STRATEGI PENGELOLAAN KINERJA BALAI PENELITIAN TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM SAMBOJA PERFORMANCE MANAGEMENT STRATEGY OF RESEARCH CENTER OF NATURAL RESOURCES CONSERVATION TECHNOLOGY OF SAMBOJA Adi Surya1, M. Yusran Nur Indar2, Muhammad Yunus3 1
2
Mahasiswa PPW Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Makassar 3 Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Hasanuddin Makassar
Alamat Korespondensi : Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Samboja Jl. Soekarno - Hatta Km. 38 PO BOX 578 Balikpapan 76112 Telp. (0542) 7217663, Faks. (0542) 7217665 SAMBOJA - KALIMANTAN TIMUR Email :
[email protected] HP : 081346352133
ABSTRAK Kesesuaian dan keterkaitan antara RPI (Rencana Penelitian Integratif) yang diselenggarakan oleh Balitek KSDA Samboja dengan kebutuhan pengguna pada level daerah masih belum dievaluasi sehingga eksistensi dan peranan Balitek KSDA Samboja masih belum sepenuhnya diketahui. Penelitian ini bertujuan (1) menemukenali tingkat capaian kinerja, (2) mengidentifikasi kebutuhan dan harapan stakeholder, (3) merumuskan strategi kinerja berbasis kebutuhan dan harapan stakeholder dan (4) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Balitek KSDA Samboja. Penelitian dilaksanakan di Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam (Balitek KSDA) Samboja. Metode penelitian yang digunakan adalah wawancara mendalam untuk mengetahui persepsi terhadap kinerja Balitek KSDA Samboja dan observasi terhadap kesesuaian persepsi dengan fakta kelembagaan yang ada. Data dianalisis dengan teknik perumusan langkah strategis terkait keberadaan stakeholder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Balitek KSDA Samboja berada pada kondisi memelihara keseimbangan dan strategi umum yang tepat adalah strategi ofensif. Kesimpulan yang diperoleh adalah (1) tingkat capaian kinerja Balitek KSDA belum optimal, (2) pemantapan keseimbangan organisasi diwujudkan antara lain dengan : aktualisasi prosedur administrasi dan keuangan, perencanaan anggaran yang faktual, penguatan integritas internal, peningkatan kapasitas peneliti, penambahan pegawai, reposisi tenaga yang diperbantukan, dan pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana penelitian, (3) strategi ofensif yang dapat dilakukan antara lain : mengubah apa yang dipercayai oleh stakeholder, konektivitas isu dengan isu lain yang dipandang oleh stakeholder lebih baik, dan mengubah proses transaksi dan (4) Faktor yang mempengaruhi kinerja Balitek KSDA Samboja di antaranya : faktor internal (sumber daya manusia dan rencana strategis) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, RPI, persepsi stakeholder, dan masyarakat sekawasan). Program integratif berbasis stakeholder yang dapat dilakukan adalah Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto. Kata kunci : kinerja, lembaga penelitian kehutanan, perilaku stakeholder.
ABSTRACT Suitability and linkages between RPI (Integrative Research Plan) held by Balitek KSDA Samboja to user needs at the local level is still not evaluated so that the existence and role of Balitek KSDA Samboja still not fully known.The aims of the research were to (1) acknowledge the performance achievement level, (2) identify the needs and expectations of stakeholders, (3) formulate performance strategy to fulfill the needs and the expectations of stakeholders, and (4) acknowledge the factors influencing the performance of Balitek KSDA Samboja.The research was conducted at the Research Institute for Natural Resources Conservation Technology (Balitek KSDA) Samboja. The research method used is in-depth interviews to determine the perception of the performance Balitek KSDA Samboja perception and observation of compliance with institutional facts. Data were analyzed with the formulation of strategic actions related technique where stakeholders. The results showed that Balitek KSDA Samboja in condition to maintain balance and proper general strategy is an offensive strategy. The conclusions obtained are (1) the level of achievement of the performance Balitek KSDA not optimal, (2) strengthening the balance organization implemented among others: the actualization of administrative and financial procedures, budget planning factual, strengthening internal integrity, increase research capacity, adding employees, repositioning effort conjunct, and the fulfillment of the research infrastructure, (3) an offensive strategy that can be done include: changing what is believed by stakeholders, connectivity issues with other issues considered by stakeholders better, and change the transaction and (4) factor that affect the performance of Balitek KSDA Samboja include: internal factors (human resources and strategic planning) and external factors (government policies, RPI, stakeholder perceptions, and communities sekawasan). Stakeholder based integrative program which can be conducted was Bukit Soeharto Great Forest Park Management. Keywords: performance, forestry research institution, stakeholder behavior.
1
PENDAHULUAN Kesesuaian dan keterkaitan antara RPI (Rencana Penelitian Integratif) dengan kebutuhan pengguna khususnya pada level daerah masih belum dievaluasi sehingga eksistensi dan peranan UPT Badan Litbang Kehutanan masih belum sepenuhnya diketahui. Demikian pula dengan Balitek KSDA sebagai salah satu UPT Badan Litbang Kehutanan, keberadaan institusi beserta RPI yang dilaksanakannya belum diketahui keselarasannya dengan kebutuhan stakeholder terkait di Kalimantan Timur sebagai tempat kedudukannya. Butar-butar (2008) mengungkapkan bahwa semakin tinggi keterkaitan antara program penelitian dengan kebutuhan pengguna akan meningkatkan eksistensi lembaga penelitian. Pengguna ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang konservasi sumber daya alam yang dihasilkan oleh Balitek KSDA Samboja adalah Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan RI sebagai stakeholder utama dan lembaga pemerintah dan non-pemerintah lainnya di tingkat pusat dan daerah yang memiliki perhatian utama di bidang konservasi SDA (Anonim, 2012). Evaluasi terhadap kegiatan penelitian yang dilakukan oleh Balitek KSDA Samboja semakin penting untuk dilakukan mengingat Kalimantan Timur merupakan salah satu provinsi yang kaya sumber daya alam dan memiliki kompleksitas masalah dalam pengelolaannya. Selain itu, Jansen (2007) menyebutkan bahwa kinerja lembaga penelitian tidak hanya berupa publikasi, kualitas ilmiah, transfer teknologi, hak paten, adanya pembiayaan dari pendanaan pihak tiga namun juga termasuk kontrak kerja sama dan peningkatan profil kelembagaan. Kontrak kerja sama hanya memungkinkan dilakukan bila Balitek KSDA Samboja telah memiliki baseline tentang kebutuhan dan harapan serta potensi kerja sama dan persaingan dari berbagai stakeholder terkait di daerah. Sementara peningkatan profil kelembagaan terkait eksistensi dan peranan Balitek KSDA juga baru dapat dirumuskan setelah mengetahui kondisi kelembagaannya. Kedua hal tersebut semakin memperkuat pentingnya identifikasi dan evaluasi terhadap perilaku stakeholder dan kondisi kelembagaan Balitek KSDA Samboja. Rivai, dkk. (2005) menyatakan bahwa model evaluasi untuk mengidentifikasi stakeholder terbagi menjadi dua bagian yaitu eksternal dan internal di mana dalam setiap bagian terdapat tiga komponen yaitu pelanggan, pesaing dan mitra yang memudahkan kita dalam mengukur kekuatan pengaruh stakeholder internal dan ekternal yang mengendalikan perubahan di dalam organisasi. Sementara terkait dengan strategi organisasi, Freeman (1984) menjelaskan pengaruh dimensi kekuatan relatif stakeholder dan potensinya untuk bekerjasama atau bersaing dalam perumusan strategi industri yang tepat.
2
Hasil penelitian Lunenburg (2011) menunjukkan bahwa penilaian kinerja seringkali tidak benar-benar akurat dan obyektif karena ada kesalahan dalam pemeringkatan (rating errors). Mohan (2012) menyatakan bahwa pengembangan dan transfer teknologi yang berhasil memerlukan identifikasi awal terhadap teknologi yang potensial sejalan dengan penilaian potensi komersialnya. Matsumoto dkk. (2010)
berhasil
merancang
model
kerangka kerja yang terkait dengan proses output penelitian dan pengembangan sehingga mampu menimbulkan dampak ekonomi. Coccia (2004) juga menyebutkan bahwa evaluasi penelitian pada lembaga publik penting dilakukan untuk mengukur kinerja sektor ilmu pengetahuan dan meningkatkan efektifitas dan efisiensi alokasi biaya publik. Terkait era baru lembaga penelitian publik, Cruz-Castro, dkk. (2007) mengarahkan pada fitur baru dari lembaga riset yang melayani industri dan masyarakat, lebih ramping organisasinya, lebih fleksibel dalam struktur organisasi, dan mampu memperoleh pendanaan dari sumber yang beragam. Kajian Ellefson, dkk. (2007) terhadap organisasi penelitian dan pengembangan hasil hutan dan yang terkait dengan kehutanan di dunia menemukan bahwa : (1) lembagalembaga yang ada mengidentifikasi dirinya dengan beragam label dan umumnya dikelola oleh pemerintah namun bersifat independen, (2) lembaga-lembaga yang ada melayani klien publik dan swasta, (3) lembaga-lembaga yang ada menggunakan standar yang bervariasi untuk mengukur kinerja. Hart, dkk. (2008) menilai bahwa Lembaga penelitian sebagai “think tanks” di masa kini dan yang akan datang semakin perlu untuk meningkatkan kemampuan dalam memanfaatkan setiap kesempatan dengan kecilnya organisasi, fleksibilitas, biaya rendah, kemajuan teknologi dan pengetahuan baru yang memungkinkan partisipasi publik. Penelitian ini dilakukan untuk (1) menemukenali tingkat capaian kinerja Balitek KSDA Samboja, (2) mengidentifikasi kebutuhan dan harapan stakeholder terhadap Balitek KSDA Samboja, (3) merekomendasikan strategi kinerja untuk memenuhi kebutuhan dan harapan stakeholder terhadap Balitek KSDA Samboja dan (4)
mengetahui faktor internal
dan faktor eksternal yang mempengaruhi kinerja Balitek KSDA Samboja.
METODE Pendekatan dan Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif untuk melihat kinerja Balitek KSDA Samboja sehingga dapat diketahui tingkat pencapaiannya serta rekomendasi dalam peningkatannya. Para pihak yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mereka yang menempati posisi jabatan struktural dan fungsional yang memiliki pengalaman dan pemahaman yang memadai terkait dengan organisasi 3
penelitian dan pengembangan kehutanan. Para pihak tersebut kemudian akan diobservasi persepsinya terkait kinerja kelembagaan. Selain itu penelitian ini juga mencoba melihat pencapaian kinerja Balitek KSDA Samboja dari sisi luar yaitu dari berbagai stakeholder yang terkait baik dalam lingkup Kementerian Kehutanan, lembaga penelitian perguruan tinggi, perusahaan swasta dan instansi kehutanan di daerah. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus s.d. September 2012 di Balitek KSDA Samboja dan beberapa instansi pemerintah dan swasta di Kalimantan Timur. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode wawancara mendalam untuk mengetahui persepsi informan dan responden dan observasi terhadap kesesuaian persepsi dengan fakta kelembagaan yang ada. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengumpulkan peraturan perundangan terkait dengan kebijakan pengelolaan sektor kehutanan, Profil Balitek KSDA Samboja dan arsip-arsip lain yang terkait. Analisis Data Analisis data dilakukan melalui tiga tahapan yaitu : reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Reduksi data diarahkan pada identifikasi kondisi Balitek KSDA Samboja serta identifikasi kebutuhan dan harapan stakeholder yang dikaitkan dengan perannya sebagai pelanggan, mitra dan pesaing sebagaimana konsep Rivai, dkk. (2005). Penyajian data adalah penggambaran data yang sudah tersusun dalam bentuk tulisan atau deskripsi visual. Pengambilan kesimpulan dilakukan setelah melakukan kajian dan pemaknaan yang mendalam terhadap data-data yang sudah tersaji secara terstruktur. Teknik analisis data mengadopsi teknik yang dikembangkan oleh Freeman (1984) dalam proses merumuskan langkah strategis terkait keberadaan stakeholder. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini selanjutnya merupakan kombinasi dari tahapan yang telah dijelaskan sebelumnya dengan substansi dari kerangka kerja Freeman. HASIL Identifikasi Kondisi Balitek KSDA Samboja Dari sisi kelembagaan, diperoleh data sebaran pegawai berdasarkan tingkat pendidikan sampai dengan Triwulan III tahun 2012 memperlihatkan bahwa pendidikan pegawai didominasi oleh SLTA sebanyak 34 orang dan S-1 sebanyak 21 orang. Dari sisi kegiatan penelitian dapat diketahui bahwa jumlah peneliti yang dimiliki oleh Balitek KSDA Samboja adalah 17 orang di mana 8 di antaranya masih berstatus Calon Peneliti dan jumlah teknisi 4
penelitian dan perekayasa (litkayasa) adalah 15 orang (Tabel 1). Lebih jauh, Tabel 1 juga menunjukkan adanya peneliti dan teknisi litkayasa yang diperbantukan di sub bagian Tata Usaha (TU), Seksi Program, Evaluasi dan Kerja Sama (PEK) dan Seksi Data Informasi dan Sarana Penelitian (DISP). Untuk sarana dan prasarana yang ada saat ini sebagian besar merupakan hibah dari Tropenbos dan Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD) serta dari pihak lainnya dan umumnya dalam kondisi yang tidak layak lagi untuk mendukung kegiatan. Kegiatan rehabilitasi atau renovasi sarana prasarana secara bertahap telah dilakukan di samping kegiatan pengadaan sarana prasarana yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsi di bidang penelitian teknologi konservasi sumber daya alam. Sarana dan prasarana itu meliputi gedung, perpustakaan, hutan penelitian, herbarium, laboratorium, peralatan dan perlengkapan penelitian serta website. Hutan penelitian yang dimiliki oleh Balitek KSDA Samboja merupakan bagian dari kawasan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto (Gambar 1). Terkait dengan anggaran, Balitek KSDA Samboja masih mengandalkan dana APBN. Besaran anggaran dan realisasinya dapat dilihat pada Tabel 2. Dari Renstra Balitek KSDA Samboja 2010 – 2014 diketahui bahwa untuk mengefektifkan pencapaian visi, misi, tujuan dan sasarannya sesuai dengan arah kebijakan yang ditetapkan, dilakukan langkah strategis sebagai berikut : 1) penguatan institusi dan peningkatan kapasitas SDM, 2) melakukan penelitian integratif unggulan (PIU), 3) peningkatan sarana dan prasarana litbang, 4) komunikasi hasil litbang dan 5) kerjasama dengan pihak lain. Dari sisi realisasi anggaran, kinerja keuangan Balitek KSDA Samboja tahun 2010 dan 2011 menunjukkan hal yang positif di mana realisasinya selalu di atas 80% (lihat Tabel 2). Untuk kegiatan penelitian Balitek KSDA dari sisi akuntabilitas anggaran output-nya telah tercapai 100% namun outcome-nya belum sepenuhnya tercapai. Sementara dari sisi Badan Litbang Kehutanan maka kegiatan penelitian di Balitek KSDA belum bisa dikatakan telah menghasilkan output. Dari sisi anggaran, realisasi kegiatan penelitian menunjukkan kinerja yang baik dan cenderung meningkat dari tahun ke tahun sebagaimana terlihat pada Tabel 2. Kinerja kegiatan non-penelitian pada umumnya diukur semata dari tingkat realisasi keuangan dan fisik kegiatan. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, realisasi anggaran non-penelitian selalu lebih dari 80% sebagai mana terlihat dalam Tabel 2. Setelah mengidentifikasi dan menganalisa kondisi Balitek KSDA Samboja dari sisi kelembagaan, rencana strategis dan capaian kinerjanya dapat diperoleh gambaran bahwa Balitek KSDA Samboja berada pada kondisi memelihara keseimbangan. Kondisi ini ditandai dengan masih adanya kekurangan sumber daya manusia untuk menjalankan tugas pokok dan 5
fungsi dari beberapa bagian organisasi serta adanya upaya perbaikan untuk memenuhi kebutuhan stakeholder melalui kegiatan penelitian dan kegiatan pendukung penelitian sehingga tidak terjadi ketimpangan antara yang diinginkan oleh stakeholder dengan apa yang dihasilkan oleh Balitek KSDA Samboja. Evaluasi Perilaku Stakeholder Hasil analisis terhadap stakeholder internal menunjukkan bahwa dalam posisinya sebagai pelanggan, semua unsur dalam Balitek KSDA masih perlu menyadari tugas pokok dan fungsi masing-masing sehingga tercipta hubungan yang setara dan saling menghargai dalam tataran upaya optimalisasi kinerja. Dalam perannya sebagai mitra, dalam batasan tertentu hubungan yang terjadi tidak mengenal status atasan dan bawahan namun pada umumnya tetap memperhatikan tugas dan wewenang yang dimiliki oleh masing-masing unsur. Hubungan sebagai mitra antara kelompok peneliti (Kelti) yaitu Kelti Konservasi Lahan dan Kelti Konservasi Jenis menunjukkan kondisi yang baik setidaknya dilihat dari penggunaan peneliti pengganti dari kelti yang berbeda. Sebagai pesaing, terbatasnya sumber daya manusia peneliti dan teknisi yang dimiliki oleh Balitek KSDA memicu adanya persaingan yang kurang sehat. Persaingan juga terjadi antara struktural dengan fungsional terkait dengan keberadaan beberapa orang teknisi dan peneliti yang diperbantukan di struktural. Dari sisi stakeholder eksternal, hasil analisa menunjukkan bahwa terdapat empat stakeholder yang terkategori sebagai pelanggan yaitu : Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalimantan Timur, Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Mahakam Berau, Balai Taman Nasional Kutai (TNK) dan Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan dan Pelestarian Alam (UPTD PPA) Kalimantan Timur. Hasil wawancara menunjukkan bahwa sosialisasi tentang apa yang akan, sedang dan telah dilakukan dan dihasilkan oleh Balitek KSDA Samboja masih dirasa kurang. Sementara dari kebutuhan terhadap hasil penelitian Balitek KSDA terdapat variasi, namun tetap dalam cakupan tugas pokok dan fungsi Balitek KSDA (Tabel 3). Dalam posisinya sebagi mitra, stakeholder yang ada umumnya membuka diri terhadap kerja sama dengan Balitek KSDA meskipun dengan latar belakang dan kepentingan yang berbeda. Dalam penelitian ini ada tiga lembaga penelitian yang berpotensi menjadi pesaing Balitek KSDA Samboja yaitu Balai Besar Penelitian Dipterokarpa (B2PD) Samarinda, Pusat Penelitian Hutan Tropis (PPHT) Universitas Mulawaran, Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BPPD) Kalimantan Timur. Namun dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa persaingan yang terjadi bersifat positif dan mengarah pada upaya kolaborasi. 6
Sesuai dengan teknik dalam membuat langkah strategis terkait keberadaan stakeholder maka selanjutnya dilakukan pemetaan terhadap evaluasi perilaku stakeholder berdasarkan potensi kerja sama relatif dan ancaman persaingan relatifnya. Setelah dipetakan terlihat bahwa stakeholder yang ada berada pada bagian yang berwarna kanan atas karena potensi kerja sama relatif tinggi sementara ancaman persaingannya rendah sehingga strategi umum yang tepat untuk menyikapi kondisi tersebut bagi Balitek KSDA Samboja adalah strategi ofensif (Gambar 2).
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi sumber daya manusia Balitek KSDA Samboja sudah cukup memadai meskipun masih ada beberapa hal yang perlu dilengkapi, disesuaikan kembali dan ditingkatkan kapasitasnya untuk menjawab era baru lembaga penelitian (Hart, dkk., 2008). Posisi yang perlu dilengkapi adalah arsiparis dan analis kepegawaian di Sub Bagian Tata Usaha serta staf yang khusus menangani masalah HAKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) dan laboran di Seksi Data Informasi dan Sarana Penelitian. Dari sisi kelompok fungsional, jumlah dan kualitasnya masih dirasa kurang memadai. Komposisi peneliti yang ada memperlihatkan adanya kesenjangan keahlian yang cukup lebar karena masih didominasi oleh Peneliti Pertama dan Calon Peneliti. Untuk teknisi, jumlahnya belum ideal di mana minimal dua orang teknisi untuk seorang peneliti. Penempatan tenaga perbantuan dari unsur teknisi perlu ditinjau ulang mengingat posisi staf administrasi di bagian keuangan dan kehumasan sudah dipenuhi dengan pengadaan pegawai baru pada tahun 2011. Reposisi pegawai ini semata-mata dilakukan untuk menciptakan profesionalitas personil dalam mendukung kinerja lembaga penelitian (Jansen, 2007). Meskipun terdapat perbedaan yang sangat mencolok antara alokasi anggaran untuk penelitian dengan pendukung penelitian tidak dapat dilihat sebagai ketimpangan dalam alokasi anggaran karena pada dasarnya keduaduanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari anggaran sebuah lembaga penelitian (Cruz-Castro,dkk., 2007). Secara ringkas, hasil temuan penelitian terhadap kondisi kelembagaan dan capaian kinerja Balitek KSDA Samboja ternyata secara umum tidak jauh berbeda dengan permasalahan yang diangkat dalam Renstra. Meskipun demikian, Renstra belum mengidentifikasi permasalahan secara lebih rinci terutama terkait dengan keberadaan stakeholder sehingga strategi yang ada masih bersifat umum dan normatif. Padahal sebagaimana rekomendasi Matsumoto, dkk. (2010) dan Mohan (2012) bahwa rencana dan strategi yang bersesuaian dengan kebutuhan stakeholder bagi lembaga penelitian merupakan hal penting yang harus dilakukan. 7
Coccia (2004) menyatakan bahwa evaluasi kegiatan penelitian setidaknya meliputi kapasitas kelembagaan, dukungan pendanaan serta jumlah publikasi nasional dan internasional. Setidaknya ada dua dari empat faktor yang disebutkan Cozzens (1999) dalam Artley dkk. (2001) yang menyebabkan kesulitan dalam evaluasi kegiatan penelitian dan pengembangan yang ditemui yaitu hasil penelitian yang meyakinkan tidak dapat dijadwalkan secara pasti dan tidak ada metode yang mudah dan akurat untuk secara obyektif mengevaluasi kualitas atau hasil penelitian sebagaimana dikemukakan oleh Ellefson, dkk. (2007) ketika mengobservasi lembaga penelitian kehutanan di dunia. Kedua hal tersebut dapat menjelaskan mengapa kegiatan penelitian Balitek KSDA baru berkinerja dari sisi realisasi fisik dan keuangan di mana output-nya masih sekedar berupa Laporan Hasil Penelitian (LHP) dalam satu tahun anggaran. Tentu saja ini belum ideal sebagaimana tidak idealnya bila menilai kinerja kegiatan penelitian hanya dalam kurun waktu dua tahun. Sebagai pembanding, paket teknologi stek pucuk untuk jenis Dipterokarpa baru dihasilkan setelah memakan waktu kurang lebih 15 tahun yaitu sejak ditemukannya bagian terbaik untuk stek pucuk jenis Dipterokarpa pada tahun 1987 hingga berkembang menjadi Teknik stek pucuk KOFFCO akronim dari Komatsu – FORDA Fog Cooling system yang merupakan paket teknologi yang dikembangkan oleh Badan Litbang Kehutanan berkerjasama dengan Research Center, Komatsu Ltd pada tahun 2002 (Subiakto, 2006). Selain itu, perhatian terhadap prosedur pemuatan publikasi ilmiah harus dilakukan untuk mendapatkan gambaran proses pemenuhan target kinerja. Pedoman Monitoring dan Pelaporan Pelaksanaan Rencana Penelitian Integratif (RPI) sudah cukup maju dalam memberikan scoring (pembobotan) terhadap output dan outcome kegiatan penelitian. Namun pedoman ini hanya melihat pada berapa kegiatan penelitian dalam satu judul RPI atau dari keseluruhan kegiatan penelitian di tingkat UPT yang telah menghasilkan output atau outcome tanpa mempertimbangkan sejauh mana kemajuan proses menuju tercapainya output atau outcome itu sehingga bila belum mencapainya maka dianggap sama sekali tidak berkinerja. Meskipun kinerja dari sisi realisasi keuangan untuk kegiatan non-penelitian dinilai baik, tentu saja pengukuran itu tidak cukup karena sebagaimana kriteria yang dibuat oleh Pollit (2000) dalam Boyne dkk. (2006) bahwa kinerja mencakup penghematan, penyederhanaan dan perbaikan proses, peningkatan efisiensi, peningkatan efektifitas dan perkembangan dalam kapasitas/fleksibilitas/kemampuan adaptasi sistem administratif secara keseluruhan. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa dari sisi manajemen merasa bahwa sistem yang ada telah berjalan dengan baik dan jelas prosedurnya sementara dari sisi fungsional pada umumnya merasa sebaliknya. Informasi di atas menunjukkan bahwa tingkat capaian kinerja 8
kegiatan non-penelitian masih bersifat formalitas administratif saja dan belum berdampak nyata pada perbaikan sistem layanan administrasi sebagai substansi utamanya. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka perlu sosialisasi yang lebih intensif terkait prosedur administrasi. Selain itu integritas dari masing-masing unsur juga harus dibentuk untuk menciptakan akuntabilitas organisasi dari sisi moral karena tidak dapat dipungkiri bahwa hambatan pertanggungjawaban penggunaan anggaran umumnya lebih disebabkan kesulitan memperoleh bukti penggunaan dana yang sah. Penilaian kinerja yang dilakukan ini bersesuaian dengan hasil kajian Lunenburg (2011) yang menekankan pada akurasi dan obyektivitas. Strategi untuk memantapkan keseimbangan organisasi perlu dilengkapi dengan identifikasi masalah yang mendalam sehingga lebih bersifat operasional. Berdasarkan hasil temuan penelitian maka rekomendasi stategis terkait dengan pemantapan keseimbangan organisasi adalah : (1) mensosialisasikan dan mengaktualisasikan berbagai prosedur administrasi dan keuangan secara intensif , (2) merencanakan anggaran kegiatan penelitian yang sesuai dengan kondisi faktual di lapangan, (3) membangun kebersamaan, integritas dan mekanisme saling kontrol dalam Balitek KSDA Samboja, (4) merencanakan peningkatan kapasitas dan keahlian peneliti, (5) menambah jumlah teknisi litkayasa dan meningkatkan keterampilannya, (6) meninjau ulang keberadaan tenaga fungsional yang diperbantukan di bagian administrasi, (7) melengkapi posisi jabatan administratif yang masih kosong, (8) melengkapi dan mengelola sarana dan prasarana penelitian. Langkah strategis ofensif yang dapat dilakukan Balitek KSDA Samboja sebagaimana rekomendasi Freeman (1984) adalah : (1) mengubah apa yang dipercayai oleh stakeholder tentang Balitek KSDA Samboja dengan mengintensifkan dan memperluas kegiatan diseminasi dan pemasyarakatan tentang Balitek KSDA Samboja beserta kegiatan penelitian yang akan, sedang dan sudah dilakukan, (2) mengadopsi posisi stakeholder dalam batasan tertentu dengan mendekatkan substansi RPI dengan kebutuhan pragmatis stakeholder, (3) Menghubungkan isu yang ada dengan isu lain yang dipandang oleh stakeholder lebih baik dilakukan dalam menyikapi pemahaman stakeholder yang masih bersifat umum dan masingmasing memiliki tugas pokok dan fungsi yang berbeda sehingga menyebabkan pandangan yang berbeda terkait isu yang mereka anggap penting untuk ditangani oleh Balitek KSDA Samboja serta terakhir (4) Mengubah proses transaksi dalam pola hubungan yang untuk membentuk kesepahaman. Pola hubungan dengan stakeholder yang selama ini masih belum jelas bentuknya dapat diubah ke arah pendekatan kehumasan, negosiasi tersirat maupun negosiasi tersurat. 9
Potensi keanekaragaman hayati dan sumber daya energi Taman Hutan Raya Bukit Soeharto serta kondisi iklim menciptakan dinamika konservasi tersendiri (Simbolon, 2005). Dari sisi pengelolaan Tahura Bukit Soeharto sendiri hingga sekarang belum ada lembaga Pengelola Taman Hutan Raya Bukit Soeharto sejak serah terima pengelolaannya kepada Dinas Kehutanan Provinsi Kalimantan Timur pada tahun 2007. Ketiadaan lembaga ini semakin memperlemah posisi Tahura Bukit Soeharto dalam menghadapi perluasan okupasi lahan oleh masyarakat, pembalakan liar, judicial review atas pengukuhan kawasan konservasi serta munculnya kuasa pertambangan di sekitar batas kawasan. Kesemua itu menjadi faktor penarik utama bagi pentingnya sebuah program integratif yang akan mengikat setiap stakeholder yang ada dengan pendekatan win-win solution. Bagi Balitek KSDA Samboja, keberhasilan program ini nantinya akan menjadikan kredibilitasnya sebagai lembaga penelitian di bidang konservasi dan rehabilitasi menjadi terangkat demikian pula dengan stakeholder terkait lainnya seperti BKSDA Kalimantan Timur, UPTD PPA Kaltim, PPHT Universitas
Mulawarman, Balai Besar Penelitian Dipterokarpa Samarinda dan BPPD
Kalimantan Timur. Pembahasan kondisi instansi dan perilaku stakeholder mengarahkan kita pada faktorfaktor yang mempengaruhi kinerja Balitek KSDA Samboja. Kinerja yang dimaksud tidak hanya bersifat tugas semata namun juga bersifat kontekstual (Borman, dkk., 1997). Faktorfaktor tersebut terbagi menjadi dua kelompok yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari : 1) Sumber Daya Manusia, 2) Sarana dan Prasarana, 3) Standar prosedur operasi, 4) Kebersamaan dan integritas, 5) Rencana strategis dan 6) Kepemimpinan. Sementara yang termasuk faktor eksternal adalah 1) Kebijakan Pemerintah, 2) Pola hubungan Pemerintah Pusat dan Daerah, 3) Rencana Penelitian Integratif (RPI). 4) Persepsi stakeholder dan 5) Masyarakat sekawasan.
KESIMPULAN DAN SARAN Dari sisi kelembagaan, rencana strategis dan capaian kinerjanya, Balitek KSDA Samboja berada pada kondisi memelihara keseimbangan organisasi. Sementara dari hasil evaluasi, stakeholder Balitek KSDA Samboja memiliki potensi kerja sama relatif tinggi sementara ancaman persaingannya rendah sehingga strategi umum yang tepat untuk menyikapi kondisi tersebut adalah strategi ofensif. Pembahasan dari kedua hal tersebut membantu dalam menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu faktor internal (sumber daya manusia, sarana dan prasarana, standar prosedur operasi, kebersamaan dan integritas, dan rencana strategis) dan faktor eksternal (kebijakan pemerintah, pola hubungan pemerintah 10
pusat dan daerah, rencana penelitian integratif (RPI), persepsi stakeholder, dan masyarakat sekawasan). Strategi untuk memantapkan keseimbangan organisasi dan menghadapi perilaku stakeholder sudah tercakup dalam Rencana Strategis Balitek KSDA Samboja 2010 – 2014 namun masih perlu dilengkapi dengan identifikasi permasalahan secara lebih rinci terutama terkait dengan keberadaan stakeholder. Sementara itu langkah strategis ofensif untuk menyikapi perilaku stakeholder yang dapat dilakukan sesuai dengan kapasitas Balitek KSDA Samboja adalah mengubah apa yang dipercayai oleh stakeholder tentang Balitek KSDA Samboja, mengadopsi posisi stakeholder, menghubungkan isu yang ada dengan isu lain yang dipandang oleh stakeholder lebih baik, dan mengubah proses transaksi. Untuk meningkatkan kinerja Balitek KSDA Samboja dalam kaitannya dengan stakeholder maka penulis menyarankan adanya alternatif program integratif berbasis stakeholder yaitu program Pengelolaan Taman Hutan Raya Bukit Soeharto.
DAFTAR PUSTAKA Anonim, (2012). Dr. Ir. Tachrir Fathoni, M.Sc. : Bekerja Ikhlas dan Bersemangat. Majalah Swara Samboja, 1(1), pp.6 - 9. Artley, W., Ellison, D.J. & Kennedy, B., (2001). The Performance-Based Management Handbook Volume 1 Establishing and Maintaining a Performance-Based Management Program. Oak Ridge Associated Universities (ORAU). Borman, W.C. & Motowidlo, S.J., (1997). Task performance and contextual performance: The meaning for personnel selection research. Human Performance, 10, pp.99-109. Boyne, G.A., Meier, K.J., Jr, L.J.O. & Walker, R.M., eds., (2006). Public Service Performance : Perspectives on Measurement and Management. New York: Cambridge University Press. Butarbutar, T., (2008). Studi Manajemen pada Beberapa Institusi Penelitian di Australia sebagai Bahan Pembelajaran di Indonesia. Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan, 5, p.19. Coccia, M., (2004). New models for measuring the R&D performance and identifying the productivity of public research institutes. R&D Management, 34(3), pp.267-80. Cruz-Castro, L. & Sanz-Menéndez, L., (2007). New Legitimation Models and the Transformation of the Public Research Organizational Field. Internasional Studies of Management and Organization, 37(1), p.27–52. Ellefson, P.V., Kilgore, M.A., Skog, K.E. & Risbrudt, C.D., (2007). Forest Product Research and Development Organization : Organization, Governance, and Measures of Performance in a Worldwide Setting. Forest Products Journal, 57(10), p.6–13. Freeman, R.E., (1984). A Process for Formulating Strategic Programs for Stakeholders. In Strategic Management: A Stakeholder Approach. Massachusetts: Pitman Publishing Inc. pp.128-53. Hart, P.’. & Vromen, A., (2008). Research and Evaluation : A New Era for Think Tanks in Public Policy? International Trends, Australian Realities. The Australian Journal of Public Administration, 67(2), p.135–148. Jansen, D., (2007). New Forms of Governance in Research Organizations, Disciplinary Approaches, Interfaces and Integration. Dordrecht: Springer. 11
Lunenburg, F.C., (2011). Performance Appraisal: Methods and Rating Errors. International Journal of Scholarly Academic Intellectual Diversity, 14(1), p.1–9. Matsumoto, M., Yokota, S., Naito, K. & Itoh, J.,(2010). - Development of a model to estimate the economic impacts of R&D output of public research institutes. R&D Management, 40(1), pp.91-100. Mohan, S.R., (2012). Government Initiatives for Developing Technologies in Public Research Institutes through Strategic Relationship with Industry. Journal of Technology Management for Growing Economies, 3(1), pp.79-94. Rivai, V. & Basri, A.F.M., (2005). Pentingnya Mengevaluasi Perilaku Stakeholder untuk Meningkatkan Kinerja Perusahaan dan Karyawan. In Performance Appraisal. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. pp.191-207. Simbolon, H., (2005). Dinamika Hutan Dipterocarp Campuran Wanariset Semboja, Kalimantan Timur Setelah Tiga Kali Kebakaran Tahun 1980-2003. BIODIVERSITAS, 6(2), pp.133-37. Subiakto, A., (2006). Departemen Kehutanan. (Online) http://www.dephut.go.id/files/Atok.pdf (diakses 30 Oktober 2012).
LAMPIRAN
Tabel 1.
No 1 2 3 4 5
Komposisi Peneliti dan Teknisi berdasarkan Jabatan Fungsional pada tahun 2010 s.d. Triwulan III Tahun 2012 Jabatan fungsional
Kelti Tenaga yang Diperbantukan Konservasi Konservasi Sub Bagian Seksi PEK Seksi DISP jenis kawasan TU 1
Peneliti Utama Peneliti Madya Peneliti Muda 2 1 Peneliti Pertama 5 Calon Peneliti 5 2 JUMLAH 8 8 1 Teknisi Litkayasa Penyelia 3 2 2 Teknisi Pelaksana Lanjutan 1 2 3 Teknisi Pelaksana 3 1 2 4 Teknisi Pemula 5 Calon Teknisi Litkayasa JUMLAH 7 5 2 Sumber : Laporan Triwulan III Balitek KSDA Samboja Tahun 2012
Jumlah 1
1
3 5 8 17 5 3 7
1
15
1 1
12
Tabel 2.
Persentase Realisasi anggaran Balitek KSDA Samboja
Tahun
Total anggaran
2010
7.629.032.000,00
5.925.132.000,00
1.703.900.000,00
6.520.726.292,00
1.287.249.032,00
5.233.477.260,00
85,47
2011
8.282.682.000,00
7.034.379.000,00
1.248.303.000,00
7.799.657.407,00
1.062.898.376,00
6.736.759.031,00
94,17
85.15
95,77
2012* 8.161.906.000,00 4.276.643.258,00 *) hingga Triwulan III Tahun 2012
1.150.553.150,00
4.955.979.984,00
804.617.250,00
4.151.362.734,00
60,72
69,93
97,07
Anggaran keg. Penelitian
Total realisasi
Realisasi keg. Penelitian
Realisasi keg. Pendukung penelitian
Persentase Realisasi
Persentase Persentase Realisasi Realisasi Pendudkung Penelitian Penelitian 75,55 88,33
Anggaran keg. Pendukung penelitian
Sumber : Balitek KSDA Samboja
Tabel 3.
Jenis penelitian yang diperlukan oleh stakeholder eksternal dan kode RPI yang bersesuaian dengannya
Stakehoder Eksternal Taman Nasional Kutai BKSDA Kaltim
BPDAS Kaltim
Jenis Penelitian yang Diperlukan Identifikasi keanekaragaman hayati di Taman Nasional Kutai secara detail Pengamanan kawasan hutan Penelitian yang memiliki nilai konservasi sekaligus memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat : Paket teknologi penangkaran satwa Pengamanan dan pengendalian kebakaran
Rekomendasi jenis pohon untuk rehabilitasi hutan dan lahan yang telah mencakup faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya tidak semata konservasi jenis saja PT. Singlurus Pratama Penelitian Rehabilitasi DAS Sungai Wain BPPD Kaltim Rapid Assesment kondisi lahan Metode remedial dalam proses rehabilitasi Struktur penghitungan karbon dalam REDD Neraca Sumber Daya Alam Penelitian tentang Karst Pelestarian plasma nutfah Konservasi Tahura Bukit Soeharto Teknologi reklamasi lahan bekas tambang UPTD PPA Kaltim Pengelolaan kawasan pelestarian alam secara umum dan kawasan Tahura Bukit Soeharto secara khusus *) Tidak sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Balitek KSDA Samboja **) Pada tahun 2011, RPI 10 dan 11 berubah nomor urutnya menjadi 12 dan 13
Kode RPI yang bersesuaian 10/12**) 11/13**) 10/12**) 11/13**) 15 15 15 15 17*) 11/13**) 10/12**) 11/13**) 15 15
Sumber : Balitek KSDA Samboja – KHDTK Samboja
Gambar 1.
Tinggi
10
Peta Zonasi Tahura Bukit Soeharto
b
f g
c
p
d
a e j
o
Potensi Kerja Sama Relatif
Berayun
Rendah
k
h
m
l
Ofensif
i
Defensif
n
Menjaga
a b c d e f g h i j k l m n o p
Kepala Balai Kasubag TU Kasi DISP Kasi PEK Staf administrasi Peneliti Teknisi litkayasa BKSDA Kalimantan Timur BPDAS Mahakam Berau TN Kutai PT. Singlurus Pratama UPTD PPA B2PD Samarinda PPHT Universitas Mulawaran BPPD Kalimantan Timur Puskonser Bogor
0 10
0
Tinggi
Rendah Ancaman Persaingan Relatif
Gambar 2.
Hasil pemetaan perilaku stakeholder Balitek KSDA Samboja