Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
STRATEGI PENGELOLAAN AIR LIMBAH DOMESTIK DENGAN SISTEM SANITASI SKALA LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI KOTA BATU JAWA TIMUR Alfi Nurhidayat dan Joni Hermana Program Pasca Sarjana Jurusan Teknik Lingkungan FTSP - ITS Surabaya
ABSTRAK Masyarakat Kota Batu yang berada di pusat kota terutama di wilayah Kecamatan Batu, menggunakan sistem on-site untuk limbah tinja dengan membangun WC di tiap-tiap rumah sebagai prasarana sanitasi. Akan tetapi prasarana sanitasi yang ada juga masih kurang memenuhi standar. Disisi lain program pembangunan masih kurang memperhatikan sektor pengelolaan air limbah. Hal ini mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji strategi pengelolaan air limbah domestik dengan sistem sanitasi skala lingkungan berbasis masyarakat di Kota Batu karena masih rendahnya prasarana sanitasi yang belum memenuhi standar. Penelitian ini dilakukan dengan mengkaji aspek teknis, aspek pembiayaan, aspek kelembagaan dan aspek peran serta masyarakat. Hasil dari analisis aspek teknis dihasilkan strategi pengelolaan air limbah domestik dengan membangun prasarana pengelolaan air limbah domestik hingga 225 unit MCK. Perhitungan aspek biaya dengan parameter NPV, IRR dan B/C ratio didapatkan nilai NPV bernilai positif sebesar Rp 2.892.936,-. Nilai IRR sebesar 13,98% dan nilai B/C ratio sebesar 2,25 dapat disimpulkan pengelolaan air limbah domestik dengan sistem sanitasi skala lingkungan berbasis masyarakat di Kota Batu adalah layak dilaksanakan. Berdasarkan analisis SWOT untuk analisis aspek kelembagaan dan analisis aspek peran serta masyarakat dihasilkan suatu konsep strategi peningkatan kapasitas manajemen kelembagaan, pembuatan kebijakan dan prioritas program pembangunan untuk menghasilkan partisipasi dalam pengelolaan prasarana air limbah domestik. Kata kunci : air limbah domestik, sanitasi skala lingkungan, strategi
PENDAHULUAN Kota Batu merupakan salah satu kota di Jawa Timur yang sangat potensial terutama untuk pengembangan di sektor pariwisata dan pertanian. Lokasi Kota Batu terletak di sebelah selatan Kota Surabaya dengan jarak sekitar 100 Km yang banyak memiliki potensi sumber daya alam dengan didukung kondisi fisik wilayah yang berada di daerah pegunungan dengan ketinggian 600 – 3.000 m DPL dan suhu udara antara 17oC hingga 25,6oC, luas wilayah 199,087 Km², jumlah penduduk Kota Batu pada tahun 2008 sebesar 187.753 jiwa dan proyeksi 5 (lima) tahun kedepan mencapai jumlah 213.261 jiwa. Pengembangan sektor pariwisata dan pertanian mempunyai prospek yang baik bila dikembangkan dengan cara berkelanjutan dan terpadu serta berwawasan lingkungan. Kebiasaan masyarakat memanfaatkan saluran ataupun sungai sebagai media pembuangan air limbah permukiman, minimnya ketersediaan MCK karena keterbatasan lahan atau ketidaktahuan warga serta penyediaan air bersih yang belum menjangkau semua lapisan masyarakat merupakan permasalahan sanitasi lingkungan yang ada di Kota Batu. Untuk mengatasi hal tersebut sekaligus sebagai tindaklanjut
ISBN : 978-979-99735-8-0
1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
pencapaian target nasional RPJMN 2010-2014 dan agenda global sanitasi MDGs 2015 maka diperlukan suatu strategi pengelolaan air limbah domestik dengan sistem sanitasi skala lingkungan berbasis masyarakat di Kota Batu Jawa Timur.
METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan melakukan survei pengamatan langsung di lapangan serta melakukan wawancara dan kuesioner terhadap masyarakat Kota Batu untuk memperoleh data baik data primer maupun data sekunder. Dari hasil data yang diperoleh kemudian dilakukan kajian terhadap aspek teknis, pembiayaan, kelembagaan dan peran serta masyarakat. Pengumpulan Data Sumber-sumber data yang digunakan dalam studi ini berupa data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan dengan melakukan observasi/pengamatan dan pengukuran langsung di lapangan serta wawancara langsung kepada masyarakat dan petugas dari instansi terkait meliputi data responden, kondisi eksisting, kemauan dan kemampuan membiayai, dll. Dilakukan di wilayah Kota Batu antara bulan September - Desember tahun 2008. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dari hasil survey sekunder baik melalui wawancara maupun mencari data yang berasal dari berbagai sumber atau instansi terkait. Data sekunder meliputi data kependudukan, data kondisi fisik alam serta data-data mengenai peraturan dan kebijakan daerah Pemerintah Kota Batu. Survai data sekunder ini dilakukan mulai bulan september 2008 hingga selesai. Pengolahan dan Analisa Data Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi analisis yang ditinjau dari aspek teknis, aspek finansial aspek kelembagaan dan aspek peranserta masyarakat. - Aspek Teknis Tinjauan dari sisi aspek teknis dengan melihat kondisi eksisting prasarana sanitasi di permukiman Kota Batu dan dari data serta kondisi yang ada dilakukan evaluasi dan perbandingan secara deskriptif atau gambaran secara sistematis yang didasarkan kepada kriteria standar pelayanan minimal, Norma Standar Pedoman dan Manual (NSPM) dan SNI, sistem sanitasi disuatu lingkungan permukiman di Kota Batu.. - Aspek Finansial Analisis dilakukan berkaitan dengan besarnya biaya yang dibutuhkan untuk investasi, operasional dan pemeliharaan (BOP), dan pendapatan. Kemudian dilakukan penilaian kelayakan dengan berpedoman pada beberapa kriteria investasi yang tersedia yaitu Net Present Value, Internal Rate Return dan Benefit/Cost Ratio. - Aspek Kelembagaan Kajian terhadap aspek kelembagaan dilakukan dengan menggunakan SWOT untuk merumuskan suatu konsep strategi melihat potensi kelembagaan yang ada terhadap organisasi, dinas/ instansi pemerintah yang menangani pengelolaan prasarana lingkungan permukiman (sanitasi lingkungan) di masyarakat. - Aspek Peran Serta Masyarakat Menggunakan analisis SWOT untuk merumuskan konsep strategi yang diambil dalam aspek peran serta masyarakat yang lebih ditekankan pada kemampuan masyarakat
ISBN : 978-979-99735-8-0
2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
dalam hal keikutsertaan didalam pembangunan, pembiayaan, operasional, dan pemeliharaan sistem sanitasi skala lingkungan berbasis masyarakat di Kota Batu.
HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Aspek Teknis Debit Air Limbah Domestik Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, diketahui bahwa sesuai dengan hasil analisa limbah tinja (black water) pada tahun 2008 terdapat debit limbah tinja sebanyak 4.506 m3/hari atau 1.644.716 m3/tahun. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan diketahui bahwa akses pelayanan prasarana dan sarana air limbah domestik di Kota Batu pada tahun 2008 hanya terdapat 21% penggunaan jamban dengan tangki septik individu/bersama yang layak. Artinya bahwa jika akses tersebut dianggap tetap, maka dari jumlah debit lumpur tinja pada tahun 2008 sebanyak 4.506 m3/hari tersebut, hanya sebesar 21% atau sebesar 946,26 m3/hari saja yang dapat tertangani, sedangkan sisanya 79% atau sebesar 3.559,74 m3/hari tentunya akan masuk kedalam tanah dan mencemari sumber air tanah. Begitu pula dengan perhitungan air bersih yang menjadi air limbah non tinja (grey water) adalah sebesar 80% dari pemakaian air bersih masyarakat Kota Batu, maka debit air limbah yang dihasilkan pada tahun tersebut adalah sebesar 22.530,36 m3/hari atau sebesar 8.223.581 m3/tahun. Jumlah debit pada tahun 2013 sebesar 22.591,32 m3/hari atau sebesar 9.340.832 m3/tahun, dan pada tahun 2015 sebesar 26.815,56 m3/hari atau sebesar 9.787.679 m3/tahun
Pemilihan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik Hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan sistem pengolahan air limbah domestik menurut Pedoman Pengelolan Air Limbah perkotaan Departemen Kimpraswil tahun 2003 didasarkan pada faktor-faktor Kepadatan Penduduk, Sumber Air Yang Ada, Kedalaman Muka Air Tanah, Kemampuan Membiayai. Berdasarkan faktor – faktor tersebut kemudian dilakukan pemilihan pemilihan sistem pengolahan air limbah dengan mempertimbangkan kondisi tersebut terhadap kemungkinan penerapan sistem pengolahan terpusat (Off Site System) ataupun sistem pengolahan setempat (On Site System) dengan membandingkan keuntungan dan kerugiannya seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2 berikut ini.
ISBN : 978-979-99735-8-0
3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Tabel 1
Perbandingan Off Site System dan On Site System Menurut Pedoman Pengelolaan Air Limbah Perkotaan Off Site System
On Site System
Keuntungan :
Keuntungan :
Menyediakan pelayanan yang terbaik. Sesuai untuk daerah dengan kepadatan tinggi. Pencemaran terhadap air tanah dan badan air dapat dihindari. Memiliki masa guna lebih lama. Dapat menampung semua Limbah. Kerugian :
Memerlukan biaya investasi, operasi, dan pemeliharaan yang tinggi. Menggunakan teknologi tinggi. Tidak dapat dilakukan oleh perseorangan. Manfaat secara penuh diperoleh setelah selesai jangka panjang. Waktu yang lama dalam perencanaan dan pelaksanaan. Perlu pengelolaan, operasional, dan pemeliharaan yang baik.
Tabel 2
Menggunakan teknologi sederhana. Memerlukan biaya yang rendah. Masyarakat dan tiap-tiap keluarga dapat menyediakan sendiri. Pengoperasian dan pemeliharaan oleh masyarakat. Manfaat dapat dirasakan secara langsung. Kerugian :
Tidak dapat diterapkan pada setiap daerah, misalkan sifat permeabilitas tanah, tingkat kepadatan, dan lainlain. Fungsi terbatas hanya dari buangan kotoran manusia, tidak melayani air limbah kamar mandi dan air bekas cucian. Operasi dan pemeliharaan sulit dilaksanakan.
Pemilihan Sistem Pengolahan Air Limbah Domestik di Kota Batu dan Kecamatan Batu Aspek Yang Dipertimbangkan
No
Sistem Pengolahan Kepadatan Penduduk
Sumber Air
Permea bilitas
Kedalaman MAT
Kemiringan Tanah
Kemampuan Membiayai
1
Off Site System
9
9
9
x
9
9
2
On Site System
x
9
x
x
9
x
Keterangan :
9 = Mendukung. x = Tidak Mendukung.
Sumber : Hasil Analisis, 2008
Berdasarkan analisis tersebut di atas, maka dipilih off site system untuk diterapkan di Kota Batu dengan dasar pertimbangan utama adalah situasi dan kondisi yang ada saat ini dimana kemampuan teknologi, pembiayaan, dan kelembagaan pemerintah daerah serta masyarakat yang masih rendah.
ISBN : 978-979-99735-8-0
4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Pemilihan Teknologi Pengolahan Air Limbah Domestik Ada 3 (tiga) alternatif teknologi off site system, antara lain : private system (sistem individual), communal system (sistem bersama) dan semi communal system (gabungan on site dan off site system), sebagai berikut : 1. Private system (sistem individual) : - Jamban keluarga + tangki septik individu. - Jamban keluarga + tangki septik individual + IPLT. - Jamban keluarga + cubluk. 2. Communal system (sistem komunal) : - Jamban komunal + tangki septik komunal. - Jamban komunal + tangki septik komunal + IPLT. 3. Semi communal system (Sistem semi komunal) : - Jamban keluarga + tangki septik komunal + IPLT - Jamban keluarga + tangki septik + Small Bore Sewer (SBS). Pemilihan sistem individual, komunal maupun semi komunal ditentukan berdasarkan kondisi wilayah setempat, kerapatan hunian, jumlah penduduk dan keadaan sosial ekonomi. Sistem komunal dan semi komunal dapat diterapkan bagi masyarakat yang tidak memiliki jamban pribadi, tingkat ekonomi yang rendah, daerah kumuh, daerah padat penduduk. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, direkomendasikan untuk diterapkan sistem komunal berupa MCK + tangki septik komunal. Dalam kaitan dengan penyediaan sarana sanitasi tersebut, bentuk penanganan yang perlu dilakukan adalah perbaikan tangki septik individual, pembangunan tangki septik individual, pembangunan jamban individu + tangki septik komunal, dan pembangunan MCK umum + tangki septik komunal. Tabel 3
Rencana Penyediaan Prasarana Sanitasi Air Limbah Domestik di Kota Batu Tahun 2008,2013,2015 Jumlah Penduduk
Target Penanganan
Keb. Penanganan
Tahun
Rencana Penanganan
Pemb. TSI (Unit)
Pemb. MCK + TSK (Unit)
(Jiwa)
(KK)
(Jiwa)
(KK)
(Jiwa)
(Unit)
Rehab TSI (Unit)
2008
187.753
37.550
178.365
35.673
17.836
3.567
469
588
70
2013
213.261
42.652
202.598
40.519
17.836
3.567
469
588
70
2015
223.463
44.692
212.289
42.457
5.307
1.061
100
401
85
Keterangan: TSI TSK
= Tangki Septik Individu = Tangki Septik Komunal
Sumber: Hasil Analisis, 2008
Bentuk penanganan yang dilakukan seperti pada tabel di atas didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut :
ISBN : 978-979-99735-8-0
5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Perbaikan tangki septik individual bagi yang rumah tangga yang sudah memiliki tangki septik namun kondisinya tidak layak secara teknis. Pembangunan tangki septik individual bagi setiap pembangunan rumah baru. Pembangunan MCK umum + tangki septik komunal bagi keluarga yang belum memiliki jamban dan secara ekonomi tidak mampu. Pembangunan IPAL komunal sebagai pengolahan lanjutan dari tangki septik komunal.
Analisis Pembiayaan a.
Biaya Investasi Kebutuhan biaya untuk kegiatan penyediaan fasilitas pengolahan air limbah domestik adalah sebagai berikut : Kegiatan pembangunan 1 (satu) unit MCK Umum membutuhkan biaya sebesar Rp. 75.075.000,-. Selama periode perencanaan akan dibangun 225 unit MCK Umum sehingga membutuhkan biaya investasi sebesar : Rp. 75.075.000,- x 225 unit = Rp. 16.891.875.000,- (enam belas miliard delapan ratus sembilan puluh satu juta delapan ratus tujuh puluh lima ribu rupiah). b. Biaya Operasional Biaya operasional dan pemeliharaan (O&P) yang dibutuhkan untuk memelihara fasilitas tersebut adalah sebesar Rp. 11.750.000,- pertahun ; sehingga biaya yang dibutuhkan adalah sebesar : Rp. 11.750.000,- x 225 unit = Rp. 2.643.750.000,(dua miliard enam ratus empat puluh tiga juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah). c. Potensi Pendapatan Pendapatan dari pemberlakuan tarif retribusi yang nantinya akan diterima selama periode perencanaan adalah sebagai berikut : Retribusi MCK Umum. Pendapatan retribusi untuk 1 (satu) unit MCK Umum adalah sebesar Rp. 1.260.000,/bulan. Total pendapatan dari retribusi tersebut adalah sebagai berikut : R = 225 unit x Rp. 1.260.000,- x 12 bulan. = Rp. 3.402.000.000,-. Dengan demikian pendapatan dari retribusi MCK Umum pada tahun 2015 adalah sebesar Rp. 3.402.000.000,- (tiga miliard empat ratus dua juta rupiah). Berdasarkan perhitungan kelayakan investasi pada pengelolaan air limbah domestik dengan parameter NPV, IRR dan B/C ratio didapatkan nilai NPV bernilai positif pada tingkat suku bunga 14% sebesar Rp 2.892.936,- masih dengan subsidi dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Nilai IRR sebesar 13,98% lebih besar dari tingkat suku bunga awal (12%), dan nilai B/C ratio sebesar 2,25 lebih besar dari 1. dari parameter-parameter tersebut dapat dikatakan pengelolaan air limbah domestik dengan sistem sanitasi skala lingkungan berbasis masyarakat di Kota Batu layak untuk dilaksanakan.
Analisis Kelembagaan Pengelolaan air limbah domestik di Kota Batu sepenuhnya tanggung jawab Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Kota Batu. Berdasarkan visi, misi dan tupoksi DKLH Kota Batu, dapat diidentifikasi potensi dan kendala kemudian dikaji adanya kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang mempengaruhi. Analisis dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT. Dengan evaluasi faktor eksternal dan internal dengan menggunakan pembobotan pada faktor-faktor yang teridentifikasi, didapatkan konsep strategis peningkatan kapasitas manajemen kelembagaan, membuat kebijakan dan prioritas program pembangunan yang lebih terarah yang di jabarkan dalam:
ISBN : 978-979-99735-8-0
6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Mendorong pembentukan dan penguatan institusi pengelola air limbah domestik. Mendorong peningkatan kemauan politik (political will) para pemangku kepentingan untuk memberikan prioritas yang lebih tinggi terhadap pengelolaan air limbah domestik. Meningkatkan kemampuan manajemen kelembagaan/ organisasi. Meningkatkan koordinasi dan kerjasama antar lembaga. Membuat prioritas program yang dituangkan kedalam kebijakan daerah.
Analisis Peran Serta Masyarakat Dalam penyelenggaraan pengelolaan air limbah berbasis masyarakat, inisiatif awal bisa berasal dari pemerintah, lembaga swasta (yayasan, LSM, dll), serta masyarakat (individu, Ormas, dll). Dalam pelaksanaannya, inisiatif awal yang ada dimasyarakat diawali oleh adanya keinginan dan kebutuhan individu untuk hidup di lingkungan yang bersih dan sehat. Dan diimplementasikan dalam suatu keinginan kelompok dengan menciptakan visi dan misi yang sama. Tahap sosialisasi program ini disampaikan dalam forum-forum warga masyarakat, seperti dalam rapat RT/RW, pendekatan langsung ke masyarakat lain, majelis taklim, dll. Tahapan-tahapannya adalah sebegai berikut : Tahap awal pelaksanaan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi berbasis masyarakat, dilakukan melalui beberapa tahap pertemuan rembug warga, untuk menentukan Perumusan kebutuhan, Perumusan program, Perumusan sumber dana, Pembentukan panitia pembangunan. Tahap pembangunan dilaksanakan secara berdampingan dengan pihak donor baik dari lembaga pemerintah maupun swasta bahkan dari masyarakat itu sendiri. Dalam tahap pembangunan terdiri dari beberapa kegiatan : Mobilisasi sumber daya yang ada baik dana atau sumber daya manusia, Program pelaksanaan pembangunan dan pengembangan, Rencana pelibatan stakeholder terkait. Tahap pengembangan dengan melaksanakan pemantauan dan evaluasi terhadap pelaksanaan yang dikelola dalam struktur organisasi RT/RW.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut : Dengan debit air limbah yang dihasilkan sampai tahun 2015 sebesar 4.506 m3/hari atau 1.644.716 m3/tahun, berdasarkan perhitungan kebutuhan sarana pengelolaan air limbah domestik didapatkan strategi pengelolaan air limbah domestik dengan sistem sanitasi skala lingkungan berbasis masyarakat dengan memenuhi kebutuhan prasarana pengelolaan air limbah domestik sebesar 225 unit MCK + TSK Komunal selain itu perlu pula dilakukan rehabilitasi terhadap tangki septik individual dari rumah tangga yang memiliki tangki septik tapi kondisinya tidak layak. Berdasarkan analisa pembiayaan didapatkan nilai NPV bernilai positif masih dengan subsidi dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga awal, dan nilai B/C ratio lebih besar dari 1. dari parameter-parameter tersebut dapat dindikasikankan bahwa pengelolaan air limbah domestik dengan sistem sanitasi skala lingkungan berbasis masyarakat di Kota Batu layak untuk dilaksanakan. ISBN : 978-979-99735-8-0
7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi X Program Studi MMT-ITS, Surabaya 1 Agustus 2009
Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan pada aspek kelembagaan, dihasilkan suatu konsep strategi lembaga yaitu meningkatkan kapasitas manajemen kelembagaan, membuat kebijakan dan prioritas program pembangunan terhadap pengelolaan air limbah domestik yang lebih terarah. Akses masyarakat terhadap informasi dan persepsi terhadap air limbah, maupun kesediaan untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan prasarana air limbah domestik perlu ditingkatkan dengan cara mengubah perilaku dan meningkatkan pemahaman terhadap pentingnya pengelolaan air limbah domestik
DAFTAR PUSTAKA Hermana, J. (2008), Keberlanjutan Sistem Pengelolaan Sanitasi Perkotaan Dalam Perspektif Rekayasa Ilmu Perencanaan Bangunan Pengolahan Di Indonesia. Pidato Pengukuhan Untuk Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Ilmu Perencanaan Bangunan Pengolahan pada Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batu 2003-2013, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Batu, 2003. Sugiharto. (1987), Dasar – dasar Pengelolaan Air Limbah, Cetakan Pertama, UI Press, Jakarta. Metcalf and Eddy.(1981), Wastewater Engineering Collection and Pumping of Wastewater, Mc Graw Hill Inc. New York. Purba. R. (1985), Analisis Biaya dan Manfaat (Cost and Benefit Analysis), Rineka Cipta, Jakarta. Rangkuti. F., (2003) Analisa SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.. Anonim, (1995) Kebijaksanaan Operasional Repelita V Program Air Bersih, Ditjen Cipta Karya Departemen Pekerjaan Umum. Anonim, (2003) Studi National Action Plan, Direktorat Tata Perkotaan Dan Tata Perdesaan Departemen Permukiman Dan Prasarana Wilayah. Tuti.K., (2005) Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Departemen Pekerjaan Umum
ISBN : 978-979-99735-8-0
8