Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
STRATEGI MENDIDIK REMAJA BERBASIS PSIKOLOGI DAN KARAKTER ISLAMI
Oleh: Dr. Suparta, M.Ag Dosen Jurusan Tarbiyah STAIN SAS BABEL
Abstract
Based on the analysis of psychologists, adolescent phase is often referred to "gowly age" which in this age, the adolescents become human figure or witless fool. Some says that in this age, teens can slip if only because the painting on the carpet. Among the possible reasons why teenagers are always in unstable position due to the growth and the development of teens bones long in the calves and arms so that they lose the harmony or balance. In this position, it is required a powerful strategy in their education. One of strategies that can be adopted in order to educate the teenager being a good personality is psychology approach and Islamic character-based education. Through both of these approaches, the educators (teachers or parents) will know the correct way to educate teenager Keywords: Education strategy, Teenager, psychology and Islamic character. A. Pendahuluan Remaja merupakan mahkluk yang unik dalam sejarah kehidupan manusia. Dikatakan unik karena tiada satupun dari manusia yang tidak pernah merasakan beberapa peristiwa yang aneh ketika masa remaja. Keanehan tersebut terjadi bukan karena unsur kesengajaan atau mencari sendiri keanehan dalam diri, namun keanehan tersebut datang secara spontan bahkan terkadang datang pada saat tidak diharapkan. Inilah sebabnya pada masa remaja posisi hati, posisi jiwa, posisi pikiran dan perasaan bahkan posisi sikap dan perbuatan selalu dalam keadaan labil. Berdasarkan hasil artikel para psikolog, banyak anak pada fase remaja melawati usia ini dengan istilah “usia ketololan (gowly age)” dimana pada masa usia ini para remaja menjadi sosok manusia yang dungu alias tolol. Ada yang mengatakan bahwa pada masa ini remaja bisa terpeleset walaupun hanya karena lukisan di atas karpet. Diantara penyebabnya mengapa para remaja selalu dalam posisi labil dikarenakan adanya pertumbuhan dan perkembangan tulang-tulang
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
141
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
remaja yang panjang pada bagian betis dan lengan sehingga mereka kehilangan keserasian atau keseimbangan. Sehingga ketika seorang remaja menyerahkan secangkir teh saja kepada anda tiba-tiba cangkir tersebut tumpah. Hal ini disebabkan disaat menyerahkan cangkir pada saat itu pula secara bersamaan tulang-tulang pada anak remaja tersebut sedang bertambah sehingga bergoyang atau bergerak dengan sendirinya. Bukan hanya ketika memberikan teh saja, terkadang para remaja juga sering terpeleset ketika berjalan, sering kakinya membentur dinding atau bahkan sering berprilaku aneh tidak seperti biasanya. Oleh sebab itulah di fase ini para ahli psikolog menyebutkan fase tolol atau dungu karena banyak hal yang aneh yang terjadi akibat dari perkembangan dan pertumbuhan fisiknya. Bahkan para remaja pun menyadari bahwa yang dialukukan atas kecerobohannya tersebut akibat dari ketololan.1 Bila dilihat dalam perspektif Islam pertumbuhan remaja seperti itu sudah menjadi sunnatullah atau bersifat qadrati. Sebab fase remaja mempunyai ciri pertumbuhan jasmani yang cepat. Pertumbuhan ini meliputi seluruh anggota badan, fisiologis, biologis maupun psikologis. Semuanya tumbuh secara merata, menyeluruh dan seimbang. Sehingga semua orgam tumbuh berkembang secara integral dan kontinu. Semuanya tumbuh secara teratur dan alami karena sudah menjadi ketetapan Allah swt. Hal ini sesuai beberapa firman Allah dibawah ini: QS. As-sajadah : 7 yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah. QS. Al-Qamar : 49 Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran. QS. At-tiin: 4 Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaikbaiknya . Berdasarkan beberapa informasi yang hakiki dari ulasan ayat-ayat illahi 1
Dr. Muhammad Sayyid Muhammad Az-Za’balawi, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa, Cetakan I, Jakarta, Gema Insani Pers, 2007. Hlm. 35-36
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
142
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
di atas, jelaslah bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia khususnya pada fase remaja bukanlah merupakan suatu kejadian yang kebetulan atau kejadian yang diada-ada. Akan tetapi memang sudah menjadi suratan takdir setiap manusia untuk menjalani semua peristiwa sesuai dengan sekenario Allah swt dari sejak zaman azali. Adapun yang menjadi pembahasan utama dalam artikel ini lebih difokuskan pada pertumbuhan dan perkembangan psikologis pada usia remaja, khususnya yang berkorelasi langsung dengan masalah kepribadian (karakter) remaja. Tentunya diperlukan strategi khusus untuk membina karakter remaja. Dikarenakan artikel ini difokuskan pada strategi pembinaan karakter melalui psikologi islami maka pembinaan yang akan diterapkan pun lebih bersifat islami.
B. Perilaku Penyimpangan Remaja Sebelum mengetahui beberapa penyimpangan dalam usia remaja maka ada baiknya diketahui faktor-faktor yang menyebabkan adanya penyimpangan tersebut. Menurut Sarlito ada enam faktor penyebab penyimpangan dalam remaja yaitu: Pertama, faktor individu. Dengan kata lain penyimpangan atau kenakalannya bukan karena akibat dari lingkungan atau orang lain akan tetapi akibat dari dalam dirinya sendiri. kenakalan yang dikaukunnya adalah atas kemauannya sendiri, atas pilihan dan interesnya sendiri serta atas motivasinya sendiri. Dalam kajian agama sering dikatakan bahwa kenakalan remaja yang seperti ini berarti karena kurangnya iman atau orang yang tidak bisa menjaga imannya. Sehingga kehidupannya sangat mudah diobang ambing oleh nafsunya sendiri. Oleh sebab itu, model pembinaannya harus melalui pembinaan keagamaan seperti disekolahkan di sekolah agama atau dimasukkan ke Pondok Pesantren. Kedua, faktor budaya. Dalam teori ini kenakalan remaja lebih disebabkan oleh faktor budaya. Kontrol sosial sudah tidak ada lagi baik dari orang tua maupun masyarakat. Budaya yang diikuti lebih cenderung pada budaya kapitalis, hedonis dan liberalis. Sehingga para remaja merasa bebas berbuat dan
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
143
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
berprilaku semaunya tanpa ada batasan moral dan etika apalagi agama. Ketiga, faktor kemiskinan. Remaja yang berada pada tarap hidup kemiskinan bila tidak memiliki iman yang kuat banyak yang terjerumus pada perilaku yang menyesatkan. Mereka rela menjual dirinya demi materi, rela menjual dirinya demi prestasi dan rela menjual dirinya demi menjadi selebriti. Keempat, Faktor Pergaulan. Bagi remaja pergaulan merupakan pintu gerbang kehidupan. Bila peragaulannya dengan anak-anak yang nakal maka lambat laun akan terbawa nakal pula. Oleh sebab itu, para orang tua selalu menganjurkan agar anak-anaknya bergaul dengan anak-anak yang baik atau harus berhati-hati memilih teman pergaulan agar tidak salah pergaulan. Kelima, faktor sugesti label yang keliru. Tidak sedikit orang tua yang dengan bangganya mengatakan atau memarahi anaknya dengan sebutan “dasar anak nakal kamu”. Sebutan ini terus dilakukan berulang-ulang terhadap anak sehingga anak yang tadinya tidak nakal pun akhirnya menjadi nakal. Hal ini disebabkan sang anak sudah memastikan dirinya di cap atau mendapat label anak nakal sehingga menjadi anak nakal beneran. Keenam, faktor jenis kelamin. Tidak sedikit orang tua mengatakan bahwa anak laki-laki lebih nakal dari anak perempuan.2 Hal ini yang menyebabkan jika anak laki-laki nakal menjadi wajar. Seharusnya dari awal jangan ada klaim seperti itu, karena kenakalan tidak bisa dibedakan atas jenis kelamin. Sebab, tidak semua anak laki-laki nakal, dan tidak sedikit pula anak perempuan yang nakal. Lain halnya menurut Dadang Nawari anak remaja menjadi berperilaku menyimpang bukan hanya disebabkan oleh pribadinya akan tetapi bisa juga disebabkan oleh orang tua atau keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitarnya. Oleh sebab itu, bila terjadi penyimpangan remaja sering kali ketiga aspek itu saling menyalahkan. Orang tua menyalahkan sekolah, sekolah menyalahkan orang tua, bahkan sekolah maupun orang tua menyalahkan masyarakat. 3 2
Sarlito W. Sarwono, Psikologi Remaja, edisi revisi cet. 14, Jakarta: Rajawali Pers, 2011, hlm.255-256 3 Dadang Nawari, Al-Qur’an : Ilmu Kesehatan Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakaarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1996, hlm. 236
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
144
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
Adapun bentuk perilaku menyimpang dalam remaja berdasarkan pada penyebab penyimpangan tersebut. Apabila disebabkan oleh disfungsi keluarga misalnya karena hubungan keluarganya tidak harmonis sehingga sering terjadi pertengkaran, perkelahian dan kekerasan dalam rumah tangga sampai berakibat pada penceraian maka akan mempengaruhi mental anak. Bahkan para remaja yang selalu dipertontonkan perilaku seperti itu akan mengalami stres. Secara rinci sumber stres pada remaja antara lain: 1. Hubungan dingin atau buruk antara ayah dan ibu 2. Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarganya 3. Cara pendidikan yang berbeda antara orang tua dengan kakek atau nenek 4. Sikap orang tua yang acuh pada anak 5. Sikap orang tua yang keras dan kasar pada anak 6. Sikap atau kontrol yang tidak konsisten terhadap anak 7. Kurang stimuli kognitif atau sosial 8. Orang tua yang dirumahnya ada istri lain Dengan demikian akibat dari kejadian atau peristiwa tersebut maka seorang anak memiliki gangguan dalam kepribadian. Akibat dari gangguan tersebut akhirnya sang anak menjadi anti sosial dan berperilaku menyimpang. Remaja yang memiliki kepribadian anti sosial ditandai dengan: 1. Sering bolos 2. Terlibat kenakalan remaja 3. Dikeluarkan atau diskors di sekolah karena sering berbuat nakal 4. Sering lari dari rumahnya 5. Berulang kali melakukan hubungan seks atau seks bebas 6. Sering mabuk atau mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau Narkoba 7. Sering mencuri 8. Sering merusak barang orang lain 9. Prestasi di sekolah selalu merosot 10. Sering melawan orang tua dan guru 11. Sering berkelahi Begitu juga halnya dengan suasana di Sekolah. Bila kondisi sekolah
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
145
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
juga tidak kondusif maka dapat juga mengganggu proses belajar mengajar peserta didik. Ketika peserta didik mulai terganggu maka pada saat itu pula mereka mencari
peluang
untuk
berbuat
sesuatu
yang
menyimpang.
Diantara
penyimpangan yang akan dilakukan peserta didik tersebut misalnya, malas belajar, tidak patuh pada guru, selalu melanggar peraturan sekolah, menganggu belajar temannya, sering bolos sekolah bahkan secara diam-diam mengkonsumsi obat-obatan terlarang dan minuman beralkohol. Diperparah lagi bila di luar terjebak dengan perilaku pergaulan bebas sehingga melakukan perbuatanperbuatan asusila. Selain faktor keluarga dan sekolah, yang tidak kalah pentingnya juga faktor lingkungan masyarakat. Pintu gerbang pertama penyimpangan para remaja di masyarakat disebabkan oleh teman sebaya. Dengan alasan pertemanan, demi persahabatan dan pergaulan maka terkadang para remaja selalu mengikuti kebiasaan temannya, walaupun sebenarnya kebiasaan itu buruk. Alasan mereka cukup klasik yakni takut dikatakan “kuper” yakni kurang pergaulan. Padahal pergaulan saat ini dampak negatifnya jauh lebih besar dibandingkan dampak positifnya. Faktanya saat ini yang terlihat adalah kerusakan rohani dan kerusakan perilaku serta moral. Hal ini disebabkan dari maraknya film-film pornografi yang bebas diperjual belikan atau dapat diakses langsung lewat internet, tontonan sinetron yang tidak mendidik, berita-berita kriminal bahkan pembunuhan antar sesama yang seolah nyawa manusia tiada lagi artinya. Adapun beberapa penyimpangan yang saat ini banyak melanda anakanak remaja yaitu: 1. Tidak Taat Beragama 2. Bangga memamerkan aurat 3. Terbiasa Berbohong 4. Melawan Kepada Orang Tua atau menentang Keluarga 5. Melawan Guru 6. Tawuran 7. Senang nongkrong di jalan atau di mall 8. Masturbasi
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
146
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
9. Seks antar sesama jenis 10. Berzina 11. Minuman Alkohol 12. Narkoba Oleh sebab itu, bila para remaja mau selamat dalam pergaulannya maka harus mampu dan bisa mencari teman yang shaleh. Hal ini sesuai dengan nasehat Rasulullah saw dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam muslim, dari Abu Musa Al-Asy’ari bahwasanya rasulullah saw bersabda: “Perumpamaan teman yang baik dan kawan yang jelek adalah seperti orang yang membawa minyak misik atau minyak wangi dan peniup ubub. Sesorang yang membawa minyak wangi adakalnya ia membeli minyak wangi dan adakalnya kamu bisa mencium bau wanginya, adapun peniup ubub maka adakalanya menyebabkan baju kamu terbakar, atau adakalanya kamu mencium bau tidak sedap”.(HR.Muslim) Dengan demikian jelaslah bila teman-temannya orang-orang yang shaleh, maka akan terbawa menjadi anak yang shaleh juga. Sebaliknya bila berteman dengan teman yang salah maka akan terjerumus pula pada kesalahan. Selain harus berteman dengan yang baik, disarankan pada anak remaja saat ini agar selalu meminta pertolongan dan berdo’a kepada Allah swt agar dirinya bisa diselamatkan dari kefasikan dan kesesatan mereka, serta tetap bersabar dan memegang kuat agamnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Surat AlAn’am: 68-69: 68. dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, Maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. dan jika syaitan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), Maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). 69. dan tidak ada pertanggungjawaban sedikitpun atas orang-orang yang bertakwa terhadap dosa mereka; akan tetapi (kewajiban mereka ialah) mengingatkan agar mereka bertakwa. C. Strategi Pendidikan Karakter Remaja Setidaknya ada enam cara atau strategi agar para remaja memiliki karakter atau kepribadian yang shaleh individual dan shaleh sosial.. Keenam strategi ini dapat dilaksanakan di setiap tingkat satuan pendidikan ataupun di rumah,
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
147
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
adapaun keenam strategi tersebut yaitu: 1. Ajarkan Melalui Uswah Hasanah Biasanya para remaja berperilaku lebih cenderung mengikuti atau mengidolakan kebiasaan yang ada dilingkungan sekitarnya. Hal ini disebabkan para remaja membutuhkan model yang cocok dengan kehidupan mereka. Agar para remaja memiliki karakter yang baik maka langkah pertama adalah memberikan model yang baik pada mereka dimulai dari lingkungan keluarga. Model inilah yang dalam istilah Islam di sebut dengan Uswatun Hasanah. Hal ini seperti yang telah dilakukan oleh Rasulullah saw dalam membina karakter umatnya melalui uswah hasanah seperti yang dijelaskan dalam QS. Al-Ahzab:21: 21. Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. Model utama bagi remaja adalah keluarga (kedua Orang Tua). Keluarga merupakan pintu gerbang pertama yang selalu dilalui oleh para remaja. Itulah sebabnya baik buruknya seorang anak ditentukan juga oleh seberapa baik kebiasaan yang ada di rumahnya. Model atau aktor utama yang ada dalam rumah adalah kedua orang tuanya. Jika kebiasaan dan keteladanan yang dipertontonkan oleh kedua orang tuanya baik maka sang anak pun akan mengikuti kebaikkannya, demikian sebaliknya. Dengan demikian peran orang tua sangatlah penting sebagai modeling bagi anakanak, karena kebiasaan kedua orang tua dirumah menjadi barometer awal karakter anak-anaknya. Oleh sebab itu, dalam ajaran Islam menjaga atau mendidik keluarga termasuk kewajiban yang harus dilaksanakan oleh orang tua agar selamat hidup didunia dan terhindar dari api neraka. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat At-Tahrim: 6: 6. Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
148
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. Sementara bila dalam keluarga tiada keteladanan yang baik maka anak- anak akan mencari modeling sendiri yang disesuaikan dengan keinginan mereka. Inilah yang berakibat fatal pada karakter remaja saat ini. Mereka akhirnya mencari model atau contoh karakter yang salah. Dikarenakan model yang diikuti adalah model yang mengedepankan gejolak hawa nafsu, maka karakter yang diikuti adalah karakter yang sesat dan penuh dengan model karakter kejahatan dan kemaksiatan. 2. Melalui bil Hikmah (kebijaksanaan) dan Mau’idzah Hasanah (Nasehat yang Baik) Jadilah pembina para remaja yang bijaksana. Pembina yang bijaksana adalah pembina yang mengetahui kebutuhan yang diharapkan oleh yang dibinanya. Tidak pernah memaksakan kehendak akan tetapi selalu tenggang rasa. Peduli terhadap yang dirasakan dan dipikirkan serta empati terhadap jiwanya. Bila ada permasalahan selalu memberi solusi yang sesuai dengan kepentingannya. Selalu sabar menasehati walaupun nasehat yang diberikan terkadang dikhianati. Tiada kenal putus asa untuk mengarahkan pada jalan kebenaran. Ada keyakinan bahwa dalam diri manusia ada hati nurani, maka ikutilah hati nuraninya. Inilah sumber kesuksesan rasulullah Saw dalam membina karakter umatnya yakni melalui bilhikmah dan mau’idzah hasanah. Sehingga nasehat dan arahan beliau dapat diterima dan diikuti oleh umatnya di seluruh dunia. Bila tidak dengan prinsip seperti itu, pastilah ajakan atau rayuan rasul tidak akan berhasil, apalagi bila dengan kekerasan maka dipastikan bukan mendekati akan tetapi akan lari. Hal inilah yang dijelaskan dalam Al-Qur’an surat An-Nahl:125 125. serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah[845]4 dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. 4
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan yang bathil.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
149
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. 3. Bila Membantah Harus dengan Bantahan yang Lemah Lembut Salah satu sifat negatif para remaja adalah tidak mau disalahkan walaupun perbuatan yang dilakukannya salah. Pada usia ini yang dipikirkannya adalah kami sudah dewasa, semua baik atau benar sudah kami ketahui. Akibatnya, para remaja selalu berbuat semaunya sendiri bahkan tanpa pikiran yang panjang. Dalam situasi dan kondisi pasikis remaja yang seperti ini maka membina dan mendidik karakter yang salah harus dengan cara arahan atau bantahan yang lemah lembut. Berikan arahan dan penjelasan tentang kesalahan yang dilakukannya melalui perasaan bukan melalaui amarah. Bahkan sesekali katakan padanya, bahwa sebenarnya ia tahu yang dilakukannya adalah salah tetapi ia pura-pura tidak mengetahuinya. Melalui ungkapan seperti ini para remaja terasa tidak digurui akan tetapi hanya diingatkan.
4. Ajari untuk mendahulukan yang terpenting dari yang penting Terkadang diusia remaja, mereka masih belum bisa membedakan antara yang penting harus dilakukan dan yang paling penting dilakukan. Dalam benak mereka semuanya penting. Akibat dari pikiran yang salah seperti inilah akhirnya para remaja sering mendapatakan keputusan yang salah atau kebingungan yang mendalamn untuk memutuskan pilihan. Untuk itu, para pembina harus cermat memberikan arahan dan penjelasan aspek mana yang dianggap pada posisi penting saja, dan aspek mana yang diasumsikan sangat penting. Setelah diketahui klasisifikasinya maka tunjukkan padanya pilihlah yang terpenting dari yang penting. Hal ini dalam istilah fiqih “Tatimmul Aham minal Muhim” memilih yang terpenting dari yang penting-penting.
5. Ajari Hubungan antara Sebab dan Akibat (Hukum Kausalitas) Setiap perbuatan baik perbuatan buruk maupun baik pasti memiliki resiko masing-masing. Bila perbauatan baik akan menuai kebaikan dan bila
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
150
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
perbuatan buruk maka akan menui pula keburukan. Bahkan dalam ajaran Islam sudah jelas dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa kebaikan walaupun hanya sebesar dzarahpun akan dibalas begitu juga dengan keburukan walau hanya sebesar dzarahpun akan dibalas pula. Hal ini sesuai dengan firman Allah surat Al-zalzalah:7-8 Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. 8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. 7.
6. Kenalkan Tipologi Kepribadian Dalam Al-Qur’an Ada dua tipologi kepribadian secara garis besar yang dikemukan dalam Al-Qur’an. Tipologi yang baik yaitu yang terdapat pada tipe kepribadian orang-orang yang beriman, orang bertaqwa, orang muhsinin dan orang Muklishin. Sedangkan tipologi kepribadian yang buruk terdapat pada tipe kepribadian orang kafir, orang fasiq, orang munafiq, orang musyrik dan orangorang dzalim. Untuk lebih jelasnya dibawah ini akan dijelaskan tentang beberapa karakter orang-orang tersebut. a. Orang Beriman Orang beriman dalam Al-Qur’an disebut sebagai “Mu’minun” (orang-orang yang beriman). Ciri-ciri orang yang beriman ini dijelaskan banyak sekali dalam Al-Qur’an baik ciri-ciri yang ada hubungannya dengan ibadah, akidah, akhlak, sosial, keluarga, emosional maupun intelektual. Karena banyaknya ciri-ciri tersebut maka dalam artikel ini hanya menukil beberapa ayat saja yang menunjukkan tentag ciri-ciri orang beriman tersebut. Diantara ayat-ayat yang menyebutkan ciri-ciri orang yang beriman yaitu : QS.Al-Baqarah;1-5 1. Alif laam miin[10].5 5
Ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara Ahliahli tafsir ada yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah karena dipandang Termasuk ayatayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian Para Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
151
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
2. Kitab[11] (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa[12],6 3. (yaitu) mereka yang beriman[13] kepada yang ghaib[14], yang mendirikan shalat[15], dan menafkahkan sebahagian rezki[16] yang Kami anugerahkan kepada mereka.7 4. dan mereka yang beriman kepada kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelummu[17], serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat[18].8 5. mereka Itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung[19].9 QS. Al-Mu’minuun : 1-10 1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, 3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 4. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan hanya buatan Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam Al Quran itu. 6 Tuhan menamakan Al Quran dengan Al kitab yang di sini berarti yang ditulis, sebagai isyarat bahwa Al Quran diperintahkan untuk ditulis 7 Iman ialah kepercayaan yang teguh yang disertai dengan ketundukan dan penyerahan jiwa. tanda-tanda adanya iman ialah mengerjakan apa yang dikehendaki oleh iman itu. [14] Yang ghaib ialah yang tak dapat ditangkap oleh pancaindera. percaya kepada yang ghjaib yaitu, mengi'tikadkan adanya sesuatu yang maujud yang tidak dapat ditangkap oleh pancaindera, karena ada dalil yang menunjukkan kepada adanya, seperti: adanya Allah, malaikat-malaikat, hari akhirat dan sebagainya. [15] Shalat menurut bahasa 'Arab: doa. menurut istilah syara' ialah ibadat yang sudah dikenal, yang dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam, yang dikerjakan untuk membuktikan pengabdian dan kerendahan diri kepada Allah. mendirikan shalat ialah menunaikannya dengan teratur, dengan melangkapi syarat-syarat, rukun-rukun dan adab-adabnya, baik yang lahir ataupun yang batin, seperti khusu', memperhatikan apa yang dibaca dan sebagainya. [16] Rezki: segala yang dapat diambil manfaatnya. menafkahkan sebagian rezki, ialah memberikan sebagian dari harta yang telah direzkikan oleh Tuhan kepada orang-orang yang disyari'atkan oleh agama memberinya, seperti orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak yatim dan lain-lain. 8 Kitab-Kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah Kitab-Kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada Para rasul. Allah menurunkan kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada rasul. Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. akhirat lawan dunia. kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir. 9 Ialah orang-orang yang mendapat apa-apa yang dimohonkannya kepada Allah sesudah mengusahakannya.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
152
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
terceIa.10 7. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas.11 8. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. 10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya. b. Orang Bertaqwa Termasuk yang tergolong pada tipe orang yang baik adalah orang yang disebut dalam Al-Qur’an orang yang bertaqwa. Adapun ciri-ciri orang yang bertaqwa dapat dilihat pada QS. Al-Imran:133-137 133. dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa, 134. (yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema'afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. 135. dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri sendiri[229],12 mereka ingat akan Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah? dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui. 136. mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang di dalamnya mengalir sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan Itulah Sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal. c. Orang Muhklishin Orang mukhilisin adalah orang yang selalu ikhlash dalam beramalnya. Semua amal ibadah atau perbuatan yang dilakukannya 10
Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. imam boleh melarang kebiasaan ini. Maksudnya: budak-budak yang dimiliki yang suaminya tidak ikut tertawan bersama-samanya. 11 Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya. 12 Yang dimaksud perbuatan keji (faahisyah) ialah dosa besar yang mana mudharatnya tidak hanya menimpa diri sendiri tetapi juga orang lain, seperti zina, riba. Menganiaya diri sendiri ialah melakukan dosa yang mana mudharatnya hanya menimpa diri sendiri baik yang besar atau kecil. [230] Yang dimaksud dengan sunnah Allah di sini ialah hukuman-hukuman Allah yang berupa malapetaka, bencana yang ditimpakan kepada orang-orang yang mendustakan rasul.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
153
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
diniatkan hanya semata-mata karena Allah swt. Hal ini sesuai dengan yang digambarkan dalam firman Allah QS. Al-Bayyinah:5 5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595],13 dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus Sementara diantara tipologi orang yang buruk yang digambarkan dalam Al-Qur’an yaitu : 1) Orang Kafir Orang kafir yang digambarkan dalam Al-Qur’an diantaranya adalah orang yang tidak mau mendengarkan peringatan Allah swt. Bahkan orang-orang semacam ini tidak ada perbedaan sama sekali antara yang diberi peringatan maupun tidak. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 6-7. 6. Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan, mereka tidak juga akan beriman. 7. Allah telah mengunci-mati hati dan pendengaran mereka[20], dan penglihatan mereka ditutup[21]. dan bagi mereka siksa yang Amat berat.14 2) Orang Munafiq Orang yang memiliki tipe ini adalah orang yang biasa disebut bermuka banyak. Tidak sesuai antara ucapan dan perbuatan, ingkar janji dan sering berdusta. Mengenai ciri-ciri orang munafiq Allah swt menjelaskan didalam Al-Qur’an diantaranya dalam QS. Al-Baqarah: 8 – 16 8. di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian[22]," pada hal mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. 13
Lurus berarti jauh dari syirik (mempersekutukan Allah) dan jauh dari kesesatan. Yakni orang itu tidak dapat menerima petunjuk, dan segala macam nasehatpun tidak akan berbekas padanya.[21] Maksudnya: mereka tidak dapat memperhatikan dan memahami ayatayat Al Quran yang mereka dengar dan tidak dapat mengambil pelajaran dari tanda-tanda kebesaran Allah yang mereka Lihat di cakrawala, di permukaan bumi dan pada diri mereka sendiri. 14
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
154
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
9. mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, Padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar. 10. dalam hati mereka ada penyakit[23], lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. 11. dan bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi[24]". mereka menjawab: "Sesungguhnya Kami orang-orang yang Mengadakan perbaikan." 12. Ingatlah, Sesungguhnya mereka Itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar. 13. apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman." mereka menjawab: "Akan berimankah Kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?" Ingatlah, Sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu. 14. dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka[25], mereka mengatakan: "Sesungguhnya Kami sependirian dengan kamu, Kami hanyalah berolok-olok1".15 15. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka 16. mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.
15
Hari kemudian Ialah: mulai dari waktu mahluk dikumpulkan di padang mahsyar sampai waktu yang tak ada batasnya.[23] Yakni keyakinan mereka terdahap kebenaran Nabi Muhammad s.a.w. lemah. Kelemahan keyakinan itu, menimbulkan kedengkian, iri-hati dan dendam terhadap Nabi s.a.w., agama dan orang-orang Islam. [24] Kerusakan yang mereka perbuat di muka bumi bukan berarti kerusakan benda, melainkan menghasut orang-orang kafir untuk memusuhi dan menentang orang-orang Islam. [25] Maksudnya: pemimpin-pemimpin mereka.
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
155
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
D. Strategi Merawat Karakter Tugas yang paling berat bagi para remaja yang telah memiliki karakter Islami yang baik adalah menjaganya. Memelihara termasuk perbuatan yang sangat sulit dilaksnakan bila dibandingkan dengan mencarinya. Untuk itu bila karakter Islami tersebut ibarat pohon16 yang rindang dan indah maka cara memeliharanya adalah sebagai berikut: 1.
Rawat akarnya dengan akidah yang benar Fungsi akar dalam pohon sangatlah berharga. Mati hidupnya sebatang pohon tergantung dari akarnya, bila akarnya kuat dan sehat maka pohon tersebut akan tetap hidup tapi jika akarnya rusak atau membusuk maka pohonnya pun akan layu dan rapuh. Untuk itu agar pohon karakter islami yang terpatri dalam sanubari menjadi kuat rawatlah selalu dengan akidah yang kuat. Yakinkan dengan seyakin-yakinnya sandaran hidup kita hanya kepada Allah swt, karena allah akan selalu hidup dan tidak akan pernah mati. Dengan demikian akar karakter yang kuat tadi akan terpelihara dengan kuat pula karena yang menjadi pegangan dan sandaran adalah dari sumber yang abadi.
2.
Sinari pohonnya dengan Nur Al-Qur’an dan Cahaya Dzikir Sebagai muslim harus meyakini bahwa Al-qur’an adalah sumber dari segala sumber bahkan cahaya yang dapat memberi petunjuk dan selalu menyinari pengikutnya dimanapun berada. Bila pohon karakter islami selalu disinari oleh sinar cahaya yang tidak diragukan lagi kebenaran sumber cahayanya maka otomatis pohon tersebut akan terus tersinari dan tidak akan pernah menemukan kegelapan.
3.
Sirami pohonnya dengan Ibadah Selain harus dirawat, dan sinari pohon karakter islami juga harus selalu disirami agar selalu tumbuh subur dan sehat. Adapun cara menyiraminya yaitu dengan giat beribadah pada Allah swt. Melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang. 16
Ibarat atau contoh ini diambil dari bukunya Harjani Hepni, The 7 Islamic Daily Habits, Hidup Islami dan Modern berbasis Al-Fatihah, Jakarta:Pustaka Ikadi, 2008, hlm.270-281
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
156
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
4.
Pupuk pohonnya dengan Da’wah dan kisah para Nabi dan orang-orang Shaleh Selanjutnya jangan lupa pohon karakter islami yang sudah tumbuh baik dan sehat agar dipupuk. Hal ini dikarenakan bila tidak dipupuk dikhawatirkan pohon yang tumbuh akan menjadi kerdil. Adapun cara memupuknya yaitu dengan cara mendengarkan siraman rohani, seringan membaca kisah-kisah para nabi serta sering membaca kisah-kisah para auliya dan solihin.
5.
Pagari pohonya dengan Taqwa dan Do’a Berikutnya agar aman dari berbagai ancaman dari luar, maka segeralah karakter islami tersebut dipagari dengan taqwa dan do’a. Dengan bertaqwa maka kita akan selalu merasa diawasi, dikontrol dan dibina langsung oleh Allah swt. Selain itu, harus memperbanyak berodo’a, karena do’a adalah senjatanya orang muslim.
6.
Hindari penyakit-penyakit yang bisa merusak pohon tersebut Adapun penyakit yang dapat merusak pohon karakter islami yang sudah ada pada diri kita adalah seperti hasad dan dengki, sombong, ria, munafiq dan fasiq. Semua penyakit tersebut harus dibasmi jauh-jauh dari diri kita.
DAFTAR PUSTAKA
Aat syafaat DKK. 2008. Peranan pendidikan agama islam dalam mencegah kenakalan remaja (juvenile delinquency) Abdurrahman an-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah, dan Masyarakat (terj.Shihabuddin), Gema Insani Press, Jakarta, 1995 Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan (Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja). Bandung: PT Refika Aditama. Ahmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia, Revitalisasi Pendidikan Karakter terhadap Keberhasilan Belajar dan Kemajuan
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
157
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
Bangsa, Yogyakarta: Arruz Media, 2011 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Remaja Rosdakarya, Bandung: 1991 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, Rosdakarya, Bandung, 1999 Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama dalam Keluarga, Remaja Rosdakarya, Bandung: 1995 Dadang Nawari, Al-Qur’an : Ilmu Kesehatan Jiwa dan Kesehatan Jiwa, Jakaarta: Dana Bakti Prima Yasa, 1996, hlm. 236 Dr. Muhammad Sayyid Muhammad Az-Za’balawi, Pendidikan Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa, Cetakan I, Jakarta, Gema Insani Pers, 2007 Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung: Pustaka Setia. Harjani Hepni, The 7 Islamic Daily Habits, Hidup Islami dan Modern berbasis Al Fatihah, Jakarta:Pustaka Ikadi, 2008 Hamzah Ya’qub, Etika Islam, CV.Diponegoro, Bandung, 1983 Jamal Ma’mur Asmani, Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah, Yogyakarta: DIVA Press, 2011 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995 Muhammad Utsman Najati, Psikologi Qur’ani:dari Jiwa hingga Ilmu Laduni, Penerbit Marja, Bandung, 2010 Mustaqim dan Abdul Wahib, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1991 Quraish-shihab, Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat, Bandung, Mizan, 1996 Ruqayyah Waris Maqsood, Mengantar Remaja ke Surga, Al-Bayan, Bandung, 1997 Sarmono sarlito wirawan. 1989. Psikologi remaja. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Sarwono, Sarlito Wirawan. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. www. Dikdas.kemdiknas.go.id, diakses 3 januari 2013 Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, Bulan Bintang, Jakarta, 1975
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
158
Strategi Mendidik Remaja Berbasis Psikologi dan Karakter Islami
TARBAWY: Jurnal Pendidikan Islam
159