STRATEGI
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KABUPATEN MAMUJU UTARA
JERUK
(Strategy of Citrus Agribusiness Development in Regency of North Mamuju, South Sulawesi) PEMERINTAH
Abdullah Rasyid dan ABBAS' DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA, SULAWESI SELATAN
ABSTRAK Pengembangan usahatani jeruk di Kabupaten Mamuju Utara berada pada Daerah Aliran Sungai Utama (DAS) Larian dan DAS Benggaulu yang tergolong subur, dengan jenis lahan histosal. Areal pertanaman jeruk dalam bentuk hamparan seluas 300 ha - 1500 ha terdapat di 3 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Pasangkayu, Baras, dan Sarudu. Saat ini luas areal pertanaman jeruk di Mamuju Utara seluas 4.804 ha dengan produktivitas sebesar 641,67 kw/ha. Secara umum bibit masih menggunakan bibit dari berbagai sumber yang tidak standar mutunya. Budidaya umumnya dilakukan semi dan non intensif, belum sesuai dengan teknologi anjuran. Pola tanam jeruk di Kabupaten Mamuju adalah tanaman monokultur. Pemupukan baru dilakukan setelah tanaman menghasilkan karena areal tanaman jeruk umumnya rendah (0-15 m dpl) maka pengairan dilakukan dengan sistem surjan yaitu membuat parit-parit diantara baris tanaman sehingga kebutuhan air cukup tersedia pada genangan air dalam parit. Pemangkasan bentuk belum dilakukan sedang OPT utama; Diplodia, Jamur Kulit dan Kutu Putih yang dikendalikan secara kimiawi. Panenan dilakukan dengan menggunting buah waktu pagi dan dikemas dalam peti kayu dengan kapasitas 30 - 40 kg/peti. Namun yang menjadi masalah adalah jarak antara kebun dengan poros jalan lebih dari 500 m sehingga perlu waktu 2 hari. Kondisi ini menyebabkan kualitas buah turun sebelum mencapai tujuan pemasaran. Pengelolaan hasil panen masih dalam tahap sosialisasi terutama ten tang sortasi, grading, packaging serta penyimpanan. Kemasan dengan peti kayu kapasitas 30 - 40 kg dirasakan bermanfaat akan tetapi harga peti cukup tinggi Rp. 7.500,-/peti, perlu alternatif kemasan lain. Rantai pemasaran jeruk di Mamuju Utara meliputi petani pedagang pengumpul - pedagang antar pulau dan grosir. Peranan Pemerintah Daerah dalam menciptakan kondisi pengembangan agribisnis jeruk yang kondusif sangat diharapkan antara lain dengan kebijakan permodalan, pengembangan dan penyediaan sistem informasi, bantuan teknis dan teknologi prosessing, peningkatan kualitas dan kinerja Sumber Daya Manusia, pengembangan sarana dan prasarana, pengaturan tanaman guna lahan, pemberdayaan instansi terkait, mendorong terbentuknya asosiasi agribisnis hortikultura, membina industri pengolahan hasil, dB. Kata kunci:
102
Jeruk Siam, agribisnis,
pemasaran
dan pengembangan.
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
ABSTRACT Development of citrus farming system in North Mamuju located at the Region of Primary River Stream Region (RPRS) Larian and Benggaulu RPPS including fertile area with histosal land type. Citrus planting acreage spread out of area in width of 300 -1500 ha, located at three sub-districts area, that is Pasangkayu, Baras, and Sarudu. Today, citrus planting acreage width in North Mamuju consists of 4.804 ha with 64.167 kg/ha. In general, it still uses a seed from various sources which no quality standard detected. Cultivation is commonly to conduct in semi and non intensive, unsuitable to recommended technology. Citrus cropping system in regency of Mamuju is monoculture plant. Fertilization should have done after plants yield due to citrus plant acreage is lower in general (0-15 m above sea level); therefore, groove system to use for irrigation by making ditches between rows of plant so that water requirement are adequately avail on inundated water within ditches. Shape pruning is not yet conducted while primary plant intruder organism such as Diplodia, Peel Fungus, and White Insect are chemically controlled. Harvesting was done by cutting fruit in the morning and packed in wood case with a capacity of 30 40 kg/case. However, the problem is distance between farm and street axis over 500 m so that it took two days. This condition resulted in lower fruit quality before reaching the market niche. Harvesting yield management was still in socialization phase particularly sorting, grading, packaging and storing. Wood case packaging with 30 40 kg in capacity perceived quite helpful but the case price is adequately high at Rp.7.500,-/case; therefore, it needs any alternative case. Citrus marketing chain in North Mamuju included farmer retailer trans-island trader, and grocer. The role of District government in establishing a favorable climate for developing citrus agribusiness extremely to expect through the capital policy, development and providing information system, technical assistance and processing technology, quality and manpower upgrading, infrastructure development, land use management, empowerment of related institute, motivate the establishment of horticulture agribusiness association, and lead the yield processing industry. Keywords
: Tangerine programme.
cv.
Siam,
agribusiness,
marketing
and
developing
PENDAHULUAN Pengembangan
Agribisnis
jeruk
Kabupaten
Mamuju
Utara, merupakan
salah
satu upaya untuk mendayagunakan keunggulan komperatif sumber day a lokal, baik berupa sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam upaya memperluas lapangan kerja, meningkatkan daya saing dan memperbaiki tingkat kesejahteraan
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
103
petani serta meningkatkan Pemerintah
Kabupaten
pembangunan
pendapatan Mamuju
asli daerah. Untuk mencapai
Utara
menetapkan
salah
Ada beberapa
memperluas
faktor
kesempatan
Secara
geografis
memungkinkan
dasar
kebijakan
pemerintah
yang menjadi
daerah
mewujudkan
prioritas
Mamuju
mengembangkan
yang demikian
lain. Namun
jaminan
Utara
memiliki
komoditasjeruk
telah memberikan
demikian,
keuntungan
keunggulan
Kabupaten
agribisnis jeruk, antara lain agribisnis peningkatan kesejahteraan petani dan
kerja. Kabupaten
untuk
daerah lain, kondisi merupakan
satu
pertanian.
Mamuju Utara dalam upaya pengembangan jeruk mampu untuk mewujudkan upaya
terhadap
tujuan tersebut,
telah
secara
keunggulan ekonomi
agroekosistem
yang tidak
dimiliki
nilai keunggulan Komparatif
apabila
tersebut
tidak diikuti
yang oleh
komparatif bukanlah oleh upaya
kompetitif.
Peluang pasar komoditas jeruk masih sangat terbuka,' karena saat ini tingkat komsumsi masyarakat masih rendah, dimasa mendatang pola komsumsi masyarakat akan bergeser dari dominan karbohidrat, ke peningkatan komsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran serta makanan yang kaya protein dan nilai gizi lainnya. Kecenderungan peningkatan permintaan komoditi jeruk seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, tingkat pendapatan, kesejahteraan dan tingkat pendidikan masyarakat. Sesuai dengan potensi daerah yang dpat digali dan dikelola secara lebih terarah melalui pendekatan agribisnis. Peningkatan produksi yang sejalan dengan peningkatan kualitas, yang didukung oleh kegiatan promosi dan advokasi secara intensif, merupakan faktor kunci dalam memajukan komoditas jeruk Kabupaten Mamuju Utara.
PROFIL
WILAYAH SENTRA
PENGEMBANGAN
JERUK
Kondisi Alam Dengan melihat kondisi agroklimak dan kondisi lahan di Kabupaten Mamuju Utara, sebagian besar adalah lahan gambut alluvial dengan permukaan air tanah dangkal sehingga memungkinkanjeruk dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
104
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
Pengembangan usahatani jeruk pada umumnya berada pada Daerah Aliran Sungai utama seperti DAS Larian dan DAS Benggaulu yang merupakan kawasan sentra agribisnis jeruk. Potensi pengairan tersebut menyebabkan air permukaan cukup mendukung kebutuhan air bagi tanaman jeruk. Demikian pula luapan air sebelum adanya sentra jeruk mengakibatkan endapan Lumpur alluvial yang tergolongjenis tanah yang subur untukjelasnya dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel I. Kondisi No. 1 2 3
lahan Kawasan
Unit Lahan Sarudu Baras Pasangkayu
Sentra Agribisnis
Jenis lahan (Ordo) Histosol Histosol Histosol
Jeruk
Tinggi Tempat (m dpl.) 0-30 0-30 0-30
Topografi
pH tanah
Datar Datar Datar
6-6,5 6-6,5 6-6,5
Agroklimat Kondisi agroklimat Kabupaten Mamuju Utara dengan jumlah curah hujan tahunan diatas 2.000 MM dengan jumlah bulan basah diatas 10 BB/Tahun dengan kelembaban udara diatas 70%, sangat mendukung pertumbuhan tanaman jeruk. Kondisi iklim ini menyebabkan tanaman jeruk dapat tumbuh baik dan berbuah sepanjang waktu, dan memiliki 2 waktu panen raya, yaitu bulan April dan September, selebihnya adalah panen antara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel2. No. 1 2 3
Tabel3. No. 1
2 3
Kondisi
Agroklimat
Kecamatan Sarudu Baras Pasangkayu
Wilayah
Sentra Agribisnis
Jumlah CurahHujan (mmITH) 2.506 2.506 2.181
Jeruk
Jumlah Bulan Basah/ Bulan Kering 11/1 11/1 1111
Suhu Udara (C) 24-33 24-33 24-33
Kelembaban Udara (%) 70-80 70-80 70-80
Waktu Pan en dan panen Raya Tanaman Jeruk Wilayah Sentra Wilayah Sentra Sarudu Baras Pasangkayu
Waktu Panen Bulan 1 P P P
2 P P P
3 P P P
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
4 PR PR PR
5
6
P P P
P P P
7
8
9
\0
11
12
P P P
P P P
PR PR PR
P P P
P P P
P P P
105
Keragaan
Kebun dan Pertanaman
Areal pertanaman jeruk di Kabupaten Mamuju Utara pada umumnya dijumpai dalam bentuk hamparan dengan luas antara 300 Ha s/d 1.500 Ha, yang terdapat pada 3 wilayah Kecamatan, yaitu Kecamatan Pasangkayu, Baras dan Sarudu. Tanaman Jeruk pada awalnya dikembangkan di Tanamoni Desa Dapurang pada Tahun 1985 dengan menggunakan bibit berbatang-bawah Japansche citroen (lC) dengan populasi tanaman antara 400-500 pohon/Ha. Sedangkan luas awal pertanaman berkembang secara signifikan dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel4.
Luas areal Pertanaman
No.
Wilayah
I 2 3
Sarudu Baras Pasangkavu Jumlah
Jeruk di wilayah
Belum Produktif (Ha) 1.700 325 178 2.203
Produktif (Ha) 1.936 600 165 2.701
Sentra Agribisnis Jumlah (Ha) 3.636 925 343 4.804
Produktifitas (KwlHa) 785 570 570
Sarana dan Prasarana Kondisi sarana jalan pada lokasi sentra jeruk di Kabupaten Mamuju Utara adalah ± 40% berada dipinggir jalan poros trans Sulawesi, ± 25% berada pada jalan -' transmigrasi dan sisanya berada pada jalan Desa. Untuk sarana pemasaran, produksi jeruk Kabupaten Mamuju Utara umumnya dipasarkan keseluruh ibukota propinsi di Sulawesi, ke Pulau Kalimantan, Jawa dan Bali. Tingkat mobilitas pemasaran jeruk ke daerah tujuan seperti Kaltim cukup lancar dengan waktu pengangkutan sejak panen sampai dipasar paling lama 3-4 hari, sedangkan untuk tujuan Jawa dan Bali paling lama 5 hari. Sedangkan untuk pengolahan hasil masih merupakan wacana dengan mencari investor, yaitu dengan mendirikan pabrik pengolahan pada wilayah sentra agribisnis jeruk. Bibit Bibit tanaman jeruk masih merupakan masalah agribisnis jeruk dengan kualitas dan daya saing tinggi, cukup besar, sedangkan produksi bibit dari penangkan sehingga memperoleh bibit dari berbagai sumber yang
106
dalam menciptakan kawasan karena kebutuhan bibit jeruk binaan belum dapat dipenuhi tidakjelas standar mutunya.
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
Budidaya Jenis budidaya yang dilakukan oleh petani adalah semi intensif dan non intensif. Penggunaan pupuk, dan obat-obatan belum sesuai dengan anjuran paket teknologi seperti dosis jenis, waktu dan cara aplikasi. Pola Tanam. Pola tanaman jeruk di Kabupaten Mamuju adalah tanaman monokultur. Hanya pada awal pertanaman sampai umur 2 tahun biasanya ditanami dengan tanaman se la seperti jagung dan kedelai. Hal ini dimaksudkan agar selama tanaman pokok belum menghasilkan, petani dapat memperoleh hasil dari tanaman sela. Pemupukan. Jenis pupuk yang digunakan adalah Urea, TSP, KCI dan ZPT. Adapun dosis penggunaan pupuk masih bervariasi tergantung dari daya beli petani. Biasanya pemupukan baru dilakukan setelah tanaman menghasilkan. Penyiraman. Penyiraman untuk tanaman jeruk dengan pompanisasi belum dilakukan mengingat areal tanaman jeruk di Kabupaten Mamuju umumnya diusahakan pada daerah rendah dengan ketinggian 0-15 m dpl. Dengan permukaan air tanah dangkal. Pengairan dilakukan dengan sistem surjan yaitu membuat paritparit di antara baris tanaman sehingga kebutuhan air t~naman cukup tersedia pada genangan air dalam parit. Pemangkasan. Pemeliharaan tanaman khususnya pemangkasan, baik pemangkasan bentuk maupun produksi belum banyak dilaksanakan. Hal ini disebabkan petani belum menyadari akan manfaat dari pemangkasan terse but. Dengan pemangkasan, bentuk maupun produksi memiliki ban yak keuntungan baik untuk penampilan pohon maupun untuk mengatur waktu produksi, memperbaiki kualitas buah dan menekan serangan Hama penyakit untuk ini perlu dilakukan upaya pembinaan kebun seperti pemangkasan untuk mengatur pembuahan. Pengendalian OPT. Serangan organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang ada dipertanaman masih dalam kategori intensitas serangan ringan sampai sedang seperti jamur kulit, diplodia dan kutu putih. Cara pengendalian dilakukan dengan kimiawi. Adapun dosis dan jenis belum dapat disampaikan karena keterbatasan data dari lapangan. Sanitasi Kebun. Sanitasi kebun dengan dilaksanakan dengan penyiangan pemangkasan dan lain-lain sehingga sirkulasi udara dan penerimaan sinar matahari cukup baik.
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
107
.
Perlakuan Pembungaan. Perlakuan pembungaan belum ban yak dilakukan dan adapun yang melakukan biasanya menggunakan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan zat perangsang buah untuk merangsang keluarnya pucuk terutama tanaman habis panen. Panen Panen dilakukan dengan cara merompes buah atau dengan menggunakan gunting, sedangkan waktu panen biasanya waktu pagi. Hasil panen biasanya dikumpul dan dimasukkan dalam temp at penyimpanan atau langsung dimasukkan ke dalam peti kayu dengan kapasitas 30-40 kg/peti. Namun yang menjadi masalah adalah jarak antara kebun dengan jalan poros diatas 500 M dimana hasil panen diangkut dengan menggunakan gerobak sehingga memerlukan waktu sampai dua hari. Kondisi ini menyebabkan turunnya kualitas buah sebelum mencapai tujuan pemasaran. Pengolahan Teknologi Pasca panen dilakukan baru tahap inovasi sosialisasi seperti sortasi, grading, packaging dan penyimpanan. Sedangkan packaging dengan menggunakan peti kayu dengan kapasitas 30-40 kg/peti telah mulai dirasakan manfaatnya seperti rendahnya kerusakan buah. Kerusakan buah selama pengangkutan dapat diminimalisir dengan menggunakan wadah, hanya saja yang menjadi kendala yaitu harga wadah mencapai Rp. 7.500/peti, sehingga perlu dicarialternatif lain seperti keranjang plastik yang dapat dipakai berulang kali. Pemasaran Rantai Pemasaran buah jeruk di Petani-Pedagang Pengumpul-Pedagang
daerah Mamuju Utara Antar Pulau dan Grosir
UPAYA PENINGKATAN
mengikuti
alur
DAY A SAING
Peranan pemerintah daerah dalam rangka percepatan pengembangan agribisnis di Mamuju Utara adalh lebih banyak berfungsi sebagai dinamisator, katalisator, Fasilitator serta penyediaan fasilitas umum yang tidak dapat disediakan oleh masyarakat,
108
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
Peranan Pemerintah tersebut ditujukan pada upaya pengembangan keunggulan komparatif wilayah dalam rangka pengembangan sentra agribisnis sesuai karakteristik wilayah, sehingga dapat menghasilkan komoditas dengan daya saing tinggi dibandingkan dengan daerah lain. Dalam upaya mendorong pengembangan agribisnis holtikultura, maka kebijakan yang diambil pemerintah perIu berpihak kepada pelaksanaan kegiatan usaha kelompok dan dukungan fasilitasi kelembagaan untuk menciptakan kerja kelompok secara harmonis serta bantuan pendanaan dari pemerintah maupun dari sumber-sumber pendanaan lainnya. Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan dan program antarsemua pihak yang terkait sangat diperlukan untuk mencapai sinergisme antar sentra produksi dan pemasaran, dalam hal ini pemerintah daerah berperan dalam memfasilitasi, melayani dan mendorong berkembangnya sistem agribisnis Holtikultura (Jeruk), melalui dukungan sarana dan prasarana serta penciptaan iklim yang kondusif. Peranan pemerintah dalam menciptakan kondisi usaha yang kondusif bagi pengembangan usaha agribisnis holtikultura sangat diperlukanmulai dari penyediaan bibit yang bermutu sampai kepada sistem budidaya dan penanganan hasil yang baik dengan dukungan kinerja kelompok yang produktif. Dengan demikian maka kegiatan yang dilaksanakan benar-benar berdampak pada peningkatan produksi dan mutu produk yang dapat mendukung terjadinya pengembangan agribisnis holtikultura (jeruk) secara berkesinambungan. Berbagai peranan pemerintah daerah dalam menciptakan kondisi usaha yang kondusif antara lain adalah : (1) Mengeluarkan kebijakan yang dapat mendukung pengembangan ekonomi wilayah setempat dalam bentuk penguatan permodalan yang bersumber dari berbagi lembaga finansial, (2) Pengembangan dan penyediaan sistem informasi yang lengkap tentang keadaan produksi, permintaan dan akses pasar sehingga dapat dimanfaatkan oleh pelaku agribisnis holtikultura untuk mencari berbagai alternatif pemasaran, (3) Memberikan bantuan tehnis dan penyediaan teknologi prosessing untuk mendukung suplay pasar yang semakin selektif, (4) Fasilitasi peningkatan kualitas dan kinerja Somber Daya Manusia yang terlibat dalam sektor pertanian, sehingga mampu mengelola usaha agribisnis secara mandiri dan propersional, berupa pengembangan dan pembinaan kelompok usaha agribisnis, serta fasilitasi peningkatan partisipasi masyarakat dalam peningkatan usaha agribisnis pada kawasan setra produksi jeruk, (5) Pengembangan sarana dan prasarana sebagai pendukung kegiatan perekonomian wilayah secara umum,
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
109
(6) Bantuan dana awal untuk penguatan modal usaha, (7) Mengatur alokasi ruang (tata guna lahan) sehingga pemanfaatan lahan dan sumber daya alam lainnya sesuai dengan peruntukannya, (8) Mengembangkan dan memberdayakan institusi pemerintah yang berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai pendorong dan fasilitator pengembangan usaha agribisnis holtikultura, (9) Mendorong terbentuknya organisasi atau asosiasi usaha agribisnis holtikultura yang kuat dan propesional, (10) Membina dan mengarahkan industri pengolahan hasil pertanian maupun pemasaran hasil untuk bekerjasama dan bermitra dengan kelompok usaha agribisnis holtikultura yang telah dibina, (11) Menjembatani kepentingan antara kelompok usaha agribisnis holtikultura dengan pihak mitra (Industri, Pengolahan hasil dan Pedagang) dengan prinsipsaling mendukung, saling menguntungkan dan saling ketergantungan, dan (12) Menumbuhkan kewirausahaan pada kelompok agribisnis binaan, sehingga mau dan mampu menangani usaha agribisnis holtikultura secara utuh dan propesional.
PENGEMBANGAN
PASAR
Penduduk Indonesia yang besar jumlahnya, dan terjadinya peningkatan komsumsi produk holtikultura seiring dengan peningkatan pendidikan, pendapatan dan kesejahteraan masyarakat, merupakan potensi pangsa pasar holtikultura, hanya saja pasar ini belum dimanfaatkan secara optimal. Pengembangan produksi dan pemasaran dilakukan secara simultan dalam rangka menjaga keseimbangan antara suplai dengan permintaan. Produksi jeruk Kabupaten Mamuju Utara telah dipasarkan pada wilayah pulau Sulawesi, Kalimantan, Jawa dan Bali yang meliputi pasar tradisional sampai pasar modern. Untuk lebih mengembangkan peluang pasar yang telah diraih, maka jaminan kuantitas, kualitas dan kontinuitas produksi sangat diperlukan, untuk itu peranan pemerintah sangat penting, diantaranya adalah : 1) Membantu melakukan promosi produk secara konsisten dan berkesinambungan, 2) Memfasilitasi pemasaran jeruk keluar daerah, 3) Menyediakan informasi akurat, valid up to date tentang keadaan dan keseimbangan antara produksi dengan permintaan, informasi pasar dari berbagai sentra produksi dan Pemasaran, dan 4) Pengembanganmutu produk sehingga sesuai dengan kualitas, performance dan keinginan konsumen.
110
Presiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
UPAYA PENINGKATAN
KUALITAS, KELEMBAGAAN HOLTIKULTURA
AGRIBISNIS
Dalam rangka pemberdayaan dan pengembangan fungsi kelompok tani menjadi kelompok usaha, maka perlu diawali dengan revitalisasi kelompok tani dan penumbuhan gabungan kelompok tani/asosiasi. Kinerja kelompok usaha harus jelas berorientasi pada peningkatan partisipasi petani, peningkatan efisiensi usaha dan nilai tambah serta penguatan keunggulan bersaing dengan pilihan ekonomi lainnya. Tujuan pengembangan fungsi kelompok tani menjadi kelompok usaha agribisnis adalah untuk mewujudkan berkembangnya kelompok tani menjadi kekuatan social ekonomi pedesaan dengan cara : (1) Meningkatkan dan memantapkan kemampuan kelompok tani dalam melaksanakan usaha agribisnis melalui wadah kelompok usaha, (2) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas pemanfaatan sumber day a pertanian setempat sebagai upaya peningkatan nilai tambah bagi para anggota kelompok, (3) Meningkatkan partisipasi para petani, khususnya dalam pembangunan subsektor holtikulura dan pembangunan wilayahpada umumnya, (4) Mengembangkan usaha melalui peningkatan skala usaha, cakupan usaha, posisi tawar serta peningkatan akses dan jaringan usaha, dan (5) Mengembangkan usaha melalui kemitraan atas dasar kesetaraan, saling menguntungkan dan saling membutuhkan. Suatu hal yang perlu ditanamkan bahwa konsumen selalu haus akan produkproduk baru dengan kualitas baik, dalam hal ini kelompok agribisnis diharapkan berperan sebagai ujung tombak dan kunci penentu dalam menghasilkan produksi holtikultura (jeruk) yang berkualitas, melalui pengelolaan usahatani yang efektif dan efesien. Untuk itu kualitas dan peran dari kelompok tani perlu ditingkatkan, tidak hanya sebagai agen penerima, pemakai, dan penyebar informasi teknologi di masyarakat, tetapi juga sebagai wirausahawan agribisnis. Penumbuhan Agribisnis holtikultura di pedesaan dilakukan melalui pembedayaan petani dan kelembangaan petani yang ada untuk diarahkan pad a usaha yang berorientasi bisnis.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Optimalisasi kegiatan pengembangan holtikultura (Jeruk) dilakukan dengan pengelolaan usahatani melalui pendekatan agribisnis, dengan mengerahkan semua komponen sistem agribisnis melalui kerjasama yang saling menguntungkan dan saling ketergantungan.
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
111
Peran pemerintah daerah sangat dibutuhkan sebagai fasilitator, katalisator, pembinaan dan pengarahan kepada semua pelaku agribisnis harus dilaksanakan secara berkelanjutan sehingga tercapai kinerja yang sinergis menuju tercapainya pengembangan agribisnis holtikultura secara optimal. Peningkatan mutu pengelolaan lingkungan dan pertanaman, serta pengelolaan hasil yang didukung oleh infrastruktur yang cukup, pada wilayah pengembangan sentra agribisnis jeruk sangat diperlukan untuk meningkatkan daya saing pemasaran. Menjembatani kepentingan petani dengan mitra usaha (Bank, pedagang, pengolah, supermarket) sangat diperlukan dalam rangka pengembangan usaha dan peningkatan kemampuan bisnis, sehingga penumpukan hasil ataupun harga yang tidak layak dapat dihindari. Dalam rangka optimalisasi pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Mamuju Utara, yang mampu memberikan konstribusi yang cukup besar terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta peningkatan pendapatan asli daerah, maka strategi pengembangan yang harus dilaksanakan meliputi beberapa kegiatan yaitu: 1) Penyediaan bibit bermutu, 2) Pembinaan teknik budidaya (pengelolaan pertanaman), 3) Pembinaan teknik penanganan hasil, 4) Pemberdayaan lembaga kelompok tani, dan 5) Memfasilitasi hubungan antara kelompok usaha agribisnis jeruk dengan pengusaha industri pengolahan hasil, pedagang dan lembaga finansial.
112
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004