STRATEGI KOMUNIKASI PT. SYAKIRA GHYNA RAJAWALI INDONESIA COMMUNICATION DALAM MANAJEMEN KRISIS GUNA MENGEMBALIKAN KEPERCAYAAN PEGAWAI PASCA KRISIS Dwi Anestya Putri Firdastin Ruthnia Y. Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication is one of Event Organizers and big music promotor in Yogyakarta. A number of event in Rajawali since 2003 until 2014 in great quantities. However, at 2014 Rajawali gets financial crisis so the companies recess for a while and the impact for its case is the company lost of employees and corporate image. At 2015 Rajawali came up and took a hand in music promotor and event organizer all at once. Rajawali must bring back the employee’s reliance based on the company and the customer because the two of them will make collaboration. This research aims to identify and analyze how communication strategies which have been take by Rajawali Indonesia Communication in crisis management for replacing employees reliance after crisis happened. The method used is a descriptive qualitative, so this research illustrated about subject and object of research. By using purposive sampling technic, the subject researched has known characteristic before. The conclusion is crisis management which have been take Rajawali Indonesia Communication includes identification of the causes of the crisis in the form of loss organizing several events , bad financial management , and human resources in management too much . Once it is done in-depth analysis of the crisis in the form of analysis of what caused the crisis. Isolation crisis measures in the form of suspension or vacuum the company's operations . And a strategy to resolve the crisis in the form of changing the policy on transparency , operational modifications to freelance management team , strengthen the business plan, and align the image with a concert overseas artists . The selected control program is the company's financial control and strengthen the relationship in order to become a sponsor. Rajawali replaces employee’s reliance through some communication steps like know the audience ,setting message, defining method and media usage. This type of communication used is persuasive also used association, integration, and reward techniques. The result of crisis management and communication which have been take Rajawali is finished the company crisis returned the employee’s reliance, vendor, and concern viewer, also the great corporate image for public. Keywords: communication strategy, crisis management. 1
2
Pendahuluan Salah satu konsep pemasaran yang sekarang telah berkembang di tengah masyarakat adalah konsep pertunjukan (event). Untuk mengadakan sebuah pertunjukan (event) tersebut para pihak yang memiliki modal tidak ingin dibebani dengan segala kerumitan persiapan, sehingga mereka menunjuk pihak lain yaitu event organizer (EO) untuk menjalankan acara yang mereka inginkan. Strategi event organizer (EO) dalam mempromosikan produk perusahaan yang paling efektif, masyarakat sebagai konsumen dapat langsung ikut serta merasakannya.
Antara
lain
yaitu
:
merangkul
konsumen
baru,
loyal
memperbaharui kontak dan komunikasi dengan customer lama, meluncurkan layanan dan mempromosikan secara lengkap seluruh ragam produk, mempercepat proses penjualan dan meningkatkan angka penjualan, serta membangun dan meningkatkan brand image perusahaan (Megananda dan Wijaya, 2009:7). Menjamurnya bisnis event organizer di Indonesia menyebabkan ketatnya persaingan yang terjadi dalam bisnis ini. Tidak heran banyak perusahaan yang hanya mampu berdiri dalam kurun waktu sebentar saja. Namun banyak juga perusahaan yang kuat dan mampu bertahan selama kurun waktu yang lama bahkan juga mampu menghidupi puluhan bahkan ratusan karyawan di dalamnya. Salah satu perusahaan event organizer yang cukup tangguh dalam bersaing di dunia bisnis adalah PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication atau sering juga disebut Rajawali Indonesia Communication. Hal ini dibuktikan dari wawancara yang telah dilakukan oleh Kompasiana yang dilansir di web resminya (www.kompasiana.com, diakses pada 21 Juni 2015) dengan CEO (Chief Executive Officer) Rajawali Indonesia Communication mengenai seluk-beluk event organizer dan promotor musik. CEO Rajawali Indonesia Communication dipercaya sebagai narasumber yang dianggap telah mengetahui segala sesuatu mengenai event organizer dan promotor musik, karena sudah lama memimpin Rajawali Indonesia Communication sebagai salah satu EO di Yogyakarta. Dalam wawancara tersebut juga disampaikan beberapa prestasi dan event besar yang telah diselenggarakan oleh Rajawali Indonesia Communication.
3
Rajawali Indonesia Communication adalah perusahaan jasa di bidang komunikasi yang menyediakan produk layanan mencakup strategi komunikasi, perencanaan event, dan promosi. Perusahaan yang berdiri pada tahun 2002 ini mengawali langkah di dunia bisnis dalam bidang promosi dan event organizer dengan nama Rajawali. Dimulai dari event-event berskala kecil seperti direct selling hingga dipercaya untuk menggagas event dalam skala besar, seperti showbiz dan exhibition. Di dalam dunia bisnis, untung rugi merupakan suatu yang biasa terjadi. Rajawali Indonesia Communication sebagai pelaku bisnis di dunia event organizer pun merasakan hal serupa dari sederetan event yang telah mereka jalankan. Tahun 2014 menjadi titik balik dari perusahaan ini. Komunikasi yang kurang baik antara atasan dan bawahan dapat menimbulkan ketidakharmonisan dalam perusahaan. Adanya masalah yang terjadi di dalam perusahaan seharusnya disampaikan kepada semua karyawan agar isu yang beredar di dalam maupun di luar perusahaan dapat dikendalikan. Namun pemilik (owner) sekaligus pemimpin Rajawali Indonesia Communication tidak melakukan hal tersebut. Adanya masalah finansial yang terjadi akibat dari kerugian event yang dijalankan beberapa tahun terakhir menjadi penyebab krisis yang terjadi di perusahaan ini. Hal tersebut diketahui dari wawancara yang telah dilakukan dengan mantan direktur Rajawali Indonesia Communication yaitu Raditya Kus Hartono pada 27 Juni 2015. Setelah vakum selama kurang lebih delapan bulan yaitu sejak Juni 2014 Januari
2015,
pemilik
Rajawali
Indonesia
Communication
membentuk
manajemen baru guna mengatasi krisis yang terjadi dan melakukan berbagai pembenahan. Sesuai wawancara yang telah dilakukan dengan CEO Rajawali Indonesia Communication
pada 11 Juni 2015, Anas Syahrul Alimi
mengungkapkan bahwa peraturan baru dan sistem kerja yang lebih terorganisir pun dibentuk agar krisis yang terjadi pada masa silam tidak terulang kembali. Akhirnya pada awal tahun 2015 tepatnya bulan Januari, Rajawali Indonesia Communication kembali meramaikan dunia bisnis event organizer dan melakukan gebrakan yang besar. Mereka menjalankan konser yang berskala internasional di
4
event pertama mereka setelah mengalami krisis. Konser band luar negeri yaitu Air Supply menjadi tonggak untuk mengembalikan citra baik mereka.
Rumusan Masalah Peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication dalam manajemen krisis guna mengembalikan kepercayaan pegawai pasca krisis. ?
Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah : Untuk mendeskripsikan dan menganalisis strategi komunikasi PT. Syakira Ghyna Rajawali
Indonesia
Communication
dalam
manajemen
krisis
guna
mengembalikan kepercayaan pegawai pasca krisis.
Telaah Pustaka 1.
Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung makna yang sama oleh seseorang kepada orang lain, baik dengan maksud agar mengerti, maupun agar berubah tingkah lakunya (Effendy, 2005:7). Dari banyaknya definisi yang berkembang saat ini terdapat tiga pengertian utama dari komunikasi. Pengertian komunikasi secara etimologis yaitu yang berarti komunikasi dipelajari menurut asal – usul kata. Kata komunikasi berasal dari bahasa Latin „communicatio‟ dan kata ini bersumber pada kata „comminis‟ yang berarti sama makna mengenai sesuatu hal yang dikomunikasikan. Pengertian komunikasi secara terminologis yang berarti proses penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Dan secara paradigmatis, komunikasi berarti
5
pola yang meliputi sejumlah komponen berkolerasi satu sama lain secara fungsioal untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Paradigma Lasswell (Effendy, 2005:10) menunjukan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pernyataan yang diajukan ini, yakni:
2.
a.
Si penyampai pesan (source, sumber, komunikator, sender)
b.
Informasi yang disampaikan (pesan, message, komunike)
c.
Media (channel, media)
d.
Penerima informasi (khalayak, audience, receiver, komunikan)
e.
Efek (effect, impact, influence)
Strategi Komunikasi Definisi singkat disampaikan oleh Harold D Laswell (dalam Effendy, 2005:10), cara tepat untuk menerangkan tindakan komunikasi adalah dengan : Who Says What In Which channel To Whom With What Effect. Who adalah siapa komunikatornya, Says What adalah pesan apa yang disampaikan, In Which Channel adalah media apa yang digunakan, To Whom adalah siapa komunikannya, With What Efect adalah efek apa yang diharapkannya?
(kapan
dilaksanakan,
bagaimana
melaksanakannya,
mengapa dilaksanakan demikian). Tambahan pertanyaan tersebut dalam strategi komunikasi sangat penting karena pendekatan terhadap efek yang diharapkan dari suatu kegiatan komunikasi bisa berbagai macam yaitu informasi, persuasi, dan instruksi. Agar pesan yang disampaikan kepada khalayak menjadi efektif, Arifin (1992:50) menawarkan strategi-strategi komunikasi sebagai berikut: a. Mengenal khalayak Untuk mencapai hasil yang positif dalam proses komunikasi, maka komunikator harus menciptakan persamaan kepentingan dengan khalayak terutama dalam pesan metode dan media.
6
b. Menyusun pesan Syarat utama dalam memengaruhi khalayak dari pesan tersebut, ialah mampu membangkitkan perhatian. Hal ini sesuai dengan rumus klasik AIDDA yang juga dikenal dengan adoption process, yaitu attention, interest, desire, decision, dan action. Artinya dimulai dari membangkitkan perhatian (attention), kemudian menimbulkan minat dan kepentingan (interest), sehingga banyak memiliki hasrat (desire), untuk menerima keputusan untuk mengamalkan dalam tindakan (action). c. Menetapkan metode Arifin (2008 : 35) menawarkan metode komunikasi yang efektif yaitu : 1) Redundancy (repetition) Adalah mempengaruhi khalayak dengan cara mengulangulang pesan kepada khalayak. 2) Analizing Proses analizing adalah memahami atau meneliti dan memahami pengaruh kelompok terhadap individu atau khalayak. 3) Informative Pesan yang bersifat informative, yaitu suatu bentuk isi pesan yang bertujuan mempengaruhi khalayak dengan cara memberikan penerangan. 4) Persuasif Persuasif berarti mempengaruhi khalayak dengan cara membujuk. Berikut adalah teknik-teknik yang dapat dipilih (Arifin, 1992:75) : a) Teknik asosiasi b) Teknik integrasi c) Teknik ganjaran d) Teknik tataan
7
e) Teknik red-herring 5) Edukatif method Pertanyaan umum yang dilontarkan dalam bentuk pesan yang berisi: pendapat-pendapat, fakta-fakta, dan pengalaman, pengalaman. 6) Cursive method Yang
berarti
mempengaruhi
khalayak
dengan
cara
memaksa. d. Seleksi dan penggunaan media Sebelum suatu pesan disampaikan perlu dipertimbangkan tentang penggunaan media atau saluran yang paling efektif. Didalam ilmu komunikasi dikenal komunikasi langsung (face to face) dan media massa. e. Hambatan dalam komunikasi Dalam komunikasi, pada saat penyampian pesan dari komunikator kepada komunikan sering terjadi tidak tercapainya pengertian
sebagaimana
yang
dikehendaki,
malah
timbul
kesalahpahaman. f. Peranan komunikator dalam komunikasi Fungsi komunikator adalah sebagai pengutara pikiran dan perasaan dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan yang dijadikan sasaran menjadi tahu atau berubah sikap, pendapat, dan perilakunya. 3.
Event Organizer Event organizer terdiri dari dua kata dalam bahasa Inggris yaitu event dan organizer. Dalam bahasa Indonesia event adalah acara, sedangkan organizer adalah
pengatur.
Pengertian
harfiahnya
sangat
sederhana yaitu pihak yang mengatur acara, akan tetapi jika diperdalam pada aktifitas yang dilakukan akan menjadi sangat rumit karena pengatur bukan hanya satu orang melainkan terdiri dari tim dengan banyak anggota yang masing-masing membawahi suatu bidang sesuai dengan keahliannya. Kata
8
acara juga memiliki berbagai arti mulai dari pertunjukkan seni musik, seni tari, pameran, kompetisi olahraga, seminar,launching produk, promosi produk, dan lain-lain (Megananda dan Wijaya, 2009:1). Dalam dunia Event organizer juga terdapat istilah Promotor. Tugas dari promotor sendiri sebenarnya hampir mirip dengan Event organizer. Istilah promotor ini masih asing bagi kalangan masyarakat umum. Bahkan berkembang pengertian bahwa Event organizer dan Promotor adalah hal yang sama. Namun sebenarnya Promotor dan Event organizer memiliki perbedaan di beberapa hal. Event organizer menjalankan event sesuai dengan pesanan client. Mereka hanya bertanggung jawab dengan konsep dan jalannya event tersebut tanpa memikirkan modal awal karena modal telah disediakan oleh klien dan pendapatan mereka berasal dari margin budget. Sedangkan promotor mempersiapkan sendiri event secara keseluruhan mulai dari modal, konsep acara, jalannya acara, serrta pendapatan yang berasal dari penjualan tiket dan sponsor.
4.
Manajemen Krisis Menurut Djamaludin Ancok, dalam buku Praktik dan Solusi Public relations dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra (Ruslan, 1999:73) suatu krisis adalah situasi yang merupakan titik balik (turning point) yang dapat membuat baik atau buruk, jika dipandang dari kaca mata bisnis. Titik krisis merupakan penentu selanjutnya. Rhenald Kasali (1994:227-230) dengan mengutip Steven Fink menjelaskan anatomi krisis berdasarkan tahapan-tahapan krisis sebagai berikut: a. Tahap Prodormal (tahap awal munculnya krisis) b. Tahap Akut (tahap krisis semakin parah) c. Tahap Kronis (tahap pemulihan dan analisis diri) d. Tahap Resolusi (Penyembuhan)
9
Dalam manajemen krisis, langkah-langkah yang perlu dilakukan menurut Rhenald Kasali (1994:231) adalah sebagai berikut. a. Identifikasi Krisis b. Analisis Krisis c. Isolasi Krisis d. Pilihan Strategi e. Program Pengendalian Menurut Soleh Soemirat dan Elvinaro (2005:283), resiko yang timbul sebagai akibat dari krisis adalah : a. Intensitas masalah menjadi meningkat. b. Di bawah sorotan publik. c. Di bawah tekanan pemerintah dan pers. d. Operasional normal perusahaan menjadi terganggu. e. Nama baik, produk dan citra perusahaan terancam.
5. Public Relations Menurut Glenn dan Denny Griswold (1948: 4) di dalam bukunya “Your Public Relations” yang dikutip oleh Kustadi Suhandang menyatakan bahwa Public Relations merupakan suatu fungsi manajemen yang menilai sikap publik, menyatakan kebijaksanaan dan prosedur (tata laksana) seseorang atau suatu organisasi atas dasar kepentingan publik, dan melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan yang baik dari publik. Dalam definisi tersebut ditunjukan betapa pentingnya kedudukan publik, kepentingan publik, dan opini publik (Suhandang, 2004:45). Dalam menjalankan tugasnya Public Relations harus melakukan komunikasi ke dalam dengan publik intern dan ke luar dengan publik ekstern. Sehingga dari sini tugas seorang Public Relations dibagi menjadi dua yaitu Internal Public Relations dan Eksternal Public Relations (Iriantara, 2004:35).
10
Metodologi Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif dengan didukung data kualitatif dimana metode ini digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu peristiwa tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian. Dalam penelitian ini , penulis menggunakan teknik “purposive sampling” untuk menentukan informan atau narasumber selama penelitian. Dengan menggunakan teknik ini peneliti akan memilih informan yang dianggap mengetahui masalah secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang tepat. Sehingga peneliti menunjuk pemilik (owner) PT. Syakira Ghyna Rajawali
Indonesia
Communication,
pengelola/jajaran
manajemen
pada
manajemen lama Rajawali Indonesia Communication, karyawan lama Rajawali Indonesia Communication, karyawan baru Rajawali Indonesia Communication, pihak
lain
yang
berhubungan
langsung
dengan
Rajawali
Indonesia
Communication (freelancer, vendor, penonton konser). Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara dan analisis dokumen berupa website serta berita terkait event Rajawali. Analisis data menggunakan triangulasi data untuk validitas data pada penelitian ini.
Sajian dan Analisis Data Data-data yang telah penulis dapatkan dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber, dan analisis dokumentasi yang diperoleh dari berbagai sumber kemudian dianalisa berdasarkan teori yang sudah ada. Penulis membagi 4 sub bahasan sebagai berikut : 1.
Kronologi Krisis Kronologi krisis yang dialami PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia
Communication, dapat dikembangkan melalui anatomi krisis menurut Steven Fink. Krisis terbagi menjadi beberapa tahapan yang bisa dilalui. Berikut adalah anatomi tahapan – tahapan krisis menurut Fink yang dikutip oleh Rhenald Kasali (1994:227-230):
11
a. Tahap Podromal Tahap ini merupakan tahap yang sering disebut sebagai masa prakrisis (warning stage). Dalam krisis yang dialami PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication, tahap prodromal ini terjadi pada tahun 2012 ketika mereka menggelar event “Musical Laskar Pelangi” di Jogja Expo Center. Pada event tersebut mereka mengalami kerugian dikarenakan penjualan tiket yang buruk serta target sponsor tidak tercapai, di sisi lain biaya produksi yang harus di bayar dalam jumlah yang besar. b. Tahap Akut Tahap ini merupakan tahap di mana telah terjadi suatu kejadian yang menyebabkan perusahaan mengalami kerugian, baik dari sisi materi maupun dari sisi non-materi. Tahap akut dari krisis yang dialami PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication adalah kestabilan finansial perusahaan terganggu, hutang perusahaan dengan pihak lain seperti vendor, Bank, bahkan investor semakin banyak, pembatalan event konser “SLANK” yang akan di gelar di kota Yogyakarta dikarenakan buruknya penjualan tiket. Ketika dikaji dengan seksama, maka dampak krisis yang dialami PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication sesuai dengan teori resiko yang timbul sebagai akibat dari krisis menurut Soleh Soemirat dan Elvinaro Ardianto dalam bukunya Dasar-dasar Public Relations (2005:183), adalah sebagai berikut : 1)
Intensitas masalah menjadi meningkat Akibat dari kerugian yang terjadi pada event “Musical
Laskar Pelangi” terjadi sistem tambal sulam finansial di eventevent berikutnya. Hutang perusahaan terhadap pihak seperti vendor, Bank dan investor semakin banyak, terjadi pembatalan event konser SLANK dikarenakan buruknya penjualan tiket ditambah keadaan perusahaan sudah tidak stabil, pemberhentian operasional
perusahaan
sementara,
dan
pemberhentian
12
karyawan, kepercayaan pegawai untuk mau bergabung dengan perusahaan setelah krisis sangat sedikit. 2)
Di bawah sorotan publik Pembatalan event konser SLANK yang menjadi puncak
krisis
dari
PT.
Syakira
Ghyna
Rajawali
Indonesia
Communication memang menjadi sorotan publik. Namun pihak promotor
menggandeng
beberapa
media
cetak
untuk
menjelaskan alasan pembatalan konser tersebut. 3)
Di bawah tekanan pers PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication
telah mengadakan konferensi pers untuk menjelaskan alasan pembatalan konser. Mereka mengungkapkan alasan lain kepada publik yaitu iklim politik yang tidak stabil karena memang pada saat itu konser SLANK mendekati Pemilu Presiden yang mana kedua kubu memiliki pendukung yang sama kuat. Sehingga ditakutkan dituding sebagai salah satu bentuk kampanye politik. 4)
Operasional normal perusahaan menjadi terganggu Akibat
dari
adanya
krisis
finansial
yang
terjadi
berkelanjutan, operasional normal perusahaan terganggu yaitu perusahaan harus vakum pada tahun 2014 dengan menanggung beberapa kewajiban yang belum terbayar kepada beberapa pihak seperti vendor, Bank, investor, dan karyawan. 5)
Nama baik, produk dan citra perusahaan terancam Secara internal nama baik dan citra perusahaan terancam
memburuk di mata pegawai. Baik pegawai tetap dalam manajemen maupun freelancer. Secara eksternal nama baik dan citra perusahaan terancam memburuk di mata publik seperti penonton konser, pihak sponsor, vendor, dan masyarakat umum yang tahu tentang Rajawali Indonesia.
13
c. Tahap Kronik Tahap kronik pada krisis yang dialami oleh PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication ini ada pada masa perusahaan vakum. Selama vakum perusahaan telah melakukan intospeksi diri atas kesalahan masa lalu yang telah dilakukan dan menjadi salah satu penyebab krisis finansial yang terjadi. Beberapa introspeksi yang telah dilakukan adalah jumlah personil dalam manajemen yang dianggap terlalu banyak hingga dirasa tidak efisien, sistem pengelolaan keuangan yang kurang tepat karena masih menjadi satu dengan pengelolaan keuangan pemilik, strategi komunikasi yang kurang tepat, dan penyusunan bisnis plan yang kurang maksimal dalam setiap penyelenggaraan event. PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication juga melakukan beberapa tindakan untuk mengembalikan kepercayaan dari publiknya. Publik yang dimaksud di sini adalah vendor (pihak penyedia peralatan konser seperti tenda, sound system, panggung, dan lain-lain), sponsor, dan para penikmat konser. Adanya pembatalan konser SLANK padahal tiket konser tersebut sebagian telah terjual juga menjadi salah satu faktor yang menjadi tanggungan mereka untuk mengembalikan uang para pembeli tiket. Setelah perusahaan vakum maka tidak begitu saja perusahaan lari dari kewajiban mereka akan tanggungan yang dimiliki. Pada tahap ini mereka mengembalikan kepercayaan publik dengan cara menyelesaikan semua kewajiban mereka. d. Tahap Resolusi Langkah pertama yang dilakukan oleh perusahaan adalah perbaikan, pemulihan citra, pemulihan sistem produksi, pelayanan jasa, dan strukturalisasi manajemen. Perbaikan yang dilakukan perusahaan berupa perubahan sistem pengelolaan perusahaan baik secara finansial, sistem kerja, maupun jumlah pegawai dalam perusahaan. Adanya divisi baru yaitu CFO
14
(Chief Finance Officer) menjadi salah satu proteksi sistem keuangan perusahaan agar tidak terjadi krisis finansial seperti masala lalu. Jumlah pegawai dalam perusahaan juga dikurangi menjadi 8 orang saja, karena sistem freelancer dianggap lebih efektif sehingga setiap bulan perusahaan tidak harus mengeluarkan budget yang begitu besar untuk gaji para pegawainya. Sistem kerja dalam Rajawali sekarang juga diubah seperti penyusunan bsinis plan berupa CE (cost estimate) dan PNL (profit and lost), serta target sponsor yang lebih banyak. Pemulihan citra yang dilakukan oleh Rajawali dilakukan dengan cara mereka menggelar konser besar dengan artis yang sudah bertaraf internasional yaitu Air Supply. Selain itu sistem pembayaran vendor yang diubah menjadi lebih terpercaya. Pemulihan sistem produksi dan pelayanan jasa Rajawali telah kembali normal pasca masa vakum. Setelah menggelar event konser Air Supply, Rajawali melanjutkan pembuktiannya dengan menggelar kembali event konser artis luar negeri yaitu Pentatonix dan Kenny G. Dibentuknya tim manajemen baru, Rajawali memulai operasional mereka kembali dengan sistem kerja baru dan struktur manajemen baru. 2.
Manajemen Krisis Berikut
adalah
langkah-langkah
yang telah dilakukan oleh
perusahaan sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Rhenald Kasali (1994:231). a. Identifikasi Krisis Beberapa hasil identifikasi masalah yang dialami perusahaan adalah kerugian penyelenggaraan event, SDM (sumber daya manusia) dalam manajemen terlalu banyak, serta pengelolaan finansial. b. Analisis Krisis Analisis krisis dari hasil identifikasi adalah :
15
1) Kerugian penyelenggaraan event Penyebab utama kerugian pada event Musical Laskar Pelangi adalah buruknya sistem penjualan tiket konser dikarenakan harga tiket yang terhitung tinggi padahal perusahaan harus tetap membayar biaya produksi yang cukup besar, ditambah lagi target sponsor yang tidak tercapai serta adanya sponsor utama yang mengundurkan diri dalam kerjasama padahal promo sudah tersebar danpelaksanaan event sudah dekat. 2) SDM (sumber daya manusia) dalam manajemen terlalu banyak Pada jajaran manajemen lama Rajawali terdapat 14 orang yang menjadi pegawai tetap dalam perusahaan. Hal ini dirasa terlalu banyak orang dalam perusahaan yang menyebabkan pembengkakan budget untuk membayar gaji mereka setiap bulannya. 3) Pengelolaan finansial Pengelolaan
finansial
perusahaan
yang
masih
bersifat
tradisional, yang artinya sistem pengelolaan finansial perusahaan masih menjadi satu dengan finansial sang pemilik perusahaan mengakibatkan terjadinya tumpang tindih kepentingan. c. Isolasi Krisis Pada tahap ini Rajawali melakukan isoslasi krisis dengan melakukan pemberhentian sementara operasional perusahaan atau vakum agar krisis yang melanda finansial perusahaan tidak menyebar ke sektor lain. d. Pilihan Strategi Pada kasus ini Rajawali menggunakan penetapan strategi generik adaptive strategy (strategi adaptif) (Kasali, 1994 : 232), antara lain: 1) Mengubah kebijakan mengenai transparansi. 2) Modifikasi operasional sistem outsorcing atau freelance dalam jajaran manajemen ketika mengerjakan sebuah event.
16
3) Kompromi mengenai analisis SWOT dan bisnis plan. 4) Meluruskan citra dengan menggelar event yang lebih besar. 5) Program
pengendalian
berupa
adanya
divisi
CFO,
purchasing, dan memperkuat relasi guna sponsor. 3.
Strategi Komunikasi PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication dalam Mengembalikan Kepercayaan Pegawai. Strategi komunikasi yang dilakukan oleh CEO sekaligus pemilik
Rajawali sesuai dengan apa yang telah disampaikan oleh Arifin (1992:50) yaitu : a) Mengenal Khalayak Khalayak yang dimaksud adalah khalayak internal yang menjadi tim manajemen dalam perusahaan yang sebelumnya sudah sering bekerja sama dengan perusahaan sebagai tim freelance dan personil manajemen lama. b) Menyusun Pesan Pesan yang disampaikan kurang lebih mengenai visi misi Rajawali yang baru, serta gambaran masa depan perusahaan yang sesuai dengan konsep AIDDA (adoption process, yaitu attention, interest, desire, decision, dan action). c) Metode Metode
komunikasi
yang
digunakan
Rajawali
dalam
mengembalikan kepercayaan pegawai sesuai dengan apa yang ditawarkan Arifin (1984 : 73) yaitu metode persuasive dengan beberapa teknik yaitu asosiasi (peristiwa menarik), integrasi (penyatuan diri), dan ganjaran. d) Seleksi Penggunaan Media Media yang digunakan pada straetgi komunikasi ini adalah komuniksi personal. e) Hambatan Hambatan yang dihadapi hanyalah tingkat kepercayaan khalayak kepada perusahaan yang masih sedikit.
17
f) Peranan Komunikator Komunikator pada proses ini adalah CEO yang sekaligus pemilih perusahaan yang berperan sebagai public relations atau humas. 4.
Evaluasi keberhasilan strategi komunikasi Setelah proses manajemen krisis yang sangat panjang serta proses
komuniksai dalam mengembalikan kepercayaan pegawai, PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication mencapai suatu keberhasilan yaitu : a. Krisis terselesaikan. b. Citra perusahaan kembali meningkat c. Kepercayaan pegawai kembali d. Kepercayaan publik kembali
Kesimpulan Dari kronologi krisis yang ada diketahui bahwa PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication sudah cukup lama mengalami krisis finansial di dalam perusahaan. Beberapa hal menjadi penyebab timbulnya krisis tersebut seperti kurang tepatnya pengelolaan finansial perusahaan, bisnis plan yang kurang matang dalam penyelenggaraan event, serta strategi komunikasi yang salah dalam perusahaan. Puncak krisis perusahaan terjadi pada tahun 2014 yang ditandai dengan pembatalan konser yang akan digelar dan dilanjutkan dengan vakumnya perusahaan sementara waktu. Dari berbagai masalah yang telah dialami oleh perusahaan, PT. Syakira Ghyna Rajawali Indonesia Communication melaksanakan manajemen krisis sesuai dengan teori manajemen krisis yang disampaikan oleh Rhenald Kasali (1994:231) yaitu identifikasi krisis, analisis krisis, isolasi krisis, pilihan strategi, dan program pengendalian. Karena perusahaan sempat mengalami krisis hingga vakum, maka dalam merekrut pegawai untuk menjadi jajaran manajemen perusahaan diperlukan sebuah strategi komunikasi yang tepat agar kepercayaan pegawai bahwa perusahaan tidak lagi mengalami krisis seperti masa lampau dapat diperoleh.
18
Dalam mengembalikan kepercayaan pegawai, Rajawali menggunakan strategi komunikasi sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Arifin (1992:50) serta menggunakan metode persuasive. Dari semua manajemen krisis dan strategi komunikasi yang dilakukan guna mengembalikan kepercayaan pegawai telah mencapai keberhasilan. Hal ini terbukti dari selesainya semua masalah yang membelit perusahaan seperti hutang, kembalinya kepercayaan pihak yang bekerja sama, terbentuknya manajemen baru yang terdiri dari orang-orang lama yang pernah bekerja dengan Rajawali, terdapat perubahan dan perbaikan di beberapa struktur perusahaan, serta operasional perusahaan kembali berjalan dengan normal.
Saran Saran yang dapat diberikan oleh peneliti setelah menganalisis data adalah sebagai berikut : Manajemen krisis yang dilakukan oleh Rajawali sedikit terlambat, sehingga mengharuskan perusahaan untuk vakum. Perlu adanya divisi humas atau public relation juga perlu guna menghadapi dan menganalisis masalah yang muncul agar tidak menjadi krisis.
Daftar Pustaka Arifin, Anwar. (1992). Strategi Komunikasi. Bandung: Armico. ____________. (2008). Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Rajawali Pers. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Assumpta Rujman, Sr. Maria. (2002). Dasar-Dasar Public Relations : Teori dan Praktik. Jakarta: PT Grasindo. Chatra, Emeraldy dan Rulli Nasrullah. (2008). Public Relations : Strategi Kehumasan dalam Menghadapi Krisis. Bandung: PT Salamadani Pustaka Semesta.
19
Badreya Al-Jenaibi. (2015). E-Collaboration, Public Relations and Crises Management in UAE Organizations. United Arab Emirates University, Al Ain, UAE. Effendy, Onong Uchjana. (2005). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju. _____________________. (2006). Hubungan Masyarakat: Suatu Studi Komunikologis. Bandung: Remaja Rosdakarya. Hafidz, Ibnu Novel. (2007). Mengulik Bisnis Event Organizer. Yogyakarta: Gava Media. Huseynov , Said Sh. (2014). Public Relations in Science: Possibilities for Building up Future’s Science Communication (Science Journalism). Journal of International Scientific Publications. Azerbaijan National Academy of Sciences. Iriantara, Yosal. (2004). Manajemen Strategis Public Relations. Jakarta: Ghalia Indonesia. Kasali, Rhenald. (1994). Manajemen Public Relations. Jakarta: Grafiti. Keraf, Gorys. (2004). Komposisi: Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Nusa Tenggara Timur: Nusa Indah. Megananda, Yudhi, dan Johannes Ariffin Wijaya. (2009). EO 7 Langkah Jitu Membangun Bisnis Event Organizer. Jakarta: PT.Bhuana Ilmu Populer. Moelong , Lexy J. (2008). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta. Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKIS Pelangi Aksara. Rakhmat, Jalaludin. (2012). Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Ruslan, Rosady. (1999). Praktik dan Solusi Public Relation dalam Situasi Krisis dan Pemulihan Citra. Jakarta : Ghalia Indonesia. _____________. (2000). Kiat dalam Strategi Kampanye Public Relation. Jakarta: Raja Grafindo. Soemirat, Soleh dan Elvinaro Ardianto. (2005). Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suhandang, Kustadi. (2004). Public Relations Perusahaan: Kajian Program dan Implementasi. Bandung: Nuansa. Sutopo, HB. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. http://www.belajarevent.com/apa-itu-event-organizer/ diakses pada 01 Juni 2015, 20.58 WIB. http://www.rajawaliindonesia.com/companyprofile/ diakses pada 01 Juni 2015, 18.58 WIB.