STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN BUSINESS MODEL GENERATION (Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu NTB)
WAHYUNI FITRI HERAWATI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation (Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Wahyuni Fitri Herawati NIM H24114080
ABSTRAK WAHYUNI FITRI HERAWATI. Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB. Dibimbing oleh PRAMONO D.FEWIDARTO. Business Model Generation (BMG) adalah suatu alat untuk membantu pelaku usaha melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang dan akan dijalani. Bale Lombo usaha distro yang mengalami kesulitan dalam pengembangan usaha, akan menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana usaha yang sedang dijalani secara utuh, sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis dan strategi untuk mencapai tujuan usaha. Penelitian ini bertujuan 1) mengidentifikasi seluruh unsur komponen dalam BMG terkait usaha distro Bale Lombo, 2) menetapkan komponen utama dalam BMG customer focus yang perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha, 3) merekomendasikan strategi pengembangan komponen utama BMG customer focus. Terdapat empat strategi prioritas dalam elemen BMG yang digunakan Bale Lombo untuk pengembangan usaha yang terfokus pada konsumen, yaitu key activity, value proposition, customer relationship dan channel. Hasil penelitian menunjukan strategi yang dipilih adalah implementasi strategi key activity BMG. Kata kunci: BMG, konsumen fokus, pengembangan usaha
ABSTRACT WAHYUNI FITRI HERAWATI. Business Development Strategy for NTBethnic-sytle Distro by Implementing the Business Model Generation on Bale Lombo Distro Dompu, NTB. Supervised by PRAMONO D. FEWIDARTO. Business Model Generation (BMG) is an instrument to see much closer on the business style that will be applied. Bale Lombo is a distro business which in a difficulty of business development, applying BMG order to evaluate a businees plan that is being undertaken as a whole, so it can immediately take practical step and strategies to achieve business goals. This study aims to 1) identify all components in the BMG related to the business of Bale Lombo Distro, 2) determine the main component in the customer focus BMG which needs to be concerned for the business improvement, and 3) recommend a development strategy for customer focus BMG’s main component. There are four strategy in the element of BMG will be apply by Bale Lombo for their business development by focusing on customers, such as key activity, value proposition, customer relationship, and channel. The research result showed that choiced strategy is implementation of key activity. Keywords: BMG, business develop, customer focus
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN BUSINESS MODEL GENERATION (Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu, NTB)
WAHYUNI FITRI HERAWATI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation ( Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB) Nama : Wahyuni Fitri Herawati NIM : H24114080
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto MS Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Mukhamad Najib, STP, MM Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
Judul Skripsi : Strategi Pengem , gan Csaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Busines _fodel Generation ( Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, X TB) Nama : Wahyuni Fitri Herawati :H24114080 NIM
Disetujui oleh
Ir Pramono D Fewidarto MS
Pembimbing
Tanggal Lulus:
1 1 MAR 2014
PRAKATA Puji dan syukur disampaikan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian pada distro Bale Lombo dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation (Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB). Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor. Melalui prakata ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Ir. Pramono D. Fewidarto, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih juga ingin penulis sampaikan kepada pakar, responden, Dinas Provinsi Nusa Tenggara Barat yang telah membantu dalam pengumpulan data serta orang tua dan teman seperjuangan terimakasih untuk doa, semangat dan dukungannya. Semoga apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Bogor, Maret 2014
Wahyuni Fitri Herawati
DAFTAR ISI PRAKATA
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
PENDAHULUAN
1
Latar Belakang
1
Perumusan Masalah
2
Tujuan Penelitiaan
2
Manfaat Penelitian
3
Ruang Lingkup Penelitian
3
TINJAUAN PUSTAKA
4
Pengertian Strategi
4
Pengertian Bisnis
4
Usaha Distro
4
Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat
5
Business Model Generation (BMG)
5
Analytical Hierarchy Process (AHP)
8
Penelitian Terdahulu
9
METODE PENELITIAN
11
Kerangka Pemikiran Penelitian
11
Lokasi dan Waktu Penelitian
11
Metode Penetapan Sampel
11
Pengolahan dan Analisis Data
14
HASIL DAN PEMBAHASAN
15
Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL)
15
Analisis Struktur BMG Distro Bale Lombo (DBL)
17
Analisis Keterkaitan Antar Faktor atau Variabel
19
Analisis Hubungan Antar - Variabel Substansi Customer Focus
32
Penilaian Konsumen DBL Terkait Elemen BMG
41
Analisa Penetapan Prioritas Strategi
44
Hirarki Tingkat Dua Strategi Pengembangan Usaha DBL
47
Rekomendasi Strategi Kanvas Business Model Generation (BMG)
51
Implikasi Manajerial
51
SIMPULAN DAN SARAN
53
DAFTAR PUSTAKA
54
LAMPIRAN
55
RIWAYAT HIDUP
65
DAFTAR GAMBAR 1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012) 2 Kerangka pemikiran penelitian 3 Struktur organisasi distro Bale Lombo 4 Model kanvas BMG Bale Lombo 5 Struktur hirarki strategi pengembangan disto Bale Lombo 6 Rekomendasi kanvas bisnis Bale Lombo
7 12 16 17 47 51
DAFTAR TABEL 1 Jenis dan sumber data 2 Profil konsumen Bale Lombo 3 Rekapitulasi hasil cross tab KA 4 Penilaian KA pelayanan terkait jenis kelamin 5 Penilaian KA produk terkait asal daerah 6 Penilaian KA pelayanan terkait asal daerah 7 Penilaian KA produk terkait lama tinggal di NTB 8 Penilaian KA produk terkait usia konsumen 9 Penilaian KA produk terkait rencana di NTB 10 Rekapitulasi hasil cross tab value proposition 11 Penilaian VP nilai tambah terkait jenis kelamin 12 Penilaian VP harga terkait lama tinggal 13 Penilaian VP harga terkait pengeluaran konsumen/bulan 14 Penilaian VP nilai tambah terkait rencana di NTB 15 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship 16 Penilaian CR diskon terkait jenis kelamin 17 Penilaian CR kepuasan pelanggan terkait asal daerah 18 Rekapitulasi hasil cross tab channel 19 Penilaian elemen BMG channel terkait jenis kelamin 20 Penilaian channel terkait setiap asal daerah 21 Penilaian channel terkait rencana di NTB 22 Rekapitulasi hasil cross tab KA dengan VP, CR dan Channel 23 Penilaian produk terkait harga
13 19 20 20 21 21 22 23 23 24 25 25 26 27 27 28 29 29 30 31 31 32 32
24 Penilaian produk terkait desain 25 Penilaian produk terkait nilai tambah 26 Penilaian produk terhadap bonus atau diskon 27 Penilaian produk terkait kepuasan pelanggan 28 Penilaian produk terkait lokasi 29 Penilaian produk terkait media promosi 30 Penilaian pelayanan terkait harga 31 Penilaian pelayanan terkait kepuasan pelanggan 32 Rekapitulasi hasil cross tab VP dengan CR dan Channel 33 Penilaian harga terkait kepuasan pelanggan 34 Penilaian desain terkait lokasi 35 Penilaian nilai tambah terkait kepuasan pelanggan 36 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship dan channel 37 Penilaian diskon atau bonus terkait lokasi 38 Penilaian kepuasan pelanggan terkait lokasi 39 Penilaian kepuasan pelanggan terkait media promosi 40 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait KA 41 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait VP 42 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait CR 43 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait channel 44 Rekapitulasi perhitungan persepsi konsumen 45 Bobot kriteria penetapan strategi 46 Bobot alternatif strategi untuk masing-masing kriteria 47 Bobot alternatif strategi
33 33 34 34 35 35 36 36 37 37 38 38 39 39 40 40 41 42 42 43 43 49 50 50
DAFTAR LAMPIRAN 1 Hasil uji validitas 2 Uji reabilitas 3 Indikator penilaian konsumen 4 Rekapitulasi hasil tabulasi silang 5 Hirarki utama strategi pengembangan usaha DBL 6 Hirarki kedua strategi pengembangan usaha DBL 7 Hasil pengolahan AHP 8 Produk Bale Lombo 9 Rencana pengumpulan data terkait dengan tujuan penelitian
55 56 57 58 59 60 62 63 64
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Perkembangan sektor bisnis di Indonesia mengalami peningkatan yang semakin pesat, dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang memilih menjadi seorang entrepreneur dibandingkan sebagai karyawan. Dewasa ini bisnis industri kreatif disebut sebagai industri unggulan yang mampu menopang perekonomian bangsa di era global, karena memiliki daya saing, mampu menciptakan produktifitas dan menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Salah satu bisnis unggulan yang prospektif adalah bisnis dalam dunia fesyen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode JanuariJuli 2012 ekspor fesyen mencapai 8.18 miliar dollar AS, meningkat 0.62 persen bila dibandingkan pada tahun sebelumnya (www.kompas.com 2013). Mengutip pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu pada forum (www.lombokkita.com 2013), bahwa ekonomi kreatif mampu menyerap 11.8 juta pekerja pada tahun lalu dan dari jumlah tersebut industri fesyen diklaim menyerap hingga 3.8 juta tenaga kerja, dengan perkembangan (industri) fesyen tahun 2012 mencapai 164 triliun rupiah. Melihat pasar industri fesyen sangat luas dan potensial, banyak pelaku bisnis yang memanfaatkan peluang tersebut untuk merintis maupun mengembangkan usahanya, gempuran persaingan ketat pasti akan terjadi. Potensi bisnis industri kreatif fesyen di Indonesia sangat besar karena didukung oleh ragam budaya yang sangat luas. Distro mengutamakan nilai keunikan yang ada pada produk yang dijualnya, sehingga produk yang dijual diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Bale Lombo merupakan sebuah bisnis inovasi distro yang memiliki misi melestarikan pengetahuan tentang seni, budaya dan pariwisata Nusa Tenggara Barat agar dapat terus diwariskan ke generasi yang akan datang. Motif etnik NTB dimanfaatkan sebagai pilihan desain pakaian yang akan diproduksi, namun tidak mengurangi nilai modis dalam berbusana. Dapat dikatakan Bale Lombo merupakan industri kreatif berbasis kearifan lokal mempunyai dasar bukan hanya sumber daya ekonomi, melainkan juga mempunyai makna sosio kultural. Besarnya potensi alam, seni dan budaya yang dimiliki NTB sudah terkenal hingga mancanegara, menjadikan NTB sebagai salah satu provinsi gerbang wisata internasional serta lumbung ikan nasional, karena memiliki luas wilayah lautan yang lebih besar dibandingkan dengan daratan. Setiap daerah di NTB masingmasing memiliki prioritas komoditas untuk dikembangkan dan dimanfaatkan secara bijak seperti daerah Meang Sekalong sebagai lumbung pangan, daerah Kute merupakan kawasan ekonomi kepariwisataan NTB, daerah Sumbawa merupakan daerah potensi peternakan NTB dan sebagainya. Potensi usaha distro seperti Bale Lombo sangat prospektif karena masih sedikitnya media industri kreatif yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengenai etnik NTB dengan balutan produk fesyen yang modis. Lingkup usaha Bale Lombo yang masih kecil akan menghadapi produk pesaing dari perusahaan besar. Produk Bale Lombo masih belum dikenal secara
2
luas sebagai merchandise khas NTB karena merupakan usaha baru yang memiliki network terbatas baik dari segi pemasaran maupun dukungan intansi, hal tersebut menjadi ancaman dan kelemahan dari Bale Lombo, maka diperlukan sebuah strategi pengembangan usaha yang tepat. Melalui Business Model Generation (BMG) sebuah inovasi model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander Osterwald untuk membantu dalam melihat lebih akurat bagaimana rupa bisnis yang sedang dijalani, melalui kerangka pemikiran yang sederhana dan mudah dimengerti. BMG melakukan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada pengujian sebuah ide bisnis kepada kekuatan pasar yang sebenarnya. Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka perlu diadakan penelitian, bagaimana diterapkannya Business Model Generation terhadap usaha distro Bale Lombo Dompu NTB sehingga dapat memberikan gambaran secara komprehensif, menyeluruh dan dapat dengan mudah melakukan modifikasi serta inovasi dalam pengelolaan bisnis yang sedang dijalankan. Perumusan Masalah Setiap usaha baru tentunya perlu memikirkan bagaimana cara mengembangkan usahanya, apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan usahanya dan bagaimana meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk. Bale Lombo merupakan sebuah usaha distro yang mengalami kesulitan dalam pengembangan usaha. Melihat peluang usaha berbasis etnik NTB yang masih belum termanfaatkan secara maksimal dan kurang tersedianya cinderamata yang menarik untuk mendukung pengembangan kepariwisatawan di NTB, Bale Lombo hadir melalui usaha distro dengan memaksimalkan potensi NTB melalui produknya. Model pengembangan usaha yang banyak diterapkan dewasa ini tidak mampu menghasilkan suatu usaha yang tangguh, oleh karena itu Bale Lombo akan menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana bisnis yang sedang dijalani dari sudut pandang yang jelas dan utuh. Merancang, menerapkan dan mengevaluasi satu demi satu elemen-elemen kunci usaha yang kurang tepat, sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis dan strategis untuk mencapai tujuan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu bagaimana strategi yang tepat untuk mengembangkan usaha distro Bale Lombo (DBL) yang efektif menggunakan pendekatan Business Model Generation. Tujuan Penelitiaan Berdasarkan dari permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari penelitian adalah : 1. Mengidentifikasi unsur komponen (blok) dalam Business Model Generation (BMG) terkait usaha distro Bale Lombo. 2. Menetapkan komponen utama dalam Business Model Generation (BMG) customer focus yang perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha. 3. Merekomendasikan strategi pengembangan komponen utama Business Model Generation (BMG) customer focus.
3
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis, usaha distro Bale Lombo, maupun pembaca. Bagi penulis sendiri, penelitian ini berguna untuk untuk mengimplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah secara langsung di lapangan, juga untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada dalam suatu organisasi usaha sehingga ilmu yang didapatkan tidak bersifat teoritis saja. Bagi tempat penelitian kelompok distro Bale Lombo (DBL), hasil penelitian berguna sebagai salah satu masukan apakah model bisnis tersebut dapat memberikan hasil dalam pengembangan usaha yang sedang dijalani. Bagi pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai Business Model Generation beserta bagaimana penerapannya dalam sebuah usaha, sehingga dapat diikuti dengan penerapan yang lebih baik. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilaksanakan pada kelompok PKM-K Bale Lombo IPB di danai Dikti 2013, terdapat batasan yang diterapkan bertujuan agar penelitian lebih terarah. Batasan ruang lingkup penelitian ini adalah: Penelitian difokuskan pada penerapan dari Business Model Generation untuk mengembangkan usaha distro Bale Lombo. Berfokus pada elemen customer focus BMG yang memperlihatkan bagaimana sebuah usaha menghasilkan keuntungan. Elemen kunci tersebut mencangkup empat bidang utama dalam suatu bisnis: yaitu pelanggan, penawaran, infrastuktur dan kelangsungan finansial.
4
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Strategi Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan sebagai “the art of the general” merupakan seni seorang panglima yang biasanya digunakan dalam peperangan. Secara umum strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat. Berhubungan dengan kesadaran perusahaan tentang bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing, melawan siapa dan untuk tujuan apa (David 2009). Strategi erat kaitannya dengan pemenuhan tujuan organisasi dan menurut David (2009), strategi digunakan untuk memenuhi tiga tujuan organisasi, yaitu : a. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan. b. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi. c. Strategi sebagai konsep. Manajemen Strategi David (2009) mengatakan manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan serta mengevaluasi keputusan–keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah organiasi mencapai tujuannya. Sebagaimana disiratkan oleh definisi ini, manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntasi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional. Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengekploitasi serta menciptakan berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok, perencanaan jangka panjang, sebaliknya berusaha mengoptimalkan tren–tren dewasa ini untuk esok. Pengertian Bisnis Menurut Umar (2005) bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan, dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Jadi, bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan secara individu atau kelompok dengan tujuan agar dapat memperoleh keuntungan dengan memasarkan barang dan jasa kepada masyarakat. Usaha Distro Distribution store (distro) merupakan tempat menjual produk jadi seperti pakaian, jam digital, compact disk dan sebagainya yang merupakan barang dengan desain kreatifias sendiri, karena hampir pemilik distro adalah anak muda yang memulai usahanya semenjak mahasiswa. Usaha distro dikelompokan kedalam skala usaha kecil dan menengah, badan usahanya ada yang bersifat perorangan, komanditer (CV) dan Perseorangan Terbatas (PT). Di Indonesia distro sudah ada sejak tahun 1993 tetapi mengalami perkembangan pesat pada tahun 1998. Distro berasal dari kota yang terkenal dengan pusat mode Paris Van Java Bandung, kemudian menjadi distributor
5
bagi produk clothing lokal dan merupakan sebuah industri kreatif yang bukan lagi sebuah usaha kecil-kecilan. Distro berawal dari niat eksistensi diri kini menjadi sebuah peluang usaha yang menjanjikan. Ide desain produk biasanya merupakan ketertarikan desainer akan suatu model, gaya hidup dan hobi yang sama sehingga membentuk komunitas. Damn I Love Indonesia yang berdiri tahun 2008 merupakan salah satu distro yang mengangkat budaya nasional serta menumbuhkan rasa patriotisme. Memiliki desain motif unik serta terbatas, inilah nilai keunikan dan nilai jualnya yaitu berbeda dengan produk lainnya, sehingga dapat memenuhi dari keinginan konsumen yang ingin tampil berbeda. Sebagai media kreatifitas anak muda bangsa, setiap usaha distro menampilkan tema desain yang berbeda dalam mempromosikan merek sendiri. Berbagai tema yang ditawarkan kepada konsumen seperti tema pelestarian lingkungan, artis, berita, musik dan pelestarian seni budaya daerah (Pola pembiayaan usaha kecil menengah BI 2008). Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat Etnik didefiniskan sebagai kelompok manusia yang mengamalkan budaya, termasuk adat, pakaian, bahasa dan sebagainya, konsep etnik berkaitan erat dengan konsep ras dan bangsa (Adorno 1950). Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi alam dan kebudayaan yang besar untuk dijadikan modal pengembangan dalam industri pariwisata. Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan yang dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan kumpulan dari pulau Sunda Kecil bagian barat Indonesia, dengan ibu kota provinsi yaitu kota Mataram. Kekayaan budaya, pariwisata dan seni NTB yang masih belum tersentuh menjadi daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara dan terdapat sebuah peluang bisnis. Salah satunya bisnis distro dengan mengusung konsep desain berbasis pengenalan seni budaya dan pariwisata NTB. Business Model Generation (BMG) Sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Business Model Generation lebih populer dengan sebutan Business Model Canvas adalah suatu alat untuk membantu kita melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang atau kita akan jalani. Mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi sederhana yang ditampilkan pada satu lembar kanvas berisi rencana bisnis dengan sembilan elemen kunci yang terintegrasi dengan baik didalamnya mencangkup analisis strategi secara internal maupun ekternal perusahaan (Osterwalder 2012). Proses desain model bisnis Proses desain model bisnis menurut Osterwalder (2012), memiliki lima fase yaitu sebagai berikut : a. Menggerakan : mempersiapkan proyek desain model bisnis yang sukses, b. Memahami : meneliti dan menganalisis elemen yang diperlukan untuk mendesain model bisnis,
6
c. Mendesain : membangkitkan dan menguji opsi–opsi model bisnis yang ada, lalu memilih yang terbaik, d. Menerapkan : menerapkan prototipe model bisnis di lapangan, dan e. Mengelola : mengadaptasi dan memodifikasi model bisnis sebagai respon terhadap reaksi pasar. Inovasi Business Model Generation Inovasi model bisnis dilakukan berdasarkan empat tujuan, yaitu : a. Memenuhi kebutuhan pasar yang belum terjawab, b. Menghadirkan teknologi, produk atau jasa yang baru ke pasar, c. Meningkatkan, membangun atau mengubah pasar yang sudah ada dengan model bisnis yang lebih baik, atau d. Menciptakan pasar yang benar–benar baru. Kondisi persaingan yang sangat kompetitif, kita harus membangun model bisnis yang inovatif dan kreatif. Terdapat sembilan kotak yang merepresentasikan elemen kunci yang secara umum akan ada pada semua model bisnis, melalui sembilan blok memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana sebuah perusahaan menghasilkan uang. a. Key partnership Blok bangunan ini menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membentuk kemitraan dengan berbagai alasan dan menjadikan kemitraan sebagai salah satu landasan pada model bisnisnya. Empat jenis kemitraan yang berbeda yaitu : Aliansi strategi antara non-pesaing, kemitraan strategi antar pesaing, usaha patungan untuk mengembangkan bisnis baru dan hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin pasokan yang diandalkan. b. Key activities Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model bisnis dapat bekerja atau beroperasi dengan sukses, setiap aktivitas kunci yang dijalankan oleh perusahaan akan berbeda bergantung pada jenis model bisnisnya. c. Key resources Sumber daya utama menggambarkan aset terpenting yang diperlukan agar sebuah model bisnis dapat berfungsi, karena sumber daya memungkinkan sebuah perusahaan menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan dan memperoleh pendapatan. Sumber daya utama berbeda-beda sesuai jenis model bisnis dapat berupa fisik, finansial, intelektual atau sumber daya manusia. d. Cost structure Cost structure menjelaskan biaya terpenting yang muncul ketika mengoperasikan model bisnis tertentu. Biaya model bisnis dibedakan dalam dua kelas, yaitu yang terpacu biaya (cost driven) dan terpacu oleh nilai (value driven), kebanyakan dari model bisnis berada diantara kedua kelas ini.
7
e. Value propositions Proposisi nilai adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu perusahaan ke perusahaan lain dan dapat memecahkan masalah pelanggan atau memuaskan kebutuhan pelanggan, karena berisi gabungan produk atau jasa tertentu yang melayani kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Nilai tersebut seperti harga, kecepatan layanan, desain, pengalaman pelanggan dan sebagainya yang disertai dengan fitur dan atribut tambahan. f. Customer segments Pelanggan merupakan inti dari semua model bisnis, tidak ada perusahaan yang mampu bertahan dalam waktu lama. Perusahaan dalam memuaskan pelanggan, mengelompokan mereka dalam segmen-segmen berbeda berdasarkan kesamaan kebutuhan, perilaku, atau atribut lain. g. Customer relationship Customer relationship menggambarkan berbagai jenis hubungan tentang perusahaan bersama segmen pelanggannya yang spesifik. Sebuah perusahaan harus menjelaskan jenis hubungan yang ingin dibangunnya bersama segmen pelanggan. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh motivasi berikut : Akuisisi pelanggan, mempertahankan pelanggan dan peningkatan penjualan. h. Channel Channel menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggannya untuk memberikan proposisi nilai, memiliki beberapa fungsi, yaitu : 1) Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan, 2) Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan, 3) Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik, 4) Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan, dan 5) Memberikan dukungan purna jual kepada pelanggan i. Revenue streams Arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan dari masing-masing segmen. Model bisnis melibatkan dua jenis arus pendapatan yaitu: pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan dan pendapatan dari pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan proposisi nilai kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca pembelian (Osterwalder 2012).
Gambar 1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012)
8
Business Model Generation disebut dengan Bisnis Model Kanvas, karena alat bantu ini mirip dengan kanvas pelukis yang memungkinkan setiap perusahaan membuat lukisan dari bisnis model yang baru atau yang sudah. Bisnis Model akan berfungsi dengan baik jika dicetak di atas permukaan yang luas sehingga sekelompok orang dapat bekerja sama membuat sketsa dan mendiskusikan elemen–elemen model bisnis dengan catatan post-it atau spidol, inilah alat bantu yang akan menumbuhkan pemahaman, diskusi, kreativitas dan analisis. Tabulasi Silang (Cross Tab) Cross tab atau disebut dengan tabulasi silang menampilkan hubungan diantara dua variabel atau lebih dengan data berskala nominal atau ordinal. Tampilan cross tab sendiri terdiri atas baris dan kolom. Banyaknya baris dan kolom tergantung pada banyaknya variabel, seperti hubungan elemen key activity dalam BMG dengan jenis kelamin, asal daerah dan lain-lain. Analisis cross tab variabel-variabel dipaparkan dalam satu tabel dan berguna untuk : a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi. b. Melihat bagaimana kedua atau beberapa variabel berhubungan. c. Mengatur data untuk keperluan analisis statistik. d. Mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat dianalisis ada tidaknya hubungan (Sugianto 2010). Analytical Hierarchy Process (AHP) AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970an, merupakan sistem pembuatan keputusan dengan menggunakan model matematik. AHP membantu dalam menentukan priortitas dari beberapa kriteria. Ketika dilakukannya pengambilan keputusan dalam perencanaan strategi sangatlah penting untuk mengevaluasi setiap kemungkinan alternatif dengan baik dalam beberapa situasi pengambilan keputusan strategis, dalam model bisnis terdapat situasi dimana banyaknya faktor dapat menjadi sebuah kendala. Hal ini membuat keputusan sulit untuk diambil dan meningkatkan kebutuhan dilakukannya pendekatan tertentu yang memungkinkan pada pengambilan keputusan guna memecahkan proses evaluasi tersebut dalam beberapa tingkat faktor–faktor yang berbeda tetapi masih saling terkait. Metode AHP adalah kerangka kerja yang komperhensif, logis dan terstruktur. Metode ini memungkinkan dilakukannya pemahaman akan keputusan yang kompleks dengan melakukan dekomposisi dari suatu masalah. Cara kerja AHP dimulai dengan menyatukan semua keputusan yang relevan dan kemudian dilakukan proses pembobotan untuk memudahkan pengambilan keputusan melihat tingkat kepentingan dari masing–masing kriteria objektif (Saaty 1991). Kegunaan Metode AHP Metode AHP menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat (Saaty 1991). Menurut Fewidarto (1996), penggunaan hirarki dalam pengambilan keputusan mempunyai beberapa keuntungan antara lain :
9
a. Penyajian sistem secara hirarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi prioritas pada elemen-elemen di bawahnya. b. Hirarki banyak memberikan informasi yang lengkap pada struktur dan fungsi suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan gambaran tentang pelaku-pelaku dan tujuan-tujuan pada level yang lebih tinggi. Elemen-elemen kendala yang terbaik adalah disajikan pada level yang lebih tinggi lagi untuk menjamin bahwa kendala-kendala itu diperhatikan. c. Sistem alamiah yang disusun secara hirarki, yaitu dengan membangun konstruksi modul dan akhirnya menyusun rakitan modul-modul tersebut. Hal ini jauh lebih efisien dari pada merakit modul-modul tersebut secara keseluruhan sekaligus. d. Hirarki lebih mantap (stabil dan fleksibel). Stabil dalam arti bahwa perubahanperubahan kecil mempunyai efek yang kecil dan lentur diartikan bahwa penambahan untuk mendapatkan suatu hirarki yang terstruktur baik tidak mengganggu untuk kerjanya. Penelitian Terdahulu Yuldinawati (2013), melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan Inovasi Produk technopreneurship melaui BMG pada Batik Geek. Alat bantu analisis yang digunakan adalah penelitian kuantitatif serta analisis kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pada elemen key partner dan key activity yang menjadi kendala utama, untuk key partnership produk casing batik geek masih sangat bergantung kepada suplier di Hongkong sehingga jumlah produksi terbatas serta dengan biaya pembuatan dan pengiriman yang relatif mahal disertai dengan belum memiliknya sistem kemitraan yang permanen. Pada aspek key activity membutuhkan inovasi produk, namun di sisilain memerlukan biaya yang sangat besar guna riset pasar. Faktor utama yang harus disoroti dalam meraih suksesnya aspek pelanggan adalah aspek perusahaan. Berdasarkan hasil analisis BMG bahwa technopreneurship di sektor UMKM mempunyai kendala pada bidang R&D, oleh karena itu solusi tepat bagi sektor UMKM dengan memanfaatkan R&D yang tidak terpakai karena faktor pendanaan dengan cara menjual inovasi kepada mitra bisnis sehingga pengusaha mendapatkan tambahan dana, serta fokus dalam bisnis inti dengan cara menjalin hubungan jangka panjang bersama mitra usahanya. Anugerah (2008), dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Usaha Kecil Kue Kering "Jalilo Snack", Kecamatan Bogor Timur. Hasil analisis terhadap lingkungan internal menunjukkan kekuatan utama perusahaan adalah keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah distribusi produk belum luas. Analisis lingkungan eksternal, didapatkan peluang utama perusahaan berupa dukungan Pemda Bogor, sedangkan ancaman utama yang dihadapi perusahaan berupa adanya kenaikan tarif listrik dan BBM. Hasil analisis matriks IE, didapatkan posisi perusahaan pada kuadran IV, pada posisi tersebut strategi yang terbaik dilakukan oleh perusahaan yaitu tumbuh dan bina (growth and built) atau strategi intensif dengan alternatif pilihan strategi adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Hasil
10
QSPM didaptkan alternatif strategi bagi perusahaan “Jailo Snack” berdasarkan prioritas yaitu (1) melakukan penetrasi pasar, (2) memanfaatkan dukungan Pemda Bogor dalam pengajuan pinjaman modal kerja Ningtias (2009), melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan usaha kecil pada “Waroeng Coklat” hasil analisis lingkungan eksternal diperoleh bahwa faktor strategis yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh bagi yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di Kota Bogor, sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama yang dapat dihindari yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline) relatif rendah. Hasil analisis lingkungan internal, faktor internal strategis yang menjadi kekuatan yaitu keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, sedangkan faktor strategis internal yang menjadi kelemahan terbesar yaitu promosi belum optimal. "Waroeng Cokelat" berada pada posisi sel V, sehingga strategi terbaik yang dapat dilakukan yaitu pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Hasil dari pengolahan QSPM diperoleh prioritas strategi yaitu mengoptimalkan promosi, memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, pengembangan produk, meningkatkan modal usaha, mempertahankan dan meningkatkan jenis serta kualitas produk, menambah tenaga kerja penyalur/distibutor, melakukan produksi secara kontinyu dan memilih lokasi usaha yang strategis. Habib (2008), melakukan penelitian terhadap strategi pengembangan usaha minuman instan jahe pada CV. Hanabio-Bogor. Kekuatan utama perusahaan adalah keterampilan serta keuletan pemilik perusahaan dalam mengelola perusahaan. Kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah keterbatasan modal, dengan mengidentifikasi terhadap lingkungan eksternal bahwa faktor yang menjadi peluang utama bagi perusahaan adalah wilayah kota Bogor yang sangat strategis dan merupakan daerah tujuan wisata. Ancaman utama bagi perusahaan adalah adanya produk subtitusi atau pengganti. Hasil analisis matriks QSPM, bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan perusahaan adalah mempertahankan jaringan yang sudah ada dan meningkatkan jumlah distributor untuk pengembangan pasar.
11
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Penelitian Pengembangan Ilmu Pengetahuan mengenai akar seni, budaya dan pariwisata berbanding terbalik dengan tren berbusana. Tata cara pengembangan pengetahuan tentang seni, budaya dan pariwisata harus melalui cara-cara kreatif. Dewasa ini cinderamata bercorak etnik masih terbatas sedangkan potensi NTB menjadi daerah tujuan wisata cukup bagus karena mempunyai posisi strategis yang disebut daerah segi tiga emas daerah tujuan wisata. Pemanfaatan industri kreatif sebagai media penyampaian pengetahuan mengenai etnik NTB belum tersedia secara optimal. Melalui pemanfaatan etnik, membuka peluang usaha dalam menciptakan produk inovatif yaitu potensi usaha distro dengan mengusung pengenalan seni, budaya dan pariwisata NTB. Diharapkan pada masa mendatang, Bale Lombo sebuah usaha clothing yang mampu menjadi brand identitas NTB sebagai media pengenalan pelestarian kekayaan seni budaya dan pariwisata serta dapat menciptakan kebanggaan tersendiri bagi customer, masyarakat NTB dan wisatawan yang berkunjung ke NTB dengan menggunakan produk distro Bale Lombo (DBL). Bale Lombo merupakan usaha yang tengah berkembang dan membutuhkan sebuah strategi pengembangan usaha yang tepat, agar tujuan dari Bale Lombo dapat tercapai. Melalui pendekatan Business Model Generation (BMG) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) diharapkan dapat tersusun rekomendasi strategi dan keputusan yang tepat dalam pengembangan usaha Balelombo, yang berdampak pada kepuasan wisatawan dan munculnya kebanggaan dalam diri masyarakat terhadap produk yang mengusung etnik lokal. Kerangka pemikiran dan tahapan penelitian dapat dilihat dalam Gambar 2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013 berlokasi di Bogor sebagai tempat produksi dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai sasaran utama target pasar. Pada 18 April–30 April 2013 melakukan promosi dan analisis segmentasi, targeting dan positioning di Bandara Internasional Lombok dan tempat wisata hingga Kabupaten Dompu. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja dengan alasan usaha distro Bale Lombo adalah usaha baru, memiliki konsep yang khas dan lebih inovatif, target dan segmen pasar yang terarah, tepat untuk dijadikan tempat penelitian dengan topik strategi pengembangan usaha. Metode Penetapan Sampel Metode pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling yaitu setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel, melalui teknik convinience sampling. Metode convinience adalah metode dimana peneliti memiliki kebebasan untuk memilih responden yang ditemui di lokasi pengambilan sampel.
12
Jumlah konsumen yang akan dijadikan responden ditentukan menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10 persen. Informasi yang diperoleh dari total penjualan produk distro Bale Lombo (DBL), bahwa April sampai Juni 2013 total konsumen yang membeli produk DBL 108 orang. Hasil rumus Slovin, maka diperoleh 51 orang konsumen yang akan dijadikan responden yang akan dikelompokan menjadi konsumen NTB dan Non NTB. n Keterangan : n = jumlah responden yang diambil N = jumlah populasi atau rata-rata konsumen yaitu 103 orang e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan responden yang masih dapat ditoleransi, dalam penelitian ini nilainya ditentukan sebesar 10 % Jumlah sampel yang digunakan untuk penentuan strategi dengan metode proses hirarki analitik sebanyak enam pakar, yaitu pemilik usaha sebanyak empat orang, mitra dan dinas perindustrian satu orang. Metode penentuan sampel menggunakan teknik purposive sampling dengan alasan sampel yang diambil memiliki maksud dan tujuan tertentu. Pemilihan pakar didasarkan pada pertimbangan, bahwa mereka memahami usaha Bale Lombo dan dapat memberikan masukan terkait pengembangan usaha. Cinderamata bercorak etnik NTB masih sangat terbatas
Potensi NTB Menjadi Daerah Tujuan Wisata Cukup Bagus
Potensi Usaha Distro yang Mengusung Seni, Budaya dan Pariwisata NTB
Pengembangan Usaha Distro yang Kuat
Strategi Pengembangan Usaha yang Tepat
Terpenuhinya Kebutuhan Wisatawan dan Masyarakat
Kepuasan Wisatawan Meningkat
Tumbuh Berkembangnya Usaha Distro
Kebanggaan Masyarakat Terhadap Produk Etnik Lokal
Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian
13
Jenis dan sumber data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer yang digunakan berupa hasil kuesioner dan wawancara dengan konsumen, pemilik usaha dan dinas perindustrian NTB. Data Sekunder yang digunakan adalah berbagai literatur yang berkaitan dengan pembahasan, dokumen perusahaan dan dokumen dari dinas perindustrian dan perdagangan serta dinas pariwisata provinsi NTB yang relevan untuk penelitian ini. Tabel 1 Jenis dan sumber data Jenis Data Data Primer Profil Konsumen Bale Lombo Penilaian konsumen terkait elemen Business Model Generation (BMG) Pola kerjasama atau pengembangan produksi Kriteria, alternatif dan struktur awal
Sekunder
Gambaran usaha distro Bale Lombo Data industri kreatif di NTB Data kunjungan wisatawan NTB Data penjualan Bale Lombo secara personal maupun bundling dengan paket wisata Teori-teori yang relevan dengan penelitian
Sumber Data Konsumen Bale Lombo, Pemilik usaha, Dinas Perindustrian dan Perdagangan NTB, mitra usaha Distro Bale Lombo, Dinas Perindustri dan Perdagangan NTB, Dinas Pariwisata dan KebudayaanNTB, Buku, jurnal, dan penelitian terdahulu
BMG terdiri dari sembilan elemen kunci, penelitian ini terfokus pada elemen konsumen, yaitu elemen key activity, value proposition, customer relationship dan channel. Penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi strategi pengembangan usaha bagi distro Bale Lombo. Pengumpulan Data Teknik pengumpilan data yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Studi Pendahuluan, turut dalam kegiatan promosi dan penjualan di Nusa Tenggara Barat, pada bulan April sampai Mei 2013. Menganalisis kondisi pasar usaha distro di NTB, pesaing dan calon konsumen b. Field Research melakukan pengamatan langsung terhadap usaha Bale Lombo dan mengikuti seluruh aktivitas usaha. c. Library Research, metode ini dijadikan sebagai landasan secara teoritis yang berhubungan dengan penyusunan, buku pendukung materi, jurnal, internet dan literatur lainnya untuk menunjang dalam pelaksanaan penelitian. d. Teknik Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan pihak DBL terkait usaha yang sedang dijalani dan melakukan diskusi strategi usaha berdasarkan BMG customer focus, mitra dan konsumen untuk mengetahui persepsi mereka terhadap Bale Lombo. Selain itu melakukan wawancara terstruktur kepada instansi seputar potensi dan dukungan terhadap usaha distro di NTB. e. Penyebaran kuesioner, yang berisi daftar pertanyaan disebarkan kepada konsumen, mitra Bale Lombo, intansi dan pemilik usaha.
14
Pengolahan dan Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, disajikan dalam bentuk tabel, gambar dan uraian. Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analisis struktur BMG, analisis keterkaitan antar faktor variabel (cross tab) dan analisis penetapan prioritas strategi. Analisis BMG dalam penelitian ini untuk menggambarkan pemikiran bagaimana sebuah usaha menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Membuat sebuah frame work yang terdiri elemen kunci usaha Bale Lombo, disertai dengan mengidentifikasi faktor-faktor yang berpengaruh pada elemen customer focus BMG. Analisis cross tab digunakan untuk penelitian yang berkaitan dengan penentuan hubungan antar variabel atau faktor yang diperoleh dari data kualitatif. Uji cross tab dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara profil konsumen dengan indikator elemen BMG customer focus dan antara elemen BMG dengan elemen BMG itu sendiri. Cross tab disertai dengan perhitungan tingkat keeratan hubungan antar isi cross tab, alat statistik yang digunakan untuk mengukur hubungan pada cross tab adalah Chi-Square. Analisis penetapan prioritas strategi dengan menggunakan AHP, untuk memperoleh prioritas keputusan yang efektif dalam pengembangan usaha memungkinkan usaha pribadi untuk membentuk gagasan dan membatasi masalah, dengan membuat asumsi dan menghasilkan pemecahan yang diinginkan. Struktur hirarki yang digunakan adalah struktur hirarki sederhana, yaitu terdiri dari tiga level. Level pertama adalah tujuan atau goal yang ingin dicapai, level kedua adalah kriteria, dan level ketiga adalah alternatif strategi.
15
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL) Sejarah Perkembangan Usaha Bale Lombo merupakan distro yang memproduksi merchandise khas NTB dengan mengangkat seni budaya dan pariwisata NTB dalam pemilihan desainnya. Keunggulan dari produk Bale Lombo adalah produk yang dapat memberikan alternatif pelestarian ilmu pengetahuan mengenai seni, budaya dan pariwisata yang ada di NTB, meningkatkan sense of belong to NTB bagi para generasi muda dan masyarakat NTB serta media pengenalan bagi para wisatawan yang berkunjung ke NTB. Bale Lombo berdiri sejak tahun 2010 dipelopori oleh tiga mahasiswa IPB rantau NTB yang berasal dari ke tiga suku khas NTB (Sasak, Samawa dan Mbojo). Didasari kecintaan terhadap tanah kelahiran, mereka menciptakan brand distro Bale Lombo “Senyum Lombok Sumbawa”. Bale sendiri merupakan singkatan dari “Babaturan Lenga” yang memiliki arti “mari berteman kawan” diambil dari bahasa Suku Sasak dan Suku Mbojo. dan Lombo yang berarti “Pakaian” merupakan brand yang menggabungkan ke tiga suku yang ada di NTB dengan tujuan pelestarian seni, budaya dan pariwisata NTB agar dikenal oleh wisatawan serta dicintai oleh masyarakat NTB itu sendiri, namun perjalanan usaha Bale Lombo tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, usaha distro tersebut bisa dikatakan tidak berkembang. Pada tahun 2012 Bale Lombo mulai bangkit untuk mengembangkan bisnisnya dengan dana patungan dan investor. Bale Lombo berproduksi dalam skala kecil, pertengahan tahun 2012 Bale Lombo di usulkan untuk mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan dan mendapatkan dana hibah DIKTI untuk pengembangan usaha. Visi, Misi dan Nilai Budaya Kerja Bale Lombo Sejak saat itu usaha Bale Lombo berkembang, memiliki struktur organisasi dengan sistem manajerial yang sederhana serta merumuskan visi dan misi yaitu : visi Bale Lombo adalah Menjadi ciri khas dan pilihan utama merchandise di NTB dan misinya adalah berinovasi melalui aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada sinergisitas, mengangkat potensi yang dihasilkan oleh masyarakat lokal seperti pengrajin anyaman, kain tenun dan sebagainya Selain memiliki visi dan misi, Bale Lombo juga memiliki nilai budaya perusahaan. Nilai-nilai tersebut merupakan landasan aksi yang diterapkan Bale Lombo pada setiap kegiatan. Nilai-nilai tersebut adalah “BALE” Better, Attractive, Learning dan Educative. Organisasi Distro Bale Lombo (DBL) Struktur organisasi merupakan kerangka yang berhubungan dengan kebersamaan tanggung jawab antar tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Sistem organisasi yang digunakan oleh Bale Lombo adalah sistem organisasi garis, dimana dalam organisasi ini setiap bawahan bertanggung jawab langsung kepada atasannya masing-masing. Tim Bale Lombo saat ini berjumlah empat orang yang terdiri dari direktur, divisi keuangan, divisi
16
desain dan divisi pemasaran. Khusus pada bagian pemasaran merupakan putra asli daerah Mbojo NTB, agar memudahkan untuk berkomunikasi dengan pelanggan dan mitra asli NTB serta dapat memberikan banyak pengetahuan atau informasi mengenai Etnik NTB lebih banyak kepada wisatawan luar NTB. Direktur
Divisi Keuangan
Divisi Desain
Divisi Pemasaran
Gambar 3 Struktur organisasi distro Bale Lombo Aspek Pemasaran Setiap usaha akan memasuki sebuah pasar yang ditujunya dan memasarkan produknya, tentu saja hal ini tidak terlepas dari aktivitas pemasaran yang terdiri dari STP dan bauran pemasaran. a. Segmentasi, targeting dan positioning DBL Proses pemasaran yang berhasil terdiri dari serangkaian langkah yang berkesinambungan, menurut Kotler (2009) terdiri atas tiga tahap yaitu : segmentation, targeting, positioning (STP). Begitupun dengan Bale Lombo agar mampu mengetahui dan memuaskan kebutuhan konsumen menetapkan strategi STP. Segmentasi pasar dari produk Bale Lombo ini adalah berdasarkan demografis, geografis dan psikografis. Target pasar Bale Lombo ini adalah wisatawan dan masyarakat NTB. Bale Lombo memposisikan sebagai brand identitas khas NTB yang mengangkat kekayaan seni, budaya dan pariwisata melalui desain produknya. b. Bauran Pemasaran DBL Aktifitas pemasaran lebih dikenal dengan istilah 4P yang biasa disebut dengan bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari product, price, place dan promotion yang titik tolaknya adalah kebutuhan konsumen akan alat pemuas kebutuhannya. Bauran pemasaranya DBL yaitu : 1) Product Produk yang dijual DBL adalah tas dan pakaian dengan konsep yang mengusung etnik NTB. Strategi diversifikasi produk dilakukan dengan cara membuat produk yang sesuai dengan permintaan konsumen dan latar belakang suku. Inovasi dari produk Bale Lombo adalah produk edukatif dimana adanya penjelasan mengenai desain yang diangkat, selain itu DBL mendukung pengrajin lokal yaitu pengrajin anyaman bambu Gunung Sari Lombok Barat, Pengrajin kain tenun Desa Ranggo Dompu. Ragam produk DBL dapat dilihat pada Lampiran 8. 2) Price Harga jual kaos dan polo shirt Bale Lombo adalah Rp 119 000/pcs dan Rp 99 000/pcs jika membeli 3 pcs. Model tanktop Rp 75 000/pcs dan harga tas kain tenun mulai dari Rp 225 000/pcs hingga Rp 250 000/pcs dengan kualitas bahan terbaik. Semua produk DBL merupakan special and limited edition, sehingga harga tersebut menjadi wajar karena eksklusif.
17
3) Place Lokasi penjualan berpusat di Kabupaten Dompu NTB sebagai distributor utama, Bandara Internasional Lombok, mobile shop ke tempat wisata yang ramai pengunjung. 4) Promotion Strategi promosi yang dilakukan DBL adalah melalui promosi secara langsung dan tidak langsung seperti : direct selling dilokasi wisata, taman kota, Bandara Internasional Lombok. Strategi Word Of Mouth (WOM) pun diterapkan mulai dari teman, komunitas NTB dikampus, keluarga dan sebagainya. Pemberian informasi secara tidak langsung melalui poster, stiker, surat kabar “Lombok Post” pemasangan X-Banner. Sarana teknologi dan informasi juga digunakan, karena merupakan media yang efektif untuk melakukan promosi dengan jangkauan penggunanya yang luas. Promosi media sosial DBL diantaranya, twitter: @balelombo, facebook: Bale Lombo dan website: www.balelombo.com Analisis Struktur BMG Distro Bale Lombo (DBL) Analisis struktur BMG pada DBL, memungkinan sebuah usaha mendeskripsikan dan memanipulasi model bisnis dengan mudah untuk menciptakan alternatif strategi yang baru. Implementasi Kanvas Business Model Generation (BMG) Pada Bale Lombo Bale Lombo menuliskan rencana bisnis dalam kanvas BMG, namun pada penelitian difokuskan kepada elemen customer focus, sebagai rekomendasi strategi pengembangan usaha.
Gambar 4 Model kanvas BMG Bale Lombo Gambar 4 tampak kanvas bisnis model awal Bale Lombo, setelah dilakukan penelitian tentunya akan mendapatkan rekomendasi pola pengembangan berdasarkan masukan dari konsumen dan pihak internal Bale Lombo dan eksternal agar tujuan usaha dapat tercapai.
18
Implementasi key partner awal yaitu kerjasama dengan konveksi, toko bahan dan alat sablon, investor, DIKTI dan jasa hosting website. Berkembang melalui kerjasama dengan DISHUB NTB, Angkasa Pura II Bandara Internasional Lombok, pengrajin lokal NTB, jasa makloon tas dan percetakan media promo. Key resources DBL meliputi pekerja, pemilik usaha, keuangan dan beberapa peralatan sablon untuk mendukung kegiatan usaha DBL. Customer segment DBL adalah wisatawan dan warga NTB. Cost structure yang merupakan biaya terpenting yang muncul adalah pemasaran, gaji karyawan dan biaya produk, sedangkan untuk revenue stream atau sumber pendapatan DBL berasal dari penjualan produk DBL dan pesanan untuk acara yang berkaitan dengan etnik NTB. Implementasi elemen key activity (KA) awal terkait customer focus, yang dilakukan DBL adalah melakukan aktivitas pemasaran kepada pelanggan dan kemudian membentuk mitra usaha. Implementasi elemen value proposition (VP) awal yang dilakukan DBL adalah sebagai brand pengenalan etnik NTB dengan kualitas produk terbaik selanjutnya DBL mengusung konsep socialpreneur yang mengangkat potensi lokal NTB pada produk maupun packaging. Implementasi elemen customer relationship DBL untuk menjaga hubungan baik bersama pelanggan adalah dengan bantuan personal melalui direct selling, media sosial dan website serta pemberian diskon ataupun bonus. Implementasi elemen channel DBL adalah bagaimana DBL dapat mengantarkan proposisi nilai ke konsumen melalui media promosi dan lokasi penjualan DBL. Profil Konsumen (Responden) Bale Lombo Konsumen Bale Lombo terbagi menjadi konsumen NTB dan konsumen non NTB, yang membeli produk Bale Lombo melalui media internet, ketika berwisata, di Bandara internasional Lombok, saudara maupun di distro Bale Lombo. Kebanyakan konsumen yang membeli produk Bale Lombo adalah laki – laki dengan usia dominan kurang dari 25 tahun. Hal ini menunjukan bahwa produk Bale Lombo lebih cenderung diminati oleh konsumen dengan klasifikasi usia remaja dewasa yang tertarik dengan distro, memiliki fashion style dan menyukai produk yang tidak pasaran. Rata-rata pengeluaran konsumen Bale Lombo adalah kurang dari Rp 2 500 000, hal ini sesuai dengan karakteritik berdasarkan usia. Sebagian dari konsumen Bale Lombo luar NTB adalah konsumen yang baru pertama kali berkunjung ke NTB dengan tujuan untuk berlibur dengan waktu tinggal kurang dari satu minggu, mereka penasaran dengan keanekaragam keindahan etnik NTB khususnya alam yang sudah terkenal hingga kemancanegara. Sebagian besar konsumen yang telah berkunjung ke DBL kini telah menjadi mitra baik itu reseller atau bekerjasama untuk acara yang berhubungan dengan etnik NTB. Tujuan konsumen membeli produk Bale Lombo beraneka ragam diantaranya sebagai oleh-oleh, kenang-kenangan telah berkunjung ke NTB. Hasil pengumpulan data menunjukan tujuan membeli produk DBL adalah digunakan sendiri sebagai kenang-kenangan, mengingat harga dari produk Bale Lombo yang cukup mahal dengan desain special edition sayang jika diberikan untuk oleh–oleh. Diharapkan pada masa akan datang produk Bale Lombo menjadi salah satu merchandise favorit khas NTB, yang dapat diberikan kepada siapa saja agar setiap orang yang tidak berkunjung ke NTB dapat mengetahui etnik NTB
19
Tabel 2 Profil konsumen Bale Lombo Profil Jenis Kelamin Penduduk NTB atau Non NTB Lama Tinggal di NTB (bagi konsumen NTB) Usia Rata – rata Pengeluaran Konsumen/bulan Tujuan Berkunjung ke NTB (konsumen luar NTB) Rencana kunjungan di NTB (konsumen luar NTB) Kunjungan ke NTB yang ke (konsumen luar NTB) Menyukai Wisata Alam Menyukai Wisata Budaya Menyukai Wisata Seni Menyukai Wisata Religius Menyukai Wisata Kuliner Pengetahuan Tentang NTB Pengetahuan Tentang Etnik NTB Pernah Berkunjung ke Distro Bale Lombo Berapa Kali Kunjungan ke Distro Bale Lombo Tujuan Membeli Produk Bale Lombo Membandingkan Produk Bale Lombo dengan Produk Lainnya Lama Menjadi Mitra Bale Lombo Berapa Kali Melakukan Pesanan Produk Bale Lombo
Modus Laki-laki NTB < 33 tahun < 25 tahun < Rp.2 500 000 Liburan < 1 minggu 1 kali Peringkat Pertama Tidak Menjawab Tidak Menjawab Peringkat Kelima Tidak Menjawab Pariwisata Ya, Mengetahui Tidak Pernah 0 (belum pernah) Digunakan Sendiri Tidak, membandingkan 1, 2, 5 bulan 1kali
Sumber: Data diolah (2013) Mayoritas konsumen tidak membandingkan DBL dengan produk lain yang sejenis pada saat pembelian. Mengingat tempat promosi Bale Lombo yang sering berpindah tempat ke tempat wisata (mobile market), selain itu produk Bale Lombo berbeda dan lebih unik dibanding dengan produk lain dari segi harga, desain dan packaging. Lamanya konsumen yang telah menjadi mitra Bale Lombo di dominasi oleh mitra Bale 1 hingga 2 bulan dengan melakukan total pesanan satu kali, namun hal ini dapat meningkat jika Bale Lombo telah dikenal secara luas di NTB. Analisis Keterkaitan Antar Faktor atau Variabel Analisis dilakukan dengan uji keterkaitan menggunakan uji chi-square untuk mengetahui apakah antar-variabel terhadap profil responden memiliki hubungan yang signifikan. Sebelum dilakukan uji keterkaitan, dibentuk hipotesis awal. Uji chi-square menggunakan taraf kesalahan hingga 10% untuk melihat keterkaitan antar-variabel. Penilaian Key Activity (KA) Terkait Profil Konsumen Blok bangunan aktivitas kunci pada Business Model Generation (BMG) menggambarkan hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model bisnisnya dapat bekerja (Osterwalder 2012). Key activity Bale Lombo yang berhubungan dengan konsumen adalah optimalisasi kualitas produk dan pelayanan. Diduga ada antara profil konsum berpengaruh terhadap penilaian KA. Tabel 3 menunjukan tidak seluruhnya pada indikator KA (produk dan pelayanan) memiliki hubungan dengan profil Bale Lombo.
20
Tabel 3 Rekapitulasi hasil cross tab KA Hasil Uji Pada Subtansi KA Profil Konsumen Jenis Kelamin Penduduk NTB dan Non NTB Lama Tinggal di NTB Usia Pengeluaran Tujuan ke NTB Rencana di NTB Frekuensi kunjungan
Terhadap Produk TS ** ** TS TS TS **
Terhadap Pelayanan ** * TS TS TS TS TS
TS
TS
Keterangan : * α signifikan taraf 5%, ** α signifikan taraf 10%, TS (Tidak Signifikan)
Hasil uji cross tab menunjukan bahwa indikator KA yang berpengaruh terhadap profil konsumen adalah jenis kelamin pada indikator pelayanan, asal daerah pada indikator produk dan pelayanan serta lama tinggal di NTB dan rencana lama kunjungan di NTB pada indikator produk. Profil konsumen berdasarkan usia, pengeluaran konsumen, tujuan ke NTB serta frekuensi kunjungan tidak berpengaruh terhadap elemen BMG KA dikarenakan nilai hitung lebih kecil dari nilai kritis setelah diuji pada α 5% dan %. Hubungan Elemen KA Terkait Jenis Kelamin Penilaian KA pelayanan diduga dipengaruhi oleh profil konsumen berdasarkan jenis kelamin. Konsumen laki-laki dan perempuan memiliki keinginan dan penilaian berbeda terhadap pelayanan. Mayoritas konsumen wanita lebih kritis dalam menilai pelayanan dibanding laki-laki, hal ini berimplikasi pada strategi yang ditetapkan, jika ada perbedaan maka perlu dibuat strategi pelayanan yang berbeda. Hasil pengumpulan data diperoleh konsumen laki-laki sebesar 86.5% menyatakan setuju dan sangat setuju, akan tetapi masih terdapat ragu-ragu dan tidak setuju dengan pelayanan DBL. Konsumen wanita sebesar 99.7% menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pelayanan DBL. Tabel 4 Penilaian KA pelayanan terkait jenis kelamin Penilaian KA Pelayanan (%) TS RR S SS Laki-laki 2,0 5,9 43,1 7,8 Perempuan 0,0 0,0 23,5 17,6 Total (%) 2,0 5,9 66,7 25,5 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju Jenis Kelamin
Total (%) 58,8 41,2 100,0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan Ho : jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap KA pelayanan, Ha : jenis kelamin berpengaruh terhadap KA pelayanan. Hasil perhitungan pada α % dan df (derajat kebebasan) 3 diperoleh nilai kritis = 6.251, sedangkan pada nilai hitung = 7.510, karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho ditolak. Jadi, dugaan awal benar yaitu jenis kelamin berpengaruh terhadap KA pelayanan, sehingga berdasarkan hasil penilaian konsumen dan uji cross tab, DBL perlu melakukan strategi pelayanan yang berbeda.
21
Konsumen DBL berpendapat bahwa pelayanan menjadi hal yang penting untuk sebuah produk merchandise khas daerah, tidak hanya keramahan dan kecepatan pelayanan namun informasi yang mengedukasi wisatawan terkait etnik menjadi nilai tambah dari segi pelayanan. Hubungan Elemen KA Terkait Asal Daerah Asal daerah dengan produk DBL diduga memiliki keterkaitan, yaitu berkaitan dengan minat pembelian produk serta penilaian terhadap produk DBL. Hasil pengumpulan data menunjukan 96.3% konsumen asal NTB menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL akan tetapi masih terdapat raguragu, sedangkan 78.3% konsumen luar NTB menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL . Hasil penilaian konsumen baik penduduk NTB dan luar NTB mayoritas menyatakan setuju terhadap produk DBL. Nilai tertinggi ada pada konsumen asli NTB, hal ini mengindikasikan nilai kecintaan terhadap etnik salah satu faktor warga NTB membeli produk Bale Lombo, sedangkan konsumen luar NTB lebih melihat kepada desain yang menarik dan tempat yang pernah dikunjungi. Tabel 5 Penilaian KA produk terkait asal daerah Penilaian KA Produk (%) RR S SS Penduduk NTB 2,0 39,2 13,7 Non NTB 9,8 31,4 3,9 Total 11,8 70,6 17,6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju Daerah Asal
Total (%) 54,9 45,1 100,0
Hasil uji cross tab menunjukan Ho : KA produk tidak berkaitan dengan daerah asal konsumen, Ha : KA produk memiliki keterkaitan dengan daerah asal konsumen. Uji chi square pada α % dan df (degree of freedom) 2 menghasilkan nilai kritis sebesar 4.605 dan nilai uji statistik sebesar 5.451. Nilai statistik sampel > tabel yang berarti kita dapat menolak Ho, sehingga dapat disimpulkan KA produk memiliki keterkaitan dengan daerah asal ,konsumen Penilaian KA pelayanan diduga dipengaruhi oleh daerah asal konsumen. Pendatang (wisatawan) akan lebih memperhatikan aspek pelayanan dibandingkan penduduk lokal, oleh karena itu untuk mengetahui perlu tidaknya perbedaan pelayanan dilakukan pengujian terhadap penilaian konsumen. Hasil pengumpulan data menunjukan 100% konsumen asal NTB menyatakan setuju dan sangat setuju dengan pelayanan yang diberikan DBL. Konsumen luar NTB 83.1% menyatakan setuju dan sangat setuju, namun sisanya menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu. Tabel 6 Penilaian KA pelayanan terkait asal daerah Penilaian KA Pelayanan (%) TS RR S SS Penduduk NTB 0,0 0,0 33,3 21,6 Non NTB 2,0 5,9 33,3 3,9 Total (%) 2,0 5,9 66,7 25,5 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju Daerah Asal
Total (%) 54,9 45,1 100,0
Hasil dari penilaian konsumen terhadap DBL yaitu tidak ada perbedaan penilaian antara konsumen NTB dengan luar NTB, namun perlu dilakukan strategi pelayanan yang lebih kepada konsumen luar NTB untuk meningkatkan minat mereka terhadap produk DBL seperti menjelaskan mengenai desain produk,
22
etnik NTB dan sebagainya. Uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan Ho : KA pelayanan tidak dipengaruhi oleh daerah asal, Ha : KA pelayanan dipengaruhi oleh daerah asal konsumen. Hasil perhitungan menunjukan, nilai statistik sebesar 9.835 lebih besar dari pada nilai tabel = 7.815. Hal ini membuktikan bahwa KA pelayanan dipengaruhi oleh profil konsumen berdasarkan asal daerah. Konsumen NTB lebih tertarik terhadap etnik dalam bentuk merchandise khas daerahnya, pada saat pembelian lebih komunikatif dan senantiasa memberikan masukan dari segi ragam desain produk agar lebih variatif, khusunya variasi warna dan desain yang lebih mengenalkan etnik NTB. Konsumen luar NTB pada saat pembelian kurang komunikatif karena beranggapan bahwa DBL sama dengan produk merchandise lainnya, oleh karena itu DBL perlu memberikan informasi atau pengetahuan lebih mengenai desain produk, agar konsumen luar NTB tertarik dan melihat perbedaan DBL dengan merchandise khas NTB yang lain. Hubungan Elemen KA Terkait Lama Tinggal di NTB KA produk diduga berpengaruh terhadap lama tinggal di NTB (bagi warga NTB). Berkaitan dengan perbedaan selera dalam pembelian produk dan pilihan desain berdasarkan lama tinggal di NTB akan berimplikasi pada strategi produk yang ditetapkan. Hasil pengumpulan data sebesar 80% konsumen NTB dengan lama tinggal kurang dari 17 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju, akan tetapi masih terdapat ragu-ragu. Lama tinggal 17-33 tahun dan lebih dari 33 tahun menyatakan 100% setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL. Tabel 7 Penilaian KA produk terkait lama tinggal di NTB Penilaian KA Produk (%) RR S SS < dari 17th 11.8 39.2 7.8 17-33 tahun 0.0 25.5 3.9 > dari 33 tahun 0.0 5.9 5.9 Total (%) 11.8 70.6 17.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju Lama Tinggal di NTB
Total (%) 58.8 29.4 11.8 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, hipotesis Ho : KA produk tidak berpengaruh terhadap lama tinggal dan hipotesis Ha : KA produk memiliki pengaruh terhadap lama tinggal. Nilai kritis df adalah 4 pada α % = 7.779 dan nilai hitung sebesar 9.208. Nilai hitung sehingga nilai tabel lebih besar dari pada nilai tabel maka Ho ditolak, yang berarti dugaan awal benar bahwa penilaian KA produk berpengaruh terhadap profil konsumen berdasarkan lama tinggal. Terdapat perbedaan selera konsumen terhadap pilihan warna produk, sehingga DBL perlu melakukan startegi produk yang berbeda khususnya dari variasi warna dan desain. Hubungan Elemen KA Usia Konsumen Bale Lombo Penilaian KA produk diduga dipengaruhi oleh profil konsumen, yaitu usia konsumen. Teori Kotler (2009) menyatakan usia adalah salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi konsumen. Hasil pengumpulan data diperoleh 73.3% konsumen DBL kurang dari 25 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa DBL merupakan distro merchandise NTB, akan tetapi masih terdapat penilaian
23
ragu-ragu. Sebesar 66.7% pada konsumen 25-40 tahun dan 66.1% konsumen lebih dari 40 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL. Hasil penilaian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan penilaian konsumen terkait usia. Informasi berdasarkan penelitian di lapangan bahwa usia remaja lebih menyukai produk kaos dengan warna cerah dan model tanpa lengan sebaliknya usia dewasa lebih dominan memilih warna lembut atau gelap dengan model polo shirt, sehingga DBL perlu membuat produk yang lebih variatif. Lokasi penjualan Bale Lombo yang menyusuri tempat wisata, taman kota tempat berkumpulnya anak muda, selain itu bekerjasama dengan distro, menjadi salah satu faktor produk Bale Lombo lebih diminati oleh konsumen usia remaja. Tabel 8 Penilaian KA produk terkait usia konsumen Penilaian KA Produk (%) RR S SS < 25 tahun 9.8 43.1 5.9 25-40 tahun 2.0 19.6 7.8 > 40 tahun 0.0 7.8 3.9 Total 11.8 70.6 17.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju Usia Konsumen
Total (%) 58.8 29.4 11.8 100.0
Hasil uji cross tab, hipotesis Ho : KA produk tidak dipengaruhi oleh usia konsumen dan hipotesis Ha : KA produk dipengaruhi oleh usia konsumen. Pengujian dengan chi-square pada α 5% menunjukan Ho diterima karena nilai statistik sebesar 4.250 lebih kecil dari pada nilai tabel = 9.488, yang berarti dugaan awal tidak tepat yaitu usia konsumen tidak berpengaruh terhadap pembelian produk DBL. Hubungan Elemen KA Terkait Rencana Kunjungan di NTB KA produk diduga dipengaruhi oleh rencana lama kunjungan wisatawan. Hipotesis berkaitan dengan keputusan pembelian, ingin diketahui penilaian wisatawan yang memiliki rencana kunjungan kurang dari satu minggu dan lebih dari satu minggu, maka perlu dilakukan pengujian. Hasil pengumpulan data, wisatawan dengan rencana di NTB kurang dari 1 minggu sebesar 73.7% menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL sebagai merchandise khas NTB, sedangkan untuk rencana di NTB lebih dari 1 minggu sebesar 56.9% yang menyatakan setuju dan sangat setuju, akan tetapi masih terdapat pendapat ragu-ragu yang ditunjukan pada Tabel 10, hal ini menunjukan bahwa terdapat perbedaan penilaian konsumen terkait rencana di NTB. Penelitian dilapangan menunjukan, wisatawan yang berkunjung ke NTB kurang dari 1 minggu akan membeli produk merchandise DBL tanpa membandingkannya dengan produk yang lain, dikarenakan waktu kunjung yang terbatas. Konsumen yang memiliki waktu lebih dari 1 minggu memiliki kesempatan waktu lebih banyak untuk mencari merchandise khas NTB. Tabel 9 Penilaian KA produk terkait rencana di NTB Penilaian KA Produk (%) Rencana di NTB RR S SS 0 (warga NTB) 0.0 35.3 13.7 < dari 1 minggu 7.8 27.5 2.0 > dari 1 minggu 3.9 7.8 2.0 Total (%) 11.8 35.3 3.9 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 49.0 37.3 13.7 100.0
24
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, hipotesis Ho : KA produk tidak dipengaruhi oleh rencana di NTB dan hipotesis Ha : KA produk dipengaruhi oleh rencana di NTB. Hasil perhitungan pada α % dan df derajat kebebasan) 4 diperoleh nilai kritis = 7.779, sedangkan pada nilai hitung = 9.208 karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho ditolak. Jadi, hipotesis awal benar yaitu KA produk dipengaruhi oleh rencana lama kunjungan wisatawan di NTB. Penilaian Value Proposition (VP) Terkait Profil Konsumen Bale Lombo Beragam cara dilakukan sebuah perusahaan untuk menarik minat pelanggan agar menjadikannya berbeda dengan pesaing yaitu dengan memberikan proposisi nilai kepada konsumen (Osterwalder 2007). Value proposition berupa nilai yang diberikan untuk menjadi pembeda Bale Lombo dengan distro lainnya serta sebagai pertimbangan agar konsumen membeli produk Bale Lombo. Uji keterkaitan antara VP dengan profil konsumen diduga terdapat hubungan, namun ada beberapa indikator yang tidak diuji karena diduga tidak memiliki hubungan berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan, seperti tersaji pada tabel 10. Tabel 10 Rekapitulasi hasil cross tab value proposition Profil Konsumen
Hasil Uji Pada Subtansi Value Proposition Terhadap Terhadap Terhadap Harga Desain Nilai Tambah TS **
Jenis Kelamin Penduduk NTB dan Non TS TS TS NTB Lama Tinggal di NTB TS Usia TS TS TS Pengeluaran TS TS Tujuan ke NTB TS Rencana di NTB TS TS ** Frekuensi kunjungan TS TS TS Keterangan : * signifikan α taraf 5%, ** signifikan α taraf 10%, TS (Tidak Signifikan), - (Tidak Diuji)
Hasil uji cross tab dengan menggunakan uji chi square menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara elemen VP dengan indikator desain dan harga, karena nilai tabel > nilai hitung pada α 0.05 dan 0.10. Indikator nilai tambah menunjukan masih ada hubungan yang nyata antara elemen VP terhadap profil konsumen yaitu berdasarkan jenis kelamin dan rencana kunjungan di NTB. Pembahasan lebih lanjut akan dibahas mengenai indikator VP yang memiliki hubungan dan beberapa indikator VP yang tidak signifikan. Hubungan Elemen VP Terkait Jenis Kelamin Konsumen Uji keterkaitan antara VP nilai tambah dengan jenis kelamin karena diduga diantara keduanya memiliki perbedaan penilaian. Hasil pengumpulan data sebesar 80% konsumen laki-laki menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap nilai tambah yang diberikan DBL. Konsumen wanita memberikan penilaian setuju dan sangat setuju lebih besar yaitu 95.1%, akan tetapi dari penilaian responden masih terdapat ragu-ragu.
25
Tabel 11 Penilaian VP nilai tambah terkait jenis kelamin Penilaian VP Nilai Tambah Produk (%) Jenis Kelamin
RR S SS Laki – laki 11.8 41.2 5.9 Perempuan 2.0 25.5 13.7 Total (%) 13.7 66.7 19.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 58.8 41.2 100.0
Hasil uji cross tab, hipotesis Ho : VP nilai tambah tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan hipotesis Ha : VP nilai tambah dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen. Dibuktikan dengan chi-square pada α % menunjukan Ho ditolak = karena nilai statistik sebesar 5.641, lebih besar dari pada nilai tabel 4.605. Ini berarti bahwa hipotesis awal tepat atau diterima, sehingga dapat disimpulkan penilaian VP nilai tambah dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen, yang artinya terdapat perbedaan penilaian antara konsumen laki-laki dan wanita. Salah satu nilai tambah yang diberikan Bale Lombo adalah kemasan yang unik, desain dan kualitas yang berbeda dengan usaha sejenis. DBL juga mengusung socialpreneur yang mengedepankan potensi lokal NTB, seperti anyaman bambu Lombok yang dijadikan packaging, kain tenun tembe nggoli sebagai variasi tas, topi anyaman yang dijadikan sebagai bonus pembelian dan sebagainya. Konsumen DBL berharap bahwa Bale Lombo dapat terus bekarya dengan kreatifitas yang menjunjung tinggi kebudayaan NTB. Hubungan Elemen VP Terkait Lama Tinggal Uji keterkaitan antara elemen VP desain karena diduga dipengaruhi oleh profil konsumen yaitu lama tinggal di NTB. Hipotesis berkaitan dengan penilaian desain produk DBL, lama tinggal akan mempengaruhi terhadap pilihan desain. Hasil pengumpulan data diperoleh informasi sebesar 69.9% lama tinggal kurang dari 17 tahun, 73.46% lama tinggal 17 sampai33 tahun dan lebih dari 33 tahun sebesar 99.1% yang menyatakan setuju terhadap desain kaos Bale Lombo. Hasil penilaian konsumen menunjukan lama tingal tidak berpengaruh terhadap pilihan desain, akan tetapi faktor kesukuanlah yang berpengaruh terhadap pembelian dan pilihan desain. Tabel 12 Penilaian VP harga terkait lama tinggal Total Penilaian VP Desain (%) Lama Tinggal di NTB
RR S SS Kurang dari 17th 17.6 33.3 7.8 17-33 tahun 7.8 19.6 2.0 Lebih dari 33 tahun 0.0 7.8 3.9 Total (%) 25.5 60.8 13.7 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
(%) 58.8 29.4 11.8 100,0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis Ho : tidak ada keterkaitan antara VP desain dengan lama tinggal dan hipotesis Ha : antara VP desain dengan lama tinggal memiliki keterkaitan. Nilai kritis degree of freedom (df) adalah 4 pada α 5% sehingga nilai tabel = 9.488 dan nilai hitung sebesar 4.209, karena nilai tabel lebih besar dari pada nilai hitung maka Ho diterima, yang berarti dugaan awal tidak tepat, bahwa VP desain tidak dipengaruhi oleh profil konsumen berdasarkan lama tinggal. Konsumen NTB lebih dominan menyukai desain berdasarkan suku tempat mereka tinggal,
26
seperti suku Sasak, Mbojo dan Samawa yang lebih menyukai desain etnik daerahnya, sehingga desain produk harus lebih bervariasi sesuai dengan trend saat ini dan identik etnik NTB. Hubungan Elemen VP Terkait Pengeluaran/bulan Konsumen Bale Lombo Uji keterkaitan VP harga terhadap pengeluaran/bulan konsumen Bale Lombo, karena diduga terdapat hubungan diantara keduanya. Asumsi awal menyatakan konsumen berpenghasilan tinggi berapapun harga yang ditawarkan akan dibeli, oleh karena itu pengeluaran/bulan dengan harga sangat sensitif. Berkaitan dengan itu, ingin diketahui perlu tidaknya perbedaan harga berdasarkan pengeluaran/bulan konsumen DBL, karena mempengaruhi daya beli konsumen maka dilakukan pengujian. Hasil pengumpulan data menunjukan, konsumen dengan pengeluaran kurang dari Rp 2 500 000 sebesar 89% menyatakan setuju dan sangat setuju dengan harga yang ditetapkan DBL, akan tetapi masih terdapat penilaian tidak setuju dan ragu-ragu. Konsumen dengan pengeluaran/bulan Rp 2 500 000 sampai 10 000 000 dan lebih dari Rp 10 000 000 menyatakan 100% setuju terhadap harga jual produk DBL. Hasil penilaian baik konsumen dengan pengeluaran paling rendah maupun tinggi setuju terhadap harga yang ditetapkan DBL, sehingga DBL tidak perlu menetapkan perbedaan harga. Hal ini sangat mungkin terjadi pada produk merchandise khas daerah, dimana konsumen membeli sebagai kenangkenangan telah berkunjung. Tabel 13 Penilaian VP harga terkait pengeluaran konsumen/bulan Penilaian VP Harga (%) Pengeluaran/bln Konsumen TS RR S SS < Rp 2.5 juta 2.0 3.9 43.1 7.8 Rp 2.5 juta - 10 juta 0.0 0.0 35.3 3.9 > Rp 10 juta 0.0 0.0 3.9 0.0 Total (%) 2.0 3.9 82.4 11.8 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 56.9 39.2 3.9 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis Ho : VP harga tidak dipengaruhi oleh pengeluaran konsumen dan hipotesis Ha : antara VP harga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumen. Nilai kritis degree of freedom df adalah 6 pada α 5% nilai tabel = 12.5992 dan nilai hitung sebesar 3.302, karena nilai tabel lebih besar dari pada nilai hitung, maka Ho diterima yang berarti hipotesis awal tidak tepat, sehingga dapat disimpulkan antara VP harga tidak dipengaruhi oleh profil konsumen berdasarkan pengeluaran perbulan. Besarnya pengeluaran konsumen perbulan memperlihatkan pendapatan yang ia terima, pada umumnya konsumen dengan penghasilan tinggi akan membeli berapapun harga yang ditawarkan. Hubungan Elemen VP Terkait Rencana Lama Kunjungan di NTB Hubungan elemen VP nilai tambah produk diduga dipengaruhi oleh rencana kunjungan di NTB, hal ini berkaitan dengan penilaian yang diberikan oleh wisatawan yang memiliki waktu kunjung kurang dari 1 minggu dan lebih dari 1 minggu terhadap nilai tambah produk yang diberikan DBL. Jika ada perbedaan penilaian berimplikasi pada strategi yang ditetapkan, maka perlu dibuat strategi nilai tambah yang berbeda.
27
Hasil pengumpulan data menunjukan 79% wisatawan dengan rencana kunjungan kurang dari 1 minggu, dan 71.5% rencana kunjungan lebih dari 1 minggu memberikan penilaian setuju dan sangat setuju terhadap nilai tambah yang diberikan DBL, akan tetapi masih ada yang menyatakan ragu-ragu. Hasil penilaian konsumen tidak terlihat perbedaan penilaian yang signifikan berdasarkan rencana di NTB. Tabel 14 Penilaian VP nilai tambah terkait rencana di NTB Penilaian VP Nilai Tambah Produk (%) Rencana di NTB Total (%) RR S SS 0 2.0 31.4 15.7 < dari 1 minggu 7.8 27.5 2.0 > dari 1 minggu 3.9 7.8 2.0 Total (%) 13.7 66.7 19.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
49.0 37.3 13.7 100.0
Hasil uji cross tab yang menujukan VP nilai tambah dipengaruhi oleh rencana di NTB, dibuktikan dengan chi-square pada df (degree of freedom) 4 dan α %. Hipotesis Ho : VP nilai tambah produk tidak berpengaruh terhadap rencana di NTB dan Ha : VP nilai tambah produk berpengaruh terhadap rencana di NTB. Hasil perhitungan Ho ditolak karena nilai statistik sebesar 7.905 lebih besar dari pada nilai tabel = 7.779. Nilai tambah produk yang ditawarkan DBL kepada konsumen atau wisatawan adalah kenyamanan dan fit (pas) ketika dikenakan, kebanggaan ketika digunakan serta memberikan nilai edukatif dari produk hingga packaging mengenai etnik NTB. Penilaian Customer Relationship (CR) Terkait Profil Konsumen DBL Customer relationship yang diberikan akan sangat mempengaruhi terhadap pengalaman pelanggan secara keseluruhan (Osterwalder 2012). DBL untuk menarik minat pelanggan dan mempertahankan loyalitas pelanggan berupaya membina hubungan baik serta mengajak konsumen potensial untuk menjadi mitra. Uji keterkaitan antara CR terhadap profil konsumen diduga memiliki hubungan, namun ada beberapa indikator yang tidak diuji karena diduga tidak terdapat hubungan berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan. Tabel 15 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship Profil Konsumen
Hasil Uji Pada Subtansi Customer Relationship Terhadap Kepuasan Terhadap Diskon atau bonus Pelanggan
Jenis Kelamin TS * Penduduk NTB dan Non TS TS NTB Lama Tinggal di NTB TS TS Usia TS TS Pengeluaran TS TS Tujuan ke NTB TS TS Rencana di NTB TS TS Frekuensi kunjungan TS TS Keterangan : *signifikan α taraf 5%, ** signifikan α taraf 10%, TS (Tidak Signifikan)
28
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hanya pada profil konsumen berdasarkan jenis kelamin yang memiliki pengaruh terhadap CR diskon, sedangkan pada indikator kepuasan pelanggan tidak memiliki hubungan yang nyata. Pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai indikator CR yang memiliki hubungan serta beberapa indikator CR yang tidak signifikan. Hubungan Elemen CR Terkait Jenis Kelamin Elemen CR diskon atau bonus diduga dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen. Hipotesis ini berkaitan dengan penilaian terhadap diskon atau bonus, yang akan berimplikasi pada strategi CR DBL. Konsumen perempuan lebih menyukai pemberian diskon atau bonus dibandingkan laki-laki. Hasil pengumpulan data menunjukan konsumen laki-laki sebesar 80% menyatakan setuju dan sangat setuju, namun sisanya mengatakan ragu-ragu dan tidak setuju. Konsumen wanita 85% menyatakan setuju dan sangat setuju, serta tidak ada yang menyatakan tidak setuju. Penilaian konsumen terhadap CR diskon antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan yang signifikan, namun didominasi oleh penilaian konsumen wanita serta pada konsumen laki-laki masih ada yang berpendapat tidak setuju. Konsumen perempuan lebih tertarik kepada diskon atau bonus dan laki-laki lebih rasional sehingga kurang tertarik dengan diskon, tapi masih menyukai pemberian bonus yang berkaitan dengan etnik NTB. Tabel 16 Penilaian CR diskon terkait jenis kelamin Penilaian CR Diskon atau bonus Total (%) Jenis Kelamin TS RR S SS Laki-laki 2.0 9.8 45.1 2.0 Perempuan 0.0 5.9 21.6 13.7 Total (%) 2.0 15.7 66.7 15.7 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
58.8 41.2 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis Ho : CR diskon atau bonus tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen dan hipotesis Ha : antara CR diskon atau bonus dipengaruhi oleh jenis kelamin. Nilai kritis degree of freedom (df) adalah pada α 5% sehingga nilai tabel = 7.815 dan nilai hitung sebesar 8.925, karena nilai hitung lebih besar dari nilai tabel, maka Ho ditolak yang berarti dugaan awal tepat, sehingga dapat disimpulkan antara CR diskon atau bonus dipengaruhi olehp profil konsumen berdasarkan jenis kelamin. Hubungan Elemen CR Terkait Asal Daerah Konsumen Bale Lombo Dugaan awal dilakukannya uji keterkaitan adalah CR kepuasan pelanggan produk terhadap asal daerah konsumen DBL memiliki hubungan. Berkaitan dengan ini, ingin diketahui penilaian kepuasan pelanggan produk DBL antara konsumen NTB dengan luar NTB. Jika ada perbedaan berimplikasi kepada strategi CR DBL. Hasil pengumpulan data menunjukan sebesar 96% konsumen NTB merasa puas dan sangat puas, sedangkan konsumen luar NTB 78% merasa puas dan sangat puas, namun sisanya ada yang merasa ragu-ragu dan tidak puas terhadap produk DBL. Hasil penilaian, kepuasan terhadap produk DBL baik merchandise maupun pelayanan mayoritas berasal dari konsumen NTB, sehingga DBL perlu melakukan strategi berbeda untuk meningkatkan kepuasan pelanggan pada konsumen luar NTB.
29
Tabel 17 Penilaian CR kepuasan pelanggan terkait asal daerah Penilaian CR Kepuasan Pelanggan Terhadap Produk (%) TS RR S SS Penduduk NTB 0.0 2.0 37.3 15.7 Non NTB 2.0 7.8 31.4 3.9 Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju Daerah Asal
Total (%) 54.9 45.1 100.0
Hasil uji cross tab dengan chi-square Ho : CR kepuasan pelanggan tidak dipengaruhi oleh daerah asal dan hipotesis Ha : CR kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh daerah asal. Hasil perhitungan pada df (degree of freedom) 3 dan = α 5% nilai statistik sebesar 6.227 lebih kecil dari pada nilai tabel 7.815, sehingga Ho diterima. Menunjukan hipotesis awal tidak tepat, sehingga dapat disimpulkan kepuasan pelanggan konsumen DBL tidak dipengaruh oleh daerah asal konsumen tersebut. Kotler dan Keller (2009) mengatakan bahwa pembeli terpuaskan tergantung pada kinerja penawaran dalam hubungannya dengan ekspektasi pembeli dan apakah pembeli menginterpretasikan adanya penyimpangan antara keduanya. Sebagian konsumen NTB yang merasa puas kini telah menjadi mitra Bale Lombo sebagai reseller maupun memesan untuk kegiatan event etnik NTB. Penilaian Channel Terkait Profil Konsumen Bale Lombo Channel merupakan blok bangunan BMG, yang menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk memberikan proposisi nilai (Osterwalder 2012). Sebagai usaha baru, channel merupakan alat promosi yang sangat diperlukan oleh DBL yaitu terbagi dalam indikator lokasi dan media promosi. Uji keterkaitan antara channel dengan profil konsumen karena diduga keduanya memiliki hubungan, namun ada beberapa indikator yang tidak diuji karena diduga tidak memiliki hubungan berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan. Tabel 18 Rekapitulasi hasil cross tab channel Profil Konsumen
Hasil Uji Pada Subtansi Channel Terhadap Lokasi * * TS TS TS
Terhadap Media Promosi Jenis Kelamin TS Penduduk NTB dan Non NTB TS Lama Tinggal di NTB Usia TS Pengeluaran Tujuan ke NTB TS Rencana di NTB * Frekuensi kunjungan TS Keterangan : *signifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, TS (Tidak Signifikan), - (Tidak Diuji)
Hasil uji cross tab dengan chi-square menunjukan pada channel media promosi tidak ada berpengaruh terhadap profil konsumen karena nilai hitung lebih kecil dari nilai kritis setelah diuji pada α 5% dan %, sedangkan pada channel lokasi berpengaruh terhadap profil konsumen berdasaran jenis kelamin, kependudukan dan rencana di NTB.
30
Hubungan Elemen Channel Terkait Jenis Kelamin Diperkirakan channel lokasi penjualan dipengaruhi oleh jenis kelamin. Berkaitan dengan channel ingin mengetahui penilaian konsumen laki-laki dan perempuan terkait lokasi penjualan, karena berimplikasi kepada strategi lokasi penjualan DBL. Hasil pengumpulan data menunjukan sebesar 75% konsumen laki-laki berpendapat setuju, dan sangat setuju namun masih ada yang ragu-ragu dan tidak setuju, sedangkan 71% konsumen wanita menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap lokasi penjualan DBL. Produk DBL dapat dijumpai pada tempat wisata, taman kota, Bandara Internasional Lombok dan distro yang telah menjadi mitra, sehingga DBL tidak perlu melakukan strategi yang berbeda. Mayoritas konsumen yang menyatakan setuju adalah laki-laki. Bale Lombo selain dapat dibeli secara langsung juga dapat dibeli melalui media internet website dan media sosial. Tabel 19 Penilaian elemen BMG channel terkait jenis kelamin Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Penilaian Channel Lokasi Penjualan (%) TS
RR
S
SS
2.0 0.0
11.8 11.8
43.1 17.6
2.0 11.8
Total (%) 2.0 23.5 60.8 13.7 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 58.8 41.2 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis Ho : channel lokasi penjualan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan hipotesis Ha : channel lokasi penjualan dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen. Nilai kritis degree of freedom df adalah pada α 5% sehingga nilai tabel = 7.815 dan nilai hitung sebesar 8.706, karena nilai hitung lebih besar dari nilai tabel, maka Ho ditolak yang berarti dugaan awal tepat, sehingga dapat disimpulkan antara channel lokasi penjualan dipengaruhi profil konsumen berdasarkan jenis kelamin. Hubungan Elemen Channel Terkait Asal Daerah Konsumen Uji keterkaitan channel lokasi penjualan terhadap asal daerah diperkirakan memiliki hubungan. Penilaian konsumen dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan penilaian antara konsumen NTB dan luar NTB, terkait kemudahan mendapatkan produk DBL berdasarkan lokasi penjualan. Hasil pengumpulan data menunjukan sebesar 85% konsumen NTB setuju dan sangat setuju, sedangkan konsumen NTB 59% menyatakan setuju, namun terdapat penilaian ragu-ragu dan tidak setuju. Hasil penilaian konsumen terdapat penilaian yang berbeda antara konsumen NTB dan luar NTB, sehingga DBL perlu melakukan strategi berbeda terkait lokasi penjualan. Terpusatnya penjualan di NTB, memudah konsumen NTB untuk mendapatkan produk Bale Lombo, sedangkan bagi konsumen luar NTB hanya dapat membeli secara langsung ketika berkunjung ke NTB. Oleh karena itu konsumen menyarankan agar website Bale Lombo dibuat lebih menarik dan mengedepankan promosi online agar produk DBL dapat dijangkau oleh konsumen luar NTB.
31
Tabel 20 Penilaian channel terkait setiap asal daerah Penilaian Channel Pada Lokasi Penjualan (%) TS RR S SS Penduduk NTB 0.0 7.8 33.3 13.7 Non NTB 2.0 15.7 27.5 0.0 Total (%) 2.0 23.5 60.8 13.7 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju Daerah Asal
Total (%) 54.9 45.1 100.0
Hasil uji cross tab dengan chi-square Ho : channel lokasi penjualan tidak dipengaruh terhadap rencana di NTB dan hipotesis Ha : channel lokasi penjualan dipengaruhi oleh rencana di NTB. Hasil perhitungan pada df (degree of freedom) dan α 5%. Ho ditolak karena nilai statistik sebesar 9.222, lebih besar dari = 7.815, sehingga dapat disimpulkan dugaan awal benar pada nilai tabel yaitu channel lokasi penjualan berpengaruh terhadap daerah asal. Hubungan Elemen Channel Terkait Rencana di NTB Penilaian elemen channel lokasi penjualan diduga dipengaruhi oleh profil konsumen, yaitu usia konsumen. Hal ini berkaitan dengan penilaian dan saran konsumen terhadap lokasi penjualan, apakah ada perbedaan penilaian antara wisatawan kurang dari 1 minggu dengan wisatawan rencana kunjung lebih dari 1 minggu. Hasil pengumpulan data menunjukan 100% wisatawan kurang dari 1 minggu menyatakan setuju, tetapi masih terdapat ragu-ragu, sedangkan wisatawan dengan rencana kunjungan lebih dari 1 minggu 71% yang menyatakan setuju dan sangat setuju, namun masih ada ragu-ragu dan tidak setuju terhadap lokasi penjualan DBL. Hasil penilaian konsumen stategi mobile market telah sesuai dan menarik minat, khususnya bagi konsumen yang berada di tempat wisata dapat melihat secara langsung merchandise DBL lalu memutuskan melakukan pembelian, sehingga DBL tidak perlu melakukan strategi berbeda terkait lokasi penjualan, karena saat ini sudah sesuai. Tabel 21 Penilaian channel terkait rencana di NTB Penilaian Ch Pada Lokasi Penjualan (%) TS RR S SS 0 (warga NTB) 0.0 5.9 31.4 11.8 < dari 1 minggu 0.0 15.7 21.6 0.0 > dari 1 minggu 2.0 2.0 7.8 2.0 Total (%) 2.0 0.2 60.8 13.7 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju Rencana di NTB
Total (%) 49.0 37/3 13.7 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis Ho : tidak ada hubungan antara channel lokasi penjualan dengan rencana di NTB dan hipotesis Ha : antara channel lokasi penjualan dengan rencana di NTB memiliki memiliki hubungan. Nilai kritis degree of freedom df adalah 6 pada α 5%, sehingga nilai tabel = 12.592 dan nilai hitung sebesar 15.355, karena nilai hitung lebih besar dari nilai tabel, maka Ho ditolak yang berarti dugaan awal tepat. Waktu berkunjung di NTB berpengaruh terhadap lokasi penjualan yang berarti dugaan awal benar, yaitu channel lokasi penjualan terhadap profil konsumen berdasarkan rencana di NTB memiliki hubungan.
32
Analisis Hubungan Antar - Variabel Substansi Customer Focus Diperkirakan bahwa antara subtansi dengan subtansi memiliki hubungan yang signifikan. Oleh karena itu dilakukan uji keterkaitan dengan menggunakan uji chi-square untuk mengetahui apakah antar-variabel terdapat hubungan. Sebelum pengujian dibuat terlebih dahulu hipotesis awal. Uji chi-square ini menggunakan taraf kesalahan 5% dan 10% dalam melihat keterkaitan antar variabel subtansi BMG. Penilaian Elemen Key Activity (KA) Terkait Elemen Value Proposition (VP), Customer Relationship (CR) dan Channel Hubungan pada indikator elemen KA dengan VP, CR dan channel diperkirakan memiliki hubungan. Berikut disajikan dengan tabel 22, hasil perhitungan cross tab antara subtansi tersebut. Tabel 22 Rekapitulasi hasil cross tab KA dengan VP, CR dan Channel Substansi
Hasil Uji Pada Subtansi Customer Focus Terhadap VP Terhadap CR Terhadap Channel Nilai Diskon atau Kepuasan Media Harga Desain Lokasi Tambah bonus Pelanggan Promosi
Key Activity Produk * * * * * Pelayanan * * Keterangan : * signifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, - (Tidak Diuji)
* -
* -
Hasil uji cross tab tampak bahwa, pada setiap elemen subtansi customer focus hampir seluruhnya memiliki hubungan dengan tingkat signifikan sama, namun terdapat beberapa indikator yang tidak dilakukan pengujian dikarenakan secara umum dan hasil penelitian lapangan tidak memiliki hubungan. Hubungan KA Produk Terkait VP Harga Uji keterkaitan antara KA produk terhadap VP harga diduga memiliki hubungan. Hasil penelitian menunjukan harga berpengaruh terhadap kualitas suatu produk. Mayoritas konsumen menyatakan setuju bahwa kualitas produk DBL sesuai dengan harga jual yang ditawarkan. Tabel 23 Penilaian produk terkait harga Penilaian Terkait Harga Jual (%) Penilaian Kualitas Produk TS RR S SS RR 2.0 3.9 5.9 0.0 S 0.0 0.0 66.7 3.9 SS 0.0 0.0 9,8 7.8 Total (%) 2.0 3.9 82.4 11.8 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 11.8 70.6 17.6 100,0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk dengan harga jual tidak memiliki pengaruh, Ha : kualitas produk dengan harga jual memiliki pengaruh. Hasil perhitungan pada α 5% dan df derajat kebebasan 6 diperoleh nilai kritis = 12.592, sedangkan pada nilai hitung = 34.742. Nilai kritis atau tabel lebih kecil dari pada nilai hitung, menunjukan terdapat pengaruh yang kuat antara harga dengan produk, yang berarti dugaan awal benar. Kualitas produk merupakan faktor penting sebagai pertimbangkan konsumen dan harga merupakan faktor sensitif, terutama bagi segmen yang mempertimbangkan faktor
33
harga sebelum membeli, sehingga dapat disimpulkan harga dengan mutu produk yang diberikan Bale Lombo telah sesuai dengan ekpetasi pelanggan. Hubungan KA Produk Terkait VP desain KA produk dan VP desain pada elemen BMG diduga memiliki hubungan. Hasil penilaian konsumen (Tabel 30) menunjukan mayoritas konsumen DBL sebesar 49% menyatakan setuju. Bale Lombo sebagai distro yang mengusung pelestarian etnik NTB tentunya harus menampilkan desain-desain khas etnik NTB yang lebih beragam. Tabel 24 Penilaian produk terkait desain Penilaian Terkait Variasi Desain (%) Penilaian Kualitas Produk RR S SS RR 9.8 2.0 0.0 S 15.7 49.0 5,9 SS 0.0 9.8 7.8 Total (%) 25.5 60.8 13.7 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 11.8 70.6 17.6 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk dengan variasi desain tidak memiliki pengaruh, Ha : kualitas produk dengan variasi desain memiliki pengaruh. Hasil perhitungan pada α 5% dan df derajat kebebasan) 4 diperoleh nilai kritis = 9.488, sedangkan pada nilai hitung = 20.500, karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho ditolak. Jadi, hipotesis awal benar yaitu kualitas produk dipengaruh oleh variasi desain yang menarik. Desain yang unik dengan kualitas terbaik perlu diperhatikan Bale Lombo. Hubungan KA Produk Terkait VP Nilai Tambah Penilaian terhadap kualitas produk dengan nilai tambah yang diberikan diduga memiliki keterkaitan, semakin produk itu berkualitas akan menciptakan proposisi nilai dimata konsumen. Hasil penelitian menunjukan, konsumen menyatakan setuju bahwa kualitas dan nilai tambah yang diberikan DBL, telah sesuai dengan harapan mereka. Tabel 25 Penilaian produk terkait nilai tambah Penilaian Terkait Nilai Tambah Produk (%) Penilaian Kualitas Produk RR S SS RR 9.8 2.0 0.0 S 3.9 60.8 5.9 SS 0.0 3.9 13.7 Total (%) 13.7 66.7 19.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 11.8 70.6 17.6 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square pada hipotesis Ho : KA produk tidak ada keterkaitan terhadap VP dan Ha : antara KA dengan VP memiliki keterkaitan. Nilai kritis df adalah 4 pada α 5% sehingga nilai tabel = 9.488 dan nilai hitung sebesar 50.167. Nilai hitung lebih besar dari pada nilai tabel maka Ho ditolak, yang berarti dugaan awal benar bahwa nilai tambah memiliki pengaruh terhadap produk. Setiap produk yang diproduksi oleh Bale Lombo tentunya harus mengandung nilai lebih, baik itu dari desain, model, bahan dan sebagainya. Menjadikan Bale Lombo berbeda dengan para pesaingnya, selain itu senantiasa memberikan merchandise khas NTB untuk menarik minat
34
konsumen, seperti: topi anyaman khas lombok dengan balutan packaging unik yang memperkenalkan potensi lokal NTB. Hubungan KA produk terkait CR diskon atau bonus Uji keterkaitan antara produk dan diskon diduga saling berpengaruh, diskon merupakan strategi promosi untuk meningatkan penjualan produk DBL. Hasil pengumpulan data menunjukan sebesar 80% konsumen Bale Lombo menyatakan setuju, namun masih terdapat konsumen yang menyatakan ragu-ragu. Pembelian lebih dari 1 pcs DBL akan memberikan bonus atau diskon seperti potongan harga atau gratis produk. Bagi mitra akan diberikan bonus yang berbeda dengan potongan harga yang cukup besar dari harga jual atau melalui sistem konsinyasi. Tabel 26 Penilaian produk terhadap bonus atau diskon Penilaian Terkait Diskon atau Bonus (%) Penilaian Kualitas Produk TS RR S SS RR 2.0 5.9 0.0 3.9 S 0.0 9.8 56.9 3.9 SS 0.0 0.0 9.8 7.8 Total (%) 2.0 15.7 66.7 15.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 11.8 70.6 17.6 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk tidak berpengaruh terhadap diskon atau bonus, Ha : kualitas produk berpengaruh terhadap diskon atau bonus. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai statistik = 12.592. Hal ini sebesar 26.989 lebih besar dari pada nilai tabel membuktikan dugaan awal benar yaitu terdapat pengaruh yang kuat antara pemberian diskon atau bonus terhadap produk Bale Lombo. Strategi pada KA produk terkait CR diskon atau bonus, DBL lakukan bertujuan untuk menciptakan kerja sama dengan pelanggan serta upaya menarik hati pelanggan agar turut melakukan promosi secara tidak langsung melalui strategi Word of Mouth. Hubungan indikator KA produk terkait CR kepuasan pelanggan Diduga KA produk dipengaruhi oleh CR kepuasan pelanggan. Hasil pengumpulan data menunjukan, bahwa kualiatas produk berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan yang dirasakan konsumen DBL. Mayoritas konsumen DBL memberikan penilaian puas terhadap kualitas produk, namun masih terdapat raguragu dan tidak puas dengan kualitas produk DBL. Tabel 27 Penilaian produk terkait kepuasan pelanggan Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Penilaian Kualitas Produk TS RR S SS RR 2.0 5.9 3.9 0.0 S 0.0 3.9 62.7 3.9 SS 0.0 0.0 2.0 15.7 Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 11.8 70.6 17.6 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk tidak mempengaruhi kepuasan pelanggan dan Ha : kualitas produk mempengaruhi kepuasan pelanggan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai statistik sebesar 53.347 lebih besar dari pada nilai tabel = 12.592, yang berarti dugaan awal benar bahwa antara kualitas produk berpengaruh terhadap kepuasan yang dirasakan pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan suatu konsep yang
35
telah lama dikenal dalam teori dan aplikasi pemasaran, kepuasan pelanggan menjadi salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis serta dipandang sebagai salah satu indikator terbaik untuk meraih laba dimasa akan datang (Hasan Ali 2013). Hubungan KA Produk Terkait Channel Lokasi Penjualan Produk terhadap lokasi penjualan diperkirakan diantara keduanya memiliki hubungan. Lokasi penjualan yang strategis akan memberikan kemudahan konsumen untuk mendapatkan produk. Hasil pengumpulan data menunjukan 54.9% konsumen menyatakan setuju bahwa lokasi penjual berpengaruh terhadap pembelian produk. Tabel 28 Penilaian produk terkait lokasi Penilaian Terkait Lokasi Penjualan (%) Penilaian Kualitas Produk RR S SS TS 2.0 0.0 0.0 RR 5.9 15.7 2.0 S 2.0 54.9 3.9 SS 2.0 0.0 11.8 Total (%) 11.8 70.6 17.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 2.0 23.5 60.8 13.7 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis Ho : tidak ada hubungan antara KA produk dengan channel lokasi penjualan dan hipotesis Ha : antara KA produk dengan channel lokasi penjualan memiliki hubungan. Nilai kritis degree of freedom (df) adalah 6 pada α 5% sehingga nilai tabel = 12.592 dan nilai hitung sebesar 39.093. Nilai hitung lebih besar dari pada nilai tabel maka Ho ditolak, yang berarti dugaan awal benar bahwa antara produk dengan lokasi penjualan memiliki keterkaitan. DBL sebagai usaha baru harus mempertimbangkan aspek tempat atau lokasi penjualan, agar produk DBL dapat dijangkau atau diketahui konsumen. Target pasar dapat menjadi pertimbangan untuk menentukan lokasi penjualan. Hubungan KA Produk terkait Channel Media Promosi Uji keterkaitan produk terhadap media promosi karena diduga antara keduanya memiliki hubungan. Hasil penelitian pada konsumen DBL tampak bahwa media promo berpengaruh terhadap produk, berdasarkan dari penilaian konsumen yang dominan setuju. Hal ini menunjukan media promosi yang dibuat cukup mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian. Tabel 29 Penilaian produk terkait media promosi Penilaian Ragam Media Promo (%) Penilaian Kualitas Produk RR S SS TS 0.0 2.0 0.0 RR 9.8 19.6 3.9 S 2.0 49.0 7.8 SS 0.0 0.0 5.9 Total (%) 11.8 70.6 17.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 2.0 33.3 58.8 5.9 100.0
Hasil uji cross tab dengan chi-square pada α 5% Ho : kualitas produk tidak berpengaruh terhadap media promo dan Ha : kualitas produk berpengaruh terhadap media promo. Hasil perhitungan menunjukan nilai statistik sebesar 22.403, lebih besar dari pada nilai tabel = 12.592, yang berarti Ho ditolak.
36
Media promosi yang dilakukan DBL berpengaruh terhadap produk, media promosi yang dilakukan DBL baik secara online maupun offline dapat menumbuhkan sikap positif konsumen terhadap produk yang ditawarkan. Hubungan KA Pelayanan Terkait VP Harga Pelayanan yang diberikan Bale Lombo terhadap harga jual diduga memiliki hubungan. Hasil pengumpulan data, berdasarkan dari penilaian konsumen mayoritas menyatakan setuju. Tabel 30 Penilaian pelayanan terkait harga Penilaian Terkait Harga Jual (%) TS R S SS TS 0.0 2.0 0.0 0.0 RR 0.0 2.0 2.0 0.0 S 2.0 2.0 60.8 17.6 SS 0.0 0.0 3.9 7.8 Total (%) 2.0 5.9 66.7 25.5 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju Penilaian Pelayan
Total (%) 2.0 3.9 82.4 11.8 100.0
Hasil uji cross tab dengan chi-square, Ho : pelayanan tidak mempengaruhi harga jual dan Ha : pelayanan mempengaruhi terhadap harga jual, pada degree of freedom (df) 9 dan α 5% menunjukan hubungan yang kuat antara pelayanan terhadap harga jual. Hasil perhitungan diperoleh nilai statistik sebesar 30.217 lebih besar dari pada nilai tabel = 16.919 yang berarti Ho ditolak, hal ini menunjukan dugaan awal tepat, yaitu kualitas layanan berrpengaruh terhadap harga. Konsumen tidak akan menyesal dengan harga yang ditawarkan apabila pelayanan yang diberikan sesuai. DBL berupaya memberikan pelayanan optimal melalui layanan yang responsif, dan solutif terhadap keinginan konsumen. Hubungan KA pelayanan terkait CR kepuasan pelanggan Pelayanan yang diberikan Bale Lombo terhadap kepuasan pelanggan diduga memiliki hubungan. Hasil pengumpulan data memperlihatkan bahwa pelayanan yang diberikan DBL berpengaruh terhadap kepuasan yang dirasakan konsumen. Mayoritas konsumen Bale Lombo merasakan setuju terhadap kualitas pelayanan yang diberikan, namun masih ada konsumen yang merasa tidak puas. Tabel 31 Penilaian pelayanan terkait kepuasan pelanggan Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Penilaian Pelayanan TS R S SS TS 2.0 0.0 0.0 0.0 RR 0.0 5.9 0.0 0.0 S 0.0 3.9 58.8 3.9 SS 0.0 0.0 9.8 15.7 Total 2.0 9.8 68.6 19.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 2.0 5.9 66.7 25.5 100.0
Hasil uji cross tab dengan chi-square, hipotesi Ho : pelayanan tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, Ha : pelayanan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Hasil perhitungan pada degree of freedom (df) 9 dan α 5% menunjukan pelayanan yang diberikan berpengaruh terhadap kepuasan yang dirasakan konsumen, dibuktikan oleh nilai statistik sebesar 98.88 lebih besar dari pada nilai tabel = 16.919. Penilaian pelayanan yang baik akan memberikan kepuasan pada pelanggan.
37
Penilaian Elemen Value Proposition (VP) Terkait Elemen Customer Relationship (CR) dan Channel Diperkirakan terdapat hubungan antara indikator elemen value proposition dengan customer relationship dan channel, namun ada beberapa indikator yang tidak dilakukan pengujian karena berdasaran hasil penelitian dilapangan tidak memiliki hubungan. Tabel 32 Rekapitulasi hasil cross tab VP dengan CR dan Channel Substansi
Hasil Uji Pada Subtansi Customer Focus Terhadap VP Terhadap CR Terhadap Ch Nilai Kepuasan Media Harga Desain Diskon Lokasi Tambah Pelanggan Promosi
Value Proposition Harga TS TS Desain TS Nilai Tambah Keterangan : *siginifikan α taraf 5%, **signifikan Signifikan)
* * α taraf 10%, - (Tidak
TS ** TS TS Diuji), TS (Tidak
Hasil uji cross tab menunjukan bahwa pada setiap indikator hampir seluruhnya memiliki hubungan dengan tingkat signifikan berbeda yang berarti dugaan awal benar bahwa ada perbedaan tingkat signifikan dengan penilaian persepsi yang juga berbeda di setiap indikator. Hubungan VP harga terkait CR kepuasan pelanggan VP harga yang ditetapkan Bale Lombo terhadap kepuasan pelanggan diduga memiliki hubungan. Hasil penelitian tampak bahwa konsumen setuju sebesar 74.5% merasa puas dan sangat puas terhadap produk maupun pelayanan yang diberikan DBL, artinya harga dengan kepuasan yang diterima telah sesuai ekspetasi konsumen. Tabel 33 Penilaian harga terkait kepuasan pelanggan Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Penilaian Harga Jual TS R S SS TS 0.0 2.0 0.0 0.0 RR 0.0 2.0 2.0 0.0 S 2.0 5.9 60.8 13.7 SS 0.0 0.0 5.9 5.9 Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 2.0 3.9 82.4 11.8 100.0
Hasil uji cross tab, Ho : antara harga jual dengan kepuasan pelanggan tidak berpengaruh dan Ha : antara harga jual dengan kepuasan pelanggan memiliki pengaruh. Hasil perhitungan dengan menggunakan chi-square menunjukan bahwa nilai statistik sebesar 17.551 lebih besar dari pada nilai tabel = 16.919, menunjukan harga jual yang ditetapkan DBL berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Penetapan harga yang tepat berpengaruh terhadap kepuasan yang konsumen rasakan, harga yang cocok dapat memberikan kepuasan bagi konsumen.
38
Hubungan VP desain terkait Channel lokasi Uji keterkaitan antara desain produk Bale Lombo terhadap lokasi penjualan diduga memiliki hubungan. Hasil penelitian menunjukan mayoritas konsumen setuju terhadap desain yang dibuat Bale Lombo dengan lokasi penjualan di tempat wisata, yang artinya desain produk Bale Lombo sesuai dengan apa yang konsumen inginkan yaitu mampu mewakili setiap lokasi wisata di NTB. Tabel 34 Penilaian desain terkait lokasi Penilaian Terkait Variasi Desain (%) Penilaian Lokasi Penjualan R S SS TS 2.0 0.0 0.0 RR 9.8 13.7 0.0 S 11.8 41.2 7.8 SS 2.0 5.9 5.9 Total (%) 25.5 60.8 13.7 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 2.0 23.5 60.8 13.7 100.0
Hasil uji cross tab, Ho : antara lokasi penjualan dengan variasi desain tidak berpengaruh dan Ha : antara lokasi penjualan dengan variasi desain memiliki pengaruh. Hasil perhitungan dengan chi-square menunjukan bahwa nilai statistik sebesar 11.577 lebih besar dari pada nilai tabel = 10.645, menunjukan hipotesis awal tepat yaitu lokasi penjualan berpengaruh terhadap variasi desain. Hubungan VP nilai tambah terkait CR kepuasan pelanggan Nilai tambah yang diberikan Bale Lombo terhadap kepuasan pelanggan diperkirakan memiliki hubungan. Hasil penilaian konsumen terhadap kepuasan pelanggan tampak bahwa konsumen lebih banyak memberikan penilaian setuju dan sangat setuju pada nilai tambah yang diberikan, yang ditunjukan Tabel 37. Tabel 35 Penilaian nilai tambah terkait kepuasan pelanggan Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Penilaian Nilai Tambah TS RR S SS RR 2.0 7.8 2.0 2.0 S 0.0 2.0 60.8 3.9 SS 0.0 0.0 5.9 13.7 Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 13.7 66.7 19.6 100.0
Hasil uji cross tab, Ho : nilai tambah tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, Ha : nilai tambah berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Hasil perhitungan dengan menggunakan chi-square pada α 5% dan df derajat kebebasan) 6 diperoleh nilai kritis = 12.592, sedangkan pada nilai hitung = 48.923, karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho ditolak. Jadi, dugaan awal benar yaitu terdapat pengaruh yang kuat antara nilai tambah dengan kepuasan pelanggan konsumen Bale Lombo. Penilaian Elemen Customer Relationship (CR) Terkait Channel Diperkirakan terdapat hubungan antara indikator elemen customer relationship terhadap channel, namun ada beberapa indikator yang tidak dilakukan pengujian karena berdasarkan pada hasil penelitian lapangan indikator tersebut tidak memilki hubungan.
39
Tabel 36 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship dan channel Substansi
Hasil Uji Pada Subtansi Customer Focus Terhadap CR Terhadap Channel Kepuasan Media Diskon Lokasi Pelanggan Promosi
Customer Relationship Diskon atau bonus TS * TS Kepuasan Pelanggan * * Keterangan : *signifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, - (Tidak Diuji), TS (Tidak Signifikan)
Hasil penilaian konsumen tampak bahwa pada indikator diskon tidak dilakukan pengujian, indikator kepuasan pelanggan tidak ada hubungan. Pada channel lokasi dan media promosi terhadap CR diskon dan kepuasan pelanggan, setelah dilakukan uji cross tab memiliki hubungan. Hubungan CR Diskon atau Bonus Terkait Channel Lokasi Diduga terdapat hubungan antara kebutuhan akan diskon atau bonus terhadap lokasi penjualan. Hasil pengumpulan data menunjukan bahwa konsumen merasa setuju dengan diskon atau bonus yang diberikan DBL. Tabel 37 Penilaian diskon atau bonus terkait lokasi Penilaian Terkait Lokasi Penjualan (%) Penilaian Diskon atau Bonus TS R S SS TS 0.0 2.0 0.0 0.0 RR 0.0 5.9 15.7 2.0 S 2.0 7.8 45.1 5.9 SS 0.0 0.0 5.9 7.8 Total 2.0 15.7 66.7 15.7 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 2.0 23.5 60.8 13.7 100.0
Hasil uji cross tab, Ho : diskon atau bonus tidak berpengaruh terhadap lokasi penjualan, Ha : diskon atau bonus mempengaruhi lokasi penjualan. Hasil perhitungan dengan menggunakan chi-square pada α 5% dan df derajat kebebasan) 9 diperoleh nilai kritis = 16.919, sedangkan pada nilai hitung = 17.570 karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho ditolak. Hal ini menunjukan hipotesis awal benar yaitu lokasi penjualan mempengaruhi terhadap diskon atau bonus diberikan. Konsumen yang melakukan pembelian secara langsung maupun online akan mendapatkan diskon atau bonus seperti topi anyaman, harga–harga promo. Hal tersebut diharapkan menjadi daya tarik DBL agar konsumen membeli produk DBL. Hubungan CR Kepuasan Pelanggan Terkait Channel Lokasi Diperkirakan terdapat hubungan antara kepuasan pelanggan terhadap lokasi penjualan. Hasil penilaian konsumen menunjukan bahwa konsumen merasa setuju bahwa lokasi penjualan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dalam membeli produk DBL, karena berkaitan dengan keyakinan terhadap kualitas produk. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel 47, berdasarkan hasil pengumpulan data mayoritas konsumen memberikan penilaian setuju dan sangat setuju.
40
Tabel 38 Penilaian kepuasan pelanggan terkait lokasi Penilaian Terkait Lokasi Penjualan Penilaian Kepuasan Pelanggan TS R S SS TS 0.0 2.0 0.0 0.0 RR 0.0 5.9 15.7 2.0 S 2.0 2.0 49.0 7.8 SS 0.0 0.0 3.9 9.8 Total 2.0 9.8 68.6 19.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 2.0 23.5 60.8 13.7 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : antara kepuasan pelanggan dengan lokasi penjualan tidak memiliki pengaruh dan Ha : lokasi penjualan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Pada df 9 dan α 5% menunjukan = bahwa nilai statistik sebesar 28.077 lebih besar dari pada nilai tabel 16.919, yang berarti dugaan awal benar bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh terhadap lokasi penjualan produk Bale Lombo. Pembelian secara langsung dengan melalui internet tentu saja akan berbeda, dengan melakukan pembelian langsung konsumen dapat melihat model, desain, kualitas dan mencocokan ukuran dengan lebih jelas, sedangkan pembelian secara online dilihat dari gambar dan keterangan produk. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap kepuasan yang dirasakan konsumen. Hubungan CR Kepuasan Pelanggan Terkait Channel Media Promosi Uji keterkaitan antara kepuasan pelanggan terhadap ragam media promosi diduga memiliki hubungan. Hasil penelitian konsumen menunjukan bahwa konsumen merasa setuju, namun mayoritas konsumen menyatkan ragu-ragu bahwa media promosi berpengaruh terhadap kepuasan mereka, dapat dilihat pada Tabel 41. Tabel 39 Penilaian kepuasan pelanggan terkait media promosi Penilaian Terkait Ragam Media Promosi Penilaian Kepuasan Pelanggan TS R S SS TS 0.0 2.0 2.0 0.0 RR 0.0 7.8 21.6 3.9 S 2.0 2.0 45.1 9.8 SS 0.0 0.0 0.0 5.9 Total 2.0 9.8 68.6 19.6 Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju
Total (%) 2.0 33.3 58.8 5.9 100.0
Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : media promosi tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan Ha : media promosi berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Nilai df 9 dan α 5% menunjukan bahwa nilai statistik sebesar 18.912 lebih besar dari pada nilai tabel = 16.919, sehingga hipotesis awal tepat media promosi berpengaruh terhadap kepuasan yang dirasakan pelanggan. Media promosi yang dimiliki Bale Lombo seperti poster, website, media sosial memudahkan konsumen untuk mengetahui produk Bale Lombo. Melalui media promosi online seperti website dan media sosial konsumen dapat berinteraksi, melakukan pemesanan, memberikan saran atu kritik secara langsung kepada Bale Lombo.
41
Penilaian Konsumen DBL Terkait Elemen BMG Desain model bisnis tidak terlepas dari sisi pelanggan, sebuah pendekatan yang mengarah pada ditemukannya ide atau peluang yang baru, akan tetapi tidak berarti pemikiran pelanggan merupakan titik awal inisiatif untuk berinovasi namun kita harus tetap melibatkan perspektif pelanggan ketika mengevaluasi model bisnis atau kegiatan usaha yang dijalani. Dari sembilan elemen BMG, dipilih beberapa elemen yang berkaitan dengan perspektif pelanggan, guna mengetahui penilaian konsumen Bale Lombo terhadap komponen BMG yang paling berpengaruh untuk pengembangan usaha. Diperkirakan pada setiap elemen customer focus memiliki penilaian yang berbeda terhadap indikator-indikator pertanyaan yang diajukan. Penilaian Konsumen Terkait Key Activity (KA) Aktivitas perusahaan merupakan elemen yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan perusahaan seperti membuat produk, pelayanan, mengelola usaha dan aktivitas lainnya, dalam hal ini konsumen Bale Lombo dapat memberikan pendapat mengenai aktivitas yang dilakukan Bale Lombo dari segi produk dan pelayanan. Diperkirakan pada pertanyaan elemen KA, konsumen memberikan penilaian yang berbeda. Tabel 40 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait KA Indikator KA 1 KA 2 KA 3 KA 4 KA 5 KA 6 KA 7 KA 8 KA 9 KA 10 Key Activity
Skor Penilaian 2.1765 2.1569 2.0980 1.9804 2.1176 2.1765 1.9804 1.9412 1.8039 1.8824 2.0314
Penilaian Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
Hasil penilaian konsumen Bale Lombo terhadap elemen KA tampak bahwa seluruh konsumen menyatakan setuju pada setiap indikator KA, yang berarti dugaan awal tidak tepat. Agar mendapatkan persepsi konsumen yang lebih kuat maka diperlukan pengembangan dari aktivitas perusahaan dari segi inovasi, kualitas produk dan pelayanan yang optimal. Penilaian Konsumen Terkait Value Propositions (VP) Proposisi nilai merupakan alasan yang membuat pelanggan beralih dari suatu produk ke yang lain, dikarenakan dapat lebih memuaskan kebutuhan atau keinginan dari pelanggan. Proposisi nilai dibuat secara spesifik dengan target konsumen yang sudah jelas berisi manfaat yang ditawarkan kepada pelanggan. DBL menyadari proposisi nilai ini dapat membantu dalam mengembangkan dan menciptakan brandawerness dimata konsumen. Berbagai proposisi nilai ditawarkan dari segi harga, desain yang berbeda, model, packaging yang unik, pelayanan responsif dan sebagainya. Diduga pada pertanyaan elemen VP, konsumen memberikan penilaian yang berbeda.
42
Tabel 41 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait VP Indikator
Skor Penilaian
Penilaian
VP1 VP2 VP3 VP4 VP5 VP6 VP7 VP8 Value Propositions
2.2157 2.1569 1.9020 1.9804 2.0980 1.8824 1.9412 1.7255 1,9877
Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
Hasil penilaian tampak bahwa seluruh konsumen menyatakan setuju pada setiap indikator VP yang berarti dugaan awal tidak tepat. Agar mendapatkan persepsi konsumen yang lebih kuat maka diperlukan proposisi nilai yang lebih inovatif dan maksimal untuk membuat konsumen menjadi loyal terhadap brand DBL, tidak mudah terpengaruh dengan merchandise khas NTB lainnya dan kepuasan pelanggan yang senantiasa selalu terjaga. Salah satunya dengan cara mampu berkomunikasi dengan baik kepada pelanggan, jangan takut terhadap apa yang dikatakan pelanggan baik atau buruk direspon dengan cepat dan segera. Penilaian Terkait Customer Relationship (CR) Customer Relationship menggambarkan berbagai jenis hubungan yang dibangun bersama pelanggan. Dari segi hubungan pelanggan Bale Lombo berupaya menyediakan merchandise khas NTB dengan menggunakan motif budaya dalam desain. Target pasar Bale Lombo adalah netizen, komunitaskomunitas yang memiliki satu visi dan para wisatawan baik NTB maupun luar NTB. Bale Lombo memberian pelayanan yang responsif, proaktif dan memberikan diskon atau bonus, menyimpan data pelanggan dan memberikan penawaran utama sebagai upaya pendekatan dengan konsumen. Tabel 42 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait CR Indikator CR 1 CR 2 CR 3 CR 4 CR 5 CR 6 CR 7 CR 8 CR 9 Customer Relationship
Skor Penilaian 2.0196 1.9804 2.0588 2.1176 2.0196 2.2549 1.9231 2.2308 2.1538 2.0843
Penilaian Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
Hasil perhitungan terhadap persepsi konsumen tampak bahwa seluruh konsumen menyatakan setuju pada setiap indikator CR. Agar mendapatkan persepsi konsumen yang lebih kuat maka diperlukan media untuk membantu membangun hubungan dengan pelanggan, dengan media yang ada terutama internet dapat memberikan kesempatan pelanggan untuk berkomunikasi secara interaktif. Tingkat kualitas pelayanan yang tinggi akan medorong tercipta strategi
43
promosi word of mouth dan hubungan yang bersifat pribadi membuat pelanggan melakukan keputusan pembelian berdasarkan alasan yang sederhana, hal tersebut dapat menjadikan brand Bale Lombo semakin kuat yang dikenal sebagai produk yang memiliki citra atau reputasi baik. Penilaian Terkait Channel Channel adalah cara yang digunakan untuk memberikan value proposition kepada konsumen, cara yang digunakan bermacam-macam tergantung kepada segmen yang akan dibidik. Channel menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan agar produk yang kita tawarkan sampai ke konsumen, dapat berupa penjualan langsung, distributor, website dan media sosial. Diperkirakan antara pertanyaan disetiap indikator channel memiliki persepsi yang berbeda, seperti disajikan dengan Tabel 43. Tabel 43 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait channel Indikator Channel 1 Channel 2 Channel 3 Channel 4 Channel 5 Channel 6 Channel 7 Channel
Skor Penilaian 2.1373 1.8039 1.7647 1.2353 1.9216 1.7843 1.9412 1.7983
Penilaian Setuju Setuju Setuju Ragu- ragu Setuju Setuju Setuju Setuju
Hasil penilaian konsumen tampak bahwa hampir seluruh konsumen menyatakan setuju, namun pada indikator channel 4 mengenai pembelian produk Bale Lombo dalam jumlah banyak secara online mayoritas konsumen menjawab ragu-ragu. Hal ini menunjukan masih kurangnya tingkat kepercayaan konsumen terhadap pembelian secara online dalam jumlah banyak, terlebih lagi pada brand baru seperti Bale Lombo, tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagaimana dapat membangun merek yang kuat dan terpecaya. Hasil tersebut tampak bahwa dugaan awal benar, yaitu pada indikator channel terdapat perbedaan persepsi konsumen. Permasalahan Hasil Penilaian Konsumen pada Indikator Customer Focus Rekapitulasi hasil perhitungan mengenai persepsi konsumen menunjukan bahwa elemen customer relationship memiliki nilai rataan terbesar 2.0843, dibandingkan dengan elemen lainnya. Oleh karena itu Bale Lombo perlu memperkuat strategi pada elemen customer relationship sebagai upaya pengembangan awal. Tabel 44 Rekapitulasi perhitungan persepsi konsumen Indikator Key Activity Value Proposition Customer Relationship Channel Total
Skor Penilaian 2.0314 1.9877 2.0843 1.7983 1.9754
Penilaian Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
Penilaian terendah terletak pada channel sebesar 1.7983 yang berarti dari segi strategi promosi dengan menggunakan media internet (website dan media sosial) Bale Lombo belum tepat, sehingga untuk membangun persepsi merek Bale
44
Lombo di mata konsumen di perlukan strategi promosi yang lebih gencar. Mayoritas konsumen Bale Lombo berpendapat bahwa penggunaan media internet kurang masimal, baik itu dari segi tampilan web yang terkesan monoton dan pada update informasi di media sosial yang kurang. Segi lokasi penjualan, konsumen Bale Lombo berharap untuk penyebaran distro Bale Lombo yang merata di ketiga kepulauan besar NTB agar memudahkan melakukan pembelian, dikarenakan tidak semua konsumen menyenangi atau terbiasa melakukan pembelian secara online. Disimpulkan bahwa rata-rata konsumen Bale Lombo menyatakan setuju dalam tingkat sedang terhadap elemen BMG yang artinya Bale Lombo perlu berupaya mempertajam arah pengembangan, pemeliharaan reputasi dan membangun identitas merek yang kuat dan terpecaya. Analisa Penetapan Prioritas Strategi Salah satu alat (metoda) yang dapat dipakai oleh pengambilan keputusan untuk bisa memahami kondisi suatu sistem dan membantu dalam melakukan prediksi dan pengambilan keputusan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP), yang ditujukan untuk memodelkan problema tak struktur dalam bidang ekonomi, sains, manajemen (Fewidarto 1996). Hirarki utama merupakan susunan hirarki strategi pengembangan usaha Bale Lombo yang terdiri dari struktur hirarki sederhana yang digunakan dalam penelitian, yaitu tingkat pertama adalah fokus atau goal yang ingin dicapai, tingkat kedua adalah kriteria yang mendukung tercapainya fokus atau goal, dan tingkat ketiga adalah alternatif yang merupakan bagian dari kriteria yang nantinya akan menjadi kriteria utama yang memunculkan alternatif untuk mencapai goal. Identifikasi Kriteria – Kriteria Penetapan Strategi Pengembangan Usaha Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan pihak internal Bale Lombo, penelitian lapangan dan pengkajian literatur bahwa terdapat lima kriteria yang menjadi pertimbangan dalam penentuan prioritas strategi pengembangan usaha distro Bale Lombo. Kriteria tersebut merupakan bagian dari aspek manajerial, menurut Suwinto (2011) aspek manajemen merupakan faktor terpenting. Di aspek inilah ide pengembangan usaha akan menjadi kenyataan dibawah kepemimpinan sebuah tim manajemen. Kriteria tersebut antara lain : a. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) Ketersediaan SDM merupakan bagian terpenting dalam membangun, mengembangkan sebuah usaha, tanpa SDM bagaimana sebuah usaha dapat berjalan. Suwinto (2011) dalam pelaksanaan ide usaha Bale Lombo pasti memerlukan aspek sumber daya manusia untuk menjalankan usaha atau idenya menjadi usaha. Bale Lombo sebagai usaha baru tentu saja membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki satu misi dan visi, solid, kreatif serta memiliki keinginan keras untuk terus belajar guna meningkatkan kompetensinya agar mampu bertahan ditengan gempuran persaingan industri fesyen. Bale Lombo saat ini memiliki empat SDM dalam tim manajerialnya. Oleh karena itu, ketersediaan SDM perlu menjadi pertimbangan dalam penentuan strategi pengembangan usaha distro Bale Lombo.
45
b.
c.
d.
e.
Ketersediaan Sumber Daya Keuangan menjadi hal yang penting dalam sebuah usaha karena berhubungan dengan produktifitas sebuah usaha, bagaimana akan melakukan aktifitas produksi apabila tidak tersedia modal. Menurut Suwinto (2011) untuk memulai maupun mengembangkan usaha, memerlukan modal yang cukup guna menjalankan usaha. Biasanya salah satu alasan utama tidak memulai suatu usaha adalah karena kekurangan modal. Modal utama Bale Lombo berasal dari dana patungan anggota kemudian dana investor, selanjutkan Bale Lombo berupaya untuk menciptakan usaha yang baik dan mantap agar memiliki pendapatan yang jelas dan masuk akal sehingga arus kas positif dapat tercipta. Ketersediaan Sumber Daya Produksi Pengelolaan proses produksi sangat dibutuhkan agar aktivitas produksi dapat berjalan dengan lancar dan stabil dengan hasil optimal. Faktor sumber daya produksi yang terbagi menjadi 5M material (bahan), machine (mesin), method (metode), money (modal), dan man (sumber daya manusia). Kelima faktor produksi tersebut harus saling melengkapi dan tidak bisa bekerja sendiri-sendiri (Suwinto 2011). Aspek produksi yang dibutuhkan Bale Lombo dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu : pertama, penentuan produk yang akan diproduksi dan bagaimana memproduksinya, berhubungan dengan variasi desain dan model serta kualitas produk yang dihasilkan yang akan mempengaruhi biaya produksi. Bagian kedua adalah lokasi produksi yang akan digunakan, mengingat produksi Bale Lombo dilakukan di Bogor karena faktor SDM dan ketersediaan fasilitas produksi, maka lebih memperhatikan aspek supply kain tenun sebagai bahan baku tas ke Bogor untuk diproduksi dan pengiriman barang ke NTB. Bagian ketiga merupakan hambatan-hambatan yang perlu diperhatikan Bale Lombo dalam menjalankan produksi, seperti jadwal dan jumlah produksi, proses produksi, produk cacat dan pengiriman barang. Networking dan Pemasaran Sebuah usaha perlu menentukan strategi pemasaran untuk berhasilnya produk atau jasa yang ditawarkan, selain itu agar nilai produk dapat diketahui dan sampai ditangan konsumen (Suwinto 2011). Tentunya strategi pemasaran yang tepat sangat dibutuhkan, strategi networking ini dirasa akan efektif untuk pengembangan usaha distro Bale Lombo, selain pemasaram secara langsung Bale Lombo juga menggunakan strategi networking seperti optimalisasi media internet yang ada serta berupaya membangun mitra – mitra usaha. Melalui strategi tersebut diharapkan mampu menekan biaya promosi namun memberikan dampak besar terhadap usaha. Dukungan Instansi Bale Lombo sebuah usaha baru yang mengusung pelestarian etnik NTB tentunya membutuhkan dukungan, pengakuan instansi provinsi NTB untuk pengembangan dan pembinaan menjadi harapan Bale Lombo. Khusunya dukungan dari Dinas Perindustrian Provinsi NTB agar menjadi UKM unggulan dan masuk kedalam binaan Dewan Kerajinan Daerah NTB yang nantinya Bale Lombo dapat dipromosikan sebagai salah satu merchandise khas NTB.
46
Identifikasi Alternatif Strategi untuk Mencapai Fokus Empat alternatif strategi yang dapat dipilih sebagai strategi pengembangan usaha Distro Bale Lombo. Pemilihan alternatif ini berdasarkan pada elemen business model generation (BMG) customer focus yang sebelumnya telah dilakukan uji keterkaitan dan diskusi dengan para ahli. Alternatif tersebut antara lain key activity (KA), value propositions (VP), customer relationship (CR) dan channel (Ch), yang dapat dibuat hirarki kedua sebagai implementasi strategi untuk menentukan bobot dan prioritas sub komponen model batasan agar lebih spesifik dalam strategi pengembangan usaha. Alternatif tersebut akan dijelaskan sebagai berikut. a. Key Activity Aktifitas kunci secara umum dalam BMG merupakan elemen yang menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model bisnis yang telah dibuat dapat bekerja (Osterwalder 2012). Salah satu aktifitas kunci yang dilakukan Bale Lombo, berfokus pada konsumen terdiri dari menciptakan produk dan optimalisasi produksi dari segi kualitas produk (bahan, jahitan, sablon, desain dan pilihan warna), identitas Bale Lombo sebagai merchandise khas NTB yang mengusung pelestarian dan pengenalan etnik NTB serta pelayanan yang diberikan Bale Lombo. b. Value Proposition Blok bangunan atau elemen proposisi nilai berupa nilai yang Bale Lombo berikan kepada pelanggan. Nilai tersebut dapat berupa kuantitatif seperti harga dan kecepatan layanan atau kualitatif seperti desain dan pengalaman pelanggan. Sehingga dapat memberikan kesan dimata konsumen dan membedakan Bale Lombo dengan distro-distro lainnya. c. Customer Relationship Hubungan pelanggan menggambarkan berbagai jenis hubungan yang dibangun Bale Lombo bersama segmen pelanganggan yang spesifik (Osterwalder 2012). Cara agar konsumen tetap setia adalah dengan membuat hubungan baik dengan pelanggan yaitu Bale Lombo menyediakan wadah untuk terus berhubungan dan semakin mempererat hubungan dengan pelanggan terutama mitra melalui optimalisasi media yang ada (seperti, whatsapp, twitter facebook, website dan sebagainya), pelayanan responsif, penawaran khusus, diskon dan pemberian bonus. Bale Lombo menyadari bahwa hubungan pelanggan yang diterapkan dalam model bisnis akan sangat mempengaruhi pengalaman pelanggan secara keseluruhan. d. Channel Blok bangunan saluran channel menggambarkan bagaimana Bale Lombo berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk memberikan proposisi nilai (Osterwalder 2012). Bagi Bale Lombo channel salah satu hal yang sangat perlu diperhatikan karena berhubungan dengan segmen yang ingin diraih dan merupakan cara untuk menyampaikan produk kepada konsumen. Semakin kreatif dalam menciptakan saluran akan berpengaruh pada semakin besar peluang untuk unggul dalam persaingan dan efektif dalam menjaring pelanggan.
47
Gambar 5 Struktur hirarki strategi pengembangan disto Bale Lombo Keterangan : KSDM KSDK KSDP NP DI KA VP CR CH
: Ketersediaan Sumber Daya Manusia : Ketersediaan Sumber Daya Keuangan : Ketersediaan Sumberdaya Produksi : Network dan Pemasaran : Dukungan Instansi : Key Activity : Value Propositions : Customer Relationship : Channel
Hirarki Tingkat Dua Strategi Pengembangan Usaha DBL Hirarki tingkat kedua merupakan bagian dari hirarki utama, yang berasal dari turunan alternatif hirarki utama. Terdiri dari implementasi strategi key activity, implementasi strategi value proposition, implementasi strategi customer relationship dan implementasi strategi channel. Hirarki ini dibuat guna menentukan bobot dan prioritas sub komponen model batasan operasional agar lebih spesifik dalam strategi pengembangan usaha. Pada struktur hirarki ini tidak dilakukan penilaian karena keterbatasan waktu penelitian, sehingga hanya menjadi masukan bagi penelitian selanjutnya. Strutur hirarki tingkat dua dapat dilihat pada Lampiran 6. Hirarki tingkat dua implementasi strategi key activity (KA) a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi KA 1) Kompetensi SDM 2) Inovasi produk 3) Penetapan harga 4) Jangkauan pasar 5) Aktivitas usaha b. Alternatif strategi KA untuk mencapai fokus 1) Pengembangan kreatifitas dan kualitas layanan 2) Meningkatkan kualitas produk dan kuantitas produksi 3) Perluasan mitra dan jaringan
48
Hirarki tingkat dua implementasi strategi value proposition (VP) a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi VP 1) Kualitas dan kenyaman produk 2) Social entrepreneur 3) Layanan purna jual 4) Bonus merchandise 5) Made by order b. Alternatif strategi VP untuk mencapai fokus 1) Pengembangan potensi lokal 2) Pengembangan desain dan model 3) Penggabungan kedua pengembangan Hirarki tingkat dua implementasi strategi customer relationship (CR) a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi CR 1) Komunikatif dan memuaskan 2) Informasi produk ter update 3) Diskon atau paketan harga b. Alternatif strategi CR untuk mencapai fokus 1) Consumer priority 2) Menerapkan komunikasi Pemasaran Hirarki tingkat dua implementasi strategi Channel a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi channel 1) Jangkauan produk 2) Keberlanjutan hubungan kerjasama 3) Kemudahan akses b. Alternatif strategi channel untuk mencapai fokus 1) Pengembangan mitra (reseller, distributor) 2) Bundling paket wisata dan bekerjasama dengan intansi pemerintah NTB 3) Optimalisasi media promosi 4) Penilaian pakar dan pengolahan data Penilaian pakar dan pengolahan data Penilaian struktur hirarki utama dilakukan oleh pihak internal yaitu pemilik usaha (direktur, divisi keuangan, divisi desain dan divisi pemasaran) dan pihak eksternal yang terdiri dari mitra usaha dan Dinas Perindustrian NTB. Hasil pengolahan kuesioner dari masing-masing pakar diharapkan memiliki rasio konsistensi tidak melebihi 0.1 karena apabila melebihi maka harus dilakukan revisi pendapat. Rekapitulasi hasil perhitungan rasio konsistensi dari masingmasing pakar secara lengkap dapat di lihat di Lampiran. Peran kriteria pada pencapaian goal Pelaksanaan strategi pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB dipengaruhi oleh beberapa kriteria. Nilai/bobot kriteria pada strategi pengembangan usaha disajikan pada Tabel 45. Hasil pengolahan dari kriteria–kriteria penyusunan hierarki utama diperoleh bobot dan prioritas yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan strategi pengembangan usaha distro Bale Lombo. Berdasarkan hasil pengolahan, ketersediaan sumber daya keuangan menjadi kriteria yang paling utama dengan nilai bobot 0.253. Sebagai usaha baru ketersediaan sumber daya keuangan
49
memiliki peranan penting yang dapat mendukung aspek produksi, promosi dan aktifitas usaha lainnya. Sumber daya keuangan awal Bale Lombo diperoleh dari dana patungan pemilik, investor maupun pinjaman yang diolah untuk mendapatkan revenue stream dari hasil penjualan Tabel 45 Bobot kriteria penetapan strategi Kriteria Ketersediaan SDM (KS) Ketersediaan Sumber Daya Keuangan (KSDK) Ketersediaan Sumber Daya Produksi (KSDP) Network dan Pemasaran (NP) Dukungan Instansi (DI)
Bobot 0.238 0.253 0.202 0.235 0.072
Faktor ketersediaan SDM menjadi kriteria kedua dengan bobot 0.238. Tim yang solid sangat diperlukan dalam organisasi usaha terutama pada usaha baru guna menghasilkan proses hilir ke hulu yang sustainable. Kapasitas sumber daya untuk setiap posisi harus terpenuhi, jika tidak dapat menyebabkan double job pada setiap orang yang berdampak kurang optimal hasil pekerjaan karena tidak sesuai dengan kapasitas orang tersebut. Kriteria ke tiga adalah network dan pemasaran dengan bobot 0.235, pemasaran diperlukan lebih dari sekadar pengembangan produk yang baik, riset pasar akan kebutuhan dan keinginan konsumen, pada bauran promosi teori pemasaran merupakan aktivitas komunikasi utama perusahaan, seluruh bauran pemasaran yang terdiri produk, promosi, harga dan tempat pasar dikoordinasikan untuk mencapai dampak komunikasi yang besar dan efektif. Sebagai usaha baru Bale Lombo tidak hanya membutuhkan strategi pemasaran saja namun memerlukan network yang mampu menghantarkan pesan – pesan yang terkandung dalam produk agar sampai kepada konsumen. Saat ini mitra Bale Lombo adalah tour travel, distro serta lembaga atau intansi yang mengadakan event kedaerahan khas NTB. Ketersediaan sumber daya produksi menjadi kriteria selanjutnya dengan bobot 0.202. Produksi memiliki proses yang panjang dan keterkaitan yang tinggi antar bagian mulai dari prediksi penjualan, desain produk, pencarian bahan baku hingga pemesanan bahan baku. Berhubungan juga dengan mitra suplier, memastikan kegiatan produksi dapat tercapai, dalam strategi pengembangan usaha distro tentunya produk yang ditawarkan konsumen harus sesuai baik dari segi kualitas, kenyamanan, desain dan sebagainya agar menarik minat dan kepuasan konsumen. Kriteria terakhir adalah dukungan intansi dengan bobot 0.072, dukungan intansi dibutuhkan untuk turut berperan dalam pengembangan usaha dan pembinaan usaha Bale Lombo bercorak etnik NTB yang bertujuan pelestarian etnik NTB. Hasil penilaian terhadap alternatif strategi Pengolahan struktur hirarki utama dilakukan secara horizontal dan vertikal. Pengolahan horizontal dilakukan untuk mengetahui prioritas strategi dari tiap-tiap kriteria.. Sedangkan pengolahan vertikal digunakan untuk menyususn prioritas setiap elemen dalam hirarki terhadap sasaran utama (goal). Pengolahan horizontal Hasil pengolahan horizontal diperoleh bobot dari strategi pengembangan usaha pada hirarki utama untuk masing-masing kriteria, tersaji pada tabel berikut.
50
Tabel 46 Bobot alternatif strategi untuk masing-masing kriteria Kriteria/Strategi KS KSDK KSDP NP DI KA 0.187 0.085 0.255 0.498 0.462 VP 0.226 0.208 0,164 0.170 0.380 CR 0.156 0.115 0.112 0.280 0.299 CH 0.276 0.161 0.219 0.277 0.471 Keterangan:KS = KetersediaanSDM; KSDK = Ketersediaan Sumber Daya Keuangan; KSDP = Ketersediaan Sumber Daya Produksi; NP = Network dan Pemasaran; DI = Dukungan Intansi; KA = Key Activity; VP = Value Propositions; CR = Customer Relationship; CH = Channel.
Pengolahan vertikal Alternatif pada strategi pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB yang efektif terdiri dari elemen customer focus pada strategi Business Model Generation (BMG). Bobot subkriteria untuk mencapai goal dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 47 Bobot alternatif strategi Alternatif Strategi Key Activity (KA) Value Propositions (VP) Customer Relationship (CR) Channel
Bobot 0.293 0.245 0.180 0.282
Urutan 1 3 4 2
Hasil pengolahan data, prioritas utama untuk alternatif strategi pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB dalam BMG yaitu key activity dengan bobot nilai 0.293. Key activity menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan, usaha Bale Lombo sebagai sebuah usaha baru membutuhkan aktivitas kunci agar dapat beroperasi dengan sukses, seperti menciptakan dan memberikan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan hubungan pelanggan dan memperoleh pendapatan. Aktivitas kunci yang saat ini dilakukan Bale Lombo adalah meningkatkan kualitas produk dan menciptakan inovasi produk merchandise khas NTB salah satunya tas fesyen berbalut kain tenun NTB, menetapkan harga yang sesuai bagi konsumen berdasarkan kondisi pasar dan biaya produksi yang dikeluarkan, menjangkau pasar yang lebih luas melalui perluasan mitra dan jaringan serta aktivitas usaha Prioritas kedua yaitu channel dengan bobot 0.282, melalui optimalisasi channel usaha baru dapat menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi bagaimana pelanggan ingin dijangkau, hal ini sangat penting agar proposisi nilai yang ditawarkan dapat tersampaikan. Channel yang dapat digunakan untuk menjangkau pelanggan yaitu melalui saluran sendiri (pemasaran secara langsung) dan melalui mitra atau gabungan dari keduanya. Bale Lombo sendiri menggabungkan kedua saluran tersebut untuk meraih pasar, seperti optimalisasi media internet (web dan media sosial), mobile market, pameran, bundling paket wisata dan sistem reseller guna menarik pembeli dan meningkatkan penjualan serta menumbuhkan kesadaran, keberadaan produk Bale Lombo dan mempertahankan loyalitas konsumen dengan konsep AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision and Action) Dalam hal ini Bale Lombo mengidentifikasi melalui saluran mana segmen pelanggan ingin dijangkau, bagaimana Bale Lombo menjangkaunya saat ini dan manakah saluran yang paling efisien dari segi biaya. Value proposition menjadi alternatif proritas ketiga dengan bobot 0.245, proposisi nilai yang diterapkan Bale Lombo menggabungkan antara produk dan
51
layanan untuk menciptakan segmen pelanggan yang spesifik. Proposisi nilai yang dilakukan Bale Lombo adalah berupaya untuk menjadi inovatif dan mewakili sebuah penawaran baru, meskipun sama dengan penawaran yang sudah ada dipasar tetapi Bale Lombo menambahkan fitur atau atribut tambahan sebagai pembeda. Nilai lebih yang Bale Lombo berikan seperti kualitas dan kenyaman produk, mengusung social preneur melalui pengembangan potensi lokal (seperti untuk saat ini pengrajin anyaman dan kain tenun NTB), memberikan layanan purna jual yang solutif kepada pelanggan serta memberikan layanan made by order dan kesesuaian dengan event di NTB. Customer relationship yang memiliki bobot 0.182 menjadi alternatif terakhir yang dilakukan Bale Lombo untuk mencapai tujuan berdasarkan penilaian ahli. Melalui pelayanan yang komunikatif dan memuaskan, memberikan informasi ter update bagi pelangggan dan memberikan diskon atau paketan harga bagi konsumen terutama mitra menjadi strategi CR yang dilakukan Bale Lombo. Rekomendasi Strategi Kanvas Business Model Generation (BMG) Hasil penelitian yang telah dilakuan diperoleh sebuah rekomendasi kanvas BMG baru untuk distro Bale Lombo, yang diharapan dapat membantu DBL untuk mencapai tujuan usahanya.
Pengembangan kreatifitas produk dan layanan
Inovasi Produk dan (Desain & model)
Marketing with love
Optimalisasi media promo &pengembangan mitra
Lebih ditingkatkan
Gambar 6 Rekomendasi kanvas bisnis Bale Lombo Model bisnis Bale Lombo terfokus kepada hubungan pelanggan, inovasi produk dan manajemen infrastruktur. Persepektif pelanggan dapat menjadi titik awal untuk membuat model bisnis dengan cara memvisualisai merubah sudut pandang kita sebagai pelanggan. Penelitian ini difokuskan kepada konsumen Bale Lombo untuk menciptakan brand Bale Lombo yang efektif sebagai merchandise khas NTB. Hasil dari penelitian, menunjukan yaitu pada elemen channel dan customer relationship BMG perlu dilakukan peningkatan strategi. Implikasi Manajerial Perumusan strategi pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB akan membantu Bale Lombo mencapai tujuan dengan menghasilkan strategi utama untuk pengembangan usaha. Implikasi manajerial dalam strategi pengembangan usaha Distro Bale Lombo berdasarkan strategi Business Model Generation dapat dirumuskan dalam beberapa langkah strategis berikut :
52
a. Terkait key activity, setiap model bisnis membutuhkan aktifitas kunci yang menjadi tindakan utama dalam bisnis yang membuat bisnis tersebut berjalan dengan baik. Dengan menciptakan sebuah inovasi produk yang menjadi prioritas utama dan perlu dilakukan riset terhadap pasar, melakukan pengembangan bisnis serta survey konsumen dan juga promosi kepada konsumen potensial. Selain itu perluasan jaringan atau mitra untuk memudahkan akses pembelian dan memberikan pelayanan optimal agar konsumen merasa nyaman dan puas. b. Terkait value proposition, hal yang bisa dilakukan sebuah usaha untuk memberikan proposisi nilai kepada pelanggan dapat bersifat kuantitatif seperti, harga dan kecepatan layanan serta kualitatif desain, harga dan pengalaman pelanggan. Dengan memberikan pelanggan sebuah pengalaman terhadap produk dapat menciptakan proposisi nilai seperti ketika pelanggan membeli produk merchandise khas NTB tidak hanya membeli produknya saja namun turut serta mengembangkan potensi lokal NTB dan pelestarian etnik NTB. c. Terkait customer relationship, tanpa adanya pelanggan tidak mungkin sebuah usaha akan memperoleh keuntungan dan bertahan lama, agar terus bertahan hubungan pelanggan perlu diciptakan melalui pemberian bonus atau kegiatankegiatan yang mengarah kepada kepuasn pelanggan seperti cepat tanggap, ramah ketika melayani, memberikan informasi terhadap produk, mendengarkan apa yang diinginkan pelanggan dan memberikan pelayanan consumer priority sehingga pelanggan merasa diperlakukan lebih spesial. Berdasarkan kepada penilaian konsumen, pendekatan yang dilakukan Bale Lombo telah sesuai dengan harapan konsumen. d. Terkait channel, produk ataupun jasa yang ditawarkan kepada konsumen membutuhkan saluran penghubung untuk menyampaikan produk dan proposisi nilai kepada konsumen. channel bisa secara langsung yaitu perusahaan itu sendiri yang memasarkan, ada pula yang menggunakan jasa mitra sebagai penghubung dan ada yang menggabungkan keduanya. Bale Lombo menggabungkan kedua saluran tersebut penjualan secara langsung ataupun membentuk mitra jaringan. Berdasarkan hasil penilaian konsumen terkait channel yang dilakukan Bale Lombo dirasa kurang sehingga kurang dikenal brand Bale Lombo, kesulitan dalam memperoleh produk dirasakan konsumen. Oleh karena itu pengembangan mitra dan kerjasama bundling paket wisata serta dukungan intansi dapat membantu pengembangan channel brand distro Bale Lombo.
53
SIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan 1. Komponen (blok) dalam BMG terkait usaha DBL terfokus kepada konsumen, seperti: key activity, value proposition, customer relationship dan channel. Permasalahan yang dihadapi Bale Lombo adalah, kurangnya masyarakat yang mengetahui brand Bale Lombo sebagai merchandise khas NTB, selain itu pemasaran yang belum menyeluruh diseluruh NTB. 2. Penilaian konsumen sebagian besar menyatakan setuju terhadap elemen BMG customer focus dan dengan nilai persepsi tertinggi berada pada elemen customer relationship dan terendah pada channel. Hasil tabulasi silang selanjutnya menyimpulkan profil dengan subtansi dan subtansi dengan subtansi tidak seluruhnya memiliki hubungan. 3. Elemen penyusunan hirarki utama strategi pengembangan usaha distro yang efektif terdiri dari kriteria dan alternatif. Alternatif merupakan empat elemen customer focus BMG, alternatif prioritas dapat dijadikan implementasi strategi hierarki kedua untuk memperoleh strategi pengembangan yang lebih spesifik. Hasil penilaian dengan menggunakan metode AHP bahwa rekomendasi untuk pengembangan usaha Bale Lombo adalah terfokus kepada elemen key activity.
Saran 1. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap brand Bale Lombo dan penilaian persepsi konsumen dapat dijadikan masukan. 2. Mengajak kembali seluruh tim untuk berdiskusi mengenai strategi efektif untuk pengembangan kedepan, hasil penelitian dapat menjadi masukan. 3. Penelitian selanjutnya dapat menggabungkan dari seluruh elemen BMG, selain itu dapat menentukan prioritas utama dari hierarki kedua implementasi strategi BMG customer focus yang telah dibuat.
54
DAFTAR PUSTAKA Adorno. 1950. The authoritarian personality. New York (NY): Harper & Brothers Anugerah. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Kue Kering Jalili Snack Kecamatan Bogor Timur. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Cooper R dan Pamela S S. 2006. Metode Riset Bisnis Volume ke-2. Jakarta (ID): PT Media Global Edukasi. David F. 2009. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta (ID): Salemba Empat. Fewidarto PD. 1996. Analitik Hierarki Proses. Paper Jurusan Teknologi Pertanian. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian. Habib R. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan Jahe pada CV. Hanabio, Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Kotler. 2009. Edisi 13. Manajemen Pemasaran Jilid 1 Edisi 13. Jakarta (ID): Erlangga. Magfiroh N, Marimin. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press. Ningtias Y. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Kecil pada Waroeng Coklat. [thesis]. Jakarta (ID): Bina Nusantara. [PPUKM BI]. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Menengah Bank Indonesia (ID). Tim PPM Manajemen. 2012. Business Model Canvas. Jakarta (ID): PPM Osterwalder A. 2012 Business Model Generation. Jakarta (ID): Elex Media Komputindo. Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (Terjemahan). Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo Sugianto M. 2010. Mudah Belajar Statistik dengan SPSS 18. Semarang (ID): Wahana Komputer. Suwinto. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis.Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama Undang Undang Republik Indonesia No: 10. 2009. Tentang Kepariwisataan. Yuldinawati L. 2013. Strategi Pengembangan Inovasi Produk Technopreneurship melalui BMG pada Batik Geek. [thesis]. Bandung (ID): Universitas Telkom Bandung. www.kompas.com. 2013. [diakses 05 April 2013]. Tersedia pada http://berita.indah.web.id/kompas_bisniskeuangan. www.lombokkita.com. 2013. [diakses 05 April 2013]. Tersedia pada http://www.lombokita.com/peristiwa/nasional/indonesia-bisa-jadi-pusatfashion-dunia-2025#.UY_P98Upfw8.
55
Lampiran 1 Hasil uji validitas
Key Activity KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 Value Proposition VP1 VP2 VP3 VP4 VP5 VP6 VP7 VP8 Customer Relationship CR1 CR2 CR3 CR4 CR5 CR6 CR7 CR8 CR9 Channel CH1 CH2 CH3 CH4 CH5 CH6 CH7
r hitung 0.728 0.810 0.814 0.714 0.783 0.809 0.849 0.751 0.794 0.665
Keterangan Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0.641 0.804 0.751 0.679 0.748 0.793 0.768 0.707
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0.541 0.596 0.593 0.594 0.557 0.597 0.891 0.899 0.900
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0.591 0.615 0.629 0.700 0.427 0.840 0.636
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
56
Lampiran 2 Uji reabilitas Reliability Statistics Cronbach's Alpha 0.935 Indikator KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 VP1 VP2 VP3 VP4 VP5 VP6 VP7 VP8 CR1 CR2 CR3 CR4 CR5 CR6 CR7 CR8 CR9 CH1 CH2 CH3 CH4 CH5 CH6 CH7
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
120.960 121.000 121.060 121.160 121.020 121.000 121.200 121.200 121.350 121.290 120.960 120.980 121.270 121.180 121.040 121.240 121.200 121.470 121.160 121.140 121.080 121.060 121.120 120.880 124.140 124.020 124.040 121.140 121.470 121.570 122.270 121.370 121.390 121.270
262.665 261.583 260.392 262.556 262.104 261.917 260.416 261.957 261.148 263.333 267.040 262.020 264.532 266.278 260.707 261.647 262.791 263.754 264.931 260.292 262.410 259.309 261.901 261.485 242.875 241.187 241.790 255.792 269.546 269.042 269.741 272.112 259.242 262.991
N of Items 34 Corrected Item-Total Correlation 0.631 0.672 0.733 0.767 0.694 0.729 0.789 0.674 0.693 0.481 0.449 0.710 0.649 0.579 0.781 0.833 0.553 0.535 0.558 0.770 0.652 0.718 0.673 0.720 0.563 0.541 0.540 0.639 0.250 0.216 0.250 0.135 0.675 0.519
Cronbach's Alpha if Item Deleted 0.933 0.933 0.932 0.932 0.933 0.932 0.932 0.933 0.932 0.934 0.934 0.932 0.933 0.934 0.932 0.932 0.933 0.934 0.934 0.932 0.933 0.932 0.933 0.932 0.936 0.938 0.938 0.932 0.936 0.937 0.936 0.938 0.932 0.934
57
Lampiran 3 Indikator penilaian konsumen Indikator KA1 KA2 KA3 KA4 KA5 KA6 KA7 KA8 KA9 KA10 Key Activity VP1 VP2 VP3 VP4 VP5 VP6 VP7 VP8 Value Propositions CR1 CR2 CR3 CR4 CR5 CR6 CR7 CR8 CR9 Customer Relationship CH1 CH2 CH3 CH4 CH5 CH6 CH7 Channel
2 2 2 2 2 2 2 2
Skor Penilaian 2.1765 2.1569 2.0980 1.9804 2.1176 2.1765 1.9804 1.9412 1.8039 1.8824 2.0314 2.2157 2.1569 1.9020 1.9804 2.0980 1.8824 1.9412 1.7255
Kriteria Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju setuju( Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
2 2 2 2 2 2 2 2 2
1.9877 2.0196 1.9804 2.0588 2.1176 2.0196 2.2549 1.9231 2.2308 2.1538
Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju Setuju
RR (1) 7 6 7 8 7 4 9 13 18 19
S (2) 28 31 32 36 31 34 34 28 25 19
SS (3) 16 14 12 7 13 13 8 10 8 13
total 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51
Modus 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
4 6 9 6 8 11 14 18
32 31 38 40 30 35 26 29
15 14 4 5 13 5 11 4
51 51 51 51 51 51 51 51
8 11 8 6 9 5 4 0 1
34 30 32 33 32 28 6 10 9
9 10 11 12 10 18 3 3 3
51 51 51 51 51 51 13 13 13
9 14 20 40 11 19 12
26 33 23 10 33 24 30
16 4 8 1 7 8 9
51 51 51 51 51 51 51
2 2 2 1 2 2 2
2.0843 2.1373 1.8039 1.7647 1.2353 1.9216 1.7843 1.9412 1.7983
Setuju Setuju Setuju Setuju Ragu – ragu Setuju Setuju Setuju Setuju
58
Lampiran 4 Rekapitulasi hasil tabulasi silang N No 1 2 3 4 5 6 7 8
N o
Profile JenisKelamin Penduduk NTB dan Non NTB Lama Tinggal di NTB Usia Pengeluaran Tujuan ke NTB Rencana di NTB Frekuensi kunjungan
Substansi
Key Activity Produk
Pelayanan
TS ** ** TS TS TS ** TS
** * TS TS TS TS TS TS
Key Activity Produk
1
Value Proposition
Pelayanan
2
*
SubstansiCustomer Focus Customer Relationship
Lokasi * * TS TS TS * TS
Channel Media Promosi TS TS TS TS -
Channel Media Lokasi Promosi
Harga
Desain
NilaiTambah
Diskon/Bonus
KepuasanPelanggan
* *
* -
* *
* -
* *
* -
* -
TS -
TS TS
*
* * *
** ** -
TS TS TS
TS
* *
TS *
Key Activity Produk Pelayanan
.
SubstansiCustomer Focus Value Proposition Customer Relationship Kepuasan Harga Desain NilaiTambah Diskon/Bonus Pelanggan TS ** * TS TS TS TS TS TS TS ** TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS TS ** TS TS TS TS TS TS TS
Value Proposition
Harga Desain NilaiTambah 3 Customer Relathionship Diskon/Bonus KepuasanPelanggan 4 Channel Lokasi Media Promosi Keterangan * Siginifikan pada taraf 5% * Signifikan pada taraf 10%
TS -
Tidak signifikan Tidak di uji
Lampiran 5 Hirarki utama strategi pengembangan usaha DBL Strategi Pengembangan Distro Bale Lombo yang Efektif “Menumbuhkan Brand Awarness Bale Lombo Sebagai Merchandise khas NTB”
Kriteria
a
Alternatif
Ketersediaan SDM (0.238)
KA (0.293)
Ketersediaan Sumber Daya Keuangan (0.253)
VP (0.245)
Ketersediaan Sumber Daya Produksi (0.202)
Network dan Pemasaran (0.235)
CR (0.180)
Dukungan Intansi (0.072)
Ch (0.282)
Keterangan : KA
: Key Activities
VP
: Value Propositions
CR
: Customer Relationship
Ch
: Channel 59
60
Lampiran 6 Hirarki kedua strategi pengembangan usaha DBL Implementasi Strategi Key Activity
Kriteria
Alternatif
Kompetensi SDM
Inovasi Produk
Pengembangan Kreatifitas dan Meningkatkan Kualitas Layanan
Penetapan Harga
Jangkauan Pasar
Aktivitas usaha
Perluasan Mitra dan Jaringan
Meningkatkan Kualitas Produk dan Kuantitas Produksi
Implementasi Strategi Value Propositions
Kriteria
Alternatif
Kualitas dan Kenyaman Produk
Pengembangan Potensi Lokal
Social Entrepreneur
Layanan Purna Jual
Pengembangan Desain dan Model
Bonus Merchandise
Made by Order
Penggabungan Kedua Pengembangan
Lanjutan Hierarki kedua strategi pengembangan usaha DBL Implementasi Strategi Customer Relationship
Kriteria
Komunikatif dan Memuaskan
Alternatif
Informasi produk ter update
Consumer Priority
Diskon dan Paketan Harga
Menerapkan Komunikasi Pemasaran
Implementasi Strategi Channel
Kriteria
Alternatif
Jangkauan Produk
Pengembangan Mitra (Reseller, Distributor)
Keberlanjutan Hubungan Kerjasama
Bundling Paket Wisata & Bekerjasama dengan Intansi Pemerintah NTB
Kemudahan Akses
Optimalisasi Media Promosi
61
62
Lampiran 7 Hasil pengolahan AHP Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rasio Konsistensi Rasio Konsistensi Hirarki Utama Pakar KS KSDK KSDP NP DI Goal 1 0.08 0.07 0.02 0.06 0.00 0.04 2 0.02 0.01 0.03 0.09 0.05 0.03 3 0.03 0.06 0.04 0.04 0.05 0.04 4 0.04 0.01 0.07 0.06 0.01 0.05 5 0.05 0.03 0.04 0.00 0.03 0.06 6 0.01 0.07 0.04 0.01 0.06 0.05 KS Gabungan
0.01
KSDK 0.00
Bobot Kriteria Terhadap Goal
Bobot Alternatif
KSDP NP 0.01
0.00
DI 0.01
Goal 0.01
63
Lampiran 8 Produk Bale Lombo
Penjualan produk Bale Lombo di tempat wisata dan Bandara Internasional Lombo
Mitra Bale Lombo, Pengrajin kain tenun dan anyaman
Salah satu media promosi Bale Lombo
Display produk Bale Lombo
64
Lampiran 9 Rencana pengumpulan data terkait dengan tujuan penelitian N No 1
2
3.
Tujuan
Mengidentifikasi 1 unsur komponen (blok) . dalam Business Model Generation (BMG) terkait usaha distro Bale Lombo 2 Menetapkan komponen utama BMG customer focus 3 yang perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha 3 Merekomendasi strategi pengembangan komponen utama BMG customer focus 3
Metode Pengumpulan Data Wawancara, studi literatur dan dokumentasi
Metode Analisi Data BMG
Profil konsumen DBL Penilaian konsumen terkait BMG
Kuesioner dan Wawancara
Cross tab dengan menggunakan chi-square
Pendapat Ahli, yaitu : pemilik usaha, Dinas Perindustrian NTB dan mitra DBL Hasil penilaian struktur dari pakar
Kaji literature dan pendapat pakar
Data yang Dibutuhkan Gambaran usaha DBL Data penjualan DBL Data konsumen DBL Media promosi DBL Data industry kreatif NTB
AHP
65
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Wahyuni Fitri Herawati, lahir di Rumah Sakit PMI Bogor, pada tanggal 06 Mei 1989. Anak pertama dari pasangan Wahyudi dan Siti Masitoh. Memiliki seorang adik perempuan bernama Wahyuni Dwi Wijayanti yang sedang menjalankan studi di Universitas Padjajaran Bandung, jurusan ilmu perikanan. Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negri 1 Cibadak-Sukabumi dan pada tahun yang sama penulis lulus dari seleksi masuk melalui jalur PPKA di Akademi Pimpinan Perusahaan, Kementerian Perindustrian RI. Lulus diploma penulis sempat bekerja dan pada tahun 2011 penulis melanjutkan S1 Program Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi kemahasiswaan di kampus sebagai kepala departemen KOMINFO Executive of Management tahun 2012-2013. Bulan Maret-Juni 2013 penulis melaksanakan penelitian di distro Bale Lombo dengan judul Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation.