STRATEGI LAZ BAITUL MAAL HIDAYATULLAH DALAM MENJAGA LOYALITAS DONATUR SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (S.E,Sy)
Oleh:
ABDUL MUID NIM. 107 0461 02108 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1.
Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memenuhi strata satu di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan, telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Apabila di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau tuntunan dari pihak lain, bukan menjadi tanggung jawab dosen pembimbing atau Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, tetapi menjadi tanggung jawab saya sendiri dan bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa paksaan
dari siapapun.
Jakarta, 2 4 M e i 2 0 1 1 20 Jumadil al-Tsaniyah 1432 H Penulis
Abdul Muid
iv
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puja dan syukur tak terhingga dari hati dan pikiran yang tulus kehadirat Allah SWT rabb al-izzati karena berkat nikmat kesempatan dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir kuliah ini. Shalawat serta salam semoga tetap dilimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-Nya yang bersedia mengorbankan jiwa dan raganya untuk menegakkan kalimat Ilahi, yang tetesan embun ajarannya hingga kini masih terasa. Penulis menyadari penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dan memberikan semangat dan motivasi yang sangat dahsyat dalam menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu penulis memanjatkan syukur dan doa yang tulus, semoga Allah SWT senantiasa memberikan kasih sayang-Nya, dan hidayahNya kepada mereka semua. Ucapan terima kasih khusus penulis persembahkan kepada : 1.
Prof. Dr. Drs. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Dr. Euis Amalia, M.Ag selaku Ketua Prodi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.
Dr. H. Afifi Fauzi Abbas, MA. yang sabar dan rela untuk mebimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini. v
4.
LAZNAS Baitul Maal Hidayatullah (BMH) (Pak Rama Wijaya, Pak Wahyu, Pak Ismail dan seluruh staf BMH) yang telah ikhlas memberikan kesempatan dalam penelitian skripsi ini.
5.
Seluruh Dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya dosen Fakultas Syariah dan Hukum yang telah mengamalkan ilmu dan pengalamannya kepada penulis selama di bangku kuliah.
6.
Kedua orang tuaku tercinta H. Abdul Muid dan Ibunda Hj. Siti Zahrah, Kakakkakaku tersayang, Kak Tuan Azkhan, Kak Tuan Manan, Kak Fatma dan Fatya beserta keluarga tercinta yang tak kunjung reda dalam sejadah doa dan selalu memberikan perhatian dan dorongan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.
7.
Beserta semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dan motivasi yang penulis tidak bisa menyebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT melindungi kita semua. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi ini bisa memberikan kontribusi yang luas bagi cakrawala ilmu pengetahuan. Amin
Jakarta, 2 4 M e i 2 0 1 1 20 Jumadil al-Tsaniyah 1432 H
Penulis
vi
DAFTAR ISI HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................................... iv KATA PENGANTAR ........................................................................................................ v DAFTAR ISI .................................................................................................................... viii DAFTAR TABEL .............................................................................................................. xi DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................ xii ABSTRAK ...................................................................................................................... xiii BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1 B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..................................................... 10 C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian .............................................................. 11
D. Review Studi Terdahulu.......................................................................... 13 E. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan ................................................ 15 F. Sistematika Penulisan ............................................................................. 19 BAB II
MANAJEMEN ZAKAT, LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN LOYALITAS A. Manajemen Zakat .................................................................................... 21 B.
Tinjauan Tentang Lembaga Amil Zakat ............................................... 34
C. Loyalitas ................................................................................................ 39
viii
BAB III
SEJARAH SINGKAT LEMBAGA AMIL ZAKAT BAITUL MAAL HIDAYATULLAH A. Latar Belakang Berdiri BMH .................................................................. 45 B. Visi dan Misi BMH ................................................................................. 49 C. Tujuan dibentuk BMH ............................................................................ 49 D.
Struktur Organisasi BMH ...................................................................... 50
E. Diskripsi Tugas Masing-masing Departemen ......................................... 50 F. Macam-macam Program yang didentuk BMH ....................................... 53 G. Produk Jasa dan Layanan BMH .............................................................. 57 H. Mitra Kerjasama BMH............................................................................ 59 I. BAB IV
Cabang-cabang BMH .............................................................................. 61
STRATEGI LAZ BAITUL MAAL HIDAYATULLAH DALAM MENJAGA LOYALITAS DONATUR A. Urgensi Penerapan Strategi Loyalitas di BMH ....................................... 63 B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Donatur di BMH ............ 64 C. Strategi BMH Dalam Upaya Menjaga Loyalitas Donatur ...................... 65 D. Faktor-faktor Pemilihan Strategi Loyalitas Donatur .............................. 78 E. Kemudahan dan Hambatan Dalam Menerapkan Strategi Loyalitas ....... 79 F. Analisis Tingkat Perkembangan BMH Setelah Menerapkan Strategi Loyalitas Donatur .................................................................................... 80
ix
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan .............................................................................................. 89 B. Saran ........................................................................................................ 91
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 93 Lampiran-lampiran ............................................................................................................ 96
x
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 : Jumlah Penghimpunan Zakat Tahun 2001-2010 ............................................ 2 Table 1.2 : Jumlah Penghimpunan ZIS di LAZ Baitul Maal Hidayatullah ...................... 4 Tabel 3.1 : Cabang-cabang Baitul Maal Hidayatullah .................................................... 61 Table 4.1 : Pertumbuhan Donatur Baitul Maal Hidayatullah 2006-2010 ....................... 82 Table 4.2 : Penghimpunan Dana ZIS Baitul Maal Hidayatullah 2006-2010 .................. 84 Table 4.3 : Persentase Penerima Manfaat Dana ZIS Baitul Maal Hidayatullah ............. 87
xi
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 : Konstruk Kepercayaan Donatur ................................................................ 44 Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Baitul Maal Hidayatullah .......................................... 50 Gambar 4.1 : Mekanisme Implementasi Strategi Loyalitas Donatur Baitul Maal Hidayatullah .............................................................................................. 70 Gambar 4.2 : Diagram Pertumbuhan Donatur Baitul Maal Hidayatullah 2006-2010 .... 82 Gambar 4.3 : Diagram Pertumbuhan Penghimpunan Dana ZIS Baitul Maal Hidayatullah 2006-2010 ............................................................................ 84 Gambar 4.4 : Penerima Manfaat Baitul Maal Hidayatullah............................................ 87
xii
ABSTRAK Pertumbuhan jumlah Lembaga Amil Zakat (LAZ) di Indonesia membuktikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian umat karena dari dana-dana yang terhimpun dari lembaga zakat akan bermanfaat untuk pemberdayaan ekonomi kaum dhuafa. Namun demikian dengan jumlah LAZ yang banyak tersebut akan memicu persaingan tiap LAZ dalam meraih simpati tiap donatur. Dengan demikian tiap lembaga zakat dituntut untuk menciptakan kepercayaan dan keloyalan kepada donatur agar tiap lembaga zakat bisa menjalankan operasional kegiatannya. Atas dasar inilah peneliti tertarik melakukan penelitian di sebuah lembaga zakat yaitu Baitul Maal Hidayatullah (BMH), dengan tujuan untuk mengetahui strategi menjaga loyalitas terhadap donatur di lembaga ini. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yaitu mengorganisir semua data malalui observasi, wawancara teknis dokumentasi
dengan memilah milahnya menjadi satu kesatuan yang dapat dikelola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, serta memutuskan apa yang dapat diceritakan mengenai strategi loyalitas donatur oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa loyalitas donatur Baitul Maal Hidayatullah (BMH) selalu meningkat terlihat dari indikator jumlah donatur yang banyak di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) serta pertambahan jumlah donatur tiap tahunnya. Selain itu penghimpunan jumlah dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS), terus meningkat tiap tahunnya dan kenaikan tersebut dengan rata-rata 41% tiap tahunnya. Lembaga ini memberikan pelayanan yang baik untuk para donatur yang dimulai dari transparansi dalam penghimpunan dan pendistribusian untuk meningkatkan keloyalitasan donatur.
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Sepanjang tahun 2001 sampai sekarang merupakan era kebangkitan baru dalam perekonomian Indonesia yaitu dengan kehadiran Badan Amil Zakat (BAZ) serta Lembaga-lembaga Amil Zakat (LAZ) Nasional yang secara hukum disahkan oleh pemerintah melalui Undang-undang No. 38 tahun 1999. Peran Badan Amil Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi kaum dhuafa sangat signifikan, terbukti dengan tumbuhnya pengelolaan zakat dengan pola distribusi pada arah pengembangan produktivitas mustahik. Zakat merupakan solusi terbaik dalam membangun ekonomi kaum dhuafa, hal itu dikarenakan zakat adalah sumber dana yang tidak akan pernah kering dan habis. Artinya, selama umat Islam memiliki kesadaran untuk berzakat dan selama dana zakat tersebut mampu dikelola dengan baik, maka dana zakat akan selalu ada serta bermanfaat untuk kepentingan dan kemaslahatan masyarakat. Zakat sebagai salah satu kewajiban seorang mukmin yang telah ditentukan oleh Allah swt tentunya mempunyai tujuan, hikmah dan faedah seperti kewajiban yang lain, diantara hikmah tersebut tercermin dari urgensinya yang
1
2
dapat memperbaiki kondisi masyarakat, baik dari aspek moril maupun materil.1 Sedangkan menurut Didin Hafidhuddin lima hikmah dan manfaat zakat yaitu. Pertama, sebagai perwujudan keimanan kepada Allah swt. Kedua, berfungsi untuk menolong mambantu dan membina terutama fakir miskin ke arah kehidupan yang lebih baik. Ketiga, sebagai pilar amal bersama (jama’i) antara orang kaya yang berkecukupan hidupnya
dan para mujahid yang seluruh
waktunya berjihad di jalan Allah swt. Keempat, sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana dan prasarana yang harus dimiliki umat Islam. Kelima, untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar.2 Zakat sebagai salah satu instrument kebangkitan ekonomi bangsa memiliki potensi yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dalam satu dekade terakhir ini, tampak terdapat kecenderungan peningkatan jumlah penghimpunan dana zakat. Dari data yang berhasil dihimpun oleh the Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ), terlihat peningkata dalam penghimpunan dana zakat, terutama melalui organisasi pengelola zakat (OPZ) di Indonesia. Tabel 1.1 : Jumlah Penghimpunan Zakat Tahun 2001-2010
1
Tahun
Jumlah
2001
62.780.000.000,00
2002
80.370.000.000,00
Fakhruuddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang : UIN Malang Press, 2008),
h. 24 2
Didin Hafhiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta : Gema Insani Press, 2002), h. 10-11
3
2003
99.710.000.000,00
2004
167.590.000.000,00
2005
295.320.000.000,00
2006
413.920.000.000,00
2007
444.070.000.000,00
2008
570.670.000.000,00
2009
1.200.000.000.000,00
2010 1.500.000.000.000,00 Sumber : Analisa the Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) diakses di www.hanumisme.com/2009/12/28/potensi-zakat2010/ pada tanggal 16 Oktober 2010 Dari data tersebut, terlihat jelas bahwa terjadi peningkatan jumlah pengumpulan zakat dalam Organisasi Penghimpun Zakat (OPZ). Persentase kenaikan tertinggi terjadi antara kurun tahun 2004 ke 2005. Dalam rentang waktu tersebut, penghimpunan zakat mengalami kenaikan sebesar hampir 71,75 persen, dari total nilai penghimpunan sebelumnya sebesar Rp.167,59 miliar menjadi Rp.287,84 miliar. Sementara itu, peningkatan jumlah persentase penghimpunan terendah terjadi antara tahun 2006 ke 2007. Dalam selisih tahun tersebut, terjadi persentase negatif total penghimpunan sebesar 7,28 persen, dari total penghimpunan tahun 2006 sebesar Rp. 413,92 miliar menjadi 444,07 miliar rupiah.3 Selama dekade terakhir ini juga ada kemajuan yang cukup pesat dalam penggalangan dana umat yang dilakukan oleh beberapa lembaga sosial Islam.4
3
The Indonesia Magnificence of Zakat (IMZ) diakses www.hanumisme.com/2009/12/28/potensi-zakat-2010/ pada tanggal 16 Oktober 2010 4 Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah, Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia, (Jakarta : Piramedia, 2005), h. 3
4
Salah satunya yaitu Baitul Maal Hidayatullah Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merupakan salah satu lembaga amil zakat nasional yang berusaha mengimplementasikan visi pengelolaan zakat yang amanah, transparan, profesional dan inovatif serta berusaha melaksanakan tujuan besar sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ) yaitu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam penunaian, pelayanan dan meningkatkan hasil guna dari dana Zakat Infaq, Shadaqah (ZIS). Eksistensi dari Baitul Maal Hidayatullah dapat dilihat dari keberhasilan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menciptakan program-program pengelolaan dana Zakat Infaq, Shadaqah (ZIS) yang transparan seperti program pendidikan, sosial, ekonomi dan dakwah. Selain itu bukti keeksistensiannya Baitul Maal Hidayatullah berhasil membuka cabang dihampir seluruh propinsi yang ada di Indonesia sehingga dalam tiap tahun penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) cukup besar Tabel 1.2. Jumlah Penghimpunan ZIS di LAZ BMH 2001-2010 Tahun
Jumlah
2001
13.500.000.000,00
2002
1.914.256.702,98
2003
1,761.006.729,00
2004
3.255.495.006,00
2005
6.422.111.121,00
2006
7.383.360.101,00
2007
10.793.648.307,00
5
2008
15.849.548.237,00
2009
16.759.780.000,00
2010 (sampai 8.354.934.356,00 Oktober) Sumber: Dokumen Forum Zakat (FOZ) Grand Total Penggalangan Dana Lembaga Amil Zakat, diakses di situs resmi FOZ www.forumzakat.net pada tanggal 16 Oktober dan Majalah bmhnews edisi November 2010 h. 21 Dari data di atas tahun 2001 yaitu tahun sejak disahka Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) oleh pemerintah hingga tahun 2003 terjadi tren tahun penurunan yang sangat tajam dari jumlah penghimpunan Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) yaitu sebesar 666,6 persen. Banyak lembaga amil zakat yang berdiri pasca dikeluarkannya UU No. 38 tahun 1999 khususnya pada tahun 2002-2006 salah satu faktor penurunan tingkat penghimpunan zakat di BMH. Pada tahun 2002 misalnya, Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang telah mendapatkan legalitas dari pemerintah seperti Bangun Sejahtera Mitra Umat, LAZ Dewan Dakwah, LAZ Muhammadiyyah, LAZ Persis, Portal Infaq, Baitul Maal BRI, Baitul Maal wa Tamwil Jakarta. Kalau pada tahun 2001 Lembaga Amil Zakat (LAZ) baru berdiri sebanyak delapan Lembaga. Adapun tahun 2006 sudah berdiri Lembaga Amil Zakat (LAZ) sebanyak 16 LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional) yang sudah dilegalkan oleh pemerintah yang berdiri di berbagai propinsi.5 Adapun faktor internal yang mempengaruhi penghimpunan turun adalah belum berpengalamannya Lembaga Amil Zakat (LAZ) dalam 5
2011, h. 5
Majalah INFOZ, Media Infomasi Organisasi Pengelola Zakat, edisi 12 TH IV Mei- Juni
6
penerapan manajemen internal pengelolaan dana Zakat, Infaq,Shadaqah (ZIS) sehingga menyebabkan tingkat kepercayaan (trust) dari masyarakat rendah yang pada akhirnya mudah bagi donatur untuk menyalurkan dana mereka ke tempat lain yang dipercaya.6 Seiring tingkat pengalaman Baitul Maal Hidayatullah (BMH) bertambah dalam menghimpun dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) dan berbagai cara dan strategi yang ditempuh untuk menghimpun dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) Dalam rentang waktu 2003 sampai 2008 penghimpunan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) terus meningkat, jumlah kenaikan tersebut tidak kurang dari 35,12 persen pertahun dan 2007-2008 merupakan kenaikan yang sangat signifikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp 5,054 miliar atau naik sebesar 46,81 persen. Sementara itu dari keterangan forum zakat (FOZ) rasio produktivitas dari BMH sebesar 77,7 persen. Ini berarti bahwa penyaluran dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mengalami pertmbuhan yang signifikan dan penyaluran Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) yang tepat sasaran dengan pengembangan fokus program pendidikan dakwah dan ekonomi.7 Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) belum mampu menghimpun potensi dana zakat yang ada, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan Lembaga Amil zakat lainnya mengalami problem yang sama yaitu semenjak 6
Ria Casmi Arrsa, Negara Dalam Merevitalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Upaya Strategis MenanggulanganKemiskinan Di Indonesia, diakses dari http://www.legalitas.org. pada tanggal 15 Oktober 2010 7 Media Informasi Organisasi Pengelola Zakat (INFOZ), Edisi 3 tahun V Oktober – November, h. 14
7
tahun 1999, Indonesia yang telah memiliki Undang-Undang zakat yang secara substansi Undang-Undang tersebut memberikan aturan
dan pola hubungan
antara lembaga amil zakat baik yang dikelola oleh masyarakat maupun oleh pemerintah dimana perkembangan pengelolaan zakat dan pemanfaatannya belum optimal jika dilihat dari potensi yang dimiliki hal ini dikarenakan oleh bebarapa faktor seperti : 1.
Lemahnya penerapan prinsip manajemen organisasi di dalam pengelolaan dana zakat.
2.
Rendahnya penguasaan teknologi oleh institusi amil zakat
3.
Lembaga amil zakat masih dipandang sebagai lembaga grassroot dan tidak professional. Akibatnya Muzakki, Munfiq, dan Mushadiq (dalam hal ini disebut donatur) mempunyai motivasi yang cukup menjalankan
kewajibannya,
artinya
masih
banyak
rendah dalam keraguan
yang
menghampiri para donatur untuk menyalurkan dananya pada satu lembaga. Sehingga menjadi godaan tersendiri bagi para donatur untuk berpindah antara satu lembaga pengelola Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) ke lembaga sejenis lainnya, atau bahkan menyampaikan Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) secara langsung ke mustahik8. Dalam survey yang dilakukan oleh Ford Foundation bekerja sama dengan UIN Syarif Hidayatullah yakni 61 persen zakat fitrah dan 93 persen zakat maal diberikan langsung kepada penerima. 8
Erni Yanti Siregar, Kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ) Nasional Dompet Dhuafa Republika dalam Pengelolaan Dana ZIS, diakses dari, http://www.mb-ipb.org. tanggal 15 Oktober 2010
8
Penerima zakat fitrah dan zakat maal terbesar (70 persen) adalah masjidmasjid, BAZ pemerintah hanya mendapatkan 5 persen zakat fitrah dan 3 persen zakat maal, serta LAZ swasta hanya 4 persen zakat maal.9 Persaingan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dengan lembaga amil zakat yang lainnya dalam menghimpun dan merangkul donatur begitu ketat terlihat dari banyak lembaga amil zakat yang dikelola oleh masyarakat seperti Yayasan Dompet Dhuafa (DD) di Jakarta, Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) di Surabaya, Yayasan Darut Tauhid (DT) di Bandung, Pos Keadilan Peduli Umat (PKPU) di Jakarta, Dompet Sosial Umul Quro (DSUQ) di Bandung, Lagzis di Jakarta yang telah melakukan penggalangan dana umat secara profesional dan inovatif.10 Banyaknya lembaga amil zakat yang muncul menyebabkan donatur dihadapkan pada berbagai pilihan lembaga amil zakat yang pada akhirnya bisa memungkinkan donatur untuk beralih lembaga pada amil zakat lain, terlebih lagi jika lembaga amil zakat tersebut membuat suatu perubahan dan menawarkan karakteristik pengelolaan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) yang lebih unggul untuk memberikan kepuasan terhadap donatur atas dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) yang mereka salurkan. Berbagai program yang berpariasi ditawarkan oleh lembaga-lembaga zakat kepada donatur membuat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) lebih berhati-hati
9
Achmad Setiyaji, Potensi ZIS dan Problem Pengelolaan, diakses dari http://www.rumahzakat.org/detail.php?id=1628&kd=B. diakses pada tanggal 07 Oktober 2010 10 Zaim Saidi dan Hamid Abidin, Menjadi Bangsa Pemurah, Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia, (Jakarta : Piramedia, 2005), h. 3
9
dalam merancang strategi penghimpunan (fundraising) Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS). Salah satu cara agar dapat menghimpun dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) dari para donatur
adalah dengan memperoleh donatur sebanyak-
banyaknya. Lembaga amil zakat akan berhasil memperoleh donatur dalam jumlah yang banyak apabila dinilai dapat memberikan kepuasan bagi para donatur. Kepuasan donatur yang tercipta dapat memberikan beberapa manfaat, antaranya hubungan antara Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan donatur menjadi harmonis, memberikan dasar yang baik bagi penyaluran ulang, membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan tercipta loyalitas Donatur. Donatur yang puas dan loyal (setia) merupakan peluang bagi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk mendapatkan donatur baru. Dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) yang besar yang dihimpun oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dapat terjadi karena cabang Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang begitu luas dan adanya donatur baru, maupun penyaluran ulang oleh donatur lama. Terjadi penyaluran ulang ini disebabkan oleh kepuasan donatur sehingga hal tersebut akan menciptakan loyalitas donatur. Adanya donatur yang loyal terhadap Baitul Maal Hidayatullah (BMH) akan dapat meningkatkan penghipunan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) dan mampu mempertahankan posisi yang baik sebagai lembaga filantrofi. Mengetahui akan penting suatu loyalitas donatur, maka menarik bagi peneliti untuk melakukan penelitian tentang strategi Lembaga Amil Zakat Baitul
10
Maal Hidayatullah dalam menjaga dan mempertahankan loyalitas para donatur (muzakki, munfiq, mushadiq) yang dituangkan dalam bentuk skripsi berjudul “Strategi LAZ Baitul Maal Hidayatullah dalam Menjaga Loyalitas Donatur” B.
Pembatasan dan Perumusan Masalah Baitul Maal Hidayatullah (BMH) selama ini mengalami peningkatan jumlah penghimpunan dana Zakat, Infak, dan Shadaqah (ZIS) dari tahun ke tahun,
Oleh sebab itu muncul pertanyaan apakah peningkatan jumlah dana
Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) disebabkan oleh
jumlah cabang Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) yang banyak yang berdiri di berbagai daerah sehingga penghimpunan dana ZIS di setiap daerah bisa tergali, atau pengaruh dari mutu kinerja strategi yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) pusat dalam dan meningkatkan loyalitas donatur sehinggga meningkatkan jumlah dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) . Berdasarkan masalah-masalah yang diidentifikasi di atas agar mendapatkan suatu batasan penelitian yang jelas sekaligus mencegah pembahasan yang meluas yang tidak ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas, selain itu karena keterbatasan ilmu dan pengetahuan serta waktu dan tenaga yang dimiliki oleh penulis, maka penulis membatasi ruang lingkup penelitian pada, bagaimana strategi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas donatur. Hal ini bertujuan untuk mengetahui lebih banyak strategi yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga kepercayaan para donatur agar
11
terbentuk image yang baik tentang Baitul Maal Hidayatullah serta bertujuan untuk meningkatkan penghimpunan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) Dari pembatasan masalah tersebut, untuk lebih memudahkan penulis dalam pembahasan skripsi ini, maka penulis membuat rumusan masalah yang muncul dalam penelitian ini yang berbentuk pertanyaan sebagai berikut: 1.
Apa strategi yang diaplikasikan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas donatur?
2.
Mengapa Baitul Maal Hidayatullah (BMH) memilih menggunakan strategi tersebut?
3.
Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk mengaplikasikan strategi yang dipilih?
4.
Bagaimana tingkat perkembangan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) setelah menerapkan strategi menjaga loyalitas donatur tersebut?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian skripsi ini adalah 1. Untuk mengetahui strategi yang diaplikasikan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas donatur 2. Untuk mengetahui mengapa Baitul Maal Hidayatullah (BMH) memilih menggunakan strategi tersebut 3. Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk mengaplikasikan strategi tersebut.
12
4. Untuk mengetahui tingkat Perkembangan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) setelah menerapkan strategi menjaga loyalitas Donatur. Adapun manfaat praksis dari penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat kelulusan strata satu serta persyaratan memperoleh gelar sarjana ekonomi syariah (S.E,Sy) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian skripsi ini adalah : a. Teoritis 1) Bagi penulis khususnya mampu menambah cakrawala keilmuan dan mengembangkan pikiran yang berupa konsep atau gagasan yang bisa dianalisa lewat penelitian ini. 2) Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan teori baru dan atau sebagai pengembangan teori mengenai strategi atau manajemen menjaga loyalitas donatur
khususnya donatur dari Baitul Maal Hidayatullah
(BMH) b.
Praktis 1) Secara praktis penelitian ini diharapkan berguna bagi para praktisi khususnya Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sebagai acuan dan perbandingan dengan lembaga zakat yang lainnya. 2) Penelitian dapat dijadikan sebagai pedoman atau referensi yang bisa memberikan sumbangsih dalam bentuk karya ilmiah untuk kemudian dijadikan bahan kajian dalam mengembangkan konsep manajemen atau
13
strategi menjaga loyalitas khususnya loyalitas dari donatur Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) D. Review Studi Terdahulu Berdasarkan kajian yang telah dilakukan penulis belum menemukan penelitian ini sebelumnya. Namun sebagai acuan penulis mengambil beberapa skripsi yang menjadi bahan acuan adalam membuat skripsi ini yaitu : 1.
Fachri
Firdaus
dengan
judul
skripsi
Strategi
Pengembangan
Organisasi Pengelolaan Zakat (OPZ) mahasiswa program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 203046101698. Isi Masalah dari skripsi yang diangkat yaitu a)
Apa saja yang harus dilakukan dalam mengembagkan organisasi terutama pada Organisasi Pengelola Zakat (OPZ)
b) Bagaimanakah strategi pengembangan OPZ yang dilakukan oleh LAZ PKPU c)
Apa yang menjadi kekuatan adan kelemahan serta peluang dan tantangan dari kegiatan pengembangan organisasi yang dilakukan PKPU
d) Bagaimana analisa strategi pengembangan organisasi LAZ PKPU Adapun perbedaan dari skripsi yang penulis akan teliti yaitu, bahwa skripsi ini hanya membahas bagaimana strategi mengembangkan suatu organisasai zakat. Akan tetapi dalam penelitian penulis akan memaparkan strategi bagaimana organisasi itu berkembang dengan strategi menjaga donatur tetap
14
loyal dalam menyalurkan dana mereka pada Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sehingga Baitul Maal Hidayatullah (BMH) itu sendiri dapat berkembang dengan pesat. 2.
Abdul Alim dengan judul skripsi Pemberdayaan Ekonomi Mustahik Zakat Perusahaan pada Baitul Maal Muamalat mahasiswa Program Studi Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Syarif Hidayatullah dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 205046100589. Isi Masalah yang ada dalam skripsi ini adalah : a)
Bagaimana konsep pemberdayaan ekonomi mustahik dengan zakat perusahaan
b) Bagaimana pola pengumpulan dan pendayagunaan ZISWAF yang dilakukan Baitul Maal Muamalat c)
Bagaimana hasil pencapaian BMM dalam memperdayakan ekonomi mustahik
Adapun Perbedaan dengan skripsi iini adalah dalam kajian skripsi ini penulis tidak hanya memaparkan bagaimana strategi penggalangan dana akan tetapi bagaimana juga cara mempertahankan donatur agar tetap menyalurkan dana mereka pada Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Didasari kajian review ini penulis tertarik untuk meneliti strategi yang dikembangkan LAZ Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas para donatur dalam memertahankan kontinyuitas penghimpunan dana di Baitul Maal Hidayatullah (BMH). penulis beranggapan penulisan karya tulis ini sangat
15
penting karena melihat perkembangan Lembaga-lembaga amil zakat saat ini. Selain membahas penghimpunan dana, masalah Lembaga Amil Zakat (LAZ) ini belum secara khusus membicarakan masalah loyalitas Donatur Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS). E. Metode Penelitian dan Teknis Penulisan Salah satu tahapan urgen dalam penulisan karya ilmiah adalah penerapan metodologi yang tepat yang digunakan sebagai pedoman penelitian dalam mengungkap fenomena dan
untuk menjawab rumusan masalah yang telah
diuraikan maka perlu bagi penulis untuk menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini yaitu : 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian yang datanya bersifat kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu penelitian yang menggambarkan suatu gejala data-data dan informasi yang berdasarkan pada fakta yang diperoleh di lapangan11. Kemudian penulis menggambarkan atau memaparkan analisis data tentang strategi menjaga loyalitas donatur yang kemudian diambil kesimpulan. Dengan metode deskriptif analisis ini, penulis mengumpulkan dan memaparkan data yang diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan (Field Research).
11
h. 35
Irawan Soehartono, Penelitian Sosial, (Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1995) cet. 1
16
2. Pendekatan Adapun penelitian ini menggunakan pendekatan manajemen (approach managemen) yang bertujuan untuk mempelajari strategi-strategi yang diterapkan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Dalam penelitian ini focus penelitian adalah pada bagaimana strategi yang digunakan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas. 3. Sumber Data Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan dua jenis sumber data, yaitu: a.
Data Primer, dalam hal ini penulis mengambil data melalui penelitian langsung melalui pihak yang terkait dengan pembahasan skripsi ini guna memperoleh data-data mengenai strategi menjaga loyalitas donatur. Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh suatu organisasi atau perorangan langsung dari objeknya12.
b.
Data Sekunder. Dimana dalam hal ini penulis memperolah data atau informasi melalui buku, jurnal, surat kabar, artikel, media internet atau data-data yang dikeluarkan oleh LAZ Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Data sekunder yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan13.
12
Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam, (Jakarta : Rajawali Press, 2008), h.
13
Ibid., h. 103
101
17
4. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini proses pengambilan data akan diperoleh melalui metode-metode sebagai berikut a. Observasi, Dalam observasi ini penulis langsung mendatangi tempat penelitian yaitu Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang dalam hal ini penulis mendatangi kantor Baitul Maal Hidayatullah (BMH), pihak-pihak yang punya jabatan di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dengan mengamati sendiri kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan sebenarnya b. Wawancara Dalam hal ini Penulis melakukan tanya jawab secara lisan dan bertatap muka secara langsung dengan mengajukan pertanyaan kepada pihak Baitul Maal Hidayatullah (BMH) seperti direktur utama, Fund manajer, manajer Fund Distribution mengenai Staregi menjaga loyalitas Donatur. Adapun yang ditanyakan seperti terkait dengan laporan keuangan, laporan jumlah donatur tiap tahun, jumlah donasi yang dikeluarkan oleh setiap donatur, faktor internal dan eksternal perusahaan dan seluruh masalah yang terkait dengan strategi menjaga loyalitas yang diterapkan oleh LAZ Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
18
c. Dokumentasi Dalam hal ini penulis mengumpulkan data berupa data-data tertulis yang ada pada diliteratur-literaur buku, jurnal, surat kabar, atikel, dan referansi lainnya yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang penomena yang masih aktual mengenai strategi menjaga loyalitas donatur serta dianalisa dengan data yang diperolah oleh penulis di LAZ Baitul Maal Hidayatullah (BMH) 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisis induktif yaitu teknik menganalisa temuan-temuan penelitian muncul dari keadaan umum, tema-tema dominan dan signifikan yang ada dalam data tanpa mengabaikan hal-hal yang muncul oleh struktur metodologisnya.14 Pendekatan analisis induktif ini untuk membantu pemahaman yang jelas dalam mengolah data dan memberikan penjelasan yang baik untuk mengetahui temuan-temuan strategi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas donatur. 6. Teknik Penulisan Sebagai pedoman skripsi ini, penulis merujuk kepada buku “pedoman penulisan skripsi” Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2007
14
297
Lexy J Moleong , Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005), h.
19
F. Sistematika Penulisan Hasil akhir dari penulisan ini akan dituangkan dalam laporan tertulis dengan sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I Pendahuluan Bab ini membahas latar belakang masalah,
pembatasan masalah dan
perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metode penelitian dan teknik penulisan, sistematika penulisan. BAB II Strategi, Loyalitas dan Lemabaga Amil Zakat Bab ini membahas tentang manajemen startegi yang meliputi pengertian strategi, elemen-elemen strategi, proses perancanaan strategi bagi organisasi nirlaba, nilai -nilai perencanaan strategi organisasi nirlaba. Loyalitas membahas pengerrtian loyalitas, faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas, dan cara mempertahankan loyalitas. Lemabaga Amil Zakat (LAZ) membahas tentang pengertian LAZ, urgensi lembaga amil zakat, urgensi loyalitas donatur bagi amil zakat dan hikmah adanya lembaga amil zakat (LAZ) BAB III Sejarah Singkat Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Bab ini menguraikan tentang objek penelitian secara komprehensif antaranya, latar belakang berdiri Baitul Maal Hidayatullah (BMH), visi dan misi Baitul Maal Hidayatullah (BMH), tujuan didirikan Baitul Maal Hidayatullah (BMH), struktur organisasi Baitul Maal Hidayatullah (BMH), diskripsi tugas masing-masing departemen, macam – macam program Baitul Maal Hidayatullah
20
(BMH), produk – produk Baitul Maal Hidayatullah (BMH), mitra kerjasama, cabang – cabang Baitul Maal Hidayatullah (BMH) BAB IV Strategi LAZ Baitul Maal Hidayatullah dalam Menjaga Loyalitas Donatur Bab ini memuat uraian secara rinci mengenai semua temuan-temuan yang dihasilkan yaitu, Urgensi penerapan strategi loyalitas donatur di Baitul Maal Hidayatullah (BMH), faktor-faktor yang mempengaruhi loyalitas donatur di Baitul Maal Hidayatullah (BMH), strategi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam upaya menjaga loyalitas donatur, langkah-langkah Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam merumuskann strategi menjaga loyalitas, Mekanisme penerapan strategi loyalitas di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) implementasi strategi, faktor-faktor pemilihan strategi, kemudahan dan hambatan dalam menerapkan strategi loyalitas, analisis tingkat perkembangan BMH. BAB V Penutup Bab ini memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan dihasilkan dari pembahasan yang telah dilakukan serta saran berisi tentang saran-saran untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
BAB II MANAJEMEN ZAKAT, LEMBAGA AMIL ZAKAT DAN LOYALITAS
A. Manajemen Zakat 1. Pengertian Manajemen Manajemen
merupakan
kata
serapan
dari
bahasa
Inggris,
”management” yang berakar kata ”manage,” yang berarti ”control” kontrol dan ”succed” sukses. Dari kata ini dapat disimpulkan bahwa inti dari manajemen adalah pengendalian hingga mencapai sukses yang diinginkan.1 Adapaun manajemen secara terminologi yang diartikan oleh James Stones seperti yang dikutip oleh Eri Sudewo, bahwa manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha para anggota organisasi dengan menggunakan sumber daya yang ada agar mencapai tujuan organisasi yang sudah ditetapkan.2 Menurut
Follet
seperti
yang
dikutip
Fakhruddin
manajemen
merupakan seni untuk melakukan sesuatu melalui orang lain. Dalam tataran ilmu,
manajemen
dipandang
sebagai
kumpulan
pengetahuan
yag
dikumpulkan, disistematisasi dan diterima berkenaan dengan kebenarankebenaran universal.3
1
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang : UIN Malang Press, 2007), h.
2
Eri Sudewo,Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 63 Fakhruddin, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang : UIN Malang Press, 2008),
71 3
h. 266
21
22
Menurut Hani Handoko manajemen adalah bekerja dengan orangorang untuk menentukan, menginterpretasikan, dan mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan pelaksanaan fungsi-fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan personalia atau kepegawaian, pengarahan dan kepemimpinan serta pengawasan.4 Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib dan teratur. Proses-proses harus diikuti dengan baik sesuatu tidak boleh dilakukan secara asal-asalan. Hal ini merupakan prinsif utama dalam ajaran Islam. Rasulullah saw. Bersabda dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Thabrani {نאذא א ن}وא אن Artinya Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas dan tuntas) (HR. Thabrani) Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap dan cara-cara mendapatkannya yang transparan merupakan amal perbuatan yang dicintai Allah swt. Sebenarnya manajemen dalam arti mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat dan tuntas merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam.5
4
Ibid,. h. 64 Didin Hafidhuddin, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press, 2003), h. 1 5
23
Pada dasarnya menajemen merupakan rangkaian cara beraktifitas. Bagi seorang muslim manajemen bisa menjadi wahana amal kebajikan. Di situ ada kesadaran untuk mengaplikasikan cara-cara bekerja dengan landasan ajaran Islam. Manajemen islami idak bebas nilai.kaidah halal dan thayyib menjadi nilai utama organisasi. Ini berlaku dari awal pengembilan keputusan, perencanaan hingga aplikasi dan evaluasinya yang tetap melandaskan pada nlai-nilai halal dan thayyib.6 Halal dan thayyib tidak hanya berlaku untuk menilai sebuah benda seperti makanan atau barang. Dengan prinsip itu Islam mengenalkan karakter manajemen halal dan thayyib. Melalui karakter tersebut lahir dua hal ciri penting dalam manajemen halal dan thayyib, yakni (1) menekankan pada proses, dan (2) berorientasi pada penyuburan kebijakan. Penekanan pada proses merupakan inti dari Management By Process (MBP). Pendekatan manajemen ini tidak mengutamakan hasil akhir. Dalam melaksanakan aktivitas yang harus diperhatikan adalah upaya-upaya penghindaran kerugian pada pihak lain. Perkembangan yang sehat didorong. Antara satu dengan yang lain jadi saling mengisi, memperkuat berbagai sisisisi
yang
lemah.
Tidak
menimbulkan
kerugian
secara
otomatis
mengembangkan kemaslahatan. Bahwa suatu proses butuh waktu tentu saja. Bahwa proses pun butuh satu kesepakatan bahasa juga merupakan tahapan yang harus dilalui 6
Eri Sudewo, op.cit. h. 77
24
2.
Perencanaan Perencanaan merupakan suatu aktivitas untuk membuat rancanganrancanagan agenda kegiatan yang akan dilaksanakan oleh organisasi. Perencanaan itu bisa terkait dngan waktu dan strategi. Langkah-langkah
yang
dilakukan
oleh
lembaga
zakat
agar
perencanaan lembaga tersebut tercapai secara optimal adalah : a. Filtrasi Islam memang indah. Agama samawi ini menghargai apapun kebaikan
yang
telah
berkembang
sebelum
Islam
masuk.
Islam
menganjurkan jangan tembak nyamuk dengan meriam atau ambil madunya jangan
hancurkan
sarangnya.
Artinya
Islam
tidak
mengijinkan
penghancuran peradaban manusia yang telah dibangun beratus tahun sebelumnya. Itulah salah satu makna rahmatan lil’alamin. Maka yang perlu dilakukan adalah filterisasi. Tujuannya untuk menyeleksi mana hal yang harus disisihkan dan mana yang harus dipertahankan dan dikembangkan. b. 5 W + 1 H Perhatikan urutan penerima zakat yang dipadankan dengan sifat Allah yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana. Kaitan itu harus cermat dipahami olem pengurus zakat. Bahwa alokasi zakat sungguh-sungguh diprioritaskan untuk fakir dan miskin, sebagai kalangan yang diposisikan dalam urutan pertama danm kedua. Ketentuan ini sangatlah adil. Sebab kondisi fakir miskin, selalu menjerat hingga sukar untuk bisa lepas dari
25
kesulitan hidup. Kemiskinan selalu melahirkan berbagai kemiskinan lainnya. Dengan sifat yang Maha Bijaksana, Allah memahami kondisi kritis itu. Maka para amil yang mengurus fakir miskin, juga harus memahaminya. Dengan sifat Maha Bujaksana, Allah tempatkan fakir miskin pada prioritas utama penerima zakat. Banyak cara dalam merancang sebuah perencanaan. Satu kiat menarik adalah menggunakan 5 W + 1 H : (what, when, who, where, why, dan how ) pendekatan 5 W menjelaskan “apa yang hendak dilakukan, kapan dilaksanakan, siapa pelakunya, dimana pelaksanaannya dan mengapa itu dijalankan”. Dan 1 H menggambarkan “bagaimana cara melakukannya”. Dengan mengeksplorasi pendekatan 5 W + 1 H ini, akan diperoleh suatu perencanaan yang lebih matang, sistematis, jelas tujuannya, arah dan sasarannya. Siapapun yang membaca suatu perencanaan berdasarkan 5 W + 1 H akan mudah memahaminya. Pendekatan ini memudahkan penyusunan plan of action. c.
Perencanaan Berdasarkan Waktu Perencanaan yang terkait waktu sering dibagi menjadi tiga bagian yaitu perencanaan jangka pendek, perencanaan jangka menengah, dan perencanaan jangka panjang. Sedangkan.perencanaan yang matang akan memberikan arahan kemana jalan organisasi dalam waktu yang telah
26
ditentukan. Ini akan mempermudah dalam membuat langkah-langkah konkret secara pasti.7 d.
Perencanaan Strategis Prancanaan strategis yaitu perencanaan yang digunakan untuk menjaga fleksibilitas rencana jangka panjang akibat berubahnya situasi. Rencana strategis ini bertujuan untuk menjaga eksistensi organisasi sehingga tetap bertahan. Dalam pengelolaan zakat, rencana strategis merupakan suatu unsur yang tidak bisa dipisahkan. Ada beberapa alasan tentang hal itu. Pertama adalah masalah kepercayaan, kepercayaan akan muncul jika orang lain yang menyampaikan oleh karena itu kepercayaan butuh waktu yang lama untuk diraih. Kedua yaitu masyarakat memiliki logika sendiri dalam menilai sebuah organisasi. Secara sosial, zaat merupakan bentuk ibadah yang memiliki hubungan nyata dengan masyarakat.8
3.
Pengorganisasian Ajaran Islam adalah ajaran yang mendorong umatnya untuk melakukan segala sesuatu secara terorganisasi dengan rapi. Kesungguhan dan keseriusan dalam mengorganisir sesuatu sangat dianjurkan oleh Islam.9
7
Sudirman, op.cit. h. 80-81 Ibid., h. 81-82 9 Didin Hafidhuddin, Manajemen Syariah dalam Praktik, (Jakarta : Gema Insani Press, 2003),
8
h. 100
27
Pengorganisasian tidak lepas dari koordinasi Koordinasi, yaitu upaya penyatuan sikap dan langkah dalam pencapaian tujuan. Pada dasarnya organisasi zakat menghimpun sejumlah orang yang masing-masing punya kepentingan. Organisasi zakat juga memiliki kepentingan. Disinilah sering terjadi tabrakan antara kepentingan organisasi dan anggota. Maka dibutuhkan orang kuat dalam membenahi penyimpangan, konsisten dalam mempertahan kan visi dan selalu mendorong anggota untuk mencapai tujuan organisasi. Menurut Eri Sudewo Koordinasi dapat terwujud karena beberapa faktor yaitu 1) Pimpinan Organisai nirlaba sangat ditentukan dengan sikap pemimpin. Apa yang dikatakan pemimpin meruapakan perintah sebagai inti koordinasi. 2) Sumber Daya Manusia (SDM) Baik buruknya koordinasi juga ditentukan oleh kapasitas dan kapabilitas SDM yang ada. SDM mencerminkan sosok organisasi. Anggota dengan kesadaran tinggi berbenah, jadi potensi baik bagi berjalannya koordinasi 3) Sistem Organisasi yang memiliki sistem, lebih mampu bertahan dalam waktu yang lebih lama ketimbang yang tak bersistem.10 4.
Pelaksanaan dan Pengarahan Pelaksanaan dalam sebuah manajemen ialah aktualisasi perencanaan yang dicanagkan oleh organisasi, sedangkan pengarahan adalah proses 10
Eri Sudewo,Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 106-107
28
penjagaan agar pelaksanaan program kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana.11 Dalam pelaksanaan ada beberapa komponen yang sangat dierlukan diantaranya adalah motivasi, komunikasi, dan kepemimpinan. a.
Motivasi Motivasi akan memunculkan semangat bekerja dan pantang menyerah saat menghadapai berbagai tantangan dan hambatan. Untuk memotivasi anggota organisasi perlu dibangun sikap kebersamaan dan keterbukaan sehingga anggota yang baru masuk sekalipun akan merasa menjadi bagian utuh yang diharapkan kiprahnya. Ada beberapa jurus untuk memotivasi anggota organisasi yaitu pertama, pengelolaan zakat adalah mitra muzakki. Zakat adalah kewajiban orang kaya yang harus dikeluarkan guna mensucikan harta mereka. Amil zakat bertugas untuk berdakwah kepada para muzakki untuk berzakat, ini adalah perbuatan mulia yang tergolong dakwah apalagi kalo sukses tentu pahalanya berlipat ganda. Kedua setelah mengumpulkan zakat tugas amil mendayagunakan secara benar apabila tugas ini dilakukan dengan benar maka menjadi ladang amal bagi amil untuk bekerja giat dan penuh semangat. Ketiga transparan antar anggota unsur ini penting dalam rangka meningkatkan loyalitas dan kepercayaan amil terhadap lembaga yang digelutinya. Dengan demikian amil ekan bekerja optimal sedangkan
11
86
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang : UIN Malang Press, 2007), h.
29
muzakki akan percaya dan puas atas kinerja amil karena zakatnya telah tersampaikan kepada yang berhak. b.
Komunikasi Komunikasi merupakan kegiatan untuk menyampaikan informasi secara timbal balik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman terhentinya informasi akan menyebabkan kemacetan interaksi sehingga pada akhirnya akan memunculkan masalah baru. Oleh sebab itu jalannya arus informasi harus berlangsung secara lancar.
c.
Kepemimpinan Kepemimpinan adalah unsur esensial dalam sebuah organisasi seiring sinyalemen umum bahwa warna organisasi sangat tergantung siapa yang memimpinnya. Kepemimpinan tidak lepas dari karakter individu yang sering ditentukan oleh lingkungan keluarga, lingkungan bergaul, belajar atau tempat kerja. Bakat kepemimpinan membutuhkan stimulus dari luar sehingga bakat itu dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal.12
5.
Pengawasan Pengawasan merupakan proses untuk menganjurkan aktivitas positif dan mencegah perbuatan yang menyalahi aturan atau dalam bahasa agama bias di sebut amar ma’ruf nahi munkar. Tujuan pengawasan adalah untuk menjamin tercapainya tujuan organisasi. Caranya adalah mengembalikan atau 12
86-89
Sudirman, Zakat dalam Pusaran Arus Modernitas, (Malang : UIN Malang Press, 2007), h.
30
meluruskan berbagai penyimpangan yang terjadi. Atau memberikan masukan secara integral mengapa perjalanan sebuah organisasi tersendat-sendat. a.
Pengawasan Lembaga Zakat Lembaga zakat merupakan lembaga yang lahir karena tuntutan Islam. Dalam prekteknya lembaga zakat harus mematuhi koridor syari’ah. Oleh karena itu, dalam lembaga zakat, pengawasan dibedakan menjadi dua substansi, yakni Pertama, secara fungsional, pengawasan telah built-in melekat inheren dalam diri setiap amil. Dengan pengawasan melekat, sejak dini pengimpangan telah dikikis oleh tiap amil. Kedua, secara formal, lembaga zakat membuat Dewan Syari’ah. Kedudukan Dewan Syari’ah dilembagakan secara structural. Bersifat formal melalui surat keputusan Badan Pendiri. Karena mengawasi seluruh kegiatan, secara organisasi posisi Dewan Syari’ah berada diatas pimpinan lembaga zakat. Hak dan wewenang Dewan Syari’ah adalah melegalkan dan mengesahkan setiap program lembaga zakat. Juga berhak menghentikan program yang menyimpang dari ketentuan syari’ah.13
b.
Tipe Pengawasan Pada prakteknya, pengawasan terbagi menjadi tiga tipe dasar, yakni 1) pengawasan awal, 2) pengawasan berjalan, 3) pengawasan akhir.
13
Eri Sudewo,Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 141-142
31
Pengawasan awal, merupakan pengawasan untuk mengantisipasi penyimpangan yang akan terjadi. Bahkan saat merancang perencanaan, faktor-faktor
penghambat
pun
dieksplorasi
agar
meminimalisir
kekeliruan. Pengawasan berjalan, berlangsung selama kegiatan berjalan. Ini terkait erat dengan cara penanggulangan yang telah diantisipasi dalam perencanaan awal. Tujuan pengawasan adalah menekan kekeliruan. Maka pengawasan berjalan dapat meminta evaluasi di tengah kegiatan yang berjalan. Pengawasan akhir merupakan pengawasan yang dilaksanakan pada setiap akhir kegiatan. Pengawasan ini bersifat kurang aktif. Meski gejala penyimpangan suad bias dideteksi, pengawasan akhir hanya bias dijalankan di akhir kegiatan.14 c.
Tahap Pengawasan Pertama, Penetapan standard. Arti standard mengacu pada ukuran yang dapat digunakan sebagai patokan untuk menilai hasil. Standard bias dibedakan atas dua jenis, yakni standard kualitatif dan standard kuantitatif. Kedua, Pelaksanaan pengawasan. Pelaksanaan pengawasan dapat dibedakan atas tiga kegiatan, yaitu pelaksanaan melekat, pelaksanaan berkala (periodik), dan pelaksanaan mendadak.
14
Eri Sudewo,Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 145-146
32
Ketiga, Analisa pengawasan. Pengawasan dilakukan untuk menjamin jalannya kegiatan program sesuai dengan standard yang telah ditetapkan. Analisa
pengawasan
harus
mampu
mengungkap
sebabsebab
penyimpangan. Karena itu, tim pengawas yang ditugaskan tidak boleh memiliki
kepentingan
yang
akan
menambah
parahnya
suatu
penyimpangan. Keempat, Rekomendasi dan tindak koreksi. Jika terjadi penyimpangan, maka tim pengawas harus memberi rekomendasi. Ada beberapa rekomendasi
hasil
pengawasan,
diantaranya
1)
ubah
standard
perencanaan, 2) perbaiki pelaksanaan, 3) ganti personil, 4) berani mengambil tindakan.15 6.
Strategi Menururt Michael Allison Jude Kaye Strategi merupakan prioritas atau arah keseluruhan yang luas yang diambil oleh organisasi. Strategi adalah pilihan-pilihan tentang bagaimana cara terbaik untuk mencapai misi organisasi. Bagi organisasi nirlaba strategi merupakan proses sistemik yang disepakati organisasi dan membangun keterlibatan di antara stakeholder utama tentang prioritas yang hakiki bagi misinya dan tanggap terhadap lingkungan operasi.16
15
Eri Sudewo,Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004), h. 147-149 Michael Allison Jude Kaye, Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Nirlaba, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2004 ), h. 1-3 16
33
Dari penjelasan di atas, pada dasarnya yang dimaksud dengan strategi bagi manajemen organisasi pada umumnya dan manajemen organisasi bisnis khususnya adalah rencana berskala besar yang berorientasi jangkauan masa depan yang jauh serta ditetapkan secara matang. Sehingga organisasi dapat berinteraksi secara efektif dengan lingkungannya dalam kondisi persaingan yang kesemuanya diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang bersangkutan.17 7. Nilai – nilai Manajemen Bagi Organsasi Nirlaba Bagi organisasi profit (perusahaan), strategi yang diaplikasikan bertujuan untuk mendapat keuntungan materi yang sebesar-besarnya untuk kemajuan dan pertumbuhan perusahaan. Akan tetapi bagi organisasi nirlaba seperti lembaga amil zakat (LAZ) mempunyai tujuan strategi yaitu memperluas manfaat bagi masyarakat dan sebagai investasi sosial untuk kemaslahatan masyarakat. Perencanaan Strategi yang dilakukan oleh organisasi nirlaba seperti lembaga amil zakat (LAZ) harus mencerminkan nilai-nilai dan aturan yang tidak melangggar syariah agama. Sebuah manajemen yang baik menurut Didin Hafiduddin yaitu : a. b.
17
Didasarkan pada sebuah keyakinan bahwa apa yang dilakukan adalah baik. Standar baik dalam agama Islam adalah sesuai dengan ajaran Islam. Dipastikan betul bahwa sesuatu yang dilakukan memiliki banyak manfaat. Manfaat ini bukan sekedar untuk orang yang melakukan perencanaan, tetapi untuk orang lain. P. Sondang Siagian, Manajemen Strategik, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995 ), h. 15-17
34
c. d.
e.
Didasarkan atas ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang akan dilakukan. Dilakukan studi banding (banchmark) yaitu melakukan studi terhadap praktik terbaik dari lembaga sejenis yang telah sukses menjalankan organisasinya. Dipikirkan prosesnya. Proses seperti apa yang akan dilakukan apakah proses itu tetap dan seperti apa hasil proses yang akan dilakukan.18
B. Tinjauan Tentang Lembaga Amil Zakat 1. Pengertian Lembaga Amil Zakat Amil zakat adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan urusan zakat, mulai dari para pengumpul, sampai kepada bendahara dan penjaganya. Juga mulai dari pencatat sampai kepada penghitung yang mencatat keluar masuknya zakat dan membagi kepada para mustahiknya. Allah menyediakan upah bagi mereka dari harta zakat sebagai imbalan dan tidak diambil dari harta selain zakat.19 Pembagian zakat yang dilakukan oleh lembaga amil zakat didasarkan pada firman Allah SWT dalam surat al-Taubah ayat 60 :
†Îûuρ öΝåκæ5θè=è% Ïπx©9xσßϑø9$#uρ $pκön=tæ t,Î#Ïϑ≈yèø9$#uρ ÈÅ3≈|¡yϑø9$#uρ Ï!#ts)àù=Ï9 àM≈s%y‰¢Á9$# $yϑ‾ΡÎ) íΟŠÎ=tæ ª!$#uρ 3 «!$# š∅ÏiΒ ZπŸÒƒÌsù ( È≅‹Î6¡¡9$# Èø⌠$#uρ «!$# È≅‹Î6y™ †Îûuρ tÏΒÌ≈tóø9$#uρ É>$s%Ìh9$# ( ٦٠ /٩ / ) اÒΟ‹Å6ym
18
Didin Hafiduddin, Manajemen Syariah daam Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2003),
19
Yusuf Qardawi, Hukum Zakat, (Jakarta :Pustaka Litera Antarnusa, 1996), h. 545
h. 90-91
35
Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. 2. Urgensi Lembaga Amil Zakat Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelolaan zakat, apalagi yang memiliki kekuatan hukum formal akan memiliki beberapa keuntungan, antara lain : Pertama, untuk menjamin kepastian dan disiplin pembayar zakat. Kedua, untuk menjaga perasaan rendah diri para mustahik zakat, apalagi berhadapan langsung untuk menerima zakat dari muzakki. Ketiga, untuk mencapai efisiensi dan efektifitas serta sasaran yang tepat dalam penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat. Keempat, untuk memperlihatkan syiar Islam dalam semangat penyelenggaraan pemerintah islami.20 Selain itu, dalam pengelolaan zakat ada empat tujuan yang hendak dicapai. Pertama, memudahkan muzakki menunaikan kewajiban berzakat. Kedua, menyalurkan zakat yang terhimpun kepada mustahik yang berhak menerimanya. Ketiga, tujuan ini merupakan serangkaian yang kuat, berjalan
20
h. 126
Didin Hafiduddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002),
36
secara serentak dengan mekanisme yang saling mengisi. Keempat, pengelolaan zakat bisa tercapai yakni akan terwujud kesejahteraan sosial.21 3. Urgensi Loyalitas Donatur Bagi Lembaga Amil Zakat Menurut Eri Sudewo mengatakan bahwa di Indonesia ada dua lembaga yang sama-sama berlegal yayasan, tetapi memiliki karakteristik yang cukup berbeda yaitu lembaga nirlaba dan lembaga not for profit. Sesuai dengan kata makna, arti nir adalah nihil atau kosong. Berarti nirlaba adalah nihil laba. Dengan demikian, lembaga nirlaba memang didirikan tidak untuk tidak mencari laba serupiah pun dari kegiatan-kegiatannya. Tiap lembaga nirlaba tentu mempunyai visi dan misi yang khusus. Bicara visi dan tanpa mencari laba, berarti ada hal yang diperjuangkan. Apa itu? Itulah nilai-nilai dan moralitas yang diusung lembaga nirlaba. Inilah segi yang paling mendasar yang membedakan lembaga nirlaba dengan perusahaan. Produk lembaga nirlaba adalah nilai dan moral. Sedang produk perusahaan adalah barang dan jasa. Dalam memperjuangkan nilai dan moralitas, lembaga nirlaba tetap membutuhkan dana. Dana yang diperoleh hanya untuk operasional, bukan mencari uang untuk meraup laba sebesar-besarnya. Sumber dana berasal dari donasi masyarakat. Sifat dana tentu tidak mengikat dan bukan pinjaman, baik berasal dari zakat, infaq, shadaqah, wakaf, dan hibah. Lembaga nirlaba dapat saja membuat usaha yang hasil usahanya bisa digunakan untuk menunjang
21
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004 ), h. 99 - 100
37
operasioal dan membiayai berbagai kegiatannya. Contoh organisasi yang termasuk lembaga nirlaba adalah lembaga zakat baik BAZ, LAZ, dan BAZNAS, panti-panti asuhan yatim dan jompo.22 Lembaga amil zakat sebagai organisasi nirlaba yang berada di tengah – tengah donatur sangat penting untuk dijaga kepercayaan dan amanah mereka karena dana yang diperoleh dari para donatur didistribusikan untuk kegiatan sosial dan dana tersebut untuk keberlangsungan program – program pemberdayaan ekonomi masyarakat. Lembaga zakat sangat erat hubungannya dengan pemberian kepercayaan, kesetiaan (loyalitas), kepada donatur untuk keberlangsungan pembiayaan berbagai program-program sosial. Pengorganisasian di lembaga zakat perlu pula diatur sebaik-baiknya agar pelaksanaan Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) dapat dikoordinasikan dan diarahkan. Ini perlu dilakukan untuk memantapkan kepercayaan masyarakat dan wajib zakat.23 Oleh karena itu, sebagai organisasi nirlaba, lembaga zakat juga memiliki karakteristik seperti organisasi nirlaba lainnya : a.
b.
22 23
h. 65
Sumber daya (baik dana maupun barang) berasal dari donatur yang mempercayakannya kepada lembaga. Para donatur tersebut tidak mengharapkan keuntungan kembali secara materi dari lembaga pengelola zakat. Menghasilkan berbagai jasa dalam bentuk pelayanan kepada masyarakat. Jasa-jasa tersebut tidak dimaksudkan untuk mendapatkan laba. Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004 ), h. 99 - 208 Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Waqaf, (Jakarta : UI Press, 1988),
38
c.
Kepemilikan lembaga pengelola zakat tidak seperti lazimnya pada organisasi bisnis. Bisaanya terdapat pendiri, yaitu orang-orang yang bersepakat untuk mendirikan lembaga pengelola zakat. Pada hakikatnya lembaga pengelola zakat bukanlah milik pendiri, melainkan milik umat. Hal ini dikarenakan sumber daya organisasi terutama berasal dari masyarakat.24 Namun tentunya selain itu organisasi pengelola zakat mempunyai
karakteristik yang membedakan dengan organisasi lembaga lainnya, antara lain : a.
Terikat dengan aturan prinsip-prinsip syari’ah.
b.
Sumber dana utama adalah dana zakat, infaq, shadaqah, dan wakaf.
c.
Biasanya memiliki Dewan Pengawas Syari’ah dalam struktur organisasinya.25
4. Hikmah Adanya Lembaga Amil Zakat Islam mewakilkan penugasan penarikan zakat oleh amil zakat kepada muzakki dan membagikannya kepada mustahik mempunyai beberapa hikmah yaitu : a.
b.
24 25
Adanya jaminan bagi fakir miskin dan haknya tidak diabaikan begitu saja. Membayar zakat tidaklah secara sukarela, namun merupakan kewajiban, dan lembaga amil zakat berperan dalam melaksanakan tugas terssebut sehingga mempunyai posisi tawar yang tinggi yang tidak dapat dilakukan oleh fakir miskin secara langsung. Si fakir meminta kepada pemerintah, bukan kepada pribadi orang kaya, untuk memelihara kehormatan dan air muka dari perasaan belas kasihan
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004 ), h.209 Ibid., 210
39
c.
d.
e.
oleh sebab meminta. Serta memelihara perasaan dan tidak melukai hatinya dari gunjingan dan kata-kata yang menyakitkan. Tidak memberikan urusan zakat pada pribadi-pribadi berarti menjadikan urusan pembagian zakat sama besarnya. Hal ini dapat lebih memeratakan dan memenuhi keadilan dalam pembagian. Zakat bukan diberikan kepada pribadi fakir, miskin dan ibnu sabil saja, akan tetapi ada di antara sasaranya yang berhubungan dengan kemaslahatan kaum muslimin bersama yang tidak bisa dilakukan oleh peroarangan, akan tetapi oleh penguasa dan lembaga musyawarah jama’ah kaum muslimin seperti memberi zakat pada golongan muallaf mempersiapkan perlengkapan dan orang-orang untuk jihad fi sabilillah serta mempersiapkan para da’i untuk menyampaikan risalah Islam. Islam adalah agama dan pemerintahan, Qur’an dan kekuasaan. Untuk tegaknya kekuasaan dan pemerintahan ini dibutuhkan harta, yang dengan itu pula dilaksanakannya syariat. Zakat merupakan salah satu sumber penghasilan negera yang penting dalam Islam.26
C. Loyalitas 1. Pengertian Loyalitas Menurut kamus umum bahasa Indonesia Loyalitas berarti taat, patuh, dan setia.27 Sedangkan Loyalitas menurut Oliver adalah komitmen yang dipegang kuat untuk membeli lagi atau berlangganan lagi produk atau jasa tertentu dimasa depan meskipun ada pengaruh situasi dan usaha pemasaran yang berpotensi menyebabkan peralihan perilaku.28 Loyalitas secara umum dapat diartikan kesetiaan seseorang atas suatu produk, baik barang maupun jasa tertentu yang merupakan manifestasi dan
26
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, (Jakarta : Lentera Antarnusa, 1996), h. 742 Poerwadaarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka 2004), h. 609 28 Philip Kotler Kavin Lane Keller, Menajemen Pemasaran, (Jakarta: Indeks, 2009), edisi 12, 27
h. 176
40
kelanjutan dari kepuasan konsumen dalam menggunakan fasilitas maupun jasa pelayanan yang diberikan oleh pihak perusahaan, serta untuk tetap menjadi konsumen dari perusahaan tersebut.29 2. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Tugas pertama perusahaan menurut Peter Drucker ialah ”menciptakan pelanggan”. Akan tetapi menciptakan pelanggan dapat menjadi tugas yang berat karena pelanggan menghadapi banyak pilihan produk, merek harga dan pasokan.30 Adapun bagi organisasi nirlaba seperti lembaga amil zakat maka tugas utama untuk lembaga tersebut ialah mencari donatur yaitu para muzakki (wajib zakat), munfiq (orang yang berinfaq) mushadiq (orang yang bersedekah). Semakin banyaknya lembaga amil zakat yang bermunculan menyebabkan tingkat loyalitas dan segmentasi donatur menjadi hal penting untuk dikaji. Ini deperlukan untuk menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi
donatur untuk tetap loyal terhadap lembaga amil zakat.
Faktor-faktor tersebut antara lain : a.
Faktor Nilai Dalam pengelolaan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) aspek religius sangat menentukan keloyalitasan dari para donatur. Indikator dari
29
Theresia Widyaratna Denny dan Filisia Chandra, ”Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen terhadap Tingkat Penjualan di Warung Bu Kris”, Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan Vol.3, no. 2, September 2001. Hal . 89 diakses dari http://puslit.petra.ac.id/journals/management/ pada tanggal 10 Pebruari 2011 30 Philip Kotler & Gary Amstrong, Prinsif-prinsif Pemasaran, (Jakarta : Erlangga, Jilid II 2001), edisi ke-8, h. 295-296
41
faktor religius adalah prinsip-prinsip dari lembaga amil zakat. Para amil dituntut memiliki beberapa persyaratan moralitas seperti 1) Amanah, dana ZIS merupakan amanah dari ummat yang akan dititipi untuk para mustahik 2) Sidiq, semua tindakan yang dilakukan oleh amil harus benar. Baik itu dalam menghimpun, mendistribusikan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) maupun dalam melayani para donatur. 3) Bertanggung jawab, merupakan sifat yang harus dimiliki oleh amil untuk memberikan pertanggungjawaban terhadap dana ZIS yang diamanahi oleh Donatur 4) Adil, adil dalam pengertian amil bisa memberikan akses info bantuan untuk seluruh mustahik 5) Kasih, sifat kasih manjadi tuntunan untuk memberikan rasa kasih terhadap para mustahik sehingga bagi para mustahik memberikan ketenangan bathin. 6) Gemar menolong, merupakan nilai Islam yang mencontohkan para muzakki menyalurkan dananya ke amil untuk didistribusikan kepada kaum dhuafa 7) Tabah, yakni kuat terhadap problem kaum miskin yang beragam. Besabar dalam menangani berbagai persoalan kaum dhuafa.31 b. Faktor Kualitas Pelayanan Penelusuran Parasuraman dkk menandai ada sepuluh faktor yang menentukan kualitas suatu jasa, kesepuluh faktor tersebut adalah: Acces,
communication,
competence,
courtesy,
credebility,
reliability, responsivness, security, tangible, dan understanding/knowing the costumer.32
31
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, (Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004 ), h. 39-44 Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Service, Quality and Satisfaction, (Yogyakarta : Andi Offset, 2007), h. 133-135 32
42
Dari sepuluh faktor yang dapat menentukan faktor tersebut, akhirnya mereka menyimpulkan bahwa hanya lima dimensi kualitas jasa yang perlu diperhatikan dalam memahami kualitas jasa. Secara ringkas, kelima dimensi kualitas jasa dan ukuran-ukurannya adalah sebagai berikut : 1) Tangible, yang berupa fasilitas, peralatan dan penampilan fisik 2) Reliabity, yaitu kemampuan perusahaan dalam menepati janji dan dapat diandalkan. 3) Responsivness, yaitu keinginan perusahaan untuk membantu pelanggan dan menyajikan jasa yang tepat 4) Assurance, yaitu pengetahuan dan keramah-tamahan personel dan kemampuan mereka menciptakan opini untuk dapat dipercaya oleh pelanggan 5) Empathy, yaitu kepedulian dan perhatian perusahaan kepada pelanggan.33 Bagi lembaga amil zakat (LAZ) kualitas pelayanan menjadi pertimbangan para donatur untuk menyalurkan dana mereka pada suatu LAZ. Kemudahan dalam menyalurkan dana merupakan hal penting bagi para donatur. Semakin baik pelayanan yang diberikan kepada donatur maka semakin baik tanggapan para donatur untuk menyalurkan dana mereka ke lembaga zakat. c.
Faktor Produk Sebagian perusahaan memberikan nilai unggul melalui kemudahan dan harga rendah yang lain dengan memanjakan pelanggannya dan
33
Fandy Tjiptono dan Gregorius Chandra, Service, Quality and Satisfaction, (Yogyakarta : Andi Offset, 2007), h. 133-135
43
membuat produk untuk memenuhi kebutuhan khusus yang secara tepat dibutuhkan oleh relung pasar. Hasilnya ialah kesetiaan (keloyalan) dan preferensi pelanggan yang kuat.34 Bagi lembaga amil zakat produk yang diciptakan untuk kepuasan donatur yaitu program – program pendayagunaan Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS). Program yang dibentuk oleh LAZ yang tepat sasaran menjadi pertimbangan para donatur menyalurkan dana mereka pada Lembaga Amil zakat (LAZ). Donatur yang lebih rasional dalam preferensi berdonasi akan memperhatikan keinginan dan ketertarikan mereka terhadap program - program yang ditawarkan dan yang telah dijalankan oleh lembaga amil zakat. d. Faktor Kepercayaan Dimensi kepercayaan terhadap suatu produk, karyawan, atau penyedia jasa menurut Zeithaml, adalah : 1) Kredibilitas, berhubungan dengan kepercayaan kepada penyedia jasa. 2) Kompetensi, artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh penyedia jasa untuk melakukan pelayanan yang diharapkan 3) Courtesy, yaitu yang meliputi sikap atau moral para penyedia jasa terhadap pemakai.35
34
Philip Kotler & Gary Amstrong, Prinsif-prinsif Pemasaran, (Jakarta : Erlangga, Jilid II 2001), Edisi ke-8, h. 293 35 Husein Umar, Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen, (Jakarta : JBRC, 2000), h. 39
44
Kepercayaan para donatur terhadap amil yang meliputi kredebilitas amil di lembaga zakat (karyawan), transparansi lembaga dan moral yang dimiliki oleh para amil menjadi instrumen kepercayaan donatur dan menjadi pertimbangan donatur untuk kembali berdonasi. . Gambar 2.1 : Konstruk Kepercayaan Donatur
Kredibilitas
Kepercayaan
• Amil zakat amanah terhadap dana zakat • Ketepatan sasaran peruntukan zakat • Transparansi LAZ dalam hal keuangan dan pengelolaan • Kredibilitas LAZ di mata muzakki • Kepercayaan muzakki terhadap LAZ
Kompeten
• Pengetahuan amil zakat tentang zakat • Pengelolaan zakat yang baik
Courtesy
• Penampilan lahiriyah pengelola LAZ
Sumber : Sopyan Rizal, Pengaruh Tingkat Kepuasan dan Kepercayaan Muzakki Kepada Lembaga Amil Zakat terhadap Perilaku Berzakat Muzakki, Tesis, UI. 2006
BAB III SEJARAH SINGKAT LEMBAGA AMIL ZAKAT BAITUL MAAL HIDAYATULLAH
A. Latar Belakang Pembentukan Baitul Maal Hidayatullah Negeri yang dibangun dengan strategi pembangunan yang selalu beorientasi pada pertumbuhan ekonomi serta pembangunan fisik, tetapi mengabaikan swadaya dan kemandirian masyarakat, serta hampir-hampir mengabaikan pengembangan manusia (human depelopment)
akhirnya ambruk.
Bukan hanya sumber daya alam yang terkuras habis dieksploitasi atau kualitas sumber daya manusia yang malah terpuruk menjadi termasuk terendah di dunia tapi juga tumpukan utang yang tidak terkira akibatnya strategi pembangunan yang lebih banyak ditopang pinjaman luar negeri dan manajemen pembangunan yang buruk. Paradigma tricle down effect ini ternyata dalam realitasnya bukan hasil pembangunan atau kemakmuran yang menetes, tetapi utang menjadi beban bagi seluruh masyarakat dan yang paling merasakan beban tersebut adalah masyarakat bawah1. Lalu ketika pondasi yang rapuh itu ambruk, kemiskinan menjadi cermin dari wajah bangsa Indonesia dan berlangsung hingga saat ini. Pengangguran, bencana kelaparan, busung lapar, malnutrsi, anak putus sekolah, anak jalanan, the 1
Profile Baitul Maal Hidayatullah, Sejarah dan Latar Belakang BMH, dan Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
45
46
lost generation, poorest of the poor (anak termiskin dari yang miskin), pelayanan kesehatan yang buruk dan dan banyak lagi persoalan yang melilit bangsa ini yang tidak hanya membuat malu sebagai sebuah bangsa sekaligus negara yang berpenduduk muslim tersebsar di dunia. Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memerintahkan Bani Umayyah hanya dalam jangaka 23 bulan mampu mewujudkan masyarakat yang makmur. Kepemimpinan yang adil, amanah dan bijaksana disertai dengan Baitul Maal yang dekelola secara baik, jujur, amanah, dan transparan sehingga mampu mengundang pertolongan Alloh SWT berupa mukjizat-mukjizat. Lahan pertanian yang tadinya gersang dan tidak menghasilkan menjadi subur dengan hasil pertanian yang melimpah, hewan-hewan ternak mengeluarkan air susu dengan derasnya padahal sebelumnya tidak pernah bisa diperah, iklim selalu baik serta hujan yang cukup. Kemakmuran yang terwujud pada saat itu sangat luar biasa sampai tidak satu pun ditemukan penduduk yang kekurangan, sehingga khalifah waktu itu mengalami kesulitan mendistribusikan zakat yang telah terkumpul. Petugas Baitul Maal berkeliling keseluruh negeri dan berseru, ”manakah orang miskin? Manakah orang yang punya utang? Manakah anak yatim yang terlantar. Namun tak ditemukan satu pun orang miskin, orang yang mempunyai utang, anak yatim yang terlantar dan orang yang berutang.2
2
Profile Baitul Maal Hidayatullah, Sejarah dan Latar Belakang BMH, dan Wahyu Rahman, Direktur Cabang BMH, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
47
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merupakan organisasi non profit yang tak lepas dari akar sejarah pendirian Pondok Pesantren Hidayatullah di Balikpapan, Kalimantan Timur. Berkhidmat memberdayakan masyarakat miskin melalui pengelolaan dana sosial masyarakat (ZISWAF- Zakat, Infaq, Sedekah, Wakaf) serta dana lain yang halal dan sesuai hukum dari perseorangan, lembaga dan perusahaan.3 Pada 9-13 Juli 2000 Melalui Musyawarah Nasional I di Balikpapan, Hidayatullah bermetamorfosis menjadi Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) dan memposisikan diri sebagai “Jama’atul Min Jama’atil Muslimin (bagian dari jamaah kaum muslimin)”. Kini, Hidayatullah dengan beranggotakan sekitar 12 juta orang (th. 2008) telah menjadi Ormas terbesar ke-3 (setelah NU dan Muhammadiyah) dengan jaringan kerja di
5.400 Kecamatan dan 489
Kabupaten/Kota di 33 propinsi seluruh Indonesia.4 Jumlah cabang pesantren yang banyak yang dimiliki Hidayatullah, menjadi modal besar yang sangat berharga bagi pengkaderan Hidayatullah di masa yang akan datang. Hal ini juga mempertegas bahwa pesantren dengan prinsip kemandirian dan kewirausahaan, mampu menjelma menjadi salah satu kekuatan strategis bagi pengembangan dan pemberdayaan masyarakat. Perubahan dari pesantren ke ormas bukan tanpa alasan. Menurut Ustadz Abdul Rahman, Ketua Umum pertama ormas Hidayatullah periode 2000-2005, ada beberapa alasan dan 3
Profil Baitul Maal Hidayatullah, diakses dari http://www.bmh.or.id pada taggal 8 Januari
4
Ibid
2011
48
prinsip utama mengapa Hidayatullah mengubah dirinya dari pesantren ke ormas sosial-keagamaan. Pertama, tentu saja Hidayatullah—baik sebagai pesantren maupun ormas tetap berpegang teguh pada nilai-nilai luhur Islam yang telah diperjuangkan oleh Rasulullah saw melalui naungan dan bimbingan wahyu. Dalam konteks inilah, Hidayatullah memiliki dasar ideologi Islam. Kedua, konteks sosial pada saat Hidayatullah (sebagai pesantren) didirikan oleh Ustadz Abdullah Said, tentu saja berbeda dengan kondisi riil saat ini. Jika pada saat Ustadz Said mendirikan Hidayatullah sebagai pesantren, dia tampil sebagai single fighter yang tentu saja unsur kharismatik beliau menjadi modal utama. Sementara saat ini, di samping mencari figur seperti beliau sangat sulit, mengandalkan pola kepemimpinan kharismatik ternyata tidak akan berlangsung lama dan cenderung pada sifat feodalistik Ketiga, daya jangkau ormas tentu lebih luas dan memiliki legitimasi yang lebih kuat daripada pesantren, karena struktur organisasi dan kepengurusannya lebih variatif dan dinamis. Di samping itu, ormas dianggap memiliki instrumen yang lebih efektif dan strategis daripada pesantren, terutama dalam merespon perkembangan sosial budaya dan politik yang berkembang cukup pesat dan cepat di masyarakat.5 Setelah dibentuk ormas Hidayatullah, salah sattu Buah upaya dari ikhtiar yang dilakukan Hidayatullah dalam mengelola dana masyarakat pada tanggal 15 Februari 2001, Baitul Maal Hidayattullah (BMH) resmi dikukuhkan sebagai
5
Halif Alkaf, “Ormas Hidayatullah, Study tentang Idiologi Keaagamaan dan Sistem Pengkaderan”, Jurnal Paramadea, Vol 7 No 4 Oktober 2006
49
Lembaga Amil Zakat Nasional (LAZNAS) dengan SK Menteri Agama No. 538 Tahun 2001.6
B. Visi dan Misi Baitul Maal Hidayatullah Visi
Menjadi lembaga amil zakat yang terdepan dan terpercaya dalam memberikan pelayanan kepada ummat. Misi 1.
Meningkatkan kesadaran umat untuk peduli terhadap sesama
2.
Mengangkat kaum lemah (dhuafa) dari kebodohan dan kemiskinan menuju kemuliaan dan kesejahteraan
3.
Menyebarkan syiar Islam dalam mewujudkan peradaban Islam.7
C. Tujuan Dibentuk Baitul Maal Hidayatullah 1. Menghimpun dana masyarakat dan menyalurkannya sesuai dengan ketentuan syari’ah, melalui program-program yang dilaksanakan bersama Dewan Pusat Hidayatullah. 2. Menggali berbagai potensi ummat untuk diberdayakan guna mengatasi berbagai problematika ummat sebagai bentuk kepedulian sesama muslim.8
6 Latar Belakang Baitul Maal Hidayatullah diakses dari www.bmh.or.id pada tanggal 13 Pebruari 2011 7 Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011 8 Ibid.,
50
D. Struktur Organisasi Baitul Maal Hidayatullah Gambar 3.1 Struktur Organisasi Baitul Maal Hidayatullah Dewan Pengawas Syariah KH. Drs. Hamim Thohari. Msi KH. Nashirul Haq, Lc. MA
Dewan Pembina Dr. Abdul Manan, SE, MM H. Hasan Ibrahim, MA
Dewan Pengawas Ir. Abu A'la Abdullah, MH.I Asih Subagyo, S. Kom
Direktur Eksekutif Drs. Wahyu Rahman
Departemen Keuangan dan IT Firman Zainal Abidin
Departemen SDM dan Networking Marwan Mujahidin, SE
Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Rama Wijaya
Departemen Program Ade Syariful Allam, S. Sos
Sumber : Profile Baitul Maal Hidayatullah (BMH) 2010 Struktur Pengrus Lembaga Amil Zakat Baitul Maal Hidayatullah
E. Diskripsi Tugas Masing-masing Dapartemen 1. Dewan Pengawas Syariah a. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang berada di bawah pengawasannya. b. Merumuskan permasalahan-permasalahan yang dihadapi lembaga amil zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan menjawabnya dengan ketentuan- ketentuan syariah
51
2. Dewan Pembina a. Mengarahkan langkah dan kebijakan umum lembaga Baitul Maal Hidayatullah (BMH). b. Menentukan sikap lembaga terhadap permasalahan-permasalahan umum dan perubahan-perubahan yang mendasar. c. Merekomendasikan dan menyetujui berdiri cabang lembaga zakat di berbagai daerah 3. Dewan Pengawas a. Mengesahkan
rencana kerja dan rencana anggaran Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) b. Melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan rencana kerja yang telah disahkan yang mencakup kegiatan penghimpunan dan pendayagunaan zakat oleh pengelola c. Meminta laporan dan pertanggungjawaban ke pengurus harian sesuai kesepakatan atau di luar kesepakatan d. Mengawasi pelaksanaan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan e. Melaksanakan
pengawasan
internal
terhadap
pelaksanaan
tugas
adiminstratif dan teknis operasional penghimpunan dan pendayagunaan zakat. 4. Direktur a. Menjalankan jalanya oprasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sesuai dengan kebijakan dan tujuan umum yang telah digariskan.
52
b. Membuat perencanaan secara periodik yang meliputi rencana, operasional, dan pengawasanya. c. Memimpin dan mengarahkan secara umum seluruh kegiatan yang dilakukan oleh karyawan sekaligus melakukan pengawasan. d. Menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang terkait. e. Menyusun rencana anggaran pendapatan dan belanja. f. Bertanggung jawab terhadap pengelolaan dana aset. g. Menentukan skala prioritas pendayagunaan dana bersama dewan pengawas. h. Melakukan kontrol terhadap realisasi program. i. Menyeleksi dan mengadakan studi kelayakan dengan Dewan Pengawas atas proposal yang diajukan oleh pihak lembaga luar 5. Depertemen Keuangan dan IT a. Membuat dan mengelola data base nasabah dan simpatisan
serta
mengontrol penarikan dana ZIS. b. Mencatat dan membukukan setiap transaksi yang telah dilakukan. c. Membuat laporan penarikan dana ZIS d. Bertanggung jawab terhadap semua operasional kantor. 6. Departemen SDM dan Networking a. Menyelenggarakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan kualitas SDM Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
53
b. Bertanggung jawab terhadap sarana publikasi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) terutama majalah dan lembar taushiyah c. Membangun kerjasama dengan media untuk memudahkan publikasi program Baitul Maal Hidayatullah (BMH) 7. Departemen Komunikasi dan Penghimpunan a. Menggali dan menghimpun potensi dana umat. b. Mencari dan menjaring donatur baru c. Menyelesaikan keluhan dan komplain dari donatur dan simpatisan. d. Bertanggung jawab terhadap penghimpunan dana ZIS. e. Membuat laporan dana ZIS kepada departemen keuangan. f. Mengontrol penarikan dana ZIS. 8. Departemen Program a. Mengontrol dan mengawasi pendayagunaan dana yang sudah rutin berjalan b. Membuat perencanaan pendayagunaan dana yang kemudian diajukan kepada Direktur dan Dewan Pengawas. F. Macam – macam Program yang Dibentuk Baitul Maal Hidayatullah 1. Dakwah a. Kampung Berkah Mandiri Merupakan program pemberdayaan masyarakat terpadu yang mengintegrasikan antara pembinaan pada aspek spiritual, pendidikan dan ekonomi. Bentuk aktifitas program yang dilakukan secara bertahap maupun simultan berupa Kajian Materi Dasar Islam, Gerakan Mengajar dan Belajar
54
Al-Qur’an (GRAND MBA), pendirian rumah tahfidz, pendirian Taman Pendidikan
Al-Qur’an
(TPA),
pemberian
beasiswa
kepada
anak
miskin/dhuafa, pendirian Rumah Baca Anak, pendirian ternak mandiri sampai pada pendirian pesantren di kampung tersebut sebagai sentral dakwah dan pemberdayaan masyarakat. b. Kuliah Dai Mandiri Merupakan program yang diinisiasi oleh BMH dengan model short course selama enam bulan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan tenaga da’i di wilayah pelosok. Materi pembinaan dan pelatihan dipadukan antara penguasaan tsaqofah (wawasan) islamiyyah, kajian fiqih sampai kemampuan praktis da’i sebagai bekal kemandirian bagi mereka seperti materi tentang pemberdayaan masyarakat dan skill kewirausahaan. Pelatihan ini di lakukan secara boarding (berasrama) agar pelaksanannya bisa lebih efektif. c. Peduli Dai Pelosok Program ini diinisasi untuk menjawab persoalan kurangnya perhatian yang diberikan kepada para da’i yang berjuang di medan dakwah untuk melakukan pencerahan atau pun pemberdayaan di tengah-tengah masyarakat. Prioritas sasaran penerima bantuan dalam program ini adalah para da’i yang berkiprah dalam dakwah di suatu daerah pelosok-
55
pedalaman. Bentuk program di antaranya adalah memberikan natura untuk da’i, asuransi da’i, fasilitas dakwah dan transportasi da’i.9 2. Pendidikan dan Pengembangan a. Sekolah Pemimpin Merupakan Sekolah Islam Terpadu untuk anak-anak dari keluarga miskin. Kategori penerima manfaat dari sekolah ini adalah tidak hanya siswa/siswi yang berprestasi namun berdasarkan kriteria yang paling miskin adalah yang memiliki kesempatan lebih besar b. Beasiswa Berkah Merupakan program bantuan beasiswa yang diberikan kepada siswa/siswi dhuafa. Prioritas sasaran penerima bantuan ini adalah siswa/siswi yatim, dhuafa dan juga anak da’i yang berprestasi. c. Sekolah Alam Yaitu Even program yang di inisiasi oleh BMH melalaui moment kreasi dan kreafitifitas. Dengan kemasan acara fun dan seting outdoor. d. Sahabat Guru/Bea guru Pemberian Besiswa kepada guru didik untuk menambah wawasan mereka dan disupport sepenuhnya oleh Baitul Maal Hidayatullah. Beasiswa ini diberikan untuk bisa menumbuhkan pengetahuan para dhuafa oleh para guru yang diberikan beasiswa
9
Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
56
e. Klinik Komputer Program klinik Komputer ditujukan untuk anak – anak dhuafa untuk meningkatkan
kecerdasan
mereka
dibidang
teknologi.
Komputer
disediakan oleh Baitul Maal Hidayatullah dan anak – anak dhuafa didik untuk menggunakan komputer f. Rumah Baca Anak Rumah baca anak ditujukan untuk anak – anak dhuafa yang tidak mampu membeli buku. Baitul Maal Hidayatullah (BMH) memfasilitasi anak – anak dhuafa agar minat membaca mereka tinggi.10 3. Sosial Ekonomi a. Sidak Sehat Program
kesehatan
keliling
dengan
pengobatan
cuma-cuma,
penyuluhan dan konseling ke masyarakat khususnya rawan penyakit, kekurangan gizi dan makanan b. Mapan (Mandiri terdepan) Pemberdayaan ekonomi masyarakat bagi usaha kecil produktif yang dimiliki / dikelola oleh perorangan atau pun kelompok mustahik (orang yang berhak menerima ziswaf). Model pembiayaan secara langsung dan melalui BMT
10
Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
57
c. PPAS (Pusat Pendidikan Anak Soleh) Program penyantunan dan pembinaan anak-anak yang dhuafa / kurang mampu melalui pondok PPAS yang mana memberikan fasilitas secara penuh mulai akomodasi, konsumsi hingga pendidikan d. Rumah Singgah Program pembinaan anak-anak jalanan dengan pembekalan keilmuan agama / akhlak dan motivasi e. Kurban Berkah Nusantara Program kurban yang didistribusikan ke daerah / desa binaan dari Sumatra hingga Papua f. Klinik Sehat Pendirian klinik yang diprioritaskan untuk kalangan yang kurang mampu dengan pembiayaan gratis dan melakukan konseling keliling (dokter keluarga) secara berkala dan berkelanjutan.11 G. Produk Jasa dan Layanan Baitul Maal Hidayatullah 1. Produk Jasa a. Penghimpunan Dana Zakat b. Penghimpunan Dana Infaq dan Shadaqah c. Penghimpunan Dana Waqaf Tunai d. Penghimpunan Dana Khusus (Kemanusiaan)
11
Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi 11 Pebruari 2011
pada tanggal
58
e. Penghimpunan dana Qurban f. Penghimpunan dana CSR (Corporate Social Responsibility) g. Penghimpunan Barang Bantuan h. Kemitraan Program Sosial Perusahaan Pemerintah dan Swasta12 2. Layanan Umat a. Membaca dan belajar al-Qur’an (MBA) 1) Baca al-Qur’an 2) Tahsin al-Qur’an 3) Tarjamah dan Tafsir al-Quran b. Kajian Islam 1) Dasar-dasar Diinul Islam 2) Kajian lanjut Dienul Islam 3) Kajian Metoodologi Berislam c. Ruqyah Syari’iyah d. Konseling Keluarga dan Agama e. Layanan SKS (Sahabat Kala Sakit)13 3. Layanan Partisipasi a. Berzakat via ATM b. Berzakat via Bank c. Berzakat via SMS 12
Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi 11 Pebruari 2011 13 Ibid
pada tanggal
59
d. Berzakat via Debet Card e. Berzakat via Internet Banking f. Berzakat via Mobile Banking g. Konter Zakat h. Konsulasi Zakat i. Jemput Zakat j. Zakat Online H. Mitra Kerjasama Baitul Maal Hidayatullah 1. Jaringan Perusahaan a. Permata Syariah b. BNI Syariah c. BRI Syariah d. Yayasan Baitul Maal Bank Rakyat Indonesia e. PT. Medco Energi f. PT Exxon Mobile Indonesia g. PT Jasamarga h. PT Tugu Pratama i. Telkomsel j. Pemkot Balikpapan k. Pemda Batam l. PT Indosat Medan m. PT Excelcomindo
60
n. PT Premier Oil o. PT Chevron Oil14 2. Jaringan Media a. Trans TV b. TPI c. Suara Hidayatullah d. Rakyat Merdeka e. Kaltimpost f. Republika g. TV One Radio Dakta15 3. Jaringan LSM a. Baznas b. BAMUIS BNI c. MER-C d. Mercy Malaysia16
14
Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi 11 Pebruari 2011 15 ibid 16 ibid
pada tanggal
61
I.
Cabang – cabang Baitul Maal Hidayatullah Tebel 3.1 Cabang – cabang Baitul Maal Hidayatullah No
Daerah Cabang
1
Semarang
2
Mataram
3
Surabaya
4
Sidoarjo
5
Malang
6
Bangkalan
7
Pekalongan
8
Makasar
9
Balikpapan
10
Samarinda
11
Papua
12
Timika
13
Tarakan
14
Bengkulu
15
Lampung
16
Solo
17
Jogjakarta
18
Bandung
19
Kudus
20
Madiun
21
Ngawi
22
Bojonegoro
23
Gresik
24
Nganjuk
25
Magetan
26
Sumenep
27
Pamekasan
62
28
Kutai timur
29
Bontang
30
Sorong
31
Banyuwangi
32
Cilegon
33
Luwu Timur
34
Bau-bau
35
Porbolinggo
36
Karawang
37
Tenggarong
38
Kendari
39
Bone
40
Ternate
41
Sorong
42
Seragen
43 Medan Sumber : Wahyu Rahman, Direktur Baitul Maal Hidayatullah, pada tanggal 10 Pebruari 2011
BAB IV STRATEGI LAZ BAITUL MAAL HIDAYATULLAH DALAM MENJAGA LOYALITAS DONATUR A. Urgensi Loyalitas Donatur Pada Baitul Maal Hidayatullah Badan atau Lembaga Amil Zakat merupakan organisasi sosial ekonomi dalam masyarakat Islam. Karena begitu penting lembaga ini dalam masyarakat Islam maka sudah selayaknya lembaga ini menjadi sentral untuk penghimpunan dana filantrofi untuk umat Islam. Jumlah lembaga zakat yang tumbuh dengan jumlah yang banyak di Indonesia mencerminkan bahwa lembaga zakat tersebut memiliki potensi yang besar serta jumlah orang yang mampu/kaya (muzakki, munfiq, mushadiq/donatur) yang begitu besar di negeri ini untuk dihimpun dana – dana mereka yang berupa zakat, infaq, waqaf dan shadaqah. Dengan banyaknya lembaga zakat ini tentunya akan banyak berkontribusi dalam memberdayakan kaum muslimin. Dengan kehadiran lembaga zakat maka sudah barang tentu lembaga tersebut harus memiliki donatur untuk menjalankan roda lembaga. Kehadiran donatur di lembaga zakat menjadi hal yang sangat penting untuk menopang suatu lembaga zakat karena dari dana-dana para donaturlah segala program lembaga zakat bisa diimplementasikan. Oleh karena itu suatu lembaga zakat akan lebih tumbuh jika para donatur tumbuh dan loyal terhadap lembaga tersebut.
63
64
Posisi donatur merupakan posisi yang sangat penting di Baitul Maal Hidayatullah (BMH), karena donatur merupakan urat nadi dari lembaga zakat. Oleh karena itu loyalitas donatur menjadi hal yang penting untuk dijaga oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) karena : 1.
Donatur mempunyai peran untuk mensupport segala program yang dijalankan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan menjadi ujung tombak dari lembaga amil zakat (LAZ) Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
2.
Donatur
khusunya
para
wajib
zakat
(muzakki)
ditujukan
untuk
menumbuhkan kesadaran dan keberlangsungan mereka untuk membayar zakat. Hal ini supaya perputaran harta di tengah – tengah para muzakki bisa mengalir kepada kaum dhuafa 3.
Karakteristik para donatur yang tidak secara konsisten menyalurkan dana Zakat, Infaq, Shadaqah (ZIS) mereka kepada Baitul Maal Hidayatullah (BMH) perlu diperhatikan agar dalam menyalurkan harta mereka tidak hanya bersifat insidental.1
B. Faktor – faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Donatur di Baitul Maal Hidayatullah Sebelum menetapkan strategi loyalitas, Baitul Maal Hidayatullah mengidentifikasi Faktor – faktor yang mempengaruhi loyalitas donatur. Faktorfaktor tersebut didapatkan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) melalui
1
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 13 Mei 2011
65
evaluasi donatur tiap satu periode berjalan (biasanya satu tahun). Evaluasi tersebut berupa jawaban langsung dari kuisioner yang telah diberikan kepada tiap donatur terkait langsung dengan Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal Hidayatullah
(BMH).
Dari
hasil
evaluasi
tersebut
faktor-faktor
yang
mempengaruhi loyalitas donatur di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) adalah : 1.
Citra lembaga, yaitu Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sebagai lembaga amil zakat memberikan pelayanan yang rill bagi masyarakat melalui Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS). Selain itu nilai-nilai keislaman yang dibawa oleh ORMAS Hidayatullah menjadi daya tarik tersendiri bagi donatur untuk menilai.
2.
Program - program kreatif yang dilaksanakan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS)
3.
Aktifitas rill para dai Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam membawa nilai-nilai moral kepada masyarakat.2
C. Strategi Baitul Maal Hidayatullah Dalam Upaya Menjaga Loyalitas Donatur Sebagaimana pengertian dari strategi yaitu sebagai penentu tujuan dan sasaran jangka panjang organisasi, diterapkannya aksi dan alokasi sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.3 Sebuah organisasi atau lembaga yang menyusun strategi umumnya lebih efektif
2
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 13 Mei 2011 3
Mudrajad Kuncoro, Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif , (Jakarta : Erlangga, 2005), hal.1
66
dibandingkan dengan organisasi yang tidak menyusun strategi. Hal ini disebabkan strategi menentukan kerangka kerja dari aktivitas perusahaan atau organisasi dan memberikan pedoman untuk mengkoordinasikan aktivitas, sehingga organisasi dapat menyesuaikan dan mempengaruhi lingkungan yang selalu berubah. Strategi yang diterapkan oleh suatu organisasi atau lembaga yang telah disusun dengan baik dapat memberikan kontribusi yang besar dalam kesuksesan organisasi. Akan tetapi jikalau strategi tidak disusun dengan rapi dan baik maka pasti tentu akan membawa lembaga/organisasi tersebut dalam lubang kegagalan yang pada akhirnya berdampak buruk bagi seluruh elemen organisasi. 1. Langkah – langkah Baitul Maal Hidayatullah Dalam Merumuskan Strategi Loyalitas Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merupakan lembaga amil zakat yang berbasis dakwah, dengan berbasis dakwah ini Baitul Maal Hidayatullah (BMH) berusaha merancang strategi untuk memanajemen dakwah tersebut. Strategi menjadi instrumen yang mutlak bagi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) demi tercapai tujuan dan keberlangsungan lembaga tersebut serta untuk menghadapi persaingan yang berat dengan lembaga – lembaga amil yang lain baik itu lembaga yang sudah berdiri maupun lembaga amil yang banyak bermunculan. Untuk merumuskan strategi Loyalitas, Baitul Maal Hidayaullah (BMH) melibatkan seluruh elemen-elemen yang ada di internal
67
Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu dalam tahap melakukan merumuskan, memutuskan dan mengimplementasikan.4 Tahap pertama yang dilakukan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk menerapakan strategi loyalitas yaitu memperkuat sisi kelembagaan dengan menyusun visi dan misi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dan memperkuat sistem organisasi dengan meningkatkan peran masing-masing departemen.5 Selanjutnya langkah strategi yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu menganalisa faktor internal dan eksternal yang ada di Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Faktorfaktor internal berupa kekuatan dan kelemahan, dan faktor eksternal yaitu berupa peluang dan tantangan a. Peluang 1) Dengan potensi zakat yang mencapai 19,3 riliun Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mempunyai banyak peluang untuk menggapai potensi tersebut. Karena zakat pada saat ini baru hanya terhimpun sebanyak 1,2 triliun sehingga kesempatan masih banyak dengan menggarap potensi zakat yang ada di perusahaan-perusahaan dan indvidu. 2) Negara Indonesia yang memiliki penduduk yang mayoritas Muslim menjadi aset penting untuk menggali potensi aset filantropi. Sehingga 4
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011 5 ibid
68
peluang untuk menciptakan pemberdayaan melalui donasi masyarakat terimplementasi. b. Tantangan 1) Kesadaran para donatur yang hanya mengetahui zakat hanya sebatas zakat fitrah 2) Peraturan undang – undang no 38 tahun 1999 yang belum sepenuhnya mendukung perzakatan di Indonesia 3) Mutu sumber daya manusia (SDM) yang masih sedikit dan mesti terus ditingkatkan c. Kekuatan 1) Jaringan Baitul Maal Hiayatullah yang luas yang ada di semua daerah dimana mempunyai 43 cabang 2) Potensi keunikan tersendiri dari Dai Hidayatullah, adanya pesantren Hidayatullah, unit usaha Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang menjadi pendukung pertumbuhan Baitul Maal Hidayatullah (BMH). 3) Didukung dengan tenaga Sumber Daya Manusia (SDM) yang mempunyai keloyalan yang tinggi terhadap Baitul Maal Hidayatullah (BMH) 4) Komitmen dari tenaga kerja untuk mengemban amanat dalam menjalankan visi dan misi lembaga
69
d. Kelemahan Belum melakukan aktifitas publikasi besar-besaran ke media seperti yang dilakukan oleh lembaga amil zakat yang lain.6 2. Mekanisme Implementasi Strategi Loyalitas di Baitul Maal Hidayatullah Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merupakan lembaga di bawah naungan Organisasi Masa (ORMAS) Hidayatulah. Oleh karena itu Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjalankan aktivitasnya (melaksanakan strategi loyalitas) mempunyai kaitan erat dengan ORMAS Hidayatullah. Adapun mekanisme implementasi strategi di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) meliputi a. ORMAS Hidayatullah mempunyai fungsi sebagai pemberi mandat kepada Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk merumuskan strategi yang telah direncanakan baik itu perencanaan strategi jangka panjang maupun jangka pendek b. Lembaga Zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH) merumuskan langkah – langkah strategi menjaga loyalitas donatur dengan melibatkan seluruh departemen yang ada di Baitul Maal Hidayatullah (BMH). c. Pelaksanaan strategi loyalitas donatur dengan menggerakkan tim khusus di lapangan
6
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
70
d. Mengevaluasi hasil strategi dengan menitikberatkan pada indikator jumlah donatur dan jumlah penghimpunan.7 Gambar 4.1 Mekanisme Implementasi Strategi Loyalitas Baitul Maal Hidayatullah ORMAS Hidayatullah memberikan Mandat kepada BMH untuk Merumuskan Strategi
BMH merumuskan strategi dengan melibatkan seluruh departemen
Pelaksanaan Strategi dengan menggerakkan tim khusus
Evaluasi Hasil (Sumber : Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, pada tanggal 13 Mei 2011) 3. Implementasi Strategi Loyalitas Donatur Implementasi strategi merupakan tahapan yang sangat penting bagi suatu lembaga untuk menentukan keberhasilan dalam menggapai tujuan. Karena
implementasi
ini
merupakan
proses
bagaimana
organisasi
melaksanakan strategi yang telah diformulasikan dengan tindakan rill.8 Pada fase ini dibutuhkan suatu komitmen serta kerjasama yang tinggi dari seluruh Depertemen, karyawan, dan seluruh elemen untuk keberhasilan strategi. 7
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011 8 Dess Lumkin Eisner, Stratgic Management, Creating Competitiv Advantage (New York : McGraw-Hill Irwin, 2007), , third edition, h. 6-9
71
Strategi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang diaplikasikan untuk menjaga loyalitas donatur yaitu dengan cara sebagai berikut : a. Melakukan Audit Keuangan Pada
sisi
kelembagaan
Baitul
Maal
Hidayatullah
(BMH)
melakukan audit keuangan yaitu dengan langkah Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
mendatangkan akuntan publik untuk mengaudit segala bentuk
penghimpunan yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) serta pendayagunaan dari dana – dana yang dihimpun oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Setelah melakukan Audit, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) memberikan laporan kepada seluruh Donatur melalui beberapa media yaitu 1) Dialog Jumat Republika 2) Koran Tempo 3) Majalah BMH news dengan Oplah sebanyak 35.000/bulan 4) Majalah Hidayatullah dengan Oplah sebanyak 50.000/bulan 5) Website www.bmh.or.id 6)
Website majalah Hidayatullah www.hidayatullah.com Selain media tersebut Baitul Maal Hidayatullah (BMH) menyusun
tim khusus untuk melaporkan hasil audit kepada para Donatur yaitu para stap dibawah Departemen Program. Para tim ini mendatangi setiap rumah donatur dengan memberikan hasil laopran audit keuangan dengan
72
membawa serta Majalah BMH news serta brosur press relies kegiatan – kegiatan yang diaplikasikan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH). b. Report Laporan Kegiatan Secara Berkala Strategi yang kedua yang diterapkan oleh Baitul Maal Hidayatullah dalam menjaga loyalitas donatur yaitu melaporkan segala laporan pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) kepada donatur tiap bulan . Hal ini dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sebagai bukti transfaransi lembaga dalam mengemban amanah yang diberikan oleh pihak donatur dan para stakeholder lainnya. Laporan kegiatan yang diberikan kepada donatur yaitu berupa program – program yang dijalankan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu diantaranya: 1) Program Pendidikan dan Pengembangan Program Pendidikan dan pengembangan yang dilaksanakan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu meliputi : a)
Sekolah Pemimpin
b) Beasiswa Berkah c)
Sekolah Alam
d) Sahabat Guru/Bea guru e)
Klinik Komputer
f)
Rumah Baca Anak
73
2) Program Syiar dan Dakwah Program Syiar dan dakwah yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu : a) Kampung Berkah Mandiri . b) Kuliah Dai Mandiri c) Peduli Dai Pelosok 3) Program Sosial Ekonomi Proram Sosial ekonomi yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu berupa: a) Sidak Sehat b) Mapan (Mandiri terdepan) c) PPAS (Pusat Pendidikan Anak Soleh) b) Rumah Singgah d) Kurban Berkah Nusantara e) Klinik Sehat Dalam mereport laporan kegiatan secara berkala, Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
menggerakkan semua tim lapangan baik pusat
maupun cabang yang ada di bawah Departemen Program. Langkah – langkah dalam melaporkan hasil kegiatan yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu sebagai berikut :
74
1) Membagi Relawan menjadi beberapa tim untuk terjun ke bebarapa daerah tempat tinggal donatur 2) Membekali cara berkomunikasi dan service yang baik dengan donatur 3) Membekali para tim dengan membawa majalah BMH news dan brosur – brosur BMH 4) Mendoakan para donatur setelah memberikan laporan kegiatan dan keuangan berkala c. Meningkatkan Mutu Kinerja Organisasi Strategi
yang ketiga yang dilakukan oleh Baitul Maal
Hidayatullah (BMH) yaitu meningkatkan kinerja organisasi. Dalam kiprahnya sebagai lembaga umat, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) melakukan langkah-langkah strategis sebelum terjun untuk menyapa masyarakat baik itu dalam penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah maupun dalam menyalurkan dana – dana tersebut. Langkah – langkah yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu membangun prinsif - prinsif dasar pengelolaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS). Prinsif – prinsif tersebut yaitu 1) Amanah, yaitu amanah lembaga sebagai amil yang dimana sebagai mediator penyaluran dana umat 2) Transparan yaitu sebagai lembaga zakat nasional milik umat, segala hal
yang
berkaitan
dengan
kegiatan
baik
itu
fundraising
75
(penghimpunan) dana zakat infaq, shadaqah maupun pendayagnaan (distribusi) bisa diketahui oleh masyarakat dengan jujur. 3)
Professional menjadi bagian dari prinsip kerja semua lini yang bergerak di lembaga. Untuk menunjang sistem kerja yang lebih baik maka semua amil komitmen menerapkan sertifikat ISO agar ukuran aktifitas lebih jelas dan terukur.
Segala pelayanan (service)
manajemen dalam operasional Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dilakukan dengan penuh dedikasi yang tinggi dan dengan komitmen sertifikat ISO yang diraih oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH), Baitul Maal Hidayatullah (BMH) berusaha untuk terus meningkatkan mutu pengelolaan manajemen dan terus berkiprah untuk masyarakat. 4) Kemitraan, dengan siapa pun juga Baitul Maal Hidayatullah membuka peluang kemitraan dalam upaya pencapaian visi dan misi, asalkan memiliki ruh yang sama untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya untuk umat.9 Dari sisi keuangan untuk meningkatkan Kinerja, Baitul Maal Hidayatullah melakukan auditing keuangan tiap tahunnya dengan mendatangkan akuntan publik serta langsung mereport kemedia jejaring Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk dilaporkan ke pihak donatur beserta para stakeholder.
9
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 19 dan 26 April 2011
76
Pada sisi pelayanan dan produk, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mengembangkan bebrapa produk jasa yaitu : 1) Produk Jasa Merupakan produk Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang dikembangkan berupa penghimpunnan dana zakat dan dana – dana sosial lainnya seperti infaq, shadaqah, waqaf , CSR serta dana-dana kebajikan lainnya 2) Layanan Umat Merupakan pelayanan yang diberikan kepada masyarakat secara cuma – cuma baik donatur maupun mustahik, yang berupa kajian Islam, konseling keluarga, dan layanan rukyah syar’iyyah 3) Layanan Partisipasi Merupakan layanana kerjasama yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dengan beberapa instansi pemerintah maupun swasta untuk kemudahan para donatur untuk berdonasi Dari sisi pendayagunaan dana zakat, infaq dan shadaqah (ZIS) Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
melaksanakan fokus
program
pendayagunaan yaitu Pendayagunaan melalui : a) Program Pendidikan yang meliputi (Sekolah pemimpin, sekolah alam, sekolah berkah, sahabat guru, rumah baca anak dan klinik computer)
77
b) Program Dakwah yang meliputi (Kampung berkah mandiri, kuliah dai mandiri, dan peduli dai pelosok).10 d. Melakukan Komunikasi Intensif Startegi komunikasi intensif merupakan komunikasi informal yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Komunikasi ini dibangun oleh Baitul Maal hidayatullah (BMH) untuk mengikat dan mempererat tali silaturahim antara lembaga dan donatur. Langkah – langkah yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam komunikasi ini ialah : 1) Mendatangi rumah donatur serta mendiskusikan program – program yang telah dilaksanakan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH). 2) Memberikan info – info keislaman kepada donatur melalui direct mail 3) Menelpon donatur secara berkala untuk mengetahui keadaan dan meminta saran untuk kepentingan peningkatan kualitas lembaga 4) Membagikan Quesioner kepada seluruh donatur untuk mengetahui tingkat kualitas dan pencapaian keberhasilan yang telah dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Selain dari keempat startegi tersebut secara umum dalam kaitannya menjaga loyalitas donatur Baitul Maal Hidayatullah (BMH) menerapkan
10
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 19 April 2011
78
Grand Strategi dalam melayani umat. Di antara startegi yang dilakukan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu : a) Meningkatan kapasitas lembaga melalui peningkatan manajemen lembaga b) Menjalin Kemitraan, baik secara internal yaitu antar karyawan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) maupun secara eksternal yaitu antar lembaga amil zakat baik nasional maupun internasional. c) Pelayanan prima yang dilakukan secara nasional yaitu melaksanakan semua program pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS). d) Penguatan jejaring yaitu menguatkan cabang–cabang Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang ada di seluruh Indonesia.11 D. Faktor – faktor Pemilihan Stretegi Loyalitas Donatur Loyalitas donatur mempunyai peranan penting dalam lembaga amil zakat, dan menjadi urat nadi lembaga. Loyalitas inilah yang mesti dijaga, tidak hanya pada donatur tapi pada mustahik maupun masyarakat secara keseluruhan. Pilihan startegi yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mempunyai beberapa faktor yaitu : 1.
Karena aktifitas Lembaga Amil Zakat sepenuhnya berbasis pada kepercayaan dan pelayanan yang prima. Dengan harapan aktifitas yang 11
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
79
berjalan dapat optimal jika pegembangan dilakukan secara kelembagaan dan juga didukung oleh kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai. 2.
Kemitraan merupakan fungsi utama dalam upaya pencapaian tujuan lembaga ke depan, maka perlu dibangun kemitraan dengan berbagai elemen baik internal maupun eksternal yang kuat dan solid dalam upaya melakukan pencapaian tujuan
3.
Aktifitas pelayanan, merupakan prioritas dalam upaya meningkatkan kepercayaan baik pada mustahik, muzaki, mitra dan yang lainnya, dengan mengutamakan pelayanan terhadap donatur menjadi andalan dalam meningkatkan kepercayaan.12
E. Kemudahan dan Hambatan dalam Menerapkan Strategi Loyalitas Dalam menjalankan strategi loyalitas donatur Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
tidak
sepenuhnya
mendapatkan
kemudahan.
Hambatan
dalam
menerapkan strategi loyalitas menghampiri Baitul Maal Hidayatullah (BMH). Kemudahan dan hambatan tersebut ialah : 1. Kemudahan a. Luasnya jaringan pesantren Hidayatullah menjadi mediator penanaman loyalitas dari donatur b. Sumber daya Manusia (SDM) Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
yang
mempuyai motivasi yang tinggi dalam mendukung strategi
12
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 11 Pebruari 2011
80
c. Orientasi dakwah dari para amil di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) menjadikan setiap strategi yang dilakukan menjadi ringan 2. Hambatan a. Teknologi informasi yang belum kuat diterapkan di lembaga Baitul Maal Hidayatullah (BMH) b. Media publikasi yang terbatas yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
dikarenakan terbatasnya anggaran untuk alokasi
media yang lebih luas. F. Analisis Tingkat Perkembangan Baitul Maal Hidayatullah Setelah Menerapkan Strategi Loyalitas Dalam menganalisa keberhasilan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) setelah menerapkan strategi menjaga loyalitas donatur penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisa tingkat perkembangan Jumlah donatur, pertumbuhan penghimpunan dana zakat, infaq dan shadaqah, serta distribusi penghimpunan yang ada di Baitul Maal Hidayatullah (BMH). 1.
Pertumbuhan Jumlah Donatur di Baitul Maal Hidayatullah Layanan donatur yang telah dilaksanakan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) berupa penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) terus ditingkatkan. Target untuk merangkul donatur yang lebih banyak terus dilakukan, karena melihat jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas Islam menjadi peluang besar untuk meningkatkan kesadaran untuk berzakat. Loyalitas donatur menjadi tolok ukur keberhasilan dan peningkatan jumlah
81
penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS). Dari donatur yang loyal Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mengharapkan peningkatan jumlah donatur dengan informasi dari donatur lama untuk merokemendasikan donatur lain yang cukup berpotensi untuk menjadi calon donatur baru. Atas dasar rekomendasi dari donatur yang loyal, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) melaksanakan kunjungan kepada donatur baru melalui pengajian – pengajian rumah, seperti jamaah pengajian masjid, pengajian instansi pemerintahan maupun swasta serta dengan loyalitas donatur yang meningkat inilah Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dapat membantu meningkatkan kasadaran para masyarakat
yang mampu (agniya) untuk
mengeluarkan kewajibannnya. Dengan strategi menjaga loyalitas yang diterapkan oleh Baitul Maal Hidayatullah
(BMH)
membuktikan
bahwa
upaya
lembaga
dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membayar Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) dan dana kebajikan lainnya semakin meningkat. Hal ini terlihat dalam tabel perkembangan donatur Baitul Maal Hidayatullah (BMH) di bawah ini.
82
Tabel 4.1 Pertumbuhan Donatur Baitul Maal Hidayatullah 2006 – 2010 No
Tahun
Jumlah Donatur
1
2006
7,859.00
2
2007
8,483.00
3
2008
9,506.00
4
2009
11,565.00
5
2010
15,000.00
(Sumber : Dokumen Data Donatur Baitul Maal Hidayatullah ) Gambar 4.2 Diagram Pertumbuhan Donatur Baitul Maal Hidayatullah
2006 – 2010
Jumlah Donatur 2006 - 2010 16,000.00 14,000.00 12,000.00 10,000.00 8,000.00 6,000.00 4,000.00 2,000.00 -
Jumlah Donatur
2006
2007
2008
2009
2010
(Sumber : Dokumen Data Donatur Baitul Maal Hidayatullah)
83
Tabel di atas menunjukkan bahwa sejak tahun 2006 perkembangan jumlah donatur terus meningkat. Dari tahun 2006 – 2007 kenaikan jumlah donatur sebesar 7,93 %, tahun 2006 – 2007 ini merupakan tahun persentase pertumbuhan donatur terendah. Sementara tahun 2007 – 2008 dan tahun 2008 – 2009 masing – masing sebesar 12,05 % dan 21,66 %. Sedangkan persentase pertumbuhan donatur tertinggi yaitu pada tahun 2009 – 2010 sebesar 29,7%. Hal ini membuktikan bahwa upaya Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas donatur cukup maksimal. 2.
Penghimpunan Dana ZIS di Baitul Maal Hidayatullah Segala strategi yang diterapkan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam meghimpun dana masyarakat tidak terlepas dari strategi lembaga untuk merangkul dan menjaga loyalitas donatur. Dalam melakukan aktifitas penghimpunan, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) terbuka bagi semua korporasi/perusahaan untuk bekerjasama baik dalam CSR (Cooparate Social Responsibility) maupun penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) karyawan, di antaranya seperti : PT. Medco Energi, Bank Permata Syariah, Bank Niaga Syariah, PT Antam, media informasi seperti TV maupun radio, institusi pemerintah daerah. Dengan semua langkah yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam merangkul dan menjaga loyalitas donatur membuktikan bahwa upaya lembaga dalam meningkatkan dana masyarakat semakin
84
meningkat. Hal ini terlihat dalam tabel perkembangan penghimpunan dana
Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) di bawah ini. Tabel 4.2 Penghimpunan Dana ZIS Baitul Maal Hidayatullah
2006 – 2010 No
Tahun
Jumlah Penghimpunan (Rupiah)
1
2006
7,383,360,101
2
2007
10,793,648,307
3
2008
17,849,548,237
4
2009
23,759,780,000
5
2010
28,354,934,356
(Sumber : Laporan Keuangan Baitul Maal Hidayatullah 2006-2010) Gambar 4.3 Diagram Pertumbuhan Penghimpunan Dana ZIS
Baitul Maal Hidayatullah 2006 – 2010
Jumlah Penghimpunan 30,000,000,000 25,000,000,000 20,000,000,000 15,000,000,000 10,000,000,000 5,000,000,000 2006
2007
2008
2009
2010
Jumlah Penghimpunan
(Sumber : Laporan Keuangan Baitul Maal Hidayatullah 2006-2010)
85
Data di atas menunjukkan bahwa jumlah penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) terus meningkat. Dari tahun 2006 (yaitu pada tahun mulainya Baitul Maal Hidayatullah dalam mengaudit laporan keuangan) sampai tahun 2007 persentase kenaikan penghimpunan dana Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) sebesar 46,18 %. Sedangkan untuk tahun 2007 sampai tahun 2008 tingkat persentase pertumbuhan dana sebesar 65,3 %. Selanjutnya tahun 2008 sampai tahun 2010 mencapai pertumbuhan penghimpunan sebesar 58,8%. Apabila dirata-ratakan jumlah persentase penghimpunan dana zakat dari tahun 2006-2010 mencapai 41 %. Dengan melihat persentase tersebut dapat dijelaskan bahwa terjadi kenaikan jumlah penghimpunan yang signifikan, dan kenaikan penghimpunan ini tidak terlepas dari strategi – strategi yang dijalankan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam upaya menjaga loyalitas donatur. 3.
Alokasi Dana ZIS di Baitul Maal Hidayatullah Diantara kesuksesan suatu lembaga sosial seperti lembaga zakat yaitu kesuksesan lembaga tersebut dalam mendistribusikan dana yang terkumpul untuk para mustahik (fakir, miskin, amil, muallaf, muallaf, memerdekakan budak, orang berhutang, keperluan dijalan Allah). Namun setiap lembaga tidak selalu menyalurkan dananya secara merata kepada mustahik seperti yang difirmankan dalam al-Qur’an. Hal ini karena disesuaikan dengan tujuan lembaga dan kondisi masyarakat. Baitul Maal Hidayatullah (BMH) juga
86
tidak menyalurkan dananya kepada semua mustahik dikarenakan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mempunyai program unggulan yaitu program dakwah, pendidikan dan sosial ekonomi Distribusi Zakat, Infaq dan Shadaqah (ZIS) bersinergi antara fisik dan pengembangan sumber daya manusia (SDM). Dimana Baitul Maal Hidayatullah (BMH) lebih fokus pada konsep penerapan program dakwah dan pendidikan. Untuk pendidikan, Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mendirikan lembaga pendidikan gratis yaitu sekolah pemimpin, dengan konsep modern boarding yang di bawah naungan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) serta beasiswa berkah. Sedangkan untuk dakwah Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mendirikan STIS (Sekolah Tinggi Ilmu Syariah) yang ada di Balikpapan, kedua Sekolah Tinggi Lukmanul Hakim yang ada di Surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah yang ada di Depok Jawa Barat.13
13
Rama Wijaya, Departemen Komunikasi dan Penghimpunan Baitul Maal Hidayatullah, wawancara pribadi pada tanggal 26 April 2011
87
Tabel 4.3 Persentase Penerima Manfaat dana ZIS Baitul Maal Hidayatullah No
Keterangan
Prosentase Penerima Manfaat
1
Dakwah
4%
2
Pendidikan
30%
3
Sosial
57%
4
Ekonomi
9%
(Sumber : Data Dokumen Baitul Maal Hidayatullah ) Gambar 4.4 Penerima Manfaat Dana Baitul Maal Hidayatullah
Prosentase Penerima Manfaat 4% 9% Dakwah 30%
Pendidikan Sosial
57%
Ekonomi
(Sumber : Data Dokumen Baitul Maal Hidayatullah ) Dari tabel di atas menunjukkan bahwa pendistribusian dana yang terkumpul di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) paling banyak dialokasikan pada prograsm sosial yaitu sebesar 57%. Hal ini disebabkan karena Baitul Maal Hidayatullah (BMH) memberikan subsidi untuk program sosial seperti sidak sehat yaitu layanan kesehatan cuma-cuma yang difasilitasi oleh Baitul
88
Maal Hdayatullah (BMH), selain itu pemberian subsidi untuk PPAS (Pusat Pendidikan Anak Sholeh), Rumah Singgah, Klinik sehat dan Aksi kemanusiaan. Sedangkan yang mendapatkan urutan kedua untuk alokasi dana yaitu pendidikan sebesar 30% hal ini karena Baitul Maal Hidayatullah (BMH) memberikan fasilitas untuk kaum dhuafa dalam program beasiswa berkah, sekolah pemimpin, sekolah alam, sahabat guru, klinik komputer dan rumah baca anak.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1.
Strategi yang telah diterapkan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam menjaga loyalitas donatur yaitu : a. Melakukan audit keuangan yaitu Baitul Maal Hidayatullah (BMH) mendatangkan akuntan publik untuk mengaudit segala penghimpunan dan pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) yang dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) serta melaporkan hasil audit ke semua donatur b. Report laporan kegiatan secara berkala yaitu Baitul Maal Hidayatullah melaporkan semua pendayagunaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) kepada donatur tiap bulan yang berupa laporan program-program kegiatan penyaluran dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) kepada kaum dhuafa c. Meningkatkan mutu kinerja lembaga yaitu meningkatkan manajemen pengelolaan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) dengan menerapkan prinsif amanah, transparan dan professional. d. Melakukan komunikasi intensif ke donatur yaitu komunikasi yang dibangun oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) untuk mengikat tali silaturahim antara lembaga dan donatur, yang dilakukan dengan cara
89
90
formal yaitu mendatangi donatur maupun informal dengan komunikasi direct mail. 2.
Adapun faktor-faktor pemilihan strategi yang diterapkan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu karena : a.
Aktifitas Lembaga Amil Zakat (LAZ) sepenuhnya berbasis pada kepercayaan dan pelayanan yang prima kepada donatur.
b.
Kemitraan merupakan fungsi utama dalam upaya pencapaian tujuan lembaga kedepan, maka perlu dibangun kemitraan dengan berbagai elemen baik internal maupun eksternal yang kuat dan solid dalam upaya melakukan pencapaian tujuan.
c.
Aktifitas pelayanan, merupakan prioritas dalam upaya meningkatkan kepercayaan baik pada mustahik, donatur, mitra dan yang lainnya, dan dengan mengutamakan pelayanan terhadap donatur menjadi andalan Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam meningkatkan kepercayaan.
3.
Dalam menerapkan strategi loyalitas donatur di Baitul Maal Hidayatullah (BMH), langkah-langkah yang dilakukan pertama adalah memperkuat sisi kelembagaan yaitu dengan menyusun visi dan misi Baitul Maal Hidayatullah (BMH) serta menguatkan peran sistem keorganisasian lembaga dalam hal ini memperkuat peran fungsi dari masing-masing departemen. Setelah itu Baitul Maal Hidayatullah (BMH) menganalisa lingkungan internal dan eksternal. Analisa internal yang berupa kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh
91
lembaga serta eksternal yaitu berupa peluang dan tantangan yang di hadapi oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) Selain itu dalam proses penerapan strategi loyalitas kemudahan yang ditemukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yaitu luasnya jaringan pesantren Hidayatullah serta tingginya loyalitas dan semangat para karyawan di Baitul Maal Hidayatullah menjadi modal utama dalam langkah menerapkan strategi loyalitas. 4.
Dari penerapan strategi yang telah dilakukan oleh Baitul Maal Hidayatullah (BMH), strategi tersebut mempunyai keberhasilan yang maksimal terlihat dari jumlah donatur Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang terus meningkat. Pada tahun 2010 jumlah donatur mencapai 15.000 donatur dari tahun 2006 yang hanya 7.859 donatur. Rata-rata pertumbuhan jumlah donatur tersebut dari tahun 2006 sampai tahun 2010 mencapai 15%. Selain itu jumlah penghimpunan dana Zakat, Infaq, dan Shadaqah (ZIS) terus meningkat dari tahun ketahun. Jumlah penghimpunan yang terakhir sejumlah Rp. 28,354,934,356,00,- yang pada tahun 2006 hanya Rp.7,383,360,101,00,Persentase pertumbuhan penghimpunan tersebut mencapai rata-rata 41% tiap tahunnya.
B. Saran Dari penelitian yang penulis lakukan di Baitul Maal Hidayatullah (BMH), ada beberapa hal yang dapat penelitian yang lebih lanjut :
dipertimbangankan sebagai masukan untuk
92
1.
Menyelidiki berbagai faktor yang mempengaruhi loyalitas donatur Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dengan melibatkan banyak responden dari donatur
2.
Menyelidiki lebih lanjut peranan Organisasi Masa (ORMAS) Hidayatullah dalam meningkatkan perkembangan lembaga amil zakat Baitul Maal Hidayatullah (BMH)
DAFTAR PUSTAKA Allison, Michael. Kaye, Jude. Perencanaan Strategi Bagi Organisasi Nirlaba. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 2005. A, Pearce Jhon. Robinson, Jr Richard B. Manajemen Strategi,Formulasi, Implementasi dan Pengendalian. edisi bahasa Indonesia. Jakarta : Salemba Empat, 2008 A, Thompson, Arthur. E Gamble, Jhon. A. J. Strickland. Strategy, Core Consepts Analytical Tools Reading. Second Edition New York : Mc graw-Hill, 2006. Azra, Azyumardi. Zakat dan Kemiskinan, diakses dari www.uinjkt.ac.id, diakses pada tanggal 11 Oktober 2010 C.H, Lovelock. Service Marketing. Second edition. New Jersey, Prentice-Hall Inc, 1991. Daud, Mohammad Ali. Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Waqaf. Jakarta : UI Press, 1988. Erni, Yanti Siregar, Kinerja Lembaga Amil Zakat (LAZ) Nasional Dompet Dhuafa Republika dalam Pengelolaan Dana ZIS, diakses dari, http://www.mb-ipb.org. tanggal 15 Oktober 2010 Fakhruuddin. Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : UIN Malang Press, 2008. Fatwa, A.M. Problem Kemiskinan, Zakat sebagai Solusi Alternatif. Bandung : Mizan Media utama, 2004. Forum Zakat www.forumzakat.net diakses pada tanggal 16 Oktober 2010 George, L.Morrisey. Pedoman Pemikiran Strategis. Jakarta : Prenhallindo, 1996 Hafiduddin, Didin. Manajemen Syariah daam Praktek. Jakarta: Gema Insani, 2003. Press. ------------------------ Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani Press, 2002. Kotler, Philip. Lane, Keller Kavin. Menajemen Pemasaran. Jakarta: Indeks, 2009 edisi 12
93
94
------------------. Amstrong, Gary. Prinsif-prinsif Pemasaran.. Jakarta : Erlangga, Jilid II, 2001, edisi ke-8 Kuncoro, Mudrajad. Strategi Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif. Jakarta : Erlangga, 2005. Lumkin, Dess Eisner. Stratgic Management, Creating Competitiv Advantage. third edition. New York : McGraw-Hill Irwin, 2007. Moleong, Lexy J, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya, 2005 Muhammad. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta : Rajawali Press, 2008. Majalah INFOZ, Media Infomasi Organisasi Pengelola Zakat, TH IV Mei- Juni 2011, edisi 12 Media Informasi Organisasi Pengelola Zakat (INFOZ), tahun V Oktober – November, Edisi ke-3 Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka, 2004. Qardhawi, Yusuf. Hukum Zakat. Jakarta : Pustaka Lentera Antarnusa, 1996 Rizal, Sopyan. Pengaruh Tingkat Kepuasan dan Kepercayaan Muzakki Kepada Lembaga Amil Zakat terhadap Perilaku Berzakat Muzakki, Tesis, UI 2006. Ria, Casmi Arsa, Negara Dalam Merevitalisasi Pengelolaan Zakat Sebagai Upaya Strategis MenanggulanganKemiskinan Di Indonesia, diakses dari http://www.legalitas.org. diakses pada tanggal 15 Oktober 2010 Sabiq, Sayyid. Fiqh Sunnah. Bandung : Al-Maarif, 1988 Saidi, Zaim. Abidin, Hamid. Menjadi Bangsa Pemurah, Wacana dan Praktek Kedermawanan Sosial di Indonesia. Jakarta : Piramedia, 2005. Setiyaji, Achmad Potensi ZIS dan Problem Pengelolaan, diakses dari http://www.rumahzakat.org/detail.php?id=1628&kd=B. diakses pada tanggal 07 Oktober 2010 Siagian, P. Sondang. Manajemen Strategik. Jakarta : Bumi Aksara, 1995. Soehartono, Irawan. Penelitian Sosial. Bandung : PT Remaja Rosda Karya, 1995.
95
Sudewo, Eri. Manajemen Zakat. Ciputat : Institut Manajemen Zakat, 2004 Sudirman.. Zakat dalam Pusaran Arus modernitas, Malang: UIN Malang Press, 2007 Theresia Widyaratna Denny dan Filisia Chandra. Analisis Kepuasan dan Loyalitas Konsumen terhadap Tingkat Penjualan di Warung Bu Kris, Jurnal Manajemendan Kewirausahaan Vol.3, no. 2 diakses dari http://puslit.petra.ac.id/journals/management/ pada tanggal 10 Pebruari 2011 Tjiptono, Fandy. Chandra, Gregorius. Service, Quality and Satisfaction. Yogyakarta : Andi Offset, 2007. Umar, Husein.. Riset Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jakarta : JBRC, 2000 . www.hanumisme.com/2009/12/28/potensi-zakat-2010/ diakses pada tanggal 16 Oktober 2010
Pertanyaan Wawancara LAZ Baitul Maal Hidayatullah 1. T. Sejauh mana pentingnya loyalitas donatur di Baitul Maal Hidayatullah J : loyalitas penting karena a.
Donator mempunyai peran untuk mensupport segala program yang dijalankan oleh Baitul Maal Hidayatullah
b.
Donator khusunya para wajib zakat (muzakki) ditujukan untuk menumbuhkan kesadaran dan keberlangsungan mereka untuk membayar zakat.
c.
Karakteristik para donator yang tidak secara konsisten menyalurkan dana zakat, infaq, dan shadaqah (ZIS) mereka kepada Baitul Maal Hidayatullah (BMH) perlu diperhatikan agar dalam menyalurkan harta mereka tidak hanya bersifat insidental
2. T. Strategi apa yang diterapkan BMH dalam menjaga loyalitas donatur.? J. Ada beberapa straegi yang dilakukan BMH untuk meraih loyalitas donatur yaitu a. Pada sisi kelembagaan BMH melakukan audit keuangan yang kemudian memberikan laporan kepada donatur b. Memberikan laporan secara berkala dalam bentuk laporan secara periodik c. Meningkatkan mutu kinerja dengan pelayanan dan meminimalisir complen sampai angka yang paling rendah Komitmen BMH dalam memberkan pelayanan BMH mendapat sertifikat ISO yaitu sertifikat standar mutu pengelolaan manajemen d. Melakukan komunikasi intensif kepada donatur baik secara langsung dan tidak langsung. Yang tidak langsung seperti melalui media dan informasi program serta langsung menemui donatur kerumah-rumah sera mendiskusikan program dan rencana kegiatan BMH secara umum dan selain strategi tersebut ada GRAND STRATEGI yang diterapkan BMH yaitu a) peningkatan kapasitas lembaga b) kemitraan, yaitu secara internal dan eksternal c) pelayanan prima yang dilakukan secara nasional d) Penguatan jejaring
3. T. Mengapa BMH memilih menggunakan strategi tersebut dalam menjaga loyalitas donatur? a.
Karena aktifitas LAZ sepenuhnya berbasis pada kepercayaan dan pelayanan yang prima. Dengan harapan aktifitas yang berjalan dapat optimal jika pegembangan dilakukan secara kelembagaan dan juga didukung oleh kwalitas SDM yang memadai
b.
Kemitraan merupakan fungsi utama dalam upaya pencapaian tujuan lembaga kedepan, maka perlu dibangun kemitraan yang kuat dan solid dalam upaya melakukan pencapaian yang dimaksud dengan berbagai elemen di internal maupun eksternal
c.
Aktifitas pelayanan, merupakan prioritas dalam upaya meningkatkan kepercayaan baik pada mustahik, muzaki, mitra dan yang lainnya. Masing-masing memiliki fungsi sendiri-sendiri
4. T. Bagaimana konsep dalam menerapkan strategi menjaga loyalitas donatur J. LAZ BMH merupakan LAZ yang berbasis dakwah. Dengan berbasis dakwah ini LAZ mensupport berbagai program yang telah diagendakan oleh LAZ. Penerapan strategi ini lebih terfokus pada konsep penerapan program dakwah dan pendidikan pada aspek pendayagunaan dan pemberdayaan. Sedangkan dalam bentuk lain adalah dalam bentuk edukasi zakat secara luas pada masyarakat. 5. T. Apa yang menjadi faktor-foktor yang mempengaruhi loyalitas donatur di Baitul Maal Hidayatullah a.
Citra lembaga, yaitu Baitul Maal Hidayatullah (BMH) sebagai lembaga amil zakat memberikan pelayanan yang rill bagi masyarakat melalui zakat infaq dan shadaqah (ZIS).
b.
Program - program kreatif yang dilaksanakan oleh Baitul Maal Hidayatullah
c.
Aktifitas rill para dai Baitul Maal Hidayatullah (BMH) dalam membawa nilainilai moral kepada masyarakat
6. T. Apa yang menjadi prinsif dalam manajemen pengelolaan zakat? 1. Amanah, yaitu amanah lembaga dan sebagai amil yang dimana sebagai mediator penyaluran dana umat 2. Transparan dalam aktifitas. Baik dalam bentuk penghimpunan dan pendayagunaan dalam bentuk report
3. Proffesional, menjadi bagian dari prinsip kerja semua lini yang bergerak di lembaga. Untuk menunjang sistem kerja yang lebih baik maka semua amil komitmen menerapkan sertifikat ISO agar ukuran aktifitas lebih jelas dan terukur 4. Kemitraan, dengan siapapun juga BMH membuka peluang kemitraan dalam upaya pencapaian visi dan misi BMH asalkan memiliki ruh yang sama untuk memberikan manfaat sebesar-besarnya untuk umat. 7. T. Bagaimana langkah – langkah BMH dalam menerapkan strategi tersebut? J. sebelum menrapkan strtegi BMH memperkuat visi dan misi serta menguatkan peran masing-masing departemen. Karena BMH merupakan lembaga otonom ORMAS Hidayatullah maka mekanisme penerapan strategi merupakan mandat dari Hidayatullah dan dilaksanakan oleh BMH dengan mengerahkan tim-tim di BMH serta lansung mengevaluasi hasil strategi tersebut. Selanjutnya melakukan hal-hal : a. Komunikasi secara berkala, baik berupa informasi, program maupun dalam bentuk b.Report program c. Layanan prima 8. T. Apa yang melatarbelakangi perlunya menjaga loyalitas donatur? J. karena Donatur mempunyai peranan penting dalam lembaga amil zakat, dan menjadi urat nadi lembaga. Keprcayaan inilah yang mesti dijaga, tidak hanya pada donatur tapi pada mustahik maupun masyarakat secara keseluruhan 9. T. Apa yang menjadi faktor peluang, tantangan, kekuatan dan kelemahan dalam menerapkan strategi loyalitas tersebut J. Peluang : dengan potensi zakat yang mencapai 19,3 riliun BMH mempunya banyak pelunag untuk menggapai potensi tersebut. Karena zakat pada saat ini zakat baru hanya terhimpun sebanyak 1,2 triliun sehingga kesempatan masih banyak dengan menggarap potensi zakat yang ada di perusahaan-perusahaan dan indvidu. Tantangan : •
kesadaran para donatur yang hanya mengetahui zakat hanya sebatas zakat fitrah
•
peraturan uu zakat yang belum sepenuhnya mendukung perzakatan di Indonesia
•
Mutu SDM yang mesti terus ditingkatkan
Kekuatan : •
jaringan BMH yang luas yang ada di semua daerah yang mempunya 43 cabang
•
potensi keunikan tersendiri dari Dai Hidayatullah, adanya pesantren Hidayatullah, unit usaha BMH yang menjadi pendukung pertumbuhan BMH
•
didukung dengan tenaga SDM yang mempunyai keloyalan yang tinggi terhadap BMH
•
komitmen dari tenaga kerja untuk mngemban amanat dalam menjalankan visi dan misi lembaga
Kelemahan •
Belum melakukan aktifitas publikasi besar-besaran ke media seperti yang dilakukan oleh lembaga amil zakat yang lain
10. Kemudahan dan hambatan apa yang dihadapi Baitul Maal Hidayatullah dalam menerapkan strategi loyalitas ? J. kemudahan 1. Luasnya jaringan pesantren Hidayatullah 2. Sumber daya Manusia (SDM) Baitul Maal Hidayatullah (BMH) yang mempuyai motivasi yang tinggi dalam mendukung strategi 3. Orientasi dakwah dari para amil di Baitul Maal Hidayatullah (BMH) menjadi ringan Hambatan 1.
Teknologi informasi yang belum kuat
2.
Terbatasnya Media publikasi yang dilakukan oleh Baitul Maal
11. Bagaimana trend pertumbuhan jumlah donatur sampai saat ini?berapakah jumlah total donatur saat ini ? J. Peningkatan jumlah penghimpunana berbanding lurus dengan jumlah donatur artinya untuk dari tahun ke tahun jumlah donatur terus bertambah. Karena identifikasi belum mendalam Untuk saat baru 11 cabang dari data BMH jumlah total donatur sebanyak 15.000 donatur yang mana dari jumlah seluruhnya donatur zakat mendominasi. 12. Adakah target untuk menambah Donatur tiap tahunnya? J : Target untuk merangkul donatur yang lebih banyak pasti ada, karena melihat jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas Islam menjadi peluang besar untuk meningkatkan kesadaran untuk berzakat. Bukti dari Loyalitas ini pertumbuhan ini terliahat pada tahun 2008 jumlah donasi sebesar Rp 17 miliar tahun 2009 sebesar Rp. 23 miliar dan tahun 2010 sebesar Rp.28 miliar
13. Apakah donatur dari tahun 2001 masih sampai sekarang menjadi donatur? Sebagian besar masih, hal ini seiring dengan perbaikan sistem yang dibuat dengan pendekatan teknologi dan pengembangan SDM, Insya Allah kedepan akan semakin baik 14. Bagaimana tingkat kontinyuitas penyaluran dana ZIS di BMH oleh donatur yang sudah berlangsung, apakah tingkat jumlah donasi bertambah atau berkurang ? J.
Grafik pertumbuhan Alhamdulillah, trendnya terus meningkat dari tahun ketahun
15. Distribusi ZIS dari BMH apakah hanya pada hal fisik atau pengembangan SDM, lebih mana yang fokus? J.
Distribusi ZIS bersinergi antara fisik dan pengembangan SDM. Diamana BMH
Lebih Fokus pada konsep penerapan program dakwah dan pendidikan dimana untuk pendidikan BMH mendirikan lembaga pendidikan gratis (sekolah pemimpin), dengan konsep modern boarding yang dibawah naungan BMH serta beasiswa berkah. Sedangkan untuk dakwah BMH mendirikan STIS (Sekolah tinggi ilmu syariah) yang ada di balikpapan, kedua sekolah tinggi Lukmanul Hakim yang ada di surabaya dan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Hidayatullah. 16. Dalam menhimpun dan mendistribusikan dana ZIS, BMH bermitra kerjasama dengan perusahaan apa saja? J. Dalam
melakukan
aktifitas
penghimpunan,
kami
terbuka
bagi
semua
corporasi/perusahaan contoh yang sudah bekerjasama baik dalam CSR maupun penghimpunan dana ZIS karyawan. Diantaranya adalah : PT. Medco Energi, Bank Permata syariah, Bank Niaga Syariah, PT Antam, media informasi seperti TV maupun Radio, Institusi pemerintah daerah dll. Sedangkan untuk distribusinya, kami melakukan kerjasama dengan lembaga maupun perorangan.