PENGEMBANGAN PRASARANA DRAINASE KOTA DI KABUPATEN MAMUJU UTARA DRAINAGE INFRASTRUCTURE DEVELOPMENT IN THE CITY OF NORTH DISTRICT PRODUKTION
Muliadi, Muh. Saleh Pallu, Nur Ali, Jurusan Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, Makassar
Alamat Korespondensi Muliadi Fakultas Teknik Jurusan Sipil Universitas Hasanuddin Makassar, 90245 Hp : 081 355 669 579 Email :
[email protected]
Abstrak Kawasan perkotaan yang terbangun memerlukan adanya dukungan prasarana dan sarana yang baik dan dijangkau oleh masyarakat berpenghasilan menengah dan rendah. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis kondisi eksisting prasarana drainase Kota Pasangkayu dan untuk menganalisis kelayakan pengembangan saluran drainase Kota Pasangkayu untuk jangka panjang. Berdasarkan analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat deskriptif kuantitatif yang didapatkan dari data primer dan sekunder, dimana penelitian berupaya menjelaskan kondisi dan kinerja prasarana drainase Kota Pasangkayu sekarang maupun yang akan datang. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik genangan serta kondisi bangunan dan operasi dan pemeliharaan terhadap sanitasi sangat berpengaruh kelayakan saluran drainase. Kondisi sistem drainase Kota Pasangkayu mempunyai sistem drainase yang tidak jelas. Saluran utama primer, sekunder maupun tersier sudah tidak dapat lagi menampung debit air limpasan, karena dimensi saluran sudah banyak tertimbun, rusak dan terjadi penyempitan. Saluran-saluran yang berada di sisi jalan hampir seluruhnya berdimensi sama. Banyak ruas jalan yang belum dibuatkan saluran drainasenya. Banyak saluran drainase yang buntu, belum disambungkan ke saluran pembuang utama. Saluran-saluran saling berhubungan dan tidak jelas kemana arah alirannya. Pengembangan drainase Kota Pasangkayu sangat perlu dilakukan mengingat kondisi drainase Kota Pasangkayu sudah tidak mampu lagi menampung air limpasan permukaan. Hal ini juga diakibatkan belum adanya Master Plan drainase Kota Pasangkayu yang mengatur tata letak dimensi bangunan drainase. kata kunci : draenase, genangan, operasi dan pemeliharan Abstract This study aims to identify and analyze the existing conditions Pasangkayu City drainage infrastructure and to analyze the feasibility of developing a drainage channel Pasangkayu City for the long term . Based on the analysis used in this research is descriptive quantitative derived from primary and secondary data , which the research seeks to explain the condition and performance of drainage infrastructure Pasangkayu City now or in the future . The results showed that the inundation characteristics and condition of the building and the operation and maintenance of the sanitary drainage feasibility influential . Conditions Pasangkayu City drainage system has a drainage system that is not clear . The main channel of primary , secondary and tertiary is not clear , because the dimensions of the channel did not show much difference . Channels that are on the side of the road almost entirely the same dimension . Many roads are not made drainage channel . Many drainage channels are clogged , not connected to the main exhaust duct . Channels are interconnected and it is not clear where the direction of flow . Development Pasangkayu City drainage is necessary to remember Pasangkayu City drainage conditions are no longer able to accommodate water runoff . It is also due to the absence of a Master Plan governing drainage Pasangkayu City dimensional layout of the building drainage . Keywords: draenase, inundation, operation and maintenance
PENDAHULUAN Kecenderungan masyarakat dari daerah/kecamatan yang menempatkan Kota Pasangkayu sebagai salah satu kota dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi dalam pertahunnya, merupakan masalah baru bagi Pemerintah Daerah dalam menata kondisi tata guna lahan kota yang semakin tidak terkendali. Untuk mencegah dampak yang lebih besar dimasa mendatang, diperlukan sebuah konsep perencanan suatu sistim drainase yang berkelanjutan serta merupakan usaha yang bersifat komprensif dan terpadu meliputi seluruh proses dan aspek dalam penanganan sistem drainase perkotaan di kabupaten Mamuju Utara, dimana konsep ini bersinergi dengan konsep Tata Ruang Kabupaten Mamuju Utara. Konsep perencanan suatu sistim drainase yang berkelanjutan merupakan usahausaha yang komprensif dan integrative yang meliputi seluruh proses dan aspek (Suripin, 2004). Dalam
urusan
penanganan
permasalahan
drainase
perkotaan,
Kota
Pasangkayu mempunyai permasalahan rumit yang disebabkan oleh keadaan alam dan kondisi topografi setempat, dimana kawasan permukiman lebih rendah atau sama dengan permukaan air laut, jika musim penghujan limpasan air dari daerah perbukitan cukup besar, sehingga pada beberapa saluran induk yang ada tidak mampu mengatasi debit air limpasan, jika terjadi musim penghujan dalam waktu yang bersamaan dengan air pasang. Sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan pengelolaan drainase kota yang konprehensif, terpadu dan berkelanjutan, maka seharusnya dilakukan langkah efektif untuk menanganinya. Keikutsertaan publik adalah suatu kesempatan untuk otoritas yangberkenaan dengan kota untuk menilai kelayakan yang sosial dalam sistim manajemen dalam menanggapi strategi banjir. (Tucci, 2004). Dengan gambaran tersebut di atas, maka penulis mencoba menyajikannya dalam suatu penelitian dengan judul Studi Pengembangan Prasarana Drainase Kota di Kabupaten Mamuju Utara yang bertujuan mengidentifikasi dan menganalisis kondisi eksisting prasarana drainase Kota Pasangkayu saat ini serta menganalisis kelayakan pengembangan saluran drainase Kota Pasangkayu untuk jangka panjang.
BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan langsung di Kota Pasangkayu Kabupaten Mamuju Utara. Pemilihan lokasi ini didasarkan atas pertimbangan bahwa daerah ini merupakan pusat kota dan memiliki pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, sehingga masih menghadapi berbagai permasalahan, termasuk masalah penanganan banjir genangan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November sampai dengan Desember 2013. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder, yaitu: Data primer, adalah data yang diperoleh dari observasi dan wawancara langsung di lapangan. Observasi, yaitu melakukan survei secara langsung mengenai kondisi prasarana drainase kota. Wawancara, yaitu melakukan wawancara langsung dengan masyarakat setempat. Data sekunder, adalah data yang diperoleh dari instansi yang terkait dengan penelitian ini, utamanya Dinas Tata Ruang dan Kebersihan
Kota Pasangkayu serta Dinas PU
Kabupaten Mamuju Utara. Teknik Analisa Data Konsep dasar dalam penelitian ini adalah bagaimana menentukan kelayakan pengembangan drainase kota sehingga diperoleh rumusan strategi yang jelas untuk perencanaan jaringan drainase kota ke depan. Menurut (Sumarto, 1995) menghitung debit banjir rencana tergantung pada data yang tersedia. Tujuan dari analisis ini adalah menentukan faktor-faktor strategis baik internal maupun eksternal yang akan menentukan masa depan meliputi: internal (performance): struktur organisasi, budaya, sumber daya (aset, ketrampilan/SDM, pengetahuan, dll) dan eksternal: politik, sosial, ekonomi dan teknologi. Adapun tahapannya dari analisis SWOT adalah menetapkan obyek penelitian, identifikasi lingkungan internal dan lingkungan eksternal, identifikasi faktor-faktor lingkungan internal, identifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal, dan berikan data pendukung / referensi atas faktor-faktor tersebut.
Variabel Penelitian Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, variabel-variabel yang perlu diperhatikan dalam pengukuran, diukur pada suatu tampang flume dengan jarak pengukuran 600 cm dari flume entrance, pengukuran dilakukan pada lokasi penempatan model setengah panjang flume, dengan harapan perolehan data pengukuran tersebut tidak terpengaruh oleh air balik pada flume, adapun variabel yang diteliti adalah kecepatan (V), debit (Q) dan tinggi muka air (Yo). Defenisi Operasional Untuk menyamakan persepsi dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya defenisi operasional. Meliputi tata guna lahan adalah pola pemanfaatan lahan pada suatu kawasan yang berkaitan dengan aktifitas masyarakat yang berada dikawasan
tersebut (Soefaat, 1999). prasarana drainase adalah bangunan yang bertujuan untuk
mengatasi terjadinya genangan air (Sukarto, H, 1999). Intensitas Hujan, adalah derasnya hujan yang jatuh pada daerah tadah hujan, ukuran daerah hujan yaitu akumulasi tinggi hujan pada jangka waktu tertentu, dinyatakan dalam satuan mm/menit. Sedang data curah hujan digunakan dalam perhitungan dimensi saluran drainase dan bangunan-bangunan drainase. HASIL PENELITIAN Letak geografi dan administrasi Kecamatan Pasangkayu memiliki luas wilayah administrasi sebesar 310,91 Km2. Sebagian besar kelurahan/desa dalam wilayah administratif kecamatan Pasangkayu merupakan area IbuKota Kabupaten Mamuju Utara sehingga dijadikan sebagai orientasi dari kawasan perencanaan Kota Pasangkayu. Secara geografis Kecamatan Pasangkayu terletak pada posisi 0052'110" Lintang Selatan – 2054'552" Lintang Selatan dan 11054'47" Bujur Timur - 13°5'35" Bujur Timur. Secara administrasi Kecamatan Pasangkayu berbatasan sebagai berikut: Sebelah Utara dengan Kecamatan Bambalomotu. Sebelah Timur dengan Kabupaten Donggala (Provinsi Sulawesi Tengah). Sebelah Selatan dengan Kecamatan Pedongga. Sebelah
Barat dengan Selat Makassar. Secara detail Kota Pasangkayu sebagai lokasi wilayah penelitian disajikan pada (Gambar 1). Topografi Secara fisik wilayah Kota Pasangkayu didominasi oleh lahan datar dan sedikit bukit gambaran mengenai kondisi topografi wilayah Kota Pasangkayu disajikan pada Tabel 3. Dalam kaitannya dengan topografi yang relatif datar, maka pada musim hujan sering menimbulkan masalah dalam bentuk daerah genangan, sehingga dalam pengembangan fisik Kota perlu perencanaan yang matang tentang sistem jaringan air hujan dan air limbah. Survei topografi yang telah dilakukan meliputi persiapan peta topografi dan survei tambahan (spot survey)/survei saluran rencana profil saluran drainase dan bangunan-bangunan drainase. Data survey topografi terlampir. Peta topografi yang diperoleh mempunyai koordinat yang jelas. Titik koordinatnya mudah ditemukan di lapangan dan mempunyai ukuran ketinggian (garis kontur) serta dapat memberikan gambaran permukaan tanah secara 2 dimensi. Peta topografi ini digunakan saat penyusunan tata ruang, elevasi perencanaan sistem drainase, genangan air hujan, arah aliran air hujan, dan daerah aman untuk jalan dan pemukiman. Hidrologi Fisik dari wilayah dari aspek hidrologi dapat tergambar dari ketinggian air muka tanah dan keberadaan sungai, baik sungai besar maupun sungai kecil. Wilayah Kecamatan Pasangkayu cukup dikenal dengan adanya sungai-sungai besar membentang dalam wilayah ini, yakni sebanyak 3 sungai besar, yang terdiri dari: Sungai Babia, Sungai Sulu, dan Sungai Pasangkayu. Sementara ketinggian air muka tanah secara umum di wilayah ini berada pada kisaran 1,0 - 2,0 meter. Curah hujan (Hidroklimatologi) Total curah hujan di Kabupaten Mamuju Utara berkisar antara 99 mm3 hingga 550 mm3. Sedangkan total hari hujan antara 5 sampai 23 hari dalam satu bulan, dengan total curah hujan tertinggi pada bulan Juli dan hari hujan terbanyak pada bulan September. Total hari hujan per bulan di Kabupaten Mamuju Utara tahun 2010 (hari) seperti pada (Gambar 2) dan total curah hujan per bulan di Kabupaten Mamuju Utara tahun 2010 (mm3) pada (Gambar 3).
Iklim Iklim merupakan salah satu faktor ekosistem alam yang sangat berpengaruh terhadap semua kegiatan dan kehidupan manusia, antara lain pola usaha tani dan jenis tanaman pertanian yang diusahakan pada suatu tempat. Iklim dimaksud sebagai peluang statistik yang diperkirakan berpeluang terjadinya berbagai keadaan akibat fenomena lingkungan pada suatu tempat/wilayah selama kurun waktu yang sangat panjang. Adapun unsur yang menjadi penilaian iklim adalah curah hujan, suhu, kelembaban, radiasi matahari, angin dan tekanan udara. Kota Pasangkayu dan juga umumnya daerah provinsi Sulawesi Barat mempunyai tipe iklim tropis, sehingga sangat dipengaruhi oleh iklim laut yang biasanya heterogen sesuai indikasi umum iklim tropis. Suhu udara bulanan Kota Pasangkayu rata-rata 26,570 c dengan suhu maksimal rata-rata 31,030c dan suhu minimum rata-rata 23,460 c. Kelembaban udara relatif berkisar antara 77,7 - 85,6 % dengan kecepatan angin rata-rata maksimum 5,8 knots dan minimum 3,2 knots. Penggunaan lahan Perkembangan penduduk di wilayah Kecamatan Pasangkayu kurung waktu tahun 2000 - 2004 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini diperkirakan sebagai dampak dijadikannya sebagai wilayah kecamatan ini sebagai pusat pemerintahan atau ibuKota dan Kabupaten Mamuju Utara Tahun 2003. Jumlah penduduk Kecamatan Pasangkayu pada tahun 2008 sebanyak 18.394 jiwa
dengan
kepadatan
penduduk
rata-rata
82,56
(Jiwa/Km2).
Kelurahan
Pasangkayu merupakan desa yang terdapat dengan jumlah penduduk 8.616 jiwa dengan kepadatan penduduk 254,53 (Jiwa/Km2). Jumlah dan sebaran penduduk di Kecamatan Pasangkayu tahun 2008 diuraikan sesuai Tabel 1. Struktur penduduk menurut jenis kelamin di Kecamatan Pasangkayu masih sebagaimana wilayah-wilayah lain di Kabupaten Mamuju Utara masih lebih dominan penduduk laki-laki dari pada perempuan. Data yang ada pada tahun 2008 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki ada sebanyak 9.449 jiwa atau sebesar 51,37 %, sementara penduduk perempuan sebanyak 8.945 jiwa atau sebesar 48,63%. Sedangkan Struktur penduduk menurut agama dipaparkan sesuai Tabel 2.
PEMBAHASAN Banjir di Kota Pasangkayu pada dasarnya dapat dibagi dalam 3 (tiga) zona , yaitu : zona hulu, zona tengah dan zona hilir. Zona hulu yaitu daerah tepat didepan perbukitan, dimana aliran permukaan berasal dari daerah perbukitan. Genangan yang terdapat disini utamanya disebabkan oleh aliran permukaan yang cukup besar dari daerah perbukitan dan sangat kecilnya kapasitas saluran yang ada, bahkan di beberapa ruas jalan tidak tersedia saluran drainase. Zona tengah, yaitu zona yang terletak sekitar 200 s/d 600 m dari garis pantai. Genangan yang terjadi disini disebabkan oleh kondisi sistem tata air drainase yang kurang baik, serta kapasitas saluran yang terlalu kecil. Lahan pada umumnya berada dibawah badan jalan, yang merupakan salah satu sebab timbulnya genangan. Disamping itu di sepanjang saluran drainase terdapat banyak sampah dan kadang saluran drainase tertimbun oleh urugan tanah akibat kegiatan pembangunan yang belum selesai di lokasi yang bersangkutan. Zona hilir adalah zona sepanjang pantai. Genangan pada zona ini terutama disebabkan oleh elevasi lahan yang sangat rendah, bahkan beberapa diantaranya hampir sama dengan elevasi muka air laut, sehingga air sulit untuk di drain khususnya pada saat air pasang. Kondisi dimensi saluran drainase pada umumnya kapasitasnya sudah tidak memadai lagi untuk menampung debit aliran air hujan yang semakin hari semakin meningkat, akibat pendangkalan, penyempitan oleh limbah padat dan cair serta tertutupnya saluran oleh urugan tanah dan pasir di sertai dengan adanya pengaruh muka air akibat air pasang. Sebagian besar saluran drainase konstruksinya rusak dan mengalami pendangkalan. Gorong-gorong pada perlintasan jalan banyak yang rusak, akibat rancangan desain atau mutu konstruksinya yang kurang bagus. Sebagian saluran masih berupa saluran tanah. Akan tetapi untuk saluran primer yang terdapat pada ruas jalan trans Sulawesi sudah menggunakan saluran beton bertulang tipe kotak. Zero Delta Q Policy (ZDQP) adalah suatu kebijakan untuk mempertahankan besaran debit run off/debit limpasan supaya tidak bertambah dari waktu ke waktu, dan
memperbesar kesempatan air untuk berinfiltrasi ke dalam tanah (Wangsasusana D.,dkk 2012). Operasi dan pemeliharaan salah satu hal yang amat penting bagi operasional jaringan drainase terutama mengenai kebersihan saluran. Dimana sebahagian besar saluran drainase tertimbun dengan sampah sehingga debit air yang mengalir tersumbat dan menimbulkan banjir genangan. Kesadaran masyarakat tentang kebersihan saluran sangat perlu untuk ditingkatkan agar tidak menaruh barang apapun di saluran drainase seperti halnya yang terjadi di beberapa ruas jalan, saluran drainase tertimbun tanah akibat pembangunan prasarana yang belum selesai. Bahwa terjadinya peningkatan pada lahan terbangun dan penurunan ruang terbuka hijau. Hal ini akan menyebabkan daya resap tanah menjadi berkurang dan limpasan permukaan semakin bertambah (Yelsa M.,dkk 2012). Sanitasi masalah utama yang dihadapi Kota Pasangkayu yang erat kaitannya dengan masalah air limbah dan masalah sampah, dimana drainase adalah ilmu tentang pengeringan tanah (Haryono, 1999). Dibeberapa tempat air limbah rumah tangga dibuang ke saluran drainase sehingga tampak kotor disamping itu sampah terdapat hampir di mana-mana yang merupakan salah satu faktor tersumbatnya saluran drainase yang menyebabkan banjir genangan (Saragi TE, 2007). Aspek dalam pengelolaan yang terpadu adalah aspek kelembagaan (organisasi/institusi). Kerjasama, pembagian tugas sesuai fungsi, hak dan kewenangan,
dan
terjadinya
hubungan
kerja
yang
harmonis
antar
organisasi/institusi yang terkait dengan pengelolaan menjadikan pengelolaan dapat dilakukan secara efektif dan efisien ( Kodoatie,2005). KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil analisis kondisi dan pengembangan drainase Kota Pasangkayu, maka dapat ditarik kesimpulan adalah kondisi sistem drainase Kota Pasangkayu mempunyai sistem drainase yang sudah tidak dapat lagi menampung debit air limpasan. Saluran utama primer, sekunder maupun tersier memerlukan normalisasi dan pengembangan, karena dimensi saluran drainase sudah banyak tertimbun, rusak
dan terjadi penyempitan. Banyak ruas jalan yang belum dibuatkan saluran
drainasenya serta banyak yang buntu/tersumbat akibat tumpukan sampah dan erosi tanah, belum disambungkan ke saluran pembuang utama. Saluran-saluran saling berhubungan dan tidak jelas kemana arah alirannya. Pengembangan drainase Kota Pasangkayu sangat perlu dilakukan mengingat kondisi drainase Kota Pasangkayu sudah tidak mampu lagi menampung air limpasan permukaan. Hal ini juga diakibatkan belum adanya Master Plan drainase Kota Pasangkayu yang mengatur tata letak dimensi bangunan drainase. Beberapa saran yang dapat kami melihat kondisi drainase Kota Pasangkayu saat ini maka pemerintah daerah Kota Pasangkayu hendaknya melakukan perbaikan-perbaikan
dan pengembangan saluran drainase untuk menghindari
banjir dan genangan. Pemerintah dareah Kota Pasangakayu hendaknya melakukan kegiatan-kegiatan ke masyarakat tentang keberadaan dan fungsi drainase agar masyarakat lebih memahami akan pentingnya keberadaan drainase sehingga masyarakat berpartisi secara langsung maupun tidak langsung terhadap masalah banjir dan genangan yang terjadi di Kota Pasangkayu. Aspek dalam pengelolaan yang
terpadu
adalah
aspek
kelembagaan
(organisasi/institusi).
Kerjasama,
pembagian tugas sesuai fungsi, hak dan kewenangan, dan terjadinya hubungan kerja yang harmonis antar organisasi/institusi dan masyarakat yang terkait dengan pengelolaan menjadikan pengelolaan saluran drainase secara efektif dan efisien. DAFTAR PUSTAKA Badan Pusat Statistik Sulawesi Barat. 2011. Mamuju Dalam Angka. Mamuju. Dinas Pekerjaan Umum. 2003. Data Base Kajian drainase. Mamuju. Haryono, Sukarto. 1999. Drainase Perkotaan. Penerbit PT Mediatama Saptakarya, Jakarta. Kodoatie R.J. dan Sjarief, R. 2005. Pengelolaan Sumber daya air terpadu. Penerbit Andi, Yogyakarta. 357P. Soemarto. 1995. Hidrologi teknik. Penerbit Erlangga, Jakarta. Suripin. 2004. Sistim Drainase Perkotaan Berkelanjutan. Penerbit Andi, Yogyakarta. 384P. Soefaat., 1999, Hubungan Fungsional Teknik Sipil dan Tata Ruang Kota dan Daerah, Jilid I dan Jilid II, PT. Mediatama Saptakarya, Jakarta. Sukarto, H., 1999,Drainase Perkotaan, PT. Mediatama Saptakarya, Jakarta.
Saragi TE. 2007 Tinjauan Manajmen Sistim Drainase Kota Pematang Siantar, Jurnal USU Medan, Sumatra Utara. Tucci, C. E. M. (2004), Brazil: Flood Management Curitiba Metropolitan Area. Institutem of Hydraulic Research – Federal University of Rio Grande do Sul. Undang Undang No. 7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air. Pustaka Widyatama, Yogyakarta. Water Directorate, Department for Environtment Food and Rural Affair 2005. Sustainable Drainage System: Summary of Issues. Consultation Responses and Proposed Next Steps. United Kingdom. (Wangsasusana D.,dkk 2012), Kajian konsep zero delta q policy terhadap Adanya kebijakan pemekaran wilayah Kota Banjar Jawa Barat, Jurnal ITB Bandung. Yelza M dkk., 2012, Pengaruh Perubahan Tata Guna LahanTerhadap Debit Limpasan Drainase di Bukit Tinggi, Jurnal ITB Bandung.
Gambar 1. Peta Lokasi Kabupaten Mamuju Utara
Gambar 2. Total hari hujan per bulan di Kabupaten Mamuju Utara tahun 2010
Gambar 3. Grafik Total curah hujan per bulan di Kabupaten Mamuju Utara tahun 2010
Tabel 1.
No
Banyaknya Rumah Tangga, Penduduk, dan kepadatan penduduk Dirinci Per Desa/Kelurahan Di Kecamatan Pasang Kayu (BPS Kabupaten Mamuju, 2008)
Kelurahan/Desa
Rumah Tangga
Kepadatan Penduduk
Luas(Km2)
Penduduk
375
1.607
32,18
(Jiwa/Km2) 49,94
2.161
8.616
33,85
254,53
Ako
800
2.771
34,43
80,48
4
Martajaya
349
1.527
33,02
46,24
5
Gunung Sari
582
2.331
58,17
40,07
6
Pakkawa
373
1.542
31,15
49,56
Jumlah 2008
4.640
18.394
222,80
82,56
Jumlah 2007
4.241
17.677
222,80
79,34
1
Karya Bersama
2
Pasangkayu
3
Tabel 2. Banyaknya penduduk pemeluk agama dirinci per desa/kelurahan di Kecamatan Pasang Kayu (Kantor Desa, 2008) No Kelurahan/Desa
Islam
Katolik
Protestan
Hindu
Budha
1
Karya Bersama
1.607
-
-
-
-
2
Pasangkayu
7.987
38
476
-
-
3
Ako
2.726
-
45
-
-
4
Martajaya
538
52
29
-
-
5
Gunung Sari
1.183
18
315
-
-
6
Pakkawa
646
96
800
-
-
14.667
204
1.665
-
-
Jumlah
BERKAS PENSYARATAN SEMINAR HASIL PENELITIAN MAGISTER STUDI PENGEMBANGAN PRASARANA DRAINASE KOTA DI KABUPATEN MAMUJU UTARA
MULIADI P230 4209 503
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014