuk siswa yang mempunyai gaya belajar auditori dan Talking Stick (tongkat berbicara). Metode pembelajaran ini dipersiapkan untuk siswa yang mempunyai gaya belajar visual. 3. Guru menetapkan tiga metode pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran dan memberi penjelasan langkah-langkah penerapan metode pembelajaran tersebut dan menayangkan di slide LCD. 4. Guru meminta kepada siswa untuk menuliskan di atas kertas ”choice” (pilihan) mereka tentang
metode pembelajaran yang mereka senangi,
kemudian menyaring dan memilih tiga metode pembelajaran yang
66
terbanyak dipilih siswa. Hal ini dilakukan untuk memperkuat data tentang gaya belajar siswa agar lebih valid. Setelah serangkaian kegiatan persiapan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan, kemudian
dilaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas. Proses Penelitian Tindakan Kelas dijelaskan sebagai berikut : 1. Siklus I a. Perencanaan 1) Membuat skenario pembelajaran I dengan menerapkan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori
dan
Kinestetik
dengan
menggunakan
metode
pembelajaran yang dipilih siswa paling banyak. 2) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa ( LKS) 3) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat motivasi belajar siswa 4) Menyiapkan soal-soal tes tertulis untuk post tes yang akan dilaksanakan diakhir siklus, tujuannya untuk mengukur prestasi belajar siswa. b. Pelaksanaan 1) Guru menyiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP)
siklus I. 2) Guru melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual,
67
Auditori dan Kinestetik
dengan menggunakan
metode
pembelajaran yang dipilih paling banyak oleh siswa pada materi memahami kandungan surah al-Lahab tentang problematika dakwah. 3) Guru melakukan
observasi terhadap motivasi belajar yang
tercermin dalam aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung. 4) Guru melaksanakan evaluasi dengan memberikan soal post tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. c. Observasi Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data motivasi belajar siswa yang tercermin dalam aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut : 1)
Observer menyiapkan lembar observasi untuk mengamati motivasi belajar siswa yang tercermin dalam aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Observasi dilakukan terhadap seluruh siswa, dan terhadap siswa yang mempunyai gaya belajar tertentu (X) dan menyukai metode pembelajaran yang dipilih paling banyak oleh siswa. observer mengumpulkan data hasil observasi dan melakukan analisis.
68
d. Refleksi Sumber data yang telah dikumpulkan dianalisis oleh peneliti dan teman sejawat (kolaborator). Data-data yang diperoleh selanjutnya akan disimpulkan yaitu mengenai motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa secara keseluruhan dan terhadap siswa yang mempunyai gaya belajar tertentu (X) dan menyukai metode pembelajaran yang dipilih siswa paling banyak.
Langkah selanjutnya adalah refleksi
terhadap hasil yang telah dilaksanakan. Pertanyaan yang perlu dikemukakan dalam proses refleksi adalah : 1) Apakah proses pembelajaran dengan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dengan menggunakan metode belajar yang dipilih paling banyak oleh siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa? 2) Berapa banyak siswa yang mengalami peningkatan
prestasi
belajar? 3) Apakah motivasi belajar siswa meningkat? 4) Bagaimana hasil observasi motivasi dan prestasi siswa yang mempunyai karakteristik gaya belajar tertentu (X) dan menyukai metode pembelajaran yang paling banyak dipilih siswa.
69
2. Siklus II a. Perencanaan 1) Membuat skenario pembelajaran II dengan menerapkan
Strategy
Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dengan menggunakan metode pembelajaran yang dipilih lebih sedikit dari siswa pada materi memahami kandungan surah al-Nasr tentang problematika dakwah 2) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa ( LKS) 3) Menyiapkan lembar observasi untuk melihat motivasi belajar siswa menyiapkan soal-soal tes tertulis untuk post tes diakhir siklus untuk mengukur prestasi belajar siswa. b. Pelaksanaan 1) Guru melakukan pembelajaran menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus II. 2) Guru melakukan evaluasi di akhir pembelajaran dengan melaksanakan post tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. c. Observasi Kegiatan observasi dilakukan untuk mengumpulkan data motivasi belajar siswa yang tercermin dalam aktivitas siswa saat pembelajaran berlangsung. Kegiatan observasi ini meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
70
1) Observer menyiapkan lembar observasi untuk mengamati motivasi belajar siswa yang tercermin dalam aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. 2) Observasi dilakukan terhadap seluruh siswa, dan terhadap siswa yang mempunyai gaya belajar tertentu dan menyukai metode pembelajaran yang dipilih lebih sedikit dari siswa. observer mengumpulkan data hasil observasi dan melakukan analisis. d. Refleksi Peneliti dan kolaborator (teman sejawat) menganalisis semua tindakan pada siklus II. Kegiatan ini untuk mengukur dan mengambil kesimpulan apakah penggunaan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik denga metode pembelajaran yang dipilih lebih sedikit oleh siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada materi memahami kandungan surah al-Nasr tentang problematika dakwah. Sumber data yang telah dikumpulkan dianalisis oleh peneliti dan teman sejawat (kolaborator). Data-data yang diperoleh selanjutnya akan disimpulkan yaitu mengenai motivasi belajar siswa dan prestasi belajar siswa secara keseluruhan dan terhadap siswa yang
mempunyai
gaya
belajar
tertentu
dan
menyukai
pembelajaran yang dipilih siswa lebih sedikit dipilih siswa.
metode Langkah
selanjutnya adalah refleksi terhadap hasil yang telah dilaksanakan. Pertanyaan yang perlu dikemukakan dalam proses refleksi adalah :
71
1) Apakah proses pembelajaran dengan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dengan menggunakan metode belajar yang dipilih lebih sedikit oleh siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa? 2) Berapa banyak siswa yang mengalami peningkatan
prestasi
belajar? 3) Apakah motivasi belajar siswa meningkat? 4) Bagaimana hasil observasi motivasi dan prestasi siswa yang mempunyai karakteristik gaya belajar tertentu (X) dan menyukai metode pembelajaran yang lebih sedikit dipilih siswa.
3. Siklus III a. Perencanaan 1) Membuat skenario pembelajaran II dengan menerapkan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori
dan
Kinestetik
dengan
menggunakan
metode
pembelajaran yang dipilih paling sedikit oleh siswa pada materi memahami kandungan surah al-Nasr tentang problematika dakwah
72
2)
Menyiapkan Lembar Kerja Siswa ( LKS)
3)
Menyiapkan lembar observasi untuk melihat motivasi belajar siswa menyiapkan soal-soal tes tertulis untuk post tes diakhir siklus untuk mengukur prestasi belajar siswa.
b. Pelaksanaan 1) Guru
melakukan
pembelajaran
menggunakan
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) siklus III. 2) Guru melakukan evaluasi di akhir pembelajaran dengan mengadakan post tes untuk mengukur prestasi belajar siswa. c. Observasi 1) Observer menyiapkan lembar observasi untuk mengamati motivasi belajar siswa yang tercermin dalam aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. 2) Observasi dilakukan terhadap seluruh siswa, dan terhadap siswa yang mempunyai gaya belajar tertentu
dan menyukai metode
pembelajaran yang dipilih lebih sedikit oleh siswa. observer mengumpulkan data hasil observasi dan melakukan analisis. d. Refleksi Peneliti dan kolaborator (teman sejawat) menganalisis semua tindakan pada siklus III. Kegiatan ini untuk mengukur dan mengambil kesimpulan apakah penggunaan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dengan
73
metode pembelajaran yang dipilih paling sedikit oleh siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi beajar siswa pada materi penerapan
kandungan surah al-Lahab dan surah al-Nasr dalam
kehidupan sehari-hari. Pertanyaan yang perlu dikemukakan dalam proses refleksi adalah : 1) Apakah proses pembelajaran dengan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dengan menggunakan metode belajar yang dipilih paling sedikit oleh siswa dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa? 2) Berapa banyak siswa yang mengalami peningkatan
prestasi
belajar? 3) Apakah motivasi belajar siswa meningkat? 4) Bagaimana hasil observasi motivasi dan prestasi siswa yang mempunyai karakteristik gaya belajar tertentu (X) dan menyukai metode pembelajaran yang paling sedikit dipilih siswa.
E. Indikator Kinerja Penelitian ini dinilai berhasil apabila : 1. Nilai rata-rata kelas minimal 75 2. Ketuntasan klasikal siswa minimal 85% dengan KKM 75%.
74
3. Motivasi belajar siswa minimal dengan kriteria penilaian baik (minimal 70%).
F. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik Pengumpulan Data Data dalam Penelitian Tindakan Kelas diperoleh dengan cara meakukan Observasi, tes dan dokumentasi . a. Obsevasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati tingkah laku pada suatu situasi tertentu.1 Dalam kegiatan ini peneliti melaksanakan pengamatan, pencatatan dan interpretasi terhadap berlangsungnya pembelajaran, terutama kegiatan atau aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas, yaitu ikut terlibat dan tidaknya siswa selama kegiatan belajar mengajar, perhatian dan konsentrasi siswa terhadap materi yang diajarkan, tujuannya adalah untuk mengetahui motivasi siswa yang tercermin dalam aktivitas dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini dimaksudkan untuk mengamati secara langsung dan sistematis jalannya proses pembelajaran dan motivasi belajar
siswa selama
proses pembelajaran berlangsung.
1
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2009, 19.
75
b. Tes Metode tes adalah sebuah instrumen pengumpulan data yang digunakan untuk menilai hasil-hasil pelajaran yang diberikan oleh guru kepada murid-muridnya dalam jangka waktu tertentu. Tes ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang sejauhmana tingkat pemahaman siswa terhadap materi dengan menggunakan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik . Dengan menggunakan metode tes ini maka peneliti akan dapat mengetahui apakah prestasi belajar siswa pada mata pelajaran alQur’an Hadis mengalami peningkatan sesuai yang diharapkan peneliti pada setiap siklusnya. c. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan data tentang nama siswa, daftar nilai serta rencana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar. d. Angket, untuk mengungkap informasi yang faktual
tentang gaya
belajar siswa berdasarkan preferensi sensori yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. 2. Analisis Data Peneliti dalam melaksanakan penelitian
menggunakan analisis
statistik deskriptif dan teknik deskriptif komparatif. Statistik deskriptif yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan atau mendiskripsikan data yang telah terkumpul
76
sebagaimana adanya. Meliputi data motivasi dan prestasi belajar siswa secara keseluruhan dan data motivasi dan prestasi belajar siswa yang memiliki gaya belajar tertentu (X).
Sedangkan deskriptif komparatif
adalah membandingkan data motivasi belajar kondisi awal dengan data motivasi belajar siklus I dengan data motivasi belajar siklus II dengan data motivasi belajar siklus III, dan membandingkan data prestasi belajar kondisi awal dengan data prestasi belajar siklus I dengan data prestasi belajar siklus II dengan data prestasi belajar siklus III. Analisis data dimulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai
penelitian
berakhir. Langkah-langkah analisis data yaitu : a.
Reduksi Data (Data Reduction) Data diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu di catat secara teliti dan rinci, dan segera dilakukan analisis data melalui reduksi data yaitu dengan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan hal-hal yang penting.
b.
Penyajian Data (Data Display) Setelah
data
direduksi,
maka
langkah
selanjutnya
mendisplaikan data, yaitu dengan teks yang bersifat naratif.
adalah
77
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan penyajian data melalui uraian singkat atau ringkasan-ringkasan penting dari data yang telah direduksi untuk mendapatkan suatu kesimpulan. c.
Conclusion Drawing / Verification (Penarikan Kesimpulan) Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Penyajian data tentang motivasi belajar siswa digunakan rumus
persentase. Menurut Anas Sudijono, untuk mengetahui motivasi belajar selama pembelajaran berlangsung dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :2 P = f X 100% N f = frekuensi yang sedang dicari persentasenya N
= Jumlah fekuensi/banyaknya individu
P
= angka persentase
Dengan kategori / kriteria penilaian sebagai berikut: 80% s.d 100% = sangat baik 70% s.d 79% = baik 2
Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010, 43.
78
60% s.d 69% = cukup ≤ 59 %
= kurang
Menurut Arikunto untuk mengukur persentase ketuntasan belajar secara klasikal digunakan rumus berikut :3
Ketuntasan klasikal =
siswa yang tuntas belajar x 100% jumlah seluruh siswa
Ketuntasan belajar klasikal tercapai apabila persentase siswa yang tuntas belajar atau siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75 jumlahnya lebih dari atau sama dengan 85% dari jumlah seluruh siswa di dalam kelas.
3
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1998, 245.
79
BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN DAN ANALISIS
A. Pelaksanaan Penelitian 1. Observasi Awal Observasi awal dilakukan peneliti di kelas VII H pada tanggal 13 April 2013. Pada observasi ini yang menjadi materi pembelajaran adalah pengertian dakwah dan metode dakwah dengan metode pembelajaran ceramah. Dalam observasi ini diperoleh hasil bahwa motivasi belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran mata pelajaran al-Qur’an Hadis masih rendah. Prestasi siswa juga masih rendah. Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran masih rendah, ini
dapat
dilihat pada
lampiran 21 dan terangkum pada tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Data Observasi Awal Motivasi Belajar Siswa No
Parameter Motivasi Siswa
Skor
1
Siswa hadir tepat waktu
27
2
Siswa memperhatikan keterangan guru
14
3
Siswa aktif bertanya pada guru
20
4
Siswa mencatat keterangan guru
14
5
Siswa aktif menjawab pertanyaan guru
14
6
Siswa aktif mendengarkan pertanyaan
dari
20
teman 7
Siswa aktif mendengarkan jawaban teman 79
20
80
8
Siswa menjaga ketenangan dalam mengikuti
22
pembelajaran 9
Siswa mandiri dalam melaksanakan tugas
20
10
Siswa membuat rangkuman hasil pembelajaran
14
Jumlah
185
Persentase
57,81%
Keterangan: Skor tertinggi perparameter 32, Skor maksimal =320 Kriteria penilaian : 80% s.d 100% = sangat baik 70% s.d 79% = baik 60% s.d 69% = cukup ≤ 59 %
= kurang
Prestasi belajar siswa kelas VII H masih rendah, hal ini terlihat dari hasil ulangan harian, data selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3 dan terangkum pada tabel 4.2 sebagai berikut : TABEL 4.2 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa pada Observasi Awal No
Keterangan
Perolehan
1
Nilai terendah
42,5
2
Nilai tertinggi
90
3
Nilai rata-rata kelas
4
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
17
5
Jumlah siswa yang tuntas belajar
15
6
Persentase ketuntasan klasikal
69,68
46,87%
81
Hasil observasi awal seperti yang tercantum pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis masih rendah, motivasi siswa sebesar 57,81% dengan kriteria penilaian kurang ( rendah). Hasil ulangan harian siswa seperti yang tercantum pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai terendah 42,5 dan nilai tertinggi 90. Nilai rata-rata kelas 69,68, jumlah siswa yang tuntas 15 orang sedangkan yang tidak tuntas sebanyak Persentase
17
siswa. Persentase ketuntasan klasikalnya 46,87%.
ketuntasan masih jauh dari standar yaitu 85 %.
Untuk
mengatasi masalah kesulitan belajar pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis di kelas VII H, maka peneliti bermaksud mengadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan melibatkan teman sejawat sebagai Penelitian
dengan
menggunakan
Strategy
Based
kolaborator.
Student’s
Choice
Berdasarkan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mata pelajaran al-Qur’an Hadis di kelas VII H MTs N Salatiga. Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas pada tanggal 27 April 2013 sampai dengan tanggal 28 Mei 2013, yang dibagi menjadi tiga siklus. Siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan
pada tanggal 27 April 2013 dan
pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 4 Mei 2013. Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 11 Mei 2013 dan pertemuan kedua
82
dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2013. Pelaksanaan tindakan pada siklus III dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama pada tanggal 21 Mei 2013 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada tanggal 28 Mei 2013. Jadwal pelaksanaan kegiatan penelitian ini dapat dilihat dalam lampiran 1. 2. Persiapan Penelitian Tindakan Kelas Dalam persiapan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan kegiatankegiatan sebagai berikut: a. Guru dan guru kolaborator survei di kelas VII H, mengidentifikasi gaya belajar siswa dengan membagikan angket gaya belajar kepada siswa secara langsung dan memita siswa mengisi angket tersebut di Madrasah. Angket tidak diperkenankan dibawa pulang,
hal ini
dilakukan untuk menjamin keabsahan dan keakuratan data. Adapun tujuan pengisian angket adalah untuk mengungkap informasi yang faktual tentang gaya belajar yang dimilki oleh siswa di kelas VII H. Gaya belajar berdasarkan modalitas sensori atau preferensi sensori, yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. Data tentang gaya belajar siswa ini sangat penting dan dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu sebagai dasar untuk menetukan alternatif metode pembelajaran
yang
akan
ditawarkan kepada
siswa untuk dipilih (Choice). Dari hasil angket siswa diketahui bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik sebanyak 14 siswa, yang mempunyai gaya belajar auditori sebanyak 10 siswa dan yang
83
mempunyai gaya belajar visual sebanyak 8 siswa. Daftar siswa kelas VII H beserta karakteristik gaya belajarnya terdapat pada lampiran 4. b. Guru menetapkan tiga metode pembelajaran berdasarkan modalitas sensori atau preferensi sensori yaitu gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. Tiga metode pembelajaran itu adalah Card Sort (sortir kartu). Metode pembelajaran ini dipersiapkan untuk siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik, Small Group Discussion (diskusi kelompok
kecil), metode pembelajaran ini
dipersiapkan untuk siswa yang mempunyai gaya belajar auditori dan Talking
Stick
(tongkat
berbicara).
Metode
pembelajaran
ini
dipersiapkan untuk siswa yang mempunyai gaya belajar visual. c. Guru menyampaikan kepada siswa
tentang
yang akan digunakan dalam pembelajaran,
metode pembelajaran yaitu Card Sort (sortir
kartu), Small Group Discussion ( Diskusi Kelompok Kecil ) dan Talking Stick (Tongkat berbicara). Guru memberi penjelasan langkahlangkah penerapan metode pembelajaran tersebut dan menayangkan di slide LCD. d. Guru meminta siswa menuliskan di atas kertas ”choice” (pilihan) mereka akan metode pembelajaran yang mereka pilih, kemudian menyaring dan memilih 3 metode pembelajaran yang terbanyak dipilih siswa. Dari hasil pilihan siswa, yaitu metode pembelajaran Card sort (sortir kartu) yang paling banyak dipilih siswa. Metode ini dipilih sebanyak 14 siswa, kemudian metode Small Group Discussion
84
(Diskusi Kelompok Kecil ) dipilih sebanyak 10 siswa dan Talking Stick (Tongkat berbicara) dipilih sebanyak 8 siswa.
3. Pelaksanaan Pembelajaran al-Qur’an Hadis di Kelas VII H dengan Strategy Based Student’s Choice dengan Preferensi Sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik (V-A-K) 1. Siklus I a. Perencanaan Kegiatan-kegiatan pada tahap ini meliputi: 1) Menyiapkan perangkat pembelajaran dan merancang skenario pembelajaran yang berorientasi pada Strategy Based Student’s Choice Berdasarkan Preferensi sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik. 2) Penyiapan sarana dan media pembelajaran seperti buku paket dan berbagai buku/bahan bacaan lain yang mendukung pembelajaran al-Quran Hadis
pada materi problematika
dakwah. 3) Menyiapkan pedoman observasi terhadap proses pembelajaran al-Qur’an Hadis dengan dengan
Strategy based Student’s Choice
Preferensi Sensori:Visual, Auditori dan Kinestetik,
pedoman observasi motivasi belajar siswa, serta pedoman penilaian terhadap prestasi belajar siswa.
85
4) Menyususun tes akhir siklus I. Dalam pelaksanaan siklus I digunakan strategi pembelajaran dengan metode card sort (sortir kartu). Metode ini merupakan pilihan siswa yang paling banyak. Perencanaan pengajaran pada siklus I ini dituangkan dalam bentuk RPP yang dapat dilihat pada lampiran 6. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan (1 kali pertemua = 2 x 40 menit). Pertemuan pertama dilaksanakan tanggal 27 April 2013. Materi yang diajarkan tentang surah al-Lahab. Pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 4 Mei 2013 dengan materi pokok asbabun nuzul surah al-Lahab dan problematika dakwah yang muncul dalam surah al-Lahab. Di akhir siklus I ini diadakan tes akhir untuk mengukur prestasi belajar siswa. Kegiatan ini dilaksanakan sesuai dengan jadwal dan prosedur yang telah direncanakan di dalam RPP. Pada siklus I Standar Kompetensinya
adalah menerapkan al-
Qur’an surah-surah pendek pilihan dalam kehidupan sehari-hari tentang problematika dakwah. Kompetensi Dasar: memahami isi kandungan surah al-Lahab dan al-Nasr tentang problematika dakwah. Materi pokoknya adalah surah al-Lahab. Indikator hasil belajar, yaitu siswa mampu:1) Membaca surah al-Lahab 2) Menulis surah al-Lahab 3) Menjelaskan isi kandungan surah al-Lahab, 4)
86
Menjelaskan asbabun nuzul surah al-Lahab, 5) Menjelaskan problematika dakwah yang muncul dalam surah al-Lahab. Kegiatan inti dalam pembelajaran pada siklus I, peneliti dan guru kolaborator terlebih dahulu menyiapkan kartu berisi tentang materi pokok sesuai dengan SK/KD
yang terdiri dari kartu
induk/topik dan kartu rincian. Jumlah kartu sesuai dengan jumlah siswa di kelas. Seluruh kartu diacak agar campur. Guru membagikan kartu kepada siswa dan memastikan masing-masing memperoleh satu kartu. Guru memerintahkan murid bergerak mencari kartu induknya dengan mencocokkan kepada kawan sekelasnya. Setelah kartu induk dan rinciannya ketemu, guru memerintahkan masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasilnya di papan secara urut. Guru dan siswa melakukan koreksi secara bersama setelah semua kelompok menempelkan hasilnya. Guru meminta salah satu penanggungjawab kelompok untuk menjelaskan hasil sortir kartunya, kemudian meminta kelompok lain untuk memberikan komentarnya. Guru melakukan klarifikasi, penyimpulan dan tindak lanjut. Pada akhir pertemuan kedua dalam siklus I dilakukan tes akhir yang
berfungsi
untuk
mengukur
prestasi
belajar
siswa.
Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 17 dan terangkum pada tabel 4. 3 sebagai berikut:
87
Tabel 4.3 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa Siklus I No
Keterangan
Perolehan
1
Nilai terendah
60
2
Nilai tertinggi
89
3
Nilai rata-rata kelas
4
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
2
5
Jumlah siswa yang tuntas belajar
30
6
Persentase ketuntasan klasikal
82,69
93,75%
Berdasarkan data yang tercantum dalam Tabel 4.3 diketahui bahwa siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah sebanyak 30 orang dan siswa yang tidak mencapai nilai KKM ada 2 orang. Sedangkan rata-rata kelas 82,69. Persentase ketuntasan klasikal 93,75%. KKM mata pelajaran al-Qur’an Hadis adalah 75. Dari data di atas jika diklasifikasikan menurut gaya belajar siswa, maka dapat dijelaskan tentang prestasi belajar siswa visual, auditori dan kinestetik sebagai berikut:
88
Tabel 4.4 Data Rangkuman Prestasi Siswa Visual, auditori dan kinestetik Siklus I
No
Keterangan
Perolehan Siswa Siswa Auditori Kinestetik 70 80
1
Nilai terendah
Siswa visual 60
2
Nilai tertinggi
86
87
89
3
Nilai rata-rata
80,13
8,15
85
4
Jumlah siswa yang belum
1
1
0
7
9
14
87,5%
90%
100%
tuntas belajar 5
Jumlah siswa yang tuntas belajar
6
Persentase ketuntasan
Berdasarkan data yang tercantum pada tabel 4.4 diketahui bahwa prestasi belajar siswa visual
dalam pembelajaran
menggunakan metode card sort persentase ketuntasan mencapai 87.5% nilai rata-rata 80,13 Jumlah siswa yang tidak tuntas 1 orang sedang yang tuntas berjumlah 7 orang. Prestasi belajar
siswa auditori dalam pembelajaran
menggunakan metode card sort persentase ketuntasan mencapai 90% dengan nilai rata-rata 8,15 Jumlah siswa yang tidak tuntas 1 orang sedang yang tuntas berjumlah 9 orang. Prestasi
belajar siswa kinestetik dalam pembelajaran
menggunakan metode card sort persentase ketuntasan mencapai
89
100% dengan nilai rata-rata 85. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 14 siswa. c. Observasi Observasi digunakan untuk mengadakan penilaian motivasi belajar siswa selama proses pembelajaran. Observasi terhadap siswa dilakukan oleh peneliti dan
kolaborator, hasil observasi mengenai
motivasi belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 22 Tabel. 4.5. sebagai berikut: Tabel 4.5 Data Observasi Motivasi Belajar Siswa Siklus I NO
Parameter Motivasi Siswa
Skor
1
Siswa hadir tepat waktu
32
2
Siswa memperhatikan keterangan guru
24
3
Siswa memperhatikan informasi yang disampaikan
24
teman 4
Siswa aktif mencocokkan kartu dengan temannya
32
5
Siswa
32
aktif mencari kelompoknya yang sesuai
dengan kartu induk dan kartu rincian 6
Siswa benar dalam pemasangan kartu di papan tulis
32
7
Siswa
26
aktif mengoreksi hasil pemasangan kartu di
papan tulis 8
Siswa
menjaga
pembelajaran
ketenangan
dalam
mengikuti
26
90
9
Siswa mandiri dalam melaksanakan tugas
26
10
Siswa membuat rangkuman hasil pembelajaran
26
Jumlah
280
Persentase
87,5%
Keterangan: Skor tertinggi perparameter 32, Skor maksimal =320 Kriteria penilaian : 80% s.d 100% = sangat baik 70% s.d 79% = baik 60% s.d 69% = cukup ≤ 59 % = kurang Berdasarkan data tabel 4.5 tentang motivasi belajar siswa siklus I dapat diketahui bahwa motivasi siswa sebesar 87,5% dengan kriteria
penilaian
sangat
baik.
Dari
data
di
atas
jika
diklasisifikasikan menurut gaya belajar siswa maka dapat dijelaskan tentang motivasi belajar siswa visual, auditori dan kinestetik sebagai berikut : Tabel 4.6 Data Observasi Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus I
No
Parameter Motivasi Siswa
1
Siswa hadir tepat waktu
2
Siswa memperhatikan keterangan guru
Siswa Visual 8
5
Skor Siswa Siswa Auditori Kinestetik 10 14
7
12
91
3
Siswa memperhatikan informasi yang
5
7
12
8
10
14
8
10
14
8
10
14
6
6
14
5
7
14
5
7
14
5
7
14
63
81
136
78,75%
81%
97,14%
disampaikan teman 4
Siswa aktif mencocokkan kartu dengan temannya
5
Siswa aktif mencari kelompoknya yang sesuai dengan kartu induk dan kartu rincian
6
Siswa benar dalam pemasangan kartu di papan tulis
7
Siswa aktif mengoreksi hasil pemasangan kartu di papan tulis
8
Siswa menjaga ketenangan dalam mengikuti pembelajaran
9
Siswa mandiri dalam melaksanakan tugas
10
Siswa membuat rangkuman hasil pembelajaran Jumlah Persentase
Keterangan: Visual
: Skor tertinggi perparameter 8,
Skor maksimal =80
Auditori : Skor tertinggi perparameter 10,
Skor maksimal =100
Kinestetik: Skor tertinggi perparameter 14,
Skor maksimal =140
Kriteria penilaian : 80% s.d 100% = sangat baik
92
70% s.d 79% = baik 60% s.d 69% = cukup ≤ 59 % = kurang
Berdasarkan data tabel 4.6 dapat dijelaskan bahwa motivasi belajar siswa visual 78,75%, kriteria penilaian baik. Motivasi belajar siswa auditori 81%, kriteria penilaian sangat baik. Motivasi belajar siswa kinestetik 97,14%, kriteria penilaian sangat baik. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa pada siklus I, dapat dijelaskan bahwa motivasi belajar siswa sebesar 87,5% dengan kriteria penilaian sangat baik. Jika dikelompokkan menurut gaya belajar siswa maka diketahui motivasi belajar siswa visual sebesar 78,75%,
siswa auditori sebesar 81% dan siswa
kinestetik sebesar 97,14%. Motivasi belajar siswa yang paling tinggi dimiliki oleh siswa kinestetik, hal ini sangat rasional karena dalam proses pembelajaran siklus I menggunakan metode card sort, metode ini sangat cocok bagi siswa yang mempunyai karakteristik belajar dengan bergerak dan menyentuh. Siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik, biasanya menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa terus mengingatnya. Dalam pembelajaran dengan metode ini, siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik motivasi belajarnya sangat tinggi mereka terlihat bersemangat dalam mengerjakan tugas, aktif mencari kelompoknya.
93
Tidak terlihat rasa canggung atau takut maju mengerjakan tugas untuk mencocokkan kartu dengan teman sekelasnya. Setelah ketemu, masing-masing membentuk kelompok dan menempelkan hasil secara urut. Setelah semua kelompok menempelkan hasilnya, guru dan siswa mengoreksi bersama-sama dan semua siswa benar dalam pemasangan
kartu, guru meminta penanggung jawab kelompok
untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya dan menunjukkan kartu yang disortir kemudian
memberikan penjelasan kepada
kelompok lain. Dari deskripsi di atas, materi memahami isi kandungan surat al-Lahab dapat dilakukan sambil bermain, hasilnya siswa terlihat bersemangat dan termotivasi
ditandai dengan
melakukan aktivitas. Namun demikian masih ada beberapa siswa yang terlihat tidak aktif dan perlu diberi bimbingan dan penguatan supaya proses pembelajaran bisa lebih bermakna. Siswa yang terekam di lembar observasi kurang aktif terutama dari siswa yang mempunyai gaya visual. Namun demikian siswa visual dan auditori juga aktif terutama di parameter 4, 5 dan 6. Strategi pembelajaran dengan metode card sort merupakan kegiatan kolabratif yang bisa digunakan untuk mengajar konsep, karakteristik, klasifikasi, fakta tentang objek atau meriview informasi. Gerakan fisik yang dominan dapat membantu mendinamiskan kelas yang jenuh atau bosan. Khusus untuk siswa visual yang motivasi belajarnya mencapai
kriteria
penilaian
baik
perlu
difasilitasi
dengan
94
penggunaan metode pembelajaran yang mengakomodir gaya belajarnya. Untuk siswa auditori yang motivasi belajarnya sudah bagus
perlu
juga
difasilitasi
dengan
penggunaan
metode
pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajarnya agar motivasi belajarnya lebih tinggi dan proses pembelajaran lebih bermakna.
2. Siklus II a. Perencanaan Siklus II menggunakan metode yang tersaring lebih sedikit dipilih siswa, yaitu metode pembelajaran Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil). Peneliti bersama kolaborator menyusun RPP dengan metode pembelajaran Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil ). RPP terdapat pada lampiran 8. Sebagai bahan diskusi kelompok, guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil, kemudian guru memberikan penjelasan setelah itu memberikan materi untuk didiskusikan. Lembar kerja untuk materi yang didiskusikan terdapat pada lampiran 11. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar siswa, peneliti dan guru kolaborator menyiapkan lembar
observasi yang digunakan untuk
mengamati proses pembelajaran dan menyiapkan soal post-tes yang akan digunakan sebagai alat untuk mengukur prestasi belajar siswa. b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan pada siklus II ini dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 11 Mei 2013,
95
pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 18 Mei 2013. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus II ini berpedoman pada RPP yang telah dipersiapkan. Materi pada siklus II yaitu memahami isi kandungan surah al-Nasr tentang problematika dakwah. Terdiri dari pokok bahasan surah al-Nasr, asbabun nuzul surah al-Nasr, penjelasan isi
surah al-Nasr dan
problematika dakwah yang muncul dalam surah al-Nasr. Kegiatan inti pembelajaran pada siklus II, peneliti dan guru kolaborator membagi peserta didik menjadi 6 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 siswa untuk 4 kelompok, sedang 2 kelompok lain terdiri dari 6 siswa. Guru melaksanakan pembelajaran dengan menyampaikan materi yaitu penjelasan surah al-Nasr. Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengajukan pertanyaan. Guru meminta peserta didik untuk mendiskusikan materi pembelajaran secara berkelompok, kemudian guru meminta masingmasing kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya ke depan (diskusi kelas). Guru bersama kolaborator mengamati jalannya diskusi dan
mengevaluasi jawaban pertanyaan siswa. Pada akhir
pembelajaran, guru membantu peserta didik untuk membuat simpulan materi. Pada akhir siklus II dilakukan tes akhir yang berfungsi untuk mengetahui
prestasi belajar siswa. Selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 18 dan terangkum pada tabel 4.7 sebagai berikut:
96
Tabel 4.7 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa Siklus II No
Keterangan
Perolehan
1
Nilai terendah
73
2
Nilai tertinggi
97
3
Nilai rata-rata kelas
4
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
3
5
Jumlah siswa yang tuntas belajar
29
6
Persentase ketuntasan klasikal
87,5
90,63%
Berdasarkan data yang tercantum dalam Tabel. 4.7 diketahui bahwa nilai terendah 73, nilai tertinggi 97. Siswa yang mencapai KKM yakni 29 orang, dan siswa yang tidak mencapai KKM ada 3 orang. Sedangkan nilai rata-rata kelas adalah 87,5.
Persentase ketuntasan
klasikal adalah 90,63%. Dari data di atas jika diklasifikasikan menurut gaya belajar siswa, maka dapat dijelaskan tentang prestasi belajar siswa visual, auditori dan kinestetik sebagai berikut:
97
Tabel 4.8 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan kinestetik Siklus II
No
Keterangan
Perolehan Siswa Siswa Auditori Kinestetik 82 73
1
Nilai terendah
Siswa visual 74
2
Nilai tertinggi
94
97
96
3
Nilai rata-rata
86,75
90
86,14
4
Jumlah siswa yang belum
1
0
2
7
10
12
87,5%
100%
85.71%
tuntas belajar 5
Jumlah siswa yang tuntas belajar
6
Persentase ketuntasan
Berdasarkan data yang tercantum pada tabel 4.8 diketahui bahwa
prestasi belajar siswa visual
menggunakan
metode
Small
Group
dalam pembelajaran Discussion
persentase
ketuntasan mencapai 87.5% nilai rata-rata 86,75, Jumlah siswa yang tidak tuntas 1 orang sedang yang tuntas berjumlah 7 orang. Prestasi belajar siswa auditori, persentase ketuntasan mencapai 100%, nilai rata-rata 90. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 orang. Prestasi belajar siswa kenestetik, persentase ketuntasan mencapai 85.71%, nilai rata-rata 86,14. Jumlah siswa yang tidak tuntas 2 orang, sedangkan yang tuntas sebanyak 12 siswa.
98
c. Observasi Selama pembelajaran berlangsung motivasi siswa diamati oleh peneliti dan kolaborator, yaitu motivasi yang tercermin dalam aktivitas sebagaimana
yang tertuang dalam lembar observasi
Adapun hasil
observasi pada siklus II mengenai motivasi belajar siswa dapat dilihat pada lampiran 23 yang terangkum pada tabel 4.9 sebagai berikut: Tabel 4.9 Data Motivasi Belajar Siswa Siklus II No
Parameter Motivasi Siswa
Skor
1
Siswa hadir tepat waktu
31
2
Siswa memperhatikan keterangan guru
26
3
Siswa aktif bertanya kepada guru
26
4
Siswa
memperhatikan
informasi
yang
25
disampaikan teman 5
Siswa tanggung jawab terhadap tugas
26
6
Siswa mandiri dalam melaksanakan tugas
26
7
Siswa aktif dalam diskusi kelompok
26
8
Siswa aktif dalam diskusi kelas
26
9
Siswa menjaga ketenangan dalam mengikuti
26
pembelajaran 10
Siswa membuat rangkuman hasil pembelajaran
31
Jumlah skor
269
Persentase
84,06%
Keterangan: Skor tertinggi perparameter = 32, Skor maksimal = 320 Kriteria penilaian : 80% s.d 100% = sangat baik
99
70% s.d 79% = baik 60% s.d 69% = cukup ≤ 59 %
= kurang
Berdasarkan data tabel 4.9. tentang motivasi belajar siswa siklus II dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa sebesar berada pada ketegori sangat
baik. Dari data tersebut jika
diklasifikasikan menurut gaya belajar siswa motivasi
84,06 %
dapat dijelaskan bahwa
siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditori dan
kinestetik sebagai berkut: Tabel 4.10 Data Observasi Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus II
No
Parameter Motivasi Siswa
1
Siswa hadir tepat waktu
2
Siswa memperhatikan
Siswa Visual 7
Skor Siswa Siswa Auditori Kinestetik 10 14
6
10
10
6
10
10
6
9
10
5
10
11
6
10
10
keterangan guru 3
Siswa aktif bertanya kepada guru
4
Siswa memperhatikan informasi yang disampaikan teman
5
Siswa tanggung jawab terhadap tugas
6
Siswa mandiri dalam melaksanakan tugas
100
7
Siswa aktif dalam diskusi
4
10
12
6
10
10
6
10
10
Siswa hadir tepat waktu
8
9
14
Jumlah
60
98
111
75%
98%
79,28%
kelompok 8
Siswa aktif dalam diskusi kelas
9
Siswa menjaga ketenangan dalam mengikuti pembelajaran
10
Persentase ketuntasan
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.10 dapat djelaskan bahwa Motivasi belajar siswa visual sebesar 75%, kriteria penilaian baik, motivasi belajar siswa auditori mencapai 98%, kriteria penilaian sangat baik dan motivasi belajar siswa kinestetik mencapai 79,28%. Kriteria penilaian baik. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa pada siklus II dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa sebesar 84,06% ini berada pada ketegori sangat baik. Jika diklasifikasikan menurut gaya belajar siswa diketahui bahwa motivasi belajar siswa visual sebesar 75%, siswa auditori sebesar 98% dan siswa kinestetik sebesar 79,28%. Pelaksanaan siklus II motivasi tertinggi dimiliki oleh siswa auditori, hal ini logis karena dalam pembelajaran siklus II
pembelajaran
menggunakan metode Small Group Discussion. Metode pembelajaran
101
yang mengakomodir gaya belajar siswa auditori. Siswa yang tercatat tidak terlibat dalam diskusi kelas ada 6 siswa yaitu dari siswa kinestetik 4 orang dan siswa visual 2 orang. Ketidakterlibatan mereka terekam dalam lembar observer karena tidak ikut menjawab pertanyaan ataupun menanggapi diskusi. Hal ini tidak mengurangi keterlibatan siswa yang lain dalam berdiskusi. Guru mencoba memberikan motivasi/dorongan lebih agar siswa yang belum terlibat dapat bergabung, namun dominasi di antara siswa yang terlihat cukup antusias dalam bertanya, mengeluarkan pendapat maupun menjawab pertanyaan dari teman
menyebabkan siswa yang
kurang partisipasi tidak melakukan suatu kegiatan negatif seperti mengacaukan jalannya diskusi. Terhadap siswa yang masih pasif perlu diberi arahan dan penguatan agar motivasi belajarnya lebih meningkat.. Strategi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok kecil pada siklus II ini memperlihatkan siswa lebih banyak bertukar pikiran, mengeluarkan pendapat pribadi. Berdasarkan data tentang prestasi belajar siswa di siklus II ini diketahui bahwa ketuntasan klasikalnya sebesar 90, 63% ini mengalami peningkatan yang bagus jika dibandingkan dengan prestasi belajar observasi awal. Peningkatannya sebesar 43,76%. Untuk siswa yang mempuyai gaya belajar auditori terlihat aktif dan motivasi belajarnya tinggi, presatasi belajarnya juga menunjukkan nilai yang sangat baik yaitu persentase ketuntasan mencapai 100% dengan rata-rata nilai 90.
102
Khusus untuk siswa visual dan kinestetik yang motivasi beajarnya berada pada kriteria penilaian baik, dalam pembelajaran berikutnya perlu difasilitasi dengan penggunaan metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar masing-masing agar motivasi belajarnya lebih tinggi dan pembeajaran lebih bermakna.
3. Sikulus III a. Perencanaan Sesuai hasil pilihan siswa, pada siklus III dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode yang tersaring paling sedikit dipilih siswa, yaitu metode Talking stick (Tongkat Berbicara). Jumlah siswa yang memilih pembelajaran dengan model Talking stick (Tongkat Berbicara) yaitu 8 siswa dari jumlah 32 siswa. Materi yang diajarkan tentang menerapkan kandungan surah al-Lahab dan al-Nasr dalam kehidupan sehari-hari. Perencanaan pengajaran pada siklus III ini dituangkan dalam bentuk RPP yang dapat dilihat di lampiran 10. Dalam tahap perencanaan ini
guru
membuat tongkat yang berukuran 50 cm yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Guru dan kolaborator menyiapkan lembar obsevasi yang akan digunakan sebagai alat untuk mengukur motivasi belajar siswa dan menyiapkan soal post-tes yang akan digunakan untuk mengukur belajar siswa.
prestasi
103
b. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan
siklus III ini dilaksanakan sebanyak 2 kali
pertemuan. Pertemuan pertama dilaksanakan pada tanggal 21 Mei 2013, pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 28 Mei 2013. Pelaksanaan pembelajaran pada siklus III ini berpedoman pada RPP yang telah dipersiapkan. Materi pokok pada siklus III yaitu menerapkan kandungan surah alLahab dan al-Nasr dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan inti pembelajaran pada siklus III: Pertama, guru menjelaskan materi sesuai dengan SK/KD yaitu menjelaskan penerapan isi kandungan surah al-Lahab dan al-Nasr dalam kehidupan sehari-hari, kemudian memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya . Kedua, memberi kesempatan kepada siswa untuk membaca dan mempelajari materi yang telah disampaikan. Ketiga, setelah siswa membaca buku paket dan mempelajari materi pembelajaran guru mempersilahkan siswa untuk menutup bukunya. Keempat, guru mengambil tongkat dan memberikan kepada siswa, setelah itu memberikan pertanyaan dan siswa yang memegang tongkat itu harus menjawabnya. Kelima, guru memberikan kesimpulan dan pada akhir siklus III dilakukan tes akhir yang berfungsi untuk mengetahui prestasi belajar siswa. Selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 19 dan terangkum pada tabel 4.11 berikut:
104
Tabel 4.11 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa Siklus III
No
Keterangan
Perolehan
1
Nilai terendah
71
2
Nilai tertinggi
93
3
Nilai rata-rata kelas
4
Jumlah siswa yang belum tuntas belajar
4
5
Jumlah siswa yang tuntas belajar
28
6
Persentase ketuntasan klasikal
83,53
87,5%
Berdasarkan data yang tercantum dalam Tabel 4.11 diketahui bahwa siswa yang mencapai KKM 28 siswa (memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75), dan siswa yang tidak mencapai nilai KKM ada 4 orang (tidak mencapai nilai 75). Sedangkan rata-rata kelas hasil belajar siswa adalah 83,53 dan persentase ketuntasan klasikal adalah 87,5%. Dari data di atas Jika diklsifikasikan secara rinci dapat dijelaskan tentang prestasi belajar siswa visual, auditori dan kinestetik sebagai berikut : Tabel 4.12 Data Rangkuman Prestasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus III
No
Keterangan
1
Nilai terendah
Siswa visual 76
2
Nilai tertinggi
93
Perolehan Siswa Siswa Auditori Kinestetik 71 73 89
90
105
3
Nilai rata-rata
4
Jumlah siswa yang belum
85,75
83,6
82,21
0
1
3
8
9
11
100%
90%
78,57%
tuntas belajar 5
Jumlah siswa yang tuntas belajar
6
Persentase ketuntasan
Berdasarkan data yang tercantum pada tabel 4.12 diketahui bahwa prestasi belajar siswa visual dalam pembelajaran menggunakan metode Talking Sitck persentase ketuntasan mencapai 100% nilai ratarata kelas 85,75, Jumlah siswa yang tuntas 8 orang. Prestasi belajar siswa auditori, persentase ketuntasan mencapai 90%, nilai rata-rata kelas 83,6. Jumlah siswa yang tuntas sebanyak 9 orang yang tidak tuntas 1 orang. Prestasi belajar siswa kenestetik, persentase ketuntasan mencapai 78,57% nilai rata-rata kelas 82,21. Jumlah siswa yang tidak tuntas 3 orang, sedangkan yang tuntas sebanyak 11 siswa. c. Observasi Selama pembelajaran berlangsung motivasi siswa diamati oleh peneliti dan kolaborator, yaitu motivasi yang tercermin dalam aktivitas siswa dalam pembelajaran sebagaimana yang tertuang dalam lembar observasi. Adapun hasil observasi pada siklus III mengenai motivasi belajar dapat dilihat pada lampiran 24 yang berikut:
terangkum pada
tabel 4.13 sebagai
106
Tabel 4.13 Data Motivasi Belajar Siswa Siklus III No
Parameter Motivitas Siswa
Skor
1
Siswa hadir tepat waktu
32
2
Siswa memperhatikan keterangan guru
20
3
Siswa aktif bertanya kepada guru
20
4
Siswa
mempelajari
materi
yang
sudah
25
disampaikan guru 5
Siswa mandiri dalam melaksanakan tugas
26
6
Siswa menutup buku pelajaran
29
7
Siswa menjawab pertanyaan guru
28
8
Siswa memperhatikan jawaban teman
26
9
Siswa menjaga ketenangan dalam mengikuti
26
pembelajaran 10
Siswa membuat rangkuman hasil pembelajaran
25
Jumlah skor
257
Persentase
80,31%
Keterangan: Skor tertinggi perparameter = 32, Skor total = 320 Kriteria penilaian : 80% s.d 100% = sangat baik 70% s.d 79% = baik 60% s.d 69% = cukup ≤ 59 %
= kurang
Berdasarkan data tabel 4.13 tentang motivasi belajar siswa dapat diketahui bahwa motivasi belajar siswa pada siklus III
80,31% dan
107
berada pada kategori sangat baik. Dari data tersebut jika dikelompokkan menurut gaya belajar siswa maka dapat dijelaskan
tentang motivasi
belajar siswa visual, auditori dan kinestetik sebagai berikut : Tabel 4.14 Data Observasi Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus III
No
Parameter Motivasi Siswa
1
Siswa hadir tepat waktu
2
Siswa memperhatikan
Siswa Visual 8
Skor Siswa Siswa Auditori Kinestetik 10 14
8
6
6
8
5
7
7
7
11
8
8
10
8
10
11
8
7
13
8
8
10
8
9
9
7
10
8
keterangan guru 3
Siswa aktif bertanya kepada guru
4
Siswa mempelajari materi yang sudah disampaikan guru
5
Siswa mandiri dalam melaksanakan tugas
6
Siswa menutup buku pelajaran
7
Siswa menjawab pertanyaan guru
8
Siswa memperhatikan jawaban teman
9
Siswa menjaga ketenangan dalam mengikuti pembelajaran
10
Siswa membuat rangkuman hasil pembelajaran
108
Jumlah Persentase
78
80
99
97,5%
80%
70,71%
Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.14 dapat djelaskan bahwa Motivasi belajar siswa visual sebesar 97,5%, motivasi belajar siswa auditori mencapai 80%, dan motivasi belajar siswa kinestetik mencapai 70,71%. d. Refleksi Berdasarkan hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa pada siklus III dapat diketahui bahwa siswa yang mempunyai gaya belajar visual terlihat sangat aktif dan prestasi belajarnya juga sangat bagus. Hal ini sangat relevan karena dalam siklus III pembelajaran menggunakan metode Talking Stick. Metode ini dipersiapkan untuk siswa yang mempunyai gaya belajar visual. Pemahaman siswa visual terhadap materi mudah dipahami dan di ingat dengan melihat (visual). Secara umum metode ini .memberikan pengalaman belajar yang menyenangkan, meningkatkan motivasi, kepercayaan diri dan life skill. Pendekatan ini ditujukan untuk memunculkan emosi dan sikap positif dalam proses belajar mengajar yang berdampak pada peningkatan kecerdasan otak. Motivasi siswa auditori dalam siklus III ini juga sangat baik, karena
pembelajaran dengan mengunakan metode talking stick, guru
menjelaskan terlebih dahulu materi pembelajaran, di sini siswa auditori bisa belajar dengan mendengarkan keterngan guru baru kemudian menyimpan dalam bentuk ingatan. Motivasi belajar siswa kinestetik masuk kategori baik,
109
namun persentase ketuntasan agak rendah dibanding dengan persentase ketuntasan siswa visual dan auditori, hal ini disebabkan
siswa kinestetik
mampu belajar dengan baik apabila disertai dengan gerakan fisik, tidak tahan jika harus duduk lama untuk mendengarkan pelajaran. Keunggulan metode talking stick dalam pembelajaran adalah menguji kesiapan siswa, kesiapan siswa ini terlihat jelas ketika guru memberikan tongkat kepada siswa dan siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu keunggulan metode ini adalah
melatih
kecepatan
membaca dan memahami materi dengan cepat. Adapun kelemahan metode ini, secara psikologis membuat siswa agak cemas, hal ini terlihat ada 3 siswa ketika mendapat giliran estafet tongkat
dan mendapatkan pertanyaan dari guru,
cangung dalam menjawab pertanyaan walaupun
sebenarnya ia mampu
menjawab dengan benar. Menurut pengamatan peneliti dan kolaborator hal ini lebih disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan penggunaan metode pembelajaran seperti ini. Secara umum pembelajaran sudah berjalan dengan baik namun perlu memberikan penguatan kepada siswa terutama pada parameter 2 yaitu sikap memperhatikan penjelasan guru, karena dalam metode pembelajaran Talking Stick (Tongkat berbicara) penjelasan guru tentang materi pembelajaran juga mempunyai arti penting dan membantu siswa agar mampu menjawab pertanyaan guru. Tentang prestasi belajar siswa,
untuk siswa
visual
menunjukkan prestasi belajar yang sangat bagus hal ini bisa dilihat dari nilai rata-ratanya 85,75 dan tingkat ketuntasan 100%.
110
B. Analisis Hasil Penelitian Proses
pembelajaran
memuat
gagasan-gagasan
pokok
tentang
pembelajaran yang dijadikan sebagai pegangan untuk mencapai kompetensi yang ditetapkan. Untuk membantu memaksimalkan proses belajar mengajar melalui pendekatan gaya belajar
(Preferensi sensori) siswa,
dilakukan
dengan memberi keleluasaan kepada siswa untuk memilih metode pembelajaran sesuai dengan yang mereka kehendaki. Hasil Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan mulai tanggal 27 April 2013 sampai dengan 28 Mei 2013 menunjukkan bahwa : 1. Hasil Observasi Awal Observasi awal dilakukan peneliti di kelas VII H MTs Negeri Salatiga pada tanggal 13 April 2013. Hasil observasi awal mengenai motivasi belajar siswa seperti yang tercantum pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa yang ditandai dengan aktivitas siswa saat pembelajaran masih rendah. Siswa cenderung melakukan kegiatan-kegiatan auditori atau mendengarkan, padahal
pembelajaran dipandang berhasil manakala
indikator aktivitas belajar siswa ada di dalamnya, yaitu: 1) siswa melaksanakan aktivitas kegiatan-kegiatan visual, meliputi membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen demonstrasi, mengamati orang lain bekerja atau bermain, 2) siswa melakukan kegiatan lisan, misalnya diskusi, bertanya, mengemukakan pendapat, interupsi. 3) Siswa melakukan kegiatan mendengarkan, 4) siswa melakukan kegiatan-kegiatan menulis, 5) siswa
111
melakukan kegiatan-kegiatan menggambar, membuat grafik, tabel, 6) Siswa melakukan kegiatan-kegiatan metrik, misalnya, siswa melakukan percobaan, membuat permainan, berkebun, 7) siswa melakukan kegiatan-kegiatan mental misalnya memecahkan masalah, menganalisis, membuat keputusan, 8) siswa melakukan kegiatan emosional misalnya, minat, berani, tenang. Berdasarkan Hasil observasi awal tentang motivasi belajar siswa, pada tabel 4.1, menunjukkan bahwa motivasi belajar siswa selama pembelajaran mencapai 57,81 %, kriteria penilaian masuk pada kategori kurang (rendah), sehingga perlu adanya peningkatan motivasi belajar siswa. Hasil observasi awal terhadap prestasi belajar siswa seperti yang tercantum pada tabel 4.2 menunjukkan, nilai rata-rata siswa 69,68 masih di bawah KKM yaitu 75. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dicapai jika siswa memperoleh nilai lebih besar dari atau sama dengan 75, sedangkan apabila siswa memperoleh nilai kurang dari 75 maka dikatakan tidak tuntas belajarnya. Ketuntasan belajar klasikal tercapai apabila persentase siswa yang tuntas belajar atau siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan 75 jumlahnya lebih dari atau sama dengan 85% dari jumlah seluruh siswa di dalam kelas. Pada observasi awal jumlah siswa yang tuntas hanya 15 siswa dan ketuntasan klasikalnya 46,87 % masih di bawah standar ketuntasan klasikal yaitu 85%. Melihat hasil observasi awal ini, maka dapat diketahui beberapa
112
permasalahan pembelajaran al-Qur’an Hadis di kelas VII H MTs Negeri Salatiga, yaitu: a. Prestasi belajar siswa masih rendah (nilai rata-rata kelas 69,68 masih di bawah nilai ketuntasan individual yaitu 75 dan ketuntasan klasikal 46,87% masih jauh dari standar nilai ketuntasan klasikal yaitu 85% siswa mencapai nilai ketuntasan individu 75. b. Motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran masih rendah c. Rendahnya
prestasi belajar siswa ini
disebabkan oleh rendahnya
motivasi belajar siswa yang ditandai dengan rendahnya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh penggunaan metode pembelajaran yang tidak sepenuhnya sesuai dengan gaya belajar siswa, yaitu metode ceramah. Gaya belajar
setiap individu tidak sama,
tergantung dari masing-masing pribadi yang bersangkutan. Ada yang lebih menekankan pada visual, ada yang lebih menekankan auditori, ada yang lebih menekankan pada kinestetik. Sehingga metode belajar mengajar yang dipakai oleh guru jika tidak sesuai dengan gaya belajar siswa, maka akan mengakibatkan aktivitas
belajar rendah akibatnya
siswa tidak termotivasi untuk mengikuti proses belajar-mengajar. Untuk mengatasi berbagai masalah dan kelemahan pembelajaran al-Qur’an Hadis tersebut maka peneliti bersama
kolaborator
menerapkan Strategy Based Student’s Choice berdasarkan preferensi sensori: visual, auditori dan kinestetik pada pembelajaran al-Qur’an Hadis. Strategi pembelajaran ini
memberi kesempatan kepada siswa
113
untuk memilih sendiri metode pembelajaran sesuai dengan keinginan mereka, metode pembelajaran yang dianggap menarik hati dan sesuai dengan gaya belajar maka akan
memotivasi mereka untuk belajar
sehingga menimbulkan kreatifitas dan aktivitas belajar di kelas. Karena sesuai dengan gaya belajar maka diharapkan motivasi dan presatasi belajar mereka akan meningkat.
2.
Analisis Hasil Penelitian tentang Motivasi Siswa a. Siklus I Hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa pada siklus I adalah sebesar 87,5%. Motivasi belajar siswa pada siklus I mengalami peningkatan yang sangat bagus
jika dibandingkan dengan hasil
observasi awal tentang motivasi belajar siswa yang hanya sebesar 57,81%. Di sini ada peningkatan sebesar 29,69%. Peningkatan ini disebabkan karena dalam
pembelajaran guru menggunakan metode
pembelajaran card sort, suatu metode pembelajaran yang dipilih siswa sebagai
metode
pembelajaran
yang
paling
mereka
senangi.
Perkembangan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.15, sebagai berikut :
114
Tabel 4.15 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Siklus I
No 1
Skor Observasi awal parameter motivasi belajar 185 Keterangan
Jumlah
Skor Siklus I 280
siswa 2
Persentase motivasi belajar siswa
57,81%
87,5%
Pada siklus I motivasi siswa selama proses pembelajaran sudah ada peningkatan yang sangat baik, motivasi siswa yang tercermin dalam aktivitas siswa dalam pembelajaran ini terlihat sangat jelas. Semua siswa antusias mengerjakan tugas dan tidak terlihat rasa enggan atau takut untuk mengerjakan dan maju ke papan tulis, menempelkan hasil kartu induk dan kartu rincian. Metode pembelajaran card sort merupakan metode pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa, gerakan fisik yang dominan dalam metode ini dapat membantu mendinamisir siswa di kelas. Metode card sort dengan menggunakan media kartu dalam praktik pembelajaran, akan membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dan menumbuhkan motivasi mereka dalam pembelajaran, sebab dalam penerapan metode card sort guru hanya berperan
sebagai
fasilitator
yang
memfasilitasi
siswa
dalam
pembelajaran sementara siswa belajar aktif dengan fasilitas dan arahan dari guru.
115
Jika diklasifikasi menurut gaya belajar siswa Perkembangan motivasi belajar bagi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dari observasi awal sampai siklus I sebagai berikut:
Tabel 4.16 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan kinestetik Siklus I No
1
Skor Siswa visual Obser Siklus Vasi I awal
Keterangan
Skor Siswa Auditori Obser Siklus Vasi I awal
Skor Siswa Kinestetik Obser Siklus Vasi I awal
Jumlah parameter
47
63
53
81
85
136
58,75%
78,75%
53%
81%
60,71%
97,14%
motivasi belajar siswa 2
Persentase motivasi belajar siswa
Dari data tabel
4.16 tentang perkembangan motivasi belajar
siswa diketahui bahwa motivasi belajar siswa visual pada observasi awal 58,75% dan pada siklus I sebesar 78,75 %. Terjadi peningkatan motivasi belajar sebesar 20%. Perkembangan motivasi belajar
siswa
auditori pada observasi awal sebesar 53% dan pada siklus I sebesar 81%. Terjadi peningkatan motivasi belajar sebesar 28%. Perkembangan motivasi belajar siswa kinestetik pada observasi awal sebesar 60,71% dan pada siklus I sebesar 97,14%. Terjadi peningkatan motivasi belajar sebesar 36,43%.
116
b. Siklus II Pelaksanaan Siklus II menggunakan metode pembelajaran Small Group Discussion (diskusi kelompok kecil). Hasil observasi terhadap motivasi belajar siswa pada siklus II adalah
sebesar 84,06 %, ini
berada pada kategori sangat baik. Motivasi belajar siswa pada siklus II mengalami peningkatan yang sangat bagus jika dibandingkan dengan hasil observasi awal terhadap motivasi belajar siswa yang hanya sebesar 57,81%, di sini terjadi peningkatan sebesar 26,25%. Peningkatan ini disebabkan karena dalam
pembelajaran guru menggunakan metode
pembelajaran yang sesuai dengan pilihan siswa yang menempati posisi kedua. Namun jika dibandingkan dengan siklus I perkembangan motivasi belajar siswa mengalami penurunan sebesar 3,44%. Penurunan ini disebabkan karena pada siklus II ini menggunakan metode Small Group Discussion. Metode ini merupakan metode pembelajaran yang dipilih siswa menduduki urutan kedua. Perkembangan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.17 sebagai berikut: Tabel. 4.17 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Siklus II No
1
Keterangan
Skor Observasi Awal Jumlah parameter motivasi 185
Skor Siklus I
Skor Siklus II
280
269
87,5%
84,06%
belajar siswa 2
Persentase motivasi belajar siswa
57,81%
117
Berdasarkan
data
tabel.
4.17,
dapat
diketahui
bahwa
perkembangan motivasi belajar siswa dari observasi awal persentase motivasi belajar diasumsikan karena
yaitu 57,81%, motivasi belajar siswa rendah masalah penggunaan metode belajar yang tidak
sesuai dengan gaya belajar siswa yaitu metode ceramah. Maka dilakukan suatu tindakan untuk mengatasi masalah, dengan penggunaan Strategi Based Student’s Choice dengan preferensi Sensori: Visual, auditori dan kinestetik. Siklus I dengan menggunakan metode pembelajaran Card Sort, sesuai hasil pilihan siswa yang terbanyak, persentase motivasi belajar siswa sebesar 87,5 %, motivasi belajar sangat tinggi, karena metode
card
sort,
menuntut
semua
siswa
beraktivitas
untuk
mencocokkan kartu induk/kartu rincian dengan teman sekelas, sehingga siswa terlihat aktif. Siklus II, menggunakan metode pembelajaran sesuai hasil pilihan siswa yang lebih sedikit yaitu metode diskusi (Small Group Discussion). persentase motivasi belajar siswa 84,06%, mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan hasil observasi awal, yaitu sebesar 26,25 %, akan tetapi mengalami penurunan sebesar 3,44% dari siklus I. Penurunan disebabkan karena pembelajaran siklus II menggunakan metode yang dipilih siswa lebih sedikit ( pilihan kedua). Namun demikian pada siklus II indikator keberhasilan sudah tercapai.
118
Pembelajaran dengan strategi Small Group Discussion lebih mengutamakan pola kerjasama dalam kelompok kecil sehingga peserta didik tidak ada yang merasa bahwa dirinya yang paling pintar dan menguasai materi. Dengan strategi Small Group Discussion, peserta didik terbiasa untuk mengeluarkan pendapat dan bekerjasama dalam mengembangkan keterampilan berkomunikasi serta memberi pengalaman kepada siswa agar bisa menghargai pendapat orang lain dan bekerjasama dengan teman. Jika diklasifikasikan menurut gaya belajar siswa, perkembangan motivasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual, auditori dan kinestetik dari observasi awal sampai siklus II sebagai berikut : Tabel 4.18 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Visual, Auditori dan Kinestetik Siklus II
Rum.
No
I
1
Keterangan Jumlah
Gaya Belajar siswa Visual
Obser Vasi awal 47
Siklus I
Siklus II
63
60
Visual
58,75% 78,75%
parameter motivasi belajar siswa 2
Persentase
75%
motivasi belajar siswa II
1
Jumlah parameter motivasi belajar
Auditori
53
81
98
119
siswa 2
Persentase
Auditori
53%
81%
98%
85
136
111
motivasi belajar siswa III
1
Jumlah
Kines-
parameter
tetik
motivasi belajar siswa 2
Persentase
Kines-
motivasi belajar
tetik
60,71% 97,14%
79,28%
siswa
Dari data tabel
4.18 tentang perkembangan motivasi belajar
siswa diketahui bahwa motivasi belajar siswa visual pada observasi awal 58,75%, dengan kriteria penilaian kurang (rendah),
siklus II
sebesar 75%, dengan kriteria penilaian baik. Jika dibandingkan dengan observasi awal terjadi peningkatan motivasi belajar sebesar 16,25% Jika dibandingkan dengan siklus I terjadi penurunan sebesar 3,75%. Penurunan disebabkan karena pada siklus II ini pembelajaran menggunakan
metode
pembelajaran
yang
tidak
sepenuhnya
mengakomodir gaya belajar, namun karena dalam penmbelajaran menggunakan metode yang bervariasi menyebabkan siswa ikut bersemangat karena timbulnya motivasi selain tumbuh dari dalam adakalanya dipengaruhi oleh faktor eksteren ( faktor luar) dalam hal ini ( siklus II)siswa auditori ikut memberi kontribusi peningkatan motivasi bagi siswa visual dari motivasi belajar
observasi awal. Dan siswa
120
kinestetik pada siklus I ikut memberi kontribusi pada peningkatan motivasi dari observasi awal.
dengan demikian siswa visual pada
siklus II motivasi belajarnya sebesar 75% dengan kriteria penilaian baik. Perkembangan motivasi belajar
siswa auditori pada
pada
siklus II 98% jika dibandingkan dengan observasi awal awal terjadi peningkatan motivasi belajar sebesar 45%. Dan jika dibandingkan dengan
motivasi belajar siklus I terjadi peningkatan sebesar 17%.
Peningkatan
ini
disebabkan
pada
siklus
II
ini
pembelajaran
menggunakan metode Small Group Discussion. Metode ini sesuai dengan gaya belajar siswa auditori. Perkembangan motivasi belajar
siswa kinestetik pada pada
siklus II 79,28% jika dibandingkan dengan observasi awal awal terjadi peningkatan motivasi belajar sebesar 18,57%. Dan jika dibandingkan dengan
motivasi belajar siklus I terjadi penurunan sebesar
17,86%.Penurunan disebabkan karena metode pembelajaran tidak sepenuhnya mengokomodir gaya belajar siswa kinestetik, sedangkan di siklus I motivasi besar karena dalam pembelajaran menggunakan metode yang sesuai dengan gaya belajar siswa kinestetik.
c. Siklus III Metode pembelajaran
Talking Stick ( Tongkat berbicara)
merupakan metode pembelajaran yang paling sedikit dipilih oleh siswa.
121
Perkembangan motivasi belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.19. sebagai berikut : Tabel. 4.19 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Siklus III No
1
Keterangan
Jumlah
Skor Observasi Awal parameter 185
motivasi
Skor Siklus I 280
Skor Siklus II 269
Skor Siklus III 257
87,5%
84,06% 80,31%
belajar
siswa 2
Persentase motivasi
57,81%
belajar siswa
Berdasarkan data tabel. 4.19, tentang perkembangan motivasi belajar siswa pada siklus III, dapat diketahui bahwa persentase motivasi belajar adalah 80,31% ini berada pada kategori sangat baik. Jika dibandingkan dengan siklus II maka terjadi penurunan motivasi sebesar 3,75 %, jika dibandingkan dengan siklus I terjadi penurunan sebesar 7,19%.
Penurunan ini disebabkan karena pada siklus III ini
menggunakan metode Talking Stick. Metode ini menurut Choice (pilihan siswa yang menduduki urutan ketiga atau dipilih paling sedikit oleh siswa, akan tetapi jika dibandingkan dengan observasi awal , maka mengalami kenaikan 22,5%, karena metode pembelajaran yang digunakan sesuai dengan pilihan dan mengakomodir gaya gaya belajar siswa.
Metode
ini
memberikan
pengalaman
belajar
yang
122
menyenangkan, meningkatkan motivasi, kepercayaan diri dan life skill. Pendekatan ini ditujukan untuk memunculkan emosi dan sikap positif dalam proses belajar mengajar yang berdampak pada peningkatan kecerdasan otak. Keunggulan metode talking stick dalam pembelajaran adalah menguji kesiapan siswa, kesiapan siswa ini terlihat jelas ketika guru memberikan tongkat kepada siswa dan siswa mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Selain itu keunggulan metode ini adalah melatih kecepatan membaca dan memahami materi dengan cepat. Adapun kelemahan metode ini, secara psikologis membuat siswa agak cemas, hal ini terlihat ada 3 siswa ketika mendapat giliran estafet tongkat
dan mendapatkan pertanyaan dari guru,
menjawab pertanyaan walaupun
cangung dalam
sebenarnya ia mampu menjawab
dengan benar. Menurut pengamatan peneliti dan kolaborator hal ini lebih disebabkan karena siswa belum terbiasa dengan penggunaan metode pembelajaran seperti ini. Dari uraian di atas dapat disimpulkan, berdasarkan data tabel 4.1 tentang perkembangan motivasi belajar siswa dari observasi awal, persentase motivasi belajar siswa yaitu 57,81 %, motivasi belajar siswa masuk pada kriteria kurang atau rendah. Hal ini disebabkan karena masalah
penggunaan
metode
belajar
yang
tidak
sepenuhnya
mengakomodir gaya belajar siswa, maka dilakukan suatu tindakan untuk mengatasi masalah yaitu dengan penggunaan Strategy Base Student’s
123
Choice berdasarkan preferensi sensori: Visual, Auditori dan Kinastetik. Siklus I meggunakan metode pembelajaran Card Sort, sesuai dengan pilihan siswa yang terbanyak, persentase motivasi belajar siswa 87,5%, motivasi belajar siswa dalam kriteria sangat baik. Siklus II menggunakan metode pembelajaran yang dipilih lebih sedikit dari siswa yaitu Small Group Discussion, persentase motivasi belajar siswa 84,06%, mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan hasil observasi awal, yaitu sebesar 26,25 %, akan tetapi mengalami penurunan sebesar 3,44 % dari sikus I. Sekalipun mengalami penurunan, namun
indikator keberhasilannya
sudah tercapai. Siklus III dengan metode yang paling sedikit dipilih siswa yaitu metode Talking Stick. Persentase motivasi belajar siswa sebesar 80, 31%. Indikator keberhasilan sudah tercapai yaitu minimal 80%. Jika dibandingkan dengan observasi awal mengalami kenaikan sebesar 22,5%, namun jika dibandingkan dengan siklus I mengalami penurunan sebesar
7,19% dan jika dibandingkan dengan siklus II
mengalami penurunan sebesar 3.75%. Penurunan disebabkan karena siklus III menggunakan metode pembelajaran yang dipilih paling sedikit oleh siswa. Perkembangan motivasi belajar jika diklelompokkan sesuai dengan gaya belajar siswa, maka dapat dijelaskan tentang perkembangan motivasi belajar dari observasi awal sampai dengan siklus III bagi siswa visual, Auditori dan kinestetik dari observasi awal berikut :
sebagai
124
Tabel. 4.20 Data Perkembangan Motivasi Belajar Siswa Visual,Auditori dan Kinestetik Siklus III Ru ma wi I
No
Keterangan
1
Jumlah parameter motivasi
Gaya Belajar siswa Visual
Obser Vasi awal 47
Siklus I
Siklus II
Siklus III
63
60
78
Visual
58,75%
78,75%
75%
97,5%
Auditori
53
81
98
80
Auditori
53%
81%
98%
80%
Kines-
85
136
111
99
60,71%
97,14%
79,28%
70,71%
belajar
siswa 2
Persentase motivasi
belajar
siswa II
1
Jumlah parameter motivasi
belajar
siswa 2
Persentase motivasi
belajar
siswa III
1
Jumlah parameter motivasi belajar
tetik
siswa 2
Persentase
Kines-
motivasi belajar
tetik
siswa
Dari data tabel
4.20 tentang perkembangan motivasi belajar
siswa siklus III, diketahui: a. Motivasi belajar siswa visual pada observasi awal sebesar 58, 75%, dengan kriteria kurang, siklus I sebesar
78.75%, dengan kriteria
baik, siklus II sebesar 75 % dengan kriteria baik dan siklus III sebesar 97,5% dengan kriteria sangat baik. Dari data tersebut pada
125
siklus III siswa visual memiliki motivasi yang sangat tinggi, hal ini di sebabkan karena pembelajaran pada siklus III menggunakan metode Talking Stick, metode ini dipersiapkan untuk mengakomodir siswa yang mempunyai gaya belajar visual, karena dalam pembelajaran lebih menekankan pada aspek penglihatan, siswa visual disajikan tulisan dan gambar-gambar yang relevan dengan materi pembelajaran lewat slide LCD. Pada siklus I dan siklus II motivasi siswa berada pada level kriteria penilaan baik, hal ini disebabkan karena guru dalam pembelajaran menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak merasa monoton dalam proses pembelajaran, terbukti ketika digunakan metode konvensional yang kurang inovatif, motivasi siswa pada observasi awal berada pada kategori kurang (rendah). b. Motivasi belajar
siswa auditori pada observasi awal 53% dengan
kiteria kurang, sikus I sebesar 81% dengan kriteria sangat baik , siklus II sebesar 98% dengan kriteria sangat baik dan siklus III 80% dengan kriteria sangat baik. Dari data tersebut pada siklus II siswa auditori memiliki motivasi yang paling tinggi hal itu disebabkan karena dalam pembelajaran
guru menggunakan metode Small
Group Discussion metode ini dipersiapkan dengan mengamodir siswa yang mempunyai karakteristik gaya belajar auditori, karena dalam pembelajaran lebih menekankan pada aspek auditori dan verbal, yaitu dengan diskusi. Siswa auditori lebih mudah belajar
126
dengan mendengar, suka berbicara dan menjelaskan sesuatu dengan panjang lebar. Materi yang sudah didiskusikan akan disimpan di memeori dalam bentuk ingatan. Pada siklus I dan siklus III motivasi siswa berada pada kcriteria penilaian sangat baik, karena guru dalam pembelajaran menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak merasa monoton dalam proses pembelajaran, terbukti ketika digunakan metode konvensional yang kurang inovatif, motivasi siswa pada observasi awal berada pada kategori kurang (rendah). c. Motivasi belajar
siswa Kinestetik pada observasi awal 60,71%
dengan kiteria cukup, sikus I sebesar 97,14% dengan kriteria sangat baik , siklus II sebesar 79,28% dengan kriteria baik dan siklus III 70,71% dengan kriteria baik. Dari data tersebut pada siklus I siswa kinestetik memiliki motivasi yang paling tinggi hal itu disebabkan karena dalam pembelajaran guru menggunakan metode Card Sort. metode ini dipersiapkan dengan
mengamodir siswa yang
mempunyai karakteristik gaya belajar kinestetik, yaitu dalam kegiatan pembelajaran disertai dengan kegiatan fisik atau gerak. Siswa kinestetik menempatkan tangan sebagai alat penerima informasi utama agar bisa megingatnya terus. Pada siklus II dan III motivasi siswa berada pada kriteria baik, karena dalam pembelajaran karena guru menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga siswa tidak merasa monoton dalam proses pembelajaran,
127
terbukti ketika digunakan metode konvensional yang kurang inovatif, motivasi siswa pada observasi awal berada pada kategori cukup. Dari hasil observasi peneliti beserta
kolaborator dalam
pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, dapat disimpulkan bahwa Strategy Based Student’s Choice berdasarkan preferensi sensori: Visual, auditori dan kinestetik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada pembelajaran al-Quran Hadis, dari observasi awal motivasi belajar siswa sebesar 57,81% dengan kriteria penilaian kurang (rendah). kemudian pada siklus I mencapai 87,5% dengan kriteria penilaian sangat baik, siklus II mencapai 84,06% dengan kriteria penilaian sangat baik dan siklus III mencapai 80,31% dengan kriteria penilaian sangat baik. Berdasarkan hasil motivasi belajar siswa pada siklus I, siklus II dan siklus III jka dirata-rata maka hasil motivasi belajar siswa sebesar 83,96% dengan kriteria penilaian sangat baik.
3.
Analisis Hasil Penelitian tentang Prestasi Belajar Siswa a. Siklus I Prestasi belajar siswa dapat diukur dari hasil kemampuan siswa dalam mengerjakan tes. Optimalisasi prestasi siswa ditentukan besarnya perolehan hasil tes akhir yaitu didasarkan pada ketercapaian nilai ketuntasan individual dan nilai ketuntasan klasikal.
128
Indikator keberhasilan prestasi belajar siswa
adalah jika siswa
mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu skor ≥ 75 dan ketuntasan klasikal jika 85 % dari seluruh siswa mencapai ketuntasan individual. .
Perkembangan
prestasi belajar siswa dari observasi awal
sampai dengan siklus I dapat dilihat pada tabel 4.21 sebagai berikut : Tabel 4.21 Data Rangkuman Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Siklus I No
Keterangan
Perolehan Observa Siklus I si Awal 42,5 60
1
Nilai terendah
2
Nilai tertinggi
90
89
3
Rata-rata kelas
69,68
82,69
4
Jumlah siswa yang belum tuntas
17
2
5
Jumlah siswa yang sudah tuntas
15
30
6
Persentase ketuntasan klasikal
46,87%
93,75%
Berdasarkan data yang diperoleh dari tabel 4.21 diketahui bahwa persentase ketuntasan klasikal siklus I sebesar 93,75 %. Di sini terjadi peningkatan prestasi belajar sebesar 46.88%, jika dibandingkan dengan observasi awal. Peningkatan prestasi belajar siswa pada siklus I dikarenakan sesuai dengan
metode
pembelajaran
yang
diinginkan
siswa.
Metode
pembelajaran Card Sort merupakan metode pembelajaran yang dipilih paling banyak oleh siswa. Secara psikologis siswa yang mempunyai
129
minat atau motivasi untuk melakukan aktivitas belajar, maka motivasi itu dapat mempengaruhi prestasi belajar. Dengan Strategy Based Student’s Choice berdasarkan preferensi sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik siswa diberi keleluasan untuk memilih dan menentukan sendiri metode pembelajaran yang diinginkan maka diharapkan siswa lebih antusias untuk
melaksanakan
aktivitas
belajar.
Pembelajaran
dengan
menggunakan metode yang dipilih oleh siswa mengakibatkan siswa tidak cepat bosan dalam pembelajaran. Belajar dengan metode menyenangkan akan lebih mudah diterima oleh siswa dan lebih efektif. Pembelajaran pada siklus I menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan pilihan siswa, yaitu Card Sort (sortir kartu) metode pembelajaran ini merangsang kreativitas dan kemampuan berpikir siswa, tujuan metode ini adalah memperkuat daya ingat terhadap materi yang sudah dipelajari. Dari data di atas jika diklasifikasikan menurut gaya belajar siswa bisa dijelaskan tentang perkembangan prestasi belajar siswa visual, auditori dan kinestetik sebagai berikut: Tabel 4.22 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Visual Siklus I No
Keterangan
Perolehan Observa Siklus I si Awal 42,5 60
1
Nilai terendah
2
Nilai tertinggi
82,5
86
3
Rata-rata nilai
67.2
80,13
4
Jumlah siswa yang belum
5
1
130
tuntas 5
Jumlah siswa yang sudah
3
7
37,5%
87, 5%
tuntas 6
Persentase ketuntasan
Dari tabel 4.22 dapat diketahui bahwa persentase ketuntasan 87,5 %. Di sini terjadi peningkatan
prestasi belajar
sebesar 50%,
jika
dibandingkan dengan prestasi belajar pada observasi awal. Tabel 4.23 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Auditori Siklus I No
Keterangan
Perolehan Observa Siklus I si Awal 45 70
1
Nilai terendah
2
Nilai tertinggi
77.5
87
3
Rata-rata nilai
64,25
81,5
4
Jumlah siswa yang belum
7
1
3
9
30%
90%
tuntas 5
Jumlah siswa yang sudah tuntas
6
Persentase ketuntasan
Berdasarkan tabel 4.23 dapat diketahui bahwa persentase ketuntasan 90%. Di sini terjadi peningkatan
prestasi belajar
sebesar 60%, jika
dibandingkan dengan prestasi belajar pada observasi awal.
131
Tabel 4.24 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Kinestetik Siklus I No
Keterangan
Perolehan Observa Siklus I si Awal 52,5 80
1
Nilai terendah
2
Nilai tertinggi
90
89
3
Rata-rata nilai
75
85
4
Jumlah siswa yang belum tuntas
5
0
5
Jumlah siswa yang sudah tuntas
9
14
6
Persentase ketuntasan
64,28%
100%
Berdasarkan data tabel 4.24, diketahui bahwa persentase ketuntasan 100 %. Di sini terjadi peningkatan
prestasi belajar
siswa sebesar
35,72%, jika dibandingkan dengan prestasi belajar pada observasi awal. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus I menggunakan metode Card Sort. Metode ini dirancang untuk mengokomodir siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik. Dari data prestasi belajar siklus I diketahui bahwa persentase ketuntasan siswa kinestetik sebesar 100%, siswa visual 87,5% dan siswa auditori mencapai 90%. Pencapaian persentase tertinggi diperoleh oleh siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik.
b. Siklus II Prestasi belajar siswa pada siklus II yang nilainya
sebesar 90,63%. Jumlah siswa
mencapai KKM sebanyak 29 siswa
dan yang tidak
132
mencapai KKM sebanyak 3 siswa. Nilai terendah 73, rata-rata nilai kelas 87,5. Perkembangan prestasi belajar siswa dari observasi awal, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.25 berikut : Tabel 4.25 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Siklus II Perolehan No
Keterangan
Observasi Awal
Siklus I
Siklus II
1
Nilai terendah
42,5
60
73
2
Nilai tertinggi
90
89
97
3
Rata-rata kelas
69,68
82,69
87,5
4
Jumlah siswa
17
2
3
15
30
29
46,87%
93,75%
90,63%
yang belum tuntas 5
Jumlah siswa yang sudah tuntas
6
Persentase ketuntasan klasikal
Dari data tabel. 4.25 dapat dijelaskan bahwa prestasi belajar siswa di siklus II adalah 90,63 %, jika dibandingkan dengan prestasi belajar siswa dari observasi awal mengalami peningkatan sebesar 43,76 %. dan jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I mengalami penurunan sebesar 3,12%. Penurunan prestasi belajar terjadi karena pembelajaran pada siklus II ini, menggunakan metode pembelajaran yang dipilih
lebih sedikit
oleh siswa. Sekalipun mengalami penurunan,
133
namun indikator pencapaian ketuntasan belajar sebesar 85% tercapai.
Pembelajaran
pada
siklus
II
mengguanakan
sudah metode
pembelajaran Small Group Discussion (diskusi kelompok kecil) Metode pembelajaran ini memiliki sifat
karakterstik kooperatif, melibatkan
sekelompok individu dalam tujuan membagi informasi, membuat keputusan dan memecahkan masalah. Dari data tersebut kemudian dikelompokkan menurut gaya belajar siswa, yaitu siswa auditori, kinestetik dan visual, perkembangan prestasi belajar sebagai berikut : Tabel 4.26 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Auditori Siklus II Perolehan No
Keterangan
Observasi
Siklus I
Siklus II
Awal 1
Nilai terendah
45
70
82
2
Nilai tertinggi
77,5
87
96
3
Rata-rata nilai
64,25
81,5
90
4
Jumlah siswa yang
7
1
0
3
9
10
30%
90%
100%
belum tuntas 5
Jumlah siswa yang sudah tuntas
6
Persentase ketuntasan klasikal
Berdasarkan data tabel 4.26 diketahui bahwa
perkembangan prestasi
belajar siswa auditori pada siklus II persentase ketuntasan 100 %.
134
Terjadi peningkatan
prestasi belajar
siswa sebesar 70 %,
jika
dibandingkan dengan prestasi belajar pada observasi awal. Jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I mengalami peningkatan sebesar 10 %. Peningkatan persentase disebabkan pada siklus II menggunakan metode pembelajaran Small Group Discussion. Metode ini memang mengakomodir gaya belajar siswa auditori. Tabel 4.27 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Kinestetik Siklus II Perolehan No
Keterangan
Observasi
Siklus I
Siklus II
Awal 1
Nilai terendah
52,5
80
73
2
Nilai tertinggi
90
89
96
3
Rata-rata nilai
75
85
86,14
4
Jumlah siswa yang
5
0
2
9
14
12
64,28%
100%
85,71 %
belum tuntas 5
Jumlah siswa yang sudah tuntas
6
Persentase ketuntasan
Berdasarkan data tabel
4.27 diketahui bahwa perkembangan
prestasi belajar siswa kinestetik di siklus II, nilai terendah 73, nilai tertinggi 96, rata-rata nilai 86,14, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 12 orang dan yang tidak mencapai KKM sebanyak 2 orang. Persentase ketuntasan 85,71 %. Prestasi belajar siklus II ini mengalami
135
peningkatan sebesar 21,43% jika dibandingkan dengan prestasi siswa pada observasi awal, tetapi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I. Penurunannya sebesar 14,29%. Penurunan disebabkan karena suklus II ini menggunakan metode pembelajaran yang tidak sepenuhnya mengakomodir gaya belajar siswa kinestetik. Namun demikian, indikator keberhasilan sudah tercapai. Tabel 4.28 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Visual Siklus II Perolehan No
Keterangan
Observasi
Siklus I
Siklus II
Awal 1
Nilai terendah
42,5
60
74
2
Nilai tertinggi
82,5
86
94
3
Rata-rata nilai
67.2
80,13
86,75
4
Jumlah siswa yang
5
1
1
3
7
7
37,5%
87,5%
87,5%
belum tuntas 5
Jumlah siswa yang sudah tuntas
6
Persentase ketuntasan
Berdasarkan data tabel 4.28 diketahui bahwa
perkembangan
prestasi belajar siswa visual pada siklus II, nilai terendah 74, nilai tertinggi 94, rata-rata nilai 86,75, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 7 orang dan yang tidak mencapai KKM sebanyak 1 orang. Persentase ketuntasan 87,5 %. Terjadi peningkatan
prestasi belajar
136
siswa sebesar 50 %, jika dibandingkan dengan prestasi belajar pada observasi awal. Jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I tidak mengalami peningkatan maupun penurunan (tetap). Pada siklus Idan II ini Indikator kebehasilan telah dicapai oleh siswa visual. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran pada siklus II menggunakan metode Small Group Discussion. Metode ini dirancang untuk mengokomodir siswa yang mempunyai gaya belajar auditori. Dari data prestasi belajar siklus II diketahui bahwa persentase ketuntasan siswa auditori sebesar 100%, siswa kinestetik 85,71% dan siswa visual 87,5%. Pencapaian persentase tertinggi diperoleh oleh siswa yang mempunyai gaya belajar auditori.
d.
Siklus III Siklus
III
menggunakan
metode
pembelajaran
Talking
Stick,(Tongkat berbicara) ketuntasan klasikal mencapai 87,5 %. Perkembangan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al- Qur’an Hadis dengan penerapan
Strategi Based Student’s Choice
berdasarkan preferensi sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dapat dilihat pada lampiran 20 dan terangkum pada tabel 4.29 berikut:
137
Tabel 4.29 Data Rangkuman Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Siklus I, Siklus II dan Siklus III Perolehan No
1
Keterangan
Nilai
Observa si awal 42,5
Siklus I 60
Siklus Siklus II III 73 71
90
89
97
93
69,68
82,69
87,5
83,53
17
2
3
4
15
30
29
28
46,87%
93,75%
90,63%
87,5%
terendah 2
Nilai tertinggi
3
Rata-rata kelas
4
Jumlah siswa yang belum tuntas
5
Jumlah siswa yang sudah tuntas
6
Persentase ketuntasan klasikal Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran al-Qur’an Hadis sebelum
diadakan tindakan menunjukkan hasil yang masih rendah. Nilai ketuntasan klasikal sebesar 46,87% masih di bawah standar ketuntasan klasikal yaitu 85%. Berdasarkan data yang diperoleh dari prestasi belajar siklus I, dengan menggunakan Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi Sensori: Visual, Auditorial dan Kinestetik,
menunjukkan adanya
peningkatan
138
Prestasi belajar siswa, pada observasi awal persentase ketuntasan klasikal sebesar 46,87 %, pada siklus I persentase ketuntasan klasikal meningkat menjadi 93,75%, terjadi peningkatan sebesar 46,88%. Siklus II persentase ketuntasan klasikal 90,63%
mengalami penurunan bila dibandingkan
dengan siklus I, penurunan sebesar 3,12 % namun mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan prestasi belajar kondisi awal yaitu sebesar 43.76 %. Penurunan disebabkan karena pada siklus II pembelajaran menggunakan metode pembelajaran yang dipilih siswa lebih sedikit kedua). Siklus III persentase ketuntasan klasikal penurunan bila dibandingkan
(pilihan urutan 87,5% mengalami
dengan siklus I yaitu sebesar
6,25 %, dan Jika dibandingkan dengan siklus II mengalami penurunan sebesar 3.13 % tetapi mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan prestasi belajar observasi awal, yaitu sebesar 40,63 %. Penurunan disebabkan
karena
pembelajaran
siklus
III
menggunakan
metode
pembelajaran yang diplih sisiwa paling sedikit. Sekalipun mengalami penurunan namun indikator keberhasilan telah tercapai. Dari data tersebut kemudian dikelompokkan menurut gaya belajar siswa, yaitu visual, kinestetik dan auditori, perkembangan sebagai berikut :
139
Tabel 4.30 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Visual Siklus III Perolehan No
Keterangan
1
Nilai terendah
Observ asi awal 42,5
2
Nilai tertinggi
3
Rata-rata
4
Jumlah siswa
Siklus I Siklus II
Siklus III
60
74
76
82,5
86
94
93
67.2
80,13
86,75
85,75
5
1
1
yang belum
-
tuntas 5
Jumlah siswa
3
7
7
8
37,5%
87,5%
87,5%
100%
yang sudah tuntas 6
Persentase ketuntasan
Berdasarkan tabel 4.30 diketahui bahwa nilai terendah 76, nilai tertinggi 93, rata-rata nilai 85,75, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 8 orang. Persentase ketuntasan 100 %. Pada observasi awal persentase ketuntasan 37,5%, pada siklus I persentase ketuntasan meningkat sebesar 87.5%,
Siklus II
persentase ketuntasan 87,5 dan silkus III persentase ketuntasan meningkat menjadi 100%, terjadi peningkatan sebesar 62,5% jika dibandingkan dengan prestasi belajar pada observasi awal. Jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I mengalami peningkatan sebesar 12.5% dan jika dibandingkan dengan prestasi belajar siswa siklus II mengalami peningkatan sebesar 12,5%.
140
Peningkatan tertinggi terjadi di siklus III, hal ini logis sebab pada siklus III ini pembelajaran menggunakan metode Talking Stick, metode ini mengakomodir siswa yang mempunyai gaya belajar visual. Tabel 4.31 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Kinestetik Siklus III Perolehan No
Keterangan
1
Nilai terendah
Obser vasi awal 52,5
2
Nilai tertinggi
3 4
Siklus I Siklus II
Siklus III
80
73
73
90
89
96
90
Rata-rata
75
85
86,14
82,21
Jumlah siswa
5
0
2
3
9
14
12
11
64,28%
100%
85,71%
78,57%
yang belum tuntas 5
Jumlah siswa yang sudah tuntas
6
Persentase ketuntasan
Berdasarkan tabel 4.31 diketahui bahwa
nilai terendah 73, nilai
tertinggi 90, rata-rata nilai 82,21. Jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 11 orang dan
yang tidak mencapai KKM sebanyak 3 orang.
Persentase
ketuntasan 78,57 %. Prestasi belajar siklus III ini mengalami peningkatan sebesar 14,29% jika dibandingkan dengan prestasi siswa pada observasi awal.Tetapi mengalami penurunan jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I.
141
Penurunannya sebesar 21,43%. Dan mengalami penurunan sebesar 7,14 jika dibandingkan dengan siklus II. Penurunan disebabkan karena dalam pembelajaran siklus III ini menggunakan metode talking stick, metode ini lebih banyak mengakomodir gaya belajar siswa visual. Tabel 4.32 Data Perkembangan Prestasi Belajar Siswa Auditori Siklus III Perolehan No
Keterangan
1
Nilai terendah
Obser vasi awal 45
2
Nilai tertinggi
3
Rata-rata
4
Jumlah siswa
Siklus I Siklus II
Siklus III
70
82
71
77,5
87
96
89
64,25
81,5
90
83,6
7
1
0
1
3
9
10
9
30%
90%
100%
90%
yang belum tuntas 5
Jumlah siswa yang sudah tuntas
6
Persentase ketuntasan
Berdasarkan tabel 4.32 diketahui nilai terendah 71, nilai tertinggi 89, rata-rata nilai 83,6, jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 9 orang Persentase ketuntasan 90 %. Terjadi peningkatan prestasi belajar siswa sebesar 60 %, jika dibandingkan dengan prestasi belajar pada observasi awal yang sebesar 30%. Jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus I tidak mengalami
142
peningkatan (tetap). Jika dibandingkan dengan siklus II terjadi penurunan sebesar 10 %. Penurunan disebabkan karena dalam siklus III pembelajaran menggunakan metode yang kurang mengakomodir gaya belajar siswa auditori, namun demikian indikator keberhasilan telah tercapai. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus III pembelajaran menggunakan metode Talking Stick. Pembelajaran dengan metode ini dirancang dan mengokomodir siswa yang mempunyai gaya belajar visual. Hasil pembelajaran dengan metode tersebut diketahui bahwa presentase ketuntasan siswa visual mencapai 100%, siswa kinestetik mencapai 78,57% dan siswa auditori mencapai 90%. Persentase tertinggi dicapai oleh siswa yang mempunyai gaya belajar visual. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
Strategy Based
Student’s Choice berdasarkan preferensi sensori: Visual, Auditori dan Kinestetik dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan Strategy Based Student Choice dengan preferensi sensori:Visual, Auditori dan Kinestetik, merupakan pembelajaran yang berusaha mengakomodir berbagai macam gaya belajar siswa. Sebagaimana pendapat Michael Grinder, pengarang Righting the Education Conveyor Belt, mengungkapkan ”bahwa dalam setiap kelompok yang terdiri dari tiga puluh murid, sekitar dua puluh dua orang mampu belajar secara cukup efektif dengan cara visual, auditorial, dan kinestetik sehingga mereka tidak membutuhkan perhatian khusus. Dari sisa delapan orang, sekitar enam orang memilih satu modalitas (gaya belajar) yang sangat menonjol. Sehingga setiap saat mereka harus berusaha maksimal untuk dapat memahami
143
perintah, kecuali jika perhatian khusus diberikan kepadanya sesuai dengan cara belajar yang mereka pilih, akan lebih cepat dan mudah dalam pembelajaran”. Strategy Based Student’s Choice berdasarkan preferensi sensori:Visual, Auditori dan Kinestetik merupakan salah satu cara yang bisa dikembangkan untuk mengatasi permasalahan belajar siswa terutama untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. Dalam strategi ini siswa diberi peluang untuk bisa memilih dan menentukan metode pembelajaran menurut keinginan yang mereka sukai, yang disesuaikan dengan gaya belajar mereka sendiri sehingga dengan demikian bisa meningkatkan motivasi belajar siswa yang ditandai dengan meningkatnya motivasi belajar dan dapat meningkatkan prestasi belajar dengan tercapainya persentase ketuntasan klasikal.
BAB V PENUTUP
1. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran al-Qur’an Hadis dengan
penerapan
Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi
sensori: visual, auditori dan kinestetik di kelas VII H MTs Negeri Salatiga , maka dapat disimpulkan : 1. Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi sensori: visual, auditori dan kinestetik dalam pembelajaran al-Qur’an Hadis dapat meningkatkan motivasi belajar
siswa. Motivasi belajar siswa tercermin dalam aktivitas
siswa saat
pembelajaran berlangsung. Hal ini disebabkan karena pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode yang
sesuai dengan
pembelajaran yang menarik, menyenangkan dan
pilihan siswa yaitu metode sesuai dengan gaya belajar
siswa. Pada siklus I, berdasarkan hasil Choice (pilihan)
siswa metode
pembelajaran bermain Card Sort (sortir kartu) yang dipilih paling banyak oleh siswa, hasilnya motivasi belajar siswa sebesar 87,5%,
sedangkan siklus II
dengan menggunakan metode pembelajaran Small Group Discussion, motivasi belajar
siswa sebesar 84,06%, dan siklus III dengan metode pembelajaran
Talking Stick (tongkat berbicara), motivasi belajar siswa sebesar 80,31%. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, siklus II dan siklus III jika dirata-rata maka hasil motivasi belajar siswa sebesar 83,96%, ini berada pada kategori
144
145
kriteria penilaian sangat baik, jika dibandingkan dengan hasil observasi awal terjadi peningkatan motivasi belajar sebesar 26.15%. Penerapan Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi sensori: visual, auditori dan kinestetik dalam pembelajaran al-Qur’an Hadis mengakomodir siswa yang mempunyai gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. Motivasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual pada siklus I sebesar 78,75%, siklus II sebesar 75% dan siklus III sebesar 97,5%. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, siklus II dan siklus III jika dirata-rata maka hasil motivasi belajar sebesar 83,75%, ini berada pada kriteria penilaian sangat baik. Motivasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar auditori pada siklus I sebesar 81%, siklus II sebesar 98% dan siklus III sebesar 80%. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, siklus II dan siklus III jika dirata-rata maka hasil motivasi belajar sebesar 86,33%, ini berada pada kriteria penilaian sangat baik. Motivasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik pada siklus I sebesar 97,14%, siklus II sebesar 79,28% dan siklus III sebesar 70,71%. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I, siklus II dan siklus III jika dirata-rata maka hasil motivasi belajar sebesar 82,38%, ini berada pada kriteria penilaian sangat baik. Penerapan Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi sensori:visual, auditori dan kinestetik pada pembelajaran al-Qur’an Hadis, Siklus I menggunakan metode
card sort. Metode ini dipersiapkan untuk siswa yang
mempunyai gaya belajar kinestetik, dampak metode ini terhadap motivasi belajar siswa visual motivasi belajarnya 78,75%, dengan kriteria penilaian baik, siswa
146
auditori motivasi belajarnya 81 %, dengan kriteria penilaian sangat baik, siswa kinestetik motivasi belajarnya 97,14%, dengan kriteria penilaian sangat baik. Siklus II menggunakan metode Small Group Discussion. Metode ini dirancang untuk siswa yang mempunyai gaya belajar auditori, dampak metode ini terhadap motivasi belajar siswa visual motivasi belajarnya 75% dengan kriteria penilaian baik, siswa auditori motivasi belajarnya 98, kriteria penilaian sangat baik, kinestetik motivasi belajarnya 79,28% dengan kriteria penilaian baik. Siklus III menggunakan metode Talking Stick. Metode ini dirancang untuk siswa yang mempunyai gaya belajar visual. Dampak metode ini terhadap motivasi belajar siswa visual motivasi belajarnya 97,5% dengan kriteria penilaian sangat baik, siswa auditori motivasi belajarnya 80 %,dengan kriteria penilaian sangat baik, siswa kinestetik motivasi belajarnya 70,71% dengan kriteria baik. 2. Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi sensori:visual, auditori dan kinestetik
yang
diterapkan
pada
pembelajaran
al-Qur’an
Hadis
dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini terlihat dari ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 93,75%, pada siklus II yaitu 90,63% dan pada siklus III 87,5%, jika dirata-rata ketuntasan klasikal dari siklus I, siklus II dan siklus III diperoleh hasil ketuntasan klasikal sebasar 90,62% kriteria ketuntasan berada di atas standar ketuntasan klasikal yaitu 85%. Jika dibandingkan dengan hasil ketuntasan klasikal pada observasi awal maka terjadi peningkatan ketuntasan klasikal sebesar 43,75%. Penerapan Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi sensori: visual, auditori dan kinestetik dalam pembelajaran al-Qur’an Hadis mengakomodir siswa yang mempunyai gaya belajar visual, gaya belajar auditori dan gaya belajar kinestetik. Prestasi Belajar siswa yang mempunyai gaya belajar visual pada siklus
147
I sebesar sebesar 87,5%, siklus II sebesar 87,5% dan siklus III sebesar 100%, jika dirata-rata ketuntasan belajar dari siklus I, siklus II dan siklus III diperoleh hasil ketuntasan sebesar 91,66%, indikator keberhasilan telah tercapai. Prestasi Belajar siswa yang mempunyai gaya belajar auditori pada siklus I sebesar 90%, siklus II sebesar 100% dan siklus III sebesar 90%, jika dirata-rata ketuntasan belajar dari siklus I, siklus II dan siklus III diperoleh hasil ketuntasan sebesar 93,33%, indikator keberhasilan telah tercapai. Prestasi belajar siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik pada siklus I sebesar sebesar 100%, siklus II sebesar 85,71% dan siklus III sebesar 78,57%, jika dirata-rata ketuntasan belajar dari siklus I, siklus II dan
siklus III diperoleh hasil ketuntasan sebesar 88,09%,
indikator keberhasilan telah tercapai. Penerapan Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi sensori: visual, auditori dan kinestetik pada pembelajaran al-Qur’an Hadis, Siklus I menggunakan metode
Card Sort. Metode ini dirancang untuk mengakomodir
siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik, dampak metode ini terhadap prestasi belajar siswa visual, prestasi belajarnya 87,5%, indikator keberhasilan tercapai,
siswa auditori prestasi
belajarnya 90 %, indikator keberhasilan
tercapai, kinestetik prestasi belajarnya 100%, indikator keberhasilan tercapai. Siklus II menggunakan metode Small Group Discussion. Metode ini dirancang untuk mengakomodir siswa yang mempunyai gaya belajar auditori. Dampak metode ini terhadap prestasi belajar siswa
visual prestasi belajarnya 87,5%,
indikator keberhasilan tercapai, siswa auditori prestasi belajarnya 100%, indikator keberhasilan tercapai, siswa kinestetik prestasi belajarnya 85,71% indikator keberhasilan tercapai. Siklus III menggunakan metode Talking Stick. Metode ini dirancang untuk mengakomodir siswa yang mempunyai gaya belajar visual.
148
Dampak metode ini terhadap prestasi belajar siswa visual, prestasi belajarnya 100% indikator keberhasilan tercapai, siswa auditori prestasi belajarnya 90 %, indikator keberhasilan tercapai. Siswa kinestetik prestasi belajarnya 78,57%, indikator keberhasilan tidak tercapai.
2.
Saran-saran Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang dapat dikemukakan yaitu: 1.
Kepada guru-guru di Madrasah yang memiliki karakteristik
permasalahan
dalam pembelajaran yang sama dapat menerapkan Strategy Based Student’s Choice dengan preferensi sensori:visual, auditori dan kinestetik dalam proses pembelajaran , karena strategi ini mampu meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa. 2.
Guru dalam proses pembelajaran hendaknya menjadi sang motivator, yaitu mampu memberi motivasi kepada siswa untuk senantiasa bersemangat dalam meraih prestasi, dalam proses pembelajaran guru hendaknya menjadi fasilitator, yaitu bersedia memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih metode pembelajaran yang diinginkan dan sesuai dengan gaya belajar siswa, juga hendaknya menjadi sahabat siswa dalam belajar yaitu mampu memberikan apresiasi positif dengan menunjukkan ekspresi senang ketika melihat hasil tugas siswanya, karena apresiasi ini mampu memberi harapan dan membangkitkan motivasi siswa untuk memperbaiki kekurangan-kekurangannya sehingga ke depan bisa lebih baik.
149
3.
Dalam pembelajaran guru sebaiknya mengetahui kondisi peserta didik, mampu mengenali dan mengkategorikan gaya belajar siswa,
karena faktanya dalam
satu kelas terdiri dari peserta didik yang mempunyai gaya belajar berbeda, ada yang visual, auditori dan kinestetik. Dalam menghadapi heterogenitas peserta didik tersebut guru dalam pembelajaran harus menggunakan multimetode pembelajaran yang bisa mengakomodir gaya belajar tersebut. Pembelajaran yang mengakomodir gaya belajar siswa diharapkan dapat menumbuhkan motivasi dalam diri siswa dan minat yang besar untuk mengikuti pembelajaran dengan aktif. 4.
Guru yang professional adalah guru yang senantiasa mampu menciptakan proses pembelajaran yang aktif, efektif dan menyenangkan, mampu meningkatkan
mutu
pembelajaran
dengan
berbagai
pembelajaran, oleh karena itu hendaknya guru
variasi
strategi
melakukan Penelitian
Tindakan Kelas untuk meningkatkan profesionalisme keguruannya. 5.
Dari hasil penelitian ini ditemukan satu fakta bahwa siswa dengan gaya belajar kinestetik dalam pembelajaran yang menggunakan metode talking stick (metode yang dirancang untuk siswa visual) ternyata indikator keberhasilan tidak tercapai, hal ini hendaknya dijadikan pijakan bagi pengajar agar tepat dalam penggunaan metode pembelajaran, jika tidak, kemungkinan besar siswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik (seperti kasus ini) selamanya akan tidak
berhasil dalam belajar, bahkan mungkin dia akan menganggap
pembelajaran di kelas merupakan penjara yang menyesakkan. 6. Kepada peneliti berikutnya, hasil penelitian ini sebaiknya dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi kegiatan penelitian berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin. Kapita Selekta Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 1991. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1993. Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar Evalusi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2002. Suharsimi, Arikunto. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Azzet, Akhmad Muhaimin. Menjadi Guru Favorit. Jogjakarta: 2011.
Ar-Ruzz Media,
Davies, Ivor K. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers, 1987. Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Djamarah, Bahri. Srategi Belajar Mengajar, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006. Depag, Development of Madrasah Aliyah Project ( DMAP). Pedoman Evaluasi Kinerja Guru. Jakarta: Ditjen Kelembagaan Agama Islam – Depag RI, 2002. Gulo, W. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Grasindo, cet. Ke-2, 2002. Gunawan, Adi. W. Genius Learning Strategy, Petunjuk Praktis untuk Menerapkan Accelarated Learning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2003. Hamalik, Oemar. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2007. Hamalik, Oemar. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009. Hamruni. Strategi dan Model-model Pembelajaran Aktif dan Menyenangkan. Yogyakarta: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2009. Hasan, Muhammad Thalchah. Diskursus Islam & Pendidikan. PT. Bina Wiraswasta Insan Indonesia, 2000. Hernacki Mike, & Bobbi De Porter. Quantum Learning, Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa, 2003. 151
152
http://Suhadinet.wordpress.com/2008/05/01, diunduh pada tanggal 5/12/2012. http//digilib-sunan-ampel ac.id/disk1/177/jiptian-anatofanid-88843-2 babii-pdf. ( 3-62013). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: PT. Bina Raya, 2007, Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan pembelajaran kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2003. Nata, Abuddin. Paradigma Pendidikan Islam. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2001. Nasution. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010. Purwodarminto, W.J.S. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1985. Rusman. Model-model Pembelajaran mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010. Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2003. Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta, 2001. Silberman, Melvin. L. active Learning, 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta : Pustaka Insan Madani, 1996. Silberman, Melvin, L. Silberman, Active Learning: 101 Cara Belajar siswa aktif. Terjemah, Bandung: Nusamedia bekerjasama dengan Nuansa, 2009. Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2010.
153
Nana Sujana. Penilaian Hasil Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005. Sumanto, Westy. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 1990. Suryabrata, Sumadi. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada,1988. Syafaruddin. Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi. Jakarta, Grasindo, 2002. Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU RI. No.20 Tahun 2003). Semarang: CV. Duta Nusindo, 2003. Uno, Hamzah, B. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2008. Usman, Moh.Uzer . Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000. Wahyuni, Esa & Nur, Baharudin. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jogjakarta: ArRuzz Media, 2008. Winkel, W.S. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia Widiasrana, 1999.