JURNAL POLITIK PEMERINTAHAN, Agustus 2016, Hlm. 155 – 164
Volume 9 No. 1, Agustus 2016
STRATEGI PENGEMBANGAN MANGROVE DALAM MENDUKUNG PEMBANGUNAN EKOWISATA DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH Oleh: Devita Novianti Fakultas Politik Pemerintahan IPDN Jatinangor E-mail:
[email protected]
ABSTRACT The ecological, physical, economics and social functions of mangroves (Rhizophora sp, Avicennia sp, Sonneratia sp) makes the it important the development of coastel areas. The pressure of excessive human needs causes existence of mangrove dropped so quickly that the benefits of mangroves ecosystem are rapidly decreased. The same conditions occurred in Rembang District as a coastael areas where the presence of mangrove has very important role for the survival of the organism there in. Ecotourism that currently become the world’s attention is environment conservation activities by involving the public directly to expect the participation of community to maintain and conserve the damaged environment. This study aims to determine the strategy of mangrove development supporting ecotourism development in Rembang District, Central Java Province. This research uses descriptive qualitative research method with inductive approach. The result showed that the strategy of mangrove development supporting the ecotourism development in Rembang District are through mangrove reforestation, utilization of the surrounding areas of mangrove forest, improvement of infrastructure, and increasing the coordination among all stakeholders.
Keywords: strategy, mangrove development, ecotourism development. ABSTRAK Fungsi ekologis, fisik, ekonomis dan sosial pada mangrove (Rhizophora sp, Avicennia sp, Sonneratia sp) menjadikan mangrove memiliki peran penting dalam pembangunan wilayah pesisir. Adanya tekanan kebutuhan dari manusia yang berlebihan mengakibatkan keberadaan mangrove menurun cukup drastis sehingga manfaat yang diperoleh dari ekosistem mangrovepun turun. Kondisi yang sama terjadi di Kecamatan Rembang sebagai daerah pesisir di mana keberadaan mangrove memiliki peran yang sangat penting bagi kelangsungan hidup makhluk didalamnya. Ekowisata yang saat ini menarik perhatian dunia merupakan kegiatan pelestarian lingkungan dengan melibatkan masyarakat secara langsung dengan harapan mampu ikut menjaga dan memulihkan lingkungan yang rusak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pengembangan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata di Kecamatan Rembang Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa strategi pengembangan mangrove dalam mendukung
156
Devita Novianti
DHARMA PRAJA
pembangunan ekowisata dilakukan melalui reboisasi mangrove, pemanfaatan sekitar areal mangrove, peningkatan sarana prasarana, dan meningkatkan koordinasi pada seluruh pemangku kepentingan.
Kata kunci: strategi, pengembangan mangrove, pembangunan ekowisata.
PENDAHULUAN
R
usaknya ekosistem mangrove yang berfungsi sebagai pelindung khususnya kawasan pesisir yang hampir ada di setiap wilayah Indonesia menjadi penyebab terjadinya berbagai masalah di Negara Indonesia. Pengalihfungsian kawasan mangrove yang memiliki fungsi sebagai pelindung terhadap kawasan pantai baik darat maupun laut menjadi kawasan industri, tambak maupun permukiman, mengakibatkan berkurangnya jumlah mangrove yang berfungsi sebagai pelindung dari terjadinya gejolak alam seperti gelombang pasang, abrasi, sedimentasi hingga tsunami. Mangrove merupakan salah satu jenis tanaman yang tumbuh disepanjang garis pantai, laut ataupun sungai yang memiliki fungsi ekologis, fisik, ekonomis dan sosial. Secara ekologis mangrove mampu memproduksi nutrien yang dapat menyuburkan perairan laut. dengan ratarata produksi primer yang tinggi mangrove dapat menjaga keberlangsungan populasi ikan, kerang dan lainnya. Manfaat fisik mangrove di antaranya sebagai penjaga garis pantai, mempercepat pembentukan lahan baru, peredam angin badai dan gelombang, pelindung dari abrasi, penahan lumpur, dan perangkap sedimen. Secara ekonomis dan sosial, mangrove mampu memberikan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat, baik penyediaan benih bagi industri perikanan, kayu yang berasal
dari mangrove yang dimanfaatkan sebagai kayu bakar, bahan kertas, serta bahan konstruksi yang memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. dan saat ini ekosistem mangrove dapat dikembangkan sebagai wahana pariwisata yang dapat menambah pendapatan negara ataupun daerah menjadi kawasan ekowisata. The Worlds Mangrove 1980-2005 mencatat bahwa mangrove di Indonesia pada tahun 2003 adalah yang terbesar di dunia yaitu seluas 3.062.300 m2. Hal ini diperkuat dengan adanya data dari press release tahun 1997 tentang Mangroves among world’s most valuable ecosystems yang dikeluarkan melalui kerjasama antara International Society for Mangrove Ecosystem (ISME) dengan International Tropical Timber Organization (ITTO), dan United Nations University menyebutkan bahwa “The nations with the largest mangroves areas include Indonesia (with 21% of global mangroves), Brazil (9%), Australia (7%), Mexico (5%), and Nigeria (5%)”. Namun seiring dengan adanya tekanan kebutuhan dari manusia yang berlebihan mengakibatkan jumlah mangrove menurun cukup drastis. Berdasarkan hasil interpretasi citra landsat (1992) luas mangrove di Indonesia tersisa 3,812 juta ha, dan berdasarkan data Ditjend RRL (1999) luas hutan mangrove Indonesia tinggal 9,2 juta ha. Kondisi serupa juga terjadi di Kabupaten Rembang yaitu salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah
DHARMA PRAJA
yang berada di garis Pantai Utara Jawa dan berbatasan langsung dengan Pantai Utara Jawa, mengakibatkan Kabupaten Rembang memiliki tipe dan potensi yang hampir sama bahkan sama dengan daerah di Indonesia yang berada di wilayah pesisir pantai yaitu rawan dengan adanya gelombang pasang, abrasi dan sedimentasi. Mangrove yang tersisa di Kabupaten Rembang saat ini hanya berada di tiga lokasi Kecamatan dengan jumlah luas dan vegetasi mangrove sangat minimum, yaitu di Kecamatan Kaliori, Lasem dan Rembang di mana Kecamatan Rembang sebagai kawasan mangrove yang memiliki luasan kawasan mangrove lebih besar diantara kedua kecamatan lainnya yaitu kurang lebih seluas 166,73 Ha (seratus enam puluh enam hektar) dengan panjang kurang lebih 3 km (tiga kilometer). Mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Rembang No. 8 tahun 2007 yaitu tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir,Laut dan Pulau-Pulau Kecil pasal 7 ayat 1 yang menyebutkan bahwa ”Setiap orang berkewajiban memelihara kelestarian terumbu karang dan hutan bakau (mangrove) yang berada diwilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil Kabupaten Rembang serta ikut mencegah upaya-upaya yang mengancam kelestariannya”. Serta Peraturan Daerah No. 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031 yang menetapkan bahwa Kawasan Mangrove Kecamatan Rembang yaitu yang berada di Desa Pasarbanggi ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Kabupaten berdasarkan daya dukung lingkungan di mana dalam salah satu arahannya adalah akan dikembangkan sebagai kawasan pusat mangrove
Devita Novianti
157
(mangrove center), melihat hal ini maka masih diperlukan upaya untuk dapat memaksimalkan pengembangan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata tersebut. Adapun hasil kajian pustaka yang mendukung penelitian ini adalah sebagai berikut. Teori Strategi Strategi sangat penting kaitannya dengan pencapaian suatu tujuan, karena strategi dapat dijadikan alat untuk mencapai dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Fred R David (2011:13) dalam bukunya Strategic Management 13thEd, mengemukakan bahwa “Strategies are the means by which long-term objectives will be achieved. Strategies are potential actions that required top management decisions and large amounts of the firm’s resources. Strategies have multifunctional or multidivisional consequences and require consideration of both the external and internal factors facing the firm”. Rencana yang disatukan, luas dan terintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategi menjadi pengertian dari strategi seperti yang dikemukakan oleh ahli William F. Glueck dan Lawrence Jauch yang dikutip Suarya (2014) bahwa “A strategy is unfield, comprehensive and integrated plan that relates the strategic advantages if the firm to the challenges of environment and that is designed to insure that the basic objective of enterprise are achieved through proper execution by the organization”.
158
Devita Novianti
Tidak jauh berbeda dengan Fred, Chandler dalam Sedarmayanti (2007:20) mengemukakan bahwa “strategi adalah penetapan tujuan dasar jangka panjang dan sasaran perusahaan dan penerapan serangkaian tindakan serta alokasi sumber daya yang penting untuk melaksanakan sasaran ini”. Sedangkan Learned dkk. dalam Rangkuti (2014:3) mengemukakan bahwa: strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Pencapaian tujuan organisasi diperlukan adanya suatu alat yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang terkait pada pencapaian tujuan organisasi. Rangkuti (2014:24-25) mengemukakan bahwa yang dipakai untuk menyusun faktorfaktor strategis perusahaan adalah matriks SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan Internal Strengths dan Weakness serta lingkungan eksternal Opportunities dan Threats. Matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matriks SWOT adalah mengetahui faktor strategi internal (IFAS) dan faktor strategi eksternal (EFAS). Melihat dari beberapa pengertian menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Strategi merupakan alat untuk mencapai suatu tujuan jangka panjang yang dilakukan melalui perencanaan yang tepat dengan mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal dari suatu organisasi. Adapun strategi yang digunakan dalam penelitian adalah
DHARMA PRAJA
menggunakan strategi dengan analisis SWOT. Pengembangan Mangrove Pengembangan memberikan penga jaran dalam penambahan pengetahuan, keterampilan dan perubahan sikap. Mengenani makna Pengembangan, Andrew dalam Sedarmayanti (2007:164) mengemukakan bahwa “development is a long-term educational process utilizing a systemic and organized procedure by which managerial personnel learn conceptual and theoretical knowledge for general purposes”. Kata mangrove Secara etimologi merupakan kombinasi antara kata mangue (bahasa Portugis) yang berarti tumbuhan dan kata grove (bahasa Inggris) yang berarti belukar atau hutan kecil. Mengenai makna mangrove, Stenis dalam Gufron (2012:10) mengemukakan bahwa mangrove adalah vegetasi hutan yang tumbuh diantara garis pasang surut, sehingga dinamakan juga hutan pasang. Data dari FAO (1985) menyarankan agar istilah mangrove digunakan baik untuk individu jenis tumbuhan maupun untuk komunitas pada habitat mangrove. Mengenai pengembangan mangrove diartikan sebagai suatu proses untuk meningkatkan kemanfaatan yang dapat diberikan dalam pengelolaan mangrove, yang digunakan sebagai salah satu sektor penunjang kehidupan masyarakat. Pembangunan Pembangunan sangat penting dilakukan untuk mendukung tercapainya
DHARMA PRAJA
tujuan yang telah ditetapkan. Mengenai makna pembangunan, Riyadi dalam Aprillia dkk. (2014:2) mengemukakan bahwa: pembangunan adalah suatu usaha atau proses perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu-hidup suatu masyarakat (dan individu-individu didalamnya) yang berkehendak dan melaksanakan pembangunan itu. Damhuri (2010:3) dalam bukunya yang berjudul Ekonomi Politik dan Pembangunan, menyatakan bahwa: pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh perubahan struktural, yaitu perubahan pada landasan kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan. Berbeda dengan Damhuri, kepustakaan ekonomi pembangunan dalam Mardikanto dan Subianto (2013:11) menyatakan bahwa: pembangunan merupakan suatu proses yang berkesinambungan untuk mewujudkan peningkatan pendapatan riil perkapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya Keberhasilan suatu pembangunan adalah dengan adanya upaya yang dilakukan secara terus menerus, sadar dan terencana serta adanya dukungan dari berbagai pihak. Ekowisata Kelestarian lingkungan saat ini telah menjadi perhatian dunia. Konsep ekowisata menjadi cara baru untuk tetap dapat mengeksplor alam namun tetap memperhatikan lingkungan.
Devita Novianti
159
Mengenai makna ekowisata Nurdiansyah (2014:18) menyatakan bahwa “Ekowisata (Ecotourism) merupakan wisata yang mengandalkan aspek pelestarian alam serta kebudayaan masyarakat sebagai daya tarik di mana prinsip keberlangsungan dapat terjaga”. Ekowisata tidak sekedar melihat alam dan kebudayaan sebagai objek tapi juga sesuatu yang perlu dilestarikan dan diberdayakan, termasuk manusia yang hidup di dalamnya. Dalam pengelolaannya ekowisata mengedepankan unsur edukasi dan partisipasi yang melibatkan berbagai stakeholder termasuk pengunjung untuk ikut ambil bagian dari aktivitas terkait perbaikan dan kualitas lingkungan kehidupan. Adanya prinsip ekowisata yaitu yang menekankan pada kualitas lingkungan ketika menikmati alam dan budaya, seimbang dengan jaminan bahwa lingkungan fisik, sosio-kultural, maupun ekonomi, maka diharapkan mangrove di Kecamatan Rembang dapat dikembangkan dengan baik dan dapat memberikan manfaat yang besar khususnya dalam sektor fisik, ekologis dan ekonomi bagi penduduk lokal dan non lokal. METODE Penelitian dilakukan dengan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan induktif yaitu mengangkat fakta-fakta yang empirik sesuai dengan keadaan yang ada di lapangan, Data penelitian sesuai dengan metode penelitian yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder yaitu data primer diperoleh melalui wawancara yang mendalam dan observasi yang dilakukan peneliti di lapangan, serta data
160
Devita Novianti
sekunder meliputi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan. Mendukung diperolehnya data yang lebih lengkap dan akurat, maka dilakukan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1. Observasi, Observasi dilakukan untuk memperoleh informasi dan data yang lebih akurat dan detil terhadap objek yang sedang diteliti yaitu pengembangan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata di Kecamatan Rembang. Sehingga hasil penelitian menggambarkan fenomena yang utuh dan komprehensif sebagaiamana ciri suatu penelitian kualitatif. 2. Wawancara, Wawancara dilakukan melalui wawancara tidak terstruktur (unstructured interviewing) sehingga informan yang terkait dengan pengembangan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata di Kecamatan Rembang dapat memberikan jawaban yang bebas tanpa diarahkan oleh peneliti. 3. Dokumentasi Dokumentasi digunakan untuk memberikan data yang lebih detail. Adapun dokumen yang digunakan berkaitan dengan keberadaan mangrove di Kecamatan Rembang serta yang mendukung dalam pemberian data seperti gambar ataupun foto. Hasil dari data pemelitian yang diperoleh kemudian dilakukan analisis dengan teknik analisis data berupa reduksi data, penyajian data dan penarikan simpulan yaitu merangkum seluruh informasi yang berkaitan dengan
DHARMA PRAJA
strategi pengembangan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata., penyajian data melalui penarikan simpulan yang diperoleh dari lapangan dalam bentuk uraian singkat, dan penarikan simpulan akhir dengan cara menjadikan hasil kajian data sebagai simpulan akhir yang didukung oleh data-data yang diperoleh. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan untuk mengetahui strategi pengembangan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang Provinsi Jawa Tengah, mengetahui faktorfaktor penghambat dan pendukung yang memengaruhi pelaksanaan pengembangan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata di Kecamatan Rembang serta upaya-upaya yang dapat dilakukan pemerintah daerah dalam mengembangkan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata ini. Pembahasan mengenai hasil penelitian terkait ketiga tujuan tersebut diuraikan sebagai berikut. Strategi Pengembangan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Ekowisata di Kecamatan Rembang Hasil dari penelitian yang dilakukan dilapangan diperoleh beberapa faktor internal yang terdiri dari kekuatan dan kelemahan, dan faktor eksternal yang terdiri dari peluang dan ancaman. Faktorfaktor tersebut di antaranya: •
Faktor Internal
1. Kekuatan, yaitu terdiri dari: Produksi bibit mangrove oleh masyarakat lokal, tersedianya lahan mangrove, penunjukkan kawasan strategis, SDM
DHARMA PRAJA
potensial, program kerja. 2. Kelemahan: Sarana dan prasarana masih terbatas, anggaran, kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap pemanfaatan mangrove yang masih kurang. •
Faktor Eksternal
1. Peluang: Partisipasi masyarakat, dukungan SKPD terkait, pengelolaan untuk pelestarian, penetapan regulasi 2. Ancaman: Kerusakan lingkungan, gangguan keamanan, kurangnya koordinasi antar SKPD terkait. Dari faktor-faktor internal dan eksternal yang diperoleh berdasarkan penelitian dilapangan dan berdasarkan analisis SWOT, dihasilkan beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengembangkan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata di Kecamatan Rembang, yaitu di antaranya sebagai berikut. 1. Meningkatkan upaya rehabilitasi dan reboisasi ekosistem mangrove pada lahan yang kosong.
Luas kawasan mangrove yang ada di Kecamatan Rembang sesuai dengan Peraturan Daerah No. 14 tahun 2011 yaitu sekitar kurang lebih 166,73 Ha (seratus enam puluh enam hektar) dengan panjang kurang lebih 3 km (tiga kilometer) dan berdasarkan hasil penelitian dilapangan, di Kecamatan Rembang khususnya Desa Pasarbanggi sebagaimana telah ditetapkan sebagai kawasan strategis sekitar kurang lebih 60 Ha telah tertanami mangrove. Sehingga masih terdapat lahan mangrove yang masih kosong dan cukup luas untuk ditanami pohon mangrove.
Devita Novianti
161
2. Memanfaatkan areal sekitar pohon mangrove dengan sistem Silvofishery, dan menjadikan areal pertambakan yang masih produktif sebagai salah satu objek wisata mangrove. Adanya pertambakan disekitar kawasan mangrove juga dapat menjadi suatu objek yang berprospek baik. dengan adanya kerjasama antara berbagai pihak baik pemerintah, masyarakat maupun swasta yang terkait dengan pengembangan mangrove yang baik, kawasan mangrove dapat menjadi areal yang lebih menarik seperti dengan adanya areal pemancingan dan kawasan kuliner. 3. Menyusun rencana pengembangan kawasan mangrove yang mem per hatikan aspek pembangunan ber wawasan lingkungan dan ber kelanjutan serta memperhatikan aspek pemerataan terhadap masyarakat. Dengan adanya pengelolaan mangrove yang baik yaitu yang dimulai dari proses perencanaan pengembangan, maka mangrove dapat menjadi asset daerah bahkan nasional yang dapat memberikan manfaat bagi setiap masyarakat baik lokal maupun non lokal. Faktor-Faktor Pendukung dan Penghambat Pengembangan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Ekowisata di Kecamatan Rembang Ada beberapa pendukung dan peng hambat terkait pengembangan mangrove dalam mendukung pem bangunan eko wisata di Kecamatan Rembang, adapun faktor pendukung tersebut antara lain:
162
Devita Novianti
Adanya kesesuaian karakteristik lahan untuk pengembangan mangrove. Karakteristik berupa struktur tanah yang berlumpur dan berpasir menjadi tempat yang cocok untuk tumbuh dan berkembangnya mangrove. Kawasan mangrove Kecamatan Rembang berdasarkan wawancara dan observasi yang dilakukan dilapangan memiliki karakteristik tersebut, di mana tumbuh beberapa jenis mangrove di antaranya merupakan famili Rhizophoraceae yang hidup di daerah paling dekat dengan daratan. Famili Avicenniuceae tumbuh dibagian utara paling dekat dengan laut yaitu dengan struktur tanah pasir. dan famili Sonnerataceae yang tumbuh dan hidup pada daerah tanah yang berlumpur lembut. Adanya partisipasi masyarakat sekitar kawasan mangrove, yaitu di antaranya terlihat dari keikutsertaan masyarakat setiap ada penanaman mangrove baik program dari pemerintah, LSM maupun CSR, serta telah adanya kelompok tani mangrove. Adanya Peraturan Desa Pasarbanggi No. 03 Tahun 2014 tentang Pelestarian Lingkungan Hidup Desa Pasarbanggi Kecamatan Rembang yang berisi sanksi terhadap pihak yang melakukan kerusakan mangrove sesuai pasal 21 ayat 1 yaitu menanam 100 pohon mangrove. Kemudian Hambatan yang ada di antaranya yaitu: Terbatasnya sarana dan prasarana berupa fasilitas yang diperlukan untuk pengembangan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata di Kecamatan Rembang, di antaranya berupa akses jalan menuju area mangrove yang masih sempit dan berupa tanah, belum tersedianya laboratorium mangrove serta gazebo yang berjumlah satu.
DHARMA PRAJA
Terbatasnya anggaran, di mana anggaran untuk mangrove pada umumnya masih bergabung dengan anggaran pelestarian lingkungan. Kurangnya koordinasi khususnya SKPD yang terkait dengan pengelolaan mangrove, sehingga ketika terjadi permasalahan terkait mangrove, solusi pemecahannya cukup lama. Belum seluruh masyarakat mengetahui dan menyadari pentingnya mangrove, sehingga pemanfaatan mangrove masih terbatas yaitu masih sebatas untuk membuat makanan tradisional dan kerupuk. Upaya yang dapat dilakukan Pemerintah untuk Mengembangkan Mangrove dalam Mendukung Pembangunan Ekowisata Upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah berdasarkan pembahasan yang telah dibahas sebelumnya, untuk meningkatkan pengembangan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata di Kecamatan Rembang menurut peneliti yaitu diantarnya sebagai berikut: 1. Melakukan penanaman seluruh area kawasan mangrove dengan memanfaatkan lahan mangrove yang masih terbuka (kosong). 2. Meningkatkan koordinasi antardinas khususnya yang terkait dengan pengelolaan mangrove yang ada di Kecamatan Rembang. 3. Melengkapi sarana dan prasarana Penyediaan sarana dan prasarana untuk menuju pembangunan ekowisata harus segera dipenuhi termasuk akses jalan menuju lokasi mangrove, area parkir, sarana-sarana yang berhubungan dengan ekowisata
DHARMA PRAJA
seperti laboratorium observasi yang digunakan untuk melakukan penelitian khususnya bidang pendidikan, perahuperahu wisata, aneka biota pendukung ekosistem mangrove serta sarana dan prasarana lainnya yang dibutuhkan untuk mewujudkan strategi yang ingin dilaksanakan. 4. Melakukan kerjasama yang baik, baik dengan pemerintah, masyarakat maupun swasta terkait pengembangan mangrove dalam mendukung pemabangunan ekowisata di Kecamatan Rembang. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang strategi pengembangan mangrove dalam mendukung pembangunan ekowisata di Kecamatan Rembang dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Strategi pengembangan mangrove dapat dilakukan di antaranya dengan reboisasi mangrove, pemanfaatan sekitar areal mangrove, menyusun rencana pengembangan kawasan mangrove yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. 2. Faktor pendukung dan penghambat terhadap pengembangan mangrove di antaranya karakteristik lahan yang sesuai, partisipasi masyarakat dan telah adanya Peraturan Desa No.03 tahun 2014. Serta fasilitas baik sarana prasarana, anggaran dan pengetahuan masyarakat masih perlu ditingkatkan. 3. Upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan mangrove yaitu pemanfaatan lahan mangrove yang masih terbuka, koordinasi,
Devita Novianti
163
melengkapi sarana dan prasarana yang masih terbatas serta melakukan kerjasama.
DAFTAR PUSTAKA Buku Aprillia dkk. 2014. Pembangunan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Alfabeta. Berg, Bruce L. 2001. Qualitative Research Methods For The Social Sciences 4thEd. USA: Allyn & Bacon. Creswell, John W. 2003. Research Design Qualitative, Quantitative, And Mixed Methods Approaches 2ndEd. New Delhi: Sage Publication. Damhuri, Didin S. 2010. Ekonomi Politik dan Pembangunan. Bogor: IPB Press. David, Fred R. 2011. Strategic Management 13th Edition. New Jersey: Pearson. Dey, Ian. 1993. Qualitative Data Analysis. New York: Routledge. FAO Foresty Paper. 2007. The World’s Mangrove 1980-2005. Rome: FAO Flat Paris. Ghufran, M. 2012. Analisis Kebijakan Publik dalam Proses Pengambilan Keputusan. Jakarta: Reineka Cipta. Given, Lisa M. 2008. The Sage Encyclopedia of Qualitative Research Methods. United Kingdom: Sage Publication. Goodyear, Leslie et al. 2014. Qualitative Inquiry In Evaluation. USA: Jossey-Bass. Hunger, David dan Wheelen, Thomas. 2001. Manajemen Strategis: Dari Buku: An Introduction To The Study Of Public Polic. Jogyakarta: Andi. Kordi H dan Ghufran M. 2012. Ekosistem Mangrove Potensi, Fungsi dan Pengelolaan. Jakarta: Rineka Cipta.
164
Devita Novianti
DHARMA PRAJA
Kothari, C R. 2014. Research Methodology Methods And Techniques. New Delhi: New Age International Publisher.
Peraturan Daerah No.14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Rembang Tahun 2011-2031
Mardikanto, Totok & Soebianto, Purwoko. 2013. Pemberdayaan Masyarakat dalam Perspektif Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.
Peraturan Daerah No.8 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir, Laut dan Pulau-Pulau Kecil di Kabupaten Rembang Skripsi dan Jurnal
Miles, Mathew & Huberman, Michael. 1994. Qualitative Data Analysis 2ndEd. USA: Sage Publisher. Nurdiansyah. 2014. Peluang dan Tantangan Pariwisata Indonesia. Bandung: Alfabeta. Rangkuti, Freddy.2014. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Rokhim dkk. 2008. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita. Sedarmayanti. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Refika Aditama. Subianto, Ibnu. 1997. Metodologi Penelitian. Yogyakarta: UPP AMPY KPN. Vanderstoep, Scott & Johnston, Deirdre. 2008. Research Methods For Everyday Life. USA: Jossey Bass. Wasistiono, Sadu. 2013. Pengantar Ekologi Pemerintahan. Jatinangor: IPDN Press. Yin, Robert K. 2011. Qualitative Research From Start To Finish. New York: The Guilford Press.
Peraturan Perundang-Undangan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. Undang-Undang No.1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan PulauPulau Kecil
Anwar, Chairil & Gunawan Hendra. Peranan Ekologis dan Sosial Ekonomis Hutan Mangrove Dalam Mendukung Pembangunan Wilayah Pesisir. Bastian, Hendrik. 2015. Strategi Pengembangan Potensi Rumput Laut Dalam Meningkatkan Pembangunan Wilayah Pesisir di Kecamatan Mepanga Kabupaten Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. Jakarta: IPDN. Fitri, Ainul. 2014. Evaluasi Pelaksanaan Program Akselerasi Pembangunan Masyarakat (PAPKS-BM) di Kecamatan Pekalongan Selatan Kabupaten Pekalongan Provinsi Jawa Tengah. Jakarta: IPDN Suarya, Devy N. 2014. Strategi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Dalam Pengembangan Objek Wisata Alam di Kabupaten Bandung barat Provinsi Jawa Barat. Jakarta: IPDN. Umam, Khoirul. 2013. Strategi Pengembangan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. Malang: Universitas Pembangunan Veteran “UPN”.
Sumber Lainnya Hutan Mangrove di Kabupaten Rembang, 2014. Website:www.orangrembang.com Pengertian Ekowisata Website: www.Wikipedia. com Press Release Of Mangrove Among World’s Most Valuable Ecosystem, 1997.