eJournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): 179-190 ISSN 0000-0000 , ejournal.hi.fisip-unmul.org © Copyright 2013
STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA UNTUK EKSPOR KARET PASCA KRISIS FINANSIAL AMERIKA SERIKAT (2009-2010) TRI SURYANINGRUM 1 NIM. 0702045091 Abstrak :
The financial crisis is a situation in which financial assets lose most of the value of the current superpower them.On the United States (U.S.), was hit by the financial crisis. The cause of the crisis is the accumulation of domestic debt reached U.S. $ 8.98 trillion, a reduction in corporation tax, swelling cost of wars in Iraq and Afghanistan, and most play is the loss of Subprime Mortgage securities bankrupt property so make some big companies such as Lehman Brothers , Merrill Lynch, Goldman Sachs, Northern Rock.UBS, Mitsubishi UF. Crisis that hit America also have an impact in Indonesia. Rubber export commodities most affected due to 26.7% of Indonesian rubber exported to the U.S. As a result of this crisis in the market price of rubber is lowered. The results showed that the U.S. financial crisis had an impact on sectors that exist in Indonesia, one example is rubber. Recovery steps have been made pemeriantah Indonesia is accelerating rejuvenation, price and supply approach through ITRC (International Tripartite Rubber Council), called on farmers to cut production 30%, to balance supply and demand. Then do the export growth into new markets. Keywords: Financial Crisis, United States, Export Rubber Pendahuluan Krisis finansial adalah situasi dimana asset keuangan kehilangan sebagian nilainya. Negara AS mengalami krisis keuangan. Penyebabnya adalah hutang dalam negeri mencapai US$ 8,98 triliun, pengurangan pajak korporasi, besarnya biaya perang Irak dan Afganistan dan yang paling berperan adalah suprime mortgage. Dalam waktu singkat, kondisi pasar finansial AS jatuh. Lehman Brothers, yang merupakan perusahaan sekuritas keempat terbesar di AS dan salah satu tertua di Wall Street, 1
Mahasiswa Program S1 Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email:
[email protected]
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 179-190
mengalami kerugian. Merrill Lynch terpaksa diakuisisi oleh Bank of America, perusahaan yang menjadi rivalnya selama ini. Begitu juga Federal Reserve harus menjadi lender of resort (penjamin likuiditas terakhir perbankan) bank tersebut, mulai dari Bear Stearns, Fannie Mae dan Freddie Mac, Indy Mac, hingga American International Group (AIG), karena alasan risiko sistemik.Kemudian diikuti oleh UBS, bank tabungan, dan bank kredit terbesar Washington Mutual yang juga mulai mengalami krisis. Dampak dari semua itu menyebabkan angka pengangguran di AS sekarang telah berada pada tingkat 6,5 %. Hal ini mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan sebelum krisis, yakni kurang dari 4%. Krisis finansial ini memberikan dampak ke berbagai sektor, contohnya adalah industri otomotif. Industri otomotif adalah industri yang paling merasakan dampaknya, karena merupakan produk konsumen yang paling mahal harganya, penjualannya sensitif terhadap kondisi perekonomian dunia. Akibat dari sulitnya mendapatkan kredit dengan diiringi naiknya tingkat suku bunga, penjualan otomotif pun akhirnya menurun. Penurunan penjualan otomotif ini kemudian berdampak juga kepada sektor lainnya, yaitu industri ban dan karet. Industri ban adalah industri yang paling banyak mengkonsumsi karet alam, yang secara otomatis akan mengurangi produksinya akibat krisis, sehingga hal ini akan berlanjut kepada penurunan permintaan karet. Ekspor komoditi karet paling merasakan dampaknya karena 26,7 % karet Indonesia diekspor ke AS. Amerika merupakan salah satu negara tujuan ekspor Indonesia untuk beberapa komoditi tertentu salah satunya adalah karet, sehingga krisis keuangan yang menimpa AS juga berdampak di Indonesia. Berikut adalah tabel jumlah ekspor karet Indonesia ke Amerika Serikat. Tabel 1.1 Jumlah Ekspor Karet Indonesia Tujuan Amerika Serikat (dalam metrik ton) Tahun
Volume
669,119.8 2005 690,946.5 2006 644,269.9 2007 622,167.1 2008 394,306.6 2009 Sumber: Ekspor karet alam Indonesia menurut negara tujuan. Terdapat di http://www.gapkindo.org/index.php/id/component/content/article/1artikel/156-menurut-negara-tujuan-id.html diakses pada tanggal 16 juni 2011. Dapat dilihat pada tabel di atas terjadi peningkatan ekspor pada tahun 2006. Namun, memasuki tahun 2007 ekspor karet mengalami penurunan sampai pada tahun 2009 sebesar 394,306.6 ton. Hal ini dikarenakan dampak dari krisis yang melanda AS. Penjualan otomotif di AS mengalami penurunan dan mempengaruhi turunnya permintaan karet oleh industri ban termasuk yang menggunakan karet Indonesia. Berikut adalah tabel jumlah konsumsi karet AS.
180
Strategi pemerintah Indonesia untuk ekspor karet pasca krisis (Tri Suryaningrum)
Berikut adalah tabel konsumsi karet Amerika Serikat tahun 2005-2009. Tabel 1.2 Konsumsi Karet Amerika Serikat Tahun 2005-2009 (Dalam Ribu Ton) Tahun Jumlah 2005 1.159 2006 1.003 2007 1.018 2008 1.179 2009 790 Sumber: Statistical Summary of World Rubber Situation. Terdapat di http://www.rubberstudy.com/documents/WebSiteData.pdf Diakses pada tanggal 13 juli 2011. Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat pada tahun 2009 menurun sebesar 790.Hal ini dikarenakan AS pada saat itu mengalami krisis. Sehingga mempengaruhi volume ekspor karet Indonesia ke negara tujuan utama tersebut.Penurunan permintaan karet ini membuat para petani karet yang selama ini mengandalkan pemasukan sehari-hari hanya dari berjualan karet mengalami kesulitan dalam pendapatan. Diakui akibat dampak dari krisis finansial di AS itu menyebabkan harga ekspor turun dan berimbas harga bokar (bahan olah karet) di pabrikan dan di petani. Malaysia dan Thailand merupakan pesaing ketat bagi Indonesia. Kedua negara tersebut merupakan negara utama penghasil karet alam dunia selain Indonesia, dengan produksi sebesar 2,97 juta ton oleh Thailand dan Malaysia sebesar 1,21 juta ton, sedangkan Indonesia sebesar 2,55juta ton pada tahun 2007.2 Berikut adalah data ekspor karet Malaysia dan Thailand ke Amerika Serikat. Tabel 1.3 Jumlah Ekspor Karet Indonesia, Thailand dan Malaysia (Dalam Ribuan US Dollars)
Negara
Tahun 2005
2006
2007
2008
2009
Indonesia
964,151
1,241,485
1,300,972
1,717,985
731,820
Thailand
324,679
409,080
476,837
629,380
294,055
Malaysia
111,992
150,600
126,213
178,902
55,960
Sumber: U.S. Census Bereau/Foreign Trade: U.S. Imports from Indonesia by 5-digit End-Use Code 2005-2009”, http://www.census.gov/foreigntrade/statistics/product/enduse/imports/c560 0.html#questions. Diakses pada tanggal 18 Oktober 2011. 2
Prospek Karet Indonesia Pasca Krisis Global, terdapat pada http://www.bni.co.id/Portals/0/Document/Ulasan%20Ekonomi/Artikel%20Ekonomi%20dan%20B isnis/Karet-sep08.pdf diakses pada tanggal 1Maet 2011.
181
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 179-190
Penurunan ini membuat para petani karet yang selama ini mengandalkan pemasukan sehari-hari hanya dari berjualan karet mengalami kesulitan dalam pendapatan. Akibat krisis ini harga karet di pasaran menjadi anjlok. Peranan karet dan barang karet terhadap ekspor nasional tidak dianggap kecil mengingat Indonesia merupakan produsen karet kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Melihat posisi strategis tersebut menimbulkan sebuah pertanyaan bagaimana strategi pemerintah Indonesia untuk ekspor karet pasca krisis finansial AS 2009-2010? Tulisan berikut akan menjelaskan strategi pemerintah Indonesia untuk ekspor karet. Kerangka Dasar Strategi Industrialisasi Orientasi Ekspor (IOE) Strategi IOE pada dasarnya merupakan upaya suatu negara untuk memproduksi barang-barang industri bagi kepentingan pemenuhan permintaan pasar dunia. Sebagai suatu strategi IOE diadopsi secara luas oleh negara-negara industri baru terutawa di kawasan Asia Timur dan Tenggara sejak lahir 1960-an. Dengan makin terbukanya perdagangan internasional, maka negara-megara di kawasan tersebut mencoba membanjiri pasar dunia dengan produk-produknya terutama di sektorsektor yang tidak membutuhkan modal besar. Berdasarkan teori itu, perdagangan komoditas karet Indonesia pun di latarbelakangi oleh keunggulan yang dimiliki Indonesia. Produksi yang ada telah mampu mencukupi kebutuhan dalam negeri, sehingga hasil produksi selebihnya dapat diperdagangkan,salah satu contohnya adalah karet.
Untuk meningkatkan ekspor diperlukan sebuah strategi yaitu Industrialisasi Orientasi Ekspor (IOE). Strategi IOE memiliki karakteristik tertentu, antara lain sebagai berikut: 1. Teknologi yang dipilih adalah teknologi padat karya (labour intensive) dimana negara-negara tersebut menggantungkan keuntungan komparatif pada murahnya tenaga kerja. Dengan berkonsentrasi pada tenaga kerja. 2. Akibat pemakaian teknologi padat karya, industrialisasi yang dilakukan memberikan efek distribusi pendapatan yang lebih langsung dan lebih besar kepada anggota masyarakat melalui penyediaan lapangan kerja yang luas. 3. Karena pengaruh stimulus kompetisi internasional, alokasi faktor-faktor produksinya (modal, teknologi, bahan baku, tenaga kerja, dll.) menjadi lebih efisien. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses industrialisasi dalam strategi ini menimbulkan efek langsung bagi pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara. 4. IOE berorientasi pada perdagangan bebas. Kalaupun ada kebijakan proteksi yang diberlakukan untuk melindungi industri-industri yang kurang efisien, hal itu dilakukan seminimal mungkin untuk menghindari tindak pembalasan dari negara-negara lain.
182
Strategi pemerintah Indonesia untuk ekspor karet pasca krisis (Tri Suryaningrum)
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif – analitik. Menggunakan deskriftif karena disini penulis menggambarkan tentang krisis finansial yang berdampak terhadap ekspor karet Indonesia. Menggunakan analitik disini penulis akan menganalisis tentang bagaimana strategi pemerintah Indonesia untuk ekspor karet pasca krisis finansial Amerika Serikat 2009-2010. Hasil Penelitian Pertengahan September 2008, terjadi krisis finansial yang dimulai dari Amerika Serikat berlanjut ke negara-negara Eropa. Krisis finansial AS ini memberikan dampak ke berbagai sektor, contohnya adalah industri otomotif. Penurunan penjualan otomotif ini kemudian berdampak juga kepada sektor lainnya, yaitu industri ban dan karet. Industri ban adalah industri yang paling banyak mengkonsumsi karet alam, yaitu sebesar 68% karet alam dunia. Secara otomatis akan mengurangi produksinya akibat krisis, sehingga hal ini akan berlanjut kepada penurunan permintaan karet. Akibatnya pada tahun 2009, konsumsi karet alam dunia diperkirakan turun sebesar 10% atau sebanyak satu juta ton. Dampak penurunan ini langsung dirasakan oleh petani di Indonesia. Sebelum adanya krisis finansial ekspor karet mengalami peningkatan yang sangat signifikan baik itu dilihat dari segi volume dan harga. Secara umum ekspor karet alam Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2009 dibandingkan tahun 2008 sebesar 35,67%. Pada tahun 2008 kontribusi karet alam mencapai 79% sedangkan pada tahun 2009 menurun menjadi 66%. Kinerja ekspor karet alam Indonesia memiliki daya saing yang kuat, walaupun jika dilihat dari efek distribusi pasar masih lemah, untuk memulihkan kinerja ekspor karet maka perlu perhatian serius dari pemerintah. Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah melakukan beberapa upaya yang dapat dijelaskan melalui teori Strategi Industrialisasi Orientasi Ekspor (IOE). Pelaksanaan Strategi IOE tersebut memiliki karakteristik tersendiri yang tercermin dari upaya pemerintah Indonesia, seperti: A. Teknologi yang dipilih adalah teknologi padat karya (labour intensive). Karet alam merupakan komoditas perkebunanyang penting baik untuk lingkungan internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Karet juga merupakan salah satu hasil perkebunan terkemuka karena banyak menunjang perekonomian negara, dan juga sebagai sumber pendapatan, kesempatan kerja dan sumber devisa negara. Peranan penting lainnya yaitu mendorong tumbuhnya agroindustri di bidang perkebunan, sumber daya hayati dan pelestarian lingkungan. Karet sebagai sumber lapangan kerja bagi 1,4 juta pekerja, yang kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2008 sebesar 2.263.886 pekerja, kemudian mengalami peningkatan lagi pada tahun 2009 sebesar 2.293.130. Jumlah tenaga kerja karet terus bertambah setiap tahunnya. B. Akibat pemakaian teknologi padat karya. Karakteristik diatas menggambarkan industri karet, dengan mengandalkan pada murahnya tenaga kerja, diharapkan dapat memberikan keuntungan yang cukup besar dan memberikan peluang besar terciptanya lapangan kerja. Karena penggunaan teknologi padat karya yang kemudian memberikan distribusi pendapatan dan lapangan kerja yang luas bagi para petani, sehingga menjadi lebih efisien untuk
183
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 179-190
pertumbuhan ekonomi. Bagi perekonomian nasional, karet merupakan komoditas yang sangat penting. Selain sebagai sumber lapangan kerja, komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan sebagai salah satu sumber devisa non migas, pemasok bahan baku karet dan berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-wilayah pengembangan karet. Disamping sebagai penghasil devisa, perkebunan karet sebagaian besar merupakan perkebunan rakyat dengan rata-rata luas kepemilikan relatif kecil, tetapi merupakan sumber mata penghasilan bagi berjuta-juta keluarga petani karet. Pada tahun 2006, luasareal perkebunan rakyat mencapai titik kurang dari 85%, sisanya merupakan perkebunan negara dan swasta. Dari total produksi, hamper 76% berasal dari perkebunan rakyat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa industrialisasi dalam strategi ini menimbulkan efek langsung bagi pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara. C. Pengaruh stimulus kompetisi internasional, alokasi faktor-faktor produksinya menjadi lebih efisien. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa proses industrialisasi dalam strategi ini menimbulkan efek langsung bagi pertumbuhan ekonomi nasional suatu negara. Dari karakteristik ini terlihat dari munculnya tujuan pasar baru bagi Indonesia, Sebelum datang krisis global pada tahun 2008, ekspor karet alam Indonesia terbesar ke Amerika Serikat, Jepang, China, Singapura, Korea, Brazil, dan Jerman. Setelah krisis, tujuan ekspor dialihkan ke pasar Asia. Perkembangan pasar karet di Asia cukup positif. Indonesia menjadikan China dan India sebagai sasaran pasar utama ekspor karet. China mengkonsumsi bahan karet alam pertahun sebanyak 1,49 juta ton dan cenderung meningkat dengan signifikan dari waktu ke waktu. Dengan keterbatan pada kapasitas produksi karet alamnya, China berupaya terus menerus untuk melakukan impor karet alam demi menyelamatkan industri manufaktur produk karet dengan target memenuhi kebutuhan domestik dan ekspor. Data statistik perdagangan 2010 mencatat bahwa China merupakan importir karet terbesar dari Indonesia pada tahun 2009 dengan volume 457,118 metrik ton, sedangkan pada tahun 2008 merupakan importer ketiga setelah USA dan Jepang dengan total impor 318,841 metrik ton. Peningkatan konsumsi karet alam yang terjadi di China dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi dinegara tersebut. Peningkatan mendorong pembangunan infrastruktur dan industri otomotif di negara China. Dalam perekonomian saat ini, China semakin menunjukan peranannya sebagai pelaku utama. Sebagai negara industri terbesar saai ini memang turut memberikan andil yang besar bagi perekonomian dunia bukan hanya dari segi status sebagai negara konsumen terbesar yang notabene memiliki penduduk terbanyak didunia, tetapi juga sebagai produsen dan eksportir. Oleh karena itu, sebagai negara industri China membutuhkan pasokan komoditi bahan baku baik dari impor maupun memproduksi dari dalam negeri. Komoditi industri seperti karet menjadi favorit China untuk mendukung sektor industri. Sebagai bahan baku industri karet memegang peranan penting. Sebagai negara industri sudah barang tentu China akan meningkatkan persediaan karetnya. Sejak tahun 2001, China telah menjadi konsumen karet alam terbesar dunia menggeser posisi Amerika Serikat, dan setahun kemudian China juga menggeser negara adidaya itu menjadi konsumen karet sintetik terbesar dunia.Konsumsi karet alam China sebagian besar dipenuhi dari dalam negeri yang pada tahun 2009
184
Strategi pemerintah Indonesia untuk ekspor karet pasca krisis (Tri Suryaningrum)
mencapai 6650 ton. Tahun 2008 AS masih dominan menjadi negara tujuan ekspor karet Indonesia dengan volume hampir mencapai 700 ton per tahun, namun sejak banyaknya pabrik mobil AS yang direlokasi ke China mengingat biaya produksinya lebih murah, posisi AS akhirnya tergeser China dalam hal permintaan karet Indonesia. Disamping krisis global yang juga mempengaruhi penurunan permintaan karet. Peningkatan konsumsi karet di negara Asia Timur, seperti China ini didorong oleh meningkatnya kepemilikan mobil. Trend peningkatan volume ekspor karet alam Indonesia ke China ini mengindikasikan potensi China sebagai pasar ekspor baru karet alam Indonesia. Peningkatan ekspor karet alam Indonesia ke China adalah sasaran penting dalam usaha perluasan pasar karet. pada akhirnya, peningkatan karet alam akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain China, India juga menjanjikan. Pertumbuhan industri otomotif di India diyakini masih membuat permintaan karet dari negara tersebut tetap tinggi. Industri otomotif India maju cukup pesat, baik industri merek lokal seperti Tata, Mahindara dan yang lainnya maupun merek dari luar seperti Honda, Suzuki, Hunday, Kia. Semua merek tersebut ditambah dengan beberapa merek otomotif dari Eropa mempunyai pabrikasi di India. Menurut data terakhir, pada tahun 2010, Chennai yang merupakan ibu kota dari state Tamil Nadu akan menjadi Detroit Asia Selatan, dengan kapasitas terpasang sebanyak 1.280.000 unit mobil pribadi dan sekitar 350.000 unit kendaraan komersial setiap tahun, atau dengan kapasitas tersebut akan dihasilkan 3 kendaraan pribadi setiap menit dan satu kendaraan komersial setiap 75 detik. Dari data lain, saat ini beroperasi sebanyak 6 juta unit kendaraan roda 3 di India sebagai alat transportasi umum, yang setiap enam bulan sekali membutuhkan ban pengganti. Dari sektor industri otomotif saja khususnya untuk memenuhi kebutuhan supplay ban konsumsi karet India sangat besar, yang kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi dari produksi karet dalam negeri, belum kebutuhan karet dari sektor industri yang lainnya. Jadi peluang ekspor karet ke pasar India terbuka cukup lebar. India adalah potensial importer karet sekaligus pesaing ekspor. Potensial import India adalah untuk bahan mentah dan pesaing eksport untuk industri manufaktur berbahan karet, terutama untuk manufaktur komoditi ban. Tuntutan pasar dan industri ban mobil dan relatif rendahnya produksi dalam negeri secara teoritis menjadikan import karet tak terhindari. Tuntutan konsumsi karet sangat tinggi di India karena tingginya produksi mobil dan terbatasnya lingkungan yang kondusif bagi tanaman karet, hanya di daerah Kerala dan India Timur Laut. Pesaing utama impotir ke India adalah datang dari Thailand, Malaysia dan Vietnam. D. IOE berorientasi pada perdagangan bebas. Dari karakteristik ini tercermin dalam perjanjian internasional yang di sepakati oleh Indonesia, Thailand, dan Malaysia. Berdasarkan perjanjian tersebut, hal-hal yang di sepakati antara lain: 1. Ketiga negara tersebut sepakat untuk tidak menjual karet dengan harga dibawah US$ 1,35/kg. 2. Pendekatan harga dan pasokan. Dalam rangka mengatasi terus merosotnya harga karet alam, Sidang ke-14 ITRC tanggal 12-13 Desember 2008 di Bogor sepakat melakukan langkah-langkah/tindakan sebagai berikut :
185
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 179-190
1. Implementasi Supply Management Scheme (SMS) Ketiga negara sepakat mengurangi produksi sebesar 215 ribu ton selama tahun 2009 melalui program percepatan replanting, dimana Thailand akan mengurangi produksi 100.000 ton, Indonesia 55.000 ton dan Malaysia 60.000 ton Implementasi Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) 2. Ketiga negara sepakat mengurangi ekspor sebesar 700.000 ton selama tahun 2009. a. Kuartal I tahun 2009 ketiga negara akan mengurangi ekspor sebesar 270.000 ton, dengan rincian : Thailand : 132.000 ton, Indonesia : 116.000 ton, Malaysia : 22.000 ton b. Pengurangan ekspor pada kuartal I tahun 2009 diatur dengan ratio : Januari 40%, Februari 35% dan Februari 25%. 3. Harga ekspor Ketiga negara sepakat untuk tidak menjual karet dengan harga di bawah US$1,35/kg. 4. Pelanggaran kontrak Turunnya harga karet alam secara drastis akhir-akhir ini diperparah lagi dengan adanya pelanggaran kontrak. Untuk mengatasi terjadinya pelanggaran kontrak, ketiga negara akan melakukan pendekatan dengan masing-masing pemerintah yang pihak/importirnya melakukan kontrak, guna meminta kerjasamanya dalam mengendalikan praktik-praktik yang tidak sehat ini. Mengurangi ekspor ke negara tujuan adalah salah satu langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi dampak krisis AS tersebut.Krisis finansial yang menimpa Amerika tersebut memberikan dampak negatif terhadap komoditi Indonesia. Karena sebagian besar hasil dari komoditi karet di ekspor ke negara tersebut yaitu sekitar 26,7 %. International Tripartite Rubber Council (ITRC) sepakat untuk mengurangi volume ekspor karet alam pada 2009 sebesar 915.000 ton atau 16% dari total volume ekspor menyusul pelemahan produksi industri yang berbahan baku karet alam dampak dari krisis global guna menjaga stabilitas harga. ITRC yang didalamnya terdapat dua negara produsen lainnya termasuk Indonesia sepakat untuk mengurangi volume ekspor untuk menjaga stabilitas harga. Indonesia yang tergabung dalam organisasi ITRC juga harus melakukan pengurangan ekspor guna menjaga stabilitas harga. pengurangan ekspor karet sebesar 915.000 ton terdiri dari 700.000 ton melalui skema kesepakatan ketiga negara (Agree Export Tonnage Scheme/ AETS), sedangkan 215.000 ton disebabkan oleh peremajaan pohon karet dengan penebangan pohon yang tidak produktif lagi. Peremajaan tanaman karet rakyat dilaksanakan pada kebun karet rakyat yang kondisinya memang sudah tidak produktif atau tanamannya tua/rusak. Lingkup pelaksanaan peremajaan karet meliputi karet rakyat baik karet rakyat swadaya maupun karet rakyat eks proyek PIR dan UPP. Sesuai dengan kondisi tanaman karet rakyat dan kemampuan untuk melakukan peremajaan maka direncanakan akan dilakukan peremajaan karet rakyat seluas 250 ribu ha dan perluasan areal karet sekitar 50 ribu ha sampai dengan 2010 yang dicapai melalui program peremajaan berbantuan (pemerintah) dan swadaya masyarakat.
186
Strategi pemerintah Indonesia untuk ekspor karet pasca krisis (Tri Suryaningrum)
Berikut adalah tabel yang menyajikan luas areal peremajaan dan perluasan perkebunan karet. Tabel 4.1 Luas Areal Peremajaan dan Perluasan Perkebunan Karet. No
Provinsi
1. 2. 3. 4. 5. 6.
NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Jawa Barat Kalbar Kalteng Kalsel Kaltim Sulawesi Irian
7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
Sumber:
Luas areal (ha) 2008 74.787 309.823 87.917 369.742 470.082 618.533 57.367 26.500 24.289 425.573 218.787 100.930 42.859 -
Intensifikasi/ Peremajaan Rehabilitasi (ha) (ha) 30.000 20.000 110.000 100.000 33.000 20.000 130.000 140.000 160.000 140.000 220.000 140.000 18.000 10.000 100.000 150.000 80.000 34.000 15.000 -
20.000 10.000 10.000 80.000 80.000 20.000 20.000 -
Perluasan (ha) 15.000 40.000 20.000 40.000 60.000 60.000 15.000 10.000 10.000 50.000 35.000 30.000 15.000 -
Revitalisasi dan Peremajaan Perkebunan Karet. terdapat http://binaukm.com/2011/08/revitalisasi-dan-peremajaan-perkebunankaret/. Diakses pada tanggal 23 Maret 2012.
di
Model peremajaan perkebunan karet rakyat yang diterapkan adalah model peremajaan partisipatif, dari pusat penelitian karet diperoleh informasi bahwa landasan utama pendekatan partisipatif dalam program peremajaan perkebunan karet rakyat adalah adanya kebutuhan untuk mengubah paradigma pembangunan karet rakyat yang semula menggunakan pendekatan proyek bebantuan menjadi gerakan swadaya masyarakat atau pendekatan dari bawah. Sasaran program peremajaan tanaman karet rakyat ini adalah sebagai berikut:3 1. Dilaksanakan pada kebun karet rakyat yang kondisinya sudah tidak produktif, rusak atau tanamannya sudah tua (di atas 20 tahun). 2. Lingkup pelaksanaan peremajaan karet meliputi karet rakyat, baik karet rakyat swadaya maupun karet rakyat eks proyek PIR dan UPP. 3. Bentuk pelaksanaan peremajaan perkebunan karet ini, adalah sebagai berikut: 4. Petani atau kelompok tani pemilik kebun dilibatkan langsung dalam kegiatan. Hal ini dimaksudkan agar petani/ masyarakat dapat lebih termotivasi, dan 3
Program Jangka Pendek Peremajaan Karet, terdapat di http://www.bumn.go.id/ptpn5/galeri/program-jangka-pendek-peremajaan-karet/ diakses pada tanggal 25 Februari 2012.
187
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 179-190
meningkatkan pengetahuan serta kemajuan dalam penguasaan sumberdaya dan berusahatani, sekaligus mengikutsertakan petani dalam mengelola usahataninya. 5. Dilakukan penanaman tanaman sela (intercropping) dan sekaligus memanfaatkan kayu karet hasil tebangan. Untuk itu diperlukan adanya keterpaduan dengan industri pengolahan kayu karet. 6. Hasil penjualan kayu karet tebangan digunakan untuk membiayai sebagian dana peremajaan. Dalam kondisi pabrik pengolah kayu karet tersedia dan akses transportasi relatif baik, maka hasil penjualan kayu karet dapat bervariasi antara Rp 5-7,5 juta/ ha. Jumlah ini dapat menutupi kebutuhan utama pada tahun awal peremajaan karet. Program peremajaan karet sangat dibutuhkan, karena saat ini petani karet sedang mengalami kesulitan akibat turunnya harga karet dunia sebagai dampak dari krisis global. Harga karet sebelum September 2008 masih berada pada kisaran US$ 3,5 per kg, tetapi setelah Oktober 2008 hingga 2010 harga karet menurun drastis hingga US$ 1,4 per kg. Pengurangan produksi ini juga dilakukan dengan menyuruh petani untuk mengurangi penyadapan karet.Langkah kebijakan penurunan volume ekspor karet untuk mengantisipasi pelemahan permintaan dan harga menyusul krisis global.Jumlah kuota pengurangan ekspor Indonesia sebesar 116.000 ton. Kebijakan pengurangan ekspor itu akan dilakukan evaluasi setiap triwulan. Kalau setelah triwulan pertama kebijakan pemangkasan sudah memulihkan harga jual, maka bisa jadi langkah itu tidak dilanjutkan lagi pada triwulan II. Diharapkan dengan kebijakan pengurangan ekspor itu, harga karet di pasar internasional akan menguat kembali. Meskipun harga karet di pasar internasional bukan hanya ditentukan faktor persediaan dan permintaan, tapi juga banyak faktor lain seperti harga minyak bumi. Kemudian strategi yang dilakukan pemerintah yaitu melakukan himbauan kepada para petani untuk melakukan pengurangan produksi 30% untuk mengimbangi supply and demand.
Kesimpulan Negara adidaya yakni Amerika Serikat (AS), sedang dilanda krisis keuangan. Krisis yang menimpa Amerika tersebut juga berdampak di Indonesia, hal ini terlihat dari harga rupiah yang terus melemah, IHSG yang juga tidak sehat, ekspor menurun, karena berkurangnya permintaan di pasar tradisional yakni ke Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa. Ekspor komoditi karet paling merasakan dampaknya karena 26,7 % karet Indonesia diekspor ke AS. Langkah-langkah pemulihan telah dilakukan oleh Indonesia yaitu mempercepat peremajaan karet, pendekatan harga dan pasokan melalui ITRC (International Tripartite Rubber Council), menghimbau petani indonesia untuk melakukan pengurangan produksi 30%, untuk mengimbangi supply and demand. Perkembangan ke pasar baru. Diharapkan dengan strategi tersebut ekspor karet Indonesia dapat kembali pulih seperti sebelum krisis. Dimana ekspor karet Indonesia mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Yang kemudian dapat meningkatkan devisa negara, disamping itu petani juga dapat mendapatkan keuntungan yang besar ketika harga karet kembali naik
188
Strategi pemerintah Indonesia untuk ekspor karet pasca krisis (Tri Suryaningrum)
Daftar Pustaka Buku
F. Hidayat, Amir dan Abdurrasyid, H.G. 2006. Ensiklopedi Negara-Negara di Dunia. Bandung: Pustaka Grafika. Hadiwinata, Bob Sugeng. 2002. Politik dan Bisnis Internasional. Yogyakarta: Kanisius Paimin, Farry. B dan Nazaruddin. 1996. Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan pengelolaan. PT: Penebar Swadaya Rahardja, Prathama. 1996. Ekonomi 3. Jakarta: Intan Pariwara.
Internet “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran Ekspor Karet Alam Indonesia” http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/26896/A10ale.pdf? sequence=5ahole “Barang Jadi Karet” http://itpc.or.jp/wp-content/uploads/2010/10/Barang-Jadi-Karet.pdf “Dinamika Ekspor Karet Alam Indonesia” http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/15460/H09vju.pdf? sequence=2 “Ekspor karet alam Indonesia menurut negara tujuan” http://www.gapkindo.org/index.php/id/component/content/article/1artikel/156-menurut-negara-tujuan-id.html “International Tripartite Rubber Council (ITRC)” http://www.scribd.com/doc/49627399/10/A-2-1-International-TripartiteRubber-Council-ITRC “Kebijakan Domestik Indonesia” http://ditjenkpi.depdag.go.id/Umum/Setditjen/Buletin%202009/Full%2054 .pdf
189
eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 2, 2013: 179-190
“Produksi Karet Alam Indonesia” http://www.gapkindo.org/indeks.php/id/component/content/article/1artikel/153-perkebunan-karet-alam-id.html “Peremajaan dan Perluasan Perkebunan Karet dalam Tuntutan Peremajaan Perkebunan Karet Rakyat” http://binaukm.com/2011/08/peremajaan-dan-perluasan-perkebunan-karetdalam-tuntutan-peremajaan-perkebunan-karet-rakyat/ “Peluang Pasar Karet dan Produk Karet di http://itpcchennai.com/itpc/info/mb_karet_produk_karet3.pdf “Statistical Summary of World Rubber http://www.rubberstudy.com/documents/WebSiteData.pdf
India” Situation”
“U.S. Census Bereau/Foreign Trade: U.S. Imports from Indonesia b 5-digit EndUse Code 2005-2009” http://www.census.gov/foreigntrade/statistics/product//enduse/imports/c5600.html#questions
190