14/41143.pdf
STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN MALUKU TENGAH
R
BU
KA
TESIS
U
N IV ER
SI T
AS
TE
OLEH: MEITHA MONITA KAIHATU NIM. 136 9110 012
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2013
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
STRATEGI PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN WILAYAH KABUPATEN MALUKU TENGAH
R
BU
KA
TESIS
U
N IV ER
SI T
AS
TE
Karya tulis sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Magister dari Universitas Pattimura
OLEH: MEITHA MONITA KAIHATU NIM. 1369110012
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON 2013
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV
ER
SI TA
S
TE
R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U N
IV ER
SI
TA
S
TE
R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
ABSTRAK MEITHA MONITA KAIHATU. Strategi Pengembangan Sektor Perikanan Dalam Mendukung Perekonomian Wilayah Kabupaten Maluku Tengah. Dibimbing oleh J. HIARIEY sebagai pembimbing I dan J. ABRAHAMSZ sebagai pembimbing II.
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
Kabupaten Maluku Tengah memiliki potensi sumberdaya perikanan yang cukup besar. Namun tingkat pemanfaatannya belum optimal. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menerapkan teknik perencanaan pembangunan wilayah Kabupaten Maluku Tengah. Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan sektor perikanan terhadap perekonomian wilayah Kabupaten Maluku Tengah, mengetahui tingkat basis, menganalisis tipologi ekonomi sektor perikanan, tingkat aglomerasi, tingkat spesialisasi, dan merumuskan alternatif strategi pengembangan sektor perikanan dalam rangka otonomi daerah di Kabupaten Maluku Tengah. Metodologi yang digunakan adalah analisis data sekunder. Analisis data yang digunakan adalah analisis Shift Share, analisis Location Quotient (LQ), Analisis Tipologi Klassen, Analisis Aglomerasi, Analisis Spesialisasi dan Analisis SWOT. Perhitungan nilai kontribusi, nilai LQ, tipologi ekonomi, nilai aglomerasi, nilai spesialisasi sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah diperoleh hasil bahwa kontribusi sektor perikanan atas dasar harga berlaku dan harga konstan menempatkan sektor perikanan pada urutan/peringkat kelima dan keenam dalam pembentukan PDRB, sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah bukan merupakan sektor basis dengan pola dan struktur ekonomi yang sedang bertumbuh namun berada pada kondisi relatif tertinggal dengan tingkat lokalisasinya yang umumnya menyebar. Namun ada lima kecamatan yang menjadi prioritas dan perlu dikembangkan/ditingkatkan antara lain: Banda, Tehoru, Salahutu, Leihitu, Seram Utara. Alternatif strategi pengembangan sektor perikanan yang diperoleh adalah: pemanfaatan sumberdaya perikanan melalui konsentrasi dan spesialisasi kegiatan pembangunan perikanan, serta mengefektifkan kegiatan promosi investasi untuk meningkatkan kontribusi, pendapatan perkapita, dan mempercepat pertumbuhan sektor perikanan. Kata kunci : Sektor Perikanan, Shift Share, Location Quotient (LQ), Tipologi Klassen, Aglomerasi, Spesialisasi, Analisis SWOT.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
ABSTRACT
MEITHA MONITA KAIHATU. Fisheries Sector Development Strategy of Regional Economy In Support of Central Maluku. Supervised by J. HIARIEY as mentors I and J. ABRAHAMSZ as mentors II.
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
Central Maluku district fisheries potential is quite large. But the level of utilization is not optimal. Generally, this study aims to apply the techniques of development planning of Central Maluku regency. While this study specifically aims to determine the role of the fisheries sector to the economy of Central Maluku regency, knowing the basic level, analyzing the typology of fisheries economics, agglomeration rate, degree of specialization, and formulate alternative strategies for developing the fisheries sector in order to regional autonomy in Central Maluku district. The methodology used is secondary data analysis. Data analysis is Shift Share analysis, analysis of the Location Quotient (LQ), Analysis of Typology Klassen, Agglomeration Analysis, SWOT Analysis and Analysis Specialization. The calculation of the value of contributions, the value of LQ, the typology of the economy, the value of agglomeration, specialization value of the fisheries sector in Central Maluku district obtained the result that the contribution of the fisheries sector at current prices and constant prices put fisheries on the order / rank fifth and sixth in the formation of GDP, the fisheries sector in Central Maluku district is not a sector basis with the pattern and structure of an emerging economy, but have been at a relatively low level of localization are generally spread. But there are five district priority and need to be developed / improved include: Banda, Tehoru, Salahutu Leihitu, North Seram. Alternative fisheries sector development strategy obtained are: utilization of fishery resources through concentration and specialization fisheries development activities, as well as streamline the investment promotion activities to increase contributions, income per capita, and accelerate the growth of the fisheries sector. Keywords: Fisheries Sector, Shift Share, Location Quotient (LQ), Typology Klassen, Agglomeration, Specialization, SWOT Analysis.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, anugerah serta kemampuan yang diberikan sehingga proses penulisan tesis ini dapat terselesaikan. Tesis berjudul “Strategi Pengembangan Sektor Perikanan Dalam Mendukung Perekonomian Wilayah Kabupaten
pada Program Pascasarjana, Universitas Pattimura.
KA
Maluku Tengah” berguna sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan studi
BU
Tesis ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai strategi-strategi
R
pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. Sesungguhnya
TE
penulisan ini merupakan awal dari proses pertanggungjawaban moral dan
AS
keilmuan. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat diharapkan
SI T
guna penyempurnaan dalam penerapan hasil penulisan ini.
N IV ER
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain proses penulisan tesis ini tidak dapat diselesaikan dengan baik, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
U
1. Prof. Ir. J. Leiwakabessy, MS, sebagai Direktur Pascasarjana Universitas
Pattimura. 2. Prof. Dr. Ir. N. V. Huliselan, M.Sc, sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Kelautan. 3. Prof. Dr. Ir. J. Hiariey, M. Sc, dan Dr. J. Abrahamsz, S.Pi, M.Si, sebagai
dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikiran selama membimbing penulisan tesis ini. 4. Dr. Ir. A. Soselisa, M.Sc, Dr. Y. Lopulalan, S.Pi., M.Si., dan Ir. H.
Matakupan, M.Si sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan kepada penulis. Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf viii 5. Bapak/Ibu Dosen selaku staf pengajar dan karyawan pada Program Studi Ilmu
Kelautan Pascasarjana Universitas Pattimura. 6. Kepala UPBJJ-UT Ambon, Dra. B. Pattiselanno, M.Si selaku mantan
kepala UPBJJ-UT Ambon dan rekan-rekan kerja (Ian, Bu Wil, Ibu Bada, Pak Edi, Pak Wiem, Ibu Evi, Ibu Nona, Pak Upang, Pak Tahir) di UPBJJUT Ambon atas dukungan yang luar biasa, suasana kerja yang kondusif kepada penulis selama mengikuti seluruh proses perkuliahan. Penulis juga
KA
menyampaikan ucapan terima kasih kepada teman-teman TKT (Mocha,
BU
Rival, Anto, Aan, Apren, Reza, Bu Bala, Om Minggus) atas dukungan yang
R
diberikan kepada penulis.
TE
7. Kepada suami tercinta Alex dan anakku Vali, yang senantiasa memberikan
AS
dorongan, kesabaran dan dukungan moril maupun materiil kepada penulis
SI T
selama mengikuti perkuliahan di Program Pascasarjana Universitas Pattimura
N IV ER
Ambon. Tak lupa pula penulis sampaikan terima kasih yang sedalamdalamnya kepada papa Berth dan mama Oke yang telah membesarkan dan mendidik penulis serta keluarga besar yang telah memberikan dorongan dan
U
doa restu.
8. Bapak/Ibu dan teman kuliah Pascasarjana Universitas Pattimura Program
Studi Ilmu Kelautan angkatan 2010. 9. Pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah membantu
penulis. Akhir kata, semoga penulisan ini dapat bermanfaat.
Ambon, Januari 2013
Penulis Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
RIWAYAT STUDI Meitha Monita Kaihatu merupakan anak pertama dari 4 bersaudara pasangan Lamberth Kaihatu dan Johana Kaihatu/Hattu. Lahir di Dobo tanggal 02 Mei 1984. Menikah dengan Alexander M. Latuputty serta dikaruniai seorang anak Valerie Alicia Latuputty. Dunia pendidikan diawali pada tahun 1990 dan lulus pada tahun 1996 dari Sekolah Dasar Kristen A3. Pada tahun yang sama diterima di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri 4 Ambon dan lulus pada tahun 1999. Kemudian
KA
melanjutkan pendidikan pada Sekolah Menengah Umum Negeri 1 Ambon pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2002.
BU
Jenjang pendidikan tinggi dimulai pada tahun 2002 ketika diterima sebagai
R
mahasiswa di Universitas Pattimura Ambon, pada Fakultas Perikanan dan Ilmu
TE
Kelautan, Jurusan Teknologi Hasil Perikanan, Program Studi Sosial Ekonomi Perikanan, dinyatakan lulus dan memperoleh gelar sarjana pada tahun 2007.
AS
Pada Tahun 2010 mendapatkan kesempatan melanjutkan studi pada
SI T
Program Pascasarjana Universitas Pattimura, Program Studi Ilmu Kelautan, Minat Perikanan. Untuk memperoleh gelar magister mengajukan tesis berjudul “Strategi
N IV ER
Pengembangan Sektor Perikanan Dalam Mendukung Perekonomian
U
Wilayah Kabupaten Maluku Tengah”.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
DAFTAR ISI
Halaman i
LEMBARAN PENGESAHAN ................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH ................................................
iii
LEMBARAN PERSEMBAHAN ............................................................
iv
ABSTRAK ................................................................................................
v
ABSTRACT ..............................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ..............................................................................
vii
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................
ix
DAFTAR ISI .............................................................................................
x
DAFTAR TABEL ....................................................................................
xiii
SI T
AS
TE
R
BU
KA
LEMBARAN JUDUL ..............................................................................
N IV ER
DAFTAR GAMBAR ................................................................................
xv xvi
BAB I.
PENDAHULUAN .....................................................................
1
1.1. Latar Belakang ......................................................................
1
1.2. Perumusan MasaLah ..............................................................
4
1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................
6
1.4. Manfaat Penelitian ................................................................
6
1.5. Kerangka Pikir Penelitian .....................................................
7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
9
2.1. Pembangunan Sektor Perikanan ...........................................
9
2.2. Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Wilayah . .................
12
U
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf xi
14
2.4. Pola dan Struktur Pertumbuhan Sektor .................................
16
2.5. Tingkat Konsentrasi dan Spesialisasi Kegiatan Sektor ..........
17
2.5.1. Tingkat Konsentrasi:Pendekatan Aglomerasi ...........
17
2.5.2. Spesialisasi Kegiatan Sektor ......................................
18
2.6. Pendekatan Analisis Strategi Pengembangan .......................
19
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................
20
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ................................................
21
3.2. Metode Pengambilan Data ....................................................
21
3.3. Metode Analisis Data ............................................................
22
3.3.1. Analisis Kontribusi Sektor Perikanan .........................
22
3.3.2. Analisis Sektor Basis ..................................................
23
3.3.3. Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan .....................
23
SI T
AS
TE
R
BU
KA
2.3. Konsep Basis Ekonomi ..........................................................
N IV ER
3.3.4. Analisis Aglomerasi ....................................................
25 25
3.3.6. Analisis SWOT ...........................................................
26
3.4. Definisi Operasional .............................................................
28
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................
30
4.1. Keadaan Umum Sektor Perikanan Kab. Malteng .................
30
4.1.1. Potensi Sumberdaya Perikanan ...................................
30
4.1.2. Perkembangan Alat dan Sarana penangkapan Ikan, Rumah Tangga Perikanan Nelayan dan Hasil Perikanan ......................................................................
32
4.1.2.1. Alat Tangkap Perikanan .................................
32
4.1.2.2. Armada Penangkapan Perikanan ...................
33
U
3.3.5. Analisis Spesialisasi ...................................................
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf xii
36
4.1.3. Perkembangan Kegiatan Budidaya .............................
37
4.1.3.1. Budidaya Air Tawar ......................................
37
4.1.3.2. Budidaya Perairan .........................................
38
4.1.4. Produksi Perikanan .....................................................
40
4.1.5. Pengolahan Hasil Perikanan .......................................
41
4.1.6. Distribusi dan Pemasaran Hasil Perikanan .................
42
4.1.6.1. Pemasaran Lokal ...........................................
42
4.1.6.2. Perdagangan Antar Pulau dan Ekspor ...........
42
4.2. Kontribusi Sektor ..................................................................
43
4.3. Penentuan Sektor Perikanan Sebagai Sektor Basis atau Non-Basis .............................................................................
50
AS
TE
R
BU
KA
4.1.2.3. Rumah Tangga Perikanan dan Nelayan ........
55
4.5. Konsentrasi Sektor Perikanan ...............................................
60
4.6. Spesialisasi Sektor Perikanan ................................................
64
4.7. Strategi Pengembangan Sektor Perikanan ...........................
67
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................
80
5.1. Kesimpulan ...........................................................................
80
5.2. Saran .....................................................................................
81
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
83
LAMPIRAN .............................................................................................
86
U
N IV ER
SI T
4.4. Pola dan Struktur Pertumbuhan .............................................
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1. Potensi Sumberdaya Alam Laut Kabupaten Maluku Tengah ............ 3 Tabel 2. Potensi dan MSY Sumberdaya Ikan di Wilayah Kabupaten Maluku Tengah ................................................................................. 30 Tabel 3. Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Perikanan KabupTen Maluku Tengah Tahun 2006-2010 .................................. 32
BU
KA
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Armada Perikanan Laut di KabupTen Maluku Tengah 2006-2010 ......................................... 34
R
Tabel 5. Jumlah Rumah Tangga Perikanan dan Nelayan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah ....................................... 37
AS
TE
Tabel 6. Luas Usaha dan Produksi Budidaya Menurut Jenis Dirinci Per Kecamatan ..................................................................... 38
SI T
Tabel 7. Luas Potensi dan Pemanfaatan Lahan Budidaya Perairan Dirinci Per Kecamatan ..................................................................... 39
N IV ER
Tabel 8. Perkembangan Produksi dan Nilai Produksi Hasil Perikanan Menurut Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah ......................... 40 Tabel 9. Perusahaan Cold Storage Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah .............................................................................................. 41
U
Tabel 10. Jumlah Ekspor dan Antar Pulau serta Nilai Komoditi Perikanan Menurut Jenis ................................................................................. 43 Tabel 11. Kontribusi Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Maluku Tengah ........................................................ 44 Tabel 12. Kontribusi Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Maluku Tengah ......................................................... 46 Tabel 13. Nilai LQ Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku Di Kabupaten Maluku Tengah ........................................................ 50 Tabel 14. Nilai LQ Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Maluku Tengah ....................................................... 51
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf xiv
Tabel 15. Tingkat Pertumbuhan dan Pendapatan Perkapita Sektor Sektor perikanan atas Dasar Harga Berlaku Di Kabupaten Maluku Tengah .............................................................................. 55 Tabel 16. Tingkat Pertumbuhan dan Pendapatan Perkapita Sektor Sektor perikanan atas Dasar Harga Konstan Di Kabupaten Maluku Tengah .............................................................................. 56 Tabel 17. Nilai Aglomerasi Sektor Perikanan atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Maluku Tengah .......................................... 60
KA
Tabel 18. Nilai Aglomerasi Sektor Perikanan atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Maluku Tengah .......................................... 61
BU
Tabel19. Nilai Spesialisasi Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Belaku Di Kabupaten Maluku Tengah ....................................................... 64
TE
R
Tabel 20. Nilai Spesialisasi Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Konstan Di Kabupaten Maluku Tengah ....................................................... 65
AS
Tabel 21. Matrik Faktor Strategi Internal ....................................................... 72
U
N IV ER
SI T
Tabel 22. Matrik Faktor Strategi Eksternal ...................................................... 74
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian dan Analisis ......................................... 7 Gambar 2. Perkembangan PDRB dan Kontribusi Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Berlaku di Kabupaten Maluku Tengah ................... 45 Gambar 3. Perkembangan PDRB dan Kontribusi Sektor Perikanan Atas Dasar Harga Konstan di Kabupaten Maluku Tengah ................... 47
BU
KA
Gambar 4. Kontribusi Sektor Perikanan Per Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah ............................................................................ 49
R
Gambar 5. Perkembangan Nilai LQ Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah ............................................................................ 51
AS
TE
Gambar 6. Realisasi Eksport Hasil Perikanan Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2006-2010 ............................................................ 52
SI T
Gambar 7. Nilai LQ Sektor Perikanan Per Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah ............................................................................ 54
N IV ER
Gambar 8. Skema Tipologi Sektor Perikanan Di Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2006-2010 ............................................................ 58 Gambar 9. Nilai Aglomerasi Sektor Perikanan Per Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah .......................................................... 63
U
Gambar 10. Nilai Spesialisasi Sektor Perikanan Per Kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah ....................................................... 66
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman 86
Lampiran 2. Data PDRB Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2006-2010 ..
87
Lampiran 3. Data PDRB Provinsi Maluku Tahun 2006-2010 ....................
88
Lampiran 4. Analisis Kontribusi Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah ...................................................................................
89
KA
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian ...........................................................
BU
Lampiran 5. Analisis LQ Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah
91 92
Lampiran 7. Analisis Aglomerasi Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah......................................................................
94
AS
TE
R
Lampiran 6. Analisis Tipologi Klassen Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah ......................................................................
SI T
Lampiran 8. Analisis Spesialisasi Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah......................................................................
95 96
Lampiran 10. Matrik SWOT Pengembangan Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah ..................................................
99
U
N IV ER
Lampiran 9. Prioritas Alternatif Strategi Pengembangan Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah ..............................
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
9 14/41143.pdf
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembangunan Sektor Perikanan Pembangunan perikanan menurut Dirjen Perikanan Republik Indonesia (1997) adalah merupakan proses upaya manusia untuk memanfaatkan sumber daya hayati perikanan dan sumber daya perairan melalui kegiatan penangkapan ikan dan pembudidayaan ikan seiring dengan pengembangan dan penerapan IPTEK, pengembangan produk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, serta peningkatan devisa Negara
KA
disertai upaya-upaya pemeliharaan dan pelestarian sumber daya hayati dan
BU
lingkungan secara lestari. Pembangunan sektor perikanan merupakan suatu
TE
meningkatkan kesejahteraan petani/nelayan.
R
rangkaian usaha dan kegiatan yang dapat membawa perubahan seperti Sektor perikanan tak lepas dari peran nelayan dan pembudidaya. Tanpa
AS
adanya mereka, sektor perikanan dapat diambil manfaatnya. Nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Nelayan kecil adalah
SI T
orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi
N IV ER
kebutuhan hidup sehari-hari (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Pembudidaya ikan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan. Pembudidaya ikan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan pembudidayaan ikan untuk memenuhi kebutuhan
U
sehari-hari (Undang-Undang No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan). Dahuri
(2001)
mengemukakan
bahwa,
kebijakan
dan
program
pembangunan sektor kelautan dan perikanan dari Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP-RI) memiliki empat misi besar, yaitu : 1.
Peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir, khususnya nelayan dan petani ikan kecil,
2.
Peningkatan peran sektor kelautan dan perikanan sebagai
sumber
pertumbuhan ekonomi. 3.
Pemeliharaan dan peningkatan daya dukung serta kualitas lingkungan perairan tawar, pesisir, pulau-pulau kecil dan lautan, dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
10 14/41143.pdf
4.
Memelihara persatuan dan kesatuan bangsa.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembangunan sektor kelautan dan perikanan tidak hanya mempertimbangkan dimensi ekonomi, tetapi juga dimensi sosial budaya dan kelestarian lingkungan hidup dan sumber daya alam, serta menjaga integritas Negara kesatuan Republik Indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan potensi perikanan yang besar, seharusnya sektor perikanan menjadi andalan dalam pembangunan Indonesia. Selain itu sektor perikanan juga berpotensi untuk dijadikan penggerak utama (prime mover) ekonomi Indonesia. Namun secara empiris pembangunan sektor perikanan selama ini kurang mendapat perhatian sehingga kontribusi dan
KA
pemanfaatannya dalam perekonomian Indonesia masih kecil (KKP, 2010).
BU
Untuk mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya perikanan dan menjadikan sektor ini sebagai prime mover pembangunan ekonomi nasional,
TE
R
diperlukan upaya percepatan dan terobosan dalam pembangunan kelautan dan perikanan yang didukung dengan kebijakan politik dan ekonomi serta iklim sosial
AS
yang kondusif. Dalam kaitan ini, koordinasi dan dukungan lintas sektor serta stakeholders lainnya menjadi salah satu prasyarat yang sangat penting (KKP,
SI T
2010).
N IV ER
Revitalisasi pertanian, perikanan, dan kelautan merupakan suatu langkah untuk mewujudkan hal tersebut. Dengan revitalisasi diharapkan sektor perikanan mampu meningkatkan kesejahteraan nelayan (petani ikan), menymbang terhadap ekspor nonmigas, mengurangi kemiskinan dan menyerap tenaga kerja nasional.
U
Sehingga lebih dapat meningkatkan kontribusinya dalam perekonomian Indonesia (KKP, 2010). Menurut Kurniawan (2010) pembangunan di sektor kelautan dan perikanan, tidak boleh dipandang sebagai cara untuk menghilangkan kemiskinan dan pengangguran. Namun, lebih dari itu, karena sektor kelautan dan perikanan merupakan basis perekonomian nasional, maka sudah sewajarnya jika sektor perikanan dan kelautan ini dikembangkan menjadi sektor unggulan dalam kancah perdagangan internasional. Dengan demikian, dukungan sektor industri terhadap pembangunan di sektor perikanan dan kelautan menjadi suatu hal yang bersifat keharusan. Karena itu, pembangunan perikanan dan kelautan dan industri
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
11 14/41143.pdf
bukanlah alternatif yang dipilih, namun adalah komplementer dan saling mendukung baik bagi input maupun output. Secara teoritis pengembangan perikanan memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Keterkaitan umum antara sumberdaya perikanan, produksi, usaha penangkapan, kebijakan pemerintah, dan pasar akan berpengaruh kepada GDP yang selanjutnya akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional (Soemokaryo, 2001). Pembangunan perikanan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan nelayan (petani ikan) dengan jalan meningkatkan produktivitas, memperluas kesempatan kerja dan kesempatan usaha (Reksohadiprodjo dan Pradono, 1988).
KA
Namun mengingat kegiatan perikanan yang dapat dikatakan sebagai usaha yang
BU
sangat tergantung pada alam dan ketersediaan sumber daya disuatu perairan menyebabkan ada fluktuasi kegiatan usaha perikanan yang sangat jelas. Pada
TE
R
akhirnya hal ini akan mempengaruhi aktifitas nelayan (petani ikan) dalam berusaha.
AS
Dalam pengembangan sektor perikanan tidak hanya terkait dalam usaha perikanan tangkap maupun budidaya saja. Menurut Erwadi dan Syafri dalam
SI T
Hendri (2010) peluang bisnis kelautan dan perikanan setidaknya dapat dilihat dari
N IV ER
dua faktor yaitu 1) faktor internal berupa potensi sumber daya kelautan dan perikanan, potensi sumber daya manusia, teknologi, sarana dan prasarana serta pemasaran, dan 2) faktor eksternal yang berkaitan dengan aspek permintaan produk perikanan dan syarat-syarat yang menyertai permintaan tersebut dalam
U
rangka persaingan.
Pembangunan kelautan dan perikanan yang telah dilaksanakan selama ini
dalam rangka mewujudkan tiga pilar pembangunan, yaitu pro-poor (pengentasan kemiskinan), pro-job (penyerapan tenaga kerja), dan pro-growth (pertumbuhan). Dengan melihat potensi yang ada, pembangunan kelautan dan perikanan harusnya dapat menjadikan bangsa Indonesia menjadi bangsa yang lebih baik daripada keadaan sekarang. Adanya kesalahan orientasi pembangunan dan pengelolaan sumber daya menyebabkan Indonesia belum dapat mengoptimalkan manfaat dari potensi sumber daya yang ada (KKP, 2010).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
12 14/41143.pdf
2.2. Pertumbuhan dan Kontribusi Ekonomi Wilayah Kontribusi sektor adalah sumbangan atau peranan (share) yang diberikan oleh masing-masing sektor terhadap PDB. Indikator kontribusi sektor ini dipergunakan untuk menganalisis sektor mana yang paling besar menyumbang atau berperan terhadap PDB. Disamping itu juga untuk mengetahui sejauh mana tahap industrialisasi negara kita, penyerapan tenaga kerja dalam sektor dan tingkat pendidikan dalam sektor. Namun kontribusi sektor terhadap PDB dihitung terutama sebagai indikator perubahan struktur ekonomi Indonesia. Biasanya perubahan struktur ekonomi itu akan dilihat secara relatif (persentase VA terhadap PDB) dari pelita ke pelita untuk sektor pertanian dan sektor industri (Widodo,
KA
1990).
BU
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Delivarnov (1995), Kontribusi (shere) sektor menunjukan berapa besarnya sumbangan sektor yang bersangkutan
TE
R
terhadap PDB secara keseluruhan. Angka ini perlu untuk mengetahui sektorsektor mana saja yang penting perannya, dan mana pula yang kurang penting.
AS
Dengan mengetahui sektor mana yang besar perannya dalam perekonomian maka kita juga bisa mengetahui tingkat industrialisasi negara tersebut.
SI T
Analisis shift share lazim digunakan untuk mengidentifikasi sumber atau
N IV ER
komponen pertumbuhan wilayah. Analisis shift share pertama kali diperkenalkan oleh Perloff et al. (1960), yang telah menggunakan analisis ini untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi wilayah Amerika Serikat. Lucas (1979) juga menggunakan analisis ini untuk mengidentifikasi pertumbuhan
U
sektor-sektor atau wilayah yang lamban di Indonesia dan Amerika Serikat (Talakua, 2005). Analisis shift share adalah salah satu analisis yang digunakan untuk menidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi, baik dari segi pendapatan maupun dari sisi tenaga kerja pada suatu wilayah tertentu (Budiharsono, 2001). Melalui analisis shift share dapat dianalisis besarnya sumbangan pertumbuhan dari tenaga kerja dan pendapatan pada masing-masing sektor perekonomian di wilayah yang bersangkutan. Swasono dan Endang dalam Anita (1999) menyatakan bahwa analisis Shift Share bertujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi suatu sektor terhadap PDRB.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
13 14/41143.pdf
Keunggulan utama dari analisis shift share adalah dapat melihat perkembangan produksi atau kesempatan kerja di suatu wilayah hanya dengan menggunakan dua waktu titik data. Data-data yang digunakan juga mudah diperoleh dan relatif tersedia di setiap wilayah, yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) masing-masing sektor (Soepono, 1993). Analisis shift share mempunyai banyak kegunaan, di antaranya adalah untuk melihat (Budiharsono, 2001): 1. Perkembangan sektor perekonomian di suatu wilayah terhadap perkembangan sektor perekonomian di wilayah yang lebih luas. 2. Perkembangan sektor-sektor perekonomian jika dibandingkan secara relatif
KA
dengan sektor-sektor lainnya.
BU
3. Perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya, sehingga dapat membandingkan besarnya aktivitas suatu sektor pada wilayah tertentu
TE
R
dan pertumbuhan antar wilayah.
4. Perbandingan laju sektor-sektor perekonomian di suatu wilayah dengan laju
AS
pertumbuhan perekonomian nasional serta sektor-sektornya. Secara umum, terdapat tiga komponen utama dalam analisis shift share
N IV ER
adalah sebagai berikut:
SI T
(Budiharsono, 2001). Ketiga komponen pertumbuhan wilayah yang dimaksud 1. Komponen Pertumbuhan Regional (Regional Growth Component) Komponen pertumbuhan regional adalah perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi regional secara umum, perubahan
U
kebijakan ekonomi regional atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah. Bila diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik ekonomi antarsektor dan antarwilayah, maka adanya perubahan akan membawa dampak yang sama pada semua sektor dan wilayah. Akan tetapi pada kenyataannya, beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih cepat daripada sektor dan wilayah lainnya. 2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (Proportional Mix Growth Component) Komponen pertumbuhan proporsional tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah,
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14 14/41143.pdf
perbedaan dalam kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi dan price support) serta perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. 3. Komponen
Pertumbuhan
Pangsa
Wilayah
(Regional
Share
Growth
Component) Komponen pertumbuhan pangsa wilayah timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses ke pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta
KA
kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.
BU
2.3. Konsep Basis Ekonomi
Glasson (1978) menyatakan bahwa, dalam konteks ilmu ekonomi
TE
R
regional, terdapat berbagai teori yang mencoba menganalisis faktor yang mempengaruhi pertumbuhan suatu wilayah. Salah satu konsep yang dapat
AS
digunakan untuk menjelaskan tentang pertumbuhan suatu wilayah (region) adalah teori basis ekonomi (economic base theory). Semakin banyak sektor basis dalam
SI T
suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke wilayah tersebut, manambah
N IV ER
permintaan terhadap barang dan jasa didalamnya, dan menimbulkan kenaikan volume sektor non basis. Disarankan metode location quotient digunakan dalam menentukan apakah suatu sektor basis atau tidak. Konsep
basis
ekonomi
(economic
base
theory)
mendasarkan
U
pandangannya bahwa laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya ekspor dari wilayah tersebut (Tarigan, 2012). Menurut Arsyad (1999), teori basis ekonomi menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Pertumbuhan Industri-industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (job creation). Beberapa konsep dikemukakan berbagai penulis mengenai teori ini. Menurut Hoover dalam Tanasale (1993), kegiatan-kegiatan dalam suatu wilayah dapat dibedakan menjadi kegiatan basis (basic activities) dan kegiatan non basis
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
15 14/41143.pdf
(non basic activities). Kegiatan basis adalah kegiatan yang pertumbuhannya hanya merupakan akibat dari pembangunan wilayah secara keseluruhan. Dalam hal ini, kegiatan basis dalam suatu wilayah merupakan ekspor wilayah tersebut. Pembangunan konsep basis ekonomi menurut Kadariah (1985) perlu mengasumsikan dua hal berikut: 1. Penduduk di suatu daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan tingkat nasional. 2. Permintaan daerah akan suatu barang pertama-tama dipenuhi dengan hasil daerah itu sendiri dan baru jika jumlah yang diminta melebihi jumlah produksi di daerah itu, kekurangannya diimpor dari luar daerah.
KA
Teori basis ekonomi tetap relevan dalam analisis dan perencanaan regional
BU
(Glasson, 1978). Teori ini memiliki keunggulan karena sangat sederhana dan mudah diterapkan serta bermanfaat dalam usaha memahami struktur ekonomi
TE
R
suatu wilayah dan dampak yang diakibatkan oleh perubahan-perubahan dalam jangka pendek. Pada kondisi tertentu, misalnya dalam mempelajari wilayah yang
AS
kecil dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada kegiatan ekspor, kekurangan yang ada dapat diminimumkan dan teori ini sangat bermanfaat untuk
SI T
membuat peramalan dalam jangka pendek (short-run forecasting).
N IV ER
Richardson dalam Talakua (2005) mengemukakan bahwa walaupun teori basis mengalami kelemahan-kelemahan, namun sudah banyak studi empirik yang dilakukan dalam rangka usaha memisah-misahkan sektor-sektor basis dari sektorsektor bukan basis suatu daerah.
U
Menurut Budiharsono (2001) ada beberapa metode untuk memilih
antara kegiatan basis dan non-basis, yaitu: 1. Metode pengukuran langsung Metode ini dapat dilakukan dengan survei langsung kepada pelaku usaha ke mana mereka memasarkan barang yang diproduksi dan dari mana mereka membeli bahan-bahan kebutuhan untuk menghasilkan produk tersebut. Akan tetapi metode ini menguras biaya, waktu dan tenaga kerja yang banyak. Mengingat kelemahan tersebut, maka sebagian besar para ekonom wilayah menggunakan metode pengukuran tidak langsung. 2. Metode pengukuran tidak langsung
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
16 14/41143.pdf
Metode dengan pengukuran tidak langsung terdiri dari: a. Metode melalui pendekatan asumsi, biasanya berdasarkan kondisi di wilayah
tersebut
(data
sekunder),
ada
kegiatan
tertentu
yang
diasumsikan kegiatan basis dan non basis. b. Metode location quotient dimana membandingkan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor tertentu di wilayah tertentu dengan porsi lapangan kerja/nilai tambah untuk sektor yang sama di wilayah atasnya.
Asumsi
yang
digunakan
adalah
produktivitas
rata-
rata/konsumsi rata-rata antar wilayah yang sama. Metode ini memiliki beberapa kebaikan diantaranya adalah metode ini memperhitungkan
KA
penjualan barang-barang antara, tidak mahal biayanya dan
BU
diterapkan.
mudah
c. Metode campuran merupakan penggabungan antara metode asumsi
TE
R
dengan metode location quotient.
d. Metode kebutuhan minimum dimana melibatkan sejumlah wilayah yang
AS
sama dengan wilayah yang diteliti, dengan menggunakan distribusi minimum dari tenaga regional dan bukan distribusi rata-rata. Pengertian
SI T
basis ekonomi di suatu wilayah tidak bersifat statis melainkan
N IV ER
dinamis. Artinya pada tahun tertentu mungkin saja sektor tersebut merupakan sektor basis, namun pada tahun berikutnya belum tentu sektor tersebut secara otomatis menjadi sektor basis. Sektor basis bisa
U
mengalami kemajuan ataupun kemunduran. 2.4. Pola dan Struktur Pertumbuhan Sektor Karakteristik tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi daerah berdasarkan Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai sumbu vertikal dan rata-rata pendapatan perkapita sebagai sumbu horizontal (Sjafrizal, 2008). Selanjutnya dikemukakan bahwa daerah yang diamati dapat dibagi menjadi empat klasifikasi
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
17 14/41143.pdf
yaitu sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector), sektor maju tapi tertekan (stagnant sector), sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector), sektor
relatif
tertinggal
(underdeveloped
sector).
Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen adalah sebagai berikut: Kuadran II
Sektor maju dan tumbuh dengan pesat
Sektor maju tapi tertekan
(developed sector)
(Stagnant sector)
si > s dan ski > sk
si < s dan ski > sk
Kuadran III
Kuadran IV
Sektor potensial atau masih dapat
Sektor relatif tertinggal
berkembang (developing sector)
(underdeveloped sector)
BU
KA
Kuadran I
R
si > s dan ski < sk
TE
Sumber : Sjafrizal, 2008
si < s dan ski < sk
AS
2.5. Tingkat Konsentrasi dan Spesialisasi Kegiatan Sektor
SI T
2.5.1. Tingkat Konsentrasi: Pendekatan Aglomerasi Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat konsentrasi/pemusatan
N IV ER
kegiatan suatu sektor pada suatu wilayah. Aglomerasi mengandung dua pengertian. Pengertian pertama adalah proses yang dilakukan secara bersamasama dalam melakukan mobilitas secara spasial. Pengertian kedua menjelaskan suatu bentuk lokasional, terutama bagaimana aktivitas ekonomi terkonsentrasi
U
secara spasial. Konsep aglomerasi ekonomi bersumber dari fenomena nyata dan diawali oleh teori lokasi yang dikemukakan Weber, dimana menurut Weber, ada 3 faktor yang menjadi alasan dalam menentukan lokasi industri, yaitu: 1. Perbedaan biaya transportasi Produsen cenderung mencari lokasi yang memberikan keuntungan berupa penghematan biaya transportasi serta dapat mendorong efisiensi dan efektivitas produksi. 2. Perbedaan biaya upah
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
18 14/41143.pdf
Produsen cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah tenaga kerja yang lebih rendah dalam melakukan aktivitas ekonomi sedangkan tenaga kerja cenderung mencari lokasi dengan tingkat upah yang lebih tinggi. 3. Penghematan aglomerasi Penghematan aglomerasi adalah penghematan yang terjadi terkonsentrasinya aktivitas
ekonomi secara spasial, yaitu localization economies dan
urbanization economies (Weber dalam Agustina, 2010). Kuncoro (2002) mendefinisikan aglomerasi sebagai konsentrasi spasial dari aktifitas ekonomi di kawasan perkotaan karena penghematan akibat lokasi yang berdekatan (economies of proximity) yang diasosiasikan dengan kluster
BU
biaya seperti transportasi, informasi, dan komunikasi.
KA
spasial dari perusahaan, para pekerja, dan konsumen untuk meminimisasi biayaMenurut Robinson Tarigan (2012), keuntungan berlokasi pada tempat
TE
R
konsentarsi atau terjadinya Aglomerasi disebabkan Faktor skala ekonomi (economic of scale) dan economic of anglomeration. Economic of scale adalah
AS
keuntungan karena dapat berproduksi berdasarkan spesialisasi sehingga produksi lebih besar dan biaya perunit lebih efisien. Sedangkan economic of anglomeration
SI T
ialah keuntungan karena di tempat itu terdapat berbagai keperluan dan fasilitas
N IV ER
yang dapat digunakan oleh perusahaan. Aglomerasi dapat disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, terdapat sumberdaya alam yang lebih banyak pada daerah tertentu, misalnya miyak bumi, gas, batubara dan bahan mineral lainnya. Kedua, meratanya fasilitas transportasi,
U
baik darat, laut maupun udara juga ikut mempengaruhi konsentrasi ekonomi. Ketiga, kondisi demografis (kependudukan) juga ikut mempengaruhi karena kegiatan ekonomi akan cenderung terkosentrasi dimana sumberdaya manusia tersedia dengan kualitas yang lebih baik (Syafrizal, 2008). 2.5.2. Spesialisasi Kegiatan Sektor Perekonomian suatu wilayah dikatakan terspesialisasi jika suatu wilayah memprioritaskan pengembangan suatu sektor ekonomi melalui kebijakankebijakan yang mendukung terhadap kemajuan sektor tersebut. Pengembangan sektor prioritas tersebut dapat dilakukan melalui investasi dan peningkatan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
19 14/41143.pdf
sumber daya manusia pada sektor tersebut. Spesialisasi dalam perekonomian merupakan hal yang cukup penting dalam rangka pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. Dikatakan, jika suatu wilayah memiliki spesialisasi pada sektor-sektor tertentu maka wilayah tersebut akan memiliki keunggulan kompetitif dari spesialisasi sektor tersebut (Soepono, 1993). Beberapa ahli ekonomi mulai memperhitungkan efek spesialisasi terhadap perekonomian suatu wilayah. Menurut Kuncoro (2002), salah satu upaya yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keterkaitan antar wilayah adalah melalui proses pertukaran komoditas antar daerah. Hal ini dapat ditempuh melaui penciptaan spesialisasi antar daerah.
KA
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat spesialisasi kegiatan
BU
sektor perikanan pada suatu wilayah. Spesialisasi industri menunjukkan bahwa aktivitas ekonomi pada suatu wilayah dikuasai oleh beberapa industri tertentu.
TE
R
Suatu wilayah dapat diartikan sebagai wilayah yang terspesialisasi apabila dalam sebagian kecil industri pada wilayah tersebut memiliki pangsa yang besar
AS
terhadap keseluruhan industri. Struktur industri yang terspesialisasi pada industri tertentu menunjukkan bahwa wilayah tersebut memiliki keunggulan berupa daya
N IV ER
SI T
saing pada industri tersebut (OECD dalam Agustina, 2010). 2.6. Pendekatan Analisis Strategi Pengembangan Strategi adalah sarana yang digunakan untuk mencapai tujuan akhir. Salah satu strategi yang dapat digunakan dalam pembangunan perikanan adalah analisis
U
keragaman yang dikenal sebagai analisis SWOT. Analisis SWOT umum digunakan karena memiliki kelebihan yang sederhana, fleksibel, menyeluruh menyatukan dan berkolaborasi. Dengan analisis ini dapat diketahui keterkaitan antara Faktor internal dan faktor eksternal, sehingga dapat menghasilkan kemungkinan alternatif strategis (Rangkuti 2000). Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematik untuk merumuskan strategi perusahaan yang didasarkan pada logika memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
20 14/41143.pdf
Lingkungan eksternal dan internal suatu perusahaan terkait erat dalam kelangsungan kegiatan dan keberhasilan kinerja perusahaan. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang tidak dapat dikontrol, tetapi dapat mempengaruhi kegiatan perusahaan, sedangkan lingkungan internal adalah lingkungan dalam perusahaan yang dapat dikontrol, sehingga merupakan strategi keunggulan perusahaan (Rangkuti, 2000). SWOT
merupakan
alat
untuk
menyusun
suatu
strategi
dalam
mengembangkan suatu usaha. SWOT merupakan singkatan dari kata Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat. Kekuatan (strength) adalah unsur dari potensi sumberdaya yang dapat melindungi dari persaingan dan dapat menciptakan suatu
KA
kemajuan dalam suatu kegiatan atau usaha. Kelemahan (weakness) adalah unsur
BU
dari potensi sumberdaya yang tidak dapat bersaing, sehingga tidak dapat menciptakan suatu kemajuan dalam kegaiatan atau usaha. Peluang (opportunity)
TE
R
adalah unsur lingkungan yang dapat memungkinkan suatu kegiatan atau usaha mendapatkan keberhasilan yang tinggi.
Ancaman (threat) adalah unsure
AS
lingkungan yang dapat mengganggu atau menghalangi suatu kegiatan usaha jika tidak ada tindakan pengolahan yang tegas segera diambil (Rangkuti 2000).
SI T
Keterkaitan faktor internal dan eksternal dapat digambarkan dalam bentuk
N IV ER
matriks SWOT. Matriks SWOT merupakan suatu alat untuk meringkas faktorfaktor strategis perusahaan yang menggambarkan peluang dan ancaman eksternal, serta pertemuan dengan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan, untuk
U
menghasilkan empat kelompok kemungkinan alternatif strategi.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
21 14/41143.pdf
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang merupakan wilayah kajian adalah Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku (peta administratif di Lampiran 1). Pengambilan data terkonsentrasi di ibukota Kabupaten Maluku Tengah yang terletak di Masohi, Provinsi Maluku yang berlangsung dari bulan April hingga Juni 2012. Selanjutnya, kegiatan pengolahan dan analisis data serta penulisan tesis
KA
berlangsung dari bulan Juli 2012.
BU
3.2. Metode Pengambilan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data
R
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan pihak-pihak yang
TE
terkait dengan perkembangan sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. Data primer ini digunakan untuk memperkuat dan menjelaskan data sekunder
AS
yang didapat serta untuk menentukan alternatif strategi pengembangan wilayah.
SI T
Data sekunder diperoleh/dikumpulkan langsung dari instansi terkait baik di tingkat Kabupaten Maluku Tengah maupun Provinsi Maluku, yaitu:
N IV ER
1. Badan Pusat Statistik Kabupaten Maluku Tengah 2. Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku 3. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah
U
4. Data penunjang lainnya yang relevan dengan topik/bahasan penelitian. Data yang dikumpulkan terutama data Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Maluku Tengah dan data PDRB Provinsi Maluku 5 (lima) tahun terakhir periode tahun 2010 hingga tahun 2006 (Lampiran 2). Data PDRB tersebut terdiri dari dua versi, yaitu nilai PDRB atas dasar harga berlaku dan nilai PDRB atas dasar harga konstan suatu tahun tertentu. Menurut BPS Maluku (2010), PDRB atas dasar harga berlaku yaitu semua produksi barang dan jasa yang dihasilkan dinilai berdasarkan harga pasar pada tahun yang bersangkutan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan yaitu semua produk barang dan jasa yang dihasilkan dinilai dengan harga pada tahun tertentu
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
22 14/41143.pdf
yang dipilih sebagai tahun dasar; dimana dalam perhitungan ini digunakan tahun 2000 sebagai tahun dasar. 3.3. Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data sekunder melalui penelusuran kepustakaan dengan mengambil kasus di Kabupaten Maluku Tengah, Provinsi Maluku. Menurut Singarimbun dan Effendi (1981), metode penelitian analisis data sekunder yang digunakan dalam penelitian ilmiah, biasanya sudah tersedia data yang dapat digunakan. Data tersebut diantaranya merupakan hasil survei yang belum diperas dan dianalisis lebih lanjut untuk dapat
KA
menganalisis sesuatu yang berguna, juga dapat berupa studi perbandingan dari
BU
studi-studi yang pernah dilakukan.
Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis secara kuantitatif dan dimaksudkan
untuk
mengetahui
TE
kuantitatif
R
kualitatif, yang ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik. Analisis data sejauhmana
kontribusi
AS
(perkembangan) sektor perikanan dalam perekonomian wilayah. Analisis kualitatif digunakan untuk menjelaskan permasalahan yang terjadi. Analisis
SI T
yang dimaksud adalah deskripsi daerah penelitian, deskripsi tentang implikasi terhadap strategi kebijakan pembangunan wilayah dengan sektor-sektor yang
N IV ER
ada di wilayah tersebut, misalkan kegiatan ekonomi wilayah. Selain itu analisis kualitatif dapat berupa keadaan umum wilayah seperti pemerintahan, jumlah penduduk, tenaga kerja, potensi ekonomi, sistem sosial dan hal-hal yang
U
berkaitan dengan tujuan penelitian. 3.3.1. Analisis Kontribusi Sektor Perikanan Analisis Kontribusi (perkembangan) yang merupakan bagian dari analisis Shift share ini bertujuan untuk mengetahui besarnya kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB dengan menggunakan formula (Swasono dan Endang dalam Anita, 1999): Ki = Vi / Pi x 100% Dimana : Ki = besarnya kontribusi sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah pada tahun ke-i
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
23 14/41143.pdf
Vi = Jumlah PDRB sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah pada tahun kei Pi = Total PDRB seluruh sektor di Kabupaten Maluku Tengah pada tahun ke-i 3.3.2. Analisis Sektor Basis Analisis sektor basis menggunakan pendekatan Location Quotient (LQ) bertujuan untuk mengetahui apakah sektor perikanan merupakan sektor basis atau sektor non-basis, dengan menggunakan rumus (Budiarsono, 2001) sebagai berikut: LQ = (Vi/Vt)/(Pi/Pt)
KA
Dimana :
BU
LQ = Location Quotient
Vi = jumlah PDRB sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah
TE
R
Vt = jumlah PDRB sektor perikanan di Provinsi Maluku
Pi = jumlah PDRB seluruh sektor di Kabupaten Maluku Tengah
AS
Pt = jumlah PDRB seluruh sektor di Provinsi Maluku Kriteria penilaian:
SI T
Jika LQ < 1, berarti sektor perikanan bukan merupakan kegiatan basis dalam
N IV ER
wilayah Kabupaten Maluku Tengah. Jika LQ > 1, berarti sektor perikanan merupakan kegiatan basis dalam wilayah Kabupaten Maluku Tengah.
U
3.3.3. Analisis Pola dan Struktur Pertumbuhan Analisis ini menggunakan Tipologi Klassen yang pada dasarnya membagi
daerah berdasarkan 2 (dua) indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan perkapita daerah. Dengan menentukan rata-rata pertumbuhan ekonomi sebagai vertikal dan rata-rata perdapatan perkapita sebagai sumbu horisontal, daerah yang diamati dapat menjadi 4 klasifikasi (Sjafrizal, 2008) yaitu: 1.
Tipologi I: sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) kuadran I. kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memiliki
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
24 14/41143.pdf
pendapatan perkapita dari sektor perikanan (ski) yang lebih besar dibandingkan pendapatan perkapita dari sektor perikanan daerah yang menjadi referensi (sk). klasifikasi ini di lambangkan dengan si > s dan ski > sk. 2.
Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) Kuadran II. Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB
daerah
yang menjadi referensi (s), tetapi memilki pendapatan
perkapita dari sektor perikanan (ski) yang
lebih
besar
dibandingkan
pendapatan perkapita dari sektor perikanan daerah yang menjadi referensi Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) Kuadran
BU
3.
KA
(sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski > sk. III. Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor
TE
R
tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi
AS
memiliki pendapatan perkapita dari sektor perikanan (ski) yang lebih kecil dibandingkan pendapatan perkapita dari sektor perikanan daerah yang
SI T
menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski < 4.
N IV ER
sk.
Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) Kuadran IV. Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam
U
PDRB
daerah
yang menjadi referensi
(s) dan
pendapatan perkapita dari sektor perikanan (ski) dibandingkan
sekaligus memiliki yang
lebih
kecil
pendapatan perkapita dari sektor perikanan daerah yang
menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan ski <sk.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
25 14/41143.pdf
Klasifikasi sektor PDRB menurut tipologi Klassen sebagaimana tercantum pada kuadran-kuadran berikut ini: Kuadran I
Kuadran II
Sektor maju dan tumbuh dengan
Sektor maju tapi tertekan
pesat (developed sector)
(Stagnant sector)
si > s dan ski > sk
si < s dan ski > sk
Kuadran III
Kuadran IV
Sektor potensial atau masih dapat
Sektor relatif tertinggal
berkembang (developing sector)
(underdeveloped sector)
si > s dan ski < sk
si < s dan ski < sk
BU
KA
Sumber: Sjafrizal, 2008
3.3.4. Analisis Aglomerasi
R
Analisis ini digunakan untuk mengetahui tingkat konsentrasi/pemusatan
TE
kegiatan sektor perikanan pada suatu wilayah. Formula yang digunakan adalah: Dimana :
SI T
αit = Tingkat Aglomerasi
AS
α it = (Vi/Pi) – (Vt/Pt)
Vi = Jumlah PDRB sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah
N IV ER
Pi = Jumlah PDRB seluruh sektor di Kabupaten Maluku Tengah Vt = Jumlah PDRB sektor perikanan Provinsi Maluku Pt = Jumlah PDRB seluruh sektor di Provinsi Maluku
U
Kriteria nilai aglomerasi adalah jika hasil αit mendekati 1 atau bernilai
positif, menunjukan bahwa sektor perikanan terkosentrasi/terpusat pada suatu wilayah. Sedangkan jika αit mendekati nol atau bernilai negatif menunjukkan bahwa sektor perikanan tidak terpusat/ terkosentrasi pada suatu wilayah. 3.3.5. Analisis Spesialisasi Analisis ini bertujuan untuk mengetahui tingkat spesialisasi kegiatan sektor perikanan pada suatu wilayah. Formula yang digunakan adalah: β it = (Vi/Vt) – (Pi/Pt)
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
26 14/41143.pdf
Dimana: βit = Tingkat spesialisasi Vi = Jumlah PDRB sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah Vt = Jumlah PDRB sektor kelautan dan perikanan Provinsi Maluku Pi = Jumlah PDRB seluruh sektor di Kabupaten Maluku Tengah Pt = Jumlah PDRB seluruh sektor di Provinsi Maluku Kriteria nilai spesialisasi adalah jika hasil βit mendekati 1 atau bernilai positif, menunjukan bahwa sektor perikanan terspesialisasi. Sedangkan jika βit mendekati nol atau bernilai negatif menunjukkan bahwa sektor perikanan tidak
KA
terspesialisasi.
BU
3.3.6. Analisis SWOT
Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah Analisis SWOT
TE
R
(Rangkuti, 2008). Tahap-tahap dalam analisis ini adalah sebagai berikut: 1. Tahap pengumpulan data
AS
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan, evaluasi dan pengklasifikasian data melalui pencermatan terhadap faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan
SI T
faktor eksternal (ancaman dan peluang), sehingga pada tahap ini data
N IV ER
dibedakan atas data internal dan data eksternal. Selanjutnya data-data tersebut dimasukan dalam dua matriks pada tahap ini, yakni matriks faktor strategi internal dan matrik faktor strategi eksternal, untuk menentukan prioritas pada data-data tersebut melalui pemberian bobot,
U
rating, dan peringkat. Adapun cara penentuan faktor strategi internal dan eksternal dalam matriks adalah sebagai berikut: a. Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor kekuatan dan kelemahan atau peluang dan ancaman. b. Berikan bobot pada masing-masing faktor dalam kolom 2, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampal dengan 0,0 (tidak penting). Pemberian bobot ini dengan pencermatan bahwa faktor internal dan eksternal dapat memberikan
dampak
atau
pengembangan sektor perikanan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
pengaruh
terhadap
posisi
strategis
27 14/41143.pdf
c. Berikan rating dalam kolom 3 untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampal dengan 1 (poor). Skala tersebut adalah 4 = sangat menonjol, 3 = menonjol, 2 = cukup menonjol, dan 1 = kurang menonjol. Pemberian rating ini dengan pencermatan bahwa pengaruh faktor internal dan eksternal terhadap strategis pengembangan sektor perikanan. d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk memperoleh skor terhadap masing-masing faktor pada kolom 4. e. Gunakan kolom 5 untuk memberikan peringkat berdasarkan skor pada masing-masing faktor internal dan eksternal.
BU
2. Tahap analisis
KA
masing-masing faktor. Peringkat ini yang menentukan prioritas dari
Pada tahap ini disusun faktor-faktor strategis melalui matriks SWOT. Matrik
TE
R
ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan. Matriks ini
AS
menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategi, yakni: a. Strategi SO (strengths-opportunities)
SI T
Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran memanfaatkan seluruh
N IV ER
kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang. b. Strategi ST (strengths-threats) Strategi ini menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman.
U
c. Strategi WO (weaknesses-opportunities) Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan. d. Strategi WT (weaknesses-threats) Strategi ini dasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Setelah diperoleh alternatif-alternatif strategi, selanjutnya adalah menentukan prioritas dalam perumusan strategi dan usulan program pengelolaan pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. Melalui penggunaan dan penjumlahan nilai bobot pada matrik faktor strategi internal
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
28 14/41143.pdf
dan eksternal, kemudian diberi peringkat sesuai dengan besarnya nilai bobot pada masing-masing alternatif strategi. 3.4. Definisi Operasional 1.
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan, hal ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor. 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor. 31 Tahun 2004 tentang perikanan. Sektor perikanan meliputi penangkapan dan Peranan sektor perikanan dalam pembangunan adalah kedudukan sektor
BU
2.
KA
budidaya.
3.
TE
pendapatan wilayah dan tenaga kerja.
R
perikanan dalam pembangunan wilayah yang diukur berdasarkan indikator PDRB adalah pendapatan total suatu wilayah dan seluruh kegiatan
AS
perekonomian selama setahun. PDRB yang dimaksud dalam Penelitian ini adalah PDRB atas dasar harga berlaku yaitu PDRB yang dinilai berdasarkan
SI T
harga pada tahun berjalan, baik pada saat menilai produksi, biaya antara
N IV ER
maupun komponen nilai tambah, dengan PDRB ini dijadikan indikator untuk melihat pengaruh perubahan tingkat kemakmuran dan perekonomian termasuk inflasi. Selain itu digunakan PDRB per kapita yaitu perbandingan antara PDRB dengan jumlah penduduk pertengahan tahun, sehingga dengan
U
PDRB per kapita dapat diketahui kemampuan wilayah dalam mengahasilkan pendapatan atau balas jasa faktor produksi yang ikut berpartisipasi dalam proses produksi. Satuan PDRB yang digunakan adalah jutaan rupiah. 4.
Kontribusi Sektor merupakan besarnya sumbangan dari sektor perikanan di suatu wilayah terhadap perekonomian wilayah tersebut. Untuk mengetahui kontribusi sektor tersebut digunakan analisis Shift Share (K)
5.
Sektor basis perikanan adalah perbandingan relative kemampuan sektor perikanan pada wilayah penelitian dengan kemampuan sektor perikanan pada wilayah lain yang lebih luas untuk mengetahui kedudukan sektor perikanan sebagai basis atau non basis digunakan analisis Location Quotient (LQ).
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
29 14/41143.pdf
6.
Tipologi Klassen digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi di masing-masing daerah.
7.
Aglomerasi sektor perikanan adalah suatu indicator yang dapat menunjukkan terkosentarsinya tidaknya kegiatan sektor perikanan pada suatu wilayah, aglomerasi ini diukur dengan menggunakan indikator nilai tambah. Untuk mengetahui nilai aglomerasi digunakan analisis aglomerasi (α).
8.
Spesialisasi sektor perikanan merupakan indikator untuk melihat efisiensi tidaknya suatu wilayah pada kegiatan perikanan. Untuk mengetahui nilai spesialisasi digunakan analisis spesialisasi (β).
9.
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam sektor perikanan
KA
Kabupaten Maluku Tengah, berupa kekuatan dan kelemahan yang
BU
berpengaruh terhadap pengembangan sektor perikanan.
10. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar sektor perikanan
TE
R
Kabupaten Maluku Tengah yaitu berupa peluang dan ancaman yang akan mempengaruhi pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Maluku
AS
Tengah.
11. Strategi pengembangan adalah langkah-langkah yang secara strategis menjadi
SI T
dasar perencanaan untuk pengembangan yang dilakukan secara bertahap dan
N IV ER
teratur dari kondisi riil saat ini menuju pada sasaran atau kondisi yang
U
diinginkan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
U
N
IV
ER
SI
TA
S
TE R
BU
KA
14/41143.pdf
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
80 14/41143.pdf
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Penelitian tentang strategi pengembangan sektor perikanan untuk mendukung perekonomian wilayah Kabupaten Maluku Tengah, menghasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1.
Kontribusi sektor perikanan sebesar 6,20% per tahun atas dasar harga berlaku dan 5,48% pertahun atas dasar harga konstan menempatkan sektor perikanan
KA
pada urutan/peringkat kelima dan keenam dalam pembentukan PDRB di Kabupaten Maluku Tengah
Di tingkat wilayah Provinsi Maluku, sektor perikanan Kabupaten Maluku
BU
2.
R
Tengah bukan merupakan sektor basis (non basis), dengan perkembangan
TE
nilai LQ yang menurun pada tahun terakhir analisis (tahun 2010). Tujuh kecamatan yang merupakan basis sektor perikanan di Kabupaten Maluku
AS
Tengah meliputi: Kecamatan Banda, Tehoru, Salahutu, Leihitu, Seram Utara, 3.
SI T
Seram Utara Barat, dan Leihitu Barat. Sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah sedang bertumbuh namun
N IV ER
berada pada kondisi relatif tertinggal, dengan pertumbuhan dan pendapatan perkapita sektor yang kecil dibandingkan dengan sektor perikanan di Provinsi Maluku. 4.
Kegiatan sektor perikanan tidak terkonsentrasi dan tidak terspesialisasi pada
U
wilayah-wilayah kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah. 5.
Alternatif strategi yang diprioritaskan bagi pengembangan sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah adalah: a. Peningkatan nilai PDRB, pertumbuhan, dan pengembangan usaha-usaha sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan, peningkatan efektivitas promosi investasi dan jaringan permodalan, dengan memperhatikan tingkat harga komoditas perikanan pada pasar lokal maupun internasional. b. Pengembangan usaha-usaha pada sektor perikanan melalui optimalisasi pemanfaatan suberdaya perikanan dengan memperhatikan kualitas dan
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
81 14/41143.pdf
kuantitas produk, upaya rehabilitasi/konservasi sumberdaya, pembiayaan proses produksi, dan penerapan model manajemen konflik yang berientasi pada kemanaan berusaha. c. Peningkatan pertumbuhan dan pendapatan perkapita, peningkatan kontribusi, pemenuhan kebutuhan komoditas perikanan di daerah, dan pengembangan usaha-usaha perikanan di Kabupaten Maluku tengah melalui penetapan kebijakan (target dan regulasi) untuk peningkatan produksi, mengelola kegiatan eksport komoditas perikanan unggulan, mengelola aktivitas investasi dan bantuan/kredit bidang perikanan
KA
Kabupaten Malutu Tengah.
di
d. Pengembangan usaha-usaha dan peningkatan pertumbuhan sektor
BU
perikanan melalui penetapan komoditi unggulan (agar terkonsentrasi dan
R
terspesialisasi kegiatan perikanan) dan penerapan model pengelolaan
TE
perikanan berbasis komoditas unggulan secara berkelanjutan agar memperoleh efisiensi penggunaan biaya produksi secara menyeluruh dan
AS
berkurangnya degradasi sumberdaya perikanan di Kabupaten Maluku
SI T
Tengah, serta mampu membuka/menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan per kapita sektor perikanan sebagai salah satu
N IV ER
model manajemen konflik. 5.2. Saran
Saran yang dapat sesuai dengan penelitian tentang strategi pengembangan
U
sektor perikanan untuk mendukung perekonomian wilayah Kabupaten Maluku Tengah, antara lain: 1. Perbaikan dan peninjauan regulasi yang berhubungan dengan arahan/strategi pengembangan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah harus dilakukan oleh pemerintah daerah Kabupaten Maluku Tengah dan instansi terkait (Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah) bekerja sama dengan DPRD Kabupaten Maluku Tengah. 2. Pembangunan sektor ekonomi di Kabupaten Maluku Tengah berdasarkan indikator-indikator ekonomi makro harus diimplementasikan secara nyata guna peningkatan taraf hidup masyarakat di Kabupaten Maluku Tengah.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
82 14/41143.pdf
3. Diperlukan penelitian lanjutan dengan tujuan menganalisis dan mendalami komoditas unggulan dan pendekatan spasial sektor perikanan di setiap
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
kecamatan di Kabupaten Maluku Tengah.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
83 14/41143.pdf
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, 2010. Spesialisasi dan Konsentrasi Spasial Industri Kecil Menengah di Kota Semarang. Skripsi Fakultas Ekonomi, Universitas Diponegoro Semarang. Ameks,
2012. Bank Maluku Sosialisasi KUR http://ambonekspres.com. Tanggal 6 Februari 2012.
di
Asilulu.
KA
Anita T, 1999. Peranan Sub Sektor Perikanan dalam Pembangunan Wilayah Kabupaten Tanjung Jabung, Propinsi Jambi. Skripsi Fakutas Perikanan dan Kelautan, IPB Bogor.
BU
Arsyad L. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta.
TE
R
Barani, H. 2004. Model Pengelolaan perikanan di Wilayah padat Tangkap: Kasus Perairan Laut Sulawesi Selatan di bagian Selatan. [ringkasan disertasi]. Bogor :IPB.26 hlm
AS
BPS Maluku Tengah, 2010. Pendapatan Regional Kabupaten Maluku Tengah 2009. BPS-Maluku Tengah, Masohi.
N IV ER
SI T
BPS Maluku, 2010. Pendapatan Regional Provinsi Maluku 2010. BPS Maluku, Ambon. Budiharsono, 2001. Teknis Analisis Pembangunan Wilayah Pesisir dan Lautan. PT Pradnya Paramita, Jakarta.
U
Dahuri, R. 2000. Kebijakan dan Program Sektor Kelautan dan Perikanan Dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Menuju Bangsa Indonesia YangMaju Makmur dan berkeadilan, DKP RI, Jakarta. Dahuri, R. 2001. Sektor Perikanan dan Kelautan Sebagai Pilar Kemandirian Ekonomi Nasional. Departemen Kelautan dan Perikanan. Jakarta Delivarnov, 1995. Pengantar Ekonomi Makro. Penerbit Universitas Pattimura (UI-Press). Jakarta. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah, 2012. Profil Peluang Usaha dan Investasi Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku Tengah. Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Maluku, Masohi. Direktorat Jenderal Perikanan RI, 1997. Konsep Pola Pikir Repelita VII Sub Sektor Perikanan. Departemen Pertanian RI, Jakarta.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
84 14/41143.pdf
Glasson, J., 1978. An Introduction to regional Planning. Hutchison Publishing Group, London. Hendayana R. 2003. Aplikasi Metode Location Quotient (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Informatika Pertanian 12 (1) : 658-675. Hendri. 2010. Peran Sektor Perikanan dalam Perekonomian dan Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi Sumatera Barat : Analisis Input-output. Tesis program studi perencanaan pembangunan Universitas Andalas Padang. Tidak dipublikasikan. Kadariah, 1985.Ekonomi Perencanaan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
BU
KA
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010 – 2014. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
TE
R
Kuncoro, M dan H. Aswandi. 2020. Evaluasi Penetapan Kawasan Andalan: Studi Empiris di Kalimantan Selatan 1993-1999, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia Vol. 17, No. 1, 2002, 27 – 45.
AS
Kurniawan, T. F. 2010. Analisis dan Reformasi Kebijakan Pembangunan Kelautan dan Perikanan Di Indonesia. www.ppnsi.org.
N IV ER
SI T
Mahyuddin, B. 2012. Kebutuhan Teknologi Untuk Penangkapan Ikan. Makalah Disampaikan Pada Smeinar Nasional Kelautan VIII: Pengelolaan Sumebrdaya Kelautan Berbasisi IPTEKS Untuk Kemakmuran Bangsa. Universitas Hang Tuah, Surabaya. Nikijuluw, V. P. H. 2005. Politik Ekonomi Perikanan (Bagaimana dan Kemana Bisnis Perikanan?). Fery Agung Corporation (Feraco), Jakarta.
U
Nikijuluw, V.H.P. 2002. Rezim Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Kerjasama Pusat Pemberdayaan dan Pembangunan Regional (P3R) dengan PT Pustaka Cidesindo. Jakarta: PT Pustaka Cidesindo. Rangkuti, 2000. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta. Reksohadiprodjo, S dan Pradono. 1988. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Energi. BPFE-Yogyakarta Singarimbun M dan M. Effendi. 1981. Metode Penelitian Survai. LP3ES Slipi, Jakarta. Sjafrizal, 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi, Baduose Media, Cetakan Pertama, Padang.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
85 14/41143.pdf
Soemokaryo, S. 2001. Model Ekonometrika Perikanan Indonesia.Dirjen Perikanan. Jakarta. Soepono, P. 1993. “Analisis Shift Share: Perkembangan dan Penerapannya”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia BNEE. FE-UGM. Yogyakarta. Sutiardi, E. 2001. Peranan Sub Sektor Perikanan Terhadap Pembangunan Wilayah Kota Bengkulu. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB, Bogor.
KA
Talakua, W. 2005. Analisis Location Quotient (LQ) Sektor Perikanan dan Kelautan Kota Ambon. Laporan Penelitian, Fakultas Perikanan dan Ilmu kelautan Unpatti, Ambon.
BU
Tanasale, L. V. 1993. Peranan dan Dampak Pengembangan Sub Sektor Perikanan dalam Pembangunan Provinsi Maluku. Skripsi Fakultas Pertanian, IPB, Bagor.
TE
R
Tarigan R. 2012. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi, Cetakan keempat. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
AS
Tim Penulis PS, 2008. Agribisnis Perikanan. Penebar Swadaya, Jakarta.
N IV ER
SI T
Undang-undang RI Nomor 31 Tahun 2004 Junto Undang-undang Nomor 45 tahun 2009 tentang perubahan atas Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
U
Widodo, S,T. 1990. Indikator Ekonomi, Dasar Perhitungan Perekonomian Indonesia. Penerbit Kanisus (Anggota IKAPI). Yogyakarta.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
86 14/41143.pdf
LAMPIRAN
U
N IV ER
SI T
AS
TE
R
BU
KA
Lampiran 1. Peta Lokasi Penelitian
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
87 14/41143.pdf
Lampiran 2. Data PDRB Kabupaten Maluku Tengah Tahun 2006 - 2010 1. Atas dasar harga berlaku 2007 273,678.92 52,628.53
2008 304,033.72 59,786.78
2009 330,307.43 65,078.97
2010 346,632.82 70,950.08
4,295.48 74,105.46 5,526.32 16,932.38
4,505.10 85,488.12 6,268.65 18,637.47
4,999.40 95,006.05 6,836.40 21,191.77
5,499.34 107,130.15 6,731.10 25,183.12
6,614.82 126,282.48 7,405.30 37,437.30
216,056.73
245,703.41
277,308.01
323,388.90
371,404.50
36,989.15
40,275.74
44,554.01
48,988.60
61,166.80
32,571.75 121,599.24 753,090.37
34,807.29 130,885.42 840,250.12
BU
KA
2006 245,013.86 46,413.73
R
37,151.04 39,638.86 43,673.43 142,798.24 159,933.10 186,347.52 933,878.64 1,046,800.60 1,186,964.97
TE
Lapangan Usaha Pertanian Perikanan Pertambangan dan Pengalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Jumlah
2006 155,351.64 28,015.77
2007 160,985.99 29,198.04
2008 166,846.30 30,527.11
2009 172,458.36 31,937.46
2010 176,496.38 34,735.18
2,358.33 48,988.90 2,825.61 11,770.86
2,443.00 51,629.40 3,001.89 12,199.32
2,584.65 54,735.65 3,102.92 13,129.15
2,736.37 58,862.72 2,996.14 14,264.82
3,087.72 63,359.83 3,140.22 18,785.34
140,841.00
151,695.24
162,861.11
174,952.92
182,893.78
28,397.50
29,807.65
31,280.15
32,814.89
35,030.65
24,732.50 92,891.85 508,158.19
25,847.60 96,559.03 534,169.12
26,831.42 100,392.88 561,764.23
27,847.81 106,012.30 592,946.33
28,818.91 110,079.71 621,692.54
U
N IV ER
Lapangan Usaha Pertanian Perikanan Pertambangan dan Pengalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Jumlah
SI T
AS
2. Atas dasar harga konstan tahun 2000
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
88 14/41143.pdf
Lampiran 3. Data PDRB Provinsi Maluku Tahun 2006 - 2010 1. Atas dasar harga berlaku 2006
2007
2008
2009
2010
1.802.960,97
2.013.093,13
2.153.759,25
2.335.408,50
2.565.458,23
842.345,92
938.031,20
1.013.551,81
1.100.197,49
1.258.930,43
44.268,87
43.462,84
52.380,43
59.194,70
227.278,20
268.720,35
295.339,69
336.623,02
363.923,74
39.460,22
43.663,09
46.158,30
39.935,75
47.801,83
63.323,97
73.857,21
82.913,52
94.132,94
152.711,56
1.324.921,75
1.501.182,05
1.721.044,13
2.015.567,89
2.338.868,55
469.276,67
529.450,34
573.450,92
639.909,92
754.691,56
254.149,01
281.880,47
304.723,10
333.740,60
361.991,51
854.197,29
943.489,89
1.045.141,32
1.221.393,69
1.440.165,75
5.079.836,95
5.698.799,37
6.269.709,52
7.069.092,74
8.084.807,43
R
BU
KA
47.179,29
TE
Lapangan Usaha Pertanian Perikanan Pertambangan dan Pengalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Jumlah
2007
Perikanan Pertambangan dan Pengalian
Industri Pengolahan
U
Listrik dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hotel, Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, Jasa Perusahaan Jasa-Jasa Jumlah
2008
2009
2010
1.129.294,57
1.175.895,75
1.209.850,45
1.258.948,68
1.330.244,45
508.509,46
533.548,26
555.797,22
583.689,67
646.404,45
28.066,80
25.729,91
27.004,24
28.070,98
30.901,35
160.348,67
180.252,45
188.444,76
201.584,99
202.398,70
19.569,53
20.558,72
20.958,03
17.490,86
20.304,63
44.447,23
47.705,21
49.847,71
53.324,07
78.468,24
863.350,98
922.452,81
971.533,94
1.029.787,69
1.094.626,21
354.487,41
388.588,46
407.689,97
436.237,30
464.617,73
190.605,80
201.042,37
209.644,98
218.900,48
224.370,08
649.943,11
671.249,45
702.129,86
748.442,98
805.424,91
3.440.114,10
3.633.475,13
3.787.103,94
3.992.788,03
4.251.356,30
N IV ER
Pertanian
2006
SI T
Lapangan Usaha
AS
2. Atas dasar harga konstan tahun 2000
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
89 14/41143.pdf
Lampiran 4. Analisis Kontribusi Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. 1. Atas dasar harga berlaku
2009 65,078.97
2010 70,950.08
Jumlah dari 2006-2010 294,858.09
6,214.80
7,158.25
5,292.19
5,871.11
24,536.35
787,621.59
874,091.86
981,721.63
80,944.95
86,470.27
107,629.77
933,878.64 1,046,800.60
87,159.75
93,628.52
6.26%
6.40%
0.10%
0.14%
6.16%
1,116,014.89 4,466,126.61 134,293.26
112,921.96
140,164.37
433,874.60
6.22%
5.98%
31.02%
-0.19%
-0.24%
-0.19%
2. Atas dasar harga konstan tahun 2000 2007 29,198.04
Tahun 2008 30,527.11
2009 31,937.46
2010 34,735.18
Jumlah dari 2006-2010 154,413.56
1,182.27
1,329.07
1,410.35
2,797.72
6,719.41
504,971.08
531,237.12
561,008.87
24,828.65
26,266.04
29,771.75
534,169.12
561,764.23
592,946.33
26,010.93
27,595.11
31,182.10
28,746.21
113,534.35
5.47%
5.43%
5.39%
5.59%
27.39%
-0.05%
-0.03%
-0.05%
0.20%
0.07%
SI T
2006 28,015.77
N IV ER
Uraian Nilai PDRB Sektor Perikanan Perubahan Nilai PDRB Sektor Perikanan Nilai PDRB 9 Sektor Lainnya Perubahan Nilai PDRB 9 Sektor Lainnya Nilai PDRB Seluruh Sektor Perubahan Nilai PDRB Seluruh Sektor Nilai Kontribusi Sektor Perikanan Perubahan Nilai Kontribusi Sektor Perikanan
U
480,142.43
508,158.19
5.51%
409,338.25
1,186,964.97 4,760,984.70
KA
840,250.12
BU
753,090.37
Tahun 2008 59,786.78
R
706,676.64
2007 52,628.53
TE
Nilai PDRB Sektor Perikanan Perubahan Nilai PDRB Sektor Perikanan Nilai PDRB 9 Sektor Lainnya Perubahan Nilai PDRB 9 Sektor Lainnya Nilai PDRB Seluruh Sektor Perubahan Nilai PDRB Seluruh Sektor Nilai Kontribusi Sektor Perikanan Perubahan Nilai Kontribusi Sektor Perikanan
2006 46,413.73
AS
Uraian
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
586,957.36 2,664,316.86 25,948.49
106,814.93
621,692.54 2,818,730.41
90 14/41143.pdf
Lanjutan lampiran 4. 3. Kontribusi Sektor Perikanan Per Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku.
KA
2010 13.10 21.35 9.20 7.80 0.09 0.59 0.58 0.81 19.74 8.76 9.47 0.03 4.07 4.41
TE
Banda Tehoru Amahai Kota masohi Teon nila serua Saparua Nusalaut Pulau haruku Salahutu Leihitu Seram utara Teluk elpaputih Seram utara barat Leihitu barat
Nilai Kontribusi (%) 2007 2008 2009 15.19 13.73 12.87 18.49 19.87 21.18 6.75 7.88 9.12 8.16 8.33 7.89 0.11 0.10 0.09 0.65 0.62 0.59 0.68 0.63 0.59 0.96 0.89 0.83 21.14 20.49 19.76 9.86 9.64 8.86 9.63 9.57 9.67 0.03 0.03 0.04 4.13 3.99 4.07 4.22 4.22 4.46
BU
2006 15.85 19.17 6.70 8.09 0.12 0.69 0.73 1.02 19.67 9.85 9.69 0.03 4.15 4.22
R
Kecamatan
U
N IV ER
Banda Tehoru Amahai Kota masohi Teon nila serua Saparua Nusalaut Pulau haruku Salahutu Leihitu Seram utara Teluk elpaputih Seram utara barat Leihitu barat
2006 18.03 16.33 4.92 7.21 0.17 0.86 0.86 1.23 22.89 12.85 9.16 0.00 2.29 3.21
SI T
Kecamatan
AS
4. Kontribusi Sektor Perikanan Per Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Nilai Kontribusi (%) 2007 2008 2009 17.85 17.79 17.73 16.54 16.43 16.32 4.86 5.03 5.25 7.15 7.25 7.36 0.16 0.16 0.16 0.85 0.83 0.80 0.84 0.82 0.80 1.20 1.19 1.18 22.63 22.34 22.04 12.77 12.85 12.92 9.56 9.70 9.84 0.00 0.00 0.00 2.39 2.46 2.54 3.19 3.13 3.06
2010 17.43 17.25 5.40 7.37 0.15 0.77 0.78 1.16 21.46 12.85 9.85 0.00 2.58 2.95
91 14/41143.pdf
Lampiran 5. Analisis LQ Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. 1. Nilai LQ Sektor Perikanan Per Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku. 2009 2.61 3.56 0.51 0.29 0.03 0.11 0.43 0.25 1.85 1.36 1.46 0.01 1.88 2.44
KA
BU
2006 2.98 2.96 0.39 0.36 0.04 0.12 0.45 0.26 1.70 1.42 1.41 0.01 1.75 2.19
2010 2.66 3.75 0.53 0.28 0.04 0.11 0.44 0.25 1.84 1.33 1.45 0.01 1.94 2.47
TE
Banda Tehoru Amahai Kota masohi Teon nila serua Saparua Nusalaut Pulau haruku Salahutu Leihitu Seram utara Teluk elpaputih Seram utara barat Leihitu barat
Nilai LQ 2007 2008 2.95 2.73 3.02 3.28 0.38 0.44 0.34 0.33 0.04 0.04 0.12 0.12 0.45 0.44 0.26 0.26 1.84 1.84 1.46 1.45 1.40 1.42 0.01 0.01 1.79 1.80 2.22 2.32
R
Kecamatan
U
N IV ER
Banda Tehoru Amahai Kota masohi Teon nila serua Saparua Nusalaut Pulau haruku Salahutu Leihitu Seram utara Teluk elpaputih Seram utara barat Leihitu barat
SI T
Kecamatan
AS
2. Nilai LQ Sektor Perikanan Per Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan.
2006 3.12 2.37 0.28 0.34 0.06 0.14 0.49 0.32 1.83 1.69 1.29 0.00 1.42 1.85
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Nilai LQ 2007 2008 3.12 3.16 2.48 2.53 0.27 0.28 0.33 0.32 0.06 0.06 0.14 0.14 0.50 0.51 0.32 0.33 1.81 1.81 1.68 1.68 1.33 1.36 0.00 0.00 1.49 1.58 1.82 1.84
2009 3.16 2.57 0.29 0.32 0.06 0.14 0.51 0.34 1.77 1.67 1.39 0.00 1.65 1.85
2010 3.02 2.77 0.30 0.31 0.06 0.13 0.51 0.34 1.73 1.71 1.37 0.00 1.70 1.85
92 14/41143.pdf
Lampiran 6. Analisis Tipologi Klassen Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah.
1. Atas dasar harga berlaku 2009 65,078.97
2010 70,950.08
Jumlah dari 2006-2010 294,858.09
6,214.80
7,158.25
5,292.19
5,871.11
24,536.35
13.39%
13.60%
8.85%
9.02%
44.86%
101,999.41
115,657.19
131,388.25
143,018.47
155,920.83
-
842,345.92
938,031.20 1,013,551.81 1,100,197.49
1,258,930.43
5,153,056.85
AS
TE
R
BU
KA
Tahun 2008 59,786.78
95,685.28
75,520.61
86,645.68
158,732.94
416,584.51
11.36%
8.05%
8.55%
14.43%
42.39%
611,690.60
660,937.62
717,439.31
820,949.14
2.03%
5.55%
0.30%
-5.41%
-420972.402 -466186.529
-495642.874
-537513.047
-624790.796
N IV ER
Nilai PDRB Sektor Perikanan Kabupaten Maluku Tengah Perubahan Nilai PDRB Sektor Perikanan Kabupaten Maluku Tengah Laju pertumbuhan Nilai PDRB Sektor Perikanan Kabupaten Maluku Tengah Pendapatan Perkapita Sektor Perikanan di Kabuaten Maluku Tengah Nilai PDRB Sektor Perikanan Provinsi Maluku Perubahan Nilai PDRB Sektor Perikanan Provinsi Maluku Laju pertumbuhan Nilai PDRB Sektor Perikanan Provinsi Maluku Pendapatan Perkapita Sektor Perikanan di Provinsi Maluku Perbedaan Laju Pertumbuhan Perbedaan Pendapatan Perkapita
2007 52,628.53
2006 46,413.73
SI T
Uraian
U
549,294.18
2.48%
Keterangan: Jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tengah tahun 2010 adalah 455.039 jiwa dan jumlah penduduk Provinsi Maluku tahun 2011 adalah 1.533.506 jiwa.
Kesimpulannya = Terlihat bahwa laju pertumbuhan sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah lebih dari (>) laju pertumbuhan sektor perikanan di Provinsi Maluku, namun pendapatan perkapita sektor perikanan Kabupaten Maluku Tengah kurang dari (<) nilai pendapatan perkapita sektor perikanan Provinsi Maluku. Sehingga masuk pada Kuadran III.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
93 14/41143.pdf
Lanjutan Lampiran 6 2. Atas dasar harga konstan tahun 2000 2009 31,937.46
2010 34,735.18
Jumlah dari 2006-2010 154,413.56
1,182.27
1,329.07
1,410.35
2,797.72
6,719.41
4.22%
4.55%
4.62%
8.76%
22.15%
61,567.84
64,166.02
67,086.80
70,186.23
76,334.49
-
508,509.46
533,548.26
583,689.67
646,404.45
2,827,949.06
TE
R
BU
KA
Tahun 2008 30,527.11
555,797.22
AS
N IV ER
Nilai PDRB Sektor Perikanan Kabupaten Maluku Tengah Perubahan Nilai PDRB Sektor Perikanan Kabupaten Maluku Tengah Laju pertumbuhan Nilai PDRB Sektor Perikanan Kabupaten Maluku Tengah Pendapatan Perkapita Sektor Perikanan di Kabuaten Maluku Tengah Nilai PDRB Sektor Perikanan Provinsi Maluku Perubahan Nilai PDRB Sektor Perikanan Provinsi Maluku Laju pertumbuhan Nilai PDRB Sektor Perikanan Provinsi Maluku Pendapatan Perkapita Sektor Perikanan di Provinsi Maluku Perbedaan Laju Pertumbuhan Nilai PDRB Perbedaan Pendapatan Perkapita
2007 29,198.04
2006 28,015.77
25,038.80
22,248.96
27,892.45
62,714.78
137,894.99
4.92%
4.17%
5.02%
10.74%
24.86%
347,927.08
362,435.63
380,624.31
421,520.65
-0.70%
0.38%
-0.40%
-1.98%
-267202.162 -278036.191 -292325.623
-325487.000
SI T
Uraian
U
331,599.26
-254143.015
-2.71%
Keterangan: Jumlah penduduk Kabupaten Maluku Tengah tahun 2010 adalah 455.039 jiwa dan jumlah penduduk Provinsi Maluku tahun 2011 adalah 1.533.506 jiwa.
Kesimpulannya = Terlihat bahwa laju pertumbuhan sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah kurang dari (<) laju pertumbuhan sektor perikanan di Provinsi Maluku, dan pendapatan perkapita sektor perikanan Kabupaten Maluku Tengah kurang dari (<) pendapatan perkapita sektor perikanan Provinsi Maluku. Sehingga masuk pada Kuadran IV.
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
94 14/41143.pdf
Lampiran 7. Analisis Aglomerasi Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. 1. Nilai Aglomerasi Sektor Perikanan Per Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku.
KA
BU
2006 0.11 0.13 -0.11 -0.15 -0.03 -0.05 -0.01 -0.03 0.08 0.03 0.03 -0.04 0.02 0.02
2010 0.08 0.16 -0.08 -0.20 -0.02 -0.05 -0.01 -0.02 0.09 0.02 0.03 -0.04 0.02 0.03
AS
TE
Banda Tehoru Amahai Kota masohi Teon nila serua Saparua Nusalaut Pulau haruku Salahutu Leihitu Seram utara Teluk elpaputih Seram utara barat Leihitu barat
Nilai Aglomerasi 2007 2008 2009 0.10 0.09 0.08 0.12 0.14 0.15 -0.11 -0.10 -0.09 -0.16 -0.17 -0.19 -0.03 -0.03 -0.03 -0.05 -0.05 -0.05 -0.01 -0.01 -0.01 -0.03 -0.03 -0.02 0.10 0.09 0.09 0.03 0.03 0.02 0.03 0.03 0.03 -0.04 -0.04 -0.04 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.03
R
Kecamatan
N IV ER
Konstan.
SI T
2. Nilai Aglomerasi Sektor Perikanan Per Kecamatan Atas Dasar Harga
Kecamatan
U
Banda Tehoru Amahai Kota masohi Teon nila serua Saparua Nusalaut Pulau haruku Salahutu Leihitu Seram utara Teluk elpaputih Seram utara barat Leihitu barat
2006 0.12 0.09 -0.13 -0.14 -0.03 -0.05 -0.01 -0.03 0.10 0.05 0.02 -0.03 0.01 0.01
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Nilai Aglomerasi 2007 2008 2009 0.12 0.12 0.12 0.10 0.10 0.10 -0.13 -0.13 -0.13 -0.15 -0.15 -0.16 -0.03 -0.02 -0.02 -0.05 -0.05 -0.05 -0.01 -0.01 -0.01 -0.03 -0.02 -0.02 0.10 0.10 0.10 0.05 0.05 0.05 0.02 0.03 0.03 -0.03 -0.03 -0.03 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01 0.01
2010 0.12 0.11 -0.13 -0.16 -0.02 -0.05 -0.01 -0.02 0.09 0.05 0.03 -0.03 0.01 0.01
95 14/41143.pdf
Lampiran 8. Analisis Spesialisasi Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. 1. Nilai Spesialisasi Sektor Perikanan Per Kecamatan Atas Dasar Harga Berlaku.
KA
BU
2006 0.12 0.12 -0.04 -0.04 -0.06 -0.05 -0.03 -0.05 0.04 0.03 0.03 -0.06 0.05 0.07
2010 0.10 0.16 -0.03 -0.04 -0.06 -0.05 -0.03 -0.04 0.05 0.02 0.03 -0.06 0.06 0.09
AS
TE
Banda Tehoru Amahai Kota masohi Teon nila serua Saparua Nusalaut Pulau haruku Salahutu Leihitu Seram utara Teluk elpaputih Seram utara barat Leihitu barat
Nilai Spesialisasi 2007 2008 2009 0.12 0.11 0.10 0.13 0.15 0.16 -0.04 -0.04 -0.03 -0.04 -0.04 -0.04 -0.06 -0.06 -0.06 -0.06 -0.06 -0.06 -0.03 -0.04 -0.04 -0.05 -0.05 -0.05 0.05 0.05 0.05 0.03 0.03 0.02 0.03 0.03 0.03 -0.06 -0.06 -0.06 0.05 0.05 0.05 0.08 0.08 0.09
R
Kecamatan
N IV ER
SI T
2. Nilai Spesialisasi Sektor Perikanan Per Kecamatan Atas Dasar Harga Konstan.
Kecamatan
U
Banda Tehoru Amahai Kota masohi Teon nila serua Saparua Nusalaut Pulau haruku Salahutu Leihitu Seram utara Teluk elpaputih Seram utara barat Leihitu barat
2006 0.12 0.08 -0.04 -0.04 -0.05 -0.05 -0.03 -0.04 0.05 0.04 0.02 -0.06 0.02 0.05
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
Nilai Spesialisasi 2007 2008 2009 0.12 0.12 0.12 0.08 0.08 0.08 -0.04 -0.04 -0.04 -0.04 -0.04 -0.04 -0.05 -0.05 -0.05 -0.05 -0.05 -0.05 -0.03 -0.03 -0.03 -0.04 -0.04 -0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.04 0.02 0.02 0.02 -0.05 -0.05 -0.05 0.03 0.03 0.03 0.04 0.05 0.05
2010 0.11 0.10 -0.04 -0.04 -0.05 -0.05 -0.03 -0.04 0.04 0.04 0.02 -0.06 0.04 0.05
96 14/41143.pdf
Lampiran 9. Prioritas Alternatif Strategi Pengembangan Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah Alternatif Strategi
Keterkaitan
SO1
Peningkatan nilai PDRB sektor perikanan sesuai kebijakan pemerintah di Kabupaten Maluku Tengah (target/regulasi nilai PDRB yang diinginkan/ditetapkan tiap tahun) Peningkatan pertumbuhan sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah dengan memperhatikan tingkat harga komoditi perikanan yang berlaku di Kabupaten Maluku Tengah. Mengingat pertumbuhan sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah didasarkan pada harga komoditi perikanan yang tinggi (melebihi pertumbuhan sektor perikanan di Provinsi Maluku berdasarkan rata-rata harga komoditi perikanan) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan tujuan untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan internasional akan komoditi perikanan. Pengembangan usaha-usaha pada sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah melalui peningkatan efektivitas promosi investasi dan jaringan permodalan. Pengembangan usaha-usaha pada sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah untuk mengarah pada peningkatan kualitas dan kuantitas produk perikanan. Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kabupaten Maluku Tengah sejalan dengan peningkatan upaya rehabilitasi dan/atau konservasi lingkungan dan sumberdaya ikan.
S1, O1
Jumlah Bobot 0.4
S2, O2
0.3
SO4
II
BU R
TE
AS
I
S3, O2
0.3
III
S4, O3
0.25
IV
S4, T1
0.3
I
S3, T2
0.25
II
U
ST1
SI T
SO3
N IV ER
SO2
Rangking
KA
Simbol
ST2
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
97 14/41143.pdf
Lanjutan Lampiran 9. Alternatif Strategi
Keterkaitan
ST3
Pengembangan usaha-usaha pada sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah dengan peningkatan kapasitas pembiayaan usaha perikanan dan minimalisasi rentang kendali pemasokan BBM untuk mencapai tingkatan harganya yang dapat dijangkau oleh usaha-usaha perikanan (nelayan). Pengembangan model manajemen konflik yang berorientasi pada keamanan berusaha pada sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. Peningkatan kontribusi sektor perikanan melalui penetapan kebijakan pemerintah daerah untuk meningkatkan produksi perikanan (target/regulasi jumlah produksi tiap tahun) di Kabupaten Maluku Tengah. Pengembangan sektor perikanan agar mampu memenuhi kebutuhan dalam Kabupaten Maluku Tengah melalui peningkatan/pengembangan jaringan investasi perikanan maupun peningkatan kapasitas penarikan investasi perikanan ke daerah Kabupaten Maluku tengah. Peningatan pertumbuhan dan pendapatan perkapita sektor perikanan melalui melalui penetapan kebijakan pemerintah daerah (target/regulasi eksport komoditi perikanan asal Kabupaten Maluku Tengah, regulasi investasi, dan regulasi dalam bantuan/kredit dibidang perikanan) bagi usahausaha perikanan di Kabupaten Maluku Tengah.
S4, T3
Jumlah Bobot 0.15
S4, T4
0.15
III
IV
II
W2, O3
0.25
III
W3, O1, O3, O4
0.55
I
BU
0.35
U
WO3
N IV ER
SI T
AS
WO2
W1, O1
Rangking
R
WO1
TE
ST4
KA
Simbol
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
98 14/41143.pdf
Lanjutan Lampiran 9. Alternatif Strategi
Keterkaitan
WO4
Pengembangan usaha/kegiatan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah untuk terkonsentrasi dan terspesialisasi pada komoditi unggulan perikanan yang sesuai dengan permintaan pasar di tingkat lokal maupun internasional. Pengembangan usaha/kegiatan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah untuk terkonsentrasi dan terspesialisasi pada komoditi unggulan daerah agar mampu bersaing/berkompetisi dengan daerah lain. Pengembangan usaha/kegiatan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah untuk terkonsentrasi dan terspesialisasi berdasarkan model pengelolaan perikanan berbasis komoditas unggulan secara berkelanjutan (pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan = ecosystem approach for sustainable fisheries/EAFM) agar mengurangi dampak degradasi sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. Pengembangan usaha/kegiatan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah untuk terkonsentrasi (pengembangan pada wilayah tertentu) dan terspesialisasi (pengembangan pada komoditi unggulan) dengan tujuan meminimalkan biaya produksi (salah satunya biaya BBM). Peningkatan pertumbuhan sektor perikanan sehingga mampu membuka/menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan per kapita sektor perikanan sebagai salah satu model manajemen konflik.
W4, O2
Jumlah Bobot 0.2
W4, T1
0.25
I
0.15
II
W4, T3
0.1
IV
W3, T4
0.15
III
BU
W4, T2
IV
U
WT3
N IV ER
SI T
AS
TE
WT2
Rangking
R
WT1
KA
Simbol
WT4
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
Lampiran 10. Matrik SWOT Pengembangan Sektor Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah
Potensi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah.
Peningkatan nilai PDRB sektor perikanan sesuai kebijakan pemerintah di Kabupaten Maluku Tengah (target/regulasi nilai PDRB yang diinginkan/ditetapkan tiap tahun).
Bantuan dan Kredit Usaha Di Bidang Perikanan
SI
ER
IV
di
N
Investor bidang perikanan
Peningkatan pertumbuhan sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah dengan memperhatikan tingkat harga komoditi perikanan yang berlaku di pasar lokal maupun internasional. Mengingat pertumbuhan sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah didasarkan pada harga komoditi perikanan yang tinggi (melebihi pertumbuhan sektor perikanan di Provinsi Maluku berdasarkan rata-rata harga komoditi perikanan) Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan dengan tujuan untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan internasional akan komoditi perikanan.
U
Permintaan komoditi perikanan di tingkat lokal dan internasional
TA
S
Peluang (opportunities) Kebijakan pemerintah
Potensi pengembangan usaha pada sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah Strategi SO (strengths-opportunities)
Sektor perikanan tidak terkonsentrasi dan tidak terspesialisasi
TE R
Eksternal
Kelemahan (weaknesses) Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB yang masih rendah/kecil. Sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah bukan merupakan sektor basis. Sektor perikanan di Kabupten Maluku Tengah relatif tertinggal.
KA
Kekuatan (strengths) PDRB Sektor perikanan yang meningkat tiap tahun Sektor perikanan sedang bertumbuh
BU
Internal
Pengembangan usaha-usaha pada sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah melalui peningkatan efektivitas promosi investasi dan jaringan permodalan.
Strategi WO (weaknesses-opportunities)
Peningkatan kontribusi sektor perikanan melalui penetapan kebijakan pemerintah daerah untuk meningkatkan produksi perikanan (target/regulasi jumlah produksi tiap tahun) di Kabupaten Maluku Tengah. Pengembangan sektor perikanan agar mampu memenuhi kebutuhan dalam Kabupaten Maluku Tengah melalui peningkatan/pengembangan jaringan investasi perikanan maupun peningkatan kapasitas penarikan investasi perikanan ke daerah Kabupaten Maluku tengah. Peningatan pertumbuhan dan pendapatan perkapita sektor perikanan melalui melalui penetapan kebijakan pemerintah daerah (target/regulasi eksport komoditi perikanan asal Kabupaten Maluku Tengah, regulasi investasi, dan regulasi dalam bantuan/kredit dibidang perikanan) bagi usaha-usaha perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. Pengembangan usaha/kegiatan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah untuk terkonsentrasi dan terspesialisasi pada komoditi unggulan perikanan yang sesuai dengan permintaan pasar di tingkat lokal maupun internasional.
99
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka
14/41143.pdf
Lanjutan Lampiran 10 Kekuatan (strengths) PDRB Sektor perikanan yang meningkat tiap tahun Sektor perikanan sedang bertumbuh
BU
U
Kondisi keamanan di Kabupaten Maluku Tengah yang tidak stabil
Sektor perikanan tidak terkonsentrasi dan tidak terspesialisasi
TE R
S
TA
SI
Pengembangan usaha-usaha pada sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah dengan peningkatan kapasitas pembiayaan usaha perikanan dan minimalisasi rentang kendali pemasokan BBM untuk mencapai tingkatan harganya yang dapat dijangkau oleh usaha-usaha perikanan (nelayan). Pengembangan model manajemen konflik yang berorientasi pada keamanan berusaha pada sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah.
N
Kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM)
Optimalisasi pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kabupaten Maluku Tengah sejalan dengan peningkatan upaya rehabilitasi dan/atau konservasi lingkungan dan sumberdaya ikan.
ER
Ancaman (threats) Iklim kompetisi antar daerah dalam pengembangan sektor perikanan. Degradasi sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah
Potensi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. Potensi pengembangan usaha pada sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah Strategi ST (strengths-threats) Pengembangan usaha-usaha pada sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah untuk mengarah pada peningkatan kualitas dan kuantitas produk perikanan
IV
Eksternal
Kelemahan (weaknesses) Kontribusi sektor perikanan terhadap PDRB yang masih rendah/kecil. Sektor perikanan di Kabupaten Maluku Tengah bukan merupakan sektor basis. Sektor perikanan di Kabupten Maluku Tengah relatif tertinggal.
KA
Internal
Strategi WT (weaknesses-threats) Pengembangan usaha/kegiatan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah untuk terkonsentrasi dan terspesialisasi pada komoditi unggulan daerah agar mampu bersaing/berkompetisi dengan daerah lain.. Pengembangan usaha/kegiatan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah untuk terkonsentrasi dan terspesialisasi berdasarkan model pengelolaan perikanan berbasis komoditas unggulan secara berkelanjutan (pendekatan ekosistem untuk pengelolaan perikanan berkelanjutan = ecosystem approach for sustainable fisheries/EAFM) agar mengurangi dampak degradasi sumberdaya kelautan dan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah. Pengembangan usaha/kegiatan perikanan di Kabupaten Maluku Tengah untuk terkonsentrasi (pengembangan pada wilayah tertentu) dan terspesialisasi (pengembangan pada komoditi unggulan) dengan tujuan meminimalkan biaya produksi (salah satunya biaya BBM). Peningkatan pertumbuhan sektor perikanan sehingga mampu membuka/menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan pendapatan per kapita sektor perikanan sebagai salah satu model manajemen konflik.
100
Koleksi Perpustakaan Universitas Terbuka