KINERJA PROGRAM PENGEMBANGAN KOMODITAS KAKAO DI KABUPATEN LUWU UTARA
THE PERFORMANCE OF COCOA COMMODITY PROGRAM IN NORTH LUWU REGENCY
Iswanu Priharsanto1, Junaedi Muhidong2, A. Nixia Tenriawaru3 1
2
Mahasiswa PPW, Program Pascasarjana, Universitas Hasanuddin Jurusan Teknologi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin 3 Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi : Iswanu Priharsanto Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu Utara HP. 085242193076 Email :
[email protected]
ABSTRAK Latar belakang penelitian ini adalah masih rendahnya tingkat produktifitas kakao di kabupaten Luwu Utara dibanding potensi klon kakao unggul yang dikembangkan. Penelitian ini bertujuan (1) menggambarkan karakteristik berbagai program yang berkaitan dengan kegiatan perkakaoan, (2) mengidentifikasi kinerja program pengembangan komoditas kakao, dan (3) merumuskan strategi pengembangan komoditas kakao pada masa yang akan datang. Penelitian ini bersifat deskriptif. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi. Data dianalisis dengan menggunakan metode Internal Factor Analysis Summary (IFAS), External Factor Analysis Summary (EFAS), dan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Karakteristik umum program pengembangan komoditas kakao berupa isi program cukup jelas, mudah dimengerti, dan dapat diimplementasikan kedalam bentuk kegiatan pengembangan komoditas kakao. Terjadi konsistensi kegiatan dengan program, program dengan kebijakan, dan konsistensi antara kebijakan dengan visi dan misi ke 4 yang termuat dalam RPJMD Kabupaten Luwu Utara. Kinerja program pengembangan kakao secara umum sudah berjalan dengan baik dimulai dari RPJMD hingga ke pelaksanaan kegiatan sebagai perwujudan program. Secara khusus untuk item replanting pada Gernas Kakao berupa penanaman bibit somatic embriogenesis (SE) dapat dikatakan tidak berhasil, karena pertumbuhannya lambat, pohon mudah rebah, mudah terserang penyakit dan buahnya kecil. Posisi Strategi Utama Pengembangan Komoditas Kakao di Kabupaten Luwu Utara berdasarkan grafik SWOT berada pada strategi S - T, yaitu menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Berdasarkan matriks SWOT dihasilkan rumusan strategi S – T sebagai strategi utama yaitu : (1) rehabilitasi tanaman kakao pada tanaman tua dan tanaman yang rusak, (2) melakukan upaya penanggulangan banjir baik melalui program pemerintah maupun secara swadaya petani, dan (3) penanaman baru tanaman kakao dengan menggunakan klon kakao unggul yang tahan hama PBK dan penyakit VSD. Kata kunci : kinerja program, strategi pengembangan, komoditas kakao
ABSTRACT The background of this study is the low level of productivity of cocoa in North Luwu than the potential of superior cocoa clones developed. The research aimed to describe the characteristics of various programs related to cocoa activities, investigate the performance of cocoa commodity development program, and formulate the development strategy of cocoa commodity in the future. The methods of obtaining the data were interview and documentation study. The characteristics of the program were described and the performance of cocoa commodity development program was analyzed using descriptive analysis. Then, the development strategy of cocoa commodity was formulated using Internal Factor Analysis Summary ( IFAS ) method, External Factor Analysis Summary ( EFAS ) method , and SWOT analysis . The results of the research indicate that the general characteristics of cocoa commodity development are as follows: the content of the program is clear enough; it is easy to understand; it can be implemented in the development activity of cocoa commodity. There is a consistency between activities and program and between program and policy as well as the consistency between policy and the fourth vision and mission stipulated in RPJMD of North Luwu Regency. In general, the performance of cocoa development program in North Luwu Regency has run well, starting from RPJMD of North Luwu Regency to the implementation of activities as the realization of program. However, replanting item of cocoa Gernas in the form of seedlings of somatic embryogenesis (SE) are unsuccessful since the growth is slow; the young trees are easy to fall down; the are succestible to diseases, and the have small fruits. The position of main strategy of the development of cocoa commodity in North Luwu Regency based on SWOT chart is at S - T strategy, i.e. it uses strenght to cope with the threat. Based on SWOT matrix the formulation strategy yielded is S - T strategy as the main strategy involving (1) the rehabilitation of old and damaged cocoa, ( 2 ) the efforts of controlling flood through either goverment program or farmer independency ( 3 ) the new planting of cocoa plant using superior cocoa clones which are resistant to PBK and VSD diseases.
Keywords: program performance, development strategy, cocoa commodity
PENDAHULUAN Pulau Sulawesi merupakan penghasil kakao utama di Indonesia. Sentra kakao Indonesia lainnya tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Kalimantan, Maluku dan Papua. Sementara Sulawesi Selatan merupakan salah satu propinsi di Pulau Sulawesi panghasil kakao rakyat terbesar. Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu kabupaten yang menjadi sentra pengembangan dan penghasil kakao terbesar di Sulawesi Selatan. Kondisi Iklim dan kandungan unsur hara tanah sangat cocok untuk tanaman kakao. Hampir di setiap wilayah di Kabupaten Luwu Utara terdapat tanaman ini. Mulai dari pegunungan hingga wilayah dataran yang dekat dengan pantai. Masyarakat terutama petani di kabupaten Luwu Utara mayoritas menggantungkan hidupnya pada komoditi ini, disamping komoditi kelapa sawit dan tanaman pangan lain. Tanaman kakao sering dijumpai secara monokultur maupun di tanam di sela-sela tanaman kelapa dan durian. Perkembangan tanaman kakao di Kabupaten Luwu Utara dalam 5 tahun terakhir mengalami pasang surut. Peningkatan luas lahan tidak seiring dengan peningkatan produksi. Luas lahan mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga 2010 namun pada tahun 2011 hingga 2012 mengalami penurunan. Sementara produktifitas terus mengalami peningkatan dari tahun 2008 hingga tahun 2012. Luas areal tanaman kakao di Kabupaten Luwu Utara pada tahun 2008 sebesar 56.187,69 Ha dengan produksi 20.175,77 ton kemudian luas areal meningkat pada tahun 2009 dan 2010 sebesar 56.238,69 Ha dengan produksi tahun 2009 sebesar 21.324,99 ton dan tahun 2010 sebesar 32.648,75 ton. Pada tahun 2011 dan 2012 luas lahan kakao mengalami penurunan yang cukup drastis menjadi 51.246,74 ha dengan produksi 33.185,89 dan tahun 2012 menjadi 46.184,92 ha dengan produksi 32.691,51 ton. Peningkatan produktifitas kakao ternyata diakibatkan karena terjadi penurunan luas lahan kakao. Berdasarkan data 3 tahun terakhir produksi kakao tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, sementara luas lahan cenderung menurun, sehingga angka produktifitas cenderung meningkat. Adanya serangan hama penyakit terutama Penggerek buah kakao (PBK) dan Vascular streak dieback (VSD) merupakan salah satu penyebab stagnannya produksi kakao di Kabupaten Luwu Utara. Pengetahuan petani yang kurang dalam membudidayakan kakao pada lokasi yang tidak sesuai teknis budidaya mengakibatkan tanaman menjadi rentan hama dan penyakit. Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) menyebutkan bahwa target produktivitas kakao sebesar 0,85 ton/ha hanya terealisasi sebesar 0,70 ton/ha (Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2012).
Secara keseluruhan, produktifitas kakao Kabupaten Luwu Utara yaitu 0,70 ton/ha berada di atas produktifitas nasional 0,54 ton/ha namun sedikit berada di bawah produktifitas Propinsi Sulawesi Selatan yaitu sebesar 0,71 ton/ha. Menurut Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (2010), jenis kakao unggul klon Sulawesi 1 mempunyai potensi produksi sebesar 1,8 – 2,5 ton/ha/tahun dan klon Sulawesi 2 mempunyai potensi produksi sebesar 1,8 – 2,75 ton/ha/tahun. Klon inilah yang juga dikembangkan di kabupaten Luwu Utara. Adanya bencana banjir serta serangan hama yang menyerang kebun kakao masyarakat mengakibatkan banyak petani yang menebang atau mengganti tanaman kakaonya dengan komoditi lain yang lebih tahan hama penyakit dan banjir. Hal inilah yang menyebabkan dalam beberapa tahun terakhir terjadi penurunan luas areal kakao sehingga angka produktifitas terlihat meningkat namun masih dibawah target yang di harapkan di Kabupaten Luwu Utara. Beberapa penelitian tentang strategi pengembangan komoditas baik komoditas kakao maupun kemomoditas lain telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tentang Strategi Pengembangan Klaster Industri Kakao Di Kota Palopo menunjukkan kondisi dan kerjasama stakeholders kakao dalam pengembangan industri kakao di Kota Palopo dimulai dari pengadaan bahan baku, yang akan didistribusikan ke UKM pengumpul dan IKM pengelolah kakao. Usulan strategi pengembangan klaster industri kakao di Kota Palopo adalah sosialisasi klaster industri kakao ke seluruh stakeholder kakao se-Kota Palopo, pelatihan sistem perkebunan kakao yang modern dan ramah lingkungan, diklat pengembangan SDM industri kakao, pembentukan Pokja klaster Industri kakao yang melibatkan seluruh stakeholder kakao, pertemuan koordinasi antar stakeholder dilakukan secara berkala untuk sharing kondisi masing-masing stakeholder, serta penggalangan metode fermentasi ditingkat petani kakao (Rauf, 2012). Penelitian lain dengan judul Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Komoditas Kelapa di Kabupaten Pacitan. Salah satu cara yang efektif dalam membangun ekonomi lokal adalah melalui pendekatan klaster dengan mengoptimalkan kegiatan ekonomi komunitas yang selama ini telah terbentuk secara turun temurun (Mintarti, 2007). Penelitian Sektor unggulan telah dilakukan oleh Yusuf (2006) dengan judul “SektorSektor Unggulan Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Lombok Timur”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor unggulan Kabupaten Lombok Timur dan strategi pengembangan sektor-sektor unggulan sehingga dapat berperan serta dalam meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa sektor-sektor unggulan Kabupaten Lombok Timur adalah sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Strategi yang digunakan untuk
pengembangan sektor-sektor unggulan adalah strategi diversifikasi yang konsentrik, yakni dengan memanfaatkan kekuatan sektor-sektor unggulan untuk mencari berbagai peluang baru sesuai kemampuan yang ada dan mengembangkan sektor lain (non unggulan) untuk memanfaatkan kelebihan kemampuan sektor unggulan baik yang masih berkaitan dengan kegiatan sektor unggulan maupun sama sekali tidak berkaitan. Penelitian lain tentang sektor unggulan juga dilakukan dengan judul “Penentuan Komoditas
Unggulan
Dalam
Pengembangan
Ekonomi
Wilayah
dan
Strategi
Pengembangannya di Kota Bima”. Hasil penelitian diketahui bahwa komoditas unggulan kota bima adalah kacang tanah, bawang merah, kedelai, jambu mete, dan sapi potong. Strategi yang digunakan untuk pengembangan komoditas unggulan antara lain adalah pertama, kacang tanah : pemanfaatan sarana dan prasarana pertanian spesifik lokasi, optimalisasi pemanfaatan potensi lahan untuk meraih peluang, kebijakan yang terintregasi antar berbagai aspek terkait; meningkatkan SDM pelaku usaha. Kedua, bawang merah : memfasilitasi lembaga keuangan untuk kredit lunak; penguatan kapasitas petani bawang merah. Ketiga, kedelai : penyediaan saprotan dan kebijakan penetapan harga dasar. Keempat, jambu mete : pengembangan teknologi pengolah hasil jambu mete, pembangunan sarana dan prasarana pendukung
budidaya, pengembangan lahan potensial,
mendukung pola kemitraan
(Ichwansjah, 2009). Berdasarkan rumusan permasalahan, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah merumuskan strategi pengembangan komoditas kakao pada masa yang akan datang.
BAHAN DAN METODE Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian dan data yang akan disajikan, maka pendekatan penelitian ini digolongkan ke dalam penelitian deskriptif. Berdasarkan data-data yang akan digunakan, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif digunakan untuk merumuskan strategi pengembangan komoditas kakao di Kabupaten Luwu Utara. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Nopember sampai Desember 2013. Lokasi penelitian adalah Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu Utara dan Dinas/ Badan/ Instansi lain di Kabupaten Luwu Utara Propinsi Sulawesi Selatan, yang mempunyai keterkaitan terhadap pengembangan komoditas kakao sebagai komoditas unggulan.
Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumen dan publikasi yang diterbitkan oleh instansi yang terkait dengan penelitian ini. Sedangkan data primer adalah data yang diperoleh langsung di lokasi penelitian melalui wawancara dengan informan dari pihak-pihak terkait, dokumentasi, catatan lapangan, dan sebagainya. Data antara lain berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, foto, dokumen pribadi, dan dokumen resmi lainnya. Teknik Analisis Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif masalah perkakaoan, analisis kinerja program dan analisis swot strategi pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara Kegunaan Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah daerah Kabupaten Luwu Utara dalam menyusun rencana strategi pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara
HASIL PENELITIAN Karakteristik Program Pengembangan Komoditas Kakao Pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara dilakukan oleh Pemerintah Pusat melalui Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian dan Pemerintah Daerah melalui program dan kegiatan yang di danai oleh APBD Kabupaten. Jika dilihat dari kebijakan dari Rencana Strategis dan program serta kegiatan yang tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) maka dapat dilihat hubungan kebijakan dengan
program dan kegiatan serta
kesesuaiannya pada tabel 1. Beberapa program yang terkait dengan pengembangan komoditas kakao di Kabupaten Luwu Utara antara lain : 1) Program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao, 2) Program Peningkatan Kesejahteraan Petani, 3) Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan, 4) Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Perkebunan, 5) Program Beasiswa bagi mahasiswa S1 di Politeknik Negeri Jember, 6) Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri. Berdasarkan DPA Dinas Kehutanan dan Perkebunan tahun 2009 - 2013, penyebaran program dalam upaya mendukung kebijakan untuk tiap tahunnya tidak merata. Pada tahun 2009 terdiri dari 3 program dengan 4 kegiatan. Tahun 2010 juga terdiri dari 3 program dan
namun 6 kegiatan. Tahun 2011 jumlah program meningkat menjadi 4 program dengan jumlah kegiatan tetap 6 kegiatan. Tahun 2012 kembali menjadi 3 program dan 6 kegiatan, serta tahun 2013 program yang diimplementasikan berjumlah 4 program dan 6 kegiatan. Pada dasarnya perubahan jumlah program dan kegiatan selama kurun waktu 4 tahun tersebut tidak terlalu signifikan, hanya berbeda penempatan dan penamaannya saja. Beberapa kegiatan yang pada tahun sebelumnya berada pada suatu program, kemudian pada kegiatan tahun berikutnya berpindah ke program lain. Untuk kinerja program pengembangan kakao tahun 2012 dari 6 program yang terbagi menjadi 7 kegiatan masing masing memiliki output dan outcome yang berbeda. Kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao menggunakan dana sebesar Rp. 10.156.662.000, dengan output : Replanting 200 ha, Rehabilitasi 1.000 ha, Intensifikasi 100 ha, 1 unit UPH, 3 unit kotak fermentasi, lantai jemur seluas 150 m2, pupuk 266 ton, fungisida 340 liter, insektisida 180 liter dan handsprayer 260 unit serta Pelatihan budidaya 270 petani dan pasca panen 150 petani. Untuk Outcome yaitu :
peningkatan produksi pada lahan gernas,
Peningkatan pengetahuan petani tentang budidaya dan pasca panen, dan berkurangnya tanaman kakao yang rusak dengan adanya kegiatan sambung samping. Kendala yang dihadapi antara lain : Masyarakat enggan menanam bibit SE pada kegiatan replanting dan beberapa wilayah lokasi kebun kakao
terkena banjir. Untuk kegiatan Peningkatan Kemampuan
Lembaga Petani menggunakan dana Rp. 89.640.000,- dengan output : Pendampingan kelembagaan di 24 kelompok tani, outcome : Pertemuan rutin kelompok tani, pertemuan pengurus forum kelompok tani disetiap kecamatan dan pertemuan forum tingkat kabupaten. Kendala yang dihadapi yaitu Lemahnya pendampingan kelompok dan adanya Sejumlah kelompok yang pasif. Untuk kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian menggunakan dana Rp. 103.330.000, - dengan output terdapat 24 Gapoktan terlatih, kotak fermentasi 44 unit, 1 unit alat tester kadar air. Outcome : dihasilkannya data luas lahan kakao yang terserang hama dan penyakit serta dada demplot Pengendalian OPT dengan pestisida nabati dapat menurunkan persentase serangan berat menjadi kategori serangan ringan. Kendala yang dihadapi Luasnya areal yang terserang hama penyakit dibanding dengan kegiatan yang dilakukan. Untuk kegiatan Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Unggulan Daerah menggunakan dana Rp. 169.510.000, - dengan output Terlaksananya keikutsertaan petani dan aparat terkait dalam kegiatan pameran di Kota Makassar dan Kota Jakarta. Outcome : Memperkenalkan kepada investor akan produk perkebunan yang berada di
Kabupaten Luwu Utara. Kendala yang dihadapi Terbatasnya infrastruktur pendukung sehingga belum ada yang berminat berinvestasi di Kabupaten Luwu Utara. Untuk kegiatan Beasiswa bagi mahasiswa S1 di Politeknik Negeri Jember (Tahun 2009), anggaran yang digunakan tidak diketahui dengan jelas namun output yang dihasilkan : Selesainya pendidikan S1 bagi 6 mahasiswa asal Luwu Utara di Politeknik Negeri Jember. Outcome tidak diketahui hingga saat ini. Untuk kegiatan Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri menggunakan dana Rp. 91.078.000, - dengan output Terlatihnya 20 orang dalam memproduksi makanan berbahan baku kakao. Outcome : Meningkatnya minat masyarakat dalam memproduksi produk kue berbahan baku kakao, merangsang petani untuk melakukan fermentasi biji kakao untuk keperluan industri. Kendala yang dihadapi Peserta terbatas hanya 20 orang tiap tahunnya yang dilatih.
PEMBAHASAN Kinerja Program Pengembangan Komoditas Kakao Sumber dana berbagai program yang dilaksanakan di Kabupaten Luwu Utara berasal dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Untuk program yang sumber dananya berasal dari pemerintah pusat dinamakan Program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao. Selain kegiatan gernas, pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara juga di lakukan oleh pemerintah daerah melalui program dan kegiatan yang di danai oleh APBD Kabupaten. Program pengembangan kakao yang telah dilaksanakan menunjukkan beberapa kelebihan dan kelemahan. Untuk kegiatan gernas Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao umumnya dianggap berhasil kecuali item penanaman bibit unggul somatic embriogenesis (SE) yang dianggap kurang berhasil. Untuk kegiatan pemberian beasiswa bagi mahasiswa S1 di Politeknik Negeri Jember yang pernah diadakan pada tahun 2009 ternyata hanya berlangsung 1 tahun saja. Sebaiknya kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan sumberdaya manusia harus mendapat prioritas juga. Pengetahuan tentang komoditas kakao harus diperkenalkan pada masyarakat sejak usia dini, baik melalui lembaga formal maupun informal. Misalnya untuk tingkat sekolah dasar sebaiknya komoditas kakao diajarkan pada pelajaran muatan lokal. Begitu pula untuk tingkat sekolah menengah dan sekolah tingkat atas. Strategi Pengembangan Komoditas Kakao Secara umum faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi programprogram pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara, mempunyai kemiripan antara satu
dengan yang lain. Misalnya program peningkatan kesejahteraan petani, program peningkatan ketahanan pangan pertanian/perkebunan dan program peningkatan pemasaran hasil produksi perkebunan yang item kegiatannya juga mirip dengan yang dilaksanakan oleh kegiatan gernas kakao. Sehingga praktis permasalahan atau faktor-faktor yang mempengaruhi juga tidak jauh berbeda. Salah satu program yang dianggap mewakili program lain untuk dilakukan analisis SWOT adalah Program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu kakao. Sebelum merumuskan strategi pengembangan komoditas kakao
melalui program
Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu kakao (Gernas) Kakao dengan menggunakan analisis SWOT, dilakukan analisis faktor internal dengan menggunakan matriks faktor internal (Internal Factors Analysis Summary/IFAS), dan analisis faktor eksternal menggunakan matriks faktor eksternal (External Factors Analysis Summary/EFAS). Faktor strategis internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan sedangkan faktor strategis eksternal terdiri dari peluang dan ancaman. Penentuan nilai bobot, rating dan perumusan strategi pengembangan dilakukan berdasarkan hasil wawancara, pengamatan lapangan dan data sekunder yang ada. Hasil identifikasi faktor strategis internal dan eksternal sekaligus matriks strategi pengembangan kakao disajikan dalam tabel 2. Penelitian ini menunjukkan bahwa rumusan strategi sebagai strategi utama berdasarkan grafik SWOT berada pada strategi S - T, yaitu menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Berdasarkan matriks SWOT yang dilakukan dihasilkan rumusan
strategi S – T sebagai strategi utama yaitu : (a) rehabilitasi tanaman kakao pada tanaman tua dan tanaman rusak, (b) melakukan upaya penanggulangan banjir baik melalui program pemerintah maupun secara swadaya petani, (c) penanaman baru tanaman kakao dengan menggunakan klon kakao unggul yang tahan hama PBK dan penyakit VSD. Dengan strategi tersebut diharapkan agar kedepan komoditas kakao menjadi komoditas perkebunan utama di Dunia. Indonesia berkomitmen untuk mengalahkan Pantai Gading dan Ghana. Sebagai mesin pendukung, Pemerintah mulai mengembangkan sentra agroindustri komoditas kakao di beberapa daerah penghasil di Indonesia (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Kementerian Pertanian, 2012). Untuk kebijakan kedua dalam pembangunan perkebunan yang termuat dalam renstra yaitu penyediaan bibit unggul dan kebijakan keempat menyiapkan bibit yang bermutu terlihat sama yaitu tentang bibit unggul dan bermutu. Kedua kebijakan tersebut sebaiknya digabung menjadi penyediaan bibit unggul dan bermutu. Kemudian kebijakan pertama yaitu penerapan teknologi dan kebijakan kelima yaitu penerapan teknologi perkebunan bercocok tanam juga
terlihat mirip. Agar tidak terkesan mubasir, kedua kebijakan tersebut juga sebaiknya digabung menjadi penerapan teknologi bercocok tanam dan teknologi pasca panen (Dinas Kehutanan dan Perkebunan, 2012). Salah satu kebijakan pemerintah adalah mendorong masyarakat berbudidaya sesuai dengan kemampuan atau daya dukung lahan. Penggunaan lahan juga perlu diarahkan agar tercipta manfaat yang optimal atau untuk menghindari pihak lain yang dirugikan. Misalnya, peternakan lebah perlu diarahkan dekat dengan perkebunan karena akan saling menguntungkan kedua belah pihak, namun dihindari dekat dengan pemukiman penduduk (Tarigan, 2012). Kegagalan pelaksanaan suatu program sering disebabkan kurangnya koordinasi vertikal maupun horisontal antar instansi yang terlibat dalam implementasi program (Krisnawati, 2009). Guna memudahkan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program dikemudian hari, untuk masing-masing program dan kegiatan ditetapkan indikator dan target kinerja baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Target kualitatif digunakan bila pengukuran secara kuantitatif tidak dimungkinkan atau data yang diperlukan tidak tersedia sama sekali. Sedang indikator kinerja yang digunakan biasanya meliputi 6 aspek utama yaitu : masukan (input), proses (process), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (benefit), dan dampak (impact). Bila ke enam indikator tersebut sulit dilakukan, dapat juga disederhanakan menjadi hanya tiga indikator saja yaitu masukan, keluaran dan hasil saja (Purwanto, 2013). Perencanaan inkremental adalah perencanaan yang mengadopsi proses akibat terbatasnya kapasitas pengambil keputusan, mereduksi cakupan (scope) dan biaya dari pengumpulan informasi dan analisis. Pendekatan ini dilakukan sedemikian rupa agar tidak berbeda dengan kondisi perencanaan saat ini (Rustiadi dkk., 2011).
KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa karakteristik umum dari program pengembangan komoditas kakao yaitu: Isi program cukup jelas,
mudah dimengerti dan dapat
diimplementasikan kedalam bentuk kegiatan
pengembangan komoditas kakao. kinerja program pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara secara umum sudah berjalan dengan baik, Kebijakan yang berada dalam renstra juga sudah diimplementasikan kedalam bentuk program dan kegiatan. Program pemerintah pusat berupa Gernas Kakao sangat membantu pengembangan kakao di Kabupaten Luwu Utara, khususnya untuk item Rehabilitasi, Intensifikasi serta pengadaan sarana dan prasarana
produksi. Sedangkan untuk item replanting berupa penanaman bibit somatic embriogenesis (SE) dapat dikatakan kurang berhasil. Posisi Strategi Utama Pengembangan Komoditas Kakao di Kabupaten Luwu Utara kakao berdasarkan grafik SWOT berada pada strategi S - T, yaitu menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman.
Berdasarkan matriks SWOT yang
dilakukan dihasilkan rumusan strategi S – T sebagai strategi utama yaitu : (a) rehabilitasi tanaman kakao pada tanaman tua dan tanaman rusak, (b) melakukan upaya penanggulangan banjir baik melalui program pemerintah maupun secara swadaya petani, (c) penanaman baru tanaman kakao dengan menggunakan klon kakao unggul yang tahan hama PBK dan penyakit VSD. Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan diatas maka saran yang diajukan adalah Program pemerintah pusat berupa Gernas Kakao dengan nama kegiatan Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu kakao diharapkan terus berlanjut namun untuk item kegiatan penanaman dengan menggunakan bibit somatic embriogenesis (SE) sebaiknya digantikan dengan bibit unggul yang sudah terbukti mampu beradaptasi di Kabupaten Luwu Utara. Untuk kebijakan pembangunan perkebunan yang termuat dalam Renstra Dinas Kehutanan dan Perkebunan yang terkesan mirip sebaiknya digabung agar tidak terkesan mubasir. Pengembangan komoditas kakao di Kabupaten Luwu Utara tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai stakeholder. Komoditas Kakao merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Luwu Utara. Sebagai komoditas unggulan, pengembangannya harus dilakukan secara terpadu dan komprehensif dari setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Oleh karena itu dibutuhkan adanya koordinasi antar instansi/dinas dalam lingkup Pemerintah Kabupaten Luwu Utara dan kerjasama antara pemerintah kabupaten, pemerintah propinsi dan pemerintah pusat.
DAFTAR PUSTAKA Dinas Kehutanan dan Perkebunan. (2012). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara. Masamba. Dinas Kehutanan dan Perkebunan. (2012). Rencana Strategis 2010 - 2015 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Luwu Utara. Pemerintah Kabupaten Luwu Utara. Masamba. Ichwansjah. (2009). Penentuan Komoditas Unggulan Dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah dan Strategi Pengembangannya di Kota Bima. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS. Krisnawati, R. (2012). Strategi Pengembangan Komoditas Basis Tanaman Pangan dalam Pembangunan Daerah di Kabupaten Maros.Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS.
Mintarti, N. (2007). Strategi Pengembangan Ekonomi Lokal Berbasis Komoditas Kelapa di Kabupaten Pacitan. Tesis tidak diterbitkan. Bogor: Program Pascasarjana IPB. Purwanto, H. (2013). Pengembangan Industri Kecil Pengolahan Kakao di Luwu Raya. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. (2010). Buku Pintar Budidaya Kakao. Agromedia Pustaka. Jakarta. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Kementerian Pertanian. (2012). 2014 Indonesia Targetkan Jadi Penghasil Kakao Terbesar di Dunia, (online). (http:// perkebunan.litbang.deptan.go.id/?p=3247, diakses 16 Maret 2013). Rauf, Y. (2012). Strategi Pengembangan Klaster Industri Kakao Di Kota Palopo. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS. Rustiadi, E., Saefulhakim, Sunsun, P., Dyah, R. (2011). Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta. Tarigan, R. (2012). Perencanaan Pembangunan Wilayah. Bumi Aksara. Jakarta. Yusuf, A. (2006). Sektor-Sektor Unggulan Dalam Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Lombok Timur. Tesis tidak diterbitkan. Makassar: Program Pascasarjana UNHAS.
Lampiran Tabel 1. Hubungan kebijakan, program dan kegiatan pengembangan komoditas kakao di Kabupaten Luwu Utara Tahun 2012 Kebijakan Pembangunan Perkebunan Kabupaten Luwu Utara Instansi
Dinas Hutbun
Program dan Kegiatan
Program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Kegiatan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Program Peningkatan Kesejahteraan Petani Kegiatan Peningkatan Kemampuan Lembaga Petani Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan Kegiatan Penanganan Pasca Panen dan Pengolahan Hasil Pertanian. Kegiatan Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Produk Perkebunan, Produk Pertanian Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/ Perkebunan Kegiatan Promosi Atas Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan Unggulan Daerah
Dinas Pendidikan
Program Beasiswa bagi mahasiswa S1 di Politeknik Negeri Jember (Tahun 2009)
Dinas Koperindag
Program peningkatan kemampuan teknologi industri Kegiatan Pembinaan Kemampuan Teknologi Industri
PT
PBU
MPG P
MBB
PTP
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√ √
√
Sumber : Data yang diolah, 2012 Keterangan : PT : Penerapan teknologi PBU : Penyediaan bibit unggul MPGP : Memfasilitasi pembentukan gapoktan produsen tanaman perkebunan MBB : Menyiapkan bibit yang bermutu PTP : Penerapan teknologi perkebunan bercocok tanam
Tabel 2. Matrik SWOT strategi pengembangan komoditas kakao melalui program gerakan nasional peningkatan produksi dan mutu kakao di Kabupaten Luwu Utara
1. 2.
3. 4.
FAKTOR EKSTERNAL Peluang (O) : 1. Harga kakao yang relatif stabil dan cenderung meningkat. 2. Adanya industri kakao di daerah 3. Tersedianya pangsa pasar yang cukup luas
Ancaman (T): 1. Terjadinya alih fungsi lahan 2. Lahan terkena banjir 3. Tanaman Kakao terserang hama dan penyakit
FAKTOR INTERNAL Kekuatan (S): Kelemahan (W) : Melimpahnya bahan klon dan 1. Bantuan bibit SE yang bibit unggul kurang sesuai dengan Kemauan Petani menanam/ kondisi lahan memelihara kembali tanaman 2. Pengetahuan petani kakaonya cukup tinggi masih kurang dalam Dukungan kebijakan teknis budidaya kakao pemerintah Adanya kerjasama antar maupun pasca panen Instansi dan antara Petugas kakao Teknis Perkebunan/ PPL 3. Petani enggan dengan Tenaga Pendamping melakukan fermentasi dari Pihak Swastautama 4. Kelembagaan kelompok petani tani belum optimal
Strategi S-O 1. Meningkatkan kualitas bahan klon/ bibit unggul melalui dukungan kebijakan pemerintah 2. Mengintensifkan koordinasi antar instansi teknis dan pihak swasta dalam pelaksanaan program masing-masing.
Strategi W-O 1. Mengembangkan bantuan permodalan pengadaan bibit dan sarana produksi bagi petani 2. Melakukan revisi ulang terhadap kebijakan pengembangan bibit SE
Strategi S-T 1. Rehabilitasi tanaman kakao pada tanaman tua dan tanaman rusak 2. Melakukan upaya penanggulangan banjir melalui program pemerintah maupun secara swadaya petani. 3. Penanaman baru tanaman kakao dengan menggunakan klon kakao unggul yang tahan hama PBK dan penyakit VSD
Strategi W-T 1. Meningkatkan penyuluhan tentang kelembagaan kelompok tani dan teknis budidaya dan pascapanen kakao 2. Melakukan pelatihan dan pendampingan bagi petani kakao
Sumber: Data primer diolah, 2013