STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH BERBASIS AGROINDUSTRI DI KAWASAN ANDALAN KANDANGAN KALIMANTAN SELATAN
DEWI SISKA
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan Kalimantan Selatan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016
Dewi Siska NIM H152120081
RINGKASAN DEWI SISKA. Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan Kalimantan Selatan. Dibimbing oleh SETIA HADI dan MUHAMMAD FIRDAUS. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2005-2025 menjadikan agroindustri sebagai pilar utama pembangunan. Konsep agroindustri diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan distribusi pendapatan. Pengembangan agroindustri tersebut di arahkan di Kawasan Andalan Kandangan. Penelitian ini bertujuan untuk; (1) mengidentifikasi perkembangan ekonomi wilayah, (2) mengidentifikasi komoditas unggulan, (3) mengidentifikasi sarana penunjang agroindustri, dan (4) merumuskan strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan. Hasil analisis entropi menunjukkan bahwa perekonomian Kawasan Andalan Kandangan berkembang (3,09), yang didominasi sektor pertanian (0,81), subsektor tanaman bahan makanan (1,45). Hasil analisis LQ dan SSA menunjukkan bahwa padi dan jagung merupakan komoditas unggulan. Wilayah basis berada di Kabupaten Tapin (1,10 ; 0,48), Hulu Sungai Selatan (1,05 ; 0,67), Hulu Sungai Utara (1,05 ; 1,12), Hulu Sungai Tengah (1,03 ; 1,27), Tabalong (1,03 ; 1,27), dan Balangan (1,00 ; 1,83). Identifikasi terhadap sarana penunjang agroindustri menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur dasar (jalan, listrik dan air bersih) masih kurang secara kuantitas dan kualitas. Kondisi kelembagaan belum sepenuhnya mendukung dalam hal keberadaan lembaga keuangan, penyuluh pertanian, dan dukungan teknologi. Dukungan sumberdaya manusia pada aspek ketenagakerjaan secara kuantitas dan kualitas sudah cukup mendukung, terkait dengan tingkat pendidikan dan usia produktif. Strategi prioritas untuk mendukung pengembangan wilayah berbasis agroindustri dirumuskan melalui analisis SWOT dan AHP adalah (1) mendorong potensi SDM; (2) meningkatkan keberadaan kelembagaan dan infrastruktur dasar. Pelaksanaan strategi tersebut menjadi agenda penting bagi pemerintah daerah sebagai aktor utama dalam pengembangan agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan.
Kata kunci : agroindustri, kawasan andalan, pengembangan wilayah
SUMMARY DEWI SISKA. Strategy of Regional Economic Development based on Agroindustry in Kandangan Key Region South Kalimantan. Supervised by SETIA HADI and MUHAMMAD FIRDAUS. Regional Long Term Development Plan (RPJPD) of South Kalimantan Province 2005-2025 states agro-industry as the main pillar. The concept of agroindustry is expected to drive economic growth and achieve equitable distribution of income. The agro-industry development is directed in the Kandangan Key Region, which has significant potential in the agricultural sector compared to the other two key region. This research aims to ; (1) identify the economic development in Kandangan key Region, (2) identify the leading commodity, (3) identify of supporting agro-industry, and (4) formulating a regional development strategy based agro-industry. Regional development situation based on entropy analysis shows that the Kandangan Key Region is a developing region (3,09), dominated by the agricultural sector (0,81), on food crops subsector (1,45). Analysis of LQ and SSA show that rice and corn are located in the district of Tapin (1,10 ; 0,48), Hulu Sungai Selatan (1,05 ; 0,67), Hulu Sungai Utara (1,05 ; 1,12), Hulu Sungai Tengah (1,03 ; 1,27), Tabalong (1,03 ; 1,27), and Balangan (1,00 ; 1,83). The supporting aspects of agro-industries are basic infrastructure (roads, electricity and water), human resources and institutional, are not fully support the development of agro-industry. The availability of basic infrastructure is still lacking in quantity and quality. Institutional conditions have not been fully supportive in terms of the existence of financial institutions, agricultural extension, and technology support. Human resources support about employment in quantity and quality sufficient support on the level of education and age. The main strategy in order to support the development of agro- based region is to encourage the potential of human resources, institutional and basic infrastructure for the implementation of agro-industries. Implementation of the strategy is an important agenda for the local government as the main actor in the development of agro-industries in the Region Kandangan. Keywords: agroindustry, key region, regional development
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH BERBASIS AGROINDUSTRI DI KAWASAN ANDALAN KANDANGAN KALIMANTAN SELATAN
DEWI SISKA
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :
Dr Ir Sri Mulatsih, MScAgr
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah pengembangan kawasan andalan, dengan judul Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan Kalimantan Selatan. Penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada: 1. Bapak Dr Ir Setia Hadi, MS sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Prof Dr Muhammad Firdaus, SP, MSi sebagai anggota komisi pembimbing atas segala saran, arahan, bimbingan dan motivasi yang diberikan mulai dari tahap awal sampai tahap penyelesaian tesis ini. 2. Ibu Dr Ir Sri Mulatsih MSc Agr sebagai penguji luar komisi pada ujian tesis yang telah banyak memberikan masukan dan arahan untuk perbaikan tesis ini. 3. Bapak Prof Dr Ir Bambang Juanda, MS sebagai ketua Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD), serta seluruh staff pengajar di PWD. 4. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan yang telah memberikan beasiswa tugas belajar kepada penulis, khususnya Badan Kepegawaian Daerah dan Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan. 5. Rekan-rekan peneliti Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan, atas bantuan dalam pengumpulan data. 6. Rekan-rekan PWD, khususnya angkatan 2012 atas doa, dukungan dan kebersamaannya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada abah, mamah, PaWD serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, November 2015
Dewi Siska
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian
1 1 4 6 7 7
2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pembangunan Ekonomi Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Industri Berbasis Pertanian (Agroindustri) Perencanaan Agroindustri di Daerah Penelitian Terdahulu Kerangka Pemikiran
7 7 9 11 13 14 16
3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Jenis dan Sumber Data Metode Analisis Data
18 18 18 19
4 GAMBARAN UMUM Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan Infrastruktur dan Sarana Prasarana Sumber Daya Manusia Kebijakan Pembangunan Setiap Kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan Perekonomian Wilayah
26 26 30 32
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Perekonomian Wilayah Kawasan Andalan Kandangan Gambaran Komoditas dan Dukungan Sarana Pengembangan Agroindustri Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri
45 45 49 56
6 SIMPULAN DAN IMPLIKSI KEBIJAKAN Simpulan Implikasi Kebijakan
67 67 67
DAFTAR PUSTAKA
67
RIWAYAT HIDUP
97
38 42
DAFTAR TABEL 1 Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012-2013 dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2013 2 Jumlah Usaha Pertanian di Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2012 3 Jumlah dan Jenis Industri Kecil dan Menengah di Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2012 4 Perkembangan IPM Kalimantan Selatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008-2012 5 Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Nabati di Kalimantan Selatan Tahun 2012 6 Tujuan, Jenis Data, dan Sumber Data 7 Matriks SWOT 8 Nilai Skala Banding Berpasangan 9 Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan 10 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan (Ha) 11 Kondisi Jalan Berdasarkan Status Panjang Jalan (Km) 12 Kondisi Jalan Setiap Kabupaten (Km) 13 Panjang Jalan Menurut Kelas (Km) 14 Ketersediaan Listrik atau Daya yang Terpasang (VA) 15 Ketersediaan Air Bersih atau PDAM Terpasang (M2) 16 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2013 17 Jumlah Jenis Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Jenis Industri Tahun 2013 18 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja, Jumlah Penduduk Bekerja, dan Penduduk Pengangguran/Mencari Kerja Setiap Kabupaten Tahun 2013 19 Potensi SDM Pencari Kerja Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013 20 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan di Luar Sektor Pertanian Tahun 2013 21 Jumlah Petani dan Golongan Umur Tahun 2013 22 Jumlah Petani Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tahun 2013 23 Perkembangan IPM Setiap Kabupaten Tahun 2014(%) 24 Jumlah Penyuluh Pertanian Tahun 2013 25 Pendapatan Regional Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2013 26 PDRB Perkapita Kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2013 27 Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2011-2013 28 Jumlah Dana yang Dikeluarkan Masyarakat Untuk Modal Kerja, Investasi dan Konsumsi di Bank Tahun 2013 (Juta/Rp) 29 Dana Penguatan Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPMLUEP) 30 Jumlah Koperasi Primer dan Non KUD 31 Jumlah Anggota Kelompok Tani Tahun 2013 32 Hasil Analisis Entropi 9 Sektor 33 Hasil Analisis Entropi Subsektor Pertanian 34 Nilai LQ Komoditas Padi dan Palawija
2 4 4 5 6 18 23 25 26 28 30 30 31 32 32 33 34 35 35 36 36 37 37 38 42 42 43 43 44 44 44 45 47 50
35 36 37 38 39 40
Hasil Analisis LQ Komoditas Padi dan Palawija Wilayah Basis dan Kategori Unggulan Komoditas Padi dan Palawija Interpretasi Komponen Proportional Shift Komoditas Padi dan Palawija Interpretasi Komponen Differential Shift Komoditas Padi dan Palawija Nilai SSA Komoditas Padi dan Palawija Komoditas Unggulan Hasil Analisis LQ dan SSA Komoditas Padi dan Palawija 41 Formulasi Strategi Berdasarkan Analisis SWOT 42 Rumusan Strategi Berdasarkan Matrik SWOT
50 51 51 52 53 53 59 60
DAFTAR GAMBAR 1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Andalan Tahun 20082012 2 Share Komoditas Terhadap PDRB Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2012 3 Stadia-Stadia Pengembangan Wilayah Melalui Demand Side Strategy 4 Kerangka Pemikiran dan Analisis 5 Struktur AHP Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis Agroindustri 6 Peta Kawasan Andalan Provinsi Kalimantan Selatan 7 Persentase Penggunaan Lahan 8 Unit Pengamatan Setiap Wilayah Dari Sebaran Intensitas Aktivitas 9 Sektor 9 Unit Pengamatan dari Aktivitas 9 Sektor Pada Setiap Wilayah 10 Unit Pengamatan Setiap Wilayah dari Sebaran Aktivitas 3 Subsektor 11 Unit Pengamatan dari Aktivitas 3 Subsektor Pada Setiap Wilayah 12 Hirarki AHP Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri 13 Bobot Kriteria PengembanganWilayah Berbasis Agroindustri 14 Bobot Sub-Kriteria Memperluas Investasi Dalam Bentuk Fisik dan Kelembagaan 15 Bobot Sub-Kriteria Menciptakan Perluasan Pasar dan Perdagangan Terbuka 16 Bobot Sub-Kriteria Menghilangkan Unsur-Unsur Industri dan Perdagangan yang Menyebabkan Kerusakan Lingkungan (Keberlanjutan) 17 Bobot Aktor Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri 18 Bobot Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri
3 3 11 17 25 27 29 46 47 48 49 61 62 63 64
65 65 66
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4
Hasil Entropi 9 (sembilan) sektor Tahun 2009 s/d 2013 Hasil Entropi Sektor PertanianTahun 2009 s/d 2013 PDRB Sektor Pertanian Kawasan Andalan Kandangan Hasil Perhitungan LQ Sektor Pertanian Kawasan Andalan Kandangan
71 72 73 74
5 Hasil Perhitungan LQ Komoditas Tanaman Bahan Makanan Kawasan Andalan Kandangan 6 Hasil Perhitungan SSA Sektor Pertanian Kawasan Andalan Kandangan 7 Perhitungan Analisis AHP untuk Tujuan : Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan 8 Perhitungan Analisis AHP untuk Faktor Berdasarkan A1 9 Perhitungan Analisis AHP untuk Faktor Berdasarkan A2 10 Perhitungan Analisis AHP untuk Faktor Berdasarkan A3 11 Perhitungan Analisis AHP untuk Alternatif 12 Kuesioner Penelitian
75 76 77 78 79 80 85 86
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi daerah menjadi salah satu sektor yang penting sebagai upaya mensejahterakan masyarakat. Sektor pertanian pada pembangunan ekonomi berperan pada : (1) penyedia pangan untuk pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk; (2) meningkatkan permintaan produk industri, sehingga perlunya perluasan sektor sekunder dan sektor tersier; (3) meningkatkan devisa untuk impor barang-barang modal bagi pembangunan melalui ekspor hasil pertanian secara terus menerus; (4) meningkatkan pendapatan desa untuk dimobilisasi pemerintah; serta (5) memperbaiki kesejahteraan rakyat pedesaan (Jhingan, 2012). Rancangan Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) 2005-2025 Provinsi Kalimantan Selatan, menempatkan sektor pertanian sebagai bagian penting dalam pembangunan. Melalui visi RPJPD yaitu : “Kalimantan Selatan Maju dan Sejahtera Sebagai Wilayah Perdagangan dan Jasa Berbasis Agroindustri”, maka makna pembangunan yang dilaksanakan berorientasi pada perdagangan dan jasa dengan menumbuhkan agroindustri sebagai pilar utama. Agroindustri yang dimaksud merupakan kegiatan yang berperan menciptakan nilai tambah, menghasilkan produk untuk dipasarkan/digunakan/dikonsumsi, meningkatkan daya simpan, menambah pendapatan dan keuntungan produsen, menciptakan lapangan kerja, memperbaiki pemerataan pendapatan serta menarik pembangunan sektor pertanian sebagai sektor penyedia bahan baku. Optimalisasi nilai tambah dicapai dengan pola industri yang berintegrasi langsung dengan usaha tani keluarga dan perusahaan pertanian (RPJPD Kalsel 2005-2025). Komoditas pertanian andalan Kalimantan Selatan adalah padi, jagung, jeruk dan pisang (BKP Provinsi Kalimantan Selatan, 2010). Komoditi ini juga menjadi unggulan tingkat nasional, terutama padi. Produksi Padi tahun 2005 sebesar 1.598.835 ton naik menjadi 1.956.992 ton pada tahun 2009, menjadikan Kalimantan Selatan sebagai provinsi kesembilan penyumbang dan penyangga produksi padi nasional. Tahun 2013 berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura, Kalimantan Selatan mengalami surplus beras hingga 614.724 ton. Berdasarkan data BPS tahun 2014, selama tahun 2013 perekonomian Kalimantan Selatan mengalami laju pertumbuhan positif sebesar 5,81%. Kondisi ini tidak jauh berbeda dengan tahun 2012, sektor tersier tumbuh lebih baik dibandingkan dengan sektor sekunder dan primer. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor primer yang memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB tahun 2013, namun tidak sebanding dengan laju pertumbuhannya (Tabel 1). Rendahnya laju pertumbuhan sektor pertanian dari aspek produksi, nilai tambah dan peningkatan pendapatan petani disebabkan oleh tiga kendala utama yaitu (1) nilai komoditas ekspor masih belum menunjukkan peningkatan yang cukup berarti dari tahun ke tahun; (2) peningkatan produksi komoditas tidak disertai dengan peningkatan ragamnya; dan (3) produk masih didominasi oleh komoditas primer, dimana komoditas primer sangat tidak responsif terhadap pertumbuhan eksternal pangsa pasar terbatas, dan nilai jual rendah (Suslinawati, 2012).
2
Tabel 1 Nilai PDRB Menurut Lapangan Usaha Tahun 2012 - 2013 dan Laju Pertumbuhan Tahun 2013 Lapangan Usaha
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-Jasa PDRB dengan Migas PDRB tanpa Migas
ADHB (Juta Rupiah) 2012 2013
ADHK(Juta Rupiah) 2012 2013
14.662.283,20 17.920.936,32
15.664.341,25 18.548.336,04
7.836.475,96 7.411.442,64
8.049.106,76 7.525.833,09
Laju Pertumbuhan 2013 (Persen) 2,71 1,54
6.865.260,06
7.442.622,34
3.485.904,61
3.634.276,69
4,26
435.473,90
479.280,05
177.866,82
188.593,50
6,03
4.553.773,15 12.394.973,26
5.139.858,63 14.114.150,77
2.019.648,46 5.631.058,69
2.187.653,71 6.110.683,56
8,32 8,52
6.697.260,05
7.455.167,38
3.075.250,68
3.285.974,81
6,85
3.923.864,40
4.562.055,30
1.452.927,41
1.601.705,91
10,24
8.440.149,69 75.893.974,02
9.955.976,66 83.361.788,42
3.322.737,40 34.413.312,67
3.612.390,21 36.196.218,23
8,72 5,18
75.188.300,69
82.648.741,84
33.981.715,26
35.778.234,06
5,29
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Kalimantan Selatan terdiri dari 13 kabupaten/kota, memiliki sumber daya pertanian yang berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan Perda No 6 Tahun 2000 tentang RTRWP Kalimantan Selatan, terdapat 3 (tiga) kawasan andalan di Kalimantan Selatan yaitu : 1. Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya, terdiri dari kabupaten (1) Tapin ; (2) Hulu Sungai Selatan; (3) Hulu Sungai Tengah; (4) Hulu Sungai Utara; (5) Tabalong; dan (6) Balangan, dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata; 2. Kawasan Andalan Banjarmasin Raya dan sekitarnya, kawasan metropolis yang terdiri dari kabupaten/kota: (1) Banjarmasin; (2) Banjarbaru; (3) Banjar; (4) Tanah laut; dan (5) Barito Kuala, dengan sektor unggulan pertanian, industri, perkebunan, pariwisata, perikanan dan kelautan, dan; 3. Kawasan Andalan Batulicin dan sekitarnya, terdiri dari kabupaten : (1) Tanah Bumbu; dan (2) Kotabaru, dengan sektor unggulan perkebunan, kehutanan, pertanian, industri, dan perikanan. Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya atau disebut Kawasan Andalan Kandangan memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi lebih kecil dibandingkan dengan 2 kawasan andalan lainnya, bahkan mengalami penurunan pada tahun 2012 (Gambar 1), tetapi sangat potensial untuk dikembangkan menjadi kawasan yang berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Potensi tersebut adalah potensi sebagai kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan hortikulura, budidaya peternakan, budidaya kehutanan, dan kegiatan industri berbasis pertanian.
3 8
6 Kandangan & sekitarnya Banjarmasin Raya dan sekitarnya
4
Batulicin dan sekitarnya 2
2008
2009
2010
2011
2012
0 Sumber: BPS Kalsel diolah, 2014
Gambar 1 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Andalan Tahun 2008-2012 Kontribusi sektor pertanian dan industri di Kawasan Andalan Kandangan berbeda cukup jauh, kontribusi terbesar diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian disusul oleh sektor tersier atau jasa-jasa (Gambar 2). Potensi sumber daya pertanian yang tersebar di setiap kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan merupakan modal yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi industri. Peningkatan kegiatan ekonomi berbasis potensi pertanian ke industri sebagai implementasi Perda No. 17 tahun 2009 tentang RPJPD, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan Andalan Kandangan sehingga meningkatkan PDRB. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Priyarsono (2011) bahwa dibandingkan dengan industri pengolahan lainnya, agroindustri berpotensi lebih besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi sekaligus mampu mewujudkan distribusi pendapatan yang merata dan pengembangan agribisnis secara umum mampu menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pendapatan di wilayah pedesaan, dan pada akhirnya menghasilkan distribusi pendapatan yang lebih baik. Persentasi (%)
50 40 30
38,31
34,46
Pertambangan dan penggalian Industri Pengolahan
23,58
20 10
Pertanian
3,64 Jasa-Jasa
0 Primer
Sekuder
Tersier
Komoditas Sumber: BPS Kalsel diolah, 2014
Gambar 2 Share Komoditas Terhadap PDRB Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2012
4 Perumusan Masalah Kebijakan pembangunan selalu dihadapkan pada pilihan strategi yang tepat dan pendekatan terbaik. Strategi “demand side” adalah suatu strategi pengembangan wilayah yang diupayakan melalui peningkatan barang-barang dan jasa-jasa dari masyarakat setempat melalui kegiatan produksi lokal (Rustiadi et al, 2011). Strategi tersebut sesuai dengan salah satu misi Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) II Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 20112015, yaitu : “Mengembangkan daya saing ekonomi daerah berbasis lingkungan dan masyarakat, dengan memanfaatkan sumber daya lokal dan posisi geografis”. Kesesuaian strategi tersebut merupakan dasar pengembangan ekonomi melalui pendekatan kawasan dan berorientasi agroindustri. Tabel 2 Jumlah Usaha Pertanian di Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2012 Kabupaten
RTP 29.561 34.350 45.932 28.333 35.267 24.808 198.251
Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan Total
Perusahaan 4 4 1 2 5 1 17
Lainnya 5 4 11 4 6 6 36
Sumber: BPS Kalsel, 2013
Perkembangan pembangunan sektor pertanian di Kawasan Andalan Kandangan mengalami stagnasi pada tahapan surplus produksi dan standar mutu, sehingga peningkatan nilai tambah melalui agroindustri belum berjalan dengan baik. Kondisi ini dapat diketahui dari rendahnya jumlah perusahaan bidang pertanian dan tingginya dominasi Rumah Tangga Pertanian (RTP). Jenis Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Kawasan Andalan Kandangan masih didominasi oleh industri pertanian dan kerajinan tangan (Balitbangda, 2012), sedangkan pengolahan hasil-hasil pertanian belum dikelola secara maksimal. Tabel 3 Jumlah dan Jenis Industri Kecil dan Menengah di Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2012 Kabupaten Tapin Hulu Sungai Selatan
Jumlah 5.841 11.389
Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara
2.223 2.543
Tabalong Balangan Total Sumber: Balitbangda, 2012
598 603 23.197
Jenis IKM (unggulan) Kerajinan purun Pengolahan gula merah & Pengeringan ikan Kopiah haji & Kacang jaruk Anyaman purun dan bambu & Dendeng itik Anyaman purun dan lidi Anyaman purun & Pengolahan gula aren 17
5 Hambatan utama pengembangan Kawasan Andalan Kandangan melalui strategi “demand side” dari tahapan surplus produksi ke tahapan industri adalah diperlukan waktu yang cukup lama, dan perlu ditunjang sumber daya manusia (SDM) yang memadai. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya rata-rata terendah di Kalimantan Selatan dibandingkan dengan kabupaten di 2 (dua) kawasan andalan lainnya (Tabel 5). Kendala lainnya adalah maraknya aktivitas penambangan batubara dan pengembangan perkebunan kelapa sawit skala besar yang secara ekonomi memberikan keutungan secara cepat dalam waktu yang singkat. Ekspansi perkebunan kelapa sawit dan kegiatan pertambangan menghambat pengembangan wilayah berkelanjutan dengan strategi “demand side” serta menjadi bagian dari pendorong terjadinya deforestasi, degradasi lahan dan hutan. Orientasi pengembangan wilayah melalui sektor pertambangan dan penggalian merupakan strategi supply side (Gambar 2). Strategi ini jelas-jelas bertolak belakang dengan RPJPD dan RPJMD. Supply side strategy merupakan strategi pengembangan wilayah yang terutama diupayakan melalui investasi modal untuk kegiatan-kegiatan produksi yang berorientasi keluar (Rustiadi et al, 2011). Strategi ini memiliki banyak kekurangan, salah satu diantaranya timbulnya enclave karena keterbatasan kapasitas, baik itu pengetahuan, keahlian dan kompetensi penduduk lokal, sehingga seringkali hanya masyarakat tertentu dengan jumlah terbatas atau pendatang dari luar kawasan saja yang menikmati keuntungan dari strategi ini. Tabel 4 Perkembangan IPM Kalimantan Selatan Menurut Kabupaten/Kota Tahun 2008-2012 Kabupaten/Kota Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin HSS HST HSU Tabalong Tanah Bumbu Balangan Banjarmasin Banjarbaru Kalimantan Selatan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Peringkat IPM 2008 2009 2010 2011 2012 70,40 70,62 71,62 72 72,75 3 70,52 70,86 71,20 71,69 72,43 4 70,16 70,52 70,94 71,35 71,96 5 66,09 66,80 67,54 68,36 68,92 12 69,79 70,14 70,58 71 71,71 6 70,11 70,50 70,83 71,20 71,64 8 70 70,46 70,77 71,19 71,67 7 67,86 68,46 68,89 69,45 69,92 11 68,95 69,45 70 70,45 71,05 10 68,80 69,25 69,74 70,41 71,09 9 65,60 66,06 66,74 67,35 67,71 13 72,85 73,49 73,84 74,24 74,83 2 74,09 74,43 74,74 75,43 76,28 1 68,72 69,30 69,92 70,44 71,08 -
Sumber: BPS Kalsel, 2013
Pentingnya pengembangan wilayah dengan strategi demand side dikarenakan perbandingan ketersediaan dan kebutuhan akan pangan khususnya tanaman bahan makanan rata-rata mengalami surplus. Kondisi tersebut dapat memaksimalkan berjalannya tahapan-tahapan dalam strategi deman side.
6 Tabel 5 Perbandingan Ketersediaan dan Kebutuhan Pangan Nabati di Kalimantan Selatan tahun 2012 Komoditas (Ton) Padi Beras Jagung Kedelai Kacang Tanah Ubi Kayu Ubi Jalar
Tahun 2012 Perimbangan Ketersediaan Kebutuhan 2.056.532 1.290.268 766.264 1.290.268 563.570 726.698 111.478 38.153 73.325 4.041 37.691 -33.650 13.316 5.950 7.366 100.746 26.418 74.328 25.850 8.383 17.467
Keterangan Surplus Surplus Surplus Minus Surplus Surplus Surplus
Sumber: BKP Kalsel, 2012
Besarnya kontribusi sektor pertanian dan rendahnya kontribusi sektor industri pada PDRB, menjadi permasalahan yang harus diatasi. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka pilihan strategi demand side dalam pembangunan daerah Kalimantan Selatan berdasarkan RPJPD dan RPJMD untuk mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan merupakan pilihan yang tepat. Namun demikian, dalam tahapan penelitian penyusunan rencana implementasinya, maka pertanyaan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. 2. 3.
Bagaimana gambaran perkembangan ekonomi wilayah Kawasan Andalan Kandangan? Bagaimana gambaran potensi komoditas pertanian, serta sarana penunjang untuk pengembangan agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan? Bagaimana rumusan strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan berdasarkan komoditas unggulan pertanian? Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan arahan pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan sebagai implementasi Perda No. 17 Tahun 2009 tentang RPJPD Kalimantan Selatan. Adapun tujuan tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi perkembangan ekonomi wilayah di Kawasan Andalan Kandangan. 2. Mengidentifikasi komoditas unggulan Kawasan Andalan Kandangan. 3. Mengidentifikasi sarana penunjang pengembangan agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan. 4. Merumuskan strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri unggulan di Kawasan Andalan Kandangan.
7 Manfaat Penelitian 1.
2.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai: Acuan implementasi Perda No. 17 Tahun 2009 tentang RPJPD Kalimantan Selatan, khususnya kebijakan yang ada di wilayah Kawasan Andalan Kandangan. Acuan Normatif bagi pemerintah daerah di Kawasan Andalan Kandangan dalam menetapkan kebijakan pengembangan wilayah berbasis agroindustri komoditas pertanian unggulan.
Ruang Lingkup Penelitian 1. Kawasan Andalan Kandangan yang dimaksud dalam penelitian ini lebih merujuk pada pengelompokan 6 kabupaten di bagian timur Provinsi Kalimantan Selatan, mulai dari Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Tabalong, dan Balangan. 2. Pendekatan strategi yang dipilih adalah demand side strategy, dengan tujuan akhir memperoleh rumusan operasional implementasi Perda No. 17 Tahun 2009 tentang RPJPD Kalimantan Selatan pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan. 3. Sektor pertanian unggulan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi subsektor tanaman bahan makanan komoditas padi dan palawija.
2 TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pembangunan Ekonomi Pembangunan tidak hanya sekedar masalah memiliki sejumlah besar uang dan semata-mata fenomena ekonomi, akan tetapi lebih mencakup pada aspek yang lebih luas. Berikut beberapa prasyarat pembangunan ekonomi (Jhingan, 2012) : 1. Atas Dasar Kekuatan Sendiri Syarat utama pembangunan ekonomi ialah proses pertumbuhannya harus bertumpu pada kemampuan perekonomian dalam negeri. Hasrat untuk memperbaiki nasib dan prakarsa untuk menciptakan kemajuan material harus muncul dari warga negara itu sendiri. Proses pertumbuhan ekonomi dapat berumur panjang dan bersifat kumulatif, maka tidak boleh tidak kekuatan pembangunan harus berakar pada perekonomian di dalam negeri. 2. Menghilangkan Ketidaksempurnaan Pasar Untuk menghilangkan hal ini, maka lembaga sosial-ekonomi yang ada harus diperbaiki dan diganti dengan yang lebih baik. Penggarapan secara maksimum dan penggunaan secara efisien sumber-sumber yang ada, dengan syarat pokok ialah mengusahakan adanya suatu perubahan radikal “medan produksi”, mendorongnya keluar, dan tidak sekedar mendorong ke suatu “medan produksi” tertentu. Menurut Schultz dalam Jhingan (2012), negara dalam mengalokasikan modal dan usahanya harus melakukan 3 hal, (1) meningkatkan kuantitas barang yang dapat direproduksi; (2) memperbaiki kualitas manusia sebagai agen
8 produksi; dan (3) meningkatkan kadar seni produksinya. Sehingga diperlukanlah perubahan struktural dalam upaya mendorong “medan produksi” ke tempat yang lebih tinggi. 3. Perubahan Struktural Perubahan struktural mengandung arti peralihan dari masyarakat pertanian tradisional menjadi ekonomi industri modern, yang mencakup peralihan lembaga, sikap sosial, dan motivasi yang ada secara radikal. 4. Pembentukan Modal Pembentukan modal merupakan faktor paling penting dan strategis di dalam proses pembangunan ekonomi dan disebut juga sebagai “kunci utama menuju pembangunan ekonomi”. Sekali proses ini berjalan, ia akan senantiasa menggumpal dan menghidupi dirinya sendiri. Proses ini melewati 3 tingkatan yaitu (1) kenaikan volume tabungan nyata yang tergantung pada kemauan dan kemampuan untuk menabung; (2) keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan dan menyalurkan tabungan agar dapat dialihkan menjadi dana yang dapat diinvestasikan; dan (3) penggunaan tabungan untuk tujuan investasi dalam barang-barang modal pada perusahaan. Pembentukan modal juga berarti pembentukan keahlian karena keahlian kerap kali berkembang sebagai akibat pembentukan modal. 5. Kriteria Investasi yang Tepat Menjadi tanggung jawab negara untuk melakukan investasi yang paling menguntungkan masyarakat. Pola optimum investasi sebagian besar tergantung pada iklim investasi yang tersedia di negeri itu dan pada produktivitas marginal sosial dari berbagai jenis investasi. 6. Persyaratan Sosio-Budaya Manakala terdapat hambatan sosial yang menghalangi kemajuan ekonomi, hambatan tersebut harus disingkirkan atau disesuaikan sehingga terciptanya keselarasan dengan pembangunan. Perubahan sosio-budaya harus selektif dan diperkenalkan secara bertahap, dengan metode persuasif dan bukan paksaan. 7. Administrasi Kehadiran administrasi yang kuat, berwibawa, dan tidak korup merupakan sine qua non pembangunan ekonomi. Tanpa pemerintahan yang stabil, perdamaian dan ketentraman, maka kebijaksanaan publik akan selalu berubah-ubah. Rencana pembangunan ekonomi akan mengalami kemunduran dan pembangunan akan berantakan. Pembangunan ekonomi adalah “suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat secara terus-menerus dalam jangka panjang” (Sukirno, 2002). Berdasarkan hal tersebut, maka pada umumnya pembangunan ekonomi memiliki 3 sifat penting, yaitu : (1) suatu proses yang berarti perubahan secara terus-menerus; (2) usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita; dan (3) kenaikan pendapatan perkapita tersebut harus berlangsung dalam jangka panjang. Selain itu, Paradigma baru saat ini meyakini bahwa pembangunan harus diarahkan kepada terjadinya pemerataan (equity), pertumbuhan (efficiency), dan keberlanjutan (sustainability) yang berimbang dalam pembangunan ekonomi (Rustiadi et al, 2011). Oleh karenanya konsep pembangunan dan pertumbuhan ekonomi, dewasa ini berjalan seiring, dimana jika terjadi pembangunan maka pertumbuhan merupakan bagian dari dampak yang terjadi akibat adanya suatu pembangunan.
9 Mengacu pada teori syarat pembangunan ekonomi sebagaimana diungkapkan Jhingan, pilihan pada agroindustri sebagai sektor dalam pembangunan ekonomi dapat dilakukan dengan alasan bahwa komoditas pertanian dapat menjadi kekuatan sendiri dalam pengembangan agroindustri. Pengembangan agroindustri dapat memberikan nilai tambah dan menghilangkan ketidaksempurnaan pasar dengan diversifikasi produk dalam kegiatan agroindustri dimaksud. Hal ini dikuatkan oleh pendapat Rustiadi (2011) bahwa arahan pembangunan harus diarahkan pada terjadinya equity, efficiency, dan sustainability. Pilihan terhadap agroindustri sebagai alternatif pengembangan ekonomi berbasis kawasan dapat memberikan dampak pemerataan, efisiensi dan keberlanjutan dalam setiap sektor perekonomian yang terkait, seperti sektor pertanian, industri dan atau jasa yang pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan bagi kawasan. Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah UU 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah mengisyaratkan pentingnya pendekatan pembangunan berbasis pengembangan wilayah dibanding pendekatan sektoral serta lebih berperannya masyarakat dan pemerintah di daerah dalam pembangunan (Rustiadi et al, 2011). Di era otonomi daerah, hubungan antara pemerintah daerah (kota/kabupaten) dengan pemerintah pusat tidak lagi didominasi kerangka hubungan vertikal yang hirarkis, akan tetapi penyelesaian pembangunan lintas wilayah lebih diserahkan pada mekanisme hubungan horizontal. Salah satu kebijakan yang diambil pemerintah untuk mempersempit ketimpangan regional adalah diterapkannya kebijakan pembangunan daerah melalui konsep kawasan andalan, yang dilakukan berdasarkan potensi yang dimiliki daerah. Kawasan andalan merupakan kawasan yang ditetapkan sebagai penggerak perekonomian wilayah (prime mover), yang memiliki kriteria sebagai kawasan yang cepat tumbuh dibanding lokasi lainnya dalam suatu wilayah, memiliki sektor unggulan dan memiliki keterkaitan ekonomi dengan daerah sekitar (hinterland) (Royat dalam Purnomowati dan Sopanah, 2014). Pertumbuhan kawasan andalan diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan ekonomi daerah sekitar (hinterland), melalui pemberdayaan sektor/subsektor unggulan sebagai penggerak perekonomian daerah dan keterkaitan ekonomi antar daerah. Penekanan pada pertumbuhan ekonomi sebagai arah kebijakan penetapan kawasan andalan adalah mengingat “pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu variabel ekonomi yang merupakan indikator kunci dalam pembangunan” (Kuncoro dalam Purnomowati dan Sopanah, 2014). Pengembangan wilayah merupakan upaya untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, penurunan kesenjangan antara wilayah dan pemeliharaan kelestarian lingkungan hidup di suatu wilayah. Upaya ini diperlukan karena setiap wilayah memiliki kondisi sosial ekonomi, budaya dan keadaan geografis yang berbeda-beda, sehingga pengembangan wilayah bertujuan untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki suatu wilayah. Optimal berarti dapat tercapainya tingkat kemakmuran yang sesuai dan selaras dengan aspek sosial budaya dan lingkungan yang berkelanjutan (Riyadi dan Bratakusumah, 2005). Pengembangan wilayah adalah salah satu upaya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan suatu wilayah
10 tertentu, memperkecil kesenjangan kesejahteraan pertumbuhan, serta ketimpangan antar wilayah. Adapun konsep dari pengembangan wilayah setidaknya didasarkan dari 5 prinsip dasar sebagai berikut : (1) berbasis pada sektor unggulan; (2) dilakukan berdasarkan karakteristik daerah; (3) dilakukan secara komprehensif dan terpadu; (4) mempunyai keterkaitan kuat ke depan dan ke belakang; serta (5) dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan desentralisasi. Proses pengembangan wilayah selalu dihadapkan pada pilihan kebijakan terbaik yang dianggap sebagai suatu bentuk intervensi positif terhadap pembangunan, sehingga diperlukan strategi-strategi yang efektif dan tepat dalam proses perencanaannya. Paradigma baru strategi pengembangan wilayah dapat digolongkan dalam dua kategori, yaitu demand side strategy dan supply side strategy (Rustiadi et al, 2011). Demand Side Strategy Menurut Rustiadi et al (2011) strategi sisi permintaan merupakan suatu strategi pengembangan wilayah yang diupayakan melalui peningkatan barangbarang dan jasa-jasa dari masyarakat setempat melalui kegiatan produksi lokal, yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup penduduk. Di dalam pendekatan ini, tujuan pengembangan wilayah dilakukan dengan berbagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup penduduk di suatu wilayah. Dengan meningkatnya taraf hidup penduduk, diharapkan akan meningkatkan permintaan terhadap barangbarang non-pertanian. Peningkatan permintaan tersebut maka akan meningkatkan perkembangan sektor industri dan jasa-jasa yang akan lebih mendorong perkembangan wilayah tersebut. Berikut adalah stadia atau tahapan pengembangan wilayah melalui demand side strategy (Gambar 3). Supply Side Strategy Pengembangan wilayah dengan strategi sisi penawaran merupakan strategi yang terutama diupayakan melalui investasi modal untuk kegiatan-kegiatan produksi yang berorientasi keluar, dengan tujuan untuk meningkatkan pasokan dari komoditi yang pada umumnya diproses dari sumberdaya alam lokal. Kegiatan produksi terutama ditujukan untuk ekspor yang akhirnya akan meningkatkan pendapatan lokal, yang kemudian akan menarik kegiatan lain untuk datang ke wilayah tersebut. Penambangan, logging merupakan salah satu contoh dari strategi ini yaitu strategi pengembangan eksploitasi sumberdaya (Rustiadi et al, 2011). Penggunaan strategi “supply side” memiliki keunggulan dalam pelaksanaannya, yaitu prosesnya cepat sehingga efek yang ditimbulkan cepat terlihat. Akan tetapi cukup banyak permasalahan ketika menggunakan strategi ini, diantaranya : (1) timbulnya enclave karena keterbatasan kapasitas (pengetahuan, keahlian, dan kompetensi) penduduk lokal, sehingga seringkali hanya masyarakat tertentu dengan jumlah yang terbatas atau pendatang dari luar kawasan saja yang menikmatinya; dan (2) strategi ini sangat peka terhadap perubahan-perubahan ekonomi di luar wilayah (faktor eksternal). Aplikasi teori demand side strategy ketika agroindusri dipilih sebagai basis pengembangan ekonomi di Kawasan Kandangan akan mampu memberikan peningkatan kesejahteraan karena akan banyak menyerap tenaga kerja, bahan baku lokal, dan permodalan/investasi. Penyerapan tenaga kerja pada kegiatan industrialisasi pedesaan yang berbasis pada pertanian akan memberikan dampak
11 terhadap laju urbanisasi yang diduga akan menurun, karena tenaga kerja akan lebih banyak berasal dari lokasi dimana agroindustri tersebut dikembangkan. Kegiatan agroindustri akan membutuhkan suplai bahan baku yang kontinyu dari komoditas unggulan yang mengalami surplus produksi. Kondisi ini akan meningkatkan nilai tambah dari komoditas unggulan tersebut. Aplikasi untuk investasi/modal, ketika agroindustri tersebut berkembang maka membutuhkan dukungan modal dan infrastruktur transaksi keuangan sehingga akan muncul dan tumbuh berkembang industri-industri jasa/perbankan. Tetapi jika supply side strategy diterapkan belum tentu memberikan dampak peningkatan kesejahteraan penduduk karena, supply side strategy berbasis pada eksploitasi sumber daya dalam jumlah besar dan dilakukan oleh tenaga kerja dari luar. Sehingga terjadi kebocoran dan berdampak pada kesejahteraan masyarakat setempat.
Urbanisasi Kota Kecil/ menengah
Stadia Industrialisasi Perdesaan
Stadia Industri Non-Pertanian
Stadia Industri Pertanian
Demand luxurious goods Investasi Pemerintah Fasilitas-fasilitas Urban
Eksport Demand barang sekunder&tersier Pendapatan, Modal Investasi Investasi Pemerintah untuk Prasarana Sistem Industri
Berkembangnya sektor-sektor non-pertanian Diversifikasi usaha
Stadia Marketble Surplus
Mencukupi kebutuhan pokok
Surplus Produksi Demand Barang Sekunder Pendapatan, Modal&Investasi Sektor Nonpertanian
Stadia Subsisten
Stadia Sub-Subsisten
Subsidi Pemerintah untuk Kebutuhan Hidup dan Produksi Investasi Fasilitas/Infrastruktur Dasar dan Pertanian
Gambar 3 Stadia-Stadia Pengembangan Wilayah Melalui Demand Side Strategy Industri Berbasis Pertanian (Agroindustri) Agroindustri adalah kegiatan yang memanfaatkan hasil pertanian sebagai bahan baku, merancang dan menyediakan peralatan serta jasa untuk kegiatan tersebut. Proses yang digunakan mencakup pengubahan pengawetan melalui perlakuan fisik atau kimiawi, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Produk agroindustri ini dapat merupakan produk akhir yang siap dikonsumsi ataupun sebagai produk bahan baku industri lainnya. Dari pandangan para pakar sosial ekonomi, agroindustri atau pengolahan hasil pertanian merupakan bagian dari
12 lima subsistem agribisnis yang disepakati, yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani, pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan (Soekarwati, 2000). Priyarsono (2011) dalam bukunya “Dari Pertanian ke Industri” menyebutkan bahwa agroindustri merupakan leading sector yang dapat diartikan sebagai sektor yang memimpin dalam konsep ekonomi di masa yang akan datang, karena : (1) agroindustri memiliki pangsa yang besar dalam perekonomian secara keseluruhan sehingga kemajuan yang dicapai dapat mempengaruhi perekonomian secara keseluruhan; (2) agroindustri juga memiliki pertumbuhan dan nilai tambah yang relatif tinggi; (3) keterkaitan ke depan dan belakang cukup besar sehingga mampu menarik pertumbuhan sektor lainnya; dan (4) kegiatan sektor agroindustri tidak memiliki unsur-unsur yang dapat menjadi kendala jika telah berkembang. Penerapan strategi industrialisasi berbasis pertanian perlu diarahkan dalam mewujudkan perekonomian nasional yang tangguh. Pengembangan agroindustri sebagai leading sector melalui inovasi teknologi dan peningkatan investasi akan meningkatkan perolehan nilai tambah dan produktivitas pertanian serta meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan. Pengembangan agroindustri akan meningkatkan produktivitas secara ekonomi dan kelembagaan serta menstimulasi produksi pertanian primer sehinggga menghasilkan insentif dari sisi permintaan dan penawaran (Priyarsono, 2011). Bentuk stimulasi produksi pertanian primer adalah; pertama, stimulasi permintaan input (seperti pupuk, bibit unggul dan pestisida) dan barang-barang kapital baru (seperti peralatan irigasi baru dan infrastruktur) serta meningkatkan permintaan tenaga kerja. Investasi di sektor pertanian mampu menciptakan kesempatan kerja di sektor non-pertanian tergantung pada kekuatan keterkaitan ke belakang sektor pertanian dan pembagian suplai antara produksi domestik dan impor. Peningkatan produktivitas meningkatkan kesempatan kerja bagi penggarap lahan, apabila inovasi dalam meningkatkan produktivitas lahan menggunakan metode pertanian yang padat tenaga kerja (Kalecki dan Adelman dalam Priyarsono, 2011). Kedua, apabila trend pengeluaran rata-rata dari rumah tangga pertanian kecil dan menengah lebih besar dari pemilik lahan, maka tambahan pendapatan kelompok rumah tangga tersebut terutama lebih banyak dibelanjakan pada komoditas-komoditas non-pertanian dan jasa. Barang dan jasa ini meliputi tekstil, pangan olahan, jasa perseorangan, pendidikan dan lainnya. Karena strategi ini memberi efek terhadap pertumbuhan dan kesempatan kerja, keterkaitan konsumsi rumah tangga pedesaan merupakan kunci dari sisi permintaan yang mengendalikan industrialisasi di negara-negara sedang berkembang yang pendapatannya rendah (Adelman dan Mellor dalam Priyarsosno, 2011). Ketiga, peningkatan penawaran pertanian memastikan upah nominal tidak meningkat. Hal ini mengindikasikan bahwa perluasan industri domestik tidak menyebabkan terjadinya inflasi (Kelecki dan Medani dalam Priyarsono, 2011). Dengan demikian keuntungan industri terjamin, upah nominal yang rendah memberikan imbas terhadap kesempatan kerja dalam menghasilkan barang-barang nontradable dan jasa yang padat tenaga kerja. Besaran dari efek kesempatan kerja tidak langsung mendorong industri dari sisi penawaran (Priyarsono, 2011). Menurut (Priyarsono, 2011) pengembangan agroindustri tidak hanya bertujuan untuk mengembangkan kegiatan industri tersebut saja, tetapi juga
13 sekaligus mengembangkan kegiatan-kegiatan lain dalam sistem agribisnis secara keseluruhan. Tujuan atau sasaran akhir yang ingin dicapai dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri adalah untuk meningkatkan produktifitas, daya saing produk agroindustri, nilai tambah dan pendapatan masyarakat. Perencanaan Agroindustri di Daerah Menurut Nur (2009) kemampuan pemerintah daerah untuk mengenali potensi wilayahnya sehingga dapat dijual kepada investor atau mitra usaha merupakan strategi penting dalam menjalankan roda pembangunan di daerah, terutama pada daerah-daerah yang masih mengandalkan pertanian sebagai tulang punggung ekonomi. Kemampuan pemerintah tersebut salah satunya adalah kemampuan memberikan informasi potensi wilayah, tidak hanya disajikan dalam bentuk informasi kualitatif biasa, tetapi dengan mempertimbangkan kemampuan atau daya dukung daerahnya. Pemahaman komoditas pertanian untuk industri memerlukan suatu areal dan keterlibatan manusia dan kelembagaan sehingga ruang lingkup pembahasannya dibagi menjadi beberapa bagian. Bagian tersebut adalah pewilayahan komoditas; dukungan infrastruktur; dukungan sumber daya manusia; dukungan pemerintah daerah; lembaga keuangan; pelaksana agroindustri dan jaringan pasar. Bagian pertama, yaitu konsep pewilayahan komoditas untuk menentukan komoditas unggulan sebagai basis pengembangan agroindustri. Kriteria-kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan sektor unggulan atau leading sector (Anwar, 1999), adalah sektor-sektor yang: 1. Memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) dan keterkaitan ke depan (forward linkage) yang relatif tinggi dibandingkan sektor lain. 2. Menghasilkan output bruto yang relatif tinggi sehingga mampu mempertahankan permintaan akhir yang relatif tinggi pula. 3. Mampu mengasilkan penerimaan devisa yang relatif tinggi. 4. Mampu menciptakan lapangan kerja yang relatif tinggi. Menurut Rustiadi et al (2011) untuk menentukan sektor unggulan metode LQ (Location Quotient) dan SSA (Shift Share Analysis), merupakan dua metode yang sering dipakai sebagai indikasi sektor basis yang selanjutnya digunakan sebagai indikasi sektor unggulan. Metode LQ digunakan untuk mengetahui potensi aktivitas ekonomi yang merupakan indikasi sektor basis dan non-basis, yang merupakan perbandingan relatif antara kemampuan sekor yang sama pada wilayah yang lebih luas. LQ juga menunjukkan efisiensi relatif wilayah, serta terfokus pada subtitusi impor yang potensial atau produk dengan potensi ekspansi ekspor. Analisis LQ digunakan untuk melengkapi Shift Share Analysis atau SSA. SSA merupakan analisis yang digunakan untuk melihat potensi pertumbuhan produksi sektoral dari suatu kawasan atau wilayah. SSA berfungsi untuk memahami pergeseran struktur suatu aktivitas atau sektor di suatu lokasi tertentu dibandingkan dengan suatu referensi wilayah yang lebih luas dalam dua titik tahun. Pemahaman struktur aktivitas dari hasil SSA juga menjelaskan kemampuan berkompetisi aktivitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas.
14 Hasil SSA mampu menjelaskan performance suatu aktivitas atau sektor di suatu wilayah dan membandingkannya dengan kinerjanya di dalam wilayah serta memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktivitas di suatu wilayah. Sebab-sebab yang dimaksud dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : (a) sebab yang berasal dari dinamika lokal (sub wilayah), (b) sebab dari dinamika aktivitas/sektor dari total wilayah, dan (c) sebab dari dinamika wilayah secara umum. Secara umum gambaran kinerja seperti yang disebutkan di atas dapat dijelaskan dengan tiga komponen hasil analisis, yaitu : 1. Komponen Laju Pertumbuhan Total (Total Shift), yang menyatakan pertumbuhan total wilayah pada dua titik waktu yang menunjukkan dinamika total wilayah, 2. Komponen Pergerseran Proporsional (Proportional Shift), yang menjelaskan pertumbuhan total aktivitas atau sektor tertentu secara relatif, dibandingkan dengan pertumbuhan secara umum dalam total wilayah yang menunjukkan dinamika sektor atau aktivitas total wilayah, dan 3. Komponen Pergeseran Diferensial (Differential Shift), yang menggambarkan tingkat competitiveness suatu wilayah tertentu dibandingkan dengan pertumbuhan total sektor atau aktivits tertentu dalam wilayah (Miradani, 2010). Kedua, dukungan infrastruktur yaitu pentingnya dukungan prasarana jalan utama dan jalan produksi pertanian, dukungan prasarana sub terminal agribisnis, ketersediaan listrik, air bersih, serta dukungan jaringan telekomunikasi. Ketiga, dukungan sumber daya manusia (SDM) dalam kualitas yang dapat memenuhi kebutuhan sebagai pelaksanaan agroindustri, penduduk berdasarkan usia produktif (usia produktif mendukung agroindustri), tingkat pendidikan, serta dukungan lembaga yang berkaitan dengan pertanian. Keempat, dukungan pemerintah yang dimaksud adalah pentingnya kepastian hukum dari pemerintah daerah terhadap penggunaan kawasan dalam skala waktu yang sesuai dengan perhitungan ekonomi yaitu minimal 25 tahun. Kelima, pentingnya dukungan lembaga keuangan agar penggunaan pinjaman bank tidak hanya terpaku pada jaminan asset perusaahan tapi cukup pada jaminan pemerintah daerah. Keenam, ketersediaan pelaksana agroindustri yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu pelaku yang teriidentifikasi dalam mekanisme kerjasama kemitraan. Pelaku dalam pelaksanaan agroindustri diantaranaya adalah petani, perusahaan daerah atau koperasi primer di tingkat kabupaten dan tingkat provinsi. Bagian terakhir atau ketujuh, dukungan jaringan pasar yang dimaksud yaitu, adanya strategi pemasaran melalui riset pasar, promosi, pengembangan model distribusi, dan pelayanan konsumen. Aplikasi perencanaan agroindustri di daerah berdasarkan ruang lingkup pembahasannya dapat dikelompokkan menjadi empat bagian yaitu; (1) pewilayahan komoditas, (2) dukungan infrastruktur, (3) dukungan SDM, dan (4) dukungan kelembagaan. Penelitian Terdahulu Penelitian pengembangan ekonomi wilayah khususnya Kawasan Andalan Kandangan di Provinsi Kalimantan Selatan belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian ekonomi, melakukan penelitian pada masing-masing kabupaten, tidak satu kesatuan sebagai kawasan andalan. Berikut adalah beberapa penelitian
15 terdahulu, artikel dan jurnal internasional yang memiliki keterkaitan baik itu dari metode analisis yang digunakan, keterkaitan tema pengembangan agroindustri, maupun keterkaitan wilayah yang diteliti: 1. Penelitian oleh Ali wardana dan Yunani pada tahun 2011 yang berjudul “Kajian Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Balangan”. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, menggunakan data sekunder dan primer. Teknis analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif melalui tabulasi silang, rataan data dan perhitungan lainnya melalui skor terbobot tingkat kepentingan setiap sektor ekonomi menurut aspek tujuan dan ranking urutan kepentingan dalam rangka penetapan komoditas unggulan di Kabupaten Balangan. Hasil dari penelitian ini menetapkan komoditas unggulan adalah sub sektor perkebunan, sektor industri, tanaman pangan, sektor agroindustri, sektor jasa, perdagangan & pariwisata. 2. Penelitian oleh M. Rusmin Nuryadin dan Syahrituah Siregar pada tahun 2010 yang berjudul “Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan”. Hasil penelitian menjelaskan bahwa bobot atau prioritas sektor usaha paling unggul berturut-turut menurut sektor perekonomian adalah sektor peternakan dan perikanan. 3. Penelitian oleh Sukma Dini Miradani pada tahun 2010 yang berjudul “Analisis Perencanaan Pembangunan Agroindustri Provinsi Jawa Timur: Pendekatan Sektoral dan Regional”. Analisis yang digunakan yaitu analisis indeks williamson dan indeks theil (melihat ketimpangan antar wilayah), analisis I-O, LQ, dan SSA (menentukan sektor unggulan dan wilayahnya). Hasil dari penelitian ini menunjukkan ketimpangan di Jawa Timur sangat tinggi yaitu sebesar 3,06 pada 2006, dan 3,13 pada tahun 2007. Tiga sektor unggulan yaitu sektor pemotongan hewan, pengolahan dan pengawetan ikan dan biota, dan unggulan yang ketiga adalah beras. Wilayah yang menjadi sentra industri diantaranya, Surabaya, Banyuwangi, Tuban serta Ngawi. 4. Tesis oleh Galuh Syahbana Indraprahasta pada tahun 2009 yang berjudul “Strategi Pengembangan Wilayah Di Era Otonomi Daerah (Studi Kasus : Kabupaten Bandung Barat). Metode yang digunakan yaitu model Input Output (I-O); Location Quotient (LQ); Shift Share Analysis (SSA); indeks Williamson; Principal Component Analysis (PCA); indeks Theil, Focus Group Discussion (FGD); correspondence analysis, dan analisis Strengths Weakness Opportunities and Threats (SWOT). Konsep dasar pengembangan wilayah dalam penelitian ini merupakan keterpaduan dari 3 (tiga) unsur, yaitu; (1) sektor; (2) spasial; dan (3) kelembagaan. 5. Artikel oleh Drs. Burhanuddin, M.Si pada tahun 2007 yang berjudul “Strategi Pengembangan Wilayah Kabupaten Dharmasraya : Identifikasi Potensi wilayah dan Kota Sebagai Pusat Pertumbuhan dan Pusat Pelayanan”. Analisis yang digunakan yaitu analisis LQ dengan data yang digunakan yaitu PDRB dilihat dari kontribusi setiap sektor. Analisis gravitasi dan skalogram dengan menggunakan data jumlah penduduk dan nilai tambah (PDRB) pada masingmasing subwilayah untuk menentukan pusat pertumbuhan ekonomi yang optimal. 6. Tesis oleh Hans Moravia tahun 2008 yang berjudul “Studi Arahan Wilayah Pengembangan Industri Pertanian Sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Kerinci”. Tujuan penelitian ini yaitu memberikan arahan wilayah
16 pengembangan industri pertanian berdasarkan potensi dan karakteristik wilayah untuk mendukung strategi kebijakan pembangunan di Kabupaten Kerinci. Metode analisis yang digunakan diantaranya LQ, metode FAO, serta AHP. 7. Jurnal Internasional oleh L.M. Olayiwola dan O.A. Adeleye pada tahun 2005 yang berjudul “Rural Development and Agro-Industrial Promotion in Nigeria: Concepts, Strategies and Challenges”. Makalah tersebut membahas pentingnya agroindustri terhadap pembangunan pedesaan, membahas fondasi teoritis pembangunan pedesaan serta agroindustri skala kecil, serta mengidentifikasi strategi yang dapat digunakan untuk membangun industri skala kecil di pedesaan. 8. Jurnal Internasional oleh Sofija tahun 2007 yang berjudul “Strategy of Enhancing of Competitiveness of The Agro-Industrial Complex of Vojvodina – Controversies, Limitations, Solutions”. Penelitian ini membahas pengembangan wilayah sosial ekonomi dari produksi pertanian, dan bagaimana mengatasi hambatan internal maupun eksternal, serta pertanian berkelanjutan. 9. Jurnal Internasional oleh Jhon Wilkinson dan Rudi Rocha, yang berjudul “Agro-industry Trends, Patterns and Development Impacts”. Tulisan ini membahas pentingnya meningkatkan potensi agroindustri guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi negera-negara berkembang. 10. Jurnal Internasional oleh Alain De Janvry dengan judul “Annex: Agriculture for Development – Implications for Agro-industries”. Tulisan ini menunjukkan bahwa pertanian tidak hanya dilihat sebagai kegiatan ekonomi, tetapi juga sebagai sarana untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, ketahanan pangan, pengentasan kemiskinan serta pengendalian lingkungan. Kerangka Pemikiran Pendekatan demand side strategy dalam pengembangan wilayah dilakukan dengan berbagai upaya untuk meningkatkan taraf hidup penduduk di suatu wilayah, dengan harapan akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang non pertanian. Peningkatan permintaan akan berdampak pada tumbuhnya sektor industri dan jasa yang mampu mendorong perkembangan wilayah. Pengembangan wilayah dengan demand side strategy merupakan strategi yang sejalan dengan RPJPD (2005-2015) dan RPJMD II (2011-2015) Provinsi Kalimantan Selatan. Perkembangan ekonomi Kawasan Andalan Kandangan di dominasi oleh pertanian, tetapi belum memberikan nilai tambah yang signifikan karena berdasarkan demand side strategy masih tertahan atau stagnan pada stadia surplus produksi. Berdasarkan strategi pengembangan wilyah tersebut maka penting untuk mengetahui struktur ekonomi wilayah serta gambaran pengembangan wilayah Kawasan Andalan Kandangan berdasarkan potensi komoditas sektor pertanian yang dimiliki, agar menghasilkan implementasi yang tepat. Berdasarkan gambaran perkembangan ekonomi wilayah Kawasan Andalan Kandangan, serta saran penunjang pengembangan agroindustri yang dimiliki, maka akan menjadi dasar penentuan strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri. Berikut kerangka pemikiran dan analisis (Gambar 4).
17
Gambar 4 Kerangka Pemikiran dan Analisis
18
3 METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kawasan Andalan Kandangan yang terdiri dari 6 Kabupaten di Provinsi Kalimantan dengan waktu penelitian pada bulan JuniAgustus 2014. Enam Kabupaten tersebut diantaranya adalah : 1. Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), 2. Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), 3. Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), 4. Kabupaten Tapin, 5. Kabupaten Balangan, dan 6. Kabupaten Tabalong. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer bersumber dari kuesioner dengan jumlah narasumber 12 (dua belas) orang yang terdiri dari: 1 (satu) narasumber dari Badan Perencanaan dan Pengembangan Daerah masing-masing kabupaten; 1 (satu) narasumber dari Dinas Pertanian masing-masing kabupaten. Data sekunder bersumber dari: (1) Badan Pusat Statistik Prov. Kalsel; (2) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah; dan (3) Dinas Pertanian. Jenis Data yang digunakan yaitu: (1) data PDRB 6 (enam) kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan; (2) Data PDRB Kalimantan Selatan; (3) data statistik ekonomi, penduduk, infrastruktur dan prasarana wilayah. Tabel 6 Tujuan, Jenis Data dan Sumber Data Tujuan 1.
2
3
3.
Mengidentifikasi Perkembangan ekonomi wilayah di Kawasan Andalan Kandangan Mengidentifkikasi komoditas unggulan Kawasan Andalan Kandangan Mengidentifikasi sarana pendukung untuk pengembangan agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan Merumuskan strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri unggulan di Kawasan Andalan Kandangan
Jenis Data PDRB 9 sektor PDRB sektor pertanian Data Produksi Pertanian Komoditas Padi & Palawija tahun 2013 Data Infrastruktur dan Kelembagaan Data Potensi SDM Data Primer & Sekunder
Sumber Data BPS
BPS
BPS, BKP
Kuesioner Hasil Analisis
19 Metode Analisis Data Analisis Perkembangan Ekonomi Wilayah Menurut Panuju dan Rustiadi (2012) Wilayah dengan jenis aktifitas lebih banyak adalah wilayah yang lebih berkembang, dimana perkembangan suatu wilayah dapat dipahami dari semakin meningkatnya jumlah serta aktifitas komponen sistem serta penyebaran (jangkauan spasial) nya. Perkembangan suatu wilayah dapat ditujukkan dari semakin meningkatnya komponen wilayah, misalnya alternatif sumber pendapatan wilayah dan aktifitas perekonomian di wilayah tersebut, semakin luasnya hubungan yang dapat dijalin antara subwilayah-subwilayah dalam sistem tersebut maupun dengan sistem sekitarnya. Perluasan jumlah komponen aktifitas dapat dianalisis dengan menghitung indeks diversifikasi (keragaman) dengan konsep entropi. Analisis entropi merupakan salah satu konsep analisis yang dapat menghitung tingkat keragaman komponen aktivitas. Konsep ini dapat digunakan untuk: (1) memahami perkembangan suatu wilayah; (2) memahami perkembangan atau kepunahan keanekaragaman hayati; (3) memahami perkembangan aktivitas perusahaan; dan (4) memahami perkembangan aktivitas suatu sistem produksi pertanian, dan lain-lain. Prinsip analisis ini adalah semakin beragam aktifitas atau semakin luas jangkauan spasial, maka semakin tinggi entropi wilayah, artinya wilayah tersebut semakin berkembang. Persamaan umum entropi ini adalah sebagai berikut:
Dimana :
S n ij P
: tingkat perkembangan ekonomi wilayah Kawasan Andalan Kandangan : jumlah jenis kegiatan (9 sektor) : kategori wilayah (6 kabupaten) : peluang atau proposi terjadinya keragaman
Hal yang berlaku umum dalam konsep entropi yaitu: (1) semakin tinggi entropi maka semakin berkembang suatu sistem atau wilayah; (2) nilai entopi selalu lebih besar dari 0; (3) pola hubungan antara peluang komponen dengan nilai entropinya berbentuk kurva kaudratik dengan nilai maksimum 1/n, artinya entropi akan maksimum pada saat peluang di seluruh komponen sama dengan 1/n; dan (4) nilai entropi maksimumnya adalah ln (n). Perkembangan wilayah di Kawasan Andalan Kandangan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis entropi. Analisis ini menggunakan data PDRB 9 sektor dari 6 kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Nilai entropi dianalisis setiap tahun dan setiap unit wilayah kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan.
20 Analisis Komoditas Unggulan Sektor Pertanian dan Wilayah Basis Analisis ini bertujuan untuk mencari komoditas unggulan pada sektor pertanian dan wilayah basis yang diasumsikan potensial dengan memenuhi syaratsyarat, yaitu tergolong komoditas basis, berdaya saing baik, pertumbuhannya cepat, dan merupakan komoditas yang termasuk progresif atau maju. Dalam analisis ini digunakan metode analisa Location Quotient (LQ) dan Shift Share Analysis (SSA). Location Quotient (LQ) merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pemusatan suatu aktivitas di suatu wilayah dalam cakupan wilayah agregat yang lebih luas. Penelitian ini menggunakan pemusatan aktivitas setiap kabupaten dalam cakupan wilayah Kawasan Andalan Kandangan. Persamaan model analisa LQ dapat dinyatakan sebagai berikut :
Dimana : Xij Xi. X.j X..
: adalah nilai aktifitas produksi komoditas padi & palawija ke-j (dalam satuan rupiah) pada wilayah (kabupaten ke-i) : adalah jumlah aktifitas produksi komoditas padi & palawija (dalam satuan rupiah) di wilayah (kabupaten ke-i) : adalah jumlah aktifitas produksi komoditas padi & palawija ke-j (dalam satuan rupiah) di Kawasan Andalan Kandangan, dan : adalah penjumlahan nilai seluruh aktifitas produksi komoditas padi & palawija (dalam satuan rupiah) di Kawasan Andalan Kandangan
Hasil analisis LQ diintepretasikan sebagai berikut: (1) Jika nilai Lqij > 1, maka terdapat indikasi konsentrasi aktifitas ke-j di wilayah ke-i atau terjadi pemusatan aktifitas ke-j di wilayah ke-i. Dapat diterjemahkan bahwa wilayah ke-i berpotensi untuk mengekspor produk aktifitas ke-j ke wilayah lain karena secara relatif produksinya di atas rata-rata produksi di seluruh cakupan wilayah analisis atau kawasan. (2) Jika nilai Lqij = 1, maka wilayah ke-i mempunyai pangsa aktifitas ke-j setara dengan pangsa sektor ke-j di seluruh wilayah/kawasan. Jika diasumsikan sistem perekonomian tertutup, dimana pertukaran produk atau perdagangan hanya terjadi dalam wilayah atau kawasan yang dianalisis dan bisa dicukupi secara internal dalam cakupan kawasan tersebut, maka wilayah i secara relatif mampu memenuhi kebutuhan internalnya, namun tidak memiliki surplus produksi yang potensial bisa ekspor ke wilayah atau kawasan lain. (3) Jika Lqij < 1, maka wilayah ke-i mempunyai pangsa pasar relatif lebih kecil dibandingkan dengan pangsa aktifitas ke-j di seluruh wilayah atau kawasan. Atau dapat dikatakan pangsa relatif aktifitas ke-j di wilayah ke-i lebih rendah rataan aktifitas ke-j di seluruh wilayah atau kawasan.
21 Shift Share Analysis (SSA) merupakan salah satu analisis untuk memahami pergeseran struktur aktifitas dari suatu wilayah dan membandingkan secara relatif dengan suatu referensi (cakupan wilayah lebih luas) dalam dua titik waktu. Struktur aktifitas dari hasil SSA juga dapat menjelaskan kemampuan berkompetisi aktifitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktifitas dalam cakupan wilayah lebih luas. SSA juga mampu memberikan gambaran sebab-sebab terjadinya pertumbuhan suatu aktifitas di suatu wilayah. Persamaan SSA adalah sebagai berikut :
a
b
c
Dimana : a : komponen regional share b : komponen proportional shift c : komponen differential shift, dan X.. : nilai total aktifitas komoditas padi & palawija di wilayah (6 kab) secara agregat (dalam satuan rupiah) X.i : nilai total aktifitas komoditas padi & palawija di unit wilayah (kab ke-i) Xij : nilai di wilayah kab ke-i dan aktifitas ke-j (komoditas padi & palawija) t1 : titik tahun akhir (2013) t0 : titik tahun awal (2010) Analisis Deskriptif Sarana Pendukung Pengembangan Agroindustri Analisis untuk mendukung pengembangan agroindustri menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan beberapa bagian berkaitan dengan pemahaman komoditas pertanian untuk industri di Kawasan Andalan Kandangan. Bagian tersebut adalah : 1. Pewilayahan Komoditas Bagian pewilayahan komoditas berkaitan dengan aspek bahan baku yaitu komoditas unggulan dan wilayah basis serta jumlah produksi dan luas panen. Dukungan ekonomi wilayah berdasarkan pewilayahan komoditas menggunakan hasil dari analisis LQ dan SSA. 2. Dukungan Infrastruktur Bagian ini menggambarkan dukungan infrastruktur dasar meliputi prasarana jalan utama dan jalan produksi pertanian, dukungan sub terminal agribisnis, ketersediaan listrik, air bersih, dukungan sarana telekomunikasi, serta dukungan teknologi yang digambarkan secara deskriptif kuantitatif guna mendukung terlaksanannya kegiatan agroindustri. 3. Dukungan Sumber Daya Manusia (SDM) Dukungan SDM untuk agroindustri dijelaskan melalui gambaran kualitas SDM setiap kabupaten di dalam kawasan. Gambaran Kualitas SDM tersebut dilihat dari Indeks Pembangunan Manusia, potensi SDM pencari kerja berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah penyuluh pertanian serta berapa banyak jumlah lembaga atau sarana pendidikan yang mendukung kegiatan berkaitan dengan pertanian.
22 4. Dukungan Kelembagaan Analisis ini diantaranya berkaitan dengan; (1) Rencana Strategis (Renstra) masing-masing kabupaten di kawasan yang mendukung kegiatan agroindustri; (2) dukungan lembaga keuangan; (3) dukungan jumlah usaha kecil menengah (UKM), atau gabungan kelompok tani/koperasi yang bergerak di bidang agroindustri. Perumusan Strategi Pengembangan Wilayah Perencanaan pembangunan ekonomi dapat disusun dengan memperhatikan kondisi dan potensi sektoral di wilayah tersebut sehingga perencanaan pembangunan yang realisitis dapat dilakukan. Pembangunan ekonomi akan optimal bila didasarkan pada keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif lebih menekankan kepemilikan sumber daya ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan suatu daerah, seperti: kepemilikan sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur dan lain-lain. Sementara keunggulan kompetitif lebih menekankan efisiensi pengelolaan (manajemen, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan) penggunaan sumber-sumber tersebut dalam produksi, konsumsi maupun distribusi (Purnomowati dan Sopanah, 2014). Perumusan strategi pengembangan wilayah berbasis agrondustri dilakukan dengan cara membandingkan gambaran umum wilayah dengan potensi komoditas unggulan/wilayah basis dan hasil analisis entropi Kawasan Andalan Kandangan. Gambaran umum yang dimaksud yaitu potensi sarana pendukung ekonomi wilayah yang dimiliki meliputi dukungan infrastruktur, sumber daya manusia dan dukungan kelembagaan (Nur, 2009). Lebih lanjut Nur (2009) menjabarkan, dukungan infrastruktur meliputi dukungan prasarana jalan utama, ketersediaan listrik, ketersediaan air bersih, dan ketersediaan pelabuhan laut dan udara. Dukungan sumber daya manusia yaitu perkembangan jumlah penduduk, perkembangan tenaga kerja berdasarkan jenis usaha industri dan potensi SDM pencari kerja berdasarkan tingkat pendidikan serta perkembangan indeks pembangunan manusia setiap kabupaten di kawasan. Selanjutnya adalah dukungan kelembagaan yaitu dukungan pemerintah daerah berupa kebijakan perencanaan pembangunan (RPJMD), dukungan lembaga keuangan dengan diberikannya bantuan modal kerja oleh pemerintah dan atau bank, serta peranan koperasi dan penyuluh pertanian. Berdasarkan hasil dari sintesis antara analisis entropi, analisis LQ dan SSA serta gambaran sarana pendukung pengembangan agroindustri tersebut kemudian dianalisis menggunakan analisis Strength Weakness Opportunities Threats (SWOT) dan Analitical Hierarchy Process (AHP). Analisis SWOT dan AHP digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan. Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi faktorfaktor strategis (kekuatan-kelemahan-peluang-ancaman) berdasarkan analisisanalisis yang telah didapatkan sebelumnya. Data yang telah didapatkaan dari analisis sebelumnya kemudian diolah menggunakan alat analisis matriks SWOT untuk mendapatkan rumusan strategi-strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri.
23 Penggunaan matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi berkaitan dengan pengembangan wilayah berbasis agroindustri dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisis SWOT dengan prinsip-prinsip pengembangan wilayah meliputi pengamatan kondisi internal dan eksternal (Tabel 7). Tabel 7 Matriks SWOT
INTERNAL Fakta/faktor dari dalam Kawasan Andalan Kandangan EKSTERNAL Fakta/faktor dari luar Kawasan Andalan Kandangan yang turut berpengaruh
POSTIF/MEMBANTU Untuk mencapai tujuan Strenghts Sesuatu yang baik sekarang, perlu dipelihara, dan memanfaatkannya sebagai keunggulan Opportunities Sesuatu yang baik di masa depan, diprioritaskan, dibangun dan dioptimalkan
NEGATIF/MENGGANGGU Untuk mencapai tujuan Weaknesses Sesuatu yang buruk sekarang, dibuang, dihindari atau dihilangkan
Threats Sesuatu yang buruk di masa depan, dikelola atau dihindari
Sumber: Rangkuti, 2002
Penggunaan matriks SWOT dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi berkaitan dengan pengembangan wilayah berbasis agroindustri dan disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Analisi SWOT digambarkan dalam matriks dengan 4 kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi kelemahan-peluang (W-O strategies), strategi kekuatanancaman (S-T strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies) (Rangkuti, 2002). Fakta atau faktor internal dan eksternal tersebut, selanjutnya diformulasikan menjadi startegi yang tepat melalui matriks SWOT. Matriks SWOT yang dibuat akan menghasilkan 4 (empat) strategi yang terdiri dari : 1. Strategi Strenght-Opportunities atau Strategi S-O Startegi ini berisi hal-hal positif atau hal-hal yang dapat membantu upaya pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan yang perlu dipelihara dan memanfaatkannya sebagai sebuah keunggulan. 2. Strategi Weaknesses-Opportunities atau Strategi W-O Strategi ini berupaya menghilangkan hal-hal yang buruk sekarang untuk dibuang, dihindari atau dihilangkan sehingga tidak menghambat upaya pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan. 3. Strategi Strenght-Threats atau Strategi S-T Strategi ini berupaya melakukan sesuatu yang baik di masa depan secara prioritas dan optimal untuk pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan.
24 4. Strategi Weaknesses-Threats atau Strategi W-O Strategi ini berupaya menghilangkan sesuatu yang buruk di masa yang akan datang untuk dikelola ataupun dihindari agar tidak menghambat upaya pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan. Analitical Hierarchy Process (AHP) AHP atau Analitical Hierarchy Process merupakan model pendukung keputusan dengan cara menguraikan masalah multi faktor atau multi kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki. Hirarki didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki suatu permasalahan yang kompleks dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan sistematis (Syaifullah, 2010). AHP dalam penelitian ini digunakan untuk mendukung penggunaan analisis SWOT sebagai upaya menyusun kebijakan yang tepat berkaitan dengan pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan. Tahapan-tahapan pengambilan keputusan kebijakan dengan menggunakan analisis AHP yaitu sebagai berikut : 1. Tahapan pertama yaitu, menentukan tujuan, kriteria, subkriteria, aktor dan alternatif yang kemudian disusun dalam sebuah hirarki. Tujuan dari penelitian yaitu menentukan strategi pengembangan ekonomi wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan . Kriteria dan subkriteria yang dipilih yaitu berdasarkan kondisi lapangan dan konsep penerapan strategi indistrialisasi pertanian oleh Priyarsono (2011), diantaranya yaitu: (1) memperluas investasi dalam bentuk fisik dan infrastruktur kelembagaan; a) investasi dalam riset dan budaya; b) investasi sosial dan budaya; dan c) investasi pemasaran dan jaringan transportasi. (2) menghilangkan unsur-unsur idustri pertanian dan perdagangan yang menyebabkan kerusakan pertanian (keberlanjutan); d) pembangunan pabrik industri pertanian berbasis input; e) pembangunan infrastruktur berdasarkan komoditas unggulan; dan f) Road Map industri pertanian unggulan. (3) menciptakan perluasan pasar dan perdagangan terbuka. g) pemasaran antar daerah; h) e-marketing, dan i) masterplan Kawasan Andalan Kandangan. Tingkat hirarki berikutnya adalah aktor yang dipilih dalam pengembangan ekonomi wilayah berbasis agrondustri di kawasan agroindustri yaitu, (1) pemerintah, (2) petani/masyarakat, dan (3) swasta/investor. Alternatif strategi yang didapatkan berdasarkan hasil dari analisis SWOT sebelumnya (Gambar 5).
25
Gambar 5 Struktur AHP Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis Agroindustri 2. Tahapan kedua adalah melakukan pembobotan terhadap kriteria dengan perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Tahapan kedua dilakukan untuk setiap tingkatan dalam struktur hirarki, dengan bobot yang digunakan adalah skala yang dibangun oleh Saaty dengan nilai 1 sampai dengan 9. Nilai bobot menggambarkan tingkat kepentingan masing-masing kriteria, yaitu nilai 1 menggambarkan bahwa dua kriteria yang dibandingkan memiliki tingkat kepentingan yang sama, sedangkan nilai 9 memiliki tingkat kepentingan yang mutlak. Tabel 8 Nilai Skala Banding Berpasangan Nilai 1 3 5 7 9 2,4,6,8 1/(2/9)
Keterangan Faktor A sama penting dengan Faktor B Faktor A lebih penting dari Faktor B Faktor A jelas lebih penting dari Faktor B Faktor A sangat jelas lebih penting dari Far Aktor B Faktor A mutlak lebih penting dari Faktor B Apabila ragu-ragu antara dua nilai elemen yang berdekatan Kebalikan dari keterangan nilai 2-9
Sumber: Marimin 2010
26 Berdasarkan tabel tersebut, nilai perbandingan A dengan B adalah 1 (satu) dibagi dengan nilai perbandingan B dengan A. Matriks yang dihasilkan diolah untuk menentukan bobot dari kriteria, yaitu dengan nilai eigen atau eigenvector. Adapun prosedur untuk mendapatkan nilai eigen tersebut yaitu : (1) Kuadratkan matriks tersebut; (2) Hitung jumlah nilai dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi; (3) Hentikan proses tersebut jika perbedaan antara jumlah dari dua perhitungan berturut-turut lebih kecil dari suatu nilai batas tertentu. 3. Tahapan ketiga yaitu menyusun prioritas unsur keputusan dan pengaruh setiap unsur dalam tingkatan hirarki tertentu terhadap tujuan utama. 4. Selanjutnya adalah menguji keabsahan nilai dari matriks berpasangan dengan cara menghitung nilai rasio konsistensi. Pada umumnya nilai yang masih dapat diterima yaiti nilai konsistensi sebesar 10%, meskipun terdapat kasus dengan toleransi lebih dari angka tersebut.
4 GAMBARAN UMUM Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan Kawasan Andalan merupakan bagian dari kawasan budidaya yang dapat berperan mendorong pertumbuhan ekonomi bagi kawasan itu sendiri dan kawasan di sekitarnya serta dapat mewujudkan pemerataan pemanfaatan ruang di wilayah nasional. Kawasan Andalan Kandangan adalah bagian dari Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya Nasional dalam RTRWP Kalimantan Selatan dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata. Kawasan ini terdiri dari 6 kabupaten yang berjejer di bagian timur Provinsi Kalimantan Selatan, mulai dari Kabupaten Tapin, Hulu Sungai Selatan, Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Utara, Balangan dan Tabalong. Berdasarkan wilayah adminstratif jumlah kecamatan di Kawasan Andalan Kandangan sebanyak 64 kecamatan serta 944 desa. Jumlah kecamatan terbesar di Kabupaten Tabalong dan Tapin, masing-masing yaitu 12 kecamatan dengan 133 desa untuk Kabupaten Tapin dan 131 desa untuk Kabupaten Tabalong. Kabupaten dengan jumlah kecamatan paling sedikit yaitu Balangan, dengan 8 kecamatan dan 152 desa. Tabel 9 Jumlah Kecamatan dan Desa/Kelurahan No. Kabupaten 1. Tapin 2. Hulu Sungai Selatan 3. Hulu Sungai Tengah 4. Hulu Sungai Utara 5. Tabalong 6. Balangan Jumlah Sumber: BPS Kalsel, 2014
Jumlah Kecamatan 12 11 11 10 12 8 64
Jumlah Desa/Kelurahan 133 148 161 219 131 152 944
27 Kawasan Andalan Kandangan merupakan salah satu dari tiga kawasan andalan di Provinsi Kalimantan Selatan dengan luas kawasan terbesar kedua setelah Kawasan Andalan Batulicin (Gambar 6).
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Gambar 6 Peta Kawasan Andalan Provinsi Kalimantan Selatan
28 Luas wilayah masing-masing kabupaten dari total luas wilayah Kawasan Andalan Kandangan yaitu: Kabupaten Tapin 20,74%; Hulu Sungai Selatan 14,13%; Hulu Sungai Tengah 11,69%; Hulu Sungai Utara 7,08%; Tabalong 31,29%; dan Balangan 14,85%. Berikut adalah luas wilayah masing-masing kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan serta topografi wilayah: 1. Kabupaten Tapin, luas wilayah 2.615,29 km2 dengan posisi geografis berada pada 20.32’.43” – 30.00’.43” Bujur Timur dan 1140.46’.13” – 1150.30’33” Lintang Selatan. 2. Kabupaten Hulu Sungai Selatan (HSS), luas wilayah 1.804,94 km2 dengan posisi geografis berada pada 114o51’ – 115o36’ Bujur Timur dan -02o29’ – 02o56’ Lintang Selatan. 3. Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), luas wilayah 1.475 km2 dengan posisi georafis berada pada 2o27’ – 2o46 Lintang Selatan dan 115o5 – 115o31’ Bujur Timur. 4. Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU), luas wilayah 892,70 km2 dengan posisi geografis berada pada 2o17 – 2o33 Lintang Selatan dan 114o52 – 115o24 Bujur Timur. 5. Kabupaten Tabalong, luas wilayah 3.946 km2 dengan posisi geografis berada pada 115o9’ – 115o47’ Bujur Timur dan 1o18’ – 2o25’ Lintang Selatan. 6. Kabupaten Balangan, luas wilayah 1.873,3 km2 dengan posisi geografis berada pada 2o01’37” – 2o35’’58” Lintang Selatan serta 114o50’24” – 115o5’24” Bujur Timur. Tabel 10 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan (Ha) Penggunaan Lahan (Ha)
Tapin
HSS
Kabupaten HST HSU
Tabalong
Balangan
4.907 2 24.938 386
3.533 8 7.034 15.259 4.124
4.368 8.395 17.046 465
Kawasan Andalan Kandangan 19.278 42 16.786 168.022 17.653
1.967 5 625 42.100 5.917
2.135 26 427 36.311 6.018
2.368 1 305 32.368 743
5.537
7.499
8.879
1.577
8.624
2.324
34.440
Perkebunan Padang (semak,rumput)
30.896 3.716
10.707 52.230
18.315 17.107
3.536 17.307
104.862 30.342
33.940 26.072
202.256 146.874
Hutan Perairan Darat (danau,rawa & rumput)
109.898 14.553
55.031 3.991
63.939 237
29.618 6.082
181.255 2.863
93.597 530
533.338 28.256
Tanah Terbuka 978 Lain-lain 1.303 Jumlah 217.495 Sumber: BPS Kalsel, 2014
45 5.974 180.394
15 2.923 147.200
35.702 917 124.972
49 2.042 359.995
24.079 968 211.784
60.868 14.127 1.241.940
Kampung Industri Pertambangan Sawah Pertanian Lahan Kering Semusim Kebun Campuran
29 Total luas wilayah yang dimiliki Kawasan Andalan Kandangan yaitu 12.607,23 km2, dengan distribusi penggunaan lahan paling besar yaitu 533.338 hektar sebagai areal hutan, disusul penggunaan lahan sebagai areal perkebunan seluas 202.256 hektar. Penggunaan lahan untuk perkebunan yang terbesar di Kabupaten Tabalong yaitu sebesar 104. 862 hektar, sedangkan Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan kabupaten dengan penggunaan lahan paling kecil untuk perkebunan, yaitu hanya sebesar 3.536 hektar. Penggunaan lahan untuk perkebunan cukup besar dibandingan dengan penggunaan lainnya hal tersebut dilihat dari maraknya aktivitas perkebunan kelapa sawit, sedangkan penggunaan lahan untuk sawah dan pertanian tanah kering masih jauh tertinggal yaitu hanya sebesar 168.022 hektar dan 17.653 hektar. Persentase penggunaan lahan di Kawasan Andalan Kandangan yang paling kecil adalah penggunaan lahan untuk industri yaitu hanya sebesar 0,003%. Kabupaten dengan penggunaan lahan untuk industri terbesar yaitu Kabupaten Hulu Sungai Selatan sebesar 61,90% dari total penggunaan lahan untuk industri di Kawasan Andalan Kandangan sebesar 42 hektar. Penggunaan lahan untuk industri terendah yaitu Kabupaten Balangan.
Perkampungan 1,55 % 4,09 %
1,14 %
Industri 0,003 %
13,52 %
1,35 %
1,42 %
Pertambangan
2.27 %
Sawah 2,77 %
42,94 %
Pertanian Tanah kering Kebun Campuran
16,28 %
Perkebunan Padang Hutan Perairan Darat
11,83 %
Tanah Terbuka Lain-lain
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Gambar 7 Persentase Penggunaan Lahan
30 Infrastruktur dan Sarana Prasarana Infrastruktur dan sarana prasarana di Kawasan Andalan Kandangan meliputi panjang jalan berdasarkan status panjang jalan dan kondisinya, serta sarana prasarana pendukung perekonomian wilayah diantaranya klasifikasi jalan, ketersediaan listrik dan air serta prasarana lainnya (Nur, 2009). Panjang jalan keseluruhan wilayah Kawasan Andalan Kandangan adalah sepanjang 4.411,844 km yang terdiri dari 242,36 km jalan Negara, 305,71 km jalan provinsi, dan 3.863,764 jalan kabupaten. Kondisi jalan 6 kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan keadaanya kurang baik, dari panjang jalan yang ada sekitar 45,48% dalam kondisi baik, 16,24% dalam kondisi sedang, sedangkan kondisi rusak dan rusak berat yaitu 25,32% dan 12,95%. Tabel 11 Kondisi Jalan Berdasarkan Status Panjang Jalan (Km) Kondisi Jalan Negara 217,272 23,388 1,500 0,2 242,36
Baik Sedang Rusak Rusak Berat Total
Status Panjang Jalan Provinsi Kabupaten Kawasan Andalan 107,52 1.681,884 2.006,676 162,19 530,917 716,495 15,3 1.100,346 1.117,146 20,70 550,617 571,517 305,71 3.863,764 4.411,844
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Kondisi jalan sebagai sarana penunjang pengembangan agroindustri menjadi bagian yang penting. Kondisi jalan yang baik akan memperlancar mobilitas pergerakan kegiatan industri, mulai dari hulu hingga kegiatan pemasaran barangbarang hasil agroindustri. Kondisi jalan berkaitan erat dengan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan industri berlangsung serta kualitas barang atau produk hasil agroindustri. Semakin baik kondisi jalan maka biaya akan lebih efisien dan kualitas barang akan lebih baik. Jalan dengan kondisi baik berada di Kabupaten Tabalong, sedangkan jalan dengan kondisi rusak dan rusak berat berada di Kabupaten Balangan dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Tabel 12 Kondisi Jalan Setiap Kabupaten (Km) Kabupaten Tapin HSS HST HSU Tabalong Balangan Jumlah
Baik 349,98 202,810 39,18 116,209 517.631 125.216 643.555,179
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Sedang 66,49 210,435 17,02 28,515 116.677 116.999,46
Kondisi Jalan (Km) Rusak Rusak Berat 63,60 25,00 262,992 164,535 30,23 4,80 37,869 156.403 113.415 336.558 139.726 493.355,691 253.335,335
Jumlah 505,07 840,772 91,23 182,591 904.126 601.500 1.507.245,663
31 Klasifikasi panjang jalan menurut kelas merupakan klasifikasi jalan berdasarkan beban muatan. Penggunaan jalan untuk kebutuhan angkutan dibagi dalam beberapa kelas yang didasarkan pada kebutuhan transportasi, pemilihan moda secara tepat dengan mempertimbangkan keunggulan karakteristik masingmasing moda. Pengelompokan jalan menurut beban muatan atau kelas jalan dapat mengidentifikasi penggunaan jalan, yaitu sebagai berikut : 1. Kelas I, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan lebih besar dari 10 ton. 2. Kelas II, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 10 ton, jalan kelas ini merupakan jalan yang sesuai untuk angkutan peti kemas. 3. Kelas III A, yaitu jalan arteri atau kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 18.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. 4. Kelas III B, yaitu jalan kolektor yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 2.500 milimeter, ukuran panjang tidak melebihi 12.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. 5. Kelas III C, yaitu jalan lokal dan jalan lingkungan yang dapat dilalui kendaraan bermotor termasuk muatan dengan ukuran lebar tidak melebihi 9.000 milimeter, dan muatan sumbu terberat yang diizinkan 8 ton. Jalan kawasan industri berada pada klasifikasi sistem jaringan jalan primer yang memiliki besaran volume lalu lintas hariannya lebih besar dari rata-rata dari fungsi jalan yang lain dan jalan ini dapat dilalui kendaraan angkutan berat dan kendaraan umum bus (Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2004). Tabel 13 Panjang Jalan Menurut Kelas (Km) Kabupaten I Tapin HSS HST HSU Tabalong Balangan
II -
IIIA -
8,04 -
Kelas Jalan IIIB IIIC
IV
2,64 15,74 -
66,49 46,61 -
349,98 556,70 660,75 49,66 511,20 601,50
V 63,60 -
Tak Dirinci 25,00 281,44 19,23 217,62 380,80 -
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Dukungan infrastruktur dalam pengembangan agroindustri selanjutnya adalah ketersediaan listrik dan air. Menurut Nur (2009) ketersediaan sarana jalan, listrik dan air merupakan infrastruktur yang dibutuhkan untuk mengundang para pengusaha ke suatu daerah. Jaringan infrastruktur yang lengkap dan memadai tersebut akan mempermudah proses kegiatan agroindustri.
32 Tabel 14 Ketersediaan Listrik atau Daya yang Terpasang (VA) Kabupaten Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan Kawasan Andalan Kandangan
Daya Terpasang (VA) 13.886.450 34.329.935 46.080.090 43.033.895 40.947.010 17.458.150 195.735.530
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Ketersediaan listrik di Kawasan Andalan Kandangan terbesar berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan daya terpasang 46.080.090 VA atau sebesar 23,5% dari total ketersediaan listrik di kawasan tersebut. Ketersediaan jaringan listrik di Kawasan Andalan Kandangan tidak merata di setiap kabupaten. Ketersediaan listrik yang memadai merupakan syarat yang penting guna mendukung kegiatan proses industri, yaitu diantaranya untuk keperluan pengeoperasian alat-alat produksi. Berdasarkan hal tersebut standar pelayanan listrik untuk kegiatan industri tidak sama dengan kegiatan domestik, yaitu terdapat prasyarat mutlak untuk kestabilan pasokan daya maupun tegangan. Kegiatan industri umumnya membutuhkan energi yang sangat besar, sehingga diperlukan sumber pasokan listrik baik itu bersumber dari pemerintah atau partisipasi sektor swasta. Tabel 15 Ketersediaan Air Bersih atau PDAM Terpasang (M2) Kabupaten Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan Kawasan Andalan Kandangan
Produksi Air (M3) 4.398.030 3.037.337 4.725.659 6.116.110 3.978.950 2.652.767 24.908.853
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Ketersediaan sarana air terbesar berada di Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan produksi air sebesar 6.116.110 m3 atau sebesar 24,5% dari total ketersediaan air. Sama halnya dengan ketersediaan pasokan listrik, sarana air bersih menjadi salah satu komponen penting dalam proses kegiatan industri. Sumber Daya Manusia Menurut Nur (2009) kendala klasik yang dihadapi setiap daerah adalah keterbatasan sumberdaya manusia (SDM) dalam kualitas yang dapat memenuhi kebutuhan sebagai pelaksana agroindustri. Pemenuhan kualitas SDM untuk agroindustri tersebut berkaitan dengan perkembangan penduduk dan perkembangan tenaga kerja dan pendidikan.
33 Perkembangan Penduduk Penduduk di Kawasan Andalan Kandangan mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Pertumbuhan penduduk naik 19,05% dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2013. Tahun 2009 total penduduk di Kawasan Andalan Kandangan berjumlah 1.125.713 jiwa dan meningkat menjadi 1.222.049 jiwa pada tahun 2013. Jumlah penduduk Kawasan Andalan Kandangan merupakan 31,70% dari total jumlah penduduk Kalimantan Selatan yaitu 3.854.485 jiwa. Tabel 16 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Tahun 2013 No
Kabupaten
1. Tapin 2. Hulu Sungai Selatan 3. Hulu Sungai Tengah 4. Hulu Sungai Utara 5. Tabalong 6. Balangan Kawasan Andalan Kandangan Kalimantan Selatan Sumber: BPS Kalsel, 2014
Penduduk (Jiwa) 176.468 221.614 253.868 219.210 231.718 119.171 1.222.049
Laju Pertumbuhan (%) 1,49 1,24 1,26 1,50 1,76 1,78 1,50
3.854.485
1,84
Penyebaran penduduk 6 kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan cukup merata, rata-rata penduduk tahun 2013 berjumlah 203.476 jiwa disetiap kabupaten. Jumlah penduduk terbesar di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu berjumlah 253.868 jiwa dan jumlah penduduk terendah di Kabupaten Tapin dengan jumlah 176.468 jiwa. Berikut adalah jumlah penduduk dan laju pertumbuhan tahun 2013. Tenaga Kerja Besarnya jumlah penduduk angkatan kerja, jumlah penduduk bekerja serta jumlah penduduk pengangguran/mencari kerja setiap kabupaten menjadi tolak ukur lokasi/kabupaten mana di Kawasan Andalan Kandangan yang memiliki sumberdaya manusia yang dapat memenuhi kebutuhan pengembangan agroindustri di kawasan tersebut. Begitu pula halnya dengan jumlah tenaga kerja yang telah bekerja di sektor industri, jumlah tersebut menggambarkan posisi kegiatan agroindustri dalam penggunaan tenaga kerja setiap kabupatennya. Jumlah unit usaha dan tenaga kerja masih didominasi oleh Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan atau IKAHH dibandingakan dengan Industri Logam, Elektronika dan Aneka atau ILME A (Tabel 18). Kabupaten Hulu Sungai Utara merupakan kabupaten yang memiliki unit usaha IHPK paling banyak dibandingkan dengan 5 kabupaten lainnya, yaitu 22.043 unit usaha dan jumlah tenaga kerja 37.830 . Kabupaten dengan jumlah unit usaha IHPK paling kecil yaitu Kabupaten Balangan.
34 Tabel 17 Jumlah Jenis Usaha dan Tenaga Kerja Menurut Jenis Industri Tahun 2013 Jenis Industri
1. Kabupaten Tapin Industri Kimia, Agro & Hasil Hutan (IKAHH) Industri Logam, Elektronika & Aneka (ILME A) 2. Kabupaten Hulu Sungai Selatan Industri Kecil Menengah Pangan Industri Kecil Menengah Sandang Industri Kecil Menengah Kimia & Bahan Bangunan Industri Kecil Menengah Logam & Elektronik Industri Kecil Menengah Kerajinan Umum 3. Kabupaten Hulu Sungai Tengah Industri makanan, minuman & tembakau Industri tekstil, pakaian jadi & kulit Industri kayu, bambu, rotan, rumput & sejenisnya termasuk peralatan rumah tangga Industri kertas & barang dari kertas, percetakan & penerbit Industri kimia & minyak bumi Industri barang dari logam, mesin & peralatan Jasa industri 4. Kabupaten Hulu Sungai Utara Industri Hasil Pertanian & Kehutanan (IHPK) Industri Logam Mesin & Kimia (ILMK) Industri Aneka (IA) 5. Kabupaten Tabalong Industri makanan, minuman & tembakau Industri tekstil, pakaian jadi & kulit Industri kayu & barang dari kayu Industri kertas & barang-barang dari kertas, percetakan & penerbitan Industri kimia & barang dari kimia, batubara, karet & barang dari plastik Industri barang-barang galian bukan logam Industri dasar dari logam Industri barang-barang dari logam, mesin dan perlengkapan Industri lain-lain 6. Kabupaten Balangan Industri Hasil Pertanian & Kehutanan (IHPK) Industri Logam Mesin, Kimia & Aneka (ILMKA) Jumlah Total (Unit Usaha & Tenaga Kerja) Sumber: BPS Kalsel, 2014
Unit Usaha (Unit)
Tenaga Kerja (Jiwa)
5.861 473
11.736 868
4.402 180 627 807 5.401
11.609 303 2.009 2.669 9.178
296 304 424
1.182 1.109 1.152
34
126
477 153 94
667 367 398
22.043 2.275 2.492
37.830 4.765 3.035
1.663 767 232 143
3.558 1.558 1.269 230
499
3.073
1 847
169 1.970
1.696
4.987
215 65 52.471
419 215 106.451
35 Jumlah penduduk angkatan kerja dan penduduk bekerja terbesar berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah yaitu masing 20,61% dan 20,89% dari total jumlah penduduk angkatan kerja dan penduduk di Kawasan Andalan. Sedangkan untuk jumlah penduduk mencari kerja terbesar berada di Kabupaten Tapin yaitu 24,73% dari total penduduk pencari kerja. Tabel 18 Jumlah Penduduk Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, dan Penduduk Pengangguran/Pencari Kerja Setiap Kabupaten Tahun 2013 Kabupaten Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan Kawasan Andalan Kandangan
Angkatan Kerja 88.991 109.727 129.502 113.062 123.044 64.007 628.333
Bekerja 84.326 105.102 127.339 109.991 120.446 62.267 609.471
Pengangguran/ Pencari Kerja 4.665 4.625 2.163 3.071 2.598 1.740 18.862
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Pemenuhan kualitas SDM untuk agroindustri dapat dipenuhi dengan tersedianya potensi pencari kerja berdasarkan tingkat pendidikan. Besarnya jumlah potensi tenaga kerja berdasarkan tingkat pendidikan akan mempermudah pemanfaatan pencari kerja berdasarkan alokasi kebutuhan agroindustri di wilayah tersebut. Potensi tenaga kerja menurut tingkat pendidikan didominasi oleh tingkat pendidikan SMU dan sarjana muda, hal tersebut menunjukkan kualitas SDM pencari kerja di Kawasan Andalan Kandangan cukup baik. Potensi SDM dengan tingkat pendidikan sarjana lengkap atau S1 dan S2 memiliki jumlah pencari kerja terbesar yaitu 11.115 jiwa, dengan jumlah terbesar berada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan jumlah 3.365 jiwa atau sekitar 30,27%. Tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) merupakan jumlah potensi SDM paling kecil, yaitu hanya 295 jiwa. Tabel 19 Potensi SDM Pencari Kerja Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2013 Kabupaten SD Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan Kawasan Andalan Kandangan Sumber: BPS Kalsel, 2014
80 60 31 19 54 51 295
Tingkat Pendidikan SMP SMU Sarjana Muda 220 1.278 437 422 3.412 1.200 96 1.437 371 41 618 377 268 2.410 647 253 1.320 203 1.300 10.475 3.235
Sarjana Lengkap 925 3.365 2.040 1.911 1.998 876 11.115
36 Tenaga Kerja Pertanian Jumlah tenaga kerja sektor pertanian merupakan bagian dari potensi SDM, serta menjadi salah tolak ukur dukungan SDM untuk pengembangan agroindustri. Jumlah tenaga kerja di Kawasan Andalan Kandangan masih didominasi oleh tenaga kerja di luar sektor pertanian. Jumlah tenaga kerja sektor pertanian sebesar 61.553 jiwa, lebih sedikit dibandingkan tenaga kerja di luar sektor pertanian yaitu 68.115 jiwa. Tenaga kerja sektor pertanian terbesar berada di Kabupaten Hulu Sungai Selatan, sebaliknya Kabupaten Hulu Sungai Utara menjadi kabupaten dengan jumlah tenaga kerja pertanian paling sedikit. Tabel 20 Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan di Luar Sektor Pertanian Tahun 2013 Kabupaten
Buruh/Karyawan/Pegawai/Pekerja Bebas di Sektor Pertanian (orang)
Tapin HSS HST HSU Tabalong Balangan Kawasan Andalan
16.325 17.901 15.375 3.328 4.916 3.708 61.553
Buruh/Karyawan/Pegawai/ Pekerja Bebas di Luar Sektor Pertanian (orang) 13.043 12.884 15.580 12.248 8.248 6.112 68.115
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Produktivitas dari petani dapat dilihat dari jumlah petani berdasarkan golongan umur, petani dengan golongan umur 15 sampai dengan 39 tahun merupakan termasuk dalam petani dengan golongan umur produktif. Jumlah petani dengan golongan umur produktif, akan berdampak pula terhadap kualitas kerja pertanian. Jumlah petani dengan golongan umur produktif di Kawasan Andalan Kandangan yaitu 89.343 jiwa sedangkan petani dengan golongan umur 40 sampai dengan lebih dari 60 tahun yaitu 162.116 jiwa. Berdasarkan data tersebut maka jumlah petani di Kawasan Andalan Kandangan masih didominasi oleh tenaga kerja dengan golongan umur kurang produktif. Kabupaten dengan jumlah petani produktif yaitu Kabupaten Balangan sedangkan kabupaten dengan jumlah petani kurang produktif yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Tabel 21 Jumlah Petani dan Golongan Umur Tahun 2013 Kabupaten Tapin HSS HST HSU Tabalong Balangan Kawasan Andalan
15-19 67 946 602 1.227 391 1.180 4.413
20-24 636 1.603 1.661 1.342 1.145 2.942 9.329
Sumber: BPS Kalsel, 2014
25-29 1.766 2.503 3.175 2.499 3.091 4.565 17.599
Golongan Umur (Tahun) 30-34 35-39 40-44 45-49 2.890 4.774 5.584 3.538 3.823 4.669 5.583 4.315 5.310 7.287 7.976 8.467 3.922 4.634 5.389 5.799 4.414 6.618 6.726 5.386 5.198 4.463 4.651 4.822 25.557 32.445 35.909 32.327
50-54 4.116 6.316 8.703 5.491 5.401 3.551 33.578
55-59 2.611 4.143 6.464 3.188 3.447 1.669 21.522
>60 6.058 8.253 9.278 5.772 5.939 3.480 38.780
37 Pendidikan merupakan salah satu bagian dari indikator kualitas SDM. Kualitas SDM petani dapat diukur berdasarkan pendidikan terakhir yang ditempuh. Jumlah petani berdasarkan pendidikan terakhir di Kawasan Andalan Kandangan didominasi oleh petani dengan pendidikan terakhir Sekolah Dasar atau SD dan tidak atau belum tamat SD. Kabupaten Hulu Sungai Tengah merupakan kabupaten dengan jumlah petani berdasarkan pendidikan terakhir belum tamat SD dan telah tamat SD paling besar, sedangkan Kabupaten Balangan menjadi satu-satunya kabupaten yang memiliki petani dengan pendidikan terakhir S2/S3. Tabel 22 Jumlah Petani Berdasarkan Pendidikan Terakhir Tahun 2013 Kabupaten
Tidak/Belum Tamat SD 9.384 12.110 14.314 13.563 6.395 10.419 66.185
Tapin HSS HST HSU Tabalong Balangan Kawasan Andalan Sumber: BPS Kalsel, 2014
Tamat SD 14.606 17.953 25.348 19.417 19.408 14.888 111.620
Tamat SMP 3.835 5.922 9.749 3.606 9.407 5.893 38.412
Tamat SLTA/SMK 3.601 4.660 8.052 2.250 6.438 4.314 29.315
Tamat D1/D2 251 322 475 250 174 271 1.743
Tamat D3 102 147 222 0 194 12 677
Tamat D4/S1 261 1.040 763 177 542 671 3.454
Tamat S2/S3 0 0 0 0 0 53 53
Sama halnya dengan potensi SDM berdasarkan tingkat pendidikan, maka perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) setiap kabupaten di kawasan juga menjadi tolak ukur kualitas SDM yang dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan agroindustri. Tabel 23 Perkembangan IPM Setiap Kabupaten Tahun 2014 (%) Kabupaten
Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan Kalimantan Selatan
Angka Harapan Hidup
Angka Melek Huruf
68,03 64,87 66,43 64,17 63,72 62,50 64,82
96,87 96,83 97,50 96,73 97,82 96,73 97,18
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 72,18 72 72,21 70,58 71,56 68,30 71,74
Rata-rata Lama Sekolah
7,36 7,40 7,61 7,57 8,25 7,05 8,01
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Peran penyuluhan menurut Hubeis dkk (1992) dalam Yumi (2002), yaitu memberi kemampuan masyarakat melihat permasalahan, mendifusikan dan membimbing proses advokasi inovasi, mendampingi proses pemecahan masalah, menjadi mediator antara pembuat kebijakan pembangunan khalayak sasaran. Berdasarkan hal tersebut peran penyuluh sangat penting dalam peningkatan kualitas SDM atau petani. Menurut Nur (2009) petani harus diberdayakan melalui penyuluhan/bimbingan teknis dan pemberian jaminan sosial berupa bantuan dana pendidikan dan kepastian pemasaran dari hasil jerih payah mereka.
38 Tabel 24 Jumlah Penyuluh Pertanian Tahun 2013 Kabupaten Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan Kawasan Andalan Kandangan
Jumlah Penyuluh Pertanian (orang) 115 125 180 132 27 579
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Kebijakan Pembangunan di setiap Kabupaten Kawasan Andalan Kandangan Peran pemerintah daerah dalam bentuk kebijakan perencanaan pembangunan sangat penting untuk memberikan dukungan investasi agroindustri. Konsistensi pemerintah dalam mendukung kebijakan agroindustri tersebut menjadikan pemerintah tidak hanya sebagai fasilitator bagi para investor akan tetapi juga sebagai aktor pembangunan ekonomi masing-maisng daerahnya. Kabupaten Tapin Pemerintah Kabupaten Tapin melaksanakan program-program pembangunan serta menetapkan kegiatan-kegiatan yang mengarah kepada tercapainya tujuan dan sasaran strategis bagaimana tercantum dalam dokumen RPJMD kabupaten Tapin Tahun 2013-2017, sehingga berujung pada perwujudan visi yaitu : “ Terwujudnya Tapin Mandiri dan Sejahtera Yang Agamis”. Tujuantujuan strategis dalam pembangunan Kabupaten Tapin, yaitu: 1. Meningkatkan kehidupan beragama 2. Meningkatkan kehidupan sosial budaya 3. Mewujudkan pelaksanaan reformasi birokrasi 4. Meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat 5. Meningkatkan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan 6. Meningkatkan kualitas pendidikan masyarakat 7. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat 8. Peningkatan pertumbuhan ekonomi, pemerataan pendapatan dan pemberdayaan masyarakat 9. Percepatan penanggulangan kemiskinan dan pelayanan masyarakat miskin 10. Menjaga daya dukung alam dan lingkungan hidup untuk pembangunan daerah 11. Meningkatkan iklim kondusif pembangunan daerah 12. Meningkatkan kualitas infrastruktur untuk perluasan pembangunan daerah 13. Meningkatkan hasil pertanian dalam arti luas Arahan kebijakan pembangunan Kabupaten Tapin berdasarkan visi dan misi dalam RPJMD tahun 2013-2017 menekankan bahwa bahwa kemajuankemajuan yang ingin diraih tidak hanya sekedar kemajuan dibidang fisik dan ekonomi saja, akan tetapi mensinergikan kemajuan-kemajuan pada dimensi mental-spiritual keagamaan, kebudayaan dan non fisik.
39 Kabupaten Hulu Sungai Selatan Kabupaten Hulu Sungai Selatan merupakan daerah berbasis pertanian dengan visi dan misi yaitu “ Terwujudnya Kabupaten Hulu Sungai Selatan yang Agropolitan dan Religius (Pembangunan Pertanian Berbasis Agroindustri dan Keagamaan)”. Tujuan dari RPJMD Kabupaten Hulu Sungai Selatan tahun 20142018: 1. Menjalankan amanat bahwa Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih harus menyusun RPJMD untuk 5 tahun masa bhaktinya sebagai pimpinan daerah yang memuat penjabaran dari visi dan misi saat mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah. 2. Memberikan arah dan pedoman bagi seluruh pemangku kepentingan, baik Pemerintah Daerah, masyarakat dan dunia usaha dalam membangun kesepahaman, kesepakatan dan komitmen guna mewujudkan visi dan misi daerah tahun 2014-2018. 3. Memantapkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik. 4. Meningkatkan Perekonomian Daerah yang Berbasis Pada Pengembangan Agribisnis – Agroindustri. 5. Pemanfaatan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) untuk Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan. Arahan kebijakan pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Selatan sesuai dengan visi dan misi RPJMD tahun 2014-2018 yaitu memberikan ruang yang lebih luas terhadap pengembangan agroindustri. Kebijakan untuk meningkatkan perekonomian daerah diarahkan pada kegiatan agroindustri dengan memanfaatkan sumberdaya alam dengan baik dan berkelanjutan. Kabupaten Hulu Sungai Tengah Pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada RPJMD tahun 20112015 merupakan tahapan kedua dari pelaksanaan RPJP Daerah Kabupaten Hulu Sungai Tengah tahun 2005-2025 dengan visi yaitu : “ Menuju Masyarakat Hulu Sungai Tengah yang semakin Sejahtera, Mandiri, unggul dan Istiqamah”, melalui “ GERBANG ETA” atau Gerakan Pengembangan Pemberdayaan Pertanian dan Ekonomi Kerakyatan. Berdasarkan visi tersebut, maka misi pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah 2011-2015 yaitu: 1. Meningkatkan Kualitas SDM yang berakhlak mulia, kreatif, inovatif, terampil, dan menguasai IPTEK. 2. Menumbuhkan dan mengembangkan ekonomi yang mandiri dan berdaya saing. 3. Pemanfaatan dan distribusi SDA dan menjaga, memelihara dan melestarikan lingkungan. 4. Mengembangkan kehidupan sosial, politik dan budaya bermartabat. 5. Penyelenggaraan otonomi luas dan menerapkan prinsip tata kelola kepemerintahan yang baik. 6. Meningkatkan pelayanan infrastruktur yang merata. Arahan kebijakan pembangunan yaitu berupaya meningkatkan kualitas dari seluruh aspek kehidupan masyarakat, diantaranya adalah peningkatan kualitas SDM dan teknologi. Peningkatan kualitas tersebut melalui gerakan pengembangan pemberdayaan pertanian dan ekonomi kerakyatan, dimana sektor pertanian menjadi sektor utama dalam rencana pembangunan.
40 Kabupaten Hulu Sungai Utara Dokumen RPJMD Kabupaten Hulu Sungai Utara tahun 2013-2017 memuat visi pembangunan berdasarkan kondisi daerah, potensi, peluang dan tantangan yaitu : “Terwujudnya Rawa Makmur Menuju Masyarakat yang Sejahtera dan Mandiri Bernuansa Islami”. Pemahaman dari visi tersebut yakni terciptanya kondisi daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara yang lebih sejahtera ditandai dengan meningkatnya kualitas sumberdaya manusia, meningkatnya tingkat perekonomian dan pendapatan masyarakat, meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam kehidupan sosial sehari-hari, meningkatnya kualitas layanan publik pada sektor pemerintahan, meningkatnya ketersediaan sarana dan prasarana umum serta terselenggaranya suasana religious yang menjadi ciri dan identitas masyarakat. Guna mewujudkan visi dalam RPJMD, maka ditetapkan misi yang merupakan rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan. Adapun misi pembangunan berdasarkan RPJMD tahun 2013-2017 adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan Tata Pemerintahan Yang Baik (Good Governance) 2. Mendorong Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Sesuai Potensi Daerah Khususnya Rawa dan Budaya Lokal 3. Mewujudkan Masyarakat Yang Berdaya Saing di Era Globalisasi dengan Tetap Mempertahankan Nilai-Nilai Religius Islam dan Kultur Budaya Daerah 4. Mewujudkan Pemerataan dan Meningkatkan Pelayanan Kesehatan yang Sesuai dengan Kebutuhan Masyarakat 5. Membangun Infrastruktur Daerah Yang Terintegrasi Dengan Sektor Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi Kerakyatan 6. Melaksanakan Pembangunan Secara Arif Dengan Memperhatikan Kaidah Kelestarian Terhadap Lingkungan dan Sumberdaya Alam. Kebijakan pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Utara sesuai dengan visi dan misi RPJMD tahun 2013-2017 diarahkan pada optimalisasi fungsi pemerintahan dalam upaya melaksanakan fungsi pelayanan, fungsi pembangunan dan fungsi pemberdayaan masyarakat, khususnya yang terkait dengan misi-misi daerah. Berdasarkan struktur perekonomian daerah yang bertumpu pada sektor pertanian yang masih tinggi, maka kebijakan yang dibuat berupaya untuk mendukung perkembangan sektor pertanian. Besarnya potensi pertanian menjadi modal dasar untuk menumbuhkan perkembangan sektor sekunder (industri) dan tersier (jasa). Pemikiran perlunya pengembangan terhadap sektor sekunder dan tersier tersebut dengan harapan dapat memberikan nilai tambah yang lebih besar. Kabupaten Tabalong Pemerintah Kabupaten Tabalong menjalankan pembangunan berdasarkan visi dan misi RPJMD tahun 2009-2014, yaitu dengan visi : “Tabalong Sehat, Cerdas dan Sejahtera Berbasis Agamis”. Visi tersebut mengandung pengertian bahwa masyarakat Tabalong pada tahun 2014 akan mencapai standar kesehatan fisik dan mental yang baik, memiliki kecerdasan yang berkualitas dan berdaya saing sehingga dapat mewujudkan kesejahteraan dengan dilandasi nilai-nilai agama yang luhur.
41 Untuk mewujudkan pencapaian amanah dalam visi tersebut maka Pemerintah Kabupaten Tabalong mengemban misi pembangun 5 tahun sebagai berikut : 1. Mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dilandasi dengan keimanan dan ketakwaan. 2. Mengembangkan agribisnis dan perdagangan. 3. Mewujudkan pemerintahan yang baik. Maksud dari misi kedua yaitu membangun basis perekonomian Tabalong sesuai dengan potensi dasarnya melalui sistem dan usaha agribisnis yang meliputi sub-sistem agribisnis hulu, sub-sistem budi daya, sub-sistem pengolahan, subsistem pemasaran, dan sub-sistem jasa penunjang agribisnis. Pola pengembangan ekonomi ekonomi yang demikian menjadikan ekonomi rakyat sebagai basis. Secara lebih aktual sistem ini diarahkan untuk meningkatkan nilai tambah, meningkatkan pendapatan, mendorong penyerapan tenaga kerja, menjamin pertumbuhan ekonomi, mengentaskan kemiskinan, menjamin pemenuhan kebutuhan dasar, dan menciptakan keunggulan ekonomi. Kabupaten Balangan Visi Kabupaten Balangan yaitu “Melanjutkan Pembangunan Menuju Balangan Yang Mandiri dan sejahtera”, dengan makna dari visi tersebut diantaranya : Mandiri, yaitu Kabupaten Balangan harus mampu mensejajarkan diri dengan daerah lain yang sudah lebih dahulu maju dengan mengandalkan pada kemapuan dan kekuatan sendiri. Sejahtera, yaitu terwujudnya peningkatan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan ekonomi yang berlandaskan pada keunggulan daya saing daerah, kekayaan sumber daya alam dan sumber daya manusia. Berdasarkan visi pembangunan tersebut dan untuk mengarahkan pencapaiannya, selanjutnya dicanangkan misi pembangunan Kabupaten Balangan tahun 2011-2015, yaitu: 1. Mewujudkan perekonomian masyarakat yang lebih maju, mandiri dan dinamis berlandaskan ekonomi kerakyatan dan optimalisasi pemanfaatan sumber daya alam yang didasari prinsip pembangunan yang berkelanjutan serta berwawasan lingkungan. 2. Mewujudkan infrastruktur yang merata dan berkualitas secara bertahap, sistematis dan berkelanjutan untuk mendukung pengembangan wilayah. 3. Mewujudkan masyarakat Balangan yang sehat, cerdas, religius, berakhlak mulia dan berbudaya modern berdasarkan iptek dan imtaq dengan tetap memperhatikan kearifan lokal. 4. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan profesional. Arahan kebijakan pembangunan Kabupaten Balangan sesuai dengan visi dan misi RPJMD tahun 2011-2015 yaitu sebagai kabupaten termuda di Kawasan Andalan Kandangan berupaya untuk melanjutkan pembangunan agar lebih mandiri berdasarakan kemampuan dan sumberdaya yang dimiliki. Pemerintah Kabupaten Balangan secara bertahap berupaya meningkatkan infrastruktur yang merata dan berkualitas.
42 Perekonomian Wilayah Pendapatan Regional Tahun 2013 jumlah total realisasi pendapatan Kawasan Andalan Kandangan 5.616,50 milyar rupiah. Dirincin menurut komponen penerimaan berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), dana perimbangan dan lain-lain. Kabupaten dengan pendapatan tertinggi yaitu Kabupaten Tabalong, dan sebaliknya Kabupaten dengan jumlah pendapatan terendah yaitu Kabupaten Balangan. Tabel 25 Pendapatan Regional Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2013 No
Kabupaten PAD (%)
1. Tapin 2. Hulu Sungai Selatan 3. Hulu Sungai Tengah 4. Hulu Sungai Utara 5. Tabalong 6. Balangan Kawasan Andalan Kandangan
4,49 6,44 5 38,3 2,63 4,25
Pendapatan Regional Dana LainPendapatan Perimbangan lain ( Milyar/Rp) (%) (%) 78,7 16,81 829,46 93,43 0,12 849,73 76 19 739 16,5 45,2 823,45 29,39 67,97 1.656,12 82,73 13,02 721,74 5.616,50
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Pendapatan Perkapita Kawasan Andalan Kandangan memiliki rata-rata PDRB perkapita tahun 2013 sebesar Rp 20,14 juta mendekati PDRB perkapita Kalimantan Selatan sebesar Rp. 21,62 juta. PDRB perkapita terendah yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara sebesar Rp 10,16 juta baik itu terendah di Kawasan Andalan Kandangan dan terendah se Kalimantan Selatan. Berikut tabel persentase pendapatan regional masing-masing kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan, serta tabel PDRB perkapita tahun 2013. Tabel 26 PDRB Perkapita Kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2013 No.
Kabupten
1. Tapin 2. Hulu Sungai Selatan 3. Hulu Sungai Tengah 4. Hulu Sungai Utara 5. Tabalong 6. Balangan Kawasan Andalan Kandangan Kalimantan Selatan Sumber: BPS Kalsel, 2014
PDRB Perkapita (Juta/Rp) 16,30 13,06 11,50 10,16 34.05 35,77 20,14 21,62
43 Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Andalan Kandangan memiliki rata-rata pertumbuhan ekonomi yang baik, bahkan tahun 2012 -2013 diatas pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan. Sumbangan persentase pertumbuhan ekonomi terbesar terdapat pada lapangan usaha sektor jasa-jasa, sedangkan yang terendah dan cenderung menurun setiap tahunnya adalah sektor pertanian. Tabel 27 Rata-Rata Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Andalan Kandangan Tahun 2011-2013 No
Lapangan Usaha
1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri Pengolahan 4. Listrik, Gas dan Air Bersih 5. Bangunan 6. Perdagangan, Restoran dan Hotel 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-Jasa Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Andalan Kandangan Kalimantan Selatan
Persentase (%) 2011 2012 2013 4,70 4,64 2,32 6,79 8,84 5,96 4,70 4,95 4,60 6,15 6,38 3,93 6,22 7,46 7,52 4,80 6,46 6,26 6,60 8,00 7,55 6,06 5,74 8,23 8,10 8,61 8,39 6,01 6,79 6,08 6,12 5,73 5,18
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Dukungan Lembaga Keuangan Lembaga keuangan yaitu perbankan memiliki peranan cukup penting dalam mendukung pengembangan agroindustri dengan memberikan fasilitas pinjaman. Menurut Nur (2009) peranan lembaga keuangan terutama perbankan sangat penting untuk terwujudnya pengembangan agroindustri, dukungan bank dan nonbank untuk mendanai proyek dengan garansi dari pemerintah daerah dan DPRD. Tabel 28 Jumlah Dana yang Dikeluarkan Masyarakat Untuk Modal Kerja, Investasi dan Konsumsi di Bank Tahun 2013 (Juta/Rp) Kabupaten Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan
Modal Kerja 4.006.808 183.534
Investasi 4.243.464 174.078
Konsumsi 4.917.966 174.078
116.164
0
66.683
1.576.484
382.991
2.704.600
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Pelaksanaan kegiatan Dana Penguat Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan atau DPM-LUEP Provinsi Kalimantan Selatan telah dilaksanakan sejak tahun 2003. Perkembangan jumlah LUEP dan jumlah anggaran yang dibiayai melalui APBD Provinsi Kalimantan Selatan ini semakin meningkat setiap tahunnya. DPM-LUEP merupakan dana talangan yang harus dikembalikan pada tahun berjalan yang bertujuan mengendalikan harga gabah di tingkat petani. Tahun 2012
44 hanya terdapat 21 LUEP yang tersebar di 6 kabupaten, 4 kabupaten diantaranya berada di Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya. Tabel 29 Dana Penguat Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) Kabupaten
Kegiatan LUEP Jumlah DPM-LUEP (Rp) 2 275.000.000 1 100.000.000 3 925.000.000 4 691.000.000
Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan Sumber: BKP Kalsel, 2012
Dukungan Koperasi Unit Desa (KUD) dan non KUD dalam upaya mengembangkan kegiatan agroindustri cukup berperan penting dalam aspek kelembagaan. Koperasi dapat berperan serta menjadi pelaku pelaksanaan kegiatan agroindustri (Nur, 2009). Peranan koperasi disini sebagai penyedia bahan baku industri dengan kualitas dan jumlah yang sesuai untuk menjalankan suatu usaha berskala industri. Tabel 30 Jumlah Koperasi Primer dan Non KUD Kabupaten Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan
KUD 27 26 19 15 23 16
Anggota 9.952 7.523 14.163 2.461 2.746 2.858
Non KUD 115 93 109 50 77
Anggota 8.183 11.517 9.397 7.620 5.457
Sumber: BPS Kalsel, 2014
Peranan kelompok petani dan gabungan kelompok petani dalam pengembangan agroindutri sama halnya dengan peranan koperasi, yaitu sebagai pelaksana agroindustri. Para petani yang tergabung dalam kelompok petani diupayakan dapat memenuhi ketersediaan bahan baku untuk industri sesuai dengan kebutuhan yang ditetapkan. Tabel 31 Jumlah Anggota Kelompok Tani Menurut Kabupaten Tahun 2013 Kabupaten Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Balangan Sumber: BPS Kalsel, 2014
Jumlah Anggota Kelompok Tani (orang) 9.585 14.289 22.338 13.431 18.036 8.229
45
5 HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Perekonomian Wilayah Kawasan Andalan Kandangan Perkembangan Perekonomian Wilayah Perkembangan perekonomian wilayah pada tahun 2009 sampai dengan 2013, berdasarkan hasil analisis entropi untuk 9 sektor di 6 wilayah diperoleh bahwa nilai entropi maksimum yaitu 3,98. Nilai Entropi per sektor menunjukan angka yang meningkat dari tahun ke tahun sebesar 0,4%, meskipun nilai rata-rata entropinya belum mencapai nilai maksimum dengan gap sebesar 0,89. Nilai wilayah dengan aktivitas setiap sektor tertinggi adalah sebesar 0,76 dan terendah 0,41 sedangkan nilai sektor dengan aktivitas paling merata di setiap wilayah adalah sebesar 0,81 dan terendah 0,01. Mengacu pada prinsip indeks entropi yaitu semakin beragam aktivitas atau jangkauan spasialnya, maka semakin tinggi nilai entropi wilayah tersebut (Rustiadi, et all, 2012), Kawasan Andalan Kandangan memiliki nilai entropi yang meningkat setiap tahun dan mendekati nilai maksimum, serta memiliki jenis aktivitas ekonomi setiap sektor yang relatif sama dan merata, hal ini berarti bahwa kawasan tersebut memiliki perkonomian yang semakin berkembang. Perkembangan ekonomi di Kawasan Andalan Kandangan yang cenderung meningkat didukung oleh dominannya peran sektoral dari 9 sektor yaitu (1) sektor pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik, gas dan air bersih, (5) bangunan, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) Pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa. Peranan sektor yang dominan hampir di semua 6 kabupaten di kawasan tersebut adalah sektor pertanian dan pertambangan penggalian. Tabel 32 Hasil Analsis Entropi 9 Sektor Uraian Entropi Maksimum Entropi Persektor Nilai Tertinggi Wilayah Nilai Terendah Wilayah Nilai Tertinggi Sektor Nilai Terendah Sektor
2009 3,98 3,08 0,76 0,41 0,83 0,01
Nilai Entropi 2010 2011 2012 3,98 3,98 3,98 3,08 3,08 3,09 0,76 0,76 0,76 0,41 0,41 0,41 0,82 0,81 0,80 0,01 0,01 0,01
2013 3,98 3,10 0,77 0,40 0,79 0,01
Ratarata 3,98 3,09 0,76 0,41 0,81 0,01
Gap 0,89 0,35 0,79
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Kabupaten Tabalong dengan nilai entropi 0,76 merupakan wilayah dengan nilai tertinggi di Kawasan Andalan Kandangan. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Tabalong memiliki sebaran intensitas aktivitas 9 sektor paling merata atau memiliki peluang perkembangan seluruh aktivitas 9 sektor yang relatif sama dibandingkan dengan 5 kabupaten lainnya di Kawasan Andalan Kandangan. Tingginya nilai entropi salah satunya dikarenakan besarnya jumlah pendapatan regional Kabupaten Tabalong yaitu sebesar Rp 1.656,12 milyar, dan merupakan 29,48% dari total pendapatan regional Kawasan Andalan Kandangan sebesar Rp. 5.616,50 milyar (BPS Kalsel, 2014).
46 Wilayah dengan sebaran intensitas paling tidak merata atau memiliki kecenderungan spesifikasi untuk aktivitas tertentu yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan nilai entropi 0,41 yang cenderung menurun dalam 5 tahun. Rendahnya nilai entropi tersebut menggambarkan bahwa dari 9 sektor yang ada, Kabupaten Hulu Sungai Utara memiliki sebaran intensitas paling tidak merata atau memiliki kecenderungan aktivitas tertentu yang spesifik, yaitu spesifik pada aktivitas sektor pertanian. Dibandingkan dengan 5 kabupaten lainnya aktivitas sektor pertanian di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah yang terendah dan bahkan menurun sebesar -5,54 % (BPS Kalsel, 2014). 0,9 0,8
Entropi
0,7 0,6
Tapin
0,5
HSS
0,4
HST
0,3
HSU
0,2
Tabalong
0,1
Balangan
0 2009
2010
2011 Tahun
2012
2013
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Gambar 8 Unit Pengamatan Setiap Wilayah dari Sebaran Intensitas Aktivitas 9 Sektor Hasil analisis sebaran aktivitas sektor pada setiap wilayah, menunjukkan bahwa pertanian merupakan sektor dengan nilai entropi tertinggi sebesar 0,81 pada tahun 2009 sampai 2013 (Gambar 8), yang berarti bahwa sektor pertanian memiliki aktivitas dengan intensitas merata diseluruh wilayah. Sementara sektor yang memiliki aktivitas yang cenderung mengalami pemusatan lokasi dengan nilai 0,01 adalah aktivitas sektor listrik, gas dan air bersih. Sektor pertanian cenderung menurun sebesar 0,04% setiap tahunnya tetapi tidak berpengaruh terhadap posisi sektor pertanian dalam perekonomian Kawasan Andalan Kandangan. Sektor pertanian sangat signifikan unggul dibandingkan dengan 7 sektor lainnya sebagaimana ditunjukkan pada tabel 9, meskipun terjadi disorientasi pengelolaan karena berkembangnya lahan perkebunan sawit dan pertambangan penggalian. Kontribusi PDRB sektor pertanian terhadap total PDRB Kawasan Andalan Kandangan selama 5 tahun rata-rata sebesar 27%, disusul sektor pertambangan dan sektor jasa masing-masing sebesar 22% dan 14% (BPS Kalsel, 2014). Berdasarkan hasil analisa entropi sebagaimana diuraikan di atas, sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam upaya pengembangan kawasan.
47 0,9 Pertanian
Entropi
0,8 0,7
Pertambangan
0,6
Industri
0,5
Listrik & Air Minum
0,4
Bangunan
0,3
Perdagangan
0,2
Pengangkutan
0,1
Keuangan
0 2009
2010
2011 Tahun
2012
2013
Jasa
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Gambar 9 Unit Pengamatan dari Aktivitas 9 Sektor Pada Setiap Wilayah Perkembangan Sektor Pertanian Kawasan Andalan Kandangan Berdasarkan hasil analisis perkembangan perkonomian wilayah, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan besar terhadap perkembangan ekonomi di Kawasan Andalan Kandangan. Perkembangan sektor pertanian melalui analisis entropi tahun 2009 sampai dengan 2013, untuk 3 subsektor yaitu subsektor (1) tanaman bahan makanan, (2) tanaman perkebunan dan (3) peternakan dan hasil lainnya di 6 wilayah diperoleh bahwa nilai entropi maksimum yaitu 2,89. Wilayah dengan aktivitas setiap subsektor tertinggi adalah sebesar 0,47 dan terendah 0,33 sedangkan nilai subsektor dengan aktivitas paling merata di setiap wilayah adalah sebesar 1,45 dan terendah 0,38. Nilai entropi subsektor pertanian pada tahun 2009 sampai dengan 2013 sebesar 2,52 sudah mendekati nilai maksimum yaitu 2,89. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat penyebaran aktivitas setiap subsektor di seluruh wilayah Kawasan Andalan Kandangan relatif merata. Nilai entropi dari 3 subsektor pertanian pada tahun 2009 lebih tinggi yaitu sebesar 2,52 dan menurun pada tahun 2013 menjadi sebesar 2,51. Tabel 33 Hasil Analisis Entropi Subsektor Pertanian Uraian 2009
Entropi Maksimum Entropi Persubsektor Nilai Tertinggi Wilayah Nilai Terendah Wilayah Nilai Tertinggi Subsektor Nilai Terendah Subsektor Sumber: data sekunder diolah, 2014
2,89 2,52 0,47 0,33 1,45 0,39
2010 2,89 2,52 0,47 0,33 1,45 0,39
Nilai Entropi 2011 2012 2,89 2,89 2,52 2,52 0,47 0,46 0,33 0,33 1,46 1,45 0,38 0,38
2013 2,89 2,51 0,47 0,33 1,46 0,38
Ratarata 2,89 2,52 0,47 0,33 1,45 0,38
Gap
0,36 0,13 1,07
48 Kabupaten Hulu Sungai Tengah merupakan wilayah dengan nilai entropi wilayah pada subsektor pertanian tertinggi yaitu 0,47 pada tahun 2009 sampai 2013. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Hulu Sungai Tengah memiliki sebaran intensitas aktivitas subsektor pertanian paling merata atau memiliki peluang perkembangan seluruh aktivitas subsektor relatif sama di Kawasan Andalan Kandangan dibandingkan dengan 5 kabupaten atau wilayah lainnya lainnya. Kondisi ini relevan dengan lapangan pekerjaan masyarakatnya yang hampir 70% berusaha di bidang pertanian, baik itu tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, peternakan dan perikanan (BPS HST, 2014). Selain itu juga, kebijakan pembangunan Kabupaten Hulu Sungai Tengah juga menetapkan sektor pertanian sebagai prioritas pembangunan dengan harapan dapat memacu lebih cepat perbaikan ekonomi masyarakat setempat (Renstrakab HST, 2013). Wilayah dengan nilai entropi subsektor terendah yaitu 0,33 adalah Hulu Sungai Utara yang memiliki sebaran intensitas aktivitas subsektornya paling tidak merata atau kecenderungan aktivitas subsektor yang spesifik. 0,5 0,45 0,4
Entropi
0,35 Tapin
0,3
HSS
0,25
HST
0,2
HSU
0,15
Tabalong
0,1
Balangan
0,05 0 2009
2010
2011 Tahun
2012
2013
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Gambar 10 Unit Pengamtan Setiap Wilayah dari Sebaran Intensitas Aktivitas 3 Subsektor Perkembangan sektor pertanian selama 5 tahun didominasi oleh subsektor tanaman bahan makanan yang nilai entropinya berbeda secara signifikan dibandingkan dengan 2 subsektor lainnya. Nilai entropi setiap subsektor pada tahun 2009 sampai 2013 (Gambar 11) menunjukkan bahwa subsektor pertanian tanaman bahan makanan memiliki nilai entropi tertinggi sebesar 1,45. Hal ini berarti bahwa subsektor pertanian tanaman bahan makanan memiliki aktivitas dengan intensitas merata diseluruh wilayah. Sementara subsektor peternakan dan hasil lainnya memiliki aktivitas yang cenderung terjadi pemusatan lokasi dengan nilai entropi 0,38.
49 1,6 1,4 1,2 Entropi
1
Tanaman Bahan Makanan
0,8 Tanaman Perkebunan 0,6 Peternakan dan Hasil Lainnya
0,4 0,2 0 2009
2010
2011 Tahun
2012
2013
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Gambar 11 Unit Pengamatan dari Aktivitas 3 Subsektor Pada Setiap Wilayah Berdasarkan analisa entropi dengan nilai tertinggi, subsektor tanaman bahan makanan memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan sebagai subsektor unggulan untuk peningkatan ekonomi Kawasan Andalan Kandangan. Subsektor unggulan pada stadia marketable surplus sesuai dengan strategi demand side, subsektor tanaman bahan makanan layak dikembangkan menjadi produk industri. Orientasi pengembangan industri hasil pertanian akan mendorong peningkatan permintaan hasil pertanian, sehingga akan meningkatkan pendapatan wilayah tersebut (Rustiadi et al, 2011). Padi dan palawija merupakan komoditas unggulan subsektor tanaman bahan makanan. Hal ini didasarkan pada sebaran aktivitasnya yang cukup merata disetiap wilayah kabupaten dengan nilai yang sangat signifikan. Selain itu, BKP (2010) juga menetapkan bahwa padi dan palawija merupakan komoditas unggulan pertanian di Kalimantan Selatan khususnya komoditas padi (BKP Kalimantan Selatan, 2010). Gambaran Komoditas Unggulan dan Dukungan Sarana Pengembangan Agroindustri Pewilayahan Komoditas Berdasarkan Subsektor Pertanian Unggulan Tanaman Bahan Makanan Analisis wilayah basis komoditas unggulan pada subsektor pertanian tanaman bahan makanan dilakukan dengan alat analisis LQ dan SSA. Komoditas terpilih yaitu komoditas padi dan palawija, yang didasarkan pada hasil analisa entropi subsektor serta kebijakan BKP Kalimantan Selatan yang menetapkan padi dan palawija sebagai komoditas unggulan. Analisis LQ digunakan untuk mengetahui potensi dari aktivitas produksi tanaman padi dan palawija di 6 wilayah/kabupaten di Kawasan Kandangan yang menjadi indikasi sektor basis dan non-basis. Indikasi tersebut dilihat dari perbandingan relatif antara kemampuan komoditas yang sama pada skala wilayah
50 yang lebih luas yaitu Kawasan Andalan. Hasil dari nilai LQ juga dapat menunjukkan bahwa wilayah tersebut menghasilkan produksi usaha tani yang memungkinkan untuk diekspor ke wilayah lain yang berdampak langsung pada peningkatan pendapatan wilayah tersebut. Tabel 34 Nilai LQ Komoditas Padi dan Palawija Kabupaten/ Komoditi 1. Tapin 2. HSS 3. HST 4. HSU 5. Tabalong 6. Balangan Kawasan
Padi
Jagung
1,10 1,05 1,03 1,05 1,03 1,00 1,04
0,48 0,67 1,27 1,12 1,27 1,83 1,10
Ubi Kayu 0,11 0,57 1,23 0,60 2,64 1,39 1,09
Ubi Jalar 0,10 2,59 0,72 1,90 0,72 0,76 1,13
Kacang Tanah 0,44 0,94 1,43 1,79 0,92 1,33 1,14
Kacang Kedelai 0,00 0,05 1,01 1,25 1,05 4,54 1,31
Kacang Hijau 0,00 0,07 2,41 0,05 2,64 0,66 0,97
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Komoditas padi merupakan komoditas ungggulan di Kabupaten Tapin dengan nilai LQ paling tinggi sebesar 1,10. Kabupaten Balangan merupakan wilayah basis untuk komoditas jagung dengan LQ 1,83 paling tinggi dibandingkan kabupaten lainnya. Wilayah basis komoditas ubi kayu dengan LQ 2,64 di Kabupaten Tabalong. Komoditas ubi jalar menjadi komoditas unggulan kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan nilai LQ 2,59. Kabupaten Hulu Sungai Utara menjadi wilayah basis pada komoditas kacang tanah dengan nilai LQ 1,79. Komoditas kacang kedelai memiliki nilai LQ tertinggi dibandingkan komoditas lain yaitu dengan nilai LQ 4,54 berada di Kabupaten Balangan. Komoditas kacang hijau menjadi komoditas basis di Kabupaten Tabalong. Mengacu pada interpretasi hasil analisis LQ, artinya komoditas-komoditas tersebut di Kawasan Andalan Kandangan potensial untuk diekspor ke wilayah lain (Rustiadi, et al. 2012). Tabel 35 Hasil Analisis LQ Komoditas Padi dan Palawija Komoditi Padi Jagung Ubi Kayu Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau
Nilai LQ 1.04 1.10 1.09 1.13 1.14 1.31 0.97
Keterangan Basis Basis Basis Basis Basis Basis Non-Basis
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Berdasarakan hasil analisis LQ, 5 dari 6 komoditas padi dan palawija merupakan sektor basis di Kawasan Kandangan, hasil dari nilai LQ tersebut jika dikategorikan berdasarkan nilai LQ tertinggi maka kacang kedelai merupakan komoditas unggulan dengan nilai rata-rata kawasan yaitu 1,31. Komoditas kacang kedelai berdasarkan nilai LQ merupakan komoditas unggulan akan tetapi produksi komoditas kacang kedelai masih kurang atau minus untuk tingkat Provinsi Kalimantan Selatan.
51 Tabel 36 Wilayah Basis dan Kategori Unggulan Komoditi Padi dan Palawija Komoditi Padi
Jagung Ubi Kayu Ubi Jalar Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau
Wilayah Basis Tapin (1,10), Hulu Sungai Selatan (1,05), Hulu Sungai Tengah (1,03), Hulu Sungai Utara (1,05), dan Tabalong (1,03)) Hulu Sungai Tengah (1,27), Hulu Sungai Utara (1,12), Tabalong (1,27) dan Balangan (1,83) Hulu Sungai Tengah (1,23), Tabalong (2,64) dan Balangan (1,39) Hulu Sungai Selatan (2,59) dan Hulu Sungai Utara (1,90) Hulu Sungai Tengah (1,43), Hulu Sungai Utara (1,79) dan Balangan (1,33) Hulu Sungai Tengah (1,01), Hulu Sungai Utara (1,25), Tabalong (1,05) dan Balangan (4,54) Hulu Sungai Tengah (2,41) dan Tabalong (2,64)
Kategori Unggulan 5
2 3 7 4 1 6
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Untuk mengetahui daya saing setiap komoditas, pada penelitian ini juga dilakukan analis SSA atau Shift Share Analysis. Hasil SSA menjelaskan kemampuan berkompetisi aktivitas tertentu di suatu wilayah secara dinamis atau perubahan aktivitas dalam cakupan wilayah lebih luas. SSA menggunakan data produksi komoditas padi dan palawija pada tahun 2010 dan tahun 2013. Pemilihan 2 titik tahun tersebut dengan alasan, tahun 2010 menunjukkan tahun sebelum adanya kebijakan RPJMD Kalimantan Selatan, sedangkan tahun 2013 menunjukkan tahun pelaksanaan kebijakan tersebut. Tabel 37 Interpretasi Komponen Propotional Shift Komoditas Padi dan Palawija Komoditas Padi
Propotional Shift 0,14
Jagung
0,13
Ubi Kayu
0,11
Ubi Jalar
-0,07
Kacang Tanah Kacang Kedelai Kacang Hijau
-0,42 1,41 -0,01
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Keterangan Spesialisasi dalam komoditas yang secara regional Kalimantan Selatan tumbuh cepat Spesialisasi dalam komoditas yang secara regional Kalimantan Selatan tumbuh cepat Spesialisasi dalam komoditas yang secara regional Kalimantan Selatan tumbuh cepat Spesialisasi dalam komoditas yang secara regional Kalimantan Selatan tumbuh lambat Spesialisasi dalam komoditas yang secara regional Kalimantan Selatan tumbuh lambat Spesialisasi dalam komoditas yang secara regional Kalimantan Selatan tumbuh cepat Spesialisasi dalam komoditas yang secara regional Kalimantan Selatan tumbuh lambat
52 Hasil analisa SSA untuk perkembangan komoditas padi, jagung dan ubi kayu berdasarkan nilai propotional shift menunjukan angka yang positif. Sedangkan komoditas ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau menunjukan angka yang negatif. Nilai propotional shift atau penyimpangan (deviation) dari regional share dalam pertumbuhan wilayah merupakan nilai yang mencerminkan perkembangan masing-masing komoditas pertanian tanaman padi dan palawija di Kalimantan Selatan. Komoditas padi memiliki keunggulan komparatif dalam hal ketersediaan jumlah produksi sehingga memiliki daya saing. Hal serupa terjadi pada komoditas jagung dan kacang kedelai yaitu menjadi komoditas yang memiliki pertumbuhan cepat dan berdaya saing. Khusus untuk komoditas kedelai sebagai salah satu komoditas unggulan di Kawasan Andalan Kandangan selain dapat dikembangkan menjadi industri, juga untuk kebutuhan pada tingkat lebih luas yang saat ini masih kekurangan. Supply atau ketersediaan hasil produksi kacang kedelai masih minus yaitu -33.650 ton dari ketersedian sebesar 4.041 ton dan kebutuhan sebesar 37.691ton (BKP, 2012). Beradasarkan hal tersebut maka komoditas kacang kedelai tidak direkomendasikan untuk dikembangkan menjadi industri atau kegiatan off farm tapi lebih diupayakan untuk meningkatkan kegiatan on farm agar dapat mencukupi kebutuhan lebih luas yaitu kebutuhan di tingkat regional provinsi Kalimantan Selatan. Tabel 38 Interpretasi Komponen Diffrential Shift Komoditas Padi dan Palawija Komoditas
Differential Shift
Keterangan
Padi
0,05
Mempunyai daya saing
Jagung
0,64
Mempunyai daya saing
Ubi Kayu
-0,26
Tidak mempunyai daya saing
Ubi Jalar
0,19
Mempunyai daya saing
Kacang Tanah
-0,31
Tidak mempunyai daya saing
Kacang Kedelai
1,14
Mempunyai daya saing
Kacang Hijau
0,37
Mempunyai daya saing
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Komoditas ubi kayu merupakan komoditas yang memiliki perkembangan positif, yaitu cenderung berkembang secara cepat pada wilayah yang lebih luas. Meskipun memiliki perkembangan postif, tetapi komoditas ubi kayu cenderung tidak mempunyai daya saing, sehingga tidak dapat dikatakan sebagai komoditas unggulan di Kawasan Andalan Kandangan. Hal serupa terjadi pada komoditas ubi jalar yang memiliki daya saing akan tetapi tidak tumbuh atau berkembang cepat secara regional Kalimantan Selatan. Komoditas kacang tanah merupakan satu-
53 satunya komoditas yang tidak tumbuh secara cepat dan tidak memiliki daya saing untuk dijadikan sebagai komoditas unggulan di Kawasan Andalan Kandangan. Secara keseluruhan hasil analisa SSA menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan nilai regional share sebesar 0,12. Hal ini menunjukkan pengaruh ketersediaan dari komoditas padi dan palawija di Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya terhadap pertumbuhan komoditas produksi padi dan palawija di Provinsi Kalimantan Selatan meskipun nilainya tidak signifikan. Tabel 39 Nilai SSA Komoditas Padi dan Palawija Komoditas
Total (SSA)
Kacang Kedelai
2,64
Jagung
0,89
Kacang Hijau
0,48
Ubi Jalar
0,25
Padi
0,18
Ubi Kayu
-0,02
Kacang Tanah
-0,61
Keterangan Berdaya saing dan potensial dikembangkan on farm dan agroindutri Berdaya saing dan potensial dikembangkan agroindustri Berdaya saing dan potensial dikembangkan agroindustri Berdaya saing dan potensial dikembangkan agroindustri Berdaya saing dan potensial dikembangkan agroindustri Tidak berdaya saing dan potensial dikembangkan on farm Tidak berdaya saing dan potensial dikembangkan on farm
Sumber: data sekunder diolah, 2014
Berdasarkan hasil analisis LQ dan SSA dari tujuh komoditas padi dan palawija, dua dari komoditas tersebut memiliki kriteria sebagai komoditas unggulan kompetitif dan komparatif yang tersebar di seluruh kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan. Komoditas yang menjadi unggulan tersebut yaitu padi dan jagung (Table 40). Tabel 40 Komoditas Unggulan Hasil Analisis LQ dan SSA Komoditas Padi dan Palawija Komoditas
Keterangan
Padi
Berdaya saing dan potensial dikembangkan agroindustri
Jagung
Berdaya saing dan potensial dikembangkan agroindustri
Sumber: data sekunder diolah, 2014
54 Dukungan Sarana Infrastruktur Dukungan prasarana jalan berdasarkan kondisi dan kelas jalan serta dukungan ketersediaan lisrik dan air bersih merupakan bagian dari daya dukung infrastruktur pengembangan agroindustri. Hasil Kajian di lapangan dukungan infrastruktur setiap kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan sebagai berikut: 1. Prasarana jalan yaitu berdasarkan kondisi jalan dan kelas jalan, Kabupaten Tabalong memiliki kualitas jalan yang paling baik dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Panjang jalan dengan kondisi baik di Tabalong yaitu 517.631 km atau 80% dari total jalan dengan kondisi baik di Kawasan Andalan Kandangan. Walaupun menjadi kabupaten dengan kondisi jalan paling baik terpanjang, akan tetapi kelas jalan yang memenuhi syarat sebagai kelas jalan agroindustri tidak tersedia. Kabupaten dengan kelas jalan paling mendekati syarat sebagai jalan agroindustri yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kabupaten Hulu Sungai Utara menjadi satu-satunya kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarnya yang memiliki klasifikasi jalan dengan kelas III A dengan panjang jalan hanya 8,04 Km. Kelas III A merupakan klasifikasi jalan dengan bobot terberat yang diizinkan 8 ton, ukuran lebar muatan 2.500 milimeter dan panjang 18.000 milimeter. Klasifikasi jalan dengan kelas III C terpanjang yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah dengan panjang jalan 660,75 Km. Klasifikasi Kelas III C merupakan klasifikasi jalan dengan bobot terberat yang diizinkan 8 ton, ukuran lebar muatan 2.500 milimeter dan panjang 9.000 milimeter. Jadi, berdasarkan kondisi jalan dan kelas jalan untuk dukungan prasarana jalan dengan kondisi parasarana jalan paling memenuhi syarat di Kawasan Andalan Kandangan yaitu Kabupaten Tabalong dan Hulu Sungai Tengah. 2. Kabupaten dengan ketersediaan listrik paling besar dibandingkan dengan kabupaten lainnya yaitu masing 46.080.090 VA dan 43.033.895 VA adalah Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara. 3. Kabupaten dengan ketersediaan air bersih yang paling besar dibandingkan dengan kabupaten lainnya yaitu masing-masing 6.116.110 M3 dan 4.398.030 M3 adalah Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Hulu Sungai Tengah. Berdasarkan data-data sarana infrastruktur pendukung pengembangan agroindustri tersebut, wilayah atau kabupaten yang paling memenuhi syarat untuk dukungan sarana infrastruktur yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Kegiatan industri pada umumnya sangat membutuhkan sarana pendukung yang paling dasar yaitu jalan, listrik dan air. Kualitas jalan, listrik dan air yang dimiliki oleh kabupaten tersebut lebih baik dibandingkan 5 kabupaten lainnya. Dengan kualitas sarana pendukung tersebut belum tentu dapat memfasilitasi kegiatan industri dengan baik, karena diperlukan kondisi jalan, listrik dan air yang sangat baik dan kapasitas besar untuk kegiatan tersebut. Peran serta pemerintah dalam memperbaiki sarana-prasarana dasar dan memfasilitasi kegiatan agroindustri sangat penting agar investor atau pihak swasta tertarik untuk berinvestasi mengembangkan agroindustri unggulan di Kawasan Kandangan. Dukungan Potensi Sumberdaya Manusia Dukungan Sumberdaya Manusia (SDM) untuk pengembangan agroindustri meliputi (1) jumlah dan laju pertumbuhan penduduk; (2) Indeks Pembangunan Manusia (IPM); (3) jumlah angkatan kerja, penduduk bekerja dan pencari kerja;
55 (4) potensi SDM pencari kerja menurut tingkat pendidikan; (5) jumlah tenaga kerja sektor pertanian; (6) jumlah petani menurut golongan umur; (7) jumlah petani menurut pendidikan terakhir; dan (8) jumlah penyuluh. Kondisi SDM setiap kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan diuraikan sebagai berikut: 1. Potensi SDM berdasarkan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, Kabupaten Hulu Sungai Tengah merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk tertinggi yaitu 253.868 jiwa atau 20,77% dari total jumlah penduduk Kawasan Andalan Kandangan. Sedangkan untuk laju pertumbuhan penduduk, Kabupaten Balangan tertinggi dengan nilai 1,78%. 2. IPM tertinggi meliputi angka harapan hidup sebesar 68,03% berada di Kabupaten Tapin, angka melek huruf sebesar 97,82% berada di Kabupaten Tabalong, IPM sebesar 72,21% berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan rata-rata lama sekolah sebesar 8,25% berada di Kabupaten Tabalong. 3. Angkatan kerja tertinggi sebesar 129.502 jiwa dan daya dukung penduduk bekerja tertnggi sebesar 127.339 jiwa berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Sedangkan daya dukung pencari kerja dengan jumlah tertinggi yaitu sebesar 4.665 jiwa Kabupaten Tapin. 4. SDM pencari kerja berdasarkan tingkat pendidikan dengan jumlah tertinggi yaitu Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kabupaten Hulu Sungai Selatan memiliki rata-rata pendidikan tertinggi mulai dari tingkat SMP sampai dengan sarjana lengkap, yaitu jumlah potensi SDM pencari kerja dengan pendidikan terakhir sarjana lengkap sebesar 3.365 jiwa. 5. Tenaga kerja sektor pertanian jumlahnya masih lebih sedikit dibandingkan dengan tenaga kerja di luar sektor pertanian dengan perbedaan sebesar 6.562 jiwa. Kabupaten dengan jumlah tenaga kerja sektor pertanian terbesar yaitu sebesar 17.901 jiwa adalah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. 6. Petani berdasarkan golongan umur yaitu kabupaten dengan rata-rata umur petani 15 sampai dengan 34 tahun atau rata-rata umur produktif tertinggi adalah Kabupaten Balangan. Sebaliknya kabupaten dengan rata-rata umur petani 30 sampai dengan lebih dari 60 tahun tertinggi berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah. 7. Petani menurut pendidikan terakhir yaitu kabupaten dengan rata-rata pendidikan tertinggi dari mulai tidak atau belum tamat SD hingga pendidikan terakhir D4/S1 berada di Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sedangkan untuk potensi petani dengan pendidikan terakhir S2/S3 hanya berada di Kabupaten Balangan. Berdasarkan uraian dan kondisi potensi SDM untuk pengembangan agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan yang paling memenuhi syarat yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah dan Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Potensi SDM untuk kegiatan agroindustri dengan kualifikasi tingkat pendidikan SLTP keatas serta jumlah pencari kerja yang cukup memadai di Kawasan Kandangan. Dukungan Sarana Kelembagaan Dukungan kelembagaan untuk pengembangan agroindustri meliputi (1) komitmen pemerintah daerah kabupaten untuk mendukung pengembangan pertanian dan agroindustri dalam RPJMD; (2) peran serta lembaga keuangan baik itu pemerintah daerah maupun perbankan dalam memberikan modal terhadap masyarakat; (3) dukungan Koperasi Unit Desa (KUD) dan non KUD; (4)
56 dukungan kelompok tani; dan (5) dukungan sarana teknologi. Gambaran daya dukung kelembagaan setiap kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan berdasarkan analisis deskriptif yaitu: 1. Kebijakan pemerintah masing-masing kabupaten berdasarkan visi dan misi dari RPJMD, maka kabupaten dengan komitmen paling besar terhadap pengembangan agroindustri adalah Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Komitmen Pemerintah Kabupaten Hulu Sungai Selatan sangat jelas dalam rencana strategis untuk pembangunan tahun 2014-2018 dengan visi pembangunan pertanian berbasis agroindustri dan keagamaan. 2. Dukungan kelembagaan keuangan yaitu perbankan terhadap pemberian modal kepada masyarakat dengan nominal terbesar yaitu berada di Kabupaten Tapin, sedangkan dukungan pemerintah daerah memberikan Dana Penguat Modal Lembaga Usaha Ekonomi Pedesaan (DPM-LUEP) dengan nominal pinjaman terbesar yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara. Kabupaten Hulu Sungai Utara mendapatak DPM-LUEP sebesar Rp. 925.000.000,- untuk 3 kegiatan usaha ekonomi. 3. Dukungan KUD dan non KUD terbesar yaitu Kabupaten Tapin. Kabupaten Tapin memiliki jumlah KUD terbesar yaitu 27 KUD dengan jumlah anggota 9.952 orang serta 115 non KUD dengan anggota berjumlah 8.183 orang. Jumlah KUD terbesar kedua yaitu Kabupaten Hulu Sungai Selatan dengan jumlah KUD 26 dan anggota 7.523 orang. 4. Dukungan jumlah anggota kelompok tani terbanyak yaitu Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Jumlah kelompok tani di Kabupaten Hulu Sungai Tengah sebesar 22.338 orang petani, disusul Kabupaten Tabalong sebesar 18.229 orang petani. Berdasarkan uraian tersebut di atas, sarana kelembagaan untuk pengembangan agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan, maka Kabupaten dengan kriteria paling baik yaitu Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Dukungan pemerintah khususnya dalam era otonomi daerah ini sangat penting dalam rangaka pengambilan inisiatif membentuk kelembagaan yang memungkinkan dapat menghasilkan profit bagi kawasan. Kelembagaan dalam bentuk badan usaha profit yang dikelola oleh pemerintah dan masyarakat dapat berbentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau koperasi. Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri Pengembangan suatu wilayah harus berdasarkan pengamatan terhadap kondisi internal, sekaligus mengantisipasi perkembangan eksternal. Faktor-faktor internal mencakup pola-pola pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), informasi pasar sumber daya modal dan investasi, kebijakan dalam investasi, pengembangan infrastruktur, pengembangan kemampuan kelembagaan lokal dn kepemerintahan, serta berbagai kerjasama dan kemitraan. Sedangkan faktor eksternal meliputi kesenjangan wilayah dan pengembangan kapasitas otonomi daerah, perdagangan bebas dan otonomi daerah itu sendiri. Sehingga konsep pengembangan wilayah paling tidak didasarkan pada prinsip-prinsip antara lain : (1) berbasis sektor unggulan; (2) dilakukan atas dasar karakteristik daerah; (3) dilakukan secara komprehensif dan terpadu; (4) mempunyai keterkaitan kuat ke
57 depan dan ke belakang; serta (5) dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip otonomi dan desentralisasi (Bappenas dalam Wibowo, 2008). Berdsarkan prinsip-prinsip dalam konsep pengembangan wilayah tersebut maka penentuan sektor unggulan menjadi hal yang sangat penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah, hal tersebut dikarenakan daerah memiliki kesempatan dan wewenang untuk membuat strategi kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah agar dapat mempercepat pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Rachbini dalam Ebtian (2011) data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah. Dengan bantuan data PDRB, maka akan dapat ditentukan perkembangan perekonomian suatu wilayah serta sektor unggulan dari wilayah tersebut. Perencanaan pembangunan ekonomi dapat disusun dengan memperhatikan kondisi dan potensi sektoral di wilayah tersebut sehingga perencanaan pembangunan yang realisitis dapat dilakukan. Pembangunan ekonomi akan optimal bila didasarkan pada keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif. Keunggulan komparatif lebih menekankan kepemilikan sumber daya ekonomi, sosial, politik dan kelembagaan suatu daerah, seperti; kepemilikan sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur dan lain-lain. Sementara keunggulan kompetitif lebih menekankan efisiensi pengelolaan (manajemen, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan) penggunaan sumber-sumber tersebut dalam produksi, konsumsi maupun distribusi (Purnomowati dan Sopanah, 2014). Sama halnya dengan upaya pengembangan wilayah di Kawasan Andalan Kandangan dapat pula dilihat berdasarkan kontribusi sektoral terhadap PDRB kawasan tersebut. Kontribusi sektoral dapat menggambarkan perkembangan perekonomian yang dapat dijadikan landasan strategi pengembangan wilayah. Berdasarakan hasil analisis entropi pada analisis sebelumnya, menunjukkan perkembangan perekonomian Kawasan Andalan Kandangan semakin berkembang dengan dominasi peranan sektor pertanian dan subsektor tanaman bahan makanan serta komoditas padi dan palawija sebagai komoditas unggulan. Selain berdasarkan hasi analisis entropi, LQ dan SSA, analisis deskriptif untuk merumuskan strategi juga didukung oleh sumber-sumber atau informasi berkaitan dengan dukungan sarana pengembangan ekonomi wilayah diantaranya, dukungan sarana infrastruktur, potensi sumber daya manusia dan dukungan sarana kelembagaan serta keterkaitan antar wilayah di kawasan tersebut. Identifikasi atau gambaran perkembangan perekonomian berdasarkan hasil analisis entropi, LQ, SSA dan informasi berkaitan dengan sarana pendukung agroindustri akan menjadi dasar penentuan strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan dengan menggunakan analisis SWOT dan AHP. Strategi Berdasarkan Analisis SWOT Metode dengan Analisis SWOT dimulai dengan mendefinisikan tujuan dari penelitian yaitu menyusun strategi penegmbangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan. Berdasarkan tujuan dilakukan analisis SWOT tersebut maka kemudian menyusun matriks SWOT sesuai dengan prinsip-prinsip pengembangan wilayah meliputi pengamatan kondisi internal dan eksternal.
58 Berdasarkan hasil dari matriks SWOT tersebut, maka metode AHP digunakan untuk menentukan pemilihan strategi kebijakan yang tepat dengan menguraikan masalah multi faktor menjadi suatu hirarki. Hirarki tersebut meliputi multi level yaitu level pertama adalah tujuan, kedua adalah level faktor, ketiga adalah kriteria, keempat sub kriteria yaitu aktor dan terakhir adalah alternatif yaitu pemilihan strategi kebijakan berdasarkan hasil dari tabel SWOT. Berikut adalah faktor internal dan eksternal yang turut berpengaruh dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan: 1. Faktor Internal: a. Kekuatan/Strengths (S) 1) Kebijakan RPJPD 2005-2025 mengarah pada Pengembangan Agroindustri. 2) Kontribusi sektor pertanian (subsektor tanaman bahan pangan) terhadap ekonomi wilayah cukup tinggi dan merata di setiap wilayah. 3) Padi dan jagung merupakan komoditas unggulan yang merata di setiap wilayah. 4) Potensi SDM dan kelembagaan mendukung pengembangan agroindustri. b. Kelemahan/Weakness (W) 1) Tanaman bahan pangan belum menjadi prioritas pengembangan agroindustri pada RPJPD. 2) Kegiatan produksi sektor pertanian masih terpusat pada kegiatan on farm. 3) Produk yang dihasilkan dari padi dan jagung masih berupa produk primer. 4) Infrastruktur dasar (jalan, air bersih, listrik) yang mendukung agroindustri masih kurang. 2. Faktor Eksternal: a. Peluang/Opportunities (O) 1) Investasi di sektor pertanian akan semakin berkembang. 2) Pasar produk agroindustri terbuka 3) Permintaan produk turunan padi dan jagung cukup tinggi. 4) Proyek-proyek pembangunan infrastruktur semakin berkembang. b. Ancaman/Threats (T) 1) Masih berkembangnya sektor pertambangan dan perkebunan. 2) Terjadi degradasi lahan pertanian akibat pertambangan dan perkebunan. 3) Masuknya produk-produk agroindustri tanaman bahan pangan dari luar kawasan. 4) Daya tarik sektor non pertanian (pertambangan dan perkebunan sawit) dapat menarik potensi SDM dan dukungan kelembagaan. Faktor internal dan eksternal tersebut, selanjutnya diformulasikan menjadi strategi yang tepat melalui matriks SWOT (Tabel 42). Formulasi tersebut berupa 16 strategi yang masing-masing terdiri dari 4 strategi S-O, W-O, S-T dan strategi W-T. Melalui matriks SWOT akan mempermudah serta memperjelas urutan strategi yang dibutuhkan guna mendukung pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan berdasarkan faktor internal dan eksternal yang diuraikan sebelumnya.
59 Tabel 41 Formulasi Strategi Berdasarkan Analisis SWOT Faktor Internal
Kekuatan/Strenght (S) 1. Kebijakan RPJPD 20052025 mengarah pada Pengembangan Agroindustri. 2. Kontribusi sektor pertanian (subsektor tanaman bahan pangan) terhadap ekonomi wilayah cukup tinggi dan merata di setiap wilayah. 3. Padi dan jagung merupakan komoditas unggulan yang merata di setiap wilayah. 4. Potensi SDM dan kelembagaan mendukung pengembangan agroindustri.
Kelemahan/Weakness (W) 1. Tanaman bahan pangan belum menjadi prioritas pengembangan agroindustri pada RPJPD. 2. Kegiatan produksi sektor pertanian masih terpusat pada kegiatan on farm. 3. Produk yang dihasilkan dari padi dan jagung masih berupa produk primer. 4. Infrastruktur dasar (jalan, air bersih, listrik) yang mendukung agroindustri masih kurang.
Strategi S-O 1. Mengarahkan investasi pada agroindustri sebagai core pembangunan wilayah Kawasan Andalan Kandangan 2. Mendorong sektor pertanian untuk berorientasi pada kegiatan agroindustri. 3. Mendorong kegiatan agroindustri pada komoditas padi dan jagung. 4. Mendorong SDM dan kelembagaan untuk mendukung proyek-proyek infrastruktur agroindustri. Strategi S-T 1. Menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas dalam kebijakan pembangunan. 2. Mengarahkan investasi untuk perluasan lahanlahan pertanian. 3. Mengolah surplus padi dan jagung menjadi produk agroindustri. 4. Mengarahkan potensi SDM dan kelembagaan pada kegiatan pengembangan agroindustri.
Strategi W-O 1. Menjadikan tanaman bahan pangan sebagai prioritas pengembangan investasi di sektor pertanian. 2. Mendorong kegiatan on farm menjadi kegiatan agroindustri. 3. Mengarahkan kegiatan agroindustri untuk menghasilkan produk turunan padi dan jagung. 4. Menjadikan Infrastruktur dasar sebagai prioritas pada proyek-proyek pembangunan infrastruktur
Faktor Eksternal Peluang/Opportunities (O) 1. Investasi di sektor pertanian akan semakin berkembang. 2. Pasar produk agroindustri terbuka. 3. Permintaan produk turunan padi dan jagung cukup tinggi. 4. Proyek-proyek pembangunan infrastruktur semakin berkembang.
Ancaman/Threats (T) 1. Masih berkembangnya sektor pertambangan dan perkebunan. 2. Terjadi degradasi lahan pertanian akibat pertambangan dan perkebunan. 3. Masuknya produkproduk agroindustri tanaman bahan pangan dari luar kawasan. 4. Daya tarik sektor non pertanian (pertambangan dan perkebunan sawit) dapat menarik potensi SDM dan dukungan kelembagaan.
Sumber: data primer diolah, 2014
Strategi W-T 1. Menjadikan tanaman bahan pangan sebagai prioritas pembangunan. 2. Mendorong agroindustri untuk memberikan nilai tambah terhadap kegiatan on farm. 3. Mengolah produk primer menjadi produk turunan untuk memenuhi kebutuhan dalam kawasan. 4. Mengarahkan potensi SDM dan kelembagaan pada pengembangan infrastrktur dasar agroindustri.
60 Formulasi strategi berdasarkan matriks SWOT pada tabel 41 maka akan mempermudah dihasilkannya rumusan strategi dengan mempertimbangkan atau menggabungkan dari strategi-strategi yang telah dibuat yaitu strategi S-O, W-O, S-T dan strategi W-T. Tabel 42 Rumusan Strategi Berdasarkan Matrik SWOT No.
S-O
W-O
S-T
W-T
1.
Mengarahkan investasi pada agroindustri sebagai core pembangunan wilayah Kawasan Andalan Kandangan
Menjadikan tanaman bahan pangan sebagai prioritas pengembangan investasi di sektor pertanian
Menjadikan sektor pertanian sebagai prioritas dalam kebijakan pembangunan
Menjadikan tanaman bahan pangan sebagai prioritas pembangunan.
2.
Mendorong sektor pertanian untuk berorientasi pada kegiatan agroindustri
Mendorong kegiatan on farm menjadi kegiatan agroindustri.
Mengarahkan investasi untuk perluasan lahan-lahan pertanian.
Mendorong agroindustri untuk memberikan nilai tambah terhadap kegiatan on farm
3.
Mendorong kegiatan agroindustri pada komoditas padi dan jagung.
Mengarahkan kegiatan agroindustri untuk menghasilkan produk turunan padi dan jagung.
Mengolah surplus padi dan jagung menjadi produk agroindustri.
Mengolah produk primer menjadi produk turunan untuk memenuhi kebutuhan dalam kawasan.
4.
Mendorong SDM dan kelembagaan untuk mendukung proyekproyek infrastruktur
Menjadikan Infrastruktur dasar sebagai prioritas pada proyek-proyek pembangunan infrastruktur.
Mengarahkan potensi SDM dan kelembagaan pada kegiatan pengembangan agroindustri.
Mengarahkan potensi SDM dan kelembagaan pada pengembangan infrastrktur dasar agroindustri.
Rumusan Strategi Mendorong investasi pada sektor pertanian berbasis agroindustri tanaman bahan pangan sebagai prioritas pembangunan Mendorong agroindustri komoditas unggulan padi dan jagung untuk menghasilkan produk turunan yang mampu memberikan nilai tambah dan daya saing dengan sektor lain Mendorong agroindustri padi dan jagung untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam dan luar kawasan Mendorong potensi SDM, kelembagaan dan infrastruktur dasar untuk implementasi agroindustri
61 agroindustri.
Penentuan Prioritas Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri Berdasarkan hasil dari analisis SWOT, analisis entropi, LQ, SSA dan informasi daya dukung ekonomi, maka dilanjutkan dengan penggunaan metode AHP. AHP digunakan untuk menentukan prioritas dari strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan yang disusun berdasarkan hirarki masalah dan pendapat responden ahli. Gambar 12 adalah diagram hirarki dari metode AHP.
62
Sumber: data primer diolah, 2014
Gambar 12 Hirarki AHP Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri Hasil dari analisis AHP yang meliputi 5 tingkat hirarki yaitu (1) tujuan, (2) kriteria, (3) subkriteria, (4) aktor, dan (5) pilihan kebijakan, berikut adalah penjelasan hasil dari analisis AHP : (1) Kriteria Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis Agroindustri Kriteria pengembangan ekonomi wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan ada tiga, yaitu : (1) memperluas investasi dalam bentuk fisik dan infrastruktur kelembagaan (A1); (2) menghilangkan unsur-unsur industri pertanian dan perdagangan yang menyebabkan kerusakan pertanian (keberlanjutan) (A2); (3) menciptakan perluasan pasar dengan perdagangan terbuka (A3). Pemilihan kriteria tersebut berdasarkan atas latar belakang permasalahan yang terjadi di kawasan tersebut dan didukung oleh pendapat dari ahli.
0,4 0,3 0,2 0,1 0 Bobot Nilai
A1 (0.388)
A2 (0.289)
A3 (0.323)
Sumber: data primerr diolah, 2014
Gambar 13 Bobot Kriteria Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri Keterangan : A1 : Memperluas investasi dalam bentuk fisik dan infrastruktur kelembagaan A2 : Menghilangkan unsur-unsur industri pertanian dan perdagangan yang menyebabkan kerusakan pertanian (keberlanjutan) A3 : Menciptakan perluasan pasar dengan perdagangan terbuka Pendapat gabungan berdasarkan hasil dari analisis AHP terhadap 6 responden menunjukkan bahwa kriteria yang lebih diutamakan terhadap pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan adalah memperluas investasi dalam bentuk fisik dan infrastruktur kelembagaan dengan bobot nilai 0,388. Pilihan proritas terhadap pentingnya invetasi tersebut sesuai dengan kondisi daya dukung infrasrtuktur dan kelembagaan yang masih sangat kurang. Infrastruktur atau sarana prasarana pendukung kegiatan agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan dan sekitarya dari 6 kabupaten hanya 2 kabupaten yang memenuhi kriteria yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Daya dukung kelembagaan yang paling mendukung kegiatan agroindustri hanya di Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Kriteria kedua yang menjadi pilihan responden adalah menciptakan perluasan pasar dengan perdagangan terbuka dengan bobot nilai 0,323. Kriteria ketiga yang
63 tidak menjadi prioritas pilihan responden adalah menghilangkan unsur-unsur industri pertanian dan perdagangan yang menyebabkan kerusakan pertanian (keberlanjutan). (2) Sub-Kriteria Memperluas Investasi Dalam Bentuk Fisik dan Infrastruktur Kelembagaan Sub-krieria yang menjadi prioritas dalam upaya memperluas investasi dalam bentuk fisik dan infrasruktur kelembagaan ada tiga faktor, yaitu : (1) investasi dalam riset budidaya (B1); (2) Investasi sosial pedesaan dan jasa pendidikan (B2); (3) Investasi pemasaran dan jaringan transportasi (B3). Berikut adalah hasil dari analisis AHP untuk sub-kriteria pertama.
0,6 0,4 0,2 0 Bobot Nilai
B1 (0.233)
B2 (0.171)
B3 (0.596
Sumber: data primerr diolah, 2014
Gambar 14 Bobot Sub-Kriteria Memperluas Investasi Dalam Bentuk Fisik dan Kelembagaan Keterangan : B1 : Investasi dalam riset budidaya B2 : Investasi sosial pedesaan dan jasa pendidikan B3 : Investasi pemasaran dan jaringan transportasi Subkriteria yang menjadi prioritas pertama pilihan responden dalam memperluas investasi dalam bentuk fisik dan kelembagaan adalah investasi pemasaran dan jaringan transportasi, dengan bobot nilai 0,596. Jaringan transportasi penghubung khususnya antara kabupaten di Kawasan Andalan sangat penting untuk memperlancar kegiatan agroindustri diantaranya adalah kegiatan pemasaran produk agroindustri. Sub-kriteria kedua yang menjadi prioritas pilihan responden adalah investasi dalam riset budidaya dengan bobot nilai 0,233. Pentingnya investasi tersebut sebagai pendukung penyediaan bahan baku agroindustri dan kebutuhan masyarakat lainnya. Prioritas ketiga pilhan responden adalah investasi sosial pedesaan dan jasa pendidikan dengan bobot nilai 0,171. (3) Sub-Kriteria Menciptakan Perluasan Pasar dan Perdagangan Terbuka Sub-krieria yang menjadi prioritas dalam upaya menciptakan perluasan pasar dan perdagangan terbuka ada tiga faktor, yaitu (1) pemasaran antar daerah (C1); (2) e-marketing (C2); (3) masterplan kawasan andalan (C3). Berikut adalah hasil analisis AHP untuk sub-kriteria kedua.
64
0,5 0,4 0,3 0,2 0,1 0 Bobot Nilai
C1 (0.470)
C2 (0.267)
C3 (0.263)
Sumber: data primer diolah, 2014
Gambar 15 Bobot Sub-Kriteria Menciptakan Perluasan Pasar dan Perdagangan Terbuka Keterangan : C1 : Pemasaran antar daerah C2 : E-marketing C3 : Masterplan kawasan andalan Prioritas utama pilihan responden dalam sub-kriteria menciptakan perluasan pasar dan perdagangan terbuka adalah dengan meningkatkan pemasaran antar daerah, dengan bobot nilai 0,470. Pemasaran antar daerah atau kabupaten di kawasan andalan khususnya sangat penting sebagai pendukung dari pengembangan agroindustri di kawasan tersebut. Dengan sistem pemasaran yang baik maka akan meningkatkan nilai tambah dari kegiatan agroindustri tersebut. Pilihan untuk menciptakan sisitem electronic marketing atau e-marketing menjadi pilihan kedua dengan bobot nilai 0.267. Sedangkan pembuatan masterplan kawasan andalan sebagai upaya menciptakan pembangunan yang menyeluruh mendapat bobot nilai terendah yaitu 0,263 (4) Sub-Kriteria Menghilangkan Unsur-unsur Industri dan Perdagangan yang Menyebabkan Kerusakan Pertanian (Keberlanjutan) Sub-krieria yang menjadi prioritas dalam upaya menghilangkan unsur-unsur industry dan perdagangan yang menyebabkan kerusakan pertanian atau menciptakan pembangunan yang berkelanjutan ada 3 faktor, yaitu (1) pembangunan pabrik industri pertanian berbasis input (D1); (2) pembangunan infrastruktur berdasarkan komoditas unggulan (D2); (3) Road Map industri pertanian unggulan (D3). Berikut adalah hasil analisis AHP untuk sub-kriteria ketiga. Prioritas utama pilihan responden dalam sub-kriteria menghilangkan unsurunsur industri dan perdagangan yang menyebabkan kerusakan lingkungan (keberlanjutan) adalah melakukan pembangunan pabrik industri berbasis komoditas unggulan dengan bobot nilai 0,522. Pilihan untuk membuat roadmap industri pertanian unggulan menjadi pilihan kedua dengan bobot nilai 0.325. Sedangkan pembuatan pembuatan pabrik industri pertanian berbasis input mendapat bobot nilai 0,153
65
0,6 0,4 0,2 0 Bobot Nilai
D1 (0.153)
D2 (0.522)
D3 (0.325)
Sumber: data primerr diolah, 2014
Gambar 16 Bobot Sub-Kriteria menghilangkan Unsur-Unsur Industri dan Perdagangan yang menyebabkan Kerusakan Lingkungan (Keberlanjutan) Keterangan : D1 : Pembangunan pabrik industri berbasis input D2 : Pembangunan infrastruktur berdasarkan komoditas unggulan D3 : Roadmap industri pertanian unggulan (5) Aktor Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan Aktor atau pihak yang paling memiliki peranan penting dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan berdasarkan pilihan responden adalah pemerintah dengan bobot nilai 0,621 atau memiliki peranan sebesar 62%. Pemerintah dianggap menjadi aktor yang paling penting dalam pelaksanaan pengembangan kegiatan agroindustri dikarenakan masih kurangnya fasilitasfasilitas dasar pendukung kegiatan agroindustri di Kawasan Kandangan.
0,8 0,6 0,4 0,2 0 Bobot Nilai
E1 (0.621)
E2 (0.225)
E3 (0.154)
Sumber: data primerr diolah, 2014
Gambar 17 Bobot Aktor Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan Keterangan : E1 : Pemerintah E2 : Swasta/Investor E3 : Petani/Masyarakat
66 Aktor atau pihak yang berperan penting kedua yaitu swasta atau investor dengan bobot nilai 0,225 atau memiliki peran sebesar 23% dalam mengembangkan wilayah berbasis agroindustri. Prioritas pilihan terakhir adalah petani atau masyarakat dengan bobot nilai 0,154 atau memiliki peran sebesar 15%. (6) Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan Prioritas strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan yang sebaiknya dilakukan adalah dengan penguatan komitmen melalui kebijakan operasional/teknis yang mengarahkan investasi pada agroindustri dan peningkatan infrastruktur atau sarana prasarana yang mampu memperlancar konektivtas antar wilayah dan supply chain pengembangan agroindustri, dengan bobot nilai 0,346. Strategi kedua pilihan resonden sebagai bagian penting dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri adalah penguatan kebijakan dan penekanan terhadap komoditas unggulan serta reorientasi one village one product sehingga masingmasing wilayah kabupaten memiliki spesifikasi agroindustri, dengan bobot nilai 0,243.
0,4 0,3 0,2 0,1 0 S1 (0.243)
S2 (0.346)
S3 (0.223)
S4 (0.188)
Bobot Nilai Sumber: data primerr diolah, 2014
Gambar 18 Bobot Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri Keterangan : S1 : Mendorong investasi pada sektor pertanian berbasis agroindustri tanaman bahan makanan sebagai prioritas pembangunan. S2 : Mendorong potensi SDM, kelembagaan dan infrastruktur dasar untuk implementasi agroindustri. S3 : Mendorong agroindustri komoditas unggulan padi dan jagung untuk menghasilkan produk turunan yang mampu memberikan nilai tambah dn daya saing dengan sektor lain S4 : Mendorong agroindustri padi dan jagung untuk memenuhi kebutuhan pasar di dalam dan luar kawasan. Pemilihan strategi kedua (S2) oleh responden sesuai dengan hasil dari analisis deskriptif berkaitan dengan sarana prasarana untuk pengembangan agroindustri yang dinialai masih kurang. Pemerintah menjadi aktor yang paling penting dalam pengembangan agroindustri sebagai upaya membangun fasilitas sarana-prasarana serta kelembagaan yang baik.
67
6 SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN Simpulan 1. Kontribusi sektor pertanian terhadap perkembangan ekonomi wilayah Kawasan Andalan Kandangan dalam 5 tahun terakhir terus meningkat, yang didominasi oleh subsektor tanaman bahan makanan. 2. Komoditas padi dan jagung merupakan komoditas unggulan yang wilayah produksinya tersebar di 6 kabupaten. 3. Infrastruktur dasar (jalan, listrik dan air) sumber daya manusia dan kelembagaan merupakan sarana penunjang agroindustri yang penting untuk dikembangkan. 4. Strategi prioritas guna mendukung pengembangan wilayah berbasis agroindustri yaitu dengan mendorong potensi SDM, kelembagaan dan infrastruktur dasar untuk implementasi agroindustri. Pelaksanaan strategi tersebut menjadi agenda penting bagi pemerintah daerah sebagai aktor utama dalam pengembangan agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan
Implikasi Kebijakan 1. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan harus mendorong pengembangan sektor pertanian pada komoditas padi dan jagung sebagai komoditas unggulan agroindustri, serta meningkatkan ketersediaan infrastruktur dasar, sumberdaya manusia dan kelembagaan sebagai sarana penunjang utamanya. 2. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk merumuskan langkah-langkah teknis operasional pengembangan agroindustri di Kalimantan Selatan berkaitan dengan diversifikasi produk padi dan jagung skala dari kelayakan usaha serta lokasi industrinya.
DAFTAR PUSTAKA Adzic, Sofija 2008. Strategy of Enhancing of Competitiveness of The Agroindistrial Complex of Vojvodina – Controversies, Limitations, Solutions. Journal of Central European Agriculture, Volume 9 (2008) No. 3 (483494). Anwar, A dan S. Hadi. 1996. Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan. Jurnal Kajian Ekonomi dan Sosial. [Balitbangda]. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah. 2013. Roadmap Sistem Inovasi Daerah (SIDa) Kalimantan Selatan. Balitbangda Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin [Balitbangda, Lemlit Unlam]. Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah, Lembaga Penelitian Universitas Lambung Mangkurat. 2011. Penyusunan Rencana Revitalisasi Kawasan Sentra Produksi/Sentra Agribisnis di Kalimantan Selatan. Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin.
68 [Bappeda]. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan. 2009. RPJPD Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2005-2025 (Perda No. 17/2009). Bappeda Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Boediono. 1981. Mengenal Beberapa Metode Kuantutatif dalam Ilmu Ekonomi. UGM. Yogyakarta [BKP]. Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan. 2012. [BPS Provinsi Kalimantan Selatan]. Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Selatan. 2014. Kalimantan Selatan Dalam Angka Tahun 2014. BPS Provinsi Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Janvry A D. 2009. Annex: Agriculture for Development – Implications for Agroindustries. The Food and Agriculture Organization of the United Nations and The United Nations Industrial Development Organization by arrangement with CAB International. Jhingan M.L. 2012. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Miradani SD. 2010. Analisis Perencanaan Pembangunan Agroindustri Provinsi Jawa Timur: Pendekatan Sektoral dan Regional. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Moravia H. 2008. Studi Arahan Wilayah Pengembangan Industri Pertanian Sebagai Strategi Pembangunan Wilayah Kabupaten Keinci. Tesis. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Nuryadin, MR dan S Siregar . 2010. Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi Vol 9 N0. 3. Lembaga Pengembangan Studi dan Terapan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Olayiwola L M dan Adeleye O A. 2005. Rural Development and Agro-Industrial Promotion in Nigeria: Concepts, Strategies and Challenges. Departemen of Urban and Regional Planning, Obafemi Awolowo University Ile-Ife Nigeria. J.Soc. Sei., II(I): 57-61 (2005). Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan , 2011. Perda. No 17 Tahun 2009 tentang RPJPD Kalimantan Selatan. Banjarmasin. Panuju DR dan Rustiadi E. 2012. Teknik Analisis Perencanaan Pengembangan Wilayah. Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan IPB. Bogor Bisnis Priyarsono DS. 2011.Dari Pertanian Ke Industri, Analisi Pembangunan dalam Perspektif Ekonomi Regional. IPB Press. Bogor. Purnomowati W, Sopanah. 2014. Analisis Kontribusi Sektoral Terhadap PDRB Kota Malang Menuju Konsep Balance Growth. Universitas Widyagama Malang. Rangkuti R. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Riyadi dan Bratakusumah, D. 2005. Perencanaan Pembangunan Daerah: Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Rustiadi E, Saefulhaim Sunsun, Panuju Dyah R. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
69 Suslinawati. 2012. Analisis Komoditas Pertanian Unggulan dan Wilayah Pengembangannya di Kota Banjarbaru. Media Sains Vol 4. Banjarmasin. Wardana, A dan A. Yunani . 2011. Kajian Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten Balangan. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Manajemen dan Akuntansi Vol 10 N0. 1. Lembaga Pengembangan Studi dan Terapan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Wibowo A A. 2008. Model Pembangunan Ekonomi Daerah Berbasis Kawasan Kerjasama Strategis Joglosemar (Jogja-Solo-Semarang). IPB Press. Bogor. Wilkinson J, Rocha R. 2009. Agro-industry Trends, Patterns and Development Impact. The Food and Agriculture Organization of the United Nations and The United Nations Industrial Development Organization by arrangement with CAB International. Yumi. 2002. Efektifitas Penyuluhan Partisipatif Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan. Tesis Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Bogor.
70
LAMPIRAN
71 Lampiran 1. Hasil Entropi 9 Sektor Tahun 2009 s/d 2013 Unit pengamatan setiap wilayah dari sebaran intensitas aktifitas setiap sektor No.
Wilayah
1. Tapin 2. HSS 3. HST 4. HSU 5. Tabalong 6. Balangan Nilai Entropi Persektor Nilai Entropi Maksimum (ln9x6) Sumber: data sekunder, diolah
2009 0,450 0,486 0,480 0,411 0,762 0,492 3,084 3,988
Nilai Entropi 2010 2011 2012 0,453 0,454 0,455 0,482 0,479 0,482 0,480 0,481 0,481 0,410 0,410 0,410 0,765 0,765 0,767 0,493 0,495 0,493 3,085 3,087 3,091 3,988 3,988 3,988
2013 0,456 0,483 0,484 0,408 0,776 0,494 3,310 3,988
Unit pengamatan dari jumlah setiap aktifitas sektor pada setiap wilayah No. 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Wilayah
Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bangunan Perdangan, Hotel & Restoran 7. Pengangkutan & Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 9. Jasa - Jasa Nilai Entropi Persektor Nilai Entropi Maksimum (ln9x6) Sumber: data sekunder, diolah
2009 0,836 0,703 0,191 0,017 0,167 0,392
Nilai Entropi 2010 2011 0,820 0,814 0,704 0,711 0,194 0,191 0,017 0,017 0,169 0,168 0,393 0,388
2012 0,805 0,191 0,709 0,017 0,170 0,389
2013 0,791 0,712 0,190 0,017 0,174 0,395
0,171
0,173
0,174
0,176
0,180
0,158
0,158
0,158
0,159
0,162
0,445 3,084 3,988
0,453 3,085 3,988
0,461 3,087 3,988
0,471 3,091 3,988
0,480 3,104 3,988
72 Lampiran 2 Hasil Entropi Sektor Pertanian Tahun 2009 2/d 2013 Unit pengamatan setiap wilayah dari sebaran intensitas aktifitas setiap subsektor No.
Wilayah 2009
1. Tapin 0,451 2. HSS 0,401 3. HST 0,471 4. HSU 0,335 5. Tabalong 0,454 6. Balangan 0,409 Nilai Entropi Persubsektor 2,524 Nilai Entropi Maksimum 2,890 (ln3x6) Sumber: data sekunder, diolah
2010 0,451 0,401 0,471 0,335 0,454 0,409 2,524 2,890
Nilai Entropi 2011 0,442 0,403 0,473 0,334 0,453 0,416 2,523 2,890
2012 0,456 0,397 0,469 0,331 0,453 0,411 2,520 2,890
2013
0,456 0,397 0,469 0,331 0,453 0,411 2,520 2,890
Unit pengamatan dari jumlah setiap aktifitas sektor pada setiap wilayah No.
Wilayah 2009
1.
Tanaman Bahan Makanan 2. Tanaman Perkebunan 3. Peternakan dan Hasil Lainnya Nilai Entropi Persubsektor Nilai Entropi Maksimum (ln3x6) Sumber: data sekunder, diolah
1,456
Nilai Entropi 2010 2011 2012 1,456 1,462 1,459
2013
1,459
0,674 0,394
0,674 0,394
0,675 0,386
0,676 0,384
0,676 0,384
2,524 2,890
2,524 2,890
2,523 2,890
2,520 2,890
2,520 2,890
73 Lampiran 3 PDRB Sektot Pertanian Kawasan Andalan Kandangan No.
Kabupaten
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan dan Hasil Lainnya
1
2
3
Total PDRB
1.
Tapin
332,83
56,31
36,4
425,54
2.
Hulu Sungai Selatan
316,73
30,36
25,14
372,23
3.
Hulu Sungai Tengah
281,75
87,24
36,77
405,76
4.
Hulu Sungai Utara
176,11
12,13
66,85
255,09
5.
Tabalong
183,31
149,79
26,41
359,51
6.
Balangan
165,39
130,17
18,35
313,91
1456,12
466
209,92
2132,04
Jumlah Sumber: data sekunder, diolah
74 Lampiran 4 Hasil Perhitungan LQ Sektor Pertanian Kawasan Andalan Kandangan No.
Kabupaten
Tanaman Bahan Makanan
Tanaman Perkebunan
Peternakan dan Hasil Lainnya
1
2
3
1.
Tapin
1,15
0,61
0,87
2.
Hulu Sungai Selatan
1,25
0,37
0,69
3.
Hulu Sungai Tengah
1,02
0,98
0,92
4.
Hulu Sungai Utara
1,01
0,22
2,66
5.
Tabalong
0,75
1,91
0,75
6.
Balangan
0,77
1,90
0,59
Sumber: data sekunder, diolah
75 Lampiran 5 Hasil Perhitungan LQ Komoditas Tanaman Bahan Makanan di Kawasan Andalan Kandangan No.
Kabupaten
Padi
Jagung
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Kacang Kacang Kacang Tanah Kedelai Hijau
1.
Tapin
1,10
0,48
0,11
0,10
0,44
0,00
0,00
2.
Hulu Sungai Selatan
1,05
0,67
0,57
2,59
0,94
0,05
0,07
3.
Hulu Sungai Tengah
1,03
1,27
1,23
0,72
1,43
1,01
2,41
4.
Hulu Sungai Utara
1,05
1,12
0,60
1,90
1,79
1,25
0,05
5.
Tabalong
1,03
1,27
2,64
0,72
0,92
1,05
2,64
6.
Balangan
1,00
1,83
1,39
0,76
1,33
4,54
0,66
76 Lampiran 6 Hasil Perhitungan SSA Sektor Pertanian Kawasan Andalan Kandangan N o .
1 .
2 .
3 .
Subsektor
Tanam an Bahan Makan an Tanam an Perkeb unan Petern akan dan Hasil Lainny a
Kawasan Andalan Kandangan
Kalimantan Selatan
Regi Prop onal otion Shar al e Shift
Differ ential Shift
0,00
0,10
0,03
-0,03
0,10
0,11 -0,01
-0,05
0,05
2010 1,325
2012 1,456
2010 3,043
2012 3,334
0,11 -0,01
422,05
466
1,863
2,118
0,11
188,64
198,92
501,27
552,62
5,408
6005,5
Total SSA
77 Lampiran 7. Penghitungan Analisis AHP untuk Tujuan : Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan Fokus A1 A2 A3 A4
Bobot 0,310 0,211 0,245 0,234
Prioritas 1 4 2 3
Nilai Inconsistency : 0,01 Dapat dikatakan bahwa data yang digunakan sudah konsisten ( < 0,10) Interpretasi : Berdasarkan hasil di atas dapat kita simpulkan bahwa sebaiknya strategi pengembangan wilayah berbasis agroindustri di kawasan andalan kandangan dan sekitarnya yang menjadi prioritas utama yaitu A1 (memperluas investasi dalam bentuk fisik dan infrastruktur kelembagaan) di bandingkan dengan aspek yang lainnya.
78 Lampiran 8. Penghitungan Analisis AHP untuk Faktor Berdasarkan A1 Fokus Investasi dalam riset budidaya Investasi sosial pedesaan dan jasa pendidikan Investasi pemasaran dan jaringan transportasi
Bobot
Prioritas
0,233
2
0,171
3
0,596
1
79 Lampiran 9. Penghitungan Analisis AHP untuk Faktor Berdasarkan A2 Fokus Pembangunan pabrik industri pertanian Pembangunan infrastruktur Roadmanp agroindustri unggulan
Bobot
Prioritas
0,153 0,522
3 1
0,325
2
80 Lampiran 10. Penghitungan Analisis AHP untuk Faktor Berdasarkan A3 Fokus Pemasaran antar daerah E-marketing Masterplan Kawasan Andalan
Bobot 0,470 0,267
Prioritas 1 2
0,263
3
81
82
83
84
85 Lampiran 11 Penghitungan Analisis AHP untuk Alternatif Alternative S1 S2 S3 S4
Bobot 0,243 0,364 0,223 0,188
Prioritas 2 1 3 4
Interpretasi : Berdasarkan hasil alternatif di atas strategi prioritas pengembangan ekonomi wilayah berbasis agroindustri di kawasan andalan kandangan dan sekitarnya yang sebaiknya di utamakan adalah S2 (peningkatan infrastruktur atau dukungan sarana prasarana yang mampu memperlancar konektivitas antar wilayah dan supply chain pengembangan agroindustri unggulan komoditas padi dan jagung.
86 Lampiran 12 Kuesioner Penelitian STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH BERBASIS AGROINDUSTRI DI KAWASAN ANDALAN KANDANGAN KALIMANTAN SELATAN
Kepada Bapak/Ibu responden yang terhormat, Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir di Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Program Studi Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan, saya membutuhkan partisipasi Bapak/Ibu untuk mengisi kuesioner penelitian ini. Hasil kuesioner ini dibutuhkan untuk mendukung proses akhir pengolahan data dalam rangka merumuskan strategi pengembangan ekonomi wilayah berbasis agroindustri di 6 (enam) kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan. Pengisisan kuesioner bertujuan untuk menentukan bentuk strategi yang tepat dalam pengembangan industri pertanian unggulan di Kawasan Andalan Kandangan berdasarkan kriteria, aktor, alternatif strategi serta komponen lain. Landasan pengisian kuesioner dalam penelitian ini adalah adalah hirarki yaitu struktur Analitycal Hierarchy Process (AHP) dengan komponen-komponen lengkap yang disusun sesuai literatur, hasil observasi, dan pendapat pihak terkait dalam upaya pengembangan industri pertanian di Kawasan Andalan Kandangan. Saya sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu agar dapat mengisi kuesioner ini secara benar dan obyektif agar hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara ilmiah. Terima kasih atas bantuan dan kesediaan Bapak/Ibu mengisi kuesioner ini.
Bogor, Juni 2014
Dewi Siska H152120081
87
1.
2.
Penjelasan Singkat a. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pendapat atau penilaian responden yang dianggap ahli dan berhubungan langsung dengan perumusan strategi pengembangan ekonomi wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan. b. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pemerintah daerah Provinsi Kalimantan Selatan khusunya bagi setiap kabupaten yang ada di Kawasan Andalan Kandangan dan sebagai acuan pelaksanaan RPJPD Kalimantan Selatan tahun 2005-2025. c. Responden dalam penelitian ini adalah responden yang dianggap ahli dan sangat mengerti dengan upaya merumuskan kebijakan pengembangan wilayah berbasis agroindustri. Responden terdiri dari Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) masing-masing kabupaten di Kawasan Andalan Kandnagan, Kepala Dinas Pertanian, Kepala Dinas Perindustrian di setiap kabupaten di Kawasan Andalan Kandangan. d. Mengingat pentingnya masukan dari Bapak/Ibu, mohon kiranya dapat memberikan penilaian dalam kuesioner berikut. Kami menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari Bapak/Ibu, maka penulisan tesis ini tidak dapat terwujud. e. Karena sifatnya penelitian maka masukan dari Bapak/Ibu akan dijamin kerahasiaannya. Prinsip Dasar dan Petunjuk Pengisian Kuesioner AHP a. Prinsip Dasar AHP AHP adalah suatu metode pengambilan keputusan, bentuknya sederhana, fleksibel dan berdaya guna besar (Power full) untuk mendorong suatu proses pengambilan keputusan yang multi kriteria, multi tujuan dan penuh dengan situasi kompleks. Ciri utama proses AHP adalah dengan memecah suatu masalah yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam kelompok-kelompok, kemudian disusun dalam bentuk hirarki. Input utama proses AHP adalah persepsi atau penilaian responden, sedangkan inti dari proses AHP adalah membandingkan tingkat prioritas beberapa elemen atau variabel pada suatu level atau tingkatan dari suatu susunan hirarki. Hasil dari proses perbandingan tersebut diberi bobot secara numerik sehingga variabel yang mendapat prioritas tertinggi dalam akhir proses analisis akan menjadi pilihan terbaik. Struktur hirarki dalam pengisian kuesioner berikut ini terdiri dari: 1) Tingkat pertama atau tertinggi menunjukkan keputusan keseluruhan (pemilihan kegiatan/keputusan terbaik) adalah tujuan yakni Strategi Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis Agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan.
88 2) Tingkat kedua atau tengah menunjukkan faktor-faktor yang diperhitungkan dalam penentuan startegi kebijakan pengembangan wilayah berbasis agroindustri (Priyarsono, 2011) yang terdiri dari: a) Memperluas investasi dalam bentuk fisik dan infrastruktur kelembagaan; b) Pembangunan pabrik-pabrik pengolahan dalam industri berbasis input, bukan pasar; dan c) Perluasan pasar guna mendorong jumlah permintaan dan penawaran produk pertanian primer dan olahannya menjadi lebih elastis terhadap perubahan harga. 3) Tingkatan ketiga adalah menunjukkan alternatif pengembangan wilayah berbasis agroindustri yaitu: a) Intvestasi dalam riset budidaya b) Investasi sosial pedesaan dan jasa pendidikan c) Investasi pemasaran dan jaringan transportasi d) Pembangunan pabrik industri pertanian berbasis input e) Pembangunan infrastruktur berdasarkan komoditas unggulan f) Roadmap industri unggulan g) Pemasaran antar daerah h) E-marketing i) Masterplan Kawasan Andalan Kandangan 4) Tingkatan keempat adalah aktor yang terlibat dalam upaya pengembangan wilayah berbasis agroindustri, yaitu : a) Pemerintah b) Petani/Masyarakat c) Swasta/Investor 5) Tingkatan kelima adalah strategi-strategi dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan melalui matriks SWOT, yaitu: a) Penguatan kebijakan dan penekanan terhadap komoditas unggulan one village one product sehingga masing-masing wilayah /kabupaten memiliki spesifikasi agroindustri. b) Peningkatan infrastruktur atau sarana prasarana yang mampu memperlancar konektivitas antar wilayah dan supply chain pengembangan agroindustri unggulan komoditas padi dan jagung. c) Percepatan penerapan teknologi, investasi dan SDM untuk mengimplementasikan pengembangan agroindustri berbasis pada komoditas unggulan. d) Pemerataan dukungan pengembangan ekonomi terutama melalui optimalisasi pemanfaatan potensi SDM.
89 KUESIONER PENELITIAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH BERBASIS AGROINDUSTRI DI KAWASAN ANDALAN KANDANGAN KALIMANTAN SELATAN Terima kasih atas perhatian dan kerjasama Bapak/Ibu telah menjadi salah satu responden dalam kuesioner penelitian ini. Kuesioner ini merupakan instrumen penelitian dalam rangka penulisan tesis program pascasarjana yang dilakukan oleh : Nama : Dewi Siska NRP : H152120081 Program Studi : Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan (PWD) Fakultas : Ekonomi dan Manajemen Universitas : Institut Pertanian Bogor
1. 2.
3.
4.
Petunjuk Pengisian Kuesioner AHP Untuk menghindari inkonsistensi, dimohon agar Bapak/Ibu mengisi kuesioner penelitian ini pada satu waktu. Pengisian kuesioner ini dilakukan secara tertulis dengan menjawab semua pertanyaan tertulis. Jawaban dapat merupakan pendapat pribadi ataupun hasil diskusi dengan orang lain. Pada pengisian kuesioner ini, Bapak/Ibu diminta untuk membandingkan antara dua elemen yaitu elemen A (kolom kiri) dengan elemen B (kolom kanan). Nilai perbandingan antara dua elemen tersebut ditandai dengan tanda “√” (checklist). Penilaian terhadap elemen-elemen setiap level hirarki didasarkan atas bobot prioritas atau kepentingannya. Penilaian dinyatakan secara numerik (skala1 sampai 9) dengan definisi verbal sebagai berikut: Intensitas Pentingnya 1 3
Definisi Sama Penting Sedikit Lebih Penting
5 7 9 2,4,6,8
Agak Lebih Penting
Reciprocal
Jika A/B=9 maka B/A=1/9
Jauh Lebih Penting Mutlak Lebih Penting Nilai antara angka di atas
Penjelasan A dan B sama penting A sedikit lebih penting daripada B A agak lebih penting dari B A jauh lebih penting dari B A mutlak lebih penting dari B Ragu-ragu dalam menentukan skala , misal 6 antara 5 dan 7 Asumsi masuk akal
90 5. Proses penilaian kepentingan relatif antara dua elemen tersebut dan berlaku aksioma reciprocal, artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting dibanding elemen j, maka elemen j harus sama dengan 1/3 kali lebih penting dibanding elemen i. 6. Jika elemen pada kolom sebelah kiri (kolom A) lebih penting dibandingkan dengan elemen sebelah kanan (kolom B), maka nilai perbandingan ditulis pada belahan sebelah kiri dan jika sebaliknya maka ditulis sebelah kanan.
: ......................................................................................................................................................................... : ......................................................................................................................................................................... : .........................................................................................................................................................................
Aspek Investasi dan Infrastruktur Kelembagaan Aspek Investasi dan Infrastruktur Kelembagaan Aspek Keberlanjutan
Aspek Prioritas Kebijakan
KOLOM A
9
7
Lebih Penting 5
3
1
3
5
7
9
Lebih Penting
Aspek Perluasan Pasar
Aspek Perluasan Pasar
Aspek Keberlanjutan
Aspek Prioritas Kebijakan
KOLOM B
BAGIAN I Dari 3 (tiga) faktor atau aspek Prioritas Kebijakan berikut ini, manakah menurut Bapak/Ibu yang merupakan aspek yang paling prioritas sebagai strategi pengembangan agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan ? (bandingkan beberapa aspek pada kolom A dengan beberapa aspek di baris yang sama pada kolom B)
Nama Responden Jabatan Instansi
LEMBAR PERTANYAAN
91
9
7
5
3
1
3
5
7
9
Aspek Investasi & Infrastruktur Kelembagaan Investasi sosial pedesaan & jasa pendidikan Investasi pemasaran & jaringan transportasi Investasi pemasaran & jaringan transportasi
Pembangunan industri berbasis input Pembangunan infrstruktur berbasis komoditas unggulan
Pembangunan industri berbasis input
Aspek Keberlanjutan
9
7
5
3
1
3
5
7
9
Roadmap industri unggulan
Pembangunan infrstruktur berbasis komoditas unggulan Roadmap industri unggulan
Aspek Keberlanjutan
b) Untuk Aspek Menghilangkan Unsur-Unsur Perdagangan yang Menyebabkan Kerusakan Pertanian (Keberlajutan), menurut Bapak/Ibu, manakah yang diprioritaskan dalam mendukung kebijakan Menghilangkan Unsur-Unsur Perdagangan yang Menyebabkan Kerusakan Pertanian (Keberlajutan)? (Bandingkan kriteria-kriteria kolom A dengan kriteria-kriteria di baris yang sama pada kolom B) KOLOM A Lebih Penting Lebih Penting KOLOM B
Investasi sosial pedesaan & jasa pendidikan
Investasi dalam riset budidaya
Aspek Investasi & Infrastruktur Kelembagaan Investasi dalam riset budidaya
BAGIAN II a) Untuk Aspek Memperluas Investasi dan Infrastruktur Kelembagaan, menurut Bapak/Ibu, manakah kriteria yang diprioritaskan dalam mendukung memperluas investasi dan infrastruktur kelembagaan ? (Bandingkan kriteria pada kolom A dengan kriteria di baris yang sama pada kolom B) KOLOM A Lebih Penting Lebih Penting KOLOM B
92
3
5
7
9
Aspek Perluasan Pasar
3
1
3
5
7
9
Aktor Pelaksanaan Kebijakan Petani atau Masyarakat
Swasta atau Investor
5
Petani atau Masyarakat
7
Swasta atau Investor
9
Pemerintah
Aktor Pelaksanaan Kebijakan Pemerintah
Aktor /pihak yang terlibat atau berperan penting dalam upaya pengembangan wilayah berbasis agroindustri di Kawasan Andalan Kandangan, (Bandingkan kriteria-kriteria kolom A dengan kriteria-kriteria di baris yang sama pada kolom B) KOLOM A Lebih Penting Lebih Penting KOLOM B
BAGIAN III
Masterplan Kawasan Andalan Kandangan
1
e-marketing
3
Masterplan Kawasan Andalan Kandangan
5
Pemasaran antar daerah
7
e-marketing
9
Pemasaran antar daerah
Aspek Perluasan Pasar
c) Untuk Aspek Menciptakan Perluasan Pasar dengan Perdagangan Terbuka, menurut Bapak/Ibu, manakah yang diprioritaskan dalam mendukung kebijakan Menciptakan Perluasan Pasar dengan Perdagangan Terbuka? (Bandingkan kriteria-kriteria kolom A dengan kriteriakriteria di baris yang sama pada kolom B) KOLOM A Lebih Penting Lebih Penting KOLOM B
93
Penguatan kebijakan dan penekanan terhadap komoditas unggulan serta reorientasi one village one product sehingga masing-masing wilayah/kabupaten memiliki spesifikasi agroindustri
Penguatan kebijakan dan penekanan terhadap komoditas unggulan serta reorientasi one village one product sehingga masing-masing wilayah/kabupaten memiliki spesifikasi agroindustri
Strategi Pengembangan Wilayah Penguatan kebijakan dan penekanan terhadap komoditas unggulan serta reorientasi one village one product sehingga masing-masing wilayah/kabupaten memiliki spesifikasi agroindustri
9
7
5
3
1
3
5
7
9
Pemerataan dukungan sarana pengembangan ekonomi terutama melalui optimalisasi pemanfaatan potensi SDM
Strategi Pengembangan Wilayah Peningkatan infrastruktur atau dukungan sarana prasarana yang mampu memperlancar konktivitas antara wilayah dan supply chain pengembangan agroindustri unggulan komoditas padi dan jagung Percepatan penerapan teknologi, investasi dan SDM untuk mengimplementasikan pengembangan agroindustri berbasis pada komoditas unggulan
BAGIAN IV Strategi – strategi dalam pengembangan wilayah berbasis agroindustri pertanian tanaman pangan di Kawasan Andalan Kandangan, (Bandingkan kriteria-kriteria kolom A dengan kriteria-kriteria di baris yang sama pada kolom B) KOLOM A Lebih Penting Lebih Penting KOLOM B
94
Peningkatan infrastruktur atau dukungan sarana prasarana yang mampu memperlancar konktivitas antara wilayah dan supply chain pengembangan agroindustri unggulan komoditas padi dan jagung Peningkatan infrastruktur atau dukungan sarana prasarana yang mampu memperlancar konktivitas antara wilayah dan supply chain pengembangan agroindustri unggulan komoditas padi dan jagung Percepatan penerapan teknologi, investasi dan SDM untuk mengimplementasikan pengembangan agroindustri berbasis pada komoditas unggulan Pemerataan dukungan sarana pengembangan ekonomi terutama melalui optimalisasi pemanfaatan potensi SDM
Pemerataan dukungan sarana pengembangan ekonomi terutama melalui optimalisasi pemanfaatan potensi SDM
Percepatan penerapan teknologi, investasi dan SDM untuk mengimplementasikan pengembangan agroindustri berbasis pada komoditas unggulan
95
96 SARAN DAN KOMENTAR .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... . .......................................................................................................................... .
Terima Kasih Atas Perhatian dan Partisipasi Bapak/Ibu
97
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Kota Banjarmasin pada tanggal 10 Februari 1984 dari Ayahanda (Alm) Amberani dan Ibunda (Alm) Noordiana. Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara. Pada tahun 2001 penulis diterima di Universitas Lambung Mangkurat (UNLAM) pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Pada tahun 2011 penulis menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Sebagai calon peneliti. Pada tahun 2012 penulis mendapat beasiswa tugas belajar dari Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dan diterima di Program Studi Ilmu Perencanaan dan Pembangunan Wilayah Perdesaan (PWD)