STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN FUZZY
RINI HAKIMI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
SURAT PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco di Kota Bogor dengan Pendekatan Fuzzy adalah karya saya sendiri dengan arahan komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2007
Rini Hakimi F 351030011
RINGKASAN RINI HAKIMI. Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco di Kota Bogor dengan Pendekatan Fuzzy. Dibimbing oleh MACHFUD, MARIMIN dan ANI SURYANI. Perusahaan nata de coco semakin banyak berkembang di Kota Bogor. Hal ini mengakibatkan semakin tingginya persaingan untuk industri nata de coco di Kota Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) Mengelompokkan industri kecil nata de coco di kota Bogor, 2) Mendapatkan informasi tentang kebutuhan dan keinginan konsumen melalui kinerja kualitas produk nata de coco, 3) Menentukan dan menilai faktor-faktor internal dan eksternal yang berpengaruh terhadap industri nata de coco, 4) Menentukan tingkat kepentingan kelembagaan yang terkait dalam peningkatan daya saing industri nata de coco, 5) Menyusun strategi dan prioritas untuk meningkatkan daya saing industri nata de coco. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah adalah Kmeans cluster, Quality Function Deployment (QFD) atau matriks House of Quality (HOQ), fuzzy pairwise comparison, matriks IFE dan matriks EFE, matriks SWOT, dan fuzzy AHP. Penelitian ini dilaksanakan pada industri nata de coco di Kota Bogor. Analisis klaster (cluster) menghasilkan tiga kelompok perusahaan nata de coco, yaitu kelompok A – kinerja tinggi (Perusahaan TK dan Perusahaan PT), kelompok B – kinerja sedang (Perusahaan ST, Perusahaan IMM, Perusahaan ET dan Perusahaan UI) dan kelompok C – kinerja rendah (Perusahaan RS dan Perusahaan EB). Informasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk nata de coco, dilihat dari berbagai atribut kualitas produk, yaitu warna, rasa, aroma, nilai gizi, tekstur/kekenyalan, bentuk, ukuran, kebersihan dan kemasan. Atribut kualitas yang belum sesuai dengan harapan konsumen untuk Perusahaan EB adalah atribut rasa, warna, kemasan dan nilai gizi. Matriks House of Quality (HOQ) memperlihatkan bahwa tiga aktivitas proses yang besar pengaruhnya untuk membuat kualitas produk yang sesuai dengan harapan konsumen adalah aktivitas pembuatan sirop nata, perebusan potongan nata dan penanganan bahan baku. Faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan perusahaan secara berurutan adalah lokasi usaha yang strategis (0.2376), sistem operasi dan produksi yang baku (0.1861), terjaminnya ketersediaan bahan baku (0.1567), modal yang digunakan milik sendiri (0.1011), pengiriman produk tepat waktu (0.0800), tenaga kerja produksi berpengalaman (0.0717), alat angkut pemasaran milik sendiri (0.0715), penanganan bahan baku yang baik (0.0710) dan kegiatan promosi produk melalui pameran (0.0243). Sedangkan yang menjadi kelemahan perusahaan adalah merek produk belum dikenal (0.3644), kualitas produk belum memuaskan (0.2244), harga jual produk yang belum sesuai (0.1613), keterbatasan dalam pendanaan (0.1287), teknologi produksi masih sederhana (0.0607) dan tenaga penjual yang terbatas (0.0605). Faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang perusahaan secara berurutan adalah peningkatan pola hidup sehat (0.2274), tersedianya pemasok bahan baku diberbagai lokasi (0.2131), ketersediaan kredit bagi IKM (0.2061), kebijakan tentang pengembangan IKM (0.1952), perkembangan teknologi (0.0802), jumlah penduduk Indonesia yang besar (0.0427) dan peningkatan tingkat pendidikan (0.0353). Sedangkan yang menjadi ancaman
adalah loyalitas konsumen terhadap merek tertentu (0.3743), keberadaan perusahaan sejenis (0.2524), adanya produk substitusi (0.2029), kondisi perekonomian Indonesia (0.1209) dan kebijakan tentang perdagangan (0.0493). Tingkat kepentingan kelembagaan yang terkait secara berurutan adalah industri nata de coco (0.2439), distributor produk nata de coco (0.1737), pengguna produk nata de coco (0.1324), perbankan/lembaga keuangan (0.1293), pemasok bahan baku (0.1128), pemerintah/pemda/dinas terkait (0.1053) dan industri produk substitusi (0.1024). Tingkat kepentingan kelembagaan ini, sangat berkaitan dengan faktor pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, SDM, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah dan teknologi. Prioritas strategi yang dapat diterapkan oleh pihak perusahaan secara berurutan adalah memperluas jaringan distribusi (0.4287), meningkatkan teknologi produksi yang digunakan (0.2141), meningkatkan kualitas produk (0.2007), membangun kemitraan dengan pemasok (0.1563). Sedangkan prioritas strategi yang dapat dilaksanakan oleh pihak diluar perusahaan untuk peningkatan daya saing adalah melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan (0.2911), menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco (0.2484), memberikan pelatihan untuk industri nata de coco (0.2384) dan transfer teknologi oleh instansi terkait (0.2219). Kata kunci : Analisis klaster, QFD, faktor lingkungan, kelembagaan, strategi, fuzzy AHP
ABSTRACT RINI HAKIMI. The Improvement Strategy of The Nata de Coco Industries Competitiveness in Bogor with Fuzzy Approach. Under the direction of MACHFUD, MARIMIN and ANI SURYANI. The numbers of nata de coco industries are increase rapidly in Bogor and cause a high competition situation. The accurate data are urgently needed to support the improvement competitiveness of these industries. The aims of this research are to 1) clustering the nata de coco Industries in Bogor, 2) obtain the customer expectation and satisfaction, 3) determine the affecting external and internal factors, 4) find the interest level of related organization in nata de coco industries, 5) create the strategies and set the priority to improve the competitive positioning of nata de coco industries. The tools which are used to analyze the data are K-means clustering, Quality Function Deployment (QFD), fuzzy pair wise comparison, matrix IFE and matrix EFE, matrix SWOT and Fuzzy AHP. The clustering analysis results are 3 levels of the companies. They are grade A (high performance), grade B (medium performance), and grade C (low performance). The attributes quality of the product which preferred by the customers are the cleanness, the flavor, the aroma, the color, the elasticity, the packaging, the nutrition content, the shape and the size of the nata de coco products. The process activity which give the highest contribution to the product quality are making of the nata syrup, poaching of the nata cutlet and handling of the raw materials. The internal environment factor that influence the strength of the company is the strategic location of the company (0.2376). The internal environment factor that sway the weakness of the company is the unpopular brand (0.3644). The external factor that affect the opportunity of the company is the increasing of the health living style (0.2274). The external factor that affect the threat of the company is the loyality of the customer to the specific brand (0.3743). The organization which give the highest contribution to improvement strategy of nata de coco industries competitiveness are the nata de coco industry it self (0.2439) and the distributors (0.1737). The suggested strategies for nata de coco company are expanding the distribution network (0.4287) and improving the technology (0.2141). The priority of strategy which can be done by the organization outside of nata de coco company to improve the competitiveness are provide the exebition for small enterprise each three months (0.2911), and provide the loans for nata de coco industries (0.2484) The policy should be taken from the factors above and the implementation needs the integration of all component among organizations. Keywords : cluster, QFD, environment factors, organization, strategy, fuzzy AHP.
© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2007 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm dan sebagainya
STRATEGI PENINGKATAN DAYA SAING INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR DENGAN PENDEKATAN FUZZY
RINI HAKIMI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Teknologi Industri Pertanian
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007
Judul Tesis Nama NRP Program Studi
: Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco di Kota Bogor dengan Pendekatan Fuzzy : Rini Hakimi : F 351030011 : Teknologi Industri Pertanian
Disetujui, Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Machfud, M.S Ketua
Prof. Dr. Ir. Marimin, M.Sc Anggota
Dr. Ir. Ani Suryani, DEA Anggota
Diketahui, Ketua Program Studi Teknologi Industri Pertanian
Dekan Sekolah Pasca Sarjana
Dr. Ir. Irawadi Jamaran
Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, M.S
Tanggal Ujian : 2 Januari 2007
Tanggal Lulus : 7 Februari 2007
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Lintau Buo-Sumatera Barat pada tanggal 8 Agustus 1975 dari ayah Syamsuar dan ibu Nurcahaya. Penulis merupakan putri kelima dari enam bersaudara. Penulis menikah pada tanggal 10 Maret 2001 dengan Daddy Budiman dan telah dikaruniai dua orang putri, yaitu Fathimah Fitri Budiman dan Aisyah Rahmah Budiman. Pendidikan formal yang penulis tempuh adalah sebagai berikut : 1. Sekolah Dasar di SDN 6 Batusangkar lulus pada tahun 1987. 2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMPN 1 Batusangkar lulus pada tahun 1990. 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas di SMAN 1 Batusangkar lulus pada tahun 1993. 4. Pendidikan sarjana ditempuh di Institut Pertanian Bogor (IPB), Jurusan Sosial Ekonomi - Program Studi Agribisnis, lulus pada bulan Februari 1998. Pada tahun 2003 penulis diterima di Program Studi Teknologi Industri Pertanian pada Program Pasca Sarjana IPB. Beasiswa pendidikan pascasarjana diperoleh dari Direktorat Jendral Pendidikan Nasional melalui program Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS). Penulis bekerja sebagai Assistant Researcher di PSI-SDALP pada tahun 1998-2000. Penulis menjadi Staf Pengajar di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Andalas, Padang sejak tahun 1998. Jabatan yang pernah dipegang penulis adalah Kepala Laboratorium Komputer Jurusan Sosial Ekonomi dari tahun 2000-2001, Pembina Kemahasiswaan Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian tahun 2000-2001, Staff pada Lembaga penelitian dan Pengabdian Masyarakat Fakultas Pertanian UNAND tahun 2000.
I. PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Usaha Kecil Menengah (UKM) di daerah Jawa memiliki omzet penjualan
lebih besar dari satu milyar rupiah mencapai 66,8% dan sekitar 53,7% lebih kecil dari satu milyar rupiah di luar pulau Jawa. Kontribusi yang nyata telah diberikan oleh UKM, dimana 99,99% dari total jumlah perusahaan di Indonesia merupakan UKM, 99,44% dari jumlah karyawan di Indonesia merupakan karyawan UKM dan 59,36% dari GDP Indonesia diperoleh dari sektor UKM (Biro Pusat Statistik, 2003) . Pembentukan UKM baik secara langsung maupun tidak langsung menjadi motor penggerak untuk menciptakan kesempatan kerja, UKM juga merupakan kunci keberhasilan pengembangan ekonomi lokal (Bantacut dan Rawi, 2003). Berdasarkan klasifikasinya, UKM dapat dikelompokkan ke dalam kelompok industri kimia, minuman, makanan, kayu olahan dan rotan, pulp dan kertas, bahan kimia dan karet, serta bahan galian (Depperindag, 2003). Salah satu jenis UKM yang berkembang dengan pesat di Indonesia adalah kelompok industri makanan. Jumlah golongan industri makanan di Wilayah Bogor, lebih banyak terdapat di Kabupaten Bogor sebanyak 174 industri kecil dan 3 industri menengah dan besar, sedangkan di Kota Bogor terdapat sebanyak 155 industri kecil dan 6 industri menengah dan besar (Dinas Perindag Kota Bogor dan Dinas Perindag Kabupaten Bogor, 2005). Salah satu kelompok industri makanan yang berkembang di Wilayah Bogor adalah industri nata de coco. Pemanfaatan bahan baku air kelapa untuk industri nata de coco mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari banyaknya industri yang membuat nata de coco. Untuk wilayah Bogor, industri nata de coco terdapat di Kota Bogor dan Kabupaten Bogor, jumlah perusahaan yang terlibat dalam produksi nata de coco sebanyak 23 perusahaan di Kota Bogor dan sebanyak 15 perusahaan di Kabupaten Bogor, yang semuanya masih merupakan industri kecil (Dinas Perindag Kota Bogor, 2005 dan Dinas Perindag Kabupaten Bogor, 2005). Jumlah industri nata de coco terbanyak terdapat di Kota Bogor. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat persaingan industri nata de coco ini sangat tinggi untuk Kota Bogor, ditambah lagi banyaknya industri sejenis yang juga menjual hasil produksinya di Wilayah Bogor. Kondisi ini mengharuskan industri nata de
coco untuk melakukan ekspansi pasar agar dapat meningkatkan penjualan produknya. Industri nata de coco harus mampu membuat produk sesuai dengan keinginan konsumen. Kemampuan untuk membuat produk nata de coco yang memiliki
kualitas
sesuai
dengan
keinginan
konsumen
akan
sangat
mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai volume penjualan yang diinginkan. Menurut Suprihatini dkk (2000), dampak terhadap peningkatan pendapatan terjadi melalui peningkatan penjuaan atas produk berkualitas yang berharga kompetitif.
Produk-produk berkualitas yang dibuat
melalui suatu proses yang berkualitas akan memiliki sejumlah keistimewaan yang mampu meningkatkan kepuasan konsumen akan penggunaan produk tersebut. Konsumen umumnya menginginkan produk nata de coco yang bewarna putih, kenyal atau tidak keras dan dalam aneka rasa.
Keinginan konsumen
terhadap produk secara umum dipengaruhi oleh kebiasaan, gaya hidup, faktor psikologis, asal daerah, karakteristik etnik, iklan dan harga produk. Produsen diharapkan mampu menterjemahkan keinginan konsumen yang bersifat subjektif menjadi suatu besaran yang terukur sehingga dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan keinginan konsumen (Maflahah, 2000). Selain itu, perkembangan produk nata de coco yang sangat pesat ditandai dengan semakin banyaknya merek produk nata de coco yang beredar di pasaran.
Hal ini akan memicu persaingan diantara perusahaan yang
memproduksi nata de coco. Menurut Miliyoso (2003), usaha pengembangan dan pemberdayaan industri nata de coco dilakukan dalam upaya meningkatkan daya saing produknya, namun hal ini mengalami banyak kendala.
Keberadaan
pesaing lokal dan non lokal semakin memperketat persaingan dalam produk nata de coco. Suatu
perusahaan
harus
mampu
memetakan
kekuatan
dan
kelemahannya dalam persaingan agar mampu memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan resiko dari ancaman persaingan.
Strategi yang dijalankan
perusahaan merupakan reaksi atas perubahan-perubahan lingkungan yang terjadi (Jamaran dkk, 2003).
Oleh karena itu, suatu industri nata de coco
memerlukan suatu strategi untuk meningkatkan daya saingnya. Persaingan yang terjadi dalam industri nata de coco dapat dimenangkan jika industri yang bersangkutan memiliki keunggulan kompetitif.
Keungulan
kompetitif ini dapat dicapai dengan adanya strategi yang tepat sesuai dengan kondisi lingkungan suatu usaha, baik internal maupun lingkungan eksternal dari industri nata de coco. Strategi yang diperlukan adalah strategi yang sesuai dengan posisi industri saat ini.
Strategi ini juga harus disesuaikan dengan
kemampuan penerapan pada industri nata de coco sehingga bisa lebih efektif untuk pengembangan industri ini dimasa yang akan datang. Penelitian terdahulu tentang nata de coco telah dilakukan oleh Miliyoso (2003) tentang strategi pemasaran dengan menggunakan analisis SWOT, dan Adinarmiharja (2003) tentang manajemen resiko. Penelitian terdahulu mengenai strategi yang berkaitan dengan peningkatan daya saing telah dilakukan oleh Jamaran dkk (2001) membahas tentang sistem informasi penunjang strategi untuk meningkatkan daya saing bisnis komoditas teh, Yuli Wibowo (2005) yang membahas tentang daya saing perusahaan daerah dengan menggunakan analisa prospektif. Sedangkan penelitian strategi yang lain berkaitan dengan strategi peningkatan mutu teh hitam dengan menggunakan teknik pengambilan keputusan-kelompok fuzzy dilakukan oleh Suprihatini dan Marimin (2000); strategi
pengembangan
produk
agroindustri
berbasis
salak
dengan
menggunakan ME-MCDM dan ISM-Fuzzy dilakukan oleh Satriawan dan Marimin (2002); strategi pemasaran kosmetika tradisional dengan menggunakan analisa lingkungan dilakukan oleh Jamaran dkk (2003); strategi pengembangan produk industri kecil barang jadi karet dengan menggunakan logika fuzzy dilakukan oleh Haris dan Marimin (2003); strategi peningkatan kualitas teh hitam dengan menggunakan balanced scorecard dan Quality Function Deployment dilakukan oleh Marimin dan Karmila (2004). 1.2.
Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengelompokkan industri kecil nata de coco di Kota Bogor . 2. Mendapatkan informasi tentang kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap kualitas produk nata de coco. 3. Menentukan
dan
menilai
faktor-faktor
internal
dan
eksternal
yang
terkait
dalam
berpengaruh terhadap industri nata de coco. 4. Menentukan
tingkat
kepentingan
kelembagaan
yang
peningkatan daya saing industri nata de coco. 5. Menyusun strategi dan prioritasnya untuk meningkatkan daya saing industri nata de coco.
1.3.
Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada industri nata de coco di Kota Bogor
propinsi Jawa Barat. Perumusan strategi dilakukan pada kelompok perusahaan yang tergolong kinerja “rendah” dan memiliki target pasar konsumen langsung (konsumen yang mengkonsumsi nata de coco dalam kemasan). Penetapan perusahaan yang akan dikaji strategi peningkatan daya saingnya berdasarkan hasil analisis klaster. Aspek yang dikaji dititikberatkan pada strategi untuk peningkatan daya saing perusahaan nata de coco, yang meliputi pengelompokan perusahaan nata de coco, penilaian harapan dan keinginan konsumen terhadap produk nata de coco, faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi perusahaan tersebut, kelembagaan yang terkait serta strategi dan prioritasnya. 1.4.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat berupa :
1.
Alat penunjang keputusan kebijakan strategi bersaing bagi pelaku usaha dalam pengembangan industri nata de coco.
2.
Alat bantu bagi pemerintah daerah dan instansi terkait untuk menetapkan strategi dalam pengembangan industri nata de coco.
3.
Kontribusi pemikiran untuk pengembangan ilmu manajemen strategi dan kebijakan perusahaan serta sistem penilaian fuzzy.
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Nata de Coco Nata adalah nama yang berasal dari Filipina untuk menyebut
pertumbuhan yang menyerupai gel yang terapung pada permukaan medium fermentasi
cair
yang
mengandung
mikroorganisme Acetobacter xylinum.
gula
dan
asam
yang
dihasilkan
Nata de coco merupakan makanan
rendah kalori yang cocok untuk penderita diabetes (Astawan dan Astawan, 1991). Nata de coco adalah selulosa bakterial yang mengandung air kurang lebih 98% dengan tekstur yang agak kenyal (Theodula, 1976). Menurut Rosario (1982) nata de coco merupakan salah satu produk industri hasil olahan dari air kelapa. Selain untuk pembuatan nata de coco, air kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan minuman ringan, jelly, ragi, alkohol, dekstran, anggur, cuka dan lain-lain. Jumlah air kelapa berlimpah, karena dalam satu butir kelapa terdapat
200-250 ml air kelapa.
Bahan baku utama pembuatan nata de coco adalah air kelapa. Pemanfaatan air kelapa untuk pembuatan nata de coco akan mengasilkan 1 kg nata per liter air kelapa yang digunakan.
Air kelapa yang dipakai berasal dari
kelapa tua (green matur). Bahan baku utama nata sebaiknya diambil dari buah kelapa yang baru dipetik dari pohon atau tidak lebih dari satu minggu disimpan sebelum digunakan (Warisno, 2004). Buah kelapa terdiri dari kulit luar, sabut, tempurung, kulit daging (testa), daging buah, air kelapa dan lembaga. Setiap butir kelapa dalam dan hibrida mengandung air kelapa masing-masing sebanyak 300 dan 230 ml dengan berat jenis rata-rata 1,02 dan pH agak asam (5,6). Air kelapa mengandung sedikit karbohidrat, protein, lemak dan beberapa mineral. Kandungan zat gizi ini tergantung kepada umur buah.
Disamping zat gizi tersebut, air kelapa juga
mengandung berbagai asam amino bebas (http://warintek.progressio.or.id/ttg/ pangan/perkebunan.htm). Menurut Palungkun (2001), mikroorganisme Acetobacter xylinum akan membentuk gel pada permukaan larutan yang mengandung gula.
Bakteri
Acetobacter xylinum dapat tumbuh dan berkembang membentuk nata akibat adanya kandungan air sebanyak 91,23%, protein 0,29%, lemak 0,15%, karbohidrat 7,27% serta abu 1,06% di dalam air kelapa. Selain itu terdapat juga nutrisi-nutrisi berupa sukrosa, dekstrosa, fruktosa dan vitamin B kompleks yang
terdiri dari asam nikotinat 0,01 ug dan asam folat 0,003 ug per ml. Nutrisi-nutrisi tersebut merangsang pertum buhan Acetobacter xylinum untuk membentuk nata de coco. Adapun kandungan gizi nata de coco dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Kandungan Zat Gizi Nata de Coco per 100 gram Zat gizi Kalori Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Fe / Zat Besi
Kandungan gizi 146 kal 0.2 persen 36.1 mg 12 mg 2 mg 0.5 mg
Sumber : Warisno, 2004
Proses pembuatan nata secara umum adalah penyaringan, pencampuran dengan gula dan ZA (Zwavelzuur Ammonia) atau Amonium sulfur, perebusan, penempatan dalam wadah fermentasi, pencampuran (dengan starter, cuka), fermentasi, pemanenan, pembersihan, dan pemotongan (http://www.bi.go.id/ sipuk/siabe). Nata tidak hanya dapat dibuat dari air kelapa saja, tetapi dapat dibuat dari buah-buahan yang lain seperti nanas, lidah buaya, apel dan lain-lain. Adanya Acetobacter xylinum akan mengubah komponen gula menjadi substansi yang menyerupai gel dan tumbuh di permukaan media. Produk nata de coco telah banyak dikenal di masyarakat Indonesia, sehingga menyebabkan pasar atas produk nata de coco telah merambah masyarakat yang tinggal di kota-kota besar, maupun kota-kota kecil. Jenis usaha nata de coco ini memiliki resiko ketidakpastian pasar, dimana produk dari nata de coco sering tidak terjual, sehingga pada akhirnya dapat mengakibatkan penumpukan hasil produksi ataupun menurunnya omzet penjualan dari nata de coco (Adnarmiharja, 2003). Keberadaan pesaing lokal dan masuknya pesaing dari luar negeri semakin memperketat persaingan dalam pemasaran produk nata de coco. Untuk dapat memenangkan persaingan ini perlu strategi yang tepat (Miliyoso, 2003). 2.2.
Klaster (Cluster) Kotler (1998), mendefenisikan klaster industri sebagai kelompok segmen-
segmen industri yang sama-sama memiliki keterkaitan vertikal dan horizontal. Menurut Porter (1998), klaster adalah suatu kelompok perusahaan-perusahaan dan lembaga-lembaga asosiasi yang saling berhubungan, berdekatan secara
geografis, yang dikaitkan oleh kebersamaan (commonalities) dan saling melengkapi (complementories). Analisis
klaster
merupakan
analisis
yang
digunakan
untuk
mengelompokkan objek-objek berdasarkan kesamaan karakteristik diantara objek-objek tersebut. Adapun metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengelompokan data dalam analisis klaster (Santoso, 2004) adalah : a. Metode Hirarki (Hirarchical Method) Metode ini memulai pengelompokan dengan dua atau lebih objek yang mempunyai kesamaan paling dekat. Kemudian proses diteruskan ke objek lain yang mempunyai kedekatan kedua.
Demikian seterusnya sehingga
klaster akan membentuk semacam ‘pohon’ dimana ada hirarki (tingkatan) yang jelas antar objek, dari yang paling mirip sampai yang paling tidak mirip. Secara logika semua objek pada akhirnya akan membentuk sebuah klaster. b. Metode Non Hirarki atau Klaster K-Rata-rata (Non Hirarchical Method atau KMeans Cluster) Teknik ini memproses semua objek (kasus) secara sekaligus. Proses ini dimulai dengan penentuan jumlah klaster terlebih dahulu, misalnya ditentukan akan ada 2 klaster, atau 3 klaster atau angka lainnya. Setelah jumlah klaster ditentukan, baru proses klaster dilakukan tanpa mengikuti proses hirarki. Ukuran kesamaan yang dapat digunakan untuk analisis klaster adalah : 1. Asosiasi atau korelasi antar objek, rumusnya : n
∑ x y
n r =
i =1
n
n
∑ x i =1
2 i
i
n − ∑ i =1
i
x
n − ∑ i =1 2 n i
x
i
n ∑ i=1
n
∑ y i =1
2 i
y
i
n − ∑ i =1
y
2 i
2. Kedekatan atau jarak antar objek. Beberapa bentuk kedekatan jarak yang bisa digunakan adalah : a. Jarak Euclidean, ada dua metode, yaitu : •
Euclidean distance, rumusnya :
d ij =
∑ (v − v n
k =1
ik
)
2
jk
(Simamora, 2005) Dimana : dij = jarak euclidean v ij, v jk = skor responden ke-i dan ke-j pada variabel k (k = 1,2, ..., n)
•
Square euclidean distance, rumusnya : n
d ij = ∑ k =1
(v − v ) ik
2
jk
(Simamora, 2005) Dimana : dij = jarak euclidean v ij, v jk = skor responden ke-i dan ke-j pada variabel k (k = 1,2, ..., n) atau
E (m ,..., m ) = ∑∑ I ( x ∈ C ) x − m N
1
k
M
i =1 k =1
i
k
i
2 k
(Likas, et al, 2002) Dimana : E = square euclidean distance x i = data setiap variabel untuk setiap objek m k = cluster center untuk setiap kelompok b. Cityblock atau jarak Manhattan adalah jarak berupa jumlah perbedaan absolut antar objek. n
m ij = ∑ k =1
x −x ik
jk
(Simamora, 2005)
Dimana : m ij = jarak manhattan v ij, v jk = skor responden ke-i dan ke-j pada variabel k (k = 1,2, ..., n) c. Chebychev antar dua objek adalah perbedaan nilai absolut maksimum pada setiap variabel. 2.3.
Kualitas Nata de Coco Perusahaan dapat mencapai daya saing tinggi jika perusahaan mampu
mendengarkan keinginan dan harapan konsumen dengan cara membuat produk yang memiliki kualitas yang baik. Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) yang tertuang dalam SNI 01-4317-1996, syarat kualitas nata dalam kemasan dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Syarat Kualitas Nata dalam Kemasan No 1
2 3 4 5 6
7
8 9
Jenis Uji Keadaan - Bau - Rasa - Warna - Tekstur Bahan asing Bobot tuntas Jumlah gula (dihitung sebagai sukrosa) Serat makanan Bahan tambahan makanan - Pemanis buatan : - sakarin - siklamat - Pewarna tambahan - Pengawet (Na Benzoat) Cemaran logam - Timbal (Pb) - Tembaga (Cu) - Seng (Zn) - Timah (Sn) Cemaran Arsen (As) Cemaran mikroba - Angka lempeng total - Coliform - Kapang - Khamir * dikemas dalam kaleng
Satuan
Persyaratan
% % %
Normal Normal Normal Normal Tidak boleh ada Min 50 Min 15 maks 4,5
Tidak boleh ada Tidak boleh ada SNI 01-0222-1995 SNI 01-0222-1995 mg/kg mg/kg mg/kg mg/kg
Maks 1,2 Maks 2 Maks 5 Maks 40,0/250,0* Maks 0,1
koloni/g APM/g koloni/g koloni/g
Maks 2,0 x 10 2 <3 Maks 50 Maks 50
Menurut ITC (1991) dalam Hubeis (1994), penilaian bahan pangan pada industri pangan dapat dilakukan berdasarkan : 1. Ciri fisik Ø Penampilan : warna, ukuran, bentuk dan cacat fisik Ø Kinetika : tekstur, kekentalan dan konsistensi Ø Flavor : sensasi dari kombinasi bau dan cicip 2. Atribut internal Ø Nilai gizi Ø Keamanan mikroba Menurut Wirakartakusumah dan Kadarisman (1995), kualitas pangan tidak lagi didasarkan pada karakteristik fungsional yang konvesional saja, tetapi lebih berkembang juga karakteristik-karakteristik atau atribut kualitas yang baru
seperti
karakteristik
psikologis
(sifat-sifat
sensasi),
shelf
life,
kepraktisan/kemudahan (makanan siap saji) dan kecepatan penyajian (fast food), termasuk karakteristik keamanan pangan (food safety). 2.4.
Quality Functional Deployment (QFD) Quality Function Deployment (QFD) menurut Subagyo (2000) adalah
suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen, lalu menghubungkannya dengan ketentuan teknis untuk menghasilkan barang atau jasa di tiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. Menurut Gaspersz (2001), QFD didefenisikan sebagai suatu proses atau mekanisme terstruktur untuk menentukan kebutuhan pelanggan dan menterjemahkan kebutuhan-kebutuhan itu kedalam kebutuhan teknis yang relevan, di mana masing-masing area fungsional dan tingkat organisasi dapat mengerti dan bertindak. QFD mencakup juga monitor dan pengendalian yang tepat dari proses operasional menuju sasaran. Tahapan penggunaan QFD menurut Subagyo (2000) adalah : 1. Mengidentifikasi kemauan pelanggan. Dalam hal ini, pelanggan atau konsumen ditanya mengenai sifat yang diinginkan dari suatu produk. 2. Mempelajari ketentuan teknis dalam menghasilkan barang atau jasa. Hal ini didasarkan data yang tersedia, aktivitas dan sasaran yang digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa, dalam rangka menentukan kualitas pemenuhan kebutuhan pelanggan. 3. Hubungan antara keinginan pelanggan dengan ketentuan teknis. Hubungan ini dapat berpengaruh kuat, sedang atau lemah. Setiap aspek dari konsumen diberi bobot, untuk membedakan pengaruhnya terhadap kualitas produk. 4. Perbandingan kinerja pelayanan.
Tahap ini membandingkan kinerja
perusahaan dengan pesaing. Nilai yang digunakan untuk kinerja terbaik nilai 5 dan yang terburuk nilai 1. 5. Evaluasi pelanggan untuk membandingkan pendapat pelanggan tentang kualitas produk yang dihasilkan oleh perusahaan dengan produk pesaing. Nilai yang digunakan antara 1 sampai 5, kemudian dibuat rasio antara target degan kualitas setiap kategori. 6. Trade off untuk memberikan penilaian pengaruh antar aktivitas atau sarana yang satu dengan yang lainnya.
Matriks House of Quality (HOQ) atau rumah kualitas adalah bentuk yang paling dikenal dari QFD. Matriks ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu bagian horizontal dari matriks berisi informasi yang berhubungan dengan konsumen dan disebut dengan tabel konsumen (customer table), bagian vertikal dari matriks berisi informasi teknis sebagai respon bagi input konsumen dan disebut tabel teknis (technical table) (Gaspersz, 2001).
6. Matriks korelasi
3. Karakteristik teknis (Ketentuan proses)
1. Harapan konsumen (Prioritas harapan konsumen)
5. Matriks interaksi (Hubungan antara karakteristik teknis dengan harapan konsumen )
2. Analisis persaingan (Perencanaan strategi)
4. Target teknis (Matriks kualitas, persaingan, target nilai, biaya dll)
Gambar 1. Rumah Kualitas atau House of Quality (Cox, 1992) 2.5.
Lingkungan Perusahaan Perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat mengenali dan
memberi interaksi secara menguntungkan terhadap kebutuhan, kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungan (Kotler, 2000). Lingkungan perusahaan dibagi menjadi dua yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. 2.5.1. Lingkungan Internal Lingkungan internal adalah suatu kondisi yang berada di dalam perusahaan dimana perusahaan mempunyai pengaruh terhadapnya (controlable) (Wahyudi, 1996). Lingkungan internal perusahaan menggambarkan kuantitas dan kualitas sumberdaya manusia, fisik, finansial perusahaan dan juga dapat memperkirakan kelemahan (weakness) dan kekuatan (strength) struktur organisasi maupun manajemen perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997).
Faktor-faktor internal yang dapat dianalisis menurut Pearce dan Robinson (1997) adalah : 1. Pemasaran Menganalisis kekuatan dan kelemahan dari kegiatan pemasaran, termasuk pangsa pasar, pelayanan purna jual, kepemilikan informasi pasar, strategi penetapan harga dan loyalitas terhadap merek. 2. Keuangan dan Akunting Faktor keuangan yang diperhitungkan terdiri dari kemampuan perusahaan untuk mendapatkan modal jangka pendek dan jangka panjang, hubungan dengan pemilik, investor dan pemegang saham, biaya masuk industri dan hambatan masuk, harga jual produk, efisiensi dan efektivitas sistem akunting biaya, anggaran dan perencanaan laba. 3. Kegiatan Produksi dan Operasi Kegiatan produksi-operasi perusahaan dapat dilihat dari efisiensi, efektivitas dan produktivitas. Berdasarkan ketiga hal tersebut faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah biaya dan ketersediaan bahan baku, hubungan dengan pemasok, sistem pengendalian persediaan, lokasi fasilitas, pemanfaatan teknologi, pengendalian kualitas, riset dan pengembangan. 4. Sumber Daya Manusia Faktor yang perlu diperhatikan dalam menganalisis kemampuan sumber daya manusia adalah keterampilan dan modal kerja karyawan, efektivitas insentif yang digunakan untuk memotivasi prestasi, tingkat keluar masuk dan kemangkiran karyawan. 5. Sistem Informasi Menganalisis ketepatan waktu dan akurasi informasi tentang penjualan, relevansi informasi untuk keputusan-keputusan taktis, informasi untuk memanajemen
masalah
kualitas
dan
kemampuan
karyawan
untuk
menggunakan informasi yang tersedia. 2.5.2. Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal adalah suatu kondisi yang berada di luar perusahaan dimana perusahaan tidak mempunyai pengaruh sama sekali terhadapnya (uncontrolable) sehingga perubahan-perubahan yang terjadi pada lingkungan ini akan mempengaruhi kinerja perusahaan dalam industri tersebut (Wahyudi, 1996). Menurut Pearce dan Robinson (1997), lingkungan eksternal
perusahaan dapat dibedakan menjadi lingkungan jauh (kondisi eksternal makro), lingkungan industri (kondisi eksternal mikro) dan lingkungan operasional. 2.5.2.1.
Lingkungan Jauh
Lingkungan jauh (remote) terdiri dari sekumpulan kekuatan yang timbul dan berada di luar jangkauan perusahaan dan terlepas dari situasi operasional perusahaan, dalam arti perusahaan tidak mampu mempengaruhi tetapi kegiatan perusahaan dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada di lingkungan jauh tersebut (Pearce dan Robinson, 1997).
Faktor-faktor yang termasuk dalam
lingkungan jauh tersebut adalah : 1. Faktor ekonomi Faktor ekonomi berkaitan dengan sifat dan arah sistem ekonomi tempat suatu perusahaan beroperasi.
Faktor ekonomi yang perlu diperhatikan
adalah ketersediaan kredit secara umum, tingkat penghasilan yang dibelanjakan (disposible income) serta kecenderungan belanja masyarakat (propensity to spend), suku bunga primer, laju inflasi serta kecenderungan pertumbuhan PNB. 2. Faktor sosial budaya Faktor sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan adalah kepercayaan, nilai, sikap dan gaya hidup di lingkungan eksternal perusahaan, yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan dan etnik. 3. Faktor politik Tindakan politik yang dirancang untuk melindungi dan memberikan manfaat bagi perusahaan meliputi undang-undang paten, subsidi pemerintah dan hibah dana riset produk.
Sedangkan kendala politik dikenakan atas
perusahaan melalui keputusan tentang perdagangan yang adil, program perpajakan, ketentuan upah minimum, kebijakan tentang polusi dan penetapan harga, undang-undang perlindungan pekerja, konsumen dan lingkungan. 4. Faktor teknologi Untuk menghindari keusangan dan mendorong inovasi, perusahaan harus mewaspadai perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi industrinya. Adaptasi teknologi yang kreatif dapat membuka kemungkinan terciptanya produk baru, penyempurnaan produk yang sudah ada atau penyempurnaan dalam teknik produksi dan pemasaran.
5. Faktor ekologi Faktor ekologi berkaitan dengan ketersediaan bahan mentah untuk proses produksi dan kualitas lingkungan hidup manusia. 2.5.2.2.
Lingkungan Industri
Lingkungan industri terdiri atas tiga sektor, yaitu pesaing, pelanggan dan pemasok. Sektor pelanggan meliputi identifikasi pembeli, faktor demografi dan lokasi geografi pasar. Sektor pemasok berkaitan dengan modal, tenaga kerja, bahan dan sebagainya yang diberikan oleh pemasok pada suatu perusahaan. Perencana strategis harus meneliti biaya dan tersedianya semua faktor produksi yang digunakan dalam perusahaan. Sektor pesaing berkaitan dengan keadaan pasar yang dihadapi perusahaan (Jauch dan Glueck, 1995). Menurut Porter (1995), kekuatan bersaing pada lingkungan industri bergantung pada lima faktor yaitu ancaman masuknya pendatang baru, ancaman terhadap produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli dan intensitas persaingan dalam industri. 2.5.2.3.
Lingkungan Operasional
Lingkungan operasional terdiri dari faktor-faktor dalam situasi persaingan yang mempengaruhi keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapatkan sumber daya yang dibutuhkan atau dalam memasarkan produk dan jasanya secara menguntungkan. Lingkungan operasional lebih dapat dipengaruhi atau dikendalikan perusahaan ketimbang lingkungan jauh. Komponen utama dari lingkungan ini adalah kreditor, tenaga kerja dan lingkungan industri (pesaing, pelanggan dan pemasok) (Pearce dan Robinson,1997). Kunci bagi kelangsungan hidup perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk melakukan perubahan diri ketika lingkungan berubah dan menuntut perilaku yang baru.
Perusahaan yang mampu menyesuaikan diri,
mengikuti terus perubahan lingkungan serta melakukan perubahan melalui perencanaan ke masa depan dan akan mempertahankan strategi yang ada sesuai dengan perubahan lingkungan (Kotler, 2000). 2.6.
Strategi Bersaing Jauch dan Glueck (1995), menyebutkan bahwa strategi adalah rencana
yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategis perusahaan
dengan
tantangan
lingkungan
dan
yang
dirancang
untuk
memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan
yang tepat oleh perusahaan. Strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir (sasaran).
Sedangkan Steiner dan Miner (1977)
menyatakan strategi adalah respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi. Menurut Porter (1995) strategi adalah alat yang paling penting untuk mencapai keunggulan bersaing.
Suatu perusahaan dapat mengembangkan
strategi untuk mengatasi ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Menurut Rangkuti (1999) proses analisis, perumusan dan evaluasi strategi disebut sebagai perencanaan strategis. Tujuan utama perencanaan strategis adalah agar organisasi atau perusahaan dapat mengantisipasi perubahan lingkungan eksternal. Wahyudi (1996) menyatakan bahwa strategi adalah suatu alat untuk mencapai tujuan perusahaan. (unified),
yaitu
menyatukan
Strategi memiliki sifat antara lain : menyatu seluruh
bagian-bagian
dalam
perusahaan;
menyeluruh (comprehensive), yaitu mencakup seluruh aspek dalam perusahaan; integral (integrated), yaitu seluruh strategi akan cocok/sesuai dari seluruh tingkatan (corporate, business dan functional). Pokok perumusan strategi bersaing adalah menghubungkan perusahaan dengan lingkungannya. Walaupun lingkungan yang relevan sangat luas, meliputi kekuatan-kekuatan sosial sebagaimana juga kekuatan-kekuatan ekonomi, aspek utama dari lingkungan perusahaan adalah industri-industri dimana perusahaan tersebut bersaing (Porter, 1995). Perumusan strategi sangat diperlukan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan sehingga membentuk industri yang berdaya saing. Agar strategi yang dijalankan tepat, maka perusahaan harus mengetahui faktor internal dan eksternalnya sehingga kombinasi strategi yang digunakan tepat dengan posisi perusahaan saat ini (Marimin, 2004). 2.7.
Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Matriks evaluasi faktor internal (Internal Factor Evaluation/IFE) digunakan
untuk mengetahui faktor-faktor internal perusahaan berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dianggap penting.
Sedangkan matriks evaluasi faktor
eksternal (External Factor Evaluation/EFE) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal perusahaan.
Matriks IFE dan EFE merupakan salah satu teknik perumusan strategi yang penting dan merupakan langkah pertama dari kerangka kerja perumusan yang disebut tahap input, yaitu tahap meringkas informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi.
Matriks ini beserta pernyataan misi yang jelas
menyediakan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan strategi bersaing secara sukses dengan syarat alat ini harus disertai dengan penilaian intuitif yang baik (David,1998). 2.8.
Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) Hal terpenting dalam perumusan strategi yang baik adalah bahwa strategi
yang dibuat harus berpijak pada situasi riil di lingkungan eksternal dan internal perusahaaan
Untuk melakukan hal ini dapat digunakan alat bantu berupa
matriks SWOT. Analisa SWOT merupakan salah satu alat analisis kualitatif yang digunakan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman dalam melakukan suatu kegiatan dengan mengacu pada kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh perusahaan (Pearce dan Robinson, 1997). Menurut Marimin (2004), tahapan analisa SWOT adalah : 1. Tahap pengambilan data yaitu evaluasi faktor eksternal dan internal. Tahapan ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi perusahaan yang dilakukan dengan wawancara terhadap ahli dari perusahaan yang bersangkutan ataupun analisis secara kuantitatif misalkan neraca, laba rugi dan lain-lain. 2. Tahap analisis yaitu pembuatan matriks internal eksternal (matriks IE) dan matriks SWOT. Matriks IE merupakan hasil dari penggabungan matriks IFE dan matriks EFE. Matriks IFE dan EFE akan memberikan gambaran tentang posisi perusahaan. Matriks SWOT dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis perusahaan.
Matriks ini dapat memberikan gambaran secara jelas
bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan. 3. Tahap pengambilan keputusan Tahap pengambilan keputusan dalam matriks SWOT merujuk pada matriks internal eksternal yang menghasilkan posisi perusahaan.
Strategi yang
dirumuskan merujuk pada kuadran dari perusahaan yang bersangkutan sehingga dapat diketahui kombinasi strategi yang paling tepat.
Menurut David (1998), matriks SWOT merupakan alat pencocokan yang penting dan membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi, dimana matriks ini dapat mengembangkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan
dapat disesuaikan dengan
kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Keempat strategi tersebut adalah : 1. Strategi S-O, strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. 2. Strategi W-O, strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal. 3. Strategi S-T, strategi ini berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancaman-ancaman eksternal dengan menggunakan kekuatan yang dimilikinya. 4. Strategi W-T, strategi ini merupakan suatu cara untuk bertahan dengan mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman. Strategi yang dirumuskan dari matriks SWOT merupakan bentuk keputusan kompleks dalam organisasi yang dibuat oleh sekelompok manusia. Dengan meningkatnya kekompleksan dari pembuat keputusan organisasi, meningkat pula keperluan untuk mengadakan pertemuan dan bekerja dalam kelompok.
Hal ini menyebabkan ketidakefisienan waktu.
Untuk mengatasi
masalah tersebut, sistem penunjang keputusan kelompok merupakan sarana penunjang yang tepat. 2.9.
Konsep Fuzzy Sistem fuzzy merupakan penduga numerik yang terstruktur dan dinamik.
Sistem ini mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sistem intelijen dalam lingkungan yang tidak pasti dan tidak tepat. Sistem ini menduga suatu fungsi dengan logika fuzzy.
Logika fuzzy sering menggunakan informasi
linguistik dan verbal (Marimin, 2002). Variabel linguistik adalah ketika konsep linguistic fuzzy number direpresentasikan seperti sangat kecil, menengah, besar dan sebagainya (Yudhistira, 2000). Gugus
fuzzy
merupakan
pengembangan
dari
struktur
biasa.
Representasi abstrak dari anak gugus fuzzy dari sebuah gugus universal X tampak seperti Gambar 2.
X A x Gambar 2. Anak Gugus Fuzzy (Marimin, 2002) Bingkai persegi panjang mempresentasikan gugus universal X dan lingkaran yang terputus-putus menggambarkan batas ambiguous dari elemen yang terdapat di dalam atau di luar X, sedangkan A adalah gugus fuzzy dalam X. Teori gugus fuzzy mendefinisikan derajat dimana elemen X berada (tercakup) didalam gugus fuzzy A.
Fungsi yang memberikan derajat terhadap sebuah
elemen mengenai keberadaannya dalam sebuah gugus disebut fungsi keanggotaan. Salah satu bentuk fungsi keanggotaan adalah Triangular Fuzzy Number (TFN) (Marimin, 2002) . µA (x)
a1
a2
a3
Gambar 3. Triangular Fuzzy Number (TFN) A= ( a1, a2, a3) Fungsi keanggotaan dari gambar di atas adalah sebagai berikut : µA (x) = 0, =
= =
x a a a 0
x < a1 − 2
−
3
−
3
− ,
a a x a
1
,
a
1
,
a
2
≤
x
≤
a
≤
x
≤
a
2
1
3
2
x
>
a
3
Pemrosesan bilangan fuzzy pada representasi selang (Marimin, 2002) adalah : •
Penjumlahan : [a 1 ,a3 ] (+) [b1 ,b3 ] = [a 1 + b 1 , a 3 + b 3 ]
•
Pengurangan : [a 1 ,a3 ] (-) [b 1 ,b3 ] = [a 1 - b 1 , a3 - b 3 ]
•
Perkalian : [a 1 ,a3 ] (.) [b1 ,b3 ] = [a 1 . b 1 , a3 . b3 ]
•
Pembagian : [a 1 ,a3 ] (÷) [b1 ,b3 ] =
a1 b3
,
a3 b1
2.10.
Konsep AHP Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks
yang tidak terstruktur, strategik dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hirarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004). Ide dasar prinsip kerja AHP adalah : 1. Penyususan struktur hirarki Persoalan yang akan diselesaikan diuraikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif, kemudian disusun menjadi struktur hirarki. 2. Penilaian kriteria dan alternatif Kriteria dan alternatif dinilai melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1993), untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat.
Nilai dan definisi pendapat
kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Identitas Kepentingan
Defenisi Nilai
1
Kedua elemen sama penting
3
Elemen yang satu sedikit lebih penting (kebalikannya 1/3)
5
Elemen yang satu esensial (kebalikannya bernilai 1/5)
7
Satu elemen jelas lebih penting (kebalikannya 1/7)
9
Satu elemen mutlak lebih penting (kebalikannya 1/9)
2,4, 6,8
atau
Nilai-nilai antara dua pertimbangan (kebalikannya 1/2, 1/4, 1/6, 1/8)
sangat
yang
penting
berdekatan
Sumber : Saaty, 1993 3. Penentuan prioritas. Untuk setiap kriteria dan alternative, perlu dilakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons ).
Nilai-nilai perbandingan relatif
kemudian diolah untuk menentukan peringkat relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan
prioritas.
Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau
melalui penyelesaian persamaan matematik. 4. Konsistensi logis. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Untuk menentukan bobot atau prioritas dengan jalan menentukan nilai eigen (eigenvalue), dapat diselesaikan melalui dua cara, yaitu : 1. Penyelesaian dengan manipulasi matriks Prosedur untuk mendapatkan nilai eigen adalah : a. Kuadratkan matriks tersebut. b. Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi. c. Hentikan proses ini, bila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu. 2. Penyelesaian dengan persamaan matematik Langkah-langkah untuk menentukan besarnya bobot adalah : a. Langkah 1 :
wi w j
=
a
ij
(i , j = 1, 2 ,....n )
wi = bobot input dalam baris
wj = bobot input dalam lajur
b. Langkah 2:
w
i
=
a w ij
j
( i , j = 1, 2 ,.... n )
Untuk kasus-kasus umum mempunyai bentuk :
w
i
=
wi
1 n
n
∑ a w (i = 1, 2,... n ) j=1
ij
j
= rataan dari ai1 w1 ,…, ain wn
c. Langkah 3: Bila perkiraan a ij baik akan cenderung untuk dekat dengan nisbah wi /wj. Jika n juga berubah maka n diubah menjadi ?maks sehingga diperoleh :
w
i
=
1 λ maks
n
∑ a w (i j =1
ij
j
= 1, 2 ,..., n )
Pengolahan Horizontal Pengolahan horizontal dilakukan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hierarki keputusan. Tahapannya menurut Saaty (1983) adalah sebagai berikut :
a. Perkalian baris (z) dengan rumus
Z
i
π a ij
=n
j =1
b. Perhitungan vektor prioritas
n
π a
n
eVPi =
j =1
n
n
i =1
j =1
ij
∑ π a
eVPi adalah elemen vektor prioritas ke-i ij
c. Perhitungan nilai eigen maksimum
a
VA = ij X VP dengan VA = (Vai) VB = VP / VA dengan VB = (Vbi)
? max
1 n
=
n
∑a i =1
ij
VA = VB = Vektor antara Vb i untuk i = 1, 2, ..., n d. Perhitungan indeks konsistensi (CI)
CI =
λ
max
−n
n −1
Pengolahan Vertikal Pengolahan ini digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hierarki terhadap sasaran utama. s
NPpq = ∑ NPH pq (t, q-1) NPTt(q-1) t=1
p
= nilai prioritas pengaruh elemen ke-p pada tingkat ke-q terhadap sasaran utama = 1, 2, ..., r
T
= 1, 2, ..., r
NPH pq
= nilai prioritas elemen ke-p pada tingkat ke-q
NPTt
= nilai prioritas pengaruh elemen ke-t pada tingkat q-1
NPpq
Perhitungan Consistency Ratio (CR)
CR =
CI RI
CI =
( p − n) ( n − 1)
Dimana :
CI
= konsistensi indeks
RI
= indeks random yang didapat dari tabel Oarkridge
p
= nilai rata-rata consistency vector
n
= banyaknya alternatif atau kriteria Tabel 4. Nilai Indeks Random (RI)
Ukuran Matriks
Indeks Random (RI)
Ukuran Matriks
Indeks Random (RI)
1 2 3 4 5 6 7
0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32
8 9 10 11 12 13
1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56
Penggabungan pendapat responden Pada dasarnya AHP dapat digunakan untuk mengolah data dari satu responden ahli.
Namun demikian dalam aplikasinya penilaian kriteria dan
alternatif dilakukan oleh beberapa ahli multi disipliner. Konsekuensinya pendapat beberapa ahli tersebut perlu dicek konsistensinya satu persatu. Pendapat yang konsisten tersebut digabungkan dengan menggunakan rata-rata geometrik (Marimin, 2004).
X G = n π n xi
2.11.
Dimana : XG = rata-rata geometrik n
= jumlah responden
xi
= penilaian oleh responden ke- i
Konsep Fuzzy AHP Metode fuzzy AHP adalah suatu metode yang dikembangkan dari metode
AHP dengan menggunakan konsep fuzzy pada beberapa bagian seperti dalam hal penilaian sekumpulan alternatif dan kriteria.
Menurut Kastaman (1999)
keuntungan fuzzy AHP adalah pada saat melakukan penilaian, dimana para
pengambil keputusan tidak dipaksa untuk melakukan penilaian diskrit (angka) tetapi hanya menggunakan intuitif mereka melalui bilangan linguistik.
Pada
umumnya pengembangan metode fuzzy AHP melalui empat tahapan (Yudhistira, 2000), yaitu : 1. Skoring alternatif dan kriteria Skoring yang dilakukan oleh pengambil keputusan dalam bentuk variabel linguistik seperti sangat jelek, agak jelek, sedang, baik dan sangat baik. Penentuan nilai fuzzy untuk setiap alternatif dalam bentuk TFN akan diperoleh tiga fungsi keanggotaan (under optimistic, most likely dan pesimistic condition).
TFN dikembangkan dengan menentukan nilai dari fungsi
keanggotaan pesimistic sebagai a, nilai dari fungsi keanggotaan most likely sebagai b dan nilai dari fungsi keanggotaan optimistic sebagai c. Menurut Kastaman (1999) fuzzyfikasi pada metode fuzzy AHP adalah proses pengubahan nilai selang rating (berupa batas nilai) yang diberikan oleh penilai menjadi selang dalam bentuk bilangan fuzzy dengan maksud untuk menghilangkan ketidakkonsistenan nilai yang disebabkan selang rating dan bias setiap penilai. 2. Defuzzifikasi skor fuzzy Defuzzyfikasi dilakukan untuk menentukan satu nilai dari skor fuzzy. Menurut Marimin (2000), defuzzyfikasi merupakan suatu proses pengubahan output fuzzy ke output yang bernilai tunggal (crisp). Terdapat banyak metode defuzzyfikasi, namun yang banyak digunakan adalah metode centroid dan maksimum. Di dalam metode centroid, nilai tunggal dari variabel output dihitung dengan menemukan nilai variabel dari center of gravity suatu keanggotaan untuk nilai fuzzy.
Sedangkan di dalam metode maksimum,
satu dari nilai-nilai variabel yang merupakan nilai kepercayaan maksimum gugus fuzzy dipilih sebagai nilai tunggal untuk variabel output. Formula yang digunakan untuk metode centroid adalah :
∑ z j µ (z ) n
Z
*
=
j =1
∑ µ (z n
j =1
Z
*
=
∫
j)
untuk semesta kontinu
z µ ( z ) dz
z
∫
µ ( z ) dz
untuk semesta diskret
z
(Kusumadewi, 2003)
3. Pembobotan Pembobotan dapat dilakukan berdasarkan teori Saaty. Menurut Marimin (2004) untuk menentukan bobot atau prioritas dengan jalan menentukan vektor eigen (eigenvector), dapat diselesaikan melalui dua cara, yaitu dengan manipulasi matriks dan persamaan matematik. 4. Final skor Menentukan skor akhir dapat digunakan set operasi yang memungkinkan sesuai dengan teori. Pembobotan Pembobotan dapat dilakukan berdasarkan teori Saaty. Menurut Marimin (2004) untuk menentukan bobot atau prioritas dengan jalan menentukan vektor eigen (eigenvector), dapat diselesaikan melalui dua cara, yaitu dengan manipulasi matriks dan persamaan matematik.
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1.
Kerangka Pemikiran Saat ini persaingan dalam industri nata de coco mengalami peningkatan,
hal ini terlihat dengan semakin banyaknya perusahaan yang bergerak dalam pembuatan nata de coco.
Sebuah perusahaan akan dapat menang dalam
persaingan jika memiliki strategi yang tepat. Strategi untuk peningkatan daya saing sangat diperlukan terutama untuk perusahaan yang masih belum maju. Perusahaan nata de coco di Kota Bogor memiliki tingkat kemajuan dan perkembangan yang berbeda-beda, untuk itu perlu dilakukan pengelompokkan perusahaan agar dapat diketahui kelompok (klaster) perusahaan yang maju (tinggi), kurang maju (sedang) dan belum maju (rendah). Perbedaan perkembangan pada perusahaan nata de coco ini menjadikan masing-masing perusahaan memiliki kemampuan yang berbeda dalam bersaing. Oleh karena itu strategi yang ditetapkan harus sesuai dengan kondisi perusahaan tersebut. Sebuah perusahaan akan memiliki daya saing yang kuat jika perusahaan tersebut memiliki kualitas produk yang baik sesuai dengan keinginan dan harapan konsumen. Menurut Subagyo (2000), QFD merupakan suatu cara untuk meningkatkan kualitas barang atau jasa dengan memahami kebutuhan konsumen, lalu menghubungkannya dengan aktivitas proses atau ketentuan teknis untuk menghasilkan barang atau jasa di tiap tahap pembuatan barang atau jasa yang dihasilkan. Perusahaan yang mampu memenuhi keinginan dan harapan konsumen akan memperoleh pasar yang lebih luas sehingga dapat meningkatkan kemampuan bersaingnya.
Berdasarkan keinginan dan harapan konsumen,
perusahaan dapat melihat dengan jelas bahwa lingkungan internal perusahaan dapat menjadi suatu kekuatan untuk memenuhi keinginan tersebut, tapi dapat juga menjadi suatu kelemahan. Selain itu lingkungan eksternal perusahaan juga dapat menjadi suatu peluang atau ancaman yang akan mempengaruhi kegiatan perusahaan dalam memenuhi keinginan konsumennya. Faktor lingkungan merupakan faktor yang serba tidak pasti, karena itu penilaian dengan menggunakan fuzzy akan sangat membantu dalam mengatasi ketidakpastian ini. Penilaian lingkungan internal dan eksternal perusahaan dapat digunakan untuk menentukan posisi perusahaan saat ini. Hal ini sangat penting
dilakukan mengingat bahwa sebuah strategi dalam perumusannya harus disesuaikan dengan posisi perusahaan. Strategi yang akan dilaksanakan oleh sebuah perusahaan sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, lembaga terkait dan tujuan yang ingin dicapai.
Secara keseluruhan elemen ini saling berkaitan satu dengan yang
lainnya.
Keterkaitan elemen ini dirumuskan melalui sebuah hirarki sehingga
penilaian strategi akhir akan lebih tepat.
Proses perumusan strategi pada
sebuah hirarki dapat dilakukan dengan Fuzzy AHP.
Metode ini digunakan
karena mengingat strategi merupakan suatu keputusan yang sangat kompleks dan dipengaruhi oleh lingkungan yang serba tidak pasti. Menurut Marimin (2002) sistem fuzzy merupakan penduga numerik yang terstruktur dan dinamik yang mempunyai kemampuan untuk mengembangkan sistem intelijen dalam lingkungan yang tidak pasti dan tidak tepat. Selain itu, menurut Kastaman (1999) metode fuzzy AHP mampu mengatasi persoalan yang bersifat kualitatif yang terkadang membingungkan, pengambilan keputusan akan lebih objektif dan konsistensinya lebih tinggi. Strategi yang telah dirumuskan tersebut memiliki berbagai alternatif, dimana satu dan lainnya sama pentingnya, namun sebuah perusahaan harus mengetahui alternatif strategi mana yang terbaik untuk diimplementasikan terlebih dahulu dari beberapa alternatif strategi yang ada.
Oleh karena itu
perusahaan perlu menetapkan prioritas strategi agar penerapannya sesuai dengan kebutuhan dan tujuan perusahaan. pemikiran ini dapat dilihat pada Gambar 4.
Adapun diagram alir konsep
Mulai
K-Means Clustering
QFD
Pengelompokkan perusahaan nata de coco di Kota Bogor
Penilaian kebutuhan dan keinginan konsumen
Penentuan Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal
Fuzzy Pairwise Comparison
Penilaian Faktor Lingkungan
Penentuan Posisi Perusahaan
Matriks IFE Matriks EFE
Perumusan Alternatif Strategi Peningkatan Daya Saing
Analisis Matriks SWOT
Penentuan Prioritas Kelembagaan dan Strategi Peningkatan Daya Saing
Rekomendasi Strategi
Selesai
Gambar 4. Diagram Alir Konsep Penelitian.
Fuzzy AHP
3.2.
Pemilihan Responden Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
6. Responden konsumen, jumlah responden konsumen yang digunakan 50 orang. Responden konsumen digunakan untuk penilaian kualitas produk nata de coco. Metode penarikan contoh yang digunakan adalah purposive sampel, metode ini digunakan karena tidak tersedianya data tentang konsumen yang mengkonsumsi nata de coco. 7. Responden pakar, jumlah responden pakar yang digunakan sebanyak 7 orang yang terdiri dari akademisi (2 orang), birokrat (2 orang) dan praktisi (3 orang). Kriteria umum yang digunakan dalam menentukan pakar adalah : a. Bersedia meluangkan waktunya untuk dijadikan pakar dan mudah untuk dihubungi setiap saat diperlukan. b. Mengetahui kondisi umum industri nata de coco di Kota Bogor. c. Memiliki pengetahuan tentang proses pembuatan nata de coco. d. Memiliki pengetahuan tentang penilaian kualitas nata de coco. e. Memiliki pengetahuan tentang proses perumusan strategi dan sistem penilaian
dengan
metode
perbandingan
berpasangan
(pairwise
comparison). Responden pakar ini digunakan untuk menentukan kriteria pemetaan industri nata de coco, menentukan dan menilai tingkat kepentingan antar atribut kualitas produk, menentukan aktivitas proses dan hubungannya, menentukan hubungan antar atribut kualitas produk dengan aktivitas proses, menentukan lingkungan internal dan eksternal perusahaan, penilaian kelembagaan yang terlibat dan strategi peningkatan daya saing perusahaan. 3.3.
Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Pengumpulan data primer, yaitu dengan melakukan wawancara dengan responden konsumen dan para pakar yang memiliki pengetahuan tentang industri nata de coco dan melakukan pengamatan langsung di lapangan pada perusahaan nata de coco. 2. Pengumpulan data sekunder, yaitu dengan penelusuran buku-buku, hasilhasil penelitian, majalah, jurnal dan sumber-sumber lain yang berhubungan. Selain itu juga data dan informasi dari Balai Besar Industri Agro dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor.
3.4.
Analisis Data
3.4.1. Klaster atau Pengelompokkan Perusahaan Nata de Coco Klaster/pengelompokkan perusahaan nata de coco
dilakukan untuk
memperoleh kelompok perusahaan dari 23 perusahaan nata de coco di Kota Bogor. Kuisioner untuk klaster ini dapat dilihat pada Lampiran 1. Kriteria yang digunakan untuk pengelompokkan ini didasarkan pada faktor internal perusahaan yang diperoleh dari studi literatur dan brainstorming dengan pakar.
Ada 12
kriteria yang digunakan, yaitu : volume penjualan, jumlah investasi, total produksi, segmen pasar, usia perusahaan, jumlah tenaga kerja, tempat penjualan produk perusahaan, daerah pemasaran produk, jumlah distributor yang dimiliki perusahaan, jenjang pendidikan tertinggi tenaga kerja, alat pengepakan produk, jenis alat angkut dalam pemasaran produk. Metode yang digunakan dalam pengelompokkan perusahaan nata de coco di Kota Bogor metode K-Means Clustering. Pengolahan data untuk analisis ini menggunakan software SPSS 11.0 for Windows . Adapun tahapan yang dilakukan dalam analisis klaster ini adalah : 1. Mengidentifikasi kriteria untuk klaster perusahaan nata de coco yang akan dilakukan. 2. Melakukan penilaian untuk setiap kriteria pada setiap perusahaan. 3. Melakukan standarisasi data kedalam bentuk normal (data dinormalisasi). Standarisasi data dilakukan untuk menghilangkan bias dalam analisis klaster. Standarisasi data dilakukan pada data asli terhadap variabel yang relevan ke bentuk z score. Pada SPSS, keluaran dari proses ini berupa variabel baru yang berimbuhan ‘z’ didepan masing-masing variabel. Proses standarisasi data ini menggunakan menggunakan persamaan :
Xn = Dimana : Xn
Xij − Xr σ = Nilai data normal
Xij
= Nilai data
Xr
= Nilai rata-rata
s
= Standar deviasi
Hasil perhitungan nilai data normal untuk setiap perusahaan pada setiap kriteria merupakan wilayah kritis untuk setiap kriteria
4. Melakukan pengelompokkan perusahaan. Analisis ini dilakukan terhadap data yang telah distandarisasi. Jumlah klaster yang akan dibentuk adalah 3 (tiga), hal ini berarti perusahaan nata de coco di Kota Bogor akan dikelompokkan ke dalam 3 kelompok.
Pada SPSS,
keluaran berupa kelompok perusahaan yang terbentuk akan dapat dilihat pada kolom qcl_1 yang berisi nomor klaster untuk setiap perusahaan. Pengelompokan perusahaan nata de coco dilakukan berdasarkan kedekatan atau jarak antar perusahaan. Kedekatan atau jarak yang digunakan adalah metode square distance euclidean, adapun persamaannya :
E (m ,..., m ) = ∑∑ I ( x ∈ C ) x − m N
1
k
M
i =1 k =1
i
k
i
2 k
Dimana : E = square euclidean distance x i = data setiap kriteria untuk setiap perusahaan nata de coco m k = cluster center untuk setiap kelompok 5. Melakukan interpretasi lebih lanjut terhadap hasil klaster. Interpretasi lebih lanjut dilakukan dengan menghitung nilai rata-rata untuk setiap kriteria pada setiap klaster yang terbentuk. Perhitungan rata-rata ini menggunakan persamaan :
X = µ + z .s Dimana :
X
= rata-rata untuk setiap kriteria klaster pada klaster tertentu
µ
= rata-rata populasi
z
= standar deviasi pada setiap kriteria
s
= nilai standarisasi yang didapat pada SPSS
3.4.2. Matriks House of Quality (HOQ) Matriks House of Quality (HOQ) digunakan untuk melihat harapan dan keinginan konsumen terhadap produk nata de coco serta keterkaitannya dengan aktivitas proses. Pada pembuatan matriks HOQ akan dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan lain.
Perusahaan yang dibandingkan
berdasarkan hasil dari pemetaan/pengelompokkan perusahaan nata de coco.
Tahapan pembuatan matriks HOQ untuk industri nata de coco adalah : a. Identifikasi harapan konsumen Tahap ini merupakan tahap untuk mendefenisikan harapan konsumen terhadap produk nata de coco dan mengukur atribut-atribut kualitas produk yang menjadi prioritas dengan cara pembobotan.
Data untuk tahap ini
diperoleh dari brainstorming, wawancara dengan pakar dan konsumen ahli serta berdasarkan studi literatur. b. Evaluasi kualitas produk Tahap ini merupakan tahap untuk membandingkan tingkat kepuasan konsumen terhadap atribut-atribut kualitas produk nata de coco perusahaan A dibandingkan dengan pesaingnya (perusahaan B, perusahaan C dan perusahaan D). Populasi penelitian adalah keseluruhan konsumen nata de coco perusahaan A dengan pengambilan contoh (responden) sebanyak 50 orang. Penilaian kuisioner menggunakan skala 5 (Likert). Data yang diperoleh kemudian dihitung dengan cara : (N1 x 1) + (N2 x 2) + (N3 x 3) + (N4 x 4) + (N5 x 5) Ket : N1
= Jumlah responden dengan jawaban “sangat tidak puas”
N2
= Jumlah responden dengan jawaban “tidak puas”
N3
= Jumlah responden dengan jawaban “cukup puas”
N4
= Jumlah responden dengan jawaban “puas”
N5
= Jumlah responden dengan jawaban “sangat puas”
Langkah-langkah yang ditempuh untuk mendapatkan tingkat kepuasan konsumen adalah sebagai berikut : 1. Mencari nilai indeks maksimum (NI maks) dan nilai indeks minimum (NI min) kemudian menghitung range (NI maks – NI min). Nilai indeks maksimum
Nilai indeks minimum
=
=
Total nilai maksimum Jumlah interval kelas Total nilai minimum Jumlah interval kelas
Range = Nilai indeks maksimum – Nilai indeks minimum
2. Membuat interval kelas, yaitu : menentukan selang tingkat kepuasan dari atribut kualitas produk yang dinilai. Disini terlebih dahulu dihitung panjang interval kelas. Panjang interval kelas
=
Range Jumlah interval kelas
c. Sasaran proyek Tahap ini merupakan tahap untuk melihat sasaran yang harus ditingkatkan untuk memperbaiki kualitas produk sehubungan dengan penilaian konsumen atas atribut-atribut kualitas produk perusahaan dibandingkan dengan perusahaan pesaing. Penilaian masih menggunakan skala likert menurut data sekunder yang diperoleh dari perusahaan. Nilai yang diperoleh pada tahap ini dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut : Rasio perbaikan = target nilai / skor evaluasi Bobot
= rasio perbaikan x tingkat kepentingan atribut
%bobot
= bobot/total bobot x 100%
d. Parameter teknis Tahap ini merupakan tahap untuk menentukan aktivitas proses yang dilakukan perusahaan dan terkait dengan spesifikasi dan harapan konsumen. Penentuan aktivitas proses dilakukan secara brainstorming dengan para pakar dan studi literatur. e. Matriks interaksi/hubungan keterkaitan Tujuan dari membangun hubungan keterkaitan adalah untuk menunjukkan aktivitas proses yang memiliki hubungan paling berarti dengan atribut kualitas produk, sehingga pada saat matriks sudah selesai dan analisa dilakukan dapat ditentukan aktivitas proses mana yang harus mendapat perhatian utama.
Hubungan antara harapan konsumen dan aktivitas proses dapat
dinyatakan
dengan
menggunakan
lambang-lambang
tertentu
untuk
menyatakan kekuatan hubungan. Pada penelitian ini, lambang dan nilai yang digunakan adalah : = 10 = melambangkan hubungan kuat = 5 = melambangkan hubungan sedang = 1 = melambangkan hubungan lemah
f.
Trade off Beberapa aktivitas proses memiliki proses keterkaitan antara satu dengan lainnya. Pemberian tindakan pada aktivitas proses dapat mengakibatkan perubahan pada aktivitas proses yang terkait lainnya, baik perubahan searah (positif) maupun perubahan berlawanan arah (negatif). Penentuan hubungan keterkaitan dalam penelitian ini dilakukan secara brainstorming dengan bagian yang terkait dengan proses produksi dan pemasaran produk serta pakar. Matriks yang terbentuk dari hubungan keterkaitan ini disebut matriks korelasi dan pada matriks house of quality (HOQ) terletak pada bagian atas yang disebut roof. Hubungan keterkaitan yang ada dan lambang yang digunakan adalah : 1. Hubungan kuat positif (++) Hubungan kuat positif merupakan hubungan searah yang kuat, dimana bila salah satu aktivitas proses mengalami peningkatan akan berdampak kuat pada peningkatan aktivitas proses lainnya yang terkait. 2. Hubungan positif (+) Hubungan positif merupakan hubungan searah, meskipun dampak yang dihasilkan tidaklah sekuat hubungan pada poin 1. 3. Hubungan negatif (-) Hubungan negatif merupakan hubungan tidak searah, yaitu apabila salah satu aktivitas proses mengalami penurunan, maka aktivitas yang lain akan mengalami peningkatan. Hal ini dapat berlaku sebaliknya. 4. Hubungan kuat negatif (--) Hubungan kuat negatif merupakan hubungan tidak searah yang kuat dan dampak yang dihasilkan lebih kuat dari hubungan poin 3. g. Menentukan tingkat kepentingan dan nilai relatif dari aktivitas proses. Nilai tingkat kepentingan aktivitas proses ke-Y = (Bobot konversi tiap atribut x aktivitas proses ke-Y)
Nilai relatif aktivitas proses ke-Y =
Tingkat kepentingan proses Jumlah total nilai kepentingan
Adapun bentuk umum HOQ dapat dilihat pada Gambar 5.
f. Trade off b. Evaluasi kualitas produk
c. Sasaran proyek
Harapan Konsumen
a1. Harapan Pelanggan
e. Matriks interaksi
g. Tingkat kepentingan dan nilai relatif proses
Gambar 5. Rumah Kualitas Perusahaan A 3.4.3. Fuzzy Pairwise Comparison Fuzzy pairwise comparison digunakan untuk menilai masing-masing faktor lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor lingkungan eksternal (peluang dan ancaman).
Hasil penilaian ini digunakan untuk
menentukan faktor lingkungan yang paling berpengaruh terhadap perusahaan. Penilaian ini menggunakan variabel linguistik dengan cara perbandingan berpasangan (pairwise comparison).
Faktor Lingkungan
1
2
3
4
...
1 2 3 4 ... Skala penilaian yang digunakan adalah : •
Equal (E)
: kedua elemen sama pentingnya
•
Weak (W)
: elemen 1 sedikit lebih penting dari elemen 2
•
Strong (S)
: elemen 1 jelas lebih penting dari elemen 2
•
Very strong (VS) : elemen 1 sangat jelas lebih penting dari elemen 2
•
Absolutely (A)
: elemen 1 mutlak lebih penting dari elemen 2
Hasil penilaian dengan variabel linguistik, dilakukan fuzzyfikasi dan defuzzyfikasi, kemudian dihitung nilai eigennya dengan cara manipulasi matriks. Fuzzyfikasi Fuzzyfikasi pada penelitian ini menggunakan Triangular Fuzzy Number (TFN).
Bertitik tolak pada skala pairwise comparisons Saaty, maka
ditetapkan selang nilai TFN dari penelitian ini adalah : •
Absolutely -1 (A-1)
: (1/9, 1/9, 1/7)
•
Very strong (VS )
: (1/9, 1/7, 1/5)
•
Strong-1 (S-1)
: (1/7, 1/5, 1/3)
•
Weak -1 (W -1)
: (1/5, 1/3, 1)
•
Equal (E)
: (1/3, 1, 3)
•
Weak (W)
: (1, 3, 5)
•
Strong (S)
: (3, 5, 7)
•
Very strong (VS)
: (5, 7, 9)
•
Absolutely (A)
: (7, 9, 9)
-1
-1
Agregasi Pakar Agregasi pakar merupakan penggabungan pendapat dari para pakar. Penggabungan pendapat beberapa orang ahli atau pakar dapat dilakukan dengan rata-rata geometrik (Marimin,2004). Agregasi pakar ini dilakukan dengan cara menghitung nilai rata-rata geometrik dari nilai batas bawah, batas tengah dan batas atas dari masing-
masing pakar untuk mendapatkan nilai batas bawah, batas tengah dan batas atas gabungan pakar. Adapun rumus yang digunakan adalah : n
BB
=
n
BT
=
n
BA
=
n
π
i=1
x
bbi
x
bti
n
π
i=1 n
π
i=1
x
bai
Dimana :
BB = rata-rata geometrik batas bawah BT = rata-rata geometrik batas tengah BA = rata-rata geometrik batas atas
x x x
bbi
bti
bai
= nilai batas bawah dari hasil penilaian oleh pakar ke-i = nilai batas tengah dari hasil penilaian oleh pakar ke-i = nilai batas atas dari hasil penilaian oleh pakar ke-i
n
= jumlah pakar = 7
i
= pakar (1,2,3,4,5,6,7)
Defuzzyfikasi Defuzzyfikasi dilakukan dengan rata-rata geometrik karena proses agregasi pakar juga menggunakan rata-rata geometrik. Tujuan dari defuzzyfikasi ini adalah untuk memperoleh nilai tunggal (crisp) dari penilaian yang telah dilakukan oleh para pakar. Adapun rumus yang digunakan adalah :
N
crisp
=
3
____
____
BB × BT
____
× BA
Hasil proses defuzzyfikasi ini adalah berupa matriks awal hasil penilaian. Perhitungan nilai eigen Perhitungan nilai eigen dilakukan dengan manipulasi matriks, tahapannya : a. Melakukan perkalian kuadrat terhadap matriks awal hasil penilaian. b. Menghitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi. c. Menghentikan proses ini, bila perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari 0,0009.
Perhitungan fuzzy pairwise comparison ini menggunakan software yang dibuat dengan Delphi version 8.0. Software tersebut diberi nama Fuzzy PC RHB. Nilai eigen yang diperoleh kemudian diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil, faktor lingkungan yang memperoleh nilai eigen terbesar merupakan faktor lingkungan yang paling penting untuk diperhatikan. 3.4.4. Analisis Matriks IFE dan Matriks EFE Analisis ini digunakan untuk menentukan posisi perusahaan. Tahapan pembuatan matriks ini adalah : 1. Menyusun semua faktor internal dan eksternal perusahaan nata de coco. 2. Memberi bobot terhadap masing-masing faktor berdasarkan hasil perhitungan fuzzy pairwise comparison yang telah diperoleh pada tahap penilaian faktor lingkungan. 3. Memberikan rating terhadap faktor-faktor tersebut berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi perusahaan nata de coco. Nilai rating yang diberikan adalah 1 (sedikit berpengaruh), 2 (cukup berpengaruh), 3 (berpengaruh), 4 (sangat berpengaruh). 4. Menghitung skor untuk setiap faktor dengan cara mengalikan bobot dengan rating. 5. Menjumlahkan total skor untuk masing-masing faktor internal (kekuatankelemahan) dan eksternal (peluang-ancaman). 6. Menentukan posisi perusahaan berdasarkan total skor tersebut. Berbagai Peluang Kuadran III (mendukung strategi turn-around)
Kuadran I (mendukung strategi agresif)
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal Kuadran IV (mendukung strategi defensif
Kuadran II (mendukung strategi diversifikasi)
Berbagai Ancaman Gambar 6. Posisi Perusahaan pada Berbagai Kondisi (Rangkuti, 1998)
3.4.5. Matriks SWOT Matriks SWOT digunakan untuk merumuskan strategi peningkatan daya saing pada perusahaan nata de coco berdasarkan faktor lingkungan internal dan faktor lingkungan eksternal serta posisi perusahaan. Tahapan dalam menentukan strategi yang dibangun melalui matriks SWOT adalah : 1. Membuat daftar kekuatan kunci internal perusahaan. 2. Membuat daftar kelemahan kunci internal perusahaan. 3. Membuat daftar peluang eksternal yang dihadapi perusahaan. 4. Membuat daftar ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan. 5. Mengisi sel strategi
yang akan dikembangkan sesuai dengan posisi
perusahaan dari hasil analisis matriks IFE dan matriks EFE. 6. Strategi yang akan dikembangkan berdasarkan posisi perusahaan adalah : -
Strategi S-O jika perusahaan berada pada kuadran I
-
Strategi S-T jika perusahaan berada pada kuadran II
-
Strategi W-O jika perusahaan berada pada kuadran III
-
Strategi W-T jika perusahaan berada pada kuadran IV
Internal STRENGTHS (S) Daftar kekuatan internal Eksternal
WEAKNESSES (W) Daftar kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O) STRATEGI S-O Daftar peluang Gunakan kekuatan untuk eksternal memanfaatkan peluang
STRATEGI W-O Meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang
THREATS (T) Daftar ancaman ekternal
STRATEGI W-T Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
STRATEGI S-T Gunakan kekuatan untuk menghindari ancaman
Gambar 7. Matriks SWOT (David, 1998) 3.4.6. Metode Fuzzy AHP (Fuzzy-Analytical Hierarchy Process) Metode fuzzy AHP digunakan untuk menentukan prioritas kelembagaan dan strategi peningkatan daya saing perusahaan nata de coco. Tahapan dalam metode fuzzy AHP adalah : 1. Pembuatan struktur hirarki. Pembuatan struktur hirarki diawali dengan melakukan identifikasi sistem yang bertujuan untuk menemukan pokok permasalahan yang akan diselesaikan,
menentukan lembaga yang terlibat dengan perusahaan nata de coco dan menentukan pilihan alternatif-alternatif strategi peningkatan daya saing. Setelah identifikasi sistem selesai maka dibuat struktur hirarki dengan melakukan abstraksi antara komponen dan dampak-dampaknya pada sistem. Bentuk abstraksi ini mempunyai hubungan yang saling berkaitan antara tujuan yang ingin dicapai, faktor internal dan eksternal, pihak-pihak yang terkait, dan alternatif strategi peningkatan daya saing yang bisa dilaksanakan. 2. Penilaian setiap elemen dalam setiap tingkat. Penilaian setiap elemen dengan fuzzy pairwise comparison. 3. Menghitung bobot awal setiap elemen dalam setiap tingkat hierarki. Bobot awal setiap elemen dihitung dengan cara manipulasi matriks, tahapan yang digunakan adalah : a. Malakukan perkalian kuadrat terhadap matriks setiap tingkat. b. Menghitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi. c. Menghentikan proses ini, bila perbedaan antara jumlah dari dua d. Perhitungan berturut-turut lebih kecil dari 0,0009. 4. Menghitung consistency ratio Consistency ratio dihitung dengan menggunakan formula sebagai berikut
CR =
CI RI
CI =
( p − n) ( n − 1)
Dimana : CI = konsistensi indeks RI = indeks random yang didapat dari tabel Oarkridge p
= nilai rata-rata consistency vector
n
= banyaknya alternatif atau kriteria
5. Menentukan bobot akhir setiap elemen dalam setiap tingkat hirarki. Bobot akhir dari setiap elemen ditentukan dengan mengalikan matriks nilai eigen (bobot) dari elemen pada setiap tingkat yang bersangkutan dengan matriks bobot tingkat sebelumnya. 6. Menentukan rangking dari bobot akhir Bobot akhir yang diperoleh pada tahapan diatas kemudian diurutkan dari yang terbesar sampai yang terkecil (dari yang memiliki nilai tertinggi sampai
yang memiliki nilai terendah). Strategi yang memiliki bobot tertinggi adalah strategi yang menjadi prioritas utama. Perhitungan bobot awal untuk setiap elemen pada setiap tingkat hirarki menggunakan bantuan software Fuzzy PC RHB, sedangkan perhitungan bobot akhir setiap elemen pada setiap tingkat hirarki menggunakan bantuan software matlab 6.5.1.
Adapun kerangka logis metode Fuzzy AHP dapat dilihat pada
Lampiran 1. 3.5.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada beberapa perusahaan nata de coco yang
terdapat di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Industri yang dipilih berdasarkan hasil pemetaan/pengelompokkan perusahaan yang dilakukan pada tahapan awal penelitian ini.
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan Maret 2005
sampai dengan bulan Februari 2006.
IV. INDUSTRI NATA DE COCO DI KOTA BOGOR 5.1.
Gambaran Umum Industri Nata de Coco di Kota Bogor Bibit nata de coco Acetobacter xylinum pertama kali berasal dari Philipina
yang dibawa ke Indonesia pada tahun 1972 oleh Prof. Dr. Darjo Somaatmadja yang saat itu bekerja di Balai Besar Penelitian Hasil Pertanian. Uji coba pertama pada tahun 1972 tidak berhasil. Selanjutnya pada tahun 1975, proses pembuatan nata de coco diseminarkan secara nasional pada Seminar Teknologi Pangan II yang diselenggarakan oleh Balai Besar Penelitian Hasil Pertanian dan pada saat itu dilakukan uji coba kedua.
Uji coba kedua berhasil membuat
lembaran nata de coco. Pembuatan nata de coco awalnya diusahakan dalam skala rumah tangga sekitar tahun 1980-an dengan penggunaan bahan baku air kelapa dalam jumlah yang relatif sedikit. Usaha ini diawali oleh seorang alumni IPB yaitu Bapak Ir. Yohanes. Saat ini perusahaannya diberi nama ST dengan merek produk KS. Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Bogor, jumlah industri nata de coco yang terdaftar sebanyak 23 perusahaan, namun setelah dilakukan peninjauan ke lapangan, dari 23 perusahaan tersebut banyak yang sudah tidak beroperasi lagi, yang disebabkan oleh : pemiliknya meninggal dunia, pindah keluar wilayah kota Bogor dan gulung tikar. Industri nata de coco di Kota Bogor saat ini ada yang membuat sendiri lembaran natanya, tapi ada juga yang membelinya dari industri di wilayah Bogor dan luar wilayah Bogor baik dalam bentuk lembaran nata maupun nata yang sudah dipotong-potong. Hal ini dikarenakan tuntutan lingkungan yang tidak menginginkan bau dari proses pembuatan lembaran nata de coco dan dianggap lebih praktis jika membeli. Industri nata de coco yang terdapat di Kota bogor semuanya masih termasuk kelompok industri kecil. Menurut Depperindag RI yang tertuang dalam rencana induk pengembangan IKM 2002-2004, defenisi industri kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan, bertujuan untuk memproduksi barang ataupun jasa ntuk diperniagakan secara komersial yang mempunyai kekayaan bersih Rp. 200 juta, dan mempunyai nilai penjualan per tahun sebesar Rp. 1 milyar atau kurang. Nilai investasi disini dihitung berdasarkan mesin, peralatan dan modal kerja selama 4 bulan, sedangkan kendaraan, tanah dan bangunan tidak termasuk dalam perhitungan nilai investasi ini.
Teknologi yang digunakan oleh industri nata de coco di Kota Bogor pada awalnya masih sederhana, dimana dalam proses pemotongan lembaran natanyapun masih menggunakan pisau, perebusan masih menggunakan kompor biasa dan pengepakan masih manual (sealer manual).
Saat ini beberapa
perusahaan sudah menggunakan teknologi lebih modern, misalnya dalam hal pemotongan sudah menggunakan mesin potong sehingga ukuran yang dihasilkan lebih seragam dan rapih, perebusan ada yang sudah menggunakan kompor gas, bahkan ada yang sudah menggunakan boiler sebagai sumber energinya (sumber panasnya), sedangkan dalam hal pengepakan sudah menggunakan sealer semi otomatis (memasukkan nata masih manual, sedangkan penambahan larutan sirup nata sudah secara otomatis) 2 line sampai 8 line. Produk yang dihasilkan oleh industri nata de coco di Kota Bogor pada umumnya nata de coco dalam kemasan yang siap dikonsumsi. Kemasan yang dihasilkan ada dalam bentuk plastik ½ kg, cup atau gelas plastik ukuran 220 ml, 200 ml dan 120 ml. Wilayah pemasaran industri nata de coco di Kota Bogor pada umumnya adalah daerah Jabotabek, tetapi ada juga yang sudah mencapai pulau Sumatera dan Kalimantan. 5.2.
Proses Pembuatan Nata de Coco Proses pembuatan nata de coco dalam gelas plastik terdiri dari tahapan
proses penyaringan, perebusan air kelapa, penempatan dalam wadah fermentasi,
pendinginan,
penambahan
starter,
fermentasi
(pemeraman),
pemanenan, pembersihan permukaan atas lembaran nata, pemotongan, perebusan, pembuatan sirop nata dan pengemasan. 1. Penyaringan Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan nata de coco adalah air kelapa yang pada umumnya masih kotor. Agar air kelapa ini bersih dari kotoran dan kontaminan fisik lainnya, maka air kelapa ini disaring dengan menggunakan saringan yang terbuat dari dari kain kasa. 2. Pencampuran Air kelapa yang sudah bersih atau jernih dimasukkan kedalam panci besar, kemudian ditambahkan gula dan asam cuka. Setiap 100 liter ditambahkan 960 ml gula (4 x gelas plastik @ 240 ml) dan 600 ml asam cuka.
3. Perebusan Air kelapa yang sudah bersih atau jernih direbus dengan menggunakan panci besar diatas api hingga mendidih.
Tujuan perebusan ini adalah untuk
membunuh mikroorganisme dan kontaminan biologis yang terdapat dalam air kelapa.
Selama perebusan air kelapa harus diaduk.
Setelah panas,
tambahkan Zwavelzuur Ammonia (ZA) atau Amonium sulfat, setiap 100 liter ditambahkan Amonium sulfur sebesar 480 ml, kemudian rebus hingga mendidih. Aduk hingga larutan tercampur, larutan ini harus memiliki pH 3-4. 4. Penempatan dalam wadah fermentasi Air kelapa asam bergula dari hasil perebusan dituangkan kedalam wadah fermentasi (baki/loyang) dalam keadaan masih panas atau suam-suam kuku dengan menggunakan gayung. Setiap baki atau loyang diisi satu gayung larutan (sekitar 1.25 liter) 5. Pendinginan Setelah agak dingin, baki atau loyang disimpan dalam rak fermentasi. Tutup baki atau loyang dengan kertas koran bersih dan ikat dengan karet gelang. Biarkan selama 24 jam.
Tujuan pendinginan ini adalah agar pada saat
inokulasi (penambahan starter), bakteri yang terdapat dalam starter tidak mati karena jika penambahan starter dilakukan pada saat media dalam keadaan panas, maka bakteri tersebut akan mati. 6. Penambahan starter Penambahan starter dilakukan untuk menumbuhkan Acetobacter xylinum dan memfermentasi air kelapa sehingga dalam metabolismenya membentuk nata. Untuk setiap baki atau loyang yang sudah berisi larutan ditambahkan 60 ml starter dengan cara membuka sedikit kertas koran dibagian sudutnya. 7. Fermentasi (Pemeraman) Setelah penambahan starter, tutup dan ikat kembali baki atau loyang. Kemudian simpan diruang inkubasi. Baki disusun bertumpuk secara rapi, kemudian diberi kode sesuai dengan hari dimulainya pemeraman. Pemeraman atau fermentasi dilakukan selama seminggu. 8. Pemanenan Setelah proses fermentasi (pemeraman) selama 1 minggu (7 hari), nata tersebut siap untuk dipanen. Pemanenan dilakukan pada hari yang sama dengan saat dimulainya fermentasi. Lembaran nata de coco yang dipanen disortir menurut kriteria kualitas, yang dilihat berdasarkan warna, bau,
ketebalan dan ada/tidaknya kotoran.
Lembaran nata tersebut kemudian
ditempatkan kedalam drum plastik besar yang sudah berisi air. Setiap loyang biasanya menghasilkan lembaran nata seberat 1 kg. Lembaran nata ini pada umumnya memiliki ketebalan 1.0 - 1,5 cm. 9. Pembersihan permukaan atas lembaran nata Lembaran nata yang sudah disortir kemudian dibersihkan permukaan atasnya dengan menggunakan kain lap. Setelah dilakukan pembersihan permukaannya. Lembaran nata tersebut dicuci hingga bersih. Nata yang telah bersih langsung dikirim ketempat pemotongan dengan menggunakan drum plastik besar yang telah diisi air. 10. Pemotongan Lembaran nata de coco yang sudah bersih dibawa ke tempat pemotongan nata.
Pemotongan nata dilakukan dengan menggunakan mesin khusus
pemotong nata. Ukuran potongan nata bervariasi sesuai pesanan diantaranya 1 x 1 cm atau 1,2 x 1,2 cm atau 0,3 x 0,3 cm, sedangkan tingginya (ketebalannya) tergantung dari tebal lembaran nata yang dihasilkan. Nata de coco yang sudah dipotong-potong ini ditampung dalam drum plastik besar yang sudah diisi air. 11. Perebusan potongan nata de coco Untuk nata yang siap dikonsumsi (dalam kemasan gelas plastik), maka potongan nata direbus terlebih dahulu.
Potongan nata de coco yang
berbentuk dadu direbus dengan tujuan untuk membunuh kuman atau mikroorganisme dan menghilangkan bau dan rasa asam yang terdapat pada nata mentah. Perebusan ini juga dilakukan untuk memperbaiki tekstur dari nata sehingga mudah dikunyah. Perebusan ini dilakukan hingga warna nata de coco menjadi putih bersih. 12. Pembuatan sirop nata Sirop nata dibuat dengan menggunakan gula, natrium benzoat, asam sitrat dan diberi flavour sesuai pesanan. Sirop nata ini nanti digunakan sebagai bahan pencampur nata pada saat dikemas. 13. Pengemasan Potongan nata yang sudah direbus dimasukkan kedalam gelas plastik (kapasitas 220 ml) sebanyak 1/2 - 2/3 bagian, kemudian ditambahkan sirop atau air gula (dalam keadaan panas). Setelah itu, gelas plastik ini ditutup dengan plastik yang bermerek perusahaan, menggunakan sealer.
Adapun diagram alir proses pembuatan nata de coco dalam kemasan gelas plastik dapat dilihat pada Gambar 8. Air Kelapa
Penyaringan
Gula, Asam cuka
Amonium Sulfur
Pencampuran
Perebusan
Penempatan dalam Wadah Fermentasi
Pendinginan
Starter (bibit)
Penambahan Starter
Fermentasi (Pemeraman)
Pemanenan dan Perendaman
Pembersihan permukaan dan pencucuian
Pemotongan
Pembuatan Sirop Nata
Perebusan
Sirop nata
Pengemasan
Nata de Coco dalam Gelas Plastik
Gambar 8. Diagram Alir Proses Pembuatan Nata de Coco dalam Gelas Plastik.
5.3.
Kriteria Klaster/Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco Perusahaan nata de coco di Kota Bogor secara umum merupakan
industri kecil yang menghasilkan produk berupa nata de coco dalam gelas plastik. Kondisi perusahaan nata de coco di Kota Bogor ada yang maju, sedang dan kurang maju. Oleh karena itu dilakukan pengelompokan/pengelompokan perusahaan nata de coco di Kota Bogor.
Pengelompokan ini menggunakan
beberapa kriteria, nilai yang diperhitungkan untuk setiap kriteria berbentuk angka (numerik). berdasarkan
Untuk kriteria yang penilaiannya bukan numerik, diberikan skor aturan
tertentu.
Beberapa
kriteria
yang
digunakan
untuk
mengelompokkan perusahaan nata de coco di Kota Bogor adalah : 1. Volume Penjualan Volume penjualan perusahaan dihitung berdasarkan volume penjualan pada satu tahun terakhir (tahun 2004) karena adanya fluktuasi penjualan dari bulan ke bulan, sehingga dengan menghitung volume penjualan dalam waktu satu tahun maka akan diperoleh data yang lebih akurat.
Perusahaan yang
memiliki volume penjualan lebih tinggi merupakan perusahaan yang lebih maju dibandingkan perusahaan yang memiliki volume penjualan yang rendah. 2. Jumlah Investasi Jumlah investasi merupakan nilai uang yang ditanamkan perusahaan pada usaha yang sedang dijalankan. Nilai investasi disini berdasarkan nilai uang dari mesin produksi, mesin perkantoran dan peralatan produksi yang dimiliki perusahaan, sedangkan nilai uang dari tanah, bangunan dan kendaraan tidak dimasukkan dalam perhitungan. 3. Total Produksi Total produksi merupakan jumlah produk yang dihasilkan perusahaan selama periode waktu satu tahun (tahun 2004). 4. Segmen Pasar Segmen pasar merupakan bagian dari pasar yang menjadi sasaran penjualan perusahaan, segmen pasar disini dikategorikan pada tiga bagian yaitu golongan menengah ke bawah dan golongan menengah ke atas. Perusahaan yang mampu memperoleh segmen pasar lebih tinggi merupakan perusahaan yang mampu menghasilkan produk lebih baik, sehingga perusahaan ini akan memperoleh skor tertinggi.
Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah : - Perusahaan yang tidak membuat nata kemasan, skornya 0 - Perusahaan dengan segmen pasar golongan menengah ke bawah, skornya 1 - Perusahaan dengan segmen pasar golongan menengah ke atas, skornya 2 - Perusahaan dengan segmen pasar golongan menengah ke bawah dan menengah ke atas, skornya 3 5. Usia Perusahaan Usia perusahaan dilihat berdasarkan tahun berdirinya perusahaan, hal ini memberikan gambaran tentang lamanya sebuah perusahaan beroperasi di industri nata de coco. Perusahaan yang telah lama beroperasi dianggap lebih berpengalaman dibandingkan perusahaan yang baru beroperasi. 6. Jumlah Tenaga Kerja Jumlah tenaga kerja berkaitan dengan banyaknya orang yang bekerja pada perusahaan dan terlibat dalam kegiatan operasi perusahaan. Tenaga kerja ini merupakan tenaga kerja secara keseluruhan, bukan hanya tenaga kerja bagian produksi. Tenaga kerja yang diperhitungkan adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan pada kondisi normal, bukan tenaga kerja pada waktu produksi banyak atau berlimpah. 7. Tempat Penjualan Produk Tempat penjualan produk perusahaan merupakan lokasi dimana produk nata de coco perusahaan dijual dan dapat diperoleh oleh konsumen.
Tempat
penjualan produk ini bisa di pasar tradisional, pedagang kaki lima, minimarket, swalayan atau supermarket. Semakin banyak lokasi penjualan perusahaan maka akan semakin mudah memperoleh produk tersebut dan kesempatan untuk menjangkau pasar juga semakin besar.
Skor yang
diberikan untuk kriteria ini adalah : -
Perusahaan yang tidak membuat nata kemasan, skornya 0
-
Perusahaan yang menjual produknya pada pedagang kaki lima atau pedagang pasar tradisional, skornya 1
-
Perusahaan yang menjual produknya pada minimarket dan supermarket, skornya 2
-
Perusahaan yang menjual produknya pada minimarket, supermarket dan pedagang kaki lima atau pedagang pasar tradisional, skornya 3
8. Wilayah Pemasaran Wilayah pemasaran mencakup seluruh daerah atau lokasi penjualan produk perusahaan yang masih aktif sampai dengan saat ini. Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah : -
Perusahaan dengan wilayah pemasaran di Bogor, skornya 1.
-
Perusahaan dengan wilayah pemasaran di Bogor dan Jakarta, skornya 2.
-
Perusahaan dengan wilayah pemasaran di Bogor, Jakarta dan daerah lainnya, skornya 3.
9. Jumlah Distributor Pemasaran Jumlah distributor pemasaran memperlihatkan banyaknya distributor yang dimiliki perusahaan dan terlibat langsung dalam memasarkan produk perusahaan, hal ini akan memberikan jaminan bagi kontinuitas pemasaran produk perusahaan. 10. Pendidikan Tenaga Kerja Pendidikan tenaga kerja merupakan jenjang pendidikan formal yang pernah diikuti oleh tenaga kerja perusahaan. Pendidikan tenaga kerja meliputi SD, SMP, SMU, D-1, D-2, D-3, S-1, S-2 dan S-3. Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah : -
Perusahaan yang memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi SD, skornya 1.
-
Perusahaan yang memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi SMP, skornya 2.
-
Perusahaan yang memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi SMA, skornya 3.
-
Perusahaan yang memiliki tenaga kerja dengan pendidikan tertinggi D-3 atau S-1, skornya 4.
11. Alat Pengepakan Alat pengepakan merupakan peralatan yang digunakan untuk melakukan pengemasan terutama dalam pembutan nata de coco dalam gelas.
Alat
pengepakan ini bisa berupa peralatan manual (sealer manual) dan semi otomatis (sealer semi otomatis 2 line, 4 line, 8 line dst). Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah : -
Perusahaan yang memiliki tidak memiliki alat pengepakan, skornya 0.
-
Perusahaan yang memiliki sealer manual untuk pengepakan produk, skornya 1.
-
Perusahaan yang memiliki sealer otomatis 2 line untuk pengepakan produk, skornya 2.
-
Perusahaan yang memiliki sealer otomatis 4 line untuk pengepakan produk, skornya 3.
-
Perusahaan yang memiliki sealer otomatis 8 line untuk pengepakan produk, skornya 4.
12. Alat Angkut Pemasaran Alat angkut pemasaran merupakan sarana transportasi yang digunakan oleh perusahaan dalam memasarkan produk. Sarana transportasi dapat berupa kendaraan kendaraan roda empat (mobil biasa, pick up, engkel) dan kendaraan roda enam (truk, kontainer). Skor yang diberikan untuk kriteria ini adalah : -
Perusahaan yang memiliki mobil biasa sebagai alat angkut pemasaran, skornya 1.
-
Perusahaan yang memiliki mobil pick up sebagai alat angkut pemasaran, skornya 2.
-
Perusahaan yang memiliki mobil engkel kecil sebagai alat angkut pemasaran, skornya 3.
-
Perusahaan yang memiliki mobil engkel besar sebagai alat angkut pemasaran, skornya 4.
-
Perusahaan yang memiliki truk atau kontainer sebagai alat angkut pemasaran, skornya 5. Kriteria-kriteria diatas memiliki bobot yang berbeda satu dengan yang
lainnya, bobot ini diperoleh dengan menggunakan pairwise comparison berdasarkan pendapat dari pakar. Hasil gabungan pendapat pakar untuk kriteria pengelompokan industri yang telah diolah menggunakan
expert choise 2000
dapat dilihat pada Lampiran 2. Berdasarkan hasil pembobotan terlihat bahwa kriteria volume penjualan (0.231), jumlah investasi (0.181), total produksi (0.173), segmen pasar (0.084) dan usia perusahaan (0.070) secara berurutan merupakan lima kriteria yang memiliki bobot tertinggi dan menjadi fokus utama dalam mengelompokkan industri nata de coco di Kota Bogor. Hal ini memperlihatkan bahwa kriteria yang memiliki nilai kuantitatif sangat menjadi perhatian dalam mengelompokkan perusahaan nata de coco di Kota Bogor.
Adapun bobot dan peringkat dari
masing-masing kriteria tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Bobot dan Peringkat dari Masing-masing Kriteria Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco No
5.4.
Kriteria Pengelompokan
Bobot
Peringkat
1.
Volume Penjualan
0.231
1
2.
Jumlah Investasi
0.181
2
3.
Total Produksi
0.173
3
4.
Segmen Pasar
0.084
4
5.
Usia Perusahaan
0.070
5
6.
Jumlah Tenaga Kerja
0.062
7
7.
Tempat Penjualan Produk
0.047
8
8.
Wilayah Pemasaran
0.070
6
9.
Jumlah Distributor Pemasaran
0.030
9
10.
Pendidikan Tenaga Kerja
0.022
10
11.
Alat Pengepakan
0.015
11
12.
Alat Angkut Pemasaran
0.016
12
Klaster/Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco Berdasarkan hasil tinjauan di lapangan dari 23 perusahaan nata de coco
yang terdaftar di Dinas Perindag Kota Bogor sebagai industri kecil, yang masih aktif beroperasi sampai saat ini sebanyak 8 perusahaan sedangkan perusahaan yang lainnya sudah tidak beroperasi lagi.
Perusahaan yang sudah tidak
beroperasi lagi disebabkan karena pemiliknya meninggal dunia, pindah keluar wilayah Kota Bogor dan gulung tikar.
Perubahan kondisi ini banyak terjadi
karena kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sehingga biaya untuk operasional perusahaan semakin besar, selain itu juga disebabkan karena persaingan yang semakin ketat dan turunnya daya beli terhadap produk nata de coco di kalangan masyarakat. Data dasar untuk setiap kriteria pengelompokan pada masing-masing perusahaan nata de coco di Kota Bogor tahun 2004 dapat dilihat pada Lampiran 3. Berdasarkan data dasar ini terlihat bahwa kondisi perusahaan nata de coco di Kota Bogor bervariasi, ada yang sudah sangat modern dan maju, namun ada juga yang masih sederhana. Data dasar ini akan digunakan sebagai input untuk membuat klaster atau kelompok perusahaan nata de coco. Klaster yang dilakukan bertujuan untuk mengelompokkan perusahaanperusahaan nata de coco berdasarkan kesamaan karakteristik diantara perusahaan-perusahaan tersebut. Perusahaan nata de coco di Kota Bogor akan
diklasifikasikan kedalam tiga kelompok sehingga perusahaan yang berada dalam satu kelompok akan mempunyai kemiripan dengan yang lainnya. Pengelompokan perusahaan yang dilakukan menggunakan teknik Kmeans klaster, pengolahan data untuk pengelompokkan perusahaan nata de coco ini menggunakan bantuan software SPSS 11.0 for Windows. Input data untuk pengelompokan ini pada program SPSS dapat dilihat pada Lampiran 4. Input data tersebut harus distandarisasi sebelum dikelompokkan. Hasil dari proses standarisasi data dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Hasil Proses Standarisasi Data Data yang telah distandarisasi ini hanya bisa ditampilkan sebagian karena keterbatasan layar. Data ini kemudian diolah menggunakan bantuan software SPSS untuk mengelompokkan perusahaan nata de coco.
Jumlah kelompok
yang dibentuk sebanyak tiga kelompok. Keluaran dari proses pengelompokkan (klaster) ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Keluaran Klaster Perusahaan Nata de Coco Berdasarkan output pengolahan klaster yang terdapat pada gambar diatas (kolom qcl_1), terlihat bahwa perusahaan no 1, 3, 4, 5 (ST, IMM, ET dan UI) berada pada kelompok yang sama yaitu dengan simbol angka 1 (kelompok B). Perusahaan no 7 dan 8 (EB dan RS) berada pada simbol angka 2 (kelompok C). Sedangkan perusahaan no 2 dan 6 (TK dan PT) berada pada simbol angka 3 (kelompok A). Adapun hasil pengelompokan perusahaan nata de coco di Kota Bogor dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil Klaster/Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco di Kota Bogor Kelompok
Nama Perusahaan
Kelompok A (Kinerja Tinggi)
1.
Kelompok B (Kinerja Sedang)
2. 3. 4. 1.
Kelompok C (Kinerja Rendah)
2. 1.
2.
Merek Produk
TK PT ST
CJ CN KS
IMM ET UI RS EB
PY KS dan NK KA CB
Penafsiran terhadap kelompok perusahaan diatas dilakukan berdasarkan rata-rata sampel (dalam hal ini rata-rata pada kriteria pengelompokan pada klaster tertentu). Perhitungan rata-rata sampel untuk setiap kriteria pada setiap kelompok perusahaan nata de coco dapat dilihat pada Lampiran 5. Berdasarkan nilai rata-rata sampel yang diperoleh, maka disimpulkan bahwa : 1. Klaster A (Kelompok A) Klaster A berisi perusahaan yang memiliki kinerja paling bagus. Perusahaan pada kelompok ini, kondisinya berada diatas perusahaan pada kelompok B dan kelompok C. Perusahaan ini berada diatas rata-rata untuk setiap kriteria, baik dalam hal volume penjualan, jumlah investasi, total produksi, segmen pasar, usia perusahaan, jumlah tenaga kerja, tempat penjualan produk, daerah pemasaran, jumlah distributor, jenjang pendidikan tenaga kerja, alat pengepakan maupun alat angkut yang digunakan untuk pemasaran produk perusahaan. 2. Klaster B (Kelompok B) Klaster B berisi perusahaan yang memiliki kinerja sedang. Perusahaan pada kelompok ini kondisinya berada dibawah kondisi perusahaan pada kelompok A, tapi lebih baik kondisinya dibandingkan perusahaan pada kelompok C. Perusahaan pada kelompok ini memiliki volume penjualan, total produksi, usia perusahaan, jumlah tenaga kerja, tempat enjualan produk dan alat pengepakan berada diatas rata-rata.
Sedangkan segmen pasar, jumlah
distributor, jenjang pendidikan tenaga kerja dan alat angkut yang digunakan dalam pemasaran produk berada dibawah rata-rata.
Perusahaan pada
kelompok ini memiliki daerah pemasaran yang sama dengan rata-rata. 3. Klaster C (Kelompok C) Klaster C berisi perusahaan yang memiliki kinerja paling rendah. Perusahaan pada kelompok ini, kondisinya berada dibawah perusahaan pada kelompok B dan kelompok A. Perusahaan ini berada dibawah rata-rata untuk setiap kriteria, baik dalam hal volume penjualan, jumlah investasi, total produksi, segmen pasar, usia perusahaan, jumlah tenaga kerja, tempat penjualan produk, daerah pemasaran, jumlah distributor, jenjang pendidikan tenaga kerja, alat pengepakan maupun alat angkut yang digunakan untuk pemasaran produk perusahaan.
Berdasarkan hasil klaster/pengelompokan ini, dipilih perusahaan yang berada pada kelompok dengan kinerja paling rendah (kelompok C) dan membuat nata de coco dalam kemasan sebagai perusahaan yang menjadi fokus utama dalam penelitian. Perusahaan RS tidak dipilih sebagai objek penelitian karena hanya membuat nata de coco berbentuk lembaran. Perusahaan yang dipilih sebagai fokus penelitian adalah Perusahaan EB dengan merek produk CB. Sedangkan perusahaan pesaing yang dipilih sebagai objek penelitian adalah ST dengan merek produk KS, IMM dengan merek produk PY dan PT dengan merek produk CN.
V. KUALITAS PRODUK NATA DE COCO Berdasarkan hasil analisis klaster, maka perusahaan yang menjadi fokus untuk dianalisa kualitas produk dan aktivitas prosesnya adalah Perusahaan EB. Demikian juga HOQ yang dibuat adalah HOQ untuk Perusahaan EB. Tapi dalam penganalisaannya dibandingkan dengan pesaingnya, yaitu ST, IMM dan PT 5.1.
Atribut Kualitas Produk Konsumen yang mengkonsumsi nata de coco memiliki pandangan yang
berbeda-beda terhadap kualitas produk nata de coco.
Hal ini disebabkan
perbedaan kepentingan terhadap produk tersebut. Perbedaan ini harus bisa dipahami oleh perusahaan dengan mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen.
Jika perusahaan mampu memenuhi kebutuhan dan keinginan
konsumen maka peningkatan dalam volume penjualan akan tercapai sehingga kemampuan perusahaan untuk bersaing semakin tinggi. Identifikasi terhadap kebutuhan dan keinginan konsumen menghasilkan beberapa atribut kualitas produk nata de coco. Berdasarkan hasil wawancara dengan konsumen ahli produk nata de coco dalam kemasan, terdapat beberapa atribut kualitas produk yang telah dikembangkan dari ciri fisik dan atribut internal kualitas produk. Adapun spesifikasi harapan konsumen terhadap atribut-atribut kualitas produk tersebut adalah : 1. Warna Warna sirop pencampur nata harus bening, jika menggunakan pewarna, maka pewarnanya harus yang aman bagi kesehatan dan warnanya tidak terlalu terang. Selain itu, warna nata de coco harus putih bersih. 2. Rasa Rasa sirop nata diharapkan tidak terlalu manis dan tidak menyakiti tenggorokan serta rasa manisnya seperti rasa gula asli. Selain itu, rasa sirop diharapkan meresap ke nata de coco, sehingga rasa nata de coco tidak hambar. 3. Aroma Bau yang dikeluarkan oleh produk nata de coco diharapkan tidak tajam untuk penciuman (hidung), diharapkan juga aromanya harum sesuai dengan jenis rasa produk yang ditawarkan.
4. Nilai Gizi Konsumen mengharapkan dengan mengkonsumsi nata de coco dapat memenuhi gizi akan kebutuhan serat didalam tubuh sehingga dapat bermanfaat untuk pencernaan. 5. Tekstur/Kekenyalan Nata de coco yang ada dalam kemasan diharapkan memiliki kekenyalan yang memudahkan untuk digigit, tidak terlalu kenyal dan teksturnya halus. 6. Bentuk Bentuk nata yang diinginkan konsumen adalah kotak sehingga memudahkan dalam memakannya. Selain itu, konsumen juga menginginkan nata de coco berbentuk serut. 7. Ukuran Ukuran nata de coco yang diharapkan adalah 1 x 1 x 1 cm atau nata serut dengan panjang tidak lebih dari 3 cm. 8. Kebersihan Nata de coco yang dikemas diharapkan bersih tanpa ada benda asing (kerikil, pasir dan kotoran lainnya) baik dalam siropnya maupun dalam nata itu sendiri. 9. Kemasan Konsumen menginginkan kemasan dalam bentuk gelas plastik yang mudah untuk dibuka, tidak terlalu penuh sehingga tidak tumpah ketika membukanya. Kemasan yang diinginkan konsumen adalah gelas plastik 220 ml, gelas plastik 200 ml dan gelas plastik 120 ml. Berdasarkan
perbandingan
berpasangan
(pairwise
comparison)
gabungan pendapat para pakar (Lampiran 6) yang telah diolah menggunakan software Expert Choice 2000 maka diperoleh pembobotan atribut kualitas produk yang memperlihatkan bahwa atribut kebersihan, rasa, aroma, warna dan tekstur secara berturut-turut merupakan lima atribut utama yang menjadi prioritas konsumen dalam mengkonsumsi nata de coco dan sekaligus menjadi parameter utama konsumen dalam menilai produk nata de coco mana yang lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya. Atribut yang memiliki bobot konversi atau tingkat kepentingan tertinggi (9) adalah atribut kebersihan, hal ini menunjukkan bahwa atribut tersebut merupakan harapan tertinggi konsumen yang harus dipenuhi oleh perusahaan nata de coco untuk dapat merebut hati konsumennya.
Hal ini mengindikasikan bahwa
kesadaran terhadap pentingnya kebersihan dalam mengkonsumsi suatu produk sangat besar karena kebersihan sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Urutan dari atribut-atribut kualitas produk berdasarkan hasil penilaian bobot atribut kualitas produk nata de coco dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Hasil Penilaian Bobot Atribut Kualitas Produk Nata de Coco No
Atribut Kualitas Produk
Bobot
Rangking
Bobot Konversi
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Warna Rasa Aroma Nilai Gizi Tekstur/Kekenyalan Bentuk Ukuran Kebersihan Kemasan
0.0815 0.2147 0.1339 0.0664 0.0744 0.0277 0.0266 0.3035 0.0714
4 2 3 7 5 8 9 1 6
6 8 7 3 5 1 2 9 4
Penilaian konsumen terhadap atribut kualitas produk nata de coco dikonversikan ke dalam kelas interval yang telah dihitung (Lampiran 7). Hasil penilaian konsumen pada produk nata de coco terhadap atribut kualitas produk, memperlihatkan kualitas produk nata de coco yang akan mempengaruhi jumlah konsumen yang mengkonsumsi produk tersebut. Berdasarkan hasil penyebaran kuisioner kepada 50 orang responden memperlihatkan kualitas produk nata de coco yang berbeda antara Perusahaan EB sebagai perusahaan nata de coco dalam kemasan yang paling kecil di Kota Bogor dengan perusahaan pesaingnya. Hasil kuisioner memperlihatkan bahwa kualitas produk Perusahaan EB sudah memuaskan konsumen untuk atribut kebersihan, aroma, tekstur/kekenyalan, bentuk dan ukuran nata. Sedangkan untuk atribut rasa, warna, kemasan dan nilai gizi belum memuaskan. Perusahaan PT sebagai pesaing terbesar memiliki kualitas yang memuaskan untuk seluruh atribut kualitas produk. Perhitungan hasil kuisioner tingkat kepuasan konsumen terhadap produk nata de coco perusahaan EB dan para pesaingnya dapat dilihat pada Lampiran 8-11.
Sedangkan rekapitulasi hasil penilaian tingkat kepuasan konsumen
terhadap kualitas produk perusahaan EB dengan pesaingnya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rekapitulasi Hasil Penilaian Tingkat Kepuasan Konsumen terhadap Kualitas Produk Perusahaan EB dengan Perusahaan Pesaingnya No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Atribut Kualitas Produk
Perusahaan EB
Perusahaan ST
Kebersihan Rasa Aroma Warna Tekstur/Kekenyalan Kemasan Nilai gizi Bentuk nata Ukuran nata
4 3 4 3 4 3 3 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3
Perusahaan Perusahaan IMM PT 4 4 4 4 4 4 3 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4
Berdasarkan penilaian tingkat kepuasan konsumen yang diperoleh dari perusahaan mengenai target perusahaan, maka diperoleh nilai rasio perbaikan, bobot dan persentase bobot untuk setiap atribut kualitas produk EB yang dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Rasio Perbaikan, Bobot dan Persentase Bobot untuk Perusahaan EB No
Atribut Kualitas Produk
Target Nilai
Skor Tingkat Evaluasi Kepentingan
Rasio Perbaikan
Bobot
% Bobot
17.3077
1.
Kebersihan
4
4
9
1.0000
9.0000
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Rasa Aroma Warna Tekstur/Kekenyalan Kemasan Nilai gizi Bentuk nata Ukuran nata
4
3
8
1.3333
10.6667 20.5128
4
4
7
1.0000
7.0000
13.4615
4
3
6
1.3333
8.0000
15.3846
4
4
5
1.0000
5.0000
9.6154
4
3
4
1.3333
5.3333
10.2564
4
3
3
1.3333
4.0000
7.6923
4
4
2
1.0000
2.0000
3.8462
4
4
1
1.0000
1.0000
1.9231
10.3333
52.0000 100.0000
TOTAL
Berdasarkan Tabel 9 terlihat bahwa atribut rasa, warna, kemasan dan nilai gizi merupakan atribut dengan rasio perbaikan lebih dari satu, hal ini mengindikasikan bahwa atribut tersebut merupakan atribut kualitas yang mendapat prioritas untuk diperbaiki oleh Perusahaan EB. Jika dibandingkan dengan para pesaingnya (Lampiran 12-14), maka total bobot perbaikan Perusahaan EB lebih tinggi dari Perusahaan IMM dan Perusahaan PT, hal ini memperlihatkan bahwa kualitas produk nata de coco untuk Perusahaan EB lebih rendah dari pada kedua pesaingnya tersebut. Namun jika dibandingkan dengan
Perusahaan ST maka kualitas produk nata de coco Perusahaan EB lebih bagus dari pada produk Perusahaan ST. 5.2.
Aktivitas Proses Berdasarkan hasil brainstorming dengan pihak perusahaan, diskusi
dengan para pakar serta studi literatur yang mendalam, diperoleh beberapa aktivitas proses yang dilakukan oleh perusahaan EB dalam melakukan kegiatan perusahaan. Aktivitas proses tersebut akan mempengaruhi kualitas produk baik secara langsung maupun tidak langsung. Aktivitas proses yang mempengaruhi kualitas produk nata de coco dalam kemasan dilihat mulai dari bahan baku diterima oleh Perusahaan EB sampai produk jadi diterima oleh konsumen. Perusahaan EB tidak membuat lembaran nata sendiri, tapi membeli lembaran nata dari perusahaan lain. Adapun aktivitas proses yang diamati adalah : 1. Pengadaan bahan baku, yaitu aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam memenuhi seluruh kebutuhan bahan baku selama operasi. 2. Penanganan bahan baku, yaitu aktivitas memberikan perlakuan tambahan dan menyimpan bahan baku untuk sementara waktu di tempat tertentu sebelum diolah ke tahap selanjutnya. 3. Pemotongan lembaran nata, yaitu aktivitas memperkecil ukuran nata lembaran menjadi potongan nata berbentuk kotak berukuran 1x1x1 cm. 4. Perebusan potongan nata, yaitu aktivitas merebus potongan nata untuk membunuh kuman, menghilangkan bau dan rasa asam pada nata mentah. 5. Pembuatan sirop nata, yaitu aktivitas membuat cairan sebagai bahan pencampur nata kemasan.
Pada aktivitas ini air direbus dengan
menambahkan gula, matrium benzoat, asam sitrat dan flavour yang sesuai dengan pesanan.
Biasanya flavour yang sering dipesan oleh konsumen
adalah rasa lyche atau cocopandan. 6. Pengisian nata ke dalam gelas plastik, yaitu kegiatan mengisi gelas plastik dengan potongan nata yang telah direbus. 7. Pengisian sirop ke dalam gelas plastik , yaitu kegiatan mengisi sirop panas ke dalam gelas plastik , setelah gelas plastik diisi dengan potongan nata hasil rebusan. 8. Penutupan gelas plastik dengan merek, yaitu kegiatan menutup gelas plastik yang telah diisi nata dan sirop dengan merek perusahaan dengan menggunakan sealer.
9. Pengemasan ke dalam dus, yaitu kegiatan menyusun nata de coco dalam gelas plastik ke dalam dus (24 gelas plastik /dus), kemudian dus ditutup menggunakan lakban besar. 10. Penyimpanan produk, yaitu kegiatan menyimpan produk yang telah dikemas untuk sementara waktu sampai produk dijual ke pasaran. 11. Distribusi Pemasaran, yaitu kegiatan menyalurkan produk ke distributor atau ke retail. Berdasarkan aktivitas proses diatas, dilakukan penilaian untuk melihat kemampuan aktivitas proses perusahaan
dalam membentuk atribut kualitas
produk guna mencapai kepuasan konsumen. Hasil penilaian responden pakar terhadap aktivitas proses produksi pada masing-masing perusahaan dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Penilaian Aktivitas Proses Produksi pada Masing-masing Perusahaan Nata de Coco No
Aktivitas Proses
Perusahaan EB
Perusahaan ST
Perusahaan IMM
Perusahaan PT
1.
Pengadaan bahan baku
5
5
5
5
2.
Penanganan bahan baku
4
5
5
5
3.
Pemotongan lembaran nata
5
3
-
-
4.
Perebusan potongan nata
3
3
4
5
5.
Pembuatan sirop nata
3
3
4
4
6.
Pengisian nata kedalam gelas plastik
3
3
4
4
7.
Pengisian sirop kedalam gelas plastik
3
3
4
5
8.
Penutupan gelas plastik dengan merek
3
3
5
5
9.
Pengemasan kedalam dus
4
4
4
4
10.
Penyimpanan produk
4
4
5
5
11.
Distribusi Pemasaran
3
4
5
5
Ket : 5 (sangat bagus), 4 (bagus), 3 (cukup bagus), 2 (kurang bagus), 1 (tidak bagus)
Berdasarkan hasil penilaian pada Tabel 10 memperlihatkan bahwa ada beberapa aktivitas proses yang belum bagus, hal ini mengindikasikan bahwa Perusahaan EB harus melakukan perbaikan terhadap aktivitas proses tersebut, karena setiap karakeristik proses tersebut sangat besar pengaruhnya untuk membentuk seluruh atribut kualitas produk. Aktivitas proses yang harus diperbaiki adalah penanganan bahan baku, perebusan potongan nata, pembuatan sirop nata, pengisian nata kedalam gelas plastik , pengisian sirop
kedalam gelas plastik , penutupan gelas plastik pemasaran.
dengan merek dan distribusi
Jika dibandingkan dengan pesaingnya, aktivitas proses tersebut
pada Perusahaan EB berada dibawah pesaingnya (Perusahaan IMM dan Perusahaan PT), hal ini sangat dipengaruhi oleh teknologi produksi yang digunakan dan cara melakukan aktivitas proses tersebut. dibandingkan
dengan
Perusahaan
ST,
hasil
penilaian
Namun jika
aktivitas
proses
Perusahaan EB hampir sama, bahkan pada aktivitas proses pemotongan lembaran nata Perusahaan EB lebih bagus karena menggunakan mesin potong, sedangkan Perusahaan ST menggunakan pisau karena pesanan tidak terlalu banyak, namun jika pesanan banyak baru menggunakan pisau. Hal ini dilakukan oleh Perusahaan ST dengan alasan untuk menghemat biaya listrik. Setiap aktivitas proses yang dilakukan perusahaan akan berpengaruh terhadap pembentukan atribut kualitas produk baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, analisa keterkaitan antara aktivitas proses dengan atribut produk perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan atau hubungan antara masing-masing aktivitas proses dengan atribut kualitas produk nata de coco. Dengan diketahuinya keterkaitan ini diharapkan dapat diketahui akar permasalahan yang menyebabkan rendahnya kualitas produk atau kualitas produk pada suatu perusahaan. Matriks interaksi hubungan/keterkaitan antara atribut kualitas produk dengan aktivitas proses didapatkan dengan brainstorming. Empat atribut utama yaitu kebersihan, rasa, aroma dan warna sangat berkaitan erat dengan aktivitas proses pembuatan sirop nata, aktivitas proses ini juga merupakan aktivitas proses yang secara total paling besar pengaruhnya untuk membentuk seluruh atribut kualitas produk.
Hal ini mengindikasikan
bahwa aktivitas proses ini merupakan aktivitas proses yang pertama harus diperhatikan dan diperbaiki oleh perusahaan. Aktivitas proses lain yang juga sangat besar pengaruhnya dalam membentuk atribut kualitas produk adalah perebusan potongan nata, penanganan bahan baku dan penutupan gelas plastik dengan merek perusahaan. Matriks keterkaitan antara atribut kualitas produk dengan aktivitas proses dapat dilihat pada Tabel 11.
Atribut Kualitas Produk
Pengadaan bahan baku
Penanganan bahan baku
Pemotongan lembaran nata
Perebusan potongan nata
Pembuatan sirop nata
Pengisian nata ke dalam gelas plastik
Pengisian sirop ke dalam gelas plastik
Penutupan gelas plastik dengan merek
Pengemasan ke dalam dus
Penyimpanan produk
Distribusi pemasaran
Tabel 11. Hubungan Keterkaitan antara Atribut Kualitas Produk dengan Aktivitas Proses
Kebersihan
1
10
5
5
10
10
10
10
1
5
5
Rasa
0
1
0
5
10
0
0
0
0
1
0
Aroma
0
5
0
5
10
0
0
1
1
1
0
Warna
0
5
0
10
10
1
1
1
0
1
0
Tekstur/Kekenyalan
0
5
0
10
0
1
1
0
0
0
0
Kemasan
0
0
0
0
0
5
5
10
10
5
10
Nilai Gizi
0
5
0
5
5
0
0
0
0
0
0
Bentuk nata
0
0
10
5
0
0
0
0
0
0
0
Ukuran nata
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
0
Aktivitas Proses
Usaha perusahaan EB untuk melakukan perbaikan proses berkaitan dengan seluruh aktivitas proses yang terdapat pada perusahaan, karena aktivitas proses tersebut saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Bahkan jika dilihat aktivitas proses yang ada pada perusahaan tidak dapat terputus ataupun berdiri sendiri karena aktivitas proses tersebut berkelanjutan satu dengan yang lainnya. Oleh karena itu dilakukan analisa aktivitas proses untuk mengetahui sejauh mana keterkaitan antara masing-masing proses untuk menghasilkan produk nata de coco dalam kemasan gelas plastik . Hubungan keterkaitan antar aktivitas proses yang diperoleh dari hasil brainstorming dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Hubungan Keterkaitan antar Aktivitas Proses Aktivitas proses yang dinilai
Aktivitas proses terkait Penanganan bahan baku
Pengadaan bahan baku Pemotongan lembaran nata
Pengadaan bahan baku
Hubungan dan alasan (++) Semakin banyak pengadaan bahan baku akan menyebabkan semakin banyaknya kegiatan penanganan bahan baku, dan penyimpanan bahan baku (+) Semakin banyak pengadaan bahan baku akan menyebabkan semakin banyaknya kegiatan pemotongan lembaran nata. Namun bisa saja bahan baku yang berupa lembaran nata tidak langsung dipotong, tapi diberi perlakuan tambahan (memberikan cuka dan sedikit gula) jika ditunda pemotongannya.
Perebusan potongan nata
Tidak ada
Pembuatan sirop nata
Tidak ada
Pengisian nata kedalam gelas plastik
Tidak ada
Pengisian sirop kedalam gelas plastik
Tidak ada
Penutupan gelas plastik dengan merek
Tidak ada
Pengemasan gelas plastik kedalam dus
Tidak ada
Penyimpanan produk
Tidak ada
Distribusi pemasaran
Tidak ada
Pemotongan lembaran nata
(++) Penanganan bahan baku dalam jumlah besar akan mengakibatkan kegiatan jumlah lembaran nata yang akan dipotong juga semakin besar. Tapi bisa saja bahan baku tersebut disimpan tanpa harus langsung dipotong pada saat setelah diterima.
Perebusan potongan nata
Tidak ada
Pembuatan sirop nata
Tidak ada
Penanganan bahan baku
Pengisian nata kedalam gelas plastik Pengisian sirop kedalam gelas plastik Penutupan gelas plastik dengan merek
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Pengemasan gelas plastik kedalam dus
Tidak ada
Penyimpanan produk
Tidak ada
Distribusi pemasaran
Tidak ada
Perebusan potongan nata
(++) Pemotongan lembaran nata dalam jumlah yang besar akan mengakibatkan kegiatan perebusan potongan nata juga semakin besar. Tapi bisa saja bahan baku tersebut disimpan tanpa harus langsung direbus pada saat setelah dipotong. (+) Semakin banyak nata yang telah dipotong, maka semakin banyak diperlukan sirop nata untuk campuran nata kemasan. Tidak ada
Pembuatan sirop nata Pemotongan lembaran nata
Pengisian nata kedalam gelas plastik Pengisian sirop kedalam gelas plastik Penutupan gelas plastik dengan merek Pengemasan gelas plastik kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran Pembuatan sirop nata
Pengisian nata kedalam gelas plastik
Perebusan potongan nata
Pembuatan sirop nata
Pengisian sirop kedalam gelas plastik Penutupan gelas plastik dengan merek Pengemasan gelas plastik kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran Pengisian nata kedalam gelas plastik
Pengisian sirop kedalam gelas plastik
Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (++) Jumlah pembuatan sirop nata disesuaikan dengan jumlah nata yang sudah direbus. (++) Semakin banyak nata yang sudah direbus maka akan semakin banyak kegiatan pengisian nata kedalam gelas plastik . Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada (++) Semakin banyak gelas plastik yang telah diisi dengan nata maka akan semakin banyak sirop nata yang harus dibuat. (++) Jumlah sirop nata yang dibuat disesuaikan dengan jumlah gelas plastik yang akan diisi sirop nata atau jumlah kemasan gelas plastik .
Pengisian nata kedalam gelas plastik
Penutupan gelas plastik dengan merek Pengemasan gelas plastik kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran
Tidak ada
Pengisian sirop nata
(++) Semakin banyak nata yang sudah diisikan kedalam gelas plastik maka akan semakin banyak kegiatan pengisian sirop nata kedalam gelas plastik (+) Jumah gelas plastik yang telah diisi nata akan mempengaruhi jumlah gelas plastik yang akan ditutup dengan merek perusahaan. Tidak ada
Penutupan gelas plastik dengan merek
Pengemasan gelas plastik kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran Penutupan gelas plastik dengan merek Pengisian sirop nata
Pengemasan gelas plastik kedalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran Pengemasan gelas plastik kedalam dus
Penutupan gelas plastik dengan merek Penyimpanan produk Distribusi pemasaran Penyimpanan produk
Pengemasan gelas plastik kedalam dus
Penyimpanan produk
Distribusi produk
Distribusi produk
Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada (++) Semakin banyak gelas plastik yang telah diisi siro nata, maka akan semakin banyak gelas plastik yang harus ditutup dengan merek. Tidak ada Tidak ada Tidak ada (++) Semakin banyak nata dalam gelas plastik yang sudah dikemas maka akan semakin banyak pengemsan ke dalam dus untuk dipasarkan. Tidak ada Tidak ada (++) Semakin banyak produk yang telah dikemas dalam dus, maka semakin banyak kegiatan penyimpanan produk untuk sementara sebelum dipasarkan (+) Produk yang telah dikemas membutuhkan kegiatan distribusi produk. Tapi bisa saja produk yang sudah dikemas ke dalam dus disimpan untuk sementara waktu menunggu pendistribusiannya. (++) Semakin banyak produk yang disimpan untuk dipasarkan, maka semakin banyak kegiatan distribusi produk untuk konsumen.
Setiap aktivitas proses yang terdapat pada perusahaan EB diatas, memiliki tingkat kepentingan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Tingkat kepentingan ini didasarkan pada hubungan keterkaitan antara atribut Kualitas produk dengan aktivitas proses tersebut.
Perhitungan tingkat kepentingan
aktivitas proses dapat dilihat pada Lampiran 15. Hasil perhitungan nilai relatif dan tingkat kepentingan proses terlihat memperlihatkan bahwa pembuatan sirop nata, perebusan potongan nata dan penanganan bahan baku, secara berurutan merupakan tiga aktivitas proses yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi di dalam aktivitas proses Perusahaan EB untuk menghasilkan produk nata de coco.
Oleh karena itu aktivitas proses
tersebut sangat perlu diperhatikan dan harus terus dilakukan penyempurnaan guna memperoleh kualitas produk yang diinginkan oleh konsumen.
Hasil
perhitungan tingkat kepentingan proses dan nilai relatifnya dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Tingkat Kepentingan dan Nilai Relatif Aktivitas Proses No
Proses
Tingkat Kepentingan
Nilai relatif
1.
Pengadaan bahan baku
9
0.006
2.
Penanganan bahan baku
203
0.138
3.
Pemotongan lembaran nata
75
0.051
4.
Perebusan potongan nata
255
0.174
5.
Pembuatan sirop nata
315
0.214
6.
Pengisian nata kedalam gelas plastik
121
0.082
7.
Pengisian sirop kedalam gelas plastik
121
0.082
8.
Penutupan gelas plastik dengan merek
143
0.097
9.
Pengemasan kedalam dus
56
0.038
10.
Penyimpanan produk
86
0.059
11.
Distribusi Pemasaran
85
0.058
1469
1.000
TOTAL 5.3.
House of Quality (HOQ) atau Rumah Kualitas House of Quality (HOQ) atau Rumah Kualitas dibuat dengan tujuan agar
perusahaan dapat memeriksa informasi dari berbagai aspek untuk dapat memenuhi harapan konsumen dan memberikan kepuasan kepada konsumen. Pembuatan House of Quality (HOQ) atau Rumah Kualitas didasarkan pada data dan informasi yang telah diperoleh sebelumnya.
HOQ Perusahaan EB menggambarkan hubungan antara harapan dan keinginan
konsumen
dengan
aktivitas
perusahaan
serta
mengevaluasi
kemampuan perusahaan dalam memenuhi harapan dan keinginan konsumen. Berdasarkan HOQ tersebut terlihat bahwa ada tiga alternatif kegiatan utama yang harus dilakukan perusahaan, yaitu memperbaiki bagian yang kurang memberikan kualitas yang baik, mempertahankan dan meningkatkan bagian yang dianggap telah memberikan kualitas yang baik. Hal yang diperbaiki terkait dengan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan. Perusahaan EB sebagai salah satu perusahaan nata de coco yang berada di Kota Bogor dapat melakukan upaya untuk menciptakan kepuasan konsumen dengan memenuhi harapan dan keinginan konsumen berdasarkan spesifikasi atribut kualitas produk nata de coco. Berdasarkan hasil penilaian kepuasan konsumen terhadap atribut kualitas produk (kolom evaluasi produk pada HOQ) terlihat bahwa produk nata de coco pada Perusahaan EB masih memerlukan perbaikan pada bagian tertentu, terutama untuk atribut yang rasio perbaikannya diatas satu (rasa, warna, kemasan dan nilai gizi). Hal ini menjadi indikasi bagi pihak perusahaan untuk meningkatkan atau melakukan perbaikan terhadap aktivitas proses yang berhubungan dengan atribut tersebut. Harapan konsumen yang paling utama adalah atribut kebersihan dari produk nata de coco dalam kemasan gelas plastik , karena memiliki tingkat kepentingan atau bobot konversi tertinggi, atribut ini pada Perusahaan EB sudah dapat dipenuhi. Hasil analisis terhadap hubungan atau pengaruh antara atribut kualitas produk dengan aktivitas proses memperlihatkan bahwa aktivitas pembuatan sirop nata memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dengan nilai 315 dan nilai relatif 0.214.
Nilai tersebut menunjukkan bahwa aktivitas dengan
peringkat tiga tertinggi yaitu aktivitas pembuatan sirop nata, perebusan potongan nata dan penanganan bahan baku memiliki tingkat kepentingan yang relatif lebih tinggi dibandingkan aktivitas lainnya terhadap pencapaian kualitas produk nata de coco. Berkaitan dengan upaya untuk menciptakan produk yang sesuai dengan harapan dan keinginan konsumen, maka perbaikan yang harus dilakukan adalah terhadap aktivitas yang membentuk atribut kualitas yang belum memuaskan konsumen.
Atribut rasa dipengaruhi oleh aktivitas penanganan bahan baku,
perebusan potongan nata, pembuatan sirop nata dan penyimpanan produk. Atribut warna dipengaruhi oleh aktivitas penanganan bahan baku, perebusan
potongan nata, pembuatan sirop nata, pengisian nata ke dalam gelas plastik, pengisian sirop ke dalam gelas plastik, penutupan gelas plastik dengan merek dan penyimpanan produk. Atribut kemasan dipengaruhi oleh aktivitas pengisian nata ke dalam gelas plastik, pengisian sirop ke dalam gelas plastik, penutupan gelas plastik dengan merek dan penyimpanan produk, pengemasan ke dalam dus, penyimpanan produk dan distribusi pemasaran. Atribut nilai gizi dipengaruhi oleh penanganan bahan baku, perebusan potongan nata dan pembuatan sirop nata. Aktivitas perebusan sirop nata sebagai aktivitas yang memiliki tingkat kepentingan tertinggi harus diperbaiki. Hal yang harus diperhatikan adalah jenis bahan baku, peralatan dan proses yang terjadi dalam melakukan aktivitas tersebut.
Bahan baku gula yang digunakan sebaiknya bewarna putih bersih
sehingga sirop yang dihasilkan juga bersih, bahan pengawet yang digunakan harus sesuai dengan SNI 01-0222-1995, air yang digunakan sebaiknya air PAM atau air sumur yang telah disaring guna menjamin kebersihan. Peralatan yang digunakan selama proses pembuatan sirop nata harus benar-benar bersih, seperti panci perebusan, sendok pengaduk dan wadah penampungan sirop. Sedangkan dalam hal proses, tenaga kerja yang membuat sirop sebaiknya menggunakan sarung tangan dan panci perebusan jangan terlalu sering dibuka karena hal ini akan mempengaruhi cemaran dari sirop yang akan dihasilkan. Aktivitas perebusan potongan nata yang harus diperbaiki berkaitan dengan proses dan peralatan yang digunakan. Proses perebusan potongan nata dilakukan sampai warna nata benar-benar putih dan penggantian air selama proses harus diperhatikan, yaitu dengan melakukan penggantian air jika warna air rebusan sudah keruh. Selain itu, selama proses perebusan, panci harus ditutup jika telah selesai melakukan pengadukkan, jangan dibiarkan terbuka karena peluang untuk masuknya kotoran akan tinggi jika panci dibiarkan terbuka. Peralatan yang digunakan seperti panci, sendok pengaduk dan wadah penampung nata yang sudah direbus harus benar-benar bersih. Aktivitas penanganan bahan baku yang harus diperbaiki berkaitan dengan wadah penampungan bahan baku dan aliran air selama bahan baku menunggu untuk di proses.
Wadah penampungan yang berupa drum besar
sebaiknya ditutup, jangan dibiarkan terbuka, karena hal ini akan memberi peluang masuknya kotoran yang tidak diinginkan. Aliran air untuk bahan baku lembaran nata ataupun potongan nata yang belum atau menunggu untuk
diproses, jangan sampai berhenti, karena hal ini sangat mempengaruhi aroma, warna dan kekenyalan dari nata de coco yang akan diproses. Aktivitas pengisian nata ke dalam gelas plastik dilakukan oleh perusahaan secara manual, dalam proses ini hal yang harus diperbaiki adalah jenis sendok yang digunakan sebaiknya ukurannya sesuai dengan ukuran gelas plastik agar tidak ada nata yang tertumpah. Jumlah nata yang dimasukkan harus sesuai untuk semua kemasan, jangan sampai ada kemasan yang jumlah natanya lebih sedikit dibandingkan kemasan lainnya. Selain itu, potongan nata harus sudah dikemas setelah nata hasil rebusan agak dingin, jangan ditunggu dalam waktu yang lama, karena hal ini akan mempengaruhi kekenyalan nata tersebut. Aktivitas pengisian sirop ke dalam gelas plastik harus lebih hati-hati, jangan sampai tertumpah mengenai sisi luar gelas, karena hal ini akan mempengaruhi tampilan dari kemasan gelas plastik tersebut. Sirop yang diisikan harus dalam keadaan panas agar rasa yang dihasilkan meresap ke dalam potongan nata. Sirop yang diisikan terlebih dahulu harus disaring agar kotoran dapat tersaring dan tidak terbawa ke dalam kemasan. Aktivitas penutupan gelas plastik dengan merek dilakukan perusahaan dengan sealer manual. Tenaga kerja pada bagian ini harus benar-benar teliti, sehingga merek produk pas letaknya dengan lingkaran gelas plastik karena hal ini sangat mempengaruhi tampilan produk perusahaan. Selain itu, sablon untuk merek perusahaan harus diganti agar tidak mudah luntur dan lebih tajam, jika diperlukan perusahaan harus mengganti variasi warna sablon seperti kombinasi antara hijau dengan putih sehingga akan lebih jelas dan menarik serta tampilan kemasan terlihat lebih bersih. Jenis gelas plastik yang digunakan harus yang lebih tebal sehingga tidak mudah penyok jika tertekan. Aktivitas pengemasan ke dalam dus harus dilakukan dengan lebih teliti dan hati-hati sehingga dapat terhindari terjadinya penyok pada gelas kemasan nata de coco. Selain itu, jumlah sendok yang diisikan harus sesuai dengan jumlah gelas dalam kemasan yaitu sebanyak 24 buah. Perusahaan bisa juga menempelkan langsung sendok ke gelas plastik karena akan memudahkan bagi pengecer dalam memasarkan produk.
Dus yang digunakan untuk kemasan
jangan terlalu tipis karena akan mempengaruhi tampilan kemasan dan dus gampang rusak.
Sablon pada dus harus diperbaiki agar lebih jelas, karena
terlihat bahwa sablon tidak bagus sehingga merek perusahaan tidak terlihat jelas. Hal ini mengakibatkan kemasan kurang bagus dan tidak menarik bagi konsumen.
Aktivitas penyimpanan produk harus dialas dengan kayu agar kualitas kemasan dan produk terjaga. Penyimpanan harus dipisahkan dengan produk perusahaan yang lain agar tidak ada kontaminan bau. Selain itu, kebersihan ruangan penyimpanan harus diperhatikan agar tidak mempengaruhi kemasan produk dan terjaganya kebersihan tampilan kemasan serta produk perusahaan. Aktivitas distribusi pemasaran produk harus memperhatikan jumlah tumpukan yang diperbolehkan (10 dus) sehingga kemasan produk dapat terjaga. Perusahaan harus menghindari kontaminan produk pada saat distribusi karena hal ini akan mempengaruhi kebersihan produk, jangan sampai produk terkontaminasi dengan adanya kebocoran baik oleh produk sejenis maupun oleh produk lain yang dipasarkan oleh perusahaan bersamaan dengan produk nata de coco. Penempatan produk di distributor ataupun pengecer jangan terkena matahari langsung karena akan mempengaruhi daya tahan produk dan kemasan produk. Seluruh keterkaitan antara atribut kualitas produk dengan aktivitas proses, tingkat kepentingan atribut kualitas produk, penilaian konsumen terhadap kualitas produk, rasio perbaikan serta hubungan antara aktivitas proses dapat dilihat pada matriks House of Quality (HOQ) atau Rumah Kualitas yang terdapat pada Gambar 11.
Perusahaan EB
Perusahaan ST
Perusahaan IMM
Perusahaan PT
Target
Rasio perbaikan
Distribusi pemasaran
Penyimpanan produk
Pengemasan ke dalam dus
Pnutupan gelas plastik dengan merek
Pengisian sirop ke dalam gelas plastik
Pengisian nata ke dalam gelas plastik
Pembuatan sirop nata
Perebusan potongan nata
Kebersihan
9
4
3
4
4
4
1.00
Rasa
8
3
3
4
4
4
1.33
Aroma
7
4
3
4
4
4
1.00
Warna
6
3
3
4
4
4
1.33
Tekstur/Kekenyalan
5
4
3
4
4
4
1.00
Kemasan
4
3
3
4
4
4
1.33
Nilai gizi
3
3
3
3
4
4
1.33
Bentuk nata
2
4
3
4
4
4
1.00
Ukuran nata
1
4
3
4
4
4
1.00
Bobot Konversi
4
4
4
Perusahaan IMM
5
5
-
4
4
4
4
5
4
5
5
Perusahaan PT
5
5
-
5
4
4
5
5
4
5
5
Tingkat kepentingan
85
3
Nilai relatif
0.05
3
86
3
0.059
3
56
3
0.038
3
143
5
0.097
5
121
Perusahaan ST
0.082
3
121
4
0.082
4
315
3
0.214
3
255
3
0.174
3
75
3
0.051
5
203
5
0.138
5
9
Perusahaan EB
0.006
Harapan Konsumen
Pemotongan lembaran nata
Atribut kualitas produk
+ + ++ ++ + + ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++ ++
Penanganan bahan baku
++ = hub. kuat positif + = hub. positif
Pengadaan bahan baku
= hub. kuat (=10) = hub. sedang (=5) = hub.lemah (=1)
P e m b o b o t a n
Gambar 11. Matriks House of Quality atau Rumah Kualitas Perusahaan EB
VI. STRATEGI DAYA SAING INDUSTRI NATA DE COCO Berdasarkan hasil analisis klaster, maka perusahaan yang menjadi fokus untuk dianalisa faktor lingkungan, kelembagaan terkait dan strategi peningkatan daya saingnya adalah Perusahaan EB. 6.1.
Faktor-faktor Lingkungan Internal Faktor-faktor lingkungan internal pada industri nata de coco diperoleh
berdasarkan hasil wawancara yang mendalam dengan para pakar dan tinjauan langsung di lokasi penelitian. Perusahaan mempunyai kontrol langsung terhadap faktor-faktor internal dan perusahaan dapat memanfaatkan faktor-faktor internal yang menjadi kekuatan guna meningkatkan keuntungan serta mengatasi kelemahan agar tidak merugikan bagi perusahaan. Faktor-faktor ini dilihat dari berbagai aspek internal, yaitu pemasaran, produksi dan operasi, keuangan dan sumberdaya manusia. Adapun faktor-faktor lingkungan internal tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Faktor-faktor Lingkungan Internal No
Faktor-faktor Lingkungan Internal
Bobot
Kekuatan 1.
Alat angkut pemasaran milik sendiri
0.0715
2.
Lokasi usaha yang strategis
0.2376
3.
Pengiriman produk tepat waktu
0.0800
4.
Kegiatan promosi produk melalui pameran
0.0243
5.
Modal yang digunakan milik sendiri
0.1011
6.
Sistem operasi dan produksi yang baku
0.1861
7.
Terjaminnya ketersediaan bahan baku
0.1567
8.
Penanganan bahan baku yang baik
0.0710
9.
Tenaga kerja produksi berpengalaman
0.0717
Kelemahan 1.
Harga jual produk yang belum sesuai
0.1613
2.
Merek produk belum dikenal
0.3644
3.
Keterbatasan dalam pendanaan
0.1287
4.
Teknologi produksi masih sederhana
0.0607
5.
Kualitas produk belum memuaskan
0.2244
6.
Tenaga penjual yang terbatas
0.0605
Berdasarkan tabel 14 terlihat bahwa terdapat 15 faktor lingkungan internal yang terdiri dari 9 faktor menjadi kekuatan dan 6 faktor menjadi kelemahan. Kekuatan yang dimiliki perusahaan menjadi faktor yang sangat menguntungkan bagi aktivitas perusahaan, sedangkan kelemahan yang dimiliki perusahaan merupakan faktor yang bisa merugikan aktivitas perusahaan jika tidak ditangani dengan baik.
Penilaian faktor lingkungan dilakukan dengan metode fuzzy
pairwise comparison. Contoh perhitungan manual metode ini dapat dilihat pada Lampiran 16. Perhitungan bobot untuk faktor lingkungan ini dilakukan dengan bantuan software Fuzzy PC RHB.
Tampilan software ini dapat dilihat pada
Lampiran 17. Tiga faktor kekuatan yang memiliki bobot tertinggi secara berurutan adalah lokasi usaha yang strategis (0.2376), sistem operasi dan produksi yang baku (0.1861) dan terjaminnya ketersediaan bahan baku (0.1567). Sedangkan untuk faktor kelemahan adalah merek produk belum dikenal (0.3644), kualitas produk belum memuaskan (0.2244) dan harga jual produk yang belum sesuai (0.1613). Hasil penilaian kekuatan dan kelemahan oleh masing-masing pakar dengan variabel linguistik dapat dilihat pada Lampiran 18 dan Lampiran 19. Keluaran hasil perhitungan bobot kekuatan dan kelemahan yang diolah dengan software Fuzzy PC RHB dapat dilihat pada Lampiran 20 dan Lampiran 21. Alat angkut pemasaran yang digunakan berupa mobil engkel sehingga produk lebih terjamin kondisinya dan pemasaran produk dapat lebih kontinyu karena alat angkut tersebut milik perusahaan sendiri. Lokasi perusahaan EB terletak di tempat strategis yang dekat dengan jalur lalu lintas, dengan lokasi ini memungkinkan perusahaan untuk akses lebih cepat ke wilayah Kota dan Kabupater Bogor serta ke Jakarta.
Kepemilikan alat angkut pemasaran dan
lokasi yang strategis memudahkan perusahaan dalam memasarkan produk sehingga produk perusahaan dapat dikirim tepat waktu, berdasarkan tinjauan di lapangan, biasanya produk dikirim 1-2 kali seminggu. Frekwensi pengiriman ini tergantung kepada stok dan pemesanan dari retail perusahaan. Untuk promosi produk perusahaan, selama ini dilakukan melalui pameran yang diadakan oleh Dinas Peridustrian dan Perdagangan, baik yang dilaksanakan di Wilayah Bogor maupun yang dilaksanakan di luar Wilayah Bogor.
Promosi ini menjadikan
produk lebih dikenal oleh konsumen dan merupakan wadah untuk mencari pasar baru.
Perusahaan menggunakan modal milik sendiri dalam menjalankan
kegiatan usahanya, hal ini membuat kelangsungan hidup perusahaan lebih
terjamin dan perusahaan lebih fleksibel dalam menjalankan usahanya. Kegagalan ataupun kesalahan dalam produksi dapat dihindari oleh perusahaan karena perusahaan memiliki sistem operasi dan produksi yang baku serta tenaga produksi yang berpengalaman. Selain itu, produksi produk dapat lebih kontinyu dan terjamin karena terjaminnya pasokan bahan baku dan adanya penanganan bahan baku yang baik. Pasokan bahan baku perusahaan berasal dari Wilayah Bogor, biasanya perusahaan memperoleh pasokan bahan baku dari Kedung Halang atau Cibeurem. Bahan baku yang telah diterima perusahaan langsung diproses untuk produksi, bahan baku tersebut tidak pernah dibiarkan menumpuk. Biasanya perusahaan menerima bahan baku setiap kali produksi untuk satu kali periode produksi. Selain
kekuatan,
menjalankan aktivitasnya.
perusahaan
juga
memiliki
kelemahan
dalam
Harga jual produk yang belum sesuai karena
berdasarkan hasil QFD banyak konsumen yang berpendapat bahwa harga produk masih belum memuaskan. Harga jual produk dianggap mahal karena kemasannya yang kecil dan isinya sedikit. Berdasarkan tinjauan di lapangan, sebenarnya harga jual produk per-dus dari perusahaan lebih rendah dibandingkan pesaingnya, namun jika dikonversikan kepada berat produk per gelas plastik, maka harga jual produk perusahaan lebih mahal dibandingkan pesaingnya. Produk perusahaan diberi merek CB, untuk daerah dan kalangan tertentu konsumen tidak terlalu memperhatikan merek dalam mengkonsumsi nata de coco, namun jika ditinjau dari daya ingat terhadap merek produk nata de coco, umumnya orang akan lebih mengenal merek produk seperti Inaco dan Wong Coco.
Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya memiliki
modal yang terbatas sehingga jumlah produk yang dapat dihasilkan juga terbatas. Teknologi produksi yang digunakan masih sederhana, dimana dalam pengepakan masih menggunakan sealer manual dan dalam perebusan masih menggunakan kompor biasa serta dandang biasa. Hal ini sangat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil survei konsumen, ada
beberapa atribut kualitas produk yang belum memuaskan konsumen, seperti rasa, warna, kemasan dan nilai gizi. Selain dari kelemahan-kelemahan tersebut, perusahaan juga memiliki keterbatasan dalam tenaga penjual, dimana tenaga penjualnya hanya satu orang, sehingga cakupan wilayah pemasaran yang bisa dijangkau oleh perusahaan menjadi terbatas.
6.2.
Faktor-faktor Lingkungan Eksternal Faktor-faktor lingkungan eksternal dilihat dari berbagai aspek eksternal
yang ada, seperti ekonomi, sosial, teknologi, politik, konsumen, pesaing dan pemasok.
Berdasarkan hasil berdasarkan hasil wawancara yang mendalam
dengan para pakar dan tinjauan langsung di lokasi penelitian, diperoleh 12 faktor eksternal yang terdiri dari 7 faktor menjadi peluang dan 5 faktor menjadi ancaman. Peluang merupakan suatu kondisi yang berada di luar perusahaan yang dapat dimanfaatkan perusahaan dengan sebaik-baiknya untuk enjadi sesuatu yang menguntungkan bagi perusahaan.
Sedangkan ancaman
merupakan suatu kondisi yang berada di luar perusahaan yang harus dihindari perusahaan karena secara langsung ataupun tidak langsung bisa merugikan perusahaan. Perusahaan tidak mempunyai kontrol langsung terhadap faktorfaktor eksternal ini, oleh karena itu perusahaan harus bisa memanfaatkan peluang dan menghindari ancaman yang ada. Adapun faktor-faktor lingkungan eksternal dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Faktor-faktor Lingkungan Eksternal No
Faktor-faktor Lingkungan Eksternal
Bobot
Peluang 1.
Ketersediaan kredit bagi IKM
0.2061
2.
Peningkatan pola hidup sehat (Kesadaran akan pentingnya makanan berserat)
0.2274
3.
Kebijakan tentang pengembangan IKM
0.1952
4.
Perkembangan teknologi
0.0802
5.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar
0.0427
6.
Peningkatan tingkat pendidikan
0.0353
7.
Tersedianya pemasok bahan baku di berbagai lokasi
0.2131
Ancaman 1.
Kondisi perekonomian Indonesia
0.1209
2.
Kebijakan tentang perdagangan
0.0493
3.
Loyalitas konsumen terhadap merek tertentu
0.3743
4.
Keberadaan perusahaan sejenis
0.2524
5.
Adanya produk substitusi
0.2029
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa tiga faktor peluang utama adalah peningkatan pola hidup sehat (0.2274), tersedianya pemasok bahan baku di berbagai lokasi (0.2131) dan ketersediaan kredit bagi IKM (0.2061). Sedangkan tiga faktor ancaman utama yang mempengaruhi perusahaan adalah loyalitas konsumen terhadap merek (0.3743), keberadaan perusahaan sejenis (0.2524) dan adanya produk substitusi (0.2029). Hasil penilaian peluang dan ancaman oleh masing-masing pakar dengan variabel linguistik dapat dilihat pada Lampiran 22 dan Lampiran 23. Keluaran hasil perhitungan bobot peluang dan ancaman yang diolah dengan software Fuzzy PC RHB dapat dilihat pada Lampiran 24 dan Lampiran 25. Kebijakan pemerintah untuk mendukung perkembangan IKM terbukti dengan disediakannya kredit bagi IKM dan kebijakan tentang pengembangan IKM. Dewasa ini, pemerintah menyediakan kredit bagi IKM untuk pendanaaan usaha,
kredit
yang
disediakan
merupakan
dana
bergulir,
memudahkan bagi IKM untuk mengembalikan kredit tersebut.
jadi
sangat
Lembaga
keuangan seperti BRI juga menyediakan paket kredit bagi IKM. Kebijakan tentang pengembangan IKM yang dilakukan pemerintah diantaranya adalah pemberian bantuan pendanaan, pengadaan pameran untuk ajang promosi, pendanaan kegiatan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan IKM, memberi keleluasaan bagi IKM dalam memasarkan produknya, mengadakan pelatihan, memberikan informasi paket teknologi untuk IKM dan lain-lain. Selain kebijakan pemerintah, peluang lain yang bisa dimanfaatkan adalah peningkatan pola hidup sehat, dimana dengan semakin banyaknya orang meyadari akan pentingnya hidup sehat terutama terhadap pentingnya makanan berserat bagi tubuh, maka akan semakin besar kesempatan perusahaan nata de coco untuk meningkatkan volume penjualannya karena nata de coco mengandung serat yang tinggi.
Perkembangan teknologi produksi seperti pengepakan dengan
sealer otomatis, pemasakan dengan kompor otomatis (aliran minyak tanah serta suhu yang stabil), dandang yang lebih steril dan penggunaan steam dalam perebusan, juga merupakan peluang harus dapat dimanfaatkan dengan sebaikbaiknya.
Jumlah penduduk Indonesia yang besar merupakan peluang bagi
peningkatan konsumsi nata de coco dan nantinya akan meningkatan volume penjualan
perusahaan.
Peningkatan
tingkat
pendidikan
memberikan
kesempatan bagi perusahaan untuk menggunakan tenaga kerja yang lebih berpendidikan, sehingga dapat memberikan pemikiran-pemikiran yang baru guna
pengembangan perusahaan. Ketersediaan pemasok diberbagai lokasi membuat semakin besarnya kesempatan untuk berproduksi lebih besar dan meningkatkan kualitas bahan baku yang digunakan. Selain peluang, perusahaan juga menghadapi beberapa ancaman yang harus dihindari oleh perusahaan.
Kondisi perekonomian Indonesia yang kurang
bagus belakangan ini akan mengakibatkan turunnya daya beli masyarakat terhadap berbagai produk, hal ini bisa berimbas juga terhadap produk nata de coco. Kebijakan tentang perdagangan yang berakibat banyaknya barang masuk dari berbagai daerah mengakibatkan semakin banyaknya produk pesaing yang beredar di pasaran, hal ini akan berakibat terhadap penjualan produk perusahaan. Adanya konsumen yang loyal terhadap merek tertentu berdampak terhadap pembelian sebuah produk, kondisi ini bisa juga terjadi pada produk nata de coco karena beberapa konsumen loyal terhadap merek yang terkenal. Jika konsumen yang loyal ini mampu mempengaruhi konsumen yang lainnya, maka akan mempengaruhi pembelian produk nata de coco perusahaan. Banyaknya perusahaan sejenis yang berkembang dewasa ini mengakibatkan semakin besarnya pesaing perusahaan. Adanya produk substitusi yang memiliki fungsi yang sama seperti nata de soya, minuman berserat, memungkinkan orang untuk mengkonsumsi produk substitusi tersebut sebagai pengganti nata de coco. Perusahaan yang menginginkan kemenangan dalam persaingan harus berusaha untuk menghindari ancaman ini agar tidak memberikan dampak yang merugikan perusahaan. 6.3.
Analisis Matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) Matriks IFE dan EFE merupakan alat analisis yang menggunakan faktor-
faktor lingkungan internal dan faktor-faktor lingkungan eksternal yang dimiliki perusahaan untuk menentukan total nilai posisi internal dan total nilai posisi eksternal.
Nilai posisi internal dan nilai posisi eksternal tersebut dapat
menentukan posisi suatu perusahaan.
Posisi perusahaan dapat berada pada
salah satu dari empat kuadran yang ada.
Perusahaan yang berada pada
kuadran I memiliki peluang dan kekuatan, kuadran II menghadapi berbagai ancaman tapi masih memiliki kekuatan internal, kuadran III menghadapi peluang yang besar tapi memiliki beberapa kelemahan dan kuadran IV menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Adapun Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE) No A 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Faktor Lingkungan Internal dan Eksternal Kekuatan Alat angkut pemasaran milik sendiri Lokasi usaha yang strategis Pengiriman produk tepat waktu Kegiatan promosi produk melalui pameran Modal yang digunakan milik sendiri Sistem operasi dan produksi yang baku Terjaminnya ketersediaan bahan baku Penanganan bahan baku yang baik Tenaga kerja produksi yang berpengalaman
Bobot
Rating
Nilai
0.0715 0.2376 0.0800 0.0243 0.1011 0.1861 0.1567 0.0710 0.0717
3 4 4 3 3 4 4 3 3
0.2145 0.9504 0.3200 0.0729 0.3033 0.7444 0.6268 0.2130 0.2151
Total nilai faktor kekuatan B 1 2 3 4 5 6
A
3.6604
Kelemahan Harga jual produk yang belum sesuai Merek produk yang belum dikenal Keterbatasan dalam pendanaan Teknologi produksi masih sederhana Kualitas produk masih dibawah pesaing Tenaga penjual yang terbatas
0.1613 0.3644 0.1287 0.0607 0.2244 0.0605
4 2 2 3 3 2
0.6452 0.7288 0.2574 0.1821 0.6732 0.1210
Total nilai faktor kelemahan
2.6077
Nilai Posisi Internal
1.0527
1 2 3 4 5 6
Peluang Ketersediaan kredit bagi IKM Kesadaran akan pentingnya makanan berserat Kebijakan tentang pengembangan IKM Perkembangan teknologi Jumlah penduduk Indonesia yang besar Peningkatan tingkat pendidikan
0.2061 0.2274 0.1952 0.0802 0.0427 0.0353
4 4 3 3 2 2
0.8244 0.9096 0.5856 0.2406 0.0854 0.0706
7
Tersedianya pemasok bahan baku diberbagai lokasi
0.2131
4
0.8524
Total nilai faktor peluang B
3.5686
Ancaman 1 2 3 4 5
Kondisi perekonomian Indonesia Kebijakan tentang perdagangan Loyalitas konsumen terhadap merek tertentu Keberadaan perusahaan sejenis Adanya produk substitusi
0.1209 0.0493 0.3743 0.2524 0.2029
2 1 3 4 2
0.2418 0.0493 1.1229 1.0096 0.4058
Total nilai faktor ancaman
2.8294
Nilai Posisi Eksternal
0.7392
Berdasarkan Tabel 16 terlihat bahwa total nilai kekuatan yang diperoleh sebesar 3.6604 dan total nilai kelemahan sebesar 2.6077.
Hal ini
memperlihatkan bahwa kekuatan internal perusahaan lebih besar dari pada kelemahan internal perusahaan.
Sedangkan hasil evaluasi faktor eksternal
memperlihatkan bahwa total nilai peluang yang dapat dimanfaatkan oleh perusahaan sebesar 3.5686 dan total nilai ancaman sebesar 2.8294. Hal ini memperlihatkan bahwa perusahaan memiliki peluang yang besar dibandingkan ancaman yang dihadapinya. Adapun hasil evaluasi faktor internal dan evaluasi faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 16. Berdasarkan evaluasi faktor internal dan eksternal dapat diketahui bahwa posisi perusahaan berada pada kuadran I, dimana nilai posisi internal (total nilai kekuatan-kelemahan) adalah 1.0527 dan nilai posisi eksternal (total nilai peluang-ancaman) adalah 0.7392.
Posisi perusahaan ini dapat dilihat pada
Gambar 12. Berbagai Peluang Kuadran I Kuadran III
Posisi Perusahaan (1.0527 , 0.7392) •
Kelemahan Internal
Kekuatan Internal Kuadran IV
Kuadran II
Berbagai Ancaman Gambar 12. Posisi Perusahaan EB Gambar 12 memperlihatkan bahwa posisi perusahaan berada pada kuadran I, hal ini menunjukkan bahwa perusahaan berada pada situasi yang sangat menguntungkan, dimana perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada.
Strategi yang harus
diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (growth oriented strategy). 6.4.
Perumusan Alternatif Strategi Peningkatan Daya Saing
dan
Struktur
Hirarki
Strategi
Berdasarkan hasil klaster/pengelompokkan, Perusahaan EB merupakan kelompok perusahaan yang memiliki kinerja paling rendah dibandingkan dengan kelompok perusahaan lainnya, hal ini mengindikasikan bahwa Perusahaan EB harus melakukan strategi untuk meningkatkan kinerja perusahaannya, misalnya dengan meningkatkan volume penjualan dan meningkatkan kualitas produk. Jika hal ini dapat dicapai maka Perusahaan EB akan mampu memperoleh
profitabilitas yang lebih tinggi.
Selain itu, Perusahaan EB dapat melakukan
perluasan jaringan distribusinya untuk menciptakan dan mengembangkan pasar produk perusahaan, hal ini akan mendukung
usaha perusahaan untuk
meningkatkan kinerja perusahaan. Hasil HOQ memperlihatkan bahwa kinerja produk Perusahaan EB yang dilihat dari kualitas produk masih belum memuaskan konsumen untuk beberapa atribut produk, hal ini mengindikasikan bahwa Perusahaan EB harus melakukan strategi untuk meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan. Perbaikan kualitas ini menjadi fokus untuk strategi karena dengan peningkatan kualitas akan dapat dicapai peningkatan penjualan yang berguna untuk meningkatkan daya saing perusahaan. Peningkatan kualitas ini juga sangat terkait dengan aktivitas proses yang dilakukan karena setiap aktivitas proses terkait secara langsung dengan atribut kualitas produk nata de coco yang akan dihasilkan. Peningkatan kualitas produk akan memberikan hasil yang baik jika didukung oleh peningkatan dalam teknologi produksi yang digunakan.
Peningkatan teknologi juga sangat
diperlukan oleh perusahaan terkait dengan beberapa aktivitas proses yang belum bagus (memiliki skor 3) seperti perebusan potongan nata, pembuatan sirop nata, pengisian nata ke dalam gelas plastik, pengisian sirop ke dalam gelas plastik, penutupan gelas plastik dengan merek dan distribusi pemasaran produk. Analisa perusahaan
terhadap
dalam
lingkungan
menjalankan
perusahaan
berbagai
memperlihatkan
aktivitas
perusahaan
bahwa sangat
dipengaruhi oleh faktor lingkungan internal seperti pemasaran, keuangan, produksi dan operasi serta SDM. Perusahaan juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan eksternal seperti kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah dan teknologi. Faktor-faktor linkungan tersebut sangat erat kaitannya dengan aktor atau lembaga yang terkait dengan faktor tersebut, seperti pemasok, distributor, lembaga keuangan, pemerintah, pesaing atau industri produk substitusi dan konsumen atau pengguna produk nata de coco. Analisis matriks IFE dan EFE memberikan hasil bahwa posisi Perusahaan EB berada pada kuadran I, posisi perusahaan ini mendukung untuk strategi agresif misalnya dengan melakukan ekspansi aik secara vertikal maupun secara horizontal.
Ekspansi secara horizontal dapat dilakukan perusahaan dengan
memperluas jaringan distribusinya, sedangkan ekspansi secara vertikal bisa dilakukan dengan memiliki pemasok atau melakukan kontrak kerjasama dengan pemasok bahan baku.
Strategi agresif jika diaplikasikan dalam matriks SWOT adalah strategi SO, dimana perusahaan menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada.
Jika posisi perusahaan bergeser, maka
perusahaan harus menyesuaikan strategi yang akan dilaksanakan.
Adapun
perumusan alternatif strategi dengan menggunakan matriks SWOT dapat dilihat pada Gambar 13. KEKUATAN (S) 1. Alat angkut pemasaran milik sendiri 2. Lokasi usaha yang strategis 3. Pengiriman produk tepat waktu 4. Kegiatan promosi produk melalui pameran 5. Modal yang digunakan milik sendiri 6. Sistem operasi dan produksi yang baku 7. Terjaminnya ketersediaan bahan baku 8. Penanganan bahan baku yang baik 9. Tenaga kerja produksi yang berpengalaman
KELEMAHAN (W) 1. Harga jual produk yang belum sesuai 2. Merek produk yang belum dikenal 3. Keterbatasan dalam pendanaan 4. Teknologi produksi masih sederhana 5. Kualitas produk masih dibawah pesaing 6. Tenaga penjual yang terbatas
PELUANG (O) 1. Ketersediaan kredit bagi IKM 2. Kesadaran akan pentingnya makanan berserat 3. Kebijakan tentang pengembangan IKM 4. Perkembangan teknologi 5. Jumlah penduduk Indonesia yang besar 6. Peningkatan tingkat pendidikan 7. Tersedianya pemasok bahan baku diberbagai lokasi
Strategi S-O 1. Memperluas jaringan distribusi produk (S1-9 & O1-7) 2. Meningkatkan kualitas produk (S6,9 & O1-7) 3. Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan (S6,9 & O4,6) 4. Membangun kemitraan dengan pemasok (S2,5 & O7)
Strategi W-O 1. Efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan produksi (W1, 5 & O4, 6, 7) 2. Meningkatkan sumber pendanaan (W3-4 & O1, 3) 3. Meningkatkan modal kerja untuk pembiayaan promosi produk (W2, 3 & O1, 2) 4. Meningkatkan teknologi produksi (W1, 4, 5 & O4) 5. Menambah tenaga penjual untuk pengembangan pasar (W2, 6 & O2, 5)
ANCAMAN (W) 1. Kondisi perekonomian Indonesia 2. Kebijakan tentang perdagangan 3. Loyalitas konsumen terhadap merek tertentu 4. Keberadaan perusahaan sejenis 5. Adanya produk substitusi
Strategi S-T 1. Membuat diferensiasi produk melalui merek, karakteristik khusus dan pelayanan pelanggan (S1-3, 6, 9 & T1-5) 2. Membuat variasi produk (S6, 9 & T1-5) 3. Meningkatkan kualitas produk (S6, 9 & T2-5) 4. Meningkatkan kerjasama yang baik dengan distributor dan retail (S1-3 & T4,5)
Strategi W-T 1. Penerapan manajemen kualitas yang baik (W4, 5 & T5) 2. Bermitra dengan masyarakat setempat dalam hal pendanaan dan tenaga kerja (W1-5 & T3, 4, 6 ) 3. Perencanaan produksi yang matang (W1, 2, 4, 5 & T1, 2, 5 ) 4. Meningkatkan promosi produk (W3-5 & T2, 5, 6 )
INTERNAL
EKSTERNAL
Gambar 13. Matriks SWOT Perusahaan EB Berdasarkan kondisi diatas dan analisis matriks SWOT, maka alternatif strategi yang dapat dilaksanakan oleh pihak perusahaan adalah : 1. Memperluas jaringan distribusi produk. 2. Meningkatkan kualitas produk. 3. Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan. 4. Membangun kemitraan dengan pemasok.
Selain strategi yang dirumuskan untuk dilaksanakan oleh pihak perusahaan, ada beberapa strategi yang juga dapat dilaksanakan oleh pihak luar perusahaan sebagai upaya peningkatan daya saing industri nata de coco, strategi tersebut adalah : 1. Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan 2. Transfer teknologi oleh instansi terkait 3. Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco 4. Menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco Struktur hirarki strategi peningkatan daya saing industri nata de coco yang telah dirumuskan berdasarkan kondisi diatas dan brainstorming dengan para pakar, terdiri dari lima tingkat, yaitu : 1. Tingkat 1 : Fokus’ Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco 2. Tingkat 2 : Faktor Pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, SDM, kondisi
ekonomi,
kebijakan pemerintah dan teknologi. 3. Tingkat 3 : Aktor/Kelembagaan Industri nata de coco, pemasok bahan baku, distributor produk nata de coco, perbankan/lembaga keuangan, pemerintah/pemda/dinas terkait, industri produk substitusi dan penggna produk nata de coco. 4. Tingkat 4 : Tujuan Peningkatan penjualan, penciptaan dan pengembangan pasar, serta peningkatan produktivitas dan profitabilitas 5. Tingkat 5 : Strategi a. Strategi pihak perusahaan •
Memperluas jaringan distribusi produk.
•
Meningkatkan kualitas produk.
•
Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan.
•
Membangun kemitraan dengan pemasok.
b. Strategi pihak luar perusahaan •
Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan
•
Transfer teknologi oleh instansi terkait
•
Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco
•
Menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco
6.5.
Kelembagaan Terkait dengan Industri Nata de Coco Berdasarkan struktur hirarki yang telah dirumuskan, terlihat bahwa usaha
untuk meningkatkan daya saing industri nata de coco tidak bisa terlepas dari kelembagaan yang terkait dengan industri tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung. Kelembagaan yang terkait dengan industri nata de coco adalah : 1. Industri nata de coco Industri nata de coco merupakan kumpulan dari perusahaan yang membuat produk nata de coco, baik berupa nata de coco siap konsumsi maupun yang hanya membuat nata potongan atau lembaran nata. Kemasan produk yang dibuat oleh perusahaan nata de coco pada umumnya adalah kemasan gelas plastik dengan ukuran 220 ml.
Namun ada juga
perusahaan nata de coco membuat kemasan produk dalam ukuran plastik 360 gr, 500 gr serta gelas plastik 200 ml dan 120 ml.
Perkembangan
kemasan ini sangat dipengaruhi oleh keinginan konsumen dan daya beli masyarakat.
Selain itu, ada juga perusahaan nata de coco yang hanya
membuat lembaran nata atau nata potongan, perusahaan ini tidak membuat nata de coco siap konsumsi. 2. Pemasok bahan baku Pemasok bahan baku merupakan perusahaan atau perorangan yang menyediakan bahan baku utama untuk membuat nata de coco, baik bahan baku berupa air kelapa, lembaran nata ataupun nata potongan. Pemasok bahan baku untuk perusahaan nata de coco di Kota Bogor berasal dari Wilayah Bogor (Kota dan Kabupaten Bogor) dan dari luar Wilayah Bogor (Cianjur dan Lampung).
Pemasok bahan baku ini terdiri dari pedagang
kelapa di pasar (untuk perusahaan nata de coco yang membuat sendiri lembaran nata) dan perusahaan nata de coco yang membuat lembaran nata. Pemasok bahan baku lembaran nata bisa perusahaan secara perorangan, pedagang pengumpul atau agen dan Koperasi Unit Desa (KUD). 3. Distributor produk nata de coco Distributor produk nata de coco merupakan perusahaan yang menyalurkan produk nata de coco ke tangan pengecer atau pengguna produk nata de coco. Perusahaan nata de coco dalam memasarkan produknya ada yang memiliki distributor produk sendiri, tapi ada juga yang menggunakan jasa distributor
perusahaan lain.
Selain itu, ada juga perusahaan nata de coco yang
menyalurkan langsung produknya ke retail atau pengguna produk nata de coco. 4. Perbankan/Lembaga keuangan Perbankan/lembaga keuangan merupakan badan usaha yang menyediakan jasa yang berkaitan dengan finansial perusahaan guna menunjang kegiatan operasi perusahaan, seperti dalam hal transaksi penjualan dan pembelian yang menggunakan jasa rekening bank, peminjaman dan lain-lain. 5. Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait merupakan pihak yang berhubungan dengan
pengambilan
keputusan
kebijakan
yang
berkaitan
dengan
pengembangan industri nata de coco. 6. Industri produk substitusi Industri
produk
substitusi
merupakan
kumpulan
perusahaan
yang
menghasilkan produk substitusi dari produk nata de coco dalam kemasan seperti perusahaan yang menghasilkan nata de soya, nata aloe vera dan lain-lain. 7. Pengguna produk nata de coco Pengguna produk nata de coco merupakan perorangan atau perusahaan yang menggunakan nata de coco, baik untuk dikonsumsi langsung maupun untuk diolah kembali menjadi produk lain. Lembaga yang terkait dengan industri nata de coco ini, memiliki tingkat kepentingan yang berbeda satu dengan yang lainnya sehubungan dengan faktor yang mempengaruhi peningkatan daya saing industri nata de coco. Berdasarkan hasil penilaian faktor oleh para pakar yang terlihat pada Lampiran 26 dapat d hitung bobot faktor seperti yang terlihat pada keluaran hasil perhitungan bobot faktor pada Lampiran 27.
Keluaran tersebut memperlihatkan bahwa bahwa
bobot faktor secara berurutan adalah pemasaran (0.3832), kondisi ekonomi (0.1400), produksi dan operasi (0.1246), keuangan (0.1124), SDM (0.1013), teknologi (0.0892) dan kebijakan pemerintah (0.0491). Perbedaan tingkat kepentingan masing-masing lembaga atau aktor ini memberikan indikasi bahwa suatu lembaga atau aktor memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan dengan lembaga lainnya.
Hasil penilaian tingkat
kepentingan lembaga oleh masing-masing pakar dengan variabel linguistik berdasarkan masing-masing faktor yang mempengaruhi peningkatan daya saing
industri nata de coco dapat dilihat pada Lampiran 28. Keluaran hasil perhitungan bobot lembaga pada setiap tingkat faktor yang diolah dengan software Fuzzy PC RHB dapat dilihat pada Lampiran 29. Berdasarkan Lampiran 29 terlihat bahwa untuk setiap tingkat faktor, lembaga yang memiliki bobot tertinggi adalah pemasaran - distributor produk nata de coco (0.3038), keuangan – perbankan/lembaga keuangan (0.4121), produksi dan operasi – industri nata de coco (0.3405), SDM – industri nata de coco (0.4536), kondisi ekonomi – perbankan/lembaga keuangan (0.2552), kebijakan pemerintah – pemerintah/pemda/dinas terkait (0.4098), teknologi – industri nata de coco (0.4045). Berdasarkan bobot lembaga/aktor pada setiap tingkat faktor yang terdapat pada Lampiran 29, dapat dihitung bobot akhir lembaga/aktor yang diolah dengan software Matlab 6.5.1. Perhitungan bobot akhir aktor ini dapat dilihat pada Lampiran 30.
Adapun bobot dan prioritas
lembaga dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Bobot dan Prioritas Lembaga yang Terkait dengan Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco No
Lembaga/Aktor
Bobot Prioritas
1
Industri nata de coco
0.2439
1
2
Pemasok bahan baku
0.1128
5
3
Distributor produk nata de coco
0.1737
2
4
Perbankan/Lembaga keuangan
0.1293
4
5
Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait
0.1053
6
6
Industri produk substitusi
7
Pengguna produk nata de coco
0.1024 0.1324
7 3
Berdasarkan Tabel 17 terlihat bahwa tiga lembaga yang memiliki prioritas tertinggi adalah industri nata de coco (0.2439), distributor produk nata de coco (0.1737) dan pengguna produk nata de coco (0.1324). Industri nata de coco terdiri dari perusahaan-perusahaan
yang akan ditingkatkan daya saingnya
sehingga lembaga ini menjadi prioritas pertama. Perusahaan nata de coco ini terlibat secara langsung dalam seluruh kegiatan atau aktivitas guna mencapai kemampuan bersaing yang diharapkan. Lembaga ini memiliki prioritas pertama berkaitan dengan faktor SDM, teknologi serta produksi dan operasi. Adapun besarnya keterlibatan industri nata de coco pada masing-masing faktor berdasarkan bobot yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Bobot Industri Nata de Coco untuk Setiap Faktor No 1 2 3 4 5 6 7
Faktor Pemasaran Keuangan Produksi dan Operasi SDM Kondisi Ekonomi Kebijakan Pemerintah Teknologi
Bobot 0.1934 0.1520 0.3405 0.4536 0.1696 0.0922 0.4045
Distributor produk nata de coco berperan aktif dalam menyalurkan produk sampai ke tangan konsumen. Produk nata de coco dalam penyalurannya ada yang langsung ditangani oleh distributor perusahaan dan ada juga yang diserahkan oleh perusahaan ke distributor lain untuk menyalurkannya. Umumnya perusahaan yang menggunakan jasa distributor swasta melihat dari kepraktisannya, karena dianggap dengan menggunakan jasa distributor lain lebih memudahkan pekerjaan pembukuan dan pengalokasian produk sebab tanggung jawab perusahaan hanya sampai produk ditangan distributor sedangkan pengalokasiaanya ditangani oleh distributor. Berdasarkan bobot yang diperoleh untuk setiap faktor oleh aktor/lembaga distributor, lembaga ini memiliki keterkaitan tertinggi pada faktor pemasaran, produksi dan operasi serta keuangan. Adapun bobot distributor produk nata de coco untuk setiap faktor dapat dilihat pada Tabel 19. Tabel 19. Bobot Distributor Produk Nata de Coco untuk Setiap Faktor No 1 2 3 4 5 6 7
Faktor Pemasaran Keuangan Produksi dan Operasi SDM Kondisi Ekonomi Kebijakan Pemerintah Teknologi
Bobot 0.3038 0.1132 0.1298 0.1066 0.0691 0.0397 0.0671
Pengguna produk nata de coco sangat besar pengaruhnya dalam peningkatan daya saing industri nata de coco karena pengguna produk akan mempengaruhi secara nyata penjualan maupun pasar yang dapat dicapai oleh
perusahaan.
Pengguna produk nata de coco berpengaruh bagi perusahaan
dalam menentukan apakah suatu jenis produk akan terus dikembangkan, diperbaiki atau dihentikan pemasarannya karena setiap perusahaan jika ingin berhasil harus bisa mengikuti apa yang diharapkan oleh pasar. Selain itu aktor ini akan berpegaruh terhadap besar kecilnya uang yang berputar dalam industri nata de coco dengan pembelian yang dilakukannya. Hal ini akan mempengaruhi kondisi ekonomi dalam wilayah pemasaran produk maupun diluar wilayah pemasran produk nata de coco. Berdasarkan bobot yang diperoleh untuk setiap faktor oleh aktor/lembaga pengguna produk nata de coco, maka lembaga ini memiliki keterkaitan tertinggi dengan faktor pemasaran, kondisi ekonomi dan kebijakan pemerintah.
Adapun bobot pengguna produk nata de coco untuk
setiap faktor dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Bobot Pengguna Produk Nata de Coco untuk Setiap Faktor Faktor
No 1 2 3 4 5 6 7
6.6.
Bobot 0.2182 0.0493 0.0716 0.0361 0.1342 0.1431 0.0539
Pemasaran Keuangan Produksi dan Operasi SDM Kondisi Ekonomi Kebijakan Pemerintah Teknologi
Prioritas Strategi Peningkatan Daya Saing Perusahaan dalam menjalankan strategi peningkatan daya saing,
bertujuan
untuk
mencapai
peningkatan
penjualan,
penciptaan
pengembangan pasar, serta peningkatan produktivitas dan profitabilitas.
dan Hasil
penilaian tingkat kepentingan tujuan ini oleh masing-masing pakar dengan variabel
linguistik
berdasarkan
masing-masing
lembaga/aktor
yang
mempengaruhi peningkatan daya saing industri nata de coco dapat dilihat pada Lampiran 31.
Keluaran hasil perhitungan bobot tujuan pada setiap tingkat
lembaga/aktor yang diolah dengan software Fuzzy PC RHB dapat dilihat pada Lampiran 32. Berdasarkan
Lampiran
32
terlihat
bahwa
untuk
setiap
tingkat
lembaga/aktor, tujuan yang memiliki prioritas tertinggi adalah industri nata de coco – peningkatan produktivitas dan profitabilitas (0.4907), pemasok bahan
baku – peningkatan penjualan (0.4015), distributor produk nata de coco – peningkatan penjualan (0.4993), perbankan/lembaga keuangan - peningkatan produktivitas dan profitabilitas (0.5321), pemerintah/pemda/dinas terkait – penciptaan dan pengembangan pasar (0.5437), industri produk substitusi penciptaan dan pengembangan pasar (0.4245) dan pengguna produk nata de coco – penciptaan dan pengembangan pasar (0.5828).
Berdasarkan bobot
tujuan pada setiap tingkat aktor/lembaga yang terdapat pada Lampiran 32, dapat dihitung bobot akhir tujuan yang diolah dengan software Matlab 6.5.1. Perhitungan bobot akhir tujuan ini dapat dilihat pada Lampiran 33.
Adapun
bobot dan prioritas tujuan ini dapat dilihat pada Tabel 21. Tabel 21. Bobot dan Prioritas Tujuan yang Ingin Dicapai dengan Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco No 1. 2. 3.
Tujuan Peningkatan penjualan Penciptaan dan pengembangan pasar Peningkatan produktivitas dan profitabilitas
Bobot Prioritas 0.2891 0.3581 0.3526
3 1 2
Tabel 21 memperlihatkan bahwa prioritas tujuan yang tertinggi yang ingin dicapai dengan peningkatan daya saing adalah penciptaan dan pengembangan pasar, hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan nata de coco harus berusaha untuk memperoleh pasar yang lebih luas dengan cara menciptakan pasar baru atau mengembangkan pasar yang telah dimiliki oleh perusahaan. Usaha ini dapat dilakukan terhadap produk yang sudah ada ataupun produk baru. Tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan mempengaruhi strategi mana yang akan menjadi prioritas untuk dilaksanakan oleh perusahaan. Strategi yang telah dirumuskan memiliki tingkat kepentingan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Hasil penilaian tingkat kepentingan strategi oleh masing-masing pakar dengan variabel linguistik berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dapat dilihat pada Lampiran 33. Keluaran hasil perhitungan bobot strategi pada setiap tingkat tujuan yang diolah dengan software Fuzzy PC RHB dapat dilihat pada Lampiran 34. Adapun bobot dan prioritas strategi pada setiap tingkat tujuan dapat dilihat pada Tabel 22.
Tabel 22. Bobot dan Prioritas Strategi pada Setiap Tingkat Tujuan dalam Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco No
Strategi
Bobot Prioritas
Strategi Pihak Perusahaan Tujuan : Peningkatan penjualan 1.
Memperluas jaringan distribusi
2.
Meningkatkan kualitas produk
3.
Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan
4.
Membangun kemitraan dengan pemasok
0.5140 0.2700 0.1088 0.1072
1 2 3 4
0.6034 0.1534 0.0989 0.1443
1 2 4 3
0.1815 0.1921 0.4176 0.2088
4 3 1 2
Tujuan : Penciptaan dan pengembangan pasar 1.
Memperluas jaringan distribusi
2.
Meningkatkan kualitas produk
3.
Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan
4.
Membangun kemitraan dengan pemasok Tujuan : Peningkatan produktivitas dan profitabilitas
1.
Memperluas jaringan distribusi
2.
Meningkatkan kualitas produk
3.
Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan
4.
Membangun kemitraan dengan pemasok Strategi Pihak Luar Perusahaan Tujuan : Peningkatan penjualan
1.
Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan
0.4337
1
2.
Transfer teknologi oleh instansi terkait
0.1535
4
3.
Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco Menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco
0.1724
3
0.2403
2
4.
Tujuan : Penciptaan dan pengembangan pasar 1.
Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan
0.3724
2
2.
Transfer teknologi oleh instansi terkait
0.1266
3
3.
Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco Menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco
0.1227
4
0.3783
1
4.
Tujuan : Peningkatan produktivitas dan profitabilitas 1.
Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan
0.0917
4
2.
Transfer teknologi oleh instansi terkait
0.3749
2
3.
Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco Menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco
0.4102
1
0.1232
3
4.
Berdasarkan Tabel 22, terlihat bahwa pada strategi pihak perusahaan untuk tujuan peningkatan penjualan, tiga strategi dengan prioritas tertinggi adalah memperluas jaringan distribusi (0.5140), meningkatkan kualitas produk (0.2700) dan meningkatkan teknologi produksi yang digunakan (0.1088). Untuk tujuan
penciptaan dan pengembangan pasar, tiga strategi dengan prioritas tertinggi adalah memperluas jaringan distribusi (0.6034), meningkatkan kualitas produk (0.1534) dan membangun kemitraan dengan pemasok bahan baku (0.1443). Sedangkan untuk tujuan peningkatan produktivitas dan profitabilitas, tiga strategi dengan prioritas tertinggi adalah meningkatkan teknologi produksi yang digunakan (0.4176), membangun kemitraan dengan pemasok bahan baku (0.2088) dan meningkatkan kualitas produk (0.1921). Tiga prioritas strategi yang dapat dilaksanakan pihak luar perusahaan untuk tujuan peningkatan penjualan adalah melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan (0.4337), menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco (0.2403) dan memberikan pelatihan untuk industri nata de coco (0.724). Untuk tujuan penciptaan dan pengembangan pasar, tiga strategi dengan prioritas tertinggi adalah menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco (0.3783), pameran untuk industri kecil setiap triwulan (0.3724) dan transfer teknologi oleh instansi terkait (0.1266). Sedangkan untuk tujuan peningkatan produktivitas dan profitabilitas, tiga strategi dengan prioritas tertinggi adalah memberikan pelatihan untuk industri nata de coco (0.4102), transfer teknologi oleh instansi terkait (0.3749) dan menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco (0.1232). Berdasarkan bobot strategi pada setiap tingkat tujuan yang terdapat pada Lampiran 35, dapat dihitung bobot akhir strategi yang diolah dengan software Matlab 6.5.1. Perhitungan bobot akhir strategi ini dapat dilihat pada Lampiran 36. Adapun bobot dan prioritas strategi dapat dilihat pada Tabel 23. Tabel 23. Bobot dan Prioritas Strategi untuk Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco No
Strategi
Bobot Prioritas
Strategi Pihak Perusahaan 1.
Memperluas jaringan distribusi
2.
Meningkatkan kualitas produk
3.
Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan
4.
Membangun kemitraan dengan pemasok
0.4287 0.2007 0.2141 0.1563
1 3 2 4
0.2911 0.2219 0.2384
1 4 3
0.2484
2
Strategi Pihak Luar Perusahaan 1.
Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan
2.
Transfer teknologi oleh instansi terkait
3.
Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco Menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco
4.
Berdasarkan Tabel 23 terlihat bahwa tiga strategi utama yang memiliki prioritas tertinggi dan dapat dilaksanakan oleh pihak perusahaan adalah memperluas jaringan distribusi (0.4287), meningkatkan teknologi produksi yang digunakan (0.2007) dan meningkatkan kualitas produk (0.2141) . Sedangkan tiga strategi dengan bobot tertinggi yang dapat dilaksanakan oleh pihak luar perusahaan adalah melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan (0.2911), menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco (0.2484) dan memberikan pelatihan untuk industri nata de coco (0.2384). Strategi peningkatan daya saing industri nata de coco ini berkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai, aktor yang terlibat dengan peningkatan daya saing ini dan faktor yang mempengaruhinya.
Setiap tingkat mempengaruhi
tingkat yang lain. Adapun struktur hirarki strategi peningkatan daya saing industri nata de coco dapat dilihat pada Gambar 14 dan Gambar 15. 6.7.
Perbandingan Alternatif Strategi antara Metode Fuzzy AHP dengan Metode AHP Metode Fuzzy AHP dikembangkan berdasarkan teori dasar fuzzy dengan
AHP. Penggunaan metode fuzzy AHP akan memberikan konsistensi yang lebih tinggi dibandingkan metode AHP. Hal ini dikarenakan penilaian yang dilakukan menggunakan variabel linguistik, sehingga mampu membuat hasil penilaian lebih objektif dan dapat mengatasi persoalan yang bersifat kualitatif (Kastaman, 1999). Adapun perbandingan bobot dan konsistensi pada setiap tingkat hirarki peningkatan daya saing industri nata de coco dapat dilihat pada Lampiran 37. Berdasarkan Lampiran 36 terlihat bahwa bobot yang dihasilkan pada setiap elemen dalam setiap tingkat hirarki berbeda untuk kedua metode, namun perbedaannya tidak begitu besar, sehingga secara umum menghasilkan prioritas yang sama. Jika dilihat dari konsistensinya, penggunaan metode fuzzy AHP menghasilkan konsistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode AHP. Konsistensi untuk tingkat faktor pada metode fuzzy AHP sebesar 0.019 sedangkan pada metode AHP sebesar 0.020. Konsistensi pada tingkat aktor berkisar dari 0.012 sampai 0.023 pada metode fuzzy AHP, sedangkan pada metode AHP konsistensinya berkisar dari 0.02 sampai 0.03. Pada tingkat tujuan konsistensinya 0.000 sampai 0003 dengan metode fuzzy AHP, sedangkan dengan metode AHP konsistensinya 0.000 sampai 0.010. Konsistensi pada tingkat strategi sebesar 0.013 sampai 0.017 dengan metode fuzzy AHP, sedangkan dengan metode AHP 0.02.
Gambar 14. Struktur Hirarki Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco (Strategi Pihak Perusahaan)
Gambar 15. Struktur Hirarki Strategi Peningkatan Daya Saing Industri Nata de Coco (Strategi Pihak Luar Perusahaan)
Bobot akhir dari masing-masing tingkat dalam hirarki pada kedua metode berbeda, namun perbedaannya tidak begitu besar, sedangkan prioritas dari masing-masing tingkat sama. Konsistensi dari setiap tingkat lebih tinggi pada metode fuzzy AHP dibandingkan metode AHP. Hal ini memperlihatkan bahwa penggunaan metode fuzzy AHP akan memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan metode AHP. Adapun perbandingan bobot antara metode fuzzy AHP dengan AHP dapat dilihat pada Tabel 24. Tabel 24. Perbandingan Bobot antara Metode Fuzzy AHP dengan Metode AHP No
Metode Fuzzy AHP
Uraian Bobot
Prioritas
1 2 3 4 5 6 7
Tingkat 2 (Faktor) Pemasaran Keuangan Produksi dan Operasi SDM Kondisi Ekonomi Kebijakan Pemerintah Teknologi
0.3832 0.1124 0.1246 0.1013 0.1400 0.0491 0.0892
1 4 3 5 2 7 6
1 2 3 4 5 6 7
Tingkat 3 (Aktor) Industri nata de coco Pemasok bahan baku Distributor produk nata de coco Perbankan/Lembaga Keuangan Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait Industri produk substitusi Pengguna produk nata de coco
0.2439 0.1128 0.1737 0.1293 0.1053 0.1024 0.1324
1 5 2 4 6 7 3
0.2891
3
0.3581
1
0.3526
1 2 3
1 2 3 4
1 2 3 4
Tingkat 4 (Tujuan) Peningkatan penjualan Penciptaan dan pengembangan pasar Peningkatan produktivitas dan profitabilitas Tingkat 5 (Strategi) Strategi Pihak Perusahaan Memperluas jaringan distribusi Meningkatkan kualitas produk Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan Membangun kemitraan dengan pemasok Strategi Pihak Luar Perusahaan Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan Transfer teknologi oleh instansi terkait Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco Menyediakan paket kredit lunak
Metode AHP
Konsistensi
Bobot
Prioritas
Konsistensi
0.019
0.4043 0.1112 0.1215 0.0994 0.1364 0.0451 0.0821
1 4 3 5 2 7 6
0.020
0.016
0.2475 0.1113 0.1808 0.1277 0.1005 0.0987 0.1334
1 5 2 4 6 7 3
0.023
0.2861
3
0.3598
1
2
0.3541
2
0.4287 0.2007
1 3
0.4094 0.1968
1 3
0.2141
2
0.2386
2
0.1563
4
0.1552
4
0.2911
1
0.2906
1
0.2219
4
0.2187
4
0.2384
3
0.2369
3
0.2484
2
0.2538
2
0.001
0.003
0.011
0.004
0.008
0.017
6.8.
Implementasi Strategi Perusahaan nata de coco dapat melaksanakan berbagai strategi dalam
upaya peningkatan daya saingnya.
Implementasi strategi peningkatan daya
saing ini dipengaruhi oleh berbagai faktor yang ada di dalam lingkungan perusahaan maupun yang ada diluar lingkungan perusahaan. Faktor pemasaran sebagai faktor yang paling berpengaruh memerlukan perhatian yang utama karena faktor ini akan mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam mencapai penjualan, pasar maupun profitabilitas. Selain itu, implementasi strategi juga dipengaruhi oleh kelembagaan yang terkait, dalam hal ini perlu adanya komunikasi dan koordinasi yang baik diantara lembaga-lembaga tersebut karena masing-masing lembaga memiliki tingkat kepentingan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Upaya untuk mencapai ini dapat dilakukan dengan membentuk suatu wadah khusus yang bisa mempertemukan lembaga-lembaga tersebut untuk mencapai suatu kerjasama yang baik dan saling menguntungkan. Implementasi strategi memperluas jaringan distribusi memerlukan kepastian pasar dan produksi. Perusahaan sebaiknya memanfaatkan wilayah yang belum dijangkau oleh pesaing dan wilayah yang mempunyai pasar potensial.
Perluasan jaringan distribusi dapat dilakukan dengan mendirikan
distributor baru atau menggunakan distributor yang ada di wilayah yang bersangkutan. Selain itu, perusahaan dapat juga menjual produknya langsung ke tangan pengecer.
Penentuan pilihan distribusi produk ini, memerlukan
pertimbangan dari aspek ekonomi, SDM, sarana transportasi dan konsumen. Stategi peningkatan kualitas produk dalam penerapannya melalui perbaikan sistem produksi dan operasi perusahaan. Hal yang perlu diperbaiki terutama untuk aspek teknis atau karakteristik proses yang belum bagus pelaksanaannya.
Perebusan potongan nata sebaiknya dilakukan di ruangan
yang bersih dengan wadah tertutup, kalaupun dibuka sebaiknya tenaga kerja mensterilkan tangannya terlebih dahulu dan harus hati-hati agar kotoran tidak masuk kedalam rebusan tersebut. Demikian juga dengan aktivitas pembuatan sirop nata, pengisian nata dan sirop ke dalam gelas plastik serta penutupan gelas plastik. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan sirop nata harus bahan-bahan yang direkomendasikan oleh dinas kesehatan, baik dalam hal pemanis, pewarna maupun pengawet. Selain itu, penggunaan peralatan selama proses produksi juga harus diperhatikan oleh perusahaan. Perbaikan kualitas
sebaiknya dilakukan dengan cara mengkombinasikan hasil QFD dengan pemantauan proses yang berkelanjutan. Implementasi
dalam
peningkatan
teknologi
produksi
memerlukan
penggantian peralatan produksi terutama dalam hal pengemasan. Penggantian peralatan ini dapat meningkatkan produktivitas perusahaan dan kualitas terutama kebersihan dari produk yang dihasilkan.
Penggunaan sealer semi otomastis
akan mengurangi kontaminan dari produk yang dihasilkan dan performance dari produk yang dihasilkan jauh lebih bagus.
Hal ini akan dapat menarik minat
konsumen untuk membeli produk perusahaan. Kemitraan dengan pemasok dapat dilakukan dengan membuat kontrak kerja yang memuat ketentuan kualitas bahan baku, jumlah pasokan, frekwensi pasokan dan ketentuan harga. Kontrak yang dibuat dapat diperbaharui dan disesuaikan jika ada perubahan kondisi operasi perusahaan. Dengan kemitraan ini, perusahaan lebih terjamin pasokan bahan bakunya dan kegiatan produksi dapat berjalan lancar. Pihak diluar perusahaan sebagai pihak yang mempengaruhi aktivitas perusahaan, dapat melakukan berbagai strategi guna mendorong terciptanya peningkatan daya saing perusahaan. Pemerintah/Dinas Perindag/Pemda dapat melakukan pameran untuk industri nata de coco guna memperkenalkan produk perusahaan. Pameran dapat dilakukan setiap triwulan agar konsumen dapat lebih mengenal produk perusahaan.
Pameran ini merupakan ajang promosi
yang harus dimanfaatkan oleh perusahaan.
Pameran ini dilakukan secara
terbuka di lokasi yang mudah dijangkau oleh perusahaan maupun konsumen Implementasi
transfer
teknologi
harus
diikuti
dengan
pelatihan
menggunakan teknologi tersebut. Teknologi yang ditransfer terutama teknologi produksi seperti peralatan perebusan dan pengemasan produk. Transfer teknologi ini harus diikuti dengan pelatihan penggunaan teknologi, agar lebih efisien dan efektif.
Selain itu, pelatihan yang sebaiknya diberikan untuk
perusahaan nata de coco
dapat berupa pelatihan manajemen usaha, dan
pembuatan laporan keuangan. Strategi menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan dapat dilaksanakan oleh pemerintah maupun lembaga keuangan, kredit yang diberikan terutama untuk pembiayaan operasi. Bentuk kredit ini bisa berupa kredit jangka pendek, menengah ataupun panjang dengan tanpa agunan atau dengan agunan yang ringan. Hal ini tergantung dari jumlah dana yang dipinjam dan kemampuan
pengembalian oleh perusahaan.
Pihak pemberi kredit memiliki hak untuk
memantau penggunaan kredit yang diberikan. Untuk memudahkan pemberian kredit perusahaan nata de coco sebaiknya membentuk kelompok sehingga koordinasi dapat dilakukan dengan baik. Perusahaan harus menyiapkan laporan keuangan sesuai standar yang ditetapkan sehingga memudahkan dalam penentuan jumlah kredit yang bisa diterima perusahaan. Bantuan kredit untuk UKM yang juga berkembang pesat saat ini adalah micro bankng, namun banyak UKM yang belum mengetahui keberadaan bantuan ini dan persyaratan yang harus dipenuhi untuk setiap jenis
dan jumlah
pendanaan. Jumlah bantuan kredit tertentu pada micro banking bahkan tidak meminta adanya jaminan, misalnya pada Bank Mandiri untuk kredit dibawah Rp. 10 juta, persyaratan yang harus dipenuhi adalah usia pemohon minimal 21 tahun, WNI, KTP dan surat keterangan usaha. Implementasi strategi peningkatan daya saing yang bisa dilaksanakan oleh pihak perusahaan dapat meningkatkan volume penjualan, menciptakan pasar, meningkatkan produktivitas dan profitabilitas perusahaan.
Selain itu,
penerapan strategi ini memerlukan sosialisasi, tambahan SDM dan pendanaan.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 5.4.
Kesimpulan Usaha pembuatan nata de coco di Kota Bogor dimulai sekitar tahun 80-
an. Jumlah perusahaan nata de coco yang terdaftar di Dinas Perindag Kota Bogor sebanyak 23 perusahaan, namun yang masih aktif saat ini sebanyak 8 perusahaan.
Berdasarkan hasil klaster (cluster) terdapat tiga kelompok
perusahaan nata de coco, yaitu kelompok A – kinerja tinggi (Perusahaan TK dan Perusahaan PT), kelompok B – kinerja sedang (Perusahaan ST, Perusahaan IMM, Perusahaan ET dan Perusahaan UI) dan kelompok C – kinerja rendah (Perusahaan RS dan Perusahaan EB). Informasi mengenai kebutuhan dan keinginan konsumen terhadap produk nata de coco, dilihat dari berbagai atribut kualitas produk, yaitu warna, rasa, aroma, nilai gizi, tekstur/kekenyalan, bentuk, ukuran, kebersihan dan kemasan. Matriks HOQ memperlihatkan bahwa untuk meningkatkan kualitas produk atribut kualitas yang harus diperbaiki oleh Perusahaan EB adalah atribut rasa, warna, kemasan dan nilai gizi.
Berkaitan dengan perbaikan kualitas ini, maka tiga
aktivitas utama yang harus diperbaiki adalah aktivitas pembuatan sirop nata, perebusan potongan nata dan penanganan bahan baku. Selain itu aktivitas yang juga harus diperbaiki adalah penutupan gelas plastik dengan merek, pengisian nata ke dalam gelas plastik, pengisian sirop ke dalam gelas plastik, penyimpanan produk, distribusi pemasaran dan pengemasan ke dalam dus. Faktor-faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan perusahaan secara berurutan adalah lokasi usaha yang strategis (0.2376), sistem operasi dan produksi yang baku (0.1861), terjaminnya ketersediaan bahan baku (0.1567), modal yang digunakan milik sendiri (0.1011), pengiriman produk tepat waktu (0.0800), tenaga kerja produksi berpengalaman (0.0717), alat angkut pemasaran milik sendiri (0.0715), penanganan bahan baku yang baik (0.0710) dan kegiatan promosi produk melalui pameran (0.0243).
Sedangkan yang
menjadi kelemahan perusahaan adalah merek produk belum dikenal (0.3644), kualitas produk belum memuaskan (0.2244), harga jual produk yang belum sesuai (0.1613), keterbatasan dalam pendanaan (0.1287), teknologi produksi masih sederhana (0.0607) dan tenaga penjual yang terbatas (0.0605). Faktor-faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang perusahaan secara berurutan adalah peningkatan pola hidup sehat (0.2274), tersedianya pemasok bahan baku diberbagai lokasi (0.2131), ketersediaan kredit bagi IKM
(0.2061), kebijakan tentang pengembangan IKM (0.1952), perkembangan teknologi (0.0802), jumlah penduduk Indonesia yang besar (0.0427) dan peningkatan tingkat pendidikan (0.0353). Sedangkan yang menjadi ancaman adalah loyalitas konsumen terhadap merek tertentu (0.3743), keberadaan perusahaan sejenis (0.2524), adanya produk substitusi (0.2029),
kondisi
perekonomian Indonesia (0.1209) dan kebijakan tentang perdagangan (0.0493). Kelembagaan yang terkait dengan peningkatan daya saing adalah industri nata de coco (0.2439), pemasok bahan baku (0.1128), distributor produk nata de coco (0.1737), perbankan/lembaga keuangan (0.1293), pemerintah/ pemda/dinas terkait (0.1053), industri produk substitusi (0.1024) dan pengguna produk nata de coco (0.1324).
Prioritas kelembagaan ini, sangat berkaitan
dengan faktor pemasaran, keuangan, produksi dan operasi, SDM, kondisi ekonomi, kebijakan pemerintah dan teknologi. Strategi yang dapat diterapkan oleh pihak perusahaan untuk peningkatan daya saing adalah memperluas jaringan distribusi (0.4287), meningkatkan kualitas produk (0.2007), meningkatkan teknologi produksi yang digunakan (0.2141), membangun kemitraan dengan pemasok (0.1563). Sedangkan strategi yang dapat dilaksanakan oleh pihak diluar perusahaan untuk peningkatan daya saing adalah melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan (0.2911), transfer teknologi oleh instansi terkait (0.2219), memberikan pelatihan untuk industri nata de coco (0.2384) dan menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco (0.2484). Penggunaan metode Fuzzy AHP dengan variabel linguistik dan Triangular Fuzzy Number (TFN) memudahkan dalam hal penilaian, mampu mengatasi persoalan yang bersifat kualitatif dan memberikan konsistensi yang lebih tinggi pada agregasi penilaian pakar. 5.5.
Saran Beberapa hal yang dapat disarankan untuk penyempurnaan dan aplikasi
penelitian ini adalah : 1. Agar instansi pemerintah lebih tepat dalam pembinaan maka perlu informasi yang akurat mengenai profil dan karakteristik industri nata de coco. Oleh karena itu, Dinas Perindag diharapkan melakukan pendataan ulang industri nata de coco di Kota Bogor.
2. Suatu perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya, hal ini sangat mempengaruhi daya saing suatu perusahaan yang akan berakibat terhadap kemampuan perusahaan tersebut untuk tetap bertahan, untuk mencegah terjadinya penyusutan jumlah perusahaan nata de coco, maka instansi terkait harus melakukan pembinaan dalam hal teknologi produksi dan pembiayaan. 3. Diperlukan kebijakan pemerintah yang lebih tegas agar mampu mendorong peran lembaga terkait dalam peningkatan daya saing industri nata de coco, yaitu : a) perbankan/lembaga keuangan untuk pembiayaan, b) pemda atau dinas terkait untuk memberikan pelatihan mengenai berbagai aspek yang berkaitan dengan kegiatan perusahaan seperti tentang manajemen usaha, penanganan limbah dan teknologi produksi. 4. Dinas perindag dan instansi terkait lainnya sebaiknya lebih menyebarluaskan informasi mengenai pelatihan, pameran dan pendanaan yang tersedia untuk industri nata de coco agar setiap perusahaan memiliki kesempatan yang sama dalam hal pemanfaatan informasi tersebut. 5. Perusahaan sebaiknya melakukan riset pasar secara berkala agar mengetahui keinginan konsumen, sehingga produk perusahaan dapat bersaing dengan produk sejenis maupun produk substitusi. 6. Perusahaan sebaiknya meningkatkan teknologi produksi seperti alat pengepakan dan perebusan nata agar dapat meningkatkan kualitas produk nata de coco. 7. Perusahaan dapat melaksanakan strategi memperluas jaringan distribusi produk terutama ke lokasi yang belum banyak menjual nata de coco seperti perkantoran dan lembaga pendidikan. 8. Pengklasteran
sebaiknya
dikembangkan
kearah
penggunaan
ukuran
kesamaan atau jarak yang lain seperti asosiasi, euclidian distance, city block atau jarak manhattan dan chebychev. Selanjutnya, pengembangan software sebaiknya meliputi semua bentuk ukuran kesamaan dan pengiterpretasian secara otomatis. 9. Penelitian lebih lanjut bisa diarahkan pada penggunaan metode center of gravity untuk defuzzyfikasi.
Selain itu, pengembangan untuk pengolahan
matriks dalam bentuk variabel linguistik fuzzy.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kerangka Logis Metode Fuzzy AHP
Mulai - Studi Literatur - Pendapat Pakar
Membuat struktur hirarki
Pendapat Pakar
Menentukan penilaian perbandingan berpasangan untuk setiap elemen pada setiap level hirarki dengan variabel linguistik
Fuzzyfikasi dengan TFN
Defuzzyfikasi dengan rata-rata geometrik Fuzzy PC RHB *
Matriks setiap elemen pada setiap level hirarki
Bobot awal setiap elemen
Matriks setiap level hirarki
Bobot akhir setiap elemen pada setiap level hirarki
Matlab 6.5.1
Prioritas setiap elemen pada setiap level hirarki
Selesai
* software dibuat dengan Delphi version 8.0
Segmen Pasar
5.
Usia Perusahaan
6.
Jumlah Tenaga Kerja
7.
Tempat Penjualan Produk
8.
Wilayah Pemasaran
9.
Jumlah Distributor Pemasaran
10.
Pendidikan Tenaga Kerja
11.
Alat Pengepakan
12.
Alat Angkut Pemasaran
1.81712
4.21716
5.59344
4.21716
4.71769
3.55689
5.51785
6.08220
8.27677
7.95811
1.44225
3.55689
5.00000
3.55689
4.21716
3.10723
5.94692
5.59344
7.00000
7.55953
3.55689
4.71769
3.55689
5.19249
3.00000
4.93242
5.73879
6.80409
7.95811
3.00000
1.81712
1.44225
1.81712
2.88450
3.68403
5.19249
5.19249
1.70998
3.47603
1.21644
3.55689
3.55689
5.00000
4.71769
2.08008
1.44225
2.46621
4.71769
5.27763
5.59344
1.70998
2.08008
3.68403
4.71769
4.71769
3.03659
4.48140
5.73879
6.25732
3.00000
3.10723
1.51829
3.00000
1.58740
Pendidikan Tenaga Kerja
2.28943
Tempat Penjualan Produk
Alat Angkut Pemasaran
4.
Alat Pengepakan
Total Produksi
Jumlah Distributor Pemasaran
3.
Wilayah Pemasaran
Jumlah Investasi
Jumlah Tenaga Kerja
2.
Usia Perusahaan
Volume Penjualan
Segmen Pasar
1.
Total Produksi
Kriteria Pemetaan
Jumlah Investasi
No
Volume Penjualan
Lampiran 2. Gabungan Pendapat Pakar untuk Kriteria Pemetaan Perusahaan Nata de Coco
1.25992
Lampiran 3. Data Pemetaan Masing-masing Industri Nata de Coco pada Tahun 2004 Nama Perusahaan No
Kriteria Pemetaan
Perusahaan ST
Perusahaan TK
1.
Volume Penjualan (Rp/tahun)
330 120 000
648 300 000
2.
Jumlah Investasi (Rp)
67 150 000
62 300 000
3.
Kapasitas Produksi
6 240 dus/tahun (Nata dalam kemasan 1/2 kg)
8 700 dus/tahun (Nata dalam kemasan taning bot 360 gr)
1 700 dus/tahun (Nata dalam kemasan cup 220 ml)
17 000 dus/tahun (Nat a dalam kemasan cup 220 ml)
4.
Segmen Pasar
Menengah ke atas
Menengah ke bawah Menengah ke atas
5.
Usia Perusahaan (tahun)
24
15
6.
Jumlah Tenaga Kerja (orang)
16
30
7.
Tempat Penjualan Produk
Minimarket Supermarket
Minimarket Supermarket Pedagang Kaki Lima
8.
Wilayah Pemasaran
Bogor Jakarta
Bogor Jakarta Sukabumi Jawa Tengah
9.
Jumlah Distributor Pemasaran
Tidak ada
Tidak ada
10.
Pendidikan Tenaga Kerja
SMP SMA
SMA D3
11.
Jenis Produk
Plastik 1/2 kg Cup 220 ml
Staning bot 360 gr Cup 220 ml
12.
Harga Produk (Rp/dus)
48000/dus 18000/dus
54000/dus 11000/dus
13.
Rasa Produk
Lyche
Pineaple Orange Melon Cocopandan Lyche
14.
Alat Pengepakan
Sealer manual (2 buah) Sealer semi otomatis 4 line (1 buah)
Sealer manual (4 buah) Sealer semi otomatis 4 line (1 buah)
15.
Jumlah Pemasok Bahan Baku
2**
2***
16.
Alat Angkut Pemasaran
Mobil pick up (2 buah)
Mobil engkel (2 buah)
17.
Alat Pemotong Nata
Mesin pemotong (1 buah)
Mesin pemotong (2 buah)
18.
Sistem Pencatatan
Manual Komputerisasi
Manual Komputerisasi
*) 1 dus = 24 buah (untuk yang kemasan ½ kg dan cup 220 ml), sedangkan untuk kemasan 120 ml (1 dus = 48 buah) **) Pemasok bahan baku lembaran air kelapa ***) Pemasok bahan baku lembaran nata kotor ****) Pemasok bahan baku nata yang sudah dipotong
Sambungan Nama Perusahaan No
Kriteria Pemetaan
Perusahaan IMM
Perusahaan ET
1.
Volume Penjualan (Rp)
367 200 000
389 500 000
2.
Jumlah Investasi (Rp)
55 300 000
40 550 000
3.
Kapasitas Produksi
27 200 dus/tahun (Nata dalam kemasan cup 220 ml)
4 200 kg/tahun (Nata potong)
6 800 dus/tahun (Nata dalam kemasan cup 120 ml)
37 900 dus/tahun (Nata dalam kemasan cup 220 ml)
4.
Segmen Pasar
Menengah ke bawah
Menengah ke bawah
5.
Usia Perusahaan (tahun)
3
11
6.
Jumlah Tenaga Kerja (orang)
20
15
7.
Tempat Penjualan Produk
Pedagang Pasar Tradisional Pedagang Kaki Lima
Minimarket Supermarket Pedagang Kaki Lima
8.
Wilayah Pemasaran
Bogor
Bogor Bandung Jakarta
9.
Jumlah Distributor Pemasaran
Tidak ada
Tidak ada
10.
Pendidikan Tenaga Kerja
SMA
SD SMP SMA
11.
Jenis Produk
Cup 220 ml Cup 120 ml
Cup 220 ml Nata potongan
12.
Harga Produk (Rp/dus)
10000/dus 14000/dus
2500/kg 10000/dus
13.
Rasa Produk
Orange Nanas Aple Strawberi Lyche Melon Cocopandan
Cocopandan Lyche
14.
Alat Pengepakan
Sealer semi otomatis 4 line (1 buah)
Sealer semi otomatis 2 line (1 buah)
15.
Jumlah Pemasok Bahan Baku
1****
1**
16.
Alat Angkut Pemasaran
Mobil Engkel (1 buah)
Mobil Carry (1 buah)
17.
Alat Pemotong Nata
Tidak ada
Mesin pemotong (2 buah)
18.
Sistem Pencatatan
Manual Komputerisasi
Manual Komputerisasi
Sambungan Nama Perusahaan No
Kriteria Pemetaan
Perusahaan UI
Perusahaan PT
1.
Volume Penjualan (Rp)
410 100 000
660 000 000
2.
Jumlah Investasi (Rp)
52 000 000
65 400 000
3.
Kapasitas Produksi
114 000 kg/ tahun (Nata potongan, sudah diberi essence, vanili dan gula sedikit) 3600 dus/tahun (Cup 220 ml)
60 000 dus/tahun (Cup 220 ml)
4.
Segmen Pasar
Menengah ke bawah
Menengah ke bawah
5.
Usia Perusahaan (tahun)
23
14
6.
Jumlah Tenaga Kerja (orang)
16
18
7.
Tempat Penjualan Produk
Minimarket Supermarket Pedagang kaki lima
Minimarket Supermarket Pedagang kaki lima
8.
Wilayah Pemasaran
Bogor Jakarta
Bogor Jakarta Jawa Timur Jawa Barat Sumatera Utara Sumatera Barat Bengkulu Jambi Sumatera Selatan Kalimantan Sulawesi
9.
Jumlah Distributor Pemasaran
1
10
10.
Pendidikan Tenaga Kerja
SD SMP SMA
SMP SMA D3 S1
11.
Jenis Produk
Nata potongan Cup 220 ml
Cup 220 ml
12.
Harga Produk (Rp/dus)
3250/kg 11000/dus
11000/dus
13.
Rasa Produk
Cocopandan
Strawberi, Lyche Melon, Cocopandan
14.
Alat Pengepakan
Sealer semi otomatis 4 line (1 buah)
Sealer semi otomatis 4 line (2 buah) Sealer semi otomatis 8 line (1 buah)
15.
Jumlah Pemasok Bahan Baku
1***
2****
16.
Alat Angkut Pemasaran
Mobil engkel kecil (2 buah)
Mobil Truk (1 buah)
17.
Alat Pemotong Nata
Mesin pemotong (2 buah)
Tidak ada
18.
Sistem Pencatatan
Manual Komputerisasi
Manual Komputerisasi
Sambungan Nama Perusahaan No
Kriteria Pemetaan
Perusahaan EB
Perusahaan RS
1.
Volume Penjualan (Rp)
9 360 000
64 000 000
2.
Jumlah Investasi (Rp)
5 310 000
6 850 000
3.
Kapasitas Produksi
1 040 dus/tahun (Cup 220 ml)
64 000 lembar
4.
Segmen Pasar
Menengah ke bawah
Industri Nata (tidak membuat nata dalam cup dari tahun 2003, hanya menjual lembaran nata)
5.
Usia Perusahaan (tahun)
2
16
6.
Jumlah Tenaga Kerja (orang)
5
5
7.
Tempat Penjualan Produk
Pedagang pasar tradisional Pedagang kaki lima
-
8.
Wilayah Pemasaran
Bogor
Bogor
9.
Jumlah Distributor Pemasaran
Tidak ada
Tidak ada
10.
Pendidikan Tenaga Kerja
SD SMP SMA
SMP
11.
Jenis Produk
Cup 200 ml
Lembaran Nata
12.
Harga Produk
Rp. 9000/dus
Rp. 1000 / lembar
13.
Rasa Produk
Lyche Cocopandan
-
14.
Alat Pengepakan
Sealer manual (2 buah)
Tidak ada
15.
Jumlah Pemasok Bahan Baku
1***
10 **
16.
Alat Angkut Pemasaran
Mobil Engkel (1 buah)
Mobil pick up (1 buah)
17.
Alat Pemotong Nata
Mesin pemotong (1 buah)
Tidak ada
18.
Sistem Pencatatan
Manual
Manual
Lampiran 4. Masukan Data Pengelompokan Perusahaan Nata de Coco
Lampiran 5. Perhitungan Rata-rata Sampel untuk Setiap Kriteria pada Setiap Kelompok Perusahaan Nata de Coco No
Kriteria/ Variabel Cluster
Rata-rata Populasi (µ)
Standar Deviasi (z)
Nilai Standarisasi dari SPSS (s)
Rata-rata Sampel (Z)
1
2
3
1
2
3
1
Volume penjualan
359810000.0000
235431492.9777
0.0611
-1.3725
1.2502
374204281.4807
36680275.8881
654151161.1506
2
Jumlah investasi
44357500.0000
25095193.4783
0.3743
-1.5253
0.7767
53749878.0631
6080052.3395
63849940.5824
3
Total produksi
154779.1500
93411.8201
0.0886
-1.1994
1.0222
163055.4373
42745.6836
250260.0419
4
Segmen pasar
1.1250
0.8345
-0.1498
-0.7489
1.0485
1.0000
0.5000
2.0000
5
Usia perusahaan
13.5000
8.0888
0.2164
-0.5563
0.1236
15.2500
9.0000
14.5000
6
Jumlah TK
15.6250
8.0877
0.1391
-1.3137
1.0355
16.7500
5.0000
24.0000
7
Tempat penjualan produk
2.2500
1.1650
0.4292
-1.5022
0.6438
2.7500
0.5000
3.0000
8
Daerah pemasaran
2.0000
0.9258
0.0000
-1.0801
1.0801
2.0000
1.0000
3.0000
9
Jumlah distributor
1.3750
3.5026
-0.3212
-0.3926
1.0350
0.2500
0.0000
5.0000
10
Jenjang pendidikan TK
3.1250
0.6409
-0.1951
-0.9752
1.3653
3.0000
2.5000
4.0000
11
Alat pengepakan
2.3750
1.3025
0.2879
-1.4396
0.8637
2.7500
0.5000
3.5000
12
Alat angkut pemasaran
2.8750
1.2464
-0.5014
-0.3009
1.3037
2.2500
2.5000
4.5000
Lampiran 6. Gabungan Pendapat Pakar untuk Atribut Kualitas Produk
Atribut Kualitas Produk Warna Rasa Aroma Nilai Gizi Tekstur/Kekenyalan Bentuk nata Ukuran nata Kebersihan Kemasan
Warna
Rasa
Aroma
Nilai Gizi
Tekstur/Kekenyalan
Bentuk
Ukuran
Kebersihan
Kemasan
3.02439
2.49466
1.70674
1.33352
3.79337
3.54956
5.62931
1.21662
2.95615
3.68525
2.20002
5.74425
5.92757
1.43519
2.88955
3.22701
1.78916
4.90673
5.16985
3.90435
1.95109
1.34507
2.57684
2.83731
4.26634
1.20685
3.87684
3.75695
3.84749
1.43882
1.18921
7.85321
2.43882
7.62534
2.41141 3.42419
Lampiran 7. Perhitungan Interval Kelas untuk Analisa QFD Nilai indeks maksimum adalah : Nilai indeks maksimum
= Total nilai maksimum Jumlah Interval Kelas = Skala penilaian tertinggi X jumlah responden konsumen Jumlah Interval Kelas = 5 x 50 = 50 5
Nilai indeks minimum adalah : Nilai indeks maksimum
= Total nilai minimum Jumlah Interval Kelas = Skala penilaian terendah X jumlah responden konsumen Jumlah Interval Kelas = 1 x 50 = 10 5
Range dari nilai indeks diatas adalah : Range = Nilai indeks maksimum – Nilai indeks minimum = 50 – 10 = 40
Panjang interval kelas adalah : Panjang interval kelas =
Range Jumlah interval kelas = 40 / 5 = 8
Berdasarkan data tersebut, maka interval kelas pada penelitian ini adalah : 10 – 18 = sangat tidak memuaskan >18 – 26 = tidak memuaskan >26 – 34 = cukup memuaskan >34 – 42 = memuaskan >42 – 50 = sangat memuaskan
Lampiran 8. Hasil Kuisioner Tingkat Kepuasan Konsumen Nata de Coco terhadap Produk Perusahaan EB
No
Atribut-atribut Kualitas Produk
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebersihan Rasa Aroma Warna Tekstur/Kekenyalan Kemasan Nilai Gizi Bentuk Nata Ukuran nata
Sangat tidak puas
Tidak puas
Cukup puas
Puas
Sangat puas
Jumlah
Total nilai
Nilai indeks
Tingkat kepuasan
1 1 2
7 9 8
10 27 11
29 10 28
3 3 1
50 50 50
176 155 168
35.20 31.00 33.60
4 3 4
0
5
30
14
1
50
161
32.20
3
0 5
6 18
18 19
24 7
2 1
50 50
172 131
34.40 26.20
4 3
0
8
27
15
0
50
157
31.40
3
1
3
19
27
0
50
172
34.40
4
1
2
19
26
2
50
176
35.20
4
Lampiran 9. Hasil Kuisioner Tingkat Kepuasan Konsumen Nata de Coco terhadap Produk Perusahaan ST Atribut-atribut No
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kualitas Produk
Kebersihan Rasa Aroma Warna Tekstur/Kekenyalan Kemasan Nilai Gizi Bentuk Nata Ukuran nata
Sangat tidak puas
Tidak puas
Cukup puas
Puas
Sangat puas
Jumlah
Total nilai
Nilai indeks
Tingkat kepuasan
7 5 6 2 2 9 0 10 1
18 10 13 23 7 12 3 25 5
25 27 21 20 28 25 32 11 27
0 8 10 5 13 4 15 4 17
0 0 0 0 0 0 0 0 0
50 50 50 50 50 50 50 50 50
118 138 135 128 152 124 162 109 160
23.60 27.60 27.00 25.60 30.40 24.80 32.40 21.80 32.00
2 3 3 2 3 3 3 2 3
Lampiran 10. Hasil Kuisioner Tingkat Kepuasan Konsumen Nata de Coco terhadap Produk Perusahaan IMM
No
Atribut-atribut Kualitas Produk
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebersihan Rasa Aroma Warna Tekstur/Kekenyalan Kemasan Nilai Gizi Bentuk Nata Ukuran nata
Sangat tidak puas
Tidak puas
Cukup puas
Puas
Sangat puas
Jumlah
Total nilai
Nilai indeks
Tingkat kepuasan
0 2 1
0 4 6
13 11 17
31 27 22
6 6 4
50 50 50
193 181 172
38.60 36.20 34.40
4 4 4
1
0
20
23
6
50
183
36.60
4
0 0
4 1
15 18
26 19
5 12
50 50
182 192
36.40 38.40
4 4
0
1
29
20
0
50
169
33.80
3
0
4
17
28
1
50
176
35.20
4
0
6
17
26
1
50
172
34.40
4
Lampiran 11. Hasil Kuisioner Tingkat Kepuasan Konsumen Nata de Coco terhadap Produk Perusahaan PT
No
Atribut-atribut Kualitas Produk
Sangat tidak puas
Tidak puas
Cukup puas
Puas
Sangat puas
Jumlah
Total nilai
Nilai indeks
Tingkat kepuasan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebersihan Rasa Aroma Warna Tekstur/Kekenyalan Kemasan Nilai Gizi Bentuk Nata Ukuran nata
0 3
0 3
14 11
31 27
5 6
50 50
191 180
38.20 36.00
4 4
2 0
2 0
16 19
22 26
8 5
50 50
182 186
36.40 37.20
4 4
0
3
17
22
8
50
185
37.00
4
0 0
0 0
17 24
25 24
8 2
50 50
191 178
38.20 35.60
4 4
0
4
19
20
7
50
180
36.00
4
0
3
15
29
3
50
182
36.40
4
Lampiran 12. Daftar Rasio Perbaikan, Bobot dan Persentase Bobot untuk Perusahaan ST No
Atribut-atribut Kualitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebersihan Rasa Aroma Warna Tekstur/Kekenyalan Kemasan Nilai Gizi Bentuk Nata Ukuran nata
Target Nilai 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Skor Evaluasi 2 3 3 2 3 3 3 2 3
Tingkat Kepentingan 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Rasio Perbaikan 2.0000 1.3333 1.3333 2.0000 1.3333 1.3333 1.3333 2.0000 1.3333
Bobot
%Bobot
18.0000 10.6667 9.3333 12.0000 6.6667 5.3333 4.0000 4.0000 1.3333
25.2336 14.9533 13.0841 16.8224 9.3458 7.4766 5.6075 5.6075 1.8692
14.0000
71.3333
100.0000
Lampiran 13. Daftar Rasio Perbaikan, Bobot dan Persentase Bobot untuk Perusahaan IMM No
Atribut-atribut Kualitas
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kebersihan Rasa Aroma Warna Tekstur/Kekenyalan Kemasan Nilai Gizi Bentuk Nata Ukuran nata
Target Nilai 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Skor Evaluasi 4 4 4 4 4 4 3 4 4
Tingkat Kepentingan 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Rasio Perbaikan 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.3333 1.0000 1.0000
Bobot
%Bobot
9.0000 8.0000 7.0000 6.0000 5.0000 4.0000 4.0000 2.0000 1.0000
19.5652 17.3913 15.2174 13.0435 10.8696 8.6957 8.6957 4.3478 2.1739
9.3333
46
100.0000
Lampiran 14. Daftar Rasio Perbaikan, Bobot dan Persentase Bobot untuk Perusahaan PT
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Atribut-atribut Kualitas Kebersihan Rasa Aroma Warna Tekstur/Kekenyalan Kemasan Nilai Gizi Bentuk Nata Ukuran nata
Target Nilai 5 4 4 4 4 4 4 4 4
Skor Evaluasi 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Tingkat Kepentingan 9 8 7 6 5 4 3 2 1
Rasio Perbaikan 1.2500 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000 1.0000
Bobot 11.2500 8.0000 7.0000 6.0000 5.0000 4.0000 3.0000 2.0000 1.0000
%Bobot 23.8095 16.9312 14.8148 12.6984 10.5820 8.4656 6.3492 4.2328 2.1164
9.2500
47.2500
100.0000
Lampiran 15. Perhitungan Tingkat Kepentingan dan Nilai Relatif Aktivitas Proses No
Atribut
Tingkat
Aktivitas Proses
Kualitas Produk
Kepentingan
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
1
Kebersihan
9
1
10
5
5
10
10
10
10
1
5
5
2
Rasa
8
0
1
0
5
10
0
0
0
0
1
0
3
Aroma
7
0
5
0
5
10
0
0
1
1
1
0
4
Warna
6
0
5
0
10
10
1
1
1
0
1
0
6
Tekstur/Kekenyalan
5
0
5
0
10
0
1
1
0
0
0
0
5
Kemasan
4
0
0
0
0
0
5
5
10
10
5
10
7
Nilai Gizi
3
0
5
0
5
5
0
0
0
0
0
0
8
Bentuk nata
2
0
0
10
5
0
0
0
0
0
0
0
9
Ukuran nata
1
0
0
10
0
0
0
0
0
0
0
0
9 0.006
203 0.138
75 0.051
255 0.174
315 0.214
121 0.082
121 0.082
143 0.097
56 0.038
86 0.059
85 0.058
Nilai Tingkat Kepentingan Nilai Relatif
A B C D E F
Keterangan Pengadaan bahan baku Penanganan bahan baku Pemotongan lembaran nata Perebusan potongan nata Pembuatan sirop nata Pengisian nata ke dalam gelas plastik
G H I J K
Pengisian sirop ke dalam gelas plastik Penutupan gelas plastik dengan merek Pengemasan ke dalam dus Penyimpanan produk Distribusi pemasaran
Total
1469 1.000
Lampiran 16 . Contoh Perhitungan Manual Fuzzy Pairwise Comparison Batas Bawah
Batas Tengah
Ancaman
Batas Atas
BB P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
A
1.0000
5.0000
1.0000
0.2000
1.0000
3.0000
1.0000
A
0.1429
1.0000
0.1111
0.1429
0.1429
0.2000
A
0.1429
5.0000
0.1429
0.1111
0.1111
A
0.2000
3.0000
0.2000
0.2000
0.2000
B
0.1429
0.1111
0.1111
0.1111
B
0.1111
0.2000
0.1111
B
0.1429
0.1429
C
0.2000
C D
BT P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
1.1699
3.0000
7.0000
3.0000
0.3333
3.0000
5.0000
3.0000
0.2000
0.2003
0.2000
3.0000
0.1111
0.2000
0.2000
0.3333
1.0000
0.1429
0.2918
0.2000
7.0000
0.2000
0.1429
0.1429
1.0000
0.1111
0.3407
0.3333
5.0000
0.3333
0.3333
0.3333
0.1111
0.1111
0.1429
0.1194
0.2000
0.1429
0.1429
0.1429
0.1111
0.1111
0.2000
0.1111
0.1314
0.1429
0.3333
0.1429
0.1429
0.1429
0.1429
0.1429
0.1111
0.1378
0.2000
0.2000
3.0000
3.0000
0.2000
1.0000
3.0000
0.2000
0.8034
0.3333
1.0000
3.0000
3.0000
1.0000
1.0000
1.0000
0.2000
1.0876
3.0000
0.2000
1.0000
1.0000
3.0000
0.1429
0.1429
0.6238
Keterangan : A.
Kondisi perekonomian Indonesia
B.
Kebijakan tentang perdagangan
C.
Loyalitas konsumen terhadap merek tertentu
D.
Keberadaan perusahaan sejenis
E.
Adanya produk substitusi
BA
Kcrisp
Ancaman
5.0000
4.5338
2.4167
B
1.0000
1.0000
0.5952
0.3343
C
0.2000
5.0000
0.3333
0.6792
0.4449
D
1.0000
5.0000
0.2000
1.3205
0.6446
E
0.2000
0.2000
0.2000
0.3333
0.2314
0.1632
C
0.2000
0.1429
0.1429
1.0000
0.2000
0.2877
0.1857
D
0.3333
0.3333
0.3333
0.3333
0.3333
0.2000
0.3099
0.2012
E
1.0000
7.0000
7.0000
1.0000
5.0000
7.0000
1.0000
2.8976
1.5022
D
2.5362
5.0000
7.0000
7.0000
5.0000
5.0000
5.0000
1.0000
4.3739
2.2935
E
1.1699
7.0000
1.0000
5.0000
5.0000
7.0000
0.3333
0.3333
2.0176
1.1376
E
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
2.6611
5.0000
9.0000
5.0000
1.0000
5.0000
7.0000
0.3333
0.3133
0.3333
5.0000
0.1429
0.3333
0.3333
3.0000
0.2000
0.4445
0.3333
9.0000
0.3333
0.2000
3.0000
0.1429
0.5952
1.0000
7.0000
1.0000
1.0000
0.1429
0.1429
0.2000
0.1573
0.3333
0.2000
0.2000
0.1111
0.1111
0.3333
0.1429
0.1694
0.2000
1.0000
0.2000
0.2000
0.2000
0.2000
0.1429
0.1906
0.3333
5.0000
5.0000
0.3333
3.0000
5.0000
0.3333
1.4563
3.0000
5.0000
5.0000
3.0000
3.0000
3.0000
0.3333
5.0000
0.3333
3.0000
3.0000
5.0000
0.2000
0.2000
Lampiran 16 (Lanjutan) Iterasi 1 1.0000
2.4167
0.3343
0.4449
0.6446
1.0000
2.4167
0.3343
0.4449
0.6446
0.4138
1.0000
0.1632
0.1857
0.2012
0.4138
1.0000
0.1632
0.1857
0.2012
2.9914
6.1282
1.0000
1.5022
2.2935
2.9914
6.1282
1.0000
1.5022
2.2935
2.2475
5.3846
0.6657
1.0000
1.1376
2.2475
5.3846
0.6657
1.0000
1.1376
1.5514
4.9711
0.4360
0.8790
1.0000
1.5514
4.9711
0.4360
0.8790
1.0000
X
Hasil Iterasi 1
Jumlah Baris
=
Hasil Normalisasi
5.0000
12.4821
1.6402
2.4075
3.0482
24.5780
0.1208
2.0452
5.0000
0.6760
0.9775
1.2546
9.9533
0.0489
15.4530
38.9759
5.0000
7.4895
9.4570
76.3754
0.3754
10.4794
25.9356
3.4574
5.0000
6.3339
51.2063
0.2517
8.4397
21.0966
2.7870
4.0265
5.0000
41.3498
0.2032
203.4628
Iterasi 2 5.0000
12.4821
1.6402
2.4075
3.0482
5.0000
12.4821
1.6402
2.4075
3.0482
2.0452
5.0000
0.6760
0.9775
1.2546
2.0452
5.0000
0.6760
0.9775
1.2546
15.4530
38.9759
5.0000
7.4895
9.4570
15.4530
38.9759
5.0000
7.4895
9.4570
10.4794
25.9356
3.4574
5.0000
6.3339
10.4794
25.9356
3.4574
5.0000
6.3339
8.4397
21.0966
2.7870
4.0265
5.0000
8.4397
21.0966
2.7870
4.0265
5.0000
X
=
Lampiran 16 (Lanjutan) Hasil Iterasi 2 126.8281
315.493
41.6587
60.8333
76.9013
Jumlah Baris 621.7144
Hasil Normalisasi 0.120947
Perbedaan Nilai Eigen -0.0001
51.7302
128.6959
16.9908
24.8133
31.3644
253.5946
0.049334
-0.0004
392.5422
976.3993
128.9448
188.2747
238.0095
1924.171
0.374325
0.0011
264.7203
658.5395
86.9475
126.9782
160.5169
1297.702
0.252453
-0.0008
212.8055
529.3648
69.8953
102.0779
129.0528
1043.196
0.202942
0.0003
5140.378 Iterasi 3 126.8281
315.493
41.6587
60.8333
76.9013
126.8281
315.493
41.6587
60.8333
76.9013
51.7302
128.6959
16.9908
24.8133
31.3644
51.7302
128.6959
16.9908
24.8133
31.3644
392.5422
976.3993
128.9448
188.2747
238.0095
392.5422
976.3993
128.9448
188.2747
238.0095
264.7203
658.5395
86.9475
126.9782
160.5169
264.7203
658.5395
86.9475
126.9782
160.5169
212.8055
529.3648
69.8953
102.0779
129.0528
212.8055
529.3648
69.8953
102.0779
129.0528
X
=
Hasil Iterasi 3 1.0e+005 *
Jumlah Baris 3.9818
Hasil Normalisasi 0.1209
Perbedaan Nilai Eigen 0.00000
0.8123
2.0206
0.2668
0.3896
0.4925
0.3313
0.8242
0.1088
0.1589
0.2009
1.6241
0.0493
0.00000
2.5140
6.2538
0.8258
1.2059
1.5244
12.3239
0.3743
0.00001
1.6954
4.2176
0.5569
0.8132
1.0280
8.3111
0.2524
0.00001
1.3630
3.3905
0.4477
0.6538
0.8264
6.6814
0.2029
0.00000
32.9223
Lampiran 16 (Lanjutan)
Perhitungan Rasio Konsistensi WSV
CV
1.0000
2.4167
0.3343
0.4449
0.6446
0.1209
0.6083
5.0295432
p=
5.029235
0.4138
1.0000
0.1632
0.1857
0.2012
0.0493
0.2481
5.0292609
n=
2.9914
6.1282
1.0000
1.5022
2.2935
1.8826
5.0292133
CI =
2.2475
5.3846
0.6657
1.0000
1.1376
0.2524
1.2696
5.0291961
CI =
5 (p-n) / (n1) 0.007309
1.5514
4.9711
0.4360
0.8790
1.0000
0.2029
1.0206
5.0289609
RI =
1.12
25.146174
CR =
CI/RI
CR =
0.006526
Bobot masing-masing ancaman A. Kondisi perekonomian Indonesia
0.1209
B.
Kebijakan tentang perdagangan
0.0493
C.
Loyalitas konsumen terhadap merek tertentu
0.3743
D.
Keberadaan perusahaan sejenis
0.2524
E.
Adanya produk substitusi
0.2029
X
0.3743
=
Lampiran 17. Tampilan Software Fuzzy PC RHB a. Tampilan Muka Software Fuzzy PC RHB
b. Tampilan Awal
c. Masukan nilai TFN, jumlah pakar dan jumlah elemen
d. Masukan nama elemen
e. Masukan penilaian pakar
Lampiran 18. Hasil Penilaian Kekuatan oleh Masing-masing Pakar dengan Variabel Linguistik Kekuatan A A A A A A A A B B B B B B B C C C C C C D D D D D E E E E F F F G G H
P1 A-1 VS-1 S W W -1 S-1 W S-1 W A A VS S A S A VS S W VS W W -1 VS-1 A-1 W -1 A-1 S-1 VS-1 W -1 VS-1 W -1 S W -1 S W VS-1
P2 VS-1 VS A VS-1 W -1 W -1 S W A A W W S VS VS W A-1 A-1 VS-1 W -1 S-1 A-1 VS-1 VS-1 W -1 S-1 W S A VS W A S VS S W -1
P3 W -1 S VS S-1 S VS-1 W W VS A W -1 VS S-1 S S W VS-1 W A-1 W -1 W -1 A-1 W -1 A-1 S-1 S-1 VS W -1 S S A-1 W -1 W -1 A A W
Pakar P4 VS-1 W -1 S S-1 A-1 W W S-1 S A W W -1 A VS W VS W -1 VS-1 S W W -1 VS-1 A-1 W -1 S-1 VS-1 S-1 VS S W A VS S W -1 VS-1 S-1
Keterangan : A. Alat angkut pemasaran milik sendiri B. Lokasi usaha yang strategis C. Pengiriman produk tepat waktu D. Kegiatan promosi produk melalui pameran E. Modal yang digunakan milik sendiri F. Sistem operasi dan produksi yang baku G. Terjaminnya ketersediaan bahan baku H. Penanganan bahan baku yang baik I. Tenaga kerja produksi yang berpengalaman
P5 S-1 W -1 W -1 W VS-1 A-1 VS-1 S W W VS-1 W -1 S-1 W -1 A W S S-1 VS-1 S-1 S S S-1 VS-1 S-1 S A-1 A-1 A-1 W W -1 W A W A A
P6 W -1 W S W VS-1 S-1 S-1 VS-1 S VS S S-1 W -1 W -1 S-1 W W A-1 VS-1 VS-1 A-1 W -1 A-1 A-1 A-1 A-1 A-1 VS-1 VS-1 A-1 W W W W W W
P7 S-1 W -1 VS W -1 S-1 W S S W A W W VS A A A W W S VS VS A-1 A-1 S-1 W -1 W -1 W -1 S VS VS VS A A W W W
Kekuatan B C D E F G H I C D E F G H I D E F G H I E F G H I F G H I G H I H I I
Lampiran 19. Hasil Penilaian Kelemahan oleh Masing-masing Pakar dengan Variabel Linguistik Kelemahan
A A A A A B B B B C C C D D E
P1
P2
P3
Pakar P4
S-1 W -1 S W VS W A VS A VS S A W -1 W S
S-1 A-1 W -1 VS-1 W -1 S-1 W W -1 VS VS W A S-1 S VS
S-1 W W W -1 W S S W VS W W -1 W S-1 W -1 S
W A A S VS VS VS W S S-1 W -1 W -1 S-1 W -1 W
Keterangan : A. Harga jual produk yang belum sesuai B. Merek produk yang belum dikenal C. Keterbatasan dalam pendanaan D. Teknologi produksi masih sederhana E. Kualitas produk masih dibawah pesaing F. Tenaga penjual yang terbatas
P5
P6
P7
W -1 S S W VS VS S S VS W W -1 W W -1 W S
S-1 W W S-1 W -1 S VS E W W S-1 W -1 VS-1 S-1 W -1
W -1 W W S-1 S W S W -1 VS W S-1 S VS-1 W VS
Kelemahan
B C D E F C D E F D E F E F F
Lampiran 20. Keluaran Hasil Perhitungan Bobot Kekuatan
Lampiran 21. Keluaran Hasil Perhitungan Bobot Kelemahan
Lampiran 22. Hasil Penilaian Peluang oleh Masing-masing Pakar dengan Variabel Linguistik Peluang A A A A A A B B B B B C C C C D D D E E F
P1 S-1 W W -1 S VS VS-1 VS W A A W -1 S-1 W S A-1 VS A S-1 W A-1 A-1
P2 W -1 VS-1 W S VS S-1 S-1 S VS A W -1 VS A A W S W VS-1 W A-1 A
P3 W W VS A A S W -1 S VS A W VS A A S W S W W W -1 W -1
Pakar P4 W W VS S A W -1 W VS S A W -1 S W VS S-1 W W A-1 S VS-1 A-1
P5 W S VS VS A W VS A A A S W W S W -1 W W S-1 W -1 S-1 A-1
P6 W W -1 S VS A S VS-1 W S VS W VS S A VS W S W W W -1 S-1
Keterangan : A. Ketersediaan kredit bagi IKM B. Kesadaran akan pentingnya makanan berserat C. Kebijakan tentang pengembangan IKM D. Perkembangan teknologi E. Jumlah penduduk Indonesia yang besar F. Peningkatan tingkat pendidikan G. Tersedianya pemasok bahan baku diberbagai lokasi
P7 W -1 S-1 W W W VS-1 W -1 S W S S-1 VS S VS-1 W -1 W W A-1 W VS-1 S-1
Peluang B C D E F G C D E F G D E F G E F G F G G
Lampiran 23. Hasil Penilaian Ancaman oleh Masing-masing Pakar dengan Variabel Linguistik Ancaman A A A A B B B C C D
P1 W S-1 S-1 W -1 S-1 VS-1 S-1 W -1 W S
P2 VS W VS S VS-1 W -1 S-1 S S W -1
P3 W A-1 S-1 W -1 VS-1 VS-1 S-1 S S W
Pakar P4 W -1 S-1 VS-1 W -1 VS-1 A-1 S-1 W -1 W W
P5 W S-1 VS-1 W -1 VS-1 A-1 S-1 W W S
Keterangan : A. Kondisi perekonomian Indonesia B. Kebijakan tentang perdagangan C. Loyalitas konsumen terhadap merek tertentu D. Keberadaan perusahaan sejenis E. Adanya produk substitusi
P6 S W -1 W W VS-1 W -1 S-1 S W S-1
P7 W W -1 S-1 VS-1 S-1 VS-1 VS-1 W -1 W -1 S-1
Ancaman B C D E C D E D E E
Lampiran 24. Keluaran Hasil Perhitungan Bobot Peluang
Lampiran 25. Keluaran Hasil Perhitungan Bobot Ancaman
Lampiran 26. Hasil Penilaian Faktor oleh Masing-masing Pakar dengan Variabel Linguistik Faktor A A A A A A B B B B B C C C C D D D E E F
P1 S W W VS A W W -1 S-1 W S W W -1 S VS W VS VS W W S-1 VS-1
P2 W W S W S VS W S W S VS W W -1 W S S-1 S-1 W S S W
Keterangan : A. Pemasaran B. Keuangan C. Produksi dan Operasi D. SDM E. Kondisi Ekonomi F. Kebijakan Pemerintah G. Teknologi
P3 VS A VS W W A W W S-1 S-1 S W -1 VS-1 VS-1 W S-1 S-1 S W A A
Pakar P4 VS E VS W A S VS-1 E S-1 W W VS W A S S-1 W W VS W VS-1
P5 W W W -1 W S S-1 W -1 S-1 W -1 W VS-1 W -1 W S S-1 S VS W W VS-1 A-1
P6 VS A A VS A W W S W S S-1 W W W VS-1 S-1 E A-1 S S-1 A-1
P7 S VS S W A A W E W -1 S S S W -1 W W W -1 S S VS VS E
Faktor B C D E F G C D E F G D E F G E F G F G G
Lampiran 27. Keluaran Hasil Perhitungan Bobot Faktor
Lampiran 28. Hasil Penilaian Aktor/Kelembagaan oleh Masing-masing Pakar dengan Variabel Linguistik 1. Pemasaran Aktor A A A A A A B B B B B C C C C D D D E E F
P1
P2
P3
Pakar P4
S W VS VS W W -1 VS W W -1 S -1 W A A W S W -1 VS -1 S -1 VS -1 S W
S W VS VS S A -1 W W VS S S S A VS VS S W W -1 W -1 W W
E -1 W A A W -1 W -1 W A A W -1 W A A S S E -1 VS -1 A -1 VS -1 A -1 S
W -1 W W S W -1 S -1 S S W W -1 VS S VS W -1 W W -1 W -1 VS -1 S -1 A -1 S
P1
P2
P3
W W -1 S -1 W S W -1 W -1 VS -1 S W S -1 S -1 W S W W VS S A S -1 W
W -1 W -1 VS -1 S W S -1 S -1 A -1 VS W W -1 S -1 W S VS W A A VS A W
S S -1 S -1 W VS VS E -1 A -1 VS W W -1 VS -1 S S VS W A A A A W
P5
P6
P7
S -1 VS -1 W W E -1 A -1 W W VS S -1 S S S VS -1 W S W -1 VS -1 S -1 A -1 A
W E S VS -1 W -1 S -1 W W S -1 S -1 VS S VS W -1 S W -1 VS -1 A -1 A -1 VS -1 W
A E A VS S W -1 A W -1 W -1 S -1 VS A VS S W -1 S -1 VS -1 A -1 W -1 S W
Pakar P4
P5
P6
P7
W W -1 S E S VS -1 S -1 VS -1 S W S -1 W W VS A S A A S VS W
S -1 S -1 VS W W S -1 W -1 S E S VS -1 W S VS A VS A A W S W
W VS W A S E S E VS W -1 W -1 S W S -1 VS VS W -1 W -1 S -1 A -1 S
VS S -1 S -1 W E W -1 W -1 A -1 A -1 VS -1 S -1 A -1 VS -1 S -1 W W S VS W S -1 W
-1
Aktor B C D E F G C D E F G D E F G E F G F G G
2. Keuangan Aktor A A A A A A B B B B B C C C C D D D E E F
-1
Aktor B C D E F G C D E F G D E F G E F G F G G
3. Produksi dan Operasi Aktor A A A A A A B B B B B C C C C D D D E E F
P1 W S A W A VS W VS W VS S S W S W W -1 W W -1 VS VS W -1
P2 W -1 W S A VS VS S VS A A A W VS S S S W W W -1 W W
P3 W S A VS VS A W VS S S A S W W VS S-1 S-1 W W S S
Pakar P4 W -1 W W -1 E W S VS W S VS W S-1 W -1 E S-1 W S E W W -1 S-1
P1 VS S W S A A W -1 S-1 W W S W -1 W S VS W VS A S VS W
P2 A A VS S W A W -1 S-1 VS-1 A-1 W W -1 S-1 VS-1 W S-1 S-1 S W -1 VS A
P3 VS VS A W A A E W VS-1 W W S A-1 S VS A-1 W -1 E A A E
Pakar P4 W VS W W VS A W S W -1 W S S-1 S-1 E W E S VS S VS W
P5 S W A A E A W -1 S VS S-1 S VS A E VS W A-1 E W -1 W -1 A
P6 W W S VS S W -1 E W S W S-1 W S W S-1 W E VS-1 W -1 W -1 VS-1
P7 W VS A A S VS S A VS W S S W W -1 E W S-1 S-1 VS-1 E W
P5 W VS S A VS A S W VS S A W W E S S W VS W -1 W S
P6 W S VS A E S W S VS W W W S S-1 E W VS-1 W -1 W -1 S-1 S
P7 VS W A VS S A S-1 S E W -1 W A S W VS S-1 VS-1 W -1 W W S
Aktor B C D E F G C D E F G D E F G E F G F G G
4. SDM Aktor A A A A A A B B B B B C C C C D D D E E F
Aktor B C D E F G C D E F G D E F G E F G F G G
5. Kondisi Ekonomi Aktor A A A A A A B B B B B C C C C D D D E E F
P1 VS S W S-1 S W -1 W -1 S-1 A-1 VS-1 A-1 W -1 A-1 S-1 VS-1 VS-1 W -1 S-1 S W W -1
P2 W VS S-1 W -1 S VS W VS-1 S-1 W S A-1 A-1 W E W A A VS A W
P3 W W -1 VS-1 A-1 E W -1 S-1 A-1 A-1 W -1 S-1 S-1 VS-1 S E W -1 W S A VS W -1
Pakar P4 S W S VS E W -1 W -1 E W S-1 VS-1 W S W -1 S-1 S-1 S-1 VS-1 VS-1 A-1 W -1
P5 W -1 W S-1 W S VS S W -1 S VS A VS-1 E W S VS A A W S W
P6 W S W -1 VS W -1 S-1 W S-1 S S-1 VS-1 VS-1 W VS-1 A-1 A E W -1 A-1 A-1 W
P7 VS S S-1 W -1 E W W A-1 A-1 VS-1 S-1 S-1 VS-1 S-1 W -1 W S VS W S W
P3 W W S-1 A-1 E W E VS-1 A-1 W -1 E S-1 VS-1 W E S-1 S VS A A W
Pakar P4 W E S-1 S-1 W W -1 W -1 VS-1 VS-1 E S-1 S-1 S-1 W W -1 E VS S-1 VS W S-1
P5 A VS W W -1 S W W -1 VS-1 A-1 S-1 VS-1 S-1 A-1 W -1 S-1 S-1 W E VS S W
P6 W S S-1 VS-1 W -1 VS-1 W VS-1 A-1 S-1 A-1 A-1 A-1 VS-1 A-1 W -1 W W S E S-1
P7 VS S W -1 S-1 W S-1 W -1 A-1 A-1 S-1 A-1 VS-1 A-1 W -1 A-1 S-1 S W -1 VS E VS-1
Aktor B C D E F G C D E F G D E F G E F G F G G
6. Kebijakan Pemerintah Aktor A A A A A A B B B B B C C C C D D D E E F
P1 S W S-1 VS-1 W W -1 W -1 A-1 A-1 S-1 VS-1 VS-1 A-1 W -1 S-1 W -1 S W VS S W -1
P2 S W S-1 VS-1 E W -1 W -1 A-1 A-1 S-1 VS-1 VS-1 A-1 W -1 S-1 W -1 S W VS S W
Aktor B C D E F G C D E F G D E F G E F G F G G
7. Teknologi Aktor A A A A A A B B B B B C C C C D D D E E F
P1 S VS A W S A W S W W VS W S-1 W -1 S VS-1 S-1 W W A VS
P2 S VS A VS W S E W -1 S-1 A-1 VS-1 W -1 S-1 A-1 VS-1 W -1 VS-1 S-1 S-1 W -1 W
P3 E A A VS A A A A VS A A W -1 W -1 E W S-1 W -1 E W S W
Keterangan : A. Industri nata de coco B. Pemasok bahan baku C. Distributor produk D. Perbankan/Lembaga Keuangan E. Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait F. Industri produk substitusi G. Pengguna produk nata de coco
Pakar P4 S E VS W W S W A S S VS VS W W S S-1 S-1 W -1 E W W
P5 A A VS W E S W -1 S-1 A-1 A-1 VS-1 W -1 VS-1 A-1 S-1 S-1 VS-1 W -1 W W S
P6 W S A VS E VS W VS S W -1 S S W S-1 W W -1 A-1 W -1 VS-1 S-1 VS
P7 S VS A S W A W S E W -1 VS W W -1 S-1 S S-1 W -1 W W VS A
Aktor B C D E F G C D E F G D E F G E F G F G G
Lampiran 29. Keluaran Hasil Perhitungan Bobot Aktor/Kelembagaan pada Setiap Level Faktor 1. Pemasaran
2. Keuangan
3. Produksi dan operasi
4. SDM
5. Kondisi ekonomi
6. Kebijakan pemerintah
7. Teknologi
Lampiran 30. Perhitungan Bobot Akhir Aktor/Kelembagaan
Bobot aktor pada setiap faktor 0.1934 0.0990 0.3038 0.0451 0.0314 0.1091 0.2182
0.1520 0.0714 0.1132 0.4121 0.1554 0.0464 0.0493
0.3405 0.2601 0.1298 0.0608 0.0598 0.0773 0.0716
0.4536 0.1157 0.1066 0.0788 0.1138 0.0954 0.0361
0.1696 0.0696 0.0691 0.2552 0.1801 0.1222 0.1342
Bobot faktor 0.0922 0.0282 0.0397 0.2180 0.4098 0.0690 0.1431
0.4045 0.1295 0.0671 0.0415 0.1288 0.1747 0.0539
x
0.3832 0.1124 0.1246 0.1013 0.1400 0.0491 0.0892
Bobot aktor
=
0.2439 0.1128 0.1737 0.1293 0.1053 0.1024 0.1324
Lampiran 31. Hasil Penilaian Tujuan oleh Masing-masing Pakar dengan Variabel Linguistik
P3
Pakar P4
P5
P6
P7
A W W -1 -1 A W S-1 B S-1 W -1 2. Pemasok bahan baku
E E E
E W -1 W -1
W -1 VS-1 S-1
W -1 E W
E E E
B C C
A W W -1 A S S-1 B W W -1 3. Distributor produk
E W -1 W -1
E E E
S W W -1
W -1 E W
S VS W
B C C
A S W E E A W S W W -1 B W -1 W W W -1 4. Perbankan/Lembaga Keuangan
W S W
W -1 W S
W VS S
B C C
A W S W -1 E -1 -1 A W W S-1 E -1 -1 -1 B S VS W E 5. Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait
W -1 S-1 W -1
W W -1 S-1
W W -1 S-1
B C C
A S-1 A-1 E -1 -1 A W W E B W VS E 6. Industri produk substitusi
A-1 S-1 W
W -1 E W
S-1 S-1 E
B C C
W S W
W W -1 S-1
S-1 W -1 W
B C C
W -1 S-1 W -1
W -1 W S
W -1 W S
B C C
Tujuan
P1
P2
Tujuan
1. Industri nata de coco
E E E
A W S-1 W -1 S-1 -1 A W W E W -1 -1 B S A W W 7. Pengguna produk nata de coco A A B
W -1 W S
S-1 W A
S-1 W -1 W
W -1 W -1 E
Keterangan : A. Peningkatan penjualan B. Penciptaan dan pengembangan pasar C. Peningkatan produktivitas dan profitabilitas
Lampiran 32. Keluaran Hasil Perhitungan Bobot Tujuan pada Setiap Level Aktor 1. Industri nata de coco
2. Pemasok bahan baku
3. Distributor produk
4. Perbankan/Lembaga Keuangan
5. Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait
6. Industri produk substitusi
7. Pengguna produk nata de coco
Lampiran 33. Perhitungan Bobot Akhir Tujuan
Bobot tujuan pada setiap aktor
Bobot aktor
Bobot tujuan
0.2439 0.1128 0.2252
0.4015
0.4993
0.2356
0.1576
0.2704
0.2070
0.2841
0.2972
0.3171
0.1723
0.5437
0.4245
0.5828
0.4907
0.3012
0.1836
0.5921
0.2987
0.3051
0.2103
0.1737 x
0.1293 0.1053 0.1024 0.1324
0.2891 =
0.3581 0.3526
Lampiran 34. Hasil Penilaian Strategi oleh Masing-masing Pakar dengan Variabel Linguistik A. Strategi Pihak Perusahaan 1. Peningkatan penjualan Strategi
Pakar
Strategi
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
A
W
VS
W
E
W
E
W
B
A A
S VS
VS W
S W
VS A
S S
W S
W S
C D
B
S
W
W
VS
W
W
E
C
-1
W
A
W
S
W
D
W
W
D
B C
VS W
S
-1
S
W
-1
W
W
-1
2. Penciptaan dan pengembangan pasar Strategi
Pakar
Strategi
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
A
S
VS
A
S
W
S
W
B
A
A
S
S
VS
W
VS
A
C
A
VS
VS
VS
A
E
W
W
D
-1
-1
W
W
W
VS
C
E
D
S-1
VS-1
D
B
S
W
S
-1
B
W
W
W
C
W -1
W
W
-1
S
W
W
W -1
W
-1
3. Peningkatan produktivitas dan profitabilitas
P1
P2
P3
Pakar P4
A
W -1
W
S-1
S
A A
-1
VS W -1
W VS-1
E VS-1
W S
W E
W S
S E
C D
B
S-1
S-1
S
W -1
E
S-1
VS-1
C
-1
D
Strategi
B C
W VS
-1
-1
A
-1
S
W
P5
P6
P7
A-1
W
W
-1
-1
-1
-1
E
A
W
W
-1
W
A
VS
S
VS
Keterangan : A. Memperluas jaringan distribusi. B. Meningkatkan kualitas produk. C. Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan D. Membangun kemitraan dengan pemasok.
Strategi B
D
B. Strategi Pihak Eksternal Perusahaan a. Peningkatan penjualan Strategi A A
Pakar P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
W
S
W
S
S
E
S
VS
S -1
E
D
W
W -1
W -1
C
-1
-1
S
D D
W
B
W
W
W
W -1
W
C
W
W -1
C
S
S
S
W
-1
W S
S
B
B
A
VS
-1
S
-1
-1
A
-1
VS
Strategi
-1
VS
VS
S
W
A-1
E
W
W
E
4. Penciptaan dan pengembangan pasar Strategi
Pakar
Strategi
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
A A
VS S
VS A
S-1 VS
VS W
S W
S-1 W -1
A VS
B C
A
W -1
VS
S-1
E
S
A-1
S
D
B B
-1
W A-1
W W -1
C
VS-1
W -1
A E
-1
-1
S VS-1
W E
A-1
W -1
W
W S-1
-1
W VS-1
C D
VS-1
W -1
D
5. Peningkatan produktivitas dan profitabilitas Strategi A A
P1
P2
P3
Pakar P4
P5
P6
P7
A-1
S-1
VS-1
W
VS-1
VS-1
S-1
B
-1
C
-1
VS
-1
VS
A
W
W
B
W
W -1
B
A
W
-1
C
S
E
-1
-1
A
-1
-1
S
-1
S
-1
S
W
Strategi
S
D
W
W
C
S
S
VS
D
W
W
A
D
-1
S
W
W
W -1
VS-1
W
W
E
S
W
W
-1
Keterangan : E. Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan F. Transfer teknologi oleh instansi terkait. G. Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco. H. Menyediakan paket kredit lunak untuk pembiayaan industri nata de coco.
Lampiran 35. Keluaran Hasil Perhitungan Bobot Strategi pada Setiap Level Tujuan A. Strategi Pihak Perusahaan 1. Peningkatan penjualan
2. Penciptaan dan pengembangan pasar
3. Peningkatan produktivitas dan profitabilitas
B. Strategi Pihak Eksternal Perusahaan 1. Peningkatan Penjualan
2. Penciptaan dan pengembangan pasar
3. Peningkatan produktivitas dan profitabilitas
Lampiran 36. Perhitungan Bobot Akhir Strategi Strategi Pihak Perusahaan Bobot strategi pada setiap tujuan 0.5140
0.6034
0.1815
0.2700
0.1534
0.1921
0.1088
0.0989
0.4176
0.1072
0.1443
0.2088
x
Bobot tujuan
Bobot strategi
0.2891
0.4287
0.3581
=
0.3526
0.2007 0.2141 0.1563
Strategi Pihak Eksternal Perusahaan Bobot strategi pada setiap tujuan 0.4337
0.3724
0.0917
0.1535
0.1266
0.3749
0.1724
0.1227
0.4102
0.2403
0.3783
0.1232
x
Bobot tujuan
Bobot strategi
0.2891
0.2911
0.3581 0.3526
=
0.2219 0.2384 0.2484
Lampiran 37. Perbandingan Bobot Setiap Elemen pada Setiap Level antara Metode Fuzzy AHP dengan Metode AHP No 1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Uraian Level 2 (Faktor) Pemasaran Keuangan Produksi dan Operasi SDM Kondisi Ekonomi Kebijakan Pemerintah Teknologi Level 3 (Aktor) Pemasaran Industri nata de coco Pemasok bahan baku Distributor produk nata de coco Perbankan/Lembaga Keuangan Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait Industri produk substitusi Pengguna produk nata de coco Keuangan Industri nata de coco Pemasok bahan baku Distributor produk nata de coco Perbankan/Lembaga Keuangan Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait Industri produk substitusi Pengguna produk nata de coco
Metode Fuzzy AHP Bobot Prioritas Konsistensi
Bobot
Metode AHP Prioritas Konsistensi
0.3832 0.1124 0.1246 0.1013 0.1400 0.0491 0.0892
1 4 3 5 2 7 6
0.019
0.4043 0.1112 0.1215 0.0994 0.1364 0.0451 0.0821
1 4 3 5 2 7 6
0.020
0.1934 0.0990 0.3038 0.0451 0.0314 0.1091 0.2182
3 5 1 6 7 4 2
0.016
0.1953 0.0975 0.3131 0.0429 0.0288 0.1049 0.2175
3 5 1 6 7 4 2
0.020
0.1520 0.0714 0.1132 0.4121 0.1554 0.0464 0.0493
3 5 4 1 2 7 6
0.020
0.1527 0.0685 0.1099 0.4270 0.1529 0.0427 0.0463
2 5 4 1 3 7 6
0.030
Lampiran 37 (Lanjutan) 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
Produksi dan Operasi Industri nata de coco Pemasok bahan baku Distributor produk nata de coco Perbankan/Lembaga Keuangan Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait Industri produk substitusi Pengguna produk nata de coco SDM Industri nata de coco Pemasok bahan baku Distributor produk nata de coco Perbankan/Lembaga Keuangan Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait Industri produk substitusi Pengguna produk nata de coco Kondisi Ekonomi Industri nata de coco Pemasok bahan baku Distributor produk nata de coco Perbankan/Lembaga Keuangan Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait Industri produk substitusi Pengguna produk nata de coco
0.3405 0.2601 0.1298 0.0608 0.0598 0.0773 0.0716
1 2 3 6 7 4 5
0.4536 0.1157 0.1066 0.0788 0.1138 0.0954 0.0361
1 2 4 6 3 5 7
0.1696 0.0696 0.0691 0.2552 0.1801 0.1222 0.1342
3 6 7 1 2 5 4
0.015
0.3525 0.2639 0.1278 0.0589 0.0551 0.0734 0.0684
1 2 3 6 7 4 5
0.020
0.012
0.4740 0.1149 0.1044 0.0743 0.1078 0.0915 0.0330
1 2 4 6 3 5 7
0.020
0.013
0.1687 0.0677 0.0672 0.2595 0.1819 0.1204 0.1345
3 6 7 1 2 5 4
0.020
Lampiran 37 (Lanjutan) 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1 2 3 1 2 3
Kebijakan Pemerintah Industri nata de coco Pemasok bahan baku Distributor produk nata de coco Perbankan/Lembaga Keuangan Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait Industri produk substitusi Pengguna produk nata de coco Teknologi Industri nata de coco Pemasok bahan baku Distributor produk nata de coco Perbankan/Lembaga Keuangan Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait Industri produk substitusi Pengguna produk nata de coco Level 4 (Tujuan) Industri nata de coco Peningkatan penjualan Penciptaan dan pengembangan pasar Peningkatan produktivitas dan profitabilitas Pemasok bahan baku Peningkatan penjualan Penciptaan dan pengembangan pasar Peningkatan produktivitas dan profitabilitas
0.0922 0.0282 0.0397 0.2180 0.4098 0.0690 0.1431
4 7 6 2 1 5 3
0.023
0.0912 0.0256 0.0371 0.2170 0.4241 0.0664 0.1385
4 7 6 2 1 5 3
0.030
0.4045 0.1295 0.0671 0.0415 0.1288 0.1747 0.0539
1 4 5 7 3 2 6
0.014
0.4204 0.1266 0.0637 0.0387 0.1282 0.1720 0.0504
1 4 5 7 3 2 6
0.020
0.2252 0.2841 0.4907
3 2 1
0.000
0.2137 0.2821 0.5041
3 2 1
0.000
0.4015 0.2972 0.3012
1 3 2
0.000
0.4007 0.2984 0.3009
1 3 2
0.000
Lampiran 37 (Lanjutan) 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3
Distributor produk nata de coco Peningkatan penjualan Penciptaan dan pengembangan pasar Peningkatan produktivitas dan profitabilitas Perbankan/Lembaga Keuangan Peningkatan penjualan Penciptaan dan pengembangan pasar Peningkatan produktivitas dan profitabilitas Pemerintah/Pemda/Dinas Terkait Peningkatan penjualan Penciptaan dan pengembangan pasar Peningkatan produktivitas dan profitabilitas Industri produk substitusi Peningkatan penjualan Penciptaan dan pengembangan pasar Peningkatan produktivitas dan profitabilitas Pengguna produk nata de coco Peningkatan penjualan Penciptaan dan pengembangan pasar Peningkatan produktivitas dan profitabilitas
0.4993 0.3171 0.1836
1 2 3
0.000
0.5158 0.3105 0.1738
1 2 3
0.000
0.2356 0.1723 0.5921
2 3 1
0.000
0.2219 0.1607 0.6174
2 3 1
0.000
0.1576 0.5437 0.2987
3 1 2
0.003
0.1474 0.5614 0.2913
3 1 2
0.010
0.2704 0.4245 0.3051
3 1 2
0.001
0.2654 0.4338 0.3008
3 1 2
0.010
0.2070 0.5828 0.2103
3 1 2
0.002
0.1946 0.6061 0.1994
3 1 2
0.010
0.5140 0.2700 0.1088 0.1072
1 2 3 4
0.004
0.5349 0.2676 0.1005 0.0970
1 2 3 4
0.010
Level 5 (Strategi) Strategi Pihak Perusahaan Peningkatan penjualan
1 2 3 4
Memperluas jaringan distribusi Meningkatkan kualitas produk Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan Membangun kemitraan dengan pemasok
Lampiran 37 (Lanjutan)
1 2 3 4 1 2 3 4
1 2 3 4 1 2 3 4
Penciptaan dan pengembangan pasar Memperluas jaringan distribusi Meningkatkan kualitas produk Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan Membangun kemitraan dengan pemasok Peningkatan produktivitas dan profitabilitas Memperluas jaringan distribusi Meningkatkan kualitas produk Meningkatkan teknologi produksi yang digunakan Membangun kemitraan dengan pemasok Strategi Pihak Luar Perusahaan Peningkatan penjualan Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan Transfer teknologi oleh instansi terkait Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco Menyediakan paket kredit lunak Penciptaan dan pengembangan pasar Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan Transfer teknologi oleh instansi terkait Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco Menyediakan paket kredit lunak
0.6034 0.1534 0.0989 0.1443
1 2 4 3
0.1815 0.1921 0.4176 0.2088
4 3 1 2
0.4337 0.1535 0.1724 0.2403
1 4 3 2
0.3724 0.1266 0.1227 0.3783
2 3 4 1
0.003
0.6231 0.1467 0.0931 0.1371
1 2 4 3
0.010
0.002
0.1779 0.1860 0.4304 0.2057
4 3 1 2
0.004
0.4404 0.1482 0.1713 0.2401
1 4 3 2
0.3718 0.1221 0.1179 0.3882
2 3 4 1
0.020
0.006
0.030
0.010
Lampiran 37 (Lanjutan)
1 2 3 4
Peningkatan produktivitas dan profitabilitas Melakukan pameran untuk industri kecil setiap triwulan Transfer teknologi oleh instansi terkait Memberikan pelatihan untuk industri nata de coco Menyediakan paket kredit lunak
0.0917 0.3749 0.4102 0.1232
4 2 1 3
0.006
0.0874 0.3781 0.4170 0.1174
4 2 1 3
0.010