AGRIBISNIS JERUK SIAM DI KABUPATEN KARO - SUMATERA
UTARA
(Citrus Agribusiness in Regency of Karo, Sumatera Utara) Sustra Ginting DINAS PERTANIAN KABUPATEN KARO, SUMATERA UTARA
ABSTRAK Petani Karo sudah menanam jeruk varietas keprok Berastagi sejak tahun 1930, dan pada tahun 1979, petani menggantinya dengan jeruk Siam Madu (Citrus suhuiensis Tan.). Pengembangan jeruk di Kabupaten Karo cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tahun 2000 luas areal hanya 6.651,38 ha dengan produktivitas 908,54 kw/ha dan meningkat 17.333,14 ha dengan produktivitas 615,00 kw/ha pada tahun 2004. Peningkatan tersebut didukung oleh potensi lahan pengembangan pertanian di Kabupaten Karo seluas 118.679 ha dan 14% diantaranya belum dimanfaatkan secara efektif. Jeruk Siam Madu atau Jeruk Karo digemari konsumen karena memiliki rasa buah yang manis, aroma yang harum, penampilan menarik dan mudah dikupas. Permintaan konsumen terjadi di Sumatera Utara, kota-kota di Sumatera, Jawa dan Bali. Tahun 2003, jumlah pengiriman jeruk ke kota tersebut mencapai 80-100 truk/hari (I truk 7-7,5 ton). Dalam jumlah terbatas jeruk Siam dari Kabupaten Karo sudah diekspor ke beberapa negara tetangga. Permasalahan agribisnis jeruk adalah ketersediaan bib it; penerapan teknologi budidaya (pemupukan, penjarangan, pemangkasan, pemulusan) masih rendah dan beragam, produktivitas rendah dan mutu relatif bervariasi, hama dan penyakit (terutama lalat buah); tingginya biaya transportasi (banyaknya pungutan liar). Dalam mewujudakan jeruk Karo menuju "Go Internasional 2006 ", yang telah dicanangkan oleh Menteri Pertanian RI tanggal 1 Juni 2002, diperlukan kerja sama sinergis antar petani pengusaha, pemerintah dan berbagai pohak terkait lainnya. Kata kunci:
Jeruk Siam, agribisnis,
produktivitas,
pemasaran.
ABSTRACT Karo farmers have grown the Berastagi tangerine since 1930, and in 1979, they replaced it with Madu Tangerine (Citrus suhuiensis Tan.). Citrus development in regency ofKaro tends to increase from year to year. In 2000 the area width was only 6.651,38 ha in the productivity of90.854 kgs/ha and increased to 17.333,14 ha in the productivity of 61.500 kgs/ha in 2004. This improvement supported by agriculture development farm potency in regency of Karo for the width of 118.679 ha and 14% among other things not yet been exploited effectively. In general, consumer attracted to Madu Tangerine or Karo orange due to have sW'e'et fruit taste, fragrant
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
75
aroma, interesting appearance and easy to be pared. Consumer demand has occurred in North Sumatera, cities in Sumatera, Java and Bali. In 2003, number of citrus delivery to those cities reached at 80-100 trucks/day (1 truck loaded 7-7,5 tons). Tangerine from the regency of Karo has been exported in the limit number to some neighbor countries. Citrus agribusiness problems encountered including seed availability, application of cultivation technology (fertilizing, spacing, pruning, perfecting) are still lower and diverse, low productivity and quality relatively varied, pest and disease (especially fruit fly); higher transportation cost (many illegal levy). In realizing Karo orange towards "Go International 2006 ", which announced by the Minister of Agriculture on June 1,2002, it needs the harmoniously collaboration between farmers, businessmen, government and some other relevant party.
Keywords
: Tangerine
cv. Siam, agribusiness,
productivity,
marketing.
PENDAHULUAN Kabupaten Karo merupakan salah satu sentra pengembangan buah dan sayuran di Sumatera Utara, salah satu komodit buah yang perkembangannya pesat adalah jeruk. Luas pertanaman jeruk meningkat terus dimana tahun 2000 seluas 6.651,38 hektar dan menjadi 17.333,14 hektar pada tahun 2004. Petani Karo menanam jeruk sejak tahun 1930, dengan varietas keprok Berastagi tetapi pada tahun 1979 petani mengganti dengan jeruk Siam Madu. Hal ini karena jeruk Siam Madu lebih digemari konsumen sebab memiliki rasa buah yang manis, penampilan menarik, mudah dikupas dan memiliki aroma yang harum. Di sisi lain budidayajeruk Siam Madu lebih mudah dan cepat berbuah. Pemasaran jeruk dari Kabupaten Karo, selain Sumatera Utaradan kota-kota seSumatera juga menembus pasar Jawa dan Bali. Pada musim berbuah jeruk Karo, tahun 2003 jumlah yang dikirim ke Jawa (Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, dll), Batam serta kota-kota di Sumatera, sebanyak 80-100 truk per hari (1 truk = 7-7,5 ton). Namun belum mampu men embus pasar global karena tidak memiliki daya saing baik dari aspek harga, kualitas, kuantitas dan kontiniuitas. Menteri Pertanian menyadari bahwa, jeruk dari Kabupaten Karo ini memiliki potensi dan peluang merebut pasar global kalau dibenahi dengan sentuhan teknologi yang baik mulai dari pra panen dan pasca panen. Oleh karena itu pada tanggal 1 Juni 2002 Menteri Pertanian RI mencanangkan "Jeruk Karo Go InternasionaI2006".
76
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
Masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Karo menyambut pencanangan "Jeruk Karo Go InternasionaI2006". Untuk mewujudkan ini maka telah dilakukan berbagai upaya terpadu kerjasama sinergis Pemkab. Karo dengan Lolit Telkung Jawa Timur, Dinas Pertanian Propinsi Sumatera Utara, BPTP Sumatera Utara, Departemen Pertanian, Perguruan Tinggi (USU Medan, Universitas Karo-Kabanjahe), Balitbu Solok dan Inlitbu Tongkoh Berastagi, JICA, Masyarakat Jeruk Indonesia, Pengusaha Saprodi (PT. Maroke Tetap Jaya, Sygenta, PT. Petrokimia Gresik, dll). Kegiatan yang telah dilakukan dari kerjasama ini adalah Agroklinik Jeruk di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat, Irigasi Tetes Modern, Irigasi Sederhana/Gravitasi, Gerakan masal pengendalian lalat buah, pemangkasan, penjarangan buah, pemulusan buah, Sekolah Lapang Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (SLPHT), dan kegiatan pengkajian, pengawasan, pemantauan dan pembinaan yang terkait dengan pengembangan dan promosi jeruk. Lalat buah salah satu penghambat produk jeruk Karo "go Internasional". Oleh karena itu maka diadakan pencanangan Gerakan Masal Pengendalian Lalat Buah Propinsi Sumatera Utara oleh Bapak Menteri Pertanian RI pad a tanggal 28 Mei 2004, di kawasan "Show Window Jeruk", di Desa Dokan-Kecamatan Merek Kabupaten Karo. Upaya pengembangan agribisnis jeruk terus dilakukan, untuk mewujudkan agar produk jeruk Karo, dapat menembus pasar k~mersial (hotel, restoran, supermarket) dan go internasional.
KONDISI UMUM AGRIBISNIS JERUK DI KABUPATEN KARO Perkembangan
Tanaman Jeruk
Pengembangan jeruk di Kabupaten Karo cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
77
Tabel I.
Luas Tanam, Luas Panen, Tahun 2000 s/d 2004
* Tahun
2004 (Angka
Jeruk
di Kabupaten
2001
2002
2003
2004*
6.651,38 3.854,01 908.54 350.154,75
6.938,0 4.394,72 849.07 373.143,60
7.596,29 4.745,80 791.30 375.695,80
9.402,5 6.344,0 594.59 377.212,10
17.333,14 8.307,21 615,00 510.893,42
Karo
Ramalan)
Penyebaran pertanaman Simpang Empat, Tigapanah, Barastagi dan Kabanjahe. Penyediaan
dan Produksi
2000
Penjelasan Luas Tanam (Ha) Luas Panen (Ha) Produktivitas (KwlHa) Produksi (Ton)
Produktivitas
jeruk terdapat di 9 Kecamatan yaitu Kecamatan Barusjahe, Merek, Munte, Kutabuluh, Payung,
Sarana Produksi
Pengadaan bibitjeruk Siam Madu diperoleh masyarakat dari beberapa sumber, yaitu: 1) Padang atau Bengkinang (Riau), 2) penangkar bibit jeruk okulasi yang tergabung dalam Asosiasi Penangkar Tanaman (ASPENTA), 3) PT. Horti Sejahtera, dan 4) bibit yang diokulasi sendiri oleh petani. Sedangkan sarana produksi seperti pupuk, obat-obatan dan peralatan usahatani mudah diperoleh di kios-kios pupuk di ibukota Kecamatan dan desa tetapi harganya mahal, dan masih adanya pupuk, obatobatan dan pestisida yang palsu, sehingga menambah biaya usaha jeruk. Bibitjeruk Siam Madu di Kabupaten Karo banyak yang tidakjelas asal usulnya akibat perdagangan bebas dan tidak adanya industri penangkar bibit yang terakreditasi dengan jelas, sehingga cepat atau lambat diperkirakan akan menghancurkan citra keunggulan jeruk Karo. Sub Sistem Produksi Penerapan teknologi budidayajeruk rekomendasi BPTP Sumatera Utara (80%) belum diterapkan secara benar dan baik yaitu pada aspek jarak tanam, pemupukan, pencegahan dan pengendalian penyakit, pemangkasan, penjarangan buah, pemulusan buah, dI!. Jarak tanam yang masih bervariasi dan cenderung Iebih rapat (4 x 4 m; 4 x 5 m) dibanding jarak tanam anjuran (6 x 6 m) sehingga perkembangan tanaman menjadi tidak optima!. Kebiasaan menanam kembali tanaman muda diantara tanaman tua (t'mata Iima ") yang berisiko terhadap perkembangan hama dan penyakit yang tents menerus bervariasi sehingga mutu produk juga tidak
78
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
seragam. Dalam penggunaan pupuk, obat-obatan dan pestisida, meminta rekomendasi dari penjual pupuk sehingga penggunaannya
petani cenderung tidak efisien.
Hama dan penyakit banyak yang menyerang jeruk. Hama yang paling merugikan petani saat ini adalah lalat buah yang telah menimbulkan gugur buah 2050% (rata-rata 35%). Hal inilah yang menyebabkan Bapak Menteri Pertanian RI mencanangkan Gerakan Masal Pengendalian Lalat Buah Propinsi Sumatera Utara pada tanggal 28 Mei 2004 di Kawasan "Show Window Jeruk" di Desa DokanKecamatan Merek Kabupaten Karo. Produktivitas jeruk relatif bervariasi antara satu lokasi dengan lokasi lain, tergantung umur tanaman, tingkat pemupukan, day a dukung lahan, varietas dan sebagainya. Produksi rata-rata 100-200 kg per pohon per tahun, dua kali panen ray a dalam setahun yaitu rentang bulam Mei-Agustus dan Desember-Maret.
Sistem Pasca Panen dan Agroindustri Di Kabupaten Karo terdapat 42 buah gudang di enam (6) kecamatan sentra pengembangan yang berfungsi sebagai temp at penampungan, penyortiran dan pengemasan. Petani relatif tidak melakukan grading pada jeruknya karena dijual dalam bentuk campuran kecil sampai besar. Perlakuan grading dilakukan oleh pedagang pengumpul. Pengolahan jeruk belum ada, baik bentuk home industri maupun industri besar. Kendala pada sub sistem pasca panen dan agro industri, meliputi : Belum tersedianya standart mutu jeruk Karo yang menjadi acuan dalam syarat mutu, cara penguj ian mutu, cara pengambilan sampel dan cara pengemasan buah jeruk; Belum tersedianya gudan pendingin (cold storage) yang memadai; kemasan produk jeruk Karo belum berorientasi pasar.
Sub Sistem Pemasaran Sistem pemasaran jeruk di Kabupaten Karo saat ini umumnya melibatkan pedagang pengumpul, pedagang lokal, pedagang antar pulau dan eksportir. Dilakukan dengan sistem borongan atau timbangan, dimana transaksi dilakukan di lahan petani dan dilakukan dengan pembayaran tunai. Namun dalam hal ini ·informasi harga hanya dilakukan sepihak yaitu dari pembeli, sehingga petani berada pada posisi tawar (bargaining position) yang lemah.
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
79
Saat panen raya dibutuhkan penerapan waktu panenjeruk.
menyebabkan terjadi teknologi penjarangan
over produksi dan jatuhnya harga, dan pemangkasan untuk mengatur
Di Kabupaten Karo terdapat 20 perusahaan ekspedisi di en am (6) kecamatan sentra produksi dengan menggunakan alat transportasi truk. Jasa tersebut setiap hari mengirim dan menggangkut produk jeruk Karo ke pasar tujuan seperti Jakarta sekitarnya (Kramat jati, Cawang, Cibitung, Tangerang, Cililitan), Bandung (Caringin), Tasikmalaya, Cianjur, Ciamis, Solo, Pekanbaru, Jambi, Padang dan Batam dll. Alternatif saluran pemasaran buah jeruk Kabupaten Karo seperti terlihat pada Gambar I. Dari kelima saluran distribusi yang ada, maka po la ketiga dan kedua yang lazim berlaku di Kabupaten Karo. Pemasaran melalui jalur ekspor juga telah dilaksanakan dalam beberapa tahun terakhir ini. Ekspor jeruk dari Karo meningkat dari 495,30 ton dengan nilai 192.886 dolar AS pada tahun 2000 menjadi 1.116,6 ton dengan nilai 338.091 dolar AS pada tahun 2002
1 Petani
Produscn
1
I
L
~I Konsumcn Pdg. Pengumpul/ Pengecer
Pdg.Pengumpul
1_
'---P-d-g-.p-e-ng.1e-c-er-C-TO-k-O-) ---,.
,
Buah/warunglSwalayan
Agen Bcsar di Pulau Jawa
1
Pdg.Pcngumpul
~I
I
Eksportir
Gambar I. Altcmatifmodcl
1-1
--I Pdg. Pengccer HKonsumen I Importir
~-I
Pcngeccr
saluran pcmasaranjcruk
1-+1 Konsumcn I
di Kabupaten Karo
Masalah di pemasaran adalah: Tingginya biaya transportasi karena banyaknya pungutan liar di sepanjang jalur distribusi (ada 12 jembatan timbangan dan 58 pospos pengutipan, dll) menyebabkan besarnya angkos angkut jeruk dari Kabupaten Karo ke Jakarta ± Rp.I.OOO,s/d Rp.I.200,/kg.; kerusakan produk selama transportasi cukup tinggi (± 7%); kalah bersaing dengan; kurang promosi; rantai tata niaga panjang; fasilitasi pengolahan kurang; penyediaan tidak berlanjut; kualitas rendah; pengemasan kurang.
80
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
PROSPEK
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JERUK SIAM MADU DJ KABUPATEN KARO
Lahan dan Agroklimat Pada dasarnya jeruk merupakan tanaman yang memiliki daya adaptasi tinggi. Oleh karena itu sebaran kesesuaian tanah dan iklimnya sangat luas. Berdasarkan prasyarat tumbuhnya, Kabupaten Karo memiliki potensi cukup besar sebagai daerah pengembangan jeruk. Potensi lahan yang tersedia di Kabupaten Karo masih tersedia luas, terdapat seluas 118.679 ha lahan yang berpotensi bagi pengembangan pertanian dan 14,5% diantaranya belum dimanfaatkan secara efektif. Pengembangan sentra produksi usahatani jeruk juga dilakukan di lahan marjinal seperti Kecamatan Mardinding dan Laubaleng. Prospek
Pemasaran
Untuk memenuhi kebutuhan gizi maka konsumsi buah-buahan per kapita berdasarkan anjuran FAO minimal 60 ke per tahun. Dibandingkan anjuran FAO tersebut maka konsumsi buah-buahan di Indonesia masih rendah yaitu hanya 27,2 kg per kapita per tahun. Konsumsi buah jeruk dunia meningkat dari tahun ke tahun. Periode 1991-2005, konsumsi jeruk diperkirakan akan meningkat rata-rata 2,8% per tahun hingga 15,8 kg/kapita. Konsumsi jeruk penduduk Indonesia naik 9.917 ton pada tahun 1996 menjadi 19.356 ton per minggu pada tahun 2003. Dengan perkiraan tingkat konsumsi per kapita sebesar 0,2 kg per minggu, maka proyeksi kebutuhan jeruk untuk konsumsi nasional pada tahun 2010 menjadi 48.000 ton per minggu atau sekitar 2.496.000 ton per tahun. Diasumsikan bahwa permintaan luar negeri terhadap jeruk Indonesia sebesar 20% dari permintaan domestik, maka tahun 20 I 0 total permintaan jeruk dari luar negeri adalah 224.640 ton. Jeruk Karo harus mampu bersaing dengan negara penghasil jeruk lainnya, seperti China, Thailand, dll, Untuk itu diupayakan agar jeruk Karo memiliki daya saing dalam harga, mutu penyediaan yang kontiniu dan pengemasan yang bagus dll.
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
81
Potensi Kemitraan Jaringan pemasaran jeruk secara umum di Kabupaten Karo selalu dihadapkan pada pedagang pengumpul sebagai pembeli utama jeruknya, maka perlu adanya kemitraan petani atau kelompok tani yang diarahkan langsung untuk melakukan transaksi dagang dengan pihak eksportir. Untuk Kemitraan dengan eksportir perlu dibina dengan prinsif saling menguntungkan, membenahi pada kesinambungan pasokan, kuantitas yang berskala ekonomis, kualitas prima, perlakuan/pengepakan tertentu, memenuhi persyaratan karantina dan pada tingkat harga yang kompetitif. Di Kabupaten Karo terdapat 15 eksportir sebagai mitra petani dalam memasarkan jeruk ke luar negeri khususnya Malaysia, Singapura, Philipina, Jepang dan Belanda. Disamping itu, terdapat perusahaan-perusahaan yang memiliki potensi sebagai mitra bagi petani seperti PT. Piramid Unta, PT. Pohon Pinang, PT. ABC serta BUMN, perguruan tinggi/lembaga penelitian, lembaga pengembangan. Namun volume ekspor jeruk tersebut masih kecil sekali. Peluang
Investasi
Peluang investasi yang bisa dimanfaatkan berkaitan dengan agribisnis jeruk adalah: Cl) Industri pengadaan bibit/perbanyakan bibit jeruk yang bermutu dan bersertifikat dan usaha penyediaan sarana produksi lainnya (pupuk, obat-obatan, alat-alat pertanian), (2) Pengembangan teknologi bercocok tanam/pertanian modern melalui mekanisasi, pupuk organik (kompos), perbaikan pengairanlirigasi (sumur bor dan gravitation system), (3) Perlakuan pasca panen dan peningkatan daya tahan hasil produksi misalnya dengan cold storage dan absorbent, pembersihan, pengeringan, perlapisan lilin, sortasi, pengemasan, pergudangan (trading house), ekspedisi (transportasi) dan pemasaran domestik dan luar negeri, (4) Industri pengolahan jeruk (asinan kulit jeruk, tepung jeruk, dll), dan (5) Kebijakan Pendukung. Dalam mendukung dan mempercepat program pengembangan agribisnis jeruk di Kabupaten Karo, dibekali dengan Rencana Strategik Pengembangan Pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Karo untuk tahun 2002-2005. Pemerintah Kabupaten Karo juga sedang mempersiapkan implementasi pengembangan pusat Kawasan Agropolitan yang didukung sepenuhnya oleh pemerintah pusat dengan menetapkan sebagai proyek percontohan naional di Indonesia dan untuk Propinsi Sumatera Utara. Kabupaten Karo menjadi kawasan pusat Agropolitan yang mencover 5 Kabupaten yaitu Karo, Dairi, Simalungun, Tobasa dan Tapanuli Utara sesuai nota (MOU) kelima Kabupaten tersebut.
82
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
STRATEGI
DAN KEGIATAN AKSI AGRIBISNIS KABUPATEN KARO
JERUK SIAM MADU DI
Kunci-kunci sukses pengembangan agribisnis jeruk Siam Madu adalah sangat tergantung partisipasi masyarakat, mobilisasi sumberdaya lokal dan pemanfaatan teknologi, pengorganisasian gagasan dan perluasan jaringan pasar. Strategi Pengembangan dan Promosi Jeruk Siam Madu meliputi: (1) Mengatasi kendala yang terjadi pada sub sistem penyediaan sarana produksi melalui: a) Meningkatkan ketersediaan bibit jeruk berkualitas unggul dan bersertifikat serta mengawasi dengan ketat keluar masuknya bibit untuk mempertahankan citra keunggulan jeruk Karo, b) Meningkatkan ketersediaan pupuk dan pestisida dengan harga yang terjangkau oleh petani jeruk dan terjamin keasliannya dan c) Melakukan perbaikan sebagian jaringan jalan yang rusak di kawasan sentra produksi jeruk untuk memperlancar distribusi sarana produksi; (2) Mengatasi kendala pada subsistem produksi melalui: a) Menyuluh petani tentang penerapan jarak tanam yang optimal sesuai, daya dukung lahannya dalam rangka mendapatkan kualitas pertumbuhan tanaman jeruk yang baik, b) Melakukan pengendalian terpadu ham a dan penyakit yang menyerang tanaman jeruk, khususnya hama lalat buah yang dianggap sebagai an cam an cukup serius bagi kelangsungan usahatani jeruk, c) Memasyarakatkan praktek pemupukan berimbang, penjarangan, pemangkasan cabang dengan sistem pemangkasan 1:3:9 dan praktek pemetikan buah yang memperhatikan aspek kesehatan tanaman dan kualitas produk, dan d) Penyuluhan ten tang risiko perkembangan hama dan penyakit dengan menanam kembali dengan sistem "mala lima"; (3) Mengatasi kendala pada sub-sistem pasca panen dan agroindustri, melalui: a) Menyusun standard mutu jeruk Karo yang menjadi acuan dalam hal syarat mutu, cara pengujian mutu, cara pengambilan contoh dan cara pengemasan buah jeruk, b) Mengembangkan trading house dan kemasan jeruk yang berorintasi pasar dan 3) Mengernbangkan teknologi agroindustri jeruk dan diversifikasi hasil produk; (4) Mengatasi kendala dalam sub-sistem pemasaran hasil jeruk, melalui: a) Mengatasi kerusakan produk jeruk selama transportasi, b) Menekan biaya transportasi dan berbagai pungutan di jalur distribusi jeruk dan menekan cost price jeruk dalam proses produksi, c) Mengatasi masalah persamaan saat panen raya jeruk di Karo yang berdampak pada over supply dan jatuhnya harga jeruk di pasar, d) Mengatasi rendahnya harga jeruk Karo, dibanding jeruk asal daerah lain yang kualitasnya lebih rendah, e) Mengatasi penurunan kualitas produk sebagai akibat serangan hama penyakit, dan f) Melakukan pengkajian sistematis dan menyeluruh ten tang suplai dan konsumsi jeruk
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
83
Kegiatan Aksi Pengembangan Jeruk Siam Madu yang telah dilakukan sampai dengan Juni 2004 adalah sbb.: I) Pemetaan lahan/kawasan pengembangan jeruk Siam Madu, meliputi Kecamatan Simpang Empat, Tigapanah, Barusjahe, Merek, Munte dan kawasan marjinal seperti Kabanjahe, Berastagi, Kutabuluh dan Payung, 2) Gerakan massal pengendalian lalat buah dengan Petrogenol, 3) Agroklinik Jeruk di Desa Surbakti Kecamatan Simpang Empat, 4) Penelitian Jeruk tentang "Towards A Competitive Jeruk Production" oleh Tim Internasional Centre for Development Research in Agriculture (ICRA) dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP Sumut) dan Pemerintah Kabupaten Karo, 5) Lokakarya Jeruk Nasional di Berastagi, 6) Sekolah Lapang Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman (SLPHT), 7) Demplot Irigasi Tetes dan irigasi sederhana/gravitasi, 8) Sosialisasi penggunaan benih bermutu, 9) Pembentukan kelembagaan tani secara berkelompok (Corporate Farming), 10) Pembinaan tehnis teknologi budidaya jeruk Siam Madu (Pemupukan Berimbang, Penjarangan, Pemangkasan, Pemetikan dan Pasca Panen), 11) Percontohan dan sosialisasi pembuatan bokashi, 12) Pembinaan dan pengawasan terhadap Penangkar Bibit Jeruk Siam Madu, 13) Pengawasan terhadap tata niaga bibi t jeruk ke Kabupaten Karo, 14) Pengawasan terhadap peredaran pupuk, pestisida dan obat-obatan palsu, 15) Pengkajian sistem jaringan pemasaran jeruk untuk study efisiensi cost price jeruk, 16) Pengembangkan outlet-outlet j eruk dalam rangka promosi di even-even Nasional dan Internasional, 17) Study Banding Petugas dan Petani, dan 18) Menjaring kerjasama dengan pengusaha dan eksportir dalam mengembangkan lokus pasar domestik dan internasional. Rencana Tindak Pengembangan Jeruk Siam Madu di Kabupaten Karo adalah sbb.: (1) Pembangunan Terminal Agribisnis Jeruk, (2) Penyusunan Standard Mutu buah jeruk, (3) Penyusunan Standard Mutu Operasi (SPO) jeruk, (4) SLPHT non lalat buah, (5) Integrasi Tanaman Jeruk dengan ternak (sapi, kambing), (6) Pembuatan bibit unggul jeruk Siam Madu bersertifikasi, (7) Menerapkan Teknologi pemulusan (smooting) buah jeruk, (8) Membentuk Badan Pemasaran Jeruk Kabupaten, (9) Pengkajian teknologi pengemasan jeruk yang berorientasi pasar, (10) Industri pengolahan hasil, (11) Penggalangan mitra (investor) dalam memanfaatkan peluang investasi, dan (12) Workshop (Tema: Pengembangan promosi dan pemasaran jeruk; Kiat menuju "Jeruk Karo Go Internasional 2006"; Mendukung Program Show Window jeruk Karo).
84
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
KESIMPULAN
DAN SARAN
z:s Jeruk merupakan komoditi andalan di Kabupaten Karo, mengalami peningkatan luas tan am setiap tahunnya, tahun 2002 seluas 6.651,38 ha dan tahun 2004 meningkat seluas 17.333,14 ha. z:s Prospek dan peluang pengembangan jeruk Siam Madu di Kabupaten Karo cukup baik, yang didukung kesesuaian lahan dan agroklimat, permintaan pasar domestik dan ekspor yang semakin meningkat, adanya dukungan kebijakan pemerintah, besarnya potensi kemitraan dan investasi, dan berdampak nyata bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. z:s Permasalahan masih rendah produktivitas infrastruktur belum adanya
pengembangan jeruk adalah penerapan teknologi budidaya yang dan bervariasi serta sumber bibit tidak jelas asal-usulnya sehingga rendah dan mutu jeruk cenderung bervariasi; belum tersedianya agribisnis dan industri pengolahan; tingginya biaya transportasi; standard mutujeruk; pemasaranjeruk belum ke pasar global dll.
z:s Upaya kerjasama sinergis pemerintah dan swasta (pengusaha/eksportir dan Masyarakat Jeruk Indonesia (dalam mewujudkan "Jeruk Karo Go Internasional 2006" z:s Diperlukan penguatan kerjasama (pengusaha/eksportir dan Masyarakat "Jeruk Karo Go Internasional2006"
sinergis pemerintah dan swasta Jeruk Indonesia) dalam mewujudkan
z:s Corporate Farming untuk meningkatkan posisi tawar, kualitas, produktivitas, efisiensi biaya produksi dan kontinuitas yang menimbulkan daya saing di pasar global. z:s Pengembangan infrastruktur pasar (trading agribisnis) dan industri pengolahan jeruk.
house,
cold
storage,
terminal
z:s Pembentukan wadah kerjasama daerah penghasil jeruk utama di Indonesia, yang menyangkut masalah pemasaran, teknologi, manajemen dan informasi pan en, didukung denganjaringan "on line". z:s Gerakan massal pengendalian lalat buah di laksanakan secara serentak berlanjut dengan melibatkan partisipasi petani dan berbagai pihak lainnya jeruk Karo dapat diekspor.
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004
dan agar
85
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2002. Pedoman Pengembangan Agribisnis Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura, Anonim,
2002.
Anonim, 2003. Karo. BPS,2002. BPTP,2003.
Laporan Tahunan, Dinas Pertanian
Jeruk. Direktorat
Kabupaten
Tanaman
Karo.
Potensi dan Pe/uang lnvestasi di Kabupaten Karo, Pemerintah
Kabupaten Karo Da/am Angka, Badan Pus at Statistik Kabupaten
Kabupaten
Karo.
Petunjuk Teknis Budaya Jeruk Siam Madu, BPTP Sumatera Utara.
ICRA dan BPTP, 2002.
Towards a Competitive Jeruk Production, ICRA, Belanda.
JICA dan LPPM-USU,
2004.
Laporan Akhir, Study Mini Jeruk Karo dan Dairi, Medan.
Pemda Karo. 2002 Pe/uang lnvestasi di Kabupaten Karo. Makalah Seminar Sehari Pembangunan Berkelanjutan dan Pengelolaan Kawasan Danau Toba. Medan Sembiring,
E,. Nainggolan,
E. dan Sembiring,
Sumatera Utara.BPTP Sumut. Medan.
86
Buah,
Strategi
H. 2002. Pengembangan Jeruk Siam Madu di .
Prosiding Seminar Jeruk Siam Nasional 2004