STRATEGI PEMBINA ROHANI ISLAM DALAM PENINGKATAN IBADAH SHALAT ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A SALEMBA JAKARTA PUSAT
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Alfani Roosy Andinni NIM: 1110051000069
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya nyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 04 Juli 2014
Alfani Roosy Andinni
ABSTRAK Alfani Roosy Andinni (1110051000069) Strategi Pembina Rohani Islam Dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat Masuknya anak didik pemasyarakatan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A tentu dikarenakan mereka telah melakukan kejahatan. Ibadah shalat merupakan kewajiban setiap umat Islam dan dapat mencegah perbuatan keji dan munkar. Menentukan strategi adalah hal yang sangat penting bagi pembina rohani Islam dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam ketika membina anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat yang mencakup perumusan, penerapan, evaluasinya berikut dengan hasil dari strategi. Teori yang digunakan adalah teori komunikasi dan strategi dakwah yang mencakup teori persuasi, keputusan inovasi, proses adopsi, peranan komunikator, proses inovasi dan adopsi. Sebagai teori pendukung, teori pembelajaran sosial digunakan untuk melihat atensi, reduksi, produksi dan motivasi anak didik pemasyarakatan pada strategi yang diterapkan oleh pembina rohani Islam. Dengan begitu, teori-teori tersebut dapat menjadi acuan peneliti untuk menganalisis strategi dan hasil strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Desktiptif Analisis dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Kemudian setelah mendapatkan data dalam bentuk hasil catatan lapangan, wawancara dan dokumentasi, data yang ada dianalisis berdasarkan teori-teori pendukung. Hasil penelitian ini menyimpulkan, strategi yang digunakan oleh pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba yaitu dengan mengadakan kegiatan pengajian dan pembinaan karakter melalui teori persuasi pada perumusan strateginya dan teori perananan komunikator dalam pernerapan maupun evaluasi dalam strateginya. Dengan menggunakan media belajar audio maupun visual melalui metode ceramah, cerita, diskusi, simbolisme verbal, hukuman dan ganjaran pembina dapat dengan baik menerapaknan strateginya. Praktek shalat melalui metode demonstrasi verbal dan tausiyah dalam kegiatan pengajian dapat menunjukkan hasil dari peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan.
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillahirabbil’alaamiin. Syukur tiada henti atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada saya, baik itu nikmat sehat, nikmat umur, nikmat harta, nikmat perjuangan, serta berbagai nikmat lain yang diberikan-Nya dalam menghantarkan saya pada kebahagiaan menyelesaikan penelitian ini. Meskipun saya menyadari sepenuhnya, skripsi ini masih terdapat kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Namun, saya terus berusaha untuk membuatnya dengan baik. Skripsi ini berhasil saya selesaikan, bukan dengan tidak melibatkan banyak pihak. Untuk itu sudah sepantasnyalah saya mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada : 1. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, M.A selalu Rektor Universitas Islam Negeri, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Arief Subhan, M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Rachmat Baihaky, M.A selaku Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam FIDKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Fita Fatkhurohmah, M.Si sebagai Sekretaris Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam FIDKOM, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Papah “H.Muniruddin”, Mamah “Hj.Nuniek Dwi Estuning”. Alhamdulillah, aku bersyukur telah dilahirkan kedunia. Syukur yang tiada henti karena telah memiliki PapahMamah yang dengan tulus dan ikhlas memberikan semuanya,
ii
merawat,
menyayangi,
mendidik,
menyekolahkan,
menyemangati,
memotivasi, memberi masukan, memfasilitasi dan me- me- lainnya yang tidak terhingga. Terima kasih Pah Mah, terima kasih... terima kasih… Suatu saat aku pasti buktikan, aku bisa berdiri tegak dengan kedua kakiku sendiri, bermodalkan “pancing” yang kalian berikan. Semoga Allah selalu memberkahi setiap langkah dan umur Papah Mamah. 6. Drs. Wahidin Saputra, M.A selaku pembimbing skripsi peneliti yang tanpa beliau mungkin skripsi ini hanya menjadi setumpuk kertas yang tidak berharga. Betapa beliau sungguh bersabar, rendah hati, terbuka, mendidik peneliti dengan baik, membimbing dengan bijaksana, memberikan segudang ilmunya, menyediakan waktunya, memberikan peneliti kesempatan untuk mencoba hal-hal baru, dan segala halnya yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semoga Allah senantiasa memberikan yang terbaik untuk Bapak, seperti Bapak memberikannya kepada saya. Sukses selalu untuk Bapak. 7. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi umumnya dan khususnya dosen dan staff pengajar pada jurusan Komunikasi Penyiaran Islam. Juga kepada Civitas Akademika FIDKOM yang telah berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman selama saya menuntut ilmu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Kepala Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan Bapak Rachmad Mintarja, Amd.IP,S.Sos,M.Si beserta staf-stafnya yang telah menyambut saya dengan terbuka dan memberikan kemudahan kepada saya
iii
untuk melakukan penelitian di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. 9. Pembina rohani Islam Bapak Muhamad Danil, S.H. Terima kasih karena telah bersedia memberikan data yang saya perlukan untuk penelitian skripsi ini. Dan Bapak Ilham yang dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dan memberikan saya kesempatan untuk mencoba dan mengamati setiap kegiatan pembinaan Rohani Islam. 10. Iskandar, Spd.I. Terima kasih karena telah membagi banyak ilmunya kepada saya dan dengan sabar menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Terima kasih, sukses selalu untuk bang Iskandar. 11. Ahmad Fahruddin Riyanto, S.Kom yang setia mendampingi, memberikan semangat dan dukungan dalam hal apapun. Semoga akan tetap selalu, Aamiin. 12. Untuk sahabat-sahabat tercinta Indah, Arum, Sinta, Noor, Pipit, Anita, Eva. Sukses selalu untuk kita semua, untuk setiap impian kita. “Manjadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti dapat” Kalimat sederhana tetapi memiliki arti yang besar. 13. Kawan-kawan KPI C angkatan 2010 dan KKN ANJAS. KPI C 2010, yang selama hampir empat tahun kita disatukan dalam kelas untuk belajar bersama. Masa-masa seperti ini yang nantinya pasti akan aku rindukan sebagai kenangan terindah. KKN ANJAS, satu bulan tinggal bersama kalian adalah pengalaman yang berharga yang indahnya begitu membekas dihatiku. 14. Keluarga besar Jurnalistik Televisi (JTV) FIDKOM, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI) HMI Cabang
iv
Ciputat, terima kasih telah berbagi pengalaman, berbagi
ilmu yang
bermanfaat sebagai skill di masa yang akan datang. 15. Dan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima kasih banyak sudah membantu penyusunan skripsi ini. Sebagaimana telah saya ungkapkan di atas, bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun, agar dapat menjadikan saya lebih baik di masa yang akan datang. Saya akan menerimanya dengan lapang dada dan ucapan terima kasih. Dengan demikian skripsi ini ssaya buat sebaik-baiknya, semoga dapat membawa manfaat bagi kita semua yang membacanya terutama dalam memajukan bidang Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 04 Juli 2014
Alfani Roosy Andinni Peneliti
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ........................................................................................................
i
KATA PENGANTAR......................................................................................
ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
x
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ...................................
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................. 10 D. Tinjauan Pustaka................................................................... 11 E. Metodelogi Penelitian ........................................................... 13 F. Sistematika Penulisan ........................................................... 23 BAB II
KAJIAN TEORITIS A. Pengertian Strategi ............................................................... 25 B. Tahapan Strategi................................................................... 27 C. Pengertian Pembina Rohani Islam ....................................... 28 D. Pengertian Peningkatan Ibadah Shalat ................................. 31 E. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah .............................. 35 F. Teori Pembelajaran Sosial.................................................... 39 G. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan.................................. 42 H. Pengertian Anak Didik Pemasyarakatan.............................. 46
vi
I. Media Pembelajaran............................................................. 47 BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SALEMBA A. Hakikat Kriminalitas/Kejahatan ............................................ 50 B. Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Tempat Membina Pelaku Tindak Kriminal/Kejahatan................................................... 52 C. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.......................................................................... 55 D. Visi, Misi, dan Motto ............................................................ 57 E. Pelayanan dan Program Unggulan ........................................ 58 F. Kondisi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba.......... 59 G. Program Pembinaan .............................................................. 62 H. Situasi Pengamanan Lapas Klas IIA Salemba ...................... 70 I. Struktur Pejabat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba 74
BAB IV
TEMUAN HASIL PENELITIAN A. Strategi Pembina Rohani Islam Dalam Peningkatan Ibadah Shalat
Anak
Didik
Pemasyarakatan
di
Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat ............... 76 1. Perumusan Strategi Pembina Rohani Islam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba .............................. 80 2. Penerapan Strategi Pembina Rohani Islam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba ............................... 86
vii
3. Evaluasi Strategi Pembina Rohani Islam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba ............................... 101 B. Hasil Strategi Pembina Rohani Islam Dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat ............... 104 1. Kegiatan Pengajian......................................................... 105 2. Kegiatan Pembinaan Karakter........................................ 114 C. Interpretasi............................................................................. 130 BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 134 B. Saran..................................................................................... 120
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 122 LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1
Kegiatan-kegiatan Pembinaan Rohani Islam ................................. 77
Tabel 2
Perumusan Strategi Kegiatan Pengajian ........................................ 80
Tabel 3
Perumusan Strategi Kegiatan Pembinaan Karakter ....................... 83
Tabel 4
Penerapan Strategi Kegiatan Pengajian ......................................... 86
Tabel 5
Penerapan Strategi Kegiatan Pembinaan Karakter Islam .............. 94
Tabel 6
Evalusasi Strategi Kegiatan Pengajian........................................... 101
Tabel 7
Evalusia Strategi Kegiatan Pembinaan Karakter ........................... 103
Tabel 8
Hasil Strategi Pembinaan Rohani Islam ........................................ 105
Tabel 9
Hasil Kegiatan Baca Tulis Iqra dan A-Quran ................................ 107
Tabel 10
Hasil Kegiatan Pemberian Materi dan Praktek Ilmu Fiqh ............. 109
Tabel 11
Hasil Kegiatan Pemberian Materi Mahfudzhot ............................. 111
Tabel 12
Hasil Kegiatan Tausiyah ................................................................ 113
Tabel 13
Hasil Pemberian Materi Pembentukan Karakter............................ 115
Tabel 14
Hasil Pemutaran Film Dokumenter ............................................... 117
Tabel 15
Hasil Kegiatan Diskusi .................................................................. 119
Tabel 16
Hasil Praktek Shalat tasbih ............................................................ 121
Tabel 17
Hasil Pemutaran Video Ayaayat Al-Quran.................................... 123
Tabel 18
Hasil Pemutaran Video dan Pemberian Materi Tasawuf Jalaluddin Rumi ............................................................................. 124
Tabel 19
Hasil Kegiatan Hipnoterapy........................................................... 126
Tabel 20
Hasil Kegiatan Menulis Khat......................................................... 127
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Pengkajian Koding......................................................................... 19
Gambar 2
Alur Penelitian Kualitatif ............................................................... 20
Gambar 3
Kegiatan Pembinaan Pengajian, Pemberian Materi Ilmu Fiqh ...... 131
Gambar 4
Kegiatan Pembinaan Karakter, Praktek Shalat Tasbih dan Pemutaran Video Ayat-ayat Al-Quran........................................... 132
x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Saat ini adanya aksi dan tindakan kekerasan merupakan fenomena yang seringkali terjadi dan disaksikan oleh masyarakat. Bahkan hal itu selalu menghiasi informasi media massa. Sebagai contoh kasus adalah terjadinya kejahatan seksual, pembunuhan, perampokan, tawuran antar pelajar, penggunaan narkoba atau obat terlarang, pembantaian, pencurian, dan tindakan anarkis yang lain. Peristwa tersebut adalah dampak dari krisis multidimensional yang tengah melanda Bangsa Indonesia, yang termasuk didalamnya adalah krisis akhlak yang dapat merambah ke seluruh lapisan masyarakat baik golongan orang tua, remaja dan anak-anak. Perilaku tersebut dapat menyebabkan seseorang dikenakan sanksi hukum dan dapat masuk ke dalam Lembaga Permasyarakatan (Lapas). Anak-anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah satu sumber daya manusia yang memiliki potensi dan merupakan cita-cita penerus perjuangan bangsa yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan fisik, mental dan sosial secara utuh dan seimbang. Upaya mewujudkan masyarakat madani dan berdab, haruslah mempertimbangkan keberdaan anak dengan segala persoalan yang melingkupinya. Berdasarkan kasus yang dilakukan anak-anak seperti bergerombol di pinggir jalan, berkelompok membentuk geng, maka tidak mungkin akan terjadi sesuatu yang selalu baik, tapi juga akan terjadi
1
2
sesuatu yang tidak kita inginkan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Dalam buku Patologi Sosial 3 menurut Kartini Kartono, anak-anak yang melakukan kejahatan disebut anak-anak bubrah dan anak juvenile delinquency. Anak-anak bubrah memiliki satu ciri tidak toleran, melanggar aturan, tidak disiplin, melanggar norma dan otoritas yang disebabkan karena mengalami masalah-masalah sosial seperti terpisah dari orang tua pada usia kurang dari 3 tahun sehingga mereka mengalami kerusakan mental yang permanen akibat pengaruh lingkungan yang kejam dan buruk. Sementara anak juvenile delinquency adalah anak-anak muda yang selalu melakukan kejahatan, karena mereka berkeinginan untuk mendapatakan perhatian, status sosial dan penghargaan dari lingkungannya. Kebanyakan dari mereka disebut pemudapemuda berandalan atau anak-anak jahat nakal yang selalu berkeliaran di jalanjalan aspalan.1 Anak-anak yang berusia kurang dari delapan belas tahun, apabila melanggar tindak pidana maka masih menjadi tanggungjawab orangtuanya. Tingkah laku mereka melanggar hukum itu pun, seperti mencuri, menganiaya, menggunakan obat-obatan terlarang, belum disebut sebagai kejahatan melainkan hal itu disebut sebagai “kenakalan”. Jikalau ternyata kenakalan anak itu sudah membahayakan dan patut dijatuhi hukuman oleh negara, dan orangtuanya tidak mampu mendidik anak itu lebih lanjut, maka anak itu menjadi tanggungjawab negara dan dimasukkan ke dalam Lembaga Pemasyarakatan di bawah Kementrian 1
Dr. Kartini Kartono, Patologi Sosial 3 Gangguan-gangguan Kejiwaan (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2002), h. 192-195.
3
Hukum dan HAM atau dimasukkan ke dalam lembaga-lembaga rehabilitasi lainnya seperti Parmadi Siwi di bawah Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya.2 Lembaga Pemasyarakatan adalah sebuah lembaga yang diselenggarakan oleh pemerintah untuk memberi wadah dalam membina narapidana dan anak didik pemasyarakatan agar mereka mempunyai cukup bekal guna menyongsong kehidupan setelah selesai menjalani masa pidana. Selain itu, Lembaga Pemasyarakatan merupakan suatu pengejawantahan keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegrasi sosial atau pulihnya satuan hubungan antara narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dengan masyarakat.3 Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat merupakan salah satu lembaga permasyarakatan yang menjadi tempat dimana narapidana maupun anak didik pemasyarakatan dibina, dididik dan dibimbing agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.4 Kemudian Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat adalah Lembaga Pemasyarakatan yang menampung narapidana dan anak didik pemasyarakatan berjenis kelamin lakilaki.
2
Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja (Jakarta: Rajawali Pers, 2000), h. 5. Hmibecak.“Esensi Lembaga Pemasyarakatan sebagai Wadah Pembinaan Narapidana”,www.hmibecak.com, 2007. (Diakses pada tanggal 11 Januari 2014, pukul 20.00 WIB). 4 Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, UU RI No. 12 Th. 1995 Tentang Pemasyarakatan. 3
4
Narapidana dan anak didik pemasyarakatan adalah seseorang yang telah dijatuhi hukuman pidana karena melakukan kejahatan yang melanggar hukum. Tindak kejahatan yang dilakukan oleh narapidana dan anak didik pemasyarakatan disebabkan oleh banyak faktor misalnya :5 a. Pergaulan yang tidak baik sehingga narapidana dan anak didik pemasyarakatan ikut terjerumus seperti menggunakan obat terlarang, bandar narkoba, penipuan, penganiayaan dan lain-lain. b. Kekurangan ekonomi dalam keluarga narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang membuat mereka merampok, menodong bahkan membunuh. c. Faktor keluarga yang brokenhome orangtua yang tidak memperhatikan anaknya, membuat narapidana dan anak didik pemasyarakatan menjadi merasa hidupnya tidak berharga sehingga mereka mencari kepuasan denagn melampiaskannya kepada obat terlarang dan pergulan yang bebas. Sutrisno dan Sulis mengungkapkan bahwa penyebab kejahatan dapat dilihat dari beberapa faktor yaitu bakat si penjahat, alam sekitarnya, dan unsur kerohanian. Bakat seorang penjahat dapat dilihat menurut kejiwaan/kerohanian, ada penjahat yang pada lahirnya kejiwaannya lekas marah, jiwanya tidak berdaya menahan tekanan-tekanan dari luar, dan lemah jiwanya. Ada juga sejak lahirnya telah memperoleh cacat rohaniah. Sementara dalam Peraturan Pemerintah, tentang pembinaan dan bimbingan narapidana dan anak didik pemasyarakatan (warga binaan pemasyarakatan) dikatakan bahwa “Pembinaan adalah kegiatan untuk 5
Data Observasi kegiatan diskusi terhadap Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat pada tanggal 14 Maret 2014.
5
meningkatan kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, professional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan.”6 Rohani mengandung pengertian “kondisi kejiwaan seseorang dimana terbentuk dalam hubungan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa dalam budi pekerti seseorang serta melalui hubungan manusia dengan sesama manusia sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.”7 Dengan begitu pembinaan rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A menjadi sangat penting dalam memperbaiki perilaku maupun kejiwaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan, agar mereka memiliki budi pekerti yang baik dengan berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam. Ajaran-ajaran agama Islam yang membentuk hubungan narapidana dan anak didik pemasyarakatan dengan Tuhan Yang Maha Esa diharapkan dapat mengembalikan rasa percaya diri yang salah satunya adalah dengan meningkatkan ibadah shalat. Pembinaan terhadap
narapidana dan anak
didik pemasyarakatan
dimaksudkan untuk memberi bekal kepada mereka sehingga kelak tidak akan melakukan pelanggaran hukum serta dapat berguna bagi masyarakat dan mampu memperoleh kebahagiaan di dunia dan di akhirat kelak. Kegiatan pembinaan di dalam Lembaga Pemasyarakatan mencakup proses pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Pembinaan kepribadian meliputi : Pembinaan kesadaran beragama,
pembinaan
kesadaran
berbangsa
dan
bernegara,
pembinaan
kemampuan intelektual (kecerdasan), pembinaan mengintegrasikan diri dengan 6
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, (Bab 1 Pasal 1 ayat 1). 7 Siti Rahmah, “Bimbingan Rohani Islam Dalam Meningkatkan Semangat Kerja dan Motivasi Hidup Para Narapidana (Study Kasus di LP Wanita Tangerang),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2003), h. 21-22.
6
masyarakat.8 Adapun pembinaan kemandirian meliputi : Pembinaan untuk mendukung usaha-usaha mandiri, misalnya kerajinan tangan, indusrti rumah tangga, keterampilan untuk usaha-usaha industri kecil, misalnya pembuatan batako : keterampilan yang dikembangkan sesuai bakatnya masing-masing, misalnya keterampilan seni (band, seni tari); keterampilan untuk mendukung usaha-usaha industri atau kegiatan pertanian dengan menggunakan teknologi madya atau tinggi, misalnya industri kulit.9 Upaya meningkatkan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan termasuk ke dalam pembinaan kepribadian yaitu pembinaan kesadaran beragama, dan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba kegiatan pembinaan kesadaran beragama Islam adalah kegiatan pembinaan rohani Islam.10 Hal tersebut sangat penting dilakukan karena dengan pembinaan shalat diharapkan anak didik pemasyarakatan (yang beragama Islam) dapat mendekatkan diri kepada Allah sehingga mereka mampu memperbaiki diri dan bertaubat kepada-Nya. Secara khusus, dengan pembinaan shalat anak didik pemasyarakatanakan mendapatkan kembali rasa percaya diri dan harga dirinya serta dapat optimis akan masa depannya. Harus disadari bahwa untuk melaksanakan pembinaan rohani Islam melalui bentuk kegiatan dan usaha, tentunya menuntut kemampuan dan tanggungjawab yang lebih besar dari pelaksananya termasuk perlunya dukungan berupa sarana dan fasilitas yang memadai. Adanya keterbatasan seperti 8
Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PK.04, 10. Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana / Tahanan. 9 Ibid, Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PK.04. 10 Wawancara pribadi dengan Pengawas kegiatan pembinaan rohani Islam Bapak Hary, Salemba, Senin 17 Februari 2014, pukul 09.00 wib.
7
keterbatasan fasilitas atau keterbatasan kemampuan pembina, membuat para pembina harus mampu memanfaatkan kondisi yang ada secara efisien sehingga dapat memiliki hasil yang optimal. Maka, suatu cara yang paling tepat untuk mengatasi keterbatasan adalah melalui penetapan atau menentukan strategi yang tepat. Dengan strategi yang tepat maka masalah-masalah yang sedang dihadapi serta kemungkinan pengembangan kegiatan pembinaan di masa yang akan datang dapat diantisipasi.11 Saat ini strategi banyak digunakan untuk semua kegiatan organisasi, dan memang sudah sapatutnya demikian karena pada dasarnya dalam segala hal untuk mencapai suatu tujuan diperlukan strategi. Demikian juga dengan pembinaan rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba yang merupakan salah satu kegiatan dalam menyampaikan ajaran-ajaran Islam, untuk mencapai tujuan dari kegiatan tersebut maka perlu adanya strategi. Pada prinsipnya, pembina rohani Islam yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba sama seperti da’i yang harus mampu menerapkan strategi dari ajaran-ajaran Islam dan program-program pembinaan yang sudah dibuat. Seorang da’i yang baik harus mengetahui strategi apa yang akan digunakan dalam penyampaian misi ajaran-ajaran Islam yang akan disampaikan. Hal ini juga diungkapkan oleh Masykurs Hakim, “Seorang da’i harus memiliki strategi yang bijak dan metode yang strategis dalam menunjang keberhasilan dakwahnya. Jika seorang da’i
11
Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis (Yogyakarta: BPFE, 1985), h. 8.
8
mampu menjalankan strategi dakwah secara bijak, insya Allah akan mudah tercapai keinginannya yakni keberhasilan dakwahnya.12 Strategi pembina rohani Islam dalam kegiatan yang ada di dalam pembinaan rohani Islam terhadap anak didik pemayarakatan di Lembaga Pemasyarakatan sangat penting, karena dapat memberikan pembinaan dalam bidang agama Islam yang salah satu tujuannya adalah agar anak didik pemasyarakatan dapat meningkatkan ibadah shalat. Karena pembinaan ibadah shalat dimaksudkan agar anak didik pemasyarakatan dapat menjadi muslim yang baik dengan menjalankan semua perintahNya dan menjauhi semua laranganNya. Dengan begitu mereka diharapkan dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah mereka perbuat. Hal ini sesuai dengan pengertian Bimbingan Islam itu sendiri yaitu “proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.13 Dengan demikian Bimbingan Islam merupakan proses sebagaimana bimbingan lainnya, tetapi dalam seluruh seginya berlandaskan ajaran Islam.14 Melihat fenomena di atas, sangat penting sekali strategi yang dilakukan oleh pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba. Oleh karenanya, penulis tergugah untuk mengangkat masalah tersebut dalam judul : “Stretegi Pembina Rohani Islam
12
Masyurs Hakim dan Ubaidillah, Dakwah Islam Dakwah Bijak (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), h. 84. 13 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam (Yogyakarta: UII Press, 2002), h. 4. 14 Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam, h. 11.
9
Dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah Pembatasan masalah pada penelitian ini hanya menganalisis Strategi Pembina Rohani Islam dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. Penelitian ini merupakan upaya untuk meneliti sebuah aktifitas pembinaan rohani Islam yang dilakukan oleh pembina di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. Namun demikian, mengingat banyaknya Lembaga Pemasyarakatan di seluruh Indonesia
maka
peneliti
memfokuskan
penelitian
hanya
di
Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat pada bulan Februari – Mei 2014. Untuk memperjelas dan mempermudah pencarian data berdasarkan batasan masalah yang akan di bahas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat ? 2. Bagaimana hasil strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat ?
10
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah : a. Untuk mengetahui bagaimana stretegi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. b. Untuk mengetahui bagaimana hasil strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi : a. Bagi peneliti, sebagai wadah untuk memperluas wawasan pengetahuan dan pengalaman sehingga dapat meningkatkan kemampuan peneliti di bidang penelitian. b. Bagi mahasiswa, sebagai bahan informasi akademik untuk pelaksanaan penelitian berikutnya yang lebih meluas dan mendalam. c. Bagi pembina rohani Islam di Lembaga Pemsyarakatan, sebagai bahan masukan yang dapat digunakan untuk pembinaan terhadap anak didik pemasyarakatan. d. Bagi Lembaga Pemasyarakatan, sebagai bahan masukan yang dapat digunakan dalam mengembangkan dan meningkatkan program kegiatan masyarakat lainnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan oleh pemerintah sebagai tambahan keterangan tentang masalah pembinaan rohani Islam pada anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan, sehingga bermanfaat untuk menambah
11
sumbangan
pemikiran
dalam
pelayanan
pembangunan
kepada
masyarakat.
D. Tinjauan Pustaka Skripsi yang menjadi acuan penulis sebagai contoh dan pembanding adalah skripsi berjudul : 1. Strategi Dakwah Dalam Dunia Anak (Studi Kasus Pada TKA/TPA Wahdatul Khairat di Kelurahan Tugu Utara Jakarta Utara). Dalam skripsinya Ma’sum Makki mengambil kesimpulan, strategi dakwah yang digunakan TKA/TPA Wahdatul Khairat sangat erat kaitannya dengan penerapan metode dakwah itu sendiri, seperti metode ceramah, metode tanya jawab, metode demontrasi, metode sosiodrama, dan metode BBM (Bercerita, Bermain dan Menyanyi). Sedangkan metode dakwah yang paling tepat dan efisien diterapkan kepada anak adalah metode yang sangat bersentuhan langsung dengan dunia anak yaitu dunia bermain. 2. Strategi Dakwah Generasi Muda Masjid Al-Hikmah (GEMA) Dalam Meningkatkan Nilai-nilai Keislaman Para Pemuda Di Kampung Areman Cimanggis Depok. Dalam skripsi ini Indra Dita Puspito memberikan
kesimpulan
bahwa
Gema
Al-Hikmah
dalam
mengimplementasikan strategi dakwah yang sudah di susun dalam bentuk-bentuk program dakwah adalah membuat berbagai agenda keagamaan yang di butuhkan oleh setiap anggota, baik itu dalam
12
bentuk acara yang sudah ditetapkan oleh GEMA maupun kegiatan dakwah yang sifatnya komunitas kecil. 3. Peran Bimbingan Keagamaan Pada Anak Didik di Lembaga Pemasayrakatan Anak Pria Tangerang. Dalam skripsi ini Maryanih memberikan kesimpulan bahwa materi-materi dalam bimbingan keagamaan
menunjang
anak
didik
untuk
mengetahui
betapa
pentingnya ilmu agama dan setelah mendapatkan bimbingan keagamaan anak didik banyak mengalami perubahan kearah yang lebih baik dalam segi agama maupun rasa sosial yang ada pada diri mereka. 4. Aplikasi Perencanaan Bimbingan Agama di Lembaga Pemasyarakatan Anak Tangerang. Dalam skripsi ini Sumiyati memberikan kesimpulan bahwa
aplikasi
perencanaan
bimbingan
agama
di
Lembaga
Pemasyarakatan Anak Pria Tangerang berkaitan dengan aplikasi physical planning, cost planning dan analisa SWOT. 5. Kontribusi Dakwah Dalam Pemahaman Nilai-nilai Agama dan Akhlak Siswa (Studi
Kasua
Pada
Lembaga
Pemasyarakatan Remaja
Tangerang). Dalam Skripsi ini Aan Subhan memberikan kesimpulan bahwa terdapat sebuah korelasi yang erat antara peranan dakwah Islamiah dengan peningkatan pemahaman remaja terhadap ajaranajaran agama yang tidak dapat dilepaskan dari peran-peran komponen di dalam pelaksanaan dakwah dengan memperhatikan sisi psikologi remaja. Perbedaan dari kelima penelitiaan di atas dengan yang akan peneliti lakukan adalah dapat dilihat dari subjek, objek dan lokasi penelitian. Subjek yang diambil oleh peneliti sendiri adalah Pembina Rohani Islam, objeknya adalah
13
strategi yang digunakan oleh pembina rohani Islam tersebut dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan, dan yang akan menjadi sasaran penelitian adalah yakni Lembaga Pemasyarakatan Klas II A yang terdapat di daerah Salemba, Jakarta Pusat.
E. Metodelogi Penelitian Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan reprsentatif dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan metode Deskriptif Analisis melalui pendekatan kualitatif. Dimana pendekatan kualitatif ini akan mendeskprisikan atau menggambarkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai faktor-faktor, sifat, serta hubungan antara fenomena yang diteliti dan data yang akan dihasilkan berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka.15 Dengan menggunakan metode di atas, maka dapat diprediksi bahwa dalam penelitian ini akan menghasilkan gambaran-gambaran secara tertulis bagaimana strategi pembina rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan agar dapat meningkatkan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan, peneliti juga akan menjelaskan hasil dari strategi pembina rohani Islam terhadap peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan. Seperti yang telah dikemukakan di atas, bahwa setiap penelitian memiliki langkah-langkah yang perlu dilalui secara bertahap, maka langkah-langkah yang akan digunakan dalam penelitian kualitatif ini adalah sebagai berikut :
15
Lexy, J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : Rosdakarya, 2007), h. 9-
10.
14
1. Teknik Pengumpulan Data a. Observasi Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Dalam tradisi kualitatif, data tidak akan diperoleh dibelakang meja, tetapi harus terjun langsung ke lapangan. Data observasi dapat berupa gambaran, sikap, kelakuan, perilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia. Peneliti mengidentifikasi tempat yang hendak diteliti, siapa, kapan, berapa lama melakukan penelitian dan bagaimana. Maksud utama observasi adalah menggambarkan keadaan yang diobservasi.16 Dengan demikian peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan
observasi
untuk
mengetahui
letak
geografis
Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat, sarana dan fasilitas yang tersedia, pelaksanaan pembinaan rohani Islam khususnya pembinaan ibadah shalat, juga strategi pembina rohani Islam yang diterapkan dalam pembinaan tersebut, serta hasil peningkatan ibadah shalat dari anak didik pemasyarakatan setelah mengikuti kegiatan pembinaan. b. Wawancara Wawancara (interwiew) adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dan
terwawancara
(interviewee) yang memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu.17
16
J. R Raco, Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya (Jakarta: PT Grasindo, 2010), h. 112-114. 17 Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, h. 186.
15
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang tidak diperoleh melalui obervasi atau kuesioner. Wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian mereka itu, merupakan suatu pembantu umum dari metode pengamatan.18 Peneliti
menggunakan
teknik
pengumpulan
data
dengan
wawancara untuk memperoleh data tentang tujuan dasar dan orientasi pembinaan rohani Islam terhadap anak didik pemasyarakatan, hasil pembinaan terhadap anak didik pemasyarakatan, klasifikasi anak didik pemasyarakatan, kegiatan dalam rangka pemasyarakatan, program pembinaan, serta strategi yang digunakan pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan. Dalam hal ini wawacara dilakukan terhadap pembina rohani Islam dan anak didik pemasyarakatan yang beragama Islam yang telah mengikuti kegiatan pembinaan. c. Dokumentasi Dokumentasi yaitu cara mengumpulkan data melalui peninggalan tertulis, terutama arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori dalil/hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.19
18
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta: PT. Gramedia, 1977)
h. 129. 19
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 2003), h. 100.
16
Dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tertulis, seperti letak geografis Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat, sejarah berdiri, dasar dan tujuannya, struktur organiasi, staf dan program yang terkait dengan pembinaan rohani Islam. 2. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang akan dijadikan penelitian ini adalah Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jl. Percetakan Negara No. 87, Salemba Jakarta Pusat 10570. No Telepon : (021)-42883804. Dan waktu penelitian yang akan dilakukan peneliti dimulai pada tanggal 17 Februari – 15 Mei 2014. 3. Subjek dan Objek Penelitian Subjek penelitian adalah orang yang dapat memberikan informasi. Proses penentuan subjek dan atau sumber data dalam penelitian kualitatif umumnya menampilkan karakteristik, yaitu : -
Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar, melainkan kasuskasus yang tipikal sesuai dengan kekhususan masalah penelitian.
-
Tidak ditentukan secara kaku sejak awal, tetapi dapat berubah baik dalam jumlah maupun karakteristik sampelnya, sesuai dengan pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.
-
Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti jumlah atau peristiwa acak, melainkan dalam kecocokan konteks.20
20
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia (Depok: LPSP 3Universitas Indonesia, cet ke-4, 2011), h. 109-110.
17
Pada
penelitian
ini
pengambilan
sampel
akan
dilakukan
berdasarkan teori, atau berdasarkan konstruk operasional. Sampel dipilih dengan kriteria tertentu, berdasarkan teori atau konstruk operasional sesuai studi-studi sebelumnya, atau tujuan penelitian.21 Berdasarkan prosedur di atas, peneliti memberikan kriteria kepada sumber data yang akan dipilih, sebagai berikut : -
Pembina rohani Islam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
-
Anak didik pemasyarakatan yang mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam yaitu kegiatan pengajian dan kegiatan pembinaan karakter.
-
Anak didik pemasyarakatan yang tidak bisa shalat dan mengikuti kegiatan
pengajian
dan
pembinaan
karakter
di
Lembaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. Setelah memberikan kriteria kepada informan yang akan dijadikan sumber data, maka terpilih tiga orang pembina rohani Islam dan lima orang anak didik pemasyarakatan : 1. Pembina rohani Islam : Bapak M. Danil, SH, Bapak Iskandar, S.Pd.I dan Bapak Ilham. 2. Anak Didik Pemasyarakatan : M.Arfan, Doni Saputra, Fatahilah, Mahlani bin Mamid, Reza Najmi Alfan.
21
Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia, h. 119.
18
Selain sumber data utama di atas, peneliti melibatkan sumbersumber data lain yang masih memiliki data yang berkaitan dan dapat menyempurnakan penelitian ini, yakni : 1. Bapak Hary Achmad Purnawan S.Kom adalah pengawas kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba. 2. Bapak Ruswanto adalah staf registrasi di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba. Setelah mengetahui siapa sajakah yang dijadikan sumber data, maka objek penelitian ini adalah strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. 4. Pengelolaan Data Pada bagian ini, seluruh data yang didapatkan dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi yang ditunjukan kepada pembina rohani Islam dan anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakaan Klas II A Salemba Jakarta Pusat tersebut dikumpulkan dan disusun berdasarkan kecocokan dan rumusan yang telah disusun oleh peneliti. 5. Analisis Data Penelitian ini menggunakan analisis data menurut Patton yaitu proses mengatur urutan data, mengorganiasikannya kedalam suatu pola, kategori dan suatu uraian dasar.22
22
Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, h. 280.
19
Gambar di bawah ini adalah pengkajian koding : Gambar 1 Alur Pengkajian Koding Penelitian Kode teks untuk tema pelaporan
Kode teks untuk tema pelaporan Serentak Peneliti membuang koding (menklasifikasikan) data
Interative
Peneliti membaca berkali-kali (menangkap arti data tersebut) Peneliti siapkan data untuk analisis (mencatat kembali wawancara)
Peneliti kumpulkan data (teks, catatan lapangan, transkip)
Analisis data disini berarti mengatur secara sistematis bahan hasil wawancara dan observasi, menafsirkannya dan menghasilkan suatu pemikiran, pendapat, teori, atau gagasan baru. Inilah yang disebut temuan atau findings. Findings berarti mencari dan menemukan tema, pola, konsep, insights, dan understanding.23
23
J.R Raco, Metode Penetitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya (Jakarta: PT Grasindo, 2010), h. 121.
20
Data yang diperoleh, dapat dianalisis denagan langkah-langkah sebagai berikut : Pertama, membaca berkali-kali data yang diperoleh sambil mengurangi informasi tumpang tindih atau berulang-ulang. Kedua, melihat signifikasi atau pentingnya data yang diperoleh. Ketiga, mengklarifikasi atau mengkoding data yang memiliki kemiripan atau kecocokan dengan data lain. Keempat, adalah mencari pola atau tema yang mengikat
pikiran
yang
satu
dengan
yang
lainnya.
Kelima,
mengkonstruksikan framework untuk mendapatkan esensi dari apa saja yang hendak disampaikan oleh data tersebut.24 Seperti pada bagan di atas. Kemudian penggunaan alur dalam analisis data kualitatif pada penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 2 Alur Berpikir Penelitian Kualitatif Peneliti
Temuan-temuan Baru
Pencocokan Teori
24
Fenomena/Kejadian Alam
Temuan dan Uji Teoritik
Raco, Metode Penetitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya, h. 121.
21
a. Peneliti Penelitian analisis ini selalu dimulai dengan peneliti. Semua berangkat dan bersumber pada peneliti.25 Peneliti akan bersikap subjektif, namun tetap mengacu pada data hasil wawancara pembina rohani Islam dan observsi di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. b. Memahami Fenomena/Gejala Pada tahap ini peneliti akan berusaha memahami fenomenafenomena strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba. Selain melakukan wawancara dengan pembina rohani Islam dan informan lainnya yang bersangkutan dengan penelitian ini. Peneliti juga melakukan observasi mendalam, agar peneliti lebih dapat melihat dan menggali data lebih dalam. c. Temuan dan Uji Teoritik Temuan-temuan akan penulis paparkan dalam berbagai bentuk mulai dari narasi tentang sebuah proses strategi pembina rohani Islam mulai dari perumusan, penerapan dan evaluasi pada kegiatan pembinaan rohani Islam yang berlangsung di Lembaga Pemaysrakatan Klas II A Salemba, membuat daftar tabel mengenai proses tersebut, bagan sruktur organisasi dan menguji teori.26 d. Pencocokan Teori 25
Ilham Prisgonanto, Artikel: Metode Penelitian, Bab 3 : Analisis Data Kualitatif (Jakarta: Pusat Pengembangan Bahasa Ajar – Universitas Mercubuana), h. 5. 26 Prisgonanto, Artikel: Metode Penelitian, Bab 3 : Analisis Data Kualitatif, h. 6-7.
22
Pada tahap ini, peneliti akan mencocokan teori komunikasi dan strategi dakwah yang telah dipilih pada bab 2. Apakah dalam proses perumusan, penerapan dan evaluasi strategi pembina rohani Islam sesuai dengan teori persuasi, teori proses keputusan inovasi, teori proses adopsi, teori peranan komunikator dan teori pembangunan. Sebagai teori tambahan, penulis juga akan mencocokan tempuan penelitian dengan teori pembelajaran sosial. e. Temuan-temuan Baru Setelah melakukan pencocokan teori maka munculah temuantemuan dalam bentuk berbagai macam.27 Dalam penelitian ini akan muncul temuan baru pada strategi pembina dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba. 6. Teknik Triangulasi Dalam Penelitian Kualitatif Untuk memperoleh keabsahan data, penulis menggunakan teknik triangulasi yaitu teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data. Penulis menggunakan triangulasi dengan sumber menurut Patton yakni mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal ini dicapai dengan cara sebagai berikut : a. Membandingkan data hasil observasi dengan data hasil wawancara. 27
Prisgonanto, Artikel: Metode Penelitian, Bab 3 : Analisis Data Kualitatif, h. 8.
23
b. Membandingkan apa yang dikatakan didepan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi. c. Membandingkan hasil wawancara dengan suatu dokumen yang berlaku. Teknik triangulasi lebih mengutamakan efektifitas proses dan hasil yang diinginkan. Oleh karena itu, triangulasi dapat dilakukan dengan menguji apakah proses dan hasil metode yang digunakan sudah berjalan dengan baik.28 Teknik ini dipakai setelah data selesai dikumpulkan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga menyampaikan kebenaran yang dapat digunakan untuk menjawab persoalan dalam penelitian ini. Proses triangulasi
tersebut
dilakukan
terus-menerus
sepanjang
proses
mengumpulkan data dan analisis data, sampai peneliti yakin tidak ada lagi perbedaan-perbedaan dan tidak ada lagi yang perlu dikonfirmasikan kepada informan.
F. Sistematika Penulisan Sistematika penelitian penulisan ini di bagi menjadi lima bab, dimana setiap bab dirinci menjadi kedalam sub-sub sebagai berikut : Bab I : Pendahuluan Bab pertama ini akan menjelasan mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, pedoman penulisan dan sistematika penulisan. 28
Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif (Jakarta: P.T. Raja Grafindo Persada, 2003), h. 191.
24
Bab II : Kajian Teoritis Bab kedua ini akan menjelaskan mengenai Pengertian Strategi yang mencakup Strategi Yang Baik dan Tahapan Srtrategi, Pengertian Pembina Rohani Islam, Media Pembelajaran, Pengertian Peningkatan Ibadah Shalat, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah, Teori Pembelajaran Sosial, Pengertian Lembaga Pemasyarakatan yang mencakup Pembinaan Narapidana, Pengertian Anak Didik Pemasyarakatan. Bab III : Gmbaran Umum Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Bab ketiga akan menjelaskan tentang Hakikat Kriminalitas/Kejahatan, Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Tempat Membina Pelaku Tindak Kriminal/Kejahatan, Sejarah, Visi, Misi dan Motto, Pelayanan dan Program Unggulan, Kondisi, Program Pembinaan, Situasi Pengamanan dan Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba. Bab IV : Temuan dan Analisa Data Dalam bab keempat ini akan menjelaskan tentang Strategi Pembina Rohani Islam dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat dan Hasil dari Strategi Pembina Rohani Islam dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. Bab V : Penutup Dalam bab akhir ini, penulis memberikan kesimpulan terhadap apa yang telah diteliti oleh penulis dalam karya ilmiah ini, serta memberikan saran-saran dan juga beberapa lampiran yang didapat oleh penulis.
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Pengertian Strategi Pengertian strategi secara etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu Strategos, yang berarti ‘Komandan Militer’ pada zaman demokrasi Athena. Pada awalnya strategi digunakan dalam dunia militer, yaitu untuk memenangkan suatu peperangan.1 Sedangkan secara terminologis, Fred R. David mendefinisikan strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang yang hedak dicapai. 2 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, strategi memiliki makna sebagai rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.3 Syarif Usman mengemukakan bahwa strategi adalah kebijaksanaan dalam menggerakan dan membiming seluruh potensi (kekuatan, daya dan kemampuan) bangsa untuk mencapai kemakmuran dan kebahagiaan.4 Kemudian Onong menyimpulkan, definisi strategi pada hakikatnya adalah perencanaan (planning) dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan, akan tetapi untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.5
1
Komarudin, Ensiklopedia Manajemen (Jakarta: Bumi Aksara, 1994), h. 539. Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Salemba Empat, 2010), h. 18. 3 Hari Murti Kridalaksana, Kamus Sinonim Bahasa Indonesia (Jakarta: Nusa Indah, 1981), 2
h. 173. 4
Syarif Usman, Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam (Jakarta:Firma Jakarta,tth), h. 6. 5 Onong Uchjana Efendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 1999), h. 32.
25
26
Achmad Juantika N mengatakan bahwa strategi adalah suatu pola yang direncanakan dan ditetapkan secara sengaja untuk melakukan kegiatan atau tindakan. Strategi mencakup tujuan kegiatan, siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan.6 Sementara untuk mencapai tujuan akhir organisasi menurut George dan John, strategi mengacu pada perumusan tugas, tujuan dan sasaran organisasi.7 Din Syamsudin mengungkapkan dalam bukunya Etika Agama dalam Membangun Masyarakat Madani, Strategi mengandung arti antara lain : a. Rencana dan cara yang seksama untuk mencapai tujuan. b. Seni dalam mensiasati rencana atau program untuk mencapai tujuan. c. Sebuah penyesuaian terhadap lingkungan untuk menampilkan fungsi dan peran penting dalam mencapai keberhasilan bertahap.8 Kemudian dalam konteks dakwah, menurut Asmuni Syukir yang dikutip oleh Samsul Munir Amin, strategi diartikan sebagai metode, siasat, taktik yang digunakan dalam proses kegiatan dakwah dan harus memperhatikan asas dakwah, yaitu : -
Asas filosofis : Asas ini membicarakan masalah yang erat hubungannya dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam proses atau aktifitas dakwah.
-
Asas keahlian dan kemampuan da’i.
6
Dr. Achmad Juantika Nurishan, M.Pd, Strategi Bimbingan dan Konseling (PT Rafika Aditama, 2005), h. 9-10. 7 George A. Steiner dan John B. Miner, Kebijakan dan Strategi Manajemen (PT.Gelora Aksara Pratama, 1997), h. 6. 8 Din Syamsudin, Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani (Jakarta: Logos, 2000), h. 127.
27
-
Asas sosiologis : Asas ini erat hubungannya dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah.
-
Asas psikologis :Asas ini erat hubungannya dengan kejiwaan manusia.
-
Asas efiktifitas dan efisiensi : Dalam kegiatan dakwah harus menyeimbangkan antara biaya, waktu, tenaga yang digunakan dengan pencapaian hasil kegiatan dakwah.9 Dari beberapa pemaparan para ahli di atas, dapat dikatakan bahwa strategi
adalah sebuah sarana dan juga seni dalam perencanaan untuk mencapai suatu tujuan. Dalam strategi perlu adanya taktik atau metode yang diterapkan agar tujuan yang ingin dicapai dapat terlaksana dengan baik. Strategi juga mencakup siapa yang terlibat dalam kegiatan, isi kegiatan, proses kegiatan, dan sarana penunjang kegiatan. B. Tahapan Strategi Fred R. David mengatakan bahwa dalam proses strategi ada tahapantahapan yang harus ditempuh, antara lain : 1. Perumusan strategi : Hal-hal yang mencakup perumusan strategi adalah pengembangan visi dan misi, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal, kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi-strategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan. 2. Implementasi/Penerapan strategi : Penerapan strategi sering disebut juga tindakan dalam strategi, karena penerapan dalam strategi berarti memobilisasi untuk mengubah strategi yang dirumuskan menjadi suatu 9
Drs. Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), h. 70-71.
28
tindakan. Tahap ini merupakan tahap paling sulit karena memerlukan kedisiplinan, komitmen dan pengorbanan. Kerjasama juga merupakan kunci dari berhasil atau tidaknya penerapan strategi. 3. Evaluasi/Penilaian strategi : Penilaian strategi merupakan tahap akhir dari strategi. Terdapat tiga aktivitas dasar dalam penilaian strategi, yaitu :
Meninjau ulang faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi landasan bagi strategi yang sekarang.
Mengukur prestasi, yakni membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan.
Mengambil langkah korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai rencana.10
C. Pengertian Pembina Rohani Islam Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pembina berasal dari kata bina yang berarti membangun atau mengusahakan supaya lebih baik, sedangkan pembina adalah orang yang membina.11 Jadi dapat dikatakan, pembina adalah orang yang mengusahakan atau melakukan kegiatan untuk memperoleh hasil yang lebih baik dan sesuai dengan target yang diharapkan.
10
Fred R. David, Manajemen Strategi Konsep (Jakarta: Salemba Empat, 2010), h. 6-7. Peter Salim dan Yeni, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer (Jakarta: Modern English, 1991), h. 1993. 11
29
Sedangkan rohani berasal dari bahasa arab yaitu “ruh” yang berarti jiwa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata rohani memiliki arti sesuatu yang bertalian bukan jasmaniah. Rohani berkaitan dengan, roh, rohaniah dan alam.12 Samudra Aziz dan Setia Budi medefinisikan rohani adalah bagian yang halus dari susunan kehalusan manusia yang memiliki kecendrungan kepada sifatsifat Allah.13 Kemudian berdasarkan pemahaman dari Al-Kindi, sebagai filusuf muslim pertama yang membahas hakikat ruhyaitu : “…Ruh adalah suatu wujud sederhana dan zatnya terpancar dari zat sang pencipta, persis sebagaimana sinar terpancar dari matahari. Ruh bersifat spiritual, kebutuhan dan berbeda dengan tubuh..”.14 Dengan begitu, dapat diketahui bahwa ruh merupakan suatu zat yang bersifat spiritual, ketuhanan dan berbeda dari tubuh sebagai penggerak yang erat kaitannya hubungan manusia dengan Tuhannya. Mengingat bahwa ruh bersifat spiritual maka hal ini sangat erat kaitannya dengan Tuhan. Maka peran agama didalam diri seseorang akan berkaitan pula dengan kehidupan seseorang tersebut karena agama merukapan ikatan manusia dengan Tuhannya. Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada agama Islam, dimana Islam dalam Ensiklopedia Islam memilki arti “agama samawi (langit) yang diturunkan oleh Allah SWT melalui utusanNya Muhammad SAW yang ajaran-
12
Dep.Dikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), h. 850 dan
960. 13
Samudra Azhari dan Setia Budi, Eksistensi Rohani Manusia (Jakarta: Yayasan Majelis Ta’lim HDH, 2004), bag. 2, h. 15. 14 Rafy Sapury, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009), h. 315-316.
30
ajarannya terdapat dalam kitab suci Al-Quran dan sunah dalam bentuk perintahperintah, larangan-larangan dan petunjuk-petunjuk untuk kebaikan manusia baik di dunia maupun di akhirat.15 Maka menurut pemahaman penulis, pembina rohani Islam adalah seseorang yang memberikan pembinaan melalui kegiatan dalam pembetukan dan penyempurnaan jiwa seseorang dengan ajaran-ajaran agama Islam yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Agar tujuan pembinaan rohani Islam yang dilakukan oleh pembina dapat tercapai, maka diperlukan metode yang tepat. Hal ini senada dengan pendapat Saleh Abdullah, tujuan pendidikan Islam itu akan tercapai secara tepat guna manakala jalan yang ditempuh menuju cita-cita tersebut betul-betul tepat. Adapun metode pembinaan agama Islam yang dilakukan adalah :16 a. Metode cerita : menceritakan kisah-kisah yang dapat diambil hikmahnya oleh anak didik. b. Metode ceramah : metode ini berujuan untuk menjalin komunikasi antar anggota di dalam kelompok yang saling mengarahkan. c. Metode diskusi, tanya jawab atau dialog : merupakan metode dengan pendekatan perorangan, mengungkapkan apa yang dirasakan oleh yang dibina kepada pembina. d. Metode simbolisme verbal : demonstrasi visual yang hanya bisa dilakukan dengan praktek langsung. Dalam hal ini keteladanan juga termasuk di dalamnya. 15
Kafrawi Ridwan, dan Quraish Shihab, (ed.), “Islam”, Ensiklopedia Islam (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997), Jilid 24, h. 246 16 Abdurrahman Saleh Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran (Jakarta: Rineka Cipta, 1994), h. 197.
31
e. Metode hukuman dan ganjaran : siapa yang melakukan kebaikan dan keburukan pasti akan mendapatkan ganjaran.17 Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pembina rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan adalah orang yang melaksanakan kegiatan untuk membentuk jiwa, memperbaiki moral, budi pekerti yang luhur dengan memperkuat keyakinan bersama, baik dalam hubungan manusia dengan sesama, dengan diri sendiri dan dengan Tuhannya melalui metode-metode yang telah ditetapkan berdasarkan Al-Quran.
D. Pengertian Peningkatan Ibadah Shalat 1. Peningkatan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa peningkatan adalah proses kerja menambah kemampuan.18 Sedangkan
menurut
Lembaga
Penelitian
dan
Pengabdian
Masyarakat, peningkatan adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat, kualitas ataupun kuantitas.19 2. Ibadah Shalat Kata ibadah berasal
dari
bahasa Arab
“ibada”, artinya
menyembah, mengabdi.20 Secara etimologi, ibadah berarti taat, tunduk, dan do’a.21 Sedangkan secara terminologi ibadah adalah nama yang 17
Abdullah, Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran, h. 205-231. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa (2001), h. 1086. 19 www.lpp.itb.ac.id Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat diakses pada 21 April 2014 pukul 1.46 am. 20 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hida Karya Agung, 1990), h. 252. 21 Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam, “Ibadah”.Ensiklopedia Islam (Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 143. 18
32
mencakup segala perbuatan yang disukai dan diridai oleh Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang-terangan maupun tersembunyi dalam rangka mengagungkan Allah dan mengharapkan pahalanya. Prof. Dr. Zakiah Daradjat dan kawan-kawan mendefinisikan ibadah secara umum berarti mencakup semua perilaku dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah SWT. Dalam pengertian inilah ibadah dimaksud sebagai tugas hidup manusia. Firman Allah SWT :22
(٥٦) ِﻧﺲ إﱠِﻻ ﻟِﻴَﻊ ۡ◌ﺑُﺪُو ِن َ ت ٱل ۡ◌ ِﺟ ﱠﻦ وَٱل ۡ◌إ ُ ◌ۡ َوﻣَﺎ َﺧﻠَﻖ Artinya :“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyat ayat 56) Dalam pengertian secara khusus, ibadah adalah perilaku manusia yang dilakukan atas perintah Allah SWT dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Perilaku tersebut terdapat di dalam ruang lingkup syariah yang menjelaskan bahwasannya ibadah adalah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan langsung dengan Allah SWT (ritual) yang terdiri dari rukun Islam yaitu : mengucapkan syahadatain, menegrjakan shalat, zakat puasa dan haji. Sementara ibadah lainnya adalah ibadah yang berhubungan dengan rukun Islam yakni : (1) Badani yang bersifat fisik yaitu bersuci meliputi wudhu, mandi, tayamum pengaturan menghilangkan najis, peraturan air, istinja dan lain-lain, adzan, qomat, itikaf, doa, shalawat, umrah, tasbih, istigfar, khitan,
22
Prof. Dr. Zakiah Daradjat dkk., Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 300.
33
pengurusan mayat dan lain-lain. (2). Mali (bersifat harta) : qurban, aqiqah, alhadyu, sidqah, wakaf, fidyah, hibbah dan lain-lain.23 Kata shalat berasal dari bahasa Arab yaitu “doa”, tetapi shalat yang dimaksud adalah “ibadah yang terusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir, disudahi dengan salam, dan memenuhi beberapa syarat yang ditentukan”.24 Ulama hakikat mendefinisikan shalat sebagai menghadapkan jiwa kepada Allah yang mendatangkan rasa takut kepadaNya serta menumbuhkan dalam
jiwa
rasa
keagungan
dan
kebesaranNya
dan
kesempurnaan
kekuasaanNya. Sedangkan ulama makrifat melihat shalat dari ruhnya, yaitu berharap kepada Allah dengan sepenuh jiwa, khusyuk di hadapanNya, ikhlas bagiNya, serta hati hadir dalam berdzikir, berdoa dan memujinya.25 Berdasarkan syariat, shalat adalah ibadah yang mengandung bacaan dan perbuatan tertentu dan khusus, diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam.26 Adapun dalil-dalil dalam Al-Quran yang mewajibkan shalat, antara lain : Firman Allah Swt :
(٤٣) ﲔ َ ِﺼﻠ َٰﻮةَ َوءَاﺗُﻮاْ ٱﻟﱠﺰﻛ َٰﻮةَ وَٱر ۡ◌ َﻛﻌُﻮاْ َﻣ َﻊ ٱﻟ ٰﱠﺮﻛِﻌ َوأَﻗِﻴ ُﻤﻮاْ ٱﻟ ﱠ Artinya :“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku´lah beserta orang-orang yang ruku”. (QS. Al_Baqarah : 43 )27
23
Prof. Dr. Zakiah Daradjat dkk., Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1984), h. 298-299. 24 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2003), h. 53. 25 Sudirman Tebba, Nikmatnya Shalat Jamaah (Ciputat: Pustaka Irvan, 2008), h. 12-13. 26 Dr. Said Bin Ali-Al-Aqahthani, Petunjuk Lengkap Tentang Shalat (Markaz Ad-Da’wah wal-Irsyad bir-Riyadh, 2003), h. 7.
34
Firman Allah Swt :
َﻰ َﻋ ِﻦ ٰ ﺼﻠ َٰﻮةَ ﺗَﻦ ۡ◌ﻫ ﺼﻠ َٰﻮةَ ۖ◌ إِ ﱠن ٱﻟ ﱠ ٰﺐ َوأَﻗِ ِﻢ ٱﻟ ﱠ ِ َُوﺣ َﻲ إ َِﱄ ۡ◌ َك ِﻣ َﻦ ٱل ۡ◌ﻛِﺘ ِ ٱت ۡ◌ ُل ﻣَﺎ◌ٓ أ ٱل ۡ◌ﻓَﺢ ۡ◌ﺷَﺎ◌ٓ ِء وَٱل ۡ◌ﻣُﻨ َﻜ ِﺮ ۗ◌ َوﻟَﺬِك ۡ◌ ُر ٱﻟﻠﱠ ِﻪ أَك ۡ◌ﺑـَ ُﺮ ۗ◌ وَٱﻟﻠﱠﻪُ ﻳَﻊ ۡ◌ﱂَُ ﻣَﺎ ﺗَﺺ ۡ◌ﻧـَﻌُﻮ َن (٤٥) Artinya :“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut : 45)28 Berdasarkan Al-Quran, Sunnah dan Ijma’ Ummat, hukum shalat adalah wajib bagi setiap muslim baligh dan berakal, kecuali bagi wanita haid dan nifas. Dalil berdasarkan Al-Quran adalah firman Allah Ta’ala :
ﺼﻠ َٰﻮَة ﲔ ﻟَﻪُ ٱﻟﺪﱢﻳ َﻦ ُﺣﻨَـﻔَﺎ◌ٓ ءَ َوﻳُﻘِﻴ ُﻤﻮاْ ٱﻟ ﱠ َﺼ ِ َِوﻣَﺎ◌ٓ أُِﻣﺮُو◌ٓ اْ إﱠِﻻ ﻟِﻴَﻊ ۡ◌ﺑُ ُﺪواْ ٱﻟﻠﱠﻪَ ﻣُﺦ ۡ◌ﻟ (٥) ِﻚ دِﻳ ُﻦ ٱل ۡ◌ﻗَـﻴﱢ َﻤ ِﺔ َ َوﻳُﺆ ۡ◌ﺗُﻮاْ ٱﻟﱠﺰﻛ َٰﻮةَ ۚ◌ َو ٰذَﻟ Artinya :“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (QS. Al-Bayyinah: 5)29
َﻰ ُﺟﻨُﻮﺑِﻜُﻢ ۡ◌ ۚ◌ ﻓَِﺈذَا ٰ ﺼﻠ َٰﻮةَ ﻓَﭑذ ۡ◌ ُﻛ ُﺮواْ ٱﻟﻠﱠﻪَ ﻗِﻴَٰﻢ ٗ◌ا َوﻗُـﻌُﻮد ٗ◌ا َو َﻋﻠ ﻓَِﺈذَا ﻗَﻀَﻲ ۡ◌ﰎُُ ٱﻟ ﱠ ﲔ ﻛِﺘَٰﺐ ٗ◌ا َ ِﺼﻠ َٰﻮةَ ﻛَﺎﻧَﺖ ۡ◌ َﻋﻠَﻰ ٱل ۡ◌ﻣُﺆ ۡ◌ ِﻣﻨ ﺼﻠ َٰﻮةَ ۚ◌ إِ ﱠن ٱﻟ ﱠ ٱط ۡ◌ﻣَﺄ ۡ◌ﻧَﻨﺘُﻢ ۡ◌ ﻓَﺄَﻗِﻴ ُﻤﻮاْ ٱﻟ ﱠ (١٠٣) ﻣﱠﻮ ۡ◌ﻗُﻮت ٗ◌ا Artinya :“Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana
27
Drs. Moh Rifai, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1976), h. 34. 28 Rifai, Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, h. 34. 29 Ali-Al-Aqahthani, Petunjuk Lengkap Tentang Shalat, h. 9.
35
biasa).Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nisa : 103)30 Maka menurut pemahaman penulis berdasarkan penjelasan di atas, peningkatan ibadah shalat adalah upaya untuk meningkatkan perilaku manusia yang telah diperintahkan oleh Allah SWT melalui shalat dengan mengikuti baik syarat maupun rukun shalat yang telah ditentukan dalam syariat Islam dengan baik dan benar.
E. Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah Pada sejumlah temuan yang dipaparkan oleh Everest M. Rogers dan Floyd Shoemaker dalam karya mereka Communication of Innovation yang di kutip oleh Prof. Dr. Hamidi, M. Si, temuan tersebut mencakup upaya mengkomunikasikan gagasan, produk (benda), cara-cara (teknologi), agar terjadi peningkatan mutu hidup suatu masyarakat, berkaitan dengan kesehatan, kepercayaan dan adat istiadat. Dan dalam banyak hal teori-teori komunikasi tentang persuasi, keputusan inovasi, proses adopsi, peranan komunikator, sifat-sifat inovasi, kecepatan adopsi, tipe-tipe adopter masih relevan untuk bisa diaplikasikan pada komunikasi pesanpesan ajaran Islam terutama di masyarakat Indonesia yang masih banyak belum mengadopsi baik dalam kehidupan individual maupun tindakan sosial pemeluknya. Adapun penjelasan mengenai teori-teori tesebut,yakni :31
30
Ali-Al-Aqahthani, Petunjuk Lengkap Tentang Shalat, h. 9. Prof. Dr. Hamidi, M.Si, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah (Malang: UMM Press, 2010), h. 118-121. 31
36
1. Teori Persuasi Teori persuasi adalah suatu teori komunikasi yang mengarah kepada proses terjadinya efek perubahan sikap, keyakinan, pendapat atau perilaku. Pada saat menyusun strategi komunikasi ada beberapa faktor yang melekat pada komunikasi persuasif, antara lain : a. Analisis publik b. Kredibilitas komunikator c. Daya tarik terhadap kepentingan publik d. Kejelasan pesan e. Waktu dan konteks f. Partisipasi publik g. Anjuran untuk bertindak h. Isi dan struktur pesan i. Penyampaian yang persuasif 2. Teori Proses Keputusan Inovasi Teori proses keputusan inovasi terdiri dari 4 tahap (Rogers, 1983), antara lain : a. Pengenalan (Konowlede) : individu mengetahui keberadaan suatu inovasi dan memperoleh pemahaman tentang fungsinya. b. Persuasi : individu membentuk suatu sikap suka atau tidak suka terhadap inovasi. c. Keputusan : individu melakukan aktivitas yang mengarah pada suatu pilihan, menerima atau menolak inovasi.
37
d. Konfirmasi : individu mencari pengukuhan terhadap keputusan inovasi yang dibuat (menerima atau menolaknya), atau mengubah keputusan jika memperoleh keputusan yang bertentangan tentang inovasi. 3. Teori Proses Adopsi Ahli-ahli sosiologi pedesaan berpendapat bahwa terdapat lima tahap proses adopsi, yaitu : a. Tahap kesadaran, ketika seseorang tahu adanya ide-ide baru tetapi kekurangan informasi. b. Tahap menaruh minat, ketika timbul minat pada individu dan berusaha mencari informasi. c. Tahap penilaian, mengadakan penilaian, bagaimana jika sekiranya mengadopsi, akibat-akibat pada masa yang akan datang. d. Tahap percobaan, ketika individu mulai mencoba dalam skala kecil, untuk menentukan kegunaan dan hasilnya dikaitkan dengan keadaan diri. e. Tahap penerimaan, ketika seseorang teah mengadopsi inovasi sepenuhnya secara kontinyu – bisa terjadi menolak, sebagai tahap respon. 4. Teori Peranan Komunikator Dalam mengkomunikasikan inovasi, komunikator memiliki peran antara lain : a. Membangkitkan kebutuhan untuk berubah, dengan penyadaran akan adanya permasalahan yang harus dipecahkan. Permasalahan tersebut
38
dengan memperkenalkan alternatif-alternatif dan perubahan tingkah laku. b. Mengadakan hubungan untuk perubahan, dengan menumbuhkan keyakinan akan maksud baik, keahlian dapat dipercaya (kredibilitas) agen perubahan. c. Mendianosis masalah. d. Memotivasi untuk berubah, dengan merencanakan pengadopsian inovasi. e. Merencanakan tindakan pembaharuan. f. Menjaga program pembaharuan jangan sampai berhenti. g. Mencapai hubungan terminal, sehingga klien secara berangsur menjadi “pembaharu” tanpa pendamping. 5. Teori Pembangunan dan Implikasinya dalam Strategi Perencanaan komunikasi berawal dari dua proses penting yakni : public and development policy, the inftasructur of communication system; dan dikaitkan dengan potensi komunikasi sebagai kekuatan yang digerakkan dan diintegrasikan kedalam masyarakat. Selanjutnya dikondisikan dan didukung kelancaran prosesnya dengan teknologi. Maka kontribusi teknologi sangat dibutuhkan dalam merencanakan perubahan dan tujuan kebijakan dalam pembangunan masyarakat, karena komunikasi adalah aktifitas manusia yang mendasar
maka
sumber-sumber
dan
infrastruktur
diperlancar dengan menggunakan teknologi yang ada.
komunikasi
dapat
39
Teori komunikasi dan strategi dakwah dalam bab II ini penulis gunakan untuk pencocokan teori pada perumusan, penerapan, evaluasi dan juga hasil strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
F. Teori Pembelajaran Sosial Teori belajar sosial dikembangkan oleh Albert Bandura. Teori ini juga disebut belajar melalui observasi (pengamatan). Adapun tahapan dalam teori pembelajaran sosial, yaitu :32 1. Atensi (tahap perhatian) Menurut hasil penelitian Bandura, pengamat dapat memperhatikan tingkah laku dengan baik apabila tingkah laku tersebut “jelas” dan tidak terlampau kompleks. Pengetahuan tersebut dapat diberikan pada awal pembelajaran, yaitu : a. Pengajar dapat menggunakan isyarat yang ekspresif seperti menepuk tangannya, atau menggunakan benda-benda aneh yang dapat menarik perhatian siswa. b. Pengajar
dapat
membagi
beberapa
keterampilan
dalam
sub-sub
keterampilan, lalu diajarkan secara terpisah. Maka dapat dikatakan bahwa tahap ini adalah tahap di mana anak didik pemasyarakatan mulai berfokus pada satu (pembina rohani Islam) dari sekian banyak stimulus yang muncul dihadapannya. Stimulus yang jelas dan menariklah yang akhirnya lulus seleksi. 32
27-30.
Bahruddin, Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), h.
40
2. Retensi (tahap penyimpanan dalam ingatan) Bandura menemukan bahwa retensi suatu pengamatan (tingkah laku) dapat dimantapkan jika pengamat dapat menghubungkan observasi dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya, yang bermakna baginya dan mengulang secara kognitif setelah memahami hal tersebut. Mengajar dapat memanfaatkan langsung untuk melakukan hal-hal sebagai berikut : a. Untuk mengaitkan keterampilan baru dengan pengetahuan awal siswa, pengajar dapat bertanya kepada siswa untuk membandingkan keterampilan baru yang telah didemonstrasikan dengan sesuatu yang telah diketahui, dan dapat dilakukan. b. Untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang, pengajar dapat menggunakan periode latihan, yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru secara bergilir baik fisik maupun mental. Dalam tahap ini stimulus yang menjadi fokus anak didik pemasyarakatan mulai diolah secara kognitif dan hasilnya disimpan dalam memori atau ingatan mereka. Yang kemudian dicari lebih lanjut informasi lebih detail berhubungan dengan stimulus tersebut. 3. Produksi Memberikan
kesempatan
praktek
kepada
siswa,
melakukan
kegiatan/keterampilan yang baru dipelajari merupakan tahap yang sangat penting. Meskipun demikian Bandura menemukan bahwa pengaturan waktu dan macam umpan balik yang diberikan pengajar merupakan faktor penentu terhadap keberhasilan. Terutama pada awal pembelajaran, umpan balik perlu diberikan
41
sesegera mungkin, positif atau korektif. Salah satu yang digunakan pengajar melalui korektif adalah : a. Untuk memastikan sikap positif terhadap keterampilan baru, pengajar seyogyanya memberi pujian sesegera mungkin pada aspek-aspek keterampilan yang dilakukan siswa dengan benar, lalu mengidentifikasi adanya keterampilan bagian yang masih menimbulkan permasalahan. b. Untuk memperbaiki keterampilan yang salah, pertama kali pengajar perlu mendemonstrasikan kenerja yang benar, kemudian siswa mengulanginya sampai benar-benar menguasainya. Dalam tahap ini informasi yang sebelumnya telah disimpan dalam memori atau ingatan anak didik pemasyarakatan, diolah kembali untuk kemudian diuji. Dalam tahap ini anak didik pemasyarakatan diharapkan untuk tidak hanya mengerti melainkan juga untuk lebih memahami. 4. Motivasi Penguatan memegang peranan dalam pembelajaran melalui pengamatan. Apabila seseorang mengantisipasi akan memperoleh penguatan pada saat meniru suatu model, maka ia akan lebih termotivasi untuk menaruh perhatian, mengingat, dan memproduksi perilaku itu. Di samping itu penguatan penting dalam mempertahankan pembelajaran. Seseorang yang mencoba suatu perilaku baru tidak mungkin untuk tetap melakukan tanpa penguatan. Di dalam kelas, tahap motivasi dari pembelajaran pengamatan kerap kali terdiri atas pujian atau angka yang baik.
42
Maka pada tahapan ini anak didik pemasyarakatan mulai menemukan dorongan sebagai kelanjutan dari proses. Anak didik pemasyarakatan mulai mendapat “reward” untuk hasil belajar yang memuaskan, yang kemudian akan membuatnya bersemangat untuk kembali belajar (mengikuti kembali kegiatan pembinaan rohani Islam). Juga ada pemberian dorongan lebih jika kehadiran anak didik pemasayarkatan dalam mengikuti kajian pembinaan dinilai kurang optimal supaya ia terdorong untuk rajin mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam. Teori pembelajaran sosial dalam bab II ini penulis gunakan untuk pencocokan teori dalam menganalisis hasil dari strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
G. Pengertian Lembaga Pemasyarakatan Dalam UU No. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan, yang dimaksud lembaga pemasyarakatan adalah tempat di mana dilakukan kegiatan pembinaan untuk warga binaan pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan dan cara pembinaan merupakan bagian akhir dari seistem pemidanaan dalam tata tertib peradilan pidana.33 .
Dahulu Lembaga Pemasyarakatan ini dinamakan penjara dan sebagai
wadah pelaksanaan dari pidana penjara adalah rumah-rumah penjara yaitu rumah yang digunakan bagi orang-orang terpenjara atau orang-orang hukuman. Sistem kepenjaraan ini tidak digunakan lagi karena dipandang tidak sejalan dengan 33
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Penjelasan Atas UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
43
konsep rehabilitasi, agar narapidana menyadari kesalahannya dan idak mempunyai keinginan untuk mengulang kembali. Hal ini sesuai dengan isi dari penjelasan UU No. 12 tahun 1995 tentang pemasyarakatan : Sistem pemenjaraan sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan, sehingga institusi yang dipergunakan sebagai tempat pembinaan adalah rumah penjara bagi narapidana dan rumah pendidikan negara bagi anak yang bersalah. Sistem pemenjaraan yang sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan yang disertai dengan lembaga “rumah penjara” secara berangsurangsur dipandang sebagai suatu sistem dan sarana yang tidak sejalan dengan konsep
rehabilitasi
dan
reintegrasi
sosial,
agar
narapidana
menyadari
kesalahannya, tidak lagi berkehendak untuk melakukan tindak pidana dan kembali menjadi warga masyarakat yang bertanggung jawab bagi diri, keluarga dan lingkungannya. Berdasarkan pemikiran tersebut, maka sejak tahun 1964 sistem pembinaan bagi narapidana dan anak pidana telah berubah secara mendasar, yaitu dari sistem kepenjaraan menjadi sistem pemasyarakatan. Begitu pula institusinya yang semula disebut rumah penjara dan rumah pendidikan negara berubah menjadi lembaga pemasyarakatan.34 1. Pembinaan Narapidana Sistem
pembinaan
narapidana
yang
dikenal
dengan
nama
Pemasyarakatan, mulai dikenal pada tahun 1964 ketika dalam konferensi Dinas Kepenjaraan di Lembaga tanggal 27 April 1964. Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas keimanan kepada Tuhan Yang Maha
34
UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Pasal 1ayat 3).
44
Esa, Intelektual, sikap dan perilaku professional serta kesehatan rohani narapidana.35 Sistem pemasyarakatan sebagai suatu sistem pembinaan yang berlandaskan Pancasila dan Undang-undang dasar 1945 tidak lagi sekedar mengandung aspek penjeraan belaka, tetapi juga merupakan suatu upaya untuk mewujudkan reintegrasi sosial warga binaan pemasyarakatan yaitu pulihnya kesatuan hubungan warga binaan pemasyarakatan sebagai pribadi, anggota masyarakat sebagai insan Tuhan.36 Dalam sistem pemasyarakatan narapidana tidak lagi dianggap sebagai objek dan pribadi yang iheren dengan tindak pidana yang dilakukannya. Narapidana dipandang sebagai manusia yang memiliki fitrah kemanusiaan, itikad dan potensi yang dapat digali dan dikembangkan dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya. Prinsip-prinsip pembinaan narapidana dengan pendekatan yang lebih manusiawi ini, tercermin dalam usaha-usaha
pembinaan
terhadap
narapidana
berdasarkan
sistem
pemasyarakatan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, yaitu dalam rangka membentuk narapidana menjadi manusia seutuhnya. Hal ini mengandung makna bahwa pembinaan narapidana
35
dalam
sistem
pemasyarakatan
merupakan
upaya
untuk
Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 31 tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3845. 36 Departemen Kehakiman RI dan Hak Asasi Manusia, Kebijaksanaan Strategi dan Pola Implementasi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Jakarta: Badan Pembinaan Hukum Nasional, 1999).
45
mewujudkan reintegrasi sosial yaitu pulihnya kesatuan hubungan narapidana sebagai individu, makhluk sosial dan makhluk tuhan.37 Dalam rangka pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan dilakukan penggolongan atas dasar : a. umur b. jenis kelamin c. lama pidana yang dijatuhkan d. jenis kejahatan, dan e. kriteria lainnya sesuai dengan kebutuhan atau perkembangan pembinaan.38 Adapun sistem pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan, berdasarkan asas-asas berikut : a. Pengayoman
b. Persamaan perlakuan dan pelayanan c. Pendidikan d. Pembimbingan e. Penghormatan dan harkat martabat manusia f. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu-satunya penderitaan: dan g. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orangorang tertentu39
37
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Penjelasan Atas UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Pasal 2). 38 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Pasal 12). 39 UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan (Pasal 5).
46
H. Pengertian Anak Didik Pemasyarakatan Pengertian narapidana menurut Undang-undang Nomor 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan dalam Pasal 1 angka 7 yaitu : "Narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di Lembaga Pemasyarakatan". Di dalam hal ini, narapidana termasuk juga didalamnya anak pemasyarakatan, dan di dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 1995 Pasal 1 angka 8 dijelaskan mengenai Anak Didik Pemasyarakatan. Anak Didik Pemasyarakatan adalah : a. Anak Pidana yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan menjalan pidana di Lembaga Pemasyarakatan Anak paling lama sampai umur 18 (delapan belas) tahun. b. Anak Negara yaitu anak yang berdasarkan putusan pengadilan diserahkan kepada
Negara
untuk
dididik
dan
ditempatkan
di
Lembaga
Pemasyarakatan. Anak paling lama sampai umur 18 (delapan belas) tahun. c. Anak Sipil yaitu anak yang atas permintaan orang tua atau walinya memperoleh
penetapan
pengadilan
untuk
dididik
di
Lembaga
Pemasyarakatan Anak paling lama sampai berusia 18 (delapan belas) tahun. Adapun hak-hak yang didapatkan oleh Anak Pidana, Anak Negara dan Anak Sipil di Lembaga Pemasyarakatan, antara lain : a. Anak Pidana berhak melakukan ibadah sesuai dengan agama atau kepercayaannya pendidikan dan pengajaran, mendapatkan pelayanan
47
kesehatan dan makanan yang, mendapat perawatan, baik perawatan rohani maupu
jasmani,
mendapatkan
layak,
menyampaikan
keluhan,
mendapatkan bahan bacaan dan mengikuti siaran media massa lainnya yang tidak dilarang, menerima kunjungan keluarga, penasihat hokum atau orang tertentu lainnya, mendapatkan pengurangan masa pidana (remisi), mendapatkan kesempatan berasimilasi termasuk cuti mengunjungi keluarga,
mendapatkan
pembebasan
bersyarat,
mendapatkan
cuti
menjelang bebas dan mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. b. Anak Negara mempunyai hak yang sama dengan anak pidana kecuali tidak berhak mendapat pengurangan masa pidana. c. Anak Sipil mempunyai hak yang sama dengan anak pidana kecuali tidak berhak mendapat pengurangan masa pidana (remisi), tidak berhak mendapatkan cuti menjelang bebas.40
I. Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti ‘perantara’ atau ‘pengantar’. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual ataupun verbal. Assoiciation for Education and Communication Technology (AECT) memberi batasan tentang media sebagai segala bentuk dan saluran yang 40
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Penjelasan Atas UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
48
digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sedangkan Education Association
(NEA)
mendefinisikan
media
sebagai
benda
yang
dapat
dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan beserta instrumen yang dipergunakan dengan baik dalam kegiatan belajar mengajar, dapat mempengaruhi efektifitas program instruksioanal. Dari definisi tersebut, Asnawir dan Basyiruddin menyimpulkan bahwa media merupakan sesuatu yang bersifat menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan dan kemampuan audien (siswa) sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada dirinya. Media yang digunakan secara kreatif akan memungkinkan audien (siswa) untuk belajar lebih baik dan meningkatkan performa mereka sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.41 Dalam media pembelajaran, media berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar yakni berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa dalam mendorong motivasi belajar, memperjelas, dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit serta mudah dipahami.Dengan begitu, media dapat juga berfungsi untuk mempertinggi daya serap dan retensi audien terhadap materi pembelajaran.42 Menurut Oemar Hamalik yang dikutip oleh Asnawir dan Basyiruddin, terdapat empat klasifikasi dalam media pembelajan, yaitu : 43 1. Alat-alat visual yang dapat dilihat, misalnya filmstrip, transparansi, micro projection, papan tulis, buletin board, gambar-gambar, ilustrasi, chart, grafik, poster, peta dan globe.
41
Prof. Dr. H. Asnawir dan Drs. M. Basyiruddin Usman, M.Pd, Media Pembelajaran (Jakarta: Ciputat Pers, 2010), h. 11. 42 Asnawir dan Usman, Media Pembelajaran, h. 21. 43 Asnawir dan Usman, Media Pembelajaran, h. 29.
49
2. Alat-alat yang bersifat auditif atau hanya dapat didengar misalnya; phonograph record, transkripsi electris, radio, rekaman pada tape recorder. 3. Alat-alat dan benda-benda yang bisa dilihat dan didengar, misalnya film dan televisi, benda-benda tiga dimensi yang biasanya dipertunjukkan misalnya; model, spicemens, bak pasir, peta electris, koleksi diorama. 4. Dramatisasi, bermain peran, sosiodrama, sandiwara boneka, dan sebagainya. Kegiatan pembinaan rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat, juga termasuk dalam proses belajar mengajar yaitu pembina sebagai seseorang yang memberikan pengajaran kepada audien (anak didik pemasyarakatan) yang harus bisa memanfaatkan media dalam proses kegiatan pembinaan rohani Islam.
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA SALEMBA
A. Hakikat Kriminalitas/Kejahatan Sejak tahun 1971, kejahatan sangat menyita perhatian bagi Indonesia. Pada tahun tersebut sangat banyak kriminalitas yang terjadi bahkan sangat serius sehingga dikeluarkanlah Intruksi Presiden no. 6 Tahun 1971 yang berlanjut dengan dibentuknya Badan Komisi Pelaksana (BAKOLAK) INPRES 1971 yang dibentuk di tingkat pusat dan di daerah-daerah, dengan sasaran tugas penanggulangan masalah-masalah nasional seperti : a. Kenakalan remaja b. Penyalahgunaan narkotika c. Uang palsu d. Penyelundupan e. Subversi f. Pengawasan orang asing (untuk mengawasi dalam lintas orang-orang asing di Indonesia).1 Sementara secara yuridis formal definisi kejahatan itu sendiri menurut Kartini Kartono adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoral), merupakan masyarakat, asosiasi sifatnya dan melanggar sera undang-undang pidana. Kemudian secara sosiologis Kartono juga 1
Nanik Widiyanti, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya (Jakarta: Pradya Paramita, 1987), h. 1.
50
51
menjelaskan bahwa kejahatan adalah semua ucapan, perbuatan dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis dan sosial psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma-norma susila dan menyerang keselamatan masyarakat (baik yang telah tercakup dalam undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang pidana). Kemudian Abdussalam juga membagi kejahatan secara yuridis dan sosiologis, yaitu : a. Kejahatan menurut hukum (yuridis) : Kejahatan sebagai perbuatan yang telah ditetapkan oleh negara sebagai kejahatan dalam hukum pidananya dan diancam dengan suatu sanksi. Dalam buku refrensi Anglo Saxon, kejahatan menurut hukum dikelompokkan dalam istilah Conventional Crime yaitu kejahatan (tindak pidana) yang dicantumkan dalam Kitabkitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), istilah Victimless Crime (kejahatan tanpa korban, meliputi pelacuran, perjudian, pornografi, pemabukan dan penyalahgunaan narkoba) yang diatur dalam peraturan perundang-undangan tersendiri, istilah White Collar Crime (kejahatan kerah meliputi tindak pidana korupsi, pelanggaran pajak, penyalahgunaan wewenang), istilah
Coorporate Crime (kejahatan badan-badan usaha),
kemudian istilah New Dimention Crime dan Mass Crime (Kejahatan massa). b. Kejahatan menurut non hukum (kejahatan menurut sosiologis) : Kejahatan merupakan suatu perilaku manusia yang diciptakan masyarakat. Walaupun masyarakat memiliki berbagai macam perilaku berbeda-beda akan tetapi
52
memiliki pola yang sama. Gejala kejahatan terjadi dalam proses interaksi antara bagian-bagian dalam masyarakat yang mempunyai kewenangan untuk melakukan perumusan tentang kejahatan dengan kelompok masyarkat mana yang memang melakukan kejahatan. Kejahatan (tindak pidana) tidak semata-mata dipengaruhi oleh besar kecilnya kerugian yang ditimbulkan atau karena bersifat amoral, melainkan lebih dipengaruhi oleh kepentingan-kepentingan pribadi kelompoknya, sehingga perbuatanperbuatan tersebut merugikan kepentingan masyarakat luas, baik kerugian materi maupun kerugian/bahaya terhadap jiwa dan kesehatan manusia, walaupun tidak diatur dalam undang-undang pidana.2 Maka dapat disimpulkan bahwa ketika seseorang melakukan kejahatan dan melanggar hukum yang telah dicantumkan di KUHP berarti perbuatan yang dilakukan seseorang tersebut adalah perbuatan kriminal dan seseorang tersebut akan dijatuhkan pidana/hukuman atau akan mendapatkan sanksi.
B. Lembaga Pemasyarakatan Sebagai Tempat Membina Pelaku Tindak Kriminal/Kejahatan Dalam buku Herbert L. Packer yang berjudul The Limits of The Criminal Sanction yang dikutip oleh Barda Nawawi Arief membicarakan masalah saksi pidana dalam penanggulangan kejahatan, menyebutkan bahwa : 3 a. Sanksi pidana sangat diperlukan, tidak dapat hidup sekarang maupun di masa yang akan datang. 2
Abdussalam, Krimonologi (Jakarta : Restu Agung , 2007), h. 15. Barda Nawawi Arief, Kebijaksanaan Samksi Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan (Semarang: Universitas Diponogoro, 1998), h. 23. 3
53
b. Sanksi pidana merupakan alat atau sarana terbaik yang sudah ada, yang dimiliki untuk menghadapi bahaya-bahaya bersar yang bersifat segera. Maka dari penjelasan di atas penulis memberi kesimpulan bahwa suatu ketika sanksi pidana merupakan penjamin yang utama atau terbaik dan suatu ketika merupakan pengancam yang utama dari kebebasan manusia itu sendiri. Ia merupakan penjamin apabila dipergunakan secara hemat, cermat dan secara manusiawi. Ia merupakan pengancam apabila digunakan secara sembarangan dan secara paksa. Kemudian menurut Muladi, tujuan pemidanaan adalah untuk memperbaiki kerusakan individual dan sosial yang diakibatkan oleh tindak pidana. Hal ini terdiri atas seperangkat tujuan pemidanaan, yaitu :4 a. Pencegahan (umum dan khusus) b. Perlindungan masyarakat c. Memelihara solidaritas masyarakat d. Pengimbalan/perimbangan Dengan demikian penjatuhan pidana berpengaruh langsung terhadap seseorang yang dikenai pidana. Pemidanaan bertujuan agar terpidana tidak lagi melakukan tindak pidana. Oleh karena itu, penjatuhan pidana menjadi alternatif dalam rangka mencegah perbuatan melanggar hukum, baik oleh individu maupun kelompok. Seperti yang telah penulis paparkan di Bab II, sistem pemasyarakatan sebelumnya adalah sistem kepenjaraan yang menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan. Sehubung dengan itu, pemberian sanksi pidana dengan 4
Muladi, Lembaga Pidana Bersyarat (Bandung: Alumni, 1985), h. 61.
54
membina narapidana pada sistem kepenjaraan mengalami perubahan yang cukup berarti khususnya tentang metode perlakuan terhadap narapidana itu sendiri. “Pemikiran mengenai fungsi ideologi Pancasila tidak lagi sekedar penjeraan tetapi juga merupakan suatu usaha rehabilitasi dan reintegrasi sosial Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) yang telah ditetapkan dengan suatu sistem perlakuan terhadap para pelanggar hukum di Indonesia yang dinamakan sistem pemasyarakatan. Istilah pemasyarakatan untuk pertama kali disampaikan oleh Sahardjo (Mantan Menteri Kehakiman) pada 05 Juli 1963 dalam pidato penganugerahan gelar Doctor Honoris Causa oleh Universitasi Indonesia. Pemasyarakatan oleh beliau dinyatakan sebagai tujuan dari pidana penjara. Satu tahun kemudian, pada tanggal 27 April 1964 dalam Konferensi Jawatan Kepenjaraan yang dilaksanakan di Lembang Bandung, istilah pemasyarakatan dibekukan sebagai pembinaan terhadap pelanggar hukum dan sebagai suatu pengejawatahan keadilan yang bertujuan untuk mencapai reintegritasi sosial ataupun pulihnya kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan Warga Binaan Pemasyarakatan di dalam masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, pelaksanaan sistem pemasyarakatan semakin mantap dengan diundangkannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan”5 Pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan diatur secara khusus dari Pasal 5 sampai dengan Pasal 9 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1945. Jika dilihat pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang pemasyarakatan mengatur tentang pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan di Lembaga Pemasyarakatan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan dilakukan di BAPAS. Selanjutnya dipertegas dengan pasal 7 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 yang menyatakan bahwa pembinaan dan pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan diselenggarakan oleh Menteri dan dilaksanakan oleh petugas pemasyarakatan.
5
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, Penjelasan Atas UU No. 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan.
55
C. Sejarah Singkat Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat Pembentukan Unit Pelaksanaan Teknis (UPT) Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba adalah berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.02-PR.07.03 Tahun 2007 tanggal 23 Februari 2007 tentang Pembentukan Unit Pelaksanaa Teknis Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba, Cibinong, Pasir Putih Nusakambangan, dan Lembaga Pemasyarakatan Klas II B di Way Kanan, Slawi, Nunukan, Boalemo, dan Jailolo. Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba beroperasional sejak tanggal 15 Februari 2008 di atas seluas lahan seluas ± 2 Ha dengan kapasitas sementara adalah 224 orang narapidana. Secara historis berdirinya Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba adalah pemekaran UPT Pemasyarakatan Rutan Salemba menjadi 2 (dua) Satuan Kerja di lingkungan Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM DKI Jakarta yaitu Rutan Klas 1 Jakarta Pusat dan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba pada tahun 2007. Sebelum tahun 1945 bangunan Lembaga Pemasyarakatan Salemba saat itu berfungsi sebagai tempat tahanan yang melakukan pelanggaran hukum Kolonial Hindia Belanda. Setekah tahun 1945 bangunan Lapas digunakan untuk menampung tahanan politik, tahanan sipil, dan pelaku kejahatan ekonomi. Saat terjadi peristiwa 30 G S/PKI sebagian tahanan dipindahkan ke Lembaga Pemasyarakatan Cipinang dan Lembaga Pemasyarakatan Glodog. Sejak tahun
56
1960 sd. 1980 Lapas Salemba difungsikan sebagai Rumah Tahanan Militer di bawah pimpinan Inrehap Laksusda Jaya. Pada tanggal 4 Februari 1980 pengelolaan Lembaga Pemasyarakatan Salemba diserah terimakan dari Inrehab Laksusda Jaya kepada Departemen Kehakiman RI melalui Kakanwil Dirjen Pemasyarakatan IV Jakarta Raya dan Kalbar berdasarkan SP Pangkopkamtim tanggal 9 Januari 1980, No. Sprint12/KepKAm/I/1980
dan
surat
Perintah
Pelaksanaan
No.
Sprint-4-
5/KAHDA/I/1980 tanggal 23 Januari 1980. Berdasarkan Kep. Menkeh RI No. M.04.UM.01.06 Tahun 1983, Lembaga Pemasyarakatan Salemba berubah status menjadi Rumah Tahanan Negara Klas I Jakarta Pusat. Pada tahun 2007 mengingat kondisi over kapasitas penguin Rumah Tahanan Klas I Jakarta Pusat yang semakin padat, maka dilakukan pemekaran Rutan Klas 1 Jakarta Pussat menjadi 2 UPT yaitu Rumah Tahanan Klas I Jakarta Pusat dan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba. Secara fisik dan fasilitasi, gedung Lembaga Pemasyarakat Salemba telah mempunyai fasilitas sejak selesainya proyek pembangunan fisik tahun 2011 hingga sekarang. Dengan fasilitas yang telah berfungsi yaitu : -
Gedung I Kantor Utama
-
Gedung II Kantor Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan dan Administrasi Kemananan
-
Gedung III Kantor Pembina dan Polikliknik Lembaga Pemasyarakatan
-
Gedung Dapur Lembaga Pemasyarakatan, Gedung Beras, dan Instalasi Gardu Listrik
-
Gedung IV Bengkel Latihan Kerja dan Produksi Narapidana
57
-
Masjid Ar-Rayyan Lembaga Pemasyarakatan Salemba
-
Gereja
-
Vihara
-
Blok Hunian Type 7 (Paviliun Ahmad Arief) berkapasitas 224 orang
-
Blok Hunian Type 5 (Paviliun Saroso) berkapasitas 124 orang
-
Blok Hunian Type 7 (Paviliun Bahrudin Soerjobroto) berkapasitas 224 orang
-
Areal Lapangan Olah Raga dan Ruang Interaktif
-
Tembok keliling Lembaga Pemasyarakatan sepanjang 800 meter
-
Pos pengawas sebanyak 4 Pos Fasilitas sarana dan prasarana tersebut diatas dapat tersebut di atas dapat
terselesaikan dan berfungsi sejak tahun 2011, sehingga dapat mendukung optimalisasi tugas dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba dalam melaksanakan pembinaan, perawatan, dan pembimbing terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan sesuai dengan konsep “re-intergrasi’.6
D. Visi, Misi dan Motto 1. Visi Menjadikan
Lembaga
Pemasyarakatan
yang terpercaya
dalam
memberikan pembinaan, pelayanan, dan perlindungan terhadap Warga Binaan.7
6
Laporan ProfilLembaga Pemasyarakatan Salemba Klas II A Jakarta Pusat, h. 1-3 Ibid, h. 3
7
58
2. Misi a. Mewujudkan sistem perlakuan humanis yang memberikan rasa aman, nyaman dan berkeadilan. b. Melaksanakan
pembinaan,
perawatan,
dan
pembimbingan
unuk
mengembalikan narapidana menjadi warga Negara yang aktif dan produktif di tengah-tengah masyarakat. c. Membangun karakter dan mengembangkan sikap ketakwaan, sopan santun, dan kejujuran pada diri narapidana. d. Memberikan pelayanan, perlindungan, dan pemenuhan terhadap hak-hak Warga Binaan Pemasyarakatan dan keluarganya/warga masyarakat yang berkunjung ke Lembaga Pemasyarakatan.8 3. Motto Tiada Hari Tanpa Berbuat Kebaikan.9
E. Pelayanan Dan Program Unggulan 1. Pelayanan -
Non-diskriminasi
-
Layani dengan Senyum
-
Transparan
-
Kritik dan Saran untuk Perbaikan
-
Adil
-
Peduli.10 8
Ibid, h. 3 Ibid, h. 3 10 Ibid, h. 3 9
59
2. Program Unggulan -
Pesantren Iqra dan Al Quran
-
Seni Musik Band dan Marawis
-
Kepramukaan
-
Penguatan Program Layanan Kesehatan Melalui Pokja Penanggulangan HIV dan TB di Lembaga Pemasyarakatan
-
Penguatan
Program
Pendidikan
melalui
Pusat
Kegiatan
Belajar
Masyarakat (PKBM) -
Peningkatan Program Latihan Kerja dan Produksi
-
Peningkatan Program Re-Integrasi Narapidana melalui optimalisasi PB, CB, CMB, dan Asilmilasi.
-
Penyusunan Sistem Database Pemasyarakatan.
-
Peningkatan Layanan Kunjungan yang Bebas dari Pungutan Liar dan Respon terhadap informasi dan Pengaduan dari Masyarakat.11
F. Kondisi Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba 1. Jumlah Petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Petugas Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba saat ini berjumlah 195 orang, dengan klasifikasi sebagai berikut : -
Menurut Jenis Kelamin
:
a. Pria
: 161 orang
b. Wanita
: 34 orang
11
Ibid, h. 4
60
-
-
Menurut Strata Pendidikan
:
a. SMA
: 140 orang
b. Diploma (D3)
: 19 orang
c. Sarjana (S1)
: 17 orang
d. Magister (S2)
: 19 orang
Menurut Jabatan
:
a. Pejabat Struktural
: 13 orang
b. Dokter Umum
: 6 orang
c. Dokter Gigi
: 1 orang
d. Perawat
: 6 orang
e. Fungsional Umum
: 169 orang12
2. Jumlah Narapidana Anak
Lembaga Pemasyarakatan Klas II A
Salemba Narapidana Anak Lembaga Pemasyarakatan Klas II A saat ini berjumlah 199 orang, dengan klasifikasi sebagai berikut :13 -
Menurut Agama a. Islam
: 186 orang
b. Protestan
: 12 orang
c. Khatolik
:-
d. Budha
: 1 orang
e. Hindu
:-
f. Konghuchu
:-
12
Ibid, h. 5 Bapak Ruswanto Staf Registrasi Lapas Salemba, Data Anak Didik Pemasyarakatan Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba per 24 Maret 2014. 13
61
-
-
Berdasarkan Tingkat Pendidikan a. SD
: 69 orang
b. SMP
: 69 orang
c. SMA
: 20 orang
d. SMK
: 29 orang
e. STM
: 1 orang
f. Tidak Sekolah
: 11 orang
Berdasarkan Jenis Kejahatan a. Kesusilaan
: 2 orang
b. Memeras / Mengancam
: 2 orang
c. Narkotika
: 96 orang
d. Pencurian
: 16 orang
e. Pencurian dengan Pemberatan
: 22 orang
f. Penadahan
: 2 orang
g. Perampokan
: 27 orang
h. Pengeroyokan
: 8 orang
i. Penganiayaan
:6 orang
j. Pembunuhan
: 7 orang
k. Perlindungan Anak
: 6 orang
l. Senjata Tajam, Senjata Api, Bahan Peledak
: 5 orang
62
G. Program Pembinaan Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba sesuai dengan Tugas dan Fungsi melaksanakan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan UU No.12 Tahun 1995 yang diselenggarakan melalui proses dan tahap-tahap pembinaan pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba telah melaksanakan kegiatankegiatan sesuai dengan program-program yang telah dicanangkan oleh Kementrian Hukum dan HAM RI, yaitu : 1. Pembinaan Mental Spiritual Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : a. Dakwah Islamiyah, pada setiap Ibadah Shalat Jum’at, dan Rabu (ba’da Dzuhur) di Masjid Ar-Rayyan Lembaga Pemasyarakatam Klas IIA Salemba bekerja sama dengan KODI, LDI, Persis, dan lembaga dakwah lainnya. b. Pengajian rutin iqra setiap hari senin, selasa, kamis, dan pembacaan surat yasin setiap jum’at. c. Kebaktian Gereja Kristen yang diisi dengan Yayasan Logos, Kidung Agung, dan lain-lain. d. Kegiatan Tarawih dan Tadarus berjamaah oleh warga binaan dalam mengisi Bulan Suci Ramadhan. e. Perayaan Hari Besar Agama seperti Idul Fitri, Idul Adha, dan Natal. 2. Pembinaan Mental Kepribadian Kegiatan yang dilaksanakan antara lain :
63
a. Menyelenggarakan kegiatan Gemar Membaca Buku bagi Warga Binaan dengan mendatangkan Mobil Unit Perpustakaan dan Internet Keliling (Pustelling) ke Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba bekerja sama dengan Perpustakaan Nasional RI setiap 1x sebulan. b. Menyelenggarakan kegiatan belajar Paket B (setara SLTP) bagi Warga Binaan yang putus SLTP bekerja sama dengan Suku Dinas Pendidikan Menengah Kota Jakarta Pusat. Pada akhir tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 21 orang siswa Warga Binaan peserta didik paket B PKBM Lembaga Pemasyarakatan Salemba telah berhasil lulus Ujian Nasional 2013 Tingkat SLTP dan berhak memperoleh Ijazah Setara SLTP. c. Menyediakan
layanan
perpustakaan
di
lingkungan
Lembaga
Pemasyarakatan Salemba Klas II A untuk memenuhi kebutuhan membaca buku bagi Warga Binaan. 3. Pembinaan Jasmani dan Seni Budaya Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : a. Kegiatan Olahraga Bulutangkis, Futsal, Bola Voli, Tenis Meja, Senam Kesegaran Jasmani, setiap hari Jum’at, dan Fitness Center. b. Melakukan latih tanding (sparring patner) antar Warga Binaan di UPT sekitar DKI Jakarta. c. Mengirimkan
Group
Marawis
Warga
Binaan
Lembaga
Pemasyarakatan Salemba dalam kejuaraan Marawis Antar-Napi seJabodetabek tahun 2010 di Rumah Tahanan Salemba dan kegiatan Napi Craft di Kementrian Perindustrian RI tahun 2013.
64
d. Menyelenggarakan latihan group music (band) bagi Warga Binaan yang berbakat di bidang musik/band dengan nama Lasamba Band. Lasamba Band akan tampil mengisi kegiatan dalam rangkaian acara peringatan Hari Dharma Karyadhika Tahun 2013 di Kantor Pusat Kementrian Hukum dan HAM RI tanggal 27 Oktober 2013 4. Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : a. Kegiatan Upacara Bendera setiap hari Senin yang melibatkan Warga Binaan. b. Kegiatan Kepramukaan yang telah beridiri sejak tahun 2012. c. Peringatan Hari Besar Nasional seperti HUT Proklamasi RI setiap tanggal 17 Agustus, Hari Bhakti Pemasyarakatan tanggal 27 April, dan Hari Tri Dharma Karya Dhika Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI setiap tanggal 30 Oktober setiap tahun. 5. Pembinaan Kemandirian, Latihan Kerja, dan Produksi Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : a. Usaha cuci pakaian (laundry) bekerja sama dengan pihak Ketiga. b. Peternakan kambing/domba memanfaatkan lahan disekitar tembok keliling Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba. c. Pelaatihan konveksi dan penjahitan pakaian garmen bekerja sama dengan pihak ketiga. d. Budidaya Tanaman Hias dan Bonsai.
65
e. Budidaya ikan lele dengan memanfaatkan lahan tembok keliling Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba. f. Peterakan ikan hias dalam kolam. g. Pertanian meliputi, sayur mayur dan buah-buahan. Salah satu hasil panennya adalah Timun Duri yang telah dimanfaatkan sebagai ekstra poding Buka Puasa di internal Lembaga Pemasyarakatan pada Bulan Ramadhan yang lalu. h. Kerajinan tangan (handicraft) memanfaatkan limbah barang bekas menjadi karya seniyang bermutu dengan slogan “dari limbah menjadi rupiah”. i. Kerajinan seni lukis pada media gelas, piring, kaca, dan daun pisang yang bernilai tinggi. j. Kegiatan keterampilan menyulam kain perca yang didukung oleh ibuibu dari SIKIB (Sekertariat Ibu-ibu Kabinet Indonesia Bersatu) 6. Perawatan Kesehatan Warga Binaan Kegiatan yang dilaksanakan antara lain : a. Membentuk Tim Kelompok Kerja (Polja) HIV/AIDS di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba dalam rangka penanggulangan dan pencegahan HIV/AIDS bekerja sama dengan lembaga donor seperti HCPI dan GF8 dalam koordinasi Direktorat Bina Kesehatan dan Perawatan Ditjen Pemasyarakatan. b. Selain
bantuan
dan
dukungan
dalam
koordinasi
Ditjen
Pemasyarakatan, tim Pokja HIV/AIDS Lembaga Pemasyarakatan Klas
66
II A Salemba juga mendapat dukungan langsung Australiasian Society on HIV-AIDS Medicine (ASHM). c. Bekerjasama dengan LSM
pemerhati
AIDS
guna membantu
penanganan kasus HIV/AIDS di Lembaga Pemasyarakatan seperti Partisan,
PKBI,
Yayasan
Sringganis
untuk
pelatihan
terapi
komplementer terhadap Warga Binaan. d. Melakukan kerjasama dengan Direktorat Jendral P2L Kementrian Kesehatan dan Suku Dinas Kesehatan Kota Jakarta Pusat dalam pelayanan pengadaan obat TB, Reagen Pemeriksaan HIV, dan obatobatan profilaksis HIV. e. Melakukan kerjasama dengan Puskesmas Kecamatan Cempaka Putih dan PPTI dalam pengirimian Sputum dan hasil pemeriksaan Sputum dari Warga Binaan suspect TB. f. Bekerjasama dengan RS Polri Kramatjati untuk merujuk Warga Binaan
yang menderita sakit
dengan memanfaatkan
fasilitas
JAMKESMAS. g. Melakukan koordinasi dengan RSCM dalam rangka pelayanan rujukan rawat
jalam,
dan
rawat
inap
dengan
menafaatkan
fasilitas
JAMKESMAS. h. Melakukan kerjasama dengan RS. St. Carolus sebagai satelit untuk pelayanan terapi ARV bagi Warga Binaan penderita HIV. i. Melakukan tes urine secara berkala terhadap Warga Binaaan yang diusulkan Pembebasan Bersyarat, Cuti Bersyarat, dan Asimilasi serta
67
tes urin secara mendadak kepada Warga Binaan apabila diketahui adanya indikasi penyalahgunaan narkoba di dalam
Lembaga
Pemasyarakatan. 7. Pelayanan Makanan Bagi Warga Binaan Pemberian
makanan
bagi
Warga
Binaan,
dan
anak
didik
pemasyarakatan berpedoman pada Surat Edaran (SE) Menteri Kehakiman No.M.02-UM.01.06 Tahun 1989 tentang Petunjuk Pelaksanaan Bahanan Makanan bagi Warga Binaan, tahanan, dan anak didik Pemasyarakatan yang selanjutnya diperbaharui dengan Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI No.M.HH-01.PK.07.02 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara yang ditetapkan sebesar 2.250 kalori per orang per hari. Adapun dalam penetapan jadwal menu makan Warga Binaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba sesuai ketentuan Peraturaan Menteri Hukum dan HAM RI No. M.HH-01.PK.07.02 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Makanan bagi Warga Binaan Pemasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara adalah jadwal menu 10 hari, dengan tujuan sebagai berikut : a. Dapat diketahui kapan menu makan tersebut disajikan, sehingga menu makan tidak membosankan karena terlalu sering disajikan. b. Lebih mudah mencari variasi makanan yang cocok. c. Pembiayaan yang diperlukan untuk pembelian bahan makanan dapat diperhitungkan dengan baik.
68
d. Menu dari hari ke hari akan merata, tidak ada menu yang terlalu sederhana juga tidak ada menu yang terlalu mewah. Untuk menunjang pelayanan menu makan yang optimal bagi Warga Binaan, maka petugas dapur Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba menetapkan Catur Tertib Kerja Dapur yang terdiri dari : a. Tertib Kebersihan Dapur. b. Tertib Penyajian Menu Makanan. c. Tertib Pengamanan Dapur dan Peralatan Masak. d. Tertib pelaporan data bahan makanan dab administrasi dapur. 8. Pembinaan Re-Integrasi Sosial Percepatan pembinaan re-integrasi sosial Warga Binaan ke tengahtengah masyarakat melalui program Pembebasan Bersyarat, Cuti Bersyarat, Cuti Menejelang Bebas, dan Asimilasi baik ke Lembaga Pemasyarakatan Terbuka maupun bekerja sama dengan pihak ketiga. Pembinaan re-integrasi dapat terlaksana dengan baik dengan melibatkan unsure-unsur yaitu Petugas, Warga Binaan, dan masyarakat (keluarga Warga Binaan). Guna mendukung optimalnya program tersebut diselenggarakan forum siding Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) Leembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba. 9. Sistem Database Pemasyarakatan (SDP) Sehubung dengan semangat reformasi birokrasi di lingkungan pemasyarakatan,
Lembaga
Pemasyarakatan
Klas
IIA
Salemba
telah
melakukan pembenahan dengan membentuk Tim Layanan Kunjungan
69
Keluarga Warga Binaan dan Layanan Informasi Pemasyarakatan serta Unit Layanan pengaduan melalui pemanfaatan Sistem Database Pemasyarakatan berbasis IT yang terintegrasi. Sehingga diharapkan data-data Warga Binaan Pemasyarakatan dapat mendukung Program Pembinaan Pemasyarakatan berazazkan “Reintegrasi Sosial”. 10. Assessment Resiko dan Kebutuhan. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pemasyarakatan Nomor : PAS-448.OT.03.01 Tahun 2011 tanggal 05 Agustus 2011 tentang Pelaksanaan Praktek Asesmen Risiko dan Kebutuhan Faktor-Faktor Kriminogenik pada 3 (tiga) UPT Pemasyarakatan Pilot Project (Lapas Salemba, Lapas Narkotika Cipinang, dan Bapas Jakarta Pusat). Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba sebagai salah satu UPT yang telah ditunjuk untuk menjadi pilot project program asesmen resiko dan kebutuhan telah membentuk asesor yang telah menerima bimbingan teknis pelaksanaan praktek asesmen. Dan hingga saat ini tim asesor Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba telah berhasil mengasesmen sebanyak 500 orang narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba. 11. Pelayanan Kunjungan yang Bebas dari Pungutan Liar dan Respon terhadap Informasi dan Pengaduan dari Masyarakat. Pelayanan
kunjungan
sebagai
program
unggulan
layanan
Pemasyarakatan yang berorientasi pada kepuasan layanan public telah berjalan dengan baik. Program ini berjalan seiring upaya Kementrian Hukum dan HAM RI untuk memperbaiki citra layanan public dibidang Pemasyarakatan
70
yang bebas dari pungutan liar dan menciptakan tingkat kepuasan yang tinggi oleh masyarakat. Layanan kunjungan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA dilaksanakan oleh Tim Layanan Kunjungan yang dalam pelaksanaan tugasnya langsung dibawah koordinasi Kepala Seksi Pembinaan Napi/Anak Didik dan bertanggung jawab langsung kepada kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba. Selain itu juga layanan kunjungan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba telah terintegrasi langsung dengan sistem database Pemasyarakatan serta didukung dengan penilaian kepuasan masyarakat melalui Layanan Touch Screen di areal Kunjungan.
H. Situasi Pengamanan Lapas Klas IIA Salemba 1. Kekuatan Petugas Pengamanan Strategi Pengamanan Lapas Klas IIA Salemba dilakukan secara terpadu, yang dilaksanakan oleh segenap jajaran Kesatuan Pengamanan Lapas dan didukung Seksi Administasi Keamanan dan Ketertiban. Adapun kekuatan petugas pengamanan dibagi dalam 4 Regu Pengamanan yang masing-masing regu terdiri dari 20 orang, dan didukung oleh Petugas Pengamanan Pintu Utama (P2U) sebanyak 4 regu yang masing-masing regu beranggotakan 4 orang. Selain kekuatan Regu Pengamanan
dan
P2U
dalam
rangka
mendukung
pengawasan,
pengendalian, dan penertiban Warga Binaan juga didukung oleh jajaran Pengamanan Dalam (Pamdal) yang beranggotakan 12 orang terbagi dalam 2 shift ( jadwal tugas pagi dan sore).
71
Pemeliharaan keamanan dan ketertiban di Lapas Salemba tidak hanya berada dibawah kendali KPLP dan Seksi Administrasi Kamtib saja tetapi juga melibatkan segenap petus Lapas Salemba dari berbagai seksi. Implementai pelaksaaan tugas tersebut diwujudkan dalam bentuk pembagian jadwal tugas piket setiap bulan yang terdiri dari : -
piket control pejabat structural
-
piket pejabat struktural pada hari libur
-
perwira piket dari pegawai dengan golongan III
-
bantuan jaga malam dari pegawai staf
-
piket petugas KPLP malam hari. Penunjukkan petugas dan pengaturan jadwal dilaksanakan oleh Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban berdasarkan perintah Kepala Lapas Klas IIA Salemba.
2. Kegiatan Pengawasan dan Pengendalian Pengamanan. Pengawasan dan pengendalian pengamanan Lapas Klas IIA Salemba dilaksanakan melalui kegiatan antara lain : a. Penyuluhan Masa Awal Pengenalan Lingkungan (Mapenaling) oleh masing-masing seksi kepada warga binaan yang baru masuk Lapas. b. Kontrol kebersihan blok dan kamar hunian secara berkelanjutan yang dilakukan oleh jajaran pengamanan. c. Melakukan tatap muka dan sambung rasa antara petugas dengan warga binaan dalam rangka sosialisasi peraturan/tata tertib, kewajiban, dan larangan yang harus dipatuhi oleh warga binaan.
72
d. Melakukan penggeledahan secara rutin ke dalam blok dan kamar hunian wara binaan baik yang dilakukan secara internal maupun melibatkan eksternal seperti Satuan Tugas (Satgas) Kamtib dari Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM DKI Jakarta. e. Melakukan penyitaan dan pemusnahan barang-barang terlarang yang ditemukan dari hasil penggeledahan. f. Melakukan penindakan disiplin dan pemeriksaan terhadap warga binaan yang melakukan pelanggaran tata tertib baik berupa pelanggaran tingkat ringan, sedang, maupun berat sesuai peraturan yang berlaku serta melaporkan kepada pihak kepolisian apabila ditemukan indikasi pelanggaran kriminal yang dilakukan oleh warga binaan. g. Melaksanakan pengarahan (briefing) dalam apel serah terima pengamanan Lapas kepada petugas pengamanan untuk meningkatkan kewaspadaan petugas. h. Melaksanakan pengawalan bagi warga binaan yang keluar Lapas untuk kepentingan kegiatan pembinaan warga binaan, merujuk ke Rumah Sakit, pemindahan warga binaan. i. Melakukan koordinasi dengan jajaran pengamanan terkait seperti Kepolisian, BNN, Densus 88, dan TNI dalam rangka dukungan pengamanan dalam situasi tertentu.
73
3. Sarana dan Prasarana Pengamanan. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi pengamanan, jajaran petugas pengamanan Lapas Klas IIA Salemba juga didukung oleh prasarana dan sarana yang cukup memadai : a. Gedung Kantor Pengamanan yang terdiri dari :
Ruang Kepala KPLP
Ruang Kepala Seksi Administrasi Kamtib
Ruang Petugas Pengamanan Dalam (Pamdal)
Ruang Petugas Seksi Administsi Kamtib
Gudang Senjata
Ruang Kontrol CCTV
Toilet
b. Pos Komando (Posko) Regu Pengamanan c. Pos Atas Keliling Tembok d. Pos Pemantau Blok Hunian e. Pos Dalam Blok Hunian (Paste) f. Pistol Bernadeli Caliber 32 g. Pistol Walter Caliber 45 h. Senjata Api Laras Panjang Shoot Gun i. Perangkat Anti Huru-Hara ( Helm, Perisai, Tongkat, dan Baju pelindung). j. Metal Detektor k. Tongkat Kejut l. Lampu Sorot
74
m. Jam Kontrol n. Payung dan Jas Hujan o. Borgol p. Gembok q. Handy Talky dan Charger r. Lonceng s. Alat Pemadam Kebakaran t. Papan Kontrol Kamar Hunian u. CCTV yang terpasang di 48 titik v. Alat pengacak sinyal (Jammer) w. Lampu Darurat (Emergency Lamp) Dengan upaya dan kegiatan yang telah dilaksanakan di Lapas Salemba diharapkan mampu membangun kembali citra positi bagi Pemasyarakatan sesuai dengan visi Kantor Wilayah Kementrian Hukum dan HAM DKI Jakarta yakni “Satu Tekad Membangun Citra”.14
I. Struktur Pejabat Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Salemba Adapun sususan struktur organisasi dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat adalah sebagai berikut :
Kepala Lapas yang bertanggung jawab terhadap terlaksananya seluruh kegiatan pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A.
14
Ibid, h. 16
75
Seksi Bimadik (Bimbingan Anak Didik), bertugas memberikan bimbingan kemasyarakatan dan pelayanan anak didik. Tugasnya antara lain membuat statistic, dokumentasi, sidik jari, memberikan bimbingan rohani, bimbingan kerja, meningkatkan pengetahuan, kesejahteraan serta mengurus kesehatan dan perawatan anak.
Seksi Kegiatan Kerja bertugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja, dan mengelola hasil kerja.
Seksi Admisitrasi Keamanan dan Ketertiban, bertugas mengatur jadwal kerja, penggunaan perlengkapan, pembagian tugas pelayanan keamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari kesatuan pengamanan serta menyusun laporan berkala di bidang keamanan dan ketertiban.
Kesatuan Pemngamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP) bertugas menjaga keamanan dan ketertiban Lapas dan berfungsi melakukan penjagaan dan pengawasan terhadap anak didik, memelihara keamanan dan
ketertiban,
melakukan
pemeriksaan
terhadap
pelanggaran
keamanan.
Sub Bagian Tata Usaha, melakukan tugas kepegawaian, keuangan, surat menyurat dan perlengkapan rumah tangga.15
15
Wawancara pribadi dengan Pengawas kegiatan pembinaan rohani Islam Bapak Hary, Salemba Senin 17 Februari 2014, pukul 09.00 wib.
BAB IV TEMUAN HASIL PENELITIAN
A. Strategi Pembina Rohani Islam Dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat Strategi dalam pembinaan Rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba sangat dibutuhkan oleh pembina, agar kegiatan pembinaan rohani Islam yang akan dilaksanakan dapat memenuhi tujuan yang telah ditentukan. Adapun tujuan pembina rohani Islam dalam kegitaan pembinaan kepada anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba adalah :1
Sebagai pembentukan karakter anak didik pemasyarakatan.
Untuk dasar pengetahuan agama bagi anak didik pemasyarakatan, sehingga memiliki perilaku dan sikap yang baik sesuai dengan ajaran agama Islam.
Meningkatkan kadar keimanan dan ketakwaan anak didik pemasyarakatan.
Memberikan bekal kepada anak didik pemasyarakatan untuk mengenal Tuhan dan ketika mereka sudah mengenal Tuhan maka diarahkan kepada praktek ibadah.2
1
Wawancara pribadi dengan Penanggungjawab kegiatan pembinaan rohani Islam Bapak M.Danil, Salemba, Senin 17 Februari 2014, pukul 09.00 wib. 2 Wawancara pribadi dengan pembina dalam kegiatan pembinaan karakter Bapak Iskandar, Salemba, Jumat 21 Februari 2014, pukul 11.00 wib.
76
77
Terdapat dua kegiatan dalam pembinaan Rohani Islam terhadap anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba, kegiatankegiatan pembinaan rohani Islam tersebut, antara lain : Tabel 1 Kegiatan-kegiatan Pembinaan Rohani Islam
No
Kegiatan Pembinaan Rohani Islam
1
Pengajian
2
Pembinaan Karakter (Character Building)
Jenis Kegiatan Ilmu Fiqh Tajwid Baca Tulis Iqra, AlQuran Mahfudzot Hadits Tausiyah Materi Pembentukan Karakter Pemutaran Film Diskusi Praktek Shalat Tasbih Pemutaran Video Ayat-ayat Al-Quran Mengenal Tasawuf Hipnoteraphy Penulisan Khat
Tempat
Musholla Paviliun Saroso
Ruang PKBM
Musholla Paviliun Saroso Ruang PKBM
Penanggungjawab kegiatan pembinaan rohani Islam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba adalah Bapak M. Danil, SH yaitu petugas Lapas. Bapak M. Danil juga terjun langsung sebagai pembina rohani Islam karena beliau alumni pesantren Gontor Jawa Timur yang memiliki pengetahuan lebih mengenai ilmu agama Islam. Namun dikarenakan kurangnya pembina rohani
78
Islam
untuk
anak
didik
pemasyarakatan
dari
petugas
di
Lemabaga
Pemasyarakatan Klas II A Salemba, Bapak M. Danil memiliki asisten dari narapidana dewasa yaitu Bapak Ilham. Bapak Ilham adalah narapidana yang pernah berkuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta dan Pesanteren Ma’had Al-Umm Bogor yang terkena kasus narkoba diakibatkan karena salah pergaulan, jadi pada dasarnya Bapak Ilham memiliki pengetahuan agama Islam yang cukup baik. Dengan begitu, Bapak Ilham diberi kepercayaan untuk menjalankan kegiatan yang telah disusun oleh Bapak Danil ketika Bapak Danil tidak bisa mengisi kegiatan-kegiatan yang ada dalam pembinaan rohani Islam.
Kegiatan pembinaan rohani Islam yang telah disusun oleh Bapak M. Danil adalah kegiatan pengajian. Dalam kegiatan ini, pembina memiliki target dalam jangka waktu dua bulan untuk mengetahui adanya peningkatan atau tidak dari anak didik pemasyarakatan setelah mengikuti kegiatan pengajian. Adapun kegiatan-kegiatan pengajian yang telah disusun tersebut, yakni : -
Baca tulis Iqra dan Al-Quran, bertujuan untuk membatu anak didik pemasyarakatan agar dapat membaca Iqra dan Al-Quran dengan baik dan memperlancar bacaan mereka.
-
Tajwid, sebagai ilmu pengetahuan tentang hukum bacaan agar anak didik pemasyarakatan agar dapat membaca Iqra dan Al-Quran dengan baik dan benar.
-
Ilmu Fiqh, bertujuan agar anak didik pemasyarakatan mengetahui hukum-hukum dan tata cara kehidupan secara Islami. Baik dalam beribadah maupun dalam kehidupan sehari-hari.
79
-
Mahfudzhot bertujuan agar anak didik pemasyarakatan dapat menjadikan kata-kata mutiara sebagai prinsip hidup mereka.
-
Hadits, bertujuan agar anak didik pemasyarakatan memahami dasar dan landasan hukum agama Islam disamping Al-Quran.
-
Tausiyah, bertujuan agar pengetahuan anak didik pemasyarakatan semakin bertambah mengenai pengetahuan agama Islam.3
Kegiatan pembinaan karakter (character building) termasuk ke dalam pembinaan rohani Islam. Kegiatan ini bertujuan untuk membentuk sikap dan perilaku anak didik pemasyarakatan untuk menjadi pribadi yang baik. Pembina karakter Islam bernama Bapak Iskandar Muda, Spd.I. Bapak Iskandar adalah lulusan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah tahun 2010. Kegiatan pembinaan karakter Islam ini dimulai sejak awal tahun 2013 hingga saat ini. Adapun kegiatan pembinaan karakter, yaitu : -
Pemberian materi mengenai akhlak dan menulis khat bertujuan untuk menambah wawasan dan kreatifitas anak didik pemasyarakatan.
-
Menonton film mengenai kehidupan, bertujuan agar anak didik pemasyrakatan
bisa berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan
menjalani ibadah. -
Diskusi (sharing pengalaman) disetiap kegiatan bertujuan untuk membuat mereka memknai kehidupan mereka.
-
Menonton video mengenai ayat-ayat Al-Quran, bertujuan sebagai pengetahuan agar anak didik pemasyarakatan semakin optimis untuk
3
Wawancara pribadi dengan Penanggungjawab kegiatan pembinaan rohani Islam Bapak
M.Danil.
80
berubah menjadi lebih baik dan menjadikannya motivasi dalam hidup mereka. -
Praktek shalat tasbih, sebagai ilmu pengetahuan terhadap anak didik pemasyarakatan. Karena terdapat banyak dzikir di dalam shalat tasbih, maka bertujuan agar mereka membiasakan untuk berdzikir.
-
Mengenal tasawuf, bertujuan sebagai wawasan agar anak didik pemasyarakatan dapat mengetahui ilmu-ilmu tasawuf dalam Islam.
-
Hipnoteraphy
bertujuan
untuk
mengembalikan
anak
didik
pemasyarakatan kepada ingatan mengenai masa lalu mereka, sehingga mereka dapat mengetahui kejadian-kejadian yang baik maupun buruk. Kemudian mereka paham dan tidak melakukan lagi perbuatan yang buruk. 1. Perumusan Strategi Pembina Rohani Islam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba a. Kegiatan Pengajian Tabel 2 Perumusan Strategi Kegiatan Pengajian No 1 2 3 4 5 6
Kegiatan Pembinaan Ilmu Fiqh Tajwid Baca Tulis Iqra Al-Quran Mahfudzhot Hadits Tausiyah
Perumusan
Teori Persuasi
81
Adapun penjelasan mengenai tabel di atas adalah sebagai berikut :4 Pada setiap kegiatan pengajian, dalam perumusan strateginya pembina rohani Islam yaitu Bapak M. Danil, SH dan Bapak Ilham mengunakan teori persuasi untuk memastikan kejelasan pesan, isi pesan, waktu dan tempat kegiatan. Yaitu : -
Untuk memstikan kejelasan pesan pada materi ilmu fiqh, tajwid, hadits, mahfudzhot dan tausiyah. Pembina rohani Islam dalam kegiatan pengajian selalu mempelajari materi-materi dari referensi terdahulu sebelum menerapkannya kepada anak didik pemasyarakatan. Misalnya seperti pada materi ilmu fiqh pembina menggunakan referensi dari buku-buku pelajaran sekolah dan buku yang berjudul Zaadul Muslim, Majelis Ta’lim dan dzikir karya Al-Ustadz Al-Habib Alwi Assegaf, kemudian untuk tausiyah menggunkan buku yang berjudul Tanya Jawab Tentang Agama dan Kehidupan karya Ahmad Asy-Syahbani.
-
Dalam menentukan isi pesan pada setiap materi yang akan disampaikan baik itu materi ilmu fiqh, hadits, tajwid, mahfudzhot maupun tausiyah, pembina rohani Islam selalu membuat rangkuman dan menyusunnya dengan terstruktur setiap materi-materi yang akan disampaikan mulai dari awal pertemuan pertama sampai dengan selanjutnya. Sementara pada kegiatan baca tulis Iqra dan Al-Quran, pembina rohani Islam terlebih dahulu menyesuaikan keadaan anak didik pemasyarakatan dengan bertanya sudah sampai dimana bacaan
4
Hasil Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Februari s/d Mei 2014.
82
Iqra dan Al-Quran yang telah mereka pelajari sebelum masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat. -
Kegiatan pembinaan pengajian selalu diadakan di Musholla Paviliun Saroso pada pukul 10.00 WIB sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh pembina rohani Islam. Karena Bapak M.Danil dan Bapak Ilham memiliki basic luluan
pesantren, maka dapat dikatakan mereka memiliki kredibilitas yang baik mengenai pengetahuan agama Islam. Dengan begitu selain menggunakan refrensi dari buku-buku yang mereka baca, ketika ingin menerapkan materi dan praktek pada setiap kegiatan yang akan dilaksanakan, mereka hanya sedikit mempelajari materi-materi untuk mengulang pelajaran yang telah mereka terima di pesantren dan menerapkannya kepada anak didik pemasyarakatan. Kesimpulan berikut dapat diperkuat dengan jawaban dari Bapak M.Danil ketika diwawancarai oleh peneliti, yaitu : “Referensi yang saya gunakan untuk materi-materi yang akan disampaikan kepada anak didik pemasyarakatan berasal dari buku-buku agama Islam misalnya buku yang berjudul “Tanya Jawab Tentang Agama dan Kehidupan karya Ahmad Asy-Syahbani” buku-buku pelajaran sekolah mengenai ilmu fiqh dan lain-lain. Dan ajaran-ajaran yang pernah saya pelajari saat saya menjadi santri di pesantren Gontor Jawa Timur, bila ada yang cocok untuk disampaikan maka akan saya sampaikan kepada anak didik pemasyarakatan.”5
5
Wawancara pribadi dengan Penanggungjawab kegiatan pembinaan rohani Islam Bapak
M.Danil.
83
b. Kegiatan Pembinaan Karakter Tabel 3 Perumusan Strategi Kegiatan Pembinaan Karakter
No
1
Kegiatan Pembinaan Karakter Materi Pembentukan Karakter
2
Menonton Film
3
Diskusi
4 5 6 7 8
Praktek Shalat Tasbih Video Ayat-ayat Al-Quran Mengenal Tasawuf Hipnoterapy Menulis Khat
Perumusan
Teori Persuasi
Adapun penjelasan mengenai tabel di atas adalah sebagai berikut :6 Perumusan kegiatan pembinaan rohani Islam Bapak Iskandar, S.Pd.I pada kegiatan pembinaan karakter juga sama halnya dengan kegiatan pengajian yaitu menggunakan teori persuasi untuk memastikan kejelasan pesan, isi pesan, waktu dan tempat kegiatan. Yaitu : -
Untuk memastikan kejelasan pesan pada materi etika, tasawuf dan shalat tasbih sebelum diterapkan kepada anak didik pemasyarakatan,
6
Hasil Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Februari s/d Mei 2014.
84
pembina rohani Islam mempelajari ulang materi-materi tersebut dari referensi terdahulu dan membuat catatan pribadi. -
Dalam menentukan isi pesan yang akan disampaikan pada materi etika pembina mempersiapkan penjelasan manfaat mempelajari etika yaitu agar anak didik pemasyarakatan memiliki pribadi yang lebih baik dan dapat berperilaku baik terhadap masyarakat sekitar, baik saat masih di dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun setelah bebas nantinya.
-
Sementara dalam menentukan isi pesan yang cocok pada pemutaran video dan film yang akan ditayangkan kepada anak didik pemasyarakatan, pembina rohani Islam memilih film dan video yang sesuai dengan keadaan anak didik pemasyarakatan. Pemilihan video dan film yang sesuai bertujuan agar anak didik pemasyarakatan memahami dan dapat memaknai video maupun film tersebut. Misalnya, pemutaran film memaknai kehidupan dan video ayat-ayat Al-Quran bertujuan untuk memotivasi mereka agar menjadi pribadi yang tidak putus asa, tidak mudah menyerah dan menyia-nyiakan hidup mereka karena Allah selalu memberikan yang terbaik.
-
Begitu pula dengan diskusi dan hipoteraphy, pembina rohani Islam terlebih dahulu menganalisis kondisi anak didik pemasyarakatan untuk menentukan diskusi dan langkah hipnpteraphy yang cocok pada kegiatan yang akan berlangsung. Misalnya, pembina rohani Islam mengajak
anak
didik
pemasyarakatan
berdiskusi
mengenai
pengalaman hidup masing-masing anak didik pemasyarakatan.
85
-
Dan untuk kegiatan menulis khat, pembina hanya menyiapkan ayat alQuran yang akan diterapkan sebagai tulisan khat kepada anak didik pemasyarakatan yaitu ayat kursi.
-
Agar isi pesan yang disampaikan pada setiap kegiatan dalam pembinaan karakter dapat diterima dengan baik oleh anak didik pemasyarakatan, pembina rohani
Islam
selalu mempersiapkan
penjelasan yang bertujuan dapat meningkatkan pengetahuan, motivasi dan ibadahnya. -
Kegiatan pembinaan karakter diadakan di Musholla Paviliun Saroso dan ruang PKBM pada pukul 10.00 WIB sesuai kondisi, waktu dan tempat yang telah ditentukan oleh pembina rohani Islam. Kesimpulan di atas diperkuat dengan wawancara pribadi peneliti
dengan Bapak Iskandar S.Pd.I pembina rohani Islam pada kegiatan pembinaan karakter, yaitu : “Pemutaran film mengenai kehidupan yang bermakna dan video ayat-ayat Al-Quran, saya mencari film dan video sesuai kondisi anak didik pemasyarakatan. Praktek shalat tasbih saya mengambil refrensi dari buku fiqh, kemudian di praktekan kepada anak didik pemasyarakatan.”
86
2. Penerapan Strategi Pembina Rohani Islam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba a. Kegiatan Pengajian Tabel 4 Penerapan Strategi Kegiatan Pengajian No
Kegiatan Pembinaan
1
Ilmu Fiqh
2
Tajwid
3
Baca Tulis Iqra Al-Quran
4
Mahfudzhot
5 6
Hadits Tausiyah
Penerapan Teori Metode Cerita Ceramah Simbolisme Verbal Ceramah Teori Simbolisme Peranan Verbal Komunikator Simbolisme Verbal Ceramah Simbolisme Verbal Ceramah Ceramah
Media Belajar
Alat Visual
Berdasarkan tabel di atas, berikut penerapan strategi yang dilakukan oleh Bapak Ilham :7 Penerapan strategi Bapak Ilham dalam kegiatan pemberian materi ilmu fiqh adalah dengan menggunakan teori peranan komunikator, metode cerita dan metode ceramah. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Dengan menggunakan metode cerita pada awal pembahasan, pembina yaitu Bapak Ilham menceritakan terlebih pengalamannya
7
Hasil Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Februari s/d Mei 2014.
87
dimasa lalu ketika memakai obat terlarang dan menunjukan penyesalannya sampai pada akhirnya Ia mendapat hidayah dari Allah SWT dan menjadi pembina dalam kegiatan pengajian anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba. -
Kemudian dengan metode ceramah, pembina mengajak anak didik pemasyarakatan untuk sama-sama berubah menjadi manusia yang lebih baik dan tidak melakukan kejahatan lagi. Pembina juga memberikan
kata-kata
penyemangat
kepada
anak
didik
pemasyarakatan melalui mahfudzhot yaitu kata-kata mutiara dalam bahasa arab seperti “”ﻣﻦ ﺟﺪ و ﺟﺪ, yang artinya “Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil”. Pembina menjelaskan kepada mereka, ketika mereka ingin sungguh-sungguh berubah menjadi lebih baik maka mereka pasti bisa. Kemudian pembina memberikan arahan kepada anak didik pemasyarakatan untuk melaksanakan ibadah shalat dan mengaji. Setelah itu pembina mengajarkan anak didik pemasyarakatan tentang apa yang harus dilakukan terlebih dahulu ketika ingin melaksanakan shalat dan mengaji. Pembina memberikan materi thaharah dari mulai macammacam air yang suci, macam-macam najis, cara-cara bersuci dan cara berwudhu dengan niatnya. -
Pada setiap materi mengenai ilmu fiqh, dalam pemberian materi ibadah sahalat pembina secara betahap menjelaskan mengenai
88
syarat syah shalat, rukun shalat, gerakan-gerakan shalat, bacaan shalat dan doa setelah shalat kepada anak didik pemasyarakatan. Penerapan strategi Bapak M. Danil dan Bapak Ilham dalam kegiatan pemberian materi ilmu tajwid adalah dengan menggunakan teori peranan komunikator, metode ceramah dan metode simbolisme verbal. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Dengan menggunakan metode ceramah pada materi ilmu tajwid, pembina terlebih dahulu mengajarkan anak didik pemasyarakatan kepada
huruf
hijaiyah,
karena
hanya
tiga
anak
didik
pemasyarakatan dari duapuluh anak yang dapat mengingat huruf hijaiyah dan sudah dapat membaca Al-Quran. -
Setelah anak didik pemasyarakatan mulai mengenal huruf hijaiyah, pembina baru memberikan materi ilmu tajwid dari hukum bacaan yang ada dalam iqra maupun Al-Quran disesuaikan dengan yang sedang dibaca oleh anak didik pemasyarakatan yang dengan metode simbolisme verbal langsung dipraktekan. Penerapan strategi Bapak M.Danil dan Bapak Ilham dalam
kegiatan baca tulis Iqra dan Al-Quran adalah dengan teori peranan komunikator dan metode simbolisme verbal. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Dengan
metode
simbolisme
verbal,
pembina
langsung
mengajarkan anak didik pemasyarakatan dan memperaktekan bacaan iqra dan Al-Quran. Dalam pengajarannya, pembina membenarkan bacaan anak didik jika ada yang salah.
89
-
Dalam memberikan semangat bagi anak didik pemasyarakatan yang sudah dapat membaca Al-Quran, pembina membagi tugas kepada anak didik pemasyarakatan untuk mengajarkan temannya yang masih di Iqra satu. Sehingga anak didik pemasyarakatan yang sudah dapat membaca Al-Quran memiliki kepercayaan diri yang lebih besar. Dengan begitu, pembina menciptakan suasana kekeluargaan kepada anak didik pemasyarakatan, agar satu sama lain dapat saling mengenal dan tidak canggung. Penerapan strategi Bapak M.Danil dan Bapak Ilham dalam
pemberian materi mahfudzhot adalah dengan menggunakan teori peranan komunikator, metode simbolisme verbal dan metode ceramah. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Dengan
metode
ceramah,
pembina
menjelaskan
mengenai
mahfudzhot kemudian menyuruh anak didik pemasyarakatan untuk menghafal lima dari dua piluh kalimat mahfudzhot yang diberikan pembina kepada anak didik pemasyarakatan. Misalnya : -
Pembina juga menyampaikan materi mahfudzhotnyapada saat kesempatan disetiap kegiatan yang sedang dilakukan, misalnya pada saat tausiyah. Penerapan strategi Bapak M.Danil dan Bapak Ilham dalam
pemberian materi ilmu hadits adalah dengan menggunakan teori peranan komunikator dan metode ceramah. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Materi hadits diselipkan pada setiap tausiyah yang diberikan oleh pembina dengan metode ceramah.
90
-
Materi-materi hadits yang disampaikan kepada anak didik pemasyarakatan adalah materi hadits yang mengajak anak didik pemasyarakatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik dan yang memberikan motivasi untuk hidup mereka. Dalam observasi yang telah peneliti lakukan, adapun contoh hadits yang diberikan oleh pembina kepada anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : Hadits Rasulullah SAW, “Menginginkan Kebahagiaan DuniaAkhirat Harus Wajib dengan Ilmu” :
وﻣﻦ ارادﳘﺎ, وﻣﻦ اراداﻻاﺧﺮ ة ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ,ﻣﻦ ارا داﻟﺪﻧﻴﺎ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺑﺎ ﻟﻌﻠﻢ ﻓﻌﻠﻴﻪ ﺑﺎﻟﻌﻠﻢ Artinya :“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang mengendaki kehidupan akhirat, maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barang siapa yang menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu.” (HR. Turmudzi) Dari hadits yang disampaikan di atas, pembina mengajak anak didik pemasyarakatan untuk selalu menuntut ilmu, selalu belajar, terutama belajar mengaji agar bisa mendapatkan pahala dan ridho Allah SWT. Hadits Rasulullah SAW ,“Amal yang Paling dicintai oelh Allah SWT” :
اﺣﺐ اﻻ ﻋﻤﺎ ل ا ﱃ ااﷲ ادو ﻣﻬﺎ وان ﻗﻞ Artinya :“Amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus menerus walaupun sedikit”. (HR. Bukhari & Muslim) Dari hadits yang disampaikan di atas, pembina mengajak anak didik pemasyarakatan untuk terus mengikuti kegiatan pengajian, melaksanakan shalat dan mengaji.
91
Penerapan strategi Bapak M.Daniel dan Bapak Ilham dalam kegiatan tausiyah adalah dengan teori peranan komunikator dan metode ceramah. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Dengan metode ceramah pembina, membacakan ayat-ayat AlQuran untuk menyadarkan anak didik pemasyarakatan memberikan motivasi hidup. Adapun contoh ayat Al-Quran tersebut adalah : Firman Allah SWT :
◌ۡ ◌ ﻣﱢﻦ ۢ◌ َﰊ ۡ◌ ِن ﻳَﺪَي ۡ◌ ِه َوﻣِﻦ ۡ◌ ﺧَﻞ ۡ◌ﻓِ ِﻪۦ ﻳَﺢ ۡ◌ﻓَﻈُﻮﻧَﻪۥُ ﻣِﻦٞ ﻟَﻪۥُ ُﻣ َﻌ ﱢﻘﺒَٰﺖ ◌ۗ ◌ۡ ُﺴﻬِﻢ ِ َﱴ ﻳـُﻐَﻴﱢـ ُﺮواْ ﻣَﺎ ﺑِﺄَﻧﻔ ٰأَم ۡ◌ ِر ٱﻟﻠﱠ ِﻪ ۗ◌ إِ ﱠن ٱﻟﻠﱠﻪَ َﻻ ﻳـُﻐَﻴﱢـ ُﺮ ﻣَﺎ ﺑِﻘَﻮ ۡ◌ٍم ﺣ ﱠ َال ٍ َوإِذَا◌ٓ أَرَا َد ٱﻟﻠﱠﻪُ ﺑِﻘَﻮ ۡ◌م ٖ◌ ﺳُﻮ◌ٓ ء ٗ◌ا ﻓ ََﻼ َﻣَﺮﱠد ﻟَﻪۥُۚ َوﻣَﺎ ﳍَُﻢ ﻣﱢﻦ دُوﻧِِﻪۦ ﻣِﻦ و (١١) Artinya :“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS. Ar-Rad ayat 11) Dari ayat Al-Quran yang disampaikan oleh pembina di atas, pembina mengambil inti sari dari ayat tersebut yaitu “Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” Pembina mengajak anak didik pemasyarakatan untuk berubah menjadi lebih baik dan menjadikan kesalahan yang mereka lakukan sebagai pelajaran hidup. Dan ketika anak didik pemasyarakatan ingin berubah menjadi lebih baik, pembina memberi
92
arahan kepada mereka untuk harus memiliki niat dan bersungguhsungguh. Pembina juga mengajak anak didik pemasyarakatan untuk mengingat kembali rasanya saat berkumpul bersama keluarga, mengingat perjuangan orangtua mereka yang paling utama memberikan perhatian saat mereka masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba, kemudian mengingat rasanya nyaman saat tidur dirumah dikasur yang nyaman dibandingkan dengan dikamar mereka saat ini di dalam jeruji besi. Ajakan yang dilakukan oleh pembina bertujuan untuk menyadarkan anak didik pemasyarakatan agar tidak melakukan kejahatannya lagi dan berubah menjadi lebih baik. Kemudian setelah itu pembina kembali menyampaikan ayat AQuran, Firman Allah SWT :
ﺼﻠ َٰﻮَة ﺼﻠ َٰﻮةَ ۖ◌ إِ ﱠن ٱﻟ ﱠ ٰﺐ َوأَﻗِ ِﻢ ٱﻟ ﱠ ِ َُوﺣ َﻲ إ َِﱄ ۡ◌ َك ِﻣ َﻦ ٱل ۡ◌ﻛِﺘ ِ ٱت ۡ◌ ُل ﻣَﺎ◌ٓ أ ◌ۗ َﻰ َﻋ ِﻦ ٱل ۡ◌ﻓَﺢ ۡ◌ﺷَﺎ◌ٓ ِء وَٱل ۡ◌ﻣُﻨ َﻜ ِﺮ ۗ◌ َوﻟَﺬِك ۡ◌ ُر ٱﻟﻠﱠ ِﻪ أَك ۡ◌ﺑـَ ُﺮ ٰ ﺗَﻦ ۡ◌ﻫ (٤٥)وَٱﻟﻠﱠﻪُ ﻳَﻊ ۡ◌ﱂَُ ﻣَﺎ ﺗَﺺ ۡ◌ﻧـَﻌُﻮ َن Artinya :“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Ankabut ayat 45) Dari ayat Al-Quran yang disampaikan di atas, pembina memberikan penjelasan kepada anak didik pemasyarakatan ketika mereka memiliki niat untuk berubah menjadi lebih baik, hal yang paling utama mereka lakukan adalah shalat agar mereka tidak lagi mengulangi kejahatan
93
yang mereka lakukan. Dengan mereka mengerjakan shalat, insya Allah mereka akan selalu mengingat Allah dan takut jika melakukan kejahatan lagi. Firman Allah SWT :
ْ( إﱠِﻻ ٱﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ءَا َﻣﻨُﻮا٢) ( إِ ﱠن ٱل ۡ◌إِﻧ َٰﺴ َﻦ ﻟَﻔِﻲ ﺧُﺲ ۡ◌ ٍر١) وَٱل ۡ◌ﻋَﺺ ۡ◌ ِر (٣) ﺖ َوﺗَـﻮَاﺻَﻮ ۡ◌اْ ﺑِﭑل ۡ◌ َﺣ ﱢﻖ َوﺗَـﻮَاﺻَﻮ ۡ◌اْ ﺑِﭑﻟﺼﱠﺐ ۡ◌ ِر ِ ﺼﻠِ َٰﺤ َو َﻋ ِﻤﻠُﻮاْ ٱﻟ ٰﱠ Artinya :“(1). Demi masa (2). Sesungguhnya manusia itu benarbenar dalam kerugian (3).kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.”(QS. Al-Asr ayat 1-3) Dari ayat Al-Quran yang disampaikan oleh pembina tersebut di atas, pembina mengajak anak-anak untuk menghargai waktu untuk selalu mengerjakan amal saleh yaitu berbuat kebaikan dan beribadah. Media belajar yang digunakan oleh pembina rohani Islam dalam kegiatan pengajian adalah alat-alat visual yaitu seperti memberikan contoh cara berwudhu dan shalat dalam pelajaran ilmu fiqh, memberikan text bacaan pada materi tajwid, mahfudzhot dan hadits, dan papan tulis untuk menjelaskan huruf dalam iqra maupun tajwid pada kegiatan baca tulis AlQuraan.
94
b. Kegiatan Pembinaan Karakter Islam Tabel 5 Penerapan Strategi Kegiatan Pembinaan Karakter Islam Kegiatan Pembinaan
Penerapan
Media
Karakter Materi Pmbntukan Karakter
Teori Teori Peranan Komunikator
Menonton Film
Teori Peranan
Metode Cerita Ceramah Diskusi Ceramah
MengenaiKehidupan
Komunikator
Diskusi Diskusi Ceramah
Tasbih
Teori Peranan Komunikator Teori Komunikasi Persuasif
Video Ayat-ayat
Teori Peranan
Verbal Diskusi Diskusi
Al-Quran
Komunikator
Ceramah
Mengenal
Teori Peranan
Cerita
Tasawuf
Komunikator
Diskusi
Diskusi Praktek Shalat
Hipnoterapy Menulis Khat
Teori Peranan Komunikator Teori Peranan Komunikator
Belajar Alat Visual Visual Audio Visual Visual
Simbolisme
Ceramah Simbolisme Verbal Ceramah Simbolisme Verbal
Visual Visual Audio Visual Visual Audio Visual
Visual Visual
95
Berdasarkan tabel di atas, berikut penerapan strategi yang dilakukan oleh Bapak Iskandar :8 Penerapan strategi Bapak Iskandar dalam kegiatan pemberian materi tentang etika adalah dengan menggunakan teori peranan komunikator, metode cerita dan metode ceramah. Adapun penjelasannya yaitu : -
Dengan menggunakan metode cerita, pembina bercerita tentang sejarah Nabi Muhammad bagaimana Nabi Muhammad begitu sabar dan tetap menunjukkan sikap yang baik dalam berdakwah meski selalu di caci maki oleh orang-orang quraisy sampai pada akhirnya orang-orang quraisy tersebut sadar dan memeluk agama Islam. Melalui teori peranan komunikator, pembina berusaha memberi penyadaran kepada mereka dan mengajak mereka untuk memiliki sikap dan sifat yang baik seperti cerita sejarah Nabi Muhammad tersebut.
-
Dengan menggunakan metode ceramah, anak didik diajarkan untuk mematuhi norma-norma yang telah ada dimasyarakat. Kemudian pembina menjelaskan standar perilaku yang baik di lingkungan masyarakat. Dan terakhir menyelipkan bacaan doa iftitah yaitu :
َب ََﺎﰐ ﻟِﻠﱠ ِﻪ ر ﱢ ِ ي وَﳑ َ َﻼِﰐ َوﻧُ ُﺴﻜِﻲ َوﻣَﺢ ۡ◌ﻳَﺎ َ ﻗُﻞ ۡ◌ إِ ﱠن ﺻ ﱠل ُ ت َوأَﻧَﺎ ۠◌ أَو ُ ◌ۡ ِﻚ أُﻣِﺮ َ ﻳﻚ ﻟَﻪۥُۖ َوﺑِ َٰﺬﻟ َ (َﻻ َﺷ ِﺮ١٦٢)ﲔ َ ٱل ۡ◌ َٰﻋﻠَ ِﻤ (١٦٣) ﲔ َ ٱل ۡ◌ﻣُﺲ ۡ◌ﻟِ ِﻤ 8
Hasil Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Februari s/d Mei 2014.
96
Artinya :“Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)".(Q.S. Al-An’am ayat 162-163) Bacaan di atas bertujuan untuk memberi pemahaman kepada anak didik pemasyarakatan bahwa dasar dari perilaku yang kita lakukan adalah ketika kita memiliki iman dan taat kepada Allah. Kemudian untuk menjadi hamba yang memiliki iman dan taat kepada Allah pembina memberi anjuran kepada anak didik pemasyarakatan untuk melakukan shalat wajib lima waktu dan rajin mengaji. Penerapan strategi Bapak Iskandar dalam kegiatan pemutaran film mengenai kehidupan, menggunakan teori peranan komunikator dan metode ceramah. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Dengan
pemutaran
film
mengenai
orang
yang
memiliki
kekurangan fisik tetapi begitu semangat melakukan shalat dan mengaji, pembina berusaha membangkitkan kesadaran anak didik pemasyarakatan untuk juga bersemangat melaksanakan shalat dan mengaji.
Pembina
berusaha
menyadarkan
anak
didik
pemasyarakatan bahwasannya orang yang keadaan fisiknya kurang sempurna saja bisa dan bersemangat untuk beribadah, jadi tidak ada alasan untuk mereka yang fisiknya sempurna untuk tidak shalat dan mengaji. -
Dengan metode ceramah, pembina memberikan penjelasan kepada anak didik pemasyarakatan untuk tidak menunda dalam melakukan
97
suatu kebaikan terutama beribadah. Kemudian menjelaskan arti Allah bagi anak didik pemasyarakatan dan menjelaskan cara mendekatkan diri kepada Allah SWT yaitu dengan shalat dan mengaji. Penerapan strategi Bapak Iskandar dalam kegiatan diskusi adalah dengan menggunakan teori peranan komunikator, metode diskusi, tanya jawab atau dialog dan metode ceramah. Adapun penjelasannya yaitu : -
Dengan metode diskusi tanya jawab atau dialog, pembina mengajak anak didik pemasyarakatan untuk bercerita tentang pengalaman
apa
yang
menyenangkan
bagi
mereka
dan
menjelaskan tindakan hukum apa yang mereka lakukan sehingga mereka masuk ke dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba. Dan akhirnya anak didik pemasyarakatanpun bercerita, ada yang melakukan tindakan hukum dengan menggunakan obat terlarang
(narkoba),
penodongan,
pencurian,
perampokan,
kesusilaan hingga pembunuhan. Mereka juga menjelaskan mengapa mereka melakukan itu, kebanyakan dikarenakan faktor pergaulan, keadaan keluarga yang brokenhome, orang tua yang tidak memperhatikan mereka, dan kondisi ekonomi yang kurang. -
Kemudian dengan metode ceramah, pembina memberi anjuran dan arahan kepada anak didik pemasyarakatan. Ketika ada masalah yang
menimpa
mereka,
jangan
melampiaskannya
dengan
menggunakan obat-obatan terlarang, dan kejahatan-kejahatan yang
98
lain. Tetapi dengan cara mengadu kepada Allah dengan shalat dan berdoa. -
Dan dalam teori peranan komunikator, pembina membangkitkan semangat anak didik pemasyarakatan untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik. Menjelaskan bahwa mereka bisa berubah jikalau mereka memiliki niat untuk berubah dengan mengutip ayat Al-Quran yaitu :
◌ۡ ُﲏ ۡ◌ ٍن إِذ َ ﻟَﻘَﺪ ۡ◌ ﻧَﺼََﺮُﻛ ُﻢ ٱﻟﻠﱠﻪُ ِﰲ َﻣﻮَا ِﻃ َﻦ َﻛﺜِﲑَة ٖ◌ َوﻳَﻮ ۡ◌ َم ﺣ أَع ۡ◌ َﺟﺒَﺖ ۡ◌ﻛُﻢ ۡ◌ ﻛَﺚ ۡ◌ َرﺗُﻜُﻢ ۡ◌ ﻓَـﻠَﻢ ۡ◌ ﺗُﻎ ۡ◌ ِن ﻋَﻨﻜُﻢ ۡ◌ ﺷَﻲ ۡ◌ٔ ٗ◌ا َﱄ ۡ◌ ُﰎ ض ﲟَِﺎ َر ُﺣﺒَﺖ ۡ◌ ﰒُﱠ وﱠ ُ ◌ۡ َوﺿَﺎﻗَﺖ ۡ◌ َﻋﻠَﻲ ۡ◌ ُﻛ ُﻢ ٱل ۡ◌أَر (٢٥)ﻣﱡﺪ ۡ◌ﺑِﺮِﻳ َﻦ Artinya :“Dan Dialah yang menerima taubat dari hamba-hambaNya dan memaafkan kesalahan-kesalahan dan mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(Q.S. At-Taubat ayat 25) Penerapan strategi Bapak Iskandar dalam kegiatan praktek shalat tasbih adalah dengan menggunakan teori persuasi dan metode simbolisme verbal. Adapun penjelasannya yaitu : -
Teori pesuasi yang digunakan oleh pembina adalah memberikan anjuran untuk bertindak dalam menjelaskan tata cara shalat tasbih.
-
Dengan metode simbolisme verbal, pembina dan anak didik pemasyarakatan mempraktekkan shalat tasbih.
Penerapan strategi Bapak Iskandar dalam kegiatan pemutaran video yang berisikan ayat-ayat Al-Quran dengan menggunakan teori peranan komunikator, metode ceramah dan metode diskusi (tanya jawab) :
99
-
Setelah melihat pemutaran video ayat-ayat Al-Quran, pembina menggunakan teori peranan komunikator dan metode ceramah untuk meyakinkan anak didik pemasyarakatan bahwa Allah selalu ada untuk hamba-hambaNya dalam keadaan apapun. Maka anak didik pemasyarakatan dianjurkan untuk selalu mengingat Allah dengan beribadah dan selalu berserah diri kepada Allah ketika ujian menimpa mereka.
-
Pemutaran video dilakukan setelah melaksanakan praktek shalat tasbih, kemudian dengan metode diskusi (tanya jawab) pembina bertanya kepada anak didik pemasyarakatan “apa yang kalian rasakan setelah melakukan shalat tasbih?” kemudian mereka menjawab, “saya merasa hati saya tenang pak”. Dengan begitu, pembina
kembali
memberikan
anjuran
agar
anak
didik
pemasyarakatan selalu melaksanakan shalat dan berdzikir, agar hati dan pikiran mereka selalu merasakan ketenangan. Penerapan strategi Bapak Iskandar dalam pemberian materi dan video
mengenai
tasawuf
dan
tarekat
Jalaluddin
Rumi
dengan
menggunakan teori peranan komunikator, metode cerita dan metode ceramah. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Dengan metode cerita pembina menjelaskan mengenai tarekat, mengenalkan kepada anak didik pemasyrarakatan tentang ilmu tasawuf yang salah satunya adalah tarian “Whirling Dervishes” yang diciptakan oleh Jalauddin Rumi.
100
-
Kemudian dengan metode ceramah, pembina mengajak anak didik pemasyarakatan untuk selalu berdzikir dengan mengutip ayat AlQuran yaitu :
ٱﻟﱠﺬِﻳ َﻦ ءَا َﻣﻨُﻮاْ َوﺗَﻂ ۡ◌ َﻣﺌِ ﱡﻦ ﻗُـﻠُﻮﺑـُﻬُﻢ ﺑِﺬِك ۡ◌ ِر ٱﻟﻠﱠ ِﻪ ۗ◌ أََﻻ ﺑِﺬِك ۡ◌ ِر ٱﻟﻠﱠ ِﻪ (٢٨) ُﻮب ُ ﺗَﻂ ۡ◌ َﻣﺌِ ﱡﻦ ٱل ۡ◌ﻗُـﻠ Artinya :“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”.(QS. ArRaad ayat 28) Penerapan strategi Bapak Iskandar dalam kegiatan hipnoteraphy dengan menggunakan teori peranan komunikator, metode simbolisme verbal dan metode ceramah. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Dengan menggunakan metode simbolisme verbal, pembina megajak anak didik pemasyarakatan untuk berdiri kemudian memejamkan mata dan menyuruh mereka mengikuti arahan yang diberikan oleh pembina yaitu arahan untuk mengingat masa lalu mereka dari perbuatan baik mereka hingga perbuatan buruk mereka baik dengan diri sendiri, orang tua, teman, keluarga dan masyarakat sekitar.
-
Dengan menggunakan metode ceramah, pembina menasehati anak didik pemasyarakatan untuk tidak lagi melakukan kesalahan dan kejahatan yang telah mereka perbuat. Penerapan strategi Bapak Iskandar dalam kegiatan menulis khat
menggunakan teori peranan komunikator dan metode simbolisme verbal.Adapun penjelasannya sebagai berikut :
101
-
Dengan menggunakan metode simbolisme verbal, pembina terlebih dahulu memberikan contoh penulisan khat. Kemudian setelah memberikan contoh, pembina langsung menyuruh anak didik pemasyarakatan untuk menulis khat.
Pada setiap kegiatan pembinaan karakter, penggunaan metode diskusi yang diterpakan oleh pembina adalah untuk mengevaluasi kegiatan yang telah dilaksanakan dan mengetahui sejauhmana hasil dari materi-materi maupun praktek yang telah diterima oleh anak didik pemasyarakatan. Dan pada setiap kegiatan pembinaan karakter, dalam media belajar pembina menggunakan media visual seperti papan tulis dan slide untuk memberikan penjelasan yang lebih baik kepada anak didik pemasyarakatan, Pembina juga menggunakan media audio visual untuk menonton film dalam kegiatan pemutaran film dan video ayat-ayat Al-Quran. 3. Evaluasi Strategi Pembina Rohani Islam Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba a. Kegiatan Pengajian Tabel 6 Evalusasi Strategi Kegiatan Pengajian
4
Kegiatan Pembinaan Ilmu Fiqh Tajwid Baca Tulis Iqra Al-Quran Mahfudzhot
5 6
Hadits Tausiyah
No 1 2 3
Evaluasi Metode Diskusi Simbolisme Verbal Teori Hukuman Peranan Dan Komunikator Ganjaran Diskusi Hukuman Teori
102
Dan Ganjaran
Berdasarkan tabel di atas, berikut penjelasan mengenai evaluasi strategi Bapak M. Danil dan Bapak Ilham :9 Evaluasi Bapak M.Danil dan Bapak Ilham dalam kegiatan pengajian terhadap anak didik pemasyarakatan yaitu dengan menggunakan teori peranan komunikator ,metode diskusi, metode simbolisme verbal, metode hukuman dan ganjaran. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Pada setiap kegiatan yang telah dilakukan, pembina selalu mengajak anak didik pemasyarakatan untuk berdiskusi dengan memberi kesempatan kepada mereka bertanya apa yang tidak dimengerti oleh anak didik pemasyarakatan.Kemudian pembina memberikan pertanyaan kepada anak didik pemasyaakatan untuk mengukur sejauh mana mereka memahami apa yang telah menjadi pembahasan disetiap kegiatan yang mereka lakukan.
-
Disetiap minggunya, untuk pelajaran ilmu fiqh, baca tulis AlQuran dan mahfudzhot pembina mengadakan praktek shalat dan membaca Iqra dan Al-Quran untuk mengetahui sejauh mana perkembangan anak didik pemasyarakatan setelah mengikuti kegiatan pengajian. Pembina juga memberikan ujian lisan maupun tulisan kepada anak didik pemasyarakatan.
9
Hasil Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Februari s/d Mei 2014.
103
-
Kemudian karena Bapak M.Danil adalah penanggungjawab kegiatan pembinaan rohani Islam, maka beliau berhak memberikan keringanan hukuman pidana terhadap anak didik pemasyarakatan yang rajin mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam. Maka, disetiap akhir kegiatan Bapak M.Danil memberiakan amanat kepada Bapak Ilham untuk selalu mengingatkan anak didik pemasyarakatan rajin mengaji agar mendapatkan keringanan hukuman pidana.
b. Kegiatan Pembinaan Karakter Tabel 7 Evalusia Strategi Kegiatan Pembinaan Karakter
No
1
Kegiatan Pembinaan Karakter Materi Pembentukan Karakter
2
Menonton Film
3
Diskusi
4 5 6 7 8
Praktek Shalat Tasbih Video Ayat-ayat Al-Quran Mengenal Tasawuf Hipnoterapy Menulis Khat
Evaluasi Teori
Metode
Teori Peranan KomuniKator
Diskusi
104
Berdasarkan tabel di atas, berikut penjelasan mengenai evaluasi strategi Bapak Iskandar : Evaluasi Bapak Iskandar dalam kegiatan-kegiatan pembinaan karakter terhadap anak didik pemasyarakatan yaitu dengan menggunakan teori peranan komunikator dan metode diskusi. Adapun penjelasannya sebagai berikut : -
Pada setiap kegiatan yang telah dilakukan, pembina selalu memberi kesempatan kepada anak didik pemasyarakatan untuk bertanya
apa
yang
tidak
dimengerti
oleh
anak
didik
pemasyarakatan. -
Kemudian pembina memberikan pertanyaan kepada anak didik pemasyaakatan untuk mengukur sejauh mana mereka memahami apa yang telah menjadi pembahasan disetiap kegiatan yang mereka lakukan.
-
Dan jika ada anak didik yang belum memahami apa yang telah dibahas dalam setiap kegiatan yang berlangsung, pembina kembali memberi penjelasan terhadap anak didik pemasyarakatan sampai mereka mengerti.
B. Hasil Strategi Pembina Rohani Islam Dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat Pada kegiatan pengajian dan pembinaan karakter peneliti menilai hasil dari Strategi Pembina Rohani Islam Dalam Peningkatan Ibadah Shalat Anak Didik
105
Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat dengan menyocokan yang telah dioversvasi menggunakan teori proses keputusan inovasi dan proses adopsi yang ada dalam teori komunikasi dan strategi dakwah dan juga teori pembelajaran sosial. Adapun penjelasnnya sebagai berikut :10 Tabel 8 Hasil Strategi Pembinaan Rohani Islam Kegiatan Pembinaan Rohani Islam
No
1
2
Pengajian
Pembinaan Karakter
Hasil
Jenis Kegiatan
Teori Baca Tulis Al-Quran, Iqra Tajwid Ilmu Fiqh Mahfudzot Hadits Tausiyah Materi Pemutaran Film Diskusi Praktek Shalat Tasbih Pemutaran Video Ayat-ayat Al-Quran Mengenal Tasawuf Hipnoteraphy
Teori Proses Keputusan Inovasi Dan Teori Proses Adopsi
Teori Pembelajaran Sosial
1. Kegiatan Pengajian Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat proses kegiatan pengajaran baca tulis iqra Al—Quran dan pemberian materi ilmu tajwid yang diterapkan oleh Bapak Ilham terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut :
10
Hasil Observasi/temuan lapangan pada saat penelitian dari bulan Februari s/d Mei 2014.
106
-
Pada pemberian materi ilmu tajwid pembina menanyakan terlebih dahulu sejauh mana mereka memahami huruf hijaiyah, ternyata hanya ada satu orang anak didik pemasyarakatan yang bisa membaca Al-Quran yaitu Teguh Irawan dan anak didik pemasyarakatan yang lain rata-rata hanya baru mengenal huruf hijaiyah yang jika disesuaikan dengan bacaan iqra yaitu iqra satu, iqra dua dan iqra tiga. Maka dengan begitu, sebelum memasuki materi ilmu tajwid, pembina mengajarkan anak didik untuk memahami
huruf
hijaiyah.
Kemudian
setelah
anak
didik
pemasyarakatan sudah lebih baik memahami huruf hijaiyah dalam waktu satu minggu, materi tajwid yang pertama disampaikan adalah gunnah dan lima tanda baca yaitu : idzhar, ikhfa, idghom bigunnah, idghom billagunnah dan iqlab. Untuk memberikan materi ilmu tajwid pembina harus secara bertahap sedikit demi sedikit melihat kemampuan bacaan anak didik pemasyarakatan yang masih di bawah iqra empat. -
Hasil dari pengajaran baca tulis Al-Quran dan ilmu tajwid dapat dilihat pada saat evaluasi kegiatan, yaitu ketika pembina memberikan ujian lisan maupun tulisan terhadap anak didik pemasyarakatan. Setelah ujian tersebut berlangsung, terdapat peningkatan terhadap bacaan iqra dan Al-Quran anak didik pemasyarakatan.
Bacaan
iqra
dan
Al-Quran
anak
didik
pemasyarakatan meningkat disetiap minggunya, kemudian mereka
107
mulai mengenal tajwid dan memahaminya. Bacaan tajwid yang mereka pelajari, mereka terapkan pada saat pembacaan iqra dan Al-Quran yang dituntun oleh pembina. Tabel 9 Hasil Kegiatan Baca Tulis Iqra dan Al-Quran
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial
Atensi
Baca TulisIqra Al-Quran
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Retensi Produksi
Keputusan Konfirmasi
Motivasi
Proses Adopsi Kesadaran Menaruh Minat Penilaian Percobaan Penerimaan
Hasil Anak didik Pemasyarakatan Memperhatikan dengan baik Anak didik Pemasyarakatan Mempraktekkan bacaan huruf Hijaiyah Anak didik Pemasyarakatan secara berlanjut Mengikuti Kegiatan Pengajian
Maka dari hasil observasi yang telah peneliti temukan di atas, dapat dismpulkan bahwa, cara yang diterapkan pembina kepada anak didik pemasyarakatan dapat diterima dengan baik melalui tahap atensi dan proses pengenalan pada saat anak didik memperhatikan huruf-huruf hijaiyah yang diajarkan oleh pembina. Kemudian pada saat anak didik pemasyarakatan mempraktekan bacaan huruf hijaiyah bersama-sama, pada tahap retensi dan produksi anak didik telah memberikan keputusan dan
108
konfirmasi terhadap proses keputusan inovasi. Dan pada saat anak didik pemasyarakatan kembali mengikuti pengajian disetiap harinya, mereka telah mendapatkan motivasi untuk mengadopsi proses keputusan inovasi sehingga terjadi peningkatan dalam bacaan Iqra dan Al-Quran setiap minggunya melalui ujian lisan maupun tulis yang diberikan oleh pembina. Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat proses kegiatan pemberian materi ilmu fiqh yang diterapkan oleh Bapak Ilham terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Terdapat anak didik pemasyarakatan yang belum memahami seperti apa cara berwudhu dan belum hafal bacaan shalat seperti doa iftitah, doa i’tidal, doa ruku, doa sujud dan doa tahiyat akhir. Kemudian anak didik pemasyarakatan menyimak dengan baik apa yang diajarkan oleh pembina dan mempraktekannya sembari dituntun oleh pembina. Anak didik pemasyarakatan tersebut bernama fatahillah, pertama kali mengikuti kegiatan pengajian Ia sama sekali tidak mengerti bagaimana caranya berwudhu, shalat dan mengaji. Namun selama dua bulan pada setiap harinya Fatahillah mengikuti pembinaan rohani Islam melalui kegiatan pengajian, Ia memiliki peningkatan secara bertahap dan sampai akhirnya bisa mempraktekan shalat dan sedikit demi sedikit hafal bacaan-bacaan yang ada dalam shalat.
-
Hasil dari pemberian materi dan praktek pada ilmu fiqh dapat dilihat saat evaluasi kegiatan, yaitu pada saat pembina memberikan
109
ujian
praktek
lisan
dan
praktek
terhadap
anak
didik
pemasyarakatan. Pada awal kegiatan pengajian berlangsung, anak didik pemasyarakatan ada yang tidak tahu sama sekali cara berwudhu dan shalat dan yang bisa juga belum terlalu lancar dan hafal doa-doa dalam shalat. Tetapi setelah dua minggu kegiatan berlangsung, mulai
ada peningkatan terhadap anak didik
pemasyarakatan yaitu mereka dapat berwudhu dengan baik dan mulai menghafal bacaan-bacaan shalat. Kemudian pembina juga memiliki absensi kehadiran shalat anak didik pemasyarakatan yang bisa menjadi salah satu penilaian terhadap peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan. Tabel 10 Hasil Kegiatan Pemberian Materi dan Praktek Ilmu Fiqh
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial Atensi
Materi dan Praktek Ilmu Fiqh
Retensi Produksi
Motivasi
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Keputusan Konfirmasi
Proses Adopsi Kesadaran Menaruh Minat Penilaian Percobaan
Hasil Anak didik Pemasyarakatan Memperhatikan dengan baik Anak didik Pemasyarakatan Mempraktekkan cara berwudhu dan shalat Anak didik Pemasyarakatan secara berlanjut mengikuti pelajaran ilmu fiqh mengisi absensi
110
kehadiaran shalat
Maka dari hasil observasi yang telah peneliti temukan di atas, dapat disimpulkan bahwa materi dan praktek ilmu fiqh yang diterapkan oleh pembina dapat diterima dengan baik oleh anak didik pemasyarakatan pada tahap atensi dan proses pengenalan saat anak didik pemasyarakatan menyimak pemberian materi ilmu fiqh. Kemudian ketika anak didik pemasyarakatan mempraktekkan cara berwudhu dan shalat, dalam tahap retensi dan produksi telah memberikan keputusan dan konfiramasi pada proses keputusan inovasi. Dan pada saat anak didik pemasyarakatan kembali mengikuti pelajaran ilmu fiqh dan mengisi absensi hadir dalam shalat berjamaah maka dapat dikatakan anak didik pemasyarakatan telah mendapatkan
motivasi
untuk
mengadopsi
proses
keputusan
inovasi.Sehingga terdapat peningakatan terhadap ibadah shalat anak didik pemasyarakatan disetiap minggunya. Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat proses kegiatan pemberian materi mahfudzhot yang diterapkan oleh Bapak Ilham terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Pada saat pembina menjelaskan mengenai materi mahfudzhot, anak didik pemasyarakatan berusaha memahami apa yang disampaikan oleh pembina.
-
Kemudian pada saat pembina membacakan kata bahasa arab dalam mahfudzhot seperti “ “ ﻣﻦ ﺻﺒﺮ ظﻔﺮyang artinya “Barangsiapa sabar,
beruntunglah
ia.”
Pembina
mengajak
anak
didik
111
pemasyarakatan untuk ikut mengucapkannya dan anak didik pemasyarakatan pun mengikutinya. -
Pembina juga meminta anak didik pemasyarakatan untuk menghafal lima dari lima puluh satu mahfudzhot yang diberikan oleh pembina. Tabel 11 Hasil Kegiatan Pemberian Materi Mahfudzhot
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial Atensi Retensi Produksi
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Keputusan Konfirmasi
Mahfudzhot
Proses Adopsi Kesadaran Menaruh Minat Motivasi
Penilaian
Hasil Anak didik Pemasyarakatan Menyimak dengan baik Anak didik Pemasyarakatan Mengikuti bacaan mahfudzhot Pembina Anak didik Pemasyarakatan dapat mengafal bacaan mahfudzhot
Percobaan Penerimaan
Maka dari hasil observasi yang telah peneliti temukan di atas, dapat disimpulkan bahwa mahfudzhot yang diterapkan oleh pembina dapat diterima dengan baik oleh anak didik pemasyarakatan dalam tahap atensi dan proses pengenalan pada saat anak didik pemasyarakatan menyimak
112
dengan baik mahfudzhot yang disampaikan oleh pembina. Kemudian pada saat anak didik pemasyarakatan mengikuti bacaan mahfudzhot yang disampaikan oleh pembina, anak didik pemasyarakatan melalui tahap retensi dan produksi telah memberikan keputusan dan konfirmasi terhadap proses keputusan inovasi. Dan pada saat mereka menghafal katakata mahfudzhot, mereka telah mendapat motivasi untuk mengadopsi inovasi. Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat proses kegiatan pemberian materi hadits dan tausiyah yang diterapkan oleh Bapak Ilham terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Tausiyah yang disampaikan oleh pembina lebih banyak mengajak anak didik pemasyarakatan untuk berubah menjadi lebih baik, melaksanakan shalat dan mengaji kemudian juga memberikan motivasi. Melalui materi hadits, potongan ayat-ayat Al-Quran yang cocok untuk disampaikan dan mahfudzhot (kata-kata mutiara) yang disampaikan pembina.
-
Saat pembina menyampaikan isi hadits pada tausiyahnya, anak didik
pemasyarakatan
sangat
memperhatikan
apa
yang
disampaikan oleh pembina. Mereka berusaha memahami isi dari hadits
tersebut,
seperti
hadits
mengenai
“Menginginkan
Kebahagiaan Dunia-Akhirat Harus Wajib dengan Ilmu”. Pada saat pembina mengajak anak didik pemasyarakatan untuk selalu belajar terutama belajar mengaji “Dengan hadits yang kakak sampaikan,
113
kakak mengajak adik-adik untuk yuk yang ga bisa ngaji kita belajar sama-sama yang ga bisa shalat kita belajar sama-sama sampai bisa”, dan anak didik pemasyarakatan bersemangat menjawab “Yaaaaaa…”. -
Kemudian setelah mendengar tausiyah, hadits-hadits, potongan ayat-ayat Al-Quran dan juga mahfudzhot yang disampaikan dalam tausiyah pembina, anak didik pemasyarakatan setiap harinya menjadi lebih rajin mengikuti kegiatan pengajian dan rajin melaksanakan shalat lima waktu dan shalat dhuha.
-
Dari penyampaian tausiyah dan hadits-hadits dapat dilihat dengan anak didik pemasyarakatan mulai rajin melaksanakan shalat dan mengikuti kegiatan pengajian disetip minggunya. Tabel 12 Hasil Kegiatan Tausiyah
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial Atensi
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Retensi Produksi
Keputusan Konfirmasi
Motivasi
Proses Adopsi Kesadaran Menaruh Minat Penilaian
Tausiyah
Hasil Anak didik Pemasyarakatan Memperhatikan dengan baik Anak didik Pemasyarakatan lebih rajin melaksanakan ibadah shalat dan mengaji Anak didik Pemasyarakatan lebih rajin melaksanakan ibadah
114
Percobaan Penerimaan
shalat dan mengaji
Maka dari hasil observasi yang telah peneliti temukan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian tausiyah melalui ayat-ayat Al-Quran, hadits dan mahfudzhot yang diterapkan oleh pembina dapat diterima dengan baik oleh anak didik pemasyarakatan melalui tahap atensi dan proses pengenalan ketika anak didik pemasyarakatan memperhatikan tausiyah yang disampaikan oleh pembina. Kemudian ketika mereka lebih rajin melaksanakan ibadah seperti shalat dan mengaji, mereka telah melalui tahap retensi dan produksi untuk memberikan keputusan dan konfirmasi terhadap proses inovasi. Dan ketika anak didik pemasyarakatan semakin rajin melaksanakan ibadah shalat dan mengaji mereka telah mendapat motivasi untuk mengadopsi inovasi. 2. Kegiatan Pembinaan Karakter Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat proses kegiatan pemberian materi etika dasar yang diterapkan oleh Bapak Iskandar terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Anak didik pemasyarakatan memperhatikan dengan baik saat pembina menjelaskan mengenai etika dasar.
-
Ketika anak didik pemasyarakatan mulai memahami apa yang dijelaskan oleh pembina, mereka menunjukkan sikap ingin memiliki etika yang baik yaitu pada saat pembina bertanya “kenapa kalian berada di dalam Lapas Salemba ini ?” mereka
115
menjawab, “karena melakukan pelanggaran hukum”. Kemudian pembina
bertanya
lagi,
“apakah
kalian ingin
melakukan
pelanggaran hukum lagi setelah keluar dari Lapas Salemba ?” mereka menjawab,
“tidaaaak”. Dan setelah itu pembina
memberikan nasihat, “Maka setelah keluar dari Lapas Salemba, kalian harus memiliki etika yang baik agar kalian dapat diterima kebali oleh orang-orang yang ada disekitar kalian”.dan anak didik pemasyarakatan menjawab “iyaaaaa” dengan ekspresi wajah yang bersungguh-sungguh. Tabel 13 Hasil Pemberian Materi Pembentukan Karakter
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Atensi
Materi
Retensi Produksi
Keputusan Konfirmasi
Motivasi
Proses Adopsi Kesadaran Menaruh Minat Penilaian Percobaan
Pembinaan Karakter
Hasil Anak didik pemasyarakatan memiliki pemahaman terhadap materi Anak didik pemasyarakatan berkeinginan memiliki etika yang baik Dapat dilihat ketika anak didik pemasyarakatan kembali mengikuti kegiatan pembinaan
116
Maka dari observasi yang telah peneliti lakukan di atas, dapat disimpulkan bahwa materi etika dasar yang diterapkan pembina dapat diterima dengan baik oleh anak didik pemasyarakatan melalui tahap atensi dan proses keputusan inovasi. Yaitu dengan proses pengenalan, anak didik pemasyarakatan memiliki pemahaman mengenai etika yang baik dan tidak baik. Kemudian pada saat anak didik pemasyarakatan mendengarkan dengan baik materi etika yang disampaikan pembina, maka dapat dikatakan mereka menyukai materi yang disampaikan oleh pembina. Dan pada saat mereka berkeinginan untuk memiliki etika yang baik setelah keluar dari Lapas Salemba, mereka telah berada dalam tahap retensi dan produksi untuk memberikan keputusan dan konfirmasi pada proses keputusan inovasi. Ketika anak didik pemasyarakatan kembali mengikuti kegiataan pembinaan karakter, maka mereka telah mendapat motivasi untuk mengadopsi keputusan inovasi. Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat proses pemutaran film tentang kehidupan yang diterapkan oleh Bapak Iskandar terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Anak didik pemasyarakatan sangat antusias terhadap film yang ditayangkan. Mereka memperhatikan dengan seksama mulai awal sampai dengan film selesai.
-
Setelah selesai menonton film, pembina bertanya kepada anak didik pemasyarakatan “apa yang kamu dapat setelah menonton film tersebut?” kemudian anak didik pemasyarakatan menjawab,
117
“kita tidak boleh menyerah dalam menjalani hidup dan harus rajin beribadah.”
Tabel 14 Hasil Pemutaran Film Dokumenter
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial Atensi
PemutaranFilm
Retensi Produksi
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Keputusan Konfirmasi
Memaknai Hidup Proses Adopsi
Motivasi
Kesadaran Menaruh Minat Penilaian Percobaan Penerimaan
Hasil Anak didik Pemasyarakatan memahami dan menerima tayangan Anak didik Pemasyarakatan memberikan kesimpulan terhadap tayangan Dapat dilihat ketika anak didik Pemasyarakatan kembali mengikuti kegiatan pembinaan dan perubahan sikap pada masa yang akan Datang
Maka dari hasil observasi yang peneliti temukan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemutaran film tentang kehidupan anak didik pemasyarakatan dapat menerima dan memahami tayangan film tersebut. Yaitu melalui tahap atensi dan proses pengenalan, mereka berusaha memperhatikan dengan seksama film tentang kehidupan tersebut. Dan
118
pada saat mereka menyimpulkan mengenai apa yang mereka dapat setelah menonton film tersebut, mereka telah berada dalam tahap retensi dan produksi untuk memberikan keputusan dan konfirmasi pada proses keputusan inovasi. Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat proses diskusi yang diterapkan oleh Bapak Iskandar terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Saat anak didik pemsyarakatan ditunjuk oleh pembina untuk maju ke depan dan menceritakan hal pengalaman mereka. Pada awalnya mereka tidak berkenan untuk maju karena merasa malu, tetapi pembina memberikan pengertian kepada mereka bahwa diskusi yang sedang dilakukan adalah sekedar sharing mengenai pengalaman dan pada akhirnya mereka berkenan untuk satu per satu maju ke depan dan menceritakan pengalaman mereka. Mereka menceritakan sebab dari pelanggaran hukum yang mereka lakukan hingga masuk ke Lapas Salemba. Sebab dari pelanggaran hukum yang
mereka
lakukan
kebanyakan
dikarenakan
pergaulan,
keuangan dan keadaan keluarga mereka yang tidak baik. -
Setelah anak didik pemasyarakatan menceritakan pengalaman mereka, pembina memberikan motivasi “Kalian bisa berubah menjadi lebih baik untuk orang-orang disekitar kalian setelah kalian keluar dari Lapas dengan cara bekerja dan berusaha. Masa depan kalian masih panjang, yang masih sekolah lanjutkan sekolahnya dengan baik, yang bekerja maka cari pekerjaan yang
119
baik dan jangan lupa untuk selalu menyisihkan waktu beribadah kepada Allah” kemudian anak didik pemasyarakatan menjawab “iya paak” dengan menunjukkan ekspresi yang bersungguhsungguh. Tabel 15 Hasil Kegiatan Diskusi
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial Atensi Retensi Produksi
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Keputusan Konfirmasi
Diskusi
Motivasi
Proses Adopsi Kesadaran Menaruh Minat Penilaian Percobaan Penerimaan
Hasil Anak didik Pemasyarakatan memahami penjelasan dari pembina Anak didik Pemasyarakatan berkenan menceritakan pengalaman pribadinya dan menyetujui nasihat pembina Dapat dilihat ketika anak didik Pemasyarakatan kembali mengikuti kegiatan pembinaan dan perubahan sikap pada masa yang akan Datang
Maka dari hasil observasi yang peneliti temukan di atas, dapat disimpulkan bahwa pada tahap atensi dan pengenalan kegiatan diskusi yang diterapkan oleh pembina pada awalnya tidak diterima oleh anak didik pemasyarakatan karena mereka merasa malu menceritakan pengalaman
120
pribadi mereka. Tetapi setelah pembina memberi penjelasan, melalui proses pengenalan anak didik pemasyarakatan memahami penjelasan yang disampaikan
oleh
pembina.
Kemudian,
pada
saat
anak
didik
pemasyarakatan berkenan menceritakan pengalaman pribadinya dan menyetujui nasihat dari pembina maka mereka telah memberikan keputusan dan konfirmasi terhadap proses keputusan inovasi. Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat proses kegiatan praktek shalat tasbih yang diterapkan oleh Bapak Iskandar terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Anak didik pemasyarakatan memperhatikan dengan seksama penjelasan dari pembina tentang tata cara melaksanakan shalat tasbih.
-
Saat praktek shalat tasbih dimulai, anak didik pemasyarakatan mengikuti proses shalat tasbih dari awal sampai selesai dengan khusyu.
-
Ketika praktek shalat tasbih selesai, pembina memberikan pertanyaan kepada anak didik pemasyarakatan “apa yang kalian rasakan saat setelah melakukan shalat tasbih?” mereka menjawab “tenang pak rasanya, hati plooong seperti tidak ada beban”. Lalu pembina memberikan anjuaran kedapa anak didik pemasyarakatan “Kalau begitu, lakukanlah shalat tasbih sesering mungkin” kemudian pembina menyelipkan hadits mengenai shalat tasbih dan
121
anak didik pemasyarakatan menjawab “iya pak insya Allah saya akan melakukan shalat tasbih”.
Tabel 16 Hasil Praktek Shalat tasbih
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial Atensi Retensi Produksi
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Keputusan Konfirmasi
Prakktek Shalat Tasbih
Motivasi
Proses Adopsi Kesadaran Menaruh Minat Penilaian Percobaan Penerimaan
Hasil Anak didik Pemasyarakatan memahami tata cara shalat tasbih Anak didik Pemasyarakatan dapat mempraktekan shalat tasbih dengan baik dan khusyu Dapat dilihat ketika anak didik Pemasyarakatan kembali mengikuti kegiatan pembinaan dan melakukan shalat tasbih pada hari-hari Selanjutnya
Maka dari hasil observasi yang peneliti temukan di atas, dapat disimpulkan bahwa praktek shalat tasbih yang diterapkan oleh pembina dapat diterima dengan baik oleh anak didik pemasyarakatan pada saat proses pengenalan dengan berusaha memahami tata cara shalat tasbih yang
122
dijelaskan oleh pembina. Kemudian pada saat mereka memperaktekan shalat tasbih dengan baik dan khusyu, mereka telah memberikan keputusan dan konfirmasi pada proses keputusan inovasi. Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat proses pemutaran video ayat-ayat Al-Quran yang diterapkan oleh Bapak Iskandar terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Anak didik pemasyarakatan memperhatikan dengan baik saat video ayat-ayat Al-Quran diputar.
-
Setelah menonton video tersebut pembina menjelaskan “Mengeluh adalah sifat setiap manusia, maka Allah mempersiapkan firmanfirmannya seperti yang ada di dalam video tadi. Jadi ketika kalian memiliki masalah mintalah kepada Allah untuk dapat diberikan kesabaran, jangan melampiaskan terhadap hal-hal yang buruk.” Dari
penjelasan
pembina
tersebut
ada
satu
anak
didik
pemasyarakatan yang kurang fokus memperhatikan dengan posisi duduk yang kurang baik dna menggaruk-garuk kepala, tetapi anak didik pemasyarakatan yang lain dapat fokus memperhatikan penjelasan yang disampaikan oleh pembina.
123
Tabel 17 Hasil Pemutaran Video Ayat-ayat Al-Quran
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Atensi Retensi Produksi
Keputusan Konfirmasi
Motivasi
Proses Adopsi Kesadaran Menaruh Minat Penilaian
Pemutaran Video Ayat-ayat Al-Quran
Percobaan Penerimaan
Hasil Anak didik Pemasyarakatan memahami isi dari Video Anak didik Pemasyarakatan dapat fokus pada penjelasan yang disampaikan pembina anak didik Dapat dilihat ketika Pemasyarakatan kembali mengikuti kegiatan pembinaan dan memiliki perubahan sikap dimasa yang akan datang
Maka dari hasil observasi yang peneliti temukan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemutaran video ayat-ayat Al-Quran dapat diterima dengan baik pada proses pengenalan dengan memahami isi dari video tersebut. Kemudian pada saat mereka fokus pada penjelasan yang disampaikan oleh pembina, mereka telah memberikan keputusan dan konfirmasi pada proses keputusan inovasi. Dan satu anak yang tidak fokus,
124
hanya berada pada tahap pengenalan dengan hanya memahami isi dari video. Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat pemberian materi dan pemutaran video tasawuf Jalaluddin Rumi yang diterapkan oleh Bapak Iskandar terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Anak didik pemasyarakatan memperhatikan dengan baik saat pembina menjelakan tasawuf Jalaluddin Rumi dan menonton videonya.
-
Setelah menonton video, anak didik pemasyarakatan berkenan maju satu per satu untuk memperaktekan tarian Jalaluddin Rumi. Tabel 18
Hasil Pemutaran Video dan Pemberian Materi Tasawuf Jalaluddin Rumi
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Atensi
PemutaranVideo dan Pemberian Materi Tasawuf Jalaluddin Rumi
Retensi Produksi
Motivasi
Keputusan Konfirmasi
Proses Adopsi Kesadaran Menaruh Minat Penilaian Percobaan Penerimaan
Hasil Anak didik Pemasyarakatan memperhatikan dengan baik isi video dan materi yang disampaikan oleh pembina Anak didik Pemasyarakatan mempraktekan tarian Jalaluddin Rumi Dapat dilihat ketika anak didik Pemasyarakatan kembali mengikuti kegiatan pembinaan dn menerapkan dzikir yang telah dipelajari
125
dalam kehidupan sehari-hari
Maka dari hasil observasi yang peneliti temukan di atas, dapat disimpulkan bahwa pemberian materi dan pemutaran video tasawuf Jalaluddin Rumi dapat diterima dengan baik oleh anak didik pemasyarakatan dalam proses pengenalan terhadap inovasi dengan memperhatikan dengan baik materi dan video yang disampaikan oleh pembina. Dan pada saat mereka memiliki keinginan mempraktekan tarian Jalaluddin Rumi, mereka memberikan keputusan dan konfirmasi pada proses keputusan inovasi. Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat kegiatan hipnoterapy yang diterapkan oleh Bapak Iskandar terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Anak didik pemasyarakatan mengikuti arahan pembina untuk kembali memngingat masa lalu mereka dengan beridiri dan memejamkan mata.
-
Kemudian setelah lima menit mengingat masa lalu mereka dan mengikuti
arahan
pembina,
pemasyarakatan yang menangis.
ada
beberapa
anak
didik
126
Tabel 19 Hasil Kegiatan Hipnoterapy
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial Atensi Retensi Produksi
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Keputusan Konfirmasi
Hipnoterapy Proses Adopsi
Motivasi
Kesadaran Menaruh Minat Penilaian Percobaan
Hasil Anak didik Pemasyarakatan mengikuti arahan dari pembina Anak didik Pemasyarakatan terbawa suasana dengan menangis Dapat dilihat ketika anak didik Pemasyarakatan kembali mengikuti kegiatan pembinaan dan memiliki perubahan sikap dimasa yang akan datang
Maka dari hasil observasi yang peneliti temukan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan hipnoterapy yang diterapkan oleh pembina dapat dengan baik diterima oleh anak didik pemasyarakatan melalui proses pengenalan terhadap inovasi. Yaitu dengan mengikuti arahan dari pembina, kemudian pada saat mereka terbawa suasana dengan menangis mereka telah memberikan keputusan dan konfirmasi terhadap proses keputusan inovasi.
127
Adapun hasil yang peneliti temukan pada saat kegiatan penulisan khat yang diterapkan oleh Bapak Iskandar terhadap anak didik pemasyarakatan adalah sebagai berikut : -
Anak didik pemasyarakatan dapat dengan baik mengikuti tulisan khat yang ditulis oleh pembina dipapan tulis.
-
Dan anak didik pemasyarakatan menulis khat ayat kursi sampai dengan selesai. Tabel 20 Hasil Kegiatan Menulis Khat
Kegiatan
Teori Pembelajaran Sosial
Atensi
Retensi Produksi
Teori Proses Keputusan Inovasi Pengenalan Persuasi
Keputusan Konfirmasi
Menulis Khat Proses Adopsi
Motivasi
Kesadaran Menaruh Minat Penilaian Percobaan
Hasil Anak didik Pemasyarakatan memahami cara penulisan khat Anak didik Pemasyarakatan menulis khat sampai selesai Dapat dilihat ketika anak didik Pemasyarakatan kembali mengikuti kegiatan pembinaan dan tulisan khat mereka semakin baik Kedepannya
128
Maka dari hasil observasi yang peneliti temukan di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan menulis khat dapat diterima dengan baik oleh anak didik pemasyarakatan dengan proses pengenalan melalui pemahaman mereka dalam menulis khat tersebut. Dan pada saat mereka menulis ayatayat dalam khat tersebut, mereka memberikan keputusan dan konfirmasi terhadap proses keputusan inovasi. Dari observasi yang peneliti temukan pada kegiatan pembinaan pengajian dan pembinaan karakter di atas, dapat disimpulkan bahwasannya teori pembelajaran sosial dapat menunjukkan secara bertahap setiap proses yang dilalui anak didik pemasyarakatan mulai dari tahap antensi yang menunjukkan perhatian anak didik pemasyarakatan kepada setiap materi yang dijelaskan oleh pembina. Tahap reduksi dan produksi menjelaskan perilaku anak didik menerima materimateri tersebut dan tahap motivasi terlihat adanya peningkatan anak didik pemasyarakatan setelah mengikuti kegiatan pembinaan rohani Islam. Sementara, teori proses keputusan inovasi adalah proses pengenalan melalui inovasi atau gagasan yang disampaikan oleh pembina dan diterima dengan baik oleh anak didik pemasyarakatan. Kemudian proses adopsi adalah efek yang diterima oleh anak didik pemasyarakatan dari inovasi atau gagasan yang disampaikan oleh pembina. Proses adopsi dalam kegiatan pembinaan karakter tidak dapat dilihat pada saat proses penerapan yang dilakukan oleh pembina berlangsung, melainkan proses adopsi tersebut dapat dilihat dimasa yang akan datang ketika anak didik memiliki perubahan sikap kearah yang lebih baik dan mengikuti ajaran-ajaran yang telah diterapkan oleh pembina. Karena pada
129
kegiatan
pembinaan
karakter,
pembina
tidak
memantau
anak
didik
pemasyarakatan secara intensif. Dan target yang dimiliki oleh pembina hanya pada pemahaman anak didik pemasyarakatan terhadap materi-materi maupun praktek yang diterapkan oleh pembina disetiap kegiatan pembinaan karakter yang berlangsung. Kesimpulan tersebut dapat diperjelas dengan hasil wawancara peneliti terhadap pembina yaitu Bapak Iskandar : “Manfaat dari setiap kegiatan maupun pemberian materi mengenai pembinaan karakter yang telah diterapkan kepada anak didik pemasyarakatan, dapat dilihat dari perubahan sikap mereka pada masa yang akan datang. Yaitu ketika mereka memiliki keinginan untuk beribadah karena tidak merasa tenang apabila mereka tidak melaksanakan shalat, mereka merasa cemas dan tidak nyaman. Mekera merasa tenang apabila mendengarkan nasihat-nasihat keagamaan. Dan setelah mereka bebas nanti, mereka tidak akan mengulangi kejahatannya lagi dan berbuat baik kepada masyarakat sekitar. Hasil dari pembinaan karakter ini dapat dilihat dimasa yang akan datang, karena pembinaan karakter adalah pembentukan karakter terhadap anak didik pemasyarakatan yang sifatnya menanamkan kebiasan-kebiasaan yang baik sesuai ajaran Islam.”11 Maka dari seluruh observasi yang peneliti lakukan, dapat disimpulkan bahwa hasil strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat
pada kegiatan pengajian yaitu, peningkatan ibadah shalat anak didik
pemasyarakatan dapat dilihat melalui absensi kehadiran dalam shalat berjamaah yang dibuat oleh Bapak M. Danil dan bacaan shalat anak didik pemasyarakatan disetiap minggunya. Peningkatan tersebut dikarenakan anak didik pemasyarakatan rajin mengikuti pelajaran materi ilmu fiqh dan mendengarkan tausiyah yang
11
Wawancara pribadi dengan pembina dalam kegiatan pembinaan karakter Bapak
Iskandar.
130
diterapkan oleh Bapak Ilham melalui metode cerita, ceramah, diskusi dan simbolisme verbal. Sementara, peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan dalam pembinaan karakter belum dapat dilihat dalam proses motivasi dan adopsi pada anak didik pemasyarakatan secara langsung karena pembina tidak memantau secara intensif perubahan sikap maupun shalat yang dilakukan oleh anak didik pemasyarakatan dan perubahan sikap tersebut dapat dilihat dimasa yang akan datang. C. Interpretasi Interpretasi peneliti pada strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shlaat anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat adalah dengan mencocokan hasil wawancara dan hasil obervasi kemudian baru peneliti cocokan dengan teori-teori yang telah peneliti tentukan pada Bab II. Interpretasi yang peneliti gunakan lebih tertuju kepada proses penerapan dan hasil dari setiap kegiatan yang ada dalam pembinaan rohani Islam, karena pada proses penerapan dan hasil terdapat interaksi komunikasi dan interaksi sosial baik dari pembina rohani Islam melalui teori yang cocok, metode yang disampaikan dengan alat visual dan audio visual maupun sikap anak didik pemasyarakatan ketika menerima materi maupun praktek yang telah disampaikan melalui penerapan strategi pembina rohani Islam. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
131
Gambar 3 Kegiatan Pembinaan Pengajian, Pemberian Materi Ilmu Fiqh
Penerapan kegiatan pengajian dalam pemberian materi ilmu fiqh telah peneliti jelaskan pada sub penerapan strategi kegiatan pengajian yaitu pembina menggunakan metode cerita, ceramah dan simbolisme verbal melalui alat visual dengan memberikan penjelasan (syarat sah shalat, rukun shalat, gerakan-gerakan shalat, bacaan shalat dan doa setelah shalat), menuntun dan membetulkan bacaan shalat pada setiap anak didik pemasyarakatan yang melakukan praktek shalat. Sementara hasil strategi peneliti cocokan dengan teori proses keputusan inovasi dan teori pembelajaran sosial. Ketika anak didik pemasyarakatan memperhatikan dengan baik (tidak mengobrol, fokus mendengarkan penjelasan dari pembina rohani Islam), kemudian memperaktekan shalat yang telah diajarkan oleh pembina rohani Islam, kemudian secara berlanjut pada setiap minggunya mengikuti kegiatan pengajian (selalu hadir dalam kegiatan pengajian) dan mengalami peningkatan (terdapat perubahan dari yang tidak bisa shalat, sedikit demi sedikit bisa mempraktekannya). Maka dapat disimpulkan terdapat interaksi komunikasi dan interaksi sosial yang baik pada anak didik pemasyarakatan dengan pembina rohani Islam dalam kegiatan pengajian.
132
Tidak hanya pada pemberian materi ilmu fiqh, pemberian materi tajwid, hadits, mahfudzhot, tausiyah dan baca tulis Iqra Al-Quran, anak didik pemasyarakatan selalu memperhatikan dengan baik pada saat pembina rohani Islam sedang menerapkan strateginya. Sama halnya dengan kegiatan pembinaan pengajian, interpretasi peneliti yang peneliti gunakan dalam kegiatan pembinaan karakter adalah melalui penerapan dan hasil strategi pembina rohani Islam dalam kegiatan pembinaan karakter. Namun perbedaannya adalah pembina rohani Islam pada kegiatan pengajian hanya menggunakan alat visual pada penrapan strateginya, sementara pembina rohani Islam dalam kegiatan pembinaan karakter menggunakan alat visual dan audio visual. Adapun penjelasannya sebagai berikut : Gambar 4 Kegiatan Pembinaan Karakter, Praktek Shalat Tasbih dan Pemutaran Video Ayat-ayat Al-Quran
133
Penerapan strategi pembina rohani Islam dalam kegiatan pembinaan karakter pada kegiatan praktek shalat tasbih dan pemutaran video ayat-ayat AlQuran juga telah peneliti jelaskan pada sub penerapan strategi pembinaan karakter yaitu dengan metode simbolisme verbal, diksusi dan ceramah melalui alat visual dan audio visual dengan memberikan penjelasan pada saat pemutaran video ayatayat Al-Quran (bahwa Allah selalu ada untuk hambaNya dalam keadaan apapun kemudian menganjurkan anak didik pemasyarakatan untuk selalu mengingat Allah dengan beribadah dan selalu berserah diri kepada Allah ketika ujian menimpa mereka). Setelah shalat tasbih pembina rohani Islam mengajak anak didik pemasyarakatan untuk berdiskusi (tanya jawab) pembina bertanya kepada anak didik pemasyarakatan, “apa yang kalian rasakan setelah melaksanakan shalat tasbih?” kemudian mereka menjawab, “saya merasa hati saya tenang pak”.
Dan
membina
kembali
memberikan
anjuran
agar
anak
didik
pemasyarakatan selalu melaksanakan shalat dan berdzikir agar hati dan pikiran mereka selalu merasakan ketenangan. Sementara hasil strategi pada kegiatan shalat tasbih dan pemutaran video ayat-ayat Al-Quran peneliti cocokan dengan teori proses keputusan inovasi dan teori pembelajaran sosial. Ketika anak didik pemasyarakatan memahami tata cara
134
shalat tasbih (dengan mengulang bacaan tasbih subhanallah, walhamdulillah. walaailaahaillallah, wallahuakbar dan paham dengan setiap gerakan yang telah dijelaskan
oleh
pembina
rohani
Islam),
kemudian
anak
didik
mau
mempraktekannya bersama pembina rohani Islam maka terdapat interkasi komunikasi dan interkasi sosial yang baik pada anak didik pemasyarakatan dengan pembina rohani Islam dalam kegiatan pembinaan karakter. Tidak hanya pada kegiatan prkatek shalat tasbih dan pemutaran video ayat-ayat Al-Quran, kegiatan pemberian materi etika, menoton film memaknai kehidupan, diskusi, mengenal tasawuf, hipnoteraphy dan menulis khat, anak didik pemasyarakatan selalu memperhatikan dengan baik setiap penjelasan pada saat pembina rohani Islam menerapkan strateginya seperti yang telah peneliti jabarkan pada sub hasil strategi kegiatan pembinaan karakter.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Strategi pembina rohani Islam dalam peningkatan ibadah shalat anak didik pemasyarakatan di Lembaga PemasyarakatanKlas II A Salemba adalah dengan mengadakan kegiatan pengajian dan pembinaan karakter terhadap anak didik pemasyarakatan. Dalam perumusan kegiatan pengajian maupun pembinaan karakter para pembina rohani Islam menggunakan langkah persuasif untuk memastikan kejelasan pesan yang akan disampaikan kepada anak didik pemasyarakatan dengan banyak mencari referensi mengenai materi-materi yang disampaikan pada setiap kegiatan. Kemudian pembina menentukan isi pesan yang akan disampaikan secara struktur dari materi yang paling dasar untuk pertemuan pertama dan peningkatan materi-materi pada pertemuan selanjutnya. Pada penerapan strateginya masing-masing pembina rohani Islam menggunakan teori peranan komunikator dalam menyampaikan metodemetodenya baik itu ceramah, cerita, diksusi maupun demontrasi verbal. Hanya saja pembina rohani Islam pada kegiatan pembinaan karakter lebih banyak menggunakan media belajar melalui audio visual seperti : pemutaran film dalam memaknai kehidupan, pemutaran video ayat-ayat Al-Quran, pemutaran video tarian tasawuf Jalaluddin Rumi dan slide dalam mempresentasikan materi-materi yang disampaikan. Sementara pembina pada kegiatan pengajian hanya melalui media visual saja seperti : buku dan praktek langsung pada setiap kegiatan.
135
136
Evaluasi dari kegiatan pengajian dan pembinaan karakter adalah dengan metode diskusi
yaitu
selalu memberi kesempatan kepada anak
pemasyarakatan bertanya apa
yang tidak
didik
dimengerti oleh anak didik
pemasyarakatan, memberikan pertanyaan kepada anak didik pemasyaakatan untuk mengukur sejauh mana mereka memahami apa yang telah menjadi pembahasan disetiap kegiatan yang mereka lakukan dan kembali memberikan penjelasan terhadap anak didik pemasyarakatan yang belum memahami materi. Dalam kegiatan pengajian, pembina juga menggunakan metode demonstrasi verbal guna mengetahui sejauhmana pemahaman dan perkembang anak didik pemasyarakatan dari materi yang telah diberikan oleh pembina kepada mereka dengan mengadakan ujian tulis, lisan dan praktek. Dan juga menggunakan metode hukuman dan ganjaran agar anak didik pemasyarakatan lebih patuh dan selalu berkelakuan baik demi kebaikan anak didik pemasyarakatan sendiri dan demi lancarnya kegiatan pengajian yang berlangsung. Praktek shalat menunjukkan terdapat peningkatan ibadah shalat pada anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat.
B. Saran Demi pengembangan dan kemajuan kegiatan pembinaan rohani Isam di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba Jakarta Pusat, peneliti memberikan saran sebagai berikut :
137
1. Dalam menetapkan target pelaksanaan kegiatan pembinaan rohani Islam, pembina bukan hanya memberikan pembinaan pada anak didik yang mau mengikuti kegiatan pembinaan tetapi seluruh anak didik pemasyarakatan yang beragama Islam diwajibkan mengikuti kegiatan pembinaan. 2. Pada kegiatan pengajian dan pembinaan karakter sebaiknya pembina lebih rinci dalam membuat perumusan strategi yaitu dengan cara membuat langkah-langkah yang lebih terstruktur dengan cara membuat buku panduan pembinaan dan membuat peraturan-peraturan dalam kegiatan pembinaan rohani Islam agar memudahkan dalam pelaksanaannya. 3. Dalam penerapannya, pada kegiatan pengajian pembina harus lebih banyak menggunakan metode diskusi dan metode demonstrasi verbal agar anak didik pemasyarakatan lebih paham akan materi-materi yang disampaikan, dan lebih lancar dalam melakukan kegiatan praktek shalat mulai dari bacaan takbir hingga salam. Kemudian pada kegiatan pembinaan karakter pembina juga harus lebih banyak menggunakan metode diskusi agar anak didik pemasyarakatan dapat dengan baik memahami apa yang disampaikan pembina. 4. Pada saat evaluasi, sebaiknya pembina rohani Islam meninjau penerapan yang telah dilaksanakan dan membandingkannya dengan perumusan serta hasil yang telah dicapai guna membuat rumusan strategi yang lebih baik untuk masa yang akan datang.
138
DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Abdurrahman Saleh. Teori-teori Pendidikan Berdasarkan Al-Quran. Jakarta: Rineka Cipta. 1994. Abdussalam. Krimonologi. Jakarta : Restu Agung. 2007. Amin, Samsul Munir. Ilmu Dakwah. Jakarta : Amzah. 2009. Arief, Barda Nawawi. Kebijaksanaan Samksi Pidana Dalam Penanggulangan Kejahatan. Semarang: Universitas Diponogoro, 1998. Azhari, Samudra dan Setia Budi. Eksistensi Rohani Manusia. Jakarta: Yayasan Majelis Ta’lim HDH. 2004. Bahruddin, Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008. Bin Ali Al-Aqahthani, Said. Petunjuk Lengkap Tentang Shalat. Markaz AdDa’wah wal-Irsyad bir-Riyadh. 2003. Bungin, Burhan. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta : P. Raja Grafindo Persada. 2003. Daradjat, Zakiah, dkk. Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang. 1984. David, Fred R. Manajemen Strategi Konsep. Jakarta: Salemba Empat, 2010. Dep.Dikbud. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta, Balai Pustaka. 1990. Dewan Redaksi Ensiklopedia Islam. “Ibadah”.Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ictiar Baru Van Hoeve. 1994. Efendy, Onong Uchjana. Ilmu Komunikasi Teori. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. 1999. Faqih, Aunur Rahim. Bimbingan Konseling dalam Islam. Yogyakarta: UII Press. 2002. Hamidi, Teori Komunikasi dan Strategi Dakwah. Malang: UMM Press :2010. Hakim, Mansyur. Ubaidillah. Dakwah Islam Dakwah Bijak Jakarta : Gema Insani Press. 1999. Kartono, Kartini. Patologi Sosial 3 Gangguan-gangguan Kejiwaan. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada. 2002.
139
Komarudin. Ensiklopedia Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara. 1994. Kridalaksana, Hari Murti. Kamus Sinonim Bahasa Indonesia. Jakarta: Nusa Indah. 1981. Koentjaraningrat. Metode-metode Penelitian Masyarakat. Jakarta: PT Gramedia. 1977. A Steiner, George dan John B. Miner. Kebijakan dan Strategi Manajemen. PT.Gelora Aksara Pratama. 1997. Moleong, Lexy J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosdakarya. 2007. Nawawi, Hadari. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada Press. 2003. M. Pd, Nurishan, Achmad Juantika. Strategi Bimbingan dan Konseling. PT Rafika Aditama. 2005. Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok : LPSP 3 Universitas Indonesia. 2011. Prisgonanto, Ilham. Artikel: Metode Penelitian, Bab 3 : Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Pusat Pengembangan Bahasa Ajar – Universitas Mercubuana. Raco, J. R. Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulannya. Jakarta: PT Grasindo. 2010. Rasjid, Sulaiman. Fiqh Islam. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 2003. Ridwan, Kafrawi dan Quraish Shihab, (ed.), “Islam”, Ensiklopedia Islam. Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve. 1997. Rifai, Moh. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap. Semarang : PT. Karya Toha Putra. 1976. Salim, Peter dan Yeni. Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Modern English, 1991. Sapury, Rafy. Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. 2009. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Remaja. Jakarta : Rajawali Pers. 2000. Supriyono. Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis. Yogyakarta :BPFE. 1985.
140
Syamsudin, Din. Etika Agama Dalam Membangun Masyarakat Madani. Jakarta: Logos, 2000. Tebba, Sudirman. Nikmatnya Shalat Jamaah. Ciputat: Pustaka Irvan. 2008. Usman, Basyiruddin dan Anawir. Media Pembelajaran. Jakarta: Ciputat Pers. 2010. Usman, Syarif. Strategi Pembangunan Indonesia dan Pembangunan Dalam Islam. Jakarta:Firma Jakarta,tth. Widiyanti, Nanik. Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya. Jakarta: Pradya Paramita. 1987. Yunus, Mahmud . Kamus Arab-Indonesia. Jakarta:Hida Karya Agung.1990.
Dokumen : Keputusan Menteri Kehakiman RI Nomor M.02-PK04 Tahun 1990 tentang Pola Pembinaan Narapidana/Tahanan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 31 Tahun 1999 Tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyarakatan, (Bab 1 Pasal 1 ayat 1). Profil Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba UU RI No. 12 Th. 1995 Tentang Pemasyarakatan.
Skripsi Rahmah, Siti. “Bimbingan Rohani Islam Dalam Meningkatkan Semangat Kerja dan Motivasi Hidup Para Narapidana (Study Kasus di LP Wanita Tangerang),” (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2003).
Website : www.hmibecak.com www.lpp.itb.ac.id
Transkip Wawancara dengan Bapak Muhamad Danil, SH (Penanggung Jawab dan Pembina Rohani Islam) 1. Menurut Bapak, apa yang menjadi tujuan pembinaan rohani kepada anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba ? Jawaban : -
Tujuan pembinaan rohani Islam adalah agar anak didik pemasyarakatan memiliki pengetahuan agama Islam sehingga memiliki dasar perilaku dan sikap yang baik. Dan agar anak didik pemasyarakatan dapat meningkatan keimanan maupun ketakwaan mereka.
2. Kegiatan apa saja yang ada dalam pembinaan rohani Islam anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba ? Jawaban : -
Kegiatan pembinaan Rohani Islam yang pertama adalah kegiatan pengajian yang meliputi : Baca tulis Iqra dan Al-Quran, ilmu fiqh, ilmu tajwid, hadits, mahfudzhot dan tausiyah.
-
Kedua adalah kegiatan pembinaan karakter yang diisi oleh Bapak Iskandar, Spd.I. Kegiatan pembinaan karakter adalah salah satu kegiatan dari pembinaan rohani Islam.
3. Siapa sajakah pembina rohani Islam yang mengisi kegiatan pembinaan rohani Islam ? Jawaban : -
Untuk kegiatan pengajian kebetulan saya sendiri yang mengisi dan dibantu oleh asisten saya yaitu Bapak Ilham, Ia adalah narapidana dewasa yang memiliki ilmu agama cukup baik karena pernah belajar di pesantren Ma’had Al-Umm Bogor dan pernah berkuliah di Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tetapi sayangnya Bapak Ilham terkena kasus narkoba karena salah dalam bergaul, maka dari itu saya memberikan kesempatan kepada Bapak Ilham untuk mengajar dalam kegiatan ini. Jadi, terlebih dahulu selama kita masih mampu kita benar-benar memanfaatkan
Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di dalam Lapas Salemba ini. Insya Allah kedepannya saya juga akan menambah pengajar kegiatan pengajian ini dari narapidana dewasa yang lain, yang memiliki kemampuan lebih dalam pelajaran agama Islam dan memang ingin berbagi ilmu kepada anak didik pemasyarakatan. -
Kemudian untuk pembinaan karakter adalah Bapak Iskandar, Spd.I.
4. Apa tujuan dari masing-masing kegiatan yang ada di dalam pembinaan rohani Islam pada kegiatan pengajian ? Jawaban : -
Baca tulis iqra dan Al-Quran bertujuan agar anak didik pemasyarakatan yang tidak bisa membaca iqra dan Al-Quran menjadi bisa dan mengeeti. Kemudian yang sudah bisa membaca iqra maupun Al-Quran, bacaannya makin lancar setelah mengikuti kegiatan pengajian.
-
Pemberian materi tajwid bertujuan sebagai ilmu pengetahuan tentang hukum bacaan agar anak didik pemasyarakatan dapat membaca iqra dan Al-Quran dengan baik dan benar.
-
Pemberian
materi-materi
ilmu
fiqh
bertujuan
agar
anak
didik
pemasyarakatan mengetahui hukum-hukum dan tata cara kehidupan secara islami. Baik dalam hal beribadah maupun dalam kehidupan sehari-hari. -
Pemberian
hadits
Rasulullah
SAW
bertujuan
agar
anak
didik
pemasyarakatan mengetahui landasan hukum agama Islam disamping AlQuran. -
Pemberian mahfudzhot atau kata-kata mutiara dalam bahasa arab bertujuan sebagai pemberian motivasi kepada anak didik pemasyarakatan, agar mahfudzhot yang disampaikan menjadi prinsip dalam hidup mereka.
-
Pemberian tausiyah atau ceramah agama bertujuan agar anak didik pemasyarakatan lebih banyak mengetahui ajaran-ajaran agama Islam.
5. Bagaimana perumusan strategi yang Bapak lakukan sebelum kegiatan pembinaan rohani Islam pada kegiatan pengajian di mulai ? Jawaban :
-
Menentukan
target
pemasyarakatan
pada
memiliki
kegiatan
pengajian
perkembangan
yang
yaitu lebih
anak
didik
baik
pada
kemampuannya dalam mengaji dan melaksanakan shalat. -
Pada setiap kegiatan, materi yang diberikan adalah dari materi yang paling dasar kemudian kemateri selanjutnya. Disesuaikan misalnya, untuk baca tulis iqra dan Al-Quran disesuaikan dengan kemampuan anak didik pemasyarakatan dan materi ilmu fiqh mulai dari pengertian air dan bersuci kemudian syarat dan rukun shalat, gerakan-gerakan shalat dan bacaan shalat.
-
Referensi yang saya gunakan untuk materi-materi yang akan disampaikan kepada anak didik pemasyarakatan berasal dari buku-buku agama Islam misalnya buku yang berjudul “Tanya Jawab Tentang Agama dan Kehidupan karya Ahmad Asy-Syahbani” buku-buku pelajaran sekolah mengenai ilmu fiqh dan lain-lain. Dan ajaran-ajaran yang pernah saya pelajari saat saya menjadi santri di pesantren Gontor Jawa Timur, bila ada yang cocok untuk disampaikan maka akan saya sampaikan kepada anak didik pemasyarakatan.
6. Metode-metode apa yang Bapak terapkan dalam masing-masing kegiatan tersebut ? Jawaban : -
Metode disesuaikan pada saat kegiatan berlangsung. Misalnya ilmu fiqh, untuk wudhu dan shalat, pertama memberikan penjelasan dan pemahaman kemudian langsung dipraktekan oleh anak didik pemasyarakatan.
7. Adakah evaluasi setelah penerapan dari metode-metode tersebut ? Jika ada, bagaimana Bapak mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan tersebut ? Jawaban : -
Ya, ada. Evaluasinya adalah memberikan test ujian praktek, lisan maupun tulisan pada setiap kegiatan yang telah dilaksanakan. Saya juga memiliki absensi kehadiran setiap materi dalam kegiatan dan juga absensi kehadiran dalam melaksanakan shalat dhuha, shalat dzhur dan shalat ashar untuk
mengetahui sejauhmana kerajinan mereka dalam mengikuti pengajian dan melaksanakan shalat. Karena saya memiliki target dalam dua bulan anak didik pemasyarakatan harus ada perkembangan, baik dalam hal shalat maupun mengaji dan pengetahuan mereka mengenai ajaran-ajaran Islam yang sudah diterapkan oleh saya dan Bapak Ilham dalam kegiatan pengajian menjadi bertambah. Maka dari itu, evaluasi ini berguna sekali untuk mengetahui sejauhmana perkembangan yang telah dimiliki oleh anak didik pemasyarakatan. 8. Dari kegiatan yang ada di dalam pembinaan rohani Islam tersebut, kegiatan mana yang mengajak anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba untuk melakukan ibadah shalat ? Jawaban : -
Pemberian materi ilmu fiqh pada dasarnya mengajak anak didik pemasyarakatan untuk melaksanakan shalat, karena pada materi tersebut anak didik diajarkan tata cara wudhu dan shalat yang benar. Bahkan kebanyakan dari mereka belum bisa melaksanakan shalat dengan benar. Kemudian setiap tausiyah yang diberikan oleh saya maupun Bapak Ilham selalu mengajak anak didik pemasyarakatan untuk beribadah yaitu mengaji, shalat, dzikir dan berdoa kepada Allah SWT.
Interviwer
Interviewee
Alfani Roosy Andinni
(Muhamad Danil, SH)
NIM: 1110051000069
NIP: 19850919 200703 1 001
Transkip Wawancara Dengan Bapak Iskandar Muda, S.Pd.I (Pembina Rohani Islam Kegiatan Pembinaan Karakrer (Character Building) 1. Menurut Bapak, apa yang menjadi tujuan pembinaan rohani kepada anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba ? Jawaban : - Pembinaan rohani bertujuan memberikan bekal kepada anak didik pemasyarakatan untuk mengenal Tuhan, karena pada dasarnya pembinaan rohani sifatnya ketuhanan dan konsep rohani adalah konsep tauhid. Konsep tauhid artinya memberikan pembinaan kepada anak didik pemasyarakatan untuk mengenal Tuhan. Ketika mereka sudah mengenal Tuhan baru diarahkan kepada praktek ibadah, ketika mereka sudah melakukan praktek ibadah mereka merasakan sesuatu yang sifatnya spritualitas baru mereka akan merasakan candu seprti yang dikatakan oleh Sigmun Freud bahwa agama adalah “candu”. Hanya saja pada prinsipnya dalam wacana akhlaq, ibadah adalah kebutuhan, jadi ketika manusia ingin memiliki hubungan yang dalam dengan Tuhannya maka dia harus melakukan rutinitas kerohanian yaitu dengan ibadah, sehingga ibadah menjadi kebutuhan dalam hidupnya. 2. Kegiatan apa saja yang ada dalam pembinaan karakter (character building) terhadap anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba ? Jawaban : - Pemberian materi, menonton film tentang kehidupan, menonton video kutipan ayat-ayat Al-Quran, diskusi, praktek shalat tasbih, mengenal tasawuf, hypnotherapy, adalah salah beberapa cara untuk mengenalkan khasanah keislaman diluar materi pokok yang umumnya sering diberikan oleh para guru-guru di sekolah-sekolah madrasah, atau para ustadzustadzah di pondok-pondok pesantren, materi ini memang sengaja dikemas secara sederhana agar mudah dimengerti dan dipahami oleh para anak didik pemasyarakatan. - Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah ketika saya mulai memberikan materi praktek sholat tasbih, materi ini saya ajarkan langsung dan saya juga yang membimbingnya sampai selesai, materi yang saya berikan langsung melalui papan tulis dan dilafadkan secara bersamaan, lalu saya mulai melakukan praktek sholat tasbih dengan cara melakukan praktek sholat berjama’ah, hal ini saya lakukan berulang-ulang dalam rentang waktu 4 atau 5 minggu sekali, dan telah saya lakukan secara rutin selama 1 (satu) tahun, saya berpandangan bahwa, anak didik
pemasyarakatan tidaklah harus dibebani dengan model ibadah seperti sholat tasbih secara terus-menerus, tetapi saya berharap dengan dilakukannya ini secara berkesinambungan, anak didik pemasyarakatan akan mudah merasakan atau merespon sesuatu secara positif dampak dari perilaku mereka sendiri pasca melalukan sholat tasbih secara rutin, hal yang terpenting adalah bagi anak didik pemasyarakatan beroleh sebuah pengetahuan secara holistik tentang bagaimana melaksanakan proses sholat tasbih dengan benar, dan memahami apa makna dan tujuan dari pelaksanaan sholat tasbih itu sendiri. 3. Apa yang menjadi tujuan kegiatan pembinaan karakter (character building) kepada anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba ? Jawaban : - Pembinaan karakter bertujuan untuk membentuk karakter anak didik pemasyarakatan untuk dapat memiliki sikap dan sifat yang organik (hidup) baik kepada sesama narapidana selama berada dalam pembinaan di Lapas Kelas IIA, atau sesama manusia kelak dikemudian hari. Selama dalam pembinaan di Lapas Kelas IIA Salemba, setiap perilaku anak didik pemasyarakatan menjadi parameter bagi para Pembina anak selama masa hukuman masih dijalankan. Sehingga selama proses pembinaan anak didik pemasyarakatan secara konprehensif di bentuk kembali karakternya melalui program-program pembinaan yang saya berikan dalam rentang waktu tertentu dengan metode yang bervariasi. Ini menjadi harapan saya kepada mereka dimasa mendatang, ketika nanti mereka keluar dari Lembaga Pemasyarakatan, mereka tidak melakukan lagi melakukan tindak kejahatan dan memiliki sifat dan sikap baik yang organik terhadap sesama. 4. Apa tujuan dari masing-masing kegiatan yang ada di dalam pembinaan karakter (character buliding) ? Jawaban : - Pemberian materi itu sendiri bertujuan memotif ulang dan membentuk kembali nilai-nilai etika dan nilai-nilai moral pada diri anak didik pemasyarakatan secara kognisi dan berpengetahuan, hal ini pada dasarnya secara langsung dipraktekkan kepada anak didik pemasyarakatan, agar dapat diketahui langsung afeksitasnya, sehingga dalam aktifitas selanjutnya, konsep ini dapat membentuk motorik anak didik pemasyarakatan ketika nilai-nilai tersebut telah dipraktekkan secara berkesinambungan selama dalam proses pembinaan. - Menonton film tentang kehidupan seseorang dengan kekurangan bentuk fisik dan masih dapat melakukan dengan perjuangan yang sangat luar
-
-
-
biasa, bekerja tanpa bantuan orang lain, menghidupi keluarga dan membantu beberapa pekerjaan rumah tangga saat diwaktu senggang, serta menjalani ibadah wajib secara rutin dengan segala kerendahan hati dan jiwa besarnya, dan dilakukan dalam keseharian hidup, seperti itu kiranya ilustrasi yang digambarkan dalam film tersebut, bagi seorang yang mengalami cacat fisik permanen dan tetap menjalani rutinitas layaknya orang normal, maka bertujuan dari ilustrasi film tersebut adalah; agar anak didik pemasyarakatan bisa berubah untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan mejalani ibadah. Karena orang yang memiliki kekurangan fisik saja bisa menjadi pribadi yang baik dan rajin menjalani ibadahnya, maka tidak ada alasan untuk mereka yang fisiknya sempurna untuk menjadi pribadi yang baik dan menjalani ibadahnya dengan baik. Menonton video dalam wacana dapat menambah wawasan mengenai ayatayat Al-Quran bertujuan sebagai optimis untuk berubah menjadi lebih baik. Diskusi (sharing pengalaman) adalah sebuah kegiatan atau aktifitas yang saya rancang atas dasar pengalaman dari anak didik pemasyarakatan Lapas Salemba bertujuan untuk membuat mereka dapat memaknai kehidupan mereka sendiri, sehingga dalam kontainnya bahwa anak didik binaan dapat saling bertukar fikiran atas apa yang pernah dilakukannya pada masa sebelum menjadi warga binaan anak atau dengan istilah lain sebagai Anak Negara. Diskusi ini pada umumnya mengambil kisah masing-masing anak, dan mempresentasikannya sendiri secara direct storytelling. Kemudian di-share kepada peserta lainnya untuk kemudian disimpulkan, maka hasil dari kesimpulan tersebut dapat dijadikan pokok bahan pelajaran bagi semua, bahwa dalam menjalani kehidupan dimasa remaja sangat banyak tantangannya untuk menjadi remaja yang baik, berakhlak dan mandiri dalam berkepribadian. Mengenal risalah tasawuf bertujuan sebagai wawasan khasanah keislaman agar anak-anak mengenal islam itu tidaklah hanya melalui sejarah saja, atau hukum-hukum ibadah saja, namun ilmu-ilmu tasawuf yang ada dalam Islam juga diperkenalkan meski dalam bentuk yang sangat sederhana, yaitu dalam nilai seni seperti yang telah dikenalkan oleh seorang ahli tasawuf pada abad ke-XIII, Jalaluddin Rumi, tari samaa merupakan salah satu bentuk tarian religius yang sangat mudah dipahami oleh para pelakunya, bahwa dalam tarian tersebut telah terjalin hubungan antara makhluk dengan Tuhannya. Maka dalam prosesnya para anak didik pemasyarakatan boleh saja melakukan sendiri proses tarian mustikus
tersebut dengan melihat langsung tarian tersebut dari sebuah film tentang tarian samaa. - Hipnoteraphy bertujuan untuk mengembalikan mereka kepada ingatan mengenai masa lalu mereka, sehingga mereka dapat mengetahui kejadiankejadian yang baik maupun buruk kemudian mereka paham dan tidak melakukan lagi perbuatan yang buruk. Karena pada dasarnya perbuatan buruk akan membuat mereka menyeseal di kemudian hari. - Dari setiap kegiatan dan materi yang bertujuan untuk menambah wawasan anak didik pemasyarakatan bertujuan juga untuk perubahan anak didik ke arah yang lebih baik, karena pada dasarnya setiap pemberian materi dan pelaksanaan kegiatan bertujuan agar anak didik pemasyarakatan tidak melakukan kejahatan lagi dan optimis untuk berubah ke arah yang lebih baik. 5. Bagaimana perumusan strategi yang Bapak lakukan sebelum kegiatan pembinaan karakter (character building) ? Jawaban : - Pada dasarnya dalam perumusan materi dam strategi sebelum kegiatan pembinaan dilakukan, pada awalnya saya melakukan observasi mentalitas dilapangan dalam beberapa kali pertemuan dengan anak didik pemasyarakatan. Untuk pemberian materi dan praktek saya mengambilnya dari beberapa buku yang saya jadikan referensi sebagai materi yang akan disampaikan mengacu pada buku karya Frans Magnis Suseno dan K. Barten, anak didik warga binaan, materi-materi etika yang saya gunakan pada umumnya disesuaikan dengan kebutuhan anak didik pemasyarakatan pada saat itu dulu, baru kemudian materi berikutnya disusun dalam ranah kematangan dan kesiapan mental anak didik tersebut, hal ini dimaksudkan untuk pemberian materi etika khususnya untuk anak didik pemasyarakatan agar dapat melalui masa-masa yang paling sulit saat pertama kali beradaptasi dilingkungan pembinaan Lapas Kelas IIA Salemba Jakarta Pusat, karena Lapas Salemba sampai saat ini masih berstatus sebagai Rumah Tahanan Anak, sebelum benar-benar diputuskan oleh pihak otoritas Lapas, apakah anak tersebut dipertahankan untuk dibina di Lapas Salemba atau dipindahkan ke Lapas anak atau Lapas Pemuda di Kota Madya Tangerang, ini merupakan salah satu cara untuk mempersiapkan mentalitas anak jika anak didik warga binaan sewaktu-waktu dipindahkan ke Lapas lain, atau dipindahkan ke Lapas dewasa karena sudah melewati batas usia anak sebagai tahan anak. Aktifitas kegiatan pembinaan character building umumnya dilakukan terhadap anak didik warga binaan anak bervariasi, diantaranya adalah :
-
Pemutaran film mengenai kehidupan yang bermakna dan video ayat-ayat Al-Quran, saya mencari film dan video sesuai kondisi anak didik pemasyarakatan. - Praktek shalat tasbih saya mengambil refrensi dari buku fiqh, kemudian di praktekan kepada anak didik pemasyarakatan. - Hypnotherapi, membuat konsep mengembalikan mereka untuk mengingat kejadian di masa lalu mereka. Kejadian yang baik maupun buruk, untuk membuat mereka mempertahankan yang baik dan melepas atau tidak lagi mengulangi perbuatan yang buruk. Karena susungguhnya perbuatan buruk pada akhirnya hanya akan membuat mereka menyesal. 6. Metode-metode apa yang Bapak terapkan dalam masing-masing kegiatan tersebut ? Jawaban : - Metode-metode yang diterapkan dalam kegiatan pembinaan setelah dilakukannya proses observasi awal terjadi adalah metode spontanitas terstruktur, maksudnya metode ini pada dasarnya adalah sebuah ide pembelajaran dan ide pembinaan yang telah dipersiapkan sebelumnya setelah melewati proses observasi mentalias terhadap anak didik pemasyarakatan, artinya dalam hal ini tidak ada yang kebetulan yang saya lakukan, semuanya dilakukan dalam proses perencanaan sebelumnya, hanya saja dalam proses pelaksanaannya saya lakukan dengan cara terselektif, maksudnya apa-apa saja dulu yang mereka butuhkan dalam proses pembinaan, jika anak butuh sharing terlebih dahulu, maka saya akan lakukan metode sharing partner, terhadap anak didik warga binaan, jadi suasana dalam proses pembinaan menjadi lebih berkembang dan mengacu pada muatan apa yang berikutnya yang seharusnya layak untuk disampaikan, umumnya karakter dan kemampuan masing-masing anak didik pemasyarakatan berbeda-beda, sehinggga dalam melakukan pembinaan kolektif terhadap anak didik dalam satu season prinsipnya berbeda-beda antara satu anak dengan anak yang lain, sehingga hal ini menjadi suatu tantangan bagi setiap pembina, atau pembimbing rohani anak didik pemasyarakatan Lapas Salemba. Dengan kondisi dan cara tersebut anak didik pemasyarakatan akan terpenuhi kebutuhan pembinaan dan bimbingannya pada saat kegiatan berlangsung, sehingga kontribusi yang diberikan terhadap anak didik pemasyarakatan dapat berjalan searah dengan proses pembentukan dan pembinaan mentalitasnya menuju pada mentalitas yang organik bagi anak didik. 7. Adakah evaluasi setelah penerapan dan metode-metode tersebut ? Jika ada, evaluasi seperti apa yang Bapak lakukan ?
Jawaban : - Tentu ada. Dalam evaluasi tersebut saya langsung melakukan tanya jawab secara personal dengan beberapa anak yang saya pandang perlu untuk mengulas kembali apa yang sudah mereka dapatkan dari kegiatan yang saya berikan. Saya mengujikan pada peserta anak didik pemasyarakatan seputar pada pengetahuaannya yang sangat mendasar dalam kegiatan itu, sehingga secara tidak langsung bagi mereka yang tidak mendapatkan pertanyaan akan mengaktualisasikan pengetahuannya sendiri dari pengulanga-pengulangan yang saya lakukan dalam memberikan berbagai macam pertanyaan. Secara tertulis saya tidak melakukan evaluasi, evaluasi yang efektif bagi saya adalah melalui dialog, sayapun memilih diantara mereka untuk melakukan konseling terhadap mereka. yang saya pandang bahwa mereka (anak didik pemasyarakatan) perlu melakukan rehabilitasi mental dan rehabilitasi moral dengan metode dialog dalam konseling. - Anak didik pemasyarakatan juga lebih suka menonton film dan video. Karena itu audio visual sebagai alat bantu agar mereka lebih tertarik untuk mengikuti kegiatan pembinaan. 8. Apa manfaat dari kegiatan pembinaan karakter (character building) kepada anak didik pemasyarakatan ? Jawaban : - Manfaat dari setiap kegiatan maupun pemberian materi mengenai pembinaan karakter yang telah diterapkan kepada anak didik pemasyarakatan, dapat dilihat dari perubahan sikap mereka pada masa yang akan datang. Yaitu ketika mereka memiliki keinginan untuk beribadah karena tidak merasa tenang apabila mereka tidak melaksanakan shalat, mereka merasa cemas dan tidak nyaman. Mekera merasa tenang apabila mendengarkan nasihat-nasihat keagamaan. Dan setelah mereka bebas nanti, mereka tidak akan mengulangi kejahatannya lagi dan berbuat baik kepada masyarakat sekitar. Hasil dari pembinaan karakter ini dapat dilihat dimasa yang akan datang, karena pembinaan karakter adalah pembentukan karakter terhadap anak didik pemasyarakatan yang sifatnya menanamkan kebiasan-kebiasaan yang baik sesuai ajaran Islam 9. Dari kegiatan yang ada di dalam pembinaan karakter (character building) tersebut, kegiatan mana yang mengajak anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba untuk mau melakukan ibadah shalat ? Jawaban :
-
Semua kegiatan yang dilakukan, pada dasarnya mengajak anak didik pemasyarakatan untuk mengenal Tuhan, kemudian beribadah kepadaNya dengan shalat dan mengaji.
Interviwer
Interviewee
Alfani Roosy Andinni
Iskandar Muda, S.Pd.I
Transkip Wawancara dengan Bapak Ilham (Koordinator Kegiatan Pengajian)
1. Menurut Bapak, apa yang menjadi tujuan pembinaan rohani kepada anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba ? Jawaban : -
Mengajak anak didik pemasyarakatan untuk menjadi lebih baik dalam kehidupannya dan mengisi kegiatan anak didik pemasyarakatan agar tidak kosong.
2. Apa tujuan dari masing-masing kegiatan yang ada di dalam pembinaan rohani Islam ? Jawaban : -
Agar anak didik pemasyarakatan yang pada awalnya tidak memahami dan tidak bisa melaksanakan shalat dan mengaji menjadi paham dan bisa kemudian melaksanakanya secara rutin. Untuk pelajaran tajwid dan mahfudzhot bertujuan agar anak didik pemasyarakatan yang tadinya tidak paham menjadi paham. Untuk penyampaian tausiyah yang didalamnya saya masukkan ayat-ayat Al-Quran, hadits maupun mahfudzhot bertujuan untuk memberikan motivasi agar mereka selalu bersemangat dalam melakansakan shalat dan mengaji.
3. Bagaimana perumusan strategi yang Bapak lakukan sebelum kegiatan pembinaan rohani Islam di mulai ? Jawaban : -
Saya mengikuti arahan yang telah diberikan oleh Bapak Daniel.
4. Metode-metode apa yang Bapak terapkan dalam masing-masing kegiatan tersebut ? Jawaban : -
Metode yang diterapkan akan disesuaikan pada saat kegiatan berlangsung.
5. Adakah evaluasi setelah penerapan dari metode-metode tersebut ? Jika ada, bagaimana Bapak mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan tersebut ? Jawaban :
-
Ada, evaluasinya seperti yang telah diarahkan oleh Bapak Daniel yaitu melalui test ujian praktek, lisan maupun tulisan pada setiap kegiatan yang telah dilaksanakan.
6. Dari kegiatan yang ada di dalam pembinaan rohani Islam tersebut, kegiatan mana yang mengajak anak didik pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Salemba untuk melakukan ibadah shalat ? Jawaban : -
Tentu pada saat praktek shalat dan pada saat saya memberikan tausiyah dengan memotivasi dan menganjurkan mereka untuk selalu melaksanakan shalat dan mengaji agar Allah memberikan ampunan juga mengabulkan setiap doa mereka.
Interviwer
Interviewee
(Alfani Roosy Andinni)
(Ilham Wahyudi)
FOTO KEGIATAN PEMBINAAN ROHANI ISLAM ANAK DIDIK PEMAYARAKATAN A. KEGIATAN PEMBINAAN PENGAJIAN 1. Pemberian Materi Ilmu Fiqh
2. Pemberian Materi Ilmu Tajwid dan Membaca Iqra
3. Penyampaian Tausiyah Ba’da Ashar
B. PEMBINAAN KARAKTER 1. Pemberian Materi Etika
2. Pemutaran Film Memaknai Kehidupan
3. Diskusi
4. Praktek Shalat Tasbih dan Pemutaran Video Ayat-ayat Al-Quran
5. Penyampaian Materi Mengenal Tasawuf Jalaluddin Rumi
6. Khot
FOTO SAAT WAWANCARA DENGAN PEMBINA ROHANI ISLAM 1. Dengan Bapak Muhamad Danil, SH dan Bapak Ilham
2. Dengan Bapak Iskandar, Spd.I
FOTO LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS II A SALEMBA JAKARTA PUSAT
FOTO BERSAMA ANAK DIDIK PEMASYARAKATAN