STRATEGI PENCITRAAN PT GARUDA INDONESIA (PERSERO) TBK DALAM MEMPERTAHANKAN CITRA MELALUI PENAMPILAN FISIK FRONTLINERS
ALTYSA NURPUTRI SARI Jurusan Marketing Communication, School of Communication, Bina Nusantara University. Jl. Kebon Jeruk Raya No. 27 Jakarta Barat 11530 TELP: 021- 53696969 Email penulis:
[email protected] Nama mahasiswa: Altysa Nurputri Sari Nama Dosen Pembimbing: Maria Anggia Widyakusumastuti, S.Sos., M.M.
ABSTRACT RESEARCH GOAL is to determine the physical appearance of frontliners PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk and to find out what the image is to be deliver by PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk through frontliners. METHODS used in this research is a qualitative research method, by interview and observation and also supported by data obtained from company and books. THE RESULT is the imaging strategy undertaken by PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk is to establish the theme 'Indonesian Hospitality' through physical appearance frontliners. CONCLUTION OF THE RESEARCH. Corporate image is formed by many components, one of the components are physical appearance frontliners, as frontliners are the forefront of the company.
Keyword Frontliners, Image, Physical Apprearance, Strategy
ABSTRAK
TUJUAN PENELITIAN ini adalah untuk mengetahui penampilan fisik dari frontliners PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan untuk mengetahui citra apa yang ingin disampaikan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melalui frontliners. METODE PENELITIAN yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif, dengan teknik wawancara dan observasi serta didukung oleh data yang diperoleh dari perusahaan dan kepustakaan. HASIL PENELITIAN Strategi pencitraan yang dilakukan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk adalah dengan memperkenalkan tema ‘Indonesian Hospitality’ melalui penampilan fisik
frontliners. SIMPULAN Citra perusahaan dibentuk oleh banyak komponen, salah satunya penampilan fisik frontliners karena frontliners adalah bagian terdepan dari perusahaan. Kata Kunci Citra, Frontliners, Penampilan Fisik, Strategi.
PENDAHULUAN Penampilan fisik merupakan segala sesuatu yang dapat di lihat, diamati, dan dinilai dengan mudah oleh seseorang saat melihat penampilan luar orang lain. Penampilan fisik dapat diartikan sebagai cerminan diri atau bagaimana seseorang mempresentasikan dirinya. Zaman sekarang ini, penampilan fisik merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan pekerjaan, atau hanya sekedar ingin menonjol dibandingkan yang lainnya. Banyak orang berkata bahwa jangan menilai segala sesuatu dari luarnya saja, tetapi fakta yang ditemukan sekarang ini adalah penampilan fisik merupakan syarat agar bisa mendapatkan pekerjaan. Contoh pekerjaan dengan syarat penampilan fisik adalah model, pramugari/pramugara, sales promotion girl/boy, receptionist, customer service, frontliners, pelayan restoran, dan lain-lain. Frontliners adalah orang yang langsung berhadapan atau berhubungan langsung dengan pelanggan (konsumen). Frontliner merupakan sebuah kategori, bukan sebuah jabatan. Contoh dari frontliners adalah customer service, receptionist, sales, pramugari/pramugara (frontliners in-flight/awak kabin) dan lainlain. Fungsi utama frontliners adalah memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada pelanggan. Seorang frontliners harus berpenampilan menarik dan sopan, karena mencerminkan citra dari perusahaan tempat dia bekerja. (www.trendingzone.tk) Frontliners lebih diartikan sebagai pencipta kesan yang akan membawa kepada kredibilitas perusahaan terutama usaha yang bergerak dalam industri jasa dimana image/kesan merupakan dampak yang dihasilkan. Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa adalah PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk atau lebih sering disebut Garuda Indonesia Airlines. Perusahaan yang bergerak di bidang jasa penerbangan dan angkutan udara ini sudah bergerak 65 tahun, merupakan maskapai penerbangan tertua di Indonesia. Atas dasar itulah penulis ingin meneliti tentang penampilan fisik dari frontliners pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dan mengetahui peranan serta citra apa yang ingin dibentuk oleh Garuda Indonesia melalui frontliners. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengambil judul dalam penelitian ini adalah “Strategi Pencitraan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dalam Mempertahankan Citra Perusahaan melalui Penampilan Fisik Frontliners“ Rumusan masalah yang menjadi ketertarikan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. b.
Bagaimana penampilan fisik dari frontliners di ground pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk mempertahankan citra? Citra apa yang ingin disampaikan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melalui frontliners untuk mempertahankan citra? Tujuan Penelitian yang dilakukan penulis sebagai berikut : 1. 2.
Untuk mengetahui penampilan fisik frontliners di ground pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk untuk mempertahankan citra Untuk mengetahui citra yang ingin disampaikan oleh PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk melalui frontliners untuk mempertahankan citra
METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Komunikasi kualitatif pada dasarnya dikembangkan dengan maksud memberikan makna terhadap data, mentransformasikan data kedalam bentuk-bentuk narasi yang kemudian mengarah pada temuan yang akhirnya sampai pada kesimpulan-kesimpulan final yang bertujuan untuk mengemukakan gambaran serta memberikan pemahaman mengenai bagaimana dan sehubungan dengan realitas atau gejala komunikasi yang diteliti. Penelitian ini termasuk jenis penelitian explicit, yang dimana peneliti memiliki kesadaran penuh terhadap gejala atau realitas yang diteliti, dan membuat catatan-catatan lapangan yang jelas mengenai bagaimana pengamatan berlangsung. Rekaman wawancara sangat penting bagi peneliti untuk nantinya dijadikan data otentik mengenai apa yang dikatakan subjek penelitian.
HASIL DAN BAHASAN Peneliti ingin menjelaskan jawaban hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan 1 yaitu DK, Senior Manager Frontliners pada kata kunci pertanyaan Penampilan Fisik dan juga Citra Perusahaan: Frontliner Wanita 1) Terdiri dari 2 warna seragam: Seragam warna Biru untuk Supervisor/Duty Manager dan Seragam warna Toska untuk Pelaksana. 2) Blus batik lengan pendek 3) Blazer 4) Rok bawahan 5) Scarf 6) Stocking warna hitam/biru tua transparan 7) Sepatu tertutup warna hitam polos tanpa ornamen dengan hak minimal 5cm Untuk seragam Muslimah: 8) Blus batik lengan panjang 9) Blazer 10) Celana panjang 11) Jilbab 12) Scarf 13) Stocking warna kulit 14) Sepatu tertutup warna hitam polos tanpa ornamen dengan hak
minimal 5cm
Atribut: 15) ID Card 16) Jam tangan model standart/tidak mencolok Wajah: 17) Wajah terlihat segar, tidak berminyak, tidak berjerawat 18) Mengenakan rias wajah, make up dengan rapi dan benar, tidak terlalu tebal serta tidak berlebihan 19) Tidak diperkenankan menggunakan bulu mata palsu terlalu panjang & tebal 20) Kenakan lipstik berwarna lembut, tidak mencolok (warna merah terang, pink tua) dan tidak mengenakan warna-warna gelap 21) Tidak diperkenankan memakai lensa kontak berwarna & kawat gigi berwarna Tata Rambut: 22) Rambut pendek ditata rapi, dan tidak diperkenankan bergaya wetlook (berkesan basah) atau terlalu banyak gel, model formal. Panjang rambut tidak melebihi batas kerah baju bagian atas 23) Rambut panjang harus ditata dengan model French Twist 24) Rambut sedang (panjang rambut di atas bahu) ditata rapi 25) Poni rambut tidak melebihi alis wajah 26) Tidak diperkenankan mewarnai rambut, kecuali sesuai warna rambut asli atau warna hitam netral
Tangan: 27) Tangan harus terawat (gunakan selalu handbody/body lotion) 28) Kuku tangan harus bersih dan tidak kotor 29) Tidak diperkenankan memanjangkan kuku 30) Kenakan cat kuku warna bening (netral) Bodycare: 31) Menjaga berat tubuh proporsional & ideal 32) Hindari bau badan, kenakan deodorant atau minyak wangi beraroma segar, lembut dan tidak menyengat 33) Hindari bau mulut, pelihara kesehatan gigi dan mulut agar nafas tetap segar Frontliner Pria 1) Kemeja warna biru 2) Celana panjang warna abu-abu 3) Dasi 4) Ikat pinggang warna hitam 5) Kaos kaki polos warna hitam atau abu-abu tua 6) Sepatu warna hitam polos tanpa ornamen Atribut: 7) ID Card 8) Jam tangan model standart/tidak mencolok Wajah: 9) Kulit wajah terawat bersih, tidak berminyak dan tidak berjerawat 10) Dianjurkan untuk tidak memelihara kumis. Jika berkumis, kumis terpelihara tidak melebihi baris bibir atas 11) Jenggot atau bulu dagu harus dicukur licin 12) Cambang tercukur rapih, terpelihara tidak melebihi 3cm
harus
tumbuh
rapih
Tata Rambut: 13) Rambut berpotongan gaya klasik, tertata rapih, panjang rambut tidak melebihi tengkuk leher dan tidak menyentuh kerah baju 14) Tidak diperkenankan mewarnai rambut, kecuali sesuai warna rambut asli atau warna hitam 15) Tidak diperkenankan bergaya wetlook (berkesan basah) atau terlalu banyak gel, spiked-hair, atau crew-cut Tangan: 16) Tangan harus terawat dan tidak terlihat kering 17) Kuku tangan harus bersih dan tidak kotor 18) Tidak diperkenankan memanjangkan kuku Bodycare: 19) Menjaga berat tubuh proporsional 20) Tubuh bersih, tampak segar dan tidak berkeringat 21) Wajah terlihat segar, tidak berminyak, tidak berjerawat 22) Kenakan minyak wangi beraroma lembut, dan tidak menyengat 23) Hindari bau mulut, pelihara kesehatan gigi dan mulut agar nafas tetap segar 24) Tidak memperlihatkan tatto dan piercing Penampilan fisik frontliners Garuda Indonesia tentunya harus memiliki penampilan yang proporsional sesuai tinggi dan berat badan. Kemudian frontliners juga dituntut untuk selalu aktif, enerjik, warm atau hangat, lalu harus autentik, harus selalu siap membantu, charming, dan harus selalu smile setiap saat kepada konsumen. Berikut peneliti ingin menjelaskan jawaban hasil wawancara yang peneliti lakukan terhadap informan 2 yaitu TPI, Senior Manager Corporate Identity Management pada kata kunci pertanyaan Citra Perusahaan. Peneliti menyimpulkan melalui poin-poin dibawah.
1)
2) 3) 4) 5) 6) 7)
8)
9)
10) 11) 12)
13)
Data yang terkumpul: Sesuai dengan visi Garuda Indonesia, Garuda Indonesia adalah maskapai penerbangan yang “Flag Carrier” (membawa bendera bangsa) yang menawarkan pelayanan prima kepada penumpang dengan menggunakan keramahtamahan Indonesia (Indonesian’s Hospitality) Keramahtamahan Indonesia adalah aspek/konsep dari pelayanan Garuda Indonesia yang dinamakan Garuda Indonesia Experience Garuda Indonesia Experience memberikan citra kepada pelanggan bahwa meskipun pelanggan terbang ke dalam ataupun luar negeri akan tetap merasakan berada di Indonesia (Feel at Home) Untuk orang asing, dengan Garuda Indonesia, baru sampai di pesawat saja seolah-olah sudah sampai di Indonesia. Citra tersebut yang ingin dibentuk oleh perusahaan Garuda Indonesia ingin para penumpang domestik/lokal tetap merasa di Indonesia meskipun terbang kemanapun (dalam/luar negeri) Sedangkan untuk orang asing/internasional, Garuda Indonesia ingin memberikan pengalaman nyata bagaimana Indonesia mulai dari para penumpang menaiki pesawat Pesawat Garuda Indonesia memiliki khas Indonesia yang terbaik. Dari mulai makanannya, musik nasional, salam hangat dari cabin crew, interior pesawat bernuansa batik, dan juga ada wewangian yang beraroma khas Indonesia Citra perusahaan Garuda Indonesia memiliki 28 touch points. Mulai dari para konsumen mengangkat telepon untuk memesan tiket hingga akhirnya para penumpang sampai tujuan dan puas dengan pelayanan dari Garuda Indonesia. 28 touch points tersebut lebih banyak dilakukan atau digerakkan oleh frontliners (ground) Penampilan frontliners sangat mempengaruhi citra perusahaan, karena mereka adalah ujung tombak perusahaan. Garuda Indonesia mempunyai quote yaitu “Garuda Brand adalah Garuda People”, tidak hanya frontliners saja tetapi termasuk yang di back office tentunya Di frontliners ada standart cara berpakaian, gesture, attitude, dll. Tampilan fisik sangat mempengaruhi, juga dibantu oleh gesture/salam sapa dari frontliner Hambatan utama dalam pembentukan citra adalah konsistensi. Sehingga yang dilakukan adalah melakukan supervisi, audit secara terus menerus agar menjadi habit/kebiasaan. Warna yang mencerminkan Garuda Indonesia adalah hijau toska, biru, oranye, dan abu-abu. Oranye mewakili “kehangatan” dari pelayanan Garuda Indonesia. Warna tersebut mencerminkan citra Garuda Indonesia Garuda Indonesia mempunyai brand philosophy yaitu “Diversity Drive Dynamism”. Perbedaan membawa kedinamisan.
Frontliners berkomunikasi secara interpersonil, artinya berhadapan secara langsung oleh seseorang. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa frontliners adalah seorang public relations, yang dimana peranannya adalah menyampaikan, menjembatani, memberikan solusi, dan membentuk citra perusahaan. Public relations juga berkomunikasi secara interpersonil, berhadapan langsung dengan lawan bicara, individu atau kelompok. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa seorang frontliners menggunakan teknik komunikasi interpersonil dan peranan layaknya seorang public relations. Penampilan fisik juga merupakan suatu aspek yang penting dalam pekerjaan di bidang frontliners. Penampilan fisik tidak selalu mengenai bentuk tubuh, raut wajah, tetapi mengenai gaya pakaian, tata rias, model rambut, dan sebagainya. Dengan begitu, pencitraan akan tampak dan terlihat. Frontliners membutuhkan segala aspek penampilan fisik untuk dapat terlihat dan dinilai oleh konsumen sehingga citra yang ditonjolkan dapat dimengerti oleh konsumen. PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Dalam bidang jasa, penampilan itu sangat penting karena jasa merupakan sesuatu yang tidak berbentuk melainkan ‘dirasakan’ sehingga dalam prosesnya untuk menjual jasa tersebut dibutuhkan keterampilan dan penampilan fisik yang prima dalam menawarkan jasa tersebut sebagus mungkin sehingga terbentuknya kepercayaan konsumen kepada perusahaan, citra perusahaan dan juga dapat memuaskan para konsumen. Oleh karena itu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mempunyai divisi frontliners sendiri agar dapat mencari, melatih, dan mempekerjakan frontliners yang profesional dengan penampilan yang baik. Penampilan-penampilan fisik frontliners yang dapat mewakili citra Indonesian Hospitality adalah para frontliners memakai seragam dengan unsur batik, lalu tata rias wajah frontliners adalah natural yang dimana bangsa Indonesia ini tidak terlalu condong kepada gaya barat tetapi lebih ke timur dengan kesederhanaannya. Kemudian tata rambut dimana rambut harus berwarna hitam sesuai dengan adat Indonesia dan ditata rapi dalam bentuk ‘french twist’ yaitu sanggul modern, sehingga ciri dari
penampilan fisik frontliners sendiri tidak lain dan tidak bukan tetap mengikuti adat dan gaya Indonesia dengan kesederhanaan dan budaya Indonesia. Berbicara mengenai penampilan fisik frontliners, komposisi-komposisi yang disebutkan diatas adalah komponen yang dapat direlasikan dengan konsep brand identity. Brand identity adalah segala sesuatu yang bisa merepresentasikan, mewakilkan, dan menyampaikan pesan dari perusahaan kepada konsumen, sehingga nantinya diharapkan konsumen dapat mengerti dan memahami apa arti konsep dari brand/merek tersebut dan bagaimana citra dari brand tersebut dapat dianggap baik oleh konsumen dan mendapatkan feedback yaitu loyalitas konsumen. Brand identity adalah mengenai tampilan visual, simbol, dan verbal dari sebuah merek. Dengan begitu, brand identity pada citra PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terletak di banyak hal termasuk di penampilan fisik frontliners seperti tata rambut, make-up, seragam, ada juga ‘salam Garuda’ sebagaimana diperkenalkan kepada konsumen.
SIMPULAN DAN SARAN Penampilan fisik frontliners tentunya wajib tampil prima. Dengan seragam bertemakan hijau tosca dan juga biru, lalu batik, serta tata rias wajah yang natural, rambut yang rapih dan juga pakaian yang sederhana dengan kemeja, blus, blazer, rok, celana panjang, serta sepatu pantofel. Penampilan tersebutlah yang dilihat oleh konsumen saat bertatapan langsung dilayani oleh para frontliners. Dalam penelitian yang telah dilakukan penulis, maka didapati bahwa adanya kesinambungan antara penampilan fisik frontliners dengan citra PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Frontliners adalah bagian yang terdepan dari suatu perusahaan. Mereka yang menyambut, menyapa, melayani para konsumen agar bisa nyaman, bisa menggunakan jasa, bisa merekomendasikan perusahaan kepada keluarga, teman, kolega dan itulah harapan yang ingin dicapai oleh perusahaan, dalam kata lain, loyalitas pelanggan. Adapun yang didapati dari citra yang ingin diperkenalkan dan dirasakan oleh para pelanggan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk adalah Indonesian Hospitality atau keramahtamahan Indonesia yang dimana lebih dikenal sebagai Garuda Indonesia Experience. Dimana para pelanggan dapat merasakan indahnya budaya dan kekayaan adat Indonesia dalam Garuda Indonesia Experience. Citra tersebut tentunya disampaikan oleh dimulai dari barisan depan perusahaan yaitu frontliners. “Garuda Brand adalah Garuda People”. Sehingga citra muncul dan dipertahankan oleh seluruh karyawan yang bekerja pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Tetapi bagian yang paling mempunyai andil besar dalam pertahanan dan penjagaan citra perusahaan adalah frontliners. Dari frontliners-lah citra tersebut mulai diperkenalkan kepada konsumen sehingga setelah konsumen selesai menggunakan jasa penerbangan dengan Garuda Indonesia, konsumen dapat merasakan semua kehebatan dan keindahan Indonesia dan dapat terus menggunakan layanan Garuda Indonesia setelah itu.
Saran Akademis Penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya dengan menggunakan metode penelitian yang berbeda dengan penelitian ini dan dapat memberikan gambaran yang jelas seputar fungsi dan penampilan fisik frontliners pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yang akan berguna sebagai bahan pembelajaran pada tingkat perguruan keatas Saran Praktis 1. Perusahaaan harus terus meningkatkan penampilan fisik frontliners yang lebih memperlihatkan aspek citra PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk yaitu “Indonesian Hospitality” dengan cara membuat seragam batik yang lebih bervariasi, lalu membuat pin atau bros yang berbentuk khas Indonesia sehingga saat konsumen melihat ornamen tersebut pada seragam frontliners, konsumen akan cepat tanggap pada citra yang ingin dipertahankan tersebut. 2.
Agarnya lebih baik kedepannya dalam strategi pertahanan citra perusahaan melalui frontliners sehingga kedepannya bisa menjadikan frontliners yang lebih profesional dan unggul dalam pembawa citra perusahaan dengan membuat dan melakukan training-training pada frontliners sehingga frontliners bekerja lebih profesional
REFERENSI Ardianto, E. (2009). Public Relations Praktis. Bandung: Widya Pajajaran Ardianto, E. (2010). Metodologi Penelitian untuk Public Relations. Fraser P. Seitel. (2004). The practice of Public Relations, 9th edition, Pearson Jersey.
Education
Inc,
New
Hardjana, A. M. (2003). Komunikasi Interpersonal Dan Intrapersonal. Yogyakarta: KANISUS. Hasfi, Nurul. (2012). Pengantar Public Relations: Teori dan Praktik/Keith Butterick; penerjemah. Edisi 1. Jakarta: Rajawali Pers, 2012 Junaidi. (2013). Pengaruh Komunikasi Interpersonal Orang Tua dan Anak dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Anak di SMA Negeri 4 Samarinda Seberang, e-Journal Ilmu Komunikasi, 2013, 1 (1) : 442 – 455. Kriyantono, R. (2012). Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Kusdi. (2009). Teori Organisasi dan Administrasi. Jakarta: Salemba Humanika. Lanang, I Wayan. (2010). Peranan Front Liner sebagai Image Builder-Pencipta Kesan-terhadap Kepuasan Pelanggan dalam Industri Jasa, Jurnal Pariwisata, Politeknik Negeri Samarinda. Maksum. (2009). Perpustakaan Dalam Perspektif Public Relations, Jurnal Perpustakaan Pertanian 18, Nomor 2, Bogor.
Vol,
Masmuh,Abdullah.(2010).Komunikasi Organisasi Dalam Perspektif Teori Dan Praktek,Malang:UMM Pers Moore, F. (2005). Humas: Membangun Citra dengan Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Mulyana, D. (2001). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Nova, F. (2011). Crisis Public Relations. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Nurjaman, Kadar. (2012). Komunikasi & Public Relation. Bandung: Pustaka Setia. Pawito. (2008). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS Yogyakarta. Puspitasari, Efrina. (2011). Pengaruh Kredibilitas Pelayanan Informasi Public Relations Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia terhadap Publisitas Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa, Banten. Rejeki, Ayu. (2011). Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dalam Keluarga dengan Pemahaman Moral pada Remaja, Jurnal Psikologi, Universitas Gunadarma. Sekarningtyas, Ayu. (2009). Analisis Pengaruh Komunikasi dan Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Karyawan, Pemalang Setiadi, N. (2003). Perilaku Konsumen. Jakarta: Kencana. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sunarto. (2003). Perilaku Konsumen. Yogyakarta: AMUS Yogyakarta dan CV. Ngeksigondo Utama. Suprapto, T. (2011). Pengantar Ilmu Komunikasi dan Peran Manajemen dalam Komunikasi. Yogyakarta: CAPS
Tjiptono, Fandi. (2004). Edisi ke-empat. Prinsip-prinsip Total Quality Service (TQS). Yogyakarta: ANDI. Umar, Husein, (2008), Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT. Pertama, Jakarta.
Gramedia Pustaka
Wahyono, Adi. (2004). Pengaruh Motivasi dan Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja, Tesis Unsoed, Purwokerto. West, Richard. (2009). Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta. Humanika.
Salemba
Wheeler, A. (2003). Desaining Brand Identity. Canada, John Willey & sons, inc.
RIWAYAT PENULIS Altysa Nurputri Sari lahir di Jakarta, 10 Desember 1991. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara Jurusan Marketing Communication Peminatan Public Relations pada tahun 2013.