STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK KEBERADAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR
OLEH :
IRWAN EFENDI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006
ABSTRAK
IRWAN EFENDI. Strategi Penanggulangan Dampak Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Di Kabupaten Kampar. Dibimbing oleh W.H.LIMBONG sebagai ketua dan SUMARDJO sebagai anggota. Data Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar Tahun 2004, tercatat sebanyak 25 unit Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit (PKS) di Kabupaten Kampar. Konsekuensi keberadaan PKS dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Penelitian telah dilaksanakan di Kabupaten Kampar, Kecamatan Tapung, Tapung Hulu, dan Tapung Hilir. Penelitian ini berlangsung dari bulan April 2005 sampai Juli 2005. Penarikan sampel secara purposive sampling, 10 unit pabrik dan 60 orang masyarakat. Data diolah secara deskriptif, analisa rancangan strategi dengan Meta Matriks Situs Tertata. Perancangan program menggunakan metode Logical framework Approach (LFA). Penelitian ini menunjukan bahwa proses pendirian PKS belum memperhatikan lingkungan. Stakeholders dalam memberikan rekomendasi izin pendirian PKS kurang pengetahuan tentang lingkungan. Keberadaan PKS memberikan dampak positif terhadap tingkat pendidikan, perumahan, tenaga kerja dan lapangan kerja, serta pendapatan. Dampak negatif terhadap kesehatan dan pencemaran lingkungan. Dampak eksternal positif adalah bertambahnya fasilitas pendidikan, kesehatan, dan terbukanya lapangan kerja baru. Dampak negatifnya terjadi alih fungsi lahan, pencemaran lingkungan, bertambahnya penduduk pendatang, dan kerawan keamanan. Rancangan strategi kajian ini adalah menciptakan lapangan pekerjaan baru, menumbuhkan dan pengembangan UKM, serta membuka kesempatan kerja. Program utama yang harus dilakukan adalah membuka peluang kepada masyarakat untuk memperoleh kesempatan pada setiap bidang pekerjaan.
STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK KEBERADAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATE N KAMPAR
IRWAN EFENDI
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul Tugas Akhir : Strategi Penanggulangan Dampak Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Di Kabupaten Kampar Nama : Irwan Efendi NRP : A.153024645
.
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Prof.Dr.Ir. W.H.Limbong, MS. Ketua
Dr.Ir. Sumardjo, MS. Anggota
Mengetahui,
Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Dr.Ir. Yusman Syaukat, M.Ec.
Prof.Dr.Ir. Syafrida Manuwoto, M.Sc.
Tanggal Ujian: 26 Januari 2006
Tanggal Lulus: _____________
Hak Cipta Milik Irwan Efendi, Tahun 2006 Hak cipta dilindungi Dilarang mengutip dan mamperbanyak sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, mikrofilm,dan sebagainya tanpa izin tertulis dari Institus Pertanian Bogor
PERNYATAAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Strategi Penanggulangan Dampak Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di Kabupaten Kampar adalah benar karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua informasi yang berasal atau yang disebutkan dalam teks dicant umkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir tugas ini.
Bogor, Februari 2006
Irwan Efendi A.153024645
MOHON MAAF,
PADA HALAMAN INI SESUAI DENGAN ASLINYA TIDAK ADA.
TERIMA KASIH
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Pembangunan ekonomi sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan usaha masyarakat bersama pemerintah untuk mengembangkan output serta adanya perbaikan atau perubahan yang positif dalam struktur kehidupan masyarakat. Dalam penyusunan programprogram pembangunan baik pada tingkat nasional, regional atau lokal, pengarahan terhadap berbagai permasalahan pembangunan merupakan sikap dasar yang penting untuk menggunakan mata rantai perencanaan pembangunan yang sesuai guna membentuk suatu proses pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu kebijakan pemerintah terutama dalam menghadapi situasi ekonomi yang ditandai dengan hilangnya bom minyak dan melemahnya daya serap tenaga kerja pada sektor pertanian adalah dengan mempercepat pertumbuhan sektor industri. Dalam upaya pembangunan sektor industri terutama pabrik pengolahan kelapa sawit, diharapkan akan mampu memberikan dampak yang positif terutama pada sektor pertanian. Disamping itu keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit diharapkan mampu memberikan dukungan pada daerah setelah menurunnya sektor migas yang sebelumnya tidak direncanakan. Sebagaimana diamanatkan dalam GBHN bahwa pembangunan sektor industri yang akan dilaksanakan adalah bagian dari usaha jangka panjang untuk merubah struktur ekonomi yang seimbang dimana kondisi perekonomian dengan industri yang kuat dengan didukung oleh sektor pertanian yang tangguh.
1
2
Sejak tahun 1848, tanaman kelapa sawit telah dikenal di Indonesia. Pada awalnya hanya berkembang di Sumatera bagian utara, yang kemudian berkembang di 16 Provinsi. Tanaman ini mula- mula dikembangkan oleh perkebunan negara dan swasta asing, kemudian di ik uti oleh swasta nasional dan rakyat (Lubis, 1990). Potensi perkebunan di Kabupaten Kampar cukup besar. Jenis tanaman yang paling banyak dikembangkan adalah kelapa sawit yang mencapai 241.486 Ha. Mayoritas usaha perkebunan kelapa sawit ini adalah perkebunan besar swasta dengan luas 93.783 Ha dan produksi 321.041 Ton, kemudian perkebunan rakyat dengan luas 306.797 Ha dan perkebunan besar negara 104.803 Ha (Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar, 2004). Pengolahan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil) saat ini menjadi suatu bentuk investasi yang banyak terlihat, terutama pada beberapa Kabupaten di Provinsi Riau, salah satunya Kabupaten Kampar yang letaknya sangat strategis. Pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) ini tidak terlepas dari keberadaan luas lahan yang telah produktif. Dari data Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar Tahun 2004, tercatat sebanyak 25 unit pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar, dimana 17 unit pabrik diantaranya berada di daerah Tapung. Sebagai konsekuensi dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit dapat menimbulkan berbagai dampak yang bersifat positif maupun bersifat negatif. Dampak positif pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat yang seluas- luasnya, sedangkan dampak negatif diupayakan seminimal mungkin atau kalau bisa dihilangkan sama sekali.
3
Sehubungan dengan hal di atas, timbul pertanyaan Pokok Kajian, yaitu “Bagaimana strategi penanggulangan dampak keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar?”.
1.2. Perumusan Masalah Permasalahan khusus di Daerah Kabupaten Kampar yang berkenaan dengan proses pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit yang garis besarnya secara sederhana dapat dikemukakan bahwa keterlibatan stakeholders Kabupaten, Kecamatan hingga ke tingkat Desa belum memperhatikan aspek lingkungan dalam pemberian rekomendasi berdirinya pabrik. Hal ini ditandai dengan banyaknya jumlah pabrik yang didirikan berada pada pemukimam masyarakat, untuk itu perlu dikaji “Sejauh mana proses pembangunan Pabrik Kelapa Sawit sudah memperhatikan aspek kondisi lingkungan masyarakat di Kabupaten Kampar?” Secara nyata dampak positif dari keberadaan pabrik Pengolahan Kelapa sawit ini dapat ditunjukan oleh perluasan lapangan pekerjaan, perluasan areal perkebunan kelapa sawit, meningkatnya pendapatan masyarakat, meningkatnya pendidikan formal bagi masyarakat, meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Dampak negatif bila tidak direncanakan secara cermat akan muncul seperti halnya pencemaran lingkungan, dan peningkatan penderita penyakit, untuk itu perlu dikaji “Sejauh mana dampak sosial ekonomi dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar?” Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit juga menimbulkan dampak eksternal yang secara tidak langsung dapat merubah tatanan sosial ekonomi
4
masyarakat. Perubahan tersebut bisa bersifat positif ataupun negatif. Secara nyata dampak eksternal positif keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit dapat dilihat dari adanya peningkatan peluang lapangan pekerjaan, berdirinya kios-kios sarana produksi, rumah makan dan restoran, pelayanan kesehatan dan fasilitas umum lainnya. Sedangkan dampak negatifnya dapat dilihat seperti munculnya penyakit masyarakat (pekat) seperti peningkatan tempat-tempat hiburan malam dan pencurian terhadap Tandan Buah Segar pada lahan- lahan perkebunan kelapa sawit. Yang menjadi pertanyaan adalah “Sampai sejauh mana dampak ekternal dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar?” Diharapkan dengan menjawab pertanyaan pokok dan pertanyaan spesifik kajian yang timbul di atas, akan dapat membantu menjawab strategi yang tepat untuk penanggulangan dampak keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar.
1.3. Tujuan dan Manfaat 1.3.1. Tujuan Kajian Sesuai dengan permasala han yang ada, maka kajian ini mempunyai beberapa tujuan yang ingin dicapai. 1. Mendiskripsikan
permasalahan
terkait
proses
pembangunan
pabrik
pengolahan kelapa sawit dari aspek kondisi lingkungan sosial masyarakat di Kabupaten Kampar. 2. Mendiskripsikan kondisi sosial ekonomi masyarakat berhubungan dengan keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar.
5
3. Mendeskripsikan dampak ekternal terhadap keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar. 4. Merumuskan strategi dan rancangan program penanggulangan dampak keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar
1.3.2. Manfaat Kajian Berdasarkan permasalahan dan tujuan tersebut diharapkan hasil kajian ini akan memberikan manfaat: 1. Memberikan informasi kepada Pemerintah Kabupaten Kampar sebagai pengambil kebijakan dalam proses pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar. 2. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya masyarakat Kabupaten Kampar tentang dampak dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit. 3. Memberikan informasi kepada pengusaha pabrik pengolahan kelapa sawit tentang dampak yang ditimbulkan dan usaha penanggulanannya sebagai wujud dari pengembangan masyarakat di lingkungannya.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan dan Sumberdaya Daerah Hakekat pembangunan adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia. Ini berarti bahwa pembangunan mencakup: pertama, kemajuan lahirian seperti pangan, sandang, perumahan dan lain- lain; kedua, kemajuan batiniah seperti pendidikan, rasa aman, rasa keadilan, rasa sehat; ketiga, kemajuan yang meliputi seluruh rakyat sebagaimana tercermin dalam perbaikan hidup berkeadilan sosial (Salim, 1987). Dengan dilaksanakannya otonomi daerah diharapkan pemerintah daerah dapat lebih mengoptimalkan pembangunan daerahnya, karena lebih mudah dalam pengontrolan
pelaksanaan
pembangunan
didaerahnya
maupun
dalam
mengaplikasikan dana untuk pembangunan daerah. Sehingga uang yang dianggarkan untuk pembangunan daerah tidak lagi digunakan untuk hal- hal yang tidak bermanfaat. Secara hakiki, upaya pembangunan yang sedang ditempuh saat ini dapat dilakukan dengan mendayagunakan berbagai sumberdaya potensial yang tersedia disetiap wilayah maupun yang dapat diusahakan dari luar wilayah yang bersangkutan. Potensi sumberdaya alam yang cukup besar dan beragam dari tanah air Indonesia itu dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Sehubungan dengan hal tersebut, Soekartawi (1995) mengatakan bahwa, pembangunan yang berkelanjutan adalah kegiatan yang berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam, mengarah pada investasi, berorientasi pada pengembangan teknologi tepat guna dan berdaya
6
7
guna, serta menyadari adanya perubahan kelembagaan yang konsisten terhadap kebutuhan yang berkelanjutan berdasar pada keamanan politik dan kebijaksanaan masing- masing daerah. Keterkaitan antara sistem agribisnis dengan pembangunan pertanian seperti diungkapakan oleh Yasin (2002), untuk pembangunan pertanian yang tangguh haruslah dikembangkan usaha tani kearah perusahaan. Dari perusahaan yang memproduksi sarana produksi pertanian, pengembangan sarana pertanian, perusahaan yang mengolah hasil pertanian, jasa dan lembaga pemasaran ha sil pertanian, lembaga finansial, serta pengembangan birokrasi kearah yang lebih efisien, bersih dan siplin. Saragih (2001) menyatakan bahwa, membangun daya saing agribisnis perkebunan adalah ibarat iring- iringan suatu konvoi. Laju iring- iringan tersebut ditentukan oleh komponen atau bagian yang paling lambat pergerakkannya. Demikian juga dalam kinerja sistem agribisnis perkebunan secara keseluruhan akan ditentukan oleh subsistem yang paling terbelakang. Oleh karena itu, untuk membangun daya saing agribisnis perkebunan, keempat subsistem agribisnis perkebunan tersebut harus berkembang secara harmonis. Secara ilmiah, dapat dikatakan bahwa sumberdaya alam adalah semua unsur tatalingkungan biofisik yang dengan nyata atau potensial dapat memenuhi kebutuhan manus ia. Dengan kata lain sumberdaya alam adalah semua bahan yang ditemukan manusia dalam alam, yang dipakai untuk kepentingan hidupnya (Katili, 1983). Hal yang sama disampaikan oleh Soeripto (1997), secara potensial Provinsi Riau adalah daerah yang sangat kaya akan sumberdaya alam, masalah
8
yang dihadapi adalah bagimana mengelola sumberdaya tersebut, termasuk didalamnya
“Resources
Base”
sekaligus
memanfaatkan
secara
optimal.
Selanjutnya dikatakan, perlu disadari sepenuhnya bahwa persoalan sumberdaya potensial tersebut tidaklah bersifat mudah dan sederhana, mengingat bahwa potensi semacam itu memiliki sifat-sifat khas, ia menyangkut adanya keterkaitan antara berbagai sektor. Yasin (2002) menyatakan bahwa ada 6 peranan oleh sektor pertanian yang dapat dirinci dala m kaitannya dengan pembangunan ekonomi Indonesia, yaitu: 1. Menyediakan bahan pangan, sandang dan papan untuk memenuhi kebutuhan penduduk. 2. Menyediakan bahan baku dari produk pertanian guna memenuhi permintaan pasar dari kegiatan agroindustri. 3. Menyediakan lapangan kerja yang berkaitan langsung dan tak langsung dengan kegiatan pertanian. 4. Tenaga kerja di sektor pertanian dapat sebagai sumber tenaga kerja disektor ekonomi lain, seperti industri dan jasa. 5. Sebagai sumber modal yang dapat dialokasikan pada pembanguna n pertanian dan non pertanian. 6. Menghasilkan devisa negara yang diperoleh dari hasil ekspor produk pertanian dan olahannya.. Secara persentase berdasarkan Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2003 tercatat di Kabupaten Kampar jumlah angkatan kerja sebesar 52,76% penduduk, 47,24% bukan angkatan kerja dan 6,47% adalah pengangguran (Kampar Dalam Angka, 2004).
9
Tabel 1.
No.
Perbandingan Angkatan Kerja Menurut Pekerjaan Utama di Kabupaten Kampar Tahun 2003
Lapangan Pekerjaan Utama
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Komunikasi dan Angkutan Keuangan Listrik, Gas dan Air Jasa Jumlah Sumber: Kampar Dalam Angka, 2004.
Tahun 2003 Jumlah Persentase (jiwa) (%) 183.384 62,45 1.821 0,62 8.075 2,75 13.772 4,69 33.329 11,35 13.508 4,60 969 0,33 1.410 0,48 37.382 12,73 293.649 100,00
Adanya proyek-proyek sumberdaya alam berukuran besar di daerah, akan memainkan peranan penting dalam stabilitas ekonomi, karena diharapkan proyekproyek ini akan memberikan efek ganda (Katili, 1983). Daerah-daerah tersebut akan terbuka dan kegiatan pembangunan lainnya akan akan menyusul, karena lambat-laun akan tersentuh oleh dunia luar.
2.2. Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Naik turunnya pasokan CPO di Indonesia, terkait dengan kemauan petani Pola Inti Rakyat untuk menaikan produktivitas lahan sawit mereka, sedangkan kemauan petani untuk menaikan produktivitas lahan sawit tergantung pada besarnya insentif yang disediakan oleh pihak perusahaan inti untuk para petani sawit dan program penyuluhan di proyek PIR (Poeloengan dan Lubis, 1992).
10
Kemudian Poeloengan dan Lubis (1992) juga menyatakan bahwa prospek industri minyak sawit di Indonesia sangat tergantung pada tiga hal; Pertama, kemampuan para industriawan minyak sawit Indonesia untuk secara optimal menggunakan potensi keragaman kegunaan yang dimiliki oleh minyak sawit. Kedua, kemauan produsen kelapa sawit untuk menikan produksinya, baik petani kelapa sawit yang tergabung dalam PIR kelapa sawit maupun perusahaan perkebunan besar milik swasta dan negara yang berperan sebagai perusahaan inti. Ketiga, kamauan perusahaan inti menciptakan paket insentif yang dapat mendorong petani kelapa sawit untuk meningkatkan produktifitas lahan perkebunan kelapa sawit mereka. Pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar merupakan salah satu kegiatan pembangunan dalam upaya mengoptimalkan pemakaian sumberdaya alam. Sinaga (1994), menyatakan bahwa pabrik sebagai sarana pengolahan, dapat menghasilkan minyak yang telah diproduksi dari lapangan. Bahan baku untuk pabrik pengolahan kelapa sawit diperoleh dari buah yang dihasilkan oleh tanaman kelapa sawit. Selain itu Sinaga (1994), menyatakan bahwa keberhasilan pabrik pengolahan kelapa sawit ditentukan oleh bahan-bahan pendukung, ya itu energy supply. Energi untuk menggerakan mesin- mesin pengolah, diperoleh dari stasiun pembangkit tenaga. Tenaga di pabrik pengolahan kelapa sawit dihasilkan oleh Turbin Uap, dimana uap dihasilkan oleh Boiler. Stasiun boiler ditunjang oleh water supply. Keseluruhan unit ini harus bekerja dengan terkoordinasi, karena setiap unit berhubungan dan menentukan bagi kelancaran unit selanjutnya.
11
Pengendalian Limbah Pabrik Kelapa Sawit (LPKS), dilakukan dengan prinsip perombakan dalam kondisi anaerobik dan aerobik. Kondisi anaerobik membutuhkan persyaratan yang dapat menunjang proses perombakan LPKS secara biologis, yaitu keasaman, temperatur dan nutrisi yang tersedia. Perombakan anaerobik dapat dilakukan pada tangki yang disebut reaktor dan pada kolam tanah. Perombakan pada reaktor umumnya lebih cepat karena kedalaman kolam dan suhu dapat dipertahankan, sedangkan pada kolam tanah tidak dapat dipertahankan (Tobing dan Naibaho, 1992). Baku mutu limbah cair dengan sistem kolam dapat dicapai dengan masa penahanan 140 hari. Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit yang pasti akan memberikan pengaruh bagi masyarakat yang bermukin disekitarnya. Pengaruh yang ditimbulkan baik dari segi terbukanya daerah sebagai bagian dari dibukanya sarana transportasi, juga memberikan pengaruh yang dirasakan beberapa waktu kamudian. Pengaruh yang ditimbulkan bisa terhadap aspek sosial ataupun aspek ekonomi. Pengaruh terhadap aspek sosial adalah pengaruh yang mengakibatkan perubahan-perubahan kondisi sosial yang terjadi pada individu-individu atau keluarga petani disekitar pabrik pengolahan kelapa sawit. Pengaruh yang ditimbulkan bisa meliputi pendidikan keluarga, kesehatan keluarga, status dan luas kepemilikan lahan. Selain pengaruh terhadap aspek sosial, terdapat pula pengaruh terhadap aspek ekonomi, dimana pengaruh yang mengakibatkan perubahan-perubahan kondisi ekonomi yang terjadi pada individu atau keluarga petani disekitar pabrik pengolahan kelapa sawit. Pengaruh yang ditimbulkan bisa meliputi pendapatan
12
kepala keluarga, perubahan jenis usahatani dan tingkat kesejahteraan keluarga. Pengaruh yang timbul sebagai eksternalitas dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit adalah pengaruh yang ditimbulkan kepada individu atau keluarga yang sebenarnya tidak memanfaatkan keberadaan pabrik tersebut secara langsung. Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit pada suatu daerah, seharusnya dilihat sebagai keberadaan sebuah proyek ditengah-tengah masyarakat petani kelapa sawit. Dalam sebuah proyek, keputusan-keputusan yang diambil dalam kepengurusan yang terbuka untuk umum, cocok didalam suatu proses. Menurut Ahyari (2002), proses adalah cara atau metode maupun teknik untuk penyelenggaraan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan proses produksi adalah merupakan suatu cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan penciptaan faedah baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan. Erat hubungannya dengan masalah proses produksi tersebut adalah apa saja masukan (input) dari proses produksi tersebut serta keluaran (output) apa saja yang dapat dihasilkan oleh perusahaan tersebut dengan penyelenggaraan proses produksi dalam perusahaan yang bersangkutan itu. Berdasarkan pendapat-pendapat dan kondisi diatas, terhadap keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit, diperlukan adanya suatu bentuk pengendalaian oleh pihak perusahaan. Pengendalian merupakan unsur utama dari setiap pekerjaan manajemen. Jatmiko (2003) menyatakan, pengendalian didefenisikan sebagai suatu aktivitas membuat agar sesuatu terjadi sesuai dengan apa yang direncanakan untuk terjadi. Dalam melaksanakan pengendalian, para manajer harus mempunyai pengertian dan pemahaman yang jelas terhadap hasil- hasil
13
aktivitas atau kinerja tertentu yang diharapkan untuk terjadi pada suatu organisasi. Pengendalian strategik dilakukan oleh manajer yang tujuannya adalah untuk memastikan bahwa rencana-rencana menjadi kenyataan, sehingga mereka perlu memahami dengan jelas tentang apa realitas atau kenyataan yang diharapkan.
2.3. Pengolahan Kelapa Sawit Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit pada dasarnya hanyalah sebagai sarana pengolahan dari minyak yang telah diproduksi oleh biji sawit di lapangan. Pabrik tidak dapat menaikan jumlah minyak melebihi jumlah minyak yang terkandung dalam buah sawit. Keberhasilan pengolahan didukung oleh serangkaian unit- unit proses yang terdapat pada suatu pabrik. Daging buah (mesocarp) pada buah kelapa sawit terdiri dari 3 komponen utama yaitu minyak beserta lemak, serat dan air. Serat pada daging buah terutama terdiri dari selulosa dan lignin yang akan muncul sebagai bahan sisa setelah pengolahan di pabrik ± 6,2% dari berat tandan (Turner dan Gilbanks dalam Lubis, 1990). Menurut Sinaga (1994), minyak sawit adalah suatu triglyserida yaitu senyawa Glyserol dengan asam lemak. Minyak ini dapat berubah dengan kehadiran enzim lipase atau enzim oxidase membentuk Asam Lemak Bebas (ALB). Jika hal ini terjadi, maka akan menimbulkan kerusakan pada minyak dan akan berpengaruh pada kuantitas dan kualitas hasil produksi. Pada kondisi ini, kerusakan akan menimbulkan bau yang tidak sedap pada hasil produksi.
14
Risza (1997) mengatakan, untuk mengatasi kerusakan hasil produksi kelapa sawit, pengolahan buah sawit di pabrik dimulai dari proses sterilisasi, faktor- faktor yang harus diperhatikan adalah: 1. Kematangan buah. 2. Ketepatan proses produksi (buah jangan menginap). 3. Kulit luar buah jangan rusak (memar atau luka). 4. Kebersihan buah. 5. Kebersihan alat-alat pengolahan. 6. Panas yang cukup selama pengolahan berlangsung. Selain itu hal- hal yang perlu mendapat perhatian adalah efisiensi ekstraksi dan kualitas produk. Efisiensi ekstraksi secara langsung akan mempengaruhi rendemen, sedangkan kualitas berpengaruh pada daya saing di pasar. Oleh sebab itu, tandan buah segar yang telah dipanen dan akan diolah, harus diangkut sesegera mungkin ke Loading Ramp agar kenaikan ALB dapat dihindari. Keberhasilan pengolahan pada PKS selain ditentukan oleh TBS dan bahan-bahan pendukungnya, juga sangat dipengaruhi oleh ketersediaan energy. Energy untuk menggerakkan mesin- mesin pengolah, diperoleh dari stasiun pembangkit tenaga. Pada PKS, stasiun pembangkit tenaganya berupa turbin uap yang mendapatkan potensial dari broiler. Stasiun broiler sangat membutuhkan ketersediaan air. Oleh sebab itu, kelengkapan pabrik pengolahan kelapa sawit adalah (1) unit water supply, (2) unit broiler, (3) unit kamar mesin, dan (4) unit pengolahan. Keseluruhan unit ini harus bekerja dengan terkoordinasi, karena setiap unit berhubungan dan saling mempengaruhi serta sangat menentukan kelancaran unit selanjutnya.
15
Tujuan utama dari pengolahan kelapa sawit adalah untuk memperoleh minyak semaksimal mungkin, jadi zat- zat yang tidak diperlukan harus dibuang. Proses pembuangan zat- zat yang tidak diperlukan ini dilakukan dengan perebusan, dan diharapkan dapat juga: 1. Menonaktifkan enzim lipase maupun enzim lain (seperti lipoxidase penyebab hidrolisa lemak) 2. Menghidrolisa pektin sebagai zat perekat/pengikat buah dengan tandan buah 3. Mengcoagulasikan zat- zat putih telur (terutama globulin) pada daging buah sehingga mencegah emulsi 4. Menghidrolisa zat-zat lendir, sehingga mempermudah pemisahan air dari minyak 5. Melelehkan lapisan lilin pada daging buah sehingga daging buah menjadi lunak. 6. Mengurangi kadar air Setelah dilakukan perebusan, dilakukan penebahan atau pemipilan. Pada proses pemipilan yang dilakukan dengan thressing machine (mesin pipil) ini diharapkan akan memberikan buah dalam jumlah yang optimal. Oleh sebab itu dalam proses ini diharapkan mesin dapat bekerja dengan efisien. Selain menghasilkan buah sawit pipilan atau brondolan, proses ini juga menghasilkan tandan kosong buah sawit yang selanjutnya di masukan ke incinerator. Setelah dipipil, brondolan sawit dimasukan kedalam ketel pengaduk untuk melalui proses peremasan. Tujuan peremasan ini adalah meremas buah sehingga daging buah lepas dari biji dan menghancurkan sel-sel yang mengandung minyak.
16
Dalam proses ini, brondolan yang masuk akan berubah menjadi bubur dengan suhu yang tinggi mencapai 90 0 C. Selain menghasilkan bubur sawit, pada proses ini juga menghasilkan uap yang terdiri dari berbagai zat kimia. Tahapan proses selanjutnya adalah peremasan. Proses ini diharapkan memberikan minyak dari bubur sawit yang telah dihasilkan dalam proses sebelumnya. Agar proses ini efisien, biasanya dilakukan ekstraksi dengan memberikan air panas pada saat diremas ataupun sebelum diremas. Hasil dari proses ini adalah cairan minyak yang masih bercampur dengan air, lumpor, dan kotoran pasir maupun serat-serat, atau dikenal dengan nama Crude Palm Oil (CPO) atau minyak kasar. Selain crude palm oil, proses ini juga menyisakan ampas dan cangkang sawit. Dalam pengolahan TBS menjadi CPO ternyata banyak menimbulkan zatzat kimia lain yang akan bertebaran di udara. Selain itu dalam pengolahan ini juga di ketahui adanya bahan-bahan sisa produksi yang akan dibuang pada permukaan tanah, baik dalam lokasi pabrik yang akan melakukan pengolahan limbah cair ataupun munculnya limbah padat yang akan dimanfaatkan dan disebarkan pada lokasi perkebunan.
2.4. Hubungan Sosial Ekonomi Kebijaksanaan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum kebijaksanaan pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian menjadi lebih produktif dan efisien dalam berproduksi sehingga akan mengakibatkan taraf kehidupan petani bisa menjadi
17
lebih meningkat dan kesejahteraan lebih sempurna. Untuk mencapai tujuan-tujuan itu, pemerintah baik di pusat maupun di daerah mengeluarkan peraturan-peraturan pemerintah, keputusan Presiden, Keputusan Menteri, Keputusan Gubernur dan lain- lain. Peraturan-peraturan pada dasarnya dapat dibagi 2 (dua), yaitu: kebijaksanaan-kebijaksanaan yang bersifat mengatur (regulating policies) dan pembangunan pendapatan yang lebih dan merata (Mubyarto, 1989). Pada tingkat nasional, kebijaksanaan pemerintah dalam melaksanakan pembangunan didaerah yang dilakukan secara bertahap tersebut, adalah bertujuan untuk mencapai tiga aspek pembangunan yaitu: 1. Pemerataan pembangunan dan hasil- hasil yang menuju pada tercapainya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, 2. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, dan 3. Stabilitas sosial yang sehat dan dinamis Dalam suatu kurun waktu pertumbuhan yang sangat cepat dan terutama didasarkan pada sumberdaya alam, perluasan manufaktur modern dan perubahan teknologi bidang pertanian, tidak disangsikan lagi. Jika yang kaya semakin kaya, namun secara umum tidaklah benar kalau yang miskin semakin miskin (Arndt dalam Mubyarto, 1984). Menurut Kamaluddin (1991), untuk pemerataan dari pembangunan itu tercermin atau dijabarkan lebih lanjut dalam delapan jalur pemerataan, yaitu: 1. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat banyak khususnya pangan, sandang dan perumahan. 2. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan. 3. Pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan kesehatan.
18
4. Pemerataan kesempatan kerja 5. Pemerataan kesempatan berusaha. 6. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita. 7. Pemerataan penyebaran pembangunan diseluruh wilayah tana h air, dan 8. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan. Selain itu faktor budaya juga tidak bisa diabaikan karena menurut Soem (2000), walaupun setiap masyarakat mempunyai sistem budaya yang masing- masing berbeda satu dengan yang lain, tetapi kebudayaan mempunyai sifat hakekat yang berlaku umum, antara lain: 1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan dari perikelakuan manusia 2. Kebudayan telah ada terlebih dahulu dari lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi tersebut. 3. Kebudayaan diperlukan manusia dan diwujudkan dalam tingkah lakunya. 4. Kebudayaan berisikan aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang diterima dan ditolak, yang dilarang dan dibolehkan. Pada sisi lain, Suri (2001) menyatakan, kita memandang kebudayaan sebagai : 1. Pengatur dan pengikat masyarakat 2. Hal-hal yang diperoleh manusia melalui pendidikan/belajar (nature) 3. Pola kebiasaan dan perilaku manusia. 4. Sistem masyarakat yang dipakai untuk memperoleh kerjasama, kesatuan dan kelangsungan hidup masyarakat manusia.
19
Mengingat hal- hal diatas, posisi sektor pertanian disatu sisi akan diuntungkan, namun disisi lain jika sektor pertanmian tidak mendapat perhatian yang besar, akan mendapatkan tekanan yang berat, karena seperti yang dikatakan Mubyarto dalam Esmara (1987) bahwa sektor pertanian selalu ditandai oleh kemiskinan struktural yang berat, sehingga dorongan pertumbuhan dari luar tidak selalu mendapat tanggapan positif dari petani berupa kagiatan investasi. Soekartawi (1995) mengatakan aspek ma nusia (penduduk) dan aspek ekonomi yang dibuat oleh manusia dalam pemanfaatan sumberdaya alam adalah aspek yang perlu diperhatikan. Bagi Indonesia sektor pertanian adalah potensi terbaik untuk dipelihara dan dikembangkan. Jika sektor ini benar-benar diberdayakan dan terwujud dalam berdayanya petani, maka secara sistematis kemiskinan struktural yang sekarang masih ada dapat dihapuskan. Gambaran kebangkitan pertanian dengan agribisnisnya sebagai solusi krisis ekonomi dalam kenyataannya dilapangan tidak selalu membawa dampak yang menggembirakan. Ada banyak hal yang menyebabkan keadaan tersebut, mulai faktor internal petani sampai faktor eksternal seperti kondisi perekonomian dan masalah kebijakan. Banyak kebijakan pemerintah dinilai terlalu terburu-buru dan tidak melalui hasil analisa secara nyata di lapangan. Ketidaksiapan infrastruktur dan lemahnya pengawasan dan koordinasi kelembagaan adalah salah satu bukti, akibatnya tentu petani yang menjadi korban (Agricia, 1999). Keberadaan pabrik Pengolahan Kelapa sawit sebagai suatu organisasi dalam lingkungan masyarakat akan memberikan beberapa pengaruh terhadap
20
lingkungannya. Pengaruh yang ditimbulkan ini dapat bersifat positif atau negatif. Pengaruh tersebut menurut Jatmiko (2003) diantaranya adalah: 1. fasilitas fisik; berhubungan dengan masalah kebutuhan fasilitas fisik perusahaan atau organisasi, 2. produktifitas; merupakan rasio leratif total output terhadap total input, atau tingkat barang/jasa yang dihasilkan oleh suatu organisasi relatif terhadap sumberdaya yang digunakan organisasi dalam proses produksi, 3. sumberdaya manusia; berhubungan dengan asset sumberdaya manusia suatu organisasi, dan 4. tanggung-jawab sosial; berhubungan dengan masalah komitmen perusahaan atau organisasi terhadap masalah sosial dan lingkungan disekitarnya. Biasanya diukur berdasarkan seberapa besar kontribusi finansial perusahaan terhadap masyarakat, tipe-tipe aktivitas perusahaan, jumlah waktu yang diperlukan untuk melayani masyarakat. Sebagai mahluk hidup, manusia mempunyai beragam kebutuhan untuk mempertahankan dan menikmati hidupnya. Modernisasi gaya hidup telah menempa manusia sebagai manusia pengejar kepuasan material. Sebagai manusia dengan budaya hedonisme, manusia tidak memberi batas maksimum atas kepuasan material yang dikejarnya (Hutagaol, 2004). Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit sebagai suatu organisasi, selain memiliki dampak negatif karena keberadaannya sebagai suatu perusahaan industri, juga memiliki beberapa dampak yang dapat menguntungkan masyarakat sekitar lingkungan pabrik tersebut. Melihat dari pernyataan Jatmiko diatas, ternyata sebagai suatu perusahaan, PKS telah membantu menampung hasil panen
21
masyarakat yang akan menunjang produktifitas perusahaan. Selain itu tenaga kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan dapat direkrut dari masyarakat yang berada dilingkungan sekitar pabrik yang dan dengan tanggung-jawab sosial, perusahaan tentu telah membantu keseimbangan sosial masyarakat disekitar lingkungan
perusahaan.
Kesemuanya
ini
bagi
masyarakat
tentu
sangat
berpengaruh untuk meningkatkan perekonomian mereka. Menurut Ahyari (2002), manajemen perusahaan yang akan mendirikan suatu pabrik pada suatu lokasi tertentu, sangat perlu untuk mempertimbangkan sikap dari masyarakat pada daerah yang dipertimbangkan untuk pendirian pabrik tersebut. Hal ini perlu untuk dipertimbangkan karena sikap dari masyarakat setempat tersebut akan dapat mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perkembangan perusahaan yang bersangkutan ini pada waktu-waktu yang akan datang. Menurut Amsyari (1990) dapat dinyatakan bahwa pada hakekatnya didalam lingkungan buatan manusia terjadi suatu siklus yang berputar, yakni: manusia berusaha untuk tetap hidup dengan layak, sehingga manusia mengolah lingkungan alamiah menjadi lingkungan buatan yang penuh dengan kreasi-kreasi barunya. Oleh perubahan-perubahan
yang
dilakukan,
mereka
kemudian
berhadapan pula dengan bahan pencemar yang akhirnya akan merugikan eksistensi mereka sendiri.
22
2.5. Strategi dan Dampak Sosial Ekonomi 2.5.1. Manajemen Strategi Menurut David (2002), mengenali visi/misi, sasaran, strategi organisasi yang telah diterapkan merupakan titik awal yang logis untuk manajemen strategik. Manajemen Strategik merupakan seni (art) dan ilmu (science) dalam membuat formulasi, implementasi, dan evaluasi keputusan yang memungkinkan sebuah organisasi mencapai tujuannya. Tujuan dari menejemen strategi adalah untuk memanfaatkan dan menciptakan kesempatan berbeda dimasa yang akan datang atau perencanaan jangka panjang, atau mencoba untuk mengoptimalkan hari esok dengan kecenderungan hari ini. Proses manajemen strategik bersifat dinamis dan berkelanjutan, suatu perubahan dalam salah satu komponen utama dalam model dapat memaksa perubahan dalam salah satu atau semua komponen lainnya. Oleh karena itu, aktivitas merumuskan, mengimplementasikan dan mengevaluasi strategi harus dilaksanakan secara terus-menerus, sehingga proses manajemen strategik tidak pernah berakhir. Sedangkan menurut Pearce dan Robinson (1997), manajemen strategik didefenisikan sebagai sekumpulan dari keputusan-keputusan dan tindakan yang dihasilkan dari formulasi dan implementasi dari rencana-rencana yang didesain untuk mencapai sebuah tujuan perusahaan. Manajemen strategik sangat bermanfaat dan berperan dalam menghasilkan banyak hal. Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (1999), manajemen strategik dapat diterapkan untuk (a) menentukan batasan kegiatan yang akan dilakukan,
23
(b) membantu proses identifikasi, pemilihan prioritas dan eksploitasi kegiatan, (c)
memberikan
kerangka
kerja
untuk
meningkatkan
kooordinasi
dan
pengendalian, (d) mengarahkan dan membentuk kultur organisasi, (e) menjaga kebijakan yang taat asas dan sesuai, (f) mengintegrasikan perilaku individu ke dalam perilaku kolektif, (g) meminimalkan implikasi akibat adanya perubahan kondisi, (h) menciptakan kerangka kerja dalam komunikasi internal, dan (i) memberikan kedisiplinan dan formalitas manajemen. Proses manajemen strategik terdiri
dari tiga tahap yaitu formulasi,
implementasi dan evaluasi strategi. Yang termasuk didalam tahap formulasi strategi adalah membangun visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi, menentukan kekuatan dan kelemahan internal, menetapkan tujuan jangka panjang, menentukan strategi alternatif dan memilih strategi tertentu. Tahap implementasi strategi sering disebut dengan tahapan aksi dari manajmen strategik. Implementasi strategi berarti mengerahkan pekerja dan menejer untuk menjalankan strategi yang telah disusun. Tahapan ini merupakan tahapan paling sulit dalam manajemen strategik, oleh karena itu untuk kesuksesan implementasi dari sebuah strategi tergantung dari kemampuan menejer untuk memotivasi pekerja dimana kegiatan memotivasi tersebut lebih sebagai sebuah seni dari sebuah ilmu pengetahuan. Tahapan terakhir dari manajemen strategik adalah mengevaluasi strategi. 2.5.2. Dampak Sosial Ekonomi Dalam pengelolaan dampak sosial ekonomi, menurut Myrdal (1968), permasalahan dibidang ekonomi harus ditempatkan dalam konteks kehidupan masyarakat secara menyeluruh pada tahap kehidupan yang kongkrit dan realistis.
24
Artinya pendekatan terhadap permasalahan ekonomi harus didasarkan pada variabel- variabel politik dan sosial. Lebih lanjut, Myrdal (1968) berpendapat bahwa ketimpangan dan kesenjangan yang melekat dalam tata susunan masyarakat dapat diatasi dan harus ditanggulangi oleh kebijakan negara yang ditujukan pada perubahan dalam struktur kekuasaan politik (dengan membatasi konsentrasi kekuasaan politik), perubahan pada haluan pandangan diantara golongan-golongan masyarakat melalui pendidikan dalam arti luas dan pembinaan lembaga pergaulan hidup. Inti pemikiran mengenai perkembangan ekonomi masyarakat ialah berlakunya kecenderungan cummulative causation atau asas sebab akibat yang bersifat kumulatif. Kecenderungan cummulative causation menunjuk pada gerak perkembangan atau pembangunan ekonomi yang menyimpang dari ekuilibrium atau keseimbangan, maka akibat dari sebab semula akan semakin terasa kumulatif. Pemikiran tersebut, adalah konsep pengertian tentang dampak sosial ekonomi yang bersifat negatif dan dampak yang bersifat positif dari tindakan pembangunan di suatu wilayah/negara. Dampak negatif ini timbul sebagai akibat dari perkembangan atau pembangunan ekonomi di suatu wilayah atau negara sebagai akibat dari kegagalan membuat skema interaksi yang ideal antara variabel- variabel politik, ekonomi dan sosial. Dampak positif yang disebabkan oleh kegiatan atau pembangunan ekonomi berupa faedah- faedah pada kegiatan di bidang lainnya. Jadi pembangunan atau produksi barang dan jasa publik oleh suatu wilayah/daerah, misalnya haruslah memperhitungkan secara tepat dalam interaksi dari proses produksi barang dan jasa publik itu dengan variabel politik dan sosial. Kegagalan dalam membuat skema interaksi yang ideal antara variabel-
25
variabel politik, ekonomi dan sosial dapat menimbulkan dampak negatif yang besar dimana produk dan jasa itu dihasilkan. Proses industrialisasi di suatu daerah/wilayah (seperti pendirian pabrik) dapat membawa dampak positif yang sangat besar berupa faedah- faedah kepada berbagai sektor lainnya. Namun dalam masyarakat dimana kegiatan ekonominya masih terletak pada tingkat yang rendah (seperti
halnya masyarakat yang bekerja disektor
informal), faktor- faktor yang menimbulkan dampak positif yang dapat menyebar pada umum terasa masih lemah. Dalam keadan tidak seimbang yang masih bersifat struktural, dampak negatif dirasakan lebih kuat dari dampak positif. Ahyari (2002), mengungkapkan bahwa dalam memicu percepatan pembangunan melalui pendirian suatu usaha pabrikasi, dampak sosial ekonomi dapat diartikan sebagai sebuah akibat yang harus diterima oleh masyarakat yang disebabkan oleh pembangunan ekonomi yang menginteraksikan antara variabelvariabel ekonomi, politik dan sosial. Artinya, apabila arah pembangunan itu menjauh/menyimpang dari keseimbangan, maka dampak sosial yang tampil adalah buruk. Apabila suatu pembangunan memperhatikan dan menjadikan variabel sosial dan ekonomi serta politik dalam suatu bentuk keseimbangan yang tepat, maka dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan ekonomi itu dapat positif. Menurut Word Bank (2000), pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dicerminkan oleh keadaan dimana pertumbuhan ekonomi didukung melalui akumulasi aset yang tidak mengalami distorsi, adanya dukungan publik untuk mengembangkan pendidikan, memperbaiki kesejahteraan masyarakat yang melindungi
sumber
daya
alam.
Supaya
pertumbuhan
ekonomi
dapat
26
berkelanjutan, aset-aset utama dalam perekonomian berupa fisik dan keuangan, manusia dan sosial, alam dan lingkungan perlu tumbuh tanpa distorsi atau berada pada tingkat keseimbangan yang baik. Oleh sebab itu pemerintah tingkat Kabupaten hingga Desa sudah selayaknya memperhatikan lingkungan dimana pabrik akan didirikan agar tidak menimbulkan masalah.
2.6. Metode Perancangan Program Dalam menyusun rancangan program, Konsep analisis yang digunakan adalah, analisis SWOT deskriftif denga n unit analisis Kabupaten Kampar, dan Meta Matrik situs tertata, merupakan faktor kunci agar didapat perencanaan yang strategis dan disusun konsep-konsep manajemen yang strategis. Selain itu bisa ditentukan metode- metode partisipatif yang akan digunakan dalam perencanaan pembangunan daerah, dapat dilihat pada gambar 1.
Identifikasi Masalah
Analisis SWOT
Analisis Meta Matrik Logical Framework Approach
( LFA)
Rancangan Program
Gambar 1. Konsep Analisis Dalam Perancangan Program.
27
Setelah ditetapkan strategi pengembangan dan penanggula ngan dampak keberadaan PKS di Kabupaten Kampar, selanjutnya disusun rancangan program untuk direkomendasikan kepada pihak terkait. Perancangan program dimaksud dilakukan dengan metoda Logical Frame Approach (LFA) dan melibatkan stakeholders terkait. Pemilihan metoda ini didasarkan pada pemikiran bahwa dapat digunakan untuk menganalisis masalah dimulai dari menentukan masalah pokok dan menentukan masalah prioritas. Dalam hal ini metoda LFA lebih aplikatif untuk dilaksanakan dalam upaya mengatasi dampak yang timbul dan menyanggupi sebahagian keinginan masyarakat. Menurut Tonny (2003), pendekan perancangan program dengan LFA dapat dipilih karena beberapa ciri spesifik yang terdapat pada LFA, yaitu: 1. Menggunakan tehnik visualisasi yang mampu membantu meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses perencanaan dan pengelolaan program; 2. Merumuskan tujuan-tujuan secara jelas sehingga ikut mendorong tercapainya pengambilan keputusan saat ada pendapat dan harapan berbeda dari stakeholders; 3. Menyusun informasi secara sis tematik, memudahkan pengamatan koherensip diantara beberapa komponen program dengan tujuan yang ingin dicapai; 4. Menghasilkan sebuah rancangan program yang konsisten dan realistis, dan 5. Menyajikan ringkasan rencana program pada satu halaman. Prosedur yang dilakukan dalam metoda ini : 1. Tahap pendahuluan. Mengadakan pendekatan dan komunikasi dengan stakeholders terkait tentang hasil kajian, melalui kuisioner.
28
2. Tahap analisis masalah, tujuan, alternatif dan pihak terkait. Menganalisis informasi yang didapat dari stakeholders tersebut, kemudian disusun suatu metode penanggulangan dampak yang bisa didukung oleh pemerintah. 3. Tahap rencana pelaksanaan dan pengendalian. Melakukan sosialisasi terutama kepada kelompok sasaran, sehingga model penanggulangan dimaksud dapat dilaksanakan. Dari pelaksanaan selanjutnya diharapkan dapat terwujud suatu kondisi sosial ekonomi masyarakat yang akan mendukung keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit dan sekaligus membantu meningkatkan mutu masyarakat sekitar PKS.
2.7. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran terhadap dampak sosial ekonomi pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar ini, diawali dengan tujuan pembangunan adalah untuk mewujudkan tingkat kesejahteraan yang lebih baik pada masyarakat di masa mendatang. Selain itu berdasarkan pada Visi dan Misi Provinsi Riau, yang berkeinginan untuk menjadi provinsi paling maju di Indonesia, sekaligus menjadi pusat perekonomian dan pusat budaya melayu di Asia Tenggara pada tahun 2020,
keinginan daerah-daerah yang kaya untuk
melaksanakan otonomi daerah, karena daerah-daerah tersebut menganggap pemerintah pusat tidak merata dalam pembagian hasil daerah. Pembangunan pertanian di Provinsi Riau yang dipandang memiliki prospek cukup baik untuk masa yang akan datang, hal ini ditunjang oleh potensi yang dimiliki oleh Provinsi Riau, yaitu:
29
1. Potensi sumberdaya alam yang cukup luas serta didukung oleh sumberdaya manusia yang terlibat disektor pertanian dalam jumlah yang relatif besar. 2. Tumbuhnya industri dan pariwisata, yang pasti me mbutuhkan hasil atau produk pertanian Letak Provinsi Riau yang strategis, baik dari tingkat pulau Sumatera, maupun keberadaannya pada lintas perdagangan internasional, khususnya negaranegara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Thailand memungkinkan Provinsi Riau untuk dijangkau dengan lebih efisien dibanding dengan daerah lainnya. Provinsi Riau memiliki keunggulan komparatif dalam hal perkebunan kelapa sawit terhadap daerah lainnya, sehingga mendorong berdirinya PKS. Banyaknya PKS yang berdiri di Kabupaten Kampar adalah 25 unit PKS, 6 unit merupakan PKS kategori besar, 13 unit PKS kategori sedang dan 6 unit lainnya merupakan pabrik dengan kategori kecil, tentu akan memberikan dampak bagi masyarakat disekitarnya. Dampak ini bisa dirasakan oleh masyarakat yang merupakan petani sawit ataupun masyarakat yang bukan petani kelapa sawit secara ekternal maupun secara internal, yang secara tidak langsung menimbulkan dampak sosial ekonomi. diharapkan pada akir kajian ini dapat dirumuskan bagai mana strategi mengatasi dampak negatif tersebut yang pada akirnya dapat meningkatkan kualitas sumberdaya masyarakat dan perkonomian Kabupaten Kampar. Secara skematis kerangka berfikir ini dapat disajikan pada gambar 2.
30
Tujuan Pembangunan
Visi dan Misi Riau 2020 Pusat perekonomian di Asia Tenggara
UU No.22/1999 a. Letaknya Strategis b. Keunggulan Komparatif
Pembangunan Pertanian
SDA (Perkebunan Kelapa Sawit)
Industri & Pariwisata
Berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit
Aktivitas pabrik pengolahan kelapa sawit
Internalitas
a. b. c. d.
Eksternalitas
Dampak Sosial Pendidikan Kesehatan Lingkungan Perumahan
Dampak Ekonomi a. Tenaga Kerja b. Lapangan Kerja c. Pendapatan
a. SWOT Deskriptif b. Analisi Meta Matriks
Logical Frame Approach
Program Penanggulangan Dampak Keberadaan Pabrik Kelapa Sawit di Kabupaten Kampar a. Peningkatan Kualitas Hidup Masyarakat b. Peningkatan Perekonomian Kabupaten Kampar
= hubungan langsung = hubungan tidak langsung Gambar 2. Bagan Alir Kerangka Pikir Dampak Sosial Ekonomi Pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar
31
2.8. Defenisi Operasional Defenisi operasional dari kajia n ini meliputi proses pendirian pabrik, pendidikan, pencemaran lingkungan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan lapangan kerja, tingkat pendapatan dan eksternal, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Defenisi Operasional Penanggulangan Dampak Keberadaan pabrik Pengolahan Kelapa sawit di Kabupaten Kampar No
Variabel
1.
Proses Pendirian Pabrik
2.
Sosial a. Pendidikan
b. Pencemaran Lingkungan c. Kesehatan
d. Perumahan
3.
4.
Ekonomi a. Tenaga Kerja
Defenisi Operasional
Cara Ukur
Alat Ukur
Semua yang berhubungan dengan proses pendirian pabrik
Observasi dan Wawancara dengan 6 pertanyaan
Kuisioner
Dampak keberadaan PKS terhadap pendidikan formal
Observasi dan Wawancara dengan 6 pertanyaan Observasi dan Wawancara
Kuisioner
Observasi dan Wawancara dengan 5 pertanyaan Observasi dan Wawancara dengan 10 pertanyaan
Kuisioner
Observasi dan Wawancara dengan 9 pertanyaan Observasi dan Wawancara dengan 5 pertanyaan Observasi dan Wawancara dengan 9 pertanyaan Observasi dan Wawancara dengan 12 pertanyaan
Kuisioner
Dampak pencemaran lingkungan dari keberadaan PKS Dampak keberadaan PKS terhadap penyebaran penyakit Dampak PKS terhadap kondisi rumah masyarakat
Dampak keberadaan PKS terhadap mata pencarian
b. Lapangan Kerja
Dampak keberadaan PKS terhadap sumber-sumber mata pencarian masyarakat
c. Tingkat Pendapatan
Dampak keberadaan PKS pada tingkat pendapatan
Eksternal
Semua dampak yang tidak berhubungan langsung terhadap pendirian pabrik
Kuisioner
Kuisioner
Kuisioner
Kuisioner
Kuisioner
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian telah dilaksanakan di Kabupaten Kampar, Kecamatan Tapung, Tapung Hulu, dan Tapung Hilir. Lokasi ini secara sengaja dipilih dengan alasan pada daerah inilah sentra pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar. Hasil survey pendahuluan diketahui bahwa pabrik pengolahan kelapa sawit berjumlah 25 unit, dimana 6 unit kategori pabrik besar atau maxi, 13 unit kategori pabrik sedang atau midle dan 6 unit kategori pabrik kecil atau mini. Penelitian ini berlangsung selama tiga bulan, terhitung bulan April 2005 sampai dengan Juli 2005.
3.2. Data dan Sumber Data Data yang digunakan dalam studi ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuisioner yang ditujukan pada semua responden. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah yaitu Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar, Biro Pusat Statistik Kabupaten Kampar, Dinas Pendidikan Kabupaten Kampar, Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar dan Puskesmas Tapung. 3.3. Metode Penarikan Sampel Penarikan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Jumlah sampel yang diambil adalah 10 pabrik, terdiri dari 3 pabrik kategori besar,
32
33 4 pabrik kategori sedang dan 3 pabrik kategi kecil, dengan alasan pada setiap pabrik sumber bahan baku tidak sama (inti, plasma, inti-plasma, swadaya) serta waktu pendirian. Pemilihan ini dapat mewakili keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit yang ada di Kabupaten Kampar. Pada setiap lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit dipilih 6 orang responden dengan rincian 3 orang petani sawit dan
3 orang bukan petani sawit pada setiap pabrik pengolahan kelapa
sawit, sehingga jumlah responden adalah 60 orang. Jumlah responden ini dapat mewakili masarakat yang bertempat tinggal di sekitar PKS.
3.4. Metode Pengumpulan Data Data primer yang diambil tentang identitas responden (umur, tingkat pendidikan formal, kondisi kesehatan keluarga, status lahan kebun dan kepemilikannya, pendapatan keluarga, jenis usaha serta pendapatan sebelum dan sesudah adanya Pabik Pengolahan Kelapa Sawit) serta hal- hal lain yang dirasakan dengan keberadaan PKS di lingkungan tinggalnya, baik hal- hal positif ataupun hal- hal yang dianggap negatif. Data sekunder berupa : jumlah pabrik, kondisi perkebunan Kabupaten Kampar (luas lahan, produksi hasil perkebunan) demografi Kabupaten Kampar (keadaan umum daerah, keadaa penduduk, prasarana dan sarana)
3.5. Metode Pengolahan dan Analisis Data. Data yang terkumpul pada penelitian ini diolah secara deskriptif baik kualitatif maupun kuantitatif sehingga bisa menjawab pertanyaan yang ada pada
34 perumusan masalah serta untuk mencapai tujuan penelitian. Untuk itu semua data baik data sekunder maupun data primer ya ng diperoleh diorganisir, ditabulasi dan disusun. Setelah tersusun kemudian dilakukan penafsiran dan pembahasan terhadap data yang ditemukan tersebut. Pengolahan ini dilakukan menggunakan komputer dengan software Microsoft Excel. Untuk menjawab pertanyaan pertama, kedua dan ketiga dari pertanyaan spesifik Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan deskriktif. Dengan mendeskripsikan hal- hal apa sajakah yang dirasakan oleh masyarakat yang bertempat tinggal disekitar pabrik diharapkan dapat mengetahui dampak yang ditimbulkan dari pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit. Untuk membuat suatu rancangan strategi penanggulangan dampak yang timbul, analisa data dilakukan dengan Analisis SWOT Deskriptif dan Meta Matriks Situs yang tertata menurut situs atau kasus ya ng diamati. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan Matrik Prediktor keluaran situs tertata. Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor internal dan eksternal secara sistematis yang didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan peluang yang dimiliki serta meminimalkan kelemahan dan ancaman yang dihadapi. Analisis ini akan menghasilkan empat kelompok alternatif srategi, yaitu alternatif strategi SO, ST, WO dan WT (Rangkuti, 2003). Situs yang dijumpai dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar, dapat dimasukan dalam suatu meta matrik deskriptif situs tertata. Sebuah matriks deskriptif situs tertata menurut situs, berisi data deskriptif tingkat pertama dari semua situs yang ditata menurut variabel penelitian.
35 Penggunaan istilah situs dalam pengertian yang sama dengan kasus. Istilah situs mengacu pada suatu konteks terbatas, dimana seorang mengkaji peristiwaperistiwa, proses dan hasilnya (Miles dan Huberman, 1992). Perbedaan diantara keduanya terletak pada ruang lingkup penggunaan. Penggunaan kasus didasari oleh penggunaan yang khusus, sedangkan situs dapat mengkaji kasus-kasus individual tanpa mengaitkannya dengan cara pandang penelitian kuantitatif. Tabel 3. Meta Matriks Situs Tertata Strategi Penanggulangan Dampak Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar.
SITUS 1 (pengaruh tinggi)
Pengaruh Langsung
Tingkat Meta dan Pengaruh Samping
Positif
Positif
Negatif
Negatif
Pencapaian Sikap Pelaku
SITUS 2 (selanjutnya)
Pencapaian Sikap Pelaku
….. dst
Pengaruh langsung yang dimaksud dalam Tabel 3 adalah dampak yang dirasakan secara langsung oleh responden akibat keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di lingkungannya. Tingkat meta merupakan dampak yang lebih umum yang dirasakan responden, bahkan bisa merupakan sebagai pengaruh sampingan. Pencapaian merupakan dampak yang dirasakan responden baik secara langsung atau pada tingkat meta pada sebuah situs. Sikap merupakan pandangan responden dalam menerima pengaruh yang ditimbulkan oleh keberadaan pabrik
36 pengolahan kelapa sawit. Metode pengolahan dan analisis data pada Penelitian ini dapat dirangkum seperti pada Tabel 4. Tabel 4. Metode Analisis Data Pada Penelitian Strategi Penanggulangan Dampak Keberadaan PKS di Kabupaten Kampar Tujuan
Data Yang Dibutuhkan
Sumber Data
Metode Analisis Data 1. Deskriptif kualitatif
Mengidentifikasi proses pendirian PKS
1. Strategi pembangunan Kabupaten Kampar. 2. Prosedur pra pendirian PKS. 3. Peraturan yang mengatur pelaksanaan pendirian PKS.
1. Pemerintah Daerah 2. Dinas Perkebunan Kabupatan Kampar 3. Observasi
Mengidentifikasi dampak sosial, dampak ekonomi dan eksternalitas dari keberadaan PKS
1. Tingkat kesehatan dan pendidikan masyarakat sekitar PKS sebelum dan sesudah keberadaan PKS. 2. Ketenagakerjaan dan industri di sekitar PKS sebelum dan sesudah pendirian PKS. 3. Estimasi perubahan lingkungan masyarakat sebelum dan sesudah keberadaan PKS. 4. Estimasi perubahan tingkat pendapatan masyarakat, sekitar PKS sebelum dan sesudah pendirian PKS. 5. Estimasi perubahan perilaku masyarakat sekitar PKS sebelum dan sesudah pendirian PKS. 6. Peluang kerja yang dapat diciptakan sebelum dan sesudah keberadaan PKS.
1. BPS. 2. Dinas Perkebunan. 3. Dinas Kesehatan. 4. Dinas Pertanian. 5. Masyarakat sekitar PKS.
1. Deskriptif Kualitatif 2. Deskriptif Kuantitatif
Formulasi strategi penanggulangan dampak keberadaan PKS
1. Model penanggulangan strategi yang diinginkan.
1. Masyarakat sekitar PKS.
1. SWOT Deskriptif 2. Meta Matriks. 3. LFA
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian Dari aspek hidrologi di Kabupaten Kampar terdapat dua aliran sungai yang besar, yakni sungai Kampar dengan panjang 413,5 Km kedalaman rata-rata 7,7 meter dan Sungai Siak yang merupakan bagian hulu dengan panjang 90 Km dan kedalaman rata-rata 8 - 12 meter. Disamping itu terdapat anak sungai kecil dan sebuah waduk buatan yang dipergunakan untuk menggerakan turbin pembangkit tenaga listrik PLTA Koto Panjang (Kampar Dalam Angka, 2004). Kabupaten Kampar beriklim Af (tropika basah) dengan tipe curah hujan A (sangat basah). Suhu udara maksimum berkisar antara 32,6 0 C - 36,5 0C dan suhu minimum berkisar antara 18,2 0 C - 22,0 0 C . Curah hujan 1.500 mm - 2.500 mm per tahun dengan keadaan musim berkisar 8 bulan basah dan 4 bulan lembab, dimana musim hujan jatuh pada bulan September sampai dengan April dan musim kemarau jatuh pada bulan Mei sampai dengan Agustus. Kelembaban maksimum berkisar antara 92% - 100% dan kelembaban minimum berkisar antara 41% - 59% (Kampar Dalam Angka, 2004). Kabupaten Kampar berbatasan sebelah Utara dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak, sebelah Timur dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak, sebelah Selatan dengan Kabupaten Kuantan Singingi serta sebelah Barat dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi Sumatera Barat. Jarak Ibukota Kabupaten Kampar dengan Ibukota Provinsi secara garis lurus adalah 50 km (Kampar Dalam Angka, 2004).
37
38
4.2. Keadaan Penduduk Dari pengolahan data Registrasi Penduduk tahun 2003 di perole h jumlah penduduk Kabupaten Kampar 556.575 jiwa, dengan rincian penduduk laki- laki sebesar 321.533 jiwa dan penduduk perempuan sebesar 235.042 jiwa, mendiami wilayah 11.707,64 km². Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kabupaten Kampar Tahun 2003 Kelompok Laki-laki Perempuan Umur (Thn) (jiwa) (jiwa) 0 – 14 113.569 105.777 15 – 54 149.043 138.818 55 ke atas 25.561 23.807 Jumlah 288.173 268.402 Sumber: Kampar Dalam Angka, 2004.
Jumlah (jiwa) 219.346 287.861 49.368 556.575
Persentase (%) 39,41 51,72 8,87 100
Pada Tabel 5 terlihat bahwa jumlah penduduk Kabupaten Kampar pada usia produktif berjumlah 287.861 jiwa (51,72%) dan tidak produktif (penduduk belum produktif dan tidak produktif) 268.714 jiwa (48,28%). Presentase jumlah penduduk tersebut menggambarkan bahwa Kabupaten Kampar memiliki potensi sumber daya manusia dalam penyediaan tenaga kerja terutama tenaga kerja produktif yang diharapkan mampu mengelola potensi sumber daya alam yang tersedia. Dari Tabel 6 diketahui bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan penduduk Kabupaten Kampar bervariasi dan yang paling besar adalah pada bidang pertanian yang berjumlah 183.384 jiwa (62,45%), sedangkan yang terkecil adalah pada bidang keuangan yaitu 969 jiwa atau 0,33%. Selain itu sebagian besar penduduk
39
tetap meiliki lahan yang dipergunakan untuk pertanian dan perkebunan. Tercatat 184.229 KK memiliki usaha perkebunan rakyat dengan 11 komoditi. Tabel 6. Distribusi Penduduk Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama di Kabupaten Kampar Tahun 1998/2003
No. Lapangan Pekerjaan Utama 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Komunikasi dan Angkutan Keuangan Listrik, Gas dan Air Jasa Jumlah
Tahun 1998 Jumlah Persentase (jiwa) (%) 139.377 58,25 8.183 3,42 4.235 1,77 7.992 3,34 34.455 14,40 8.973 3,75 1.125 0,47 790 0,33 34.144 14,27 239.274 100,00
Tahun 2003 Jumlah Persentase (jiwa) (%) 183.384 62,45 1.821 0,62 8.075 2,75 13.772 4,69 33.329 11,35 13.508 4,60 969 0,33 1.410 0,48 37.382 12,73 293.649 100,00
Sumber : Kampar Dalam Angka, 2004.
Kabupaten Kampar terdiri dari 13 kecamatan, dimana penyebaran penduduk masing- masing kecamatan tersebut berbeda. Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa penyebaran penduduk perkecamatan tidak sama, dan rata-rata jiwa per rumah tangga bervariasi, antara 4 dan 5 jiwa per rumah tangga. Dilihat dari jumlah penduduk setiap kelompok kecamatan, Kelompok kecamatan Bangkinang (Bangkinang, Bangkinang Barat) dan Kampar (Kampar, Kampar Kiri Hulu dan Tambang) memiliki rata-rata penduduk 5 jiwa per rumah tangga. Hal ini disebabkan kecamatan-kecamatan tersebut berada pada jalur jalan lintas antar provinsi di Kabupaten Kampar. Sedangkan kecamatan-kecamatan yang lain terlihat sebaran penduduknya kurang, hanya rata-rata 4 jiwa per rumah tangga karena kecamatan tersebut jauh dari jalan lintas antar Provinsi.
40
Tabel 7. Jumlah Rumah Tangga, Penduduk dan Rata-Rata Jiwa Per Rumah Tangga Menurut Kecamatan di Kabupaten Kampar Tahun 2003 Jumlah No Kecamatan Rumah Penduduk Tangga (KK) (jiwa) 1 Bangkinang 13.665 62.303 2 Bangkinang Barat 6.984 31.462 3 XIII Koto Kampar 7.574 32.923 4 Siak Hulu 15.983 68.727 5 Tapung 13.886 61.487 6 Kampar Kiri 12.484 56.084 7 Kampar 17.981 86.080 8 Tambang 6.630 31.038 9 Tapung Hulu 11.367 47.914 10 Tapung Hilir 9.405 38.636 11 Kampar Kiri Hilir 1.867 7.858 12 Kampar kiri Hulu 2.231 10.871 13 Tapung Kiri 4.831 21.192 Jumlah 124.888 556.575 Sumber : Kampar Dalam Angka, 2004
Rata-Rata (Jiwa/KK) 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 5 4 4
4.3. Prasarana dan Sarana Dalam
rangka
menunjang
pemanfaatan
dan
penggunaan
potensi
sumberdaya pembangunan yang terdapat disuatu daerah secara optimal tidak akan terlepas dari masalah ketersediaan sarana dan prasarana pendukung seperti; a) transportasi, b) kelistrikan dan air bersih, c) lembaga keuangan, d) pendidikan, dan e) kesehatan. a. Transportasi Trasportasi dan komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam menunjang
proses
pembangunan
ekonomi
suatu
wilayah.
Penggerakan
pembangunan dan pemberdayaan ekonomi rakyat terutama yang berada pada
41
wilayah pinggiran kota, dengan adanya sarana transportasi dan komunikasi memegang peranan yang sangat penting dan merupakan salah satu urat nadi pembangunan. Sehingga perkembangan perkebunan sangat membutuhkan kelancaran dalam berkomunikasi dan kelancaran transportasi. Model transportasi yang ada di Kabupaten Kampar terdiri dari transportasi darat dan sungai. Untuk transportasi darat di Kabupaten Kampar, panjang jalan berjumlah 1.940,02 km dengan kondisi permukaan jalan bersama sepanjang 411,97 km (21,24%), karakul sepanjang 1.125,35 (58%) dan jalan tanah sepanjang 402,70 km (20,76%). Mengingat kondisi permukaan jalan sebagian besar masih kerikil dan tanah, maka akibatnya kualitas jalan juga beragam, yakni 11,63% yang berada dalam kondisi baik, 59,28% dalam kondisi sedang dan 29,09% atau sepanjang 540,80 km dalam keadaan rusak. di Kabupaten Kampar terdapat jalan provinsi sepanjang 84,84 km yang seluruhnya dalam kondisi beraspal baik, selain itu juga terdapat jalan kabupaten sepanjang 1.859,58 km dengan kondisi permukaan yang beragam. Fasilitas prasarana transportasi lainnya yang tersedia adalah satu unit terminal bus dengan kondisi yang kurang memadai dan letaknya juga tidak sesuai dengan perkembangan kota dan kebutuhan masyarakat karena terletak di pusat keramaian (Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Kampar Tahun 20022006, 2004). Melihat keadaan seperti ini, dapat dikatakan untuk Kabupaten Kampar masih memerlukan upaya peningatan kualitas jalan, agar aksesibilitas masyarakat, terutama terhadap hasil produksi masyarakat akan semakin lancar.
42
Usaha perkebunan kita ketahui banyak dilakukan jauh dari daerah pinggiran kota. Pada lokasi penelitian masih terlihat sarana transportasi masih belum memadai, dimana kondisi jalan-jalan masih berada dalam kondisi belum diaspal, berlobang- lobang, campuran tanah dan pasir, sehingga apabila terjadi hujan jalan akan menjadi licin dan kendaran besar susah mencapai lokasi petani. Hal ini sering mengakibatkan kerugian bagi petani rakyat akibat dari kondisi jalan tersebut. Dalam pengembangan ekonomi rakyat terutama usaha perkebunan kelapa sawit, kondisi ini menjadi penghambat karena kelapa sawit mempunyai perhatian yang khusus baik dari segi produksi maupun segi pasca produksi. Keterlambatan pasokan pupuk dan disinfektan lain akan menjadi permasalahan terhadap jumlah produksi sedangkan keterlambatan pemanenen dan pemasaran akan menambah biaya produksi. Berkaitan dengan komunikasi didaerah penelitian, terlihat bahwa petani sudah dapat melakukan komunikasi dengan lancar baik komunikasi dengan pihak perusahaan saprodi maupun dengan konsumen pemasaran dengan menggunakan sarana handphone. Komunikasi lain yang didapat oleh masyarakat didaerah penelitian berupa media masa yang umunya berasal dari Provinsi Riau sendiri dan juga media nasional melalui media cetak dan elektronik. b. Kelistrikan dan Air Bersih Di Kabupaten Kampar terdapat sebuah pembangkit listrik tenaga air, PLTA Koto Panjang dengan kapasitas terpasang 114 MW, dan diperkuat lagi oleh 3 unit PLTD dengan daya terpasang 0,34 MW. Dari total kapasitas yang ada
43
sebesar 114,34 MW dan yang digunakan untuk keperluan Kabupaten Kamapar hanya 17,2 MW, sisanya 97,14 MW dijual ke luar kabupaten. Didalam melakukan usaha perkebunan kelapa sawit fasilitas listrik dan air bersih tidaklah terlalu berpengaruh. Dari pengamatan dilapangan diketahui bahwa petani di Kabupaten Kampar telah memamfaatkan sarana penerangan listrik. Dari responden diketahui bahwa ketersediaan sarana listrik membantu berjalannya usaha perkebunannya hanya untuk keperluan pribadi dan pasca panen, terutama dari segi keamanan dan kenyamanan serta ketelitian dalam pembagian keuntungan pasca panen. Dari segi biaya, ketersediaan listrik bagi petani sangat terbantu apabila dibandingkan dengan menggunakan lampu lain. Fasilitas air bersih dikelola oleh Perusahaan Darah Air Minum (PDAM) Tirta Kampar. Kapasitas produksi pada tahun 2002 telah mencapai 1.391.076 m3 , yang diproduksi oleh 5 unit produksi yang berlokasi di Bangkinang, Air Tiris, Kuok, Tambang dan Teratak Buluh. Dari jumlah tersebut yang telah didistribusikan kepada masyarakat mencapai 1.177.470 m3 , dan sisanya dipakai sendiri. Keberadaan fasilitas air bersih ini tidak sampai pada pemukiman penduduk pada lokasi- lokasi pendirian PKS. Air bersih ini tidak berhubungan langsung dengan budidaya perkebunan kelapa sawit. Penggunaan air hanya untuk kehidupan sosial dan pribadi masyarakat. Dari pengamatan dilapangan ketersediaan air bersih petani didapat dari sumur sendiri, hal ini disebabkan air dari PDAM belum sampai kelokasi petani.
44
c. Lembaga Keuangan Majunya dunia usaha berkaitan erat hubungannya dengan keberadaan lembaga keuangan dilokasi tersebut. Pada saat sekarang kondisi masyarakat usaha kecil mengharapkan sekali bantuan permodalan, hal ini dikarenakan usaha kecil masih dihadapi oleh kendala kekurangan modal usaha. Lebaga keuangan yang ada di Kabupaten Kampar didominasi oleh BankBank, baik dari swasta maupun dari pemerintah, selain itu bentuk-bentuk Bank yang ada di Kabupaten Kampar juga bervariasi antara Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat baik BUMN ataupun BUMD. Dari pengamatan dilapangan petani sudah terikat dengan Bank yang sama dengan perusahaan inti. Hal ini sangat membantu petani dan perusahaan berhubungan keuangan dengan menggunakan jasa Bank yang sama untuk mentransfer dana dari inti ke petani atau sebaliknya dari petani ke inti. d. Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu faktor sarana yang dibutuhkan dalam upaya menggerakkan ekonomi kerakyatan. di Kabupaten Kampar sarana pendidikan ini sudah cukup memadai yang dikelola oleh pihak swasta dan pemerintah mulai dari Taman Kanak-kanak/Play Group sampai Perguruan Tinggi, seperti terlihat dalam Tabel 8. Dari 828 lembaga pendidikan yang ada mulai dari TK/RA hingga SLTA/MA di Kabupaten Kampar, aktifitas belajar mengajar dilaksanakan oleh 6.907 orang guru, yang terdiri dari 4.927 orang guru yang mengajar disekolah negeri dan 1.980 orang yang mengajar disekolah swasta. Selain itu jumlah tenaga
45
pendidik pada 327 buah MDA yang aktivitas belajar mengajarnya dilaksanakan oleh 1.675 orang guru dan 20 buah Pondok Pesantren dengan 482 orang guru (Pola Dasar Pembangunan Daerah Tahun 2002-2006, 2004). Tabel 8. Sarana Pendidikan di Daerah Penelitian Tahun 2003 No. 1 2 3 4 5 6
Jenis Sekolah TK/Play Group/RA Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama/MTs Sekolah Lanjutan Tingkat Atas/MA Sekolah Menegah Kejuruan Perguruan Tinggi Total Sumber : Kampar Dalam Angka, 2004
Jumlah (unit) 166 461 141 55 5 4 832
e. Kesehatan. Di Kabupaten Kampar, fasilitas kesehatan sudah cukup memadai, seperti terdapat rumah sakit swasta dan pemerintah serta balai-balai pengobatan yang tersebar merata didaearah penelitian. Dari fasilitas yang tersedia menunjukkan tingkat kesehatan masyarakat cukup diperhatikan, hal ini terlihat dari tersedianya Puskesmas dimasing- masing kecamatan di disetiap sudut kota dibantu dengan Puskesmas keliling, seperti terlihat pada Tabel 9. Jumlah tenaga kesehatan yang melayani masyarakat sampai tahun 2002 berjumlah 680 orang, terdiri dari tenaga medik berupa dokter umum sebanyak 24 orang, dokter gigi sebanyak 16 orang, dokter ahli bedah satu orang, dokter ahli kandungan satu orang, ahli anak satu orang dan dokter ahli lainnya satu orang. Tenaga perawat kesehatan terdiri dari 80 orang tamatan akademi perawat, tamatan sekolah pendidikan keperawatan dan setaranya 206 orang, bidan 139 orang,
46
perawat gigi 16 orang, anastesi 3 orang dan penjenang kesehatan sebanyak satu orang. Selain itu juga terdapat apoteker, sarjana kesehatan masyarakat, gizi, fisioterapi, analis dan sebagainya yang berjumlah 106 orang serta tenaga paramedik lainnya berjumlah 60 orang. Semua tersebar di 11 kecamatan (Pola Dasar Pembangunan Daerah Tahun 2002-2006, 2004). Tabel 9. Fasilitas Sarana Kesehatan di Kabupaten Kampar Tahun 2003 No. 1 2 3 4 5 6
Sarana Kesehatan Rumah sakit umum Balai/klinik pengobatan Puskesmas Puskesmas pembantu Puskesmas keliling Posyandu Total
Jumlah (unit) 1 14 17 107 18 468 625
Sumber: Kampar Dalam Angka, 2004.
4.4. Perkembangan Perkebunan di Kabupaten Kampar Perkembangan industri kelapa sawit di Indonesia dalam beberapa dekade terakhir menunjukan kondisi yang signifikan. Luasan perkebunan sawit Indonesia pada tahun 1999 berjumlah 2,7 juta hektar. Pada tahun 2003 luasan tersebut bertambah hingga mencapai 4,8 juta hektar. Dengan luasan terbut yang telah memberikan produktifitas dengan tingkat yang bagus adalah 7 persen per tahun. Dari luasan lahan perkebunan tersebut, sebesar 1,3 juta hektar berada di Provinsi Riau. Luasan perkebunan yang didukung oleh sumber daya alam cukup mendukung dalam pengembangan komoditas perkebunan terutama di Kabupaten
47
Kampar yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya untuk memenuhi kebutuhan hasil kebun penduduk. Jumlah luasan kebun di Kabupaten Kampar pada tahun 2000 - 2004 dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Perkembangan Luas Kebun di Kabupaten Kampar Menurut Komoditi Tahun 2000 - 2004. Luas (Ha) 2000 2001 2002 2003 1 Karet 78.416 81.928 84.443 92.018 2 Kelapa Sawit 215.084 214.516 220.037 233.362 3 Kelapa 2.701 2.726 2.793 2.831 4 Gambir 3.890 4.863 5.163 5.484 5 Antan 1.754 531 492 510 Jumlah 301.845 304.564 312.928 334.205 Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar, 2004. No.
Komoditi
2004 93.166 241.486 2.895 5.597 513 343.567
Dari data dapat dilihat bahwa untuk kebun besar lebih dominan kebun kelapa sawit dibanding kebun lainnya, terlihat bahwa kebun kelapa sawit memiliki luasan 241.486 Ha. Luasan kebun antan merupakan luasan yang terkecil dengan jumlah 513 Ha. Produksi hasil perkebunan tahun 2004 di Kabupaten Kampar mencapai 732.641 Ton, hal ini nampak mengalami peningkatan produksi dari tahun-tahun sebelumnya. Hal ini sebagaimana yang terlihat pada Tabel 11. Berdasarkan kesesuaian/kecocokan kondisi agroklimat dan agroekosistim terlihat adanya dukungan prospek serta potensi perkebunan yang dapat dikembangkan. Dari data tersebut terlihat bahwa komoditas yang terbesar untuk terus dikembangkan oleh masyarakat adalah kebun kelapa sawit. Potensi yang tersedia dari hasil perkebunan kelapa sawit ini tentu saja menjanjikan untuk terus dikembangkannya pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit.
48
Tabel 11. Perkembangan Produksi Hasil Perkebunan di Kabupaten Kampar Tahun 2000 - 2004 No.
Komoditi
Produksi (Ton) 2000
2001
2002
2003
2004
31.954
37.263
37.779
48.068
49.653
350.315
487.180
532.445
672.497
679.125
1
Karet
2
Kelapa Sawit
3
Kelapa
1.366
1.560
1.634
1.794
1.905
4
Gambir
1.062
1.486
1.612
1.786
1.745
5 Antan 1.671 178 183 Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Kampar, 2004
198
213
4.5. Karakteristik Responden Responden yang dijadikan sampel dalam penelitian ini terdiri dari petani kelapa sawit yang hubungan denga n perusahaan pengolah kelapa sawit baik yang mempunyai hubungan secara langsung ataupun secara tidak langsung. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 60 responden. Karakteristik responden yang diamati adalah umur, pendidikan, kesehatan, pekerjaan serta pendapatan sebelum dan sesudah berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit. 4.5.1. Umur Umur dapat menggambarkan tingkat kematangan setiap individu petani dalam mengambil tindakan maupun resiko yang akan diperolehnya dikemudian hari. Disamping itu, umur petani juga dapat dijadikan sebagai patokan utama dalam melakukan melakukan usaha usaha, baik itu usaha perkebunan kelapa sawit ataupun usaha- usaha lainya yang dapat mempengaruhi tingkat keseriusan dalam
49
menjalankan usahanya. Pada umumnya indikator umur sering dikaitkan dengan angkatan kerja, baik produktif maupun yang non produktif serta tingkat kesehatan. Kisaran umur responden yang diteliti berkisar antara 20 tahun sampai dengan 50 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar petani kelapa sawit merupakan angkatan kerja yang digolongkan produktif. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur di Kabupaten Kampar Tahun 2005
No 1. 2. 3. 4.
Umur Petani (tahun) 20 – 29 30 – 39 40 – 49 = 50 Jumlah
Jumlah (orang) 5 16 28 11 60
Persentase (%) 8,33 26,67 46,67 18,33 100,00
Terlihat bahwa distribusi umur responden yang terbesar berada pada kelompok umur 40 - 49 tahun yaitu sebanyak 28 orang atau 46,67%. Dilain pihak kelompok umur antara 30 sampai dengan 39 berjumlah 16 orang atau 26,67% yang menduduki urutan ke dua, kelompok umur 50 tahun serta lebih sebanyak 11 orang atau 18,33% yang menduduki urutan ke tiga, dan kelompok umur antara 20 sampai dengan 29 sebanyak 5 orang atau 8,33% merupakan kelompok umur responden yang paling sedikit. Dari sebaran kelompok tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan usaha budidaya tanaman kelapa sawit lebih banyak dilakukan oleh petani yang memiliki umur yang berkisar antara 40 sampai dengan 49 tahun atau dengan kata
50
lain bahwa pada kelompok tersebut merupakan kelompok umur produktif yang paling dominan dari responden. 4.5.2. Tingkat Pendidikan Responden Dari hasil pengumpulan data dilapangan, tingkat pendidikan yang relatif bervariasi yaitu dari tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Dari kondisi tersebut diperoleh gambaran bahwa responden dapat menyelesaikan pendidikan formalnya sesuai dengan tingkatan masing- masing. Pada Tabel 13 disajikan data tentang tingkat pendidikan serta lamanya pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden. Tabel 13. Distribusi Responden Menururt Tingkat Pendidikan di Kabupaten Kampar Tahun 2005
Kelompok I II III IV
Tingkat Pendidikan SD SLTP SLTA PT Jumlah
Lama Pendidikan (tahun) 6 9 12 = 13
Jumlah (orang) 29 21 8 2 60
Persentase (%) 48,33 35,00 13,33 3,33 100,00
Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh responden dilokasi penelitian umumnya didominasi oleh pendidikan tingkat Sekolah Dasar dan pada tingkat Pendidikan Tinggi yaitu 2 orang, artinya jika tingkat strata pendikan seseorang adalah faktor yang paling mendasar yang menetukan tingkat kualitas seseorang, maka data tabel 12 memperlihatkan kualitas sumber daya manusia pada kelompok III (SLTA) dan IV (PT) jauh lebih baik dari kelompok I (SD) dan II (SLTP) .
51
4.5.3. Tingkat Kesehatan Responden Kesehatan merupakan faktor yang tidak kalah pentingnya dari faktorfaktor lain, karena walaupun semua kebutuhan lain terpenuhi bila kita sakit maka semuanya itu tidak ada artinya. Kesehatan sangat terpengaruh oleh kemampuan seseorang menerima perubahan yang terjadi, salah satunya faktor lingkungan, oleh karena itu demi terciptanya kesehatan yang baik adalah berawal dari kebersihan diri sendiri dan lingkungan. Penyebaran fasilitas kesehatan di Kabupaten Kampar merata hampir diseluruh kota kecamatan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Sebaran Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Kampar Tahun 2003 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Kecamatan
Jumlah Fasilitas (unit)
Pemerintah Bangkinang 16 Bangkinang Barat 11 XIII Koto Kampar 11 Siak Hulu 14 Tapung 13 Kampar Kiri 12 Kampar 15 Tambang 8 Tapung Hulu 11 Tapung Hilir 10 Kampar Kiri Hilir 7 Kampar kiri Hulu 6
Tapung Kiri 9 Jumlah 143 Sumber : Kampar Dalam Angka, 2004
Swasta 2 2 1 1 2 1 1 0 1 1 0 1 1 14
Total (unit) 18 13 12 15 15 13 16 8 12 11 7 7 10 157
Secara umum, untuk tingkat kesehatan responden dapat dikatakan bahwa responden dan keluarga nya berada dalam kelompok sehat. Hal ini menurut mereka karena telah banyak tersedianya fasilitas-fasilitas kesehatan, baik milik
52
pemerintah ataupun milik swasta. Untuk pelayanan kesehatan, selain telah tersedianya berbagai fasilitas utama, juga terdapat sejumlah fasilitas pendukung lainnya, seperti, Apotek, dan Laboratorium Klinis. 4.5.4 Jenis Usaha Responden Pekerjaan utama responden adalah ada dua variabel yang pertama petani perkebunan kelapa sawit, dan yang kedua bukan petani kelapa sawit, Untuk lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Distribusi Responden Menurut Status Usaha di Kabupaten Kampar Tahun 2005 Status Usaha Perkebunan kelapa sawit Non Perkebunan Total
Jumlah (jiwa) 30 30 60
Persentase (%) 50,00 50,00 100,00
Pada Tabel 15 terlihat bahwa responden yang diambil lebih banyak berasal dari mereka yang bukan petani perkebunan kelapa sawit. Bagi Responden usaha utama perkebunan
kelapa sawit akan memberikan dampak positif terhadap
keberadaan PKS, masalah pemasaran hasil dan transportasi dapat diatasi akan tetapi sedikit sekali merasakan dampak negatifnya, sebaliknya renponden yang bukan usaha utamanya perkebunan kelapa sawit merasakan dampak posif akan tetapi dampak negatif juga sangat berpengaruh terhadap tatanan sosial kehidupan keluarganya, na mun dilain pihak secara tidak langsung bisa dimanfaatkan sebagai usaha- usaha yang dapat menunjang ekonomi seperti terbukanya peluang usaha perdagangan, trasportasi angkutan buah yang sifatnya memberikan kontribusi ekonomi keluarga.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Proses Pembangunan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Keharusan untuk mendirikan pabrik pengolahan kelapa sawit bagi perusahaan swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang memiliki kebun inti atau plasma akan memberikan dampak pada masyarakat baik dampak positif atau dampak negati. Dalam proses pemberian rekomendasi terhadap berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit, bila tidak direncanakan secara cermat akan menimbulkan dampak negatif bagi pencemaran lingkungan dan tingkat kesehatan masyarakat di sekitar pabrik. Penentuan
lokasi
pabrik
harus
mempergunakan
pertimbangan-
pertimbangan yang mendalam, karena penentuan lokasi pabrik merupakan suatu kebijakan yang akan dipergunakan dalam jangka panjang. Dalam perencanaan pemilihan lokasi pendirian pabrik, peraturan daerah setempat selayaknya dijadikan bahan pertimbangan yang sangat penting. Pada umumnya masingmasing daerah mempunyai peraturan tersendiri yang mengatur masalah pembagian daerah untuk industri, pemukiman, jalur hijau dan sebagainya. Selain itu setiap daerah juga memiliki jalur birokrasi yang dapat menyebabkan proses pendirian pabrik membutuhkan waktu cukup lama terutama dalam pengurusan perizinan. Menurut Ahyari (2002), perlu dimengerti bahwa akan terdapat beberapa perusahaan tertentu yang karena proses produksi sebaiknya mendirikan pabrik dari perusahaan tersebut dalam jarak yang cukup jauh dari lokasi pemukiman
53
54
penduduk. Hal ini disebabkan oleh proses produksi dari perusahaan yang bersangkutan ini akan dapat menimbulkan gangguan masyarakat, misalnya menyebarkan bau yang tidak sedap atau tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh pabrik tersebut yang cukup tinggi. Selain itu terdapat pula beberapa perusahaan yang dikhawatirkan akan mengakibatkan pencemaran lingkungan, gangguan keamanan dan lain sebagainya. Sebagai bahan pertimbangan bagi pengusaha pabrik pengolahan kelapa sawit dan stakeholders terkait dalam pemberian rekomendasi, pada Tabel 16 dapat dilihat tanggapan negatif masyarakat terhadap keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit. Tabel 16.
No 1 2 3 4
Tanggapan Negatif Masyarakat Terhadap Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit
Polusi Udara Air Sampah Lainnya
Tanggapan Terganggu Khawatir Terganggu Ada
Alasan Masyarakat Bau dan debu. Khawatir limbah pabrik yang dibuang ke sungai. Janjangan kosong berserakan dijalanan. - Banyaknya lalat terutama musim kemarau, dikhawatirkan bisa menularkan berbagai macam jenis penyakit. - Munculnya lalat- lalat kecil pada sore hari. - Suara bising pada malam hari disaat pemanasan mesin pabrik mengganggu kenyamanan.
Pencemaran udara yang menimbulkan bau dan debu, merupakan bagian dari proses pengolahan di PKS, baik secara langsung atau secara tidak langsung. Bau merupakan dampak langsung akibat dari proses pengolahan Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm Oil. Debu merupakan dampak tidak langsung dari pengangkutan Tandan Buah Segar. Hal ini harus mendapat perhatian perusahaan
55
agar transportasi Tandan Buah Segar harus dipisahkan dari jalan yang juga digunakan masyarakat. Sampah yang ditimbulkan merupakan dampak dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit berupa sisa dari proses pengolahan Tandan Buah Segar menjadi Crude Palm Oil, terutama adalah tercecernya janjangan kosong di jalan pada pembuangan akhir serta sampah dari limbah kantin yang terdapat disekitar pabrik. Selain itu juga adanya brondolan yang tercecer di jalanan ketika pengangkutan Tandan Buah Segar ke pabrik pengolahan kelapa sawit. Pada musim kemarau, lalat- lalat yang berterbangan akan sampai ke pemukiman masyarakat. Lalat yang diyakini masyarakat dapat menjadi mediator penularan penyakit, diduga berasal dari tempat pembuangan janjangan kosong yang dekat dengan pemukiman masyarakat. Selain lalat juga terdapat binatangbinatang kecil menyerupai lalat bercangkang keras yang beterbangan dalam jumlah yang sangat besar pada sore hari yang bisa mengganggu kenyaman masyarakat terutama pengendara sepeda motor. Kekhawatiran masyarakat terhadap pencemaran air adalah, ada pabrik pengolahan kelapa sawit yang membuang limbah ke sungai. Kekhawatiran ini terjadi karena masyarakat tidak mengetahui bahwa dalam syarat mendirikan pabrik pengolahan kelapa sawit, pabrik juga diharuskan membuat rancangan pengolahan limbah yang sempurna serta diikuti dengan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang konsisten. Kekhawatiran tersebut sangat beralasan, 60% pabrik pengolahan kelapa sawit mengenai dampak lingkungan.
tidak menerapkan analisa
56
Gangguan lainnya adalah kebisingan yang bersumber dari kegiatan pabrik pada saat melakukan pemanasan mesin untuk proses produksinya pada malam hari. Gangguan suara ini terjadi pada saat malam hari terutama tengah malam disaat masyarakat sedang beristirahat. Terganggunya kenyaman masyarakat terutama dirasakan hingga jarak hingga 2 km dari lokasi pabrik pengolahan kelapa sawit. Berdasarkan uraian tersebut, proses pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit kurang memperhatikan aspek lingkungan, dimana 60% pendirian parik berada tidak jauh dari lokasi perumahan masyarakat. Peranan stakeholders terkait tidak dirasa karena mereka kurang memahami permasalahan lingkungan hidup.
5.2. Dampak Sosial Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Dalam penelitian ini aspek sosial yang diamati meliputi beberapa aspek kehidupan masyarakat berupa pendidikan, kesehatan, sumber air minum, perumahan dan peralatan rumah tangga serta kondisi kesejahteraan masyarakat. a. Tingkat Pendidikan Sumber daya manusia merupakan faktor penting dalam pembangunan. Keadaan pendidikan yang diamati dalam penelitian ini adalah penyebaran kemampuan masyarakat untuk melanjutkan pendidikan formal ke jenjang yang lebih tinggi merupakan dampak dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17.
57
Tabel 17. Sebaran Masyarakat Kabupaten Kampar
Uraian Tidak bisa SD Menamatkan SLTP SLTA PT Jumlah Bisa SD Menamatkan SLTP SLTA PT Jumlah Total
Menurut
Tingkat
Pendidikan
Formal
di
Yang Mencapai Tingkat Pendidikan Sebelum Adanya Pabrik Setelah Adaya Pabrik (%) (%) 8,33 1,67 38,33 5,00 6,67 5,00 8,33 3,33 61,67 15,00 15,00 3,33 16,67 20,00 5,00 51,67 1,67 10,00 38,33 85,00 100,00 100,00
Dari Tabel 17 dapat dijelaskan bahwa sebelum adanya pabrik 38,33% dari masyarakat tidak bisa menamatkan SLTP, tetapi setelah adanya pabrik 51,67% masyarakat bisa menamatkan SLTA. Hal ini menunjukan bahwa keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif kepada masyarakat terhadap pendidikan formal. Kesadaran masyarakat yang semakin meningkat tentang perlunya pendidikan merupakan bagian dari migrasi masyarakat dari berbagai daerah seperti Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Jawa. Disamping itu migrasi penduduk
juga
dapat
memberikan
dampak
berdirinya
lembaga- lembaga
pendidikan baru baik negeri ataupun swasta, disamping meningkatnya kesejahteraan masyarakat dari kondisi sebelum ada pabrik.
58
b. Pencemaran Lingkungan Pencemaran udara yang terjadi terhadap penyebaran masyarakat disekitar pabrik pengolahan kelapa sawit berupa emisi tidak menunjukan dampak negatif. Akan tetapi dampak negatif pencemaran udara ini diakibatkan dari transportasi pengangkutan Tandan Buah Segar, sebagai bahan baku olahan pabrik, karena dapat menimbulkan debu bagi pengguna jalan yang sama. Pembuangan janjangan kosong sisa hasil olahan pabrik dilakukan oleh perusahaan yang mempunyai kebun inti yang melakukan pembuangan disekitar lokasi pemukiman masyarakat yang tersebar di daerah inti. Berdasarkan pengamatan dilapangan 90% pabrik Pengolahan Kelapa Sawit mempunyai perkebunan inti, dari persentase tersebut 67,5% pabrik membuang janjangan kosong pada kebun inti mereka. Menurut Lubis (1990), ampas dan cangkang sawit dapat dijadikan pupuk untuk tanaman, terutama pada perkebunan kelapa sawit. Hal ini menyebabkan perusahaan ataupun pengusaha perkebunan kelapa sawit menempatkan janjangan kosong tersebut tanpa memperhatikan jarak perkebunan inti berada dekat atau tidak dengan lokasi pemukiman masyarakat. Selain udara dan sampah aspek lain dari lingkungan masyarakat pengguna sumber air berdampak positif. Dari Tabel 18 terlihat bahwa 26,67% masyarakat sebelum berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit pengguna sumber air sungai. Setelah berdirinya pabrik, pengguna sumber air sumur lebih meningkat menjadi 95%. Dapat dikatakan keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif terhadap pengguna air sumur.
59
Tabel 18. Penyebaran Masyarakat Berdasarkan Sumber Air di Kabupaten Kampar
No 1 2 3
Uraian Air sungai Air hujan Sumur Total
Sebelum Berdiri pabrik Setelah Berdiri pabrik pengolahan kelapa sawit pengolahan kelapa sawit (%) (%) 26,67 3,33 5,00 1,67 68,33 95,00 100,00 100,00
Kontroversi kekhawatiran masyarakat, pabrik pengolahan kelapa sawit membuang limbah ke sungai. Hal ini dibuktikan dengan kejadian di Desa Petapahan Kecamatan Tapung pada tahun 2002. Terjadi pencemaran air sungai akibat pembuangan limbah ditandai dengan matinya ikan dalam jumlah besar, berubahnya warna air dari kondisi normal dan ditandai dengan penebalan lumpur pada dasar sungai. Bagi masyarakat pengguna sumber air sungai, ini merupakan dampak negatif dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit. Akan tetapi hal ini menjamin masyarakat pengguna sumber air dari aspek kesehatan. c. Tingkat Kesehatan Berdirinya pabrik pengolahan kelapa sawit berdampak negatif terhadap penyebaran masyarakat berdasarkan penyakit yang diderita. Pada Tabel 19 dapat dilihat penyakit Inspeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) menempati urutan tinggi, baik sebelum atau sesudah berdiri pabrik pengolahan kelapa sawit. Artinya keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit tidak memberikan dampak terhadap penyakit ISPA. Penyakit diare menempati urutan kedua, tetapi mengalami
60
peningkatan jumlah penderita. Artinya keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak negatif terhadap penyebaran mayarakat dilingkungan pabrik pengolahan kelapa sawit. Tabel 19. Penyebaran Masyarakat Berdasarkan Penyakit Pernah Diderita di Kabupaten Kampar Penyakit ISPA Diare Jamur Kulit Lainnya (Rematik, Alergi, Malaria) Total
Sebelum Berdirinya pabrik Setelah Berdirinya pabrik (%) (%) 45,00 43,33 43,33 46,67 8,33 5,00 3,34 5,00 100,00
100,00
Pembuangan limbah sampah adalah salah satu faktor penyebab berkembang biaknya lalat. Menurut penelitian Tasliati (2004), lalat merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya diare di Desa Petapahan Kecamatan Tapung. Hal ini dapat dikatakan bahwa pembuangan dan penempatan janjangan kosong yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan masyarakat sangat erat kaitannya terhadap perkembang biakan lalat. Hal ini merupakan salah satu faktor penyebab penyakit diare. Data Dinas Kesehatan Kabupaten Kampar (2004), tercatat penderita penyakit diare sebesar 954 jiwa. Dalam wilayah kerja Puskesmas Tapung, tercatat 654 jiwa terserang diare. Sepuluh penyakit diwilayah kerja Puskesmas Tapung (ISPA, diare, infeksi kulit, kecelakaan, mata, reumatik, alergi kulit, jamur kulit, dan malaria klinik) diare menempati urutan kedua setelah penyakit ISPA (Puskesmas Tapung, 2004)
61
d. Perumahan dan Peralatan Rumah Tangga Rumah sebagai tempat anggota keluarga berkumpul juga memiliki nilai tersendiri dari aspek sosial masyarakat, dapat dilihat pada Tabel 20. Tabel 20. Penyebaran Masyarakat Kabupaten Kampar
Keadaan Rumah Atap a. Genteng b. Seng c. Daun Rumbia Dinding a. Bata b. 1/2 bata c. Papan Lantai a. Semen b. Papan c. Tanah Jenis Rumah a. Permanen b. Semi permanen c. Non permanen
Berdasarkan
Kondisi
Perumahan
di
Sebelum Adanya pabrik pengolahan kelapa sawit (%)
Setelah Adanya pabrik pengolahan kelapa sawit (%)
15,00 81,67 3,33
23,33 76,67 -
20,00 43,33 36,67
73,33 16,67 10,00
78,33 18,33 3,33
93,33 6,67 -
43,33 53,33 3,33
68,33 31,67 -
Dari Tabel 20 terlihat keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif terhadap sebaran masyarakat pengguna atap genteng, dinding bata dan lantai semen. Pergeseran jenis rumah ini disebabkan peningkatan pertumbuhan penduduk yang berada di sekitar pabrik membuka wawasan masyarakat tentang kemajuan-kemajuan dan gaya hidup modern. Hal ini menyebabkan animo masyarakat untuk meningkatkan status sosial melalui penampilan rumah dan didukung oleh peningkatan pendapatan sehingga terjadi pergeseran jenis rumah dari semi permanan menjadi permanen.
62
Secara nyata perubahan kondisi perumahan ini juga menimbulkan dampak negatif, ditandai denga n keinginan masyarakat yang tinggi untuk membangun dan memperbaiki rumahnya. Hal ini mengakibatkan ibu- ibu rumah tangga berorientasi dan berfikir bukan lagi pada pemenuhan kebutuhan dasar rumah tangga, tetapi lebih mendahulukan keinginan sekunder bahkan tertier. Untuk peralatan dan fasilitas rumah tangga memberikan dampak pada meningkatnya fasilitas rumah tangga, atau segala peralatan rumah tangga. Hal ini terjadi karena kesejahteraan dan keinginan memperbaiki taraf hidup juga meningkat.
5.3. Dampak Ekono mi Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit a. Tenaga Kerja dan Lapangan Kerja Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberi dampak terhadap tenaga kerja. Dari Tabel 21 terjadi penurunan pada sektor pertanian tanaman pangan holtikultura, dan konstruksi. Sedangkan peningkatan tenaga kerja terjadi pada perkebunan kelapa sawit dan karyawan pabrik. Hal ini dapat dikatakan bahwa keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif terhadap tenaga kerja dan perluasan lahan perkebunan kelapa sawit. Dampak negatif terjadi pada sektor pertanian tanaman pangan holtikultura yang pada saat ini sangat diperlukan untuk memperkuat ketahanan pangan Kabupaten Kampar.
63
Tabel 21. Penyebaran Penduduk Berdasarkan Pekerjaan Utama di Kabupaten Kampar
No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lapangan Pekerjaan Utama Pertanian (pangan, dan holtikultura) Perkebunan Kelapa Sawit Industri Pengolahan Konstruksi Perdagangan Komunikasi dan Angkutan Listrik, Gas dan Air Jasa (Karyawan Pabrik) Tidak Bekerja
Persentase Persentase Sebelum ada PKS Setelah Ada PKS (%) (%) 23,33 3,33 8,33 46,67 3,33 1,67 36,67 6,67 6,67 10,00 3,33 8,33 0,00 1,67 3,33 20,00 15,00 1,67
Total
100,00
100,00
Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak terhadap lapangan pekerjaan, dapat dilihat pada Tabel 21. Meningkatnya persentase masyarakat yang pekerjaan utama karyawan pabrik adalah akibat adanya pergeseran dari pekerjaan utama kontruksi (buruh bangunan) dan masyarakat yang tidak mempunyai pekerjaan tetap atau pengangguran. Hal ini karena dalam proses pengolahan bahan bakunya pabrik banyak membutuhkan tenaga kerja. Peningkatan pekerjaan juga terjadi pada sektor perdagangan. Keberadaan parik pengolahan kelapa sawit akan memberikan kesempatan kepada pengusaha kecil atau pedagang untuk mengembangkan usahanya, seperti rumah makan dan restoran, kantin-kantin makanan, warung-warung atau toko sembako tumbuh berkembang disekitar pabrik. Artinya bahwa mobilitas penduduk dan ketersediaan tenaga kerja pada operasional pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif kepada masyarakat disekitarnya.
64
Peningkatan bukan saja terjadi pada perdagangan makanan tetapi juga terjadi terhadap pedagang pengumpul, yang mengumpulkan TBS kelapa sawit dari petani kelapa sawit swadaya untuk dipasarkan ke pabrik pengolahan kelapa sawit terdekat. Pada sektor transportasi, terjadi penambahan jumlah kendaraan yang mengangkut TBS ke pabrik. Angkutan ini membutuhkan tenaga kerja untuk memasukkan buah sawit yang terkumpul di tempat pengumpulan hasil (TPH) yang merupakan bahan baku dalam operasional pabrik. Artinya keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif pada sektor transportasi. b. Tingkat Pendapatan Tingkat pendapatan masyarakat diukur
berdasar usaha memenuhi
kebutuhan pokok, sebab pendirian pabrik dalam rentang waktu yang berbeda, dapat dilihat pada Tabel 22. Tabel 22. Penyebaran Penduduk Menurut Pemenuhan Kebutuhan Pokok di Kabupaten Kampar Kondisi Kurang terpenuhi Terpenuhi Lebih dari terpenuhi Total
Sebelum PKS (%)
Setelah PKS (%)
11,67 78,33 10,00
3,33 58,33 38,33
100,00
100,00
Pada Tabel 22 terlihat bahwa keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit meningkatkan pendapatan masyarakat berdasarkan usaha untuk memenuhi kebutuhan pokoknya menimbulkan dampak positif. Penyebaran masyarakat yang
65
dapat memenuhi lebih dari kebutuhan pokok menjadi meningkat, sedangkan masyarakat yang kurang dapat memenuhi kebutuhan pokok sebelum keberadaan pabrik jadi menurun. Hal ini disebabkan oleh keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan kesempatan kerja dan lapangan kerja, serta memberikan dampak positif terhadap perluasan areal perkebunan kelapa sawit. Data ini didukung oleh penelitian mengenai keunggulan suatu sektor pertanian di Kabupaten Kampar yang telah ada sebelumnya. Khairuddin (2003), menyatakan bahwa perkebunan kelapa sawit memiliki keunggulan komparatif dibanding aktifitas pertanian lainnya. Hal tersebut dibuktikan oleh hasil uji Indeks Location Quotient yang dilakukannya untuk menentukan sektor basis ekonomi, menunjukan bahwa nilai LQ yang didapat adalah 4,56. Karena nilai LQ > 1 maka sektor perkebunan kelapa sawit memiliki keunggulan komparatif dibanding sektor pertanian lainnya di Kabupaten Kampar. Dengan adanya kegiatan pabrik pengolahan kelapa sawit merupakan alternatif terbukanya lapangan dan kesempatan kerja bagi masyarakat, namun tidak mudah bagi masyarakat untuk bekerja diperusahaan karena tidak memiliki keahlian yang dibutuhkan perusahaan. Hal ini membuat sebagian masyarakat membuka usaha sendiri untuk memperoleh pendapatan. Saleh (1987) dalam Muchtar (1997) mengatakan bahwa sedikitnya ada 3 (tiga) manfaat dari keberadaan industri kecil yaitu: (1) menciptakan peluang berusaha yang luas dengan pembiayaan relatif murah, (2) industri kecil turut mengambil peranan dalam peningkatan migrasi tabungan domestik, dan (3) industri kecil berkedudukan sebagai komplementer terhadap industri sedang dan besar. Hal ini
66
sejalan dengan kenyataan bahwa bertambahnya jumlah pendud uk menyebabkan mereka berusaha untuk memenuhi kebutuhannya.
5.4. Dampak Eksternal Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit 5.4.1. Bidang Sosial a. Pendidikan Dampak ekternal pada sektor pendidikan karena terjadinya migrasi ke daerah disekitar lokasi pabrik. Hal ini ditandai oleh bertambahnya jumlah sarana pendidikan untuk masyarakat umum (Tabel 23). Penambahan jumlah sarana pendidikan ini diikuti oleh penambahan jumlah tenaga pendidik. Artinya keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit memberikan dampak positif disektor pendidikan. Tabel 23. Jumlah Sarana Pendidikan di Kabupaten Kampar, Tahun 1999/2002 No
Sarana
1 2 3 4 5
Taman Kanak-Kanak Sekolah Dasar Sekolah Menengah Pertama Sekolah Menengah Atas Perguruan Tinggi Jumlah Sumber: Kampar Dalam Angka, 2004
Jumlah (unit) Tahun 1999 Tahun 2002 106 166 429 461 52 141 17 60 3 4 501 666
b. Kesehatan Dampak positif ekternal keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit terhadap kesehatan adalah bertambahnya puskesmas, praktek dokter (umum, spesialis dan gigi), perawat kesehatan, bidan, balai-balai pengobatan dan rumah
67
bersalin yang sebelumnya dalam jumlah kecil (Tabel 24). Dampak negatifnya terjadi persaingan pada balai pengobatan untuk mendapatkan pelanggan kesehatan tanpa melihat kesenjangan sosial dan pada akhirnya masyarakat yang tidak mampu hanya berobat pada pusat kesehatan masyarakat (Puskesmas). Tabel 24. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Kampar, Tahun 1999/2002 No
Fasilitas Kesehatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Rumah Sakit Umum Daerah Puskesmas Non Perawatan Puskesmas Perawatan Puskesmas Pembantu Puskesmas Keliling Dokter Umum Dokter Spesialis Dokter Gigi Perawat Bidan Balai/Klinik Pengobatan dan Rumah Bersalin Jumlah Sumber: Kampar Dalam Angka, 2004
Satuan unit unit unit unit unit orang orang orang orang orang unit
Jumlah Tahun 1999 Tahun 2002 1 1 14 17 3 3 57 107 11 18 18 24 4 7 11 16 170 302 81 139 2 8 373
643
c. Pencemaran Lingkungan Dampak keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit terhadap lingkungan secara eksternal adalah berkembangnya industri rumah tangga disekitar pabrik seperti warung-warung, kerajinan tangan, kantin dan kedai minuman yang mengakibatkan limbah industri rumah tangga dan didukung oleh pertumbuhan penduduk. Selain itu pencemaran juga akibat ceceran air siraman TBS, dilakukan oleh pedagang pengumpul ditempat pengumpulan TBS yang mayoritas berada di desa sebelum dibawa ke pabrik. Pencemaran lain adalah debu yang ditimbulkan
68
oleh kendaraan pengangkut TBS ke PKS milik pedagang pengumpul yang melalui jalan-jalan yang ada dalam desa. 5.4.2. Bidang Ekonomi a. Tenaga dan Lapangan kerja Dampak dari perluasan perkebunan kelapa sawit memberikan lapangan pekerjaan secara tidak langsung bagi masyarakat lokal ataupun pendatang. Pemeliharaan pemberantasan
perkebunan hama
kelapa
penyakit,
sawit
seperti,
pemupukan,
pengendalian
penunasan,
gulma,
pemanenan,
pengangkutan TBS dan lainnya menurut Khairuddin (2003), untuk perkebunan kelapa sawit diseluruh Kabupaten Kampar dengan perbandingan luas per 10 Ha dapat menyerap 4 orang tenaga kerja. Angka tersebut jelas menunjukan bahwa sektor perkebunan kelapa sawit memiliki kemampuan yang besar dalam menyerap tenaga kerja. Selain memberikan kesempatan pekerjaan, perluasan perkebunan juga memberikan perluasan usaha secara eksternal. Kebutuhan akan sarana produksi, memberikan peluang kepada masyarakat untuk menyediakan kios-kios sarana produksi (saprodi). Sensus Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 1999, untuk Kabupaten Kampar menunjukan jumlah penduduk usia kerja yang masuk angkatan kerja sebesar 57,65% dan bukan angkatan kerja 42,35%. Dari angkatan kerja yang ada 89,71% bekerja dan 10,29% mencari pekerjaan. Tingkat pengangguran di Kabupaten Kampar tahun 1999 cenderung meningkat dibanding tahun
69
sebelumnya yaitu dari 7,01% tahun 1998 menjadi 10,29% pada tahun 1999 (Rencana Strategis Kabupaten Kampar Tahun 2001-2005, 2000). Berdasarkan data Statistik Kesejahteraan Rakyat Tahun 2002, di Kabupaten Kampar terdapat 52,76% penduduk yang merupakan angkatan kerja dan 47,24% bukan angkatan kerja. Dari angkatan kerja tersebut yang sedang bekerja adalah 93,53% dan yang sedang mencari pekerjaan adalah 6,47% (Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Kampar Tahun 2002-2006, 2004). Terlihat bahwa tingkat pengangguran pada tahun 2002 menurun dibandingkan tahun 1999. Data BPS Kabupaten Kampar Tahun 1999 dan Tahun 2002 menunjukan terjadinya penambahan jumlah penduduk dan rumah tangga. Tahun 1999, jumlah penduduk 415.344 jiwa, sedangkan secara keseluruhan rumah tangga tercatat 94.086 KK. Pada taun 2002 jumlah penduduk adalah 556.575 jiwa dan rumah tangga 124.888 KK. Bertambahnya jumlah penduduk juga memberikan dampak positif pada bidang angkutan masyarakat seperti banyaknya angkutan pedesaan dan ojek-ojek. Selain itu dampak positif lainnya adalah meningkatnya kebutuhan tenaga kerja di rumah makan, restoran dan kantin-kantin di lokasi sekitar pabrik. Dampak negatif adalah terjadinya peningkatan jumlah penduduk sebagai akibat dari mobilitas penduduk mencari pekerjaan di lokasi- lokasi pabrik dan perkebunan. Masyarakat pendatang ini umumnya menjadi buruh kasar di pabrik dan buruh harian di lokasi perkebunan. Hasil kajian dilapangan menunjukan bahwa masyarakat pendatang umumnya berasal dari daerah tetangga dan sebagian
70
kecil dari pulau Jawa. Migrasi penduduk ini membawa perubahan terhadap budaya daerah tempatan. Selain itu juga terdapatnya rumah-rumah bordir, warung remang-remang, kafe dan berbagai bentuk kriminalitas.
VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN DAMPAK KEBERADAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR
6.1. Visi dan Misi Kabupaten Kampar 6.1.1. Visi Kabupaten Kampar Kabupaten Kampar Negeri Budaya, Berdaya, Dalam Lingkungan Masyarakat Agamis Tahun 2020 (Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Kampar Tahun 2002-2006, 2004). 6.1.2. Misi Kabupaten Kampar Dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Kampar Tahun 2002– 2006 (2004) dinyatakan bahwa misi Kabupaten Kampar adalah: 1. Mewujudkan nilai budaya masyarakat Kampar yang menjamin sistem bermasyarakat dan bernegara untuk menghadapi tantangan global. 2. Meningkatkan manajemen dan kemampuan aparatur dalam mengelola aset daerah dan pelayanan masyarakat. 3. Mewujudkan sumberdaya manusia yang sehat, beriman dan bertaqwa, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, berwawasan kedepan, dan taat pada aturan dan norma yang berlaku dengan dukungan sistem pendidikan untuk menuju masyarakat agamis yang tercermin dalam kerukunan hidup beragama, bermasyarakat, dan bernegara. 4. Mengembangkan ekonomi rakyat yang berbasis pada sumberdaya lokal dengan orientasi pada agribisnis, agroindustri, dan pariwisata, serta mendorong pertumbuhan investasi secara terpadu dan terkait antara swasta,
71
72
masyarakat, dan pemerintah yang berskala lokal, regional, nasional maupun internasional. 5. Mewujudkan pembangunan kawasan seimbang yang dapat menjamin kualitas hidup secara berkesinambungan.
6.2. Permasalahan Pembangunan Kabupaten Kampar Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dalam kerangka pembangunan nasional, dimana tujuannya adalah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Didalam pembangunan pertanian ini, pemerintah berusaha merubah struktur pada berbagai kegiatan masyarakat untuk meningkatkan kemakmuran. Perubahan struktur ini memberikan pengaruh terhadap kegiatan pertanian di hulu, on farm dan hilir. Dalam Pola Dasar Pembangunan Daerah Kabupaten Kampar 2002-2006 (2004), Pengembangan Kabupaten Kampar untuk waktu sekarang dan kedepan masih dihadapkan pada masalah- masalah yang cukup berpengaruh dan sangat penting. Diantara permasalahan yang dihadapi Kabupaten Kampar dibidang sosial dan ekonomi adalah (1) Rendahnya kualitas dan kemampuan sumber daya manusia, menyebabkan rendahnya kemampuan dalam penguasaan teknologi, terbatasnya kemampuan untuk meningkatkan produktivitas, rendahnya daya saing dalam pasar tenaga kerja sehingga banyak kesempatan kerja yang dibuka justru tidak bisa dimanfaatkan oleh tenaga kerja tempatan, dan terbatasnya mobilitas tenaga kerja antar sektor sehingga tingkat pendapatan yang diterima masih belum merata, (2) Tingkat kemiskinan penduduk yang relatif tinggi, disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, kecilnya pemilikan, penguasaan dan
73
pengolahan aset-aset produktif oleh masyarakat, seperti terbatasnya kemampuan dalam mengakses dan mengelola informasi, mengakses dan mengelola sumbersumber
permodalan,
memanfaatkan
teknologi,
dan
rendahnya
kualitas
infrastruktur didaerah pedesaan khususnya yang merupakan kantong-kantong produksi, (3) Dalam menghadapi era perdagangan bebas ini, daya saing produkproduk yang dihasilkan oleh Kabupaten Kampar semakin menghadapi tantangan yang berat, (4) Pada era otonomi, peran pemerintah kabupaten semakin besar, terutama untuk mampu memberikan berbagai bentuk pelayanan publik dalam rangka menjalankan roda pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Untuk itu faktor kelembagaan, aparatur, dan perangkat hukum dalam menjalankan fungsinya masing- masing harus semakin tertata dengan baik sehingga semakin akuntabel dan responsif dalam memberikan pelayanan, dan (5) Letak Kabupaten Kampar yang strategis karena merupakan pintu gerbang untuk menuju ke pusat pemerintahan Provinsi Riau dan menuju ke jalur lintas Sumatera sehingga secara tidak langsung telah memberikan keunggulan komparatif bagi keberadaan Kabupaten
Kampar
dalam
peransertanya
mengembangkan
perekonomian
Provinsi, jika bisa dikelola dan dimanfaatkan dengan baik dan tepat. Namun jika pengelolaan yang dilakukan salah justru akan memberikan dampak negatif bagi Kabupaten Kampar, karena akses yang mudah ini akan dimanfaatkan untuk tindakan-tindakan yang tidak benar. Menyikapi Pola Dasar Pembangunan Kabupaten Kampar Tahun 20022006, terhadap bidang pendidikan sudah selayaknya pemerintah membuat suatu bentuk
peningkatan
peran
serta
masyarakat
dalam
membangun
dan
mengembangkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja,
74
melalui kemitraan antara penyelenggara pendidikan (Pemerintah dan swasta) dengan masyarakat. Hal ini diharapkan akan dapat memberikan peluang kepada masyarakat untuk mengikuti persaingan kerja dan persaingan berusaha. Terhadap bidang perdagangan, diharapkan pemerintah dapat membuat suatu akses kepada produk yang dihasilkan masyarakat. Selain itu pemerintah diharapkan dapat mengembangkan produk-produk daerah dan mengoptimalkan pemanfaatan sarana dan prasarana daerah. Pemerintah diharapkan juga untuk meningkatkan upaya pengawasan dan pengendalian terhadap distribusi barangbarang kebutuhan pokok masyarakat sehingga dapat dicapai kestabilan harga dan kemudahan mendapatkannya. Selain beberapa permasalahan pembangunan tersebut yang dihadapi oleh masyarakat, keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit ternyata juga memberikan permasalahan tersendiri bagi masyarakat Kabupaten Kampar secara umumnya dan penduduk disekitar lokasi pabrik pada khusunya. Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit ini diharapkan memberikan manfaat secara optimal untuk mendukung sumber daya alam daerah, terlebih lagi Kabupaten Kampar memiliki aksesibilitas yang sangat terbuka. Pengoptimalan dimaksud berguna untuk menciptakan pembangunan untuk peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, serta pembangunan daerah. 6.3.
Analisis SWOT Deskripsi
6.3.1. Faktor Strategis Internal Faktor-faktor internal yang mempengaruhi pembangunan Kabupaten Kampar secara umum dibedakan atas faktor yang mendukung (faktor kekuatan) dan faktor yang tidak mendukung (faktor kelemahan). Faktor kekuatan yang
75
berkaitan erat dengan pembangunan di Kabupaten Kampar adalah, sumberdaya alam yamg cukup tinggi, perkembangan industri kecil dan menengah, prasarana jalan yang memadai dan letak Kabupaten Kampar yang strategis. Sedangkan faktor- faktor yang membatasi atau yang menghambat proses pembangunan di Kabupaten Kampar di antaranya adalah, pelayanan publik yang masih rendah, rendahnya kualitas SDM masyarakat serta kurangnya kualitas dan sarana kesehatan yang belum memadai. A. Kekuatan (Strenghts) a. Ketersediaan Sumber Daya Alam Yang Memadai. Faktor ketersediaan sumber daya alam merupakan merupakan faktor utama dalam kegiatan pembangunan di Kabupaten Kampar. Hal ini menjadi sangat penting untuk menjamin kelangsungan pembangunan di Kabupaten Kampar kedepan yang dilakukan secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Sebagai daerah yang telah berkembang cukup lama, maka di Kabupaten Kampar terdapat sejumlah potensi sumberdaya yang terkandung baik sumberdaya alam maupun sumberdaya buatan, telah berhasil dikembangkan dan dimanfaatkan untuk peningkatan masyarakat serta pengembangan Kabupaten Kampar itu sendiri. Hal tersebut dapat dijadikan sebagai salah satu modal awal bagi pengembangan Kabupaten Kampar yang lebih maju lagi sesuai dengan tingkat perkembangan tuntutan pembangunan, masyarakat, dan lingkungan strategis pada masa mendatang. Di sektor pertanian, yang telah berkembang pesat adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Untuk pertanian tanaman pangan terdiri dari tanaman palawija dan hortikultura yang telah dikembangkan oleh
76
masyarakat baik untuk keperluan pasar lokal maupun ekspor ke luar Kabupaten Kampar.
b. Perkembangan Industri Kecil Menengah Sesuai dengan kondisi wilayahnya, dimana Kabupaten Kampar memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup menonjol, maka sektor industri mengalami perkembangan relatif pesat. Sampai dengan tahun 2002 jumlah industri yang cukup berkembang adalah kelompok industri hasil pertanian dan kehutanan (IHPK) dengan jumlahnya mencapai 437 unit usaha. Kelompok indsustri di dominasi oleh industri kayu, rotan, rumput dan sejenisnya berjumlah 250 unit usaha dengan jumlah tenaga ya ng diserap sebanyak 13.538 orang. Kemudian industri makanan berjumlah 140 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja yang diserap sebanyak 1.189 orang, sedangkan industri lainnya berjumlah 47 unit usaha adalah industri minuman, percetakan dan penerbitan, industri karet dan barang dari karet, industri arang briket, dan industri pakan ternak yang menyerap sekitar 756 orang pekerja. Kelompok industri lainnya yang cukup banyak terdapat di Kabupaten Kampar adalah industri logam, mesin, dan kimia (ILMK) mencapai 229 unit usaha. Industri ini secara keseluruhan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 1.067 orang, jenis industrinya adalah terdiri dari industri pandai besi, bengkel las/teralis, reparasi(bengkel) sepeda motor dan boat air, industri batu bata, industri alat pertanian dan lain- lain sebagainya. Kelompok industri lainnya, adalah industri aneka industri (AI) yang jumlahnya hanya 123 unit usaha dengan jumlah tenaga kerja yang diserap adalah 564 orang. Kelompok industri ini yang banyak terdapat adalah, industri
77
konveksi/penjahit, industri foto copy, dan industri lainnya, seperti industri perbaikan
elektronik,
anyaman
pandan,
kerajinan
bambu,
bordir,
sepatu/sandal,dan sebagainya.
c. Prasarana Jalan Model transportasi yang ada di Kabupaten Kampar adalah terdiri dari transportasi darat dan sungai. Untuk transportasi darat di Kabupaten Kampar panjang jalan yang di “Negeri Serambi Mekkah” ini seluruhnya berjumlah 1.940,02 Km dengan kondisi permukaan adalah bersama sepanjang 411,97 Km (21,24 persen), jalan kerikil sepanjang 1.125,35 Km (58,00 persen), dan jalan tanam sepanjang 402,70 Km (20,76 persen). Mengingat kondisi jalan sebagian besar masih kerikil dan tanah, maka akibatnya kualitas jalan beragam yakni 11,63 persen yang berada dalam kondisi baik, 59,28 persen dalam kond isi sedang dan 29,09 persen atau sepanjang 540,80 Km dalam keadaan rusak. Di Kabupaten Kampar terdapat jalan provinsi sepanjang 84,84 Km yang seluruhnya dalam kondisi beraspal, dan jalan kabupaten sepanjang seluruhnya 1.859,58 Km dengan kondisi permukaan yang beragam, sehingga masih diperlukan upaya peningkatan kualitas jalan agar aksesbilitas masyarakat, terutama terhadap hasil produksi masyarakat akan semakin lancar yang pada giliranya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
d. Letak Kabupaten Kampar yang Strategis Kabupaten Kampar terletak pada posisi antara 10o 2, Lintang Utara 101o 40, Bujur Timur dengan batas wilayah adalah:
78
a. Sebelah Utara dengan Kota Pekanbaru dan Kabupaten Siak. b. Sebelah Selatan dengan Kabupaten Kuantan Singingi. c. Sebelah Barat dengan Kabupaten Rokan Hulu dan Provinsi Sumatra Barat. d. Sebelah Timur dengan Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak. Luas wilayah Kabupaten Kampar adalah 11.707,64 Km2 atau ± 12,38 persen dari luas Provinsi Riau dengan kondisi topografinya adalah merupakan daerah dataran rendah, rawa-rawa, dataran tinggi/perbukitan dan sedikit bergunung dengan ketinggian rata-rata sekitar 2-1.000 meter diatas permukaan air laut. Sehingga kondisi jenis tanah yang ada di Kabupaten Kampar terdiri dari 5 (lima) jenis tanah Organosol dan Glei Humus dengan bahan induk Alluvial,jenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan bahan induk Alluvial, jenis tanah Podsolik Merah Kuning dengan Bahan induk batuan endapan dan beku, dan jenis tanah Podsolik Merah Kuning, Latosol, Litosol dengan bahan induk batuan beku. Tekstur tanah yang ada di Kabupaten Kampar pada umumnya adalah liat berpasir dan lempung berpasir.
B. Kelemahan (Weakness) a. Pelayanan Publik Masih Rendah Rendahnya pelayanan publik sampai saat ini disebabkan oleh karena rendahnya kemampuan pemerintah dalam menegakan supremasi hukum, disamping itu kelemahan ini disebabkan oleh adanya peraturan yang masih kurang sesuai dengan tuntutan perkembangan dan agenda reformasi, pada tingkat kesejahteraan aparat dalam menjalankan wewenang pemerintahan belum mantapnya pengawasan aparatur untuk menciptakan pemerintah yang bersih, efisien, efektif dan berwibawa.
79
Pada umunya kebijakan diterapkan secara berjejang yaitu dari tingkat yang lebih tinggi ke tingkat bawahan, kebijakan diberikan ke lembaga yang memiliki keterkaitan langsung dalam kegiatan pembangunan daerah, akan tetapi dalam prateknya lembaga tersebut tidak atau kurang memperhatikan perubahan paradigma yang terjadi dalam kegiatan pembangunan.
Mengoptimalkan
kemampuan lembaga- lembaga pelayanan publik dengan memperhatikan dan tanggap terhadap setiap perubahan yang terjadi merupakan salah satu cara yang harus ditempuh untuk mengatasi kelemahan ini.
b. Rendah Kualitas Dan Kemampuan SDM Masyarakat Keadaan pendidikan suatu wilayah dapat dijadikan sebagai indikator kesiapan penduduk wilayah tersebut dalam menerima perkembangan ilmu dan teknologi. Rendahnya sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Kampar merupakan salah satu faktor penyebab rendahnya kualitas SDM di Kabupaten Kampar. Pada umumnya tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Kampar masih relatif rendah, ini terlihat pada tingginya jumlah murid lulusan SLTP tetapi tidak melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi. Kemampuan
SDM
dalam
mengisi
program
pembangunan
sangat
diperlukan, hal ini dikarenakan pembangunan merupakan kegiatan yang sifatnya berkelanjutan dan berkesinambungan. Dengan kemampuan SDM yang tinggi pada suatu daerah merupakan jaminan berhasil atau tidaknya pembangunan daerah tersebut. Peningkatan kesejahteraan masyarakat juga berawal dari mantapnya sumber daya manusia itu sendiri.
80
c. Kurangnya Kualitas Dan Sarana Kesehatan Belum optimalnya pelaksanaan program-program pembangunan bagi peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan masyarakat khusunya ibu dan anak di Kabupaten Kampar , penyebaran tenaga medis dan paramedis yang belum merata merupakan beberapa deretan utama masalah kesehatan yang dihadapi Kabupaten Kampar. Masalah kesehatan masyarakat adalah suatu bentuk kelemahan dalam pembangunan yang cukup pelik untuk dipecahkan karena memiliki hubungan dengan tingkat kesejahteraan masyarakat itu sendiri, semakin tinggi tingkat kesejahteraan suatu masyarakat maka semakin tinggi pula derajat kesehatan masyarakat tersebut. Sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan masyarakat, minimnya sarana kesehatan seperti balai pengobatan, klinik bersalin, dan praktek dokter serta sarana kendaraan yang dapat digunakan dalam kegiatan operasional kesehatan masyarakat terutama untuk daerah-daerah terpencil yang menjadi suatu kelemahan di Kabupaten Kampar.
d. Sifat Kehidupan Masyarakat yang Agraris dan Tradisional Salah satu ciri dari masyarakat agraris dan tradisional adalah sikap yang sedikit sulit menerima inovasi dan perkembangan ilmu serta teknologi yang terkait dengan kemajuan dan komunikasi pembangunan. Perubahan dianggap sebagai cara-cara baru yang sama sekali asing bagi masyarakat. Keadaan masyarakat Kabupaten Kampar adalah cerminan dari masyarakat agraris yang memandang setiap perubahan merupakan sebagai perubahan terhadap gaya atau adab bertani lama yang misalnya, pembajakan sawah yang dulunya dikerjakan dengan bantuan kerbau berganti dengan perangkat mesin dan penyuburan tanah
81
yang awalnya menggunakan kompos beralih pada pupuk-pupuk kimia dengan komposisi unsur yang telah ditetapkan. Masyarakat Kabupaten Kampar juga cerminan masyarakat tradisional yang masih menggunakan cara-cara lama hampir dalam setiap kegiatan sehariharinya. Masyarakat ini menggunakan alat yang sedehana dalam mengelola tanah (bertani) misalnya menggunakan cangkul, sabit, parang dan lain sebagainya
6.3.2. Faktor Strategis Ekternal Dari hasil wawancara dengan responden dan identifikasi masalah secara umum maka diperoleh faktor strategis eksternal yang mempengaruhi keberhasilan pembangunan di Kabupaten Kampar, eksternal strategis tersebut terdiri atas faktor peluang dan ancaman, yang masing- masing terdiri atas :
A. Peluang (Opportunity)
a. Permintaan Pasar Terhadap Komoditas Perkebunan yang Tinggi Adanya permintaan pasar yang cukup besar terhadap produk perkebunan di Kabupaten Kampar merupakan salah satu peluang atau faktor yang dapat mendorong dalam upaya menarik minat investasi bidang perkebunan Khususnya Perkebunan kelapa sawit. Hingga saat ini minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil), merupakan komoditas unggulan di Kabupaten Kampar yang mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik di pasaran dunia, hal seperti ini merupakan suatu peluang besar untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit baik secara individu atau kelompok bahkan secara skala besar Kabupaten Kampar.
82
b. Tersedianya Kredit Pada dasarnya lembaga permodalan baik institusi perbankan maupun non perbankan sangat terbuka (welcome) dalam menyediakan modal usaha bagi kalangan usaha untuk melakukan kegiatan investasi khususnya di subsektor perkebunan di Kabupaten Kampar, walaupun ketersediaan kredit usaha tersebut tentu saja melalui prosedur dan syarat yang ditetapkan. Peluang ini merupakan salah satu solusi dalam upaya mencari alternatif pemecahan masalah pendanaan modal usaha pada masyarakat dan invstor di Kabupaten Kampar. Pemanfaatan peluang ketersediaan kredit ini diharapkan dapat mengundang investor untuk berinvestasi di Kabupaten Kampar, yang pada akhirnya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
c. Tersedianya Teknologi Perkembangan teknologi yang semakin pesat baik teknologi industri maupun teknologi informasi sangat menunjang pembangunan pada suatu daerah. perkembangan fakror teknologi yang mendukung pembangunan salah satunya adalah teknologi informasi, yang telah membuka peluang yang cukup besar untuk dimanfaatkan dalam rangka pembangunan Kabupaten Kampar kedepan seperti informasi pasar, baik lokal maupun luar negeri akan mudah diperoleh. Disamping itu proses transaksi dengan cepat dapat dilakukan melalui media teknologi informasi tersebut. Dengan demikian secara tidak langsung, akan dapat memotong biaya operasional pada berbagai bidang usaha dalam jumlah yang cukup besar. Ketersediaan teknologi industri dewasa ini sangat membantu dalam pembangunan daerah Kabupaten Kampar. Teknologi-teknologi yang diciptakan tersebut dapat mengefisienkan biaya produksi dalam pembangunan. Dengan
83
efisiennya biaya produksi dapat memberikan keuntungan bagi pelaku usaha. Ketersedia an teknologi baik dibidang industri pengolahan hasil perkebunan maupun industri- industri bidang lainnya, merupakan suatu peluang bagi pembangunan Kabupaten Kampar.
d. Kerjasama Regional Saat ini terdapat peluang kerja sama yang bersifat regional dan interna sional atau dengan negara lain, seperti negara Malaysia dan Singapura. Bentuk-bentuk kerjasama itu antara lain IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura – Growth Triangle), IMT-GT (Indonesia, Malaysia, Thailand – Growth Triangle). Dengan dilakukannya kerjasama internasional ini diharapkan akan diperoleh kesempatan yang lebih luas bagi kalangan pengusaha untuk menjalankan usahanya di Kabuputen Kampar khususnya dibidang subsektor perkebunan. Keterlibatan negara lain dalam bentuk kerjasama internasional sangat dimungkinkan untuk dilakukan dalam upaya pembangunan perkebunan di Kabupaten Kampar. Kerjasama ini sangat potensial kerena ditunjang dengan faktor letak geografis yang cukup strategis dan potensi sumberdaya alam yang cukup tinggi.
B. Ancaman (Threat) a. Perdagangan Bebas (globalisasi) Globalisasi dapat diartikan perpaduan pasar keuangan diseluruh dunia menjadi suatu pasar internasional yang pelakunya adalah seluruh pelaku ekonomi yang berasal dari seluruh negara yang ada didunia. Pasar keuangan dapat dikelompokkan sebagai pasar internal dan pasar eksternal. Artinya, siapa saja atau
84
perusahaan apa saja dapat melakukan globalisasi dengan cara memasuki atau memiliki jaringan yang bagus di pasar internasional. Potensi dan iklim usaha yang cukup kondusif saat ini belum menjamin keberlangsungan usaha pada masa mendatang. Cepat atau lambat kondisi ini akan dipengaruhi oleh datangnya pesaing asing yang berusaha di bidang yang sama. Pada saat itu persaingan usaha menjadi semakin ketat, ditambah dengan diberlakukannya perdagangan bebas (AFTA) secara lebih luas. Implikasi dari kondisi ini menyebabkan daerah yang survive adalah daerah yang mampu bersaing dan selalu memperhatikan perubahan yang terjadi atau adaptable dengan iklim persaingan yang ketat tersebut. b. Persaingan Dengan Daerah Lain Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 dan 25 Tahun 1999 serta disempurnakan melalui Undang-Undang Nomor 32 dan 33 Tahun 2004, memberikan dampak yang sangat signifikan bagi daerah terhadap hak dan kewenangan dalam mengatur rumah tangganya sendiri serta memberikan kebebasan bagi daerah untuk menentukan prioritas pembangunan sesuai dengan potensi yang dimiliki, hal inilah yang dinilai dapat menimbulkan persaingan dengan daerah lain yang mengusahakan investasi dalam kegiatan yang sama dalam rangka peningkatan pendapatan asli daerah (PAD) pada masing- masing daerah. c. Alih Fungsi Lahan. Alih fungsi lahan dapat menjadi salah satu faktor ancaman karena perluasan areal perkebunan kelapa sawit swadaya murni yang dilakukan secara individu atau berkelompok (kelompok tani), akan memberikan ancaman terhadap
85
subsektor pertanian tanaman pangan dan holtikultura. Berdasarkan pada fakta lapangan bahwa penambahan luasan areal perkebunan dari tahun ketahun mengalami peningkatan termasuk tenaga kerja dib idang subsektor ini. Selain itu alih fungsi lahan bukan saja terjadi pada subsektor pertanian akan tetapi terjadi dibeberapa desa eks transmigrasi di Kabupaten Kampar, seperti penggunaan lahan-lahan potensial dan lahan pekarangan awalnya diperuntukkan pemerintah sebagai lahan tanaman holtikultura mengalami perubahan fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit.
86
Tabel 25.
Matriks Analisis SWOT Strategi Pembangunan Kabupaten Kampar STRENGTHS(S)
WEAKNESSES (W)
Internal Faktor S1. Sumber daya alam W1. Pelayan publik yang yang cukup tinggi masih rendah S2. Perkembangan industri W2. Rendahnya kualitas kecil menengah dan kemampuan SDM S3. Prasarana jalan yang masyarakat. memadai W3. Kurangnya kualitas S4. Letak geografis dan sarana kesehatan Kabupaten Kampar yang memadai yang strategis W4.Sifat kehidupan masyarakat yang Eksternal Faktor agraris tradisional OPORTUNITIES (O) O1.Permintaan pasar terhadap komoditas perkebunan yang tinggi O2.Ketersediaan kredit O3.Tersedianya teknologi O4.Kerjasama regional
THREATS (T) T1.Perdaganga bebas (Globalisasi) T2.persaingan dengan daerah lain T3.Alih fungsi lahan
STRATEGI (S-O)
STRATEGI (W-O)
1. Memperluas jaringan 1. Meningkatkan kualitas pemasaran produk yang pelayanan kesehatan dihasilkan oleh (W1, W2, W3, O4). masyarakat (S1, S2, S3, 2. Meningkatkan S4, O1, O2, O3, O4) sumberdaya manusia 2. Meningkatkan kerja masyarakat (W2, W3, sama antar Kabupaten, W4, O3, O4) Provinsi dan luar negeri dalam bidang ekonomi dan perdagangan (S1, S2, S4,O1, O2,O3, O4). 3. Mengoptimalkan pengelolaan SDA untuk kesejahteraan rakyat (S1, S2, S4, O1, O2, O3, O4) STRATEGI (S-T) STRATEGI (W-T) 1. Memanfaatkan 1. Mengembangkan usaha keuggulan komparatif kecil menengah agar Kabupaten Kampar memiliki daya saing (S1, S2, S3, S4, T1, T3) yang kuat akan pasar 2. Pengembangan sistem Global (T1, W4) manajemen lingkungan untuk industri perkebunan (S1,S2, S3, T5)
87
6.4. Strategi Pembangunan Daerah Kabupaten Kampar 6.4.1. Strategi S – O (Strenght – Opportunities) Strategi S-O merupakan strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Dari hasil analisis SWOT tiga strategi S-O sebagai berikut, memperluas jaringan pemasaran produk yang dihasilkan oleh masyarakat, meningkatkan kerja sama antar Kabupaten, Provinsi dan luar negeri dalam bidang ekonomi dan perdagangan, mengoptimalkan pengelolaan SDA untuk kesejahteraan rakyat. Kegiatan strategi pertama melakukan perluasan jaringan pemasaran produk yang dihasilkan oleh masyarakat dengan memanfaatkan institusi perdagangan yang ada dan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi serta informasi. Meningkatkan upaya promosi barang-barang produksi lokal kepasar lokal, nasional, regional, dan international, pembinaan dan mengembangkan koperasi dalam rangka perluasan jaringan pemasaran guna peningkatan kinerja masyarakat dan mendorong pengembangan potensi ekonomi lokal untuk memperkuat basis perekonomian Kabupaten Kampar. Untuk
strategi
yang
kedua
hal
yang
perlu
dilakukan
adalah
meningkatkankan dan mengembangkan kerja sama baik dengan daerah lain maupun dengan negara asing secara bilatreal ataupun multilateral guna meningkatkan dan memperkuat kinerja ekpor, dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi mengenalkan kondisi dan potensi Kabupaten Kampar dibidang ekonomi, agar mudah diakses oleh berbagai pihak yang membutuhkan yang pada akirnya akan dapat meningkatkan investasi dan terjalinnya kerja sama yang baik dibidang ekonomi dan perdagangan.
88
Untuk kegiatan stategi yang ketiga mengoptimalkan sumber daya alam yang masih tersisa dan posisi Kabupaten Kampar yang sangat strategis untuk menetapkan
peluang-peluang
pembangunan
dalam
rangka
meningkatkan
kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat serta pengembangan pembangunan daerah Kabupaten Kampar.
6.4.2. Strategi S – T (Strenght – Threats) Strategi S–T merupakan strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk menghindari ancaman. Hasil analisis SWOT diperoleh dua strategi S–T yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembangunan di Kabupaten Kampar yaitu
memanfaatkan
keuggulan
komparatif
Kabupaten
Kampar,
dan
pengembangan sistem manajemen lingkungan untuk industri perkebunan. Kegiatan strategi pemanfaatan keuggulan komparatif dalam menghasilkan barang-barang bermutu melalui pengembangan sarana dan prasarana perdaganga n yang berwawasan global, mengembangkan usaha-usaha yang dapat memperkuat struktur perekonomian daerah. Melalui kegiatan investasi, pengembangan aneka produk barang dan jasa terutama yang berkaitan dengan pertanian (agribisnis), penguatan kelembagaan usaha, peningkatan upaya transformasi dan pemanfaatan teknologi maju yang akrab/ramah lingkungan dan pengembangan kemitraan atas dasar saling menguntungkan, membutuhkan dan saling memandang baik secara vertikal maupun horizontal Untuk kegiatan stertegi Pengembangan sistem manajemen lingkungan untuk industri perkebunan. dapat dilakukan Peningkatan kualitas perencanaan, pengawasan, pengendalian, penataan ruang, kependudukan dan lingkungan hidup,
89
Refitalisasi kawasan hutan lindung dalam rangka melestarikan flora dan fauna serta plasma nuftah.
6.4.3. Strategi W – O (Weaknesses – Opportunities) Strategi W – O yaitu memanfaatkan peluang yang dimiliki dalam upaya mengatasi kelemahan. Dari analisis SWOT diperoleh beberapa strategi dalam kegiatan pembangunan Kabupaten Kampar, meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan , meningkatkan sumberdaya manusia masyarakat . Strategi pertama dapat dilakukan dengan kegiatan
meningkatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui peningkatan kemampuan, peran dan fungsi dari puskesmas dan puskesmas pembantu , rumah sakit, dengan menyediakan tenaga medis/paramedis yang memadai dan berkualitas, obat-obatan yang paten dan murah serta meningkatkan kualitas manajemen rumah sakit. Kegiatan strategi kedua dilakukan Meningkatkan dan mengembangkan kualitas pendidikan dijalur sekolah dengan pola pendidikan terpadu. Pada semua jenjang pendidikan dasar dan lanjutan agar mampu mengikuti dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang sangat cepat. Serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam pembangunan dan pengembangan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja terutama untuk pendidikan kejuruan dan politeknik melalui kemitraan antara penyelenggara pendidikan dengan masyarakat.
6.4.4. Strategi W – T (Weaknesses – Threats) Strategi W – T dilakukan dalam upaya meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman, dari analisis dearah Kabupaten Kampar terdapat satu
90
strategi yaitu, mengembangkan usaha kecil menengah agar memiliki daya saing yang kuat akan pasar global, dengan kegiatan membina dan mengembangkan industri kecil dan industri rumah tangga melalui peningkatan, penguatan permodalan, perluasan pemilikan dan penguasaan terhadap faktor- faktor produksi lainnya, penguatan kelembagaan, manajemen dan akses terhadap pemasaran.
6.5. Meta Matriks Situs Tertata Dari model Meta Matriks dan pembahasan yang dilakukan pada bab V dapat dilakukan pengelompokan pada beberapa bidang permasalahan dalam penanggulangan dampak keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar, pengelompokan dimaksud adalah: a. Tingkat pendidikan rata-rata masyarakat setelah ada pabrik pengolahan kelapa sawit adalah tamat SLTP dan SLTA serta sebagian kecil akademi. Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan kurang memadai. Program peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan diharapkan akan mampu meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) yang lebih baik dan mampu bersaing secara global. b. Penciptaan
lingkungan
meningkatkan
kualitas
yang hidup
sehat
dan
bersih
masyarakat, belum
diharapkan
mampu
dan bahkan tidak
terpenuhinya standar baku pembuangan limbah seperti halnya penerapan AMDAL, masih banyak dijumpai pembuangan limbah hasil olahan janjangan kosong yang tidak pada tempatnya. Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan
91
kesehatan masyarakat di sekitar pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar. c. Bertambahnya sarana kesehatan seperti balai pengobatan swasta, klinik-klinik kesehatan, menunjukan bahwa pertambahan penduduk disertai kebutuhan sarana ini juga meningkat. Selain itu belum terjaminnya peningkatan mutu kesehatan masyarakat khususnya disekitar lingkungan PKS, merupakan salah satu faktor penyebab akibat dari pembuangan limbah yang belum terkendali dengan baik. d. Rendahnya ilmu pengetahuan yang dimiliki masyarakat, berimplikasi pada persaingan lapangan pekerjaan antara penduduk setempat dengan masyarakat pendatang, baik itu secara internal pada pabrik pengolahan kelapa sawit ataupun secara ekternal di dalam pengembangan usaha kecil menengah. Terjadinya pergeseran pekerjaaan utama dari petani tanaman pangan ke petani perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit yang diikuti alih fungsi penggunaan lahan pada masing- masing sub sektor tersebut, hal ini mengakibatkan terjadi penurunan produksi pertanian tanaman pangan yang saat ini sangat dibutuhkan dalam ketahanan pangan Kabupaten Kampar. e. Terhadap perumahan, pengaruh terbesar justru disebabkan oleh perubahan gaya hidup masyarakat akibat dari moderenisasi dan pertambahan penduduk yang pada akhirnya menimbulkan kesenjangan sosial ekonomi masyarakat terutama yang bertempat tinggal disekitar perumahan perusahaan perkebunan dan komplek perumahan karyawan PKS.
92
Berdasarkan hasil pengelompokan permasalahan diberbagai bidang di atas, selanjutnya dibuat suatu Meta Matrik Deskriptif Situs Tertata, sehingga dapat dilihat pengelompokan dampak berdasarkan bidang, tujuan program serta pengaruh yang ditimbulkan, baik pengaruh langsung ataupun pengaruh sampingan. Tabel Keluaran Meta Matriks Situs Tertata dimaksud dapat dilihat pada Tabel 26.
Tabel 26. Meta-Matriks Deskriptif Situs Tertata (keluaran): Program Penanggulangan Dampak Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di Kabupaten Kampar SITUS
Tujuan Program
Lapangan kerja
1. Tersedianya sumber matapencarian baru bagi masyarakat
Kesempatan Kerja
1. Tersedianya kesempatan kerja bagi masyarakat 1. Tercipta lingkungan yang sehat dan bersih
Lingkungan
Kesehatan
1. Meningkatkan taraf kesehatan masyarakat 2. Meningkatkan mutu kesehatan masyarakat
Hasil Langsung Positif Negatif 1. Membuka peluang kerja bagi 1. Terjadi persaingan masyarakat berpendidikan rendah usaha yang tidak 2. Masyarakat mendapatkan sehat kesempatan kerja di PKS 2. Bertambahnya 3. Memperbaiki kondisi penduduk perekonomian masyarakat melalui pendatang usaha kecil dan menengah 1. Masyarakat menambah luasan 1. Menyempitnya kebun sawit areal pertanian 2. Meningkatkan penghasilan rumah tanaman pangan tangga 1. Masyarakat dapat meningkatkan 1. Meningkatnya kualitas lingkungan hidup biaya kebutuhan 2. Kelestarian lingkungan bisa hidup terjaga 3. Keseimbangan ekosistem bisa dipertahankan 4. Pabrik menerapkan program AMDAL dengan sebenarbenarnya. 1. Kemudahan masyarakat untuk 1. Adanya mendapatkan layanan kesehatan kesenjangan sosial 2. Meningkatnya kesadaran dalam pelayanan masyarakat tentang kesehatan kesehatan 3. Mutu kesehatan masyarakat lebih baik
Hasil Meta-Aras dan Pengaruh Sampingan Positif Negatif 1. Adanya sumber mata 1. Timbul pencarian baru kesenjangan sosial ekonmomi masyarakat
1. Tumbuhnya industri kecil dan industri rumah tangga
1. Pencemaran lingkungan hidup
1. Membuka lapangan pekerjaan penggali sumur
1. Kesenjangan sosial masyarakat
1. Berdirinya balai pengobatan baru seperti klinik umum, klinik bersalin 2. Bertambahnya jumlah tempat praktek dokter dan penyebaran akan semakin merata
1. Munculnya balai pengobatan yang tidak resmi
Tabel 26 (sambungan) Pendidikan
Perumahan dan peralatan rumah tangga
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan
1. Banyak masyarakat dapat melanjutkan pendidikan 2. Banyak masyarakat yang mampu bersaing dengan mengandalkan ilmu pengetahuan 3. Dapat menekan biaya pendidikan dengan mendirikan sekolah di daerah pedesaan 4. Masyarakat dapat memahami cara penanggulangan dampak melalui penyuluhan 1. Berkembangan 1. Kemudahan memperoleh ya gaya hidup informasi masyarakat terhadap rumah dan peralatannya
1. Meningkatnya kebutuhan akan biaya hidup 2. Tingkat biaya pengeluaran masyarakat lebih
1. Meningkatnya pengeluaran rumah tangga 2. Budaya luar yang dapat merusak budaya asli akan mudah masuk
1. Berdirinya lembagalembaga pendidikan baru 2. Berdirinya lembaga pendidikan di lokasi pabrik, seperti: Playgroup, TK dan SD
1. Lembaga pendidikan yang kekurangan tenaga pengajar
1. Banyak masyarakat yang memodernisasi perumahannya 2. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat
1. Timbul kesenjangan sosial ekonomi masyarakat
94
95
6.6. Rancanngan program Penanggulangan Dampak Terhadap Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit di Kabupaten Kampar Berdasarkan hasil analisis SWOT pembangunan Kabupaten Kampar dan Meta Matriks situs tertata, langkah selanjutnya dalam tehnik visualisasi logika (Logical
Framework
Approach)
adalah
membuat
rancangan
program
penanggulangan dampak keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar. Dampak positif yang dirasakan masyarakat seperti bertambahnya jumlah sekolah, bertambahnya balai pengobatan, terbukanya lapangan pekerjaan dan kesempatan kerja serta diterimanya modernisasi oleh masyarakat
harus
dipertahankan,
sehingga
pembangunan
daerah
dapat
ditingkatkan. Namun terhadap dampak negatif harus dilakukan perbaikan dan pengawasan pada pelaksanaan sumber-sumber kegiatan yang berpotensi menimbulkan dampak. a. Lapangan Kerja dan Kesempatan Kerja Terhadap strategi menciptakan lapangan pekerjaan baru, pemerintah daearah melalui stakeholders terkait dapat menyediakan sumber mata pencaharian baru dibidang pertanian khususnya pertanian tanaman pangan dan perkebunan kelapa sawit, serta menumbuhkan dan mengembangkan usaha kecil menengah melalui modal dan kewirausahaan dalam hal ini pemerintah daerah bekerja sama dengan perusahaan yang ada dilingkungan Kabupaten Kampar tidak terkecuali pabrik pengolahan kelapa sawit. Hal lain yang dapat dilakukan dalam program ini adalah memberikan peluang kerja bagi masyarakat yang berpendidikan rendah dan kesempatan kerja yang lebih luas kepada pengusaha-pengusaha lokal untuk ikut serta dalam
96
kegiatan operasional pabrik yang selama ini hanya sebatas mengangkut TBS saja, kesempatan kerja dimaksud adalah pengangkutan CPO dan cangkang buah hasil olahan pabrik kelapa sawit. b. Pencemaran Lingkungan Dalam mengatasi dampak pencemaran lingkungan dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit, pemerintah melalaui lembaga terkait seperti Badan Penanggulangan Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Kabupaten Kampar memberikan pelatihan kepada stakeholders tingkat desa (Kepala Desa, RW, RT) tentang lingkungan hidup serta akibat yang ditimbulkan dari limbah industri terutama limbah industri pabrik pengolahan kelapa sawit. Selain itu kegiatan yang sama juga dapat dilakukan penyuluhanpenyuluhan kepada masyarakat tentang lingkungan yang bersih dan sehat serta terhindar dari limbah industri. Hal lain yang diharapkan dalam mengatasi masalah pencemaran lingkungan ini yaitu dari berbagai komponen masyarakat dapat membentuk lembaga independent pengawasan limbah industri dan penerapan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh perusahaan industri terutama industri pengolahan kelapa sawit, karena hal ini juga sangat diharapkan pemerintah Kabupaten Kampar. c. Kesehatan Dalam mengatasi masalah kesehatan dilakukan program dengan strategi peningkatan taraf dan mutu kesehatan masyarakat. Untuk melaksanakan strategi tersebut dapat dilakukan dengan memberikan pelayanan kesehatan gratis yang ditujukan kepada penderita penyakit yang secara tidak langsung akibat keberadaan
97
pabrik pengo lahan kelapa sawit, seperti penyakit kulit dan diare. Selain itu pemberian makanan tambahan gratis yang bergizi seperti bubur bergizi atau minuman susu kepada murid- murid sekolah ditingkat dasar, terutama muridmurid sekolah yang berada disekitar pabrik pengolahan kelapa sawit. Pelaksanaan kegiatan ini dapat dilakukan pemerintah daerah Kabupaten Kampar yang bekerja sama dengan pabrik pengolahan kelapa sawit dalam bentuk Penerapan CD sebagai tanggung jawab sosial perusahaan tersebut. d. Pendidikan Pada bidang pendidikan diharapkan program yang dirancang akan memberikan peningkatan mutu pendidikan masyarakat, bentuk kegiatan yang dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada tenaga pendidik tingkat SLTP dan SLTA yang berada di instansi pemerintahan dan swasta Kabupaten Kampar untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi, untuk pengawasan dan sumber pendanaan terhadap kegiatan ini diharapkan dari induk instansi mereka pada tingkat yang lebih tinggi seperti kabupaten atau provinsi. Pendidikan
non
formal
lebih ditujukan
untuk
masyarakat yang
berpendidikan rendah terutama pada generasi muda yang putus sekolah, kegiatan dimaksud berupa pendidikan keterampilan (kursus) dan setelah terampil dapat di distribusikan keperusahaan-perusahaan swasta terutama sebagai tenaga kerja pada perusahaaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar. Kegiatan berupa pelatihan ini dapat difasilitasi oleh pabrik pengolahan kelapa sawit dilingkungan Kabupaten Kampar. Melalui permintaan pemerintah yang ditujukan pada stakeholders yang terkait langsung dengan lokasi pendirian
98
pabrik pengolahan kelapa sawit tersebut mulai dari tingkat desa hingga ke tingkat Kabupaten. e. Perumahan Keinginan masyarakat dalam meningkatkan taraf kehidupan sosial, mengakibatkan bermunculannya perumahan dengan gaya hidup
modern.
Pergeseran gaya perumahan ini secara tidak langsung akan menggeser gaya hidup masyarakat dan budaya daerah tersebut. Pemerintah daerah dalam hal ini harus berusaha menjaga dan mempertahankan kultur budaya namun tetap membuka akses daerah agar tetap bisa mendapatkan informasi- informasi yang lebih luas. Melalui pengelompokan dampak berdasarkan bidangnya tersebut, maka program utama yang harus dilakukan adalah pada bidang kesempatan kerja dengan membuka peluang kepada masyarakat untuk memperoleh kesempatan kesempatan kerja pada setiap bidang pekerjaan. Hal ini sejalan dengan faktor penyebab yang terbesar bersumber dari tingkat pendapatan rumah tangga yang rendah. Bila kesempatan kerja ini bisa ditanggulangi, dampak positif dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit bisa ditingkatkan dan dampak negatif akan teratasi. Terlaksananya demokratisasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara akan membuka cakrawala berfikir bagi seluruh lapisan masyarakat Kabupaten Kampar, baik yang berada di dalam maupun di luar kabupaten. Berbagai bentuk aktifitas yang akan dan telah dilakukan untuk mengekspresikan nilai- nilai demokratisasi dalam berbagai aspek kehidupan yang mencakup kehidupan politik, ekonomi, dan sosial budaya. Hal tersebut menuntut penyelenggara pemerintahan di Kabupaten Kampar (Pemerintah Kabupaten, DPRD, dan stakeholders terkait) untuk mampu merespon dan menjalankan nilai-
99
nilai tersebut secara adil, terbuka, akuntabel, jujur, dan obyektif serta berorientasi kepada kepentingan negara, daerah, dan masyarakat yang lebih luas. Dalam pelaksanaan LFA disusun sasaran, indikator program, rangkaian kegiatan dan penanggung jawabnya. Rancangan program penanggulangan dampak keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Rancangan Program Penanggulangan Dampak Keberadaan Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit Di Kabupaten Kampar Sasaran dan Indikator Meningkatkan dampak positif dan mengatasi dampak negatif karena keberadaan PKS. 1. Lapangan kerja dan kesempatan kerja 2. Pencemaran lingkungan 3. Kesehatan 4. Pendidikan 5. Perumahan
Strategi 1. Menciptakan lapangan pekerjaan baru 2. Membuka kesempatan kerja
Kegiatan 1.
2.
3.
1. Menjaga kualitas udara dan suara 2. Meningkatkan kualitas kebersihan lingkungan
Menumbuhkan dan mengembangkan usaha kecil menengah (UKM) melalui modal dan kewirausaan Membuka peluang-peluang usaha di bidang pertanian tanaman pangan dan perkebunan kelapa sawit Membuka peluang kerja bagi masyarakat berpendidikan rendah khususnya pada operasional PKS
4.
Memberikan kesempatan yang lebih luas kepada pengusaha lokal untuk berpartisipasi di PKS
1.
Pelatihan Stakeholders tingkat desa (Kepala Desa, RW, RT) tentang lingkungan hidup dan limbah industri Penyuluhan kepada masyarakat tentang lingkungan hidup dan akibat dari limbah PKS Penerapan AMDAL pada PKS Membentuk lembaga independent
2.
3. 4.
Penanggung Jawab 1. Pemerintah 2. PKS
Pihak Terkait 1. Pemerintah Kabupaten Kampar 2. PKS 3. Pengusaha UKM 4. Masyarakat
Alokasi Dana 1. PKS dan Perusahaan industri lainya di Kabupaten Kampar 2. Pemerintah
Jadwal Waktu Seterusnya
1. Pemerintah 2. PKS 3. Masyarakat
1. Bapedalda Kabupaten Kampar 2. PKS 3. Masyarakat
1. PKS 2. Pemerintah 3. Swadaya masyarakat
Seterusnya
1. PKS
1. Dinas Kesehatan Kab Kampar 2. Masyarakat 3. PKS
1. Pemerintah 2. PKS 3. Masyarakat
Seterusnya
terhadap pengawasan limbah industri 1. Meningkatkan taraf dan mutu kesehatan
2.
3.
4.
Pelaksanaan kesehatan gratis terhadap penyakit yang sering diderita akibat keberadaan PKS (seperti kulit dan diare) Memberikan makanan tambahan yang bergizi pada siswa tingkat SD khususnya di lingkungan PKS Penerapan AMDAL dalam mengatasi sumber penyakit
1. Meningkatkan Sumber daya manusia
1.
2.
1. Mengembangkan gaya hidup moderenisasi dan mempertahankan budaya
1.
2.
Memberikan kesempatan kepada tenaga pendiik tingkat SLTP dan SLTA untuk melanjukakan pendidikan ketingkat yang lebih tinggi Memberikan pendidikan non formal berupa pelatihan ketera mpilan (kursus) kepada masarakat berpendidikan rendah terutama pada generasi muda yang putus sekolah Menjaga akses daerah namun tetap mempertahankan kultur budaya Menguatkan fungsi lembaga adat daerah Kabupaten Kampar.
1. Pemerintah 2. PKS
1. Dinas Pendidikan 2. Lembaga pendidikan dan keterempilan swasta. 3. PKS 4. Masyarakat
1. Pemerintah 2. PKS
Seterusnya
1. Pemerintah
1. Masyarakat
1. Pemerintah
Seterusnya
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan 1. Pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar belum memperhatikan aspek lingkungan dimana pabrik akan didirikan. Selain itu kurangnya pengetahuan stakeholders terkait tingkat Kabupaten hingga tingkat Desa tetang lingkungan, sehingga
mengakibatkan dalam pemberikan
rekomendasi izin pendirian PKS yang tidak tepat pada tempatnya. 2. Keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar memberikan dampak positif terhadap tingkat pendidikan, tenaga kerja dan lapangan pekerjaan, serta pendapatan masyarakat. sedangkan dampak negatif terjadinya penurunan kualitas kesehatan terhadap penyebaran masyarakat dan pencemaran lingkungan. 3. Dampak eksternal positif dari keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar, yaitu bertambahnya fasilitas pendidikan, kesehatan, dan terbukanya lapanga n pekerjaan baru. Dampak negatif dari keberadaan PKS terjadinya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan kepada tanaman perkebunan khususnya perkebunan kelapa sawit, pencemaran lingkungan, pertambahan penduduk pendatang yang berimpilikasi kerawan keamanan. 4. Rancangan strategi penanggulangan dampak keberadaan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Kampar adalah menciptakan lapangan pekerjaan baru, menumbuhkan dan mengembangkan usaha kecil menengah, meningkatkan kualitas kesehatan dan sumberdaya mayarakat, serta menjaga kualitas lingkungan hidup.
102
103
7.2. Saran 1. Peranan stakeholders tingkat desa sebagai pengambil keputusan terakhir dalam pemberian rekomendasi izin pendirian pabrik pengolahan kelapa sawit sangat diperlukan agar dalam operasionalnya nanti dapat memberikan dampak positif dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap penyeberan masayarakat di Kabupaten Kampar 2. Pabrik pengolahan kelapa sawit segera melaksanakan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dalam upaya memperkecil dampak negatif dan menerapkan Community Development (CD) sebagai upaya tanggung jawab sosial perusahan kepada masyarakat. 3. Untuk meningkatkan dampak positif dan mengatasi dampak negatif secara langsung ataupun tidak langsung, peran aktif masyarakat dan lembaga terkait sangat diperlukan sebagai kontrol sosial ekonomi masyarakat. 4. Megembangkan transparansi dalam pengelolaan dampak pabrik kelapa sawit melalui kontrol sosial yang tepat, khus usnya pemerintah (BAPEDALDA). Kabupaten Kampar
MOHON MAAF,
PADA HALAMAN INI SESUAI DENGAN ASLINYA TIDAK ADA.
TERIMA KASIH
107
Lampiran 1
Kuesioner Responden
PENANGGULANGAN DAMPAK KEBERADAAN PABRIK PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DI KABUPATEN KAMPAR
Sampel No.: ______ a. Nama
:
b. Alamat
:
c. Hari/Tanggal Wawancara
:
d. Pewawancara
:
e. Pemeriksa
:
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005
Irwan Efendi Simpang Tiga, Jl. Raya Petapahan-Bangkinang KM.2 Petapahan Tapung - Kampar
108
I. Identitas Responden 1. Nama
: ______________________________________________
Alamat
: ______________________________________________ ______________________________________________
Umur
: __________ tahun
Pendidikan : _______________
2. Jumlah anggota keluarga : Nama
Status
Umur
Pendidikan
Pekerjaan
Ket.
3. Kapan mulai menetap? ___________ 4. Kondisi Pendidikan Nama
Jenjang Pendidikan
Tempat
Sumber Biaya
Ket.
Penanggulangan
Biaya
5. Kondisi Kesehatan Nama
Jenis Penyakit
Lama mengidap
109
6. Sumber Air Minum Sumber
Mulai
Sampai
Alasan
II. Status Kebun/Usaha 7. Kepemilikan lahan : Milik sendiri _____________ Lainnya ______________ 8. Luas lahan
: ________ Ha
9. Jarak dari rumah
: ________ km
10. Jenis tanaman a. Sawit
: __________ Ha
b. Karet
: __________ Ha
c. Lainnya _________________
: __________ Ha
11. Usaha sebelum berkebun sawit dan usaha lainnya yang sedang dilakukan serta sebutkan besarnya usaha : (lingkari yang sebenarnya) a. Sebelumnya/sedang : b. Sebelumnya/sedang : c. Sebelumnya/sedang : d. Sebelumnya/sedang : e. Sebelumnya/sedang :
12. Status Pekerjaan : Utama
: _________________
Sampingan
: _________________
110
13. Kondisi Perumahan Keadaan Rumah
Sebelum Adanya PKS Ya Tidak
Setelah Adanya PKS Ya Tidak
Atap : a. Genteng b. Seng c. Daun Rumbia Dinding: a. Bata b. 1/2 bata c. Papan Lantai: a. Semen b. Papan c. Tanah Jenis Rumah: a. Permanen b. Semi permanen c. Non permanen Lainnya:
III. Pendapatan 14. Pendapatan kotor selama sebulan secara rata-rata a. Usaha Perkebunan : No
Sumber
1
Kelapa Sawit
2
Karet
3
Kelapa
4 5 6
Jumlah Produksi
Harga /unit
Jumlah
Ket.
111
b. Usaha lainnya : No Sumber
Jumlah Produksi
Harga /unit
Jumlah
1 2 3
IV. Keberadaan PKS a. Pendirian PKS Alasan Kebun milik pabrik Kebun milik rakyat Daya tampung pabrik Sosialisasi masyarakat
b. Keuntungan No Keuntungan
Keterangan Luas: Luas:
Ha Ha Ton
Ada / Tidak ada
Alasan
1 2 3 4 5
V. Permasalahan/Pengaruh yang dirasakan dengan keberadaan PKS No
Permasalahan
1
Pendidikan
2
Kesehatan
3
Air Bersih
4
Mata Pencaharian
5
Kesempatan Kerja
6
Lingkungan
7
Perumahan
8
Alasan
112
VI. Penanganan permasalahan yang diharapkan dari keberadaan PKS No
Bidang
1
Pendidikan
2
Kesehatan
3
Air Bersih
4
Mata Pencaharian
5
Kesempatan Kerja
6
Perumahan
7
Alasan
Lampiran 2
Gambar 1.
Pengguna jalan dasa sebagai sarana pengangkutan tandan buah segar (TBS) Inti atau Plasma di Desa Kenantan Kec. Tapung Kab. Kampar
Gambar 2.
Pembuangan jajangan kosong di pinggiran jalan Desa Petapahan Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar
Gambar 3.
Pembuangan jajangan kosong di perkebunan Inti pada salah satu perusahaan yang ada di Kec. Tapung Hilir Kab. Kampar