ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 PROFIL PENGEMBANGAN TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN CILACAP JAWA TENGAH Profile of Development of Food Crops in Cilacap District, Central Java Oleh: Adwi Herry K.E dan Tobari Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Unsoed, Purwokerto Alamat Korespondensi: Adwy Herry K.E (
[email protected]) ABSTRAK Pembangunan sektor pertanian harus mampu memanfaatkan keunggulan komparatif dari setiap wilayah yang berbeda, sehingga mampu memberikan dampak ekonomi pada wilayah tersebut. Penelitian bertujuan untuk mempelajari wilayah yang berpotensi memiliki komoditas basis tanaman pangan yang bersifat spesifik dan memiliki unggulan pasar, sebaran masing-masing komoditas tanaman pangan di wilayah yang bersangkutan, surplus produksi atau pendapatan komoditas basis tanaman pangan di setiap wilayah, pengaruh efek pengganda produksi atau pendapatan komoditas basis tanaman pangan terhadap peningkatan produksi atau pendapatan komoditas non basis, dan Tingkat pertumbuhan komoditas basis tanaman pangan. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Terdapat 6 komoditas basis tanaman pangan di Kabupaten Cilacap yaitu padi sawah, jagung, kedelai, kacang hijau, kacang tanah, dan ubi kayu, (2) Menurut lokalisasinya budidaya komoditas tanaman pangan cenderung menyebar tidak merata, dan tidak ada satupun wilayah kecamatan yang melakukan spesialisasi pada komoditas tanaman pangan tertentu, (3) Surplus produksi setiap wilayah kecamatan ada yang bernilai positif dan negatif, tetapi hampir semua komoditas basis memberikan kontribusi yang besar terhadap surplus di tingkat wilayah kecamatan, (4) Nilai efek pengganda produksi terbesar adalah Kecamatan Cipari, Karangpucung, dan Kecamatan Kawunganten dan (5) Hampir semua komoditas tanaman pangan mengalami pertumbuhan pesat dan secara umum 8 komoditas basis yang ada menjadi komoditas andalan di masing-masing Kecamatan di Kabupaten Cilacap. Kata kunci: tanaman pangan, keunggulan komperatif, kabupaten Cilacap
ABSTRACT Development agricultural sector have to able to exploit the comparability excellence from each every different region, so that able to give the economic impact at the region. Agriculture represent the especial activator of economic development of national. The mentioned caused agriculture able to create the economic growth, make-up of foreign exchange, development of food resilience, continuation of environment, opportunity extension work and try, and also economic development acceleration generalization [of] area. Therefore, rebuilding Indonesia economics of agriculture area precisely and realistic (Saragih,1999). Development agricultural sector of intensification program ekspanding, rehabilitate, up to diversified also the included in priority category to be developed, besides industrial area development and service. The mentioned by product to agricultural produce can be instructed better so that able to compete [in] international and also local market. This research aimed to determine the region which have potency own the commodity of bases of food crop having the character of specific and own to exeed the market, swampy forest of each commodity of food crop in pertinent region, surplus produce or earnings of commodity of bases of food crop in each every region, influence of effect multiplyer produce or earnings of commodity of bases of food crop to product increase or commodity earnings of[is non bases, and Mount the growth of commodity of bases of food crop. Result of research menunjukan that: (1) There are 6 commodity of bases of food crop [in] Regency Cilacap that is rice field paddy, maize, soy, green peanut, peanut, and cassava, ( 2) According to its localization [is] budidaya of commodity of food crop tend to to disseminate do not flatten, and there no regional of subdistrict conducting specialization of at certain food crop commodity, (3) Surplus produce each;every subdistrict region there [is] negative and positive valuable, but most of all bases commodity give the big contribution to surplus in regional storey level of subdistrict (4) Value of biggest effect pengganda production be subdistrict Cipari, Karangpucung, and Subdistrict Kawunganten and (5) Most of all commodity of food crop experience of the fast growth in Regency Cilacap, and in general 8 existing bases commodity become the pledge commodity in each subdistrict of exist in Regency Cilacap Key words: area, food crops, comparativeness, Cilacap District
146
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 tambahan ketersediaan pangan yang lebih
PENDAHULUAN Kegiatan
pembangunan
wilayah
dari 2 kali lipat jumlah kebutuhan saat ini.
melalui pendekatan sektor pertanian harus
Kondisi ini mengakibatkan Indonesia harus
mampu
keunggulan
mengimpor produk-produk pertanian untuk
komparatif setiap wilayah yang berbeda,
memenuhi kebutuhan dalam negerinya.
sehingga mampu memberikan dampak
Tercatat, Indonesia harus melakukan impor
ekonomi
kedelai sebanyak 1.277.685 ton pada tahun
mendayaupayakan
kepada
Pembangunan
wilayah
dapat
2000 dengan nilai nominal sebesar US$
pembangunan
275 juta. Pada tahun yang sama, Indonesia
ekonomi wilayah (Saragih, 2001). Adanya
mengimpor sayur-sayuran senilai US$ 62
perbedaan
juta dan buah-buahan senilai US$ 65 juta
dijadikan
sektor
tersebut.
sebagai
pertanian
pilar
tersebut menyebabkan setiap
wilayah berbeda untuk mengembangkan potensinya.
Berkaitan
dengan
(Somarno, 2005).
profil
Sehubungan dengan kondisi tersebut,
wilayah pembangunan di sektor pertanian,
maka
diperlukan
cenderung mengutamakan pembangunan
komoditas
potensial
yang
pembangunan
nasional
dipandang memiliki keunggulan untuk
perkotaan sebagai
dikembangkan. Setiap wilayah kecamatan
pertumbuhan (engine of development) yang
mengusahakan komoditas pertanian yang
handal harus dilakukan revisi kembali.
berbeda.
Pembangunan
perlu
Perbedaan tersebut
diketahui
guna
dianggap
pengembangan,
khususnya komoditas tanaman pangan.
satu-satunya
yang
perdesaan
harus
mesin
mulai
didorong guna mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi. Hal tersebut
Seiring dengan meningkatnya jumlah
disebabkan karena terdapatnya keterkaitan
penduduk di Indonesia yang diperkirakan
dan ketergantungan baik secara fungsional
pada tahun 2035 akan bertambah menjadi
maupun cara keruangan antara kawasan
dua kali lipat dari jumlah saat ini atau
perdesaan dan perkotaan.
menjadi 400 juta jiwa, telah memunculkan
Sektor pertanian rakyat serta usaha
kerisauan akan terjadinya keadaan “rawan
kecil dan menengah sebagian besar mampu
pangan” pada masa yang akan datang.
bertahan ketika terjadi krisis ekonomi dan
Selain itu, dengan semakin meningkatnya
menyelamatkan negara kita dari situasi
tingkat
pendidikan
masyarakat
terjadi
dan
kesejahteraan
yang lebih parah. Disamping pendekatan
pula
peningkatan
kemitraan dan penguatan jaringan, akan
konsumsi perkapita untuk berbagai jenis
disinergikan
pula
pangan, akibatnya dalam waktu 35 tahun
peningkatan nilai tambah produksi pada
yang akan datang Indonesia membutuhkan
usaha-usaha
kecil
dengan
yang
pendekatan
berorientasi
147
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 ekonomi
daerah
atau
pengembangan
ekonomi lokal. Tujuan
penelitian
adalah
pangan di Kabupaten Cilacap, mengetahui konsentrasi
dan
spesialisasi
tanaman pangan pada setiap wilayah kecamatan,
mengetahui
wilayah
yang
mengalami pertumbuhan dan mempunyai daya saing baik untuk usahatani tanaman pangan. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat
bagi Pemerintah
daerah Kabupaten Cilacap sebagai salah satu
acuan
dalam
pengembangan
bagi
merumuskan sektor
Analisis tersebut digunakan untuk
untuk
mengetahui potensi komoditas tanaman
tingkat
2. Analisis Pergeseran netto (net shift analysis)
arah
pertanian,
mengukur
METODE PENELITIAN
wilayah dibandingkan dengan lingkup yang lebih luas. Apabila pertumbuhan komoditas tertentu di suatu kecamatan lebih besar dibandingkan dengan rata-rata pertumbuhan komoditas yang sama di tingkat kabupaten, maka wilayah yang bersangkutan mempunyai potensi untuk pengembangan
data primer dan data sekunder yang diperoleh dari petani responden maupun dari dinas terkait seperti Dinas Pertanian dan peternakan, Bappeda, kantor statistik,
1. Analisis LQ = Si Ni atau LQ = Si S
Ni N
perkembangan relatif dapat dirumuskan
Vit (Vijp) STi Vip
SD
= Perbedaan pergeseran netto
Vijt = Volume aspek komoditas i di kecamatan j pada tahun t Vijp = Volume aspek komoditas i di kecamatan j pada tahun p = Volume aspek komoditas i di kabupaten pada tahun t
Vip = Volume aspek komoditas i di kabupaten pada tahun p 3. Analisis Super Impose (SI)
(Ma’mun dan Karyani, 2000) bertujuan untuk
membandingkan kemampuan suatu daerah menghasilkan
suatu
komoditas
dengan daerah lain
yang
merupakan
penghasil komoditas yang sama (Warpani, 1984).
Analisis super impose merupakan gabungan antara LQ dengan analisis pergeseran netto. Analisis ini digunakan untuk mengetahui komoditas andalan yang dapat dikembangkan di suatu daerah. Keterandalan
suatu
beberapa kriteria yaitu:
148
tersebut.
Analisis yang digunakan untuk mengetahui
Vit
dan analisis yang digunakan adalah:
dalam
komoditas
Keterangan:
Survai dilakukan dengan mengambil
tersebut
dari
komoditas tertentu antar daerah atau
SD Vijt
Teknik
relatif
(Soedjito, 1976):
khususnya tanaman pangan.
S N
perkembangan
komoditas
ada
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 1. Bukan Andalan, yaitu ditunjukkan oleh sel atau kotak kosong. 2. Kurang Andal (KA), ditunjukkan oleh sel atau kotak memiliki satu tanda plus (+).Cukup Andal (CA), ditunjukkan oleh sel atau kotak memiliki dua tanda
3. Sangat Andal (SA), ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki tiga tanda
Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui perubahan produksi disebabkan
oleh
perubahan
yang
produksi
nasional,
atau
perubahan
mempengaruhi
yang
perekonomian
akan yang
dirumuskan sebagai berikut.
plus (3+). 4. Cukup Andal (CA), ditunjukkan oleh sel atau kotak memiliki dua tanda plus
PN = (%Perubahan Total Produksi) X (Produksi Lokal pada Komoditas t1)
(2+). 5. Sangat Andal (SA), ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki tiga tanda
2) Pertumbuhan Proporsional (PPij) PP = (% Perubahan Total Produksi pada Komoditas - % Perubahan Total
plus (3+). 6. Paling Andal (PA), ditunjukkan oleh sel atau kotak memiliki empat tanda
Produksi) X (Produksi Komoditas Lokal pada t-1). Bila nilai PPij positif, berarti komoditas i yang berada di kecamatan j
plus (4+). 4. Koefisien Lokalisasi (), Analisis ini dapat digunakan untuk mengetahui penyebaran kegiatan tanaman pangan pada suatu kawasan sehingga diketahui tingkat
aglomerasi (Siregar,
2003).
pertumbuhannya lebih cepat dibandingkan pertumbuhan rata-rata komoditas yang sama di kecamatan lain. Jika nilai PPij negatif, berarti komoditas i di kecamatan j tersebut pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan komoditas
=
Si S Ni N
5. Koefisien Spesialisasi () =
1) Pertumbuhan Nasional atau Pertumbuhan Regional (PN atau PR)
regional, perubahan kebijakan ekonomi
plus (2+).
6. Analisis Shift and Share
Si Ni S N
pertumbuhan
yang
sama
di
rata-rata kecamatan
lainnya. 3) Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPWij) PPW = (% Perubahan Produksi komoditas Lokal - % Perubahan Total
Analisis ini dapat digunakan untuk
produksi Sektor) X (Produksi komoditas
mengetahui spesialisasi suatu daerah pada
pada t-1). Bila nilai PPWij positif berarti
kegiatan tanaman pangan (Siregar, 2003).
komoditas i yang berada di wilayah j memiliki kemampuan daya saing yang
149
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 lebih baik dibandingkan wilayah lainnya, dan sebaliknya bila nilai PPWij negatif
Y
= Jumlah (produksi) dari komoditas non basis.
berarti komoditas i di wilayah j kehilangan HASIL DAN PEMBAHASAN
daya saingnya. 4) PB = PPij + PPWij PBij = PPij + PPWij = Pergeseran bersih komoditas i pada kecamatan j. Bila nilai PBij positif berarti komoditas i pada kecamatan j tersebut progresif (cepat), sedangkan bila nilai PBij negatif berarti komoditas i pada kecamatan j tersebut
Potensi subsektor tanaman pangan di Kabupaten Cilacap, antara tahun 20012005 menunjukkan bahwa wilayah basis pengembangan untuk komoditas: a. Padi sawah terdapat pada Kecamatan Wanareja, Kroya, Majenang, Cipari, Kedungreja, Sampang,
lambat. 7. Surplus Produksi dan Pendapatan (SP) SP =
Si Ni xSi S N
Binangun, Nusawungu,
Adipala, Kesugihan,
Maos dan Kecamatan Patimuan. b. Wilayah kecamatan yang merupakan basis padi gogo adalah Kecamatan
Keterangan:
Jeruklegi, Bantarsari, Kawunganten,
SP
= Surplus Produksi
dan Kecamatan Kesugihan.
Si
= Jumlah produksi komoditas i pada tingkat wilayah (kecamatan)
S
= Jumlah total produksi komoditas i tingkat wilayah (kecamatan)
Ni
= Jumlah produksi komoditas i pada tingkat kabupaten
N
= Jumlah total produksi komoditas i tingkat kabupaten
8. Efek Pengganda Efek pengganda ini menunjukkan besarnya efek peningkatan produksi dari komoditas tanaman pangan. Rumusnya adalah: Q
basis kedelai di Kecamatan Jeruklegi, Gandrungmangu,
Bantarsasi,
dan
Kecamatan Kawunganten. d. Wilayah kecamatan yang merupakan basis jagung di Kecamatan Cilacap Selatan, Cilacap Tengah, Kampung Laut,
Jeruklegi,
Gandrungmangu,
Cipari,
Sidareja,
Bantarsari,
dan
Kecamatan Kawunganten. e. Wilayah kecamatan yang merupakan basis kacang tanah di Kecamatan
X Y N
Keterangan: Q
= Efek pengganda
X
= Jumlah (produksi) dari komoditas basis
150
c. Wilayah kecamatan yang merupakan
Cilacap Cipari,
Tengah, Sidareja,
Karangpucung, dan
Kecamatan
Gandrungmangu. f. Wilayah kecamatan yang merupakan basis kacang hijau ada di Kecamatan
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 Jeruklegi, Karangpucung, Bantarsari,
Cilacap Selatan, Cilacap Utara, Kampung
Kawunganten, dan Kecamatan Maos.
laut,
Wanareja,
Majenang,
Cipari,
g. Wilayah kecamatan yang merupakan
Kedungreja, Kroya, Sampang, Binangun,
basis ubi kayu ada di Kecamatan
Nusawungu, Kesugihan, Adipala, Maos
Jeruklegi, Dayeuhluhur, Cimanggu,
dan Kecamatan Patimuan. Padi gogo
Karangpucung,
Gandrungmangu,
cenderung memusat atau beraglomerasi
Sidareja, Bantarsari, Kawunganten,
pada kecamatan tertentu, yaitu di Cilacap
dan Kecamatan Kroya.
Tengah,
h. Wilayah yang merupakan basis ubi jalar
ada
di
Kecamatan
Cilacap
Kawunganten,
Jeruklegi Jagung
dan juga
Bantarsari,
kecamatan ada
Kesugihan.
indikasi
cenderung
Tengah, Cilacap Utara, Jeruklegi,
memusat di wilayah kecamatan Jeruklegi,
Cipari,
Sidatreja, Gandrungmangu, Bantarsasri,
Kawunganten,
Binangun,
Bantarsari,
Nusawungu,
dan
Kecamatan Kesugihan.
dan kecamatan Kawunganten. Adapun komoditas kedelai cenderung memusat
Tingkat konsentrasi dan spesialisasi
atau
beraglomerasi
pada
kecamatan
tanaman pangan di Kabupaten Cilacap
tertentu, yaitu di Bantarsari, Jeruklegi,
sebagai berikut:
Gandrungmangu
a) Koefisien Lokalisasi ()
Untuk kacang tanah juga
Terdapat
indikasi
bahwa
nilai
dan
Kawunganten. cenderung
memusat di Kecamatan Cilacap Tengah,
koefisien lokalisasi (α) suatu komoditas
Karangpucung,
sama
Gandrungmangu. Untuk komoditi kacang
dengan
satu,
maka
komoditas
Sidareja,
tersebut memusat, sedangkan apabila nilai
hijau
koefisien lokalisasi (α) kurang dari satu,
Kecamatan
Jeruklegi,
maka
Antarsari,
Kawunganten,
komoditas
tersebut
menyebar.
juga
Cipari,
cenderung
dan
memusat
di
Karangpucung, dan
Maos.
Kriteria besarnya nilai koefisien lokalisasi
Adapun ubi kayu cukup merata di setiap
(α) lebih kecil dari 0,5 mengindikasikan
wilayah kecamatan terutama di Kecamatan
komoditas
Jeruklegi, Karangpucung, Dayeuhluhur,
tersebut
cukup
merata
di
wilayah kecamatan yang bersangkutan.
Cimanggu,
Nilai koefisien lokalisasi (α) lebih besar
Kawunganten, dan Kroya. Adapun ubi
dari
jalar cukup merata di kecamatan Cilacap
0,5
tersebut
menggambarkan cenderung
komoditas
memusat
atau
Sidareja,
Gandrungmangu,
Tengah, Cilacap Utara, Jeruklegi, Cipari,
beraglomerasi pada kecamatan tertentu.
Bantarsari,
Komoditas
Binagun, dan Kawunganten.
padi
sawah,
cenderung
Nusawungu,
Kesugihan,
menyebar merata terdapat di Kecamatan
151
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 spesialisasi
b). Koefisien Spesialisasi () Hasil analisis menunjukan wilayah
penanaman
kacang
tanah
adalah wilayah kecamatan Cilacap Tengah,
kecamatan di Kabupaten Cilacap yang
Karangpucung,
mempunyai nilai koefisien spesialisasi
kecamatan Gandrungmangu.
lebih kecil dari satu, artinya tidak ada satu
yang cenderung melakukan spesialisasi
wilayah
penanaman kacang hijau adalah wilayah
kecamatan
yang
melakukan
Cipari,
Sidareja,
Wilayah
spesialisasi pada kegiatan tertentu atau
kecamatan
memiliki
mempunyai
Bantarsari, Kawunganten dan kecamatan
subsektor
Maos. Adapun wilayah yang cenderung
tanaman pangan. Secara garis besar untuk
melakukan spesialisasi penanaman ubi
komoditas padi sawah ada kecenderungan
kayu adalah wilayah kecamatan Jeruklegi,
terkonsentrasi pada wilayah kecamatan
Dayeuhluhur, Cimanggu, Karangpucung,
Cilacap Selatan, Cilacap Utara, Kampung
Sidareja,
laut,
Cipari,
dan kecamatan Kroya. Wilayah yang
Kedungreja, Patimuan, Kroya, Sampang,
memiliki kecenderungan untuk melakukan
Binagun, Nusawungu, Kesugihan, Maos
spesialisasi penanaman ubi jalar adalah
dan
wilayah
kecenderungan
keragaman
komoditas
Wanareja,
kecamatan
pada
Majenang,
Adipala.
Sementara
Jeruklegi,
dan
Karangpucung,
Gandrungmangu,
kecamatan
Bantarsasri,
Cilacap-Tengah,
wilayah yang memiliki kecenderungan
Cilacap-Utara, Kawunganten, Jeruklegi,
melakukan spesialisasi penanaman padi
Cipari, Bantarsari, Binangun, Nusawungu,
gogo terkonsentrasi di wilayah kecamatan
dan Kecamatan Kesugihan.
Cilacap Tengah, Jeruklegi, Bantarsari,
Untuk mengetahui wilayah yang
Kawunganten dan Kecamatan Kesugihan.
mengalami pertumbuhan dan daya saing
Wilayah yang memiliki kecenderungan
baik untuk tanaman pangan, maka:
melakukan
spesialisasi
a) Pertumbuhan Regional (PN atau PR)
kecamatan
Cilacap
Tengah,
adalah
Selatan,
Jeruklegi,
Gandrungmangu,
jagung
Cipari, Bantarsasri,
Cilacap
Berdasarkan hasil analisis diperoleh
Sidareja,
bahwa nilai Pertumbuhan Regional (PR)
dan
tertinggi terdapat pada tanaman pangan yang ada di wilayah Kecamatan Cimanggu
kecamatan Kawunganten. Adapun
wilayah
kecenderungan
yang
melakukan
memiliki spesialisasi
dengan nilai -0,080505 b) Pertumbuhan Proporsional (PP)
wilayah
Berdasarkan hasil analisis didapat
Gandrungmangu,
bahwa keberadaan komoditas tanaman
Bantarsasri, dan kecamatan Kawunganten.
pangan di Kabupaten Cilacap, tidak cukup
Wilayah
alasan untuk menyatakan bahwa terdapat
penanaman
kedelai
kecamatan
Jeruklegi,
152
yang
adalah
cenderung
melakukan
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 wilayah pada kecamatan tertentu yang
komoditas kacang hijau yang ada di
pertumbuhannya relatif lebih tinggi dari
wilayah kecamatan Kawunganten sebesar
wilayah yang lain. Namun demikian, ada
98,6674,
indikasi
terdapat pada komoditas ubi jalar di
bahwa
pertumbuhannya
komoditas relatif
ubi
lebih
kayu
sedangkan nilai PBij terendah
lambat
Kecamatan
dibandingkan adanya pertumbuhan rata-
–813,7478.
rata komoditas yang sama di wilayah
e) Analisis Pergeseran netto (net shift analysis)
kecamatan lainnya.
Apabila
c) Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW) untuk mengukur kemampuan daya saing suatu komoditas pada tingkat wilayah lokal dibandingkan komoditas tersebut pada wilayah lebih atasnya. Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa nilai PPW tertinggi terdapat pada komoditas ubi kayu di Kecamatan Gandrungmangu sebesar 15206,8348, sedangkan nilai PPW paling rendah terdapat pada komoditas padi sawah di Kecamatan Jeruklegi sebesar 3380,0023. Namun demikian, tidak cukup alasan untuk menyatakan bahwa terdapat wilayah
pengembangan
yang
dapat
disarankan untuk menyatakan tanaman pangan perlu dikembangkan di daerah
saing suatu komoditas tertentu dipengaruhi oleh kebijakan ekonomi regional, adanya dukungan
kelembagaan,
dan
akses
komoditas
ketika
dibandingkan
dengan
rata-rata
pertumbuhan komoditas yang sama di tingkat
kabupaten,
maka
dikatakan
kecamatan tersebut mempunyai potensi untuk pengembangan komoditas yang bersangkutan. Hasil analisis menunjukkan bahwa
nilai
Net
Shift
berdasarkan
pendekatan produksi dengan data tahun 2001 sebagai tahun awal, dan tahun 2005 sebagai
tahun
terakhir,
menunjukkan
angka positif (>1), berarti pengembangan komoditas tanaman pangan di kecamatan tersebut
relatif
lebih
cepat
daripada
kecamatan lainnya. f) Analisis Super Impose (SI) Analisis
ini
untuk
mengetahui
komoditas andalan atau potensi yang dapat dikembangkan di suatu daerah. Hal dapat
digunakan
untuk
itu
menentukan
komoditas yang andal dan berpotensi di
menjadi beberapa kriteria yaitu:
d) Pertumbuhan Bersih (PB) Hasil analisis menunjukkan bahwa PBij
pertumbuhan
sebesar
suatu daerah. Keterandalan ini dapat dibagi
terhadap pasar.
nilai
Utara
tertentu di suatu kecamatan lebih besar
tersebut. Hal tersebut dapat disebabkan karena sesungguhnya kemampuan daya
Cilacap
tertinggi
terdapat
pada
1) Bukan Andalan, yaitu ditunjukkan oleh sel atau kotak kosong.
153
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 2) Kurang Andal (KA), ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki satu tanda plus (+).
b. manajemen tata ruang. infrastruktur pedesaan. c. pengembangan
3) Cukup Andal (CA), ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki dua tanda plus (2+).
SDM
dan
pemberdayaan petani d. riset
pengembangan teknologi tepat
guna
4) Sangat Andal (SA), ditunjukkan oleh
e. kebijakan perdagangan
sel atau kotak yang memiliki tiga tanda
f. promosi dan pemasaran
plus (3+).
g. perpajakan dan retribusi kebijakan
5) Paling Andal (PA), ditunjukkan oleh sel atau kotak yang memiliki empat
sektor pangan, dan agroindustrialisasi pedesaan.
tanda plus (4+).
Selain
Penelitian ini menghasilkan suatu analisis
bahwa untuk pengembangkan
itu Husaini (2006)
juga
menyatakan bahwa sesungguhnya adalah suatu
pengembangan
kawasan
harus
komoditas andalan tanaman pangan yang
berbasis komoditas dan produk unggulan
terdapat di Kabupaten Cilacap sangat
dan harus sinergi antara pengembangan
dianjurkan untuk lebih mengintensifkan
kawasan
komoditas dan wilayah kecamatan dengan
pengembangan komoditas unggulan dalam
kriteria Andal (3+) dan sangat Andal (4+).
satu kawasan serta adanya keterkaitan
Hasil selengkapnya dapat dilihat pada
produksi/komoditas unggulan tertentu dan
lampiran. Kondisi tersebut sejalan dengan
keterkaitannya dengan sektor sekunder dan
penelitian yang dilakukan oleh Anwar dan
tersier serta pemasarannya. Selain itu juga
Hadi
konsistensi
(1996).
Saragih
(1999;
Tarigan (2003), Adiyoga
2001),
dicapai
untuk
melalui
keterpaduan
terciptanya
sinergi
(1999) dan
pengembangan ekonomi daerah melalui
Tobari et al. (2006), yang berpendapat
pendekatan kawasan, diperlukan pelaku
bahwa untuk pengembangkan komoditas
yang dijalin menuju kerjasama antar
andalan tanaman pangan sangat dianjurkan
daerah dan antar sektor serta antara
untuk lebih mengintensifkan komoditas
pemerintah dan dunia usaha. Selain hal
dan
yang
tersebut juga dikatakan bahwa komoditas
menghasilkan komoditas yang Andal (3+)
yang secara aktual ada di lapangan dan
dan sangat Andal (4+). Adapun Strategi
diusahakan
pengembangan
mencerminkan komoditas yang secara
wilayah
dengan
kriteria
Kawasan
Agropolitan
secara
meluas
dianggap
adalah:
relatif memenuhi persyaratan
a. investasi dan pembiayaan.
pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu,
154
biofisik
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 komoditas yang secara aktual ada di
Apabila hal tersebut terwujud akan mampu
lapangan, namun bukan komoditas yang
menghambat arus urbanisasi bahkan justru
potensial dianjurkan untuk dikembangkan,
mendorong
akan
khusus
manusia. Rusastra et al (2003), bahwa
(Anonim, 2004). Komoditas yang secara
pengembangan agropolitan telah mampu
aktual
tidak
meningkatkan pendapatan petani, tetapi
memungkinkan untuk diganti akan tetap
secara absolut pendapatan petani masih
dipertahankan sebagai alternatif komoditas
rendah karena keterbatasan penguasaan
unggulan selama komoditas tersebut masih
sumberdaya. Strategi untuk meningkatkan
tergolong (atau relatif sejenis) dengan
pendapatan yang dimungkinkan adalah: (a)
tanaman yang secara potensial seharusnya
Mengembangkan konsolidasi usaha yang
dikembangkan. Selain itu Syahrani (2001),
kooperatif, sehingga dimungkinkan untuk
mengatakan
akses
ditelaah
ada
secara
di
lebih
lapangan
bahwa
dan
adanya
kebijakan
ruralisasi
pada
sumber
kesempatan
kerja
daya
non-
pembangunan ekonomi yang bottom-up,
pertanian; (b) pengembangan diversifikasi
sektor-sektor ekonomi yang dikembangkan
usaha, khususnya diversifikasi vertikal
disetiap
mampu
melalui pengembangan pengolahan hasil;
yang
(c) Pemantapan pemanfaatan tata ruang
dikuasi oleh masyarakat di daerah tersebut.
pengembangan agribisnis dengan sasaran
Cara
daerah
mendayagunakan
yang
harus sumber
paling
daya
efektif
untuk
perolehan nilai tambah dan pertumbuhan
perekonomian
daerah
bagi kepentingan kawasan agropolitan
adalah melalui pengembangan agribisnis.
(khususnya daerah pedesaan). Rahmat
Pengembangan agribisnis di setiap daerah
(2005), bahwa tidak dipungkiri lagi sektor
harus disertai dengan
pengembangan
yang memiliki peran strategis tidak saja
organisasi perekonomian, yakni melalui
sebagai sumber pendapatan penduduk dan
pengembangan koperasi agribisnis yang
menjadi sumber devisa negara, akan tetapi
ikut mengelola upstream agribusiness dan
juga
down-stream agribusiness melalui usaha
kualitas
sumberdaya
patungan (joint venture) dengan BUMN
penyedia
sumber
atau BUMD.
sehingga dapat mewujudkan masyarakat
mengembangkan
Dengan
demikian,
perekonomian
sebagai
pendukung
peningkatan
manusia makanan
melalui bergizi,
yang sehat dan produktif.
daerah akan mampu berkembang lebih cepat dan sebagian besar nilai tambah
KESIMPULAN
agribisnis akan tertahan di daerah dan
1. Terdapat 6 komoditas basis tanaman
pendapatan
rakyat
akan
meningkat.
pangan di Kabupaten Cilacap yaitu
155
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 padi sawah, jagung, kedelai, kacang
dilakukan
hijau, kacang tanah, ubi kayu.
berkelanjutan
2. Menurut lokalisasi, komoditas tanaman pangan cenderung
menyebar
tidak
tersebut
dengan
intensif
dan
(suistainable),
hal
dikarenakan
luas
lahan
pertanian yang terbatas di pulau jawa.
merata, dan tidak satu pun kecamatan yang
melakukan
spesialisasi
pada
komoditas tanaman pangan tertentu. 3. Surplus produksi di setiap wilayah kecamatan ada yang bernilai positif dan negatif, tetapi hampir semua komoditas basis
memberikan kontribusi
yang
besar terhadap surplus kecamatan. 4. Nilai efek pengganda produksi terbesar adalah
Kecamatan
Karangpucung,
Cipari, dan Kecamatan Kawunganten. 5. Hampir semua komoditas tanaman pangan mengalami pertumbuhan pesat di Kabupaten Cilacap, dan secara umum 6 komoditas basis yang ada menjadi komoditas andalan di masingmasing
Kecamatan
yang
ada
di
Kabupaten Cilacap.
SARAN 1. Pengembangan
komoditas
andalan
tanaman pangan di Kabupaten Cilacap harus memperhatikan segala aspek lingkungan
strategis
yang
disusun
dalam peta pewilayahan didasarkan potensi dan keunggulan komoditas tanaman pangan yang dimiliki oleh masing-masing kecamatan. 2. Pengembangan tanaman
156
komoditas
pangan
tersebut
andalan harus
DAFTAR PUSTAKA Anwar, A. dan S. Hadi. 1996. Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan. Jurnal Majalah Prisma 25:49-62. Anonim, 2004. Juknis Cara Menentukan Komoditas Unggulan Jawa Barat Berdasarkan Zonasi Agroekologi. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Jawa Barat.. Jakarta. Jurnal Tanaman Pangan. Departemen Pertanian Republik Indonesia. (on-line). http://www. softwarelabs.com. 32p. Husaini, W.H. 2006. Laporan Akhir Pengembangan Kawasan Agropolitan di Sumatera Barat. Bidang Produksi dan Sarana Perekonomian Bappeda Propinsi Sumatera Barat. Makalah Ilmiah Tentang Penerapan Agropolita. (online). http://www.geocities.com/mma 5ugm/PenerapanAgropolitan.pdf. www.kimpraswil.go.id/ ditjen_ruang /Makalah/PPMenteri_Agro.doc. 74p. Ma’mun, D dan T. Karyani. 2000. Pemahaman Potensi, Analisis dan Perencanaan Wilayah. Makalah disampaikan dalam Pelatihan “Pemahaman Aspek Sosial Budaya Masyarakat dalam Perencanaan dan Penerapan Teknologi“ Kerjasama Balitbang Departemen Pertanian dengan Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, Bandung Maret 2000. p. 1-18. Rusastra, I.W Hendiarto, K. ’Noekman, Ade S, W.K. Sejati, dan D. Hidayat. 2005. Kinerja Dan Perspektif
ISSN: 1410-0029 Agrin Vol. 12, No. 2, Oktober 2008 Pengembangan Model Agropolitan Dalam Mendukung Pengembangan Ekonomi Wilayah Berbasis Agribisnis. Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor. Jurnal Sosial ekonomi Pertanaian dan Agribisni 5(2):1- 21. Rachmat, H. 2005. Ternak Unggulan Di Jawa Dan Luar Jawa Implikasinya Bagi Perdagangan Ternak. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanain Dan Agribisnis 5(3): 1-11. Syahrani. 2001. Penerapan Agropolitan dan Agribisnis Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah. Majalah Ilmiah Frontir 33:1-11. Saragih, B. 2001. Tantangan dan Strategi Pengembangan Agribisnis Indonesia. Jurnal Agribisnis 1(2):1-12. __________. 1999. Pembangunan Agribisnis Sebagai Penggerak Utama Ekonomi Daerah di Indonesia. Makalah pada Seminar Sehari Pengembangan Agropolitan dan Agribisnis serta Dukungan Prasarana dan Sarana, Jakarta, 3 Agustus 1999.
Soedjito, B. 1976. Kedudukan wilayah (daerah) dalam sistem skonomi yang lebih luas. Direktur Jenderal Departemen Dalam NegeriDepartemen Planologi. ITB. Bandung. 131p. Sumarno. 2005. Indonesia adalah Pengimpor Produk Tanaman Pangan (on-line). Http://Inovasi Online/Vol 4-XVII-Agustus 2005/SAS 2005 html diakses 28 November 2006. Siregar, M. 2003. Analisis Daya Saing Usahatani Kedelai di DAS Brantas. Jurnal Agro Ekonomi 21(1):50-71. Tobari, David dan Turino. 2006. Pengembangan Data Informasi dan Penyusunan Profil Komoditas Unggulan Pertanian dan Peternakan. Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Cilacap 85p. Tarigan, A. 2003. Rural-Urban Economic Linkages, Jurnal Forum Inovasi 4(1):23-33. Warpani, S. 1984. Analisis Kota dan Daerah. ITB. Bandung. 154p.
157